• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Tanggung Jawab Perusahaan Go Public Dalam Kerugian Penjualan Saham Pada Pasar Modal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Tanggung Jawab Perusahaan Go Public Dalam Kerugian Penjualan Saham Pada Pasar Modal"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN GO PUBLIC DALAM KERUGIAN PENJUALAN SAHAM DI PASAR

MODAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

OLEH

FITRIANI LUBIS 040200063

Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN GO PUBLIC DALAM KERUGIAN PENJUALAN SAHAM DI PASAR

MODAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

OLEH

FITRIANI LUBIS 040200063

Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata BW

Disetujui,

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

( Prof. Dr. H. Tan Kamelo. SH. MS ) NIP : 131 764 556

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Prof. Dr. H. Tan Kamelo. SH. MS) (Asmin Nasution)

NIP, 131 764 556 NIP, 132 302 943

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan berkah, rahmad dan hidayahNya berupa karunia kesehatan dan ilmu

pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi

persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul skripsi penulis adalah “TINJAUAN YURIDIS

TERHADAP TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN GO PUBLIC DALAM KERUGIAN PENJUALAN SAHAM PADA PASAR MODAL”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha sebaik mungkin namun

karena keterbatasan yang dimiliki, penulis menyadari masih banyak kekurangan

baik dari penyajian materi maupun penyampaiannya. Untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran bagi berbagai pihak guna memberikan masukan

demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam masa penulisan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa

penulis banyak sekali menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Runtung Sitepu, SH, M. Hum selaku Dekan Fakultas Hukum

(4)

2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, M. Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syariffudin Hasibuan, SH, DFM, MH selaku Pembantu Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Muhammad Husni, SH, M. Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. M.Hum selaku Ketua Departemen

Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah

bersedia dengan teliti memberikan bimbingan dan pengarahan dalam

penyusunan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tersebut.

6. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M. Hum selaku Dosen Pembimbing I

yang telah bersedia dengan teliti memberikan bimbingan dan pengarahan

dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M. Hum selaku Dosen Pembimbing II yang

telah bersedia dengan teliti memberikan bimbingan dan pengarahan dalam

penyusunan skripsi ini.

8. Ibu Dr.Yefrizawati, SH, M. Hum selaku dosen penasehat akademik penulis.

9. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah memberikan bimbingan selama

dalam perkuliahan.

10. Dan semua teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu

(5)

Wa bil khusus, Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada Orangtua No.1 di dunia Ayahanda H. Aswin lubis SE. dan

Ibunda Hj. Siti Aisyah nasution Bersyukur atas limpahan cinta, kasih sayang,

perlindungan, pengorbanan, perjuangan, dan doa. Sungguh, hanya surgalah yang

pantas menjadi ganjarannya.

Akhirnya sembari mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas

segala rahmad dan karuniaNya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat baik

bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca dan dapat digunakan untuk

kemajuan bangsa dan negara.

Medan, Desember 2009

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………... i

DAFTAR ISI……….. iv

ABSTRAKSI……….. vi

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang………... 1

B. Perumusan Masalah………... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 8

D. Keaslian Penelitian……….…… 9

E. Tinjauan Kepustakaan……… 9

F. Metode Penelitian………..… 12

G. Sistematika Penelitian……… 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI SAHAM PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 40 TAHUN 2007 ………. 26

A. Pengertian umum tentang modal perseroan……… 26

B. Mekanisme jual-beli saham perseroan…..………..….. 31

C. Perlindungan hukum modal perseroan……...….….…. 34

BAB III ANALISIS UMUM TENTANG PERTANGGUNG JAWABAN PERUSAHAAN GO PUBLIC ………. 44

A. Pengertian umum perusahaa Go Public………..……… 44

B. Tugas dan fungsi perusahaan Go Public……… 51

(7)

BAB IV TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN GO PUBLIC DALAM KERUGIAN PENJUALAN SAHAM PADA PASAR

MODAL…….………..……….. 66

A. Tanggung Jawab Perusahaan Go Public atas Pembelian Kembali Saham Perseroan.………... 66

B. Tanggung jawab perusahaan Go Public Berdasarkan Prinsip-Prinsip Business Judgement Rule…..……… 68

C. Dampak Kerugian Penjualan Saham di Pasar Modal Terhadap Peningkatan Nilai Perusahaan Go Public….………… 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 89

A. Kesimpulan……… 89

B. Saran……….. 91

(8)

ABSTRAKSI *) Fitriani Lubis

**) Tan Kamelo ***) Asmin Nasution

Penanaman modal merupakan segala kegiatan menanamkan modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Kendatipun kegiatan penanaman modal ini sangat diperlukan untuk membiayai pembangunan, akan tetapi dalam pelaksanannya harus tetap memperhatikan aspek-aspek perlindungan terhadap lingkungan hidup yang bukan saja diperlukan untuk masa sekarang tetapi untuk kepentingan generasi mendatang yang kesemuaannya akan dapat terlaksana dengan adanya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam bidang penanaman modal.

Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah apa yang dimaksud dengan penanaman modal yang berwawasan lingkungan, unsur apa saja yang merupakan bagian dari penanaman modal yang berwawasan lingkungan, serta apakah Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 telah memperhatikan aspek lingkungan hidup dalam pelaksanaannya. Pokok permasalahan tersebut diteliti dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik studi pustaka dan dianalisis dengan metode kwalitatif, dalam Undang-Undang Penanaman Modal ditentukan bahwa Investor, baik domestik maupun asing yang melakukan kegiatan investasinya di Indonesia, dalam pelaksanannya disarankan dilakukan dengan memperhatikan kriteria atau aspek Lingkungan Hidup.

(9)

ABSTRAKSI *) Fitriani Lubis

**) Tan Kamelo ***) Asmin Nasution

Penanaman modal merupakan segala kegiatan menanamkan modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Kendatipun kegiatan penanaman modal ini sangat diperlukan untuk membiayai pembangunan, akan tetapi dalam pelaksanannya harus tetap memperhatikan aspek-aspek perlindungan terhadap lingkungan hidup yang bukan saja diperlukan untuk masa sekarang tetapi untuk kepentingan generasi mendatang yang kesemuaannya akan dapat terlaksana dengan adanya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam bidang penanaman modal.

Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah apa yang dimaksud dengan penanaman modal yang berwawasan lingkungan, unsur apa saja yang merupakan bagian dari penanaman modal yang berwawasan lingkungan, serta apakah Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 telah memperhatikan aspek lingkungan hidup dalam pelaksanaannya. Pokok permasalahan tersebut diteliti dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik studi pustaka dan dianalisis dengan metode kwalitatif, dalam Undang-Undang Penanaman Modal ditentukan bahwa Investor, baik domestik maupun asing yang melakukan kegiatan investasinya di Indonesia, dalam pelaksanannya disarankan dilakukan dengan memperhatikan kriteria atau aspek Lingkungan Hidup.

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pokok kalimat keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,

mewajibkan negara dan pemerintah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia yang berarti harus melindungi seluruh

lingkungan hidup di Indonesia dengan segenap sumber daya insaninya.1

Tujuan dan arah pembangunan nasional sebagaimana ditetapkan dalam

program pembangunan nasional (Propenas) yakni, berusaha mewujudkan suatu

masyarakat adil dan makmur. Dimana masyarakat yang adil dan makmur itu

diwujudkan melalui pembangunan diberbagai bidang, diantaranya bidang

ekonomi. Pembangunan ekonomi identik dengan sektor-sektor ekonomi yang

terdapat dinegara ini. Seperti : sektor pertanian, kehutanan, perikanan,

pertambangan, industri, perdagangan, jasa-jasa dan lain-lain.

Berdasarkan hal itu maka arah pembangunan pertama kali dituangkan

kedalam Ketetapan MPR-RI No. II Tahun 1974 tentang Repelita II, Bab 4,

Pengelolaan Sumber-Sumber Alam dan Lingkungan Hidup. Sejak itu terdapatlah

Political Will pemerintah untuk melaksanakan pembangunan berwawasan

lingkungan.

2

1

Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan, Buku V sektoral, Jilid I (Bandung: penerbit Binacipta, 1982), hal.81.

2

Aminuddin ilmar.Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 2.

Sehingga

pembangunan ekonomi Indonesia yang diamanatkan oleh konstitusi harus

(11)

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menyebutkan bahwa perekonomian nasional

diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,

berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan

kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.3

Pembangunan menyeluruh tersebut merupakan pembangunan nasional

yang merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan berdasarkan rencana

tertentu, dengan sengaja, dan ,memang dikehendaki, baik oleh pemerintah yang

menjadi pelopor pembangunan,maupun oleh masyarakat. Pembangunan nasional

tersebut antara lain mencakup aspek-aspek ekonomi, politik, demografi, psikologi,

hukum, intelektual maupun teknologi termasuk industri.4

Penanaman modal berkembang sejalan dengan kebutuhan suatu Negara

dalam melaksanakan pembangunan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan

dan kemakmuran masyarakat. Selain itu kegiatan penanaman modal juga terjadi

sebagai konsekuensi dari berkembangnya kegiatan ekonomi dan perdagangan.5

Penanaman modal tidak saja merupakan kebutuhan penting bagi suatu negara

dalam pengembangan pembangunan ekonomi, namun juga merupakan sarana

utama dalam pembangunan suatu industri.6

Penanaman modal menjadi suatu hubungan ekonomi internasional yang

tidak terelakkan. Sebagaimana hubungan ekonomi internasional lainnya,

3

Jonker sihombing, Investasi Asing melalui Surat utang Negara di Pasar Modal, (Bandung: PT. Alumni, 2008), hal 15.

4

Dhaniswara K. Harjono.hukum penanaman modal.(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 3.

5

Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia dalam Menghadapi Era Globalisasi, (Jakarta: Pustaka Jaya Juli 2004), hal 1.

6

(12)

penanaman modal menjadi suatu tuntutan guna memenuhi kebutuhan suatu

negara, perusahaan dan juga masyarakat. Untuk itu pemerintah Indonesia

mengadakan pendekatan baru dalam kebijaksanaan ekonomi antara lain

mengundang kembali masuknya modal asing. Undang-undang Penanaman Modal

No. 25 Tahun 2007, untuk menarik modal asing di Indonesia, undang-undang ini

memberikan dan menyediakan perangsang di bidang perpajakan, jaminan untuk

mentransfer keuntungan, jaminan hukum terhadap kemungkinan nasionalisasi,

dan prosedur penyelesaian pertikaian yang mungkin timbul di kemudian hari.

Munculnya Penanaman Modal Asing (PMA) pertama kali diawali dengan

meletusnya revolusi industri di Eropa pada tahun 1760 khususnya di Inggris dan

menjalar ke Amerika pada tahun1860. sebelum meletusnya revolusi industri ini

kegiatan perekonomian diatur secara ketat oleh negara. Sehingga masyarakat

Eropa pada waktu itu menginginkan struktur baru dalam perekonomian yang

mengikut sertakan mereka (masyarakat) dalam kegiatan perekonomian.7

Penanaman modal di Indonesia sendiri di kenal pertama kali melalui

kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda yang memperkenalkan masuknya

modal asing Eropa untuk menanamkan usahanya di bidang perkebunan pada

tahun 1870 sebagai rangsangan atau insentif dikeluarkan oleh pemerintah kolonial

Belanda guna menarik penanam modal swasta Eropa maupun dari Negara sendiri

untuk melakukan usaha di daerah jajahannya melalui serangkaian kemudahan

7

(13)

seperti memperoleh lahan perkebunan, konsesi izin, serta ditambah dengan upah

buruh yang sangat murah.8

8

Jochen Rapke, Kebebasan yang Terhambat : Perkembangan Ekonomi dan Perilaku Kegiatan Usaha di Indonesian, (Jakarta: Gramedia, 1986) hal 157.

Dari kenyataan yang dapat dilihat dan dirasakan bersama menunjukkan

pembangunan pada awalnya hanya mengacu pada segi positifnya saja, terutama

dalam mengejar ketinggalan perekonomian terhadap negara-negara lain dan juga

untuk menyerap tenaga kerja yang sangat merisaukan karena jumlah

pengangguran pada waktu itu. Pemerintah menitik beratkan pada tujuan pokok

untuk mengundang investor agar bersedia menanamkan modalnya di Indonesia

sebagai langkah maju dalam mengupayakan perbaikan perekonomian di

Indonesia. Pada saat awal diberlakukannya undang-undang tentang PMA dan

PMDN, pemerintah bukan saja melakukan pemilihan industri secara selektif yang

tidak/kurang menimbulkan limbah yang dapat mengganggu kelestarian

lingkungan, tetapi banyak memberikan kemudahan-kemudahan bagi investor yang

menanamkan modalnya berlomba untuk mendirikan pabrik-pabrik tanpa adanya

pengawasan, apakah pabrik-pabrik itu akan menganggu kelestarian lingkungan

atau tidak.

Karena kurangnya pengawasan dari pemerintah dari gangguan yang akan

ditimbulkan dari pabrik-pabrik tersebut, maka bagi investor hanya terpikirkan,

bagaimana memperoleh lahan yang strategis dan murah dalam rangka

memperkecil biaya investasi tanpa memperdulikan gangguan yang ditimbulkan

(14)

Kondisi tanpa ketegasan dan menentu ini berjalan awal dekade

tujuhpuluhan sampai dengan dekade delapanpuluhan sehingga jumlah industri

berkembang dengan pesat dan sulit dilakukan pengawasan dengan tertib dan baik.

Dari perjalanan panjang masa berlakunya Undang-undang No. 1 tahun

1967 dan Undang-undang No. 6 tahun 1968 tentang PMA dan PMDN

menunjukkan bahwa peranan PMA dan PMDN dalam menunjang pembangunan

sangat menggembirakan. Hal ini dapat diupamakan ibarat gayung bersambut

antara pemerintah yang memerlukan investasi dengan para investor yang

menghendaki keamanan atas investasi yang ditanamkan dalam upaya

mengembangkan usaha.

Pertumbuhan industri PMA dan PMDN ini telah memainkan peranannya

dalam perekonomian Indonesia berarti taraf kehidupan masyarakat juga

meningkat menjadi lebih baik. Sejalan dengan peningkatan taraf hidup masyarakat

maka tuntutan kehidupan juga meningkat, satu diantara tuntutan tersebut adalah

kenyamanan hidup berarti pula kenyamanan lingkungan hidup.

Penanaman modal atau investasi merupakan pilar penting dalam

pertumbuhan ekonomi suatu negara karena ekonomi negara yang hendak tumbuh

berkelanjutan memerlukan modal terus-menerus. Dengan pendapatan per kapita

yang rendah, Indonesia memupuk modal dengan kecepatan tinggi.9

Atas dasar hal tersebut, suasana kebatinan pembentukan Undang-Undang

Penanaman Modal sedapat mungkin didasarkan pada semangat untuk

9

(15)

menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif sehingga Undang-Undang

Penanaman Modal dapat meningkatkan daya tarik Indonesia menjadi Negara

tujuan investasi.

Untuk itu, dalam kaitannya untuk menarik investasi, perlu dan patut

ditonjolkan beberapa perubahan mendasar yang bermuara pada peninggian

mobilitas. Kebijakan investasi yang mengandung pembatasan-pembatasan ketat

dan merupakan praktis luas hampir disemua negara berkembang harus diganti

dengan kebijakan investasi yang lebih terbuka. Nondiskriminasi dan perlakuan

yang sama bagi modal dalam negeri dan modal asing diterima sebagai salah satu

asas penting dalam kebijakan investasi. Perampingan daftar negatif investasi

hingga mencakup sejumlah kecil saja bisnis yang terkait dengan kesehatan,

pertahanan dan keamanan, moral dan lingkungan hidup.10

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 mencakup semua kegiatan

penanaman modal langsung di semua sektor. Undang-Undang ini juga membrikan

jaminan perlakuan yang sama dalam rangka penanaman modal. Selain itu,

Undang-Undang ini memerintahkan agar Pemerintah meningkatkan koordinasi

antarinstansi pemerintah, antarinstansi pemerintah dengan Bank Indonesia, dan

antarinstansi pemerintah dengan pemerintah daerah. Koordinasi dengan

pemerintah daerah harus sesuai dengan semangat otonomi derah. Pemerintah

daerah bersama-sama dengan instansi atau lembaga, baik swasta maupun

pemerintah, harus lebih diberdayakan lagi, baik dalam pengembangan peluang

potensi daerah maupun dalam koordinasi promosi dan pelayanan penanaman

10

(16)

modal. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur

dan mengurus sendiri urusan penyelenggaraan penanaman modal berdasarkan

asas otonomi daerah dan tugas perbantuan atau dekonsentrasi. Agar memenuhi

prinsip demokrasi ekonomi, Undang-Undang ini juga memerintahkan penyusunan

peraturan perundang-undangan mengenai bidang usaha yang tertutup dan yang

terbuka dengan persyaratan11, termasuk bidang usaha yang harus dimitrakan atau

dicadangkan bagi usaha mikro, kecil , menengah, dan koperasi.12

1. Apa yang dimaksud dengan penanaman modal yang berwawasan

lingkungan ?

Peningkatan peranan penanaman modal harus tetap dalam koridor

kebijakan pembangunan nasional yang direncanakan dengan tahap

memperhatikan makroekonomi dan keseimbangan ekonomi antarwilayah, sektor,

pelaku usaha, dan kelompok masyarakat, mendukung peran usaha nasional, serta

memenuhi kaidah tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan pada bab

sebelumnya, maka perlu dirumuskan yang menjadi judul skripsi ini. Persoalan

yang akan dibahas yaitu :

2. Unsur apa saja yang merupakan bagian dari penanaman modal yang

berwawasan lingkungan ?

11

Penentuan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan bertujuan untuk melindungi Lingkungan Hidup dari kerusakan yang diakibatkan Penanaman Modal yang berpengaruh pada lingkungan sekitarnya.

12

(17)

3. Apakah Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 telah memperhatikan aspek

lingkungan hidup dalam pelaksanaannya?

C. Tujuan dan Mamfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dapat diuraikan sebagai berikut

:

1. Untuk mengetahui maksud dari penanaman modal yang berwawasan

lingkungan.

2. Untuk mengetahui unsur apa saja yang merupakan bagian dari penanaman

modal yang berwawasan lingkungan.

3. Untuk mengetahui tentang keberadaan Undang-Undang No. 25 Tahun

2007 peduli atau tidaknya terhadap lingkungan hidup?

Manfaat penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, pastilah pembahasan terhadap masalah-masalah yang akan

dibahas dapat menimbulkan pemahaman baru di dalam pengetahuan terhadap

penanaman modal yang berwawasan lingkungan. Di ketahui bahwa penanaman

modal merupakan suatu suntikan baru dalam peningkatan sumber daya manusia,

tekhnologi, dan industrialisasi, maka diharapkan pembaca semakin mengetahui

tentang penanaman modal yang berwawasan lingkungan.

(18)

Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca

terutama para pihak yang ingin melakukan penanaman modal dan juga sebagai

bahan kajian untuk para akademisi dalam menambah wawasan pengetahuan

terutama dalam bidang penanaman modal yang berasas berwawasan lingkungan.

D. Keaslian Penulisan

Judul yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah ditulis di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, terutama yang berkaitan dengan

aspek hukum penanaman modal yang berwawasan lingkungan setelah keluarnya

Undang-undang (UU Penanaman Modal) UU No. 25 Tahun 2007. Penulis

menyusun melalui referensi buku-buku, media cetak dan media elektronik dan

bantuan dari berbagai pihak karena setelah melakukan penelusuran kepustakaan

fakultas dan kepustakaan Universitas Sumatera Utara dan kalaupun ada substansi

pembahasannya berbeda dengan pembahasan yang dipaparkan dalam skripsi ini.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam dekade terahir ini, penanaman modal tidak saja merupakan

kebutuhan penting bagi suatu negara dalam pengembangan pembangunan

ekonomi, namun juga merupakan sarana utama dalam pengembangan industri.

Demikian pula halnya dengan Indonesia setelah mengalami masa kolonialisasi

yang sangat panjang, maka pada awal kemerdekaan mencoba untuk melaksanakan

pembangunan dimana peran Negara sangat menentukan kenyataan lain juga

(19)

melaksanakan pembangunan nasional. Maka berawal dari hal tersebut pemerintah

membuat suatu kebijakan untuk melakukan pembangunan nasional dengan

pemanfaan penanaman modal.

Dalam era globalisasi seperti sekarang, liberalisasi dalam bidang

penanaman modal mengalir seperti air mengikuti arus mencari daerah sasaran

yang paling menguntungkan. Investasi menggelinding laksana bola keseluruh

bagian penjuru dunia tanpa suatu hambatan yang berarti. Penanaman modal

menjadi suatu hubungan ekonomi internasional yang tidak terelakkan, hal tersebut

ditunjang adanya kesepakatan masyarakat internasional dalam liberalisasi dan

globalisasi ekonomi sehingga terjadi peningkatan hubungan penanaman modal

internasional.

Dalam berbagai kepustakaan, terminologi penanaman modal dapat berarti

penanaman modal yang dilakukan secara langsung (direct invesment) dan

penanaman modal yang dilakukan secara tidak langsung (Indirect Invesment)

untuk teragir dikenal dengan istilah penanaman modal.13

Dalam kamus hukum ekonomi digunakan terminologi “investment”

“penanaman modal” investasi yang berarti penanaman modal yang biasanya Dalam ensiklopedia ekonomi keuangan perdagangan dijelaskan istilah

investment atau investasi penanaman modal digunakan untuk penggunaan atau

pemakaian sumber-sumber ekonomi untuk produksi barang-barang produsen atau

barang-barang konsumen.

13

(20)

dilakukan untuk jangka panjang misalnya pengadaan aktiva tetap perusahaan atau

membei sekuritas dengan maksud untuk memperoleh keuntungan.14

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan investasi berarti

pertama penanaman uang atau modal disuatu perusahaan atau proyek untuk tujuan

memperoleh keuntungan. Kedua jumlah uang atau modal yang ditanam.15

Penanaman modal merupakan segala bentuk kegiatan menanamkan modal,

baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk

melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.

16

Istilah investasi dan penanaman modal merupakan istilah yang dikenal,

baik dalam kegiatan bisnis maupun dalam perundang-undangan. Istilah investasi

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman

Modal (UUPM) pasal 1 angka 1 dikemukakan Penanaman Modal :

“segala bentuk kegiatan penanaman modal, baik oleh penanaman modal dalam

negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha diwilayah negara

Republik Indonesia”

Dari pengertian investasi seperti yang dikutip diatas, tampak bahwa tidak

ada perbedaan yang prinsipil antara investasi dengan penanaman modal. Makna

dari investasi atau penanaman modal adalah kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang atau badan hukum menyisakan sebagian pendapatnya agar dapat

digunakan untuk melakukan suatu usaha dengan harapan pada suatu waktu

tertentu akan mendapatkan hasil atau keuntungan.

14

Ibid., hal 57

15

Ibid.,hal 58

16

(21)

lebih popular dalam dunia usaha. Istilah penanaman modal lebih banyak

digunakan dalam bahasa perundang-undangan.17

Dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 poin 3 Undang-Undang Nomor 23

Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya

sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya,

ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan

mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Mengenai asas penanaman modal berwawasan lingkungan di atur dalam

Pasal 3 ayat (1) angka 8 Undang-undang No. 25 Tahun 2007. Adapun asas yang

berwawasan lingkungan dimaksud disini adalah asas penanaman modal yang

dilakukan dengan tetap memerhatikan dan mengutamakan perlindungan dan

pemeliharaan lingkungan hidup.

18

maka haruslah menggunakan metode penulisan yang sesuai dengan bidang yang

diteliti. Adapun penelitian yang digunakan oleh penulis dapat diuraikan sebagai

berikut :

F. Metode Penulisan

Dalam hal ini, apa yang penulis kemukakan dalam tulisan ini

merupakan pengambilan bahan tidak terlepas dari media cetak dan media

elektronik mengingat tulisan ini kerap diaktualisasikan melalui media cetak dan

media elektronik.

17

Ida Bagus Rahmadi, Kerangka Hukum Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2005), hal.1.

18

(22)

1) Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan

dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Dengan demikian, penelitian

yang dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang

menganalisa hukum yang tertulis.19

2) Data dan Sumber Data

Dalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah

bahan hukum primer, sekunder dan tersier.

Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan

perundang-undangan di bidang hukum yang mengikat, antara lain Undang-undang

No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-undang No. 40 tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas, Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan perundang-undangan yang relevan.

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya para ahli hukum berupa

buku-buku, pendapat-pendapat para sarjana dan kasus-kasus yang berhubungan dengan

skripsi ini.

Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum

yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum

primer dan/atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum dan lain-lain.

19

(23)

3) Teknik Pengumpulan Data

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan

dapat dipertanggung jawabkan, penulis mengunakan metode penelitian hukum

normatif. Dengan pengumpulan data secara studi pustaka (Library Reseach).

Penulis menggunakan suatu penelitian kepustakaan/library reseach.

Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan

atau disebut dengan penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan

cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan

nama dan bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum.

Metode library reseach adalah mempelajari sumber-sumber atau

bahan-bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan-bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa

rujukan beberapa buku, wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana

ekonomi dan hukum yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya, Koran dan

majalah.

Dalam hal ini, apa yang penulis kemukakan dalam tulisan ini merupakan

pengambilan bahan tidak terlepas dari media cetak dan media elektronik

mengingat tulisan ini kerap diaktualisasikan melalui media cetak dan media

elektronik.

4) Analisis Data

Penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini termasuk ke

(24)

merupakan kegiatan utnuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan

dibahas. Analisis data dilakukan dengan:20

1. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan

yang diteliti.

2. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian.

3. Mensistematisasikan kaigah-kaidah hukum, azas atau doktrin.

4. Menjelaskan huhungan-hubungan antara berabagai konsep, pasal atau

doktrin yang ada.

5. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif kualitatif.

G. Sistematika Penulisan.

Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus

diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka

diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per

bab yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini

adalah :

BAB I :Berisikan pendahuluan yang merupakan penghantar yang

di dalamnya terurai mengenai latar belakang penulisan

skripsi, perumusan masalah kemudian dilanjutkan dengan

tujuan dan mamfaat penulisan, tunjauan kepustakaan,

metode penulisan, yang kemudian diakhiri dengan

sistematika penulisan.

20

(25)

BAB II :Merupakan tinjauan hukum penanaman modal di

Indonesia dimana yang diuraikan mengenai pengertian

dan jenis-jenis penanaman modal, asas dan tujuan

penanaman modal, bidang-bidang usaha yang tertutup

bagi pennanam modal, hak, kewajiban dan tanggung

jawab penanaman modal.

BAB III :Merupakan pembahasan tentang penanaman modal dan

lingkungan hidup yang terdiri dari pembahasan mengenai

perkembangan penanaman modal di Indonesia, dampak

negatif kegiatan penanaman modal terhadap lingkungan

hidup, pembangunan berwawasan lingkungan, sistem

perizinan dan kaitannya dengan lingkungan hidup.

BAB IV :Merupakan bab yang membahas tentang aspek hukum

penanaman modal yang berwawasan lingkungan yang

mencakup penanaman modal yang berwawasan

lingkungan, mamfaat penanaman modal yang

berwawasan lingkungan, tanggung jawab sosial dalam

lingkungan penanaman modal, analisi mengenai dampak

lingkungan (AMDAL) serta konsistensi kebijakan

pemerintah terhadap pelaksanaan penanaman modal di

(26)

BAB V :Bab ini berisikan kesimpulan dari bab-bab yang telah

dibahas sebelumnya dan saran-saran yang mungkin

berguna bagi perkembangan penanaman modal yang

berwawasan lingkungan dan orang-orang yang

(27)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI SAHAM PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN

2007

A. Pengertian Umum Tentang Modal Perseroan

Sebelum berlakunya Undang-Undang No. 25 Tahun 2007, keberadaan

penanaman modal dalam negeri diatur dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 1968

tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Menurut ketentuan undang-undang

tersebut, penanaman modal dalam negeri adalah penggunaan modal dalam negeri

(yang merupakan bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk

hak-haknya dan benda-benda baik yang dimiliki oleh Negara maupun swasta nasional

atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disisihkan /disediakan guna

menjalankan usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur dalam Pasal 2 UU No. 1

Tahun 1967) bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada

umumnya.21

Dalam Undang-Undang Penanaman Modal No.25 Tahun 2007 tidak

mengadakan pembedaan antara penanaman modal dalam negeri dan penanaman

modal asing. Oleh karena itu, undang-undang tersebut mengatur mengenai

kegiatan penanaman modal, baik penanaman modal asing dan penanaman modal

dalam negeri dan tidak mengadakan pemisahaan undang-undang secara khusus,

seperti halnya undang-undang penanaman modal terdahulu yang terdiri dari dua

21

(28)

undang-undang, yaitu Undang Penanaman Modal Asing dan

Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri.22

Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2007 menyebutkan

bahwa penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik

oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk

melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.23

Menurut Komaruddin, yang dikutip oleh Pandji Anoraga merumuskan

penanaman modal dari sudut pandang ekonomi dan memandang investasi sebagai

salah satu faktor produksi disamping faktor produksi lainnya, pengertian investasi

dapat di bagi menjadi tiga,yaitu:24

1. Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau suatu penyertaan

lainnya;

2. Suatu tindakan memberi barang-barang modal;

3. Pemamfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan di

masa mendatang.

Selain pembagian penanaman modal yang di kenal dalam Undang-Undang

No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yaitu yang membagi penanaman

modal dengan penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri,

kegiatan penanaman modal pada hakikatnya dapat diklasifikasikan menjadi dua,

yaitu sebagai berikut:

22

Ibid, hal. 121.

23

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang UUPM.

24

(29)

Investasi lansung di Indonesia saat ini diatur dalam UU No. 25 Tahun

2007 tentang Penanaman Modal yang memperbaharui ketentuan

perundang-undangan yang menyangkut investasi asing sebelumnya. UU tersebut mengatur

baik investasi yang dilaksanakan oleh investor dalam negeri maupun investasi

yang dilaksanakan oleh investor asing.25

Dalam konteks ketentuan Undang-Undang Penanaman Modal, pengertian

penanaman modal hanya mencakup penanaman modal secara langsung.

Penanaman modal adalah ”segala bentuk kegiatan menanamkan modal, baik oleh

penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan

usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.”Investasi secara langsung ini karena

dikaitkan dengan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal dalam

kegiatan pengelolaan modal.

26

Sornarajah yang dikutip oleh Ida Bagus Rahmadi Supanca merumuskan

investasi dengan, “involves the transfer of tangible or intangible assets from one

country into another for the purpose of their use in that country to guarantee

wealth under the total or partial control of the owner of the assets.”27

Investasi langsung ini dapat dilakukan dengan mendirikan perusahaan

patungan (joint venture company) dengan mitra lokal, melakukan kerja sama

operasi (joint operation scheme) tanpa membentuk perusahaan baru;

mengonversikan pinjaman menjadi penyertaan mayoritas dalam perusahaan local,

25

Ibid. hal 12.

26

Ida Bagus Rahmadi Supanca, Kerangka Hukum &Kebijakan Investasi Lansung di Indonesia, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2006), hal. 53.

27

(30)

memberikan bantuan teknis dan manajerial (technical and management

assistence) maupun dengan memberikan lisensi.28

Investasi asing dalam bentuk direct Invesment khususnya mengenai pendirian/pembentukan suatu perusahaan baru, agak berbeda halnya, karena ptoyek yang bersangkutan tidak hanya harus memenuhi syarat formal, tetapi pula syarat-syarat materiil. Dengan syarat formil dimaksudkan di sini bahwa harus dipenugi ketentuan-ketentuan peraturan dari Negara yang berdsangkutan, sedangkan syarat materiil itu adalah dalam arti bahwa proyek itu akan dapat memenuhi kegunaan ekonomi Negara.

Mengenai investasi langsung oleh pihak asing, Ismail Suny menyebutkan

sebagai berikut :

29

a. pada investasi tak langsung, pemegang saham tidak memiliki kontrol pada

pengelolaan perseroan sehari-sehari.

Investasi tak langsung pada umumnya merupakan penanaman modal

jangka pendek yang mencakup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar

uang. Penanaman modal ini disebut dengan penanaman modal jangka pendek

karena pada umumnya, jual beli saham atau mata uang dalam jangka waktu yang

relatif singkat tergantung kepada fluktuasi nilai saham dan/atau mata uang yang

hendak mereka jual belikan.

Perbedaan antara investasi langsung dengan investasi tidak langsung

adalah sebagai berikut:

b. Pada investasi tak langsung, biasanya resiko ditanggung sendiri oleh

pemegang saham sehingga pada dasarnya tidak dapat menggugat perusahaan

yang menjalankan kegiatannya.

28

Dhaniswara K. Harjono, Op.cit.hal 12.

29

(31)

c. Kerugian pada investasi tidak lansung, pada umumnya tidak dilindungi oleh

hukum kebiasaan Internasional.30

Menurut Jonker S, jenis-jenis penanaman modal dibedakan yaitu :

1. investasi langsung (Direct Invesment), yakni investasi yang dilaksanakan

dengan kepemilikan proyek yang kelihatan wujudnya, kajian mengenai

resiko dan hasil yang diterima dari investasi tersebut dilakukan melalui

studi kelayakan investasi yang menyangkut semua aspek-aslek keuangan,

aspek ekonomi/sosial, aspek pemasaran, aspek teknis/produksi, aspek

hukum serta aspek organisasi dan menajemen.

2. investasi tidak langsung (Indirect Invesment), yakni investasi yang

dilakukan dengan membeli surat-surat berharga yang diterbitkan oleh

perseroan ataupun yang diterbitkan oleh Olter ego dari pemerintah, kajian

mengenai resiko dan hasil yang diterima dari investasi dimaksudkan

dilakukan melalui analisis atas data-data yang berkaitan dengan portofolio

investasi yang diminati, data-data tersebut didapatkan dari emiten maupun

sumber-sumber lainnya.31

merupakan suatu bentuk penanaman modal secara langsung. Dalam hal

ini pihak investor langsung terlibat aktif dalam kegiatan pengelaolaan

usaha dan bertanggungjawab secara langsung apabila terjadi suatu

kerugian.

Secara umum dikenal ada dua macam penanaman modal yaitu :

1. Penanaman modal secara langsung (Direct Invesment)

30

Ibid. hal. 13.

31

(32)

2. Penanaman modal tidak langsung (Portfolio Invesment)

merupakan suatu bentuk penanaman modal secara tidak langsung terlibat

aktif dalam kegiatan pengelaolaan usaha. Investasi terjadi melalui

pemilikan surat-surat pinjaman jangka panjang (obligasi) dan

saham-saham perusahaan dimana modal tersebut ditanamakan hanya

memasukkan modal dalam bentuk uang atau valuta semata.32

1. Kepastian hukum, yaitu asas dalam Negara hukum yang meletakkan

hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam

setiap kebijakan dan tindakan dalam kegiatan penanaman modal.

B. Mekanisme Jual Beli Saham Perseroan

Sejalan dengan tujuan, pembaharuan dan pembentukan Undang-Undang

Penanaman Modal, ketentuan Pasal 3 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal menentukan bahwa penanaman modal diselenggarakan

berdasarkan asas-asas sebagai berikut :

2. Keterbukaan, yaitu asas yang terbuka atas hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang

kegiatan penanaman modal.

3. Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaukatan tertinggi

negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

32

(33)

4. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal Negara,yaitu asas

perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan

penanam modal asing maupun antara penanam modal dari suatu Negara

asing dengan penanam modal dari Negara asing lainnya.

5. Kebersamaan, yaitu asas yang mendorong peran seluruh penanam modal

secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan

kesejahteraan rakyat.

6. Efisiensi berkeadilan, yaitu asas yang mendasaru pelaksanaan penanaman

modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha

mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.

7. Berkelanjutan, yaitu asas yang secara terencana mengupayakan

berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk

menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan,

baik untuk masa kini maupun untuk masa datang.

8. Berwawasan lingkungan, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan

dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan

pemeliharaan lingkungan hidup.

9. Kemandirian, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap

mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri

(34)

10. Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, yaitu asas yang

berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah, dalam

kesatuan ekonomi nasional.33

Untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan

kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman

modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan

menggunakan modal yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Untuk itu, penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan

perekonomian nasional.

34

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;

Atas dasar hal tersebut, tujuan penyelenggaran penanaman modal antara

lain menurut ketentuan Pasal 3 ayat (2) adalah untuk:

2. Menciptakan lapangan kerja;

3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;

4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;

5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasioanal;

6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;

7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kegiatan ekonomi riil dengan

menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar

negeri; dan

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

33

PenjelasanPasal 3 ayat (1) UUPM No. 25 Tahun 2007.

34

(35)

Tujuan penyelenggaran penanaman modal tersebut hanya dapat tercapai

apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi,

antara lain dengan perbaikan koordinasi antarinstansi pemerintah pusat dan

daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman

modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif

di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha.35

Daftar bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, yang modal

perusahaan ada pemilikan warga negara asing dan atau badan hukum yang

merupakan bidang usaha yang tidak diperkenankan untuk penanaman modal,

dimana modal perusahaan berasal dari warga negara asing atau badan hukum

asing secara total.

C. Perlindungan Hukum Modal Perseroan

Penentuan bidang usaha, baik yang tertutup dan terbuka untuk kepentingan

investasi mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka penanaman modal di

Indonesia. Dengan mengetahui bidang usaha itu, investor dapat menentukan

bidang usaha apa saja yang terbuka untuk penanaman modal.

36

Ketentuan yang tercantum dalam Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun

2000 tentang Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka

dengan Persyaratan Tertentu bagi Penanaman Modal yang diganti dengan

Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2007 kini tidak berlaku lagi. Ketentuan ini telah

dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang

35

. Ibid., hal.26.

36

(36)

Usaha tertutup dan Bidang Usaha Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang

Penanaman Modal.

Dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal telah ditentukan 3 golongan bidang usaha bagi penanaman

modal. Ketiga golongan usaha itu meliputi :

1) Bidang usaha terbuka

2) Bidang usaha tertutup

3) Bidang usaha terbuka dengan persyaratan.37

Bidang usaha yang terbuka merupakan bidang usaha yang diperkenankan

untuk penanaman modal, baik investor asing maupun domestik. Namun,

ketentuan tentang bidang usaha terbuka ini tidak diatur secara rinci dalam

Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007, akan tetapi mengenai Daftar Bidang

Usaha yang Terbuka diatur dalam Bab II Pasal 2 ayat (1) Peraturan Presiden No.

76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang

Tertutup dan Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Presiden No. 76 Tahun 2007

tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Terbuka dan

Tertutup Bagi Penanaman Modal disebutkan “ Semua bidang usaha atau jenis

usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha yang

dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.”38

37

Pasal 12 UUPM Nomor 25 Tahun 2007.

38

(37)

Dalam Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 hanya diatur secara

rinci tentang bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan

persyaratan.

Dalam Pasal 12 ayat (2) UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal telah ditentukan daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal,

baik untuk investasi domestik maupun investasi asing, yang meliputi:

1) Produksi senjata

2) Mesiu

3) Alat peledak

4) Peralatan perang.39

Penjabaran lebih lanjut dari perintah Pasal 12 ayat (2) UU No. 25 Tahun

2007 tentang Penanaman Modal telah dituangkan dalam Peraturan Presiden

Nomor 111 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Daftar

Bidang Usaha Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Dalam

Lampiran I Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 telah diatur rinci tentang

Daftar Bidang Usaha Tertutup.

Ada dua puluh lima daftar bidang usaha yang tertutup, baik untuk investasi

domestik maupun investasi asing40

1) Perjudian/kasino parawisata

. Kedua puluh lima daftar bidang usaha yang

tertutup untuk investasi yaitu:

2) Peninggalan sejarah dan perbakala (candi, keratin, prasati, petilasan,

bangunan kuno, temuan laut,dsb)

39

Pasal 12 UUPM No. 25 Tahun 2007.

40

(38)

3) Kebudayaan dan pariwisata

4) Museum

5) Pemukiman/lingkungan adat

6) Kebudayaan dan pariwisata

7) monument

8) Objek jiarah (Tempat peribadatan, petilasan makam, dsb)

9) Pemamfaatan (pengambilan kolar alam)

10) Penangkapan spesies ikan yang tercantum dalam Appendix I CITES

11) Manajemen Dan Penyelenggaraan Stasiun Monitoring Frekuensi Radio

dan Orbit Satelit

12) Lembaga penyiaran Publik (LPP) Radio dan Televisi

13) Penyedian Dan Penyelenggaran Terminal

14) Pemasangan dan pemeliharaan perlengkapan jalan

15) Penyelenggaraan dan pengoperasian jembatan timbang

16) Penyelenggaran pengujian tipe kenderaan bermotor

17) Telekomunikasi/sarana Bantu navigasi pelayaran

18) Vassel Traffic Information system (VTIS)

19) Pemanduan lalu lintas udara (ATS) Provider

20) Industri bahan kimia skedul-1 konvensi senjata kimia (sarun, soman,

tabun mustard, Levesite, Ricine, Saxitoxin, VX, dll)

21) Industri minimum mengandung alkohol (minuman keras, anggur, dan

minuman mengandung malt)

(39)

23) Industri Siklamat dan Sakarin, Industri Logam Dasar Bukan Timah

(Timah Hitam)

24) Perindustrian

25) Budidaya Ganja

Bidang usaha yang tertutup dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan non

komersial seperti, penelitian dan pengembangan dan mendapat persetujuan dari

sektor yang bertanggung jawab atas pembinaan bidang usaha tersebut.

Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha

tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat

tertentu. Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan ini dibagi menjadi lima

bidang usaha, yaitu :

1) Bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah

dan Koperasi (UMKMK)

2) Bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan

3) Bidang usaha yang dipersyaratkan kepemilikan modalnya

4) Bidang usaha yang dipersyaratkan dengan lokasi tertentu

5) Bidang usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus.

Perbedaan mendasar antara Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2000

dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 dapat dilihat sebagai berikut :

1) Dilihat dari daftar bidang usaha

Dalam Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2000 daftar bidang usaha

(40)

a) Daftar bidang usaha yang tertutup mutlak untuk Penanaman Modal

b) Daftar bidang usaha yang tertutup mutlak untuk Penanaman Modal

yang dalam modal perusahaan ada pemilikan warga negara asing

dan atau badan hukum asing

c) Daftar bidang usaha-usaha yang terbuka dengan persyaratan

petungan antara modal asing dengan modal dalam negeri

d) Daftar bidang usaha terbuka dengan persyaratan tertentu.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 111 Tahun 2007, daftar bidang usaha

dibagi menjadi dua macam yaitu :

e) Daftar usaha tertutup

f) Daftar bidang usaha terbuka persyaratan

2) Substansi yang diatur

Substansi daftar bidang usaha yang diatur dalam Keputusan Presiden

Nomor 96 Tahun 2000 adalah sangat sedikit. Daftar Bidang Usaha yang Tertutup

hanya 19 macam. Daftar bidang usaha terbuka dengan persyaratan hanya 37

bidang. Sementara dalam Peraturan Pemerintah Nomor 111 Tahun 2007, daftar

bidang usaha sangat banyak dan rinci. Daftar bidang usaha yang tertutup hanya 25

bidang. Daftar yang paling banyak adalah daftar bidang usaha yang terbuka

dengan persyaratan, dengan jumlah 312 bidang usaha.

Banyaknya bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan ini adalah

dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada para investor untuk memilih

bidang usaha yang sesuai dengan bidang usaha yang ditekuni oleh para investor

(41)

Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007, dalam Bab IX diatur

mengenai hak, kewajiban, dan tanggungjawab penanam modal. Pengaturan

mengenai hak, kewajiban,dan tanggungjawab di atur secara khusus guna

memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban penanam modal terhadap

penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang sehat, memberikan penghormatan

terhadap tradisi budaya masyarakat dan melaksanakan tanggungjawab sosial.

Pengaturan tanggungjawab penanam modal diperlukan untuk mendorong

iklim persaingan usaha yang sehat, memperbesar tanggung jawab lingkungan dan

pemenuhan hak dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya mendorong ketaatan

penanam modal terhadap peraturan perundang-undangan

Mengenai hak penanam modal di atur dalam Pasal 14 Undang-Undang

No. 25 Tahun 2007 yang menentukan bahwa setiap penanam modal berhak untuk

mendapat hal-hal sebagai berikut.

a. Kepastian hak, kepastian hukum, dan kepastian perlindungan

1) Kepastian hak adalah jaminan pemerintah bagi penanam modal untuk

memperoleh hak sepanjang penanam modal telah melaksanakan kewajiban

yang di tentukan.

2) Kepastian hukum adalah jaminan pemerintah untuk menempatkan hukum

dan ketentuan perundang-undangan sebagai landasan utama dalam setiap

tindakan dan kebijakan bagi penanam modal.

3) Kepastian perlindungan adalah jaminan pemerintah bagi penanam modal

untuk memperoleh perlindungan dalam melaksanakan kegiatan penanam

(42)

b. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya

c. Hak pelayanan

d. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Mengenai kewajiban penanam modal di atur dalam Pasal 15

Undang-undang No. 25 tahun 2007 yang menentukan bahwa setiap penanam modal

mempunyai kewajiban untuk :

a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;

b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaannya, yaitu tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya setempat;

c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan

menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal, di mana laporan ini merupakan laporan kegiatan penanaman modal yang memuat perkembangan penanaman modal dan kendala yang di hadapi penanam modal yang di sampaikan secara berkala kepada BKPM dan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di bidang penanaman modal;

d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal;

e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kewajiban penanam modal diatur secara khusus guna memberikan

kepastian hukum, mempertegas kewajiban penanam modal terhadap penerapan

prinsip tata kelola perusahaan yang sehat, memberikan penghormatan terhadap

tradisi budaya masyarakat, dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.

Pengaturan tanggung jawab penanam modal diperlukan untuk mendorong iklim

(43)

pemenuhan hak dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya mendorong upaya

ketaatan penanam modal terhadap peraturan perundang-undangan.41

1) setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan atau kegiatan tersebut.

Adapun yang menjadi kewajiban masyarakat dalam pengelolaan

lingkungan hidup, seperti termuat dalam Bab III pasal 6, Bab V pasal 16, dan

Pasal 17 Undang-Undang No.23 Tahun 1997 yaitu:

Pasal 6

1. Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

2. Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.

Pasal 16

2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menyerahkan pengelolaan limbah tersebut kepada pihak lain.

3) Ketentuan pelaksanaan pasal ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 17

1) setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun.

2) Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun meliputi menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan/atau membuang.

3) Ketentuan mengenai pengelolaan bahan berbahaya dan beracun diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Mengenai kewajiban dari penanam modal yang termuat dalam Pasal 15

UUPM No. 25 Tahun 2007, apabila dihubungkan dengan Pasal 6, Pasal 16 dan

41

(44)

Pasal 17 Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang UUPLH maka dapat ditarik

suatu kesimpulan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung

jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap

menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan,

nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.

Mengenai tanggung jawab penanam modal di atur dalam pasal 16

Undang-undang No. 25 tahun 2007 yang menyatakan bahwa setiap penanam modal

bertanggung jawab untuk :

a. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan negara;

d. Menjaga kelestarian lingkungan hidup;

e. Menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja;

f. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

Khusus untuk yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak

terbarukan, menurut ketentuan Pasal 17, wajib mengalokasikan dana secara

bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan

hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Maksud pengaturan ketentuan ini adalah untuk mengantisipasi

(45)

BAB III

ANALISIS UMUM TENTANG PERTANGGUNG JAWABAN PERUSAHAAN GO PUBLIC

A. Pengertian Umum Perusahaan Go Public

Perkembangan penanaman modal di Indonesia dimulai pada abad XVI,

tepatnya tahun1511 ketika bangsa Eropa mulai menjejakkan kakinya di bumi

Indonesia. Penanaman modal di Indonesia dapat dibagi menjadi enam kurun

waktu berikut :

1. Masa penjajahan atau penguasaan oleh bangsa-bangsa Eropa (1511-1942) :

a. Masa penguasaan Portugis (1511-1596)

b. Masa penguasaan Belanda yang pertama (1596-1795)

c. Masa penguasaan Prancis (1795-1811)

d. Masa penguasaan Inggris (1811-1816)

e. Masa kembalinya penguasaan Belanda (1816-1942)

2.Masa pendudukan Jepang (1942-1945)

3. Masa revolusi mempertahankan kemerdekaan (1945-1949)

4. Masa orde lama (1949-1967)

5. Masa orde baru (1967-1998)42

Bangsa Eropa yang pertama kali datang sebagai pedagang (investor)

adalah bangsa Portugis. Portugis pertama kali menguasai Malaka pada tahun 1511

atas bantuan raja Utimate dari Indonesia, dimana pada saat itu Malaka merupakan 6. Masa setelah krisis ekonomi (1998-sekarang).

42

(46)

pusat perdagangan produk-produk dari Cina, India, dan Indonesia (Majapahit).

Tujuan Portugis pada waktu itu datang ke Malaka adalah untuk mencari sumber

rempah-rempah.

Misi pedagang belanda yang di pimpin oleh Cornelis de Houtman adalah

melakukan pooling atau penggabungan atau mengelola modal mereka untuk

melakukan bisnis di Indonesia. Bentuk penanaman modalnya adalah tidak

ditanamakan di Indonesia dengan maksud membangun Indonesia , tetapi untuk

mengeruk keuntungan di Indonesia.

Dalam penguasaan Prancis yang dipimpin oleh Deandles, yang mana dalam

masa kekuasaannya bertugas untuk :

1. membangun sistem pertahanan di Indonesia terhadap kemungkinan

penyusupan oleh pasukan Inggris;

2. melakukan reorganisasi dalam pengelolaan kekayaan Indonesia yang

amburadul karena salah urus oleh VOC.

Falsafah tersebut dijabarkan dalam bentuk usulan pengaturan yang perlu

ditempuh dalam rangka investasi di Indonesia yang intinya, sebagai berikut :

a) Sawah harus dukuasai oleh petani agar kebutuhan hidup dapat dipenuhi

secara damai.

b) Motivasi untuk produktif dalam diri masyarakat harus ditumbuhkan dan

bukan didasarkan atas paksaan.

c) Dalam proses pembangunan mulai diperkenalkan peranan modal swasta

(privat capital) yang pada saat itu dijalankan oleh golongan Eropa dan

(47)

d) Kopi dan merica agar tidak ditanam di atas tanah sawah (jadi sudah ada

perencanaan tata ruang).

e) Hasil bumi harus dibayar dengan harga yang pantas sehingga

kebijaksanaan The Rules on Contingents and Foeced Deliveries harus

ditinggalkan.

f) Partisipasi dalam perdagangan harus terbuka, baik untuk Belanda sendiri

maupun orang asing lainnya karena sistem kartel harus ditinggalkan.

Inggris menguasai Indonesia (Jakarta) pada tahun 1811, dimana Gubernur

Jenderal Inggris dipimpin oleh Sir Thomas Raffles sebagai Letnan Gubernur

Jawa. Raffles memperkenalkan kebijakan investasi yang sama sekali berbeda

dibanding dengan Portugis, Prancis, dan Belanda. Jika ketiga bangsa tadi

melakukan untuk mengamankan pasaran rempah-rempah ke Eropa serta produk

pertanian di Indonesia, Inggris memiliki tujuan tambahan, yaitu mencari pasaran

bagi produk tekstil Inggris.

Dalam pengelolaan Indonesia sebagai daerah jajahan, terdapat dua pemikiran

yang mewarnai perumusan kebijakan pemerintah Belanda, yaitu konservatisme

versus liberalisme dan akhirnya dicapai kompromi sebagai berikut:43

1) pemerintah Belanda akan meningkatkan kesejahteraan umum dan

memajukan industri di Indonesia secara tidak langsung melalui penerapan

legislasi liberal.

2) Sarana perhubungan akan ditingkatkan.

43

(48)

3) Semua dukungan yang mungkin dapat diberikan untuk mendukung bisnis

oleh individu perorangan akan disediakan.

4) Hanya akan ikut campur dalam urusan orang perorangan secara tidak

lansung dan hanya jika diperlulan.

Pada masa kepemimpinan Du Bus (1826-1830) yang tugas utamanya

menambah penghasilan yang dapat dikumpulkan pemerintah Hindia Belanda

untuk menutupi biaya-biaya, baik di Belanda maupun di Indonesia. Kebijakan Du

Bus yang penting adalah:44

1) mengubah sistem kepemilikan komunal menjadi individual;

2) sistem tanam paksa kopi diubah menjadi suka rela;

3) menentang monopoli yang dilakukan oleh pemerintah;

4) mengundang investor asing untuk menggarap tanah-tanah yang terlantar;

5) mendirikan Bank Java (cikal bakal Bank Indonesia) pada tanggal 24

Januari 1928.

pada tahun 1942, Jepang menduduki Indonesia dan mengusir Belanda. Hal

ini karena Jepang merasa dirugikan atas kebijakan ekonomi Belanda yang bersifat

diskriminatif terhadap produk-produk Jepang.

Sebagai “saudara tua” yang membebasakan Indonesia dari belenggu

Belanda, langkah pertama yang dilakukan Jepang adalah dengan melakukan

penyitaan terhadap semua harta pemerintah Hindia Belanda serta para investor

asing. Bagi bangsa Indonesia cara-cara yang dilakukan oleh Jepang tersebut

dianggap sebagai cara untuk melepaskan diri dari belenggu kolonialisme dan

44

(49)

kapitalisme barat, tetapi ternyata tidak sesuai dengan harapan karena pendudukan

Jepang justru membawa kesengsaraan dan penderitaan bangsa Indonesia.

Setelah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa

Indonesia mampu mengonsolidasikan semua unsur kekuatannya, termasuk

pemerintahan dan militer sehingga ketika pasukan Belanda masuk kembali

dengan membonceng pasukan sekutu, bangsa Indonesia telah siap.

Untuk itu, bangsa Indonesia merumuskan kemerdekaannya dalam suatu

Undang-Undang Dasar yang diharapkan mampu menegakkan supremasi hukum

serta dapat mengantarkan bangsa undonesia ke arah kesejahteraan yang lebih

baik. Terhadap investasi asing, pemerintah tidak bersifat antipati. Hal ini karena

dalam rangka membangun bangsa tetap memerlukan adanya investasi asing,

disamping bantuan intelektual serta keahlian teknik.

Perjanjian dalam Konfrensi Meja Bundar tahun 1949 telah membuka jalan

bagi bangsa Indonesia untuk menghidupkan kembali investasi asing yang sempat

terbengkalai hampir 10 tahun selama perang dunia II dan perjuangan

mempertahankan kemerdekaan. Sesuai dengan isi perjanjian tersebut,

masalah-masalah investasi yang diwajibkan Indonesia adalah:45

1. menjamin berlangsungnya iklim investasi di Indonesia seperti sebelum

tahun 1942, termasuk pengakuan dan pemulihan hak-hak investor asing.

2. dalam hal kepentingan nasional, Indonesia menghendaki dilakukannya

tindakan nasionalisasi, maka tindakan tersebut harus dilakukan dengan

cara memberi ganti rugi yang layak;

45

(50)

3. diperbolehkan adanya penanaman modal baru di Indonesia

Pada tanggal 1 Januari 1967 diberlakukan Undang-Undang Penanaman

Modal Asing. Tanggapan luar negeri atas hal tersebut sangat positif sehingga

sejak saat itu angka penanaman modal asing di Indonesia secara konstan

menunjukkan kenaikan. Namun, sampai lima tahun pertama diberlakukan

Undang-Undang Penanaman Modal Asing tahun 1967, kegiatan penanaman

modal asing hanya bertumpu pada dua bidang industri, yaitu:46

a. industri sekunder yang terdiri dari barang konsumen serta produk

pengganti impor; dan

b. industri yang berbasis sumber daya alam seperti minyak, pertambangan

dan kehutanan.

Keadaan perekonomian Indonesia menjadi sangat terpuruk pada saat

Indonesia dilanda krisis pada tahun 1997 yang berakibat sangat luas. Penyebab

krisis tersebut adalah perilaku bisnis yang kurang bertanggung jawab, yaitu

berperilaku buruk dalam menjaga kekuatan perekonomian Indonesia.

Atas kondisi tersebut, menurut Ida bagus Rahmadi Supancana47

a. globalisasi tatanan perdagangan, investasi dan keuangan;

terdapat

tantangan dan paradigma dibidang investasi yang bersumber dari faktor-faktor

yang bersifat intern maupun ektern. Faktor ekstern yang berpengaruh antara lain:

b. isu-isu global, seperti demokrasi, lingkungan hidup, dan hal asasi manusia;

c. perlindungan HAKI;

d. program pengentasan kemiskinan global;

46

Ibid., hlm. 44-45.

47

(51)

e. isu community development dan corporate social responsibility;

f. perlindungan hak-hak normatif tenaga kerja, tenaga kerja anak-anak, dan

perempuan; dan lain-lain.

Disamping faktor ekstrnal, hal yang tak kalah penting adalah faktor-faktor

intern yang berpengaruh, antara lain:

a. perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi kearah desentralisasi

(otonomi daerah dan otonomi khusus);

b. demokratisasi dalam berbagai sendi kehidupan bangsa;

c. reformasi dalam tata kelola pemerintahan (ke arah good governance and

clean government), termasuk pemberantasan korupsi;

d. reformasi dalam tata kelola perusahaan ke arah good corporate

governance;

e. perubahan struktur industri kea rah resource based industry;

f. meningkatnya pemahaman dan perlindungan lingkungan hidup;

g. meningkatnya perlindungan HAM; dan lain-lain.

Penanaman modal berkembang sejalan dengan kebutuhan suatu negara

dalam melaksanakan pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraaan

dan kemakmuran masyarakatnya. Kebutuhan tersebut timbul akibat

ketidakmampuan suatu negara memenuhi kebutuhan akan modal, dengan

penanaman modal menjadi salah satu alternatif terbaik selain melalui hutang luar

negeri.48

48

Rosyidah Rakhmawati,Op Cit.hal.5

Selain itu, kegiatan penanaman modal juga terjadi sebagai konsekuensi

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, grafik tekanan pada profil modifikasi 1 dan 3 terlihat (sedikit) lebih melebar dibandingkan profil normal dan modifikasi 2 yang relatif sama. Adanya pelebaran ini

Dengan mengetahui anggaran pendapatan yang telah tersusun, maka Departemen Produksi dapat menentukan biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk mencapai tingkat

Mata pelajaran Bahasa Arab menjadi pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan Al-Irsyad; (3) penanaman nasionalisme keturunan Arab melalui sistem pendidikan

Minuman fungsioal ekstrak kulit kayu manis dan kelopak rosella yang disukai adalah perlakuan ekstrak kulit kayu manis 50% dan kelopak rosella 50% dengan

Dalam perkembangan selanjutnya, pengertian pelabuhan mencangkup pengertian sebagai prasarana dan sistem, yaitu pelabuhan adalah suatu lingkungan kerja terdiri dari area

Seberapa sering Bapak/Ibu merasakan pelaksanaan prosedur audit tertentu dalam batas anggaran waktu merupakan hal yang sangat. penting untuk dipatuhi

Selain permasalahan yang di keluhkan oleh para petani, dari pihak konsumen sendiri mempunyai permasalahan yang cukup menyusahkan pada saat mereka kekurangan pasokan

Peneliti terlebih dahulu menghitung jumlah kodingan atau poin-poin kekerasan verbal yang terdapat dalam film Perjaka Terakhir dan untuk kehandalan, selanjutnya meminta orang