• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi (Studi Korelasional pada Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi (Studi Korelasional pada Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional)"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN

SOSIALISASI NILAI-NILAI ORGANISASI

(Studi Korelasional pada Organisasi Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif – IMPERATIF)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana dari

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh:

HOT TRIANY NADAPDAP NIM. 050922035

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi (Studi Korelasional pada Organisasi Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif – IMPERATIF), yang membahas mengenai cara dan proses organisasi IMPERATIF dalam mengkomunikasikan nilai-nilai yang dianutnya dengan harapan dapat mensosialisasikan (menyampaikan) nilai-nilai tersebut kepada anggota.

Data primer penelitian diperoleh melalui kuisioner dengan sampel keseluruhan (total sampling) yaitu 59 orang anggota biasa IMPERATIF. Cara pengolahan data, untuk menghitung tingkat signifikansi hasil hipotesa tersebut dilakukan dengan diperoleh dengan metode penelitian korelasional dengan dua variasi (korelasi bivariat) dan banyak variasi (korelasi multivariat).

Penelitian ini juga menunjukkan nilai yang signifikan (dapat dipercaya) antara komunikasi organisasi dan sosialisasi nilai-nilai organisasi, dengan perhitungan dua derajat kepercayaan yaitu derajat 95% (0,05) dan derajat 99% (0.01). Hasil penelitian menunjukkan nilai rXY = 0,85 sama besar dengan nilai

rXYZ = 0,85; berarti bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat (sangat tinggi)

antara komunikasi organisasi dengan sosialisasi nilai-nilai organisasi, dan harga yang positif menggambarkan adanya hubungan yang linear (garis lurus) antara komunikasi organisasi dan sosialisasi nilai-nilai organisasi. Nilai yang tetap antara rXY dan rXYZ menunjukkan bahwa variabel antara (karakteristik responden) tidak

(3)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:

Nama : Hot Triany Nadapdap, Amd

NIM : 050922035

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul : Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi

(Studi Korelasional pada Ikatan Mahasiswa

Pemimpin Rasional).

Medan, Oktober 2007

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Hendra Harahap, MSi Drs. Amir Purba, MA NIP. 132 102 415 NIP. 131 694 104

Dekan

(4)

KATA PENGANTAR

Semua ini hanya karena Tuhan. Tanpa kekuatan, hikmat dan kemudahan

yang berasal dari-Nya, peneliti tidak akan pernah bisa menyelesaikan tahapan

hidup yang satu ini.

Sekilas tentang alasan pengerjaan skripsi dengan topik ini adalah, karena

peneliti menaruh perhatian pada keadaan pemerintah dan kebijakan yang tidak

menentu (tidak konsisten dan konsekwen) yang ada di bangsa dan negara

Indonesia. Kondisi dimana masing-masing pemimpin, tidak lagi mampu

mempertanggungjawabkan apa yang telah diputuskan dan diperkatakannya di

hadapan masyarakat luas. “Jabatan dan kedudukan adalah amanat (mandat) dari

Tuhan dan masyarakat, saya akan pergunakan untuk kepentingan rakyat”,

merupakan kalimat yang sering terdengar di telinga saat meminta dukungan di

kampanye, tapi semua itu tak pernah diingat apalagi dilaksanakan setelah tampuk

kekuasaan diduduki oleh mereka.

Di sisi lain, masyarakat baik sadar maupun tidak merasa terus dipersulit,

terus dipojokkan dan tak jarang mereka berpikir bahwa hidup mereka

dipermainkan dengan terus menjadi korban keputusan-keputusan. Keputusan yang

setiap tahunnya berubah tanpa alasan dan penjelasan yang dapat diterima, hingga

adegan berbau premanisme oleh para wakil rakyat di parlemen yang terus menjadi

tontonan di media, membuat masyarakat tak lagi menaruh simpati dan hormat

kepada pemimpinnya.

Dapat diambil kesimpulan bahwa inti permasalahan yang ada di tiap aspek

(5)

kebangsaan, mulai dari aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan

pertahanan keamanan. Karena merekalah yang pada akhirnya membuat

keputusan. Apa yang terjadi, jika wakil rakyat tersebut mulai kehilangan hati

nurani dan mental pengabdian bangsa, bahkan hanya memikirkan keadaan

“golongannya” sendiri? Apakah sebagai rakyat, kita mau dipimpin oleh pemimpin

yang tidak menyadari “panggilannya” akan jabatan dan kedudukannya?

Bagian yang paling memprihatinkan adalah saat kita bicara tentang hal

kepemimpinan. Seharusnya kepemimpinan bicara tentang manusia dengan

falsafah hidup dan pola berpikir, “Aku ingin menciptakan manusia-manusia

berikutnya yang sama dengan diriku bahkan lebih baik dari diriku”. Dengan kata

lain, jika hidup seorang pemimpin sudah baik dan benar menurut norma agama,

sosial dan masyarakat, seharusnya dia memiliki beban moral untuk

memperbanyak orang-orang baik dan benar seperti dirinya di muka bumi ini.

Hal ini tidak terlepas dari unsur manusia yang hidup di masa sebelum saat

ini, manusia saat ini dan bahkan manusia setelah saat ini. Selanjutnya kita akan

menyebut hal manusia antar masa ini dengan sebutan regenerasi. Apakah

kondisi di bangsa dan negara ini disebabkan oleh proses regenerasi yang salah

oleh para pemimpin sebelum kita atau memang keadaan kualitas manusia yang

semakin menurun, sehingga tidak ditemukan orang-orang seperti para pejuang

yang rela berkorban harta, nyawa dan harga diri demi keadaan bangsa dan negara,

di jaman sekarang ini?

Hal fundamental yang seharusnya dimiliki setiap calon pemimpin adalah

(6)

sangat mendukungnya untuk berlaku tidak benar. Dan hal yang tidak kalah

pentingnya bagi seorang pemimpin, dia harus memiliki orang-orang yang dapat

dipercaya, yang tulus, dan murni untuk selalu ada di sekelilingnya, untuk memberi

pandangan yang obyektif (pertimbangan baik atau buruk) akan suatu keputusan

yang berorientasi kepada rakyat. Masa memupuk nasionalisme, harus sudah

dimulai pada usia sedini mungkin dan untuk puncaknya adalah di jenjang

pendidikan tertinggi di bangsa ini, yaitu tingkat mahasiswa di universitas. Sebagai

pandangan kepada mahasiswa, jika tampuk kepemimpinan adalah mimpimu,

persiapkan jiwa dan ragamu untuk terus dibentuk dalam proses, dengan bergabung

dalam organisasi (komunitas) yang “sehat” untuk mengembangkan dirimu.

Peneliti mengucapkan terima kasih, kepada orang tua tercinta, Papa

Letkol. (Purn. TNI-AD) Ishak P. Nadapdap dan (RIP) Mama Happy Gultom

untuk pengalaman, cinta, perjuangan hidup yang membekali pembentukan mental

dan memberi warna dasar hidupku. Kepada yang tercinta, Kakak AD. Kartika

Waty N., SE bersama abang ipar Miduk Sianipar, AMd., ditambah lagi adanya

Mika Sianipar (tante sayang dan sangat menunggu kamu hadir di pangkuan ini.),

juga Kakak R. Sandhy N., AMd., cinta, pengertian, teladan dan kasih yang tulus

dari kalian adalah alasan ku untuk tetap kuat menjalani hidup. Adik Winner

B. N., Amd., kakak selalu bangga dan mendukung kamu.

Dalam kesempatan ini, peneliti juga mengucapkan terima kasih dan rasa

hormat kepada:

1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, Msi., selaku Dekan Fakultas Ilmu

(7)

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA., selaku Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Amir Purba, MA., selaku Pembimbing Akadenik (PA)

peneliti selama masa perkuliahan.

4. Bapak Drs. Humaizi, MA., selaku Ketua Bidang Pendidikan yang

memberi kesempatan dan ijin pada peneliti untuk meneliti

permasalahan dalam skripsi ini.

5. Bapak Drs. Hendra Harahap, Msi., selaku Dosen Pembimbing yang

telah memberikan pengajaran dan bimbingan kepada peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Staf Pengajar yang telah mendidik peneliti selama masa

perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi.

7. Seluruh Staf Administrasi dan pegawai di Departemen Ilmu

Komunikasi, khususnya kepada kak Ros dan kak Icut yang telah

banyak membantu peneliti dalam hal kearsipan dan adminsitratif.

8. Kawan-kawan stambuk ’05 di Departemen Ilmu Komunikasi, ‘ngak

ada stambuk yang se-asik stambuk kita’.

9. Teman seangkatan di SD, SMP, SMU, sahabat-sahabat FA,

teman-teman di Diploma 3 Bahasa Jepang USU dan teman-teman-teman-teman lainnya

yang berada di dalam dan luar negeri, yang tidak tersurat, tapi tersirat

di hati, kalian adalah kompetitor terbaik yang mampu memotivasiku

untuk bisa punya daya saing tinggi dan terus menerus belajar

(8)

10.Sahabat-sahabat di tim 8 kepengurusan PMK 2004, teman-teman

seperjuangan di tim kepengurusan PMK 2005, tim MPO 2006, tim

PDS 2006, tim PD 2007, juga generasiku di kepengurusan 2006 dan

kepengurusan 2007, warna-warni kalian masing-masing membuatku

semakin mengagumi Maha Pencipta.

11.Selamat bergabung di komunitas pemimpin bagi generasi angkatan

2007 dan seterusnya yang mau terus belajar dengan membaca hasil

penelitian ini.

12.Calon pemimpin yang pernah ku pimpin dan yang sampai saat ini ku

pimpin, Elisabeth W., SS., Angelina R.S., AMd., Priscilla E.E.N.,

ditambah Elmi R.S., SE., Erica M.P., Ria E.G., Wina S., ditambah lagi

Silfia H.C.S., SE., melihat dan mengamati hidup kalian membuat aku

berkaca pada hidupku dan membuatku semakin mengagumi Sang

Perenda terbaik.

13.Saudara-saudaraku, kak Ike R.L., SE dan dek Hetty K.V.H., SSn.,

keberadaan kalian sangat-sangat melengkapi hidupku. Apa artinya

hidup, kalo dijalani sendiri saja, tanpa kalian. Hidup Kita!

Medan, November 2007

Peneliti,

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Abstraksi ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xvii

Daftar Bagan ... xviii

Daftar Lampiran... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.6 Rancangan Teori ... 7

1.6.1 Teori Komunikasi Organisasi ... 8

1.6.2 Teori Sosialisasi ... 18

1.6.3 Teori Nilai ... 20

1.7 Kerangka Konseptual ... 20

(10)

1.7.2 Operasionalisasi Variabel ... 23

1.7.3 Defenisi Operasional ... 24

1.8 Hipotesis ... 26

1.9 Metode Penelitian ... 27

BAB II URAIAN TEORITIS ... 28

2.1 Pengertian Komunikasi ... 28

2.2 Ruang Lingkup Komunikasi ... 31

2.3 Pengertian Organisasi ... 33

2.4 Teori dan Model Komunikasi Antar Pribadi ... 41

2.4.1 Teori-teori Diri dan Orang Lain ... 41

2.4.2 Teori Hubungan Antar Pribadi (Interpersonal Relationship) ... 42

2.5 Teori dan Model Komunikasi Kelompok ... 43

2.5.1 Pengertian Komunikasi Kelompok ... 43

2.5.2 Karakteristik Komunikasi kelompok ... 45

2.5.3 Fungsi Komunikasi Kelompok ... 46

2.6 Komunikasi Organisasi ... 48

2.7 Nilai-nilai Organisasi ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 58

3.1 Metode Penelitian ... 58

(11)

3.3 Metode Sampling ... 61

3.3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 61

3.3.2 Populasi ... 63

3.3.3 Sampel ... 64

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 65

3.5 Metode Analisis Data Statistik ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

4.1 Analisis Data Penelitian Tentang Anggota IMPERATIF ... 68

4.2 Analisis Data Penelitian Tentang Pelaksanaan Komunikasi Organisasi di IMPERATIF ... 71

4.3 Analisis Data Penelitian Tentang Proses Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi di IMPERATIF ... 106

4.4 Analisis Data Penelitian Tentang Tabel Data Silang ... 120

4.4.1 Penyilangan data antara Keaktifan Dalam Pembinaan Organisasi dengan Pemahaman (Kognitif) Terhadap Bahan Organisasi ... 120

(12)

4.4.3 Penyilangan data antara

Materi Doa Gabungan dengan

Proses Berdiri Organisasi………..123

4.4.4 Penyilangan data antara Jenis Kelamin dengan Keaktifan Dalam Pembinaan Organisasi……….. 124

4.4.5 Penyilangan data antara Lama Menjadi Anggota Dalam Organisasi dengan Intensitas Dalam Membina……….. 125

4.5 Analisis Data Penelitian Tentang Hubungan (Korelasi) antara Variabel Bebas (Komunikasi Organisasi) dan Variabel Terikat (Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi) ... 126

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 130

5.1 Kesimpulan ... 130

5.2 Saran ... 131

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Operasionalisasi Variabel ... 23

Tabel 3.2 Tabel Model Teoritis ... 59

Tabel 3.3 Tabel Skala Guilford... 61

Tabel 4.4 Jenis Kelamin Anggota IMPERATIF ... 68

Tabel 4.5 Usia Anggota IMPERATIF ... 69

Tabel 4.6 Lama Menjadi Anggota IMPERATIF ... 70

Tabel 4.7 Kehadiran Pada Kegiatan Doa Gabungan IMPERATIF ... 71

Tabel 4.8 Kehadiran Pada Kegiatan Pembinaan Organisasi ... 72

Tabel 4.9 Kehadiran Pada Kegiatan Ibadah Raya ... 73

Tabel 4.10 Kehadiran Pada Kegiatan Kubu Doa Kampus ... 74

Tabel 4.11 Kehadiran Pada Kegiatan Fun With English... 75

Tabel 4.12 Kehadiran Pada Kegiatan Aksi Dana Papan Bunga ... 76

Tabel 4.13 Membaca Majalah Dinding Sekretariat ... 77

Tabel 4.14 Membaca News Letter Contact ... 78

Tabel 4.15 Membaca Buku Saku AD/ART ... 79

Tabel 4.16 Membaca Laporan Pertanggung Jawaban Kepengurusan ... 80

Tabel 4.17 Menonton VCD Rekaman Kegiatan ... 81

Tabel 4.18 Mendengar Kaset Rekaman Kegiatan ... 82

Tabel 4.19 Penilaian Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Doa Gabungan IMPERATIF ... 83

Tabel 4.20 Penilaian Terhadap Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Doa Gabungan ... 84

(14)

Tabel 4.22 Penilaian Terhadap Pelaksanaan Pembinaan Organisasi ... 86

Tabel 4.23 Penilaian Terhadap Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pembinaan Organisasi ... 87

Tabel 4.24 Penilaian Terhadap Materi Pembinaan Organisasi ... 88

Tabel 4.25 Penilaian Terhadap Pelaksanaan Ibadah Raya ... 89

Tabel 4.26 Penilaian Terhadap Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Ibadah Raya ... 90

Tabel 4.27 Penilaian Terhadap Materi Pelaksanaan Ibadah Raya ... 91

Tabel 4.28 Penilaian Terhadap Pelaksanaan Kubu Doa Kampus ... 91

Tabel 4.29 Penilaian Terhadap Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kubu Doa Kampus ... 92

Tabel 4.30 Penilaian Terhadap Materi pada Pelaksanaan Kubu Doa Kampus ... 92

Tabel 4.31 Penilaian Terhadap Pelaksanaan Fun with English ... 93

Tabel 4.32 Penilaian Terhadap Waktu dan Tempat Pelaksanaan Fun with English ... 93

Tabel 4.33 Penilaian Terhadap Materi Fun with English ... 94

Tabel 4.34 Penilaian Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Aksi Dana ... 94

Tabel 4.35 Penilaian Terhadap Waktu dan Tempat Pelaksanaan Aksi Dana ... 95

Tabel 4.36 Penilaian Terhadap Materi Pada Kegiatan Aksi Dana ... 95

Tabel 4.37 Penilaian Terhadap Penerbitan Majalah Dinding ... 96

Tabel 4.38 Penilaian Terhadap Waktu Terbit Majalah Dinding ... 96

(15)

Tabel 4.40 Penilaian Terhadap Penerbitan News Letter Contact ... 97

Tabel 4.41 Penilaian Terhadap Waktu Terbit News Letter Contact ... 98

Tabel 4.42 Penilaian Terhadap Isi News Letter Contact ... 98

Tabel 4.43 Penilaian Terhadap Penerbitan Buku Saku AD/ART ... 99

Tabel 4.44 Penilaian Terhadap Waktu Terbit Buku Saku AD/ART... 99

Tabel 4.45 Penilaian Terhadap Isi Buku Saku AD/ART ... 100

Tabel 4.46 Penilaian Terhadap Penerbitan Laporan Pertanggungjawaban Kepengurusan ... 100

Tabel 4.47 Penilaian Terhadap Waktu Terbit LPJ Kepengurusan ... 101

Tabel 4.48 Penilaian Terhadap Isi LPJ Kepengurusan ... 101

Tabel 4.49 Penilaian Terhadap Pengadaan Media VCD Rekaman Kegiatan ... 102

Tabel 4.50 Penilaian Terhadap Waktu Pengadaan VCD Rekaman Kegiatan ... 102

Tabel 4.51 Penilaian Terhadap Tema VCD Rekaman Kegiatan ... 103

Tabel 4.52 Penilaian Terhadap Pengadaan Media Kaset Rekaman Kegiatan ... 103

Tabel 4.53 Penilaian Terhadap Waktu Pengadaan Kaset Rekaman Kegiatan ... 104

Tabel 4.54 Penilaian Terhadap Tema Kaset Rekaman Kegiatan ... 104

Tabel 4.55 Memiliki AD/ART IMPERATIF ... 105

(16)

Tabel 4.57 Mengetahui Tanggal Berdiri IMPERATIF ... 106

Tabel 4.58 Mengetahui Lambang IMPERATIF ... 107

Tabel 4.59 Mengetahui Arti Lambang IMPERATIF ... 107

Tabel 4.60 Mengetahui Visi IMPERATIF ... 108

Tabel 4.61 Mengetahui Misi IMPERATIF ... 108

Tabel 4.62 Mengetahui Proses Berdirinya IMPERATIF ... 109

Tabel 4.63 Mengetahui Nama Perintis IMPERATIF... 109

Tabel 4.64 Mengetahui Tentang Musyawarah Umum Anggota ... 110

Tabel 4.65 Mengetahui Tentang Fungsi MUA ... 110

Tabel 4.66 Mengetahui Bagian MUA ... 111

Tabel 4.67 Mengetahui Tentang Majelis Pertimbangan Organisasi ... 111

Tabel 4.68 Mengetahui Tentang Fungsi MPO ... 112

Tabel 4.69 Mengetahui Tentang Bagian MPO ... 112

Tabel 4.70 Mengetahui Tentang Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) ... 113

Tabel 4.71 Mengetahui Tentang Fungsi GBHO ... 113

Tabel 4.72 Mengetahui Tentang Bagian GBHO ... 114

Tabel 4.73 Mengetahui Tentang Kepengurusan ... 114

Tabel 4.74 Mengetahui Fungsi Kepengurusan ... 115

Tabel 4.75 Mengetahui Bagian di Kepengurusan ... 115

Tabel 4.76 Intensitas Dalam Membina Anggota Organisasi ... 116

Tabel 4.77 Jumlah Anggota Biasa yang Dibina ... 116

(17)

Tabel 4.79 Pemahaman akan Isi Buku Pembinaan Organisasi ... 117

Tabel 4.80 Menerima Isi Buku Pembinaan Organisasi ... 118

Tabel 4.81 Melakukan Isi Dalam Buku Pembinaan Organisasi ... 119

Tabel 4.82 Mengajarkan Kembali Isi Buku Pembinaan

Organisasi kepada yang Dibina ... 119

Tabel 4.83 Data silang antara Keaktifan Dalam Pembinaan

Organisasi dengan Pemahaman (Sikap Kognitif) Terhadap Bahan Organisasi ... 120

Tabel 4.84 Data silang antara Kehadiran Pada Doa

Gabungan dengan Pengetahuan Visi Organisasi ... 122

Tabel 4.85 Data silang antara Materi Doa Gabungan dengan

Proses Berdiri Organisasi ... 123

Tabel 4.86 Data silang antara Jenis Kelamin Anggota dengan

Keaktifan Dalam Pembinaan Organisasi ... 124

Tabel 4.87 Data Silang antara Lama Menjadi Anggota Dalam

Organisasi dengan Intensitas Dalam Membina ... 125

Tabel 4.88 Korelasi Bivariat antara Komunikasi Organisasi

dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi ... 127

Tabel 4.89 Korelasi Multivariat antara Komunikasi Organisasi dan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi dengan

Karakteristik Responden (Jenis Kelamin) ... 128

Tabel 4.90 Korelasi Multivariat antara Komunikasi Organisasi dan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi dengan

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Kuesioner

Riwayat Hidup

Surat Keterangan Pra Penelitian

(19)

DAFTAR GAMBAR

(20)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Jendela Johari ... 15

(21)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi (Studi Korelasional pada Organisasi Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif – IMPERATIF), yang membahas mengenai cara dan proses organisasi IMPERATIF dalam mengkomunikasikan nilai-nilai yang dianutnya dengan harapan dapat mensosialisasikan (menyampaikan) nilai-nilai tersebut kepada anggota.

Data primer penelitian diperoleh melalui kuisioner dengan sampel keseluruhan (total sampling) yaitu 59 orang anggota biasa IMPERATIF. Cara pengolahan data, untuk menghitung tingkat signifikansi hasil hipotesa tersebut dilakukan dengan diperoleh dengan metode penelitian korelasional dengan dua variasi (korelasi bivariat) dan banyak variasi (korelasi multivariat).

(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan telah memasuki seluruh tingkatan dalam lingkungan

masyarakat pendidikan dan masyarakat umum. Namun untuk mengerti akan arti

kata kepemimpinan, sampai dengan tahapan melakukan nilai-nilai kepemimpinan

itu sendiri, tergantung latar belakang tingkat pendidikannya.

Dalam lingkungan masyarakat pendidikan, kepemimpinan dan

penerapannya telah terlihat pada aktivitas intrakulikuler dan ekstrakulikuler mulai

tingkat TK, SD, SMP, SMA, bahkan sampai tingkat universitas, telah mengadopsi

prinsip-prinsip kepemimpinan dalam prosesnya. Dapat diambil kesimpulan bahwa

semua tingkat pendidikan merasa antusias dan optimis akan tiba suatu masa,

bahwa seseorang akan sampai pada jenjang tertinggi, yaitu menjadi pemimpin

lewat segala aspek dan bidang kehidupan yang dipilihnya sebagai dunia

profesionalnya.

Apa yang sesungguhnya sedang terjadi pada dunia kepemimpinan yang

ada di Indonesia, dapat dilihat dengan jelas oleh para pemimpin bangsa ini.

“Globalisasi telah membuat para pemimpin nasional kita ketakutan dan tidak

mampu mengendalikan reaksi berlebihan yang terjadi di bawah. Reaksi

berlebihan itu adalah fundamentalisme dan nasionalisme sempit”, kata

(23)

mengatakan bahwa derasnya arus globalisasi membuat para pemimpin nasional

tidak berani bersikap, terutama dalam menegakkan hukum.

(sumber: www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/abdurrahman_wahib/index.sthml)

Hal yang senada ditunjukkan melalui pernyataan salah satu tokoh

Indonesia, wakil Presiden - Jusuf Kala, yang merupakan orang nomor dua di

bangsa ini kepada Kompas, 8 Juni 2006 bahwa Indonesia memerlukan

pemimpin-pemimpin yang memiliki gaya kepemimpin-pemimpinan yang kuat di tengah-tengah

perubahan-perubahan mendasar dalam kehidupan politik dan masyarakat selama

delapan tahun reformasi.

(sumber:

Pernyataan kedua tokoh ini menggambarkan keadaan yang menjadi

permasalahan sesungguhnya di bangsa ini yaitu sedang terjadi krisis

kepemimpinan. Generasi muda sudah seharusnya siap menggantikan para

pemimpin dari generasi angkatan sebelumnya. Namun praktek kepemimpinan

sering terbentur pada ketidakpercayaan antara generasi yang ada di tingkat atas

pada orang-orang yang lebih muda darinya. Kenyataan ini tersampaikan dengan

baik oleh sebuah iklan produk rokok yang terkenal dengan slogannya, dengan

mengeluarkan slogan terbaru yaitu, “Yang lebih muda, yang gak dipercaya”,

melalui berbagai media iklan yang ada. Sebuah iklan yang dapat membuat para

aktivis organisasi mana pun, dan orang-orang lain yang telah mengalaminya akan

mengangguk-anggukkan kepala dan tersenyum kecil sebagai ekspresi bahwa dia

pernah melihat perlakuan seperti itu atau pun pernah melakukannya pada orang

(24)

Jalinan hubungan antar generasi seharusnya tetap terjalin dengan baik.

Generasi yang lebih tua tidak perlu merasa tidak puas atau pun tidak percaya pada

generasi yang lebih muda dan tetap konsisten dalam memberikan bimbingan pada

yang lebih muda. Generasi yang lebih muda juga harus mempunyai sikap dan

kemauan untuk terus belajar dan mau diajar untuk mempersiapkan kompetensi

diri. Generasi yang lebih tua seharusnya lebih membebaskan yang muda untuk

berekspresi, sedangkan yang lebih muda seharusnya mau belajar dari pengalaman

orang yang lebih tua dan tidak mengulangi kesalahan yang pernah mereka

lakukan. Situasi yang harmonis dan seimbang seperti ini, akan sangat membantu

organisasi untuk bergerak lebih dinamis dan mengembangkan diri menuju

pencapaian visi organisasi.

Pengenalan, pengertian, penerapan kepemimpinan dalam hidup

berorganisasi dan bermasyarakat hingga menjadi suatu tahapan-tahapan yang

teratur, terstruktur dan kronologis, seharusnya selalu menjadi perhatian

lingkungan pendidikan yang ada di Indonesia. Karena pemimpin yang cakap,

handal dan dapat dipercaya merupakan kebutuhan bangsa untuk dijadikan

orang-orang pemegang kekuasaan, pengambil keputusan dan berpengaruh di bangsa ini.

Universitas sebagai tingkatan jenjang pendidikan yang tertinggi,

semestinya lebih antusias dan peka terhadap topik ini. Karena setelah

menyelesaikan tahapan sebagai mahasiswa, selanjutnya golongan SDM produktif

ini akan terjun langsung ke masyarakat untuk mendapatkan tempat-tempat

(25)

orang tua dan senior-senior yang lebih dahulu mendapat kesempatan untuk masuk

pada tingkat kepemimpinan kota dan bangsa.

Universitas dan mahasiswa sebagai calon pemimpin, menjadi acuan

peneliti dalam mengajukan judul skripsi ini. Universitas adalah gudangnya

pemuda dan pada jenjang inilah para calon pemimpin seharusnya mulai

menghidupi pengertian kata kepemimpinan sekaligus mempersiapkan diri untuk

siap berkarya nyata. Pada organisasi kemahasiswaan, secara langsung

prinsip-prinsip kepemimpinan dilakukan dengan mencantumkannya pada program yang

terstruktur dan secara tidak langsung dilakukan melalui kegiatan tambahan di luar

program organisasi.

Organisasi mahasiswa dengan nama Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional

dan Kreatif yang disebut IMPERATIF dipilih sebagai obyek yang diteliti. Alasan

pemilihan IMPERATIF sebagai obyek penelitian, karena organisasi yang telah

berdiri di Universitas Sumatera Utara (USU) sejak 12 Februari 1999 ini,

menyatakan dirinya sebagai pencetak pemimpin (seperti yang tercantum pada

namanya). Keadaan yang kurang menunjukkan perkembangan organisasi yang

telah berusia delapan tahun ini, membuat peneliti semakin tertarik melakukan

pengamatan, tepatnya mulai satu tahun terakhir ini. Anggota organisasi yang

keseluruhannya merupakan mahasiswa USU dari berbagai fakultas dan jurusan,

membuat peneliti semakin antusias dalam meneliti masalah ini, mengingat bahwa

mereka adalah orang-orang yang telah melewati seleksi prestasi akademik

sebelum mendapatkan pendidikan lanjutan di universitas negeri, sehingga data

(26)

Ingin mengetahui penyebab-penyebab sehingga organisasi ini belum

dikenal di kalangan mahasiswa dan masyarakat, yang dimulai dengan melakukan

penelitian terhadap berlangsungnya komunikasi organisasi, melalui setiap

kegiatan/ pertemuan organisasi dan menghubungkannya dengan usaha

mensosialisasikan nilai-nilai keorganisasian kepada anggotanya, membuat peneliti

ingin meneliti secara ilmiah (sesuai dengan dasar-dasar ilmu pengetahuan) akan

permasalahan ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, “Bagaimana Hubungan

Komunikasi Organisasi Dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi di Ikatan

Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif.”

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Mengetahui pelaksanaan komunikasi organisasi di IMPERATIF

melalui pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan yang pernah

dilakukan.

2. Data untuk penelitian ini akan diperoleh dari anggota yang terdaftar

(27)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui hubungan antara komunikasi organisasi dengan

sosialisasi nilai-nilai organisasi.

2. Menambah wawasan pengetahuan mengenai pentingnya komunikasi

organisasi dalam berorganisasi.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara akademis

a. Dapat memperkaya penelitian dan pengetahuan tentang

aktivitas komunikasi organisasi sebagai sumber bacaan di

lingkungan FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu

Komunikasi.

b. Sebagai bahan studi banding bagi mahasiswa di lingkungan

FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi yang

meneliti mengenai teori komunikasi organisasi.

2. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pengetahuan bagi ilmu komunikasi khususnya kajian ilmu

komunikasi organisasi yang berkaitan dengan aktivitas komunikasi

(28)

3. Secara praktis

a. Secara umum, memberi saran kepada organisasi-organisasi

untuk dapat membenahi sistem komunikasi di dalam

organisasinya, sebagai sarana untuk membantu tercapainya

visi organisasi.

b. Secara khusus, memberi informasi dan evaluasi bagi

organisasi IMPERATIF, organisasi yang bergerak di bidang

kepemimpinan untuk memperbaiki sistem komunikasinya.

1.6 Rancangan Teori

Mengamati apa yang terjadi di dalam suatu organisasi tertentu, membuat

banyak para ahli pendidikan meninjau perilaku dalam organisasi menurut latar

belakang pendidikan mereka masing-masing, yaitu dari sudut pandang pemikiran

antropologi, sosiologi, sampai psikologi. Ketiga ilmu ini, mengarahkan untuk

mengenal organisasi sebagai hakikat kerja sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa

kata kunci untuk efektivitas organisasi terletak pada efektivitas komunikasi.

Dalam ilmu komunikasi terdapat teori-teori yang dapat mendukung

berlangsungnya komunikasi organisasi.

Dalam penelitian ini, teori yang digunakan peneliti adalah teori

Komunikasi Organisasi, teori Komunikasi Antar Pribadi, teori Komunikasi

(29)

1.6.1 Teori Komunikasi Organisasi

Komunikasi Organisasi yang merupakan bagian dari Komunikasi

Antar Manusia, adalah aktivitas yang menghubungkan antar manusia dan

antar kelompok dalam sebuah organisasi.

Manusia sebagai mahluk sosial, umumnya menyukai cara hidup

berkelompok. Perasaan senang berkumpul ini, dimulai saat seseorang

tergabung dalam keluarga, tingkatan organisasi yang terkecil dalam

masyarakat, sampai tingkat dimana seseorang dengan kesadaran pribadi

menggabungkan dirinya pada kumpulan orang-orang yang memiliki

kesamaan tujuan dengannya pada jenjang pendidikan umum maupun

kemasyarakatan.

Menurut Alo Liliweri (2004:64), ada beberapa hal yang menjadi

tujuan dan fungsi komunikasi organisasi,

 Tujuan utama komunikasi organisasi, yaitu : a. Sebagai tindakan koordinasi.

Komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk

mengkoordinasikan sebagian atau seluruh tugas dan fungsi organisasi

yang telah dibagi-bagi dalam bagian atau sub bagian yang

melaksanakan visi dan misi organisasi di bawah pimpinan seorang

pemimpin atau manajer serta para bawahan mereka. Tanpa

komunikasi maka organisasi hanya merupakan kumpulan orang-orang

yang terbagi dalam tugas dan fungsi masing-masing yang

(30)

sinkronisasi dan harmonisasi). Organisasi tanpa koordinator,

organisasi tanpa komunikasi sama dengan organisasi yang

menampilkan aspek individual dan bukan menggambarkan aspek

kerjasama.

b. Membagi informasi.

Salah satu tujuan komunikasi yang penting adalah

menghubungkan seluruh aparatur organisasi dengan tujuan organisasi.

Komunikasi mengarahkan manusia dan aktivitas mereka dalam

organisasi. Sebuah informasi atau pertukaran informasi berfungsi

untuk membagi kemudian menjelaskan informasi tentang tujuan

organisasi, arah dari suatu tugas, bagaimana usaha untuk mencapai

hasil dan pengambilan keputusan.

c. Menampilkan perasaan dan emosi.

Manusia dalam organisasi mempunyai keinginan bahkan

kebutuhan untuk menyatakan kegembiraan atas pekerjaan dan prestasi

yang mereka lakukan, mungkin mereka ingin mengatakan perasaan

marah karena mereka telah gagal bertugas sebagai seorang pemimpin.

Mereka juga dapat mengungkapkan kekhawatiran dan kecemasan

yang akan dihadapi baik oleh diri sendiri, kelompok dan unit kerja

bahkan oleh organisasi. Di saat yang lain mereka pun dapat

(31)

 Fungsi Umum dan Fungsi Khusus Komunikasi Organisasi, a. Fungsi Umum

- To Tell. Komunikasi berfungsi untuk “menceritakan” informasi terkini mengenai sebagian atau keseluruhan hal

yang berkaitan dengan pekerjaan.

- To Sell. Komunikasi berfungsi untuk “menjual” gagasan dan ide, pendapat, fakta, termasuk menjual sikap

organisasi, tentang sesuatu yang merupakan subyek

layanan.

- To Learn. Komunikasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan para karyawan agar mereka bisa “belajar:

tentang atau dari organisasi lain (internal), belajar tentang

apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dikerjakan orang lain,

tentang apa yang “dijual” atau yang “diceritakan” oleh

orang lain tentang organisasi.

- To Decide. Komunikasi berfungsi untuk “menentukan” apa dan bagaimana organisasi membagi pekerjaan, atau

siapa menjadi atasan dan siapa menjadi bawahan, besaran

kekuasaan dan kewenangan, menentukan bagaimana

menangani sejumlah orang, bagaimana memanfaatkan

sumber daya, mengalokasikan manusia, mesin, metode dan

(32)

b. Fungsi Khusus

- Membuat para karyawan melibatkan diri ke dalam

issu-issu organisasi lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan

tertentu di bawah sebuah “komando”.

- Membuat para karyawan menciptakan dan menangani

“relasi” antar sesama bagi peningkatan produk organisasi.

- Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk

menangani atau mengambil keputusan-keputusan dalam

suasana yang “ambigu dan tidak pasti”.

Komunikasi organisasi meliputi komunikasi antar pribadi dalam

kelompok formal, yang disesuaikan dengan struktur organisasinya

(semakin formal organisasi, pesan juga semakin formal sehingga

tujuan dan maksud komunikasi umumnya berstruktur). Sehingga

dalam penyelesaian penelitian ini, peneliti juga menggunakan teori

komunikasi antar pribadi dan teori komunikasi kelompok.

Teori Komunikasi Antar Pribadi (KAP)

Jika dipandang secara material, maka organisasi merupakan

komposisit bangunan, mesin, gedung, atau perangkat keras lainnya.

Namun, apabila kita memandang organisasi secara spiritual, maka

organisasi merupakan “konteks” tempat terjalinnya komunikasi

antar manusia. Dalam konteks tersebutlah para anggota dan

(33)

Komunikasi antar pribadi (KAP) adalah pertukaran informasi

yang terjadi diantara dua orang. KAP berbeda dengan bentuk

komunikasi lain, terutama dalam hal jumlah para partisipan atau para

interaktor. Komunikasi antar pribadi sering dikatakan komunikasi

dyad – yaitu komunikasi yang melibatkan antara dua atau tiga orang partisipan, jarak fisik di antara mereka sangat dekat, partisipan

menggunakan banyak saluran sensoris, dan sifat umpan baliknya,

dapat diketahui dengan segera.

Menurut Alo Liliweri (2004) yang menjadi fungsi KAP, yaitu :

a. Menumbuhkan informasi

Harapan kita berkomunikasi antar pribadi adalah untuk

menumbuhkan pengetahuan tentang orang lain, oleh karena itu

kita dapat berinteraksi dengan mereka secara efektif (teori

penetrasi sosial). Kita dapat meramalkan bagaimana orang lain

itu berpikir, merasakan dan bertindak jika kita tahu siapa

mereka. Kita menambah informasi secara pasif dengan

mengamati mereka, dan secara aktif menanyakan melalui

orang lain, siapakah dia, atau secara interaktif langsung –

mendekati dia secara langsung. Self – Disclosure acap kali

digunakan untuk memperoleh dan menumbuhkan informasi

(34)

b. Membangun satu konteks pemahaman.

Komunikasi antar pribadi dapat menolong diri sendiri

supaya lebih mengerti tentang apa yang orang katakan dalam

satu konteks tertentu.

c. Membentuk identitas.

Peranan yang dimainkan dalam relasi dengan orang lain,

menolong kita membangun identitas. Dengan identitas itu, kita

menampilkan wajah kita kepada publik sehingga mereka

mempunyai gambaran tentang diri kita. Peran dan tampila itu

dibentuk berdasarkan pada bagaimana kita berinteraksi dengan

orang lain.

d. Memenuhi kebutuhan antar pribadi

William Schutz dalam teori FIRO (Fundamental

Interpersonal Relations Orientation), telah mengidentifikasi tiga kebutuhan manusia, yakni :

• Inklusi, adalah kebutuhan untuk terlibat bersama dengan

orang lain.

• Kontrol, adalah kebutuhan untuk mengontrol, mengawasi

bahkan menguasai orang lain.

• Afeksi, adalah kebutuhan untuk mengembangkan relasi

dengan orang lain, kebutuhan untuk dikasihi orang lain.

Komunikasi Antar Pribadi akan berhasil, jika pengenalan akan diri

(35)

dapat mengenal komunikasi diri dengan baik adalah teori Self

Disclosure.

Teori Self Disclosure

Self Disclosure (SD) dilihat sebagai strategi yang bermanfaat untuk membagi (sharing) informasi dengan orang lain. Dengan

membagi informasi, maka kita menjadi lebih akrab dengan orang lain

dan relasi antar pribadi makin diperkuat.

SD bukan merupakan sesuatu proses yang sederhana bagi pembentukan informasi tentang sesama. Banyak ahli mendefinisikan

SD sebagai sharing informasi dengan orang lain, karena mereka pun tidak selalu mengetahui atau menemukan sesuatu tentang diri kita

bahkan tentang dirinya sendiri.

Daya guna SD dapat dilihat dalam model (bagan) Jendela

Johari (Johary Windows) berikut. Dengan bagan ini, dapat

ditunjukkan jalan untuk mengetahui bagaimana sebagaian besar

informasi yang anda tahu tentang diri anda dan seberapa benyak

(36)

Bagan 1.1 Jendela Johari

Diketahui oleh diri anda Tidak diketahui oleh

diri anda

Diketahui oleh

orang lain

Bidang Terbuka

Diketahui oleh diri anda dan

diketahui pula oleh orang lain

Bidang Buta

Terbuka bagi diri anda, namun

tersembunyi bagi orang lain

Bidang Gelap

Tidak diketahui oleh

diri anda maupun orang

lain

Keterangan :

Bidang Terbuka, merupakan bidang KAP yang paling efektif. Pada bidang ini, baik diri sendiri maupun orang lain sama-sama mengetahui

atau memiliki informasi yang diperlukan dalam melakukan komunikasi.

Bidang ini meliputi semua informasi yang diketahui oleh 2 (dua) orang

yang terlibat dalam relasi, seperti mengetahui warna rambut, tinggi badan,

tampilan fisik, karena kedua pihak saling melihat dan tahu persis.

(37)

Bidang Tersembunyi, berisi informasi yang menurut anda harus disembunyikan karena bersifat pribadi. Misalnya, keinginan dan

kebutuhan anda, mimpi dan ambisi anda.

Bidang Gelap adalah segala sesuatu yang diri sendiri dan orang lain tidak tahu tentang sesuatu. Misalnya, jika sekelompok orang yang saling

berkomunikasi dari bidang keahlian yang berbeda dalam pelaksanaan

tugas mereka.

Teori Komunikasi Kelompok

Robert Rich dalam bukunya Tales of a New America

mengemukakan bahwa hubungan peranan kelompok sangat penting

dalam meningkatkan era teknologi organisasi. Banyak laporan riset

dan praktek organisasi menunjukkan bahwa mereka yang bekerja

dalam tim lebih sukses daripada bekerja sendiri. Bahkan mereka

sukses kerja tim, karena mengandalkan prinsip two head are better

then one.

Komunikasi kelompok adalah suatu studi tentang segala

sesuatu yang terjadi pada saat individu-individu berinteraksi dalam

kelompok kecil dan bukan deskripsi mengenai bagaimana

seharusnya komunikasi terjadi serta bukan pula sejumlah nasehat

tentang cara-cara bagaimana yang harus ditempuh (Joseph de vito).

Sedangkan menurut Alvin A. Goldberg dan Carl E. Larson,

(38)

terapan yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses

kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam

diskusi kelompok tatap muka yang kecil.

Kelompok yang di dalamnya terdiri atas manusia berjiwa yang

memiliki pikiran, hasrat, rasa dan kehendak yang berbeda-beda,

membuat kehidupan kelompok tidak berada dalam keadaan statis,

tetapi berada dalam keadaan dinamis sebagai pertanda bahwa

kelompok itu berkembang dengan baik. Agar memberi pengertian

yang jelas tentang kelompok dan aktivitasnya, dinamika kelompok

akan diikutsertakan dalam kerangka teori penelitian ini.

 Dinamika Kelompok

Dinamika Kelompok berarti suatu kelompok yang teratur dari

dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara

jelas antara anggota satu dengan yang lain. Persoalan dinamika

kelompok adalah semua gejala kejiwaan yang disebabkan oleh

kehidupan bersama dalam kelompok yang face to face.

Santosa (1999) mengatakan, Ruth Benedict membagi persoalan yang

ada dalam dinamika kelompok, sebagai berikut :

a. Kohesi/ persatuan

Dalam persoalan komunikasi ini akan dilihat tingkah laku

anggota dalam kelompok. Seperti proses pengelompokan, intensitas

(39)

b. Motif/ dorongan

Persoalan motif ini berkisar pada interest anggota terhadap

kehidupan kelompok. Seperti kesatuan kelompok, tujuan bersama,

orientasi diri terhadap kelompok dan sebagainya.

c. Struktur

Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk

hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas,

dan sebagainya.

d. Pimpinan

Persoalan pimpinan tidak kalah pentingnya pada kehidupan

kelompok, dimana hal ini terlihat pada bentuk-bentuk

kepemimpinan, tugas pimpinan, sistem kepemimpinan, dan

sebagainya.

e. Perkembangan Kelompok

Persoalan perkembangan kelompok dapat pula menentukan

kehidupan kelompok selanjutnya, dan ini terlihat pada perubahan

dalam kelompok, senangnya anggota tetap berada dalam kelompok,

perpecahan kelompok, dan lain sebagainya.

1.6.2 Teori Sosialisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:855),

sosialisasi berarti proses belajar seorang anggota masyarakat untuk

(40)

Berger (1978) mencatat adanya perbedaan penting antara

manusia dengan mahluk lain. Berbeda dengan mahluk lain yang

seluruh perilakunya dikendalikan oleh naluri yang diperoleh sejak

awal hidupnya, manusia merupakan mahluk tak berdaya karena

memiliki naluri yang relatif tidak lengkap. Oleh sebab itu manusia

kemudian mengembangkan kebudayaan untuk mengisi kekosongan

yang tidak diisi oleh naluri. Manusia harus memutuskan sendiri apa

yang harus dimakannya dan kebiasaan yang dimilikinya, akan

ditegakkannya menjadi kebudayaanya. Sehingga dapat disimpulkan,

bahwa kebudayaan sekelompok orang dapat berbeda dengan

kelompok lainnya. Keseluruhan budaya (kebiasaan) yang dipunyai

manusia tersebut harus dipelajari oleh setiap anggota baru suatu

masyarakat melalui suatu proses yang dinamakan sosialisasi

(socialization).

Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai “a process by which

a child learns to be a participant member of society” – artinya proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang

berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978 : 116). Menurut

Berger dan sejumlah tokoh sosiologi lainnya, yang diajarkan melalui

(41)

Proses sosialisasi pada suatu kebiasaan/ kebudayaan yang baru

diterima, akan menimbulkan berbagai sikap sebagai respon yang

ditunjukkan, antara lain :

a. Sikap kognitif adalah sikap yang ditunjukkan sebagai bentuk

pemahaman akan suatu nilai yang menandakan perubahan

kepercayaan, perubahan pendapat ataupun penambahan

pengetahuan.

b. Sikap afektif adalah sikap yang ditunjukkan sebagai bentuk

penerimaan yang terlihat dari perubahan perasaan dan

kesukaan akan suatu nilai.

c. Sikap behavioral adalah sikap yang ditunjukkan sebagai

kecenderungan perilaku/ tindakan terhadap suatu nilai.

d. Sikap regeneratif adalah sikap yang ditunjukkan sebagai

keinginan untuk meneruskan suatu nilai yang dianggap baik

untuk diketahui, agar dilakukan juga oleh orang lain.

1.6.3 Teori Nilai

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:615), nilai

berarti sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan.

Nilai menyatakan keyakinan-keyakinan dasar bahwa “suatu

modus perilaku atau keadaan akhir dari eksistensi yang khas, lebih

(42)

keadaan akhir yang berlawanan”. Nilai mengandung suatu unsur

pertimbangan dalam arti, nilai mengemban gagasan-gagasan seorang

individu mengenai apa yang benar, baik atau diinginkan.

Nilai merupakan hal yang penting untuk mempelajari perilaku

keorganisasian karena meletakkan dasar untuk memahami sikap dan

motivasi, juga karena nilai dapat mempengaruhi persepsi kita.

Individu-individu memasuki suatu organisasi dengan gagasan yang

dikonsepkan sebelumnya mengenai apa yang “seharusnya” dan tidak

seharusnya.

Umumnya nilai mempengaruhi sikap dan perilaku. Pada

tiap-tiap kelompok memiliki nilai tersendiri sangatlah penting, baik

kelompok tersebut mempunyai nilai tinggi atau kelompok

mempunyai nilai rendah. Nilai suatu kelompok dapat ditingkatkan

bila ada kesadaran dari anggota bahwa motivasinya memasuki satu

kelompok, agar keinginan atau kebutuhannya akan terpenuhi.

1.7 Kerangka Konseptual

Pengalaman, meskipun penting dalam proses belajar, tidak selalu

begitu saja cukup. Karena biasanya, proses belajar dapat mencapai

puncaknya bila pengalaman tersebut disertai dengan kerangka konseptual,

yaitu suatu cara melihat bermacam hal dengan pemberian istilah-istilah,

(43)

Peneliti akan dengan sengaja dan perlahan-lahan berusaha mengerti

tentang proses-proses kelompok, karena menurut penilaian tidak ada

lingkungan sosial lain yang sangat perlu dipahami, atau yang sangat

menarik serta sangat sulit untuk diatasi selain proses-proses kelompok

kecil.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang ada, maka

dapat digambarkan bagan kerangka konseptual untuk mengetahui pengaruh

komunikasi organisasi pada anggota IMPERATIF.

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa variabel yang akan diteliti,

yaitu:

1. Variabel Bebas atau Independent Variabel (X), yaitu variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab suatu perubahan atau

penyebab timbulnya variabel terikat.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kegiatan Komunikasi

Organisasi.

2. Variabel Terikat atau Dependent Variabel (Y), yaitu variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Sosialisasi Nilai-nilai

Organisasi IMPERATIF.

3. Variabel Antara atau Intervening Variabel (Z), yang berfungsi

sebagai penguat atau pelemah hubungan antar variabel bebas dan

variabel terikat, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel antara

(44)

1.7.1 Kerangka Teoritis

Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan

dalam kerangka konsep, maka dibentuk menjadi suatu model teoritis

sebagai berikut :

Bagan 1.2 Bagan Kerangka Teoritis

1.7.2 Operasionalisasi Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka

peneliti menjabarkan variabel-variabel ke dalam operasionalisasi.

Tabel 1.1 Tabel Operasionalisasi Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional

1. Variabel Bebas (X) Komunikasi Organisasi

a. Bentuk kegiatan organisasi

b. Frekuensi kegiatan organisasi

c. Topik/ isi pesan dalam kegiatan

d. Media dalam organisasi

e. Komunikator

Variabel Terikat (Y) Sosialisasi Nilai-nilai

Organisasi Variabel Bebas (X)

Kegiatan Komunikasi Organisasi

Variabel Antara (Z) Karakteristik

(45)

2. Variabel Terikat (Y)

Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi

a. Memahami nilai-nilai organisasi

(sikap kognitif)

b. Menerima nilai-nilai organisasi

(sikap afektif)

c. Melakukan nilai-nilai organisasi

(sikap behavioral)

d. Meneruskan nilai-nilai organisasi

(regeneratif)

3. Variabel Antara (Z) a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Lama menjadi anggota

1.7.3 Defenisi Operasional

Konsep atau pengertian merupakan defenisi dari sekelompok

fakta yang dapat dirumuskan sebagai defenisi yang dapat dipakai

peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial

ataupun alami. Hal ini dibuat untuk menghindari penafsiran yang

berbeda-beda terhadap masalah dan istilah dalam penelitian ini, maka

peneliti membuat batasan-batasan sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (X)

a. Komunikasi organisasi yang merupakan topik penelitian,

adalah aktivitas yang menghubungkan antar manusia dan

(46)

penelitian ini, variabel operasional yang digunakan

adalah kegiatan organisasi IMPERATIF.

b. Frekuensi kegiatan organisasi adalah kuantitas

pelaksanaan kegiatan/ pertemuan rutin yang dilakukan di

organisasi.

c. Bentuk kegiatan organisasi adalah bentuk kegiatan/

pertemuan yang dilaksanakan.

d. Topik/ isi pesan adalah bahan yang disampaikan dalam

pertemuan.

e. Media dalam organisasi adalah media/ alat yang

digunakan organisasi.

f. Komunikator/ pembicara adalah orang yang dipercayakan

menyampaikan topik yang ditentukan pada kegiatan/

pertemuan.

2. Variabel Terikat (Y)

a. Sosialisasi nilai-nilai organisasi yang merupakan sasaran

penelitian adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk

memperkenalkan nilai-nilai organisasi.

b. Sikap kognitif adalah kegiatan memperoleh pengetahuan

atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman

(47)

c. Sikap afektif adalah sikap penerimaan, yang terlihat dari

perubahan perasaan atau kesukaan akan suatu nilai.

d. Sikap behavioral adalah sikap yang ditunjukkan sebagai

perilaku atau kecenderungan perilaku terhadap suatu

nilai.

e. Sikap regeneratif adalah sikap yang ditunjukkan generasi

tua sebagai keinginan untuk meneruskan suatu nilai yang

dianggap baik untuk diketahui oleh generasi yang lebih

muda.

3. Variabel Antara (Z)

a. Karakteristik sosial responden merupakan indikator yang

digunakan dalam mendapatkan data penelitian.

b. Usia adalah umur responden.

c. Jenis kelamin responden, pria atau wanita.

d. Lama menjadi anggota adalah waktu yang telah dilewati

responden menjadi anggota organisasi.

1.8 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara, sebagai kemungkinan

kenyataan (fakta) suatu masalah yang hanya dapat diterima sebagai

(48)

Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah Hipotesis

Statistik (Sugiyono, 2005:58), yaitu :

H0 : ρ = 0, maka tidak terdapat hubungan antara teknik atau peranan

komunikasi organisasi terhadap proses sosialisasi nilai-nilai

organisasi di IMPERATIF.

Ha : ρ ≠ 0, jika tidak sama dengan nol (lebih besar atau kurang dari nol), maka terdapat hubungan antara teknik atau peranan

komunikasi organisasi terhadap proses sosialisasi nilai-nilai

organisasi di IMPERATIF.

Dimana ρ = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.

1.9 Metodologi Penelitian

Penelitian ini, menggunakan metode korelasional yaitu suatu model

penelitian yang mencoba untuk mencari hubungan antara satu variabel

dengan variabel lainnya. Metode ini memang dilakukan untuk menguji

hipotesis penelitian tertentu, karena penelitian ini tertarik meneliti perilaku

(49)

BAB II

URAIAN TEORITIS

Sebelum memulai suatu penelitian, dibutuhkan suatu kerangka berpikir yang

berstruktur (kerangka teori) dari ilmu yang lebih teruji, agar memberi dasar yang

baik dalam penelitian hingga proses penelitian dapat berjalan dengan terstruktur,

mendetil dan kronologis.

2.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa Latin, ‘communis’ atau ‘common’ dalam

bahasa Inggris yang berarti ‘sama’. Berkomunikasi berarti kita sedang berusaha

untuk mencapai kesamaan makna “commonness”. Atau dengan ungkapan yang

lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan, atau sikap kita

dengan partisipan lainnya. Kendala utama dalam berkomunikasi adalah kita sering

mempunyai lambang yang berbeda terhadap lambang yang sama. Oleh karena itu,

komunikasi seharusnya dipertimbangkan sebagai aktivitas dimana tidak ada

tindakan atau ungkapan yang diberi makna secara penuh, kecuali jika

diidentifikasikan oleh partisipan komunikasi yang terlibat. (Kathleen K.Reardon,

1987, Sendjaja, 2002:4.4, Bungin, 2006:251).

Harold D. Laswell (1948) mengemukakakan lima segi yang merupakan

bidang analisa komunikasi yang disebut dengan formula Laswell yaitu:

1. Siapa

(50)

3. Melalui saluran apa

4. Kepada siapa

5. Bagaimana efeknya

Yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan, “Who says what in which channel to

whom with what effect?”.

Joseph A. De Vito mengemukakan defenisi komunikasi yaitu hal yang

mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima

pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam satu konteks tertentu,

mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melekukan umpan

balik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi adalah pengiriman

dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang

tepat sehingga pesan yang dimaksud, dapat dipahami.

Sumbangan pemikiran juga diberikan oleh John Dewey, yang sering disebut

sebagai The First Philosopher of Communication (Riger, 1986) yang dikenal

hingga kini dengan filsafat pragmatiknya, suatu keyakinan bahwa sebuah ide itu

benar jika ia berfungsi dalam praktik.

Theodornoson and Theodornoson (1969) memberi batasan lingkup

komunikasi berupa penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap, atau emosi dari

seseorang atau kelompok kepada yang lain (atau lain-lainnya) teruatama melalui

simbol-simbol. Garbner (1967) mengatakan bahwa komunikasi dapat

didefenisikan sebagai social interaction melalui pesan-pesan (Mc Quail dan

(51)

Onong Uchyana mengatakan bahwa komunikasi sebagai proses komunikasi

pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran, atau perasaan oleh

seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan

gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa

berupa keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian,

dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati (Uchyana, 2002: 11).

Burhan Bungin, 2006, mengatakan bahwa lingkup komunikasi menyangkut

persoalan-persoalan yang ada kaitannya dengan substansi interaksi sosial

orang-orang dalam masyarakat, termasuk konten interaksi (komunikasi) yang dilakukan

secara langsung maupun dengan menggunakan media komunikasi.

Dalam komunikasi terdapat tiga unsur penting yang selalu hadir dalam setiap

komunikasi, yaitu sumber informasi (receiver), saluran (media), dan penerima

informasi (audience). Selain tiga unsur ini, yang terpenting dalam komunikasi

adalah aktivitas memaknakan informasi yang disampaikan oleh sumber informasi

dan pemaknaan yang dibuat oleh penerima terhadap informasi yang diterimanya

itu. Pemaknaan kepada informasi bersifat subyektif dan kontekstual. Subyektif

artinya masing-masing pihak (sumber informasi dan penerima) memiliki kapasitas

untuk memaknakan informasi yang disebarkan atau yang diterimanya berdasarkan

pada apa yang dirasakan, diyakini, dan dimengerti serta berdasarkan pada tingkat

pengetahuan kedua pihak. Sedangkan sifat kontekstual adalah bahwa pemaknaan

itu berkaitan dengan kondisi waktu dan tempat dimana informasi itu ada dan

(52)

budaya ikut mewarnai kedua pihak dalam memaknakan informasi yang

disebarkan dan yang diterima itu.

2.2 Ruang Lingkup Komunikasi

Menurut Soerjono Soekanto (Bungin, 2006:31), ruang lingkup komunikasi

berbicara tentang:

1. Komponen komunikasi, terdiri dari:

• Komunikator (communication)

• Pesan (message)

• Media (media)

• Komunikan (communicant)

2. Proses komunikasi, terdiri dari:

• Proses secara primer

• Proses secara sekunder

3. Bentuk komunikasi, terdiri dari:

• Komunikasi personal, yaitu komunikasi intrapersonal dan

komunikasi antarpersonal.

• Komunikasi kelompok, yaitu kelompok kecil dan kelompok besar.

• Komunikasi massa, seperti pers, radio, TV, film, dan lain-lain.

• Komunikasi media, seperti surat, telepon, poster, dan lain-lain.

4. Sifat komunikasi, terdiri dari:

• Tatap muka (face to face)

(53)

• Verbal secara lisan dan tulisan

• Non verbal

5. Metode komunikasi, terdiri dari:

• Jurnalistik

• Humas

• Periklanan

• Publisitas

• Propaganda

• Perang urat syaraf

• Penerangan

6. Teknik komunikasi, terdiri dari:

• Komunikasi informatif

• Komunikasi persuasif

• Komunikasi intruktif

• Hubungan manusiawi

7. Tujuan komunikasi, yaitu:

• Perubahan sikap

• Perubahan pendapat

• Perubahan perilaku

• Perubahan sosial

8. Fungsi komunikasi, yaitu:

• Menyampaikan informasi

(54)

• Menghibur

• Mempengaruhi

9. Model komunikasi, yaitu:

• Komunikasi 1 tahap

• Komunikasi 2 tahap

• Komunikasi multi tahap

10.Bidang komunikasi, terdiri dari:

• Komunikasi sosial

• Komunikasi manusia/ organisasional

• Komunikasi perusahaan

• Komunikasi politik

• Komunikasi internasional

• Komunikasi Antar Budaya

• Komunikasi pembangunan

• Komunikasi lingkungan

• Komunikasi tradisional

Pengertian Organisasi

Secara sederhana organisasi dikenal sebagai wadah kerjasama dari

sekumpulan orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Max

Weber mengemukakan prinsip-prinsip birokrasi bahwa organisasi yang baik

harus mempunyai struktur dan fungsi yang mampu menjelaskan pembagian tugas

(55)

antar pribadi yang bersifat rasional dan impersonalitas, serta mekanisme “reward

dan punishment”.

Walaupun semua organisasi memiliki karakteristik yang khas (variasi),

semua organisasi memiliki hal-hal tertentu yang sama, yaitu:

• Satu tujuan bersama

• Suatu struktur

• Proses untuk mengkoordinasi kegiatan

• Orang-orang yang melaksanakan peran-peran yang berbeda

Pengamat yang lain mengatakan bahwa dalam setiap organisasi, entah

tertulis atau tidak terdapat apa yang disebut: misi, visi, nilai, iklim organisasi,

budaya organisasi, motivasi, norma-norma kelompok, dan sebagainya.

Max Weber (1964) membuat kategori organisasi menurut jenis wewenang

yang dilaksanakan:

1. Organisasi tradisional

Wewenang ditentukan oleh kebiasaan, serta kepercayaan yang telah lama

ada dan tidak perlu dipertanyakan.

2. Organisasi Karisma

Wewenang diambil dari mutu pribadi pemimpinnya.

3. Organisasi Birokrasi

Wewenang didasarkan pada pengakuan atas aturan-aturan dan

(56)

Etzioni (1975) membagi kategori organisasi berdasarkan kekuasaan dan

keterlibatan:

1. Coersive Power (kekuasaan yang dipaksakan).

2. Remunerative Power (mengandalkan imbalan dan sumber daya). 3. Normative Power (mengandalkan kekuasaan bersama dan norma).

Katz dan Kahn (1978):

1. Organisasi Ekonomis, berkaitan dengan penciptaan kesejahteraan,

pembuatan barang dan jasa.

2. Organisasi Perawatan, yang berkaitan dengan sosialisasi orang untuk

melakukan peran, seperti sekolah.

3. Organisasi Penyesuaian, berkaitan dengan menciptakan pengetahuan,

mengembangkan dan menguji teori. Contoh: universitas dan lembaga riset.

4. Organisasi Manajerial dan Politik, berkaitan dengan perundang-undangan,

koordinasi dan pengendalian sumber daya. Contoh: pemerintahan, partai

politik, dan serikat buruh.

Pada uraian teoritis ini, peneliti akan menggunakan teori yang berkenaan

kepada suatu organisasi formal. Suatu organisasi, disebut sebagai organisasi

formal karena semua interaksi antar manusia itu bersifat eksplisit berdasarkan

kedudukan dan peran (status dan peranan) yang ada dalam sebuah jaringan yang

teratur dan kebanyakan melalui peraturan-peraturan tertulis. Melalui penelitian

yang dilakukan di organisasi formal, dapat ditunjukkan:

1. Bahwa sistematika hubungan kerja anggota organisasi dapat diketahui

(57)

2. Bahwa kiat pimpinan organisasi atau para manajer dapat diketahui melalui

studi organisasi formal.

3. Bahwa beragam aspek teoritis pekerjaan organisasi dapat diketahui

melalui studi organisasi formal.

4. Bahwa pelbagai kemungkinan penerapan situasi non-organisasi dapat

diketahui melalui studi organisasi formal.

5. Bahwa skema perilaku individu, aspek-aspek dinamika organisasi yang

selalu berubah itu dapat diketahui melalui studi organisasi formal.

“Organisasi yang baik” yakni organisasi yang mengatur kerjasama manusia

berdasarkan peranan mereka yang berbeda-beda namun mentaati seperangkat

norma yang telah ditetapkan bersama. Keadaan dan tingkah laku seseorang yang

bernaung dalam suatu organisasi dapat kita amati melalui teori Syntality

(kepribadian kelompok), yang merupakan konsep dasar keseluruhan atau rata-rata

kepribadian masing-masing anggota organisasi. Kepribadian ini dikelompokkan

dalam beberapa jenis antara lain:

1. Erratic, konsep yang menjelaskan pentimpangan hubungan antar pribadi

dalam kelompok.

2. Apathetic, konsep yang menjelaskan kelompok yang kurang bermotivasi,

kurang bergairah.

3. Strategic, konsep yang menjelaskan kelompok yang memegang tugas/

fungsi utama dan yang strategis/ penentu organisasi.

4. Konservatif, konsep yang menjelaskan kelompok kerja yang tetap

(58)

Beberapa pandangan mengenai pengertian organisasi menurut beberapa ahli

antara lain, menurut Victor A. Thompson (1969) menyatakan bahwa sebuah

organisasi adalah integrasi personal dan sangat rasional atas sejumlah spesialis

yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Chester I.

Barnard mendefinisikan organisasi sebagai sebuah sistem yang memaksakan

koordinasi kerja antara dua orang atau lebih. E. Wright Bakke mengatakan suatu

organisasi adalah suatu sistem yang berkelanjutan atas kegiatan manusia yang

bermacam-macam dan terkoordinasi berupa pemanfaatan, perubahan dan

penyatuan segenap sumber-sumber manusia, materi, modal, gagasan dan sumber

alam untuk memenuhi suatu kebutuhan manusia tertentu dalam interaksinya

dengan sistem-sistem kegiatan manusia dan sumber-sumbernya yang lain dalam

suatu lingkungan tertentu.

Walaupun ada bermacam-macam pandangan mengenai organisasi, namun

ada kesamaan atas beberapa karakteristik organisasi, yaitu bahwa organisasi:

1. Mempunyai tujuan tertentu dan merupakan kumpulan berbagai macam

manusia.

2. Mempunyai hubungan sekunder (impersonal).

3. Mempunyai tujuan yang khusus dan terbatas.

4. Mempunyai kegiatan kerja sama pendukung.

5. Terintegrasi dalam sistem sosial yang lebih luas.

6. Menghasilkan barang dan jasa untuk lingkungannya.

(59)

Menurut pandangan sosiologi maupun antropologi yang intinya mengemukakan

bahwa organizations as communities, artinya organisasi merefleksikan pertumbuhan dan pengembangan pemikiran, atau kesadaran dari sekelompok

orang tentang hakikat kerjasama (cooperation). Jadi organisasi dapat dilihat

sebagai;

1) Cooperation

Sebagai cooperation maka yang terbayangkan adalah kewenangan, birokrasi, persaingan, kekuasaan dan keuntungan, terdapat rangkaian kerja

mesin, ada rantai komando antara pemimpin dan bawahan.

2) Communities

Organisasi dapat dipandang sebagai communities yaitu kumpulan

orang-orang yang memiliki gagasan yang sama di mana gagasan-gagasan

tersebut dapat diubah atau dipertukarkan di antara mereka. Sebuah

komunitas bertujuan untuk membangun suatu strategi inti yang bermanfaat

ketika para anggotanya membicarakan pembagian, perubahan, pertukaran

keuntungan dan kerugian yang mereka peroleh dari kerjasama tersebut.

Oleh karena itu maka dalam rangka mempertahankan keberlanjutan

organisasi sebagai komunitas perlu diperhatikan “C” Words yaitu

capability, commitment, contribution, continuity, collaboration, conscience. Jadi organisasi sebagai komunitas yang bekerjasama dapat diperhatikan kalau seluruh anggota organisasi itu mempunyai kemampuan

individual dan kelompok untuk mengerjakan tugas dan fungsi yang telah

(60)

ada komitmen yang muncul dari kesadaran dan kolaborasi sehingga dapat

memberikan sumbangan bagi keberkanjutan organisasi (Juanita Brown dan

David Isaacs – Merging the Best of Two World – the core processes of organizations as communities, 1994).

Keberadaan suatu organisasi dapat dibagi pada beberapa jenis, yaitu:

Menurut Andre A. Hardjana, terdapat organisasi Paranoid, yang memiliki

tanda-tanda:

 Mutu produk tidak konsisten  Lamban menanggapi perubahan  Kekurangan produk inovatif  Struktur biaya boros

 Keterlibatan karyawan rendah

 Layanan pada konsumen tidak responsif  Kurang alokasi sumber daya

Sedangkan organisasi yang gagal, memiliki tanda-tanda:

 Krisis identitas  Kegagalan visi

 Terperangkap skenario besar  Ketinggalan zaman

(61)

Richard Beckhard, dalam Frances Hesselbcin, Jakarta, 1997, h. 393,

mengemukakan bahwa organisasi yang sehat, memiliki tanda-tanda:

 Mendefinisikan dirinya sebagai sistem

 Mempunyai sistem penginderaan yang kuat untuk menerima informasi terbaru

 Mempunyai rasa tujuan yang kuat

 Beroperasi dalam mode “bentuk mengikuti fungsi”

 Menggunakan manajemen tim sebagai mode yang dominan  Menghormati pelayanan konsumen

 Manajemen digerakkan oleh organisasi

 Keputusan dibuat di tingkat yang paling dekat dengan pelanggan  Mempertahankan komunikasi yang relatif terbuka di seluruh sistem  Para manajer dan tim kerja dinilai dari kinerja dan kemajuan yang

dihasilkan

 Organisasi beroperasi dalam suatu mode pembelajaran

 Toleransi yang tinggi dalam hal-hal uyang berbeda, tetapi menghargai inovasi dan kreativitas

 Memperhatikan kesejahteraan dan tuntutan keluarga  Memiliki agenda sosial yang eksplisit

Gambar

Tabel 1.1 Tabel Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2 Tabel Model Teoritis
Tabel 3.3 Tabel Skala Guilford
Tabel 4.38
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cara yang biasanya dilakukan untuk menurunkan skala nyeri dapat berupa teknik relaksasi, distraksi, massase, kompres, dan imaginasi terbimbing.Terapi musik terapi

The purposes of the present study were to evaluate the extent to which individual rainbow trout consistently showed low or high responses in serum concentrations of cortisol,

Kebijakan yang telah ditetapkan oleh Kecamatan Banyuanyar untuk mewujudkan tujuan adalah Meningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat Dalam

Comparison between results on jpg and raw images with and without contrast enhancement ( CeJPG , CeRAW - contrast enhanced JPG and, respectively, RAW images; MTP -

Faktor yang digunakan yaitu bahan aktif ( triadimefon , Trichoderma sp, bakteri endofitik, ekstrak daun bangun-bangun, asap cair dan air.. Parameter yang

a) Pengaruh persepsi guru tentang kepemimpian kepala sekolah terhadap kinerja guru. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel persepsi guru tentang kepemimpian

Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode permainan bahasa dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak kelompok B di TK Bhakti Pertiwi Selodoko

Lansia yang mengalami hipertensi atau memiliki riwayat hipertensi berjumlah 26 orang (74%), di Posyandu lansia tersebut telah diadakan senam dua kali dalam