• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Reliability Centered Maintenance (RCM) Untuk Merencanakan Kegiatan Perawatan Mesin Di PT. SMART, TBK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pendekatan Reliability Centered Maintenance (RCM) Untuk Merencanakan Kegiatan Perawatan Mesin Di PT. SMART, TBK"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) UNTUK MERENCANAKAN KEGIATAN PERAWATAN MESIN

DI PT. SMART, TBK

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

DIAN MAYA SARI NIM. 050403024

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

PT. SMART, Tbk. Medan merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan bahan baku Crude Palm Oil (CPO) menjadi minyak goreng dan sterin. Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan ini secara umum terbagi dalam dua kegiatan yaitu kegiatan penerimaan hasil olahan kelapa sawit dari pelanggan dan proses penyaluran ke armada laut sebagai pengangkutan untuk kegiatan ekspor. Semakin meningkatnya kegiatan ekspor hasil olahan kelapa sawit maka pertumbuhan perusahaan sejenis akan meningkat.

Memasuki era persaingan yang semakin ketat maka perusahaan dituntut untuk memberikan performance terbaik dalam melakukan pelayanan kepada konsumen di antaranya dengan memberikan pelayanan yang memenuhi standar, harga yang terjangkau dan tepat waktu. Pada saat ini perusahaan sedang menghadapi permasalahan adanya downtime yang cukup besar yang menyebabkan rendahnya performance perusahaan dalam memberikan pelayanan dan masalah terjadinya kerusakan mesin yang tidak terdeteksi. Adanya downtime yang tinggi terlihat dari banyaknya waktu yang terbuang untuk memperbaiki kerusakan mesin yang terjadi secara tiba-tiba.

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah mendapatkan rancangan kegiatan perawatan mesin/ komponen yang efektif untuk dapat diterapkan di PT. SMART, Tbk. Medan dengan menggunakan pendekatan Reliability Centered Maintenance (RCM). Setelah dilakukan penelitian diketahui bahwa mesin kritis yang membutuhkan perawatan intensif adalah mesin boiler. Komponen pada sub sistem air umpan yang sering mengalami kerusakan adalah komponen bearing pada soot blower dan baut penghubung pada screwfeeder dan motor listrik. Distribusi ketiga komponen berdistribusi weibull dua parameter.

Tindakan perawatan yang dapat dilakukan adalah melaksanakan periksaan secara harian, bulanan dan tahunan untuk semua peralatan mesin boiler. Penggantian komponen bearing dilakukan pada saat usia komponen memasuki bulan kedua, komponen baut penghubung pada screwfeeder dan motor listrik dilakukan pada bulan kelima dan untuk komponen seal pada feed water pump pada saat usia komponen memasuki bulan ketiga.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan

Tugas Akhir ini dengan baik.

Penelitian dilaksanakan di PT. Smart, Tbk. yang bergerak dalam bidang

pengolahan bahan baku Crude Palm Oil (CPO) menjadi minyak goreng dan

sterin. Tugas sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi

untuk menyelesaikan studi di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara.

Tugas Sarjana ini berjudul “PENDEKATAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) UNTUK MERENCANAKAN KEGIATAN PERAWATAN MESIN DI PT. SMART, TBK”.

Penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya sempurna

dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini dan

penulis berharap agar laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang

memerlukannya.

Medan, Desember 2011

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan laporan ini penulis banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini

dengan kerendahan hati dan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekertaris Departemen Teknik Industri

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Pak Ir. Parsaroan Parapat, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I atas

kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan

kepada penulis dalam penulisan laporan.

4. Pak Ikhsan Siregar, ST. M.Eng selaku Dosen Pembimbing II atas

kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan

kepada penulis dalam penulisan laporan.

5. Pak Khalil selaku perwakilan dari PT. Smart, Tbk.Medan.

6. Teman-teman seperjuangan Arih, Rahmi, Adel, Jhon, Antoni, Yogi dan

teman-teman angkatan 2005 di Departemen Teknik Industri USU selaku

tempat untuk bertukar informasi dan berbagi untuk permasalahan Tugas Akhir

dan akademik/non akademik lainnya.

(5)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT SIDANG SARJANA ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I – 1

1.2. Rumusan Permasalahan ... I – 3

1.3. Tujuan Penelitian ... I – 3

(6)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi ... I – 4

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I – 5

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan ... II – 1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II – 2

2.3. Struktur Organisasi ... II – 3

2.4. Uraian Tugas,Wewenang dan Tanggung Jawab ... II – 6

2.5. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II – 11

2.5.1. Tenaga Kerja ... II – 11

2.5.2. Jam Kerja ... II – 12

2.6. Proses Produksi ... II – 13

2.6.1. Bahan-Bahan yang Digunakan ... II – 14

2.6.1.1. Bahan Baku ... II – 14

2.6.1.2. Bahan Penolong ... II – 14

2.6.1.3. Bahan Tambahan ... II – 15

(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

III LANDASAN TEORI

3.1. Reliability Centered Maintenance (RCM) ... III – 1 3.2. Failure Mode, Effects and criticality Analysis (FMECA) ... III – 2 3.3. Evaluasi Keandalan ... III – 3 3.3.1. Keandalan ... III – 3 3.3.2. Mean Time To Failure (MTTF)... III – 5 3.4. Fault Tree Analysis (FTA) ... III – 6

3.5. Analisis Pohon Keputusan ... III – 8

3.6. Perawatan (Maintenance) ... III – 9

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV – 1

4.2. Rancangan Penelitian ... IV – 1

4.2.1. Data Primer ... IV – 1 4.2.1. Data Sekunder... IV – 2 4.3. Objek Penelitian ... IV – 3

4.4. Variabel Penelitian ... IV – 3

(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.6. Pelaksanaan Penelitian... IV – 4

4.7. Metode Pengolahan Data ... IV – 4 4.8. Analisis Data ... IV – 5

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data... V – 1

5.1.1. Mekanisme Kegiatan PT. Smart, Tbk. ... V – 1

5.1.2. Bagian-bagian dan Cara Kerja Mesin ... V – 5

5.2. Pengolahan Data ... V – 11

5.2.1. Identifikasi Sistem yang Memerlukan Perawatan ... V – 12

5.2.2. Identifikasi Data Historis yang Berhubungan

dengan Keandalan Mesin ... V – 17

5.2.3. Identifikasi Kegagalan Sistem dengan Teknik Analisis

Kegagalan Failure Modes and Efeects Analysis (FMEA) ... V – 21

5.2.4. Penentuan Solusi Alternatif untuk Mencegah Kegagalan .... V – 24

5.2.5. Pengklasifikasian Kebutuhan Perawatan Mesin yang

akan Dilakukan ... V – 29

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.5.2. Penentuan Parameter Distribusi Weibull ... V – 37

5.2.5.3. Penentuan Konsep Keandalan ... V – 46

5.2.5.4. Penentuan Preventive Replacement Time ... V – 47

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) ... VI – 1

6.2. Analisis Penyebab Kerusakan Komponen ... VI – 2

6.3. Analisis Solusi Alternatif Kegiatan Perawatan ... VI – 7

6.3.1. Bucket Elevator. ... VI – 7

6.3.2. Screw Feeder ... VI – 7

6.3.3. Soot Blower ... VI – 8

6.3.4. FD Fan ... VI – 8

6.3.5. Fuel Transport Fan ... VI – 8

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

VI KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII – 1

7.2. Saran ... VII – 2

(11)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Rincian Tenaga Kerja di PT. SMART, Tbk. Medan ... II – 11

5.1. Sub Sistem dan Bagian-bagian Sub Sistem yang

Memerlukan Perawatan ... V – 17

5.2. Data Selang Waktu Antar Kerusakan Komponen ... V – 20

5.3. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) ... V – 22

5.4. RCM Decision Worksheet ... V – 25

5.5. Penentuan Tindakan Solusi Alternatif Kegiatan Perawatan ... V – 27

5.6. Penentuan Tindakan Kegiatan Perawatan ... V – 29

5.7. Daftar Kegiatan Pemeriksaan Peralatan ... V – 30

5.8. Uji Distribusi Weibull Dua Parameter Bearing pada Soot Blower ... V – 32

5.9. Uji Distribusi Weibull Dua Parameter Baut Penghubung pada

Screwfeeder dan Motor Listrik ... V – 34

5.10. Uji Distribusi Weibull Dua Parameter Seal pada Feed Water Pump .. V – 36

5.11. Menentukan Parameter Weibull Bearing pada Soot Blower ... V – 39

5.12. Menentukan Parameter Weibull Komponen Baut Penghubung pada

Screw Feeder dan Motor Listrik ... V – 42

5.13. Menentukan Parameter Weibull Komponen Seal pada Feed Water

(12)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.14. Konsep Keandalan dengan Distribusi Weibull Dua Parameter ... V – 46

5.15. Data Waktu yang Diperlukan untuk Penggantian Komponen

karena Kerusakan dan Waktu Penggantian Komponen karena

Kegiatan Preventif ... V – 47

5.16. Nilai H(tp) pada Masing-masing Interval Waktu Kerusakan

untuk Komponen Bearing pada Soot Blower ... V – 49

5.17. Total Downtime dari Beberapa Interval Waktu tp untuk Komponen

Bearing pada Soot Blower ... V – 50

5.18. Nilai H(tp) pada Masing-masing Interval Waktu Kerusakan

untuk Komponen Baut Penghubung pada Screw Feeder dan Motor

Listrik ... V – 51

5.19. Total Downtime dari Beberapa Interval Waktu tp untuk Komponen

Baut Penghubung pada Screw Feeder dan Motor Listrik ... V – 51

5.20. Nilai H(tp) pada Masing-masing Interval Waktu Kerusakan

untuk Komponen Seal pada Feed Water Pump ... V – 52

5.21. Total Downtime dari Beberapa Interval Waktu tp untuk Komponen

Seal pada Feed Water Pump ... V – 53

(13)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. SMART, Tbk. Medan ... II – 5

2.2. Skema Proses Produksi Pembuatan Minyak Goreng pada

PT. SMART, Tbk. Medan ... II – 17

3.1. Pembagian Jenis-jenis Perawatan... III – 10

4.1. Tahapan Proses Penelitian ... IV – 7

4.2. Skema Pengolahan Data Pendekatan Reliability Centered

Maintenance (RCM) ... IV – 8

4.3. Skema Analisis Data Pendekatan Reliability Centered

Maintenance (RCM) ... IV – 9

5.1. Pembagian Sub Sistem pada Sistem Boiler ... V – 2

5.2. Diagram Mekanisme Kerja Mesin Boiler ... V – 4

5.3. Peralatan Untuk Setiap Bagian-Bagian Fungsi Sub

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Gambar Mesin Boiler ... L – 1

2. Gambar Blower Sentrifugal ... L – 2

3. Gambar Fan Sentrifugal ... L – 3

4. Gambar Pompa Sentrifugal ... L – 4

5. Gambar Komponen Bearing ... L – 5

6. Gambar Komponen Screwfeeder ... L – 6

(15)

ABSTRAK

PT. SMART, Tbk. Medan merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan bahan baku Crude Palm Oil (CPO) menjadi minyak goreng dan sterin. Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan ini secara umum terbagi dalam dua kegiatan yaitu kegiatan penerimaan hasil olahan kelapa sawit dari pelanggan dan proses penyaluran ke armada laut sebagai pengangkutan untuk kegiatan ekspor. Semakin meningkatnya kegiatan ekspor hasil olahan kelapa sawit maka pertumbuhan perusahaan sejenis akan meningkat.

Memasuki era persaingan yang semakin ketat maka perusahaan dituntut untuk memberikan performance terbaik dalam melakukan pelayanan kepada konsumen di antaranya dengan memberikan pelayanan yang memenuhi standar, harga yang terjangkau dan tepat waktu. Pada saat ini perusahaan sedang menghadapi permasalahan adanya downtime yang cukup besar yang menyebabkan rendahnya performance perusahaan dalam memberikan pelayanan dan masalah terjadinya kerusakan mesin yang tidak terdeteksi. Adanya downtime yang tinggi terlihat dari banyaknya waktu yang terbuang untuk memperbaiki kerusakan mesin yang terjadi secara tiba-tiba.

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah mendapatkan rancangan kegiatan perawatan mesin/ komponen yang efektif untuk dapat diterapkan di PT. SMART, Tbk. Medan dengan menggunakan pendekatan Reliability Centered Maintenance (RCM). Setelah dilakukan penelitian diketahui bahwa mesin kritis yang membutuhkan perawatan intensif adalah mesin boiler. Komponen pada sub sistem air umpan yang sering mengalami kerusakan adalah komponen bearing pada soot blower dan baut penghubung pada screwfeeder dan motor listrik. Distribusi ketiga komponen berdistribusi weibull dua parameter.

Tindakan perawatan yang dapat dilakukan adalah melaksanakan periksaan secara harian, bulanan dan tahunan untuk semua peralatan mesin boiler. Penggantian komponen bearing dilakukan pada saat usia komponen memasuki bulan kedua, komponen baut penghubung pada screwfeeder dan motor listrik dilakukan pada bulan kelima dan untuk komponen seal pada feed water pump pada saat usia komponen memasuki bulan ketiga.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

PT. SMART, Tbk. Medan merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

dalam bidang pengolahan bahan baku Crude Palm Oil (CPO) menjadi minyak

goreng dan sterin. Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan ini secara umum terbagi dalam dua kegiatan yaitu kegiatan penerimaan hasil olahan kelapa sawit dari pelanggan dan proses penyaluran ke armada laut sebagai pengangkutan untuk kegiatan ekspor. Semakin meningkatnya kegiatan ekspor hasil olahan kelapa sawit maka pertumbuhan perusahaan sejenis akan meningkat.

Tidak sedikit pihak yang berpendapat bahwa maintenance menjadi salah satu faktor penghambat untuk meningkatkan keuntungan dan juga sekaligus menjadi faktor penting dalam kelangsungan hidup suatu perusahaan. Banyak masalah yang dihadapi sebuah perusahaan terutama pada kegagalan (kurang efektifnya) kegiatan maintenance, yang mengakibatkan tingginya angka breakdown yang seharusnya bisa ditekan dengan metode maintenance yang sesuai dan sistem pemeliharaan mesin yang optimal.

(17)

perencanaan perawatan yang tidak baik adalah penggunaan waktu yang terlalu besar untuk mengatasi kerusakan mesin.

Sistem pemeliharaan mesin yang terdapat di PT. Smart, Tbk. yang belum terencana dan terlaksana dengan baik akan mempengaruhi seluruh kegiatan produksi yang akan berakibat pada menurunnya kualitas produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk merancang sistem pemeliharaan mesin di PT. Smart, Tbk. pendekatan yang digunakan dalam perancangan sistem pemeliharaan mesin dalam penelitian ini adalah Reliability Centered Maintenance (RCM). RCM merupakan suatu pendekatan yang sistematis, sangat terstruktur dan berdisiplin tinggi untuk memaksimumkan keselamatan dan fungsi aset peralatan. RCM menggunakan suatu kerangka kerja yang akurat dan mengidentifikasikan seluruh potensial atau cara suatu aset bisa gagal.

(18)

1.2. Rumusan Permasalahan

PT. SMART, Tbk. pada saat ini sedang menghadapi permasalahan berupa tingginya kegagalan komponen mesin yang berakibat pada penurunan produktivitas perusahaan dalam memberikan pelayanan terhadap konsumen. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengembangan sistem pemeliharaan mesin dengan penerapan Reliability Centered Maintenance (RCM) di PT. SMART, Tbk.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini terbagi dua yaitu: a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian yang dilakukan adalah mengimplementasikan Reliability Centered Maintenance (RCM) untuk mendapatkan sistem pemeliharaan mesin yang efektif dan efisien di PT. SMART, Tbk.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian yang dilakukan adalah:

1. Mengetahui kategori/ prioritas komponen dan menyediakan rekomendasi tingkat standar untuk pemeliharaan komponen mesin berdasarkan karakteristik operasi di PT. SMART, Tbk. dengan pendekatan Reliability Centered Maintenance (RCM).

(19)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Memberi masukan bagi perusahaan dalam merancang sistem perawatan mesin/komponen yang efektif dan applicable untuk dapat diterapkan di PT. SMART, Tbk.

2. Menjadi sarana bagi penulis dalam latihan untuk menerapkan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di perkuliahan dan

membandingkan antara teori yang diperoleh dengan permasalahan pada

perusahaan.

3. Dapat mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departeman Teknik

Industri serta memperluas pengenalan akan Jurusan Teknik Industri Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

Pembatasan masalah diperlukan dalam sebuah penelitian agar penelitian tersebut mampunyai ruang lingkup pembahasan yang jelas. Dalam penelitian ini batasan permasalah yang dipergunakan adalah:

1. Jenis mesin yang akan menjadi subjek penelitian dipilih dari keseluruhan jenis mesin yang dipakai di PT. SMART, Tbk. dengan kriteria mesin yang dianggap kritis bagi perusahaan.

2. Kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang berupa cara perbaikan, pembongkaran, penggantian dan pemasangan peralatan tidak dibahas.

(20)

Asumsi-asumsi yang digunakan untuk pembahasan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Tidak terjadi perubahan sistem pada perusahaan seperti metode kerja selama

penelitian berlangsung.

2. Tidak ada penambahan mesin baru selama penelitian berlangsung.

3. Setiap kebijaksanaaan yang diambil yang berhubungan dengan perhitungan

dan pengelolahan data adalah yang dapat diterima karena telah

dikonsultasikan dengan pihak perusahaan.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika

penulisan tugas sarjana ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang

permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan serta sistematika

penulisan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisi sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi

dan manajemen serta proses produksi.

BAB III LANDASAN TEORI

(21)

menguatkan metode dan teknik yang dipakai untuk memecahkan

permasalahan dalam penelitian di perusahaan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan

hingga penyusunan laporan tugas akhir secara ringkas disertai

diagram alirnya dan kerangka perencanaan sistem pemeliharaan

dengan pendekatan Reliability Centered Maintenance (RCM). BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini memuat data-data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil

pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di lapangan sebagai

bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai

dasar pada pemecahan masalah.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Bab ini berisi analisis hasil pengolahan data dan pemecahan

masalah berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari

hasil penelitian ini serta rekomendasi saran-saran yang perlu bagi

perusahaan dan perbaikan penelitian ini kedepannya..

(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. SMART, Tbk. Medan termasuk dalam SINAR MAS GROUP.

Didalam melaksanakan operasional usahanya, PT. SMART, Tbk. Medan

mempunyai pabrik beserta kelengkapan fasilitas produksi utama dan pendukung

yang berada di Kawasan Berikat Belawan, Medan, Sumatera Utara dengan status

hak milik yang dikeluarkan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah Kota Medan

Nomor 65 dan oleh kantor Agraria Kota Medan Nomor A 1424361 dan A

1424362, dengan total luas lahan 64.970 m2 dengan dukungan instalasi Tangki

Timbun (Bulking Installation) yang berada di Jalan Ujung Baru, Kelurahan

Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Medan.

Keberadaan PT. SMART, Tbk. Medan awalnya adalah PT Ivo mas

Tunggal yang berdiri pada tahun 1984 dengan pengolahan bahan baku Crude

Palm Oil (CPO) menjadi minyak goreng dan sterin. Pada tempat yang sama tahun

1986 berdiri PT. SMART Corporation dengan pengolahan Palm Kernel (PK)

menjadi Crude Palm Kernel Oil (CPKO) dan Palm Kernel Expeler (PKE). Sejalan

dengan perkembangan usaha, maka sejak tahun 2000 kedua perusahaan dilebur

menjadi satu dan berganti nama menjadi PT. SMART, Tbk.

Pemodalan yang dimiliki PT. SMART, Tbk. adalah pemodalan dalam

(23)

per tahun untuk produk utama yaitu Refined Bleached Deodorized Stearin (RBD

Stearin) dan Refined Bleached Olein (RBD Olein), pada industri pengolahan

minyk sawit menjadi minyak goreng masing-masing adalah 270.000 ton/tahun

dan 90.000 ton/tahun, sedangkan untuk produksi lainnya adalah Palm Fatty Acid

Destilate (PFAD) dengan kapasitas produksi sekitar 16.320 ton/tahun.

Dalam keseluruhan pelaksanaan proses produksi untuk menghasilkan

produknya, terdapat beberapa proses utama yang dijalankan di PT. SMART, Tbk.

Medan yaitu Refinery plant, Fractination Plant, Margarine Plant dan Filling

Plant. Dengan proses tersebut dihasilkan produk non-branded dan product

branded yang merupakan produk perusahaan.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. SMART, Tbk. Medan bergerak dalam bidang pengolahan Crude Plam

Oil (CPO) sebagai bahan baku utama yang diperoleh dari pabrik-pabrik

pengolahan kelapa sawit, baik yang berada di Sumatera Utara maupun di luar

Sumatera Utara.

Produk yang dihasilkan dari pengolahan Crude Palm Oil (CPO) ini adalah

minyak goreng RBDOL (Refined Balched Deodorized Olein) atau disebut juga

olein sebagai produk utama dan RBDST (Refiened Balched Deodorized Stearin)

atau disebut juga stearin serta PFAD (Palm Fatty Acid Destilate) sebagai produk

sampingan.

Proses produksi di PT. SMART, Tbk. Medan dikategorikan atas dua

(24)

1. Proses refinery, yaitu proses pemisahan fatty acid dan proses menghilangkan

bau yang disebut deodorized.

2. Proses fraksinasi, merupakan proses pemisahan fraksi padat (stearin) dan

fraksi cair (olein) dengan cara kristalisasi dan filtrasi.

Produk berupa RBDOL (Refined Blached Deodororized Olein) dipasarkan

di dalam negeri dalam kemasan bermerek “Filma”, yang diproduksi dan diolah

oleh pabrik PT. SMART, Tbk. Medan. Olein ini selain dijual kepada masyarakat

umum dalam negeri juga banyak yang diekspor ke luar negeri. Dengan alasan ini

PT. SMART, Tbk. Medan ditutut untuk benar-benar menjaga mutu produksi

perusahaan tersebut supaya dapat dijaga kestabilan serta aman untuk dikonsumsi.

2.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah bagian yang menggambarkan hubungan

kerjasama antara dua orang atau lebih dengan tugas yang saling berkaitan untuk

pencapaian suatu tujuan tertentu.

Struktur organisasi bagi perusahaan mempunyai peranan yang sangat

penting dalam menentukan dan memperlancar jalannya roda perusahaan.

Pendistribusian tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan satu sama

lain dapat digambarkan pada suatu struktur organisasi, sehingga para pegawai dan

karyawan akan mengetahui dengan jelas apa tugas yang harus dilakukan serta dari

siapa perintah diterima dan kepada siapa harus bertanggung jawab.

(25)

tindih dalam perintah dan tanggung jawab. Organisasi ditentukan atau dipengaruhi

oleh badan usaha, jenis usaha dan besarnya usaha dan sistem produksi perusahaan.

Dalam rangka mencapai efektifitas dan efisiensi kerja yang baik, PT.

SMART, Tbk. Medan telah berusaha menciptakan pengendalian intern yang

sesuai dengan menyusun unit-unit kerja yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Struktur organisasi PT. SMART, Tbk. Medan menggunakan struktur staff lini

(26)

Personnel & General

Affairs Department Manufacturing Department

Commercial Department

General Manager

Management Representative/ Koordinator Food Safety

Finance & Accounting

Department CBS Department

V. Team Operations

Quality Management Department Engineering Section Purchasing Section Production Section Marsho Plant Section Warehouse Section PPIC Section Process Engineering Section Operation Section Quality Control Section Customer & Supplier Compliance Section CA Documentation & Assessment Section Bulk Trading Section Logistic Section Bulking Belawan Section Personnel Section General Admin Section Environment Health, Fire, Safety Section Weigh Bridge Unit Tank Farm Unit Terminal PK Unit Terminal CPO Unit Maintena nce Unit Mechan ic Sub Unit Utility Unit Electric Sub Unit Power house Sub Unit Boiler House Sub Unit Spare Part Unit Packaging Material & Chemical Unit Margarine & Fat Unit

Filling Unit Refinery & Fractionat ion Unit Refine ry Sub Unit Kernel Crushing Unit Fractio nation Sub Unit Prebgi ng Sub Unit Storage Sub Unit OTO Unit Installati on Unit Logistic Trading Unit Finished Goods Unit Trading Palm Unit Trading Lauric Unit Admin Local Unit Admin Export Unit NOTE:

Not involved in the QMS

(27)

Struktur organisasi staff lini fungsional merupakan suatu bentuk struktur

organisasi dimana kekuasaan dan tanggung jawab diturunkan secara garis dari

tingkat pimpinan atas kepada tingkat bawahannya. Dalam melaksanakan kegiatan

perusahaan, PT. SMART, Tbk. Medan menggunakan struktur organisasi yang

disusun sedemikian rupa sehingga jelas terlihat batas-batas tugas, wewenang dan

tanggung jawab dari setiap personel dalam organisasi tersebut. Dengan demikian

diharapkan adanya suatu kejelasan arah dan koordinasi untuk mencapai tujuan

perusahaan.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka struktur

organisasi yang digunakan oleh PT. SMART, Tbk. Medan adalah hubungan

berbentuk garis dan staf dimana atasan langsung berfungsi sebagai pengawas

terhadap bawahannya. Dalam menjalankan struktur organisasinya ada pembagian

tugas yang jelas antara pimpinan, staff dan pelaksana. Dalam melakukan

pengambilan keputusan lebih mudah dicapai karena anggota-anggota staff yang

ahli dalam bidangnya yang dapat memberi nasehat dan mengerjakan perencanaan

yang teliti, koordinasi dapat dengan mudah dikerjakan karena sudah ada

(28)

2.5. Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.5.1. Tenaga Kerja

PT. SMART, Tbk. Medan memiliki tenaga kerja yang terdiri dari

karyawan tetap dan harian/ kontraktor dengan jumlah 599 orang. Karyawan

tersebut ditempatkan sesui dengan kebutuhan perusahaan. Untuk menjalankan

rutinitas produksi, PT. SMART, Tbk. Medan memiliki pembagian tenaga kerja

tetap dan tenaga kerja harian/ kontraktor.

Berdasarkan jam kerjanya tenaga kerja di perusahaan ini dikelompokkan

atas dua bagian, yaitu:

1. Kelompok kerja langsung, yaitu kelompok kerja yang harus bekerja secara

terus menerus di dalam unit kerja. Kelompok ini langsung berhubungan

dengan proses yaitu bagian produksi dan laboratorium.

2. Kelompok kerja tidak langsung, yaitu kelompok kerja yang hanya bekerja

secara periodik di dalam unit kerja, antara lain pegawai kantor dan petugas

kebersihan.

Tabel 2.1. Rincian Tenaga Kerja di PT. SMART, Tbk. Medan.

Klasifikasi Pekerjaan

Jenis Kelamin Jlh. Tenaga

Lokal

Pendidikan

Pria Wanita Jumlah SD SMP SMU/S

TM Akademi/Univ.

Staff 57 35 92 92 - - - 92

Karyawan 319 36 355 355 13 20 256 66

Karyawan

Kontrak 137 15 152 152 - - 104 48

(29)

2.5.2. Jam kerja

Jam kerja yang berlaku di PT. SMART, Tbk. Medan terbagi atas dua,

yaitu:

1. General time (non shift)

General time adalah waktu kerja yang berlaku untuk karyawan yang

bekerja di kantor (mis, bagian administrasi). Waktu kerja yang berlaku di bagian

ini yaitu:

– Pada hari Senin sampai Kamis:

Pukul 08.00 – 12.00 WIB (bekerja)

Pukul 12.00 – 13.00 WIB (istirahat)

Pukul 13.30 – 16.00 WIB (bekerja)

– Hari Jumat:

Pukul 08.00 – 12.00 WIB (bekerja)

Pukul 12.00 – 13.30 WIB (istirahat)

Pukul 13.30 – 16.00 WIB (bekerja)

– Pada hari Sabtu:

Pukul 08.00 – 13.00 WIB (bekerja)

2. Shift time

Karena proses produksi di PT. SMART, Tbk. Medan berlangsung selama

24 jam, maka waktu kerja untuk karyawan yang bekerja di lantai pabrik dibagi

atas 3 shift kerja. Karyawan yang bekerja pada shift tersebut dibagi lagi atas 4

kelompok (grup) yang jadwal kerjanya diatur oleh perusahaan. Pembagian waktu

(30)

Shift I : 08.00 – 16.00 WIB

Shift II : 16.00 – 24.00 WIB

Shift II : 24.00 – 08.00 WIB

Karyawan yang bekerja shift untuk setiap minggu bekerja dengan 3 (tiga)

shift sekaligus, sehingga untuk perggantian shift setiap minggunya terdapat waktu

libur yang disebut “Day Off”.

2.6. Proses Produksi

Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang

merupakan aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah

produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri. Proses produksi

merupakan bagian yang sangat penting di dalam suatu perusahaan. Dimulai dari

keinginan untuk dapat memproduksi suatu rancangan produk tertentu, proses

produksi membantu perusahaan untuk menemukan teknik-teknik pengerjaan

maupun pengolahan material yang efektif dan efisien untuk menghasilkan produk

yang sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.

Selanjutnya dari keinginan untuk mencari suatu teknik dalam membuat

produk yang efektif dan efisien, kemudian sampai pada permasalahan tentang

langkah-langkah perencanaan dan pengendalian semua langkah produksi tersebut

yang lebih efisien. Tentunya hal ini juga dilakukan oleh PT. SMART, Tbk. Medan

agar dapat menghasilkan minyak goreng dan margarin yang sesuai dengan

(31)

2.6.1. Bahan-Bahan yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi dapat dikelompokkan

atas bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan.

2.6.1.1.Bahan Baku

Bahan Baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan

produk, ikut dalam proses produksi dan memiliki persentase yang besar

dibandingkan bahan-bahan lainnya. Jadi bahan baku ini dapat juga disebut sebagai

bahan utama. PT. SMART, Tbk. Medan menggunakan bahan baku Crude Palm

Oil (CPO). Bahan baku tersebut diperoleh dari pabrik-pabrik pengolahan kelapa

sawit, baik yang berada di Sumatera Utara maupun di luar Sumatera Utara seperti

di Kalimantan, Riau dan P. Halaban.

CPO yang berasal dari masing-masing PKS tersebut diangkut ke PT.

SMART, Tbk. Medan dengan mobil tangki dan kereta api (wagon) sedangkan

yang berasal dari Kalimantan, Riau dan P. Halaban menggunakan Kapal Tanker.

2.6.1.2.Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang ikut dalam proses produksi tetapi tidak

ada dalam produk, atau dengan kata lain bahan penolong berfungsi untuk

memperbaiki proses produksi. Bahan penolong yang digunakan dalam proses

produksi di PT. SMART, Tbk. Medan adalah:

1. Bleaching earth

(32)

a. Mengadsorbsi kotoran-kotoran (impurities) yang tidak diinginkan, seperti:

kandungan logam, karoten, kelembaban, bahan tak larut, dan pigmen

lainnya,

b. Mengurangi tingkat oksidasi produk,

c. Sebagai bahan pemucat dalam pengambilan warna pada proses bleaching.

2. AsamPhospat (H3PO4)

Asam Phospat berfungsi untuk mengikat posfatida (gum/getah), kandungan

logam, dan kotoran lainnya menjadi gumpalan-gumpalan kecil dalam proses

degumming.

2.6.1.3.Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan pada alur proses dan

masih terdapat didalam produk akhir, atau dengan kata lain bahan tambahan

berfungsi untuk memperbaiki tampilan produk, seperti cita rasa dan daya tarik

sehingga menghasilkan suatu produk akhir yang siap untuk dipasarkan. Pada PT.

SMART, Tbk. Medan Bahan tambahan yang digunakan dalam proses produksi

adalah:

• Bahan tambahan pangan, yang terdiri dari:

a. Antioksida

b. Vitamin A, B dan D

c. Garam

(33)

2.6.2. Uraian Proses

Proses produksi adalah metode atau teknik untuk membuat suatu barang

atau jasa bertambah nilainya dengan menggunakan sumber tenaga kerja, mesin,

bahan baku, bahan penolong dan dana yang ada.

Proses pengolahan yang dilakukan terhadap bahan baku Crude Palm Oil

dilaksanakan dalam proses utama, yaitu:

1. Proses Refinery

2. Proses Fraksinasi

Pada tahap awal, bahan baku CPO ditimbun dalam tangki dalam stasiun

penerimaan dengan kapasitas 2000 ton per hari. CPO yang terdapat pada tangki

penimbunan mengalami perlakuan pemanasan yang dilakukan secara kontinu, di

mana temperatur CPO dipertahankan pada suhu 40 – 500C dengan menggunakan

steam. Tujuan pemanasan ini adalah:

- Untuk mencegah terjadinya pembekuan CPO

- Memudahkan pemisahan CPO dengan kotoran dan air

- Memudahkan proses kristalisasi pada tahap pemisahan olein dan stearin

Pada Gambar 3.2. dapat dilihat block diagram dari proses produksi dari

(34)

CPO

DEGUMMING

BLEACHER DPO

FILTRATION

DPO

DEODORIZATION

RBDPO

FRACTIONATION

FILTRATION

PFAD FATTY MATER

(POAM)

STEARIN OLEIN

(MINYAK GORENG)

Waste Water Treatment Plant TO

SPENT EARTH BLEACHING EARTH

ASAM PHOSPAT 85%

Keterangan:

CPO : Crude Palm Oil

DPO : Degummed Palm Oil

DBPO : degummed bleached Palm Oil

[image:34.595.141.501.104.659.2]

RBDPO : Refined Bleached Deodorizet Palm Oil

(35)

1. Proses Refinery

Tujuan proses refinery adalah untuk memurnikan Crude Palm Oil (CPO)

sehingga didapat kualitas Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO), yang

melalui tahapan pre-treatment dan deodorisasi. Proses pre-treatment terdiri dari

proses penghilangan gum dengan suhu 800C (degumming) dengan cara

penambahan asam phosfat (H3PO4 80%) untuk menghasilkan Degumming Palm

Oil (DPO) dan kemudian dilakukan adsorptive bleaching pada suhu 1000C

dengan menggunakan tepung pemucat (bleaching earth), selanjutnya disaring

dengan menggunakan filter untuk menghasilkan Degumming Bleached Palm Oil

(DBPO) dan membuang spenth earth yang berasal dari sisa bleaching earth.

Sedangkan pada tahap deodorisasi meliputi proses pemisahan Free Fatty Acid

(FFA), penghilangan zat-zat penyebab bau dan pemecahan senyawa karoten

secara thermal dengan pemanasan 2620C.

Proses pengolahan secara fisika berdasarkan proses dimana asam lemak di

dalam CPO atau degummed oil dipisahkan dengan cara destilasi. Hal ini berbeda

dengan proses alkaline di mana asam lemak (fatty acid) dan degummed oil

dihasilkan dengan alkaline, lalu sabunnya dipisahkan.

A. Tahap Pre-treatment

Pre-treatment merupakan proses awal degumming CPO dengan asam

phosfat dan mengadsorbsinya dengan menggunakan bleaching earth. Pada tahap

ini CPO diolah menjadi Degumming Bleached Palm Oil (DBPO) melalui

(36)

A.1. Proses Degumming

Proses degumming bertujuan untuk menghilangkan getah (gum), warna,

logam-logam misalnya Fe, Cu, dengan penambahan bahan kimia seperti asam

phosfat (H3PO4). Gum-gum harus diikat dari CPO agar rasa getir yang tidak

disukai oleh konsumen pada olein dapat diperkecil dan dihilangkan.

CPO yang akan dioleh terlebih dahulu mengalami pemanasan dengan

mengalirkan CPO ke plate heat exchanger. Pada plate heat exchanger pertama,

pemanasan menggunakan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang

berasal dari pompa sentrifugal, sedangkan pada plate heat exchanger kedua,

pemanasan dilakukan dengan menggunakan steam. Tujuan pemanasan ini adalah

agar temperatur CPO dari tangki timbun dapat dinaikkan sebelum masuk ke dalam

mixer dan paddle mixer tank, dimana mixer akan menghomogenkan

pencampurannya dengan asam phosfat yang konsentrasinya 80 – 85%. Suhu CPO

yang masuk ke dalam mixer berkisar 85 – 950C. Penambahan asam phosfat ke

dalam CPO dilakukan dengan kecepatan laju alir 0,05 – 0,075% dari umpan CPO

yang masuk dengan waktu tinggal sekitar 15 – 30 menit, sebelum dimasukkan ke

dalam bleacher.

A.2. Tahap Bleaching

Tahap bleaching dimulai dengan pengumpulan gum-gum pada CPO

dengan penambahan asam phosfat pekat serta bleaching earth sebagai

penyerapnya. CPO yang sudah mengalami proses degumming dari paddle mixer

(37)

masuk. Umpan bleaching earth tergantung pada kualitas minyak dan kualitas

produk minyak yang diinginkan. Suhu di dalam tangki dinaikkan dengan sparging

steam pada suhu 95 – 1100C, agar dapat mempermudah proses adsorbsi daripada

impurities dengan cepat. Keefektifan proses bleaching earth dapat diukur dari

penurunan warna Bleached Palm Oil (BPO) yang dihasilkan dan kemampuannya

berfungsi sebagai zat adsorptive clearsing.

BPO yang terbentuk kemudian dialirkan ke dalam buffer tank dimana pada

tangki ini terjadi pemisahan antara BPO yang terbentuk dengan impurities yang

ada di dalamnya. Proses pemisahan dengan cara mengalirkan sparging steam (0,4

– 2 bar) yang berasal dari bleacher, dengan demikian impurities yang terbawa

dengan uap akan dihisap oleh steam jet vacuum system. Setelah proses ini BPO

dipompakan dengan pompa sentrifugal menuju tangki niagarafilter Press.

A.3. Tahap Filtrasi

Sebelum BPO dialirkan ke Niagara Filter untuk disaring, tangki terlebih

dahulu divakumkan. Jika vacum pressure niagara filter rendah maka niagara

filter sudah siap dioperasikan. Lalu terjadi proses filling (fill filter) dimana BPO

dari pompa sentrifugal dialirkan ke Niagara Filter Press melalui katup masukan.

Jika level aliran high niagara filter menunjukkan alarm tinggi maka BPO

mengalami tahap blackrun, di mana ukuran lubang filter akan mengecil dan BPO

yang mengandung bleaching earth dilewatkan. Jika BPO yang keluar telah jernih

(tidak mengandung butiran spent earth atau kotoran lain) maka dilanjutkan ke

tahap filtrasi dimana pada tahap ini udara dikompressikan ke tangki niagara filter

(38)

melewati permukaan filter sehingga akan lolos ke sisi-sisi dari filter dan masuk

menuju saluran-saluran minyak pada sisi filter yang kemudian mengalir ke bawah.

Sedangkan impurities akan tetap menempel di filter. Jika waktu setting filtrasi

telah selesai, maka akan dilanjutkan pada tahap pengosongan niagara filter press.

Jika BPO yang ada di dalam tangki niagara filter press sudah melewati high level

maka secara otomatis BPO akan dialirkan ke dalam buffer tank atau dialirkan

keluar dari niagara filter press menuju press cyclone, yang kemudian dialirkan ke

slop oil tank, lalu dialirkan lagi ke bleacher. Tahap ini disebut tahap sirkulasi.

Pada tahap pengosongan niagara filter, DBPO dialirkan keluar melalui

katup menuju tangki deodorator untuk proses deodorisasi. Setelah tahap

pengosongan selesai dan alarm menunjukkan low maka dilanjutkan ke tahap

pengeringan (cake drying) dimana pada tahap ini perlu diperhatikan steam yang

keluar, jika pada sight glass terlihat tidak ada lagi DBPO yang terikut dengan

steam maka dilanjutkan ke tahap post emptying dimana pada tahap ini dilakukan

maksimum tiga menit dan dilanjutkan ke tahap ventilasi yaitu pengeluaran udara.

Jika tekanan menunjukkan low maka akan dilanjutkan ke tahap cake discharge

sehingga spent earth terbuang ke dalam penampungan spent earth.

B. Proses Deodorisasi

Sesudah DBPO dipisahkan atau difiltrasi pada tangki polishing filter dan

dialirkan ke tangki deodorator, maka minyak DBPO dibebaskan dari gas

(39)

heat exchanger dengan menggunakan steam sampai temperatur 240 – 2700C dan

tekanan vakum 1,7 – 4,5 ton, kemudian DBPO dialirkan ketangki deodorizer.

Pada pemanasan ini suhu minyak BPO harus benar-benar diperhatikan

supaya terhindar dari penguapan minyak netral, tocopherol yang lebih banyak

dan mungkin dari terjadinya isomerisasi serta reaksi thermokimia yang tidak

diinginkan. Setelah minyak DBPO yang dipanaskan mencapai temperatur yang

diinginkan, minyak dimasukkan ke dalam tangki vacuum dryer, dimana pada

tangki ini terjadi penguapan cairan dan zat-zat yang mudah menguap. Uap yang

dihasilkan dihisap oleh steam jet vacuum system.

Dari vacuum dryer DBPO dialirkan ke dalam shell and tube heat

exchanger, dimana steam yang ada pada heat exchanger ini berasal dari HP Boiler

dan kondensat yang dihasilkan, diproses kembali ke dalam HP Boiler dan

pemanasan sampai temperatur 2710C dan tekanan 1,7 – 4,4 torr. Setelah proses

pemanasan ini minyak DBPO dialirkan ke dalam flash cyclone dan dilanjutkan ke

dalam prestripper. Pada prestripper DBPO yang dimasukkan mengalami proses

penguapan kembali, di mana yang diuapkan adalah asam lemak bebas dan

senyawa-senyawa penyebab bau yang lebih mudah menguap serta produk

oksidasi, seperti aldehid dan keton yang masih ada dalam DBPO. Bila senyawa di

atas tidak diuapkan maka akan timbul bau yang tidak sedap dan rasa tidak enak

pada minyak. Uap dari DBPO di dalam presstripper didinginkan dengan

menggunakan kondensat yang telah didinginkan pada plate heat exchanger.

Kondensat yang terbentuk kemudian dialirkan ke dalam fatty acid tank dan secara

(40)

Kemudian DBPO dialirkan ke tangki deodorizer. Pada tangki ini DBPO kembali

diuapkan dengan pemanasan steam. Prinsip kerja deodorizer sama dengan prinsip

kerja yang ada pada destilasi bertingkat, yaitu memisahkan senyawa yang ada di

dalam DBPO dengan menggunakan perbedaan titik didih dan uapnya diserap oleh

vacum system.

Setelah pemisahan terjadi maka hasil proses deodorisasi ini disebut

Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). RBDPO ini dialirkan ke dalam

plate heat exchanger untuk didinginkan dengan menggunakan CPO yang berasal

dari tangki penimbunan. RBDPO ini kemudian dialirkan ke buffer tank yang

berfungsi sebagai tempat penampungan hasil refinery sebelum dilakukan proses

fraksinasi.

2. Proses Fraksinasi

Proses fraksinasi dilakukan dengan dry fractionation. Proses fraksinasi

kering adalah untuk memisahkan minyak sawit menjadi dua fraksi, yaitu palm oil

(fraksi cair) dan palm stearin (fraksi padat). Fraksi stearin mempunyai titik beku

yang lebih besar dibanding dengan titik beku olein. Trigliserida yang ada dalam

fraksi stearin terutama terdiri dari komponen asam lemak jenuh, sedangkan fraksi

olein terutama terdiri dari trigliserida dengan komponen-komponen tak jenuh.

Pada temperatur rendah (200C) stearin berada pada fasa padat, sedangkan olein

tetap dalam fasa cair. Dengan demikian dapat dengan mudah dilakukan pemisahan

(41)

Fraksinasi dapat dilakukan secara double fractionation olein dan double

fractionation stearin. Double fractionation olein dilakukan untuk mendapatkan

kualitas olein super dengan cara mengolah kembali RBDPO yang diperoleh dari

proses fraksinasi. Kualitas utama yang diharapka dari proses ini adalah parameter

IV = 59 – 63, Cloud Point (CP) = 7 max. Sedangkan double fractionation stearin

adalah untuk mendapatkan kualitas soft stearin, dimana dilakukan fraksinasi

ulang. Kualitas soft stearin yang diinginkan adalah parameter IV = 40 – 49.

Tahapan proses fraksinasi ini adalah sebagai berikut:

1. Kristalisasi

Tujuan kristalisasi adalah untuk menjadikan fraksi stearin mengkristal

akibat pendinginan pada suhu 200C, dengan menggunakan tangki kristaliser.

Proses yang dialami RBDPO sampai terbentuknya kristal stearin dapat dijelaskan

berikut ini.

Minyak sawit RBDPO dari tangki penyimpanan (buffer tank) dipompakan

menuju pemanas heat exchanger. Hal ini dilakukan agar RBDPO tetap dalam

keadaan fase cair, dimana suhunya sekitar 50 – 550C. Pemanas yang digunakan

adalah steam dengan tekanan 1,5 – 2,5 bar. Kemudian RBDPO dialirkan ke tangki

kristalizer melalui katup. Pada saat filling RBDPO ke kristalizer, agitator di dalam

kristalizer harus beroperasi dengan baik. Di dalam kristalizer temperatur RBDPO

diturunkan sekitar 24 – 300C dengan menggunakan air pendingin. Proses

pendinginan terjadi dua kali dengan menggunakan air pendingin dari cooling

tower dan air pendingin dari chiller. Air pendingin dari cooling tower berada pada

(42)

menghasilkan temperatur 350C. Pada saat temperatur 350C dicapai, pendinginan

akan dilanjutkan dengan menggunakan air dari chiller. Chiller adalah unit

pendingin air yang dapat menurunkan temperatur air sampai 70C. Air ini akan

digunakan untuk pendinginan minyak lanjutan setelah didinginkan dengan air

biasa dengan suhu 25 – 350C.

Selama di tangki kristalizer terjadi proses pendinginan selama 275 menit,

dan selama proses ini Refined Palm Oil (RPO) diaduk dengan pengaduk yang

dilengkapi dengan scrapper pada ujung lengannya. Kecepatan pengadukan akan

berubah pada tahap pendinginan untuk membantu pembentukan kristal yang

sesuai untuk disaring oleh membran filter pada saat yang ditentukan. Pengadukan

bertujuan untuk mencegah pembekuan RPO, pemerataan suhu dan pemerataan

penyebaran kristal.

Scrapper pada ujung lengan pengaduk berfungsi untuk mencegah

akumulasi kristal stearin pada dinding tangki. Pada saat program pendinginan

berakhir dan kristal minyak yang sesuai diperoleh, proses penyaringan dapat

dimulai. Setelah semua isi tangki kristalizer benar-benar kosong pada saat filtrasi,

secara otomatis minyak akan mengisi dan memulai kembali untuk tahap

pendinginan pada tahap filtrasi berikutnya.

2. Pemisahan Fraksi Olein Dari Kristal Stearin

Proses penyaringan olein dari kristal stearin diawali dengan memasukkan

minyak ke dalam membran filter press, dimana minyak RBDPO dari kristalizer

(43)

merapat dan udara dikompressikan sehingga akan terjadi penekanan yang

mengakibatkan terjadi pemisahan antara olein dan stearin. Fraksi olein (cair) akan

mengalir melalui selang-selang di bagian kiri-kanan bawah filter press menuju

tangki olein. Sedangkan fraksi stearin (padat) akan membentuk lempengan padat

diantara membran-membran filter press. Setelah proses ini angin akan ditiupkan

untuk memisahkan sisa-sisa RBDPO yang masih ada dalam bentuk kristal dan

dilanjutkan dengan proses blow melalui inflate yang dilakukan untuk

membersihkan sisa-sisa olein yang ada dalam membran filter press. Setelah

proses ini selesai, angin diserap kembali sehingga membran-membran filter press

akan terbuka dan stearin berupa lempengan akan jatuh ke bak penampungan yang

dilengkapi dengan blade beraliran listrik sehingga mencair dan dapat dialirkan ke

tangki stearin.

Apabila proses filtrasi mengalami gangguan, misalnya penyumbatan

pori-pori membran filter press, maka akan dialirkan filtrat dan wash oil melalui katup

ke alat membran filter press untuk melepaskan stearin jenuh yang melekat.

Washing filter press dilakukan untuk mencuci dan membersihkan filter press yang

sudah beberapa kali digunakan untuk mencairkan stearin yang melekat pada filter

cloth. Washing filter press dilakukan dengan cara menggunakan olein washing

pada temperatur 65 – 750C dengan membuka steam masuk ke coil.

Tahap pertama dari proses produksi dimulai dengan refining. CPO yang

dipompakan ke tangki Degumming untuk memisahkan gum dan minyak.

Pemisahan ini menggunakan bahan penolong yaitu asam phosfat dengan suhu

(44)

warna minyak. Proses ini menggunakan bleaching earth dan kalsium karbonat

dengan suhu 950C. Dengan menggunakan filter, bleaching earth dipisahkan

dengan minyak dan akan menghasilkan Bleached Degummed Palm Oil (BDPO).

Proses selanjutnya adalah proses deodorisasi yaitu memisahkan Free Fatty

Acid (FFA) dari RBDPO dengan suhu 2620C dan akan menghasilkan Refined

Bleached degummed Olein (RBDO) dan Refined Bleached degummed Stearin

(45)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Reliability Centered Maintenance (RCM)

Reliability Centered Maintenance (RCM) adalah suatu proses sistematik yang digunakan untuk menentukan kegiatan yang harus dilakukan agar fasilitas yang ada tetap beroperasi sesuai dengan fungsinya. RCM mengarahkan kepada pembentukan program perawatan yang berfokus pada preventive maintenance untuk mode kegagalan khusus yang sering terjadi.

Tujuan yang ingin dicapai dengan pendekatan RCM adalah :

1. Mengembangkan disain yang dapat membuat preventive maintenance lebih efektif.

2. Untuk merencanakan preventive maintenance yang dapat meningkatkan keselamatan dan keandalan pada sistem.

3. Mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk mengembangkan disain dari komponen yang keandalannya masih rendah.

4. Untuk mencapai tiga tujuan di atas dalam biaya yang minimum.

Pendekatan RCM dilakukan dengan menjawab tujuh pertanyaan dasar berikut ini :

1. Apakah fungsi dan performance yang diharapkan dari komponen/sistem tersebut?

(46)

3. Hal apakah yang menyebabkan kegagalan fungsi tersebut terjadi? 4. Akibat apakah yang ditimbulkan dari kegagalan fungsi tersebut? 5. Bagaimana spesifikasi kegagalan fungsi tersebut?

6. Tindakan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah atau memprediksi kegagalan tersebut?

7. Tindakan apa yang dapat dilakukan jika tidak ditemukan tindakan proaktif untuk mencegah kegagalan?

Proses dasar dari pendekatan RCM adalah:

1. Mengidentifikasi komponen yang memerlukan perawatan.

2. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan keandalan suatu komponen atau sistem.

3. Mengembangkan data Fault Tree Analysis (FTA) untuk menentukan jenis kegagalan yang akan menjadi fokus dalam pembuatan maintenance program. 4. Mendisain beberapa solusi alternatif yang akan dilakukan untuk mencegah

kegagalan.

5. Mengklasifikasikan kebutuhan perawatan yang akan dilakukan (Dhilton, B. 2006).

3.2. Failure Modes, and Effects Analysis (FMEA)

(47)

informasi tingkatan dari kegagalan yang kritis. Teknik analisa ini lebih menekankan pada hardware-oriented approach atau bottom-up approach. Dikatakan demikian karena analisa yang dilakukan dimulai dari peralatan dan meneruskannya ke sistem yang merupakan tingkat yang lebih tinggi. Proses ini mencoba menjawab pertanyaan “apa dampak yang akan terjadi jika terjadi kegagalan pada komponen tersebut?”. FMEA sering menjadi langkah awal dalam mempelajari keandalan sistem. Kegiatan FMEA melibatkan banyak hal seperti me-review berbagai komponen, rakitan dan subsistem untuk mengidentifikasi mode-mode kegagalan, penyebab kegagalannya, serta dampak kegagalan yang ditimbulkan. Untuk masing-masing komponen, berbagai mode kegagalan berikut dampaknya pada sistem ditulis pada sebuah FMEA worksheet.

Sebuah FMEA akan berubah menjadi FMECA (failure mode, Effect and criticallity analysis) jika kekritisan atau prioritas akan dikaitkan dengan dampak dari mode kegagalan yang ditimbulkan oleh sebuah komponen. Secara umum tujuan dari penyusunan FMEA adalah sebagai berikut:

1. Membantu dalam pemilihan desain alternatif yang memiliki keandalan dan keselamatan potensial yang tinggi selama fase desain.

2. Untuk menjamin bahwa semua bentuk mode kegagalan yang dapat diperkirakan berikut dampak yang ditimbulkannya terhadap kesuksesan operasional sistem telah dipertimbangkan.

(48)

4. Mengembangkan kriteria awal untuk rencana dan desain pengujuian serta untuk membuat daftar pemeriksaan sistem.

5. Sebagai basis analisa kualitatif keandalan dan ketersediaan.

6. Sebagai dokumentasi untuk referensi pada masa yang akan datang untuk membantu menganalisa kegagalan yang terjadi di lapangan serta membantu bila sewaktu-waktu terjadi perubahan desain.

7. Sebagai data input untuk studi banding.

8. Sebagai basis untuk menentukan prioritas perawatan korektif.

FMEA merupakan salah satu bentuk analisa kualitatif yang bertujuan untuk menemukan akar permasalahan dari kegagalan yang timbul. FMEA menjelaskan dampak yang ditimbulkan apabila failure mode tersebut terjadi. Proses identifikasi terhadap failure modes dan failure effect sangat penting untuk perbaikan performansi dan mengeliminasi waste (Priyanta, Dwi. 2000).

3.3. Pemilihan Tindakan Perawatan

3.3.1. Dampak-dampak Kegagalan (Failure Consequences)

Dalam Reliability Centered Maintenance, konsekuensi kegagalan diklasifikasikan dalam 4 bagian, yaitu:

a. Hidden Failure Consequences, dimana kegagalan tersebut tidak dapat dibuktikan secara langsung sesaat setelah kegagalan berlangsung. Diperlukan suatu teknik khusus untuk mengatasi dampak kegagalan jenis ini.

(49)

Environment Consequences terjadi apabila kegagalan suatu fungsi item berdampak pada kelestarian lingkungan.

c. Operational Consequences, suatu kegagalan dikatakan memiliki konsekuensi operasional ketika berakibat pada produksi atau operasional (kualitas produk, pelayanan terhadap konsumen atau biaya operasional untuk perbaikan komponen).

d. Non-Operational Consequences, suatu bukti kegagalan pada kategori ini adalah yang bukan tergolong dalam konsekuensi keselamatan ataupun produksi, jadi kegagalan ini hanya melibatkan biaya perbaikan komponen.

3.3.2. Proactive Maintenance Task and Initial Interval

Tindakan ini dilakukan sebelum terjadi kegagalan, dalam rangka untu menghindarkan item dari kondisi yang dapat menyebabkan kegagalan (failed state). Kegiatan ini biasa dikenal dengan predictive dan preventive maintenance. 1. Schedulled Restoration Task

Schedulled retoration task adalah tindakan pemulihan kemampuan item pada saat atau sebelum batas umur yang ditetapkan, tanpa memperhatikan kondisinya saat itu. Tindakan ini secara teknik mungkin dilakukan apabila:

a. Dapat diidentifikasikan umur dimana item tersebut menunjukkan kemungkinan penambahan kecepatan terjadinya kondisi kegagalan.

b. Mayoritas dari item dapat bertahan pada umur tersebut (untuk semua item jika kegagalan memiliki konsekuensi terhadap keselamatan lingkungan).

(50)

Karakteristik kegagalan item dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu: a. Kegagalan awal (infant mortality failures)

Kegagalan awal pada umumnya terjadi pada awal pengoperasian suatu item. Kegagalan pada tahap ini ditandai dengan laju kerusakan menurun.

b. Kegagalan acak (random failures)

Kegagalan acak pada umunya terjadi pada item yang berjalan normal. Laju kegagalan pada tahap ini ditandai dengan laju kegagalan yang konstan.

c. Kegagalan usang (wear-out failure)

Pada usia kegunaan tertentu suatu item mengalami keusangan yang ditandai dengan laju kegagalan yang semakin meningkat. Untuk mengurangi pengaruh keusangan ini biasanya dilakukan penggantian (replacement) beberapa bagian alat bahkan seluruhnya dengan yang baru.

2. Schedulled Discard Task

Schedulled discard task adalah tidakan mengganti item pada saat/ sebelum batas umur yang ditetapkan, tanpa memperhatikan kondisi item pada saat itu. Tindakan ini secara teknik mungkin dilakukan dalam kondisi berikut:

a. Dapat diidentifikasikan umur dimana item tersebut menunjukkan kemungkinan penambahan kecepatan terjadinya kegagalan.

b. Mayoritas dari item dapat bertahan pada umur tersebut (untuk semua item jika kegagalan memiliki kensekuensi terhadap keselamatan lingkungan).

3. Schedulled On-Condition Task

(51)

failure. Dimana ptensial failure diidentifikasikan dengan sebuah kondisi yang dapat mengidentifikasikan sedang terjadi kegagalan atau proses kegagalan fungsi (Functional failure). Dalam teknik on-condition terdapat 4 bagian utama, yaitu:

a. Conditioning monitoring techniques, yang melibatkan penggunaan peralatan khusus untuk melakukan monitoring terhadap kondisi peralatan. b. Statistical process control,yaitu teknik pencegahan yang didasarkan atas

variasi kualitas produk yang dihasilkan.

c. Primary effect monitoring techniques, yang melibatkan peralatan seperti gauge yang ada dan peralatan untuk inspeksi monitoring.

d. Teknik inspeksi berdasarkan human sense dan predictive.

3.3.3. Default Action

Tindakan ini dilakukan ketika sudah berada dalam failed state dan dipilih ketika tindakan proactive task yang efektif tidak mungkin dilakukan. Default action meliputi:

1. Schedulled failure finding, meliputi tindakan pemeriksaan secara periode terhadap fungsi-fungsi yang tersembunyi untuk mengetahui apakah item tersebut telah rusak.

(52)

3. Run to failure, membiarkan item beroperasi sampai terjadi failure karena secara financial tindakan pencegahan yang dilakukan tidak menguntungkan.

3.3.4. Proposed task and Initial Interval

Proposed task berusaha mendeskripsikan tindakan pencegahan sebagai tindakan nyata untuk menterjemahkan hasil dari proactive task dan default action. Initial interval merupakan jarak perawatan yang optimal, terhadap proposed task yang ditemukan. Dengan demikian dapat diketahui tindakan perawatan yang tepat untuk sebuah mesin atau peralatan.

3.3.5. Menentukan Severity, Occurrence, Detection and RPN

Untuk menentukan prioritas dari suatu bentuk kegagalan maka tim FMEA harus mendefisnisikan terlebih dahulu tentang severity, detection serta hasil akhirnya yang berupa risk priority number.

1. Severity

Menidentifikasikan dampak potensial yang terburuk yang daikibatkan oleh suatu kegagalan. Dampak ini ditentukan berdasarkan tingkat cedera yang dialami personel, tingkat kerusakan peralatan, akibat pada produksi dan lama downtime yang terjadi. Pengelompokan tingkatan severity dapat dilihat pada Tabel 3.1.

2. Frekuensi terjadinya kegagalan (occurrence)

(53)
[image:53.595.86.543.137.733.2]

Tabel 3.1. Tingkatan Severity

Ranking Akibat (Effect) Kriteria Verbal Akibat pada Produksi

1 Tidak ada akibat Tidak mengakibatkan apa-apa (tidak

ada akibat), penyesuaian yang diperlukan

Proses dalam pengendalian

2 Akibat sangat

ringan

Mesin tetap beroperasi dan aman, hanya ada sedikit terjadi ganggauan kecil. Hanya terjadi sangat sedikit gangguan peralatan yang tidak berarti. Akibat hanya dapat diketahui oleh operator yang berpengalaman.

Proses berada dalam pengendalian, hanya membutukan sedikit penyesuaian

3 Akibat ringan Mesin tetap beroperasi dan aman,

hanya ada sedikit terjadi ganggauan kecil. Akibat diketahui oleh semua operator.

Proses telah berada diluar pengendalian,

membutuhkan beberapa penyesuaian.

4 Akibat minor Mesin tetap beroperasi dan aman,

tetapi menimbulkan beberapa kegagalan produk. Operator merasa tidak puas karena kinerja kurang.

Kurang dari 30 menit downtime atau tidak ada kehilangan waktu produksi.

5 Akibat moderat Mesin tetap beroperasi dan aman,

tetapi menimbulkan beberapa kegagalan produk. Operator merasa tidak puas karena kinerja kurang.

30 – 60 menit downtime

6 Akibat signifikan Mesin tetap beroperasi dan aman,

tetapi menimbulkan kegagalan produk. Operator merasa sangat tidak puas dengan kinerja sendiri

1 – 2 jam downtime

7 Akibat major Mesin tetap beroperasi dan aman,

tetapi tidak dapat dijalankan secara penuh. Operator merasa sangat tidak puas.

2 – 4 jam downtime

8 Akibat ekstrem Mesin tidak dapat beroperasi, telah

kehilangan fungsi utama mesin.

4 – 8 jam downtime

9 Akibat serius Mesin gagal beroperasi, serta tidak

sesuai dengan peraturan keselamatan kerja.

>8 jam downtime

10 Akibat berbahaya Mesin tidak layak dioperasikan,

karena dapat menimbulkan kecelakaan secara tiba-tiba, bertentangan dengan peraturan keselamatan kerja.

(54)
[image:54.595.84.543.141.426.2]

Tabel 3.2. Tingkatan Occurance

Ranking Kejadian Kriteria Tingkat Kejadian

Kerusakan 1 Hampir tidak

pernah ada

Kerusakan tidak pernah terjadi Lebih besar dari 10.000 jam operasi

2 Remote Kerusakan mesin jarang terjadi 6.001 – 10.000 jam operasi

3 Sangat sedikit Kerusakan mesin terjadi sangat sedikit

3.001 – 6.000 jam operasi

4 Sedikit Kerusakan mesin terjadi sedikit 2.001 – 3.000 jam operasi

5 Rendah Kerusakan mesin terjadi pada tingkat rendah

1.001 – 2.000 jam operasi

6 Medium Kerusakan mesin terjadi pada tingkat medium

401 – 1.000 jam operasi

7 Agak tinggi Kerusakan terjadi agak tinggi 101 – 400 jam operasi 8 Tinggi Kerusakan terjadi tinggi 11 – 100 jam operasi 9 Sangat tinggi Kerusakan terjadi sangat tinggi 2 – 10 jam operasi 10 Hampir selalu Kerusakan mesin selalu terjadi Kurang dari jam operasi

3. Detection

[image:54.595.83.544.143.421.2]

Detection adalah pengukuran terhadap kemampuan mengendalikan kegagalan yang dapat terjadi. Nilai detection dapat dilihat dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Tingkat Detection

Ranking Akibat Kriteria Verbal

1 Hampir pasti Perawatan preventif akan selalu mendeteksi penyebab potensial atau mekanisme kegagalan dan mode kegagalan.

2 Sangat tinggi Perawatan preventif memiliki kemungkinan sangat tinggi untuk mendeteksi penyebab potensial atau mekanisme kegagalan dan mode kegagalan.

(55)
[image:55.595.101.522.136.417.2]

Tabel 3.3. Tingkat Detection (Lanjutan)

Ranking Akibat Kriteria Verbal

4 Moderate highly

Perawatan preventif memiliki kemungkinan moderate highly untuk mendeteksi penyebab potensial atau mekanisme kegagalan dan mode kegagalan.

5 Moderate Perawatan preventif memiliki kemungkinan moderate untuk mendeteksi penyebab potensial atau mekanisme kegagalan dan mode kegagalan.

6 Rendah Perawatan preventif memiliki kemungkinan rendah untuk mendeteksi penyebab potensial atau mekanisme kegagalan dan mode kegagalan.

7 Sangat rendah Perawatan preventif memiliki kemungkinan sangat rendah untuk mendeteksi penyebab potensial atau mekanisme kegagalan dan mode kegagalan.

8 Remote Perawatan preventif memiliki kemungkinan remote untuk mendeteksi penyebab potensial atau mekanisme kegagalan dan mode kegagalan.

4. Risk Priority Number (Angka Prioritas Resiko/ RPN)

RPN merupakan produk matematis dari keseriusan effect (severity), kemungkinan terjadinya cause akan menimbulkan kegagalan yang berhubungan dengan effect (occurrence) dan kemampuan untuk mendeteksi kegagalan sebelum terjadi pada pelanggan (detection). RPN dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut:

RPN = Severity*Occurrence*Detection

(56)

3.4. Evaluasi Keandalan 3.4.1. Keandalan

Keandalan didefinisikan sebagai probabilitas dari suatu item untuk dapat

melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan, pada kondisi pengoperasian dan

lingkungan tertentu untuk periode waktu yang telah ditentukan. Terminologi item

yang dipakai di dalam definisi keandalan diatas dapat mewakili sembarang

komponen, subsistem, atau sistem yang dapat dianggap sebagai satu kesatuan.

Definisi di atas dapat disarikan menjadi empat komponen pokok yaitu :

• Probabilitas

• Kinerja (performance) yang memadai

• Waktu

• Kondisi pengoperasian

Probabiltas, yang merupakan komponen pokok pertama, merupakan input

numerik bagi pengkajian keandalan sutau sistem yang juga merupakan indeks

kuantitatif untuk menilai kelayakan suatu sistem.

Dalam mengevaluasi keandalan suatu sistem, variabel random yang

dipakai umumnya adalah waktu. Pada saat t = 0 komponen atau sistem berada

dalam kondisi akan beroperasi, sehingga probabilitas komponen atau sistem itu

untuk mengalami kegagalan pada saat t = 0 adalah 0. Pada saat t ∞ probabilitas

untuk mengalami kegagalan dari suatu komponen atau sistem yang dioperasikan

akan cenderung mendekati 1. Karakteristik ini

Gambar

Gambar 2.2. Skema Proses Produksi Pembuatan Minyak Goreng pada
Tabel 3.1. Tingkatan Severity
Tabel 3.3. Tingkat Detection
Tabel 3.3. Tingkat Detection (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan RCM Decision Worksheet diperoleh bahwa jenis kegiatan yang perlu dilakukan untuk setiap komponen diantaranya adalah scheduled on condition task pada komponen

Dengan menggunakan metode Reliability Centered Maintenance dan simulasi monte carlo dapat dilakukan analisis terhadap tingkat kekritisan komponen pada mesin potong yang

Data yang diperlukan dalam penelitian adalah komponen mesin yang rusak, jenis kerusakan yang dialami mesin, interval waktu antar kerusakan dan waktu penggantian komponen

Komponen yang mendapatkan perawatan preventive maintenance dilakukan uji effektifitas jadwal menggunakan simulasi monte carlo dan diperoleh jadwal yang effektif yakni

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah lamanya downtime mesin, interval kerusakan komponen mesin, frekuensi kerusakan dan sistem perawatan aktual.. Hasil penerapan metode

Dari hasil analisis FMEA dan perhitungan nilai risiko diperoleh tujuh bagian mesin dengan nilai risko terbesar pada mesin kritis yaitu pada komponen SCR

Dengan menggunakan RCM II Decision Worksheet diperoleh bahwa jenis kegiatan yang perlu dilakukan untuk setiap komponen adalah scheduled on condition task artinya

No Equipment/ komponen Function F Functio n Failure FF Failure Mode FM Consequences Evaluation Faktor Proses Maintenance Task Mainte nance Categor H S E O y Mesin Dilakukan