HUBUNGAN KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN
SOSIALISASI NILAI-NILAI ORGANISASI
(Studi Korelasional pada Organisasi Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif – IMPERATIF)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana dari
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Oleh:
HOT TRIANY NADAPDAP NIM. 050922035
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi (Studi Korelasional pada Organisasi Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif – IMPERATIF), yang membahas mengenai cara dan proses organisasi IMPERATIF dalam mengkomunikasikan nilai-nilai yang dianutnya dengan harapan dapat mensosialisasikan (menyampaikan) nilai-nilai tersebut kepada anggota.
Data primer penelitian diperoleh melalui kuisioner dengan sampel keseluruhan (total sampling) yaitu 59 orang anggota biasa IMPERATIF. Cara pengolahan data, untuk menghitung tingkat signifikansi hasil hipotesa tersebut dilakukan dengan diperoleh dengan metode penelitian korelasional dengan dua variasi (korelasi bivariat) dan banyak variasi (korelasi multivariat).
Penelitian ini juga menunjukkan nilai yang signifikan (dapat dipercaya) antara komunikasi organisasi dan sosialisasi nilai-nilai organisasi, dengan perhitungan dua derajat kepercayaan yaitu derajat 95% (0,05) dan derajat 99% (0.01). Hasil penelitian menunjukkan nilai rXY = 0,85 sama besar dengan nilai
rXYZ = 0,85; berarti bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat (sangat tinggi)
antara komunikasi organisasi dengan sosialisasi nilai-nilai organisasi, dan harga yang positif menggambarkan adanya hubungan yang linear (garis lurus) antara komunikasi organisasi dan sosialisasi nilai-nilai organisasi. Nilai yang tetap antara rXY dan rXYZ menunjukkan bahwa variabel antara (karakteristik responden) tidak
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:
Nama : Hot Triany Nadapdap, Amd
NIM : 050922035
Departemen : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul : Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi
(Studi Korelasional pada Ikatan Mahasiswa
Pemimpin Rasional).
Medan, Oktober 2007
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Drs. Hendra Harahap, MSi Drs. Amir Purba, MA NIP. 132 102 415 NIP. 131 694 104
Dekan
KATA PENGANTAR
Semua ini hanya karena Tuhan. Tanpa kekuatan, hikmat dan kemudahan
yang berasal dari-Nya, peneliti tidak akan pernah bisa menyelesaikan tahapan
hidup yang satu ini.
Sekilas tentang alasan pengerjaan skripsi dengan topik ini adalah, karena
peneliti menaruh perhatian pada keadaan pemerintah dan kebijakan yang tidak
menentu (tidak konsisten dan konsekwen) yang ada di bangsa dan negara
Indonesia. Kondisi dimana masing-masing pemimpin, tidak lagi mampu
mempertanggungjawabkan apa yang telah diputuskan dan diperkatakannya di
hadapan masyarakat luas. “Jabatan dan kedudukan adalah amanat (mandat) dari
Tuhan dan masyarakat, saya akan pergunakan untuk kepentingan rakyat”,
merupakan kalimat yang sering terdengar di telinga saat meminta dukungan di
kampanye, tapi semua itu tak pernah diingat apalagi dilaksanakan setelah tampuk
kekuasaan diduduki oleh mereka.
Di sisi lain, masyarakat baik sadar maupun tidak merasa terus dipersulit,
terus dipojokkan dan tak jarang mereka berpikir bahwa hidup mereka
dipermainkan dengan terus menjadi korban keputusan-keputusan. Keputusan yang
setiap tahunnya berubah tanpa alasan dan penjelasan yang dapat diterima, hingga
adegan berbau premanisme oleh para wakil rakyat di parlemen yang terus menjadi
tontonan di media, membuat masyarakat tak lagi menaruh simpati dan hormat
kepada pemimpinnya.
Dapat diambil kesimpulan bahwa inti permasalahan yang ada di tiap aspek
kebangsaan, mulai dari aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan
pertahanan keamanan. Karena merekalah yang pada akhirnya membuat
keputusan. Apa yang terjadi, jika wakil rakyat tersebut mulai kehilangan hati
nurani dan mental pengabdian bangsa, bahkan hanya memikirkan keadaan
“golongannya” sendiri? Apakah sebagai rakyat, kita mau dipimpin oleh pemimpin
yang tidak menyadari “panggilannya” akan jabatan dan kedudukannya?
Bagian yang paling memprihatinkan adalah saat kita bicara tentang hal
kepemimpinan. Seharusnya kepemimpinan bicara tentang manusia dengan
falsafah hidup dan pola berpikir, “Aku ingin menciptakan manusia-manusia
berikutnya yang sama dengan diriku bahkan lebih baik dari diriku”. Dengan kata
lain, jika hidup seorang pemimpin sudah baik dan benar menurut norma agama,
sosial dan masyarakat, seharusnya dia memiliki beban moral untuk
memperbanyak orang-orang baik dan benar seperti dirinya di muka bumi ini.
Hal ini tidak terlepas dari unsur manusia yang hidup di masa sebelum saat
ini, manusia saat ini dan bahkan manusia setelah saat ini. Selanjutnya kita akan
menyebut hal manusia antar masa ini dengan sebutan regenerasi. Apakah
kondisi di bangsa dan negara ini disebabkan oleh proses regenerasi yang salah
oleh para pemimpin sebelum kita atau memang keadaan kualitas manusia yang
semakin menurun, sehingga tidak ditemukan orang-orang seperti para pejuang
yang rela berkorban harta, nyawa dan harga diri demi keadaan bangsa dan negara,
di jaman sekarang ini?
Hal fundamental yang seharusnya dimiliki setiap calon pemimpin adalah
sangat mendukungnya untuk berlaku tidak benar. Dan hal yang tidak kalah
pentingnya bagi seorang pemimpin, dia harus memiliki orang-orang yang dapat
dipercaya, yang tulus, dan murni untuk selalu ada di sekelilingnya, untuk memberi
pandangan yang obyektif (pertimbangan baik atau buruk) akan suatu keputusan
yang berorientasi kepada rakyat. Masa memupuk nasionalisme, harus sudah
dimulai pada usia sedini mungkin dan untuk puncaknya adalah di jenjang
pendidikan tertinggi di bangsa ini, yaitu tingkat mahasiswa di universitas. Sebagai
pandangan kepada mahasiswa, jika tampuk kepemimpinan adalah mimpimu,
persiapkan jiwa dan ragamu untuk terus dibentuk dalam proses, dengan bergabung
dalam organisasi (komunitas) yang “sehat” untuk mengembangkan dirimu.
Peneliti mengucapkan terima kasih, kepada orang tua tercinta, Papa
Letkol. (Purn. TNI-AD) Ishak P. Nadapdap dan (RIP) Mama Happy Gultom
untuk pengalaman, cinta, perjuangan hidup yang membekali pembentukan mental
dan memberi warna dasar hidupku. Kepada yang tercinta, Kakak AD. Kartika
Waty N., SE bersama abang ipar Miduk Sianipar, AMd., ditambah lagi adanya
Mika Sianipar (tante sayang dan sangat menunggu kamu hadir di pangkuan ini.),
juga Kakak R. Sandhy N., AMd., cinta, pengertian, teladan dan kasih yang tulus
dari kalian adalah alasan ku untuk tetap kuat menjalani hidup. Adik Winner
B. N., Amd., kakak selalu bangga dan mendukung kamu.
Dalam kesempatan ini, peneliti juga mengucapkan terima kasih dan rasa
hormat kepada:
1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, Msi., selaku Dekan Fakultas Ilmu
2. Bapak Drs. Amir Purba, MA., selaku Ketua Departemen Ilmu
Komunikasi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Amir Purba, MA., selaku Pembimbing Akadenik (PA)
peneliti selama masa perkuliahan.
4. Bapak Drs. Humaizi, MA., selaku Ketua Bidang Pendidikan yang
memberi kesempatan dan ijin pada peneliti untuk meneliti
permasalahan dalam skripsi ini.
5. Bapak Drs. Hendra Harahap, Msi., selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan pengajaran dan bimbingan kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Staf Pengajar yang telah mendidik peneliti selama masa
perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi.
7. Seluruh Staf Administrasi dan pegawai di Departemen Ilmu
Komunikasi, khususnya kepada kak Ros dan kak Icut yang telah
banyak membantu peneliti dalam hal kearsipan dan adminsitratif.
8. Kawan-kawan stambuk ’05 di Departemen Ilmu Komunikasi, ‘ngak
ada stambuk yang se-asik stambuk kita’.
9. Teman seangkatan di SD, SMP, SMU, sahabat-sahabat FA,
teman-teman di Diploma 3 Bahasa Jepang USU dan teman-teman-teman-teman lainnya
yang berada di dalam dan luar negeri, yang tidak tersurat, tapi tersirat
di hati, kalian adalah kompetitor terbaik yang mampu memotivasiku
untuk bisa punya daya saing tinggi dan terus menerus belajar
10.Sahabat-sahabat di tim 8 kepengurusan PMK 2004, teman-teman
seperjuangan di tim kepengurusan PMK 2005, tim MPO 2006, tim
PDS 2006, tim PD 2007, juga generasiku di kepengurusan 2006 dan
kepengurusan 2007, warna-warni kalian masing-masing membuatku
semakin mengagumi Maha Pencipta.
11.Selamat bergabung di komunitas pemimpin bagi generasi angkatan
2007 dan seterusnya yang mau terus belajar dengan membaca hasil
penelitian ini.
12.Calon pemimpin yang pernah ku pimpin dan yang sampai saat ini ku
pimpin, Elisabeth W., SS., Angelina R.S., AMd., Priscilla E.E.N.,
ditambah Elmi R.S., SE., Erica M.P., Ria E.G., Wina S., ditambah lagi
Silfia H.C.S., SE., melihat dan mengamati hidup kalian membuat aku
berkaca pada hidupku dan membuatku semakin mengagumi Sang
Perenda terbaik.
13.Saudara-saudaraku, kak Ike R.L., SE dan dek Hetty K.V.H., SSn.,
keberadaan kalian sangat-sangat melengkapi hidupku. Apa artinya
hidup, kalo dijalani sendiri saja, tanpa kalian. Hidup Kita!
Medan, November 2007
Peneliti,
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Persetujuan ... i
Abstraksi ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ... xii
Daftar Gambar ... xvii
Daftar Bagan ... xviii
Daftar Lampiran... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Pembatasan Masalah ... 5
1.4 Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Manfaat Penelitian ... 6
1.6 Rancangan Teori ... 7
1.6.1 Teori Komunikasi Organisasi ... 8
1.6.2 Teori Sosialisasi ... 18
1.6.3 Teori Nilai ... 20
1.7 Kerangka Konseptual ... 20
1.7.2 Operasionalisasi Variabel ... 23
1.7.3 Defenisi Operasional ... 24
1.8 Hipotesis ... 26
1.9 Metode Penelitian ... 27
BAB II URAIAN TEORITIS ... 28
2.1 Pengertian Komunikasi ... 28
2.2 Ruang Lingkup Komunikasi ... 31
2.3 Pengertian Organisasi ... 33
2.4 Teori dan Model Komunikasi Antar Pribadi ... 41
2.4.1 Teori-teori Diri dan Orang Lain ... 41
2.4.2 Teori Hubungan Antar Pribadi (Interpersonal Relationship) ... 42
2.5 Teori dan Model Komunikasi Kelompok ... 43
2.5.1 Pengertian Komunikasi Kelompok ... 43
2.5.2 Karakteristik Komunikasi kelompok ... 45
2.5.3 Fungsi Komunikasi Kelompok ... 46
2.6 Komunikasi Organisasi ... 48
2.7 Nilai-nilai Organisasi ... 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 58
3.1 Metode Penelitian ... 58
3.3 Metode Sampling ... 61
3.3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 61
3.3.2 Populasi ... 63
3.3.3 Sampel ... 64
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 65
3.5 Metode Analisis Data Statistik ... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67
4.1 Analisis Data Penelitian Tentang Anggota IMPERATIF ... 68
4.2 Analisis Data Penelitian Tentang Pelaksanaan Komunikasi Organisasi di IMPERATIF ... 71
4.3 Analisis Data Penelitian Tentang Proses Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi di IMPERATIF ... 106
4.4 Analisis Data Penelitian Tentang Tabel Data Silang ... 120
4.4.1 Penyilangan data antara Keaktifan Dalam Pembinaan Organisasi dengan Pemahaman (Kognitif) Terhadap Bahan Organisasi ... 120
4.4.3 Penyilangan data antara
Materi Doa Gabungan dengan
Proses Berdiri Organisasi………..123
4.4.4 Penyilangan data antara Jenis Kelamin dengan Keaktifan Dalam Pembinaan Organisasi……….. 124
4.4.5 Penyilangan data antara Lama Menjadi Anggota Dalam Organisasi dengan Intensitas Dalam Membina……….. 125
4.5 Analisis Data Penelitian Tentang Hubungan (Korelasi) antara Variabel Bebas (Komunikasi Organisasi) dan Variabel Terikat (Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi) ... 126
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 130
5.1 Kesimpulan ... 130
5.2 Saran ... 131
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Operasionalisasi Variabel ... 23
Tabel 3.2 Tabel Model Teoritis ... 59
Tabel 3.3 Tabel Skala Guilford... 61
Tabel 4.4 Jenis Kelamin Anggota IMPERATIF ... 68
Tabel 4.5 Usia Anggota IMPERATIF ... 69
Tabel 4.6 Lama Menjadi Anggota IMPERATIF ... 70
Tabel 4.7 Kehadiran Pada Kegiatan Doa Gabungan IMPERATIF ... 71
Tabel 4.8 Kehadiran Pada Kegiatan Pembinaan Organisasi ... 72
Tabel 4.9 Kehadiran Pada Kegiatan Ibadah Raya ... 73
Tabel 4.10 Kehadiran Pada Kegiatan Kubu Doa Kampus ... 74
Tabel 4.11 Kehadiran Pada Kegiatan Fun With English... 75
Tabel 4.12 Kehadiran Pada Kegiatan Aksi Dana Papan Bunga ... 76
Tabel 4.13 Membaca Majalah Dinding Sekretariat ... 77
Tabel 4.14 Membaca News Letter Contact ... 78
Tabel 4.15 Membaca Buku Saku AD/ART ... 79
Tabel 4.16 Membaca Laporan Pertanggung Jawaban Kepengurusan ... 80
Tabel 4.17 Menonton VCD Rekaman Kegiatan ... 81
Tabel 4.18 Mendengar Kaset Rekaman Kegiatan ... 82
Tabel 4.19 Penilaian Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Doa Gabungan IMPERATIF ... 83
Tabel 4.20 Penilaian Terhadap Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Doa Gabungan ... 84
Tabel 4.22 Penilaian Terhadap Pelaksanaan Pembinaan Organisasi ... 86
Tabel 4.23 Penilaian Terhadap Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pembinaan Organisasi ... 87
Tabel 4.24 Penilaian Terhadap Materi Pembinaan Organisasi ... 88
Tabel 4.25 Penilaian Terhadap Pelaksanaan Ibadah Raya ... 89
Tabel 4.26 Penilaian Terhadap Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Ibadah Raya ... 90
Tabel 4.27 Penilaian Terhadap Materi Pelaksanaan Ibadah Raya ... 91
Tabel 4.28 Penilaian Terhadap Pelaksanaan Kubu Doa Kampus ... 91
Tabel 4.29 Penilaian Terhadap Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kubu Doa Kampus ... 92
Tabel 4.30 Penilaian Terhadap Materi pada Pelaksanaan Kubu Doa Kampus ... 92
Tabel 4.31 Penilaian Terhadap Pelaksanaan Fun with English ... 93
Tabel 4.32 Penilaian Terhadap Waktu dan Tempat Pelaksanaan Fun with English ... 93
Tabel 4.33 Penilaian Terhadap Materi Fun with English ... 94
Tabel 4.34 Penilaian Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Aksi Dana ... 94
Tabel 4.35 Penilaian Terhadap Waktu dan Tempat Pelaksanaan Aksi Dana ... 95
Tabel 4.36 Penilaian Terhadap Materi Pada Kegiatan Aksi Dana ... 95
Tabel 4.37 Penilaian Terhadap Penerbitan Majalah Dinding ... 96
Tabel 4.38 Penilaian Terhadap Waktu Terbit Majalah Dinding ... 96
Tabel 4.40 Penilaian Terhadap Penerbitan News Letter Contact ... 97
Tabel 4.41 Penilaian Terhadap Waktu Terbit News Letter Contact ... 98
Tabel 4.42 Penilaian Terhadap Isi News Letter Contact ... 98
Tabel 4.43 Penilaian Terhadap Penerbitan Buku Saku AD/ART ... 99
Tabel 4.44 Penilaian Terhadap Waktu Terbit Buku Saku AD/ART... 99
Tabel 4.45 Penilaian Terhadap Isi Buku Saku AD/ART ... 100
Tabel 4.46 Penilaian Terhadap Penerbitan Laporan Pertanggungjawaban Kepengurusan ... 100
Tabel 4.47 Penilaian Terhadap Waktu Terbit LPJ Kepengurusan ... 101
Tabel 4.48 Penilaian Terhadap Isi LPJ Kepengurusan ... 101
Tabel 4.49 Penilaian Terhadap Pengadaan Media VCD Rekaman Kegiatan ... 102
Tabel 4.50 Penilaian Terhadap Waktu Pengadaan VCD Rekaman Kegiatan ... 102
Tabel 4.51 Penilaian Terhadap Tema VCD Rekaman Kegiatan ... 103
Tabel 4.52 Penilaian Terhadap Pengadaan Media Kaset Rekaman Kegiatan ... 103
Tabel 4.53 Penilaian Terhadap Waktu Pengadaan Kaset Rekaman Kegiatan ... 104
Tabel 4.54 Penilaian Terhadap Tema Kaset Rekaman Kegiatan ... 104
Tabel 4.55 Memiliki AD/ART IMPERATIF ... 105
Tabel 4.57 Mengetahui Tanggal Berdiri IMPERATIF ... 106
Tabel 4.58 Mengetahui Lambang IMPERATIF ... 107
Tabel 4.59 Mengetahui Arti Lambang IMPERATIF ... 107
Tabel 4.60 Mengetahui Visi IMPERATIF ... 108
Tabel 4.61 Mengetahui Misi IMPERATIF ... 108
Tabel 4.62 Mengetahui Proses Berdirinya IMPERATIF ... 109
Tabel 4.63 Mengetahui Nama Perintis IMPERATIF... 109
Tabel 4.64 Mengetahui Tentang Musyawarah Umum Anggota ... 110
Tabel 4.65 Mengetahui Tentang Fungsi MUA ... 110
Tabel 4.66 Mengetahui Bagian MUA ... 111
Tabel 4.67 Mengetahui Tentang Majelis Pertimbangan Organisasi ... 111
Tabel 4.68 Mengetahui Tentang Fungsi MPO ... 112
Tabel 4.69 Mengetahui Tentang Bagian MPO ... 112
Tabel 4.70 Mengetahui Tentang Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) ... 113
Tabel 4.71 Mengetahui Tentang Fungsi GBHO ... 113
Tabel 4.72 Mengetahui Tentang Bagian GBHO ... 114
Tabel 4.73 Mengetahui Tentang Kepengurusan ... 114
Tabel 4.74 Mengetahui Fungsi Kepengurusan ... 115
Tabel 4.75 Mengetahui Bagian di Kepengurusan ... 115
Tabel 4.76 Intensitas Dalam Membina Anggota Organisasi ... 116
Tabel 4.77 Jumlah Anggota Biasa yang Dibina ... 116
Tabel 4.79 Pemahaman akan Isi Buku Pembinaan Organisasi ... 117
Tabel 4.80 Menerima Isi Buku Pembinaan Organisasi ... 118
Tabel 4.81 Melakukan Isi Dalam Buku Pembinaan Organisasi ... 119
Tabel 4.82 Mengajarkan Kembali Isi Buku Pembinaan
Organisasi kepada yang Dibina ... 119
Tabel 4.83 Data silang antara Keaktifan Dalam Pembinaan
Organisasi dengan Pemahaman (Sikap Kognitif) Terhadap Bahan Organisasi ... 120
Tabel 4.84 Data silang antara Kehadiran Pada Doa
Gabungan dengan Pengetahuan Visi Organisasi ... 122
Tabel 4.85 Data silang antara Materi Doa Gabungan dengan
Proses Berdiri Organisasi ... 123
Tabel 4.86 Data silang antara Jenis Kelamin Anggota dengan
Keaktifan Dalam Pembinaan Organisasi ... 124
Tabel 4.87 Data Silang antara Lama Menjadi Anggota Dalam
Organisasi dengan Intensitas Dalam Membina ... 125
Tabel 4.88 Korelasi Bivariat antara Komunikasi Organisasi
dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi ... 127
Tabel 4.89 Korelasi Multivariat antara Komunikasi Organisasi dan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi dengan
Karakteristik Responden (Jenis Kelamin) ... 128
Tabel 4.90 Korelasi Multivariat antara Komunikasi Organisasi dan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi dengan
DAFTAR LAMPIRAN
Kuesioner
Riwayat Hidup
Surat Keterangan Pra Penelitian
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Jendela Johari ... 15
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi (Studi Korelasional pada Organisasi Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif – IMPERATIF), yang membahas mengenai cara dan proses organisasi IMPERATIF dalam mengkomunikasikan nilai-nilai yang dianutnya dengan harapan dapat mensosialisasikan (menyampaikan) nilai-nilai tersebut kepada anggota.
Data primer penelitian diperoleh melalui kuisioner dengan sampel keseluruhan (total sampling) yaitu 59 orang anggota biasa IMPERATIF. Cara pengolahan data, untuk menghitung tingkat signifikansi hasil hipotesa tersebut dilakukan dengan diperoleh dengan metode penelitian korelasional dengan dua variasi (korelasi bivariat) dan banyak variasi (korelasi multivariat).
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kepemimpinan telah memasuki seluruh tingkatan dalam lingkungan
masyarakat pendidikan dan masyarakat umum. Namun untuk mengerti akan arti
kata kepemimpinan, sampai dengan tahapan melakukan nilai-nilai kepemimpinan
itu sendiri, tergantung latar belakang tingkat pendidikannya.
Dalam lingkungan masyarakat pendidikan, kepemimpinan dan
penerapannya telah terlihat pada aktivitas intrakulikuler dan ekstrakulikuler mulai
tingkat TK, SD, SMP, SMA, bahkan sampai tingkat universitas, telah mengadopsi
prinsip-prinsip kepemimpinan dalam prosesnya. Dapat diambil kesimpulan bahwa
semua tingkat pendidikan merasa antusias dan optimis akan tiba suatu masa,
bahwa seseorang akan sampai pada jenjang tertinggi, yaitu menjadi pemimpin
lewat segala aspek dan bidang kehidupan yang dipilihnya sebagai dunia
profesionalnya.
Apa yang sesungguhnya sedang terjadi pada dunia kepemimpinan yang
ada di Indonesia, dapat dilihat dengan jelas oleh para pemimpin bangsa ini.
“Globalisasi telah membuat para pemimpin nasional kita ketakutan dan tidak
mampu mengendalikan reaksi berlebihan yang terjadi di bawah. Reaksi
berlebihan itu adalah fundamentalisme dan nasionalisme sempit”, kata
mengatakan bahwa derasnya arus globalisasi membuat para pemimpin nasional
tidak berani bersikap, terutama dalam menegakkan hukum.
(sumber: www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/abdurrahman_wahib/index.sthml)
Hal yang senada ditunjukkan melalui pernyataan salah satu tokoh
Indonesia, wakil Presiden - Jusuf Kala, yang merupakan orang nomor dua di
bangsa ini kepada Kompas, 8 Juni 2006 bahwa Indonesia memerlukan
pemimpin-pemimpin yang memiliki gaya kepemimpin-pemimpinan yang kuat di tengah-tengah
perubahan-perubahan mendasar dalam kehidupan politik dan masyarakat selama
delapan tahun reformasi.
(sumber:
Pernyataan kedua tokoh ini menggambarkan keadaan yang menjadi
permasalahan sesungguhnya di bangsa ini yaitu sedang terjadi krisis
kepemimpinan. Generasi muda sudah seharusnya siap menggantikan para
pemimpin dari generasi angkatan sebelumnya. Namun praktek kepemimpinan
sering terbentur pada ketidakpercayaan antara generasi yang ada di tingkat atas
pada orang-orang yang lebih muda darinya. Kenyataan ini tersampaikan dengan
baik oleh sebuah iklan produk rokok yang terkenal dengan slogannya, dengan
mengeluarkan slogan terbaru yaitu, “Yang lebih muda, yang gak dipercaya”,
melalui berbagai media iklan yang ada. Sebuah iklan yang dapat membuat para
aktivis organisasi mana pun, dan orang-orang lain yang telah mengalaminya akan
mengangguk-anggukkan kepala dan tersenyum kecil sebagai ekspresi bahwa dia
pernah melihat perlakuan seperti itu atau pun pernah melakukannya pada orang
Jalinan hubungan antar generasi seharusnya tetap terjalin dengan baik.
Generasi yang lebih tua tidak perlu merasa tidak puas atau pun tidak percaya pada
generasi yang lebih muda dan tetap konsisten dalam memberikan bimbingan pada
yang lebih muda. Generasi yang lebih muda juga harus mempunyai sikap dan
kemauan untuk terus belajar dan mau diajar untuk mempersiapkan kompetensi
diri. Generasi yang lebih tua seharusnya lebih membebaskan yang muda untuk
berekspresi, sedangkan yang lebih muda seharusnya mau belajar dari pengalaman
orang yang lebih tua dan tidak mengulangi kesalahan yang pernah mereka
lakukan. Situasi yang harmonis dan seimbang seperti ini, akan sangat membantu
organisasi untuk bergerak lebih dinamis dan mengembangkan diri menuju
pencapaian visi organisasi.
Pengenalan, pengertian, penerapan kepemimpinan dalam hidup
berorganisasi dan bermasyarakat hingga menjadi suatu tahapan-tahapan yang
teratur, terstruktur dan kronologis, seharusnya selalu menjadi perhatian
lingkungan pendidikan yang ada di Indonesia. Karena pemimpin yang cakap,
handal dan dapat dipercaya merupakan kebutuhan bangsa untuk dijadikan
orang-orang pemegang kekuasaan, pengambil keputusan dan berpengaruh di bangsa ini.
Universitas sebagai tingkatan jenjang pendidikan yang tertinggi,
semestinya lebih antusias dan peka terhadap topik ini. Karena setelah
menyelesaikan tahapan sebagai mahasiswa, selanjutnya golongan SDM produktif
ini akan terjun langsung ke masyarakat untuk mendapatkan tempat-tempat
orang tua dan senior-senior yang lebih dahulu mendapat kesempatan untuk masuk
pada tingkat kepemimpinan kota dan bangsa.
Universitas dan mahasiswa sebagai calon pemimpin, menjadi acuan
peneliti dalam mengajukan judul skripsi ini. Universitas adalah gudangnya
pemuda dan pada jenjang inilah para calon pemimpin seharusnya mulai
menghidupi pengertian kata kepemimpinan sekaligus mempersiapkan diri untuk
siap berkarya nyata. Pada organisasi kemahasiswaan, secara langsung
prinsip-prinsip kepemimpinan dilakukan dengan mencantumkannya pada program yang
terstruktur dan secara tidak langsung dilakukan melalui kegiatan tambahan di luar
program organisasi.
Organisasi mahasiswa dengan nama Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional
dan Kreatif yang disebut IMPERATIF dipilih sebagai obyek yang diteliti. Alasan
pemilihan IMPERATIF sebagai obyek penelitian, karena organisasi yang telah
berdiri di Universitas Sumatera Utara (USU) sejak 12 Februari 1999 ini,
menyatakan dirinya sebagai pencetak pemimpin (seperti yang tercantum pada
namanya). Keadaan yang kurang menunjukkan perkembangan organisasi yang
telah berusia delapan tahun ini, membuat peneliti semakin tertarik melakukan
pengamatan, tepatnya mulai satu tahun terakhir ini. Anggota organisasi yang
keseluruhannya merupakan mahasiswa USU dari berbagai fakultas dan jurusan,
membuat peneliti semakin antusias dalam meneliti masalah ini, mengingat bahwa
mereka adalah orang-orang yang telah melewati seleksi prestasi akademik
sebelum mendapatkan pendidikan lanjutan di universitas negeri, sehingga data
Ingin mengetahui penyebab-penyebab sehingga organisasi ini belum
dikenal di kalangan mahasiswa dan masyarakat, yang dimulai dengan melakukan
penelitian terhadap berlangsungnya komunikasi organisasi, melalui setiap
kegiatan/ pertemuan organisasi dan menghubungkannya dengan usaha
mensosialisasikan nilai-nilai keorganisasian kepada anggotanya, membuat peneliti
ingin meneliti secara ilmiah (sesuai dengan dasar-dasar ilmu pengetahuan) akan
permasalahan ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, “Bagaimana Hubungan
Komunikasi Organisasi Dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi di Ikatan
Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif.”
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah yang akan diteliti adalah:
1. Mengetahui pelaksanaan komunikasi organisasi di IMPERATIF
melalui pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan yang pernah
dilakukan.
2. Data untuk penelitian ini akan diperoleh dari anggota yang terdaftar
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui hubungan antara komunikasi organisasi dengan
sosialisasi nilai-nilai organisasi.
2. Menambah wawasan pengetahuan mengenai pentingnya komunikasi
organisasi dalam berorganisasi.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Secara akademis
a. Dapat memperkaya penelitian dan pengetahuan tentang
aktivitas komunikasi organisasi sebagai sumber bacaan di
lingkungan FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu
Komunikasi.
b. Sebagai bahan studi banding bagi mahasiswa di lingkungan
FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi yang
meneliti mengenai teori komunikasi organisasi.
2. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan bagi ilmu komunikasi khususnya kajian ilmu
komunikasi organisasi yang berkaitan dengan aktivitas komunikasi
3. Secara praktis
a. Secara umum, memberi saran kepada organisasi-organisasi
untuk dapat membenahi sistem komunikasi di dalam
organisasinya, sebagai sarana untuk membantu tercapainya
visi organisasi.
b. Secara khusus, memberi informasi dan evaluasi bagi
organisasi IMPERATIF, organisasi yang bergerak di bidang
kepemimpinan untuk memperbaiki sistem komunikasinya.
1.6 Rancangan Teori
Mengamati apa yang terjadi di dalam suatu organisasi tertentu, membuat
banyak para ahli pendidikan meninjau perilaku dalam organisasi menurut latar
belakang pendidikan mereka masing-masing, yaitu dari sudut pandang pemikiran
antropologi, sosiologi, sampai psikologi. Ketiga ilmu ini, mengarahkan untuk
mengenal organisasi sebagai hakikat kerja sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa
kata kunci untuk efektivitas organisasi terletak pada efektivitas komunikasi.
Dalam ilmu komunikasi terdapat teori-teori yang dapat mendukung
berlangsungnya komunikasi organisasi.
Dalam penelitian ini, teori yang digunakan peneliti adalah teori
Komunikasi Organisasi, teori Komunikasi Antar Pribadi, teori Komunikasi
1.6.1 Teori Komunikasi Organisasi
Komunikasi Organisasi yang merupakan bagian dari Komunikasi
Antar Manusia, adalah aktivitas yang menghubungkan antar manusia dan
antar kelompok dalam sebuah organisasi.
Manusia sebagai mahluk sosial, umumnya menyukai cara hidup
berkelompok. Perasaan senang berkumpul ini, dimulai saat seseorang
tergabung dalam keluarga, tingkatan organisasi yang terkecil dalam
masyarakat, sampai tingkat dimana seseorang dengan kesadaran pribadi
menggabungkan dirinya pada kumpulan orang-orang yang memiliki
kesamaan tujuan dengannya pada jenjang pendidikan umum maupun
kemasyarakatan.
Menurut Alo Liliweri (2004:64), ada beberapa hal yang menjadi
tujuan dan fungsi komunikasi organisasi,
Tujuan utama komunikasi organisasi, yaitu : a. Sebagai tindakan koordinasi.
Komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk
mengkoordinasikan sebagian atau seluruh tugas dan fungsi organisasi
yang telah dibagi-bagi dalam bagian atau sub bagian yang
melaksanakan visi dan misi organisasi di bawah pimpinan seorang
pemimpin atau manajer serta para bawahan mereka. Tanpa
komunikasi maka organisasi hanya merupakan kumpulan orang-orang
yang terbagi dalam tugas dan fungsi masing-masing yang
sinkronisasi dan harmonisasi). Organisasi tanpa koordinator,
organisasi tanpa komunikasi sama dengan organisasi yang
menampilkan aspek individual dan bukan menggambarkan aspek
kerjasama.
b. Membagi informasi.
Salah satu tujuan komunikasi yang penting adalah
menghubungkan seluruh aparatur organisasi dengan tujuan organisasi.
Komunikasi mengarahkan manusia dan aktivitas mereka dalam
organisasi. Sebuah informasi atau pertukaran informasi berfungsi
untuk membagi kemudian menjelaskan informasi tentang tujuan
organisasi, arah dari suatu tugas, bagaimana usaha untuk mencapai
hasil dan pengambilan keputusan.
c. Menampilkan perasaan dan emosi.
Manusia dalam organisasi mempunyai keinginan bahkan
kebutuhan untuk menyatakan kegembiraan atas pekerjaan dan prestasi
yang mereka lakukan, mungkin mereka ingin mengatakan perasaan
marah karena mereka telah gagal bertugas sebagai seorang pemimpin.
Mereka juga dapat mengungkapkan kekhawatiran dan kecemasan
yang akan dihadapi baik oleh diri sendiri, kelompok dan unit kerja
bahkan oleh organisasi. Di saat yang lain mereka pun dapat
Fungsi Umum dan Fungsi Khusus Komunikasi Organisasi, a. Fungsi Umum
- To Tell. Komunikasi berfungsi untuk “menceritakan” informasi terkini mengenai sebagian atau keseluruhan hal
yang berkaitan dengan pekerjaan.
- To Sell. Komunikasi berfungsi untuk “menjual” gagasan dan ide, pendapat, fakta, termasuk menjual sikap
organisasi, tentang sesuatu yang merupakan subyek
layanan.
- To Learn. Komunikasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan para karyawan agar mereka bisa “belajar:
tentang atau dari organisasi lain (internal), belajar tentang
apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dikerjakan orang lain,
tentang apa yang “dijual” atau yang “diceritakan” oleh
orang lain tentang organisasi.
- To Decide. Komunikasi berfungsi untuk “menentukan” apa dan bagaimana organisasi membagi pekerjaan, atau
siapa menjadi atasan dan siapa menjadi bawahan, besaran
kekuasaan dan kewenangan, menentukan bagaimana
menangani sejumlah orang, bagaimana memanfaatkan
sumber daya, mengalokasikan manusia, mesin, metode dan
b. Fungsi Khusus
- Membuat para karyawan melibatkan diri ke dalam
issu-issu organisasi lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan
tertentu di bawah sebuah “komando”.
- Membuat para karyawan menciptakan dan menangani
“relasi” antar sesama bagi peningkatan produk organisasi.
- Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk
menangani atau mengambil keputusan-keputusan dalam
suasana yang “ambigu dan tidak pasti”.
Komunikasi organisasi meliputi komunikasi antar pribadi dalam
kelompok formal, yang disesuaikan dengan struktur organisasinya
(semakin formal organisasi, pesan juga semakin formal sehingga
tujuan dan maksud komunikasi umumnya berstruktur). Sehingga
dalam penyelesaian penelitian ini, peneliti juga menggunakan teori
komunikasi antar pribadi dan teori komunikasi kelompok.
Teori Komunikasi Antar Pribadi (KAP)
Jika dipandang secara material, maka organisasi merupakan
komposisit bangunan, mesin, gedung, atau perangkat keras lainnya.
Namun, apabila kita memandang organisasi secara spiritual, maka
organisasi merupakan “konteks” tempat terjalinnya komunikasi
antar manusia. Dalam konteks tersebutlah para anggota dan
Komunikasi antar pribadi (KAP) adalah pertukaran informasi
yang terjadi diantara dua orang. KAP berbeda dengan bentuk
komunikasi lain, terutama dalam hal jumlah para partisipan atau para
interaktor. Komunikasi antar pribadi sering dikatakan komunikasi
dyad – yaitu komunikasi yang melibatkan antara dua atau tiga orang partisipan, jarak fisik di antara mereka sangat dekat, partisipan
menggunakan banyak saluran sensoris, dan sifat umpan baliknya,
dapat diketahui dengan segera.
Menurut Alo Liliweri (2004) yang menjadi fungsi KAP, yaitu :
a. Menumbuhkan informasi
Harapan kita berkomunikasi antar pribadi adalah untuk
menumbuhkan pengetahuan tentang orang lain, oleh karena itu
kita dapat berinteraksi dengan mereka secara efektif (teori
penetrasi sosial). Kita dapat meramalkan bagaimana orang lain
itu berpikir, merasakan dan bertindak jika kita tahu siapa
mereka. Kita menambah informasi secara pasif dengan
mengamati mereka, dan secara aktif menanyakan melalui
orang lain, siapakah dia, atau secara interaktif langsung –
mendekati dia secara langsung. Self – Disclosure acap kali
digunakan untuk memperoleh dan menumbuhkan informasi
b. Membangun satu konteks pemahaman.
Komunikasi antar pribadi dapat menolong diri sendiri
supaya lebih mengerti tentang apa yang orang katakan dalam
satu konteks tertentu.
c. Membentuk identitas.
Peranan yang dimainkan dalam relasi dengan orang lain,
menolong kita membangun identitas. Dengan identitas itu, kita
menampilkan wajah kita kepada publik sehingga mereka
mempunyai gambaran tentang diri kita. Peran dan tampila itu
dibentuk berdasarkan pada bagaimana kita berinteraksi dengan
orang lain.
d. Memenuhi kebutuhan antar pribadi
William Schutz dalam teori FIRO (Fundamental
Interpersonal Relations Orientation), telah mengidentifikasi tiga kebutuhan manusia, yakni :
• Inklusi, adalah kebutuhan untuk terlibat bersama dengan
orang lain.
• Kontrol, adalah kebutuhan untuk mengontrol, mengawasi
bahkan menguasai orang lain.
• Afeksi, adalah kebutuhan untuk mengembangkan relasi
dengan orang lain, kebutuhan untuk dikasihi orang lain.
Komunikasi Antar Pribadi akan berhasil, jika pengenalan akan diri
dapat mengenal komunikasi diri dengan baik adalah teori Self
Disclosure.
Teori Self Disclosure
Self Disclosure (SD) dilihat sebagai strategi yang bermanfaat untuk membagi (sharing) informasi dengan orang lain. Dengan
membagi informasi, maka kita menjadi lebih akrab dengan orang lain
dan relasi antar pribadi makin diperkuat.
SD bukan merupakan sesuatu proses yang sederhana bagi pembentukan informasi tentang sesama. Banyak ahli mendefinisikan
SD sebagai sharing informasi dengan orang lain, karena mereka pun tidak selalu mengetahui atau menemukan sesuatu tentang diri kita
bahkan tentang dirinya sendiri.
Daya guna SD dapat dilihat dalam model (bagan) Jendela
Johari (Johary Windows) berikut. Dengan bagan ini, dapat
ditunjukkan jalan untuk mengetahui bagaimana sebagaian besar
informasi yang anda tahu tentang diri anda dan seberapa benyak
Bagan 1.1 Jendela Johari
Diketahui oleh diri anda Tidak diketahui oleh
diri anda
Diketahui oleh
orang lain
Bidang Terbuka
Diketahui oleh diri anda dan
diketahui pula oleh orang lain
Bidang Buta
Terbuka bagi diri anda, namun
tersembunyi bagi orang lain
Bidang Gelap
Tidak diketahui oleh
diri anda maupun orang
lain
Keterangan :
• Bidang Terbuka, merupakan bidang KAP yang paling efektif. Pada bidang ini, baik diri sendiri maupun orang lain sama-sama mengetahui
atau memiliki informasi yang diperlukan dalam melakukan komunikasi.
Bidang ini meliputi semua informasi yang diketahui oleh 2 (dua) orang
yang terlibat dalam relasi, seperti mengetahui warna rambut, tinggi badan,
tampilan fisik, karena kedua pihak saling melihat dan tahu persis.
• Bidang Tersembunyi, berisi informasi yang menurut anda harus disembunyikan karena bersifat pribadi. Misalnya, keinginan dan
kebutuhan anda, mimpi dan ambisi anda.
• Bidang Gelap adalah segala sesuatu yang diri sendiri dan orang lain tidak tahu tentang sesuatu. Misalnya, jika sekelompok orang yang saling
berkomunikasi dari bidang keahlian yang berbeda dalam pelaksanaan
tugas mereka.
Teori Komunikasi Kelompok
Robert Rich dalam bukunya Tales of a New America
mengemukakan bahwa hubungan peranan kelompok sangat penting
dalam meningkatkan era teknologi organisasi. Banyak laporan riset
dan praktek organisasi menunjukkan bahwa mereka yang bekerja
dalam tim lebih sukses daripada bekerja sendiri. Bahkan mereka
sukses kerja tim, karena mengandalkan prinsip two head are better
then one.
Komunikasi kelompok adalah suatu studi tentang segala
sesuatu yang terjadi pada saat individu-individu berinteraksi dalam
kelompok kecil dan bukan deskripsi mengenai bagaimana
seharusnya komunikasi terjadi serta bukan pula sejumlah nasehat
tentang cara-cara bagaimana yang harus ditempuh (Joseph de vito).
Sedangkan menurut Alvin A. Goldberg dan Carl E. Larson,
terapan yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses
kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam
diskusi kelompok tatap muka yang kecil.
Kelompok yang di dalamnya terdiri atas manusia berjiwa yang
memiliki pikiran, hasrat, rasa dan kehendak yang berbeda-beda,
membuat kehidupan kelompok tidak berada dalam keadaan statis,
tetapi berada dalam keadaan dinamis sebagai pertanda bahwa
kelompok itu berkembang dengan baik. Agar memberi pengertian
yang jelas tentang kelompok dan aktivitasnya, dinamika kelompok
akan diikutsertakan dalam kerangka teori penelitian ini.
Dinamika Kelompok
Dinamika Kelompok berarti suatu kelompok yang teratur dari
dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara
jelas antara anggota satu dengan yang lain. Persoalan dinamika
kelompok adalah semua gejala kejiwaan yang disebabkan oleh
kehidupan bersama dalam kelompok yang face to face.
Santosa (1999) mengatakan, Ruth Benedict membagi persoalan yang
ada dalam dinamika kelompok, sebagai berikut :
a. Kohesi/ persatuan
Dalam persoalan komunikasi ini akan dilihat tingkah laku
anggota dalam kelompok. Seperti proses pengelompokan, intensitas
b. Motif/ dorongan
Persoalan motif ini berkisar pada interest anggota terhadap
kehidupan kelompok. Seperti kesatuan kelompok, tujuan bersama,
orientasi diri terhadap kelompok dan sebagainya.
c. Struktur
Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk
hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas,
dan sebagainya.
d. Pimpinan
Persoalan pimpinan tidak kalah pentingnya pada kehidupan
kelompok, dimana hal ini terlihat pada bentuk-bentuk
kepemimpinan, tugas pimpinan, sistem kepemimpinan, dan
sebagainya.
e. Perkembangan Kelompok
Persoalan perkembangan kelompok dapat pula menentukan
kehidupan kelompok selanjutnya, dan ini terlihat pada perubahan
dalam kelompok, senangnya anggota tetap berada dalam kelompok,
perpecahan kelompok, dan lain sebagainya.
1.6.2 Teori Sosialisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:855),
sosialisasi berarti proses belajar seorang anggota masyarakat untuk
Berger (1978) mencatat adanya perbedaan penting antara
manusia dengan mahluk lain. Berbeda dengan mahluk lain yang
seluruh perilakunya dikendalikan oleh naluri yang diperoleh sejak
awal hidupnya, manusia merupakan mahluk tak berdaya karena
memiliki naluri yang relatif tidak lengkap. Oleh sebab itu manusia
kemudian mengembangkan kebudayaan untuk mengisi kekosongan
yang tidak diisi oleh naluri. Manusia harus memutuskan sendiri apa
yang harus dimakannya dan kebiasaan yang dimilikinya, akan
ditegakkannya menjadi kebudayaanya. Sehingga dapat disimpulkan,
bahwa kebudayaan sekelompok orang dapat berbeda dengan
kelompok lainnya. Keseluruhan budaya (kebiasaan) yang dipunyai
manusia tersebut harus dipelajari oleh setiap anggota baru suatu
masyarakat melalui suatu proses yang dinamakan sosialisasi
(socialization).
Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai “a process by which
a child learns to be a participant member of society” – artinya proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang
berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978 : 116). Menurut
Berger dan sejumlah tokoh sosiologi lainnya, yang diajarkan melalui
Proses sosialisasi pada suatu kebiasaan/ kebudayaan yang baru
diterima, akan menimbulkan berbagai sikap sebagai respon yang
ditunjukkan, antara lain :
a. Sikap kognitif adalah sikap yang ditunjukkan sebagai bentuk
pemahaman akan suatu nilai yang menandakan perubahan
kepercayaan, perubahan pendapat ataupun penambahan
pengetahuan.
b. Sikap afektif adalah sikap yang ditunjukkan sebagai bentuk
penerimaan yang terlihat dari perubahan perasaan dan
kesukaan akan suatu nilai.
c. Sikap behavioral adalah sikap yang ditunjukkan sebagai
kecenderungan perilaku/ tindakan terhadap suatu nilai.
d. Sikap regeneratif adalah sikap yang ditunjukkan sebagai
keinginan untuk meneruskan suatu nilai yang dianggap baik
untuk diketahui, agar dilakukan juga oleh orang lain.
1.6.3 Teori Nilai
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:615), nilai
berarti sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan.
Nilai menyatakan keyakinan-keyakinan dasar bahwa “suatu
modus perilaku atau keadaan akhir dari eksistensi yang khas, lebih
keadaan akhir yang berlawanan”. Nilai mengandung suatu unsur
pertimbangan dalam arti, nilai mengemban gagasan-gagasan seorang
individu mengenai apa yang benar, baik atau diinginkan.
Nilai merupakan hal yang penting untuk mempelajari perilaku
keorganisasian karena meletakkan dasar untuk memahami sikap dan
motivasi, juga karena nilai dapat mempengaruhi persepsi kita.
Individu-individu memasuki suatu organisasi dengan gagasan yang
dikonsepkan sebelumnya mengenai apa yang “seharusnya” dan tidak
seharusnya.
Umumnya nilai mempengaruhi sikap dan perilaku. Pada
tiap-tiap kelompok memiliki nilai tersendiri sangatlah penting, baik
kelompok tersebut mempunyai nilai tinggi atau kelompok
mempunyai nilai rendah. Nilai suatu kelompok dapat ditingkatkan
bila ada kesadaran dari anggota bahwa motivasinya memasuki satu
kelompok, agar keinginan atau kebutuhannya akan terpenuhi.
1.7 Kerangka Konseptual
Pengalaman, meskipun penting dalam proses belajar, tidak selalu
begitu saja cukup. Karena biasanya, proses belajar dapat mencapai
puncaknya bila pengalaman tersebut disertai dengan kerangka konseptual,
yaitu suatu cara melihat bermacam hal dengan pemberian istilah-istilah,
Peneliti akan dengan sengaja dan perlahan-lahan berusaha mengerti
tentang proses-proses kelompok, karena menurut penilaian tidak ada
lingkungan sosial lain yang sangat perlu dipahami, atau yang sangat
menarik serta sangat sulit untuk diatasi selain proses-proses kelompok
kecil.
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang ada, maka
dapat digambarkan bagan kerangka konseptual untuk mengetahui pengaruh
komunikasi organisasi pada anggota IMPERATIF.
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa variabel yang akan diteliti,
yaitu:
1. Variabel Bebas atau Independent Variabel (X), yaitu variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab suatu perubahan atau
penyebab timbulnya variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kegiatan Komunikasi
Organisasi.
2. Variabel Terikat atau Dependent Variabel (Y), yaitu variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Sosialisasi Nilai-nilai
Organisasi IMPERATIF.
3. Variabel Antara atau Intervening Variabel (Z), yang berfungsi
sebagai penguat atau pelemah hubungan antar variabel bebas dan
variabel terikat, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel antara
1.7.1 Kerangka Teoritis
Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan
dalam kerangka konsep, maka dibentuk menjadi suatu model teoritis
sebagai berikut :
Bagan 1.2 Bagan Kerangka Teoritis
1.7.2 Operasionalisasi Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka
peneliti menjabarkan variabel-variabel ke dalam operasionalisasi.
Tabel 1.1 Tabel Operasionalisasi Variabel
Variabel Teoritis Variabel Operasional
1. Variabel Bebas (X) Komunikasi Organisasi
a. Bentuk kegiatan organisasi
b. Frekuensi kegiatan organisasi
c. Topik/ isi pesan dalam kegiatan
d. Media dalam organisasi
e. Komunikator
Variabel Terikat (Y) Sosialisasi Nilai-nilai
Organisasi Variabel Bebas (X)
Kegiatan Komunikasi Organisasi
Variabel Antara (Z) Karakteristik
2. Variabel Terikat (Y)
Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi
a. Memahami nilai-nilai organisasi
(sikap kognitif)
b. Menerima nilai-nilai organisasi
(sikap afektif)
c. Melakukan nilai-nilai organisasi
(sikap behavioral)
d. Meneruskan nilai-nilai organisasi
(regeneratif)
3. Variabel Antara (Z) a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Lama menjadi anggota
1.7.3 Defenisi Operasional
Konsep atau pengertian merupakan defenisi dari sekelompok
fakta yang dapat dirumuskan sebagai defenisi yang dapat dipakai
peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial
ataupun alami. Hal ini dibuat untuk menghindari penafsiran yang
berbeda-beda terhadap masalah dan istilah dalam penelitian ini, maka
peneliti membuat batasan-batasan sebagai berikut :
1. Variabel Bebas (X)
a. Komunikasi organisasi yang merupakan topik penelitian,
adalah aktivitas yang menghubungkan antar manusia dan
penelitian ini, variabel operasional yang digunakan
adalah kegiatan organisasi IMPERATIF.
b. Frekuensi kegiatan organisasi adalah kuantitas
pelaksanaan kegiatan/ pertemuan rutin yang dilakukan di
organisasi.
c. Bentuk kegiatan organisasi adalah bentuk kegiatan/
pertemuan yang dilaksanakan.
d. Topik/ isi pesan adalah bahan yang disampaikan dalam
pertemuan.
e. Media dalam organisasi adalah media/ alat yang
digunakan organisasi.
f. Komunikator/ pembicara adalah orang yang dipercayakan
menyampaikan topik yang ditentukan pada kegiatan/
pertemuan.
2. Variabel Terikat (Y)
a. Sosialisasi nilai-nilai organisasi yang merupakan sasaran
penelitian adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk
memperkenalkan nilai-nilai organisasi.
b. Sikap kognitif adalah kegiatan memperoleh pengetahuan
atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman
c. Sikap afektif adalah sikap penerimaan, yang terlihat dari
perubahan perasaan atau kesukaan akan suatu nilai.
d. Sikap behavioral adalah sikap yang ditunjukkan sebagai
perilaku atau kecenderungan perilaku terhadap suatu
nilai.
e. Sikap regeneratif adalah sikap yang ditunjukkan generasi
tua sebagai keinginan untuk meneruskan suatu nilai yang
dianggap baik untuk diketahui oleh generasi yang lebih
muda.
3. Variabel Antara (Z)
a. Karakteristik sosial responden merupakan indikator yang
digunakan dalam mendapatkan data penelitian.
b. Usia adalah umur responden.
c. Jenis kelamin responden, pria atau wanita.
d. Lama menjadi anggota adalah waktu yang telah dilewati
responden menjadi anggota organisasi.
1.8 Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara, sebagai kemungkinan
kenyataan (fakta) suatu masalah yang hanya dapat diterima sebagai
Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah Hipotesis
Statistik (Sugiyono, 2005:58), yaitu :
H0 : ρ = 0, maka tidak terdapat hubungan antara teknik atau peranan
komunikasi organisasi terhadap proses sosialisasi nilai-nilai
organisasi di IMPERATIF.
Ha : ρ ≠ 0, jika tidak sama dengan nol (lebih besar atau kurang dari nol), maka terdapat hubungan antara teknik atau peranan
komunikasi organisasi terhadap proses sosialisasi nilai-nilai
organisasi di IMPERATIF.
Dimana ρ = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.
1.9 Metodologi Penelitian
Penelitian ini, menggunakan metode korelasional yaitu suatu model
penelitian yang mencoba untuk mencari hubungan antara satu variabel
dengan variabel lainnya. Metode ini memang dilakukan untuk menguji
hipotesis penelitian tertentu, karena penelitian ini tertarik meneliti perilaku
BAB II
URAIAN TEORITIS
Sebelum memulai suatu penelitian, dibutuhkan suatu kerangka berpikir yang
berstruktur (kerangka teori) dari ilmu yang lebih teruji, agar memberi dasar yang
baik dalam penelitian hingga proses penelitian dapat berjalan dengan terstruktur,
mendetil dan kronologis.
2.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa Latin, ‘communis’ atau ‘common’ dalam
bahasa Inggris yang berarti ‘sama’. Berkomunikasi berarti kita sedang berusaha
untuk mencapai kesamaan makna “commonness”. Atau dengan ungkapan yang
lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan, atau sikap kita
dengan partisipan lainnya. Kendala utama dalam berkomunikasi adalah kita sering
mempunyai lambang yang berbeda terhadap lambang yang sama. Oleh karena itu,
komunikasi seharusnya dipertimbangkan sebagai aktivitas dimana tidak ada
tindakan atau ungkapan yang diberi makna secara penuh, kecuali jika
diidentifikasikan oleh partisipan komunikasi yang terlibat. (Kathleen K.Reardon,
1987, Sendjaja, 2002:4.4, Bungin, 2006:251).
Harold D. Laswell (1948) mengemukakakan lima segi yang merupakan
bidang analisa komunikasi yang disebut dengan formula Laswell yaitu:
1. Siapa
3. Melalui saluran apa
4. Kepada siapa
5. Bagaimana efeknya
Yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan, “Who says what in which channel to
whom with what effect?”.
Joseph A. De Vito mengemukakan defenisi komunikasi yaitu hal yang
mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima
pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam satu konteks tertentu,
mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melekukan umpan
balik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi adalah pengiriman
dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang
tepat sehingga pesan yang dimaksud, dapat dipahami.
Sumbangan pemikiran juga diberikan oleh John Dewey, yang sering disebut
sebagai The First Philosopher of Communication (Riger, 1986) yang dikenal
hingga kini dengan filsafat pragmatiknya, suatu keyakinan bahwa sebuah ide itu
benar jika ia berfungsi dalam praktik.
Theodornoson and Theodornoson (1969) memberi batasan lingkup
komunikasi berupa penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap, atau emosi dari
seseorang atau kelompok kepada yang lain (atau lain-lainnya) teruatama melalui
simbol-simbol. Garbner (1967) mengatakan bahwa komunikasi dapat
didefenisikan sebagai social interaction melalui pesan-pesan (Mc Quail dan
Onong Uchyana mengatakan bahwa komunikasi sebagai proses komunikasi
pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran, atau perasaan oleh
seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan
gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa
berupa keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian,
dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati (Uchyana, 2002: 11).
Burhan Bungin, 2006, mengatakan bahwa lingkup komunikasi menyangkut
persoalan-persoalan yang ada kaitannya dengan substansi interaksi sosial
orang-orang dalam masyarakat, termasuk konten interaksi (komunikasi) yang dilakukan
secara langsung maupun dengan menggunakan media komunikasi.
Dalam komunikasi terdapat tiga unsur penting yang selalu hadir dalam setiap
komunikasi, yaitu sumber informasi (receiver), saluran (media), dan penerima
informasi (audience). Selain tiga unsur ini, yang terpenting dalam komunikasi
adalah aktivitas memaknakan informasi yang disampaikan oleh sumber informasi
dan pemaknaan yang dibuat oleh penerima terhadap informasi yang diterimanya
itu. Pemaknaan kepada informasi bersifat subyektif dan kontekstual. Subyektif
artinya masing-masing pihak (sumber informasi dan penerima) memiliki kapasitas
untuk memaknakan informasi yang disebarkan atau yang diterimanya berdasarkan
pada apa yang dirasakan, diyakini, dan dimengerti serta berdasarkan pada tingkat
pengetahuan kedua pihak. Sedangkan sifat kontekstual adalah bahwa pemaknaan
itu berkaitan dengan kondisi waktu dan tempat dimana informasi itu ada dan
budaya ikut mewarnai kedua pihak dalam memaknakan informasi yang
disebarkan dan yang diterima itu.
2.2 Ruang Lingkup Komunikasi
Menurut Soerjono Soekanto (Bungin, 2006:31), ruang lingkup komunikasi
berbicara tentang:
1. Komponen komunikasi, terdiri dari:
• Komunikator (communication)
• Pesan (message)
• Media (media)
• Komunikan (communicant)
2. Proses komunikasi, terdiri dari:
• Proses secara primer
• Proses secara sekunder
3. Bentuk komunikasi, terdiri dari:
• Komunikasi personal, yaitu komunikasi intrapersonal dan
komunikasi antarpersonal.
• Komunikasi kelompok, yaitu kelompok kecil dan kelompok besar.
• Komunikasi massa, seperti pers, radio, TV, film, dan lain-lain.
• Komunikasi media, seperti surat, telepon, poster, dan lain-lain.
4. Sifat komunikasi, terdiri dari:
• Tatap muka (face to face)
• Verbal secara lisan dan tulisan
• Non verbal
5. Metode komunikasi, terdiri dari:
• Jurnalistik
• Humas
• Periklanan
• Publisitas
• Propaganda
• Perang urat syaraf
• Penerangan
6. Teknik komunikasi, terdiri dari:
• Komunikasi informatif
• Komunikasi persuasif
• Komunikasi intruktif
• Hubungan manusiawi
7. Tujuan komunikasi, yaitu:
• Perubahan sikap
• Perubahan pendapat
• Perubahan perilaku
• Perubahan sosial
8. Fungsi komunikasi, yaitu:
• Menyampaikan informasi
• Menghibur
• Mempengaruhi
9. Model komunikasi, yaitu:
• Komunikasi 1 tahap
• Komunikasi 2 tahap
• Komunikasi multi tahap
10.Bidang komunikasi, terdiri dari:
• Komunikasi sosial
• Komunikasi manusia/ organisasional
• Komunikasi perusahaan
• Komunikasi politik
• Komunikasi internasional
• Komunikasi Antar Budaya
• Komunikasi pembangunan
• Komunikasi lingkungan
• Komunikasi tradisional
Pengertian Organisasi
Secara sederhana organisasi dikenal sebagai wadah kerjasama dari
sekumpulan orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Max
Weber mengemukakan prinsip-prinsip birokrasi bahwa organisasi yang baik
harus mempunyai struktur dan fungsi yang mampu menjelaskan pembagian tugas
antar pribadi yang bersifat rasional dan impersonalitas, serta mekanisme “reward
dan punishment”.
Walaupun semua organisasi memiliki karakteristik yang khas (variasi),
semua organisasi memiliki hal-hal tertentu yang sama, yaitu:
• Satu tujuan bersama
• Suatu struktur
• Proses untuk mengkoordinasi kegiatan
• Orang-orang yang melaksanakan peran-peran yang berbeda
Pengamat yang lain mengatakan bahwa dalam setiap organisasi, entah
tertulis atau tidak terdapat apa yang disebut: misi, visi, nilai, iklim organisasi,
budaya organisasi, motivasi, norma-norma kelompok, dan sebagainya.
Max Weber (1964) membuat kategori organisasi menurut jenis wewenang
yang dilaksanakan:
1. Organisasi tradisional
Wewenang ditentukan oleh kebiasaan, serta kepercayaan yang telah lama
ada dan tidak perlu dipertanyakan.
2. Organisasi Karisma
Wewenang diambil dari mutu pribadi pemimpinnya.
3. Organisasi Birokrasi
Wewenang didasarkan pada pengakuan atas aturan-aturan dan
Etzioni (1975) membagi kategori organisasi berdasarkan kekuasaan dan
keterlibatan:
1. Coersive Power (kekuasaan yang dipaksakan).
2. Remunerative Power (mengandalkan imbalan dan sumber daya). 3. Normative Power (mengandalkan kekuasaan bersama dan norma).
Katz dan Kahn (1978):
1. Organisasi Ekonomis, berkaitan dengan penciptaan kesejahteraan,
pembuatan barang dan jasa.
2. Organisasi Perawatan, yang berkaitan dengan sosialisasi orang untuk
melakukan peran, seperti sekolah.
3. Organisasi Penyesuaian, berkaitan dengan menciptakan pengetahuan,
mengembangkan dan menguji teori. Contoh: universitas dan lembaga riset.
4. Organisasi Manajerial dan Politik, berkaitan dengan perundang-undangan,
koordinasi dan pengendalian sumber daya. Contoh: pemerintahan, partai
politik, dan serikat buruh.
Pada uraian teoritis ini, peneliti akan menggunakan teori yang berkenaan
kepada suatu organisasi formal. Suatu organisasi, disebut sebagai organisasi
formal karena semua interaksi antar manusia itu bersifat eksplisit berdasarkan
kedudukan dan peran (status dan peranan) yang ada dalam sebuah jaringan yang
teratur dan kebanyakan melalui peraturan-peraturan tertulis. Melalui penelitian
yang dilakukan di organisasi formal, dapat ditunjukkan:
1. Bahwa sistematika hubungan kerja anggota organisasi dapat diketahui
2. Bahwa kiat pimpinan organisasi atau para manajer dapat diketahui melalui
studi organisasi formal.
3. Bahwa beragam aspek teoritis pekerjaan organisasi dapat diketahui
melalui studi organisasi formal.
4. Bahwa pelbagai kemungkinan penerapan situasi non-organisasi dapat
diketahui melalui studi organisasi formal.
5. Bahwa skema perilaku individu, aspek-aspek dinamika organisasi yang
selalu berubah itu dapat diketahui melalui studi organisasi formal.
“Organisasi yang baik” yakni organisasi yang mengatur kerjasama manusia
berdasarkan peranan mereka yang berbeda-beda namun mentaati seperangkat
norma yang telah ditetapkan bersama. Keadaan dan tingkah laku seseorang yang
bernaung dalam suatu organisasi dapat kita amati melalui teori Syntality
(kepribadian kelompok), yang merupakan konsep dasar keseluruhan atau rata-rata
kepribadian masing-masing anggota organisasi. Kepribadian ini dikelompokkan
dalam beberapa jenis antara lain:
1. Erratic, konsep yang menjelaskan pentimpangan hubungan antar pribadi
dalam kelompok.
2. Apathetic, konsep yang menjelaskan kelompok yang kurang bermotivasi,
kurang bergairah.
3. Strategic, konsep yang menjelaskan kelompok yang memegang tugas/
fungsi utama dan yang strategis/ penentu organisasi.
4. Konservatif, konsep yang menjelaskan kelompok kerja yang tetap
Beberapa pandangan mengenai pengertian organisasi menurut beberapa ahli
antara lain, menurut Victor A. Thompson (1969) menyatakan bahwa sebuah
organisasi adalah integrasi personal dan sangat rasional atas sejumlah spesialis
yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Chester I.
Barnard mendefinisikan organisasi sebagai sebuah sistem yang memaksakan
koordinasi kerja antara dua orang atau lebih. E. Wright Bakke mengatakan suatu
organisasi adalah suatu sistem yang berkelanjutan atas kegiatan manusia yang
bermacam-macam dan terkoordinasi berupa pemanfaatan, perubahan dan
penyatuan segenap sumber-sumber manusia, materi, modal, gagasan dan sumber
alam untuk memenuhi suatu kebutuhan manusia tertentu dalam interaksinya
dengan sistem-sistem kegiatan manusia dan sumber-sumbernya yang lain dalam
suatu lingkungan tertentu.
Walaupun ada bermacam-macam pandangan mengenai organisasi, namun
ada kesamaan atas beberapa karakteristik organisasi, yaitu bahwa organisasi:
1. Mempunyai tujuan tertentu dan merupakan kumpulan berbagai macam
manusia.
2. Mempunyai hubungan sekunder (impersonal).
3. Mempunyai tujuan yang khusus dan terbatas.
4. Mempunyai kegiatan kerja sama pendukung.
5. Terintegrasi dalam sistem sosial yang lebih luas.
6. Menghasilkan barang dan jasa untuk lingkungannya.
Menurut pandangan sosiologi maupun antropologi yang intinya mengemukakan
bahwa organizations as communities, artinya organisasi merefleksikan pertumbuhan dan pengembangan pemikiran, atau kesadaran dari sekelompok
orang tentang hakikat kerjasama (cooperation). Jadi organisasi dapat dilihat
sebagai;
1) Cooperation
Sebagai cooperation maka yang terbayangkan adalah kewenangan, birokrasi, persaingan, kekuasaan dan keuntungan, terdapat rangkaian kerja
mesin, ada rantai komando antara pemimpin dan bawahan.
2) Communities
Organisasi dapat dipandang sebagai communities yaitu kumpulan
orang-orang yang memiliki gagasan yang sama di mana gagasan-gagasan
tersebut dapat diubah atau dipertukarkan di antara mereka. Sebuah
komunitas bertujuan untuk membangun suatu strategi inti yang bermanfaat
ketika para anggotanya membicarakan pembagian, perubahan, pertukaran
keuntungan dan kerugian yang mereka peroleh dari kerjasama tersebut.
Oleh karena itu maka dalam rangka mempertahankan keberlanjutan
organisasi sebagai komunitas perlu diperhatikan “C” Words yaitu
capability, commitment, contribution, continuity, collaboration, conscience. Jadi organisasi sebagai komunitas yang bekerjasama dapat diperhatikan kalau seluruh anggota organisasi itu mempunyai kemampuan
individual dan kelompok untuk mengerjakan tugas dan fungsi yang telah
ada komitmen yang muncul dari kesadaran dan kolaborasi sehingga dapat
memberikan sumbangan bagi keberkanjutan organisasi (Juanita Brown dan
David Isaacs – Merging the Best of Two World – the core processes of organizations as communities, 1994).
Keberadaan suatu organisasi dapat dibagi pada beberapa jenis, yaitu:
Menurut Andre A. Hardjana, terdapat organisasi Paranoid, yang memiliki
tanda-tanda:
Mutu produk tidak konsisten Lamban menanggapi perubahan Kekurangan produk inovatif Struktur biaya boros
Keterlibatan karyawan rendah
Layanan pada konsumen tidak responsif Kurang alokasi sumber daya
Sedangkan organisasi yang gagal, memiliki tanda-tanda:
Krisis identitas Kegagalan visi
Terperangkap skenario besar Ketinggalan zaman
Richard Beckhard, dalam Frances Hesselbcin, Jakarta, 1997, h. 393,
mengemukakan bahwa organisasi yang sehat, memiliki tanda-tanda:
Mendefinisikan dirinya sebagai sistem
Mempunyai sistem penginderaan yang kuat untuk menerima informasi terbaru
Mempunyai rasa tujuan yang kuat
Beroperasi dalam mode “bentuk mengikuti fungsi”
Menggunakan manajemen tim sebagai mode yang dominan Menghormati pelayanan konsumen
Manajemen digerakkan oleh organisasi
Keputusan dibuat di tingkat yang paling dekat dengan pelanggan Mempertahankan komunikasi yang relatif terbuka di seluruh sistem Para manajer dan tim kerja dinilai dari kinerja dan kemajuan yang
dihasilkan
Organisasi beroperasi dalam suatu mode pembelajaran
Toleransi yang tinggi dalam hal-hal uyang berbeda, tetapi menghargai inovasi dan kreativitas
Memperhatikan kesejahteraan dan tuntutan keluarga Memiliki agenda sosial yang eksplisit