• Tidak ada hasil yang ditemukan

Telaah Eutrofikasi pada Waduk Alam Rawapening

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Telaah Eutrofikasi pada Waduk Alam Rawapening"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TELAAH EUTROFIKASI PADA WADUK ALAM

RAWAPENING

U gro H a ri M urt iono da n Agus Wurya nt a

Peneliti Madya pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS Surakarta E-mail :uh_murtiono@yahoo.com

ABSTRAK - Waduk alam Rawapening merupakan salah satu prioritas penanganan permasalahan lingkungan hidup terkait dengan tingginya lonjakan populasi enceng gondok (eichornia crassipes) yang telah mengganggu pasokan air untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Tuntang. Melonjaknya populasi enceng gondok diduga disebabkan oleh tingginya unsur hara (Eutrofikasi) di Rawapening, yang berasal dari hasil penggunaan pupuk kimia pada sawah irigasi, sawah tadah hujan dan lahan sayuran. Eutrofikasi adalah proses pengayaan (enrichment) air dengan unsur hara berupa bahan anorganik yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan produktifitas primer perairan terutama unsur hara Nitrogen (N) dan Phospor (P), hal ini merupakan masalah yang dihadapi di seluruh dunia yang terjadi di ekosistem air tawar maupun marin.Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber terjadinya eutrifikasi di Waduk Alam Rawapening di Kab, Semarang, Jawa Tengah. Metode yang digunakan adalah mengambil dan menganalisis sampel air permukaan yang diduga sebagai penyumbang eutrifikasi seperti lahan pertanian (sawah irigasi, sawah tadah hujan dan lahan sayuran) di Daerah Tangkapan Air Rawapening. Disamping itu juga dilakukan analisis sampel air permukaan pada masing masing sungai utama yang bermuara di Waduk alam Rawapening. Penentuan titik sampel, dilakukan berdasarkan peta penggunaan lahan skala 1:25.000 yang telah diperbaharui dengan analisis citra SPOT tahun 2006 dengan bantuan perangkat Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil kajian menunjukkan, unsur Nitrogen (N) yang masuk dalam Waduk Alam Rawapening sangat tinggi yaitu sebesar 2.181,71 ton/th (53,73% dari total semua unsur zat kimia). terendah di Sungai Kedung Ringin 19,479 ton/th. Kandungan unsur P sebesar 420,04 ton/th (10,34% dari total semua unsur zat kimia). Kandungan unsur N dan P tertinggi pada S.Panjang yaitu sebesar 769,025 ton/th dan 105,432 ton/th. Sedangkan Sungai Kedung Ringin menyumbang unsur N dan P terendah yaitu sebesar 19,479 ton/th dan 4,790 ton/th. Dapat disimpulkan bahwa penyumbang eutrofikasi tertinggi di Waduk alam Rawapening berasal dari lahan sayur (591,923 ton/th atau 62,06 %)di Sub DAS Panjang.

Kata Kunci : Eutrifikasi, Lahan Pertanian, dan Waduk Alam Rawapening.

(2)

buatan antaralain penurunan pH tanah, rusaknya struktur tanah, keseimbangan organisme di dalam tanah terganggu dan menurunnya kualitas air permukaan pada lahan pertanian dan sungai (Novisan., 2002).

Waduk alam Rawapening di Kabupaten Semarang merupakan salah satu waduk prioritas penanganan terkait dengan permasalahan lingkungan hidup yaitu lonjakan pertumbuhan gulma air (enceng gondok/eichornia crassipes dan ganggang rante/hydrilla) dan tingginya sedimentasi dan. Melonjaknya populasi enceng gondok diduga disebabkan oleh tingginya unsur hara (Eutrofikasi) di Rawapening. Menurut Effendi., H. (2003), Eutrofikasi adalah proses pengayaan (enrichment) air dengan unsur hara berupa bahan anorganik yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan produktifitas primer perairan terutama unsur hara Nitrogen (N) dan Phospor (P). Unsur hara tersebut berasal dari hasil penggunaan pupuk kimia pada lahan pertanian (sawah irigasi, sawah tadah hujan dan lahan sayuran) yang terbawa aliran sungai dan bermuara di waduk alam Rawapening. Terdapat 9 (sembilan) sungai yang berada di Daerah Tangkapan Air (DTA) dan bermuara di waduk alam Rawapening yaitu Panjang, Galeh, Rengas, Torong, Kedung Ringin, Ringin, Parat, Sraten dan Legi. Selanjutnya nama sungai tersebut digunakan sebagai nama sub DAS di DTA Rawapening

Selain itu, sedimentasi di waduk alam Rawapening Kabupaten Semarang terus mengalami peningkatan dari 133,75 m3 pada tahun 1993 menjadi 149,22 m3pada tahun 2003. Akibatnya daya tampung air Rawapening menurun sekitar 16 juta m3 selama kurun waktu 28 tahun (1976 s/d 2004) yaitu dari 65 juta m3 menjadi 49 juta m3 (Kompas. 2009). Apabila tidak segera dilakukan upaya penyelamatan, eksistensi waduk alami tersebut terancam dan diperkirakan pada tahun 2021 Rawapening akan berubah menjadi daratan. Sedangkan melonjaknya pertumbuhan enceng gondok telah menutupi hampir 70 % (seluas 2.667 ha) luas permukaan genangan air (Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah. 2012). Hal tersebut telah mengganggu pasokan air untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tuntang.

Oleh karena itu kajian mengenai kualitas air permukaan sebagai penyebab eutrofikasi penting dilakukan yang selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai upaya penanganannya. Analisis kualitas air pada lahan pertanian (Sawah irigasi, sawah tadah hujan dan lahan sayur) di masing masing sub DAS sebagai point source pollution dan di masing masing sungai sebagai non point source pollution, dilakukan untuk mengetahui besarnya kandungan unsur hara terutama unsur N dan P. Tujuan kajian adalah mengidentifikasi sumber terjadinya eutrofikasi di Waduk Alam Rawapening di Kab, Semarang, Jawa Tengah.

METODE

Rancangan Penelitian

(3)

pemupukan dilakukan dua kali untuk satu kali masa tanam. Sedangkan pada lahan sayur pemupukan dilakukan tiga kali dalam satu tahun.

Prosedur Kerja

Melakukan identifikasi jenis-jenis penggunaan lahan dengan bantuan peta dan citra pengindraan jauh dengan bantuan Sistem Informasi Geografis (SIG) Informasi penutupan/penggunaan lahan di DTA Rawa Pening diperoleh dari peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1:25.000 tahun 2001 dalam format digital dan hasil analisis citra SPOT 4 perekaman 18 Agustus tahun 2006 dan cek lapangan tahun 2015. Pengambilan sampel air juga dilakukan pada DAS Tuntang Hulu (Panjang, Galeh, Rengas, Torong, Kedung Ringin, Ringin, Parat, Sraten dan Legi) terutama pada wilayah yang diduga sebagai penyumbang nutrient terbesar sehingga menyebabkan eutrofikasi di Waduk Alam Rawa Pening yaitu pada lahan pertanian sawah irigasi, sawah tadah hujan dan pertanian sayur. Penentuan titik pengambilan sampel tersebut, dilakukan berdasasarkan peta penggunaan lahan dan akan disesuaikan pada saat survey di lapangan. Lokasi pengambilan sampel air terbagi dalam 2 titik yaitu: point source pollution dan non point source pollution. Point source pollution merupakan titik pengambilan sampel yang berada pada masing-masing penggunaan lahan dominan (Sub sub DAS) sedangkan non point source pollution berada pada masing-masing outlet sub DAS yang masuk pada Waduk Alam Rawapening.

Bahan dan peralatan

Bahan dan peralatan yang diperlukan untuk kegiatan penelitian ini yaitu : ATK (kertas HVS, tonner printer, ordner, stopmap, flashdisk, stopmap); bahan perlengkapan lapangan (blocknote, pensil,ballpoint, jas hujan, sepatu lapangan; plot penjeratan sedimen erosi dengan metode stik pada tanaman mangrove; camera; meteran dan hagameter; abney level; dan peralatan survey tanah (bor, cangkul, skop, pisau, plastik, ring sampel).

Lokasi Penelitian

(4)

Gambar 1. Lokasi kajian

Analisis Data

Menghitung kandungan unsur hara berupa Nitrogen (N) dan Phosphor (P) yang dilakukan pada saat pemupukan pada penggunaan lahan yang diduga sebagai penyumbang tertinggi terjadinya eutrifikasi di Waduk Alam Rawa Pening yaitu pada penggunaan lahan: sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan lahan sayur pada masing masing sub DAS yang masuk di DTA Waduk Alam Rawa Pening (Panjang, Galeh, Rengas, Torong, Kedung Ringin, Ringin, Parat, Sraten dan Legi).

HASIL dan PEMBAHASAN

Penggunaan lahan yang diduga sebagai sumber terjadinya eutrifikasi di Waduk Alam Rowopening.

(5)

dalam 1 tahun 2 masa panen, pada sawah tadah hujan dengan pemupukan 2 kali dalam 1 tahun 1 masa panen, dan pada lahan sayur dengan pemupukan 1 kali dalam 1 tahun 3 masa panen. Distribusi spasial penggunaan lahan di DTA Rawapening disajikan pada gambar 2. Luas Penutup/Penggunaan Lahan pada sub-sub DAS di DTA Rawapening disajikan pada Tabel 1.

(6)

Tabel 1. Luas Penutup/Penggunaan Lahan pada sub-sub DAS di DTA Rawa Pening.

No. Sub DAS Luas Penutup/penggunaan lahan (Ha) Jumlah

Sawah Irigasi Sawah Tadah Hujan Lahan sayur (ha)

1 Galeh 503,05 504,62 0,00 1.007,67

2 Kedung Ringin 74,62 10,42 0,00 85,04

3 Legi 256,23 127,89 0,00 384,12

4 Panjang 231,58 988,49 643,74 1.863,81

5 Parat 474,04 668,06 358,33 1.500,43

6 Rengas 488,84 248,13 0,00 736,97

7 Ringin 662,94 65,03 0,00 727,97

8 Sraten 265,17 402,71 218,29 886,17

9 Torong 509,97 117,40 0,00 627,37

10 Tubuh Air/Danau 0,00 0,00 0,00 0,00

3.466,46 3.132,74 1.220,36 7.819,56 Total

Prosentase 44,33 % 40,06 % 15,61 % 100%

Pemupukan yang dilakukan pada lahan sawah irigasi, sawah tadah, dan lahan sayur Pemupukan yang dilakukan pada lahan sawah irigasi dengan pupuk urea 400 kg/ha/th (0,4 ton/ha/th) dan ponska 400 kg/ha/tahun (0,4 ton/ha/th), dan sawah tadah hujan pupuk urea 200 kg/ha/th (0,2 ton/ha/th/) dan ponska 200 kg/ha/th (0,2 ton/ha/th/) sedangkan pada Lahan Sayur dengan menggunakan pupuk ZA = 750 kg/ha/th (0,75 ton/ha/th), Urea 1.050 kg/ha = (1,050 ton/ha/th), dan pupuk kandang = 7500 kg/ha/tahun (7,5 ton/ha/th). Jumlah Pemupukan Sawah Irigasi, Sawah Tadah Hujan, dan Lahan Sayur di DTA Tuntang Hulu, disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pemupukan Sawah Irigasi, Sawah Tadah Hujan, dan Lahan Sayur di DTA Rawa Pening

Urea Ponska Urea Ponska Za Urea Pupuk kandang

1 Galeh 201,222 201,222 100,925 100,925 0,000 0,000 0,000 2 Kedng Ringin 29,850 29,850 2,084 2,084 0,000 0,000 0,000 3 Legi 102,492 102,492 25,577 25,577 0,000 0,000 0,000 4 Panjang 92,632 92,632 197,697 197,697 482,808 869,054 4.828,08 5 Parat 189,616 189,616 133,613 133,613 268,746 483,743 2.687,46 6 Rengas 195,537 195,537 49,625 49,625 0,000 0,000 0,000 7 Ringin 265,175 265,175 13,007 13,007 0,000 0,000 0,000 8 Sraten 106,070 106,070 80,542 80,542 163,715 294,688 1.637,16 9 Torong 203,989 203,989 23,479 23,479 0,000 0,000 0,000

(7)

Kandungan unsur dalam pupuk urea dan ponska pada penggunaan lahan sawah rigasi dan tadah hujan

Kandungan unsur dalam pupuk urea berupa Nitrogen (N = 46 %), sedangkan 54% zat pembawa (carrier)berupa double superposfat (DS) dengan zat pembawanya, kandungan unsur pada pupuk phonska adalah Nitrogen (N) = 15 %, Phoshor (P) = 15 %, Kalium (K) = 15%, dan Sulfur = 10 %. Unsur kandungan dalam Pupuk urea dan Ponska Pada Penggunaan Lahan Sawah Irigasi dan Tadah Hujan disajikan pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Kandungan unsur dalam Pupuk Urea dan Ponska Pada Penggunaan Lahan Sawah Irigasi di DTA Rawa Pening.

Sawah Irigasi

1 Galeh 92,562 30,183 30,183 30,183 20,122

2 Kedung Ringin 13,731 4,477 4,477 4,477 2,985

3 Legi 47,146 15,374 15,374 15,374 10,249

4 Panjang 42,611 13,895 13,895 13,895 9,263

5 Parat 87,224 28,442 28,442 28,442 18,962

6 Rengas 89,947 29,331 29,331 29,331 19,554

7 Ringin 121,981 39,776 39,776 39,776 26,518

8 Sraten 48,792 15,910 15,910 15,910 10,607

9 Torong 93,835 30,598 30,598 30,598 20,399

637,828 207,988 207,988 30,183 138,658

Tabel 4. Kandungan unsur dalam Pupuk Urea dan Ponska Pada Penggunaan Lahan Sawah Tadah Hujan

1 Galeh 46,425 15,139 15,139 15,139 10,092

2

Kedung

Ringin 0,958 0,313 0,313 0,313 0,208

3 Legi 11,766 3,837 3,837 3,837 2,558

4 Panjang 90,941 29,655 29,655 29,655 19,770

5 Parat 61,462 20,042 20,042 20,042 13,361

6 Rengas 22,828 7,444 7,444 7,444 4,963

(8)

Kandungan unsur dalam pupuk ZA, urea, dan Pupuk Kandang Pada Penggunaan Lahan Sayur

Kandungan unsur dalam pupuk ZA berupa Nitrogen (N = 21 %) dan Sulfur (S= 24%) dan pada pupuk urea nitrogen (N) = 46 %. Unsur kandungan dalam Pupuk ZA, urea, dan Pupuk Kandang Pada Penggunaan Lahan Sayur, disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan unsur dalam Pupuk ZA, urea, dan pupuk kandang Pada Penggunaan Lahan Sayur.

Lahan Sayur

No Sub DAS ZA Urea Pupuk Kandang

N=21%

(ton/th) (ton/th)S=24% N = 46%(ton/th) Ton/th

1. Galeh 0,000 0,000 0,000 0,000

2. Kedung Ringin 0,000 0,000 0,000 0,000

3. Legi 0,000 0,000 0,000 0,000

4. Panjang 101,390 115,874 399,765 4.828,080

5. Parat 56,437 64,499 222,522 2.687,463

6. Rengas 0,000 0,000 0,000 0,000

7. Ringin 0,000 0,000 0,000 0,000

8. Sraten 34,380 39,292 135,556 1.637,155

9. Torong 0,000 0,000 0,000 0,000

192,207 219,665 589,434 9.152,698

Unsur N,P,K,S, dan Pupuk Kandang yang masuk di Waduk Rowopening dari penggunaan lahan Sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan lahan sayur.

Unsur N,P,K,S, dan Pupuk Kandang yang masuk di Waduk Rowopening dari penggunaan lahan Sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan lahan sayur. Disajikan pada Tabel 6. Dari unsur-unsur tersebut Pupuk kandang yang terbesar dengan 9.152,698 ton/th (78,66%), sedangkan sisanya unsur N,P,K, dan Sulfur adalah 21,34 %.

Tabel 6. Unsur N,P,K,S, dan Pupuk Kandang yang masuk di Waduk Rowopening dari penggunaan lahan Sawah irigasi, Sawah tadah hujan, dan Lahan sayur yang masuk di Waduk Alam Rowopening.

Sub DAS N P K S Pupuk

Kandang Jumlah

Ton/th Ton/th Ton/th Ton/th Ton/th Ton/th

Galeh 184,309 45,322 45,322 30,214 0,000 305,167

Kedung Ringin 19,479 4,79 4,79 3,193 0,000 32,252

Legi 78,123 19,211 19,211 12,807 0,000 129,352

Panjang 177,257 43,55 43,55 29,033 4.828,08 5.005,34

Parat 476,129 48,484 48,484 32,323 2.687,46 0,000

Rengas 149,55 36,775 36,775 24,517 0,000 247,617

Ringin 169,691 41,727 41,727 27,819 0,000 280,964

Sraten 283,768 27,991 27,991 18,661 1.637,16 1.995,57

Torong 138,756 34,12 34,12 22,747 0,000 229,743

(9)

Tabel 7. Unsur kandungan dalam pupuk ZA dan urea Pada Penggunaan Lahan Sayur.

Sub DAS ZA (ton/th) Urea

(ton/th)

Pupuk Kandang dari Kotoran Sapi + Ayam (ton/th)*)

N=21% S=24% N=46% N=1,88% P=1,29% K=1,81% Ca=5,56% Mg=0,67%

Galeh 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Kdung Ringin 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Legi 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Panjang 101,390 115,874 399,765 90,768 62,282 87,388 268,441 32,348

Parat 56,437 64,499 222,522 50,524 34,668 48,643 149,423 18,006

Rengas 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Ringin 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Sraten 34,380 39,292 135,556 30,779 21,119 29,632 91,026 10,969

Torong 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,0000 0,000

192,207 219,665 589,434 172,071 118,070 165,664 508,890 61,323

*)Sumber: http://www.organikilo.co/2014/12/kandungan-unsur-hara-kotoransapi.html.

Tabel 8. Unsur N,P,K,S,Ca, dan Mg yang masuk di Waduk Rowopening dari penggunaan lahan Sawah irigasi, Sawah tadah hujan, dan Lahan sayur yang masuk di Waduk Alam Rowopening.

No. Sub DAS N P K S Ca Mg Jumlah

Ton/th Ton/th Ton/th Ton/th Ton/th Ton/th Ton/th

1. Galeh 184,309 45,322 45,322 30,214 0,000 0,000 305,167

2. Kedung Ringin 19,479 4,790 4,790 3,193 0,000 0,000 32,252

3. Legi 78,123 19,211 19,211 12,807 0,000 0,000 129,352

4. Panjang 769,025 105,832 130,938 144,907 268,441 32,348 1451,491

5. Parat 526,653 83,152 97,127 96,822 149,423 18,006 971,183

6. Rengas 149,550 36,775 36,775 24,517 0,000 0,000 247,617

7. Ringin 169,691 41,727 41,727 27,819 0,000 0,000 280,964

8. Sraten 314,547 49,110 57,623 57,953 91,026 10,969 581,228

9. Torong 138,756 34,120 34,120 22,747 0,0000 0,000 229,743

Jumlah 2.181,71 420,04 467,634 420,978 508,890 61,323 4.060,575 Prosentase 53,73 % 10,34 % 11,52 % 10,37% 12,53 % 1,51 % 100 %

(10)

kandungan unsur Ca = 508,890 ton/th (12,53%), tertinggi pada S.Panjang = 268,441 ton/th, terendah di Sungai Sraten 91,026 ton/th. Jumlah kandungan unsur Mg = 61,323 ton/th (1,51 %) tertinggi pada S.Panjang = 268,441 ton/th, terendah di Sungai Sraten 10,969 ton/th. Dari data pada Tabel 8 Nilai Nitrogen (N) yang masuk dalam Waduk Alam Rowo Pening sangat tinggi yaitu 53,73% yang diduga sebagai sumber Eutrifikasi yang terjadi di Waduk Alam Rowo Pening.

Tabel 9. Unsur N dan P yang diduga sebagai penyumbang eutrifikasi yang masuk di Waduk Rowopening dari penggunaan lahan Sawah irigasi, Sawah tadah hujan, dan Lahan sayur.

Ton/th Ton/th Ton/th Ton/th Ton/th Ton/th Ton/th Ton/th Ton/th

1. Galeh 122,745 30,183 61,564 15,139 0 0,000 184,309 45,322 229,631

2. Kd.

Ringin 18,208 4,477 1,271 0,313 0 0,000 19,479 4,79 24,269

3. Legi 62,52 15,374 15,603 3,837 0 0,000 78,123 19,211 97,334

4. Panjang 56,506 13,895 120,596 29,655 591,923 62,282 769,025 105,832 874,857 5. Parat 115,666 28,442 81,504 20,042 329,483 34,668 526,653 83,152 609,805

6. Rengas 119,278 29,331 30,272 7,444 0 0,000 149,55 36,775 186,325

7. Ringin 161,757 39,776 7,934 1,951 0 0,000 169,691 41,727 211,418

8. Sraten 64,702 15,910 49,13 12,081 200,715 21,119 314,547 49,11 363,657

9. Torong 124,433 30,598 14,323 3,522 0 0,000 138,756 34,12 172,876

845,816 207,988 382,194 93,982 953,712 118,070 2.181,722 420,04 2.601,762

Prosentase 49,52% 43,71% 85.85% 14,15%

Keterangan : - Jumlah kandungan unsur N pada penggunaan lahan (sawah irigasi + sawah tadah hujan + lahan) sebesar 2.181,722 ton/th. (85,85 %).

Jumlah kandungan unsur N tertinggi pada lahan sayur dengan jumlah sebesar 953,712 ton/th (43,71%), dari jumlah ini tertinggi terjadi pada sub DAS panjang sebesar 591,923 ton/th (62,06 %). - Jumlah kandungan unsur P tertinggi pada penggunaan lahan

(sawah irigasi + sawah tadah hujan + lahan) sebesar 420,04 ton/th (14,15 %)

Jumlah Kandungan unsur P tertinggi pada sawah irigasi sebesar 207 988 ton/th (49,52%), namun dari jumlah ini tertinggi terjadi pada lahan sayur sebesar 62,282 ton/th (30 %). Jumlah unsur P pada penggunaan lahan sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan lahan sayur sebesar 420,04 ton/th (14,15%)

(11)

lahan Sawah irigasi, Sawah tadah hujan, dan Lahan sayur sebesar 2.601,762 ton/th tertinggi di sub DAS Panjang sebesar 874,857 ton/th (33,62%)

KESIMPULAN

1. Penggunaan lahan yang diduga sebagai sumber terjadinya Eutrifikasi yaitu penggunaan lahan yang banyak menggunakan pupuk pada: sawah irigasi dengan luas: 3.466,46 ha (44,33 %), sawah tadah hujan dengan luas 3.132,74 ha (40,06 %), dan lahan sayur dengan luas 1.220,36 ha (15,61 %) 2. Pemupukan yang dilakukan pada lahan sawah irigasi dengan pupuk urea

400 kg/ha/th (0,4 ton/ha/th) dan ponska 400 kg/ha/tahun (0,4 ton/ha/th), dan sawah tadah hujan pupuk urea 200 kg/ha/th (0,2 ton/ha/th/) dan ponska 200 kg/ha/th (0,2 ton/ha/th/) sedangkan pada Lahan Sayur dengan menggunakan pupuk ZA = 750 kg/ha/th (0,75 ton/ha/th), Urea 1.050 kg/ha = (1,050 ton/ha/th), dan pupuk kandang = 7500 kg/ha/tahun (7,5 ton/ha/th).

3. Jumlah kandungan unsur N yang diduga sebagai penyumbang eutrifikasi yang masuk di Waduk Rowopening pada penggunaan lahan (sawah irigasi + sawah tadah hujan + lahan sayur) sebesar 2.181,722 ton/th (85,85%). 4. Jumlah kandungan unsur N yang diduga sebagai penyumbang eutrifikasi

yang masuk di Waduk Rowopening tertinggi pada lahan sayur sebesar 953,712 ton/th (43,71%) terjadi pada sub DAS panjang sebesar 591,923 ton/th (62,06 %)

5. Jumlah unsur P pada penggunaan lahan ( sawah irigasi + sawah tadah hujan + lahan sayur) sebesar 420,04 ton/th (14,15%).

6. Jumlah kandungan unsur P yang diduga sebagai penyumbang eutrifikasi yang masuk di Waduk Rowopening tertinggi pada sawah irigasi sebesar 207,988 ton/th (49,52%), namun dari jumlah ini tertinggi terjadi pada lahan sayur sebesar 62,282 ton/th (30 %)

7. Jumlah kandungan unsur (P + N) yang diduga sebagai penyumbang eutrifikasi yang masuk di Waduk Rowopening dari penggunaan lahan (sawah irigasi + sawah tadah hujan + lahan sayur) sebesar 2.601,762 ton/th tertinggi di sub DAS Panjang sebesar 874,857 ton/th (33,62%)

PENGHARGAAN (acknowledgement)

(12)

REFERENSI

__________.2009.Rawa Pening. Kampung itu Berubah Menjadi Rawa.Kompas, 10 Juni 2009.

Effendi.,H.2003.Telaah Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

http://www.organikilo.co/2014/12/kandungan-unsur-hara-kotoran-sapi.html. Kandungan Unsur Hara Kotoran Sapi, Kambing, Domba dan Ayam.

Novizan.2002.Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Lokasi kajian
Gambar 2. Peta penggunaan lahan DTA Rawapening
Tabel 1. Luas Penutup/Penggunaan Lahan pada sub-sub DAS di DTA Rawa
Tabel 3.  Kandungan unsur dalam  Pupuk Urea dan Ponska Pada Penggunaan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan yang mempunyai kepemilikan saham publik tinggi akan mengalami tekanan lebih besar dari investor publik untuk melakukan

interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam proses pembelajaran pada kombinasi sintaks inkuiri dengan strategi kooperatif terbukti dapat

Itu berarti ada proses terjadinya pendidikan yang baik bagi setiap murid yang merupakan proses pendewasaan rohani untuk dapat memiliki karakter dan moral yang benar

PENERAPAN MODELPEMBELAJARANPROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan surat perintah tersebut Kelurahan Pulau Karam Kecamatan Sukajadi melaksanakan tugas inventarisasi aset tanah milik pemerintah Kota Pekanbaru dengan

Secara parsial (Uji T) variabel tingkat harga menunjukkan 3,574 >1,990,artinya tingkat harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembiayaan mobil,

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung ulat sagu pada pakan buatan terhadap pertumbuhan dan

Penganalisaan secara teoritis bahwa setiap kelompok etnik memiliki kearifan lokal sendiri. Kepemilikan kearifan lokal ini berawal dari proses interarksi suatu