• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Perjanjian Kerja Sama Keagenan Tiket Online (Studi Kerja Sama Antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Dengan CV. Anugerah Cirebon)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Perjanjian Kerja Sama Keagenan Tiket Online (Studi Kerja Sama Antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Dengan CV. Anugerah Cirebon)"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

T E S I S

Oleh

LIZA FAUZIA

097011113/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Dalam Program Studi Magister Kenotariatan

Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

LIZA FAUZIA

097011113/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Nama Mahasiswa : LIZA FAUZIA

Nomor Pokok : 097011113

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui

Komisi Pembimbing,

Prof.Dr. Muhammad Yamin, SH,MS,CN.

Ketua

Prof.Dr. Runtung, SH,MHum. Dr. T. Keizerina Devi, SH, CN, M.Hum.

Anggota Anggota

Ketua Program Studi,

Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH. MS, CN

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH,MS,CN.

Anggota : 1. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum.

2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum

3. Dr. Faisal Akbar Nasution, SH, M.Hum

(5)

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : PERLINDUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM

PERJANJIAN KERJA SAMA KEAGENAN TIKET ONLINE

(STUDI KERJA SAMA ANTARA PT. KERETA API

INDONESIA (PERSERO) DENGAN CV. ANUGERAH

CIREBON)

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah hasi karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apa pun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak mana pun atas perbuatan saya tersebut.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan, 12 September 2011 Yang membuat Pernyataan

(6)

dan atas nama pihak prinsipal untuk melaksanakan transaksi bisnis dengan pihak lain. Kontrak kerja sama keagenan tiket online antara PT. KAI (Persero) dengan CV. Anugerah Cirebon dibuat secara tertulis.

Penelitian deskriptif analitis ini bertujuan untuk menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara tepat serta menganalisis peraturan perundang-undangan untuk perjanjian kerja sama keagenan tiket online antara PT. KAI (Persero) dengan CV. Anugerah Cirebon. Metode pendekatan yang digunakan adalah penelitian normativeatau yuridis normatif yang meletakkan hukum sebagai suatu sistem norma. Tehnik pengumpulan data adalah penelitian kepustakaan (library research) dan bahan hukum primer, sekunder dan tertier. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan perlindungan perjanjian kerja sama keagenan tiketonlinedan wawancara dengan mereka yang terkait. Data yang diperoleh dianalisis secara deduktif dan induktif sehingga memberikan solusi terhadap permasalahan penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa undang-undang tidak mengatur secara tegas perlindungan yang diperoleh oleh agen tetapi agen dapat melakukan tuntutan secara hukum melalui mekanisme yang diatur dalam KUHPerdata. Agen berada posisi yang lemah, sebab oleh seringnya terjadi gangguan terhadap server kereta api dalam mengakses tiket online sehingga mengalami kerugian dan pihak PT. KAI (Persero) tidak mengganti kerugian tersebut. Sebab tidak tercantum dalam perjanjian kerja sama yang telah disepakati. Pada hakikatnya kontrak perjanjian kerja sama keagenan tiketonline formatnya dibuat secara baku oleh PT. KAI (Persero) dan agen dapat langsung menandatanganinya. PT. KAI (Persero) memperbolehkan agen untuk menegoisasikan isi kontrak terlebih dahulu sepanjang tidak bertentangan dengan Keputusan Direksi Nomor: KEP.D6/LL.702/X/KA-2010.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bentuk perjanjian kerja sama keagenan tiket online dibuat secara tertulis dan pelaksanaannya dilakukan dengan format perjanjian baku. Hambatan antara PT. KAI (Persero) dan agen dapat segera memperbaiki kekurangan yang sering timbul. Perlindungan hukum terhadap para pihak dalam pelaksanaan perjanjian keagenan tiketonline terhadap penyelesaian suatu sengketa ditempuh melalui musyawarah serta peraturan perundang-undangan yang berlaku jika tidak tercapai kata sepakat barulah melalui pengadilan. Disarankan agar perjanjian dibuat sesuai dengan keinginan para pihak yang melakukan perjanjian dengan memuat klausul yang seimbang. Jika terjadi sengketa dapat diselesaikan melalui musyawarah untuk mufakat sehingga penyelesaian tidak melalui lembaga arbitrase dan pengadilan.

(7)

the tickets in separate places, and one of them is from agencies. An agency is a kind of legal relationship which acts for and on the behalf of the principal party in order to implement business transaction with other parties. A written working contract of the online ticket agencies is done between PT. KIA (Incorporated) and CV. Anugerah, Cirebon. This research is descriptive analytic which was aimed to describe, analyze, and explain correctly, and analyze the legal provisions in order to implement cooperative agreement of the online ticket agencies between PT. KIA (Incorporated) and CV. Anugerah, Cirebon. The method of the research was normative or judicial normative which was based on law as the norm. The data were collected by conducting library research from the primary, secondary, and tertiary materials. It was also conducted by using documentary study, cooperating with the online ticket agencies and interviews with the related persons. The collected data were analyzed deductively and inductively so that they would give the solutions to the problem.

The result of the research showed that law did not exactly regulate the protection for the agencies; therefore, they could file the legal complaint through a mechanism which was stipulated in the Civil Code. The agencies were in the weak position because the disturbance of the railroad service often occurred in accessing online tickets so that they sustained big loss, and PT. KIA did not pay the compensation, because there was not agreement about it in the contract. Principally, the standard working contract of the online tickets agencies between PT. KIA and the agencies could be signed directly. PT. KIA (Incorporated) allowed the agencies to negotiate the content of the contract before it was agreed by both parties as long as it did not violate the Decree of Board of Directors No. KEP.D6/.702X/KA-2010.

The result of the research showed that the form of the contract of the online ticket agencies was done in a written form and implemented in the standard agreement format. The constraint between PT. KIA (Incorporated) and the agencies, therefore, could be handled properly. The legal protection for the parties in the contract of online ticket agencies could be conducted by the agreement and by the legal provisions; when there was no agreement between both parties, the claim could be filed to the Court. It was recommended that the contract should meet the requirements of both parties by writing the balanced clauses. If there was a dispute, it could be solved through an agreement so that the solution did not use arbitrators or Court.

(8)

dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Perjanjian

Kerja Sama Keagenan Tiket Online (Studi Kerja Sama Antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Dengan CV. Anugerah Cirebon)”. Penulisan tesis ini

merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan

(M.Kn.) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan

dorongan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih yang

mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat dan amat

terpelajar Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN selaku ketua

pembimbing, Bapak Prof. Dr. Runtung S, SH, M.Hum dan Ibu Dr. T. Keizerina

Devi A, SH, CN, M.Hum selaku anggota pembimbing, juga Bapak Dr. Faisal

Akbar Nst, SH, M.HumdanBapak Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MSselaku para

anggota penguji yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan

untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Juga semua pihak yang telah berkenan member masukan dan arahan yang

konstruktif dalam penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil sampai pada

tahap ujian tertutup sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna dan terarah.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan

dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum, Program Studi Magister

(9)

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah

memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan

tesis ini.

4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Sekretaris Magister

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah

memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan

tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang

telah memberikan bimbingan dan arahan serta ilmu yang sangat bermanfaat

selama Penulis mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di bangku kuliah.

6. Seluruh Staf/Pegawai di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama

menjalani pendidikan.

7. Vice President PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi III Cirebon,

Bapak Syahriwal selaku Manager Hukum PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

Daerah Operasi III Cirebon dan Bapak Toto Suharyanto selaku Manager IT PT.

Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi III Cirebon dan Aroh Maesaroh

selaku Direktur CV. Anugerah Cirebon yang telah memberikan data dan

informasi berguna dalam penelitian ini.

8. KeluargaAlm. Prof. Dr. dr. Kariman Soedin, DTM&H, SpPD, KTIdanProf.

Tina Mariany Kariman, MA. Ph.D yang telah menyayangi dan memotivasi

Penulis dalam penyelesaian studi pada Program Studi Magister Kenotariatan

(10)

Sembah sujud saya kepada Ayahanda H. Mudjiarto dan Ibunda Hj. Uun

Untari yang telah selalu memberikan cinta, kasih saying, dukungan dan doa yang

tidak putus-putusnya serta kakak tercinta Wim Andre, ST yang telah memberikan

semangat dan doa kepada Penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun

besar harapa Penulis kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua

pihak, terutama para pemerhati hukum perdata pada umumnya dan ilmu kenotariatan

pada khususnya. Demikian pula atas bantuan dan kebaikan yang telah diberikan

kepada Penulis mendapat balas yang setimpal dari Allah SWT, agar selalu

dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah kepada

kita semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin

Medan, Agustus 2011

Penulis,

(11)

Tempat Tanggal Lahir : Cirebon, 16 Januari 1986

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Kawin

Agama : Islam

Alamat : Jalan Dr. Mansyur No. 83 Medan

II. Riwayat Pendidikan

1. Taman Kanak-kanak : TK Kebon Baru V Jakarta

2. Sekolah Dasar : SD Diponegoro Kisaran, 1993-1998

3. SLTP : SLTP Swasta Pertiwi Medan, 1998-2001

4. SLTA : SLTA Negeri 3 Medan, 2001-2004

5. S-1 : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

(12)

ABSTRAK... i

ABSTRACT………... ii

KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……….... vi

DAFTAR ISI ………... vii

BAB 1. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Keaslian Penelitian ... 13

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 14

1. Kerangka Teori ... 14

2. Konsepsi ... 22

G. Metode Penelitian ... 24

1. Spesifikasi Penelitian ... 24

2. Metode Pendekatan ... 24

3. Teknik Pengumpulan Data ... 25

4. Alat Pengumupulan Data ... 27

5. Analisis Data ... 28

BAB II. BENTUK DAN PELAKSANAAN KONTRAK KERJA SAMA

(13)

C. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Kerja Sama

Keagenan ... 43

D. Pelaksanaan Perjanjian Keagenan ... 49

E. Jangka Waktu Perjanjian Keagenan ... 55

BAB III. HAMBATAN-HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN KONTRAK KERJA SAMA KEAGENAN TIKETONLINE... 59

A. Hambatan Dari Aspek Perjanjian ... 59

B. Hambatan Dari Para Pihak ... 69

C. Hambatan Dari Aspek Teknologi ... 77

D. Hambatan DariForce Majeure... 81

BAB IV. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN KEAGENAN TIKET ONLINE ANTARA PT. KAI (PERSERO) DENGAN CV. ANUGERAH CIREBON... 86

A. Perlindungan Hukum Terhadap PT. KAI (Persero) ... 86

B. Perlindungan Hukum Terhadap CV. Anugerah Cirebon ... 104

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Saran ... 111

(14)

dan atas nama pihak prinsipal untuk melaksanakan transaksi bisnis dengan pihak lain. Kontrak kerja sama keagenan tiket online antara PT. KAI (Persero) dengan CV. Anugerah Cirebon dibuat secara tertulis.

Penelitian deskriptif analitis ini bertujuan untuk menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara tepat serta menganalisis peraturan perundang-undangan untuk perjanjian kerja sama keagenan tiket online antara PT. KAI (Persero) dengan CV. Anugerah Cirebon. Metode pendekatan yang digunakan adalah penelitian normativeatau yuridis normatif yang meletakkan hukum sebagai suatu sistem norma. Tehnik pengumpulan data adalah penelitian kepustakaan (library research) dan bahan hukum primer, sekunder dan tertier. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan perlindungan perjanjian kerja sama keagenan tiketonlinedan wawancara dengan mereka yang terkait. Data yang diperoleh dianalisis secara deduktif dan induktif sehingga memberikan solusi terhadap permasalahan penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa undang-undang tidak mengatur secara tegas perlindungan yang diperoleh oleh agen tetapi agen dapat melakukan tuntutan secara hukum melalui mekanisme yang diatur dalam KUHPerdata. Agen berada posisi yang lemah, sebab oleh seringnya terjadi gangguan terhadap server kereta api dalam mengakses tiket online sehingga mengalami kerugian dan pihak PT. KAI (Persero) tidak mengganti kerugian tersebut. Sebab tidak tercantum dalam perjanjian kerja sama yang telah disepakati. Pada hakikatnya kontrak perjanjian kerja sama keagenan tiketonline formatnya dibuat secara baku oleh PT. KAI (Persero) dan agen dapat langsung menandatanganinya. PT. KAI (Persero) memperbolehkan agen untuk menegoisasikan isi kontrak terlebih dahulu sepanjang tidak bertentangan dengan Keputusan Direksi Nomor: KEP.D6/LL.702/X/KA-2010.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bentuk perjanjian kerja sama keagenan tiket online dibuat secara tertulis dan pelaksanaannya dilakukan dengan format perjanjian baku. Hambatan antara PT. KAI (Persero) dan agen dapat segera memperbaiki kekurangan yang sering timbul. Perlindungan hukum terhadap para pihak dalam pelaksanaan perjanjian keagenan tiketonline terhadap penyelesaian suatu sengketa ditempuh melalui musyawarah serta peraturan perundang-undangan yang berlaku jika tidak tercapai kata sepakat barulah melalui pengadilan. Disarankan agar perjanjian dibuat sesuai dengan keinginan para pihak yang melakukan perjanjian dengan memuat klausul yang seimbang. Jika terjadi sengketa dapat diselesaikan melalui musyawarah untuk mufakat sehingga penyelesaian tidak melalui lembaga arbitrase dan pengadilan.

(15)

the tickets in separate places, and one of them is from agencies. An agency is a kind of legal relationship which acts for and on the behalf of the principal party in order to implement business transaction with other parties. A written working contract of the online ticket agencies is done between PT. KIA (Incorporated) and CV. Anugerah, Cirebon. This research is descriptive analytic which was aimed to describe, analyze, and explain correctly, and analyze the legal provisions in order to implement cooperative agreement of the online ticket agencies between PT. KIA (Incorporated) and CV. Anugerah, Cirebon. The method of the research was normative or judicial normative which was based on law as the norm. The data were collected by conducting library research from the primary, secondary, and tertiary materials. It was also conducted by using documentary study, cooperating with the online ticket agencies and interviews with the related persons. The collected data were analyzed deductively and inductively so that they would give the solutions to the problem.

The result of the research showed that law did not exactly regulate the protection for the agencies; therefore, they could file the legal complaint through a mechanism which was stipulated in the Civil Code. The agencies were in the weak position because the disturbance of the railroad service often occurred in accessing online tickets so that they sustained big loss, and PT. KIA did not pay the compensation, because there was not agreement about it in the contract. Principally, the standard working contract of the online tickets agencies between PT. KIA and the agencies could be signed directly. PT. KIA (Incorporated) allowed the agencies to negotiate the content of the contract before it was agreed by both parties as long as it did not violate the Decree of Board of Directors No. KEP.D6/.702X/KA-2010.

The result of the research showed that the form of the contract of the online ticket agencies was done in a written form and implemented in the standard agreement format. The constraint between PT. KIA (Incorporated) and the agencies, therefore, could be handled properly. The legal protection for the parties in the contract of online ticket agencies could be conducted by the agreement and by the legal provisions; when there was no agreement between both parties, the claim could be filed to the Court. It was recommended that the contract should meet the requirements of both parties by writing the balanced clauses. If there was a dispute, it could be solved through an agreement so that the solution did not use arbitrators or Court.

(16)

A. Latar Belakang

Di era globalisasi, mobilitas orang dan barang sangat tinggi. Hal ini terkait

dengan pembangunan perekonomian yang sangat membutuhkan membutuhkan jasa

angkutan yang baik dan memadai. Yang tanpa adanya transportasi sebagai sarana

penunjang tidak dapat diharapkan tercapainya hasil yang maksimal dalam usaha

pengembangan perekonomian suatu negara. Untuk tiap tingkatan perkembangan

ekonomi diperlukan kapasitas angkutan yang optimal. Namun, harus diperhatikan

bahwa penentuan kapasitas dan tingkatan investasi bukan merupakan hal yang

sederhana.

Transportasi mempunyai pengaruh besar terhadap perorangan, masyarakat

pembangunan perekonomian dan sosial politik suatu negara. Pengangkutan

merupakan sarana dan prasarana bagi pembangunan ekonomi negara yang bias

mendorong lajunya pertumbuhan perekonomian (Rate of Growth). Pengaruh dari

pemakai jasa angkutan akan membawa dampak terhadap pengelolaan perusahaan

transportasi.

Pemerintah telah menyiapkan beberapa fasilitas untuk menunjang kelancaran

transportasi. Sarana transportasi tersebut meliputi transportasi darat antara lain, kereta

(17)

udara yaitu pesawat terbang. Pemerintah dalam menyediakan fasilitas tersebut

memberikan banyak pilihan sesuai dengan tingkat daya ekonomi masyarakat. Yaitu

dengan dapat memilih jenis angkutan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

ekonomi. Masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah cenderung untuk

menggunakan jenis angkutan yang lebih ekonomis. Golongan ekonomi menengah ke

atas akan lebih senang menggunakan jenis angkutan pribadi atau jenis angkutan

lainnya yang lebih nyaman.

Transportasi sangat bermanfaat bagi masyarakat, dalam arti hasil-hasil

produksi dan bahan-bahan baku suatu daerah dapat dipasarkan kepada perusahaan

industri. Hasil-hasil barang jadi yang diproduksi oleh pabrik dijual oleh produsen

kepada masyarakat atau perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran.

Untuk mengangkut bahan-bahan baku dan barang-barang jadi dibutuhkan jasa-jasa

transportasi.1

Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi memiliki karakteristik

dan keunggulan khusus. Terutama dalam kemampuannya untuk mengangkut, baik

orang maupun barang secara massal, menghemat energi, menghemat penggunaan

ruang, mempunyai faktor keamanan yang tinggi, memiliki tingkat pencemaran yang

rendah. Serta lebih efisien dibandingkan dengan moda transportasi jalan untuk

angkutan jarak jauh dan untuk daerah yang padat lalu lintasnya, seperti angkutan

1

(18)

perkotaan.2

Perusahaan Kereta Api telah ada sejak dahulu yaitu pada pemerintahan Hindia

Belanda sampai sekarang telah banyak mengalami kemajuan. Hal ini disebabkan oleh

karena kereta api sebagai salah satu sarana transportasi yang sangat penting dan

memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis pengangkutan darat lainnya.

Hal ini disebabkan oleh karena kereta api memiliki jalur khusus sehingga dapat

terhindar dari kemacetan lalu lintas seperti yang biasa dihadapi oleh transportasi darat

lainnya. Kereta api juga dapat mengangkut orang atau barang dalam jumlah masal

dan kereta api mempunyai kelas-kelas yang dapat terjangkau oleh berbagai kalangan

masyarakat.

Tantangan utama yang dihadapi transportasi saat ini adalah di satu sisi

berbagai pihak prihatin terhadap kemacetan di jalan raya, polusi lingkungan,

kebisingan lalu lintas dan pemborosan energi. Namun di sisi lain, pada saat yang

sama, warga negara dan industri membutuhkan angkutan yang handal, aman, selamat,

murah, dan cepat. Dampak sosial transportasi, baik penumpang maupun barang, dapat

secara signifikan dikurangi jika perkeretaapian diberi peran yang lebih besar.3

Dengan keunggulan dan karakteristik perkeretaapian tersebut, peran

perkeretaapian perlu ditingkatkan dalam upaya pengembangan sistem transportasi

nasional secara terpadu. Untuk itu, penyelenggaraan perkeretaapian yang dimulai dari

2

Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.

3

(19)

pengadaan, pengoperasian, perawatan dan pengusahaan perlu diatur sebaik-baiknya

sehingga dapat terselenggara angkutan kereta api yang menjamin keselamatan, aman,

nyaman, cepat, tepat, tertib, efisien, serta terpadu dengan moda transportasi lain.

Dengan demikian, terdapat keserasian dan keseimbangan beban penyediaan jasa

angkutan bagi mobilitas angkutan orang dan barang.4

Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang transportasi darat adalah

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) atau selanjutnya dapat disebut dengan PT. KAI

(Persero) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di

bawah naungan Departemen Perhubungan PT. KAI (Persero) ditunjuk oleh

pemerintah untuk menyelenggarakan layanan jasa transportasi darat. Layanan PT.

KAI (Persero) meliputi angkutan penumpang dan barang. Hampir semua jalur yang

beroperasi memiliki layanan angkutan kereta api penumpang dan barang yang

dijalankan secara teratur.

PT. KAI (Persero) sebelumnya merupakan sebuah perusahaan umum (Perum).

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1998 Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan

Umum Kereta Api menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) merubah perusahaan

umum kereta api menjadi perusahaan perseroan. PT. KAI (Persero) memiliki suatu

misi pelayanan terhadap masyarakat yang dibebankan dari pemerintah.

Oleh karena itu, pengembangan transportasi yang dilakukan oleh PT. KAI

(Persero) sangat penting artinya dalam menunjang dan menggerakkan dinamika

4

(20)

pembangunan, sebab kereta api berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah. Peranan pengangkutan dengan

kereta api sangat penting, mengingat biaya angkutan dengan kereta api dinilai relatif

murah dan waktu yang relatif cepat. Oleh sebab itu, letak jaringan atau jalur kereta

api secara historis masih mempunyai peranan yang menentukan pemilihan suatu

lokasi industri.

Apabila ditinjau kembali ketentuan yang terdapat dalam Pasal 33

Undang-Undang Dasar 1945 terutama Ayat 2 yang berbunyi : “Cabang-cabang produksi yang

penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.”

Sedangkan bidang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak,

dalam UU Nomor 1 Tahun 1967, kereta api termasuk cabang produksi yang

menguasai hajat hidup orang banyak. Dengan Demikian untuk tetap bisa menjalankan

fungsinya perusahaan kereta api sebagaimana mestinya perlu mengadakan

pembinaan. Pembinaan adalah bagaimana agar pengelolaan perusahaan kereta api

dalam melaksanakan kepentingan umum dapat terus ditingkatkan. Hal ini disebabkan

oleh dampak era globalisasi saat ini transportasi jelas mendukung jalannya

pembangunan dan perlu memperhatikan pelayanan terhadap kelancaran mobilisasi

orang dan barang.

Aspek kualitas pelayanan dalam pelayanan publik merupakan aspek yang

terpenting dalam pemilihan jasa oleh masyarakat yang harus disediakan oleh PT. KAI

(21)

kualitas pelayanan yang lebih baik merupakan kekuatan awal yang dapat disediakan

oleh suatu organisasi publik atau institusi pemerintah kepada masyarakat sebagai

pelanggannya. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh PT. KAI (Persero) dilakukan

melalui berbagai pendekatan dan tindakan yang berbeda–beda oleh penyedia jasa

yang lain. Pelayanan yang diberikan oleh PT. KAI (Persero) akan berkualitas apabila

dapat meningkatkan loyalitas pelanggan.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian

mengamanatkan diantaranya peningkatan mutu keselamatan, keamanan, dan

kenyamanan. Keandalan sarana dan prasarana perkeretaapian yang memenuhi

persyaratan teknis dan standar kelayakan. Serta sumber daya manusia yang

memenuhi kualifikasi dan kompetensi. Penyelenggaraan sarana dan prasarana

perkeretaapian wajib melakukan perawatan, pemeriksaan, pengujian dan

pengoperasian sarana dan prasarana.5

Pelayanan jasa PT. KAI (Persero) yang masih minim seringkali menjadi

masalah bagi pengguna jasa kereta api baik pengguna jasa kereta kelas eksekutif,

bisnis maupun ekonomi yang menyebabkan turunnya jumlah pengguna kereta api.

Pemerintah ingin menunjukkan kepeduliannya dalam mengedepankan pelayanan

pada penumpang dan pengguna jasa kereta api seperti yang ditunjukan dalam Pasal

130-Pasal 138 mengenai pengakutan orang dengan kereta api Undang–Undang

Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian. Pelayanan pemesanan tiket kereta api

5

(22)

merupakan salah satu bentuk pelayanan yang diberikan oleh PT. KAI (Persero)

kepada pelanggan, dimana pelanggan dapat memesan tiket kereta api sebelum hari

keberangkatan. PT. KAI (Persero) juga memberikan fasilitas–fasilitas guna

menunjang kelancaran dalam memberikan pelayanan pemesanan tiket kereta api.

PT. KAI (Persero) telah menyediakan fasilitas untuk melayani pengguna jasa

dalam melakukan transaksi pembelian tiket melalui sejumlah tempat yang telah

disediakan.Pertama, penjualan di loket PT. KAI (Persero). Penjualan melalui loket di

stasiun dilayani atau dibuka mulai 3 jam sebelum keberangkatan kereta api.

Pemesanan tiket dilayani mulai 30 hari sampai dengan 3 jam sebelum keberangkatan.

Pembayaran tiket sesuai dengan tarif kereta api yang telah ditentukan.

Kedua, penjualan melalui agen. Penjualan lewat agen dilayani mulai dari 30

hari sampai 1 hari sebelum keberangkatan kereta api. Calon penumpang dapat datang

langsung untuk membeli tiket dengan membayar sebesar tarif plus ekstrachargedan

dapat langsung memperoleh tiket yang dipesan. Penjualan lewat agen hanya melayani

penjualan tiket kereta api untuk penumpang dewasa dan anak tanpa pelayanan

reduksi.

Ketiga, pembayaran melalui internet banking dan ATM Bank (Mandiri, BII,

BRI). Penjualan atau pemesanan melalui ATM dilakukan melalui call center yang

sudah ada kerjasama dengan PT. KAI (Persero). Calon penumpang harus

menghubungi nomor tertentu untuk melakukan pemesanan tiket. Penumpang akan

(23)

melakukan pembayaran lewat Anjungan Tunai Mandiri (ATM) atau internet banking

yang sudah ada kerjasama dalam pembayaran pemesanan tiket.

Keempat, penjualan melalui Loket PT. POS. Penjualan tiket melalui PT. POS

dilayani mulai 30 hari sampai dengan 2 hari sebelum keberangkatan kereta api.

Pemesanan atau penjualan dengan sistem ini dilayani di loket kantor Pos yang sudah

online. Pemesanan atau penjualan tiket dengan sistem ini, calon penumpang langsung

membayar tiket kereta api sebesar tarif plus ekstra charge. Calon penumpang akan

memperoleh resi atau bukti pembayaran yang oleh calon penumpang akan digunakan

untuk menukarkan tiket di stasiun.

Terkait dengan kerjasama yang dilakukan PT. KAI (Persero) dengan berbagai

pihak yang telah disebutkan di atas untuk memudahkan masyarakat untuk

mendapatkan tiket kereta api. PT. KAI (Persero) yang melakukan kerjasama dengan

agen tiket secaraonlinedibutuhkan suatu perjanjian kerjasama. Isi perjanjian tersebut

dituangkan dalam sebuah kontrak kerjasama antara PT. KAI (Persero) dengan agen.

Lahirnya lembaga keagenan di Indonesia dapat dilihat dalam rangka

pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal

Dalam Negeri. Kemudian Pemerintah mengeluarkan peraturan pelaksanaannya, yaitu

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1977 tentang Pengakhiran Kegiatan Usaha

Asing dalam Bidang Perdagangan. Pasal 7 Peraturan Pemerintah tersebut memuat

ketentuan bahwa perusahaan asing dapat menunjuk perusahaan nasional sebagai

(24)

Dalam kegiatan bisnis, keagenan biasanya diartikan sebagai suatu hubungan

hukum di mana seseorang/pihak agen diberi kuasa bertindak untuk dan atas nama

orang/pihak prinsipal untuk melaksanakan transaksi bisnis dengan pihak lain. Jadi

kriteria utama untuk dikatakan adanya suatu keagenan adalah adanya wewenang yang

dipunyai oleh agen tadi yang bertindak untuk dan atas nama prinsipal.6

Adakalanya antara prinsipal dan agen dibuat suatu perjanjian yang sederhana

yang memuat pokok-pokok tentang apa-apa yang menjadi hak dan kewajiban para

pihak. Tetapi tidak sedikit yang membuat perjanjiannya dengan ketentuan-ketentuan

secara terperinci. Tentu saja membuat perjanjian secara terperinci tidak mudah.

Tetapi dengan adanya perjanjian yang terperinci, akan semakin kecil kemungkinan

untuk salah menafsirkan isi perjanjian.7

Kontrak kerjasama keagenan tiket online yang dibuat antara PT. KAI

(Persero) dengan agen, perjanjiannya dibuat secara tertulis. Pada kontrak yang

diadakan antara PT. KAI (Persero) dengan agen yang ditunjuk adalah untuk menjual

tiket kereta api tersebut. Agen tiket kereta api secara online harus terlebih dahulu

menyetujui harga jual tiket serta biaya administrasi sebagai biaya tambahan yang

akan diberikan kepada setiap tiket yang akan dijualnya yang telah ditetapkan oleh PT.

KAI (Persero).

Kontrak kerjasama keagenan tiket online yang dibuat merupakan instrumen

bisnis yang saling mengikat para pihak, bentuk perjanjiannya merupakan perjanjian

6

Richard Burton Simatupang,Aspek Hukum Dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hlm. 53.

7

(25)

yang tertulis. Pada hakekatnya kontrak dipahami sebagai ketentuan dan persyaratan

yang disepakati oleh para pihak sebagai hasil perundingan atau negoisasi antara para

pihak yang membuatnya, akan tetapi dalam prakteknya sering dijumpai kontrak yang

berbentuk baku (standardize contract).8

Bentuk perjanjian yang dibuat antara PT. KAI (Persero) sebagai prinsipal

dengan agen dibuat secara baku yang telah dibuat oleh PT. KAI (Persero) tersebut,

bahkan kontrak tersebut sudah tercetak (boilerplate) dalam bentuk formulir-formulir

tertentu oleh PT. KAI (Persero), yang dalam hal ini ketika kontrak tersebut

ditandatangani umumnya para pihak hanya mengisi data-data informatif tertentu saja

dengan sedikit atau tanpa perubahan dalam klausula-klausulanya. Dalam hal ini, agen

tidak mempunyai kesempatan atau hanya sedikit kesempatan untuk menegoisasi atau

mengubah klausula-klausula yang sudah dibuat oleh PT. KAI (Persero), sehingga

agen merasa kontrak baku tersebut sangat berat sebelah.

Pada saat pelaksanaan perjanjian tersebut diduga ada masalah-masalah yang

timbul yang dihadapi oleh agen tiket kereta api, salah satunya seperti server yang

susah di akses sehingga agen tidak dapat menjual tiket kereta api kepada masyarakat.

Padahal ada target penjualan tiket yang harus agen penuhi, apabila agen tidak

memenuhi target penjualan tersebut agen dianggap wanprestasi seperti yang

tercantum dalam kontrak kerja sama tersebut. Dalam hal ini, perlu adanya

perlindungan hukum terhadap pihak-pihak terkait yaitu agen tiket kereta api dan PT.

8

(26)

KAI (Persero) sebagai prinsipal dalam pelaksanaan perjanjian kerja sama keagenan

tiketonline. Agar tidak ada pihak yang dirugikan dalam pelaksanaan perjanjian kerja

sama keagenan tiketonline.

Berkaitan dengan uraian-uraian tersebut, akan dilakukan penelitian dengan

judul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM

PERJANJIAN KERJASAMA KEAGENAN TIKET ONLINE (STUDI KERJA

SAMA ANTARA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN CV.

ANUGRAH CIREBON)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan fokus kepada permasalahan-permasalahan sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah bentuk dan pelaksanaan kontrak kerja sama keagenan tiket online

antara PT. KAI (Persero) dengan CV. Anugerah Cirebon?

2. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan kontrak kerja

sama keagenan tiketonlinetersebut dan bagaimana cara mengatasinya?

3. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap para pihak dalam pelaksanaan

perjanjian keagenan tiket online antara PT. KAI (Persero) dengan CV. Anugrah

Cirebon?

(27)

Mengacu kepada judul dan permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat

dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk dan pelaksanaan kontrak kerja sama keagenan tiket

onlineyang dilakukan oleh PT. KAI (Persero) dengan CV. Anugerah Cirebon.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dan cara mengatasi dalam pelaksanaan

kontrak kerja sama keagenan tiketonlinetersebut.

3. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap para pihak dalam pelaksanaan

perjanjian keagenan tiket onlineantara PT. KAI (Persero) dengan CV. Anugerah

Cirebon.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis.

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengetahui dan mengembangkan

tentang keagenan khususnya terhadap keagenan tiket online.

b. Sebagai bahan kajian untuk menambah literatur tentang keagenan.

2. Secara Praktis

a. Sebagai sumbangan pemikiran dan menjadi masukan bagi para pihak yang

berkepentingan yaitu PT. KAI (Persero) sebagai prinsipal dan CV. Anugerah

(28)

b. Untuk memberikan suatu pemahaman yang mendalam serta bahan pegangan

bagi para pihak yang terkait dalam kontrak kerjasama keagenan tiket online.

E. Keaslian Penelitian

Sepanjang pengetahuan dan berdasarkan informasi yang ada dan penelusuran

kepustakaan khususnya di lingkungan Pascasarjana, Magister kenotariatan dan Ilmu

Hukum Universitas Sumatera Utara, belum ada penelitian sebelumnya dengan judul

“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN

KERJA SAMA KEAGENAN TIKET ONLINE (STUDI KERJASAMA ANTARA

PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN CV. ANUGERAH

CIREBON)”.

Pernah ada penelitian sebelumnya terkait dengan kerja sama keagenan, yaitu:

Novana Octa Syahputra, Mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister Kenotariatan,

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, pada tahun 2009, dengan judul

“Analisis Yuridis Kontrak Kerjasama Keagenan Minyak Tanah Di Nanggroe Aceh

Darussalam”.

Penelitian ini berbeda dengan yang telah disebutkan diatas, sebab penelitian di

atas lebih mengarahkan kepada analisis yuridis dari keagenan minyak tanah yang ada

di Aceh. Tentunya berbeda dengan penelitian yang ada dilakukan oleh peneliti

mengenai perlindungan hukum para pihak yang terkait kerjasama perjanjian keagenan

(29)

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Berkenaan dengan keagenan ini, untuk menganalisis lebih lanjut, perlu diingat

dulu berkenaan dengan teori. Terdapat suatu pemahaman bahwa istilah “teori”

bukanlah sesuatu yang harus dijelaskan, tetapi sebagai suatu yang seolah-olah sudah

dipahami maknanya. Bahkan teori sering ditafsirkan sebagai istilah tanpa makna

apabila tidak terkait dengan kata yang menjadi padanannya, seperti teori hukum,

sehingga kata yang menjadi padanannya menjadi (seolah-olah) lebih bermakna

ketimbang makna teori itu sendiri.9

Menurut Soerjono Soekanto10, teori diartikan sebagai suatu sistem yang

berisikan proposisi yang telah diuji kebenarannya. Suatu teori juga mungkin

memberikan pengarahan pada aktivitas penelitian yang dijalankan, dan memberikan

taraf pemahaman tertentu. Teori sebenarnya merupakan suatu generalisasi yang

dicapai, setelah mengadakan pengujian, dan hasilnya menyangkut ruang lingkup yang

sangat luas.11

Menurut Fred N. Kerlinger, suatu teori12adalah seperangkat konsep, batasan

dan proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan

9

H.R Otje Salman dan Anthon F. Sutanto, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka kembali,Refika Aditama, Bandung, 2004, hlm. 19.

10

Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1986, hlm. 6.

11

Ibid,hlm. 126.

12

(30)

merinci hubungan antar variabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi gejala

tersebut.

Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik

atau proses tertentu terjadi dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada

fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenaran.13

Sedangkan Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir

pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi dasar

perbandingan, pegangan teoritis.14 Sistemisasi berarti, membuat klasifikasi terhadap

bahan-bahan hukum tertulis tersebut, untuk memudahkan pekerjaan, analisa dan

kontruksi.15Kemudian kerangka teori diarahkan secara khas ilmu hukum.

Kerangka teoritis dalam penulisan karya ilmiah hukum mempunyai 4 (empat)

ciri, yaitu (a) teori-teori hukum, (b) asas-asas hukum, (c) doktrin hukum, dan (d)

ulasan pakar hukum berdasarkan pembidangan kekhususannya. Keempat ciri khas

teori hukum tersebut, dapat dituangkan dalam penulisan kerangka teoritis dan/atau

salah satu ciri tersebut. Kerangka teori yang akan dijadikan landasan dalam suatu

penelitian tersebut adalah teori-teori hukum yang telah dikembangkan oleh para ahli

hukum yang telah dikembangkan dalam berbagai kajian.16

13

J.J.J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Asas-Asas, Penyunting: M. Hisyam, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, hlm. 203.

14

M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian,Mandar Maju, Bandung, 1994, hlm. 80

15

Soerjono Soekanto,Op. Cit, hlm. 251.

16

(31)

Kata perlindungan17 menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti tempat

berlindung atau merupakan perbuatan (hal) melindungi, misalnya perlindungan

kepada orang yang lemah.

Menurut Sudikno Mertokusumo, yang dimaksud dengan hukum18 adalah

kumpulan peraturan atau kaedah yang mempunyai isi yang bersifat umum dan

normatif, umum karena berlaku bagi setiap orang dan normatif karena menentukan

apa yang seyogyanya dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan atau harus dilakukan

serta menentukan bagaimana caranya melaksanakan kepatuhan kepada

kaedah-kaedah.

Perlindungan hukum adalah suatu perbuatan hal melindungi subjek-subjek

hukum dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan pelaksanaannya

dapat dipaksakan dengan suatu sanksi. Teori yang dipergunakan adalah teori

perlindungan hukum.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang perjanjian, maka perlu diketahui

sebenarnya apa yang dimaksud dengan perjanjian tersebut. Menurut Subekti, suatu

perjanjian19 adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seseorang lain

atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Perjanjian

itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya.

17

W. J. S. Poerwadarminta,Kamus Umum Bahasa IndonesiaI,Balai Pustaka, Jakarta, 1986, hlm. 600.

18

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Libery, Yogyakarta, 2003, hlm. 38.

19

(32)

Sedangkan M. Yahya Harahap menyatakan bahwa perjanjian20 adalah suatu

hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih, yang

memberikan kekuatan hak untuk memperoleh prestasi atau sekaligus mewajibkan

pada pihak lain untuk menunaikan prestasi itu.

Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang

mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Perjanjian

merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. Dengan demikian,

hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan

perikatan.

Secara garis besar perjanjian dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:21

1. Perjanjian dalam arti luas, adalah setiap perjanjian yang menimbulkan akibat

hukum sebagaimana yang telah dikehendaki oleh para pihak, misalnya perjanjian

tidak bernama atau perjanjian jenis baru.

2. Perjanjian dalam arti sempit, adalah hubungan-hubungan hukum dalam lapangan

harta kekayaan seperti yang dimaksud dalam Buku III KUHPerdata, misalnya

perjanjian bernama.

Dalam hukum perjanjian ada beberapa azas, namun secara umum asas

perjanjian ada lima, yaitu:22

1. Azas kebebasan berkontrak

20

M. Yahya Harahap,Segi-Segi Hukum perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 4.

21

Handri Raharjo,Hukum Perjanjian Di Indonesia,Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009, hlm. 42.

22

(33)

Azas ini bermakna bahwa setiap orang bebas membuat perjanjian dengan siapa

pun, apa pun isinya, apa pun bentuknya sejauh tidak melanggar undang-undang,

ketertiban umum, dan kesusilaan23(Pasal 1337 dan 1338 KUHPerdata).

2. Azas konsensualisme

Perjanjian lahir atau terjadi dengan adanya kata sepakat (Pasal 1320, Pasal 1338

KUHPerdata). Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan kemauan para pihak.

3. Azas mengikatnya suatu perjanjian (pacta sun servanda)

Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang

membuatnya (Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata).

4. Azas iktikad baik (togoe dentrow)

Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik (Pasal 1338 ayat 3

KUHPerdata). Iktikad baik terbagi dua, yakni: bersifat objektif dan bersifat

subjektif.

5. Azas kepribadian (personalitas)

Pada umumnya tidak seorang pun dapat mengadakan perjanjian kecuali untuk

dirinya sendiri. Pengecualiannya terdapat di dalam Pasal 1317 KUHPerdata

tentang janji untuk pihak ketiga.

Azas hukum berfungsi sebagai pondasi yang memberikan arah, tujuan serta

penilaian fundamental yang mengandung nilai-nilai dan tuntutan etis.24 Bahkan

dalam suatu mata rantai sistem, asas, norma dan tujuan hukum berfungsi sebagai

23

Subekti-I,Op. Cit,hlm. 13-14.

24

(34)

pedoman dan ukuran atau kriteria bagi perilaku manusia.25 Melalui asas hukum,

norma hukum berubah sifatnya menjadi bagian suatu tatanan etis yang sesuai dengan

nilai kemasyarakatan. Pemahaman tentang keberadaan suatu norma hukum (mengapa

suatu norma hukum diundangkan) dapat ditelusuri dari “ratio legis”nya. Meskipun

asas hukum bukan norma hukum, namun tidak ada norma hukum yang dapat

dipahami tanpa mengetahui asas-asas hukum yang terdapat didalamnya.26

Syarat-syarat suatu perjanjian terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata.

Setelah syarat sah perjanjian terpenuhi maka akan tercipta kata sepakat untuk

melakukan perjanjian. Dengan adanya kata sepakat mengadakan perjanjian, maka

berarti bahwa kedua pihak haruslah mempunyai kebebasan kehendak. Para pihak

tidak mendapat suatu tekanan yang mengakibatkan adanya “cacat” bagi perwujudan

kehendak tersebut.

Pengertian sepakat dipahami sebagai pernyataan kehendak yang disetujui

(overeenstemende wilsverklaring) antara para pihak. Pernyataan pihak yang

menawarkan dinamakan tawaran (offerte). Pernyataan pihak yang menerima tawaran

dinamakan akseptasi (acceptatie). Dengan demikian kesepakatan itu penting

diketahui sebab merupakan awal terjadinya perjanjian.

Dilihat dari syarat-syarat sahnya perjanjian ini, terdapat adanya unsur-unsur

perjanjian. Maka Asser membedakan bagian perjanjian, yaitu bagian inti (wezenlijk

25

Mariam Darus Badrulzaman dkk., Kompilasi Hukum perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 49.

26

(35)

oordeel) dan bagian yang bukan inti (non wezenlijk oordeel). Bagian ini disebutkan

essensialiadan bagian non-inti terdiri darinaturaliadan accenditalia.

1. UnsurEssensialia

Unsur yang mutlak harus ada. Unsur ini sangat erat kaitannya dengan syarat

sahnya perjanjian (Pasal 1320 KUHPerdata) dan untuk mengetahui ada/tidaknya

perjanjian serta untuk mengetahui jenis perjanjiannya, contoh: kesepakata.

2. UnsurNaturalia

Unsur yang lazimnya ada/sifat bawaan perjanjian, sehingga secara diam-diam

melekat pada perjanjian, misalnya: menjamin terhadap cacat tersembunyi.

3. UnsurAccidentalia

Unsur yang harus tegas diperjanjikan, misalnya: pemilihan tempat kedudukan.27

Selanjutnya menurut Mariam Darus Badruldzaman ada dua golongan

perjanjian baku, yaitu:28

1. Perjanjian standar umum yaitu perjanjian yang bentuk dan isinya telah

dipersiapkan terlebih dahulu oleh kreditor (seperti perjanjian kredit bank) lantas

kemudian disodorkan kepada debitor.

2. Perjanjian standar khusus yaitu perjanjian yang ditetapkan pleh pemerintah,

seperti akta jual beli.

Pihak yang kepadanya disodorkan kontrak baku tersebut tidak mempunyai

kesempatan untuk bernegoisasi dan berada pada posisi ”take it or leave it”. Dengan

27

Handri Raharjo,Hukum Perjanjian Di Indonesia, Loc. Cit, hlm. 46.

28

(36)

demikian, oleh hukum diragukan apakah benar-benar ada elemen “kata sepakat” yang

merupakan syarat sahnya kontrak dalam kontrak baku tersebut. Maka untuk

melakukan pembatalan suatu kontrak baku, tidaklah cukup hanya ditunjukkan bahwa

kontrak tersebut merupakan kontrak baku. Untuk dapat dilakukan pembatalannya,

yang perlu ditonjolkan adalah elemen apakah dengan kontrak baku tersebut telah

terjadi ketidakseimbangan terhadap keberadaan posisi tawar-menawar (bargaining

position), sehingga eksistensi unsur “kata sepakat” di antara para pihak sebenarnya

tidak terpenuhi.

Bahwa setiap kontrak yang dibuat oleh para pihak harus dirancang dengan

benar. Dalam perancangan kontrak tersebut, harus diperhatikan berbagai tahap dalam

perancangannya.29 Dalam suatu kontrak baku sering dijumpai ketentuan bahwa para

pihak telah bersepakat menyimpang atau melepaskan Pasal 1266 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata. Akibat hukumnya jika terjadi wanprestasi, maka perjanjian

tersebut tidak perlu dimintakan pembatalan kepada hakim, tetapi dengan sendirinya

sudah batal demi hukum.

Dalam hal ini wanprestasi merupakan syarat batal. Akan tetapi, beberapa ahli

hukum berpendapat sebaliknya. Bahwa dalam hal terjadi wanprestasi perjanjian tidak

batal demi hukum, tetapi harus dimintakan pembatalan kepada hakim. Dengan alasan

antara lain bahwa sekalipun debitur sudah wanprestasi hakim masih berwenang untuk

memberi kesempatan kepadanya untuk memenuhi perjanjian.

29

(37)

2. Konsepsi

Konsepsi adalah suatu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam

penelitian ini adalah untuk dihubungkannya dengan teori dan obeservasi, antara

abstraksi dan kenyataan. Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang

dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan

analitis.30

Suatu konsep atau kerangka konsepsional pada hakekatnya merupakan suatu

pengarah, atau pedoman yang lebih konkrit daripada kerangka teoritis yang sering

kali masih bersifat abstrak, sehingga diperlukan definisi oprasional yang akan dapat

pegangan konkrit di dalam proses penelitian.31

Untuk membangun konsep dalam pengkajian ilmu hukum pada dasarnya

merupakan kegiatan untuk mengkonstruksi teori, yang akan digunakan untuk

menganalisanya dan memahaminya.32

a. Perlindungan Hukum

Perlindungan Hukum adalah jaminan perlindungan pemerintah dan atau masyarakat

kepada negara dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.33

b. Perjanjian

30

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 1995, hlm. 7.

31

Ibid,hlm. 133

32

Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum, CV. Mandar Maju, Bandung, 2008, hlm. 108.

33

(38)

Menurut Wirjono Prodjodikoro, perjanjian34 adalah sebagai suatu perhubungan

hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji

atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak melakukan

suatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu.

c. Kerja sama

Kerja sama adalah dua orang atau lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang

dilakukan secara terpadu yang diarahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu.

d. Perjanjian Kerjasama

Perjanjian Kerjasama adalah suatu ikatan kerjasama antara PT KAI (Persero)

dengan CV Anugrah untuk melaksanakan penjualan tiket kereta api.

e. Keagenan

Keagenan adalah hubungan hukum antara pihak prinsipal dengan agen, di mana

pihak prinsipal memberi wewenang kepada agen untuk melakukan transaksi dengan

pihak ketiga.35

f.Online

Online adalah interkoneksi sistem komputer ticketing perusahaan dengan sistem

penjualan karcis agen, dapat menggunakan 2 (dua) sistem koneksi yaitu koneksi

langsung (dial up ke sistem komputer ticketing perusahaan) atau jaringan

outsourching(koneksi dengan jaringan milik penyedia/outsourchingatau internet).

g. TiketOnline

34

Wirjono Prodjodikoro,Azas-Azas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm. 4.

35

(39)

Tiket Online adalah pemesanan tiket oleh konsumen melalui agen yang dilakukan

secaraonline.

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

Sesuai dengan rumusan permasalahan dan tujuan penelitian, maka sifat

penelitian yang sesuai adalah deskriptif analitis. Penelitian deskriptif, dimaksudkan

untuk melukiskan keadaan objek dan peristiwanya.36

Penelitian ini bersifatdeskriptif analitis, artinya bahwa penelitian ini termasuk

lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara tepat

serta menganalisa peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berkaitan

dengan keagenan sehingga diharapkan dapat diketahui gambaran jawaban atas

permasalahan mengenai perlindungan hukum perjanjian kerjasama keagenan tiket

online.

2. Metode pendekatan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian normative atau

yuridis normatif, yakni penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah

bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas,

norma, kaidah dari peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian

serta doktrin (ajaran).37

36

Sutrisno Hadi,Metodologi Research,Andi Offset, Yogyakarta, 1989, hlm. 3.

37

(40)

Di dalam penelitian yuridis normatif, maka penelitian terhadap asas-asas

hukum dilakukan terhadap kaidah-kaidah hukum, yang merupakan patokan-patokan

berperilaku.38 Penelitian yuridis normatif selalu mengambil isu dari hukum sebagai

sistem norma yang digunakan untuk memberikan “justifikasi” preskriptif tentang

suatu peristiwa hukum. Sehingga penelitian yuridis normatif menjadikan sistem

norma sebagai pusat kajiannya. Sistem norma dalam arti yang sederhana

adalah sistem kaidah atau aturan.39

Penelitian yuridis normatif adalah penelitian yang mempunyai objek kajian

tentang kaidah atau aturan hukum. Penelitian yuridis normatif meneliti kaidah atau

aturan hukum sebagai bangunan sistem yang terkait dengan suatu peristiwa hukum.

Penelitian yuridis normatif akan mengkaji objek tersebut dan dikaji dari sistematika

berdasar ketaatan pada struktur hukum secara hierarkis.40

Jadi penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk memberikan argumentasi

hukum tentang perlindungan hukum perjanjian kerjasama yang dibuat antara PT. KAI

(Persero) dengan CV. Anugerah Cirebon sebagai agen resmi dari penjualan tiket

online.

3. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dari penelitian kepustakaan adalah data yang didukung dengan

penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu mengumpulkan

38

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Loc. Cit, hlm. 62.

39

Ranuhandoko,Terminologi Hukum, Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 419.

40

(41)

data dengan melakukan penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang

meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.41

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, antara lain:

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.

c. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor

23/MPM/Kep/1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 1998 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Kereta Api.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan

Perkeretaapian.

f. Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor

KEP.D6/LL.702/X/KA-2010 tentang Penetapan Petunjuk Pelaksanaan Sistem

KeagenanOnline.

g. Kontrak Perjanjian Kerjasama Keagenan Tiket Online antara PT. KAI

(Persero) DAOP III Cirebon dengan CV. Anugerah.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap

bahan hukum primer (buku ilmu hukum, jurnal hukum, laporan hukum, dan

media cetak atau elektronik).42 Bahan hukum sekunder yang digunakan yaitu

41

(42)

berupa karya tulis para ahli di bidang hukum dan bidang-bidang yang terkait

dengan permasalahan yang diteliti, jurnal dan makalah yang diperoleh melalui

studi kepustakaan.

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum

yang digunakan yaitu majalah, ensiklopedia, kamus dan internet.

4. Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam peneltian ini dilakukan dengan cara:

1. Studi dokumen yaitu menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan

kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder, serta berupa dokumen-dokumen maupun peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yang terkait dengan perlindungan hukum

perjanjian kerjasama keagenan tiket online.

2. Wawancara

Agar memperoleh data yang relevan dengan objek yang akan diteliti, maka

instrument utama yang digunakan adalah wawancara. Wawancara dilakukan

dengan tehnik wawancara tidak terstruktur atau lebih sering dikatakan sebagai

pertanyaan langsung, yang memungkinkan narasumber untuk memberikan

tanggapannya tentang apapun yang berkaitan dengan pertanyaan yang di

42

(43)

ajukan pada saat wawancara.43 Pertanyaan itu bersifat pertanyaan terbuka

atau pertanyaan tersebut bisa terus berlanjut dengan melakukan wawancara

satu lawan satu. Ideal dengan narasumber yang ingin berbicara terus terang

dengan tidak ada batasnnya,44antara lain dengan:

a. Pegawai PT. KAI (Persero) Daerah Operasi III Cirebon, sebanyak 2 (dua)

orang, yaitu:

1. Manager Divisi Hukum PT. KAI PT. KAI (Persero) Daerah Operasi III

Cirebon.

2. Manager Divisi IT PT. KAI (Persero) Daerah Operasi III Cirebon.

b. Perwakilan dari Pemilik CV. Anugerah yaitu Direktur CV. Anugerah.

5. Analisis Data

Seluruh data yang diperoleh dari penelitian pustaka dan lapangan

diklasifikasikan dan disusun secara sistematis. Data tersebut kemudian dianalisis

sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku untuk melihat kecenderungan yang

ada. Analisa data termasuk penarikan kesimpulan dilakukan secara deduktif-induktif

yaitu dimulai dari hal-hal yang umum untuk selanjutnya menarik hal-hal yang khusus

sehingga diharapkan akan memberikan solusi dan jawaban atas permasalahan dalam

penelitian ini.

43

Bruce W. Tuckman,Conducting Educational Research, Harcourt Brace Jovanovich, Inc., United States of America, 1978, hlm. 200.

44

(44)

A. Perjanjian Kerja Sama Keagenan

Kata ”Perjanjian” berasal dari kata Janji, yang dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia1 diartikan sebagai ”perkataan yang menyatakan kesudian hendak berbuat

sesuatu”; sedangkan arti perjanjian adalah ”persetujuan (tertulis atau dengan lisan)

yang dibuat oleh dua pihak atau lebih yang masing-masing berjanji akan menaati apa

yang tersebut di persetujuan itu”. Maka perjanjian juga suatu persetujuan karena

kedua belah pihak setuju untuk melakukan sesuatu. Setuju berarti sepakat, mufakat

atau akur.

Menurut Abdul Kadir Muhammad, perjanjian2 adalah suatu persetujuan

dimana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal

dalam lapangan harta kekayaan. Menurut Sri Soedewi Masychun Sofwan, perjanjian3

adalah suatu perbuatan hukum dimana seorang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap seseorang atau lebih orang.

Berdasarkan beberapa definisi atau pengertian dari para sarjana yang telah

dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam perjanjian harus ada para pihak

1

W. J. S Poerwadarminta,Op. Cit., hlm. 402.

2

Abdul Kadir Muhammad,Hukum Perikatan, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1990, hlm. 78. (selanjutnya disingkat Abdul Kadir Muhammad-I).

3

(45)

yang berjanji dan kesepakatan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Atau

dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa unsur yang terdapat dalam setiap

perjanjian adalah:

1. Ada pihak yang saling berjanji.

2. Ada persetujuan.

3. Ada tujuan yang hendak di capai.

4. Ada prestasi yang akan dilaksanakan atau kewajiban untuk melaksanakan objek

perjanjian.

5. Ada bentuk tertentu (lisan atau tertulis).

6. Ada syarat tertentu yaitu syarat pokok dari perjanjian yang menjadi objek

perjanjian serta syarat tambahan atau pelengkap.

Selanjutnya dilihat dari bentuk perjanjian4 dibedakan menjadi 2 (dua) macam,

yaitu:

1. Perjanjian Tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk

tulisan.

2. Perjanjian Lisan adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud

lisan (cukup kesepakatan para pihak).

Pada umumnya perjanjian tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu, dapat

dibuat secara lisan maupun tertulis, ketentuan ini dapat dibuat lisan atau tertulis lebih

kepada sifatnya sebagai alat bukti semata apabila dikemudian hari terjadi perselisihan

4

(46)

antara pihak-pihak yang membuat perjanjian. Akan tetapi ada beberapa perjanjian

yang ditentukan bentuknya oleh peraturan perundang-undangan dan apabila bentuk

ini tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut menjadi batal atau tidak sah.

Perjanjian secara umum diatur dalam Buku III KUHPerdata tentang Perikatan.

Pengertian perjanjian dalam KUHPerdata diatur dalam Pasal 1313 yaitu:

suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana 1 (satu) orang atau lebih mengikatakan diri terhadap 1 (satu) orang lain atau lebih.

Dalam perjanjian bisnis yang diadakan agen dengan prinsipalnya, biasanya

dilakukan dengan membuat suatu kontrak tertulis yang isinya ditentukan oleh para

pihak sesuai dengan kepentingan para pihak tersebut. Kontrak atau perjanjian hanya

dapat dibuat untuk tujuan yang sah (halal). Suatu tujuan dipandang sah, kalau tidak

melanggar undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.5 KUHPerdata memakai

istilah sebab (causa) yang sah, sebenarnya yang dimaksudkan adalah tujuan, yaitu

tujuan yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang membuat kontrak, melalui kontrak

itu.6 Yang dipersoalkan adalah tujuan, dan tujuan itu tidak boleh melanggar

undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Pasal 1337 KUHPerdata, yang berbunyi:

Suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlainan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum.

Adapun yang merupakan prinsip-prinsip utama dari hukum kontrak menurut

KUHPerdata adalah sebagai berikut:

1. Kebebasan berkontrak.

5

Janus Sidabalok,Pengantar Hukum Ekonomi,Bina Media, Medan, 2000, hlm. 83.

6

(47)

Yang dimaksud dengan prinsip kebebasan berkontrak (freedom of making

contract) adalah prinsip yang mengajarkan bahwa para pihak dalam suatu kontrak

pada prinsipnya bebas untuk membuat atau tidak membuat kontrak, demikian juga

tidak kebebasan untuk mengatur isi kontrak tersebut, sepanjang tidak bertentangan

dengan hukum yang berlaku yang bersifat memaksa.7 Kebebasan ini merupakan

perwujudan kehendak bebas, pancaran hak asasi manusia.8 Mengenai kebebasan

berkontrak ini diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang berbunyi:

Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya.

Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.

Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.

Kata ”semua”, menunjuk pada perjanjian yang dikenal dalam hukum, baik

diatur dalam undang-undang maupun belum ada diatur. Jadi, orang tidak dibatasi

hanya membuat kontrak atau perjanjian yang sudah dikenal oleh undang-undang

saja.9 Inilah yang memungkinkan lahirmya jenis-jenis kontrak atau perjanjian baru.

Jika kontrak atau perjanjian itu dibuat secara sah, apa yang diperjanjikan berlaku bagi

para pihak sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Dengan demikian, kontrak

atau perjanjian itu bersifat mengikat dan harus dipenuhi dengan baik.

7

Munir Fuady-I, Loc. Cit., hlm. 50.

8

Mariam Darus Badrulzaman, dkk.,Loc. Cit., hlm. 1

9

(48)

Sutan Remi Sjahdeini yang dikutip oleh Agus Yudha Hernoko10 kebebasan

berkontrak menurut hukum perjanjian Indonesia meliputi ruang lingkup sebagai

berikut:

a. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian.

b. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian.

c. Kebebasan untuk menentukan atau memilih causa dari perjanjian yang akan

dibuatnya.

d. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian.

e. Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian.

f. Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang

bersifat opsional (aanvullend).

Sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh dalam satu sistem, maka

penerapan kebebasan berkontrak sebagaimana tersimpul dalam substansi Pasal 1338

(1) KUHPerdata harus juga dikaitkan dengan kerangka pemahaman pasal-pasal atau

ketentuan-ketentuan yang lain:

a. Pasal 1320 KUHPerdata, mengenai syarat sahnya perjanjian (kontrak).

b. Pasal 1335 KUHPerdata, yang melarang dibuatnya kontrak tanpa causa atau

dibuar berdasarkan suatu causa yang palsu atau yang terlarang, dengan

konsekuensi tidaklah mempunyai kekuatan.

10

(49)

c. Pasal 1337 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa suatu sebab adalah terlarang,

apabila dilarang oleh undang-undang atau apabila berlawanan dengan kesusilaan

baik atau ketertiban umum.

d. Pasal 1338 (3) KUHPerdata, yang menetapkan bahwa kontrak harus dilaksanakan

dengan itikad baik.

f. Pasal 1339 KUHPerdata, menunjuk terikatnya perjanjian kepada sifat, kepatutan,

kebiasaan, dan undang-undang. Kebiasaan yang dimaksud dalam Pasal 1339

KUHPerdata bukanlah kebiasaan setempat, akan tetapi ketentuan-ketentuan yang

dalam kalangan tertentu selalu diperhatikan.

g. Pasal 1347 KUHPerdata mengatur mengenai hal-hal yang menurut kebiasaan

selamanya disetujui untuk secara diam-diam dimasukkan dalam kontrak

(bestanding gebruiklijk beding).

Dengan demikian yang harus dipahami dan perlu menjadi perhatian, bahwa

kebebasan berkontrak sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 1338 (1) KUHPerdata

tersebut hendaknya diinterpretasikan dalam kerangka pikir yang menempatkan posisi

para pihak dalam keadaan seimbang atau proporsional.11 Kebebasan berkontrak

secara filosofis menabukan apabila dalam suatu perjanjian terdapat

ketidakseimbangan, ketidakadilan, ketimpangan, posisi berat sebelah dan lain-lain,

yang pada intinya menempatkan salah satu pihak diatas pihak yang lain. Apabila hal

itu terjadi, maka justru merupakan pengingkaran terhadap kebebasan berkontrak itu

sendiri.

11

(50)

2. Prinsip Konsensual.

Dengan prinsip konsensual yang dimaksudkan adalah bahwa jika suatu kontrak

dibuat, maka dia telah sah dan mengikat secara penuh tanpa memerlukan persyaratan

lain, kecuali jika undang-undang menentukan lain.12 Bahwa suatu perjanjian cukup

ada kata sepakat dari mereka yang membuat perjanjian itu tanpa diikuti dengan

perbuatan melawan hukum lain kecuali perjanjian yang bersifat formal.13Secara tegas

bahwa pihak-pihak telah menyetujui adanya perjanjian itu dengan suatu konsensus,

baik secara lisan atau kemudian diikuti secara tertulis.

Di dalam Pasal 1320 KUHPerdata terkandung prinsip yang esensial dari hukum

perjanjian yaitu azas ”konsensualisme” yang menentukan adanya perjanjian.14 Di

dalam azas ini terkandung kehendak para pihak untuk saling mengikatkan diri dan

menimbulkan kepercayaan (vertrouwen) diantara para pihak terhadap pemenuhan

perjanjian. Azas kepercayaan (vertrouweleer) merupakan nilai etis yang bersumber

pada moral.15

Azas konsensualisme mempunyai hubungan yang erat dengan azas kebebasan

berkontrak dan azas kekuatan mengikat yang terdapat di dalam Pasal 1338 (1)

KUHPerdata. Hal ini yang mendasari pendapat Subekti16 yang menyatakan bahwa

azas konsesualisme terdapat dalam Pasal 1320 jo. 1338 KUHPerdata. Pelanggaran

12

Munir Fuady-I, Op. Cit., hlm. 50.

13

A. Qiram Syamsudin Meliala,Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta, 1985, hlm. 20.

14

Mariam Darus Badrulzaman, dkk.,Op. Cit., hlm. 82.

15

Mariam Darus Badrulzaman,Perjanjian Kredit Bank,Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hlm. 108-109.

16

Referensi

Dokumen terkait