• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca) Terhadap Daya Terima Kue Donat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca) Terhadap Daya Terima Kue Donat"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KULIT PISANG RAJA (Musa paradisiaca) TERHADAP DAYA TERIMA KUE DONAT

SKRIPSI

Oleh:

ZUHRINA NIM. 071000099

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

▸ Baca selengkapnya: untuk mendapatkan rasa seperti anggur, leci, jeruk, pisang maka dalam membuat kue, bisa kita tambahkan….

(2)

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KULIT PISANG RAJA (Musa paradisiaca) TERHADAP DAYA TERIMA KUE DONAT

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

ZUHRINA NIM. 071000099

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KULIT PISANG RAJA (Musa paradisiaca) TERHADAP DAYA TERIMA KUE DONAT

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh

ZUHRINA NIM. 071000099

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 28 Nopember 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji

Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes NIP. 19620529 198903 2 001

Penguji II Penguji III

Dra. Jumirah, Apt, M.Kes Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si NIP. 19580315 198811 2 001 NIP. 19680616 199303 2 003

Medan, Desember 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

(4)

ABSTRAK

Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup banyak jumlahnya. Limbah kulit pisang mengandung zat gizi yang cukup tinggi terutama pada vitamin dan mineralnya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan dengan cara diolah menjadi tepung. Selain dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan, juga memperbaiki kandungan gizi bila diolah menjadi makanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya terima kue donat dengan penambahan tepung kulit pisang raja berdasarkan sifat organoleptik yang meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur yang diuji melalui uji hedonik.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Panelis dalam penelitian ini adalah siswa SMP Swasta Krakatau Medan sebanyak 30 orang. Data yang diperoleh dianalisa untuk melihat pengaruh konsentrasi yang berbeda dari penambahan tepung kulit pisang raja dalam pembuatan kue donat dengan menggunaan analisa sidik ragam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya ketiga kue donat dengan penambahan tepung kulit pisang raja dengan konsentrasi yang berbeda tidak disukai berdasarkan aroma dan rasa, pada warna kue donat dengan penambahan tepung kulit pisang raja 10% kurang disukai panelis dan warna kue donat dengan penambahan tepung kulit pisang raja 20% dan 30% tidak disukai. Sedangkan tekstur kue donat dengan penambahan tepung kulit pisang raja 20% dan 30% kurang disukai panelis dan tekstur kue donat dengan penambahan tepung kulit pisang raja 10% tidak disukai. Saran dalam penelitian ini yaitu kepada pihak sekolah diharapkan dapat mengarahkan kepada pedagang jajanan di kantin sekolah untuk dapat memodifikasi makanan jajanannya seperti membuat donat dengan penambahan tepung kulit pisang raja yang dapat meningkatkan kandungan gizi kue donat.

Kata kunci : kue donat, tepung kulit pisang raja, uji daya terima

(5)

ABSTRACT

Banana peel is a waste material(waste bananas) are quite numerous. Waste banana peel contain high enough nutrients, especially in vitamins and minerals that can beused as raw materialsprocessed intofood byflour. In addition tofoodused as raw materials, also improving the nutritional content when processed into food. The purposeof this studywas to determine the acceptability test dognut withthe addition

of plantain peel flour based on organoleptic characteristics including color, flavor,

taste, andtexturearetestedthrough ahedonictest.

This type of research is experimental research. Panelists in this study were junior high school students Private Krakatau Medan as many as 30 people. Data obtainedwere analyzedtosee the effect ofdifferent concentrationsof the addition of

plantain peel flour in cake-makingdognutby the use ofanalysisof variance.

The results showed that in general the third dognut with the addition of plantain peel flour withdifferent concentrations are not preferredbypanelists on the

flavor and taste, the color of dognut with the addition of plantain peel flour 10%

panelists less preferred and color of dognut with the addition of plantain peel flour 20% and 30% are not preferred. While the texture of dognut with the addition of

plantain peel flour 20% and 30% panelist less preferred and the texture of dognut

with the addition of plantain peel flour10% is not preferred.

Suggestionsin this research thatthe schoolis expected to leadto the merchant snacks in school canteen to be able to modify snacks like making dognut with addition of plantain peel flourthat canenhance thenutritionalcontent ofdognut.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Zuhrina

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/08 Agustus 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah Bersaudara : 4 (empat) Bersaudara

Alamat : Jl. Jati Luhur Gg. Sejahtera No. 10 Bandar Klippa

Riwayat Pendidikan

Tahun 1994 – 2000 : SD Negeri 060858 Medan

Tahun 2000 – 2003 : SMP Swasta Pahlawan Medan

Tahun 2003 – 2006 : SMA Swasta Krakatau Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat

dan hidayahNya yang telah memberikan kekuatan maupun kesehatan kepada penulis

selama dalam penyelesaian skripsi yang berjudul : “Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca) Terhadap Daya Terima Kue Donat” yang merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ayahanda

Zulfan Edi dan Ibunda Latifah Hanum tercinta yang telah banyak berkorban materil dan moril serta membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang.

Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan Ferry, S.H., S.Si., AMG, DC Nutri, M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing, mendidik dan memberi banyak masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Albiner Siagian, Ir, MSi selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3.

Bapak dr. Makmur Sinaga, MS selaku dosen Penasehat Akademik.

4. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penulisan skipsi ini.

5. Dr. Ir. Evawany Yunita Aritonang, M.Si selaku Dosen Penguji III yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penulisan skipsi ini.

6. Drs. Edi Siswanto selaku Kepala Sekolah SMP Swasta Krakatu Medan yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Drs. Prawito, MS dan Sri Haryati, S.Pd selaku PKS 1 dan PKS 2 SMP Swasta Krakatau Medan yang telah membantu penulis untuk melakukan

(8)

8. Siswa-Siswi SMP Swasta Krakatau Medan yang telah bersedia menjadi panelis dalam penelitian penulis.

9. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM USU yang telah membantu dalam

penyelesaian pendidikan dan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabat penulis Karlina Sofyana Harahap, SKM., Nurfatimah Dalimunthe, SKM., Cempaka Maya Devi Barus, Nanda Sari Siregar, Nina Apriani, Halimah, SKM., Melda Manik, Linda Rahayu, SKM dan teman-teman peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat yang namanya tidak

dapat disebutkan satu-persatuyang telah memberikan dukungan dan bantuan

serta kritikan yang menambah semangat penulis serta seluruh teman-teman

stambuk 2007, dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi dan inspirasi

bagi penulis selama masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga

membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya

membangun dalam memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis

berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan berarti bagi ilmu pengetahuan

khususnya di bidang kesehatan masyarakat.

Medan, Nopember 2011

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ...i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kulit Pisang ... 7

2.1.1. Kandungan Kimia dalam Kulit Pisang ... 7

2.1.2. Pemanfaatan Kulit Pisang ... 9

2.1.3. Pembuatan Tepung Kulit Pisang ... 10

2.2. Donat Sebagai Alternatif Makanan dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang ... 12

2.2.1. Komposisi Zat Gizi Donat ... 12

2.2.2. Bahan-bahan dalam Pembuatan Donat ... 14

2.2.3. Proses Pembuatan Donat ... 16

2.3. Daya Terima Makanan ... 17

2.4. Uji Organoleptik ... 20

2.5. Panelis ... 21

2.6. Kerangka Konsep Penelitian ... 23

2.7. Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 25

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

3.2.1. Tempat Penelitian ... 25

3.2.2. Waktu Penelitian ... 26

3.3. Objek Penelitian ... 26

3.4. Definisi Operasional ... 26

3.5. Alat dan Bahan ... 27

3.5.1. Alat ... 27

(10)

3.6. Tahapan Penelitian ... 29

3.6.1. Proses Pembuatan Tepung Kulit Pisang ... 29

3.6.2. Komposisi Bahan dan Proses Pembuatan Kue Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang ... 30

3.6.2.1. Komposisi Bahan ... 30

3.6.2.2. Proses Pembuatan Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang ... 31

3.6.3. Tahapan Uji Daya Terima Kue Donat ... 33

3.6.4. Uji Daya Terima ... 33

3.6.5. Panelis ... 35

3.6.6. Menghitung Komposisi Zat Gizi Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja ... 36

3.6.7. Pengolahan dan Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik Kue Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja ... 43

4.2. Deskriptif Panelis ... 43

4.3. Analisa Organoleptik Warna Kue Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja ... 44

4.4. Analisa Organoleptik Aroma Kue Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja ... 45

4.5. Analisa Organoleptik Rasa Kue Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja ... 46

4.6. Analisa Organoleptik Tekstur Kue Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja ... 47

4.7. Perhitungan Kandungan Nilai Gizi dalam Kue Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja yang Dihitung Berdasarkan DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan) ... 49

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Kue Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja ... 52

5.2. Daya Terima Panelis Terhadap Warna Kue Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja ... 52

5.3. Daya Terima Panelis Terhadap Aroma Kue Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja ... 54

5.4. Daya Terima Panelis Terhadap Rasa Kue Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja ... 56

5.5. Daya Terima Panelis Terhadap Tekstur Kue Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja ... 57

(11)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 60 6.2. Saran ... 60

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Komposisi Zat Gizi Kulit Pisang per 100 gram bahan ... 8

Tabel 2.2. Komposisi Zat Gizi Donat per 100 gram bahan ... 13

Tabel 2.3. Bahan-bahan Dasar Kue Donat ... 16

Tabel 3.1. Rincian Perlakuan ... 25

Tabel 3.2. Jenis dan Ukuran Bahan Pembuatan Kue Donat Hasil Modifikasi Resep Dasar ... 28

Tabel 3.3. Tingkat Penerimaan Konsumen ... 34

Tabel 3.4. Interval Persentase dan Kriteria Kesukaan ... 37

Tabel 3.5. Tabel Penolong untuk Uji Barlett... 38

Tabel 3.6. Daftar Analisa Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap ... 40

Tabel 4.1. Karakteristik Kue Donat yang Dihasilkan ... 43

Tabel 4.2. Hasil Analisa Organoleptik Warna Kue Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja ... 44

Tabel 4.3. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Warna ... 44

Tabel 4.4. Hasil Uji ganda Duncan Terhadap Warna ... 45

Tabel 4.5. Hasil Analisa Organoleptik Aroma Kue Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja ... 45

Tabel 4.6. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Aroma ... 46

Tabel 4.7. Hasil Analisa Organoleptik Rasa Kue Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja ... 46

Tabel 4.8. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Rasa ... 47

Tabel 4.9. Hasil Analisa Organoleptik Tekstur Kue Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja ... 47

Tabel 5.1. Hasil Analisa Sidik Ragam Terhadap Tekstur ... 48

Tabel 5.2. Hasil Uji Ganda Duncan Terhadap Tekstur ... 48

Tabel 5.3. Perkiraan Perhitungan Zat Gizi Kue Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja 10% per 40 gram bahan ... 49

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Kulit Pisang ... 11

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 23

Gambar 3.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Kulit Pisang ... 29

Gambar 3.2. Diagram Alir Proses Pembuatan Kue Donat ... 32

(14)

ABSTRAK

Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup banyak jumlahnya. Limbah kulit pisang mengandung zat gizi yang cukup tinggi terutama pada vitamin dan mineralnya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan dengan cara diolah menjadi tepung. Selain dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan, juga memperbaiki kandungan gizi bila diolah menjadi makanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya terima kue donat dengan penambahan tepung kulit pisang raja berdasarkan sifat organoleptik yang meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur yang diuji melalui uji hedonik.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Panelis dalam penelitian ini adalah siswa SMP Swasta Krakatau Medan sebanyak 30 orang. Data yang diperoleh dianalisa untuk melihat pengaruh konsentrasi yang berbeda dari penambahan tepung kulit pisang raja dalam pembuatan kue donat dengan menggunaan analisa sidik ragam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya ketiga kue donat dengan penambahan tepung kulit pisang raja dengan konsentrasi yang berbeda tidak disukai berdasarkan aroma dan rasa, pada warna kue donat dengan penambahan tepung kulit pisang raja 10% kurang disukai panelis dan warna kue donat dengan penambahan tepung kulit pisang raja 20% dan 30% tidak disukai. Sedangkan tekstur kue donat dengan penambahan tepung kulit pisang raja 20% dan 30% kurang disukai panelis dan tekstur kue donat dengan penambahan tepung kulit pisang raja 10% tidak disukai. Saran dalam penelitian ini yaitu kepada pihak sekolah diharapkan dapat mengarahkan kepada pedagang jajanan di kantin sekolah untuk dapat memodifikasi makanan jajanannya seperti membuat donat dengan penambahan tepung kulit pisang raja yang dapat meningkatkan kandungan gizi kue donat.

Kata kunci : kue donat, tepung kulit pisang raja, uji daya terima

(15)

ABSTRACT

Banana peel is a waste material(waste bananas) are quite numerous. Waste banana peel contain high enough nutrients, especially in vitamins and minerals that can beused as raw materialsprocessed intofood byflour. In addition tofoodused as raw materials, also improving the nutritional content when processed into food. The purposeof this studywas to determine the acceptability test dognut withthe addition

of plantain peel flour based on organoleptic characteristics including color, flavor,

taste, andtexturearetestedthrough ahedonictest.

This type of research is experimental research. Panelists in this study were junior high school students Private Krakatau Medan as many as 30 people. Data obtainedwere analyzedtosee the effect ofdifferent concentrationsof the addition of

plantain peel flour in cake-makingdognutby the use ofanalysisof variance.

The results showed that in general the third dognut with the addition of plantain peel flour withdifferent concentrations are not preferredbypanelists on the

flavor and taste, the color of dognut with the addition of plantain peel flour 10%

panelists less preferred and color of dognut with the addition of plantain peel flour 20% and 30% are not preferred. While the texture of dognut with the addition of

plantain peel flour 20% and 30% panelist less preferred and the texture of dognut

with the addition of plantain peel flour10% is not preferred.

Suggestionsin this research thatthe schoolis expected to leadto the merchant snacks in school canteen to be able to modify snacks like making dognut with addition of plantain peel flourthat canenhance thenutritionalcontent ofdognut.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pisang ( Musa paradisiaca L) adalah salah satu buah yang digemari oleh

sebagian besar penduduk dunia. Rasanya enak, kandungan gizinya tinggi, mudah

didapat, dan harganya relatif murah (Suyanti dan Ahmad, 2000).

Jenis pisang banyak sekali antara lain pisang kepok, pisang ambon, pisang raja,

pisang kapas, pisang susu dan masih banyak jenis pisang lainnya tetapi jenis pisang

yang biasa digunakan oleh para pedagang pisang goreng, molen goreng dan para

pengusaha makanan yang menggunakan buah pisang sebagai bahan baku pada

umumnya adalah pisang raja, pisang kepok, dan pisang ambon, dimana buah pisang

setelah diambil buahnya, kulitnya dibuang begitu saja di tempat pembuangan sampah

dan belum dimanfaatkan untuk dicoba sebagai bahan dasar makanan yang

menguntungkan secara ekonomi.

Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup banyak

jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, hanya

dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan ternak seperti

kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan memiliki

nilai jual yang menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku

makanan (Susanti, 2006). Limbah kulit pisang mengandung zat gizi yang cukup

tinggi terutama pada vitamin dan mineralnya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai

(17)

sebagai bahan baku makanan, juga memperbaiki kandungan gizi bila diolah menjadi

makanan.

Kandungan unsur gizi kulit pisang cukup lengkap, seperti karbohidrat, lemak,

protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C dan air. Unsur-unsur gizi

inilah yang dapat digunakan sebagai sumber energi dan antibodi bagi tubuh manusia

(Munadjim, 1988). Dilihat dari kandungan mineralnya kulit pisang mengandung

kalsium yang cukup tinggi yaitu sebesar 715 mg/100 g.

Kalsium merupakan zat yang dibutuhkan sejak bayi hingga usia tua. Jumlah

kebutuhan kalsium dapat dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan usia. (Wida,

2007). Pada usia anak-anak hingga remaja merupakan usia penting untuk menabung

kalsium dalam tulang. Pada usia remaja 75-85 persen massa tulang yang akan

dimiliki pada saat dewasa telah terbentuk. Proses pembentukan dan penimbunan

massa tulang mencapai kepadatan maksimal pada usia 35 tahun. Semakin bertambah

usia semakin sedikit jaringan tulang yang dibuat dan semakin banyak jaringan tulang

yang dirombak sesudah usia 35 tahun, setiap tahunnya akan terjadi kehilangan massa

tulang sebesar 0,5% dan setelah umur 50 tahun, jumlah kandungan kalsium dalam

tubuh akan menyusut sebanyak 30%. Kehilangan akan mencapai 50% ketika

mencapai umur 70 tahun dan seterusnya mengalami masalah kekurangan kalsium.

Berdasarkan Recommended Daily Allowance (RDA) USA, kebutuhan kalsium

rata-rata per hari yaitu: anak-anak 800 mg, remaja 1200 mg, dewasa 1000 mg, ibu hamil

dan menyusui 1200 mg, usia lanjut dan menopause 1200 mg (Roby, 2009).

Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang banyak

(18)

sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan makanan. Karena kulit

pisang mengandung zat pati maka kulit pisang dapat diolah menjadi tepung. Tepung

ini dapat menggantikan atau mengurangi jumlah tepung yang biasa dipakai dalam

pembuatan bahan makanan (Anonim, 2011). Menurut Yulianti (2004) dalam Dewinta

(2010) dalam diversifikasi bahan makanan, salah satu faktor yang penting adalah

tersedianya bahan pangan alternatif yang bergizi tinggi, serta aman bagi tubuh.

Donat sudah sejak lama dikenal masyarakat sebagai jajanan yang cukup

mengenyangkan. Selain untuk makanan selingan atau kudapan, sering menggantikan

menu sarapan pagi dan bekal sekolah anak. Saat ini, donat termasuk salah satu kue

yang trend dan favorit bagi anak-anak hingga orang tua (Sufi, 2009). Panganan ini

cukup mengenyangkan karena ia mengandung karbohidrat dari tepung dan sumber

energi dari manisnya gula tepung (Anonim, 2010).

Bahan utama pembuatan donat adalah tepung terigu yang mana selama ini

donat yang biasa dikonsumsi hanya mengandung zat gizi makro saja yaitu

karbohidrat, protein dan lemak, dan sangan sedikit atau bahkan tidak mengandung

zat gizi lainnya seperti vitamin dan mineral. Sehingga diharapkan dengan

penambahan tepung kulit pisang dapat memperbaiki kandungan gizi donat terutama

kandungan vitamin dan mineralnya yang mana pada kulit pisang kaya akan

kandungan vitamin dan mineralnya dan juga dapat mengurangi ketergantungan

terhadap tepung terigu yang merupakan bahan impor dan menduduki porsi terbesar

dalam pembuatan donat. Sehingga masyarakat yang menganggap donat sebagai

(19)

mereka khususnya kalsium yang mengandung zat gizi cukup tinggi yaitu sebesar 715

mg/100 g. Selain itu dapat menjadi alternatif dalam pembuatan donat.

Dilihat dari perbandingan komposisi zat gizi tepung terigu dan kulit pisang,

ternyata tepung terigu memiliki kandungan air 12 g, karbohidrat 77,3 g, protein 8,9 g,

lemak 1,3 g, kalsium 16 mg, fosfor 106 mg, besi 1,2 mg, vitamin B 0,12 mg, dan

vitamin C 0 (DKBM, 1967). Sedangkan kulit pisang memiliki kandungan air 68,9 g,

KH 18,5 g, Protein 0,32 g, Lemak 2,11 g, kalsium 715 mg, Fosfor 117 mg, besi 1,6

mg, vitamin B 0,12 mg, dan vitamin C 17,5 mg (Balai Penelitian dan Pengembangan

Industri (1982) dalam Suprapti, 2005).

Menurut penelitian Lina Susanti (2006) tentang perbedaan penggunaan jenis

kulit pisang terhadap kualitas nata, hasil analisisnya terbukti bahwa ada perbedaan

kualitas yang nyata pada nata kulit pisang yang dibuat dari jenis kulit pisang yang

berbeda dilihat dari sifat organoletiknya.

Hasil penelitian Leyla Noviagustin (2008) tentang pemanfaatan limbah kulit

pisang sebagai substituen tepung terigu dalam pembuatan mie, terbukti bahwa pati

limbah kulit pisang dapat digunakan sebagai bahan substituen tepung terigu dalam

pembuatan mie dan kemampuan pati limbah kulit pisang mensubstitusi tepung terigu

dalam pembuatan mie sebesar 20%.

Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan kue donat dengan penambahan

tepung kulit pisang sebesar 10%, 20%, dan 30% dari berat bahan dasar (tepung

terigu) yang diulang sebanyak 2 kali pada proses pembuatan kue donat dengan

maksud untuk memperkecil error atau kesalahan yang mungkin terjadi pada saat

(20)

digunakan dalam penelitian ini adalah kulit pisang raja karena lebih tebal dari kulit

pisang lain dan memiliki kandungan pati yang lebih tinggi dari kulit pisang yang lain

(Sulfahri (2008) dalam Noviagustin, 2008). Penetapan konsentrasi tepung kulit

pisang sebesar 10%, 20%, dan 30% dilakukan karena peneliti telah melakukan

penelitian pendahuluan sebelum melakukan penelitian ini. Berdasarkan hasil

penelitian pendahuluan, apabila persentase tepung kulit pisang terlalu besar akan

menghasilkan rasa, warna, tekstur, dan aroma kue donat yang tidak bagus, yaitu

rasanya agak pahit kekelatan, warnanya terlalu gelap, teksturnya yang keras dan

bantet, dan aroma yang kurang baik.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka perlu dilakukan

penelitian untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung kulit pisang raja (Musa

paradisiaca) terhadap daya terima kue donat.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah apakah ada pengaruh penambahan tepung kulit pisang raja (Musa paradisiaca)

terhadap daya terima kue donat.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui daya terima kue donat dengan penambahan tepung kulit

pisang raja.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui daya terima terhadap warna kue donat dengan penambahan

(21)

2. Untuk mengetahui daya terima terhadap aroma kue donat dengan penambahan

tepung kulit pisang raja 10%, 20%, dan 30%.

3. Untuk mengetahui daya terima terhadap rasa kue donat dengan penambahan

tepung kulit pisang raja 10%, 20%, dan 30%.

4. Untuk mengetahui daya terima terhadap tekstur kue donat dengan penambahan

tepung kulit pisang raja 10%, 20%, dan 30%.

5. Untuk mengetahui kandungan gizi kue donat dengan penambahan tepung kulit

pisang raja 10%, 20%, dan 30% yang dihitung berdasarkan DKBM.

1.4Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi tentang potensi limbah kulit pisang sebagai salah satu

sumber pati yang dapat dibuat menjadi tepung.

2. Sebagai alternatif pembuatan donat.

3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penganekaragaman suatu

produk dari kulit pisang yang selama ini dibuang begitu saja sebagai limbah

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kulit Pisang

Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup

banyak jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata,

hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan ternak

seperti kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan

memiliki nilai jual yang menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan sebagai bahan

baku makanan (Susanti, 2006).

Menurut Basse (2000) jumlah dari kulit pisang cukup banyak, yaitu kira- kira

1/3 dari buah pisang yang belum dikupas. Kandungan unsur gizi kulit pisang cukup

lengkap, seperti karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B,

vitamin C dan air. Unsur-unsur gizi inilah yang dapat digunakan sebagai sumber

energi dan antibodi bagi tubuh manusia (Munadjim, 1988).

2.1.1. Kandungan Kimia dalam Kulit Pisang

Buah pisang banyak mengandung karbohidrat baik isinya maupun kulitnya.

Pisang mempunyai kandungan khrom yang berfungsi dalam metabolisme karbohidrat

dan lipid. Khrom bersama dengan insulin memudahkan masuknya glukosa ke dalam

sel-sel. Kekurangan khrom dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan toleransi

glukosa. Umumnya masyarakat hanya memakan buahnya saja dan membuang kulit

pisang begitu saja. Di dalam kulit pisang ternyata memiliki kandungan vitamin C, B,

kalsium, protein, dan juga lemak yang cukup. Hasil analisis kimia menunjukkan

(23)

sebesar 18,50 %. Komposisi zat gizi kulit pisang dapat dilihat pada tabel 2.1 di

bawah ini:

Tabel 2.1. Komposisi Zat Gizi Kulit Pisang per 100 gram bahan

No. Zat Gizi Kadar

Sumber: Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, Jatim, Surabaya (1982).

Karbohidrat atau Hidrat Arang yang dikandung oleh kulit pisang adalah

amilum. Amilum atau pati ialah jenis polisakarida karbohidrat (karbohidrat

kompleks). Amilum (pati) tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan

tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk

menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang.

Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting.

Amilum merupakan sumber energi utama bagi orang dewasa di seluruh penduduk

dunia, terutama di negara berkembang oleh karena di konsumsi sebagai bahan

makanan pokok. Disamping bahan pangan kaya akan amilum juga mengandung

protein, vitamin, serat dan beberapa zat gizi penting lainnya (Johari dan Rahmawati,

(24)

2.1.2. Pemanfaatan Kulit Pisang

Umumnya buah pisang dapat dinikmati dalam keadaan segar atau dalam bentuk

olahan. Hampir semua bagian dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan, seperti daun,

batang, bonggol pisang, bunga pisang, dan kulit buah pisang sekalipun. Begitu

banyak makanan tradisional khas daerah yang memerlukan pengemasan dengan daun

pisang, sehingga begitu besar ketergantungannya pada tanaman pisang.

Bagian dari pisang yang selama ini masih jarang dimanfaatkan adalah kulit

pisang. Melalui cara pengolahan yang cukup sederhana, kulit pisang dari jenis pisang

raja dan pisang ambon dapat diolah menjadi bahan baku minuman anggur (wine)

(Anonim, 2008).

Menurut Lina Susanti (2006), kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk

pembuatan nata. Hal ini dapat dibuktikan dengan penelitiannya tentang perbedaan

penggunaan jenis kulit pisang terhadap kualitas nata. Hasil analisisnya terbukti bahwa

ada perbedaan kualitas yang nyata pada nata kulit pisang yang dibuat dari jenis kulit

pisang yang berbeda dilihat dari sifat organoleptiknya. Selain itu, kulit pisang juga

dapat dimanfaatkan dalam pembuatan jelly, cuka, dan sebagainya.

Berdasarkan penelitian Leyla Noviagustin (2008), ternyata kulit pisang juga

dapat dijadikan tepung. Hal ini dibuktikan dengan penelitiannya tentang pemanfaatan

limbah kulit pisang sebagai substituen tepung terigu dalam pembuatan mie. Hasil

analisisnya terbukti bahwa pati limbah kulit pisang dapat digunakan sebagai bahan

(25)

2.1.3. Pembuatan Tepung Kulit Pisang

Tepung merupakan salah satu bentuk alternatif produk setengah jadi yang

dianjurkan, karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur (dibuat komposit),

diperkaya zat gizi (difortifikasi), dibentuk, dan lebih cepat dimasak sesuai tuntutan

kehidupan modern yang serba praktis. Prosedur pembuatan tepung sangat beragam,

dibedakan berdasarkan sifat dan komponen kimia bahan pangan. Namun, secara garis

besar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pertama bahan pangan yang mudah

menjadi coklat apabila dikupas dan kedua bahan pangan yang tidak mudah menjadi

coklat.

Pada umumnya, umbi-umbian dan buah-buahan mudah mengalami pencoklatan

setelah dikupas. Hal ini disebabkan oksidasi dengan udara sehingga terbentuk reaksi

pencoklatan oleh pengaruh enzim yang terdapat dalam bahan pangan tersebut

(browning enzymatic). Pencoklatan karena enzim merupakan reaksi antara oksigen

dan suatu senyawa phenol yang dikatalisis oleh polyphenol oksidase. Untuk

menghindari terbentuknya warna coklat pada bahan pangan yang akan dibuat tepung

dapat dilakukan dengan mencegah sesedikit mungkin kontak antara bahan yang telah

dikupas dan udara dengan cara merendam dalam air (atau larutan garam 1% dan atau

(26)

Proses pembuatan tepung kulit pisang meliputi beberapa tahap seperti terlihat

pada gambar 2.1 di bawah ini:

Gambar 2.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Kulit pisang Kulit pisang sebanyak 20 sisir dibersihkan

Kulit pisang dipotong kecil-kecil dengan ukuran lebih kurang 1 cm x 0,5 cm

dengan pisau

Kulit pisang direndam dalam air

Dikeringkan dengan penjemuran di di bawah sinar matahari sampai kering selama lebih kurang 4 hari

Setelah kering, digiling dengan alat penggiling (hammer mill)

Diayak dengan menggunakan ayakan saringan plastik dengan ukuran ayakan 80 mesh

(27)

2.2 Donat Sebagai Alternatif Makanan dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang

Donat (Donut dalam bahasa Inggris) adalah sejenis cake mini dengan bentuk

yang khas, yaitu berlubang di tengah seperti cincin, dan berbentuk bulat jika diisi

sesuatu. Donat memiliki sejarah yang cukup panjang sejak kemunculannya pertama

kali hingga mencapai penampilannya saat ini. Para arkeolog Amerika menemukan

beberapa peninggalan yang menggambarkan adanya jenis makanan berbentuk seperti

donat pada zaman prasejarah. Namun diduga keras bahwa donat berasal dari daerah

di Belanda yaitu Manhatten, dan di sana donat dinamakan ’olykoek’ atau kue yang

digoreng. Saat ini donat merupakan salah satu kue populer favorit masyarakat dunia.

Bahkan di Amerika sendiri, saat ini lebih dari 10 juta donat diproduksi setiap tahun

(Anonim, 2008).

Donat sudah sejak lama dikenal masyarakat sebagai jajanan yang cukup

mengenyangkan. Selain untuk makanan selingan atau kudapan, sering menggantikan

menu sarapan pagi dan bekal sekolah anak. Tampilan donat pun lebih bervariasi. Jika

dulu, donat tampil dengan bentuknya yang khas, yaitu bulat dengan lubang di tengah,

kini donat hadir dengan bentuk bermacam-macam. Donat juga tidak hanya bertabur

gula halus, tetapi hadir dengan aneka taburan, olesan, atau lapisan (Sufi, 2009).

2.2.1. Komposisi Zat Gizi Donat

Donat merupakan panganan yang mngenyangkan karena ia mengandung

karbohidrat dari tepung dan sumber energi dari manisnya gula tepung (Anonim,

2010). Bahan baku untuk membuat donat yaitu tepung terigu, gula, telur, margarin,

(28)

lemak, vitamin dan mineral. Komposisi zat gizi pada donat dapat dilihat pada tabel

2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2. Komposisi Zat Gizi Donat per 100 gram bahan

No. Zat Gizi Kadar

Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan (1967).

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa donat hanya mengandung zat gizi makro

yaitu protein, lemak, dan karbohidrat dan sangat sedikit atau bahkan tidak

mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.

Berdasarkan komposisi zat gizi kulit pisang dapat diketahui bahwa kulit pisang

mengandung zat gizi yang cukup lengkap yaitu karbohidrat 18,5 g, protein 0,32 g,

lemak 2,11 g, kalsium 715 mg, fosfor 117 mg, vitamin B 0,12 mg, dan vitamin C

17,50 mg (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri (1982) dalam Suprapti,

2005). Sehingga dengan penambahan tepung kulit pisang dapat memperbaiki

kandungan gizi pada donat khususnya kandungan vitamin dan mineral yang

dibutuhkan oleh tubuh yang mana pada kulit pisang kaya akan mineral dan vitamin

khususnya pada kalsium yang mengandung zat gizi cukup tinggi yaitu sebesar 715

(29)

2.2.2. Bahan-bahan dalam Pembuatan Donat

Bahan-bahan dalam pembuatan donat yaitu pertama, tepung terigu yang

merupakan bahan dasar pembuatan donat. Tepung terigu diperoleh dari biji gandum

(Triticum vulgare) yang digiling. Tepung terigu berfungsi membentuk struktur donat,

sumber protein dan karbohidrat. Kandungan protein utama tepung terigu yang

berperan dalam pembuatan donat adalah gluten. Gluten dapat dibentuk dari gliadin

(prolamin dalam gandum) dan glutenin (Astawan, 2006). Tepung Terigu yang

digunakan dalam membuat donat adalah tepung terigu hard atau keras, karena terigu

jenis hard biasanya digunakan untuk membuat roti atau makanan yang memerlukan

pengembangan. Selain itu, tepung terigu keras juga memenuhi syarat untuk

pembuatan roti, karena mudah dicampur, diragikan, dapat menyesuaikan pada suhu

yang di tentukan, berfungsi membentuk suatu kerangka susunan roti, dan terigu

tersebut mempunyai sifat gluten yang lebih banyak dari jenis tepung terigu yang lain

(Sufi, 2009).

Kedua, gula yang digunakan dalam pembuatan donat adalah gula halus agar

mudah larut dan hancur dalam adonan. Gula harus benar-benar kering dan tidak

menggumpal. Gula yang tidak kering akan mempengaruhi adonan karena adonan

akan menggumpal, sedangkan adonan yang menggumpal tidak bisa bercampur rata

dengan bahan lainnya sehingga rasanya tidak merata dan kemungkinan besar hasilnya

tidak merata. Fungsi gula dalam pembuatan donat adalah: Memberikan warna kulit,

memperpanjang umur roti dan membuat tekstur roti lebih empuk (Mudjajanto dan

(30)

Ketiga, margarin yang merupakan salah satu komponen penting dalam

pembuatan donat, karena berfungsi sebagai bahan untuk menimbulkan rasa gurih,

manambah aroma dan menghasilkan tekstur produk yang renyah (Wahyuni dan

Made, 1988).

Keempat, gunakan kuning telur agar hasil adonan lebih lembut dan terasa legit.

Zat yang dikandung dalam kuning telur membuat adonan jadi kompak dengan tekstur

yang lembut sehingga aroma, rasa, dan nilai gizi pada donat bertambah (Sufi, 2009).

Menurut US. Wheat Assosiates (1983), sifat unik dari kuning telur yang dapat

mengental di waktu pemanasan baik sekali untuk memperkokoh susunan remah kue

donat. Kuning telur dapat mengembangkan volume dan kelezatan serta meningkatkan

mutu simpan kue donat.

Kelima, ragi yang merupakan bahan pengembang adonan dengan produksi gas

karbondioksida. Dalam pembuatan roti, sebagian besar ragi berasal dari mikroba jenis

Saccharomyces Cerevisiae (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).

Keenam, garam yang digunakan untuk memberi rasa, mengontrol

pengembangan adonan, dan membuat donat lebih awet (Sufi, 2009). Menurut

Mudjajanto dan Yulianti (2004), Fungsi garam dalam pembuatan donat adalah:

1) Penambah rasa gurih.

2) Pembangkit rasa bahan- bahan lainnya.

3) Pengontrol waktu fermentasi dari adonan beragi.

4) Penambah kekuatan gluten.

(31)

Ketujuh, baking powder sebagai bahan pengembang yang dipakai secara luas

dalam produksi kue kering. Fungsi baking powder dalam pembuatan donat adalah

mengembangkan adonan dengan sempurna, menyeragamkan remahan dan menjaga

kue agar tidak rusak (Aliem (1995) dalam Yaumi, 2010).

Resep pembuatan donat selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.5 di bawah ini:

Tabel 2.3. Bahan-bahan Dasar Kue Donat No. Bahan Dasar Kue Donat Ukuran

10 Minyak goreng Secukupnya

Sumber: Sufi, 2009

2.2.3. Proses Pembuatan Donat

Kue donat dibuat dengan cara mencampurkan tepung dan bahan penyusun

lainnya menjadi adonan dan difermentasikan kemudian digoreng. Pembuatan donat

dibagi menjadi dua bagian utama yaitu proses pembuatan adonan dan penggorengan.

Kedua proses ini akan menentukan mutu hasil akhir kue donat. Pembuatan adonan

meliputi proses pengadukan, pengembangan dan proses Penggorengan (Sufi, 2009).

a. Proses pengadukan

Proses ini erat kaitannya dengan pembentukan gluten, sehingga adonan siap

menerima gas CO2 dari aktivitas fermentasi. Prinsip proses pengadukan ini adalah

pemukulan dan penarikan jaringan zat gluten sehingga struktur spiralnya akan

(32)

permukaan adonan yang tampak mengkilap, tidak lengket serta adonan akan

mengembang pada titik optimum dimana zat gluten dapat ditarik atau dikerutkan.

b. Proses pengembangan adonan

Proses ini merupakan suatu proses yang terjadi antara peningkatan volume

sebagai akibat bertambahnya gas-gas yang terbentuk sebagai hasil fermentasi dan

protein larut, lemak dan karbohidrat yang juga mengembang.

c. Proses Penggorengan

Penggorengan (frying) ialah memasak atau menggoreng makanan dengan

mempergunakan minyak. Dalam penggorengan dibedakan antara menggoreng dengan

minyak banyak (deep frying) dan menggoreng dengan minyak sedikit (shallow

frying). Penggorengan yang dilakukan pada pembuatan kue donat adalah dengan

menggunakan minyak banyak. Minyak yang digunakan adalah minyak yang sudah

diproses sempurna oleh pabrik sehingga tidak menimbulkan rasa getir dan dalam

keadaan bersih, belum digunakan beberapa kali untuk menggoreng karena

mempunyai titik didih yang tinggi dan mempengaruhi warna kue donat.

2.3. Daya Terima Makanan

Menurut Suhardjo (1989) yang dikutip oleh Dewinta (2010), Daya terima atau

preferensi makanan dapat didefinisikan sebagai tingkat kesukaan atau ketidaksukaan

individu terhadap suatu jenis makanan. Diduga tingkat kesukaan ini sangat beragam

pada setiap individu. sehingga akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan.

Segi sosial budaya pangan berhubungan dengan konsumsi pangan dalam

menerima atau menolak bentuk atau jenis pangan tertentu, perilaku ini berakar dari

(33)

kebiasaan pangan seseorang tidak didasarkan atas keperluan fisik akan zat-zat gizi

yang terkandung dalam pangan. Kebiasaan makan berasal dari pola pangan yang

diterima budaya kelompok dan diajarkan kepada seluruh anggota keluarga. Menurut

Wirakusumah (1990) yang dikutip oleh Dewinta (2010), Kesukaan terhadap makanan

didasari oleh sensorik, sosial, psikologi, agama, emosi, budaya, kesehatan, ekonomi,

cara persiapan dan pemasakan makanan, serta faktor-faktor terkait lainnya. Penilaian

seseorang terhadap kualitas makanan berbeda-beda tergantung selera dan

kesenangannya. Perbedaan suku, pengalaman, umur dan tingkat ekonomi seseorang

mempunyai penilaian tertentu terhadap jenis makanan, sehingga standar kualitas

makanan sulit untuk ditetapkan. Walaupun demikian ada beberapa aspek yang dapat

dinilai yaitu persepsi terhadap cita rasa makanan, nilai gizi dan higiene atau

kebersihan makanan tersebut.

1. Penampilan dan cita rasa makanan

Menurut Moehyi (1992) yang dikutip oleh Dewinta (2010), cita rasa makanan

mencakup 2 aspek utama yaitu penampilan makanan sewaktu dihidangkan dan rasa

makanan pada saat dimakan. Kedua aspek tersebut sama pentingnya untuk

diperhatikan agar benar-benar dapat menghasilkan makanan yang memuaskan. Daya

penerimaan terhadap suatu makanan ditentukan oleh rangsangan yang ditimbulkan

oleh makanan melalui indera penglihat, penciuman serta perasa atau pencecap bahkan

mungkin pendengar. Walaupun demikian faktor utama yang akhirnya mempengaruhi

daya penerimaan terhadap makanan yaitu rangsangan cita rasa yang ditimbulkan oleh

makanan itu. Oleh karena itu, penting sekali dilakukan penilaian cita rasa untuk

(34)

Menurut Winarno (1997), rasa suatu makanan merupakan faktor yang turut

menentukan daya terima konsumen. Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain.

Warna makanan memegang peranan utama dalam penampilan makanan karena

merupakan rangsangan pertama pada indera mata. Warna makanan yang menarik dan

tampak alamiah dapat meningkatkan cita rasa. Oleh sebab itu dalam penyeleggaraan

makanan harus mengetahui prinsip-prinsip dasar untuk mempertahankan warna

makanan yang alami, baik dalam bentuk tehnik memasak maupun dalam penanganan

makanan yang dapat mempengaruhi makan.

2. Konsistensi atau tekstur makanan

Konsistensi atau tekstur makanan juga merupakan komponen yang turut

menentukan cita rasa makanan karena sensitifitas indera cita rasa dipengaruhi oleh

konsistensi makanan. Makanan yang berkonsistensi padat atau kental akan

memberikan rangsangan lebih lambat terhadap indera kita.

Penyajian makanan merupakan faktor tertentu dalam penampilan hidangan

yang disajikan. Jika penyajian makanan tidak dilakukan dengan baik, seluruh upaya

yang telah dilakukan guna menampilkan makanan dengan cita rasa tinggi akan tidak

berarti. Penampilan makanan waktu disajikan akan merangsang indera terutama

penglihatan yang berkaitan dengan cita rasa makanan itu.

Rasa makanan merupakan faktor kedua yang menentukan cita rasa makanan

setelah penampilan makanan itu sendiri. Apabila penampilan makanan yang disajikan

(35)

untuk mencicipi makanan itu, maka pada tahap selanjutnya rasa makanan itu akan

ditentukan oleh rangsangan terhadap indera penciuman dan indera perasa.

Aroma yang disebarkan oleh makanan merupakan daya tarik yang sangat kuat

dan mampu merangsang indera penciuman sehingga membangkitkan selera.

Timbulnya aroma makanan disebabkan oleh terbentuknya senyawa yang mudah

menguap sebagai akibat atau reaksi karena pekerjaan enzim atau dapat juga terbentuk

tanpa bantuan reaksi enzim.

2.4. Uji Organoleptik

Menurut Soekarto (2002) yang dikutip oleh Dewinta (2010), Penilaian

organoleptik yang disebut juga penilaian indera atau penilaian sensorik merupakan

suatu cara penilaian yang sudah sangat lama dikenal dan masih sangat umum

digunakan. Metode penilaian ini banyak digunakan karena dapat dilaksanakan dengan

cepat dan langsung. Dalam beberapa hal penilaian dengan indera bahkan memiliki

ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan alat ukur yang paling sensitif.

Penerapan penilaian organoleptik pada prakteknya disebut uji organoleptik yang

dilakukan dengan prosedur tertentu. Uji ini akan menghasilkan data yang

penganalisisan selanjutnya menggunakan metode statistika.

Sistem penilaian organoleptik telah dibakukan dan dijadikan alat penilaian di

dalam Laboratorium. Penilaian organoleptik juga telah digunakan sebagai metode

dalam penelitian dan pengembangan produk. Dalam hal ini prosedur penilaian

memerlukan pembakuan yang baik dalam cara penginderaan maupun dalam

(36)

Indera yang berperan dalam uji organoleptik adalah indera penglihatan,

penciuman, pencicipan, peraba dan pendengaran. Panel diperlukan untuk

melaksanakan penilaian organoleptik dalam penilaian mutu atau sifat-sifat sensorik

suatu komoditi, panel bertindak sebagi instrumen atau alat. Panel ini terdiri atas orang

atau kelompok yang bertugas menilai sifat dari suatu komoditi. Orang yang menjadi

anggota panel disebut panelis.

Uji hedonik atau uji kesukaan merupakan salah satu jenis uji penerimaan.

Dalam uji ini panelis diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang

kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan, disamping itu mereka juga mengemukakan

tingkat kesukaan/ketidaksukaan. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut orang skala

hedonik, misalnya amat sangat suka, sangat suka, suka, agak suka, netral, agak tidak

suka, tidak suka, sangat tidak suka dan amat sangat tidak suka. Skala hedonik dapat

direntangkan atau diciutkan sesuai yang diinginkan peneliti (Rahayu, 1998).

2.5. Panelis

Menurut Rahayu (1998), dalam penilaian organoleptik dikenal tujuh macam

panel, yaitu panel perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak terlatih,

panel tidak terlatih, panel konsumen dan panel anak-anak. Perbedaan ketujuh panel

tersebut didasarkan pada keahlian dalam melakukan penilaian organoleptik.

1. Panel Perseorangan

Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik

yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang sangat

intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara pengolahan

(37)

dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah kepekaan tinggi,

bias dapat dihindari, penilaian efisien. Panel perseorangan biasanya digunakan

untuk mendeteksi penyimpangan yang tidak terlalu banyak dan mengenali

penyebabnya.

2. Panel Terbatas

Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi sehingga

bias lebih dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-faktor dalam

penilaian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan pengaruh bahan baku

terhadap hasil akhir.

3. Panel Terlatih

Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup baik.

Untuk menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-latihan.

Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan sehingga tidak terlampau spesifik.

4. Panel Agak Terlatih

Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumya dilatih untuk

mengetahui sifat-sifat tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan

terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat

menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya.

5. Panel Tidak Terlatih

Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih berdasarkan

jenis suku-suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak terlatih hanya

diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana seperti sifat

(38)

biasanya terdiri dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria sama dengan

panelis wanita.

6. Panel Konsumen

Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada target

pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan dapat

ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu.

7. Panel Anak-anak

Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3-10

tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian

produk-produk pangan yang disukai anak-anak seperti permen, es krim dan sebagainya.

Cara penggunaan panelis anak-anak harus bertahap, yaitu dengan pemberitahuan

atau dengan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta responnya

terhadap produk yang dinilai dengan alat bantu gambar seperti boneka snoopy yang

sedang sedih, biasa atau tertawa.

2.6. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Tepung Kulit Pisang (10%, 20%, 30%) Tepung Terigu

Kue Donat

(39)

Keterangan:

Bagan di atas menjelaskan bahwa pembuatan kue donat diberikan penambahan

tepung kulit pisang (10%, 20%, dan 30%). Dari hasil eksperimen akan dilakukan uji

daya terima.

Tidak ada pengaruh penambahan tepung kulit pisang 10%, 20%, dan 30%

terhadap daya terima kue donat dilihat dari indikator warna

Ada pengaruh penambahan tepung kulit pisang 10%, 20%, dan 30%

terhadap daya terima kue donat dilihat dari indikator warna

Tidak ada pengaruh penambahan tepung kulit pisang 10%, 20%, dan 30%

terhadap daya terima kue donat dilihat dari indikator aroma

Ada pengaruh penambahan tepung kulit pisang 10%, 20%, dan 30%

terhadap daya terima kue donat dilihat dari indikator aroma

Tidak ada pengaruh penambahan tepung kulit pisang 10%, 20%, dan 30%

terhadap daya terima kue donat dilihat dari indikator rasa

Ada pengaruh penambahan tepung kulit pisang 10%, 20%, dan 30%

terhadap daya terima kue donat dilihat dari indikator rasa

Tidak ada pengaruh penambahan tepung kulit pisang 10%, 20%, dan 30%

terhadap daya terima kue donat dilihat dari indikator tekstur

Ada pengaruh penambahan tepung kulit pisang 10%, 20%, dan 30%

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian bersifat eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

yang hanya terdiri dari satu faktor yaitu tepung kulit pisang dengan 3 perlakuan

penambahan tepung kulit pisang (10%, 20%, dan 30%) yang masing-masing

dilakukan dua kali pengulangan seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Rincian Perlakuan

Perlakuan Ulangan (U)

1 2

A1 Y11 Y21

A2 Y12 Y22

A3 Y13 Y23

Keterangan :

A1 : Perlakuan dengan penambahan tepung kulit pisang 10%

A2 : Perlakuan dengan penambahan tepung kulit pisang 20%

A3 : Perlakuan dengan penambahan tepung kulit pisang 30%

Y11 : Perlakuan A1 (10%) pada ulangan ke-1

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian pembuatan tepung kulit pisang dan kue donat dilakukan di rumah

peneliti yang beralamat Jln. Jati Luhur Gg. Sejahtera No. 10 Bandar klippa.

Sedangkan pelaksanaan uji daya terima kue donat dilakukan di sekolah SMP Swasta

(41)

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2011.

3.3Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kue donat dengan penambahan tepung kulit pisang

10%, 20%, dan 30%.

3.4Definisi Operasional

1. Tepung terigu adalah tepung yang diperoleh dari hasil penggilingan biji gandum.

2. Tepung kulit pisang 10 % adalah pemakaian tepung kulit pisang dalam

pembuatan kue donat dengan perbandingan 10% tepung kulit pisang dan 90%

tepung terigu.

3. Tepung kulit pisang 20% adalah pemakaian tepung kulit pisang dalam

pembuatan kue donat dengan perbandingan 20% tepung kulit pisang dan 80%

tepung terigu.

4. Tepung kulit pisang 30% adalah pemakaian tepung kulit pisang dalam

pembuatan kue donat dengan perbandingan 30% tepung kulit pisang dan 70%

tepung terigu.

5. Donat adalah roti yang dibuat dengan berbahan dasar campuran tepung kulit

(42)

3.5 Alat dan Bahan 3.5.1 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. timbangan 8. talenan

2. baskom adonan 9. oven pengering

3. saringan plastik 10.mixer

4. ember 11.cetakan donat

5. pisau 12.kompor

6. alat penggiling 13.wajan

7. tampah atau loyang-loyang tipis 14.sumpit

3.5.2 Bahan

Bahan yang digunakan untuk membuat tepung kulit pisang terdiri dari:

1. Kulit pisang raja

2. Air

Sedangkan bahan yang digunakan untuk membuat kue donat terdiri dari:

1. tepung terigu 6. telur

2. tepung kulit pisang 7. ragi instan

3. gula pasir 8. baking powder

4. susu bubuk 9. garam

5. margarin 10.minyak goreng

Bahan yang digunakan untuk membuat kue donat dalam penelitian ini berbeda

(43)

Tabel 3.2. Jenis dan Ukuran Bahan Pembuatan Kue Donat Hasil Modifikasi

Minyak goreng secukupnya secukupnya secukupnya

Keterangan :

- Berat total dari bahan utama adalah 500 gram

- Tepung kulit pisang 10% artinya 10% x 500 gram (berat total dari bahan utama) = 50 gram

- Tepung terigu 90% artinya 500 gram (berat total dari bahan utama) – 50 gram (berat tepung kulit pisang 10%) = 450 gram

- Tepung kulit pisang 20% artinya 20% x 500 gram (berat total dari bahan utama) = 100gram

- Tepung terigu 80% artinya 500 gram (berat total dari bahan utama) – 100 gram (berat tepung kulit pisang 20%) = 400 gram

- Tepung kulit pisang 30% artinya 30% x 500 gram (berat total dari bahan utama) = 150 gram

- Tepung terigu 70% artinya 500 gram (berat total dari bahan utama) – 150 gram (berat tepung kulit pisang 30%) = 350 gram

(44)

3.6 Tahapan Penelitian

3.6.1. Proses Pembuatan Tepung Kulit Pisang

Tahapan pembuatan tepung kulit pisang dapat dilihat pada Gambar 3.1 di

bawah ini:

Gambar 3.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Kulit Pisang Kulit pisang sebanyak 20 sisir dibersihkan

Kulit pisang dipotong kecil-kecil dengan ukuran lebih kurang 1 cm x 0,5 cm

dengan pisau

Kulit pisang direndam dalam air

Dikeringkan dengan penjemuran di bawah sinar matahari sampai kering selama lebih kurang 4 hari

Setelah kering, digiling dengan alat penggiling (hammer mill)

Diayak dengan menggunakan ayakan saringan plastik dengan ukuran ayakan 80 mesh

(45)

Pembuatan tepung kulit pisang dilakukan dengan memberikan perlakuan

pendahuluan yaitu kulit pisang sebanyak 20 sisir dibersihkan. Kemudian dipotong

kecil-kecil dengan ukuran lebih kurang 1 cm x 0,5 cm dengan pisau. Kemudian

direndam dalam air. Kemudian dikeringkan dengan penjemuran di bawah sinar

matahari sampai kering selama lebih kurang 2 hari. Setelah kering, digiling dengaan

alat penggiling. Kemudian diayak dengan saringan plastik yang berukuran 80 mesh

sehingga menghasilkan tepung kulit pisang.

3.6.2. Komposisi Bahan dan Proses Pembuatan Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang

3.6.2.1. Komposisi Bahan

Komposisi bahan yang digunakan pada ketiga kelompok penelitian ini hanya

berbeda pada bahan dasar yang digunakan yaitu tepung kacang merah dan tepung

terigu. Sementara bahan-bahan lainnya digunakan dengan komposisi yang sama.

Pembuatan donat pada kelompok I menggunakan tepung kulit pisang sebanyak 50 gr

dan tepung terigu 450 gr. Kelompok II menggunakan tepung kulit pisang sebanyak

100 gr dan tepung terigu 400 gr. Sementara pada kelomok III menggunakan tepung

kulit pisang sebanyak 150 gr dan tepung terigu 350 gr. Setiap masing-masing

kelompok ditambahkan bahan-bahan lainnya yaitu : garam (1/2 sdt), telur (2 butir),

gula pasir (75 gr), ragi instan (5,5 gr), baking powder (1/2 sdt), margarin (75 gr), susu

bubuk (50 gr) , air (200 ml), dan minyak goreng yang digunakan sebagai medium

(46)

3.6.2.2. Proses Pembuatan Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang

Formulasi adonan merupakan tahap awal yang sangat penting karena

menentukan mutu yang dihasilkan. Setelah ditemukan formula yang tepat, adonan

kemudian dicampur atau diaduk. Tujuan pengadukan agar adonan dapat mengembang

dan memiliki tekstur halus. Proses pencampuran formula tidak boleh dilakukan

dengan sembarangan. Untuk menghasilkan adonan yang baik, semua bahan, kecuali

tepung, diaduk dengan mixer sampai tercampur halus, baru kemudian diaduk lagi

bersama-sama. Segera setelah proses pencampuran selesai, adonan harus dicetak

maksimal 30 menit kemudian. Bila dibiarkan terlalu lama, adonan dapat menyerap air

dari lingkungan, sehingga mempengaruhi pengembangan atau menjadi keras karena

terjadi penguapan air. Adonan yang telah dicetak kemudian digoreng dalam

(47)

Secara skematis pembuatan donat dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.2. Diagram Alir Proses Pembuatan Kue Donat Tepung kulit pisang

(10%, 20%, 30%)

-Garam

-Baking powder -Telur

-Gula pasir -Margarin -Ragi instant -Susu bubuk -air

Tepung terigu

Pencampuran tepung

Pencampuran bahan

Pengulenan adonan

Bulatkan adonan (diamkan selama 20 menit)

Cetak adonan dalam bentuk donat

Adonan yang sudah dibentuk digoreng

(48)

3.6.3 Tahapan Uji Daya Terima Kue Donat

Tahapan uji daya terima kue donat dengan penambahan tepung kulit pisang

raja meliputi beberapa proses seperti terlihat pada Gambar 3.3 dibawah ini:

Gambar 3.3. Diagram Alir Proses Uji Daya Terima Kue Donat

3.6.4 Uji Daya Terima

Untuk mengetahui hasil percobaan perlu dilaksanakan penilaian kepada

masyarakat melalui uji organoleptik. Uji organoleptik adalah penilaian yang

menggunakan indera. Jenis uji organoleptik yang digunakan adalah uji kesukaan

/hedonik menyatakan suka /tidaknya terhadap suatu produk.

Uji hedonik adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat daya

terima konsumen dengan mempergunakan skala hedonik sembilan titik sebagai

acuan, namun untuk mempermudah panelis dan peneliti skala ini diciutkan menjadi

menjadi 3 tingkatan dengan skor yang paling rendah adalah 1 dan skor yang paling Uji Daya Terima Oleh

Panelis Donat dengan penambahan

tepung kulit pisang raja 10%

Donat dengan penambahan tepung kulit pisang raja

30% Donat

Donat dengan penambahan tepung kulit pisang raja

(49)

tinggi adalah 3. Berdasarkan tingkatannya, tingkat penerimaan konsumen dapat

diketahui sesuai dengan Tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3 Tingkat Penerimaan Konsumen

Organoleptik Skala Hedonik Skala Numerik

Warna

Untuk penilaian kesukaan /analisis sifat sensoris suatu komoditi diperlukan

alat instrumen, alat yang digunakan terdiri dari orang /kelompok orang yang disebut

panel, orang yang bertugas sebagai panel disebut panelis.

1. Pelaksanaan penilaian

a. Waktu dan tempat

Penilaian uji daya terima terhadap kue donat dengan penambahan tepung kulit

pisang hasil percobaan dilaksanakan disekolah SMP Swasta Krakatau Medan,

Agustus 2011.

b. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah kue donat dari penambahan tepung kulit pisang

dengan variasi perbandingan 10%, 20% dan 30% dari jumlah tepung terigu

yang digunakan. Sedangkan alat yang digunakan adalah formulir penilaian,

(50)

2. Langkah-langkah pada uji daya terima

a. Mempersilahkan Panelis untuk duduk di ruangan yang telah disediakan.

b. Membagikan sampel dengan kode sesuai variasi, air minum dalam kemasan,

formulir penilaian dan alat tulis.

c. Memberikan penjelasan singkat kepada panelis tentang cara memulai dan cara

pengisian formulir.

d. Memberikan kesempatan kepada panelis untuk memulai dan menuliskan

penilaian pada lembar fomulir penilaian.

e. Mengumpulkan formulir yang telah diisi oleh panelis.

f. Setelah formulir penilaian dikumpulkan kemudian dianalisis dengan

menggunakan analisa sidik ragam.

3.6.5 Panelis

Panelis dalam penelitian ini adalah panelis tidak terlatih yaitu siswa SMP

Swasta Krakatau Medan sebanyak 30 orang dengan kriteria sebagai berikut:

1. Tidak membedakan jenis kelamin

2. Sehat (tidak sakit)

3. Tidak buta warna

4. Tidak dalam keadaan lapar (pukul 09.00-11.00 WIB dan 14.00-15.00 WIB).

3.6.6 Menghitung Komposisi Zat Gizi Kue Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja

Komposisi zat gizi kue donat dihitung secara manual dengan melihat DKBM

(51)

3.6.7 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

diskriptif persentase dan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pada

masing-masing perlakuan maka digunakan analisa sidik ragam dan uji Kruskal Wallis.

Analisis diskriptif persentase ini digunakan untuk mengkaji reaksi panelis terhadap

suatu bahan yang diujikan. Untuk mengetahui daya terima dari panelis dilakukan

analisis diskriptif kualitatif persentase yaitu kualitatif yang diperoleh dari panelis

harus dianalisis dahulu untuk dijadikan data kuantitatif. Skor nilai untuk

mendapatkan persentase dirumuskan sebagai berikut (Ali (1992) dalam febrianty,

2010):

Keterangan:

% = Skor persentase

n = Jumlah skor yang diperoleh

N = Skor ideal (skor tertinggi x jumlah panelis)

Untuk mengubah data skor persentase menjadi nilai kesukaan konsumen,

analisisnya sama dengan analisis dengan analisis kualitatif dengan nilai yang berbeda,

yaitu sebagai berikut:

Nilai tertinggi = 3 (suka)

Nilai terendah = 1 (tidak suka)

Jumlah kriteria yang ditentukan = 3 kriteria

(52)

a. Skor maximum = jumlah panelis x nilai tertinggi

= 30 x 3 = 90

b. Skor minimum = jumlah panelis x nilai terendah

= 30 x 1 = 30

c. Persentase maximum =

= x 100% = 100%

d. Persentase minimum =

= x 100% = 33,3%

e. Rentangan = Persentase maximum – Persentase minimum

= 100% - 33,3% = 66,7%

f. Interval presentase = Rentangan : Jumlah kriteria

= 66,7% : 3 = 22,23% 22%

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat dibuat interval persentase

dan kriteria kesukaan sebagai berikut:

Tabel 3.4. Interval Persentase dan Kriteria Kesukaan

Persentase (%) Kriteria Kesukaan

78 – 100 Suka

56 – 77,99 Kurang suka

34 – 55,99 Tidak suka

Setelah mengetahui bagaimana penerimaan panelis terhadap kue donat dengan

penambahan tepung kulit pisang raja yang dihasilkan, langkah selanjutnya adalah

(53)

penambahan tepung kulit pisang raja dengan berbagai konsentrasi, maka dapat

dilakukan beberapa tahapan uji, yaitu:

1. Uji Barlett, dilakukan untuk menguji kesamaan varians populasi.

2. Uji Anova, dilakukan apabila varians populasi dimana sampel ditarik adalah sama

(homogen).

3. Uji Kruskal Wallis, dilakukan apabila varians populasi dimana sampel ditarik

adalah tidak sama (heterogen).

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan pada uji barlett adalah:

1. Siapkan tabel penolong sedemikian rupa, dan tabel penolong ini juga akan

digunakan dalam analisis varians.

Tabel 3.5. Tabel Penolong untuk Uji Barlett

Subjek pengamatan Kelompok perlakuan

1 2 ... k

1 x11 x12 ... x1k

2 x21 x22 ... x2k

... ... ... ... ...

n xn1 xn2 ... xnk

Jumlah pengamatan n2 n2 ... nk

Jumlah data ...

Jumlah kuadrat data ...

Varians (Ragam) ...

(54)

2. Pasangan hipotesis:

Ho : data populasi homogen

Ha : sekurang-kurangnya ada dua varians populasi yang tidak sam (data populasi

tidak homogen)

3. Sebaran Barlett (bh) :

4. Koefisien sebaran Barlett (bc) :

5. Daerah kritis : tolak Ho, jika bh < bc

6. Kesimpulan:

a. Jika hasil analisis statistik menunjukkan Ho diterima, artinya varians data populasi

darimana sampel ditarik seragam(homogen)

b. Jika hasil analisis statistik menunjukkan Ho ditolak, artinya varians data populasi

darimana sampel ditarik tidak seragam(heterogen)

Apabila kesimpulan menunjukkan Ho diterima maka dapat dilanjutkan ke

(55)

1. Uji Analisis Varians (Anova), dengan Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak

Lengkap (Rahayu, 1998).

Tabel 3.6. Daftar Analisa Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap Sumber

1. Derajat bebas (db)

a. db perlakuan = r - 1

b. db galat = (rt –1) – (r-1)

c. db total = (rt) – 1

2. Faktor koreksi (FK)

(ΣYij)2 Faktor koreksi =

r x t

(56)

3. Jumah kuadrat (JK)

a. Jumlah kuadrat total =Σ Yij2 – FK

Σ (Yi)2 b. Jumlah kuadrat perlakuan = - - FK

t

a. Jumlah kuadrat galat = jumlah kuadrat total - jumlah kuadrat perlakuan

4. Kuadrat total (KT)

Bandingkan F-hitung dengan F-tabel

Lihat tabel Anova, dimana :

Pembilang = db perlakuan

Penyebut = db galat

Bila F-hit > F-tabel = Ho ditolak, Ha diterima

Bila F-hit < F-tabel = Ho diterima, Ha ditolak

Dengan menggunakan derajat bebas α 5 %

Bila F-hitung > F-tabel berarti ada perbedaan antara perlakuan-perlakuan tersebut.

(57)

dengan Uji Ganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test). Dengan Uji Ganda

Duncan maka dapat diketahui perlakuan mana yang paling berbeda dengan perlakuan

lainnya dan perlakuan mana yang hanya sedikit berbeda dengan perlakuan lainnya.

KT Galat Sy =

Jumlah Kelompok

Kemudian dilanjutkan dengan menghitung range tingkat nyata 1% dengan melihat

derajat bebas galat dimana akan diperoleh :

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Kue Donat dengan Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja

Berdasarkan ketiga perlakuan yang berbeda terhadap kue donat dengan

penambahan tepung kulit pisang raja maka dihasilkan kue donat yang berbeda.

Perbedaan ketiga kue donat yang dihasilkan dapat dilihat pada tabe 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Karakteristik Kue Donat yang Dihasilkan

Karakteristik Kue Donat

10% 20% 30%

Warna Coklat muda Coklat tua Coklat tua pekat

Aroma Agak berbau pisang Berbau pisang Berbau pisang

Rasa Khas donat (agak rasa pisang dan gurih)

Panelis adalah 30 orang siswa SMP Swasta Krakatau Medan yang terdiri dari

15 orang perempuan dan 15 orang laki-laki. Umur panelis berkisar antara 13-15

tahun. Keadaan panelis pada saat diminta tanggapan /penilaiannya, secara visual

panelis tidak dalam keadaan sakit karena jika panelis dalam keadaan sakit umumnya

Gambar

Tabel 2.3. Bahan-bahan Dasar Kue Donat
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Rincian Perlakuan
Tabel 3.2. Jenis dan Ukuran Bahan Pembuatan Kue Donat Hasil Modifikasi Resep Dasar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian uji organoleptik terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur, biskuit oeleh 30 ibu balita yang paling disukai adalah biskuit dengan campuran tepung pisang

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh substitusi tepung kulit pisang raja terhadap kadar serat cookies.. Berdasarkan hasil uji daya

Dalam penelitian ini terjadi pengaruh perbe- daan daya terima panelis terhadap warna, rasa, dan tekstur dikarenakan semua snack bar tepung pisang kepok dengan penambahan tepung

Hasil penelitian uji organoleptik terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur, biskuit oeleh 30 ibu balita yang paling disukai adalah biskuit dengan campuran tepung pisang

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka masalah yang dapat diidentifikasikan adalah bagaimana pengaruh perbandingan tepung kulit pisang raja dengan tepung

Organoleptik kerupuk kulit buah pisang terbaik pada perlakuan K1 yaitu memiliki nilai warna, aroma, rasa dan penerimaan yang tinggi, sedangkan pada variabel

Hasil penelitian uji organoleptik terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur, biskuit oeleh 30 ibu balita yang paling disukai adalah biskuit dengan campuran tepung pisang

Tingginya kadar serat kue bay tat dengan substitusi tepung kulit pisang disebabkan oleh kandungan mineral pada bahan berikatan dengan serat tepung kulit pisang sehingga serat tidak