• Tidak ada hasil yang ditemukan

Riwayat-riwayat keutamaan surat al-Mulk dalam tafsir 'al-Qur'an al-Azim'

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Riwayat-riwayat keutamaan surat al-Mulk dalam tafsir 'al-Qur'an al-Azim'"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Segala Puja dan Puji bagi Allah swt, Tuhan semesta alam, atas limpahan rahmat, hidayat, karunia, serta inayah-Nya kepada semua makhluk tanpa ada perbedaan. Shalawat serta salam semoga senantiasa dicurahkan kepada Rasul pilihan, Nabi besar Muhammad saw, berkat perjuangan beliau menenggelamkan kegelapan demi menumbuhkan pancaran Ilahi, sehingga kedamaian cinta dan kasih sayang dapat tersebar keseluruh penjuru dunia.

Selain itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada segenap pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih secara khusus kepada :

1. Bapak Dr. Bustamin, M.A, selaku ketua Jurusan Tafsir-Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Rifqi Muhammad Fathi, M.A. Selaku Sekretaris Jurusan Tafsir-Hadis Fakultas Ushuluddin Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibunda Dr.Faizah Ali Sibromalisi. M.A. yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan ketelitian, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik penulis berharap mendapatkan keberkahan dari ilmu yang telah diberikan beliau kepada penulis amin. 4. Bapak Eva Nugraha M.A. Selaku dosen penasehat Akademik yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi.

5. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ushuluddin yang telah mencurahkan ilmunya kepada penulis yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu namun tidak mengurangi hormat penulis kepada beliau.

(2)

6. Segenap keluarga, ibu Dimroh serta ayah H. Muhammad Nur, kakak-kakak tercinta dan kedua adik penulis (Nurlela dan Ahmad Fitroh) yang selalu menghibur penulis dan menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. keponakan-keponakan yang selalu menghibur dengan canda tawa sehingga

penulis selalu merasakan ketenangan dan kebahagiaan, meskipun tidak penulis sebutkan namanya satu persatu namun tidak mengurangi rasa cinta dan sayang penulis kepada mereka,.

8. Kawan-kawan seperjuangan THB: Itoh zalianty, nenenk, B’dah el-sarkam, andre.., U’vah, Layli, Venti, Faizah, K’fai, Ghoffar, Salman, Asep, Labib, Haris, Alvin, fitroh, Amar, syarif, Rosyid, teman-teman KKS 08 : Sie, Mba’ lel, Ika, Eka, Ainul, Sensi, Indra2, Zulfan, Asif, Syahru, Aqiq, Rudi. Walaupun skripsi ini telah mendapat dukungan serta bimbingan yang cukup banyak dari berbagai pihak, namun kekurangan tidak mustahil masih akan ditemukan. Penulis secara pribadi bertanggungjawab sepenuhnya terhadap segala kekurangan itu semua.

Demikianlah ucapan terima kasih penulis sampaikan teriring do’a “Jazakumullah ahsanal Jaza’. Semoga Allah memberikan ganjaran yang setimpal atas segal amal baiknya.

Jakarta, 1, juni 2010 Penulis

Lili nurlia

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

Pedoman Transliterasi... vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 6

C. Kajian Pustaka ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

E. Metodologi Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II SEKILAS TENTANG TAFSIR IBNU KATSIR DAN SURAT AL-MULK: A. Tafsir Ibnu Katsir ... ... 10

1. Riwayat hidup Ibn Katsir ... 10

2. Karakteristik Tafsir Ibn Katsir... 11

a. Metodologi Tafsir Ibn Katsir ... 11

b. Corak Tafsir Ibn Katsir ... 13

c. Sistematika Tafsir Ibn Katsir ... 13

d. Sumber Tafsir Ibn Katsir ... 13

3. Karya-karya Ibn Katsir ... 15

B. Sekilas Surat al-Mulk ... 16

(4)

1. Nama-nama Lain dari Surat al-Mulk... 16

2. Jumlah Ayat... 16

3. Makiyah/Madaniah ... 16

4. Tujuan Sûrat al-Mulk... 21

BAB III. RIWAYAT DALAM SURAT AL-MULK DAN TAKHRIJNYA A. Keutamaan Sûrat al-Mulk Menurut Pendapat Ulama dan Takhrij ... 25

B. Riwayat-riwayat dan Takhrijnya: ... 35

1. Derajat Kesahihan Sanad Hadis ... 35

a. Hadis I . ... 35

b. Hadis II ... 42

c. Hadis III ... 44

d. Hadis IV ... 48

e. Hadis V ... 51

f. Hadis VI ... 53

g. Hadis VII ... 58

2. Hikmah Adanya Fado’il ... 66

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... ... 69

B. Saran-saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA... . 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN SKEMA... ... 74

(5)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا Tidak dilambangkan

ب B be

ت T te

ث Ts Te dan es

ج J je

ح H h dengan garis bawah

خ Kh Ka dan ha

د D de

ذ Dz De dan zet

ر R er

ز Z zet

س S es

ش Sy Es dan ye

ص S es dengan garis di bawah

ض D de dengan garis di bawah

ط T te dengan garis di bawah

ظ Z zet dengan garis di bawah

ع ‘ koma terbalik di atas hadap kanan

غ Gh Ge dan ha

ف F ef

ق Q ki

ك K ka

ل L el

م M em

ن N en

و W we

ـه H ha

ء ' apostrof

ي Y ye

(6)

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monofrog atau vokal rangkap diftong.

Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

____ A fathah

--- I kasrah

____ U dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي ____ Ai a dan i

و ____ Au a dan u

Vokal panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ﺎــ Â a dengan topi di atas

ْﻲــ Î i dengan topi di atas

ْﻮــ Û u dengan topi di atas

(7)

ix Kata sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu لا, dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.

(8)

A. Latar Belakang Masalah

Allah swt menurunkan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan menyampaikan jalan termudah dan terbaik untuk menuntun kehidupan manusia. Ayat-ayatnya memberikan kabar gembira bagi umat Islam bahwa sesunguhnya Islam mudah diterapkan, al-Qur’an berisi nasihat yang sangat jelas untuk segala zaman dan budaya. Namun demikian, masih terdapat orang-orang yang mengacu pada sumber-sumber yang tidak dapat diandalkan, tidak memilih al-Qur’an, membuat mereka salah memahami bahwa Islam adalah agama yang sulit. Alasan utama dari sikap mereka tersebut adalah pengetahuan mereka yang tidak lengkap tentang Islam.1 Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia dari jalan kesesatan kepada jalan yang terang, jalan itu adalah jalan yang diperintahkan Allah kepada manusia 2

Pernyataan al-Qur’an di atas bersifat jelas, tegas dan umum. Sifat umum petunjuk al-Qur’an tidak dikaitkan dengan kondisi, keadaan ataupun pada bidang tertentu. Sebab petunjuk al-Qur’an berlaku dalam semua keadaan, waktu, tempat, dan dalam semua bidang, baik akidah, akhlak, ekonomi, politik, budaya, maupun sosial. Tegasnya, al-Qur’an adalah petunjuk terbaik bagi manusia, dalam segala gerak dan diamnya petunjuk terbaik ialah petunjuk yang paling lurus, sempurna, agung, adil, dan sesuai dengan segala kehidupan manusia untuk kepentingannya

1

Harun Yahya, .Memilih al-Qur’an Sebagai Pembimbing ( Surabaya:Risalah Gusti , 2004), cet,1.hal.60.

2

QS Al-Isra, 17:9, hal. 425.

(9)

di dunia dan di akhirat. Di dalam bidang akidah, petunjuk al-Qur’an merupakan yang paling bermanfaat dan terbaik untuk menghidupkan, mengembangkan, dan menyembuhkan jiwa manusia. Akidah yang dicanangkannya, antara lain, memberikan kekuatan bagi jiwa manusia, sehingga manusia tidak merasa derajatnya lebih rendah ketika berhadapan dengan manusia.3 Bahwa manusia di ciptakan Allah dari sari pati tanah yang kemudian melalui berbagai proses jadilah berbentuk manusia yang di mata Allah sama.4

Pada orang-orang yang menjalankan ajaran Islam sebenarnya nampak pancaran keimanan dari wajahnya, di samping itu ia bersikap tenang, tentram, dan tidak menunjukkan kegelisahan dalam dirinya, sebaliknya akan terlihat wajah orang yang tidak menjalankan ajaran Islam sesungguhnya dengan wajah yang resah karena hatinya tidak tentram dan selalu menunjukan sikap tidak puas dengan nikmat yang telah di berikan oleh Allah. Dalam kehidupan di dunia ini pasti kita menemukan ciri kedua orang tersebut. Kemudian kita dapat merasakan betapa manisnya jika ketenangan dan ketentraman jiwa itu dapat dimiliki sebaliknya betapa gelisahnya jika kegoncangan jiwa itu menempuh kehidupan umat Islam, kedamaian dan ketentraman jiwa itu lebih bermakna dari segala-galanya. Untuk mencapai tingkat kedamaian jiwa itu hanya Islam yang mampu membimbing manusia5. Kedamaian dan ketentraman jiwa itu akan membuat diri umat Islam tenang dalam beribadah kepada Allah karena dengan sering mengingat Allah,

3

Abd Rahman Dahlan,Kaidah-kaidah Penafsiran Al-qur’an (Bandung: Mizan,1998), cet.1. hal.297.

4

QS.Al-Ankabut, 29:45, hal. 635.

5

(10)

membaca ayat al-Qur’an hati umat Islam menjadi tentram dan merasakan kedamaian dalam menjalani kehidupan ini (QS. Ar-Ra’ad, 13:28, hal.373.)

(11)

Allah mengetahui apa yang terbaik bagi hambanya dan hambanya sadar bahwa Allah memberikan kesulitan agar manusia menjadi lebih baik.7 Al-Qur’an adalah penawar bagi orang-orang muslim dan bagi orang yang tidak beriman seperti di kuping mereka ada sumbatan oleh karena itu mereka tidak mendengarkan.8

Al-Quran mempersembahkan fakta-fakta tertentu dan juga banyak hal termasuk juga informasi paling akurat yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw, karena itu mereka mengambil al-Quran dan as-Sunnah sebagai tuntunan tunggal hidupnya berarti dituntun kepada rahmat Allah. Sifat al-Qur’an di jelaskan sebagai berikut:

☺ ☺

⌧ )

) QS. Al-Isra’: 9 (

“Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. Mereka menggunakan al-Qur’an serta cara hidup Rasulullah saw sebagai tuntunan hidup, memiliki gaya hidup yang jauh berbeda dengan orang yang tidak menggunakannya. Sebagai contoh, mereka tidak merasa putus asa, gelisah, kehilangan harapan, sedih, serta tidak merasa tersiksa ketika mendapat masalah ataupun panik ketika menghadapi keadaan yang tidak diinginkan, karena al-Qur’an dan sunnah Rasulullah selalu menuntun mereka setiap waktu.9

6

Harun Yahya, Memilih al-Qur’an Sebagai Pembimbing (Surabaya:Risalah Gusti, 2004), cet,1.hal.68.

7

QS. 41:44, hal 779.

8

(12)

Al-Quran sebagai kitab suci adalah merupakan pegangan hidup untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat, juga sebagai sumber hukum Islam yang pokok dan pertama untuk dipelajari, dihayati dan diamalkan isinya dalam kehidupan sehari-hari. Ia pun merupakan sumber mata air dari syariat Islam, yang telah mengatur segala aspek kehidupan manusia, termasuk aspek sosial dan ekonomi. Berdasarkan hadis-hadis Rasulullah bahwa al-Qur’an itu banyak mempunyai keutamaan bagi siapa yang mempermahir, membaca dan mengamalkan isinya.

Para ulama menjelaskan bahwa al-Qur’an itu mengandung banyak berkat dan khasiatnya bagi siapa saja yang menjadikannya sebagai aûrad setiap hari dan malam. Baik berkat dan khasiat sebagai ikhtiar rohani untuk urusan kemuliaan, pangkat dan kedudukan, kekebalan, kekuatan dan untuk pengobatan, urusan rezeki dan kekayaan, al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar dari sekian banyak mukjizat, supaya yang membacanya adalah ibadah dan mengingkarinya adalah kufur, maka perlu sekali al-Qur’an dijadikan sebagai bacaan setiap pagi dan malam sebagai aûrad, agar kurnia rezeki dan kekayaan yang berkat lantaran barokah dan khasiatnya yang besar10

Di masyarakat mereka melazimkan membaca surat-surat tertentu di antaranya adalah surat Yâsĭn, Ar-Rahman, Al-Wāqiah, dan Al-Mulk kebiasaan tersebut dilandasi oleh riwayat-riwayat yang menjelaskan keutamaan dari surat tersebut dan mereka mempercayai akan keutamaan dari surat tersebut, dari sekian banyaknya keutamaan surat-surat yang ada dalam Al-Qur’an penulis tertarik

9

(13)

untuk membahas keutamaan surat al-Mulk dari segi periwayatan sebagaimana masyarakat banyak ketahui mengenai keutamaan surat al-Mulk tersebut salah satu dari keutamaan surat al-Mulk yaitu meringankan dosa si mayat dan meringankan siksa kubur. Surat al-Mulk ini merupakan surat yang penuh barokah terbukti bahwa surat ini diawali dengan sebutan barokah, yaitu: Tabārakalladzi. Surat ini terdiri dari 30 ayat, yang berisi 1313 huruf mengandung 335 kalimat. Dan di dalamnya terhimpun beberapa khasiat. Nabi saw mengamalkan surat ini bahwa Nabi tidak akan tidur sebelum membaca surat al-Mulk dan dianjurkan membaca surat al-Mulk saat melihat bulan sabit dan Nabi juga menganjurkan untuk membaca surat ini pada malam jum’at. Surat ini hendaknya dibaca siang maupun malam hari baik berada di rumah maupun dalam sedang bepergian. Yang lebih tertarik lagi bahwa surat ini mampu menyembuhkan orang yang sedang sakit gigi yaitu dengan membaca surat al-Mulk ayat 23 kemudian letakkan tangan di atas gigi yang sakit tersebut maka gigi tersebut akan sembuh. Khasiat surat al-Mulk tersebut bukan hanya bermanfaat untuk di dunia maupun di akhirat bahwa khasiat surat ini juga bermanfaat di alam barzakh, di hari kiamat serta bagi pengingkar, maupun bagi yang lemah jangkauan.11Atas latar belakang tafsir al-Qur’an al-Azim yang di susun oleh Ismail bin Umar bin Katsir ad-Dimasyki. Penulis mencoba membahasnya dalam bentuk skripsi yang berjudul : Riwayat-Riwayat Keutamaan Surat al-Mulk Dalam Tafsir ”al-Qur’an al-Azim

B. Pembatasan dan perumusan masalah

(14)

lebih mengarahkan, penulis perlu memberikan pembatasan masalah dalam penelitian, yaitu:

A. Melakukan pengkajian terhadap riwayat-riwayat yang berhubungan dengan keutamaan surat al-Mulk dalam tafsir al-Qur’an al-Azim yang disusun oleh Ibn Katsir dan penulis membahasnya dari segi tafsir yang kemudian penulis kaitkan dengan keadaan sekarang yang kenyataannya mereka melazimkan membaca surat al-Mulk sebagai bacaan rutinitas sehari-hari

B. Takhrij hadis yang penulis teliti adalah dari segi sanad hadis. Namun penulis hanya melakukan pengkajian terhadap riwayat-riwayat yang berhubungan dengan keutamaan surat al-Mulk yang terdapat dalam tafsir tersebut.

Dengan adanya pembatasan masalah tersebut, penulis mengarahkan pembahasan ini dengan rumusan masalah, Yang akan menjadi bahasan dalam skripsi ini adalah: Bagaimana kualitas Hadis-Hadis Keutamaan Surat al-Mulk Dalam Tafsir al-Qur’an al-Azim.

C. Kajian Pustaka

(15)

riwayat-riwayat yang berkaitan bengan dengan keutamaan surat al-Mulk dan penulis akan melakukan pengkajian terhadap riwayat-riwayat tersebut.

D. Tujuan dan manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini terdapat tiga macam, di antaranya adalah:

1. Memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu [S1] pada jurusan Tafsir–Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Mengharapkan untuk mengetahui kekuatan riwayat-riwayat keutamaan dari surat al-Mulk yang terdapat dalam tafsir al-Qur’an al-Azim.

3. Memberikan sumbangsih kepada perpustakaan fakultas maupun umum Berbentuk karya ilmiah.

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library research) yaitu mengumpulkan data-data yang memiliki relevansi dengan masalah yang dibahas, baik itu yang bersumber dari buku atau sumber tertulis lainnya dengan langkah-langkah penelitian kepustakaan seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Setelah data terkumpul kemudian penulis klasifikasi menjadi dua jenis sumber data yaitu:

(16)

b. Sumber data sekunder yang terdiri dari buku dan tulisan lainnya yang memiliki relevansi dengan pokok masalah yang dikaji dalam penelitian ini 2. Metode Pembahasan

Adapun metode pembahasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif–analisis12, artinya pembahasan ini berupaya menggambarkan sedemikian rupa keutamaan surat al-Mulk, kemudian mengemukakan riwayat-riwayat yang berkaitan dengan keutamaan surat al-Mulk, setelah itu baru mengkaji riwayat-riwayat keutamaan surat al-Mulk dalam tafsir tersebut.

3. Metode Penulisan

Secara teknis, skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiah; Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh Center For Quality Development and Accurance (CEQDA) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

F. Sistematika penulisan

Dalam menyusun karya ilmiah ini penulis menyusun sistematika sebagai berikut:

Bab pertama, berupa pendahuluan yang merangkap latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, kajian pustaka, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

10

(17)

Bab kedua, sekilas tentang biografi Tafsir Ibnu Katsir, sekilas surat al-Mulk, Jumlah ayat, makiyah atau madaniyah, nama-nama lain dari surat al-al-Mulk, tujuan surat al-Mulk.

Bab ketiga, riwayat-riwayat keutamaan surat al-Mulk menurut pendapat ulama dan takhrij, riwayat dan takhrijnya, derajat kesahihan sanad hadis, hikmah adanya .

(18)

SURAT AL-MULK

A. Ibn Katsir

1. Riwayat Hidup

Pada masa kanak-kanak, Ibn Katsir dipanggil dengan sebutan Isma’il. Nama lengkapnya adalah ’Imad al-Din Abu al-Fida’ Isma’il ibn ’Amr Ibn Katsir ibn Zara al-Busyra al-Dimasqi. Ia lahir di desa Mijdal dalam wilayah Busra(Basrah), tahun 701 h./1301 m. Ayahnya bernama al-Khotib Syihab al-Din Amr Ibn Katsir, beliau adalah pemuka agama dalam bidang fiqih. 1

Ibn Katsir berasal dari keluarga terhormat, ayahnya seorang ulama terkemuka di masanya, Syihab al-Din Abu Hafs Amr Ibn Katsir Ibnu Dhaw Ibn Zara al-Quraisy, pernah mendalami mazhab hanafi, kendatipun menganut mazhab Syafi’i setelah menjadi khotib di Basrah2.

Dalam usia kanak-kanaknya ketika ayahnya meninggal beliau pergi ke Damasyik bersama saudaranya untuk belajar ke beberapa ulama di sana, di sanalah ia mulai belajar. Guru pertamanya adalah Bahr al-Din al-Farazi (660-729 h./1261-1328 m.) tidak lama setelah itu ia mulai berada di bawah pengaruh Ibn Taimiyah (w. 728 h./1328 m). Untuk jangka waktu cukup panjang, ia hidup di Suriah sebagai seorang yang sederhana dan tidak populer. Sebagian ulama menganggap beliau sebagai salah seorang murid Ibn Taimiyah yang paling setia

1

Nur Faizin Maswan, Tafsir Ibn Katsir, Membedah Khazanah Klasik, (Yogyakarta: Menara Kudus,2002), cet. Ke-1, h.35

(19)

dan paling gigih mengikuti pandangan gurunya dalam masalah fiqih dan tafsir, sampai-sampai beliau mengidentikkan diri dengan gurunya dalam masalah talak tiga dengan satu lapaz. 3

Pada usia sebelas tahun, beliau menyelesaikan hafalan al-Qur’an, dilanjutkan memperdalam qira’at, dari studi tafsir dan ilmu tafsir dari Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah (661-728 h) di samping ulama lain, metode penafsiran Ibn Taimiyah menjadi bahan acuan pada penulisan tafsir Ibn Katsir. Dalam bidang tafsir ia diangkat menjadi guru besar oleh gubernur Mankali Bugha di masjid Ummayah Damaskus.4 Selama hidupnya Ibn Katsir didampingi seorang istri yang dicintainya, bernama Zainab, putri al-Mizzi, salah seorang gurunya. Setelah mengarungi bahtera hidup yang panjang, dengan penuh perhatian yang besar dalam berbagai disiplin dunia keilmuan, akhirnya pada tanggal 26 sya’ban 744 h/ februari 1373 m. Ibn Katsir meninggal dunia di Damaskus dan dimakamkan di pemakaman sufi, di samping gurunya Ibn Taimiyah. 5

2. Karakteristik Tafsir Ibn Katsir

a. Metodologi Tafsir Ibn Katsir

Keberadaan metode analisis (tahlili) telah memberikan sumbangan yang sangat besar dalam melestarikan dan mengembangkan khazanah intelektual Islam khususnya dalam bidang tafsir al-Qur’an. Berkat metode inilah, maka lahirlah karya-karya tafsir yang besar, diantaranya kitab tafsir Tabari, tafsir Ruh al-Ma’ani, tafsir al-Maraghi dan lain-lain. Metode tafsir Ibn Katsir di pandang dari

3

Mahmud Basuni Faudah, h.59

5

(20)

segi tafsirnya termasuk dalam kategori tahlili, suatu metode analisis yang menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecendrungan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut. 6

Ibn Katsir dalam metode penafsiran yang terbaik dalam mukadimah tafsirnya yaitu: Jika ada orang yang menanyakan, bagaimana metode penafsiran yang terbaik, maka jawabannya adalah penafsiran al-Qur’an dengan al-Qur’an. Yang mujmal pada suatu ayat diuraikan maksudnya pada ayat lain. Apabila metode ini tidak dapat engkau lakukan, maka tafsirkanlah dengan al-sunnah, karena sunnah merupakan penjelasan al-Qur’an. 7

Dalam metode ini biasanya mufasir menguraikan makna yang terkandung dalam al-Qur’an ayat demi ayat dan surat demi surat sesuai dengan urutannya di dalam mushaf atau disebut juga tartib mushafi.8 Uraian tersebut menyangkut berbagai aspek yang dikandung ayat yang ditafsirkan, seperti: pengertian kosakata, konotasi kalimatnya, latar belakang turunnya ayat, kaitannya (kolerasi) dengan ayat-ayat lain, baik sebelum maupun sesudahnya (munasabah), dan tidak ketinggalan pula pendapat-pendapat yang telah diberikan berkenaan dengan tafsiran ayat-ayat tersebut, baik yang disampaikan oleh nabi, sahabat, para tabi’in maupun ahli tafsir lainnya.

6

Nasiruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2000), cet.II, h.31

7

Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim, (Beirut:Dar al-Fikr, 1997), cet.1, jilid 1,h.10

8

(21)

b. Corak tafsir Ibn Katsir

Tafsir Ibn Katsir disepakati oleh para ahli termasuk dalam kategori tafsir al-Ma’tsur. Kategori atau corak ma’tsur yaitu penafsiran ayat dengan ayat, penafsiran ayat dengan hadis nabi yang menjelaskan makna sebagian ayat yang dirasakan sulit atau penafsiran dengan hasil ijtihad para sahabat, atau penafsiran ayat dengan hasil ijtihad para tabi’in. 9

a. Sistematika tafsir ibn katsir

Sistematika yang ditempuh Ibn Katsir dalam tafsirnya yaitu, menafsirkan seluruh ayat-ayat al-Qur’an sesuai susunannya dalam mushaf al-Qur’an, ayat demi ayat dan surat demi surat, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas. Maka, secara sistematis, tafsir ini menempuh tartib mushafi.

b. Sumber Tafsir Ibn Katsir

Secara garis besar sumber-sumbernya dapat dibagi dua, yakni:

1) Sumber Riwayah

Sumber ini antara lain meliputi: al-Qur’an, Sunnah, pendapat sahabat, pendapat tabi’in. Sumber-sumber tersebut merupakan sumber primer dalam Ibn Katsir. Sebenarnya dapat dikatakan bahwa materi sumber ini berasal dari sumber kedua (dirayah), karena walawpun Ibn Katsir hafiz dan muhadis yang mempunyai periwayatan hadis dan menguasai periwayat tentang hadis tafsir, dia cenderung mengutip riwayat-riwayat penafsiran dari kitab-kitab kodifikasi dari pada menyampaikan hasil periwayatannya. Namun, karena materi tersebut identik dengan riwayat, maka sumber-sumber tersebut adalah sumber riwayah. Sebagai

9

(22)

ulama Mutaakhirin yang sudah jauh rentang masanya dengan pemilik sumber riwayah adalah suatu sikap yang berhati-hati dan menjaga diri apabila dia

merujukan riwayat tafsir dengan kitab kodifikasi, sekalipun menguasai periwayatan.

2) Sumber Dirayah

Yang dimaksud dengan sumber dirayah adalah pendapat yang telah dikutip oleh Ibn Katsir dalam penafsirannya. Sumber ini selain dari kitab-kitab kodifikasi dari sumber riwayah juga kitab-kitab tafsir dan bidang selainnya dari para Mutaakhirin sebelum atau seangkatan dengannya. Terdapat pula pada sumber ini karya ulama Mutaqoddimin.

Hal ini merupakan bukti keterbukaan Ibn Katsir terhadap karya-karya dari ulama muataakhirin yang berorientasi ra’yi. Maksudnya dia tidak membatasi pada kutipan karya tafsir ma’tsur saja, namun juga memasukkan pendapat para ulama tafsir yang lahir dari pengaruh perkembangan dan kemajuan perkembangan ilmu dalam Islam, namun tafsirnya lebih condong atau dominan ke dalam riwayat. 10

3) Karya-karyanya

Ibn Katsir adalah sosok ulama yang terkenal. Kontribusi beliau dalam berbagai disiplin ilmu begitu besar, sehingga beliau dijuluki hafiz, hujjah al-muhaddist, al-mu’arrikh, al-mufassir dan lain sebagainya. Hal ini dapat dilihat dari begitu banyaknya karya-karya beliau yang dijadikan referensi bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam bidang tafsir antara lain:

10

(23)

a) Tafir al-Qur’an al-Azim, lebih dikenal dengan nama tafsir Ibn Katsir yang diterbitkan pertama kalinya di Kairo pada 1342 h./1923 m.

b) Fadail al-Qur’an, yang berisikan ringkasan sejarah al-Qur’an, kitab ini di terbitkan pada halaman akhir tafsir Ibn Katsir sebagai penyempurna. 11 Dalam bidang hadis antara lain:

a) Kitab Jami al-Masanid wa al-Sunnah (kitab penghimpun musnad dan as-sunnah).

b) Takhrij al-hadis Adillah al-Tanbih lî Ulum al-Hadits, dikenal dengan al-Bait al-Hadits.

c) Al-Kutub al-Sittah

d) Al-Takmilah fi Ma’rifat al-Sighot wa al-Duafa wa al-Mujahil, merupakan perpaduan dari kitab Tahdzib al-Kamal karya al-Mizzi dan Mizan al-I’tidal

Karya al-Dzahabi, berisi riwayat perawi-perawi hadis,

a) Ikhtisar Ulum al-Hadis, merupakan ringkasan dari kitab Muqoddimah Ibn Salah (w.642 h./1246 m).

b) Syarh Sahih al-Bukhari, merupakan kitab penjelasan terhadap hadis-hadis al-Bukhari.

Dalam bidang sejarah antara lain:

a) Al-Bidayah wa al-Nihayah, merupakan rujukan bagi sejarawan yang memaparkan berbagai peristiwa sejak awal penciptaan sampai peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun 768 H.

11

(24)

b) Al-Kawakib al-Darari, cuplikan dari al-Bidayah wa al-Nihayah. c) Manaqib al-Imam al-Syafi’i.

d) Tabaqah al-Syafi’iyyah.

e) Al-Fusul fi Sirat al-Rasul atau Sirah al-Nabawiyyah.

B. Sekilas Tentang Surat Al-Mulk

Surat al-Mulk adalah surat yang yang diturunkan setelah surat at-Tûr surat al-Mulk ini berjumlah 30 ayat, 1313 huruf, mengandung 335 kalimat. Surat ini termasuk ke dalam surat makiyyah, dalam mushaf sekarang surat ini ada pada nomer urut ke-67. Surat al-Mulk mempunyai beberapa nama diantaranya adalah: Tabārak, al-Manjiyah, al-Mâni’ah, al-Mujâdalah, al-Wâqi’ah. Dalam al-Qur’an

ada beberapa surat yang diawali dengan ungkapan Tabâraka yakni, dalam surat al-Furqân (25) dan al-Mulk (67). 12

Surat ini dinamakan surat al-Mulk karena isinya banyak meliputi tentang kerajaan yang hanya layak jadi milik Allah swt antara lain: kebaikannya yang banyak, takdirnya yang menyeluruh dalam hidup dan mati, memberitahukan tentang berbagai perbuatan manusia, mendedahkan tentang kutukan, siksa Allah swt, menceritakan tentang penghancuran sebuah negeri berikut penduduknya tanpa membedakan manusia selaku hambanya, menghiasi alam semesta dengan berbagai keindahan, Maha mengalahkan musuh, Maha kasih sayang terhadap para hamba yang bertaqwa, memberi keamanan, murah sandang pangan, dan seorang

12

(25)

pun tidak mampu menolong atas siapa yang dimusuhinya, maupun memberi rizki pada siapa yang dicegahnya.

Surat ini juga dinamakan sebagai surat Tabârak karena surat ini mengandung nilai keimanan. Surat ini diwahyukan di Makkah, yaitu kejadiannya berkisar di sekitar masalah penerimaan ajaran Islam dan penjelasan Theologinya. Surat ini ada hubungannya dengan surat sebelumnya yang mana pada ayat terakhirnya diberi contoh bagi orang-orang kafir mengenai adanya dua wanita yang ditakdirkan menjadi orang celaka dan dua wanita di takdirkan menjadi orang bahagia; kendati kedua wanita celaka itu berada di bawah pimpinan dua orang yang soleh dicontohkan kepada orang-orang mu’min dengan ’Aisyah binti Muzahim (isri fir’aun) dan Maryam binti ‘Imron, ibu Nabi Isa al-masih a.s. kedua wanita ini ditakdirkan Allah swt jadi orang bahagia sekalipun kebanyakan kaumnya merupakan manusia kafir, dan kedua wanita tersebut hidup dalam suasana kekafiran.13

Lantaran itulah maka pada bagian surat Tabârak ini Allah swt berfirman:”(Dia) yang menjadikan mati dan hidup” (QS.Tabârak: 2) yang di maksud dengan mati dan hidup pada ayat tersebut menurut salah seorang ahli tafsir ialah, ’kafir’ dan ’iman’, mengingat dialah yang menciptakan dan menguasai segalanya. Salah satu bukti kekuasaanya adalah dia yang menciptakan hidup dan mati untuk menguji kamu, penyebutan kata mati dan hidup dari sekian banyak kodrat dan kuasa agaknya disebabkan karena dua hal ini merupakan bukti yang paling jelas tentang kuasanya dalam konteks manusia, hidup tidak dapat

13

(26)

diwujudkan oleh selainnya dan mati tidak dapat ditampik oleh siapapun, ujian menyangkut hidup dan mati dipahami oleh sementara ulama dalam arti musibah kematian yang menimpa keluarga atau teman seseorang, demikian juga anugerah kehidupan serta kelahiran, merupakan bahan ujian Allah swt kepada manusia, apakah dia tabah dan sabar serta bersyukur dan berterima kasih. Ada juga yang memahaminya dalam arti:”Allah swt menciptakan kematian untuk membangkitkan dan memberi kamu balasan dan menciptakan kehidupan untuk menguji kamu.” atau Allah swt menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu siapa yang lebih mempersiapkan diri menghadapi kematian, dan siapa yang lebih bergegas memenuhi ketaatan kepada Allah swt, Ibn Asyur memahami ayat di atas dalam arti: Allah swt menciptakan kematian dan kehidupan agar kamu hidup lalu menguji kamu siapakah yang terbaik amalnya lalu kamu mati maka kamu diberi balasan sesuai dengan hasil ujian tersebut, oleh karena itu dalam ayat ini di dahului kata al-maut karena yang terpenting dari tujuan penggalan ayat ini adalah pembalasan.14

Allah swt menciptakan pengalaman hidup dan mati dalam hidup ini, manusia dilemparkan ke dalam berbagai situasi agar ia bisa tersucikan dari segala pengaruh jahat. Cobaan atau bala adalah suatu ujian penting yang menggerakkan manusia, dengan ilmu dan pengetahuan menuju tingkatan kemurnian yang lebih tinggi. Ujian (balwa) adalah sarana manusia untuk menghilangkan hasrat dan pamrih yang ada antara dirinya dan sang pencipta. Ujian mengajari untuk hidup bebas, mengetahui anugerah hidup yang telah diberikan kepadanya. Amal-amal

14

(27)

paling baik adalah yang dilakukan tanpa pamrih semuanya itu dilakukan semata-mata dan secara tulus demi kepentingan Allah swt. Pengalaman kehidupan bermakna bila ada lawannya, pengalaman kematian. Pengalaman ini pasti dialami oleh setiap orang. Selain ada kematian lahiriah ada juga kehidupan dan kematian batiniyah. Ketika hati sudah mengeras, maka ia sama saja mati. Jika hati itu mengalir, maka sama saja ia hidup, kehidupan dan kematian sama- sama ada, baik secara inderawi maupun maknawi.15

Surat Tabârak juga mempunyai hubungan yang erat dengan surat at-Talaq pada bagian akhir dari surat at-Talaq ini membicarakan tentang penciptaan tujuh lapis langit dan direntangkan oleh ayat-ayat permulaan surat tabārak yang juga membicarakan tentang penciptaan tujuh lapis langit. Adapun keterpisahan antara kedua surat tersebut oleh surat at-Tahrim disebabkan keberadaan surat at-Tahrim yang tampak bagai pelengkap surat at-Talaq.16

Surat Tabârak adalah surat agung, merupakan surat yang isinya lebih besar dari yang dapat dihimpun, baik dari segi ukurannya maupun jumlah ayat-ayatnya. Dia seakan-akan anak panah yang mengarah pada sasaran jauh. Nyaris pada tiap-tiap anak panahnya mampu membuka tabir rahasia alam baru. Dari surat Tabârak ini terambillah fondasi gambaran masa depan umat Islam dari segi yang menentukan, paling penting sekali. Dialah surat yang mampu memberi ketetapan, kemantapan di hati manusia atas kekuasaaan mutlak dari yang maha kuasa Allah swt. Antara lain hakikat kekuasaannya yang abadi, hakikat pancaroba mati, hidup

15

Fadhlullah Haeri, Pelita al-Qur’an, (Jakarta:Pt.Serambi Ilmu Semesta, 2001) hal 172, cet.1

16

(28)

yang berupakan permulaan bagi persiapan hari kebangkitan, hari pembalasan, hakikat keagungan, kesempurnaan sifat Allah swt. Hakikat ilmu batin, realita, hakikat tempat keluarnya rezeki, hakikat pemeliharaan Allah terhadap segenap makhluk serta hadirnya Allah swt. Dalam menyertai setiap makhluknya.

Surat ini mengetengahkan tentang maha rajanya Allah swt. Berikut alam muluk dan alam malakutnya. Serta menetapkan akan layaknya Allah swt. Tuhan maha satu yang memiliki segala kerajaan, dan sifat-sifatnya penuh julukan raja. Diantara sifat layaknya bagi Allah swt. Bahwa di tangannyalah segala kerajaan, dia maha kuasa atas segala sesuatu. Segenap apa yang ada di langit, di bumi tidak bisa melemahkannya.

Surat Tabârak adalah salah satu surat yang mendahulukan sebutan mati, selain surat al-Furqân. Sedang makhluk diumpamakan seperti kehidupan, dan di akhiri dengan ancaman kekuasaan mati atas manusia pembangkang, mereka yang suka mendurhakai perintah Allah swt. Mati merupakan kata-kata bagi manusia kebanyakan karena Dialah yang mencabut hidup, sekaligus mencabut segala atributnya dan kekuatannya. Juga mencabut rasa air yang darinya segala makhluk hidup tentu merasakan.

(29)

indra, bersifat rahmat bagi orang-orang mu’min, dan sangat kasar, keras terhadap orang-orang kafir.

Dalam surat Tabārak yang penuh barokah ini terdapat ayat hukum yang tarkandung di dalamnya, memang merupakan undang-undang Allah swt. Yang di perbolehkan bagi hamba-hambanya untuk di jalankan. Yaitu, ada dua hukum:

(1 ) Hukum bepergian (belayar)

(2) Hukum mubah (boleh), hukum hazhar (haram).17

Surat ini menurut Sayyid Qutub bertujuan menciptakan pandangan baru bagi masyarakat muslim tentang wujud dan hubungannya dengan tuhan pencipta wujud. Gambaran menyeluruh, melampaui alam bumi yang sempit dan ruang dunia yang terbatas menuju alam langit bahkan menuju alam akhirat. Menuju kepada makhluk lain selain manusia baik yang hidup di dunia seperti jin dan burung maupun di alam akhirat seperti neraka jahanam dan penjaga-penjaganya hingga mencapai alam-alam gaib yang berbeda dengan alam nyata yakni yang berkaitan dengan hati manusia dan perasaan demikian secara singkat Sayyid Quthub.

Tema dan tujuan utama surat ini menurut Tabataba’i adalah penjelasan tentang ketercakupan segala sesuatu oleh rububiyyah (pemeliharaan, pengendalian dan pengaturan) Allah swt. Bertolak belakang dengan pandangan kaum musyrikin yang beranggapan bahwa setiap bagian dari alam raya ada Tuhan pengatur dan pengendalinya, apakah pengatur malaikat atau selainnya. Karena Tuhan menurut mereka hanya berfungsi sebagai Tuhannya segala Tuhan. Wewenang pengaturan

17

(30)

telah beralih kepada Tuhan-Tuhan yang lain. Atas dasar tujuan itu, maka dalam surat ini disebut aneka nikmat Allah termasuk penciptaan dan pengaturan yang merupakan salah satu argumentasinya tentang rububah. Menurut al-Biqâ’i bahwa tujuan utama surat ini adalah ketundukan mutlak kepada Allah yang maha sempurna kekuasaannya. Namanya surat al-Mulk membuktikan hal tersebut karena kekuasaan mengantar kepada ketundukan, demikian juga namanya Tabāraka karena yang demikian itu halnya tentulah mantap dan berkesinambung keadaanya lagi melimpah anugerahnya yang kesemuanya mengantar kepada ketundukan.18

Surat pertama ini membicarakan tentang tasawwur (pandangan, pemikiran) baru terhadap alam dan hubungannya dengan pencipta alam ini. Tasawwur yang luas dan komprehensif yang melampaui alam ardi yang sempit

dan alam dunia yang terbatas, surat ini juga mengusik dan menggerakkan di dalam jiwa semua gambaran, watak, serta endapan-endapan yang beku, padam dan kolot dari pola pikir jahiliyyah dengan segala kotorannya. Juga membukakan jendela di sana-sini, menyapu debu-debu, serta melepaskan perasaan, pikiran dan pandangan untuk melihat dan memperhatikan alam semesta, lubuk dan relung jiwa, lapisan-lapisan udara, sumber-sumber air, dan hal-hal yang tersembunyi dalam kegaiban. Jika demikian, niscaya dia akan melihat di sana ada tangan Allah swt yang berbuat. juga akan merasakan gerak alam semesta yang bersumber dari kekuasaan Allah swt. dia (jiwa manusia) akan kembali dari perjalannya disertai perasaan bahwa urusan ini sangat agung, dan lapangannya sangat luas. Kemudian dia

18

(31)

19

(32)

A. Keutamaan Sûrat al-Mulk Menurut Pendapat Ulama dan Takhrij

Hadis 1

ﺪ ْ ا

لﺎ

:

جﺎ

ْ

ﺮ ْ

ْا

و

لﺎ

،

:

ﺔ ْ

،

ْ

د

ة

،

ْ

سﺎ

ا

،

ْ

ا

ه

ْﺮ

ة

،

ْ

ر

ْﻮ

ﷲا

ْ

و

،

لﺎ

) :

نا

ةرْﻮ

نﺁْﺮ ْا

ﺔ ﺁ

ْ

ﺎﻬ ﺎ

ْ

:

ا

ْيﺬ ا

كرﺎ

ﻚْ

(

”Ahmad berkata: meriwayatkan Hajjaj bin Muhammad dan Ibnu Ja’far, keduanya berkata: Syu’bah meriwayatkan, dari Qatadah dari Abbas al-Jusyami dari Abi Hurairah, bahwa Rasulullah saw, bersabda: sesungguhnya dalam al-Qur’an ada satu surat, mengandung tiga puluh ayat yang dapat memberi bantuan pada seseorang, sehingga ia diampuni oleh Allah swt. yaitu surat Tabārak.”1

Ibn Katsir menyebutkan bahwa hadis tersebut terdapat dalam : a) Kitab Ahmad ibn Hanbal, karya ahmad ibn hanbal, juz 3, hal 159.

Dalam kitab Musnad Ahmad ibn Hanbal hadis tersebut dipaparkan dengan sanad dan matan yang sama, hanya penambahan perawi pada awal sanad yaitu

perawi Abdullah dan ayahnya (Ahmad ibn Hanbal), Hajjaj bin Muhammad di gantikan oleh ayahnya Abdullah Ahmad ibn Hanbal.2

1

Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, (Beirut :Dar al-Kutub), h. 46.

2

asy-Syaibani,al-Imam Ahmad bin Hanbal bin Jalal bin Asad. Al- Musnad Ahmad Ibn Hanbal, (Beirut: Dar al-Fikr)

(33)

b) Sunan Abî Daud, karya Abi Daud, juz 2, hal 59, dengan no.1400

Dalam Sunan Abi Daud hadis tersebut dipaparkan dengan sanad dan matan yang sama, hanya penambahan perawi pada awal sanad saja yaitu perawi

Umaru bin Marzuk sebagai ganti dari Muhammad bin Ja’far.3

c) Sunan at-Tirmidzi, karya at-Tirmizi, juz 4, hal 408, dengan no.2900

Dalam Sunan at-Tirmizi tersebut dipaparkan dengan sanad dan matan yang sama, hanya penambahan perawi pada awal sanad saja yaitu perawi Muhammad bin Basyar sebagai ganti perawi Hajjaj bin Muhammad4.

d) Sunan Ibn Majah, karya ibn Majah, dengan no.3786, bab Pahala Membaca al-Qur’an

Dalam Sunan Ibn Majah tersebut dipaparkan dengan sanad dan matan yang sama, hanya penambahan perawi pada awal sanad saja yaitu Abu Bakar Bin Abi Syaibah sebagai ganti Hajjaj bin Muhammad, dan Abu Usamah sebagai ganti Muhammad bin Ja’far.5

e) Kitab al-Mustadrok ala as-Sahihaini, karya al-Hakim, dengan no.3838

Dalam kitab al-Mustadrok hadis tersebut dipaparkan dengan sanad dan matan yang sama, hanya penambahan perawi pada awal sanad saja yaitu perawi

Abu Walid Muhammad bin Ya’kub, Bakar bin Qutaibah al-Qodi sebagai ganti Hajjaj bin Muhammad, Abu Daud at-Toyalisi sebagai ganti Muhammad bin Ja’far, I’mron al-Qatan sebagai ganti Syu’bah.6

3

Abu Daud Sulaiman bin Asy’ast, Sunan Abi Daud, (Kairo:Dar al-Hadis), h. 58.

4

Abi Isa Muhammad bin Isa, Sunan at-Tirmidzi, (Beirut:Dar al-Fikr), h. 75.

5

Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, (Beirut:Dar al-Ihya al-Turast), h. 62.

6

(34)

f) Kitab an-Nasa’i fi al-Kubra, karya an-Nasa’i, juz 1, hal 496 kitab tafsir, bab surat al-Mulk dan hal 176 , Bab. Keutamaan surat al-Mulk.

Dalam kitab an-Nasa’i fi al-Kubro ke-2 hadis tersebut dipaparkan dengan sanad dan matan yang sama, hanya terdapat penambahan perawi pada awal sanad saja yaitu perawi Ishak bin Ibrohim sebagai ganti Hajjaj bin Muhammad,

dan Abi Usamah sebagai ganti Muhammad bin Ja’far.7

g) Kitab ad-Durr al-Mantsur, karya Jalaludin as-Suyuti, juz 8, hal.231

Dalam kitab al-Durr al-Mantsur hadis tersebut dipaparkan dengan sanad dan matan yang sama, hanya terdapat penambahan perawi pada awal sanad saja yaitu perawi Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibn Majah sebagai ganti Hajjaj bin Muhammad, Ibn Daris sebagai ganti Muhammad bin Ja’far, al-Hakim sebagai ganti Syu’bah, Ibn Mardawaih sebagai ganti Qotadah, dan Baihaqi dalam kitab Syu’bul Iman sebagai ganti Abbas al-Jusyami8.

Hadis II

و

ْﺪ

ر

و

ا

ى

ْﺮ

و

ْا

ا

ءﺎ

ْا

ْﺪ

ْﻲ

،

ْ

ْ

م

ْ

ْﻜ

ْ

،

ْ

،

ْ

ا

،

لﺎ

ر

ْﻮ

ل

ﷲا

ﷲا

ْ

و

:

ْ ﺎ

نﺁْﺮ ْا

ْﻲ

ةرْﻮ

ْدا

ﺎﻬ ﺎ

ْ

ْ

ﺔ ْا

:

ﻚْ ْا

ْيﺬ ا

كر

"Imam Ath-Thabrani dan al-Hafizh adh-Dhiya’ al-Maqdisi keduanya meriwayatkan dari jalan Salam bin Miskin dari Tsabit dari Anas, Rasulullah s.a.w, bersabda: ada satu surat dalam al-Qur’an yang membela orang yang senantiasa mengamalkannya, sehingga ia dimasukkan surga."9

7

an-Nasâ’î, Nasâ’î Fil Kubra, (Beirut:Dar al-Fikr), h. 39

8

Abdurrahman Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir ad-Dur al-Mansur, (Beirut: Dar al-Fikr), h. 138.

9

(35)

Ibn katsir menyebutkan bahwa hadis tersebut terdapat dalam kitab : a) Kitab Mu’jam Ausath, karya at-Tabrani, juz 4, hal. 230

Dalam kitab Mu’jam Ausath hadis tersebut dipaparkan dengan sanad dan matan yang sama, hanya penambahan perawi pada awal saja yaitu perawi Sulaiman bin Daud bin Yahya sebagai ganti at-Tabrani, dan perawi Syaiban bin Furukh sebagai ganti al-Hafiz Diya’ al-Maqdisi.10

b) Kitab Majma az-Zawa’id, karya al-Haytsmi, juz 7, hal. 128

Dalam kitab Majma az-Zawa’id tidak menyebutkan perawi-perawi yang meriwayatkan hadis tersebut, namun Abu al-Haytsami pengarang kitab Majma az-Zawa’id tersebut memberikan penilaian bahwa at-Tabrani meriwayatkan hadis

tersebut di dalam kitab Mu’jam Sagir dan Mu’jam Ausat, bahwa perawinya adalah Sahih.11

c) Kitab Mu’jam Saghir, karya at-Tabrani, juz 1, hal 176.

Dalam kitab Mu’jam Saghir hadis tersebut dipaparkan dengan sanad dan matan yang sama, hanya penambahan pada awal sanad saja yaitu perawi Sulaiman bin Daud bin Yahya, dan Syaiban bin Furukh.12

Hadis III

ل

ْا

ْﺮ

ْي

:

ْ

ْﺪ

ْا

ْ

ْ

ا

ْﻲ

ا

را

ب

،

ْ

ْ

ْو

ْ

ْا

ْﻜ

،

ي

ْا

ْ

،

ْا

ْﻲ

ا

ْﻮ

ز

ءا

،

ْا

ْ

سﺎ

،

لﺎ

ْ

بﺮ

ﻲ ا

بﺎ ْ ا

و

ْ

ﷲا

ءﺎ

ﺮْ

ا

ْ

ﻮهو

،

ﺮْ

)

اذﺎ

10

at-Tabrani, Mu’jam al-Awsat, (Kairo: Dar al-Hadis), h. 61.

11

al-Haytsami, Majma’ az-Zawaid, (Beirut:Dar al-Fikr), h. 84.

12

(36)

"Imam At-Tirmizi berkata, Muhammad bin Abdil Malik bin Abi Syawarib bercerita kepadaku, ia berkata: telah menceritakan kepadaku Yahya bin Umar bin Malik an-Nukri dari ayahnya dari Abul Jauza dari Ibnu Abbas, berkata:suatu ketika di antara para sahabat Nabi s.a.w. ada yang memasang tendanya dia atas kuburan, sedang ia tidak tahu kalau itu kuburan. Tiba-tiba di dengar dari kuburan itu seseorang tengah membaca al-Qur’an surat al-Mulk sampai akhir ayat. Kemudian ia datang melapor pada Nabi saw, katanya: ya Rasulullah?aku pasang kemahku di sebuah tanah sedang sangkaanku waktu itu tidak tahu bahwa itu kuburan. Setelah aku sadari tiba-tiba dari dalam situ seseorang sedang membaca surat Tabārak sampai khatam. Jawab Nabi saw : itulah surat pendinding dan penyelamat yang menyelamatkannya dari siksa kubur. "13

Ibn Katsir menyebutkan bahwa hadis tersebut terdapat dalam kitab: a) Sunan at-Tirmizi, karya at-Tirmizi, juz 4, hal.407

Dalam kitab Sunan at-Tirmizi hadis tersebut dipaparkan dengan sanad dan matan yang sama karena baik hadis yang terdapat dalam kitab tafsir Ibn Katsir

maupun dalam sunan Tirmizi masing-masing telah ditakhrij oleh muhaqiq kitab Syarh at-Tirmizi Abdurrahman Muhammad Utsman.14

b) Kitab Dalail an-Nubuwah, karya al-Baihaqi, juz 7, hal 41.

Dalam kitab Dalâil an-Nubuwah hadis tersebut dipaparkan dengan sanad dan matan yang sama, hanya terdapat penambahan perawi pada awal sanad saja

13

Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azim,(Beirût: Dar al-Kutub), h. 77

14

(37)

yaitu perawi Abu Sa’id al-Alani, Abu Ahmad bin ‘Adi, dan Ali ibn Sa’id ar-Razi.15

c) Kitab Hadis Da’if Sunan at-Tirmidzi, karya at-Tirmidzi, juz 1, hal.135

Dalam kitab hadis Da’if Sunan at-Tirmidzi hadis tersebut dipaparkan dengan sanad dan matan yang sama, hanya tidak mencantumkan perawi Muhammad bin Abdul Mâlik bin Abi Syawarib.16

Hadis IV

ر

و

ْا

ى

ْﺮ

ا

ي

ْ

ْ

ْ

ْ

ْ

ا

ْﻲ

ْ

،

ْا

ْﻲ

ﺰ ا

ْﺮ

،

ْ

،

لْﻮ ر

نا

ءﺮْ

مﺎ

نﺎآ

و

ْ

ﷲا

ْ ا

ْﺰْ

(

و

،

)

كر

ْيﺬ ا

ﻚْ ْا

.(

“At-Tirmidzi meriwayatkan dari jalan Lais bin Abi Salim, dari Abi Zubair, dari Jabir, sesungguhnya Rasulullah s.a.w, bersabda: sesungguhnya Rasulullah s.a.w tidak tidur hingga ia membaca surat as-Sajdah dan al-Mulk.”17

Ibn Katsir menyebutkan bahwa hadis tersebut terdapat dalam kitab: a) Sunan at-Tirmidzi, karya at-Tirmidzi, juz 4, hal 408.

Dalam kitab Sunan at-Tirmidzi hadis tersebut dipaparkan dengan sanad dan matan yang sama, hanya terdapat penambahan perawi pada awal sanad saja yaitu perawi Huraim bin Mis’ar Tirmidzi dan Fuda’il bin Iyad18.

15

Abu Bakar Ahmad bin Husain al-Baihaqi, Dalâil al-Nubuwwah (Beirut:Dar al-Kitab)

16

Muhammad Nasiruddin, Da’if Sunan at-Tirmidzi, (Beirut:al-Maktabah Islami)cet.

17

Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azim,(Beirut :Dar al-Kutub)

18

(38)

Hadis V

ْ

وﺎ

س

:

ْ ْ

نﺁْﺮ ْا

ْﻲ

ةرْﻮ

آ

نﺎ ْ

.

”Huraim bin Mis’ar meriwayatkan,Fudail meriwayatkan dari Lais dari Tawus, ia berkata: kedua surat ini (surat as-sajdah dan surat al-mulk) lebih utama tujuh puluh derajat dibandingkan dengan semua surat yang terdapat dalam al-Qur’an.”19

Ibn Katsir menunjukan bahwa hadis tersebut terdapat dalam kitab hadis Da’if Sunan Abi Daud no 547-3068, namun setelah penulis telusuri dalam kitab

tersebut penulis tidak menemukan hadis tersebut, namun penulis menemukan hadis tersebut terdapat dalam:

a) Kitab Sunan at-Tirmidzi karya at-Tirmidzi, juz 4, hal.408

Dalam sunan at-Tirmidzi tersebut dipaparkan dengan sanad dan matan yang sama, hanya terdapat penambahan perawi pada awal sanad saja yaitu perawi Huraim bin Mis’ar, Fuda’il bin Iyad, dan Lais bin Abi Sulaim20.

Hadis VI

و

ل

ْا

ْ

ا

ْﻲ

:

ْ

ْا

ْ

فﺎ

ا

ْ

ه

،

ْ

ْ

،

إْ

ها

ْ

ْ

ا

ْ

ا

نﺎ

ْا

ْ

،

ْ

ْﻜ

ْا

ْ

سﺎ

لﺎ

:

لﺎ

ر

ْﻮ

ل

ﷲا

و

) :

ْﻲ

أ

ْ

نﺎ ْ

إ

آ

ْ

ْﻲ

ﺎﻬ ا

تْددﻮ

.(

ْﻲ ْ

):

ﻚْْ

ْيﺬ ا

كر

(

”At-Tabrani berkata: Muhammad bin Husein bin Allaf al-Ashbahani bercerita kepadaku, ia berkata: Salamah bin Syabib telah bercerita kepadaku, ia berkata: Ibrohim bin Hakam bercerita kepadaku dari Aban dari bapaknya dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, berkata:Rasulullah s.a.w,

19

Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azim (Beirût: Dar al-Kutub)

20

(39)

bersabda: sesungguhnya aku senang jika sûrat ini berada dalam hati setiap umatku yaitu: surat Tabārak.” 21

Ibn Katsir menyebutkan bahwa hadis tersebut dalam kitab: a) Kitab Mu’jam al-Kabîr, karya at-Tabrani, juz 11, hal 242.

Dalam kitab Mu’jam al-Kabîir hadis tersebut dipaparkan dengan sanad dan matan yang sama, hanya hadis tersebut tidak menyebutkan perawi Muhammad bin Hasan bin ’Alaf al-Asbahani dan Salamah bin Syabib. 22

b) Kitab Majma az-Zawa’id, karya al-Haytsami, juz 7, hal.128

Dalam kitab Majma az-Zawa’id tidak disebutkan perawi-perawi yang meriwayatkan hadis tersebut, namun abu al-Haytsami penulis kitab Majma az-Zawa’id tersebut hanya memberikan penilaian, bahwa at-Tabrani meriwayatkan

hadis tersebut dengan perawi Ibrahim bin Hakam bin Aban adalah da’if. 23

Hadis VII

و

ْﺪ

ر

و

ى

ا

ا

ْ

آﺎ

ْﻲ

رﺎ

ْ

,

ْﻲ

ْﺮ

أ

ْ

ْ

ْﺮ

ْ

ز

دﺎ

,

أ

ْﻲ

ْﺪ

ﷲا

ا

ا

ْ

ْﻮ

ر

ْي

,

ا

ْﺮ

ئ

ﺰ ا

ها

ا

ْ

,

أ

ا

ت

ا

ﺬْ

ر

و

ي

ْﻬ

ْ

ا

رﺎ

ْي

و

ْ

,

ْ

ْﻲ

ْﺮ

ْ

ْ

,

و

ر

و

ي

ْ

ا

ْﺮ

ي

وا

ْ

ْ

,

و

ْ

ْﻲ

ْﺬ

ه

أ

ْﻲ

ْﺪ

ْ

ْﺮ

,

و

ها

ْ

,

قﺎ

ْ

ﺪْ

ْ

تا

ْ

ا

,

ْ

ﺰ ا

ْه

ْي

,

ْأ

ْ

,

لﺎ

:

لﺎ

ر

ْﻮ

ل

ﷲا

ْ

و

) :

ر

نإ

إ

ﷲا

بﺎ آ

ْ

ءْﻲ

ْ

و

تﺎ

ْ ﻜ ْ

نﺎآ

ْ

21

Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azim,(Beirût:dar al-Kutub).

22

Sulaiman, mu’jam al-kabir, (Kairo:Maktabah Ibn Taimiyah).

23

(40)
(41)

membakarnya dan mengadzabnya dengan api neraka sedangkan saya berada dalam dirinya? Jika engkau melakukan itu, maka hapuslah saya dari kitabmu, maka Allah pun berfirman, ’ apakah engkau ini sedang marah?’ maka surat al-Mulk itu berkata,’ dan memang saya berhak untuk marah.’ Lalu Allah berkata,’ pergilah, saya telah berikannya padamu dan menjadikan engkau sebagai syafaat baginya. Rasulullah saw kembali melanjutkan:”maka datanglah surat tersebut dan keluarlah malaikat dalam keadaan yang jelek karena tidak bisa berbuat apa-apa terhadapnya, lalu surat al-Mulk datang dan meletakkan mulutnya pada mulut orang yang menghafalnya tadi sambil berkata,’ bergembiralah mulut ini, betapa banyak ia telah membacaku. Bergembiralah dada ini, betapa banyak dia telah berdiri membawaku.’ Lalu surat itu menemaninya dalam kuburan disebabkan kekhawatiran akan kesepian. Tatkala Rasulullah saw menceritakan hadis ini, maka tidak ada seorang pun baik kecil, besar, merdeka ataupun budak kecuali mempelajarinya. Dan Rasulullah saw, menamakannya sebagai surat al-Munjiah (penyelamat).” 24

Ibn Katsir menyebutkan bahwa hadis tersebut terdapat dalam kitab: a) Tarikh Ibn ’Asâkir, karya Ibn Asakir, juz 6, hal 46.

Dalam kitab Tarikh Ibn ’Asâkir hadis tersebut dipaparkan dengan sanad dan matan yang sama, hanya terdapat penambahan perawi pada awal sanad yaitu Abu Qasim as-Syahami, Abu Usman al-Bahiri, Abu Husein Ahmad bin Muhammad bin Ja’far al-Bahiri, dan Abu Muhammad Zanjawiyah bin Muhammad bin Hasan bin al-Libad. 25

24

Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azim (Beirût:Dar al-Kutub)

25

(42)

B. Riwayat-riwayat dan Takhrijnya

1. Derajat Kesahihan Sanad Hadis.

a. Hadis I

ﺪ ْ ا

لﺎ

:

جﺎ

ْ

ﺮ ْ

ْا

و

ﺎ ﺎ

،

:

،

ْﺔ ْ

د

ة

،

ْ

سﺎ

ا

،

ْا

ْﻰ

ه

ْﺮ

ة

،

ْ

ر

ْﻮ

ﷲا

ْ

و

،

لﺎ

):

ةرْﻮ

نا

ﺔ ﺁ

ْ

نﺁْﺮ ْا

ْ

ﺎﻬ

:

ا

ْيﺬ ا

كرﺎ

ﻚْ

(

26

”Ahmad berkata: Hajjaj bin Muhammad dan Ibn Ja’far keduanya berkata, Syu’bah meriwayatkan, dari Qatadah dari Abbas al-Jusyami dari Abi Hurairah , dari Rasulullah s.a.w., bersabda: sesungguhnya dalam al-Qur’an ada satu surat, mengandung tiga puluh ayat yang dapat memberi bantuan pada seseorang, sehingga ia diampuni oleh Allah swt yaitu surat Tabārak.”

Takhrij sanad:

1) Hajjaj bin Muhammad al-Masisi al-A’war, Abu Muhammad Maula Sulaiman bin Mujalid.

Guru-gurunya: Jarir bin Usman, Ibn Juraih, Lais, Syu’bah, Yunus bin Abi Ishaq, Israil bin Yunus, dll.

Murid-muridnya: Ahmad, Yahya bin Muin, Yahya bin Yahya, Abu Uba’id, dll.

Pendapat ulama:

a) Salih bin Ahmad menganggap bahwa beliau adalah seorang yang tsubut b) Imam an-Nasâ’i menganggap bahwa Hajjaj bin Muhammad adalah seorang

yang tsiqah

26

(43)

c) Ibn Sa’id menganggap bahwa Hajjaj bin Muhammad adalah seorang yang tsiqah, dan saduq. Beliau juga mengatakan bahwa Hajjaj bin Muhammad

wafat pada tahun 206 H, pada bulan Rabi’ul Awal.27

2). Muhammad bin Ja’far al-Huzali dikenal dengan Gundûr.

Guru-gurunya: Syu’bah, Asbdullah bin Sa’id bin Abi Hind, Auf al-A’rabi, Ma’mar bin Rasyid, dll.

Murid-muridnya: Ahmad ibn Hanbal, Yahya bin Mu’in, Abu Bakar, Usman Ibn Abi Syaibah, dll.

Pendapat ulama:

a) Ibn Hajar menganggap bahwa Muhammad bin Ja’far adalah tsiqh.1 b) Ibn Abi Hatim menganggap bahwa Muhammad bin Ja’far adalah saduq,

dan muadib.

c) Ibn Sa’d mengatakan bahwa beliau wafat pada tahun 94 H.28

3). Syu’bah bin Hajjaj bin al-Wardi al-Ataki al-Azdi.

Guru-gurunya: Aban bin Tuglab, Ibrahim bin Amir bin Mas’ud, Ibrahim bin Muhammad bin al-Muntasyir,dan Ibrahim bin Muslim al-Hijri, dll.

Murid-muridnya: Ayub, al-A’masy, Sa’d bin Ibrahim, Muhammad bin Ishaq, Jarir bin Hazim, dll.

27

Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani , Tahzibut Tahzib, (Beirut:Dar al-Fikr)

28

(44)

Pendapat ulama:

a) Ibn Sa’ad menganggap bahwa syu’bah adalah tsiqah

b) Al-Ajali menganggap bahwa beliau adalah tsiqah, dan tsabat dalam hadis.

c) Abu bakar bin Manjawiyah mengatakan bahwa beliau lahir tahun 82 H, dan beliau wafat tahun 160 H, pada usia 77 tahun. 29

4). Qatadah bin Duamah bin Qatadah bin Aziz bin Amru bin Rabi’ah bin Amru bin Harits bin Sundus.

Guru-gurunya: Anas bin Malik, Abi Tufail, Shofiah binti Syaibah, Abi Sa’id al-Khudri, dll.

Murid-muridnya: Sulaiman al-Taimi, Jarir bin Hazim, Syubah, Mis’ar, dl

Pendapat ulama:

a) Ibn Sirin menganggap bahwa beliau adalah perawi yang paling hafiz. b) Amru bin Ali mengatakan beliau lahir tahun 61 H, dan wafat tahun 117 H. c) Ibn Hibban menganggap bahwa beliau mudallas30.

5). Abbas al-Jusyami, dikenal dengan nama Ayahnya Abdullah

Guru-gurunya: usman dan abi hurairah.

Murid-muridnya: Qatadah dan Sa’id al-Jariri.

29

Ibid. jild. 4. h. 96

30

(45)

Pendapat ulama:

a) Ibn Hiban menganggap bahwa beliau adalah tsiqah, menurut Ibn Hibban Beliau hanya meriwayatkan satu hadis saja yaitu hadis yang membicarakan tentang keutamaan surat al-Mulk.31

b)

6) Abu Hurairah ad-Dausi al-Yamani, sahabat Rasulullah saw.

Guru-gurunya: Nabi s.a.w, Abu Bakar, Umar, Fadl bin Abbas bin Abdul Mutholib, Ubay bin Ka’ab, dan Usamah bin Zaid, dll.

Murid-muridnya: Ibn Abbas, Ibn Umar, Anas, Jabir, Marwan bin Hakam, Sa’id bin Musayab, dll.

Pendapat ulama:

a) Imam Syafi’i menganggap bahwa Abu Hurairah adalah seorang perawi yang paling kuat hafalannya diantara para perawi dimasanya, dan terhindar dari kekeliruannya. 32

7) Salam bin Miskin bin Rabi’ah bin al-Azdi an-Namri.

Guru-gurunya: Tsabit al-Bunani, Hasan al-Basri, Aqil bin Talhah, Qatadah, Syu’aib bin Habhan, dll.

Murid-muridnya: Anaknya (Qasim), Abdu Samad bin Abdul Warits, Ibn Mahdi, Yahya al-Qatan.

31

Ibid. jild 1, h. 26

32

(46)

Pendapat ulama:

a) Ishaq bin Mansur dari Ibn Mu’in menganggap bahwa beliau adalah tsiqah salih.

b) Abu Hatim menganggap bahwa beliau adalah perawi yang saleh dalam bidang hadis.

c) Imam an-Nasâ’î menganggap bahwa beliau perawi yang tidak cacat.31 d) Al-Bukhari mengatakan bahwa beliau wafat tahun 167 H. 33

Kesimpulan

Penulis mendapatkan hadis tersebut telah ditakhrij oleh muhaqiq kitab Tafsir Ibn Katsir yaitu Abdul Qadir al-Arnaûti dengan menyebutkan bahwa derajat hadis tersebut Hasan. 34 karena Ibn Hajar al-Asqalani dalam kitab Tahzibut Tahzib telah mengemukakan bahwa perawi yang bernama Qatadah bin Duamah

dalam sanad tersebut di anggap Mudallas.35

Penjelasan kandungan hadis:

Pengarang kitab Syarh at-Tirmidzi menyatakan pendapatnya bahwa, Surat yang mulia yang dapat memberikan syafaat bagi yang membacanya adalah surat al-Mulk yang terdiri dari 30 ayat hingga diampuni dosanya. Maksud lafaz syafa’at dalam surat ini adalah bahwa lafaz syafa’at di sini mempunyai hubungan dengan waktu lampau maupun waktu yang akan datang, dalam waktu yang akan datang,

33

Ibid. jild. 4, h. 32

34

Ibn Katsir, tafsir al-Qur’an al-Azim, (Beirut:Dar al-Kutub)

35

(47)

Imam Malik dan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa kalimat Bismillah itu tidak termasuk ayat dari al-Fatihah dan tidak pula termasuk ayat

dari masing-masing surat, Imam Syafi’i dalam salah satu perkataan beliau mengatakan bahwa kalimat Bismillah itu termasuk salah satu ayat dari al-Fatihah tetapi tidak termasuk salah satu ayat dari masing-masing surat selain al-Fatihah, tetapi keterangan Imam Syafi’i ini bersifat gharib, ada yang berpendapat bahwa kalimat Bismillah di awal tiap-tiap surat itu termasuk salah satu ayat dari surat tersebut, dan ada pula yang berpendapat sebagai ayat tersendiri, tidak termasuk ayat surat. Begitu juga kalimat Bismillah di awal surat al-Fatihah. Ada yang mengatakan termasuk surat al-Fatihah, dan ada pula yang mengatakan tidak. 37

Pada hari kiamat syafa’at sangat diperlukan karena pada hari itulah tidak ada berguna lagi anak-pinak dan harta kekayaan dunia. Yang berguna ialah amal

36

Muhammad Abdurrahman, Tuhfatul Ahwazi, (Beirut:Dar al-Fikr)

37

(48)

Inilah surat al-Mulk telah diriwayatkan oleh Nabi saw bahwa beliau bersabda, surat ini disebut al-Munjîah (yang menyelamatkan), karena ia dapat menyelamatkan pembacanya dari siksa kubur. Surat ini akan memberikan syafa’at kepada orang yang membaca, menghafal dan mengamalkan tuntunannya, ia akan menolong serta membela pembacanya, maka sudah pasti bagi seorang muslim yang yakin bahwa dia akan kembali kepada rabbnya untuk memperbanyak membaca dan merenungkan surat ini, dengan harapan ia akan bermanfaat pada hari yang penuh huru-hara yang besar dan bencana yang luar biasa. Hadis ini menunjukan adanya tingkatan keutamaan surat-surat al-Qur’an. Keistimewaan sebagian atas yang lain, serta keberkahan bagi pembacanya.

a) Bahwa amal salih akan memberi syafaat kepada pembacanya. b) Bahwa dosa dan kesalahan akan gugur dengan amal baik.39

38

Yahya, Fadail al-Qur’an, h. 89.

39

(49)

b. Hadis II

و

ْﺪ

ر

و

ا

ى

ْﺮ

ْﻲ

او

ا

ءﺎ

ا

ْﺪ

ْﻲ

،

ْ

ْ

مﺎ

ْ

ْﻜ

ْ

،

ْ

،

ْ

ا

،

لﺎ

ر

ْﻮ

ل

ﷲا

ﷲا

و

:

ْ ﺎ

نﺁْﺮ ْا

ْﻲ

ةرْﻮ

ْ ْدا

ﺎﻬ ﺎ

ْ

ْا

:

ْيﺬ ا

كر

ﻚْ ْا

.

40

”Imam At-Tabrani dan al-Hafiz ad-Diya’ al-Maqdisi keduanya meriwayatkan dari jalan Salam bin Miskin dari Tsabit dari Anas, Rasulullah s.a.w, bersabda :ada satu surat dalam al-Qur’an yang membela orang yang senantiasa mengamalkannya, sehingga ia dimasukkan surga.”

Takhrij sanad:

1. Salam Miskin bin Rabi’ah bin al-Azdi an-Namri.

Guru-gurunya: Tsabit al-Bunani, Hasan al-Basri, Aqil bin Tolhah, Qatadah, Syu’aib bin Habhan, dll.

Murid-muridnya: Anaknya Qasim, Abdu Samad bin Abdul Warits, Ibn Mahdi, Yahya al-Qatan.

Pendapat ulama:

a) Ishaq bin Mansur dari Ibn Mu’in menganggap bahwa beliau adalah tsiqah salih.

b) Abu Hatim menganggap bahwa beliau adalah perawi yang saleh dalam bidang hadis.

c) Imam an-Nasâ’î menganggap bahwa beliau perawi yang tidak cacat. d) Al-Bukhari mengatakan bahwa beliau wafat tahun 167 H.41

40

Ibn Katsir, tafsir al-Qur’an al-Azim, (Beirût:Dâr al-Kutub)

41

(50)

2). Tsabit bin Aslam al-Bunani, Abu Muhammad al-Basri.

Guru-gurunya: Anas, Ibn Zubair, Ibn Umar, Abdullah bin Mughafal, Umar bin Abi Salamah, dll.

Murid-muridnya: Syu’bah, Jarir bin Hazim, Ma’mar, Hammam, Abu A’wanah, dll.

Pendapat ulama:

a) Al-A’jali menganggap bahwa beliau adalah tsiqah, dan perawi yang salih. b) An-Nasâ’î menganggap bahwa beliau adalah tsiqah.

c) Syu’bah menganggap bahwa beliau adalah tsiqah ma’mun d) Yahya al-Qatan menganggap bahwa beliau mukhtalit. e) Ibn A’liyah mengatakan bahwa beliau wafat tahun 127 H.42

3). Anas bin Malik bin Nadar bin Damdam.

Guru-gurunya: Nabi s.a.w, Abu Bakar, Umar, Usman, Abdullah bin Rahawah, Fatimah az-Zahrah, Tsabit bin Qais bin Syamas dan Abdurrahman bin Auf. Murid-muridnya: Hasan, Sulaiman at-Taimi, Abu Qolabah, Abdul Aziz Bin Sahib, dll.

Pendapat ulama:

a) Umar ra, menganggap bahwa beliau adalah seorang pemuda yang pandai menulis, dan terkenal ketakwaannya.

42

(51)

b) Ibn Sirin menganggap bahwa beliau adalah orang yang paling baik dalam melaksanakan solat, di rumah atau perjalanan.

c) Hamam bin Qatadah mengatakan bahwa beliau wafat tahun 91 H. 43

Kesimpulan

Hadis tersebut telah ditakhrij oleh muhaqiq kitab Tafsir Ibn Katsir yaitu Abdul Qadir al-Arnaûti dengan menyebutkan bahwa derajat hadis tersebut hasan.44 Karena Ibn Hajar al-Asqalani menyebutkan dalam kitab Tahzibut Tahzib bahwa perawi yang bernama Tsabit bin Salam al-Bunani dalam sanad tersebut dianggap Mukhtalit. 45

c. Hadis III

و

ل

ا

ْﺮ

ي

:

ْ

ْﺪ

ا

ْ

ْ

ا

ا

را

ب

،

ْ

ْ

ْ

و

ا

ْﻜ

،

ي

ْا

ْ

،

ْا

ا

ْﻮ

ز

ءا

،

ْا

ْ

سﺎ

،

لﺎ

ب

ْ

ﻲ ا

بﺎ ْ ا

ﺮْ

ا

ْ

ﻮهو

،

ﺮْ

ءﺎ

و

ْ

ﷲا

)

اذﺎ

(

و

ْ

ﷲا

ﻲ ا

ﻰ ﺎ

،

ﺎﻬ

ﻚْ ْا

ةرْﻮ

ءﺮْ

نﺎ ْا

ل

:

نﺎ ْا

اذﺎ

،

ﺮْ

ا

ْ ا

ﺎ او

ﺮْ

ْيءﺎ

ْﺮ

،

ﷲا

لْﻮ ر

ﻚ ْا

ةرْﻮ

ءﺮْ

):

كر

(

و

ْ

ﷲا

ﷲا

ل

ْﻮ ر

لﺎ

،

ﺎﻬ

،

:

)

ﺔ ﺎْ ا

ﻲه

ْ

ْ ْ

،

ﺔ ْ ْا

ﻲه

،

ﺮْ ْا

ب

اﺬ

(

46 43

Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqolani , Tahzibut Tahzib (Beirut:Dar al-Fikr),

44

Ibn Katsir, tafsir al-Qur’an al-Azim, h. 58

45

Ibnu Hajar al-Asqalani , Tahzibut Tahzib, hal.547

46

(52)

“Imam At-Tirmidzi berkata, Muhammad bin Abdil Mấlik bin Abi Syawarib bercerita kepadaku, ia berkata: Yahya bin Umar bin Mấlik an-Nukri bercerita kepadaku dari ayahnya dari Abul Jauza dari Ibnu Abbas, berkata: suatu ketika di antara para sahabat Nabi s.a.w. ada yang memasang tendanya dia atas kuburan, sedang ia tidak tahu kalau itu kuburan. Tiba-tiba di dengar dari kuburan itu seseorang tengah membaca al-Qur’an surat al-Mulk sampai akhir ayat. Kemudian ia datang melapor pada Nabi saw., katanya: ya Rasulullah?aku pasang kemahku di di sebuah tanah sedang sangkaanku waktu itu tidak tahu bahwa itu kuburan. Setelah aku sadari tiba-tiba dari dalam situ seseorang sedang membaca surat Tabârak sampai khatam. Jawab Nabi saw. : itulah surat pendinding dan penyelamat yang menyelamatkannya dari siksa kubur.”

Takhrij sanad:

1). Muhammad bin Abdul Mấlik bin Abi Syawarib

Guru-gurunya: Katsir bin Sấlim al-Madaini, Abdul Aziz bin Mukhtar, Abi A’wanah, Yusuf bin Ya’kub al-Majisyûn, dll.

Murid-muridnya: Muslim, Tirmidzi, Nasâ’î, Ibn Majah, an-Nasâ’î, Abu Ismail at-Tirmidzi, dll.

Pendapat ulama:

a) Salih bin Muhammad al-Asadi menganggap bahwa beliau adalah guru yang baik dan jujur.

b) An-Nasâ’î menganggap bahwa beliau tidak ada kecacatan.

c) Usman bin Abi Syaibah menganggap bahwa beliau guru yang jujur dan tidak ada kecacatan.

d) Ibn Qani’ mengatakan bahwa beliau wafat tahun 244 H.47 2) Yahya bin Amru bin Mấlik an-Nukri al-Basri.

47

(53)

Guru-gurunya: Ayahnya(A’mru bin Mâlik).

Murid-muridnya: Anaknya (Mâlik), Muhammad bin Sulaiman, Abu

Salamah, Muslim Bin Ibrahim, dll.

Pendapat ulama:

a) Ibn mu’in, Abu Zar’ah, Abu Daud, an-Nasâ’î, Daulabi, menganggap bahwa beliau da’if.

b) Ahmad ibn Hanbal menganggap bahwa beliau terdapat kecacatan. c) As-saji menganggap bahwa hadisnya Mungkar. 48

3). Amru bin Malik an-Nukri, dikenal dengan Abu Yahya.

Guru-gurunya: Ayahnya (Mâlik an-Nukri), dan Abi Jauza.

Murid-muridnya: Anaknya (Yahya), Nuh bin Qais, Mahdi bin Maimûn, Sa’id, dll.

Pendapat ulama:

a) Menyebutkan ibn Hiban dalam tsiqohnya bahwa beliau wafat tahun 129 H. b) Ibn Hajar mengatakan bahwa hadisnya telah dii’tibarkan dari selain

riwayat anaknya. 49

48

Ibnu Hajar al-Asqalani , Tahzibut Tahzib, jild. 9. h. 121.

49

(54)

4). Aus bin Abdillah ar-Roba’iyi, Abu Jauza al-Basri.

Guru-gurunya: Abi Hurairah, Aisyah, Ibn Abbas, Abdullah bin Amru, Sofwan bin Asal.

Murid-muridnya: Abu Asyhab, Amru bin Mâlik, Qatadah, dll.

Pendapat ulama:

a) Al-A’jali menganggap bahwa beliau adalah tabiin dari Basrah yang tsiqah. b) Al-Bukhari menganggap bahwa beliau sanadnya jelas.

c) Bukhari menceritakan dari Yahya bin Sa’id bahwa beliau terbunuh di

Referensi

Dokumen terkait

Dari de ¿ nisi tersebut di atas, dapat katakan bahwa yang dimaksud dengan hadis garib yaitu hadis yang diriwayatkan oleh hanya seorang rawi saja, baik dalam seluruh tingkatan

Dalam teori vernakularisasi menerjemahkan al-Qur’an ke dalam bahasa local bertujuan untuk memahami keseluruhan arti dan makna al-Qur’an dengan diartikan ke dalam

Dalam melakukan analisa terhadap kualiatas hadis, maka perlu memerhatikan sanad dan matan hadis. Teori yang digunakan dalam menganalisa kedua objek tersebut

Setelah penulis melakukan langkah-langkah dalam kritik sanad dan kritik redaksi matan hadis tentang larangan membunuh katak yang terdapat pada kitab Abi> D>a>wud

Dari uraian persamaan dan perbedaan dalam kitab tafsir al- Azhar dan al-Mishbah diatas, penulis disini tidak hanya membandingkan kedua kitab tersebut akan tetapi

Dengan memperhatikan berbagai pendapat yang berkaitan dengan penelitian hadis, baik yang berkaitan dengan penelitian sanad maupun penelitian matan, dapat disimpulkan bahwa

Menganalisa hadis-hadis tersebut melalui pemahaman ulama yang tercantum dalam kitab-kitab syarah hadis serta referensi lain yang relevan, termasuk menganalisa dengan melihat

Sementara berdasarkan analisis matan dapat diketahui bahwa matan hadis yang di dalamnya terdapat common link yang berpangkal pada riwayat Abu Hurairah, kontennya hanya