• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PADA SISWA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PADA SISWA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES

DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE

DEMONSTRASI DAN DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF

PADA SISWA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA DI

MTs NEGERI 1 SURAKARTA

Skripsi

Oleh :

Pekik Warnendya NIM K2303070

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES

DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE

DEMONSTRASI DAN DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF

PADA SISWA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA DI

MTs NEGERI 1 SURAKARTA

Oleh :

Pekik Warnendya NIM K2303070

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Dalam

Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Pada hari : Jumat

Tanggal : 17 Desember 2010

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph. D NIP. 19670802 200012 1 001

Pembimbing II

(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan.

Pada hari : Senin

Tanggal : 25 April 2011

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra. Rini Budiharti, M.Pd NIP. 19580728 198403 2 003

( )

Sekretaris : Elvin Yusliana E, S.Pd, M.Pd NIP. 19770717 200501 2 002

( )

Anggota I : Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph. D NIP. 19670802 200012 1 001

( )

Anggota II : Drs. Trustho Rahardjo, M.Pd NIP. 19510823 198103 1 001

( )

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan,

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Pekik Warnendya. PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PADA SISWA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA DI MTs NEGERI 1 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) ada atau tidak adanya perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dan metode diskusi terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor, (2) ada atau tidak adanya perbedaan pengaruh antara minat belajar Fisika siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor, (3) ada atau tidak adanya interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses dan minat belajar Fisika siswa terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 3 X 2. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs Negeri 1 Surakarta semester dua Tahun Ajaran 2009/2010 yang berjumlah delapan kelas yaitu kelas VIIA sampai dengan kelas VIIH. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling sehingga didapat dua kelas sebagai sampel penelitian, yaitu kelas VIIBdan kelas VIIC yang masing-masing terdiri atas 36 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik angket, teknik nontes berupa pengamatan, dan teknik tes. Teknik angket digunakan untuk mengetahui minat belajar Fisika siswa. Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data kemampuan afektif dan psikomotor siswa. Teknik tes digunakan untuk memperoleh data kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor. Teknik analisis data yang digunakan adalah anava dua jalan dengan isi sel tak sama kemudian dilanjutkan dengan uji komparasi ganda metode Scheffe dengan taraf signifikansi 0,05.

(6)

commit to user

vi

memperhatikan hasil uji lanjut anava dengan metode scheffe dapat disimpulkan bahwa perbedaaan pengaruh penggunaan metode diskusi dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa tidak signifikan (3) tidak ada interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses dengan minat belajar Fisika siswa terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor (Fab 1,36F0,05;2;663,138).

(7)

commit to user

vii

ABSTRACT

Pekik Warnendya. THE INFLUENCE OF THE USE OF PROCESS SKILL

BASED APPROACH IN PHYSICS LEARNING THROUGH

DEMONSTRATION AND DISCUSSION METHOD TOWARD THE

STUDENTS‟ COGNITIVE POWER VIEWED FROM THE SUDENTS‟

LEARNING MOTIVATION IN PHYSICS IN MTs NEGERI 1 SURAKARTA. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. University of Sebelas Maret Surakarta, December 2010.

The study is aimed to find: (1) whether there is a distinctive effect between the use of process skill based approach through demonstration and

discussion method toward the students‟ cognitive power in the sub- topic of Heat;

(2) whether there is a distinctive effect between the students‟ learning motivation

in Physics with higher, medium, and lower category toward their cognitive power in the sub- topic of Heat; (3) whether there is a distinctive effect between the use

of process skill based approach and the students‟ learning motivation in Physics

toward their cognitive power in the sub-topic of Heat.

The study applies experimental method with factorial design 3 X 2. The population here is the whole VII grade students of MTs Negeri 1 Surakarta in the second semester in the academic year 2009/2010 that consists of eight classes start from the class VIIA until VIIH. The sampel is taken by using cluster random sampling so that results in two classes to be involved: class VIIB and VIIC respectively consists of 36 students. The techniques of collecting data used in the study are questionnaire, non-test observation, and testing. Questionnaire is used to

catch the students‟ learning motivation in Physics. Observation is done to find the

students‟ affective and psychometric power. Testing is used to find the students‟ cognitive power in the sub-topic of Heat. The technique of analyzing data used is two-ways anava with different nucleolus then continued by a double comparison testing of Scheffe method in the significance stage 0,05.

According to the data analysis and the discussion, it is concluded that: (1)

there is no distinctive effect between the students‟ motivation learning in Physics

with higher, medium, and lower category toward their cognitive power in the sub-topic of Heat (Fa0,13F0,05;1;663,138); (2) there is a distinctive effect between process skill based approach through demonstration and discussion method

toward the students‟ cognitive power in the sub-topic of Heat

(Fb 4,55F0,05;2;663,988); and then based on the double comparison testing, it is found that Fb 4,55F0,05;2;663,988. Therefore, there is a distinctive effect between the use of process skill based approach through demonstration and

discussion method toward the students‟ cognitive power. After the follow-up testing is done toward the double comparison anava of Scheffe method, it is found a result that F.1-.2 6,22 and the critical value Ftabel7,976. Considering the result of the follow-up test of anava with Scheffe method, it can be concluded that the distinctive effect between the use of process skill based approach through

(8)

commit to user

viii

significant (3) there is no effect interaction between the use of process skill based

approach and the students‟ learning motivation in Physics toward their cognitive

power in the sub-topic of Heat (Fab1,36F0,05;2;663,138).

(9)

commit to user

ix

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai ( dari sesuatu urusan ) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh ( urusan )

yang lain. Dan hanya kepada Tuhan-Mulah hendaknya kamu berharap” ( QS. Al

(10)

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

Bapak dan Ibuku tercinta

(11)

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya penulisan Skripsi ini akhirnya dapat

diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di Program Pendidikan Fisika Jurusan

P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Skripsi

ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan tersebut dapat

diatasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan

terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. Ketua Jurusan P. MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta

4. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd. Koordinator Skripsi Program Studi

Pendidikan Fisika Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

5. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph. D Dosen Pembimbing I yang telah

membimbing dalam penyusunan Skripsi ini

6. Bapak Drs. Trustho Rahardjo, M.Pd Dosen Pembimbing II yang telah

membimbing dalam penyusunan Skripsi ini

7. Bapak dan Ibu serta keluarga di rumah yang selalu mendukung penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih ada kekurangan.

Namun demikian, penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian pendidikan.

Surakarta, April 2011

(12)

commit to user ABSTRAK

Pekik Warnendya. PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PADA SISWA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA DI MTs NEGERI 1 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) ada atau tidak adanya perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dan metode diskusi terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor, (2) ada atau tidak adanya perbedaan pengaruh antara minat belajar Fisika siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor, (3) ada atau tidak adanya interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses dan minat belajar Fisika siswa terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 3 X 2. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MTs Negeri 1 Surakarta semester dua Tahun Ajaran 2009/2010 yang berjumlah delapan kelas yaitu kelas VIIA sampai dengan kelas VIIH. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling sehingga didapat dua kelas sebagai sampel penelitian, yaitu kelas VIIBdan kelas VIIC yang masing-masing terdiri atas 36 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik angket, teknik nontes berupa pengamatan, dan teknik tes. Teknik angket digunakan untuk mengetahui minat belajar Fisika siswa. Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data kemampuan afektif dan psikomotor siswa. Teknik tes digunakan untuk memperoleh data kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor. Teknik analisis data yang digunakan adalah anava dua jalan dengan isi sel tak sama kemudian dilanjutkan dengan uji komparasi ganda metode Scheffe dengan taraf signifikansi 0,05.

(13)

commit to user

memperhatikan hasil uji lanjut anava dengan metode scheffe dapat disimpulkan bahwa perbedaaan pengaruh penggunaan metode diskusi dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa tidak signifikan (3) tidak ada interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses dengan minat belajar Fisika siswa terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor (Fab 1,36F0,05;2;663,138).

(14)

commit to user

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai ( dari sesuatu urusan ) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh ( urusan )

yang lain. Dan hanya kepada Tuhan-Mulah hendaknya kamu berharap” ( QS. Al

Insyirah : 6-8 ).

“Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari pada permulaan. Dan kelak Tuhan-Mu pasti akan memberikan karunia-Nya kepadamu lalu (hati) kamu

menjadi puas” (QS. Ad Duha : 4-5 ).

“Dan terhadap nikmat Tuhan-Mu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)” (QS. Ad Duha : 11 ).

“Adalah suatu kebaikan yang mendatangkan kebaikan yang lain saat kita

mensyukuri dan mengingat anugerah yang Allah SWT berikan kepada kita”

(15)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini masih perlu mendapat perhatian

yang serius untuk menghadapi tantangan globalisasi, di mana batas-batas negara

tidak menjadi penting lagi bagi sistem jaringan informasi. Global Competitiveness

Report 2009/2010, Menilai tingkat persaingan global suatu negara dari kualitas

pendidikan tingginya, hanya menempatkan Indonesia di peringkat ke-54 dari 133

negara, yaitu di bawah Singapura (3), Malaysia (24), Cina (29),Thailand (36),

serta India (49).

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia sebagai hasil (outcomes) dari proses pendidikan nasional juga merupakan masalah serius yang harus dihadapi. Badan Dunia untuk Program Pembangunan (UNDP) menempatkan Indonesia pada urutan ke-111 dari 182 negara dalam perkembangan indeks pembangunan manusia (HDI). Peringkat tersebut lebih rendah dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara. Hal demikian terungkap

dalam Laporan Pembangunan Manusia 2009 yang dipublikasikan di Jakarta, ”Dari laporan terbaru data 2007, Indonesia menempati posisi 111 dari 182 negara.

Indeks pembangunan manusia RI memiliki nilai 0,734, berada pada range

pengembangan medium,” kata Kepala Tim Unit Pemerintahan Demokrasi UNDP

Rizal Malik dalam jumpa pers di Jakarta, (Kompas, ed Senin, 5 Oktober 2009).

Tantangan yang akan dihadapi di era global ialah kesadaran penuh

bangsa Indonesia untuk melakukan investasi dalam sektor pendidikan. Pendidikan

merupakan aspek yang sangat penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan

manusia karena di dalamnya terdapat proses yang memungkinkan seseorang

mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk tingkah laku lainnya di dalam

masyarakat. Selain itu, pendidikan merupakan proses sosial dimana seseorang

dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol sehingga

memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial serta kemampuan

(16)

commit to user

termaktub dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 yang menyatakan bahwa

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Lingkungan pendidikan ialah komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan

situasi interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan terdidik yang

berlangsung beserta unsur-unsur penunjangnya. Lingkungan pendidikan terdiri

atas lingkungan pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan lingkungan

pendidikan masyarakat. Berdasarkan analisis terhadap ketiga lingkungan

pendidikan tersebut, Soedijarto, dkk (1991 : 144) menyimpulkan “ ... betapa

potensial dan strategisnya lembaga pendidikan sekolah bagi proses pengembangan

sumber daya manusia Indonesia ...” . Hal ini menunjukkan bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah dengan

mengoptimalkan peran lembaga pendidikan sekolah.

Perencanaan kurikulum pendidikan merupakan faktor yang juga

menentukan kualitas pendidikan suatu bangsa. Perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang cukup pesat pada masa sekarang menyebabkan kebutuhan dan

perkembangan masyarakat tidak sama seperti pada masa lampau. Oleh karena itu,

pengembangan kurikulum perlu dilakukan sesuai dengan fungsinya yakni “...

menjelaskan kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti

proses pembelajaran dan pengalaman pembelajaran yang harus dikuasai, serta

bagaimana pengalaman pembelajaran tersebut disampaikan kepada peserta didik.”

(Zamroni dalam Ella Yullaelawati, 2004 : v). Saat ini, kurikulum yang berlaku

adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Penyusunan KTSP oleh

Badan Standar Pendidikan Nasional hanya memuat standar kompetensi dan

kompetensi dasar sedangkan pengembangan KTSP dan silabusnya harus

dilakukan oleh sekolah. Peran guru adalah menjabarkan silabus ke dalam RPP

(17)

commit to user

para guru mungkin akan menghadapi berbagai permasalahan jika mereka belum

siap dan memahami KTSP dengan baik. Padahal kesiapan dan pemahaman yang

baik terhadap kurikulum pendidikan tersebut akan mempengaruhi kualitas proses

belajar-mengajar di sekolah.

Sebagai upaya untuk memajukan pendidikan nasional, kualitas proses

belajar-mengajar di sekolah perlu ditingkatkan mengingat pernyataan bahwa

“Proses belajar-mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan ... “ (Moh. Uzer Usman, 2005 : 4). Senada dengan pernyataan tersebut, Sudijarto (1991 :164) menekankan pula bahwa kualitas proses

belajar-mengajar dan sistem evaluasi merupakan faktor yang tinggi pengaruhnya terhadap

mutu pendidikan.

Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan. Proses belajar-mengajar tersebut meliputi setiap mata pelajaran salah

satunya ialah pelajaran Fisika, yang termasuk dalam Ilmu Pengetahuan Alam.

Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki karakteristik sendiri

dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang lain. Oleh karena itu, proses

belajar-mengajar Fisika di sekolah juga menyesuaikan dengan karakteristik tersebut.

Fisika meliputi tiga karakteristik, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Produk

(hasil) merupakan kumpulan pengetahuan seperti fakta, konsep, prinsip atau

hukum, dan teori. Proses dalam Fisika berkaitan dengan keterampilan untuk

mendapat pengetahuan tersebut. Sikap ilmiah merupakan sikap yang melandasi

seseorang dalam memperoleh pengetahuan.

Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat sebagai konsekuensi

diterapkannya suatu kurikulum mata pelajaran Fisika di sekolah menjadi tugas

para guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran tersebut

didasarkan pada sebuah pendekatan melalui metode pembelajaran.

Secara umum, dikenal dua macam pendekatan pembelajaran, yakni

(18)

commit to user

siswa (SCL) dan tidak lagi berpusat pada guru seperti yang terjadi di masa

lampau. Secara khusus, dikenal pula beberapa pendekatan pembelajaran antara

lain pendekatan Keterampilan proses, Konsep, Konstruktivisme, Deduktif,

Induktif, Ekspositori dan Heuristik. Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan

keterampilan proses. Pendekatan ini dapat dikembangkan dalam proses

belajar-mengajar Fisika di sekolah. Hal penting dalam pendekatan ini ialah bahwa guru

memberikan kesempatan kepada para siswa agar terlibat aktif baik secara fisik

maupun mental dalam proses pembelajaran Fisika. Mereka dapat mengembangkan

potensinya atau melatih kemampuannya dalam menemukan pengetahuan dengan

memperhatikan prosesnya.

Di samping pendekatan pembelajaran, metode mengajar juga perlu

dipertimbangkan keefektifannya sehingga dapat memberikan proses dan hasil

yang baik dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas. Ada beberapa macam metode

dalam pembelajaran, antara lain metode demonstrasi, diskusi, eksperimen,

ceramah, inquiry, discovery, simulasi atau bermain peran, tanya jawab, dan metode pemberian tugas atau resitasi. Namun, metode yang dipilih dalam

penelitian ini adalah metode demonstrasi dan metode diskusi. Kedua metode

tersebut juga dapat diterapkan dalam proses belajar-mengajar Fisika. Metode

demonstrasi memungkinkan siswa dapat mengamati suatu proses atau gejala

Fisika sehingga ia menemukan pengetahuan yang dapat menjelaskan proses

tersebut. Sedangkan metode diskusi melibatkan siswa secara aktif untuk mencari

penyelesaian masalah dalam rangka menemukan pengetahuan melalui

penyampaian pendapat atau informasi.

Kegiatan evaluasi pembelajaran perlu dilakukan pada akhir proses belajar

mengajar untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dicapai oleh

siswa. Dari kegiatan evaluasi, dapat diketahui prestasi belajar yang dicapai oleh

siswa. Prestasi belajar Fisika siswa menunjukkan hasil belajar Fisika yang dicapai

oleh siswa. Salah satu indikator prestasi belajar adalah kemampuan kognitif pada

siswa. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan kognitif pada siswa

baik faktor dari dalam maupun luar diri siswa, salah satu di antaranya ialah minat

(19)

commit to user

terhadap keberhasilan individu. Tanpa adanya minat belajar, siswa tidak akan

dapat belajar sungguh-sungguh, sehingga hasil belajar menjadi kurang optimal.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka peneliti

memilih judul penelitian : ”PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN

KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI

METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN

KOGNITIF PADA SISWA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA

SISWA DI MTs NEGERI 1 SURAKARTA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut :

1. Kualitas pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan karena berdasarkan survai

yang dilakukan oleh Global Competitiveness Report 2009/2010, kondisi

pendidikan di Indonesia belum seperti yang diharapkan.

2. Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia sebagai hasil (outcomes) proses pendidikan nasional di tingkat dunia menunjukkan peringkat bawah

berdasarkan laporan UNDP tahun 2007.

3. Tantangan di era global menuntut kesadaran bangsa Indonesia untuk

melakukan investasi pada sektor pendidikan karena merupakan aspek yang

penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan manusia dan mengembangkan

sumber daya manusia Indonesia.

4. Di antara lingkungan pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat,

lingkungan sekolah memiliki potensi atau peran yang lebih strategis dalam

proses pendidikan

5. Kepala sekolah dan guru yang belum memiliki kesiapan dan pemahaman

yang baik akan KTSP tentang menghadapi permasalahan dalam mewujudkan

proses pembelajaran yang berkualitas di sekolahnya.

6. Proses belajar-mengajar merupakan kegiatan inti dalam pendidikan di

lingkungan sekolah dan menjadi faktor yang mempengaruhi kualitas

(20)

commit to user

7. Fisika merupakan pelajaran yang memiliki karakteristik tersendiri

dibandingkan pelajaran yang lain sehingga proses belajar-mengajar yang

dikembangkan menyesuaikan karakteristik tersebut.

8. Ada berbagai pendekatan dan metode pembelajaran yang dapat diterapkan

dalam pembelajaran Fisika di sekolah.

9. Prestasi belajar Fisika siswa menunjukkan hasil belajar Fisika yang dicapai

oleh siswa.

10. Salah satu indikator prestasi belajar adalah kemampuan kognitif pada siswa

11. Banyak faktor baik berasal dari dalam maupun luar diri siswa yang

mempengaruhi kemampuan kognitif pada siswa.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini memiliki arahan yang jelas dan tidak terlalu luas,

maka perlu ada pembatasan masalah yakni sebagai berikut :

1. Pendekatan yang digunakan dalam proses belajar-mengajar Fisika ialah

pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dan diskusi

ditinjau dari minat belajar Fisika pada siswa.

2. Indikator efektifitas proses belajar-mengajar Fisika yang digunakan adalah

kemampuan kognitif pada siswa.

3. Materi pelajaran Fisika yang digunakan dalam proses belajar-mengajar adalah

sub pokok bahasan Kalor.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, permasalahan yang akan diteliti

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan pengaruh antara minat belajar Fisika siswa kategori

tinggi, sedang dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok

bahasan Kalor ?

2. Apakah ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan

proses melalui metode demonstrasi dan metode diskusi terhadap kemampuan

(21)

commit to user

3. Apakah ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan

proses melalui metode pembelajaran dan minat belajar Fisika siswa kategori

tinggi, sedang dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok

bahasan Kalor ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah dan rumusan masalah yang tersusun di

atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Ada tidaknya perbedaan pengaruh antara minat belajar Fisika siswa kategori

tinggi, sedang dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok

bahasan Kalor.

2. Ada tidaknya perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan

keterampilan proses melalui metode demonstrasi dan metode diskusi terhadap

kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor.

3. Ada tidaknya interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan

proses melalui metode pembelajaran dan minat belajar Fisika siswa kategori

tinggi, sedang dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok

bahasan Kalor.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan masukan dalam pemilihan pendekatan dan metode yang sesuai

dalam kegiatan belajar-mengajar Fisika.

2. Memberikan masukan kepada para pendidik untuk meningkatkan minat

belajar Fisika pada siswa dengan baik melalui langkah-langkah yang strategis.

3. Menjadi sumber inspirasi bagi penelitian selanjutnya dalam bidang

(22)

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan aspek yang sangat penting untuk mencapai prestasi.

Proses belajar dapat dilakukan oleh setiap orang baik di lingkungan pendidikan

keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendapat Witheringthon yang dikutip oleh M.

Ngalim Purwanto (1985 : 81) mengemukakan ”Belajar adalah suatu perubahan di

dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi

yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau sesuatu pengertian.”

Pengertian ini menjelaskan bahwa kepribadian seseorang akan berubah melalui

belajar. Menurut A. Suhaenah Suparno (2001:2), “Belajar merupakan suatu

aktivitas yang menimbulkan perubahan relatif permanen sebagai akibat dari

upaya-upaya yang dilakukannya”. Hal ini berarti bahwa belajar ditandai dengan

adanya perubahan yang relatif permanen dalam diri individu. Sejalan dengan

pendapat tersebut, W.S. Winkel ( 1996 : 53 ) juga menyatakan “Belajar adalah

suatu aktivitas mental / psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap”. Menurut pendapat ini bahwa aktivitas belajar tergolong aktivitas mental dan perubahan terjadi tersebut merupakan hasil

dari interaksi dengan lingkungan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan proses aktivitas mental yang dialami seseorang dan berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang menimbulkan perubahan relatif permanen

di dalam kepribadian yang berupa kecakapan atau keterampilan, nilai sikap,

kebiasaan, kepandaian, dan pengetahuan-pemahaman atau suatu pengertian.

Dengan demikian, seseorang yang senantiasa melakukan perubahan menuju

(23)

commit to user b. Teori-Teori Belajar

Ada beberapa macam teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli,

antara lain Bruner, Ausubel, Gagne, dan Piaget. Keempat teori tersebut dibahas

oleh Ratna Wilis Dahar dalam bukunya yang berjudul Teori-Teori Belajar (1989 :

97- 167). Berikut ini diuraikan beberapa hal penting yang menjadi inti dari

masing-masing teori tersebut.

1) Teori Belajar Menurut Bruner

Teori belajar menurut Bruner dikenal dengan model belajar penemuan

(discovery learning). Menurutnya, belajar penemuan sesuai dengan pencarian secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang lebih

baik. Dengan berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta

pengetahuan yang menyertainya, seseorang akan memperoleh pengetahuan yang

bermakna. Oleh karena itu, Bruner berpendapat bahwa siswa hendaknya

dilibatkan secara aktif dalam penemuan konsep-konsep dan prinsip-prinsip

melalui pengalaman pembelajaran dan memberikan kesempatan kepada mereka

untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Belajar penemuan dapat

membangkitkan keingintahuan siswa dan memberi motivasi untuk berusaha terus

sampai dapat memecahkan permasalahannya.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses

melalui metode demonstrasi dan diskusi juga sesuai dengan teori belajar yang

dikemukakan oleh Bruner di atas. Melalui metode demonstrasi, guru memberikan

permasalahan di awal pembelajaran kemudian mengajak siswa untuk dapat

berpartisipasi aktif untuk membantunya melakukan demonstrasi atau

mengamatinya dalam rangka menemukan konsep atau prinsip yang dapat

menjawab permasalahan tersebut. Melalui metode diskusi, guru juga memberikan

permasalahan kepada para siswa. Siswa secara berkelompok memiliki kesempatan

berpartisipasi aktif dalam diskusi bersama dengan rekannya untuk menemukan

pemecahan masalah tersebut secara bersama-sama. Dengan demikian, melalui

pendekatan keterampilan proses siswa dapat menemukan pengetahuan yang

bermakna bagi dirinya sehingga mampu untuk meningkatkan pemahamannya

(24)

commit to user 2) Teori Belajar Menurut Ausubel

Ausubel tidak setuju dengan ahli pendidikan lain yang menyatakan

bahwa belajar bermakna hanya diperoleh melalui proses penemuan saja karena

mereka menyamakan belajar penerimaan dengan belajar hafalan. Padahal

menurutnya, belajar penerimaan pun dapat dibuat bermakna, yaitu dengan

menjelaskan hubungan antara konsep-konsep dan mengkaitkan informasi baru

pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif

seseorang.

Menurut Ausubel, belajar terdiri atas dua tingkatan. Pada tingkat pertama

dalam belajar, informasi dapat disampaikan kepada siswa dalam bentuk belajar

penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupun dengan

bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa menemukan sendiri sebagian

atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa mengkaitkan

informasi itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya sehingga terjadi belajar

bermakna. Namun, jika siswa hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru

tanpa menghubungkan dengan pengetahuan yang telah dimilikinya maka cara ini

dinamakan dengan belajar hafalan.

Penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran juga

sesuai dengan teori belajar menurut Ausubel. Siswa akan mengalami belajar

bermakna dengan pendekatan keterampilan proses baik melalui metode

demonstrasi maupun diskusi. Melalui metode demonstrasi, siswa mendapatkan

pengetahuan dalam bentuk belajar penemuan konsep atau prinsip melalui

pengamatan sedangkan melalui metode diskusi, siswa belajar penemuan

pemecahan masalah dengan tukar menukar pendapat.

3) Teori Belajar Menurut Gagne

Berdasarkan teorinya tentang model belajar pemrosesan informasi,

Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar. Fase-fase itu

merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa atau

guru. Setiap fase juga mengisyaratkan adanya suatu proses yang terjadi dalam

(25)

commit to user

a) Fase Motivasi

Siswa harus diberi motivasi untuk belajar dengan adanya harapan. Misalnya,

siswa dapat mengharapkan bahwa dengan belajar sungguh-sungguh mereka

akan mendapatkan nilai yang baik.

b) Fase Pengenalan

Siswa memperhatikan aspek-aspek yang penting dalam proses pembelajaran.

Dalam hal ini, guru dapat pula membantu memusatkan perhatian siswa

tersebut terhadap informasi yang relevan.

c) Fase Perolehan

Informasi relevan yang telah diperhatikan siswa tidak langsung disimpan

dalam memori melainkan dikaitkan dengan informasi yang telah ada dalam

memorinya agar menjadi bermakna bagi dirinya. Dengan demikian, siswa

dapat membentuk gambaran-gambaran tentang informasi tersebut.

d) Fase Retensi

Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek

ke memori jangka panjang. Hal ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali

(reherseal) atau praktek (practice). e) Fase Pemanggilan

Fase ini menunjukkan bagian penting dalam belajar yakni upaya memperoleh

hubungan dengan informasi yang telah dipelajari dengan memanggil informasi

tersebut dari memori jangka panjang. Materi yang terstruktur dengan baik

akan lebih mudah dipanggil dari pada materi yang disajikan tidak teratur.

f) Fase Generalisasi

Generalisasi atau transfer informasi merupakan upaya menerapkan suatu

informasi ke dalam situasi-situasi baru. Hal ini merupakan fase kritis dalam

belajar.

g) Fase Penampilan

Para siswa harus menunjukkan kemampuan yang mereka peroleh setelah

belajar melalui penampilan yang tampak. Misalnya, setelah belajar tentang

alat termometer siswa mampu menunjukkan cara pengukuran suhu suatu

(26)

commit to user

h) Fase Umpan Balik

Para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilannya sehingga

mereka mengetahui sudah benar atau belumkah pemahaman mereka terhadap

materi pembelajaran. Umpan balik ini dapat memberikan reinforcement

(penguatan) kepada mereka untuk penampilan yang berhasil.

Teori belajar menurut Gagne yang telah dikemukakan di atas juga

relevan sebagai dasar penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui

metode demonstrasi dan metode diskusi dalam proses pembelajaran Fisika. Dalam

pendekatan ini, guru terlebih dahulu memberikan motivasi di awal pembelajaran.

Selanjutnya guru mengarahkan perhatian siswa pada pembahasan materi tertentu

dalam Fisika dan merumuskan masalah yang akan dipelajari. Siswa juga diberi

kesempatan untuk memberikan opininya atas masalah tersebut. Hal ini dapat

merangsang siswa untuk mengkaitkan dengan pengetahuan yang telah

dimilikinya. Baik melalui metode demonstrasi dan diskusi, guru membimbing

siswa jika mengalami kesulitan sehingga siswa segera dapat memahami pelajaran.

Siswa diminta menyimpulkan hasil pembelajarannya kemudian guru memberikan

soal penguatan dan pemantapan. Siswa akan menerapkan informasi yang telah

diperoleh untuk menyelesaikan soal tersebut. Guru juga memberikan umpan balik

dengan memberikan tanggapannya atas jawaban siswa tersebut. Jika jawaban

siswa belum benar maka guru akan meluruskannya.

4) Teori Belajar Menurut Piaget

Piaget melalui teorinya tentang belajar mengemukakan bahwa setiap

individu akan mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual yang

meliputi :

a) Tingkat Sensori-motor (pada usia 0-2 tahun)

Pada tahap ini anak mengenal lingkungannya dengan menggunakan

kemampuan panca inderanya (sensori) dan tindakan-tindakannya (motor).

b) Tingkat Pra-operasional (pada usia 2-7 tahun)

Pada tahap ini disebut pra-operasional karena pada umur ini anak belum

mampu melaksanakan operasi-operasi mental seperti menambah atau

(27)

commit to user

pada tingkat ini memiliki penalaran transduktif, di mana anak melihat

hubungan hal-hal tertentu yang sebenarnya tidak ada.. Pada usia 4 -7 tahun

anak mengalami tingkat berpikir intuitif. Ciri yang lain pada anak pada tingkat

pra-operasional adalah tidak dapat berpikir reversibel dan bersifat egosentris.

c) Tingkat Operasional Konkret (pada usia 7-11 tahun)

Pada tingkat ini anak mulai berpikir rasional. Dalam memecahkan masalah

yang konkret anak dapat mengambil keputusan secara logis. Namun demikian

anak pada tahap ini belum mampu untuk berpikir dengan materi yang abstrak.

d) Tingkat Operasi Formal ( pada usia 11 tahun ke atas )

Pada tahap ini, anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk

membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Anak juga sudah memiliki

kemampuan berpikir abstrak.

Menurut Piaget, seseorang yang semakin dewasa akan beradaptasi

dengan lingkungannya sehingga menyebabkan perubahan struktur kognitifnya.

Apabila seseorang menggunakan struktur kognitif (kemampuan) yang sudah ada

untuk menanggapi suatu masalah dari lingkungan tersebut maka terjadilah proses

asimilasi. Jika seseorang memerlukan modifikasi dari struktur mental yang sudah

ada untuk menghadapi masalah tersebut maka terjadilah proses akomodasi.

Akibatnya, terjadilah proses equilibrasi (keseimbangan) diantara asimilasi dan

akomodasi sehingga seseorang dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Dalam

pembelajaran, siswa harus diberikan area yang belum ia ketahui agar belajar sebab

ia tidak dapat belajar dari apa yang telah diketahuinya. Siswa akan beradaptasi

terhadap area baru itu sehingga terjadi keseimbangan dalam struktur kognitifnya.

Pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dan diskusi

juga dapat diterapkan dalam pembelajaran sesuai dengan teori belajar menurut

Piaget. Melalui pendekatan ini, siswa diberi permasalahan sebagai area baru bagi

siswa agar belajar. Selanjutnya, siswa berupaya beradaptasi dalam pembelajaran

baik melalui metode demonstrasi maupun diskusi untuk mencari jawaban dari

permasalahan yang telah diberikan tersebut. Pemilihan permasalahan dalam

pembelajaran ini juga telah sesuai dengan tahap perkembangan intelektual siswa

(28)

commit to user c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar merupakan proses yang kompleks dalam diri seseorang. Oleh

karena itu banyak faktor yang ikut mempengaruhinya. Menurut Muhibbin Syah

(1995 : 132), ”Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri atas tiga macam,

yaitu faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni kondisi jasmani dan

rohani siswa, faktor eksternal (faktor luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa, dan faktor pendekatan belajar.” Faktor internal siswa meliputi dua

aspek : pertama, aspek fisiologis yang bersifat jasmaniah seperti otot, mata

(penglihatan), dan telinga (pendengaran). Aspek kedua ialah aspek psikologis,

yang meliputi tingkat kecerdasan siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa,

dan motivasi siswa. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan sosial seperti

guru, staf administrasi di sekolah, teman, masyarakat, tetangga, orang tua dan

faktor lingkungan nonsosial meliputi sekolah, rumah, peralatan, alam, waktu

belajar dan kesiapan belajar. Muhibbin Syah (1995 :132) menjelaskan ”Faktor

pendekatan belajar merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi

dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran.”

Ballard dan Clanchy seperti yang dikutip Muhibbin Syah (1995 :128) menyatakan

terdapat 3 macam pendekatan belajar siswa, yakni pendekatan belajar reproduktif,

analitis, dan spekulatif. Sementara itu, Biggs yang dikutip Muhibbin Syah (1995

:129) menggolongkan 3 pendekatan belajar siswa, yaitu pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah), pendekatan deep (mendalam), dan pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi).

Agak berbeda dari pendapat di atas, Dimyati dan Mudjiono (1999 :

238-234) menggolongkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi

dua macam saja, yakni faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi

sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan

belajar, memperoleh perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang

tersimpan, kemampuan berprestasi, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan

keberhasilan belajar, dan cita-cita siswa. Faktor ekstern belajar meliputi guru

sebagai pembina siswa belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan

(29)

commit to user

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dicermati bahwa walaupun

penggolongan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar agak berbeda namun

pada penjabarannya terdapat kesamaan. Faktor pendekatan belajar yang

dikemukakan oleh Muhibbin Syah dapat digolongkan ke dalam faktor intern

menurut Dimyati dan Mudjiono yaitu mengolah bahan belajar. Dengan demikian,

penulis menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar dapat berasal

dari diri siswa (faktor intern) dan yang berasal dari luar siswa (faktor ekstern).

d. Minat Belajar Siswa

Seseorang yang tertarik atau memiliki perhatian untuk melakukan

sesuatu aktivitas tersebut. Winkel W.S (1991:105) mengatakan bahwa minat

diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap untuk merasa tertarik pada

bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi

itu. Seseorang yang tertarik atau memiliki perhatian untuk melakukan suatu

aktifitas tertentu, maka dimungkinkan ia memiliki minat terhadap aktifitas

tersebut. Minat itu sebagai dorongan yang menunjukkan perhatian individu

terhadap obyek yang menarik atau menyenangkan sehingga anak tersebut akan

berusaha lebih aktif karena suka terhadap materi itu sendiri.demikian juga

seseorang tidak akan merasa bosan menekuni sesuatu apabila dia memang

berminat terhadapnya. Sehingga minat seseorang terhadap sesuatu mempengaruhi

sikap dan perhatiannya.

Begitu juga dengan dunia pendidikan, minat seorang siswa terhadap

suatu pelajaran akan mempengaruhi aktifitas belajarnya dan pada akhirnya akan

berpengaruh juga pada prestasi belajarnya. Minat yang kuat mendasari tumbuhnya

sikap senang sehingga membuahkan prestasi gemilang. Winkel W.S. (1991:105)

menyatakan bahwa antara minat dan perasaan senang terdapat hubungan timbal

balik, sehingga tidak mengherankan kalau siswa yang berperasaan tidak senang

juga akan kurang berminat, dan sebaliknya. Disini terlihat bahwa sikap senang

menandakan adanya minat pada diri seseorang dan dengan minat yang kuat maka

seseorang akan memperoleh prestasi yang memuaskan.

Minat merupakan salah satu unsur pribadi yang berpengaruh terhadap

(30)

commit to user

akan dapat belajar sungguh-sungguh, dan dampaknya hasil belajar tidak akan

sesuai dengan yang diharapkannya. Dengan adanya minat belajar yang kuat,

subyek belajar akan memperhatikan dan mengenang bahan belajar yang disajikan

guru. Ini berarti bahwa minat merupakan suatu kekuatan yang mendororng

seseorang menaruh perhatian terhadap seseorang, suatu benda atau suatu kegiatan.

Minat belajar adalah hal yang penting dalam proses pembelajaran.

Dengan minat pembelajaran yang tinggi hasil prestasi yang dicapai dimungkinkan

akan lebih baik. Minat belajar fisika merupakan dorongan yang terdapat dalam

diri siswa itu dimana siswa merasa tertarik terhadap fisika yang dibuktikan bahwa

siswa itu selalu bersikap aktif dan positif dalam belajar fisika baik di sekolah

maupun di rumah.

Siswa yang mepunyai minat belajar fisika biasanya memiliki ciri-ciri

sebagi berikut:

a. Selalu bersikap ingin tahu tentang fisika

b. Jika ada kegiatan tentang fisika, ia selalu ingin mengikuti. Misalnya lomba

fisika, atau olimpiade fisika

c. Jika guru memberikan pelajaran fisika, anak tersebut aktif. Sehingga rasa

keingintahuannya itu akan terus mendorong minat belajar fisikanya tetap

eksis.

Dengan melihat pernyataan di atas, siswa yang memiliki sebagian dari

ciri-ciri di atas dimungkinkan dia memiliki minat belajar fisika yang tinggi. Jadi

minat belajar fisika adalah faktor intern yang terdapat dalam diri siswa yang

berupa dorongan rasa ketertarikan terhadap fisika, dalam hal ini pada pokok

bahasan Kalor.

e. Tujuan Belajar

Tujuan belajar adalah segala hasil belajar yang menunjukkan bahwa

siswa telah melakukan perbuatan belajar yang umumnya meliputi pengetahuan,

keterampilan, dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa.

Tujuan belajar berperan penting bagi guru dan siswa. Bagi guru, tujuan belajar

merupakan pedoman tindak mengajar. Dari segi siswa, tujuan belajar menjadi

(31)

commit to user

Proses belajar memiliki hubungan dengan tujuan belajar. Rumusan tujuan

belajar hendaknya disesuaikan dengan perilaku yang diharapkan dapat dilakukan

siswa. Sardiman A.M (2001: 28-29) merangkum tujuan belajar secara umum

sebagai berikut :

1) Untuk mendapatkan pengetahuan. Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pengetahuan dan kemampuan berpikir tidak dapat dipisahkan. Kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.

2) Penanaman konsep dan keterampilan. Penanaman konsep atau merumuskan konsep memerlukan keterampilan. Keterampilan ini dapat dipelajari dengan banyak melatih kemampuan.

3) Pembentukan sikap.Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai. Karena itu, guru tidak hanya sebagai pengajar tapi juga sebagai pendidik yang memberikan nilai-nilai tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar

adalah hasil belajar yang hendak dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran.

Sesuai dengan tujuan belajar di atas, yakni mendapatkan pengetahuan, penanaman

konsep / keterampilan, dan pembentukan sikap, hasil belajar juga meliputi hal

ihwal keilmuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif).

f. Kemampuan Kognitif

Adanya suatu penilaian merupakan salah satu bagian dari kegiatan atau

usaha. Melalui kegiatan ini, kita dapat mengetahui sejauh mana hasil dari suatu

kegiatan. Dalam proses pembelajaran di sekolah, hasil yang didapat biasanya

disebut dengan prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh siswa selama

mengikuti proses pembelajaran. Hal ini akan memberikan masukan bagi guru

untuk mengetahui seberapa banyak siswa mampu menguasai materi yang diterima

selam proses pembelajaran tersebut berlangsung.

Adapun pengertian prestasi belajar menurut Sutratinah Tirtonegooro

(1994 : 43) adalah “Penilaian hasil usaha yang dinyatakan dalam bentuk symbol,

angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai

oleh setiap anak dalam periode tertentu”. Dari pendapat tersebut maka

disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah

(32)

commit to user

Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang yang

telah mengikuti proses pembelajaran. Prestasi belajar fisika merupakan hasil yang

telah dicapai seorang siswa setelah mengikuti proses belajar fisika. Prestasi yang

diperoleh siswa biasanya berupa nilai mata pelajaran fisika.

Dari berbagai keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi dapat

digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti

proses pembelajaran. Prestasi belajar dalam pengertian ini adalah prestasi belajar

kemampuan kognitif fisika siswa pokok bahasan Kalor yang dicapai siswa setelah

proses pembelajaran berlangsung.

Prestasi belajar mencakup tiga aspek penilaian yaitu aspek kognitif,

aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Berikut akan dijelaskan aspek kognitif

sebagai prestasi belajar siswa.

Kognitif adalah sesuatu yang berhubungan dengan atau melibatkan suatu

kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan,

dan sebagainya) atau usaha mengenai sesuatu melalui pengalaman sendiri, juga

suatu proses pengenalan dan penafsiran lingkungan oleh seseorang serta hasil

perolehan pengetahuan.

Cara penalaran atau kognitif seseorang terhadap suatu objek selalu

berbeda-beda dengan orang lain. Artinya objek penalaran yang sama mungkin

akan mendapat penalaran yang berbeda dari dua orang atau lebih. Jadi, karena

berbeda dalam penalaran, berbeda pula dalam kepribadian, maka terjadilah

perbedaan individu.

Aspek kognitif ini, secara garis besar meliputi jenjang-jenjang yang

dikembangkan oleh Bloom, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan (knowledge), yaitu mengenali kembali hal-hal yang bersifat umum dan khas, mengenali kembali metode dan proses, mengenali kembali

pola, struktur dan perangkat.

b. Pemahaman (comprehension), mencakup kemampuan untuk memahami, menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.

(33)

commit to user

d. Analisis (analysis), adalah menjabarkan sesuatu ke dalam unsur-unsur, bagian-bagian atau komponen-komponen sedemikian rupa sehingga tampak

jelas susunan dan hirarkis gagasan yang ada di dalamnya, atau tampak jelas

hubungan antara berbagai gagasan yang dinyatakan dalam suatu komunikasi.

e. Sintesis (syntesis), memerlukan kemampuan untuk menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian sedemikian rupa sehingga membentuk suatu keseluruhan

yang utuh.

f. Evaluasi (evaluation), merupakan kemampuan untuk menetapkan sesuatu tertentu.

Kategori-kategori ini disusun secara hirarkis, sehingga menjadi taraf-taraf

yang semakin menjadi bersifat kompleks, mulai dari yang pertama sampai dengan

yang terakhir.

2. Hakikat Fisika

Fisika merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Oleh

karena itu, ciri-ciri maupun definisi Fisika tidak berbeda jauh dari definisi IPA

yang di dalamnya mencakup gejala-gejala alam. Pendapat Gerthsen yang dikutip

oleh Herbert Druxes et al (1986 : 3) menyatakan “Fisika adalah suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam sesederhana mungkin dan berusaha menemukan

hubungan antara kenyataan-kenyataan persyaratan utama untuk pemecahan

masalah dengan mengamati gejala-gejala tersebut”. Selanjutnya, Brockhaus yang

dikutip oleh Herbert Druxes et al (1986 : 3) berpendapat “Fisika adalah pelajaran tentang kejadian di alam, yang memungkinkan penelitian dengan percobaan,

pengukuran apa yang didapat, penyajian secara matematis, dan berdasarkan

peraturan-peraturan umum”. Hal ini berarti bahwa Fisika merupakan teori yang

mempelajari gejala-gejala alam, hasilnya dirumuskan dalam bentuk definisi ilmiah

dan persamaan matematis berdasarkan hasil pengamatan dan penyelidikan.

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Fisika

merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kejadian-kejadian alam dengan

penyajian yang sesederhana mungkin yang diperoleh dari penelitian, percobaan,

dan pengukuran untuk menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataan yang

(34)

commit to user

memperoleh pengetahuan atau produk Fisika yang berupa fakta, konsep, hukum,

dan teori adalah tidak terlepas dari proses yang berkaitan

keterampilan-keterampilan tertentu seperti mengamati, menafsirkan, menerapkan,

merencanakan percobaan, dan mengkomunikasikan. Sikap yang melandasi proses

tersebut adalah sikap ilmiah, antara lain rasa ingin tahu dan mau menghargai

pendapat orang lain

3. Hakikat Mengajar

a. Pengertian Mengajar

Mengajar merupakan suatu upaya yang dilakukan guru agar siswa

belajar. Bagi seorang guru, mengajar mengandung arti membimbing dan

membantu untuk memudahkan siswa dalam menjalani proses belajar. Oemar

Hamalik (1992 : 58) berpendapat ”Mengajar adalah aktivitas mengorganisasi atau

mengatur lingkungan sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi

anak-anak untuk melakukan proses belajar mengajar secara efektif”. Sejalan

dengan pendapat ini, S. Nasution (2000 :4) menyatakan “Mengajar adalah suatu

aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan

menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar”. Kedua

pendapat tersebut sama-sama menekankan akan pentingnya mengatur lingkungan

dalam proses belajar mengajar. Sementara itu, menurut Tyson dan Caroll yang

dikutip oleh Muhibbin Syah (1995: 183), “Mengajar adalah sebuah cara dan

sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif

melakukan kegiatan.” Pengertian ini mengisyaratkan bahwa dalam mengajar, guru dan siswa perlu saling berinteraksi dengan baik dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu upaya untuk menciptakan kondisi yang

sebaik-baiknya di mana guru dan siswa sama-sama aktif dan saling mengadakan

interaksi dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat belajar secara efektif.

Dalam upaya menciptakan kondisi belajar yang baik, terdapat faktor yang

mempengaruhi, yaitu lingkungan. Oleh karena itu, lingkungan harus dimanfaatkan

(35)

commit to user b. Kegiatan Mengajar

Dalam melaksanakan kegiatan mengajar, seorang guru harus berinteraksi

dengan siswanya. Agar terjadi interaksi yang saling mendukung diperlukan

adanya komunikasi yang baik. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan pemilihan

desain instruksional atau program pengajaran yang tepat. Selain itu, seorang guru

perlu mempertimbangkan beberapa hal supaya kegiatan mengajarnya dapat

berlangsung secara efektif. Pendapat Henich et al yang dikutip oleh Soekartawi (1995: 49) memberikan hal-hal yang dapat menjadi pertimbangan pemilihan

desain instruksional yang disingkat dengan ASSURE, yaitu :

1.) Analyze (analisis karakteristik siswa);

2.) State objectives (tentukan tujuan dan alasan mengapa memilih model instruksi tersebut);

3.) Select (pilih dan modifikasi bahan yang digunakan dalam model instruksi);

4.) Utilize (gunakan bahan yang digunakan dalam media atau model instruksi tersebut);

5.) Require (minta siswa untuk merespons apakah model instruksi tersebut sudah cocok untuk digunakan);

6.) Evaluate (evaluasi apakah model instruksi tersebut cukup efektif)

Kegiatan mengajar yang efektif akan memungkinkan tercapainya

pembelajaran yang efektif pula. Berkaitan dengan pembelajaran yang efektif,

Pendapat Richard Dunne dan Ted Wragg (1996:12) bahwa pembelajaran efektif

memiliki karakteristik antara lain : “Pembelajaran tersebut memudahkan murid

belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan

bagaimana hidup serasi dengan sesama manusia, atau sesuatu hasil belajar yang

diinginkan”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan mengajar

yang baik membutuhkan komunikasi yang baik terutama di antara guru dan siswa.

Hal ini dapat diwujudkan dengan desain instruksional yang efektif. Pemilihan

desain intruksional tersebut perlu mempertimbangkan beberapa hal seperti yang

telah disebutkan di atas sehingga terjadi pembelajaran efektif yang memudahkan

(36)

commit to user

4. Pendekatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran merupakan proses yang harus dilakukan oleh

siswa dengan bimbingan guru agar tujuan pembelajaran tercapai. Maka dari itu,

guru perlu mempertimbangkan dalam memilih pendekatan pembelajaran yang

akan diterapkan. Berkenaan dengan pengertian pendekatan, Zuhdan K. Prasetyo

(2000 : 3.3) menyatakan ”Pendekatan adalah teori atau asumsi yang dikemukakan

dan dipercaya sangat membantu terwujudnya pembelajaran yang efektif”.

Sementara itu, W. Gulo (2002 :4) mengemukakan bahwa ”Pendekatan merupakan

sudut pandang kita dalam memandang seluruh masalah yang ada dalam program

belajar-mengajar”. Berdasarkan kedua pendapat ini, dapat disimpulkan bahwa

pendekatan pembelajaran merupakan teori atau asumsi yang melandasi sudut

pandang guru dalam mewujudkan proses pembelajaran yang efektif. Dalam

kesimpulan ini, guru dinyatakan secara eksplisit karena para gurulah yang

berperan dalam menentukan pendekatan pembelajaran tersebut.

Secara umum, dikenal dua macam pendekatan pembelajaran, yakni

Teacher Centered Learning (TCL) dan Student Centered Learning (SCL). Sekarang ini, pemilihan pendekatan pembelajaran lebih mengarah berpusat pada

siswa (SCL). Secara khusus, dikenal pula beberapa pendekatan pembelajaran

antara lain pendekatan keterampilan proses, pendekatan konsep, pendekatan

konstruktivisme, pendekatan deduktif, pendekatan induktif, pendekatan

ekspositori dan pendekatan heuristik. Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan

keterampilan proses.

a. Pendekatan Keterampilan Proses

Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang

memungkinkan terjadinya belajar pada diri siswa. Tujuan pokok kegiatan

pembelajaran di sekolah haruslah membelajarkan siswa. Proses pengajaran

merupakan peristiwa yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik

untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Suatu pengajaran menggunakan

pendekatan keterampilan proses berarti pengajaran itu berusaha menempatkan

(37)

commit to user

pendekatan keterampilan proses tergolong pendekatan pembelajaran yang

berpusat pada siswa atau Student Centered Learning (SCL).

Pengertian pendekatan keterampilan proses menurut Depdikbud seperti

dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono (1999 : 138) adalah ”... wawasan atau anutan

pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang

bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah

ada pada diri siswa”. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan keterampilan proses berupaya untuk mengembangkan potensi yang telah ada pada diri siswa.

Sementara itu, Conny R. Semiawan, dkk (1991: 169) menyatakan

”Pengembangan dan penguasaan konsep melalui belajar bagaimana mempelajari konsep itulah yang disebut pengembangan keterampilan proses”. Pernyataan ini mengandung maksud bahwa belajar melalui pendekatan keterampilan proses lebih

bergantung pada bagaimana konsep dari suatu pelajaran diajarkan bukan pada apa

yang diajarkan. Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan mentalnya

sehingga memiliki kemampuan belajar bagaimana mempelajari sesuatu (to learn how to learn). Selanjutnya, pendapat Funk yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono, (1999: 138-139) memberikan penjelasan tentang pendekatan tersebut

sebagai berikut :

1) Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan

2) Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberikan kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekadar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Di sisi yang lain, siswa merasa bahagia sebab mereka aktif dan tidak menjadi pebelajar yang pasif

3) Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang

berupaya untuk mengembangkan potensi berupa keterampilan yang telah ada pada

(38)

commit to user

suatu pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, dan teori). Di samping itu, siswa diberi

kesempatan yang lebih untuk berperan secara aktif dalam proses pembelajaran.

b. Jenis-Jenis Keterampilan Proses

Secara umum, pendapat Funk yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono

(1999 :140), menyatakan ”Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses,

keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar

(basic skills) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills)”. Keterampilan dasar meliputi keterampilan dalam observasi, mengklasifikasi,

memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Sedangkan

keterampilan terintegrasi terdiri dari : mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi

data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar

variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun

hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan

melaksanakan eksperimen. Dimyati dan Mudjiono (1999: 145) lebih lanjut

menjelaskan bahwa keterampilan-keterampilan dasar tersebut melandasi

keterampilan-keterampilan terintegrasi yang pada hakikatnya diperlukan untuk

melakukan penelitian.

Berkenaan dengan jenis-jenis keterampilan proses, Conny R. Semiawan,

dkk (1992 :17-18) menguraikan keterampilan proses menjadi sembilan hal, yang

meliputi keterampilan :

1) mengobservasi atau mengamati, termasuk di dalamnya : a. menghitung

b. mengukur c. mengklasifikasi

d. mencari hubungan ruang / waktu 2) membuat hipotesis

3) merencanakan penelitian / eksperimen 4) mengendalikan variabel

5) menginterpretasi atau menafsirkan data 6) menyusun kesimpulan sementara (inferensi) 7) meramalkan (memprediksi)

8) menerapkan

9) mengkomunikasikan

Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa walaupun

(39)

commit to user

Funk dan Conny R. Semiawan, dkk nampak agak berbeda namun jika dicermati

pada prinsipnya terdapat kesamaan pada beberapa jenis keterampilan proses. Hal

ini mengisyaratkan bahwa penggolongan dan perincian jenis-jenis keterampilan

proses itu bukanlah sesuatu yang mutlak. Hal yang lebih penting adalah

bagaimana menerapkan keterampilan-keterampilan proses tersebut dalam proses

pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik pelajaran atau pokok bahasan

yang diajarkan.

5. Metode Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru

dan siswa dalam situasi pendidikan atau pengajaran untuk mewujudkan tujuan

yang telah ditetapkan. Untuk mewujudkan interaksi tersebut maka guru perlu

menerapkan pendekatan pembelajaran yang telah dipilihnya melalui metode

mengajar. Pendapat Tardif yang dikutip oleh Muhibbin Syah (1995 : 202) bahwa

“Metode mengajar merupakan cara yang berisi prosedur baku melakukan kegiatan kependidikan, khususnya penyampaian materi pelajaran kepada siswa.”

Pengertian ini mengisyaratkan bahwa metode mengajar merupakan cara yang

bersifat lebih operasional dalam menyajikan pelajaran kepada siswa melalui

langkah-langkah pembelajaran tertentu. Terdapat beberapa macam metode dalam

pembelajaran, antara lain metode demonstrasi, diskusi, eksperimen, ceramah,

inquiry, discovery, simulasi atau bermain peran, tanya jawab, dan metode pemberian tugas atau resitasi. Namun, metode yang dipilih dalam penelitian ini

adalah metode demonstrasi dan metode diskusi. Pemilihan ini didasarkan pada

pendekatan pembelajaran, kesesuaian dengan teori-teori belajar yang telah di

kemukakan sebelumnya, dan situasi pembelajaran yang diharapkan.

a. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi dapat di terapkan dalam pembelajaran IPA terutama

Fisika. Menurut Muhibbin Syah (1995: 209), “Metode demontrasi adalah metode

mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan

melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan

media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang

Gambar

Gambar 2.12  Paradigma Penelitian
Tabel 3.1 Desain  Penelitian
Tabel 3.2 Persiapan Uji Anava Dua Jalan Isi Sel Tak Sama
Gambar 4.1Diagram Lingkaran Data Minat Belajar Fisika                                                Siswa Kelompok Eksperimen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik, hubungan faktor umur, antenatal care, riwayat abortus, paritas, dan suplementasi asam folat pada pasien maternal selama

tugas akhir, baik dari sumber yang dipublikasikan ataupun tidak termasuk dari buku, artikel. jurnal, catatan kuliah, tugas mahasiswa lain dan lainnya, telah

Anonim,Switching Power Supply Saturday, September 13th, 2014 -

Teknologi komunikasi dan informasi merupakan sarana yang dapat digunakan untuk mengumpulkan atau menyediakan informasi yang dibutuhkan organisasi dengan akurat dan tanpa

Secara umum, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan

Analisis Tentang Solusi Dalam Mengimplementasikan Metode Bercakap-Cakap Untuk Menanamkan Akhlak Anak Usia Dini Di RA Muslimat Al Khurriyah 01 Besito Gebog Kudus

kinds of English textbooks used by students in schools.. However, the reality not all the English textbooks