TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN GO PUBLIC DALAM KERUGIAN PENJUALAN SAHAM DI PASAR
MODAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum
OLEH
FITRIANI LUBIS 040200063
Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata BW
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN GO PUBLIC DALAM KERUGIAN PENJUALAN SAHAM DI PASAR
MODAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum
OLEH
FITRIANI LUBIS 040200063
Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata BW
Disetujui,
Ketua Departemen Hukum Keperdataan
( Prof. Dr. H. Tan Kamelo. SH. MS ) NIP : 131 764 556
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(Prof. Dr. H. Tan Kamelo. SH. MS) (Asmin Nasution)
NIP, 131 764 556 NIP, 132 302 943
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah, rahmad dan hidayahNya berupa karunia kesehatan dan ilmu
pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul skripsi penulis adalah “TINJAUAN YURIDIS
TERHADAP TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN GO PUBLIC DALAM KERUGIAN PENJUALAN SAHAM PADA PASAR MODAL”.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha sebaik mungkin namun
karena keterbatasan yang dimiliki, penulis menyadari masih banyak kekurangan
baik dari penyajian materi maupun penyampaiannya. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran bagi berbagai pihak guna memberikan masukan
demi kesempurnaan skripsi ini.
Dalam masa penulisan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penulis banyak sekali menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Runtung Sitepu, SH, M. Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, M. Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Syariffudin Hasibuan, SH, DFM, MH selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Muhammad Husni, SH, M. Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. M.Hum selaku Ketua Departemen
Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah
bersedia dengan teliti memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tersebut.
6. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M. Hum selaku Dosen Pembimbing I
yang telah bersedia dengan teliti memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M. Hum selaku Dosen Pembimbing II yang
telah bersedia dengan teliti memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan skripsi ini.
8. Ibu Dr.Yefrizawati, SH, M. Hum selaku dosen penasehat akademik penulis.
9. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah memberikan bimbingan selama
dalam perkuliahan.
10. Dan semua teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
Wa bil khusus, Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Orangtua No.1 di dunia Ayahanda H. Aswin lubis SE. dan
Ibunda Hj. Siti Aisyah nasution Bersyukur atas limpahan cinta, kasih sayang,
perlindungan, pengorbanan, perjuangan, dan doa. Sungguh, hanya surgalah yang
pantas menjadi ganjarannya.
Akhirnya sembari mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas
segala rahmad dan karuniaNya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat baik
bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca dan dapat digunakan untuk
kemajuan bangsa dan negara.
Medan, Desember 2009
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………... i
DAFTAR ISI……….. iv
ABSTRAKSI……….. vi
BAB I PENDAHULUAN……….. 1
A. Latar Belakang………... 1
B. Perumusan Masalah………... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 8
D. Keaslian Penelitian……….…… 9
E. Tinjauan Kepustakaan……… 9
F. Metode Penelitian………..… 12
G. Sistematika Penelitian……… 15
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI SAHAM PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 40 TAHUN 2007 ………. 26
A. Pengertian umum tentang modal perseroan……… 26
B. Mekanisme jual-beli saham perseroan…..………..….. 31
C. Perlindungan hukum modal perseroan……...….….…. 34
BAB III ANALISIS UMUM TENTANG PERTANGGUNG JAWABAN PERUSAHAAN GO PUBLIC ………. 44
A. Pengertian umum perusahaa Go Public………..……… 44
B. Tugas dan fungsi perusahaan Go Public……… 51
BAB IV TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN GO PUBLIC DALAM KERUGIAN PENJUALAN SAHAM PADA PASAR
MODAL…….………..……….. 66
A. Tanggung Jawab Perusahaan Go Public atas Pembelian Kembali Saham Perseroan.………... 66
B. Tanggung jawab perusahaan Go Public Berdasarkan Prinsip-Prinsip Business Judgement Rule…..……… 68
C. Dampak Kerugian Penjualan Saham di Pasar Modal Terhadap Peningkatan Nilai Perusahaan Go Public….………… 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 89
A. Kesimpulan……… 89
B. Saran……….. 91
ABSTRAKSI *) Fitriani Lubis
**) Tan Kamelo ***) Asmin Nasution
Penanaman modal merupakan segala kegiatan menanamkan modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Kendatipun kegiatan penanaman modal ini sangat diperlukan untuk membiayai pembangunan, akan tetapi dalam pelaksanannya harus tetap memperhatikan aspek-aspek perlindungan terhadap lingkungan hidup yang bukan saja diperlukan untuk masa sekarang tetapi untuk kepentingan generasi mendatang yang kesemuaannya akan dapat terlaksana dengan adanya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam bidang penanaman modal.
Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah apa yang dimaksud dengan penanaman modal yang berwawasan lingkungan, unsur apa saja yang merupakan bagian dari penanaman modal yang berwawasan lingkungan, serta apakah Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 telah memperhatikan aspek lingkungan hidup dalam pelaksanaannya. Pokok permasalahan tersebut diteliti dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik studi pustaka dan dianalisis dengan metode kwalitatif, dalam Undang-Undang Penanaman Modal ditentukan bahwa Investor, baik domestik maupun asing yang melakukan kegiatan investasinya di Indonesia, dalam pelaksanannya disarankan dilakukan dengan memperhatikan kriteria atau aspek Lingkungan Hidup.
ABSTRAKSI *) Fitriani Lubis
**) Tan Kamelo ***) Asmin Nasution
Penanaman modal merupakan segala kegiatan menanamkan modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Kendatipun kegiatan penanaman modal ini sangat diperlukan untuk membiayai pembangunan, akan tetapi dalam pelaksanannya harus tetap memperhatikan aspek-aspek perlindungan terhadap lingkungan hidup yang bukan saja diperlukan untuk masa sekarang tetapi untuk kepentingan generasi mendatang yang kesemuaannya akan dapat terlaksana dengan adanya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam bidang penanaman modal.
Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah apa yang dimaksud dengan penanaman modal yang berwawasan lingkungan, unsur apa saja yang merupakan bagian dari penanaman modal yang berwawasan lingkungan, serta apakah Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 telah memperhatikan aspek lingkungan hidup dalam pelaksanaannya. Pokok permasalahan tersebut diteliti dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik studi pustaka dan dianalisis dengan metode kwalitatif, dalam Undang-Undang Penanaman Modal ditentukan bahwa Investor, baik domestik maupun asing yang melakukan kegiatan investasinya di Indonesia, dalam pelaksanannya disarankan dilakukan dengan memperhatikan kriteria atau aspek Lingkungan Hidup.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pokok kalimat keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
mewajibkan negara dan pemerintah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia yang berarti harus melindungi seluruh
lingkungan hidup di Indonesia dengan segenap sumber daya insaninya.1
Tujuan dan arah pembangunan nasional sebagaimana ditetapkan dalam
program pembangunan nasional (Propenas) yakni, berusaha mewujudkan suatu
masyarakat adil dan makmur. Dimana masyarakat yang adil dan makmur itu
diwujudkan melalui pembangunan diberbagai bidang, diantaranya bidang
ekonomi. Pembangunan ekonomi identik dengan sektor-sektor ekonomi yang
terdapat dinegara ini. Seperti : sektor pertanian, kehutanan, perikanan,
pertambangan, industri, perdagangan, jasa-jasa dan lain-lain.
Berdasarkan hal itu maka arah pembangunan pertama kali dituangkan
kedalam Ketetapan MPR-RI No. II Tahun 1974 tentang Repelita II, Bab 4,
Pengelolaan Sumber-Sumber Alam dan Lingkungan Hidup. Sejak itu terdapatlah
Political Will pemerintah untuk melaksanakan pembangunan berwawasan
lingkungan.
2
1
Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan, Buku V sektoral, Jilid I (Bandung: penerbit Binacipta, 1982), hal.81.
2
Aminuddin ilmar.Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 2.
Sehingga
pembangunan ekonomi Indonesia yang diamanatkan oleh konstitusi harus
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menyebutkan bahwa perekonomian nasional
diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.3
Pembangunan menyeluruh tersebut merupakan pembangunan nasional
yang merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan berdasarkan rencana
tertentu, dengan sengaja, dan ,memang dikehendaki, baik oleh pemerintah yang
menjadi pelopor pembangunan,maupun oleh masyarakat. Pembangunan nasional
tersebut antara lain mencakup aspek-aspek ekonomi, politik, demografi, psikologi,
hukum, intelektual maupun teknologi termasuk industri.4
Penanaman modal berkembang sejalan dengan kebutuhan suatu Negara
dalam melaksanakan pembangunan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan
dan kemakmuran masyarakat. Selain itu kegiatan penanaman modal juga terjadi
sebagai konsekuensi dari berkembangnya kegiatan ekonomi dan perdagangan.5
Penanaman modal tidak saja merupakan kebutuhan penting bagi suatu negara
dalam pengembangan pembangunan ekonomi, namun juga merupakan sarana
utama dalam pembangunan suatu industri.6
Penanaman modal menjadi suatu hubungan ekonomi internasional yang
tidak terelakkan. Sebagaimana hubungan ekonomi internasional lainnya,
3
Jonker sihombing, Investasi Asing melalui Surat utang Negara di Pasar Modal, (Bandung: PT. Alumni, 2008), hal 15.
4
Dhaniswara K. Harjono.hukum penanaman modal.(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 3.
5
Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia dalam Menghadapi Era Globalisasi, (Jakarta: Pustaka Jaya Juli 2004), hal 1.
6
penanaman modal menjadi suatu tuntutan guna memenuhi kebutuhan suatu
negara, perusahaan dan juga masyarakat. Untuk itu pemerintah Indonesia
mengadakan pendekatan baru dalam kebijaksanaan ekonomi antara lain
mengundang kembali masuknya modal asing. Undang-undang Penanaman Modal
No. 25 Tahun 2007, untuk menarik modal asing di Indonesia, undang-undang ini
memberikan dan menyediakan perangsang di bidang perpajakan, jaminan untuk
mentransfer keuntungan, jaminan hukum terhadap kemungkinan nasionalisasi,
dan prosedur penyelesaian pertikaian yang mungkin timbul di kemudian hari.
Munculnya Penanaman Modal Asing (PMA) pertama kali diawali dengan
meletusnya revolusi industri di Eropa pada tahun 1760 khususnya di Inggris dan
menjalar ke Amerika pada tahun1860. sebelum meletusnya revolusi industri ini
kegiatan perekonomian diatur secara ketat oleh negara. Sehingga masyarakat
Eropa pada waktu itu menginginkan struktur baru dalam perekonomian yang
mengikut sertakan mereka (masyarakat) dalam kegiatan perekonomian.7
Penanaman modal di Indonesia sendiri di kenal pertama kali melalui
kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda yang memperkenalkan masuknya
modal asing Eropa untuk menanamkan usahanya di bidang perkebunan pada
tahun 1870 sebagai rangsangan atau insentif dikeluarkan oleh pemerintah kolonial
Belanda guna menarik penanam modal swasta Eropa maupun dari Negara sendiri
untuk melakukan usaha di daerah jajahannya melalui serangkaian kemudahan
7
seperti memperoleh lahan perkebunan, konsesi izin, serta ditambah dengan upah
buruh yang sangat murah.8
8
Jochen Rapke, Kebebasan yang Terhambat : Perkembangan Ekonomi dan Perilaku Kegiatan Usaha di Indonesian, (Jakarta: Gramedia, 1986) hal 157.
Dari kenyataan yang dapat dilihat dan dirasakan bersama menunjukkan
pembangunan pada awalnya hanya mengacu pada segi positifnya saja, terutama
dalam mengejar ketinggalan perekonomian terhadap negara-negara lain dan juga
untuk menyerap tenaga kerja yang sangat merisaukan karena jumlah
pengangguran pada waktu itu. Pemerintah menitik beratkan pada tujuan pokok
untuk mengundang investor agar bersedia menanamkan modalnya di Indonesia
sebagai langkah maju dalam mengupayakan perbaikan perekonomian di
Indonesia. Pada saat awal diberlakukannya undang-undang tentang PMA dan
PMDN, pemerintah bukan saja melakukan pemilihan industri secara selektif yang
tidak/kurang menimbulkan limbah yang dapat mengganggu kelestarian
lingkungan, tetapi banyak memberikan kemudahan-kemudahan bagi investor yang
menanamkan modalnya berlomba untuk mendirikan pabrik-pabrik tanpa adanya
pengawasan, apakah pabrik-pabrik itu akan menganggu kelestarian lingkungan
atau tidak.
Karena kurangnya pengawasan dari pemerintah dari gangguan yang akan
ditimbulkan dari pabrik-pabrik tersebut, maka bagi investor hanya terpikirkan,
bagaimana memperoleh lahan yang strategis dan murah dalam rangka
memperkecil biaya investasi tanpa memperdulikan gangguan yang ditimbulkan
Kondisi tanpa ketegasan dan menentu ini berjalan awal dekade
tujuhpuluhan sampai dengan dekade delapanpuluhan sehingga jumlah industri
berkembang dengan pesat dan sulit dilakukan pengawasan dengan tertib dan baik.
Dari perjalanan panjang masa berlakunya Undang-undang No. 1 tahun
1967 dan Undang-undang No. 6 tahun 1968 tentang PMA dan PMDN
menunjukkan bahwa peranan PMA dan PMDN dalam menunjang pembangunan
sangat menggembirakan. Hal ini dapat diupamakan ibarat gayung bersambut
antara pemerintah yang memerlukan investasi dengan para investor yang
menghendaki keamanan atas investasi yang ditanamkan dalam upaya
mengembangkan usaha.
Pertumbuhan industri PMA dan PMDN ini telah memainkan peranannya
dalam perekonomian Indonesia berarti taraf kehidupan masyarakat juga
meningkat menjadi lebih baik. Sejalan dengan peningkatan taraf hidup masyarakat
maka tuntutan kehidupan juga meningkat, satu diantara tuntutan tersebut adalah
kenyamanan hidup berarti pula kenyamanan lingkungan hidup.
Penanaman modal atau investasi merupakan pilar penting dalam
pertumbuhan ekonomi suatu negara karena ekonomi negara yang hendak tumbuh
berkelanjutan memerlukan modal terus-menerus. Dengan pendapatan per kapita
yang rendah, Indonesia memupuk modal dengan kecepatan tinggi.9
Atas dasar hal tersebut, suasana kebatinan pembentukan Undang-Undang
Penanaman Modal sedapat mungkin didasarkan pada semangat untuk
9
menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif sehingga Undang-Undang
Penanaman Modal dapat meningkatkan daya tarik Indonesia menjadi Negara
tujuan investasi.
Untuk itu, dalam kaitannya untuk menarik investasi, perlu dan patut
ditonjolkan beberapa perubahan mendasar yang bermuara pada peninggian
mobilitas. Kebijakan investasi yang mengandung pembatasan-pembatasan ketat
dan merupakan praktis luas hampir disemua negara berkembang harus diganti
dengan kebijakan investasi yang lebih terbuka. Nondiskriminasi dan perlakuan
yang sama bagi modal dalam negeri dan modal asing diterima sebagai salah satu
asas penting dalam kebijakan investasi. Perampingan daftar negatif investasi
hingga mencakup sejumlah kecil saja bisnis yang terkait dengan kesehatan,
pertahanan dan keamanan, moral dan lingkungan hidup.10
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 mencakup semua kegiatan
penanaman modal langsung di semua sektor. Undang-Undang ini juga membrikan
jaminan perlakuan yang sama dalam rangka penanaman modal. Selain itu,
Undang-Undang ini memerintahkan agar Pemerintah meningkatkan koordinasi
antarinstansi pemerintah, antarinstansi pemerintah dengan Bank Indonesia, dan
antarinstansi pemerintah dengan pemerintah daerah. Koordinasi dengan
pemerintah daerah harus sesuai dengan semangat otonomi derah. Pemerintah
daerah bersama-sama dengan instansi atau lembaga, baik swasta maupun
pemerintah, harus lebih diberdayakan lagi, baik dalam pengembangan peluang
potensi daerah maupun dalam koordinasi promosi dan pelayanan penanaman
10
modal. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan penyelenggaraan penanaman modal berdasarkan
asas otonomi daerah dan tugas perbantuan atau dekonsentrasi. Agar memenuhi
prinsip demokrasi ekonomi, Undang-Undang ini juga memerintahkan penyusunan
peraturan perundang-undangan mengenai bidang usaha yang tertutup dan yang
terbuka dengan persyaratan11, termasuk bidang usaha yang harus dimitrakan atau
dicadangkan bagi usaha mikro, kecil , menengah, dan koperasi.12
1. Apa yang dimaksud dengan penanaman modal yang berwawasan
lingkungan ?
Peningkatan peranan penanaman modal harus tetap dalam koridor
kebijakan pembangunan nasional yang direncanakan dengan tahap
memperhatikan makroekonomi dan keseimbangan ekonomi antarwilayah, sektor,
pelaku usaha, dan kelompok masyarakat, mendukung peran usaha nasional, serta
memenuhi kaidah tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan pada bab
sebelumnya, maka perlu dirumuskan yang menjadi judul skripsi ini. Persoalan
yang akan dibahas yaitu :
2. Unsur apa saja yang merupakan bagian dari penanaman modal yang
berwawasan lingkungan ?
11
Penentuan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan bertujuan untuk melindungi Lingkungan Hidup dari kerusakan yang diakibatkan Penanaman Modal yang berpengaruh pada lingkungan sekitarnya.
12
3. Apakah Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 telah memperhatikan aspek
lingkungan hidup dalam pelaksanaannya?
C. Tujuan dan Mamfaat Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dapat diuraikan sebagai berikut
:
1. Untuk mengetahui maksud dari penanaman modal yang berwawasan
lingkungan.
2. Untuk mengetahui unsur apa saja yang merupakan bagian dari penanaman
modal yang berwawasan lingkungan.
3. Untuk mengetahui tentang keberadaan Undang-Undang No. 25 Tahun
2007 peduli atau tidaknya terhadap lingkungan hidup?
Manfaat penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, pastilah pembahasan terhadap masalah-masalah yang akan
dibahas dapat menimbulkan pemahaman baru di dalam pengetahuan terhadap
penanaman modal yang berwawasan lingkungan. Di ketahui bahwa penanaman
modal merupakan suatu suntikan baru dalam peningkatan sumber daya manusia,
tekhnologi, dan industrialisasi, maka diharapkan pembaca semakin mengetahui
tentang penanaman modal yang berwawasan lingkungan.
Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca
terutama para pihak yang ingin melakukan penanaman modal dan juga sebagai
bahan kajian untuk para akademisi dalam menambah wawasan pengetahuan
terutama dalam bidang penanaman modal yang berasas berwawasan lingkungan.
D. Keaslian Penulisan
Judul yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah ditulis di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, terutama yang berkaitan dengan
aspek hukum penanaman modal yang berwawasan lingkungan setelah keluarnya
Undang-undang (UU Penanaman Modal) UU No. 25 Tahun 2007. Penulis
menyusun melalui referensi buku-buku, media cetak dan media elektronik dan
bantuan dari berbagai pihak karena setelah melakukan penelusuran kepustakaan
fakultas dan kepustakaan Universitas Sumatera Utara dan kalaupun ada substansi
pembahasannya berbeda dengan pembahasan yang dipaparkan dalam skripsi ini.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam dekade terahir ini, penanaman modal tidak saja merupakan
kebutuhan penting bagi suatu negara dalam pengembangan pembangunan
ekonomi, namun juga merupakan sarana utama dalam pengembangan industri.
Demikian pula halnya dengan Indonesia setelah mengalami masa kolonialisasi
yang sangat panjang, maka pada awal kemerdekaan mencoba untuk melaksanakan
pembangunan dimana peran Negara sangat menentukan kenyataan lain juga
melaksanakan pembangunan nasional. Maka berawal dari hal tersebut pemerintah
membuat suatu kebijakan untuk melakukan pembangunan nasional dengan
pemanfaan penanaman modal.
Dalam era globalisasi seperti sekarang, liberalisasi dalam bidang
penanaman modal mengalir seperti air mengikuti arus mencari daerah sasaran
yang paling menguntungkan. Investasi menggelinding laksana bola keseluruh
bagian penjuru dunia tanpa suatu hambatan yang berarti. Penanaman modal
menjadi suatu hubungan ekonomi internasional yang tidak terelakkan, hal tersebut
ditunjang adanya kesepakatan masyarakat internasional dalam liberalisasi dan
globalisasi ekonomi sehingga terjadi peningkatan hubungan penanaman modal
internasional.
Dalam berbagai kepustakaan, terminologi penanaman modal dapat berarti
penanaman modal yang dilakukan secara langsung (direct invesment) dan
penanaman modal yang dilakukan secara tidak langsung (Indirect Invesment)
untuk teragir dikenal dengan istilah penanaman modal.13
Dalam kamus hukum ekonomi digunakan terminologi “investment”
“penanaman modal” investasi yang berarti penanaman modal yang biasanya Dalam ensiklopedia ekonomi keuangan perdagangan dijelaskan istilah
investment atau investasi penanaman modal digunakan untuk penggunaan atau
pemakaian sumber-sumber ekonomi untuk produksi barang-barang produsen atau
barang-barang konsumen.
13
dilakukan untuk jangka panjang misalnya pengadaan aktiva tetap perusahaan atau
membei sekuritas dengan maksud untuk memperoleh keuntungan.14
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan investasi berarti
pertama penanaman uang atau modal disuatu perusahaan atau proyek untuk tujuan
memperoleh keuntungan. Kedua jumlah uang atau modal yang ditanam.15
Penanaman modal merupakan segala bentuk kegiatan menanamkan modal,
baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
16
Istilah investasi dan penanaman modal merupakan istilah yang dikenal,
baik dalam kegiatan bisnis maupun dalam perundang-undangan. Istilah investasi
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal (UUPM) pasal 1 angka 1 dikemukakan Penanaman Modal :
“segala bentuk kegiatan penanaman modal, baik oleh penanaman modal dalam
negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha diwilayah negara
Republik Indonesia”
Dari pengertian investasi seperti yang dikutip diatas, tampak bahwa tidak
ada perbedaan yang prinsipil antara investasi dengan penanaman modal. Makna
dari investasi atau penanaman modal adalah kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang atau badan hukum menyisakan sebagian pendapatnya agar dapat
digunakan untuk melakukan suatu usaha dengan harapan pada suatu waktu
tertentu akan mendapatkan hasil atau keuntungan.
14
Ibid., hal 57
15
Ibid.,hal 58
16
lebih popular dalam dunia usaha. Istilah penanaman modal lebih banyak
digunakan dalam bahasa perundang-undangan.17
Dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 poin 3 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya
sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya,
ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan
mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
Mengenai asas penanaman modal berwawasan lingkungan di atur dalam
Pasal 3 ayat (1) angka 8 Undang-undang No. 25 Tahun 2007. Adapun asas yang
berwawasan lingkungan dimaksud disini adalah asas penanaman modal yang
dilakukan dengan tetap memerhatikan dan mengutamakan perlindungan dan
pemeliharaan lingkungan hidup.
18
maka haruslah menggunakan metode penulisan yang sesuai dengan bidang yang
diteliti. Adapun penelitian yang digunakan oleh penulis dapat diuraikan sebagai
berikut :
F. Metode Penulisan
Dalam hal ini, apa yang penulis kemukakan dalam tulisan ini
merupakan pengambilan bahan tidak terlepas dari media cetak dan media
elektronik mengingat tulisan ini kerap diaktualisasikan melalui media cetak dan
media elektronik.
17
Ida Bagus Rahmadi, Kerangka Hukum Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2005), hal.1.
18
1) Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan
dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Dengan demikian, penelitian
yang dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang
menganalisa hukum yang tertulis.19
2) Data dan Sumber Data
Dalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah
bahan hukum primer, sekunder dan tersier.
Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan
perundang-undangan di bidang hukum yang mengikat, antara lain Undang-undang
No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-undang No. 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan perundang-undangan yang relevan.
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya para ahli hukum berupa
buku-buku, pendapat-pendapat para sarjana dan kasus-kasus yang berhubungan dengan
skripsi ini.
Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum
yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum
primer dan/atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum dan lain-lain.
19
3) Teknik Pengumpulan Data
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan
dapat dipertanggung jawabkan, penulis mengunakan metode penelitian hukum
normatif. Dengan pengumpulan data secara studi pustaka (Library Reseach).
Penulis menggunakan suatu penelitian kepustakaan/library reseach.
Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan
atau disebut dengan penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan
cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan
nama dan bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum.
Metode library reseach adalah mempelajari sumber-sumber atau
bahan-bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan-bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa
rujukan beberapa buku, wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana
ekonomi dan hukum yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya, Koran dan
majalah.
Dalam hal ini, apa yang penulis kemukakan dalam tulisan ini merupakan
pengambilan bahan tidak terlepas dari media cetak dan media elektronik
mengingat tulisan ini kerap diaktualisasikan melalui media cetak dan media
elektronik.
4) Analisis Data
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini termasuk ke
merupakan kegiatan utnuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan
dibahas. Analisis data dilakukan dengan:20
1. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan
yang diteliti.
2. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian.
3. Mensistematisasikan kaigah-kaidah hukum, azas atau doktrin.
4. Menjelaskan huhungan-hubungan antara berabagai konsep, pasal atau
doktrin yang ada.
5. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif kualitatif.
G. Sistematika Penulisan.
Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus
diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka
diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per
bab yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini
adalah :
BAB I :Berisikan pendahuluan yang merupakan penghantar yang
di dalamnya terurai mengenai latar belakang penulisan
skripsi, perumusan masalah kemudian dilanjutkan dengan
tujuan dan mamfaat penulisan, tunjauan kepustakaan,
metode penulisan, yang kemudian diakhiri dengan
sistematika penulisan.
20
BAB II :Merupakan tinjauan hukum penanaman modal di
Indonesia dimana yang diuraikan mengenai pengertian
dan jenis-jenis penanaman modal, asas dan tujuan
penanaman modal, bidang-bidang usaha yang tertutup
bagi pennanam modal, hak, kewajiban dan tanggung
jawab penanaman modal.
BAB III :Merupakan pembahasan tentang penanaman modal dan
lingkungan hidup yang terdiri dari pembahasan mengenai
perkembangan penanaman modal di Indonesia, dampak
negatif kegiatan penanaman modal terhadap lingkungan
hidup, pembangunan berwawasan lingkungan, sistem
perizinan dan kaitannya dengan lingkungan hidup.
BAB IV :Merupakan bab yang membahas tentang aspek hukum
penanaman modal yang berwawasan lingkungan yang
mencakup penanaman modal yang berwawasan
lingkungan, mamfaat penanaman modal yang
berwawasan lingkungan, tanggung jawab sosial dalam
lingkungan penanaman modal, analisi mengenai dampak
lingkungan (AMDAL) serta konsistensi kebijakan
pemerintah terhadap pelaksanaan penanaman modal di
BAB V :Bab ini berisikan kesimpulan dari bab-bab yang telah
dibahas sebelumnya dan saran-saran yang mungkin
berguna bagi perkembangan penanaman modal yang
berwawasan lingkungan dan orang-orang yang
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI SAHAM PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN
2007
A. Pengertian Umum Tentang Modal Perseroan
Sebelum berlakunya Undang-Undang No. 25 Tahun 2007, keberadaan
penanaman modal dalam negeri diatur dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 1968
tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Menurut ketentuan undang-undang
tersebut, penanaman modal dalam negeri adalah penggunaan modal dalam negeri
(yang merupakan bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk
hak-haknya dan benda-benda baik yang dimiliki oleh Negara maupun swasta nasional
atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disisihkan /disediakan guna
menjalankan usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur dalam Pasal 2 UU No. 1
Tahun 1967) bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada
umumnya.21
Dalam Undang-Undang Penanaman Modal No.25 Tahun 2007 tidak
mengadakan pembedaan antara penanaman modal dalam negeri dan penanaman
modal asing. Oleh karena itu, undang-undang tersebut mengatur mengenai
kegiatan penanaman modal, baik penanaman modal asing dan penanaman modal
dalam negeri dan tidak mengadakan pemisahaan undang-undang secara khusus,
seperti halnya undang-undang penanaman modal terdahulu yang terdiri dari dua
21
undang-undang, yaitu Undang Penanaman Modal Asing dan
Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri.22
Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2007 menyebutkan
bahwa penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik
oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.23
Menurut Komaruddin, yang dikutip oleh Pandji Anoraga merumuskan
penanaman modal dari sudut pandang ekonomi dan memandang investasi sebagai
salah satu faktor produksi disamping faktor produksi lainnya, pengertian investasi
dapat di bagi menjadi tiga,yaitu:24
1. Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau suatu penyertaan
lainnya;
2. Suatu tindakan memberi barang-barang modal;
3. Pemamfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan di
masa mendatang.
Selain pembagian penanaman modal yang di kenal dalam Undang-Undang
No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yaitu yang membagi penanaman
modal dengan penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri,
kegiatan penanaman modal pada hakikatnya dapat diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu sebagai berikut:
22
Ibid, hal. 121.
23
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang UUPM.
24
Investasi lansung di Indonesia saat ini diatur dalam UU No. 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal yang memperbaharui ketentuan
perundang-undangan yang menyangkut investasi asing sebelumnya. UU tersebut mengatur
baik investasi yang dilaksanakan oleh investor dalam negeri maupun investasi
yang dilaksanakan oleh investor asing.25
Dalam konteks ketentuan Undang-Undang Penanaman Modal, pengertian
penanaman modal hanya mencakup penanaman modal secara langsung.
Penanaman modal adalah ”segala bentuk kegiatan menanamkan modal, baik oleh
penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan
usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.”Investasi secara langsung ini karena
dikaitkan dengan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal dalam
kegiatan pengelolaan modal.
26
Sornarajah yang dikutip oleh Ida Bagus Rahmadi Supanca merumuskan
investasi dengan, “involves the transfer of tangible or intangible assets from one
country into another for the purpose of their use in that country to guarantee
wealth under the total or partial control of the owner of the assets.”27
Investasi langsung ini dapat dilakukan dengan mendirikan perusahaan
patungan (joint venture company) dengan mitra lokal, melakukan kerja sama
operasi (joint operation scheme) tanpa membentuk perusahaan baru;
mengonversikan pinjaman menjadi penyertaan mayoritas dalam perusahaan local,
25
Ibid. hal 12.
26
Ida Bagus Rahmadi Supanca, Kerangka Hukum &Kebijakan Investasi Lansung di Indonesia, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2006), hal. 53.
27
memberikan bantuan teknis dan manajerial (technical and management
assistence) maupun dengan memberikan lisensi.28
Investasi asing dalam bentuk direct Invesment khususnya mengenai pendirian/pembentukan suatu perusahaan baru, agak berbeda halnya, karena ptoyek yang bersangkutan tidak hanya harus memenuhi syarat formal, tetapi pula syarat-syarat materiil. Dengan syarat formil dimaksudkan di sini bahwa harus dipenugi ketentuan-ketentuan peraturan dari Negara yang berdsangkutan, sedangkan syarat materiil itu adalah dalam arti bahwa proyek itu akan dapat memenuhi kegunaan ekonomi Negara.
Mengenai investasi langsung oleh pihak asing, Ismail Suny menyebutkan
sebagai berikut :
29
a. pada investasi tak langsung, pemegang saham tidak memiliki kontrol pada
pengelolaan perseroan sehari-sehari.
Investasi tak langsung pada umumnya merupakan penanaman modal
jangka pendek yang mencakup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar
uang. Penanaman modal ini disebut dengan penanaman modal jangka pendek
karena pada umumnya, jual beli saham atau mata uang dalam jangka waktu yang
relatif singkat tergantung kepada fluktuasi nilai saham dan/atau mata uang yang
hendak mereka jual belikan.
Perbedaan antara investasi langsung dengan investasi tidak langsung
adalah sebagai berikut:
b. Pada investasi tak langsung, biasanya resiko ditanggung sendiri oleh
pemegang saham sehingga pada dasarnya tidak dapat menggugat perusahaan
yang menjalankan kegiatannya.
28
Dhaniswara K. Harjono, Op.cit.hal 12.
29
c. Kerugian pada investasi tidak lansung, pada umumnya tidak dilindungi oleh
hukum kebiasaan Internasional.30
Menurut Jonker S, jenis-jenis penanaman modal dibedakan yaitu :
1. investasi langsung (Direct Invesment), yakni investasi yang dilaksanakan
dengan kepemilikan proyek yang kelihatan wujudnya, kajian mengenai
resiko dan hasil yang diterima dari investasi tersebut dilakukan melalui
studi kelayakan investasi yang menyangkut semua aspek-aslek keuangan,
aspek ekonomi/sosial, aspek pemasaran, aspek teknis/produksi, aspek
hukum serta aspek organisasi dan menajemen.
2. investasi tidak langsung (Indirect Invesment), yakni investasi yang
dilakukan dengan membeli surat-surat berharga yang diterbitkan oleh
perseroan ataupun yang diterbitkan oleh Olter ego dari pemerintah, kajian
mengenai resiko dan hasil yang diterima dari investasi dimaksudkan
dilakukan melalui analisis atas data-data yang berkaitan dengan portofolio
investasi yang diminati, data-data tersebut didapatkan dari emiten maupun
sumber-sumber lainnya.31
merupakan suatu bentuk penanaman modal secara langsung. Dalam hal
ini pihak investor langsung terlibat aktif dalam kegiatan pengelaolaan
usaha dan bertanggungjawab secara langsung apabila terjadi suatu
kerugian.
Secara umum dikenal ada dua macam penanaman modal yaitu :
1. Penanaman modal secara langsung (Direct Invesment)
30
Ibid. hal. 13.
31
2. Penanaman modal tidak langsung (Portfolio Invesment)
merupakan suatu bentuk penanaman modal secara tidak langsung terlibat
aktif dalam kegiatan pengelaolaan usaha. Investasi terjadi melalui
pemilikan surat-surat pinjaman jangka panjang (obligasi) dan
saham-saham perusahaan dimana modal tersebut ditanamakan hanya
memasukkan modal dalam bentuk uang atau valuta semata.32
1. Kepastian hukum, yaitu asas dalam Negara hukum yang meletakkan
hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam
setiap kebijakan dan tindakan dalam kegiatan penanaman modal.
B. Mekanisme Jual Beli Saham Perseroan
Sejalan dengan tujuan, pembaharuan dan pembentukan Undang-Undang
Penanaman Modal, ketentuan Pasal 3 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal menentukan bahwa penanaman modal diselenggarakan
berdasarkan asas-asas sebagai berikut :
2. Keterbukaan, yaitu asas yang terbuka atas hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
kegiatan penanaman modal.
3. Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaukatan tertinggi
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
32
4. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal Negara,yaitu asas
perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan
penanam modal asing maupun antara penanam modal dari suatu Negara
asing dengan penanam modal dari Negara asing lainnya.
5. Kebersamaan, yaitu asas yang mendorong peran seluruh penanam modal
secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat.
6. Efisiensi berkeadilan, yaitu asas yang mendasaru pelaksanaan penanaman
modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha
mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.
7. Berkelanjutan, yaitu asas yang secara terencana mengupayakan
berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk
menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan,
baik untuk masa kini maupun untuk masa datang.
8. Berwawasan lingkungan, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan
dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan
pemeliharaan lingkungan hidup.
9. Kemandirian, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap
mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri
10. Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, yaitu asas yang
berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah, dalam
kesatuan ekonomi nasional.33
Untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan
kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman
modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan modal yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Untuk itu, penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan
perekonomian nasional.
34
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;
Atas dasar hal tersebut, tujuan penyelenggaran penanaman modal antara
lain menurut ketentuan Pasal 3 ayat (2) adalah untuk:
2. Menciptakan lapangan kerja;
3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;
4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;
5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasioanal;
6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;
7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kegiatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri; dan
8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
33
PenjelasanPasal 3 ayat (1) UUPM No. 25 Tahun 2007.
34
Tujuan penyelenggaran penanaman modal tersebut hanya dapat tercapai
apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi,
antara lain dengan perbaikan koordinasi antarinstansi pemerintah pusat dan
daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman
modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif
di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha.35
Daftar bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, yang modal
perusahaan ada pemilikan warga negara asing dan atau badan hukum yang
merupakan bidang usaha yang tidak diperkenankan untuk penanaman modal,
dimana modal perusahaan berasal dari warga negara asing atau badan hukum
asing secara total.
C. Perlindungan Hukum Modal Perseroan
Penentuan bidang usaha, baik yang tertutup dan terbuka untuk kepentingan
investasi mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka penanaman modal di
Indonesia. Dengan mengetahui bidang usaha itu, investor dapat menentukan
bidang usaha apa saja yang terbuka untuk penanaman modal.
36
Ketentuan yang tercantum dalam Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun
2000 tentang Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka
dengan Persyaratan Tertentu bagi Penanaman Modal yang diganti dengan
Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2007 kini tidak berlaku lagi. Ketentuan ini telah
dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang
35
. Ibid., hal.26.
36
Usaha tertutup dan Bidang Usaha Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal.
Dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal telah ditentukan 3 golongan bidang usaha bagi penanaman
modal. Ketiga golongan usaha itu meliputi :
1) Bidang usaha terbuka
2) Bidang usaha tertutup
3) Bidang usaha terbuka dengan persyaratan.37
Bidang usaha yang terbuka merupakan bidang usaha yang diperkenankan
untuk penanaman modal, baik investor asing maupun domestik. Namun,
ketentuan tentang bidang usaha terbuka ini tidak diatur secara rinci dalam
Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007, akan tetapi mengenai Daftar Bidang
Usaha yang Terbuka diatur dalam Bab II Pasal 2 ayat (1) Peraturan Presiden No.
76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang
Tertutup dan Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
Dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Presiden No. 76 Tahun 2007
tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Terbuka dan
Tertutup Bagi Penanaman Modal disebutkan “ Semua bidang usaha atau jenis
usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha yang
dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.”38
37
Pasal 12 UUPM Nomor 25 Tahun 2007.
38
Dalam Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 hanya diatur secara
rinci tentang bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan
persyaratan.
Dalam Pasal 12 ayat (2) UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal telah ditentukan daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal,
baik untuk investasi domestik maupun investasi asing, yang meliputi:
1) Produksi senjata
2) Mesiu
3) Alat peledak
4) Peralatan perang.39
Penjabaran lebih lanjut dari perintah Pasal 12 ayat (2) UU No. 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal telah dituangkan dalam Peraturan Presiden
Nomor 111 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Daftar
Bidang Usaha Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Dalam
Lampiran I Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 telah diatur rinci tentang
Daftar Bidang Usaha Tertutup.
Ada dua puluh lima daftar bidang usaha yang tertutup, baik untuk investasi
domestik maupun investasi asing40
1) Perjudian/kasino parawisata
. Kedua puluh lima daftar bidang usaha yang
tertutup untuk investasi yaitu:
2) Peninggalan sejarah dan perbakala (candi, keratin, prasati, petilasan,
bangunan kuno, temuan laut,dsb)
39
Pasal 12 UUPM No. 25 Tahun 2007.
40
3) Kebudayaan dan pariwisata
4) Museum
5) Pemukiman/lingkungan adat
6) Kebudayaan dan pariwisata
7) monument
8) Objek jiarah (Tempat peribadatan, petilasan makam, dsb)
9) Pemamfaatan (pengambilan kolar alam)
10) Penangkapan spesies ikan yang tercantum dalam Appendix I CITES
11) Manajemen Dan Penyelenggaraan Stasiun Monitoring Frekuensi Radio
dan Orbit Satelit
12) Lembaga penyiaran Publik (LPP) Radio dan Televisi
13) Penyedian Dan Penyelenggaran Terminal
14) Pemasangan dan pemeliharaan perlengkapan jalan
15) Penyelenggaraan dan pengoperasian jembatan timbang
16) Penyelenggaran pengujian tipe kenderaan bermotor
17) Telekomunikasi/sarana Bantu navigasi pelayaran
18) Vassel Traffic Information system (VTIS)
19) Pemanduan lalu lintas udara (ATS) Provider
20) Industri bahan kimia skedul-1 konvensi senjata kimia (sarun, soman,
tabun mustard, Levesite, Ricine, Saxitoxin, VX, dll)
21) Industri minimum mengandung alkohol (minuman keras, anggur, dan
minuman mengandung malt)
23) Industri Siklamat dan Sakarin, Industri Logam Dasar Bukan Timah
(Timah Hitam)
24) Perindustrian
25) Budidaya Ganja
Bidang usaha yang tertutup dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan non
komersial seperti, penelitian dan pengembangan dan mendapat persetujuan dari
sektor yang bertanggung jawab atas pembinaan bidang usaha tersebut.
Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha
tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat
tertentu. Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan ini dibagi menjadi lima
bidang usaha, yaitu :
1) Bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah
dan Koperasi (UMKMK)
2) Bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan
3) Bidang usaha yang dipersyaratkan kepemilikan modalnya
4) Bidang usaha yang dipersyaratkan dengan lokasi tertentu
5) Bidang usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus.
Perbedaan mendasar antara Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2000
dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 dapat dilihat sebagai berikut :
1) Dilihat dari daftar bidang usaha
Dalam Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2000 daftar bidang usaha
a) Daftar bidang usaha yang tertutup mutlak untuk Penanaman Modal
b) Daftar bidang usaha yang tertutup mutlak untuk Penanaman Modal
yang dalam modal perusahaan ada pemilikan warga negara asing
dan atau badan hukum asing
c) Daftar bidang usaha-usaha yang terbuka dengan persyaratan
petungan antara modal asing dengan modal dalam negeri
d) Daftar bidang usaha terbuka dengan persyaratan tertentu.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 111 Tahun 2007, daftar bidang usaha
dibagi menjadi dua macam yaitu :
e) Daftar usaha tertutup
f) Daftar bidang usaha terbuka persyaratan
2) Substansi yang diatur
Substansi daftar bidang usaha yang diatur dalam Keputusan Presiden
Nomor 96 Tahun 2000 adalah sangat sedikit. Daftar Bidang Usaha yang Tertutup
hanya 19 macam. Daftar bidang usaha terbuka dengan persyaratan hanya 37
bidang. Sementara dalam Peraturan Pemerintah Nomor 111 Tahun 2007, daftar
bidang usaha sangat banyak dan rinci. Daftar bidang usaha yang tertutup hanya 25
bidang. Daftar yang paling banyak adalah daftar bidang usaha yang terbuka
dengan persyaratan, dengan jumlah 312 bidang usaha.
Banyaknya bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan ini adalah
dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada para investor untuk memilih
bidang usaha yang sesuai dengan bidang usaha yang ditekuni oleh para investor
Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007, dalam Bab IX diatur
mengenai hak, kewajiban, dan tanggungjawab penanam modal. Pengaturan
mengenai hak, kewajiban,dan tanggungjawab di atur secara khusus guna
memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban penanam modal terhadap
penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang sehat, memberikan penghormatan
terhadap tradisi budaya masyarakat dan melaksanakan tanggungjawab sosial.
Pengaturan tanggungjawab penanam modal diperlukan untuk mendorong
iklim persaingan usaha yang sehat, memperbesar tanggung jawab lingkungan dan
pemenuhan hak dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya mendorong ketaatan
penanam modal terhadap peraturan perundang-undangan
Mengenai hak penanam modal di atur dalam Pasal 14 Undang-Undang
No. 25 Tahun 2007 yang menentukan bahwa setiap penanam modal berhak untuk
mendapat hal-hal sebagai berikut.
a. Kepastian hak, kepastian hukum, dan kepastian perlindungan
1) Kepastian hak adalah jaminan pemerintah bagi penanam modal untuk
memperoleh hak sepanjang penanam modal telah melaksanakan kewajiban
yang di tentukan.
2) Kepastian hukum adalah jaminan pemerintah untuk menempatkan hukum
dan ketentuan perundang-undangan sebagai landasan utama dalam setiap
tindakan dan kebijakan bagi penanam modal.
3) Kepastian perlindungan adalah jaminan pemerintah bagi penanam modal
untuk memperoleh perlindungan dalam melaksanakan kegiatan penanam
b. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya
c. Hak pelayanan
d. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Mengenai kewajiban penanam modal di atur dalam Pasal 15
Undang-undang No. 25 tahun 2007 yang menentukan bahwa setiap penanam modal
mempunyai kewajiban untuk :
a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaannya, yaitu tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya setempat;
c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan
menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal, di mana laporan ini merupakan laporan kegiatan penanaman modal yang memuat perkembangan penanaman modal dan kendala yang di hadapi penanam modal yang di sampaikan secara berkala kepada BKPM dan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di bidang penanaman modal;
d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal;
e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kewajiban penanam modal diatur secara khusus guna memberikan
kepastian hukum, mempertegas kewajiban penanam modal terhadap penerapan
prinsip tata kelola perusahaan yang sehat, memberikan penghormatan terhadap
tradisi budaya masyarakat, dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
Pengaturan tanggung jawab penanam modal diperlukan untuk mendorong iklim
pemenuhan hak dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya mendorong upaya
ketaatan penanam modal terhadap peraturan perundang-undangan.41
1) setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan atau kegiatan tersebut.
Adapun yang menjadi kewajiban masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan hidup, seperti termuat dalam Bab III pasal 6, Bab V pasal 16, dan
Pasal 17 Undang-Undang No.23 Tahun 1997 yaitu:
Pasal 6
1. Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
2. Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 16
2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menyerahkan pengelolaan limbah tersebut kepada pihak lain.
3) Ketentuan pelaksanaan pasal ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 17
1) setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun.
2) Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun meliputi menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan/atau membuang.
3) Ketentuan mengenai pengelolaan bahan berbahaya dan beracun diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Mengenai kewajiban dari penanam modal yang termuat dalam Pasal 15
UUPM No. 25 Tahun 2007, apabila dihubungkan dengan Pasal 6, Pasal 16 dan
41
Pasal 17 Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang UUPLH maka dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung
jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap
menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan,
nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
Mengenai tanggung jawab penanam modal di atur dalam pasal 16
Undang-undang No. 25 tahun 2007 yang menyatakan bahwa setiap penanam modal
bertanggung jawab untuk :
a. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan negara;
d. Menjaga kelestarian lingkungan hidup;
e. Menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja;
f. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Khusus untuk yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak
terbarukan, menurut ketentuan Pasal 17, wajib mengalokasikan dana secara
bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan
hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Maksud pengaturan ketentuan ini adalah untuk mengantisipasi
BAB III
ANALISIS UMUM TENTANG PERTANGGUNG JAWABAN PERUSAHAAN GO PUBLIC
A. Pengertian Umum Perusahaan Go Public
Perkembangan penanaman modal di Indonesia dimulai pada abad XVI,
tepatnya tahun1511 ketika bangsa Eropa mulai menjejakkan kakinya di bumi
Indonesia. Penanaman modal di Indonesia dapat dibagi menjadi enam kurun
waktu berikut :
1. Masa penjajahan atau penguasaan oleh bangsa-bangsa Eropa (1511-1942) :
a. Masa penguasaan Portugis (1511-1596)
b. Masa penguasaan Belanda yang pertama (1596-1795)
c. Masa penguasaan Prancis (1795-1811)
d. Masa penguasaan Inggris (1811-1816)
e. Masa kembalinya penguasaan Belanda (1816-1942)
2.Masa pendudukan Jepang (1942-1945)
3. Masa revolusi mempertahankan kemerdekaan (1945-1949)
4. Masa orde lama (1949-1967)
5. Masa orde baru (1967-1998)42
Bangsa Eropa yang pertama kali datang sebagai pedagang (investor)
adalah bangsa Portugis. Portugis pertama kali menguasai Malaka pada tahun 1511
atas bantuan raja Utimate dari Indonesia, dimana pada saat itu Malaka merupakan 6. Masa setelah krisis ekonomi (1998-sekarang).
42
pusat perdagangan produk-produk dari Cina, India, dan Indonesia (Majapahit).
Tujuan Portugis pada waktu itu datang ke Malaka adalah untuk mencari sumber
rempah-rempah.
Misi pedagang belanda yang di pimpin oleh Cornelis de Houtman adalah
melakukan pooling atau penggabungan atau mengelola modal mereka untuk
melakukan bisnis di Indonesia. Bentuk penanaman modalnya adalah tidak
ditanamakan di Indonesia dengan maksud membangun Indonesia , tetapi untuk
mengeruk keuntungan di Indonesia.
Dalam penguasaan Prancis yang dipimpin oleh Deandles, yang mana dalam
masa kekuasaannya bertugas untuk :
1. membangun sistem pertahanan di Indonesia terhadap kemungkinan
penyusupan oleh pasukan Inggris;
2. melakukan reorganisasi dalam pengelolaan kekayaan Indonesia yang
amburadul karena salah urus oleh VOC.
Falsafah tersebut dijabarkan dalam bentuk usulan pengaturan yang perlu
ditempuh dalam rangka investasi di Indonesia yang intinya, sebagai berikut :
a) Sawah harus dukuasai oleh petani agar kebutuhan hidup dapat dipenuhi
secara damai.
b) Motivasi untuk produktif dalam diri masyarakat harus ditumbuhkan dan
bukan didasarkan atas paksaan.
c) Dalam proses pembangunan mulai diperkenalkan peranan modal swasta
(privat capital) yang pada saat itu dijalankan oleh golongan Eropa dan
d) Kopi dan merica agar tidak ditanam di atas tanah sawah (jadi sudah ada
perencanaan tata ruang).
e) Hasil bumi harus dibayar dengan harga yang pantas sehingga
kebijaksanaan The Rules on Contingents and Foeced Deliveries harus
ditinggalkan.
f) Partisipasi dalam perdagangan harus terbuka, baik untuk Belanda sendiri
maupun orang asing lainnya karena sistem kartel harus ditinggalkan.
Inggris menguasai Indonesia (Jakarta) pada tahun 1811, dimana Gubernur
Jenderal Inggris dipimpin oleh Sir Thomas Raffles sebagai Letnan Gubernur
Jawa. Raffles memperkenalkan kebijakan investasi yang sama sekali berbeda
dibanding dengan Portugis, Prancis, dan Belanda. Jika ketiga bangsa tadi
melakukan untuk mengamankan pasaran rempah-rempah ke Eropa serta produk
pertanian di Indonesia, Inggris memiliki tujuan tambahan, yaitu mencari pasaran
bagi produk tekstil Inggris.
Dalam pengelolaan Indonesia sebagai daerah jajahan, terdapat dua pemikiran
yang mewarnai perumusan kebijakan pemerintah Belanda, yaitu konservatisme
versus liberalisme dan akhirnya dicapai kompromi sebagai berikut:43
1) pemerintah Belanda akan meningkatkan kesejahteraan umum dan
memajukan industri di Indonesia secara tidak langsung melalui penerapan
legislasi liberal.
2) Sarana perhubungan akan ditingkatkan.
43
3) Semua dukungan yang mungkin dapat diberikan untuk mendukung bisnis
oleh individu perorangan akan disediakan.
4) Hanya akan ikut campur dalam urusan orang perorangan secara tidak
lansung dan hanya jika diperlulan.
Pada masa kepemimpinan Du Bus (1826-1830) yang tugas utamanya
menambah penghasilan yang dapat dikumpulkan pemerintah Hindia Belanda
untuk menutupi biaya-biaya, baik di Belanda maupun di Indonesia. Kebijakan Du
Bus yang penting adalah:44
1) mengubah sistem kepemilikan komunal menjadi individual;
2) sistem tanam paksa kopi diubah menjadi suka rela;
3) menentang monopoli yang dilakukan oleh pemerintah;
4) mengundang investor asing untuk menggarap tanah-tanah yang terlantar;
5) mendirikan Bank Java (cikal bakal Bank Indonesia) pada tanggal 24
Januari 1928.
pada tahun 1942, Jepang menduduki Indonesia dan mengusir Belanda. Hal
ini karena Jepang merasa dirugikan atas kebijakan ekonomi Belanda yang bersifat
diskriminatif terhadap produk-produk Jepang.
Sebagai “saudara tua” yang membebasakan Indonesia dari belenggu
Belanda, langkah pertama yang dilakukan Jepang adalah dengan melakukan
penyitaan terhadap semua harta pemerintah Hindia Belanda serta para investor
asing. Bagi bangsa Indonesia cara-cara yang dilakukan oleh Jepang tersebut
dianggap sebagai cara untuk melepaskan diri dari belenggu kolonialisme dan
44
kapitalisme barat, tetapi ternyata tidak sesuai dengan harapan karena pendudukan
Jepang justru membawa kesengsaraan dan penderitaan bangsa Indonesia.
Setelah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa
Indonesia mampu mengonsolidasikan semua unsur kekuatannya, termasuk
pemerintahan dan militer sehingga ketika pasukan Belanda masuk kembali
dengan membonceng pasukan sekutu, bangsa Indonesia telah siap.
Untuk itu, bangsa Indonesia merumuskan kemerdekaannya dalam suatu
Undang-Undang Dasar yang diharapkan mampu menegakkan supremasi hukum
serta dapat mengantarkan bangsa undonesia ke arah kesejahteraan yang lebih
baik. Terhadap investasi asing, pemerintah tidak bersifat antipati. Hal ini karena
dalam rangka membangun bangsa tetap memerlukan adanya investasi asing,
disamping bantuan intelektual serta keahlian teknik.
Perjanjian dalam Konfrensi Meja Bundar tahun 1949 telah membuka jalan
bagi bangsa Indonesia untuk menghidupkan kembali investasi asing yang sempat
terbengkalai hampir 10 tahun selama perang dunia II dan perjuangan
mempertahankan kemerdekaan. Sesuai dengan isi perjanjian tersebut,
masalah-masalah investasi yang diwajibkan Indonesia adalah:45
1. menjamin berlangsungnya iklim investasi di Indonesia seperti sebelum
tahun 1942, termasuk pengakuan dan pemulihan hak-hak investor asing.
2. dalam hal kepentingan nasional, Indonesia menghendaki dilakukannya
tindakan nasionalisasi, maka tindakan tersebut harus dilakukan dengan
cara memberi ganti rugi yang layak;
45
3. diperbolehkan adanya penanaman modal baru di Indonesia
Pada tanggal 1 Januari 1967 diberlakukan Undang-Undang Penanaman
Modal Asing. Tanggapan luar negeri atas hal tersebut sangat positif sehingga
sejak saat itu angka penanaman modal asing di Indonesia secara konstan
menunjukkan kenaikan. Namun, sampai lima tahun pertama diberlakukan
Undang-Undang Penanaman Modal Asing tahun 1967, kegiatan penanaman
modal asing hanya bertumpu pada dua bidang industri, yaitu:46
a. industri sekunder yang terdiri dari barang konsumen serta produk
pengganti impor; dan
b. industri yang berbasis sumber daya alam seperti minyak, pertambangan
dan kehutanan.
Keadaan perekonomian Indonesia menjadi sangat terpuruk pada saat
Indonesia dilanda krisis pada tahun 1997 yang berakibat sangat luas. Penyebab
krisis tersebut adalah perilaku bisnis yang kurang bertanggung jawab, yaitu
berperilaku buruk dalam menjaga kekuatan perekonomian Indonesia.
Atas kondisi tersebut, menurut Ida bagus Rahmadi Supancana47
a. globalisasi tatanan perdagangan, investasi dan keuangan;
terdapat
tantangan dan paradigma dibidang investasi yang bersumber dari faktor-faktor
yang bersifat intern maupun ektern. Faktor ekstern yang berpengaruh antara lain:
b. isu-isu global, seperti demokrasi, lingkungan hidup, dan hal asasi manusia;
c. perlindungan HAKI;
d. program pengentasan kemiskinan global;
46
Ibid., hlm. 44-45.
47
e. isu community development dan corporate social responsibility;
f. perlindungan hak-hak normatif tenaga kerja, tenaga kerja anak-anak, dan
perempuan; dan lain-lain.
Disamping faktor ekstrnal, hal yang tak kalah penting adalah faktor-faktor
intern yang berpengaruh, antara lain:
a. perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi kearah desentralisasi
(otonomi daerah dan otonomi khusus);
b. demokratisasi dalam berbagai sendi kehidupan bangsa;
c. reformasi dalam tata kelola pemerintahan (ke arah good governance and
clean government), termasuk pemberantasan korupsi;
d. reformasi dalam tata kelola perusahaan ke arah good corporate
governance;
e. perubahan struktur industri kea rah resource based industry;
f. meningkatnya pemahaman dan perlindungan lingkungan hidup;
g. meningkatnya perlindungan HAM; dan lain-lain.
Penanaman modal berkembang sejalan dengan kebutuhan suatu negara
dalam melaksanakan pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraaan
dan kemakmuran masyarakatnya. Kebutuhan tersebut timbul akibat
ketidakmampuan suatu negara memenuhi kebutuhan akan modal, dengan
penanaman modal menjadi salah satu alternatif terbaik selain melalui hutang luar
negeri.48
48
Rosyidah Rakhmawati,Op Cit.hal.5
Selain itu, kegiatan penanaman modal juga terjadi sebagai konsekuensi