• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Karyawan Mengenai Pengaruh Penerapan K3 Terhadap Produktivitas Kerja di PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi Karyawan Mengenai Pengaruh Penerapan K3 Terhadap Produktivitas Kerja di PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco"

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI KARYAWAN MENGENAI PENGARUH

PENERAPAN K3 TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA

DI PT. CAHAYA KAWI ULTRA POLYINTRACO

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

FITRIA ASVIANTI HANDAYANI

NIM. 050403103

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Teknik Industri untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Penulis melaksanakan Tugas Akhir di PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco bergerak dalam bidang pembuatan springbed. Tugas Akhir ini berjudul “Persepsi Karyawan Mengenai Pengaruh Penerapan K3 Terhadap Produktivitas Kerja di PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco.”. Topik ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel tersebut terhadap produktivitas karyawan di PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco.

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis selalu terbuka untuk saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan tulisan ini kedepan.

Medan, Juli 2010

(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Aulia Ishak, ST., MT. dan Bapak Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM. selaku koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik Industti USU.

3. Bapak Ir. Harmein Nasution, MSIE dan Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Dosen Pembimbing dalam pelaksanaan Tugas Akhir yang telah memberikan banyak pengajaran baru bagi penulis dan memberikan motivasi yang sangat berharga.

4. Bapak Ir. Mangara M Tambunan, M.Sc selaku dosen wali penulis, yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penulis mengikut i perkuliahan.

5. Bapak Haeril Erdiansyah selaku Manajer Produksi PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco yang telah bersedia mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan arahan kepada penulis.

(8)

7. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan yang luar biasa besar: Papa (Asril St Bandaro Sati), Mama (Heppi Rosa), Kakak (Rizka Asvianti), dan Adik (Dyna Asvianti) yang telah memberikan doa, motivasi dan materi kepada penulis.

8. Sahabat-sabahat penulis Siti, Wita, dan Uci serta teman-teman stambuk TI 2005 yang telah memberikan semangat, hiburan, doa dan pikirannya selama penulis menjalani masa perkuliahan.

(9)

DAFTAR ISI

BAB HAL

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

ABSTRAK ... xvii

I PENDAHULUAN ... I-1

(10)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HAL

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

(11)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HAL

2.4.2.2. Pembuatan Matras Springbed ... II-20 2.4.2.3. Pembuatan Dipan Springbed ... II-22 2.5. Mesin dan Peralatan ... II-24 2.5.1. Mesin Produksi ... II-24 2.5.2. Peralatan ... II-30 2.5.3. Utilitas ... II-31 2.5.4. Safety dan Fire Protection ... II-31 2.5.5. Waste Treatment ... II-32 2.5.6. Maintenance ... II-32

III LANDASAN TEORI ... III-1

(12)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HAL

3.4. Produktivitas Kerja ... III-15 3.4.1. Pengertian Produktivitas ... III-15 3.4.2. Pengukuran Produktivitas ... III-16 3.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas ... III-18 3.6. Hubungan Keselamatan dan Kesehatan terhadap

(13)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HAL

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Prosedur Penelitian ... IV-1 4.2. Lokasi Penelitian ... IV-3 4.3. Jenis Penelitian ... IV-3 4.4. Objek Penelitian ... IV-3 4.5. Pengumpulan Data... IV-3 4.5.1. Sumber Data ... IV-3 4.5.2. Instrumen Penelitian ... IV-4 4.5.3. Metode Pengumpulan Data ... IV-6 4.5.4. Populasi dan Sampel ... IV-7 4.5.5. Penentuan Sampel ... IV-7 4.6. Pengolahan Data ... IV-8 4.7. Analisis Pembahasan Hasil ... IV-14 4.8. Kesimpulan dan Saran ... IV-14

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

(14)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HAL

5.2. Pengolahan Data ... V-22 5.2.1. Uji Validitas ... V-22

5.2.2. Uji Reliabilitas ... V-27 5.2.3. Uji F ... V-31

5.2.4. Uji T ... V-33 5.2.5. Koefisien Determinasi ... V-36 5.2.6. Persamaan Regresi Berganda ... V-37

VI ANALISA PEMBAHASAN HASIL ... VI-1

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

TABEL HAL

2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada PT. Cahaya Kawi Ultra

(16)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HAL

(17)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HAL

5.35. Pertanyaan Ketujuhbelas ... V-16 5.36. Pertanyaan Kedelapanbelas ... V-16 5.37. Pertanyaan Kesembilanbelas ... V-17 5.38. Pertanyaan Keduapuluh ... V-17 5.39. Data Kuesioner yang Telah Diberi Bobot pada Variabel

Keselamatan Kerja ... V-18 5.40. Data Kuesioner yang Telah Diberi Bobot pada Variabel

Kesehatan Kerja ... V-19 5.41. Data Kuesioner yang Telah Diberi Bobot pada Variabel

Jaminan Kesehatan ... V-20 5.42. Data Kuesioner yang Telah Diberi Bobot pada Variabel

Produktivitas Kerja ... V-21 5.43. Uji Validitas untuk Pernyataan Pertama pada Variabel Keselamatan

(18)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HAL

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HAL

Lampiran 1. Tabel Product Moment ... L-1 Lampiran 2. Tabel Distribusi F ... L-2 Lampiran 3. Tabel Distribusi T ... L-3 Lampiran 4. Uji Validitas ... L-4 Lampiran 5. Uji Reliabilitas ... L-5 Lampiran 6. Persamaan Regresi Berganda ... L-6 Lampiran 7. Kuesioner Pendahuluan ... L-7 Lampiran 8. Kuesioner Tertutup ... L-8

(20)

ABSTRAK

PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam pembuatan springbed. Agar mampu menghadapi persaingan bisnis, perusahaan harus benar-benar memperhatikan produktivitas kerja dari setiap karyawannya yang salah satu faktornya yaitu mengenai keselamatan dan kesehatan kerja karyawan di bagian produksi.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh faktor keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan kesehatan terhadap produktivitas kerja yang dihasilkan oleh karyawan di bagian produksi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 26 responden dimana responden ditujukan pada karyawan di bagian produksi.

Untuk pengolahan data akan digunakan persamaan regresi berganda, pengujian hipotesis dan koefisien determinasi dimana dengan pengolahan data ini didapat persamaan regresi 105.667 – 1.380 x1 + 0.506 x2 + 2.225 x3 dan hasil uji statistik yang menyatakan bahwa f hitung lebih besar daripada f tabel. Uji ini dipakai untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan kesehatan terhadap produktivitas karyawan di bagian produksi.

Dengan adanya pengolahan data ini, kemudian diperoleh kesimpulan bahwa keselamatan kerja, kesehatan kerja dan jaminan kesehatan secara keseluruhan (bersama-sama) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan di bagian produksi pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco.

(21)

ABSTRAK

PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam pembuatan springbed. Agar mampu menghadapi persaingan bisnis, perusahaan harus benar-benar memperhatikan produktivitas kerja dari setiap karyawannya yang salah satu faktornya yaitu mengenai keselamatan dan kesehatan kerja karyawan di bagian produksi.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh faktor keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan kesehatan terhadap produktivitas kerja yang dihasilkan oleh karyawan di bagian produksi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 26 responden dimana responden ditujukan pada karyawan di bagian produksi.

Untuk pengolahan data akan digunakan persamaan regresi berganda, pengujian hipotesis dan koefisien determinasi dimana dengan pengolahan data ini didapat persamaan regresi 105.667 – 1.380 x1 + 0.506 x2 + 2.225 x3 dan hasil uji statistik yang menyatakan bahwa f hitung lebih besar daripada f tabel. Uji ini dipakai untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan kesehatan terhadap produktivitas karyawan di bagian produksi.

Dengan adanya pengolahan data ini, kemudian diperoleh kesimpulan bahwa keselamatan kerja, kesehatan kerja dan jaminan kesehatan secara keseluruhan (bersama-sama) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan di bagian produksi pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco.

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Era globalisasi dunia ditandai oleh perkembangan yang semakin pesat di segala bidang kegiatan bisnis. Globalisasi era 90-an yang melanda dunia telah mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Globalisasi yang muncul merupakan global competitio, global business dan global company. Persaingan di dunia bisnis yang sangat ketat menghadapkan organisasi pada layanan publik yang dapat memiliki daya saing kuat dan efisien. Untuk meningkatkan efisiensi antara lain diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.1

Tingkat produktivitas kerja ini salah satunya di pengaruhi oleh tingkat keselamatan dan kesehatan kerja di dalam sebuah produksi. Disini kesehatan kerja tidak terlepas dari keselamatan kerja. Keselamatan kerja erat bersangkutan dengan Pada dasarnya masalah SDM berkaitan erat dengan masalah produktivitas kerja tenaga kerja itu sendiri. Jika di ukur dari produktivitas, keadaan SDM Indonesia kualitasnya masih tergolong rendah dan karena semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan harus mampu bertahan dan berkompetisi. Salah satu hal yang dapat ditempuh perusahaan agar mampu bertahan dalam persaingan yang ketat yaitu dengan meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

1

(23)

peningkatan produksi dan produktivitas. Keselamatan dan kesehatan kerja dapat membantu peningkatan produksi dan produktivitas atas dasar : Upaya promotif berpedoman bahwa dengan meningkatnya kesehatan pekerja, akan meningkatkan juga produktivitas kerja. Dengan tidak terjadinya penyakit dan kecelakaan akibat kerja maka berarti tidak adanya absentisme para pekerja yang sudah barang tentu akan berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja.2

Dengan penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keselamatan dan kesehatan PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam pembuatan springbed harus menyadari dan mengantisipasi keselamatan dan kesehatan kerja karyawan di bagian produksi. Lantai produksi yang terdiri dari 2 lantai tanpa adanya pembatas dibagian pinggirnya dapat menyebabkan karyawan terjatuh dari lantai 2 dan pemakain mesin pintal (menjahit kain quilting) yang tidak dilengkapi dengan alat pelindung diri bagi karyawannya (operator) dapat menyebabkan kecelakaan kerja ketika melakukan produksi seperti jari-jari yang bisa terputus dan lain-lain. Dari informasi yang diperoleh dari perusahaan, telah terjadi kecelakan pada 3 tahun terakhir sebanyak 2 kali. Kecelakan ini disebabkan karena tidak adanya pembatas antara pinggir di lantai 2 sehingga karyawan terjatuh dan menyebabkan patah kaki. Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan, perusahaan perlu meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya.

2

(24)

kerja bagi karyawan terhadap produktivitas kerja mereka di PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu :

1. Adanya kecelakaan yang terjadi sewaktu bekerja.

2. Produktivitas yang menurun dengan adanya kecelakaan di lingkungan kerja.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh faktor keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan kesehatan terhadap produktivitas kerja yang dihasilkan oleh karyawan di bagian produksi pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco.

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui bagaimana pengaruh keselematan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan agar perusahaan mampu meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan-karyawannya.

(25)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai masukan bagi pihak MSDM pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco dalam membantu mengidentifikasi bagaimana keselamatan dan kesehatan kerja akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan.

2. Menjadi sarana bagi penulis untuk melakukan latihan sehingga ilmu yang didapat dari perkuliahan dapat diterapkan dan dikembangkan yang kemudian akan dibandingkan terhadap permasalahan yang ada pada perusahaan.

3. Sebagai sumber referensi bagi kepentingan keilmuan dalam mengatasi masalah yang sama pada masa yang akan datang.

4. Menjalin hubungan kerja sama antar PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco dan Universitas, Fakultas Teknik khususnya Teknik Industri yang menjadikan perusahaan sebagai wadah penerapan ilmu yang didapat dari perkuliahan.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi Penelitian

Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco di Jalan Eka Surya Gg Sidodadi Johor, Medan Sumatera Utara.

2. Waktu yang dibutuhkan pada penelitian ini yaitu 3 minggu dimulai dari bulan April 2010.

3. Responden pada penelitian ini adalah karyawan-karyawan di bagian produksi pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco.

(26)

Sedangkan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Karyawan dalam keadaan sehat pada saat diberikan pernyataan. 2. Karyawan mengetahui keadaan lingkungan kerja dengan baik.

3. Seluruh data yang diperoleh dari perusahaan maupun dari sumber lainnya dianggap benar.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN

(27)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Memaparkan sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi dan manajemen serta proses produksi.

BAB III LANDASAN TEORI

Berisi teori-teori yang digunakan dalam analisis pemecahan masalah. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Menjelaskan tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga penyusunan laporan tugas akhir.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Mengumpulkan data-data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian serta melakukan pengolahan data yang membantu dalam pemecahan masalah.

BAB VI ANALISIS PEMBAHASAN HASIL

Menganalisis hasil pengolahan data dan pembahasan hasil. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Memberikan kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan yang bersangkutan.

(28)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco merupakan perusahaan yang terletak di Jl. Eka Surya Gg. Sidodadi Lingk. XXII Kelurahan Gedung Johor, Deli Tua, Medan didirikan pada 22 Agustus 1989. Perusahaan ini merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Cahaya Buana Group. Induk perusahaan ini bernama PT. Cahaya Buana Intitama yang mempunyai filosofi unggul berkarya dan puas bekerjasama. Induk perusahaan ini berlokasi di daerah Bogor, Jawa Barat. PT. Cahaya Buana Group memiliki empat jenis anak perusahaan yang bergerak di bidang manufacturing, trading, distributor, dan retail.

PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco merupakan anak perusahaan dari PT. Cahaya Buana Group yang bergerak di bidang manufacturing, dimana perusahaan ini memproduksi spring bed dengan merek dagang Big Land.

(29)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco memfokuskan usahanya pada pembuatan spring bed. Spring bed yang diproduksi merupakan tempat tidur yang siap dipasarkan kepada konsumen langsung maupun distributor dengan daerah pemasaran di seluruh Sumatera Utara dengan fokus utama di daerah kota Medan, Aceh, Sibolga, Padang Sidempuan, Nias, Kisaran, Rantau Prapat, Tanjung Balai. Selain itu, PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco juga menjadi distributor produk-produk furniture seperti kursi kantor, meja belajar, lemari pakaian dan sebagainya.

Perusahaan ini berproduksi berdasarkan stok (make to stock). Spring bed Big Land terdiri dari empat jenis, yaitu :

1. Platinum Pillowtop 2. Golden

3. Silver (Neo Silver) a. Silver Pillowtop b. Silver Standar c. Neo Silver Pillowtop d. Neo Silver Standar 4. Bigline

(30)

Selain di Medan, PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco juga memiliki kantor perwakilan di daerah-daerah lain di Indonesia meliputi Bogor, Padang, Palembang, Jakarta dan lain- lain.

2.3. Organisasi dan Manajemen

2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan

(31)
(32)

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Didalam sebuah organisasi selalu dibutuhkan pasukan untuk memegang jabatan tertentu dalam organisasi tersebut dimana masing-masing personil mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan jabatannya.

Uraian tugas dan tanggung jawab pada masing-masing bagian PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Direktur

- Jabatan tertinggi di perusahaan yang menetapkan langkah- langkah pokok dalam melaksanakan kebijakan dan sasaran- sasaran perusahaan.

- Bertanggungjawab atas semua kegiatan operasional perusahaan serta kontinuitas kegiatan perusahaan dan bertindak sebagai Management Representative.

- Menyetujui dan menandatangani surat- surat penting yang berkenaan dengan perusahaan.

2. Kepala Divisi Produksi

- Melaksanakan rencana kerja operasional pabrik agar berjalan lancar dan memenuhi target.

- Bertanggung jawab atas semua kegiatan produksi di lantai pabrik dan memproduksi produk yang berkualitas.

(33)

3. Kepala Divisi Pemasaran

- Bertanggung jawab atas peningkatan kuantitas penjualan melalui strategi- strategi pemasaran.

- Bertanggung jawab atas semua aktivitas pemasaran perusahaan. 4. Kepala Divisi Finance and Accounting

- Bertanggung jawab atas semua yang berhubungan dengan pembelian barang atau bahan guna operasional perusahaan.

- Bertanggung jawab atas semua aktivitas keuangan perusahaan. 5. Kepala Divisi Pembelian

- Mengeluarkan Purchasing Order (PO).

- Mengawasi efektivitas dan efisiensi pembelian. - Melakukan pemilihan dan evaluasi atas supplier.

6. Kepala Divisi Human Resources Development dan General affair

- Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan administrasi guna menunjang kontinuitas operasional perusahaan.

- Bertanggung jawab atas kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya manusia dalam perusahaan.

7. Supervisor Produksi

- Bertanggung jawab atas jumlah produk yang diproduksi.

- Bertanggung jawab atas pengendalian kualitas spring bed yang diproduksi.

(34)

8. Supervisor Maintenance

- Bertanggung jawab atas pemeliharaan mesin dan peralatan.

- Bertanggung jawab atas seluruh kelangsungan mesin-mesin yang dioperasikan.

9. Supervisor Financial

- Melaporkan serta membuat pembukuan atas pembayaran pajak.

- Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Divisi Finance and Accounting sehubungan dengan setiap kegiatan financial.

10.Supervisor Accounting

- Melaporkan serta membuat pembukuan atas pembayaran pajak.

- Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Divisi Finance and Accounting sehubungan dengan setiap pembayaran pajak.

11.Supervisor Pembelian

- Melaporkan serta membuat pembukuan atas setiap kegiatan pembelian. - Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Divisi Pembelian

sehubungan dengan setiap kegiatan pembelian. 12.Supervisor Keamanan

- Melaporkan serta membuat pembukuan atas kegiatan keamanan.

- Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Divisi HRD dan General affair sehubungan dengan setiap kegiatan keamanan.

13.Supervisor Distribusi

(35)

- Melaporkan serta membuat pembukuan atas kegiatan distribusi. 14.Supervisor Gudang

- Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Divisi Pemasaran sehubungan dengan setiap kegiatan gudang.

- Melaporkan serta membuat pembukuan atas kegiatan gudang. 15. Supervisor Transportasi

- Bertanggung jawab langsung kepada kepala HRD dan General affair sehubungan dengan setiap kegiatan transportasi.

- Melaporkan serta membuat pembukuan atas kegiatan distribusi 16. Supervisor Penjualan

- Bertanggung jawab langsung kepada kepala HRD dan General affair sehubungan dengan setiap kegiatan penjualan.

- Melaporkan serta membuat pembukuan atas kegiatan penjualan 17.Karyawan

- Karyawan bekerja sesuai dengan job description yang telah ditetapkan perusahaan.

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan

2.3.3.1.Tenaga Kerja

(36)

produksi juga termasuk satpam. Status karyawan dalam perusahaan ini dibagi atas dua jenis berdasarkan frekuensi penggajiannya, yaitu:

1. Karyawan mingguan dengan gaji yang dibayar dua minggu sekali. Yang termasuk karyawan mingguan adalah semua karyawan baik dari karyawan gudang sampai dengan karyawan bagian accounting.

2. Karyawan bulanan dengan gaji yang dibayar sekali dalam sebulan sesuai dengan klasifikasi skala penggajian yang dibagi-bagi dalam golongan tertentu. Yang termasuk karyawan bulanan adalah direktur sampai dengan supervisor.

[image:36.595.151.475.468.752.2]

Perincian jumlah tenaga kerja yang ada di PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada

PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco

No Jabatan Jumlah (orang)

1 Direktur 1

2 Kepala Divisi Produksi 1

3 Kepala Divisi HRD dan General affair 1 4 Kepala Divisi Financial and Accounting 1

5 Kepala Divisi Pemasaran 1

6 Kepala Divisi Pembelian 1

7 Supervisor Gudang 1

8 Supervisor Penjualan 1

(37)

Tabel 2.1. Perincian Jumlah ... (Lanjutan)

No Jabatan Jumlah (orang)

10 Supervisor Distribusi 1

11 Supervisor Keamanan 1

12 Supervisor Maintenance 1

13 Supervisor Produksi 1

14 Supervisor Pembelian 1

15 Supervisor Financial 1

16 Supervisor Accounting 1

17 Karyawan Gudang 6

18 Karyawan Penjualan 2

19 Karyawan Transportasi 2

20 Karyawan Distribusi 16

21 Karyawan Keamanan 10

22 Karyawan Maintenance 4

23 Karyawan Produksi 26

24 Karyawan Pembelian 2

25 Karyawan Financial 6

26 Karyawan Accounting 1

Total 91

(38)

2.3.3.2. Jam Kerja

Setiap pekerja pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco mempunyai jam kerja 7-8 jam kerja per hari dan bekerja 6 hari dalam seminggu (senin sampai sabtu). Jika karyawan bekerja melebihi jam kerja 8 jam per hari maka jam kerja berikutnya terhitung sebagai lembur. Pembagian jam kerja pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jam Kerja PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco

Hari Jam Kerja Keterangan

Senin-Kamis

08.30 - 12.00 Kerja 12.00 - 13.00 Istirahat 13.00 – 17.00 Kerja

Jumat

08.30 – 12.00 Kerja 12.00 - 14.00 Istirahat 14.00 – 17.00 Kerja

Sabtu

(39)

2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan

2.3.4.1. Pengupahan

Sistem penggajian dan pengupahan pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco dilakukan dan ditangani oleh bagian Finance and Accounting. Pengawasan sistem penggajian dan pengupahan terdiri atas :

1. Prosedur pembuatan daftar gaji 2. Prosedur pembayaran gaji 3. Prosedur distribusi gaji

Pencatatan waktu hadir dilakukan dengan menggunakan clock card dan apabila clock card tersebut rusak, maka pencatatan dilakukan secara manual oleh bagian satpam.

Sistem penggajian pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco bervariasi. Untuk direktur sampai dengan supervisor penggajian dilakukan pada akhir tanggal setiap bulannya, sedangkan untuk karyawan, mulai dari karyawan gudang sampai karyawan accounting penggajian dilakukan setiap 2 minggu sekali. Perusahaan juga memberikan upah lembur kepada karyawan yang bekerja diatas jam kerja normal dengan perhitungan sebagai berikut :

1. Untuk Hari Biasa

a. Untuk satu jam lembur pertama adalah 2 1

1 (satu setengah) x upah per jam.

b. Untuk dua jam berikutnya adalah 2 x upah per jam.

(40)

2. Untuk Hari Besar/ Libur

Upah lembur dibayarkan kepada karyawan yang bekerja pada hari libur dan hari besar sebesar 2 x gaji per hari kerja biasa.

2.3.4.2. Tunjangan

Tunjangan yang diberikan perusahaan untuk karyawan selain gaji pokok dan upah lembur yang telah disebutkan yaitu:

1. Tunjangan Hari Raya (THR)

Berupa tambahan satu bulan gaji bagi karyawan yang mempunyai masa kerja lebih dari satu tahun.

2. Tunjangan Selama Sakit

Diberikan kepada karyawan yang sedang sakit dan tidak dapat bekerja yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter. Hanya pekerja yang telah bekerja lebih dari 2 tahun yang mendapat tunjangan ini.

3. Tunjangan Insentif

Diberikan ke dalam upah karyawan sesuai dengan prestasi kerja yang ditunjukkan oleh masing- masing karyawan.

2.3.4.3. Fasilitas

Fasilitas lain yang diberikan perusahaan kepada karyawannya adalah: 1. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan Asuransi Jiwa

(41)

kecil, PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco tetap melaksanakan program keselamatan kerja bagi karyawannya melalui jasa JAMSOSTEK.

2. Cuti

Cuti yang diberikan oleh perusahaan adalah 12 hari kerja setiap tahunnya.

2.4. Proses Produksi

2.4.1. Bahan

2.4.1.1.Bahan baku

Bahan baku merupakan semua bahan yang digunakan sebagai bahan dasar serta memiliki komposisi terbesar dalam pembuatan produksi dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan. Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi spring bed adalah:

1. Papan Tripleks

Papan tripleks yang digunakan memiliki ukuran 180 x 200 x 80 cm. 2. Rangka kayu

Rangka kayu yang digunakan memiliki ukuran 200 x 180 cm. 3. Per Spiral

Per ini berbentuk lilitan kawat besar berbentuk spiral. Diameter yang digunakan beragam dengan tinggi per 15 cm. Koefisien elastisitas per yang dipakai adalah 2,2 N/m.

4. Kain Quilting

(42)

sebanyak 2 x 180 x 200 cm, sedangkan untuk tabung digunakan kain quilting dengan ketebalan 0,5 cm dan panjang sebesar 200 cm. Kain quilting yang dipakai terbuat dari kain jaquar.

5. Benang Nylon

Benang ini digunakan untuk seluruh proses penjahitan baik penjahitan kain quilting maupun penjahitan tabung dan matras. Benang nylon yang digunakan untuk seluruh proses penjahitan sebanyak 24,835 cm.

6. Peluru HR-22

Peluru ini berfungsi untuk merekatkan hard pad dan rakitan per pada matras dan dipan.

7. Lateks

Lateks berfungsi untuk merekatkan busa dengan kain quilting pada matras dan dipan.

8. Hard pad

Hard pad merupakan pelapis rakitan per pertama yang berfungsi untuk meredam per. Hard pad yang digunakan berukuran 2 x 200 cm x 180 cm yaitu untuk bagian atas dan bawah rakitan per.

9. Kain Blacu

(43)

10.Per Bulat

Per bulat yang digunakan adalah per oval dengan diameter 2,5 mm dan tinggi sebesar 15 cm. Umur per diperkirakan sekitar 15 tahun dengan koefisien elastisitas 2,2 N/m dan pengujian dilakukan oleh pihak supplier. 11.Per Pinggir

Per pinggir yang digunakan adalah per pinggir dengan diameter 3,5 mm dengan tinggi sebesar 15 cm. Umur per diperkirakan sekitar 15 tahun dengan koefisien elastisitas sebesar 2,2 N/m dan pengujian dilakukan oleh pihak supplier. Per pinggir diletakkan di sekeliling rakitan per bulat. 12.Kawat Ulir

Kawat ulir yang digunakan memiliki diameter sebesar 1,4 mm yang berfungsi sebagai penghubung antara per bulat yang satu dengan per bulat lainnya dalam sebuah rakitan per.

13.Lis Kawat Ø 4,2 mm

Lis kawat yang digunakan memiliki diameter 4,2 mm yang berfungsi membingkai rakitan per agar menjadi lebih kokoh.

14.Busa A II

Busa yang digunakan memiliki daya fleksibilitas (density) 24 kg/m3 dengan ketebalan 4 cm.

15.Busa S II

(44)

16.Plastik Non woven

Plastik ini digunakan untuk menutup bagian belakang sandaran spring bed dan bagian bawah dipan. Plastik non woven memiliki spesifikasi ketebalan sebesar 1 mm.

17.Mur

Mur digunakan untuk merakit kaki sandaran.

2.4.1.2. Bahan Tambahan

Selain menggunakan bahan baku juga digunakan bahan-bahan lain sebagai bahan pelengkap dalam memudahkan proses dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan yang disebut dengan bahan tambahan. Bahan tambahan yang ditambahkan pada produk sehingga menghasilkan suatu produk akhir yang siap dipasarkan dapat berupa aksesoris atau kemasan. Bahan tambahan yang digunakan dalam proses pembuatan spring bed adalah:

1. Label

Label Big Land digunakan untuk meyatakan merek dari spring bed tersebut. 2. Karton Sudut

Digunakan untuk membungkus produk pada saat pengiriman. 3. Sticker

Mencantumkan spesifikasi dari spring bed . 4. Isolatip

(45)

5. Plastik Mika

Digunakan untuk membungkus spring bed agar tidak kotor. 6. Plastik PE

Plastik PE dengan ketebalan sebesar 1 mm digunakan untuk membungkus spring bed agar tidak kotor.

7. Kartu Garansi

Berfungsi memberikan jaminan produk kepada konsumen. 8. Lubang Angin Emas

Lubang angin emas digunakan agar terjadi pertukaran udara pada busa sehingga busa tetap mengembang.

2.4.1.3. Bahan Penolong

Bahan penolong yaitu bahan yang ikut dalam proses tetapi tidak nampak dalam produk akhir. PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco tidak menggunakan bahan penolong didalam proses pembuatan spring bed.

2.4.2. Uraian Proses Produksi

Secara umum proses pembuatan spring bed di PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco diklasifikasikan dalam 3 tahapan proses, yaitu :

A. Sandaran spring bed, terdiri dari beberapa stasiun yaitu : 1. Pemotongan

(46)

B. Matras spring bed, terdiri dari beberapa stasiun yaitu : 1. Perakitan Per

2. Pemotongan 3. Penjahitan 4. Perekatan 5. Penjahitan Lis 6. Pembungkusan

C. Dipan spring bed, terdiri dari beberapa stasiun yaitu : 1. Perakitan Per

2. Pemotongan

3. Penjahitan Kain Quilting 4. Penjahitan Lis

5. Perekatan 6. Pembungkusan

2.4.2.1.Pembuatan Sandaran Springbed

1. Pemotongan

(47)

kain oscar. Setelah itu, kain oscar dipotong sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.

2. Perekatan

Perekatan dilakukan setelah busa dipola pada rangka sandaran dengan menggunakan lateks. Kancing-kancing direkatkan dengan menggunakan benang nylon. Kemudian direkatkan lagi kain oscar yang telah diberi busa dengan menggunakan staples 3001J. Pada bagian tengah rangka yang telah di bor dipasangkan logo Big Land dengan menggunakan benang nylon.

3. Pembungkusan

Pada tahap ini dilakukan perekatan plastik mika dengan staples 3001 J dan pemasangan plastik produk non woven pada sisi belakang sandaran sambil meletakkan kaki sandaran denga mur sebanyak 4 buah. Kemudian dilanjutkan dengan merekatkan plastik PE pada sisi depan sandaran dengan isolatip.

2.4.2.2. Pembuatan Matras Springbed

1. Perakitan Per

(48)

2. Penjahitan Kain Quilting

Kain-kain proses quilting yang telah ada dijahit di mesin jahit dengan ukuran dan dipotong sesuai spesifikasi matras spring bed 6 kaki yaitu untuk matras atas dan matras bawah memiliki ukuran 2 x (200 x 180 x 3) cm dan untuk tabung 2 x (200 +180) x 1 cm. Kemudian kain blacu yang akan ditempatkan pada ujung- ujung kain quilting sebanyak 2 buah @7,6 m untuk quilting atas dan bawah segera dijahit. Fungsi penjahitan kain blacu ini adalah untuk menguatkan kain quilting pada saat penarikan dengan tembakan gun HR-22. Setelah itu dilakukan pemotongan hard pad dengan ukuran luas sama dengan matras bawah dan atas. Kegunaan hard pad ini adalah untuk melapisi dan meredam per. Pemotongan selanjutnya adalah pemotongan busa AII dan SII dengan spesifikasi 2 x 200 x 180 x 4 cm untuk matras bawah dan atas dan untuk tabung 2 x (200 + 180) x 4 cm. Busa AII bersifat lebih keras dibanding busa SII sehingga didalam penggunaannya AII direkatkan dibawah atau yang lebih dekat dengan per.

3. Penjahitan

Kain blacu dijahitkan kesekeliling tabung matras Spring Bed. 4. Perekatan

(49)

kain quilting. Untuk bagian tabung yaitu sekeliling bagian luar rakitan direkatkan busa dan kain quilting saja.

5. Penjahitan Lis

Kain lis dijahit dengan mesin corner bersamaan dengan memasang lubang angin emas sebanyak 4 buah. Fungsi dari lubang angin emas ini adalah untuk menambah keindahan pada matras spring bed serta memberikan sirkulasi udara sehingga busa tetap empuk.

6. Pembungkusan

Tahap terakhir dalam proses produksi matras ini adalah meletakkan label, kartu garansi dan kartun sudut. Kartun sudut berfungsi agar sudut-sudut spring bed terlindungi pada saat distribusi karena sudutnya sangat mudah rusak. Setelah itu dibungkus dengan menggunakan plastik mika yang direkatkan dengan menggunakan isolatip. Kemudian sticker ukuran diletakkan pada plastik mika.

2.4.2.3.Pembuatan Dipan Springbed

1. Perakitan Per

(50)

2. Pemotongan

Langkah awal yaitu pemotongan goni bagor dengan ukuran 200 x 180 cm. kemudian kain polos yang telah melalui proses quilting dengan ukuran 50 x 2,1 m dipotong sesuai spesifikasi dipan spring bed 6 kaki yaitu 200 x 180 cm untuk matras atas dan untuk tabung 2 x (200 +180) x 15 cm. sedangkan untuk dipan bawah digunakan kain non woven hitam dengan ukuran 200 x 180 cm. Kemudian dilakukan pemotongan hard pad dengan ukuran luas sama dengan dipan. Kegunaan hard pad ini adalah untuk melapisi dan meredam per. Pemotongan selanjutnya adalah pemotongan busa AII dan SII dengan spesifikasi 200 x 180 x 4 cm untuk matras bawah dan atas dan untuk tabung 2 x (200 + 180) x 15 cm.

3. Perekatan

Pada rangka dipan atas direkatkan goni bagor dengan staples 3001 J selanjutnya per yang telah dirakit direkatkan dengan gun Bostitch. Kemudian hard pad yang telah dipotong direkatkan pada sisi atas dengan menggunakan gun HR-22. Setelah itu direkatkan busa dan kain quilting dengan menggunakan lateks.

4. Penjahitan Lis

Kain lis dijahit dengan mesin jahit biasa dengan merek Brother dan Juki. 5. Pembungkusan

(51)

2.5. Mesin dan Peralatan

PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco sebagian besar mengimpor mesin-mesin dari beberapa negara seperti seperti Cina, Taiwan, Jepang dan Italia. Tetapi tidak sedikt juga yang dibeli dari dalam negeri. Disini teknologi yang digunakan dalam pelaksanaan proses produksinya bersifat semi otomotis karena masih membutuhkan operator dalam melakukan proses produksi. Dalam penulisan laporan ini mesin didefenisikan sebagai alat pemindah daya, jadi hanya berfungsi untuk mempermudah kerja.

2.5.1. Mesin Produksi

[image:51.595.109.520.472.748.2]

Adapun mesin yang digunakan diperusahaan ini dalam pembuatan spring bed dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut :

Tabel 2.3. Nama-nama Mesin dan Spesifikasinya

No Nama Mesin Keterangan

1 Mesin Ram :

a. Mesin I Fungsi : Merakit per-per menjadi rangka matras Merk : Manual Penggerak Yamakoyo Induction Motor

Buatan : China

Power Elektormotor : 1,5 KW (2 HP) Tegangan Elektromotor : 380 Volt Fasa Elektromotor : 3 fasa

(52)

Tabel 2.3. Nama-nama Mesin … (Lanjutan)

No Nama Mesin Keterangan

b. Mesin II

Lebar Belt : 1,5 cm Tebal Belt : 1 cm Panjang Belt : 50 cm Frekuensi : 50 Hz Jumlah : 1 unit

Fungsi : Merakit per-per menjadi rangka matras Merk : Shaoxing Huajian Mattress Machinery Buatan : China

Power Elektormotor : 2 KW (3 HP) Tegangan Elektromotor : 450 Volt Fasa Elektromotor : 3 fasa

(53)
[image:53.595.105.519.134.755.2]

Tabel 2.3. Nama-nama Mesin … (Lanjutan)

No Nama Mesin Keterangan

2 Gun CL 73 Fungsi : Merakit per pinggir disekeliling luar rangka

Merk : Hard Coo Buatan : Jepang

Power dari kompresor : 55 – 100 psi Tegangan : 220 Volt

Jumlah : 2 unit 3 Gun Etona (Staples

3001 J)

Fungsi : Merekatkan kain quilting pada sandaran Merk : Unicatch

Buatan : China

Power dari kompresor : 55-100 psi Tegangan : 220 Volt

Jumlah : 2 unit

4 Kompresor Angin Fungsi: Penghasil tenaga angin untuk menjalankan mesin Gun CL 73 dan HR 22

Merk : ABAC Buatan : Italia

(54)
[image:54.595.105.518.135.725.2]

Tabel 2.3. Nama-nama Mesin … (Lanjutan)

No Nama Mesin Keterangan

Diameter Tabung : 40 cm Panjang Tabung : 130 cm Jumlah : 2 unit

5 Gun HR 22 Fungsi : Merekatkan rangka matras dengan hard pad

Merk : Stanley Buatan : Jepang

Power dari Kompresor : 5,5-100 psi Tegangan : 220 Volt

Jumlah : 4 unit

6 Mesin Jahit Corner Fungsi: Menjahit kain quilting pada matras atas dan bawah dengan sisi tabung

Merk : Shiang Wang Buatan : Taiwan

Power Elektormotor : 12,3 KW Tegangan : 380 Volt

(55)

Tabel 2.3. Nama-nama Mesin … (Lanjutan)

No Nama Mesin Keterangan

7 Mesin Bor Fungsi : Melubangi tempat kancing pada sandaran

Merk : Makita Buatan : Jepang

Power Elektormotor : 1 KW Ukuran mata bor : 10 mm Tegangan : 380 Volt Fasa Elektromotor : 3 fasa Jumlah : 4 unit

8 Mesin Jahit Biasa

a. Mesin I Fungsi: Menjahit kain quilting pada tabung, menjahit kain quilting pada dipan, menjahit kain quilting pada matras, menjahit kain blacu, menjahit label pada spring bed.

Merk : Brother Buatan : Jepang

Power Elektormotor : 0,40 KW (0,40 HP) Tegangan : 250 Volt

(56)
[image:56.595.108.518.144.641.2]

Tabel 2.3. Nama-nama Mesin … (Lanjutan)

No Nama Mesin Keterangan

b. Mesin II Fungsi : Menjahit kain quilting pada tabung, menjahit kain quilting pada dipan, menjahit kain quilting pada matras, menjahit kain blacu, menjahit label pada spring bed.

Merk : Juki Buatan : Jepang

Power Elektormotor : 0,33 KW (0,33 HP) Tegangan : 220 Volt

Jarum jahit : No. 21 Clutch Motor : 2800 rpm Jumlah : 2 unit

9 Generator Set (Genset) Fungsi : Sumber tegangan listrik pengganti PLN Merk : Mitsubishi

Buatan : Jepang Tegangan : 140 KV Fasa Elektromotor : 3 fasa Jumlah : 1 unit

(57)

2.5.2. Peralatan

[image:57.595.108.521.219.697.2]

Peralatan yang digunakan pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco ini dapat dilihat pada Tabel 2.4. berikut :

Tabel 2.4 Nama-nama Peralatan dan Spesifikasinya

No Nama Mesin Keterangan

1 Hand Lift Fungsi : Memindahkan bahan baku atau bahan jadi

Jumlah : 4 Unit

2 Gergaji Fungsi : Memotong tripleks rangka sandaran Jumlah : 4 Unit

3 Tang Potong Hit Fungsi : Memotong kawat Jumlah : 4 Unit

4 Alat Pelapis Kancing Fungsi : Melapis kancing dengan kain atau plastik Jumlah : 2 Unit

5 Palu Fungsi : Memukul dalam pemasangan kaki spring bed

Jumlah : 4 Unit

6 Meteran Fungsi : Mengukur kain Jumlah : 4 Unit

7 Gunting Fungsi : Memotong Busa Jumlah : 10 Unit

(58)

2.5.3. Utilitas

Utilitas yang dimaksud disini yaitu merupakan sarana penunjang untuk menjalankan suatu pabrik dari tahap awal sampai produk akhir.

Adapun utilitas yang dimiliki oleh PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco adalah sebagai berikut :

1. Sumber energi listrik dengan kebutuhan setiap bulan sekitar 30.000 KWH. 2. Air, untuk kebutuhan penyediaan air didapat dari PDAM Tirtanadi dengan

kebutuhan tiap bulannya sekitar 100 m3.

2.5.4. Safety dan Fire Protection

Secara umum beberapa pabrik pasti memiliki resiko besar dalam hal terjadinya kebakaran didalam proses produksi. Hal itu pula pernah dialami oleh PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco. Dari pengalaman yang pernah terjadi kebakaran disebabkan adanya korsleting atau terjadi hubungan singkat pada listrik.

Dalam hal ini faktor safety yang merupakan tindakan pengamanan, berupa pencegahan terhadap bahaya kebakaran yang mungkin timbul. Maka perusahaan ini melakukannya dengan memisahkan letak bahan baku yang mudah terbakar dengan sumber api.

(59)

dilantai pabrik atau pada daerah yang mudah terjadi kebakaran seperti distasiun pembuatan busa.

2.5.5. Waste Treatment

Limbah selalu menjadi masalah besar didalam sebuah pabrik. Limbah yang dihasilkan oleh PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco sepanjang proses produksi berlangsung yaitu terdiri dari potongan busa, potongan kain quilting dan serpihan kawat. Masing-masing dikelola dengan cara yang berbeda.

Potongan busa dan potongan kain quilting yang menjadi limbah ini dijual kapada pedagang kecil dan masyarakat sekitar perusahaan untuk dijadikan bantal dan limbah berupa serpihan kawat dikumpulkan ditempat penampungan sementara yang selanjutnya dijual pada industri kecil dan hasil dari penjualan ini digunakan perusahaan sebagai dana kemanusiaan tambahan untuk para karyawan.

2.5.6. Maintenance

(60)
(61)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk social yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi. Oleh karena itu, dalam bidang kajian psikologi, para praktisi SDM harus mengambil penjurusan industri dan organisasi.3

Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang SDM bukan sebagai sumber daya belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset bagi institusi atau organisasi. Karena itu kemudian muncullah istilah baru di luar H.R. (Human

Sebagai ilmu, SDM dipelajari dalam manajemen sumber daya manusia atau (MSDM). Dalam bidang ilmu ini, terjadi sintesa antara ilmu manajemen dan psikologi. Mengingat struktur SDM dalam industri-organisasi dipelajari oleh ilmu manajemen, sementara manusia-nya sebagai subyek pelaku adalah bidang kajian ilmu psikologi.

3

(62)

Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di sini SDM dilihat bukan sekedar sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan, dikembangkan (bandingkan dengan portfolio investasi) dan juga bukan sebaliknya sebagai liability (beban,cost). Di sini perspektif SDM sebagai investasi bagi institusi atau organisasi lebih mengemuka.4

a. Produktivitas.

Fokus utama manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) adalah memberikan kontribusi pada suksesnya organisasi. Kunci untuk meningkatkan kinerja organisasi adalah dengan memastikan aktivitas SDM mendukung usaha organisasi yang terfokus pada produktivitas, pelayanan dan kualitas.

Diukur dari jumlah output per tenaga kerja, peningkatan tanpa henti pada produktivitas telah menjadi kompetisi global. Produktivitas tenaga kerja di sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh usaha, program dan sistem manajemen.

b. Kualitas.

Kualitas suatu barang/jasa akan sangat mempengaruhi kesuksesan jangka panjang suatu organisasi.Bila suatu organisasi memiliki reputasi sebagai penyedia barang/jasa yang kualitasnya buruk, perkembangan dan kinerja organisasi tersebut akan berkurang.

c. Pelayanan.

SDM sering kali terlibat pada proses produksi barang/jasa. Manajemen SDM harus disertakan pada saat merancang proses tersebut. Pemecahan masalah 4

(63)

harus melibatkan semua karyawan, tidak hanya manajer, karena sering kali membutuhkan perubahan pada budaya perusahaan, gaya kepemimpinan dan kebijakan SDM.

Untuk mencapai sasaran tersebut, manajemen SDM haruslah terdiri dari aktivitas-aktivitas yang saling berkaitan. Aktivitas SDM adalah sebagai berikut: a. Perencanaan dan Analisis SDM

Aktivitas perencanaan ini dilakukan untuk mengantisipasi kekuatan yang akan mempengaruhi pasokan dan permintaan akan tenaga kerja. Sedangkan, aktivitas analisis dan penilaian selektivitas SDM juga penting dilakukan sebagai bagian dari menjaga daya saing organisasi. Dukungan informasi akurat dan tepat waktu yang didapatkan dari Sistem Informasi Sumber Daya Manusia (SISDM) sangat dibutuhkan untuk menunjang aktivitas ini.

b. Kesetaraan Kesempatan Bekerja

Kepatuhan pda hukum dan peraturan Kesetaraan Kesempatan Bekerja (Equal Employment Opportunity - EEO) mempengaruhi aktifitas SDM lainnya dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen SDM. Contohnya, perencanaan SDM harus memastikan sumber tenaga kerja yang bervariasi untuk memenuhi jumlah tenaga kerja yang ditetapkan oleh hukum dan peraturan. Selain itu, pada saat perekrutan, seleksi dan pelatihan, semua manajer harys mengerti peraturan ini.

c. Perekrutan/Staffing

(64)

dilakukan oleh tenaga kerja, analisis perkerjaan (job analysis) adalah dasar dari fungsi perekrutan. Dari sini, uraian pekerjaan (job description) dan spesifikasi pekerjaan (job spesification), dapat dipersiapkan untuk proses perekrutan. Proses seleksi sangatlak menekankan pada pemilihan orang yang memenuhi kriteria persyaratan (qualified) untuk mengisi lowongan pekerjaan. d. Pengembangan SDM

Pekerjaan pasti akan berevolusi dan berubah, karena itu diperlukan pelatihan yang berkesinambungan untuk tanggap pada perubahan teknologi. Pengembangan semua tenaga kerja, termasuk pengawas (supervisor) dan manajer, diperlukan iuntuk menyiapkan organisasi menghadap tantangan ke depan. Perencanaan Karir (Career Planning) mengidentifikasi jalur dan aktivitas setiap individu yang berkembang di suatu organisasi.

e. Kompensasi dan Keuntungan

Kompensasi diberikan pada tenaga kerja yang melakukan kerja organisasi seperti pembayaran (pay), insentif (incentive), dan keuntungan (benefits). Perusahaan harus mengembangkan dan selalu memperbaiki sistem upah dan gaji. Program insentif seperti pembagian keuntungan dan penghargaan atas produktivitas semakin banyak dilakukan. Peningkatan biaya pada keuntungan, contohnya pada keuntungan pemeliharaan kesehatan, selalu menjadi isu penting.

f. Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja

(65)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah membuat organisasi lebih tanggap atas isu kesehatan dan keselamatan. Pertimbangan tradisional atas keselamatan kerja terfokus pada mengurangi atau menghapuskan kecelakaan kerja. Pertimbangan lain adalah pada isu kesehatan yang timbul pada lingkungan kerja yang berbahaya seperti resiko terkena bahan kimia atau teknologi baru. Keamanan tempat kerja juga semakin penting karena kekerasasn tidak jarang terjadi di sini.

g. Hubungan Tenaga Kerja dan Buruh / Manajemen

Hak-hak tenaga kerja harus diperhatikan, tidak peduli apakah ada atau tidak ada serikat tenaga kerja. Komunikasi dan pembaharuan kebijakan dan peraturan SDM sangat penting untuk dikembangkan sehingga manajer dan tenaga kerja tahu apa yang diharapkan dari mereka.

3.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofi adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pengguna diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekejaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah capek.

(66)

berpotensi membahayakan para pekerja. Pengendalian juga ditujukan kepada sumber yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat dari jenis pekerjaan tersebut, pencegahan kecelakaan dan penserasian peralatan kerja/ mesin/ instrumen, dan karakteristik manusia yang menjalankan pekerjaan tersebut maupun orang-orang yang berada di sekelilingnya. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan ksenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi.

Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat ini sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Akan tetapi perkembangan yang sedemikian pesat juga dikhawatirkan akan berpotensi meningkatkan bahaya dalam industri. Kalau prinsip keseimbangan dan keserasian dipegang teguh oleh para ilmuwan dan para pengusaha, niscaya kekhawatiran tersebut dapat diminimalkan. Peningkatan kemampuan dalam membuat alat dengan teknologi baru haruslah diimbangi dengan penciptaan alat pengendali yang lebih canggih dan kemampuan tenaga yang makin beertambah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi bahaya yang mungkin timbul akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi antara lain menyangkut ukuran alat, alat pengendali, kemampuan dan ketrampilan pekerja, alat penanggulangan musibah, dan pengawasan yang dilakukan.

(67)

Salah satu langkah pengamanan yang dilakukan dalam rancang bangun adalah penggunaan safety factor atau over design factor pada perhitungan perancangan masing-masing alat dengan kisaran 10 – 20 %. Alat pengendali harus lebih canggih dan lebih dapat diandalkan. Alat pengamanan yang terkait dengan alat produksi dan alat perlindungan bagi pekerja harus ditingkatkan. Biaya untuk membangun keselamatan dan kesehatan kerja, biaya untum membeli alat-alat pengamanan memang cukup besar. Akan tetapi keselamatan dan kesehatan kerja juga akan lebih terjamin. Kemampuan dan ketrampilan pekerja harus ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan sehingga dapat mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Alat penanggulangan musibah harus ditingkatkan agar malapetaka yang diakibatkan oleh penerapan teknologi maju tidak sampai meluas dan merusak. Pengawasan terhadap alat maupun terhadap pekerja harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.5

3.2.1. Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan hubungan tenaga kerja dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan tempat kerja, lingkungan kerja dan cara-cara melakukannpekerjaan tersebut. Unit keselamatan kerja merupakan suatu unit yang bertanggung jawab atas tempat, alat, mesin, pesawat yang aman bagi tenaga kerja dan sesuai dengan kondisi kerja, juga bertanggung jawab dalam penyediaan alat

5

(68)

keselamtan/pengaman/pelindung yang cocok serta menyenangkan bagi tenaga kerja.6

a. Melindungi hak keselamtan tenaga kerja dalam/selama melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup serta peningktan produksi dan produktivitas nasional.

Tujuan keselamatan kerja menurut Dainur yaitu :

b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

c. Memelihara sumber produksi serta menggunakannya dengan amat dan berdayaguna (efisien).

Sehubungan dengan kondisi-kondisi di Indonesia, maka keselamatan kerja dinilai seperti berikut :

a. Keselamatan kerja adalah sarana utama pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian akibat kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang keamanan serta kenyamanan tenaga kerja selama melakukan pekerjaannya. Kecelakaan kerja selain menyebabkan hambatan langsung, juga menimbulkan kerugian tak langsung misalnya, kerusakan mesin dan peralatan kerja lainnya, terhenti produksi, dan biaya yang harus dikeluarkan akibat kecelakaan kerja serta kerusakan lingkungan kerja yang secara nasional merupakan jumlah kerugian yang sangat besar.

b. Analisis kecelakaan kerja nasional berdasarkan angka wajib lapor kecelakaan dan angka/data kompensasi/santunan, tampaknya relatif rendah dibandingkan dengan banyaknya jam kerja namun keadaan tersebut belum menggembirakan

6

(69)

karena adanya kelemahan dalam sistem pencatatan serta pelaporan yang memerlukan penyempurnaan.

c. Potensi berbahaya yang mengancam keselamatankerja pada berbagai sektor : • Sektor dan subsektor pertanian serta sektor perkebunan menampilkan

teknologi sebagai potensi yang mengancam keselamatan misalnya penggunaan racun hama, modernisasi/mekanisasi sektor tersebut.

• Sektor industri dengan bahaya potensial misalnya keracunan bahan kimia,

kecelakaan mesin, kebakaran, ledakan dan lain-lain.

• Sektor pertambangan yang mempunyai risiko khusus akibat kecelakaan

tambang minyak, gas bumi dan sebagainya termasuk bidang pekerjaan yang rawan kecelakaan.

• Sektor perhubungan cukup potensial terhadap bahaya kecelakaan lalu lintas

darat, laut dan udara serta bahaya potensial pariwisata.

Pada analisis kecelakaan kerja, didapatkan faktor penebab yang bersumber dari alat mekanik, lingkungan kerja, didapatkan faktor penyebab yang bersumber dari alat mekanik, lingkungan kerja serta manusia sendiri. Dan hampir 85% kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor manusia, karenanya upaya keselamatan kerja selain ditujukan pada mesin/alat kerja lainnya (mekanik kerja) terutama perlu memperhatikan aspek-aspek manusiawi.

3.2.2. Kesehatan Kerja

(70)

tenaga kerja dengan kesehatan (fisik, mental dan sosial) yang maksimal, sehingga dapat berproduksi secara maksimal pula. Kesehatan kerja direncanakan serta dilaksanakan oleh unit kesehatan kerja perusahaan dan dalam kegiatannya bekerja sama pimpinan perusahaan dan dalam unit-unit lainnya yang berkaitan dengan kesehatan serta keselamatan kerja.

Dalam kegiatannya di perusahaan, unit kesehatan kerja bertanggung jawab terhadap pengadaan serta pemeliharaan kesehatan tenaga kerja yang sesuai dengan bidang pekerjaan menurut keahliannya. Untuk itu unit kesehatan kerja wajib mempersiapkan progra pengamatan serta pengawasan kesehatan tenaga kerja yaitu program supervisi langsung dalam perusahaan, mengamati segala faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja.

Semua kegiatan unit kesehatan kerja ditujukan pada pencegahan gangguan kesehatan serta kecacatan tenaga kerja perusahaan. Sebagai obyek atau sasaran kegiatan adalah tenaga kerja sebagai suatu kesatuan biologi, sehingga dapat dimengerti bahwa secara keseluruhan kegiatan unit tersebut lebih banyak bersifat teknis medis. Karena itu bila ditinjau dari sasaran dan sifat kegitan, maka uint kesehatan kerja sangat berbeda dari higiene perusahaan namun tujuan keduanya sama yaitu mengusahakan tenaga kerja sehat untuk berproduksi semaksimal mungkin bagi perusahaan. Kedua unit tersebut juga bersama-sama melakukan upaya yang sifatnya mencegah penyakit serta cacat akibat kerja.7

Unit kesehatan kerja biasanya dipimpin oleh seorang dokter yang juga membawahi sub unit lain ( rumah sakit, sub unit darurat medik dan sebagainya)

7

(71)

yang menunjang kegiatan unit kesehatan kerja. Beberapa program Unit Kesehatan Kerja yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu :

a. Program pemeriksaan kesehatan pendahuluan pada calon tenaga kerja. Bertujuan memeriksa kesehatan fisik dan mental terutama untuk seleksi tenaga kerja yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang tersedia, disamping itu juga mengumpulkan data sebagai data dasar bagi pemeliharaan kesehatan berikutnya setelah menjadi tenaga kerja tetap di perusahaan tersebut.

b. Program pemeriksaan kesehatan berkala yang langsung dilakukan saat tenaga kerja melakukan kegiatan pada bidang pekerjaannya.

Program ini bertujuan mengamati/supervisi berdasarkan data dasar tentang kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan. Dalam pengamatan tersebut terutama diamati sikap mental dalam melakukan pekerjaan dan keadaan kesehatan menyeluruh saat melakukan pekerjaan. Tujuan utamanya adalah mengamati segala kemungkinan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kelancaran pekerjaan mereka.

c. Program pengobatan jalan, perawatan, pertolongan gawat darurat di rumah sakit dan sub unit lainnya.

d. Program pengembangan ketrampilan serta pengetahuan tenaga unit kesehatan kerja dan juga program pengembangan perangkat teknis kedokteran dan lain-lain.

e. Program penyuluhan kesehatan.

(72)

sesuai dengan kaidah kesehatan terutama yang menyangkut kebersihan, penggunaan alat pelindung/pengaman (helm, masker, air plug dan sebagainya) yang mapu melindungi gangguan kesehatan serta kecelakaan.

Program penyuluhan terutama diarahkan pada berbagai masalah yang ditemukan dari hasil pengamatan/supervisi. Pelaksanaan program penyuluhan dapat dilakukan secara masal ataupun pada saat supervisi.

3.3. Jaminan Kesehatan

3.3.1. Asuransi Jiwa

Hampir semua perusahaan menyediakan program asuransi jiwa kelompok bagi para pegawainya. Karena merupakan program kelompok, maka program ini memiliki beberapa manfaat yang penting bagi pengusaha dan pegawainya. Sebagai suatu kelompok, para pegawai dapat memperoleh harkat yang lebih rendah daripada apabila mereka mengikatkan diri terhadap asuransi sedemikian itu secara pribadi. Dan program kelompok seperti itu biasanya berisi suatu ketentuan yang mencakupkan semua pegawai termasuk pegawai baru tanpa mempersoalkan kondisi kesehatan atau fisik.

(73)

diperhatikan yaitu jadwal pembayaran tunjangan (tunjangan biasanya dikaitkan dengan penghasilan tahunan pegawai), tunjangan tambahan jaminan asuransi jiwa yang berlanjut setelah pensiun, ganti kerugian ganda dan sebagainya) dan pembelanjaan / jumlah dan persen yang dikontribusikan pegawai.8

3.3.2. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan ini terdiri dari : a. Pelayanan Program Pemeliharaan Tingkat Pertama

Tenaga kerja dan keluarganya berhak memperoleh pelayanan program pemeliharaan kesehatan pada tingkat pertama berupa pemeriksaan dan berobat jalan pada balai pengobatan umum/gigi yang dipilih dengan menunjukan Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK) dan pastikan KPK masih berlaku serta perusahaan membayar iuran.9

b. Pelayanan Program Pemeliharaan Kesehatan Tingkat Lanjutan

Untuk dapat memperoleh pelayanan program pemeliharaan kesehatan tingkat lanjutan harus melalui rujukan dari program pemeliharaan kesehatan tingkat pertama, pelayanan dimaksud berupa rawat inap dan tindakan medis yang diperlukan. Bagi yang memerlukan tindakan emergency (gawat darurat) bawalah Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK) ke rumah sakit yang ditunjuk dan tujukanlah pada loket pendaftaran dan selanjutnya pasien akan diberikan perawatan segera. Apabila ternyata atas indikasi medis bukan kasus 8

Dharma, Agus. 1984. Manajemen Personalia. Penerbit Erlangga. Jakarta.

9

Sastrohadiwiryo, Siswanto. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administratif

(74)

emergency, peserta akan diminta membayar biaya oleh Rumah Sakit dan tidak dapat diganti oleh PT. Jamsostek .

3.3.3. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)

Berdasarkan Undang-Undang No 3/ 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Pemerintah mendirikan perseroan terbatas PT JAMSOSTEK. Undang-undang tersebut mengatur jaminan yang berkaitan dengan (i) kecelakaan kerja [JKK], (ii) hari tua [JHT], (iii) kematian [JK], dan (iv) perawatan kesehatan [JPK]. Keikutsertaan wajib dalam Jamsostek berlaku bagi pengusaha yang mempekerjakan 10 karyawan atau lebih, atau membayar upah bulanan sebesar 1 juta rupiah atau lebih. Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja berhak atas manfaat/ jaminan yang meliputi (i) biaya transportasi, (ii) biaya pemeriksaan dan perawatan medis, dan/ atau perawatan di rumah sakit, (iii) biaya rehabilitasi, dan (iv) pembayaran tunai untuk santunan cacat atau santunan kematian.

(75)

or experience rating) yang tingkatnya bersifat tetap atau disesuaikan secara individu untuk setiap perusahaan berdasarkan catatan kecelakaan dan kondisi keselamatan kerja di masingmasing tempat kerja. Sistem penetapan iuran Jamsostek saat ini tidak menerapkan metode (iii), sehingga tidak memberikan insentif kepada perusahaan dalam meningkatkan kinerja di bidang K3.10

3.4. Produktivitas Kerja

3.4.1. Pengertian Produktivitas

Akhir-akhir ini produktivitas merupakan masalah yang sedanghangat dibicarakan, karena produktivitas mempunyai peranan yang sangatpenting dalam pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. Produktivitas mengandung sebuah pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran sertatenaga kerja persatuan waktu.11 Pengertian di atas menunjukkan bahwa ada kaitan antara hasil kerja dengan waktu yang dibutukan untukmenghasilkan produk dari seorang tenaga kerja. Produktivitas diartikan sebagai kemampuan seperangkat sumber-sumber ekonomi untuk menghasilkan sesuatu atau diartikan juga sebagai perbandingan antara pengorbanan (input) dengan penghasilan (output).12

Produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja, dan teknis operasional. Secara filosofis, produktivitas mengandung pengertian pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untukmeningkatkan mutu kehidupan.

10

International Labour Organization (ILO). 2004. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia. Jakarta.

11

Ravianto, J. 1985. Produktivitas dan Manusia Indonesia. SIUPP. Jakarta.

12

(76)

Keadaan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan mutukehidupan lebih baik dari hari ini. 13

Pengukuran produktivitas dalam arti perbandingan dapat dibedakan dalam tiga jenis antara lain

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa produktivitas tenaga kerja sangat tergantung pada satuan masukan yang diberikan oleh tenaga kerja dan satuan keluaran yang dihasilkan oleh tenaga kerja tersebut. Satuan masukan dan satuan keluaran pada produktivitas tenaga kerja hanya tenaga kerja itu sendiri dan hasilnya. Seorang tenaga kerja yang produktif adalah tenaga kerja yang cekatan dan menghasilkan barangdan jasa sesuai mutu yang ditetapkan dengan waktu yang lebih singkat atau bila tenaga kerja tersebut mampu menghasilkan produk atau output yang lebih besar dari tenaga kerja yang lain dalam waktu yang lama.

Masalah produktivitas kerja tidak dapat terlepas dari hak setiap tenaga kerja untuk memperoleh kesempatan kerja demi kehidupan yang layak sebagai manusia. Hak untuk dapat menikmati kehidupan yang layak bagi tenaga kerja tidak mungkin dapat diperoleh tanpa jaminan atau upah yang cukup dengan didukung oleh adanya produktivitas tenaga kerja yang tinggi.

3.4.2. Pengukuran Produktivitas

14

a. Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini

:

13

Payaman, Simanjuntak. 1995. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

14

(77)

memuaskan namun hanya mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang serta tingkatannya.

b. Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan, tugas, seksi,proses) dengan lainnya. Pengukuran ini menunjukkan pencapaian relatif.

c. Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan ini merupakan hal yang terbaik sebagai pemusatan sasaran/tujuan.

Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik perorangan/perorang atau per jam kerja orang diterima secara luas, namun dari sudut pandangan/ pengawasan harian, pengukuran-pengukuran tersebut pada umumnya tidak memuaskan, dikarenakan adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda. Oleh karena itu, digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun). Pengeluaran diubah ke dalam unit-unit pekerja yang biasanya diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standar.15

Untuk mengukur suatu produktivitas perusahaan dapatlah digunakan dua jenis ukuran jam kerja manusia, yakni jam-jam kerja yang harus dibayar dan jam-jam kerja yang dipergunakan untuk bekerja. Jam kerja yang harus dibayar meliputi semua jam-jam kerja yang harus dibayar, ditambah jam-jam yang tidak digunakan

Karena hasil maupun masukan dapat dinyatakan dalam waktu, produktivitas tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai suatu indeks yang sangat sederhana = Hasil dalam jam-jam yang standar : Masukan dalam jam-jam waktu.

15

(78)

untuk bekerja namun harus dibayar, liburan, cuti, libur karena sakit, tugas luar dan sisa lainnya. Jadi bagi keperluan pengukuran umum produktivitas tenaga kerja kita memiliki unit-unit yang diperlukan, yakni: kuantitas hasil dan kuantitas penggunaan masukan tenaga kerja.16

3.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Untuk mengukur produktivitas kerja dari tenaga kerja manusia, operator mesin, misalnya, maka formulasi berikut bisa dipakai untuk maksud ini, yaitu: Produktivitas = total keluaran yang dihasilkan

Tenaga Kerja jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan Di sini produktivitas dari tenaga kerja ditunjukkan sebagai rasio dari jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang jam manusia (man-hours), yaitu jam kerja yang dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Tenaga kerja yang dipekerjakan dapat terdiri dari tenaga kerja langsung ataupun tidak langsung, akan tetapi biasanya meliputi keduanya.

Produktivitas kerja merupakan suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.

Sangat banyak faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja seorang karyawan diantaranya yaitu keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja dapat membantu peningkatan produksi dan produktivitas atas dasar : Upaya promotif berpedoman bahwa dengan

16

(79)

meningkatnya kesehatan kesehatan pekerja, akan meningkatkan juga produktivitas kerja. Dengan tidak terjadinya penyakit dan kecelakaan akibat kerja maka berarti tidak adanya absentisme para pekerja yang sudah barang tentu akan berpenagruh terhadap peningkatan produktivitas kerja.17

Selain itu tingkat keselamatan yang tinggi yang sejalan dengan pemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja serta mesin secara produktif yang berkaitan dengan tingkat produksi serta produktivitas yang tingg

Gambar

Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada
Tabel 2.3. Nama-nama Mesin dan Spesifikasinya
Tabel 2.3. Nama-nama Mesin … (Lanjutan)
Tabel 2.3. Nama-nama Mesin … (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan disiplin dan imbalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan PT..

Nilai koefisien determinasi menunjukan bahwa ada pengaruh positif dan signifikasi dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap produktivitas kerja karyawan

Dari hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan mengenai pengaruh persepsi karyawan tentang teamwork dan motivasi kerja terhadap produktivitas kerja melalui

PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA

Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah Motivasi dan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja memiliki pengaruh terhadap Produktivitas Karyawan, artinya semakin

Belum optimalnya produktivitas kerja karyawan pada PT.PLN (Persero) bandung tersebut dapat berasal dari faktor pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang

Sementara itu hasil dari penelitian dan pengolahan data menunjukkan bahwa lingkungan kerja dan kerjasama tim berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan

Pengaruh Kesehatan Keselamatan Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Studi Kasus pada Karyawan bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit PTPN V Unit Lubuk Dalam,