• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh bauran pemasaran dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian dengan citra toko sebagai variabel interventing : studi kasus dilakukan di carefour lebak bulus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengaruh bauran pemasaran dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian dengan citra toko sebagai variabel interventing : studi kasus dilakukan di carefour lebak bulus"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ahmad Firdaus

Alamat : Jl. Bhakti Rt 02/06 Ciputat-Tangerang Selatan Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 11 Agustus 1981

Agama : Islam

Telepon : 021-95034665

E-mail : www.heistour@yahoo.com

Pendidikan Formal

1. SD Negeri Kedaung I Lulus berijazah tahun 1994 2. SMP Negeri 2 Ciputat Lulus berijazah tahun 1997 3. SMU Negeri 1 Ciputat Lulus berijazah tahun 2000

Riwayat Pekerjaan

1. Staf LPD Carrefour Lebak Bulus Tahun 2001-2005

(2)

ABSRACT

This study aimed to analyze the direct and indirect influence of either a partial or simultaneously between marketing mix variables and quality of sevice to the purchasing decision with the store image as an intervening variable in the hypermarket Carrefour Lebak Bulus. This study used three independent variables, namely the marketing mix, quality of service,and image of the store and one dependent variable, namely purchasing decisions. The data used are primary data by distributing questionnaires hundredth of respondents and secondary data with literature.The population in this study is consumers Carrefour sample taken by 100 respondent, namely the consumers Carrefour Lebak Bulus. The sampling technique used in this study werw non-probability sampling in a way convenience sampling. The methode used was path analysis. The result obtained, that there are partial and simultaneous direct and indirect effect of marketing mix and quality of service to the purchasing decision with the store image as an intervening variable.

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung baik secara parsial maupun simultan antara variabel bauran pemasaran dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian dengan citra toko sebagai variabel intervening pada hypermarket Carrefour Lebak Bulus. Penelitian ini menggunakan 3 variabel bebas, yaitu bauran pemasaran, kualitas pelayanan, dan citra toko dan 1 variabel terikat, yaitu keputusan pembelian. Data yang digunakan adalah data primer dengan membagikan kuesioner keseratus responden dan data sekunder dengan studi pustaka. Populasi pada penelitian ini adalah konsumen Carrefour dengan sampel yang diambil sebanyak 100 orang responden, yaitu para konsumen Carrefour Lebak Bulus. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah non probability sampling dengan cara convinience sampling. Metode yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis). Hasil penelitian yang diperoleh, bahwa secara parsial dan simultan terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung antara bauran pemasaran dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian dengan citra toko sebagai variabel intervening.

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puja dan puji saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT serta utusanNya, Nabi Muhammad SAW. Atas rahmat dan hidayahNya proses penyusunan skkripsi ini bisa terselesaikan. Skkripsi ini membahas tentang “Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran dan Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Pembelian dengan Citra Toko sebagai Variabel Intervening”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan sebagai syarat untuk mendapat gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga agar dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak akademisi serta masyarakat umum.

Perihal isi skripsi ini diharapakan dapat bermanfaat agar bisa diaplikasikan baik dalam dunia kerja maupun bisnis. Dapat membantu sumbangsih pendapat untuk kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pemasaran.

Akhir kata, saya mengucapkan teima kasih. Terima kasih atas rahmat dan hidayahMU.

Wassalamu’alikum Wr. Wb.

Tangerang, 07 Mei 2010 Penyusun

(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... i

ABSTRACT... ii

ABSTRAK... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... xiii

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Manajemen Pemasaran... 10

B. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ... 11

C. Pengertian Jasa ... 19

D. Kualitas Pelayanan ... 22

E. Citra Toko ... 29

F. Hakekat Keputusan Pembelian... 33

G. Konsep Bisnis Ritel... 45

H. Kerangka Pemikiran... 49

(6)

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelititan... 52

B. Metode Penentuan Sampel... 52

C. Metode Pengumpulan Data ... 52

D. Metode Analisis Data... 54

E. Operasional Variabel Penelitian... 65

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian... 72

B. Validitas dan Reliabilitas ... 79

C. Hasil dan Pembahasan... 84

1. Analisis Kualitatif ... 84

2. Analisis Kuantitatif ... 142

D. Interpretasi... 165

BAB V : KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 169

B. Implikasi... 174

C. Saran... 176

(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

3.1 Pedoman untuk koefisien korelasi 60

3.2 Operasional variabel penelitian 65

4.1 Hasil try out analisa validitas dan reliabilitas 79 4.2 Hasil try out analisa validitas dan reliabilitas 82 4.3 Data responden menurut jenis kelamin 84 4.4 Data responden menurut status konsumen 85 4.5 Data responden menurut pekerjaan konsumen 85 4.6 Data responden menurut pendapatan konsumen 86 4.7 Data responden mengenai intensitas ke Carrefour 87 4.8 Distribusi frekuensi tentang barang yang ditawarkan

Carrefour mempunyai mutu/kualitas yang baik. 88 4.9 Distribusi frekuensi tentang Carrefour menjual barang

yang mereknya sudah dikenal. 89

4.10 Distribusi frekuensi tentang produk dikemas dalam kemasan yang rapih dan terjaga kebersihannya. 90 4.11 Distribusi frekuensi tentang ukuran dari produk yang dijual

Carrefour sangat variatif, disesuaikan dengan kebutuhan. 91 4.12 Distribusi frekuensi tentang jenis produk yang dijual Carrefour

sangat beragam, konsumen dapat mencari barang yang

sesuai dengan kebutuhannya. 92

4.13 Distribusi frekuensi tentang Carrefour memberikan jaminan terhadap produk yang dijual berupa garansi. 93 4.14 Distribusi frekuensi tentang harga barang di Carrefour relatif

bersaing dengan pasar swalayan lainnya. 94 4.15 Distribusi frekuansi tentang harga yang ditawarkan

(8)

4.16 Distribusi frekuensi tentang harga barang di Carrefour lebih murah dibanding pasar swalayan lainnya. 96 4.17 Distribusi frekuensi tentang Carrefour menawarkan produk

yang dijual lewat media surat, telepon maupun katalog. 97 4.18 Distribusi frekuensi tentang Carrefour memberikan hadiah

atas pembelian produk tertentu. 98

4.19 Distribusi frekuensi tentang lokasi Carrefour yang cukup

strategis. 99

4.20 Distribusi frekuensi tentang lokasi Carrefour mudah

dijangkau oleh kendaraan umum. 100

4.21 Distribusi frekuensi tentang lokasi Carrefour dekat dengan

tempat tinggal. 101

4.22 Distribusi frekuensi tentang lokasi Carrefour tidak berada

dalam suatu pusat perbelanjaan. 102

4.23 Distribusi frekuensi tentang lalu-lintas menuju Carrefour

tidak macet. 103

4.24 Distribusi frekuensi tentang Carrefour memiliki area belanja

yang bersih dan nyaman. 104

4.25 Distribusi frekuensi tentang barang-barang di Carrefour lengkap dan beraneka ragam, menjadikan kebutuhan

konsumen dapat terpenuhi. 105

4.26 Distribusi frekuensi tentang Carrefour menyediakan sarana dan prasarana, seperti musholla, ruang tunggu, toilet dengan baik.106 4.27 Distribusi frekuensi tentang Carrefour mempunyai tata warna,

musik dan pencahayaan yang baik, sehingga membuat

konsumen betah berlama-lama. 107

4.28 Distribusi frekuensi tentang penataan merchandise yang dilakukan Carrefour memudahkan konsumen dalam

mencari barang yang dibutuhkan. 108

4.29 Distribusi frekuensi tentang display barang yang

(9)

4.30 Distribusi frekuensi tentang sirkulasi dalam toko

yang memudahkan konsumen untuk bergerak. 110 4.31 Distribusi frekuensi tentang Carrefour merealisasikan janji

yang diberikan kepada konsumen. 111

4.32 Distribusi frekuensi tentang Carrefour menginformasikan layanan secara tepat kepada konsumen. 112 4.33 Distribusi frekuensi tentang Carrefour memberikan

layanan sesegera mungkin kepada konsumen. 113 4.34 Distribusi frekuensi tentang karyawan Carrefour selalu

bersedia dan siap dalam membantu konsumen. 114 4.35 Distribusi frekuensi tentang kesediaan karyawan Carrefour

dalam merespon permintaan konsumen saat tidak sibuk. 115 4.36 Distribusi frekuensi tentang kepercayaan konsumen

terhadap karyawan Carrefour cukup baik. 116 4.37 Distribusi frekuensi tentang konsumen merasa aman

dalam melakukan transaksi di Carrefour. 117 4.38 Distribusi frekuensi tentang pengetahuan karyawan

Carrefour cukup baik dalam pemberian layanan. 118 4.39 Distribusi frekuensi tentang karyawan Carrefour cukup ramah

dan cakap dalam berkomunikasi dengan konsumen. 119 4.40 Distribusi frekuensi tentang karyawan Carrefour cukup baik

dalam memahami kebutuhan spesifik konsumen. 120 4.41 Distribusi frekuensi tentang kemampuan karyawan Carrefour

dalam menjalani hubungan interaktif dengan konsumen

sudah cukup baik. 121

4.42 Distribusi frekuensi tentang perhatian, kesediaan, dan kepedulian karyawan Carrefour cukup baik dalam melayani konsumen. 122 4.43 Distribusi frekuensi tentang kepercayaan konsumen akan produk-

(10)

4.44 Distribusi frekuensi tentang Carrefour ikut serta dalam Corporate Social Responsibility (CSR) dilingkungannya, seperti: membantu masalah pendidikan, usaha kecil, tanggap bencana, dll. 124 4.45 Distribusi frekuensi tentang pilihan produk yang tersedia

di Carrefour lengkap dan beraneka ragam. 125 4.46 Distribusi tentang Carrefour memberikan pelayanan yang

optimal untuk para konsumennya. 126

4.47 Distribusi frekuensi tentang Carrefour menawarkan harga yang sesuai dengan kualitas barangnya. 127 4.48 Distribusi tentang Carrefour memberikan jaminan terhadap

semua produk yang dijualnya berupa garansi. 128 4.49 Distribusi frekuensi tentang deliveri gratis dari Carrefour

(syarat dan ketentuan berlaku). 129 4.50 Distribusi frekuensi tentang slogan Carrefour: “Ke Carrefour

aja ah” cukup menarik perhatian konsumen. 130 4.51 Distribusi frekuensi tentang logo atau lambang Carrefour

cukup menarik perhatian konsumen. 131 4.52 Distribusi frekuensi tentang konsumen memutuskan

untuk berbelanja di Carrefour, karena produk yang

dibutuhkan tersedia di Carrefour. 132 4.53 Distribusi frekuensi tentang informasi mengenai Carrefour

didapat konsumen dari teman maupun kerabat keluarga. 133 4.54 Distribusi frekuensi tentang konsumen belanja di Carrefour

karena dekat dengan tempat tinggal. 134 4.55 Distribusi frekuensi tentang suasana yang nyaman menjadi

bahan pertimbangan konsumen berbelanja di Carrefour. 135 4.56 Distribusi frekuensi tentang konsumen berbelanja di

Carrefour karena produknya lengkap. 136 4.57 Distribusi frekuensi tentang kualitas barang menjadi bahan

(11)

4.58 Distribusi frekuensi tentang pendapat dari orang lain menjadi faktor pendorong konsumen memutuskan untuk belanja

di Carrefour. 138

4.59 Distribusi frekuensi tentang harga yang ditawarkan Carrefour mempengaruhi konsumen memutuskan untuk belanja

di Carrefour. 139

4.60 Distribusi frekuensi tentang sebelum memutuskan untuk belanja di Carrefour, konsumen membandingkan antara Carrefour

dengan supermarket lainnya. 140

4.61 Distribusi frekuensi tentang konsumen cukup puas dengan kualitas produk yang dijual Carrefour. 141 4.62 Distribusi frekuensi tentang konsumen akan merekomendasikan

kepada saudara, tetangga, teman untuk belanja

di Carrefour. 142

4.63 Korelasi. 144

4.64 Interpretasi koefisien korelasi. 144

4.65 Pengujian hubungan antar sub variabel. 145

4.66 Koefisien analisis jalur I 146

4.67 Pengaruh langsung dan tidak langsung bauran pemasaran

(X1) terhadap citra toko (Y1). 147

4.68 Pengaruh langsung dan tidak langsung kualitas pelayanan

(X2) terhadap citra toko (Y1). 147

4.69 Koefisien determinasi. 148

4.70 Koefisien jalur persamaan II. 149

4.71 Pengaruh langsung dan tidak langsung bauran pemasaran (X1) terhadap keputusan pembelian (Y2). 150 4.72 Pengaruh langsung dan tidak langsung kualitas pelayanan

(X2) terhadap keputusan pembelian (Y2). 151 4.73 Pengaruh langsung dan tidak langsung citra toko (Y1)

terhadap keputusan pembelian (Y2). 151

(12)

4.75 Hasil Uji F. 154

4.76 Hasil Uji t. 155

4.77 Pengujian individual. 158

4.78 Hasil Uji F. 159

4.79 Hasil Uji t. 160

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Karakteristik jasa 21

2.2 Faktor-faktor yang dapat menarik konsumen 24 2.3 Proses terbentuknya citra perusahaan. 32

2.4 Model perilaku konsumen. 38

2.5 Tahap-tahap proses keputusan pembelian. 42 2.6 Saluran distribusi perusahaan ritel. 45

2.7 Skema kerangka pemikiran. 49

3.1 Diagram analisis jalur. 62

4.1 Struktur organisasi Carrefour Lebak Bulus. 78 4.2 Normal P-P Plot of regression standardized residual. 143

4.3 Diagram analisis jalur. 153

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. “Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa”. Cetakan keempat, Alfabeta, Bandung, 2000.

Anwar, Chauda. “Strategi Penciptaan Nilai Pelanggan bagi Strategi Bersaing”. Buletin Ekonomi No. 2 Tahun Pertama April, 1997.

Anwar, Adriansyah. “Pengaruh Lokasi dan Citra Perusaahaan Terhadap Minat Konsumen”. Vol. VIII No. 2, Bandung, 2007.

Bloom, Paul N. & Louise N. Boone. “Strategi Pemasaran Produk”. Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2006.

Brannan, Tom. “Marketing Communication”. Penerbit PPM, Jakarta, 2006.

Cravens, Hill and Woodruff. “Marketing Manajemen”. All India Traveller Book Seller (AITBS), India, 2002.

Firmansyah. “Pengaruh Atribut Toko terhadap Keputusan Pembelian di Toko Ritel Alfamart cabang Bintaro”. UIN, Jakarta, 2009.

Ganef, Jacob. “Service Quality in Tourism Industry”. Diktat Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB), Bandung, 2003.

Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”. FEIS Press, Jakarta, 2007.

Jin, Byungho and Kim, Jai-Ok. Discount Store Retailing in Korea: “Shopping Excitement, Shoppping Motives & Store Atribute”. Vol.15, No.1, Haworth Press, Journal of Global Marketing, 2001.

Kotler & Keller. “Manajemen Pemasaran”. Edisi 12, Jilid 2, Indeks, 2007. Kotler & Keller. “Manajemen Pemasaran”. Edisi 13, Jilid 1, Erlangga, 2009. Kotler, Philip dan Susanto, A.B.”Manajemen Pemasaran di Indonesia”. Edisi

Dua, Salemba Empat, Jakarta, 2001.

Kotler, Philip. “Manajemen Pemasaran”. Edisi Indonesia, Jilid I, Prentice Hall, 1997.

(15)

Kotler, Philip. “Manajemen Pemasaran”. Edisi Indonesia, Jilid 2, Prentice Hall, 1998.

Kotler, Philip & AB. Sutanto. “Manajemen Pemasaran di Indonesia; Analisis Pemasaran, Implementasi, & Pengendalian”. Salemba Empat, Jakarta, 2001.

Kurniahadi, Adi. “Analisis Tingkat Kepentingan-Pelaksanaan, Pelayanan, dan Kepuasan Pelanggan”. UIN, Jakarta, 2008.

Lestiawati. “Pengaruh Penetapan Harga, Produk, Promosi, dan Loyalitas Pelanggan terhadap Keputusan Pembelian”. UIN, Jakarta, 2009.

Lupiyodi, Rambat & A. Hamdani. “Manajemen Pemasaran Jasa”. Salemba Empat, Jakarta, 2006.

Mawarni, Danardana. “Kualitas Layanan & Kepuasaan Pelanggan sebagai Penentu Loyalitas Pelanggan: Kajian Teknis dan Metodologis Untuk Penelitian”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Tahun 9, Nomor 2, Jakarta, 2004.

Malhotra, Naresh K. “Marketing Research”. International Edition, Prentice Hall International, 1999.

Munfaqirah, Siti. “Atribut SERVQUAL untuk Menilai Kualitas Pelayanan, Pengaruhnya terhadap Image”. Tahun 8 No.1, Malang, 2007.

Robbins, Stephen and Coulter, Mary. “Manjemen”. Edisi Indonesia, Edisi IX, Prenhallindo, Jakarta, 1999.

Robiyanti, Reni. “Pengaruh Kualitas Pelayanan, Citra Perusahaan, dan Kepuasan Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan”. UIN, Jakarta, 2009.

Santoso, Singgih dan Tjiptono, Fandy. “Riset Pemasaran”. PT Elex Media Komputindo, Anggota IKAPI, Jakarta, 2001.

Sauri, Sofyan. “Manajemen Pemasaran”. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.

Saladin, Djaslim. “Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanan, Pelaksanaan, dan Pengedalian”. Linda Karya, Edisi Pertama, Bandung, 2002.

Saladin, Djaslim. “Intisari Pemasaran dan Unsur-unsur Pemasaran (Ringkasan Praktis dan Tanya Jawab)”. Linda Karya, Bandung, 2003.

(16)

Stanton, William J. “Prinsip-prinsip Pemasaran”. Erlangga, Jakarta, 2001.

Sudarmiatin. “Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Perilaku Pembelian melalui Image Konsumen”. Jurnal Aplikasi Manajemen,Vol. VII No. 4, Malang, 2009.

Suharti. “Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Citra Perusahaan terhadap Kepuasan Konsumen”. UIN, Jakarta, 2008.

Swasta, Basu, dan Irawan. “Manajemen Pemasaran Modern”. Liberty, Yogyakarta, 2003.

Teddy, Pawitra. “Jurnal Manajemen Prasetya Mulya”. Volume 1, Nomor 1, Jakarta, 1993.

Tjiptono, Fandi. “Manajemen Jasa”. Yogyakarta, 2002.

Tjiptono, Fandy. “Prinsip-prinsip Total Quality Service”. Andi offset, Yogyakarta, 2004.

Weitz, Levy. “Retailing Manajemen”. Six Edition, McGraw Hill Inc, New York, 2007.

Widjaja, Amin. “Tanya Jawab: Perilaku Konsumen dan Pemasaran Strategi”. Harvarindo, Jakarta, 2005.

Wirga, Wayan. “Kualitas Pelayanan dan Loyalitas Pelanggan pada Industri Penerbangan di Bali”. Sinergi, Volume 1, Bali, 2001.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan salah satu dari beberapa negara berkembang yang

sedang membangun tatanan perekonomiannya. Dimana penggerak

perekonomian Indonesia selain dari hasil agraris maupun manufaktur, ada

sektor lain yang ikut meramaikan roda perekonomian Indonesia. Sektor tersebut

adalah ritel.

Awalnya, pasar ritel Indonesia dikuasai oleh beberapa pemain ternama

yang sudah lama berkecimpung dalam usaha ini. Hero, Indomaret, Ramayana,

Matahari, Alfa adalah beberapa nama yang telah lama menguasai jagad eceran

Indonesia. Namun serbuan hipermarket yang begitu gencar di tahun 2000-an

menjadikan peta persaingan bisnis ritel menjadi makin sengit.

Pertumbuhan hipermarket sangat fenomenal, yaitu 15% per tahun dan

itu menjadikan pertumbuhan supermarket tertinggal jauh hanya 7% per tahun

sedangkan pasar tradisional justru turun 8,1%, jadi secara tidak langsung

hipermarket telah mengambil potensi yang seharusnya diambil oleh

supermarket dan pasar tradisonal (wet market). Pertumbuhan itu menyebabkan

bisnis eceran hipermarket paling tinggi dibandingkan jenis bisnis eceran lainnya

di Indonesia (Sudarmadi, 2004:29). Perkembangan yang sangat tinggi ini

menunjukkan bahwa pasar Indonesia memiliki potensi yang sangat menjanjikan

(18)

Pertumbuhan hipermarket yang sangat fenomenal itu didorong oleh

beberapa indikator di pasar. Indikator yang pertama adalah kenaikan

hipermarket khususnya karena didukung oleh pertumbuhan konsumen urban

yang berpendapatan Rp 1,25 - 1,8 juta. Pada tahun 2004 persentase pada

kelompok ini mencapai 27% dan jumlah konsumen kelas ini mencapai 22 juta

orang. Indikator yang kedua perkembangan hipermarket sebenarnya juga

seiring maraknya produk-produk yang berada di pasar mengalami segmentasi,

dan hampir semua produk di leverage ke dalam banyak segmen. Indikator yang

ketiga berkembangnya hipermarket secara pesat di Indonesia karena mampu

menawarkan harga yang paling rendah, produk selalu Fresh (perputarannya

cepat), area belanja luas dan jumlah produknya lengkap.

Ritel menjadi salah satu kegiatan perekonomian yang menjadi target

para investor dalam mengembangkan bisnisnya. Itu dilihat dari perkembangan

retail di Indonesia cukup pesat. Hypermart, Makro, Giant dan Carrefour adalah

nama-nama yang dikenal bertipe hypermarket. Lahan yang luas, display yang

lega, pilihan barang yang sangat bervariatif dan serba ada sekaligus menjunjung

kemudahan berbelanja, menjadi karakteristik tersemat dalam istilah

hipermarket. Perusahaan yang disebut terakhir, hingga tahun 2007 menduduki

nomor wahid dari sisi penjualan.

Carrefour berasal dari Perancis dan memulai sejarahnya di Indonesia

pada bulan Oktober 1998 dengan membuka unit pertama di Cempaka Putih.

Pada tahun yang sama, Continent yang juga sebuah paserba (Pasar Serba Ada)

(19)

1999, Carrefour dan Promodes (induk perusahaan Continent yang berbasis di

Perancis) melakukan konsolidasi atas semua usahanya di seluruh dunia dengan

nama Carrefour. Konsolidasi ini membuat Carrefour jadi grup usaha retail

terbesar kedua di dunia setelah Wal-Mart asal Amerika. Dalam kurun waktu

beberapa tahun terakhir, Carrefour sudah mempunyai 30 gerai yang tersebar di

Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi.

Setelah mengakuisisi saham PT. Alfa Retailindo, Tbk (Alfa), kini

Carrefour memiliki 60 gerai di Indonesia (di Jakarta, Bandung, Surabaya,

Denpasar, Yogyakarta, Semarang, Medan, Palembang dan Makassar) dengan

11 ribu karyawan profesional yang siap untuk melayani para konsumen. Di

tingkat global, Carrefour beroperasi di 32 negara dengan 15 ribu gerai dan 490

ribu karyawan. Di Eropa, Carrefour jadi peretail pertama, mengalahkan

Wal-Mart (www.carrefour.com). Pada 2007, total penjualan mencapai US$ 141,09

miliar. Bersama Wal-Mart dan Tesco (Inggris), Carrefour adalah 3 dari 10

megaretail yang meraup keuntungan 50 persen (www.etcgroup.org).

Perkembangan Carrefour yang pesat mempunyai pengaruh terhadap

kondisi perekonomian Indonesia. Menyediakan lapangan pekerjaan,

menumbuhkan usaha-usaha kecil menengah yang merupakan pemasok bagi

Carrefour dan menambah income untuk negara serta ikut meramaikan roda

perekonomian Indonesia.

Menurut Berman dan Evan (2001:70 ), ada beberapa hal yang membuat

industri retail penting untuk dipelajari, yaitu : pertama, implikasi retailing pada

(20)

kunci dalam perekonomian global. Kedua, fungsi retail dalam rantai distribusi.

Retail menjadi bagian terakhir dalam rantai distribusi, retail menjadi

penghubung antara final konsumer, dengan manufaktur dan whole saler.

Ketiga, hubungan antara retailer dengan supplier mempunyai pandangan yang

berbeda.

Dengan meningkatnya bisnis-bisnis eceran apalagi toko yang berciri

hipermarket yang menyediakan berbagai macam produk dengan menekankan

harga murah, peranan toko sendiri juga sangat penting didalam memenuhi

kebutuhan konsumen, karena didalam toko biasanya konsumen sering

melakukan proses pencarian, pemilihan dan pengambilan keputusan atas suatu

produk. Oleh karena itu, lingkungan dan fasilitas dalam toko haruslah

mendukung dalam pengambilan keputusan atas suatu produk. Konsumen juga

memiliki bermacam – macam motivasi atau alasan untuk berbelanja, itu

dikarenakan para konsumen melakukannya selain untuk mendapatkan produk,

konsumen juga memandang berbelanja sebagai suatu hal yang menyenangkan

yang disertai atau lebih ke aktifitas-aktifitas seperti yang diungkapkan Assael

(1992:662) berikut ini:

1. Menikmati lingkungan toko.

2. Menelusuri dan mengamati penawaran-penawaran toko.

3. Mendapatkan informasi dari pramuniaga tentang produk.

4. Membelanjakan uang.

Lingkungan dalam toko memiliki peran yang sangat penting untuk

(21)

dengan suasana dalam toko, penetapan harga serta promosi dan pelayanan yang

diberikan suatu toko memberikan stimuli-stimuli yang diterima oleh konsumen

tersebut sehingga menimbulkan persepsi terhadap keseluruhan toko tersebut

yang disebut store image.

Di Indonesia, Carrefour cukup pesat perkembangannya. Hal tersebut

diawali dari penerapan strategi pemasaran yang sesuai dengan pola perilaku

konsumen saat ini. Sistem pemasaran memadukan antara bauran pemasaran dan

kualitas pelayanan. Dengan begitu, setidaknya harapan-harapan konsumen

dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginannya dapat terwujud. Hal

tersebut merupakan pondasi Carrefour dalam menanamkan citra dibenak

konsumen.

Fokus terhadap konsumen, Carrefour terjemahkan dalam 3 pilar utama

yang diyakini akan dapat membuat Carrefour menjadi pilihan tempat belanja

bagi para konsumen Indonesia. Ketiga pilar utama tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Harga yang bersaing.

2. Pilihan yang lengkap.

3. Pelayanan yang memuaskan.

Umumnya konsumen akan tertarik membeli sebuah produk setelah

melihat dan mempertimbangkan harganya. Dalam penentuan harga, perusahaan

tersebut harus membuat analisis yang tepat sasaran. Dan itu pun harus dibarengi

dengan kualitas produk yang baik sehingga jaminan kualitas bisa dirasakan oleh

(22)

Promosi secara umum harus menciptakan hubungan dengan konsumen.

Promosi penjualan harus membantu memperkuat posisi produk dan

menciptakan keterkaitan jangka panjang dengan konsumen, dan konsumen akan

jauh lebih banyak mengenal produk yang ditawarkan.

Kualitas pelayanan sangat menentukan kemajuan dari bisnis retail.

Dalam hal ini, memberikan kualitas pelayanan (service quality) yang baik dan

memberi kepuasan kepada konsumen, dipandang sebagai sesuatu yang harus

dimiliki untuk mendapatkan keunggulan yang berkelanjutan (Shemwell, Yavas

dan Bilgin, 1998). Perusahaan yang mengadopsi kualitas pelayanan juga dapat

menbangun keunggulan bersaing. (Rapert dan Wren dalam Ariyanto: 2003).

Kualitas pelayanan yang baik terutama dalam usaha membangun kepercayaan

pelanggan merupakan kunci yang menentukan dalam meraih keberhasilan pada

sektor ritel modern (Sitathan, 2003).

Citra perusahaan kemungkinan dapat menjadi faktor yang dapat

mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan

suatu perusahaan. Sehingga citra dapat mempengaruhi kegiatan pemasaran

suatu organisasi atau perusahaan yang berorientasi pada laba maupun non laba.

Zeithhaml, et all (1996) menyarankan bahwa hubungan konsumen dengan

perusahaan dikuatkan ketika pelanggan membuat penilaian yang positif

tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh suatu perusahaan dan

dilemahkan ketika konsumen membuat penilaian negatif tentang kualitas

pelayanan yang diberikan oleh perusahaan tidak sesuai dengan yang konsumen

(23)

Perilaku berlangganan (petronage) konsumen mengarah pada

perusahaan tertentu bergantung pada citra (image) perusahaan. Semakin

mengesankan citra perusahaan, valensi (valence) konsumen pada perusahaan

semakin tinggi. (Ariyanto, 2003). Oleh karena itu penulis ingin memberikan

gambaran tentang “Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran dan Kualitas

Pelayanan terhadap Keputusan Pembelian dengan Citra Toko sebagai

Variabel Intervening”. Studi kasus dilaksanakan di Carrefour Lebak Bulus.

B. Perumusan Masalah

Carrefour merupakan retail yang cukup berkembang dalam menjalankan

usahanya. Keberhasilan itu tidak terlepas dari kegiatan dan strategi yang

dilakukan Carrefour. Dengan manajemen yang bagus dan didorong oleh sumber

daya manusia yang berkualitas serta faktor-faktor lain sehingga Carrefour dapat

diterima konsumen dan mendominasi retail di Indonesia. Oleh karena itu,

penulis ingin membahas strategi pemasaran yang diterapkan Carrefour dalam

mengembangkan bisnisnya dengan perumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Berapa besar pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Citra Toko.

2. Berapa besar pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Citra Toko.

3. Berapa besar pengaruh Bauran Pemasaran dan Kualitas Pelayanan terhadap

Citra Toko.

4. Berapa besar pengaruh Bauran pemasaran terhadap Keputusan Pembelian.

5. Berapa besar pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Pembelian.

(24)

7. Berapa besar pengaruh Bauran Pemasaran, Kualitas Pelayanan,dan Citra

Toko terhadap Keputusan Pembelian.

8. Berapa besar pengaruh Citra Toko sebagai variabel intervening antara

Bauran Pemasaran dan Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Pembelian.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Citra Toko.

2. Untuk menganalisis pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Citra Toko.

3. Untuk menganalisis pengaruh Bauran Pemasaran dan Kualitas Pelayanan

terhadap Citra Toko.

4. Untuk menganalisis pengaruh bauran Pemasaran terhadap Keputusan

Pembelian.

5. Untuk menganalisis pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan

Pembelian.

6. Untuk menganalisis pengaruh Citra Toko terhadap Keputusan Pembelian.

7. Untuk menganalisis pengaruh Bauran Pemasaran, Kualitas Pelayanan, dan

Citra Toko terhadap Keputusan Pembelian.

8. Untuk menganalisis pengaruh Citra Toko sebagai variabel intervening

antara Bauran Pemasaran dan Kualitas Pelayanan terhadap keputusan

(25)

D. Manfaat Penelitian.

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti dan mengaplikasikan secara

nyata teori yang diperoleh selama menempuh studi di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu juga sebagai bahan

penulisan skripsi yang merupakan syarat kelulusan dari Fakultas Ekonomi

dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk

memperoleh gelar sarjana.

2. Bagi Akademika

Sebagai salah satu referensi yang diharapkan dapat menjadi bahan

bacaan dan masukan bagi para mahasiswa di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bagi Dunia Usaha

Sebagai salah satu masukan yang diharapkan dapat diterapkan untuk

membantu mengembangkan perekonomian nasional, terutama untuk

mengembangkan pasar-pasar tradisional agar dapat bertahan dan bersaing

dengan pasar-pasar modern.

4. Bagi Segenap Pembaca

Sebagai bacaan yang diharapkan dapat menambah wawasan dan

menjadi bahan pertumbuhan atau sumber ide untuk pengembangan keilmuan

pembaca khususnya dan pengembangan khasanah ilmu pengetahuan secara

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Manajemen Pemasaran

Dipastikan disetiap perusahaan, pemasaran merupakan faktor kunci atau

ujung tombak dalam suatu perusahaan. Menurut Kotler dan Amstrong (2000:7),

pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu

dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat

penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.

Inti dari pemasaran (marketing) adalah mengidentifikasi dan memenuhi

kebutuhan manusia dan sosial (Kotler & Keller, 2009:5).

Pemasaran harus dikemas dalam suatu sistem manajemen yang baik,

proporsional dan profesional yang disebut Manajemen Pemasaran (Marketing

Mangement). Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan,

implementasi dan pengendalian dari program-program yang dirancang untuk

menciptakan, membangun dan memelihara pertukaran yang menguntungkan

dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan. (Kotler dan

Armstrong, 1997:13). Manajemen pemasaran merupakan seni dan ilmu

memilih pasar sasaran dan meraihnya, mempertahankan, dan menumbuhkan

konsumen dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai

(27)

B. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Kotler dalam buku Manajemen Pemasaran (2002:18), marketing mix

adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus

menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran.

Menurut Swastha dalam bukunya “Pengantar Bisnis Moderen”

(1998:193), marketing mix adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan

yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yakni produk, struktur

harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi. Marketing mix merupakan

variabel-variabel yang terkendali (controlable) yang dapat digunakan

perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dari segmen pasar

tertentu yang dituju perusahaan. Bauran pemasaran terdiri dari :

a. Produk(Product)

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar

untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat

memuaskan keinginan dan kebutuhan. (Djaslim Saladin, 2002:121).

Produk adalah sesuatu yang ditawarkan produsen untuk diperhatikan,

diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang meliputi

mutu/kualitas, pilihan yang ada (option), merek (brand names), pengemasan

(packaging), macam (product item), ukuran (size), jenis (product line), dan

jaminan. (Sofjan Assauri, 2004:200).

Menurut Kotler (2007:4), produk terdiri dari lima tingkatan yang

bertujuan untuk menambah lebih banyak nilai pelanggan. Kelima tingkatan

(28)

Tingkat dasar adalah manfaat inti (core benefit), yaitu manfaat dasar

yang sesungguhnya dibeli pelanggan. Pada tingkat kedua, pemasar harus

mengubah manfaat inti menjadi produk dasar (basic product). Pada tingkat

ketiga, pemasar menyiapkan suatu produk yang diharapkan (expected

Product). Pada tingkat keempat, pemasar menyiapkan produk yang

ditingkatkan (augment product) yang memenuhi keinginan pelanggan itu

melampaui harapan mereka. Dan pada tingkat kelima terdapat produk

potensial (potential product) yang mencakup semua peningkatan dan

tranformasi yang akhirnya akan dialami produk tersebut dimasa depan.

Dari beberapa definisi diatas, maka pada dasarnya produk adalah

segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk memuaskan keinginan

dan kebutuhan konsumen (Kotler dan Keller, 2007:4).

Menurut Fandy Tjiptono (dalam Novi Puji, 2009:20) yang

mempengaruhi produk diantaranya:

1) Atribut produk

Atribut produk adalah unsur-unsur yang dipandang penting oleh konsumen

dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk

meliputi: merek, kemasan, jaminan, pemberian label, pelayanan, dan

jaminan.

(a) Merek

Merupakan nama, istilah, tanda, simbol, desain, warna, gerak, atau

kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat

(29)

(b) Kemasan

Pengemasan merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan

dan pembuatan wadah atau pembungkus untuk suatu produk.

(c) Pemberian label

Pemberian label berkaitan erat dengan pengemasan. Merupakan bagian

dari suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan

penjual. Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan atau bisa

pula merupakan tanda pengenal yang dieratkan pada produk.

(d) Pelayanan

Pelayanan pelengkap dapat berupa informasi, konsultasi, order taking,

hospitally, perhatian, customer service, laporan rekening periodik atau

cara pembayaran.

(e) Jaminan

Jaminan adalah janji yang merupakan kewajiban produsen atas

produknya kepada konsumen, dimana konsumen akan diberi ganti rugi

bila produknya ternyata tidak bisa berfungsi sebagaimana yang

diharapkan atau dijanjikan. Jaminan meliputi: kualitas produk,

reparasi, dan ganti rugi.

2) Kualitas produk

Menurut Philip Kotler (dalam Novi Puji, 2009:144) yang menjelaskan

(30)

(a) Gaya

Menunjukkan kinerja atau tingkat operasional dari sifat utama suatu

produk.

(b) Bentuk

Menunjukkan bagaimana penampilan bentuk produk dimata pembeli

atau konsumen.

(c) Keistimewaan

Sebagian besar produk dapat ditawarkan dengan berbagai

keistimewaan, yakni karakteristik yang melengkapi fungsi dasar

produk.

(d) Keandalan

Adalah ukuran kemungkinan suatu produk tidak akan rusak atau gagal

dalam periode waktu tertentu.

(e) Masa pakai

Yaitu masa refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau

masa pakai barang.

b.StrukturHarga (Price)

Menurut Swastha dan Irawan (2008:241), harga adalah sejumlah uang

(ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk

mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk beserta pelayanannya. Untuk

memperoleh barang atau jasa, setiap orang harus mengeluarkan balas jasa

(31)

Harga merupakan suatu ketetapan standar atas suatu produk

(barang/jasa). Penentuan harga merupakan salah satu keputusan terpenting

bagi manajemen. Harga yang ditetapkan harus dapat menutup semua ongkos

atau bahkan lebih dari itu, yaitu untuk mendapatkan laba. Tetapi jika harga

ditetapkan terlalu tinggi akan berakibat kurang menguntungkan, karena

produk yang ditawarkan dengan harga yang terlalu tinggi akan kurang

diminati oleh konsumen maka perusahaan akan mengalami kerugian. Salah

satu prinsip bagi manajemen dalam menentukan harga ini adalah menitik

beratkan pada keinginan pembeli untuk harga yang telah ditentukan dengan

jumlah yang cukup untuk menutup ongkos-ongkos dan menghasilkan laba.

Dalam kaitannya dengan keputusan pembelian dapat dilihat dari teori

yang dikemukakan oleh Tjiptono (1997:152) yaitu peranan informasi dan

penetapan harga, yaitu fungsi harga dalam “mendidik” konsumen mengenai

faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam

situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produksi

atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa

harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi. Dalam menentukan

keputusan pembelian, informasi tentang harga sangat dibutuhkan dimana

informasi ini akan diperhatikan , dipahami, dan makna yang dihasilkan dari

informasi ini dapat mempengaruhi keputusan pembelian.

c. Lokasi/Saluran Distribusi

Salah satu variabel atau faktor dari pemasaran jasa yaitu saluran

(32)

suatu ritel. Harus diakui bahwa konsumen atau calon konsumen akan sangat

terbantu sekali apabila ketika mereka menginginkan suatu produk atau jasa

maka mereka menginginkan untuk sesegera mungkin menikmati produk atau

jasa tersebut.

Lokasi itu sendiri merupakan perencanaan dan pelaksanaan program

penyaluran produk/jasa melalui tempat atau lokasi yang tepat. (Levy dalam

Anwar, 2007 : 136).

Dalam bisnis retail, pemilihan lokasi merupakan tiga (3) hal yang

sangat penting dalam industri tersebut. Levy & Weitz (2007:185),

mengatakan bahwa pemilihan lokasi sangat penting dalam industri ini

dikarenakan:

1. Lokasi merupakan faktor utama yang menjadi pertimbangan konsumen

dalam pemilihan toko atau penyedia jasa yang mereka inginkan.

2. Pemilihan lokasi merupakan hal yang penting karena faktor ini bisa

digunakan untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang mapan.

3. Pemilihan lokasi sangat beresiko.

Dalam bisnis retail, secara umum lokasi yang bagus mendorong

kesuksesan dari suatu pedagang walaupun strategi pemasarannya kurang

mendukung. Sebaliknya, suatu lokasi yang tidak bagus justru akan

menghambat kesuksesan dari seorang pedagang.

Dalam memilih tempat belanja, konsumen juga mempertimbangkan

lokasi atau jarak yang akan ditempuhnya. Konsumen akan memilih toko

(33)

yang berukuran besar namun jauh. Selain itu, kemudahan transportasi yang

melewati tempat perbelanjaan juga menjadi bahan pertimbangan konsumen

untuk datang ketempat perbelanjaan tersebut. Levy & Weitz (dalam Jin &

Kim, 2001) menyatakan bahwa lokasi mempunyai pengaruh yang kuat

terhadap toko eceran. Semakin jauh letak konsumen dari sebuah tempat

perbelanjaan maka semakin besar jumlah pilihan tempat perbelanjaan yang

menghalangi.

Lokasi merupakan faktor yang sama pentingnya dengan produk yang

diinginkan, sedangkan variabel lain yang juga dianggap penting terutama

bagi toko retail adalah image toko dan suasana toko dimana kedua hal ini

dapat merangsang konsumen agar mau datang belanja ke toko tersebut.

(Peter dan Olson dalam Firmansyah, 2009:15). Ditambahkan bahwa lokasi

adalah faktor penentu bagi produsen untuk melakukan store contact dengan

konsumennya.

d. Promosi (Promotion)

Promosi adalah kegiatan mengkomunikasikan kelebihan-kelebihan

produk dan mempengaruhi konsumen untuk membelinya.

Promosi menurut Djaslim Saladin (2002:171) adalah salah satu unsur

dalam bauran pemasaran perusahaan yang didayagunakan untuk

memberitahukan, membujuk, dan mengingatkan pasar tentang produk

perusahaan.

Promosi merupakan unsur kunci dalam kampanye pemasaran.

(34)

berjangka pendek, dirancang untuk mendorong pembelian suatu produk

tertentu secara lebih cepat dan atau lebih besar oleh konsumen atau

pedagang. (Kotler, 1998:257)

Strategi promosi menurut Caluda (2000:64-65) mendefinisikan

sebagai sebuah program terkendali dan terpadu dari metode komunikasi dan

material yang dirancang untuk menghadirkan perusahaan dan

produk-produknya kepada calon konsumen, menyampaikan ciri-ciri produk yang

memuaskan kebutuhan untuk mendorong penjualan yang pada akhirnya

memberi kontribusi pada kinerja laba jangka panjang.

Pengembangan strategi promosi yang efektif sangat bergantung pada

seberapa baik perusahaan melakukan tahap awal dalam proses manajemen

pemasaran, khususnya yang berhubungan dengan pemahaman perilaku

pembeli, segmentasi pasar, analisa persaingan, penetapan pasar sasaran, dan

penentuan posisi produk dan ditambah alat promosi yang efektif.

Menurut Kotler dan Susanto ( 2001:774-893 ), setiap alat promosi

memiliki karakteristik sendiri yang unik.

1) Periklanan

Periklanan adalah semua bentuk presentasi non personal dan

promosi ide, barang atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk dengan

mendapat bayaran. Periklanan juga merupakan kiat promosi yang paling

potensial, yang bertujuan untuk menginformasikan, membujuk dan

(35)

2) Pemasaran Langsung

Pemasaran langsung adalah penggunaan surat, telepon dan alat

penghubung non personal lainnya untuk berkomunikasi dengan atau

mendapatkan respon dari pelanggan dan calon pelanggan tertentu.

Pemasaran langsung telah berkembang dengan tingkat yang lebih

cepat daripada pemasaran toko dan digunakan oleh produsen, pengecer,

perusahaan jasa dan jenis organisasi lainnya.

Keuntungan pemasaran langsung antara lain: efektifitas,

personalisasi, kontinuitas, penentuan waktu yang lebih baik, jumlah

pembaca yang lebih tinggi yang dapat diuji dan keleluasaan pribadi.

3) Promosi Penjualan

Promosi penjualan mencakup semua insentif jangka pendek yang

berguna dalam mendorong keinginan untuk mencoba atas pembelian

produk atau jasa. Kiat promosi konsumen mencakup sampel, kupon,

tawaran, pengembalian kas, paket harga, premi, hadiah, penghargaan

langganan, pencobaan gratis, garansi produk, promosi gabungan serta

pameran dan demonstrasi.

C.Pengertian Jasa

Jasa merupakan pemberian suatu kinerja atau tindakan tidak kasat mata

dari suatu pihak kepihak lain. Menurut Djaslim Saladin (2003:89)jasa adalah

(36)

lain dan pada dasarnya tidak berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan

sesuatu.

Menurut Kotler (2000:20), jasa merupakan setiap tindakan atau

perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada

dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan

kepemilikan sesuatu. Jasa atau pelayanan merupakan suatu kinerja penampilan,

tidak berwujud dan cepat hilang. Lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, serta

konsumen lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa

tersebut. (Supranto, 2006:227).

Jasa memiliki empat karakteristik utama yang membedakannya dari

barang (Tjiptono, 2004:24), yaitu:

a. Tidak berwujud (Intangibility).

Artinya suatu jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar atau

diraba sebelum membeli dan dikonsumsi. Konsep intangible pada jasa

memilik dua pengertian, yaitu:

1) Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat diraba.

2) Sesuatu yang tidak mudah dapat didefinisikan, diformulasikan, atau

dipahami secara rohani.

b. Tidak dapat dipisahkan (Inseparability)

Pada umumnya jasa yang diproduksi atau dihasilkan dan dirasakan

pada waktu bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk

(37)

c. Bervariasi (Variability)

Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standarized

output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis. Tergantung pada

siapa, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan.

d. Tidak tahan lama (Perishability).

Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama, karena daya tahan suatu

jasa pada umumnya tergantung situasi yang diciptakan oleh berbagai faktor,

jasa juga tidak dapat disimpan.

Kotler dan Amstrong (2003:368) juga berpendapat ada empat

karakteristik jasa yang diterangkan dalam gambar dibawah ini:

(38)

D. Kualitas Pelayanan

Untuk kebanyakan perusahaan, kualitas pelayanan (service quality)

menduduki prioritas tertinggi dalam kampanye pemasaran yang dilakukan.

Bukti menunjukkan investasi yang dilakukan pada usaha yang menekankan

kualitas pelayanan yang superior dalam jangka panjang akan menghasilkan

pelanggan yang lebih loyal, dan ini selanjutnya mampu memperbaiki tingkat

profitabilitas, pangsa pasar, dan mendorong terjadinya penghematan dilihat dari

sisi biaya (Diane dalam Wayan Wirga, 2001:66).

Kualitas pelayanan (service quality) menurut Tjiptono (2000:52)

sebagai tingkat kesempurnaan yang diharapkan dan pengendalian atas

kesempurnaan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Artinya, jika

kenyataan pelayanan kurang dari yang diharapkan maka pelayanan dapat

dikatakan tidak memuaskan, namun apabila kenyataannya pelayanan sama

dengan harapan, maka layanan tersebut dapat dikatakan memuaskan. Jadi,

kualitas pelayanan dapat diketahui dengan cara membandingkan pelayanan

yang nyata-nyata mereka terima dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka

harapkan. Tetapi, pelanggan yang loyal (customer loyalty) hanya terjadi jika

kenyataan yang dialami betul-betul bisa dikatakan excellent ( sangat bagus),

yaitu suatu tingkat yang melewati pelayanan yang dikategorikan baik (Zemke

dalam Wayan Wirga, 2001:66).

Kualitas pelayanan adalah suatu pengalaman total yang hanya bisa

dievaluasi oleh pelanggan (Zeithaml, Berry, dan Parasuraman, 1998). Tidak

(39)

kendatipun dilakukan secara subjektif (Berry, dan Parasuraman, 1992). Hal ini

disebabkan oleh dua hal. Pertama, pelayanan adalah masalah penampilan

bukan objek semata-mata. Tampilan ini diperagakan oleh manusia dan dibantu

oleh teknologi. Oleh karena penekanan terhadap karyawan, tingkat tampilan ini

bisa saja berbeda pada setiap karyawan dan pada setiap kesempatan yang ada.

Pelayanan seringkali mencakup multi interaksi antara pelanggan dengan

karyawan yang berbeda.

Kedua, pelayanan yang baik sedikit sekali berkenaan dengan persepsi

penyedia, karena hal ini tergantung pada persepsi dari pelanggan itu sendiri.

(Davidow dan Uttal dalam Wayan Wirga, 2001:66).

Kualitas pelayanan memberikan suatu dorongan kepada konsumen

untuk menjalin ikatan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang,

ikatan tersebut memungkinkan perusahaan untuk selalu memahami dengan

seksama harapan-harapan konsumen. Jika konsumen merasakan kualitas

pelayanan yang diterima tinggi, keputusan konsumen untuk berperilaku mereka

adalah favourable seperti preferensi kepada perusahaan tinggi dibanding

perusahaan lain, meningkatkan pembelian. Akibat lebih lanjut dari perilaku ini

adalah memperkuat hubungan atau ikatan pelanggan dengan perusahaan.

Sebaliknya, jika kualitas pelayanan yang dirasakan adalah rendah, maka

keputusan konsumen untuk berperilaku menjadi unfavourable seperti mengeluh

atau komplain, pindah keperusahaan lain dan membelanjakan uang lebih

sedikit. Kualitas layanan dapat menentukan dari nilai produk tersebut dan

(40)

Dengan demikian, ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas

pelayanan, yaitu expected service dan perceived service. Jika pelayanan yang

diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan

(expected service), maka kulitas pelayanan yang dipersepsikan sebagai kualitas

yang memuaskan.

Kemudian menurut Tjiptono (2005:51) pada dasarnya definisi kualitas

pelayanan atau jasa adalah upaya penemuan kebutuhan dan keinginan

pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan

pelanggan. Pelayanan jasa merupakan salah satu unsur penting untuk menarik

minat konsumen. Menurut survei AC Nielsen Indonesia pada April 2004,

diketemukan bahwa pelayanan adalah faktor yang dapat menarik konsumen

(Limelight faktor).

Gambar 2.2

Faktor-faktor yang dapat menarik konsumen

Servic

Produk yang lengkap dan harga yang bagus Fasilitas pendukung

(41)

Gambaran temuan tersebut dapat memperhatikan kriteria pemilihan

pelanggan yang terdiri atas :

a. Faktor dasar, yaitu barang yang lengkap, harga yang bagus dan lokasi yang

mudah dijangkau.

b. Faktor penarik toko, yaitu ambiance (AC, lampu, kebersihan, fasilitas

belanja, fasilitas pendukung: pusat makanan, mainan anak-anak, barang

untuk berkebun) dan service (semua hal yang dapat memuaskan kebutuhan

konsumen, terutama yang dilakukan oleh staff toko).

1. Determinan Pelayanan

Agar pelayanan memiliki kualitas dan memberikan kepuasan kepada

konsumen mereka, maka perusahaan harus memperhatikan berbagai dimensi

yang dapat menciptakan dan meningkatkan kualitas pelayanannya.

Hasil penelitian yang dilakukan Tjiptono (dalam Reni Robiyanti, 2009:17)

menyimpulkan kualitas pelayanan kedalam lima dimensi, yaitu:

• Bukti fisik (tangible), yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam

menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan

kemampuan saran dan prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan.

Keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan

dan diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi: fasilitas fisik (contoh:

gedung, gudang, dll), perlengkapan dan peralatan (teknologi), karyawan

dan penampilan karyawan serta komunikasi karyawan.

• Keandalan (reliability), yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan

(42)

kinerja sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu,

pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap

yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi.

• Daya tanggap (responsibility): kemauan memberikan layanan cepat

(responsif), tanggap dan tepat kepada pelanggan dan dengan

penyampaian yang jelas.

• Jaminan & kepastian (assurance), yaitu mencakup pengetahuan,

kemampuan, sopan santun, dan sifat dari karyawan yang menyampaikan

kepastian dan dapat dipercaya (bebas dari bahaya, resiko dan

keragu-raguan). Hal ini meliputi beberapa komponen antara lain komunikasi,

kredibilitas, keamanan, kompetensi, dan sopan santun.

• Empati (emphaty), yaitu memberikan perhatian tulus dan bersifat

individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan

berupaya memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan

diharapkan memiliki kemudahan dalam melakukan hubungan dengan

pelanggan, dapat berkomunikasi dengan baik, memberikan perhatian

pribadi kepada pelanggan, dan memahami kebutuhan konsumen secara

spesifik, serta memiliki waktu penyampaian yang nyaman bagi

pelanggan.

2. Komponen Kualitas Pelayanan

Baik tidaknya kualitas pelayanan tergantung kepada kemampuan

(43)

konsisten. Kualitas total suatu pelayanan terdiri atas tiga komponen utama

(Gronroos dalam Speh, 2004).

a. Tehnical Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output

pelayanan yang diterima konsumen. Menurut Parasuraman et. all., tehnical

quality dapat diperinci lagi sebagai berikut:

1) Search quality, yaitu kualitas yang dapat dievaluasi konsumen sebelum

membeli, misalnya harga.

2) Experience quality, yaitu kualitas yang hanya bisa dievaluasi konsumen

setelah membeli atau mengkonsumsi saja. Contohnya, ketepatan waktu,

kecepatan pelayanan dan kerapian hasil pelayanan.

3) Credence quality, yaitu kualitas yang sukar dievaluasi konsumen

meskipun telah mengkonsumsi suatu jasa. Misalnya kualitas operasi

jantung.

b. Funcional Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara

penyampaian suatu pelayanan.

c. Corporate Image, yaitu profil, reputasi, citra umum, daya tarik khusus

suatu perusahan.

3. Bentuk Pelayanan

Pelayanan seperti diketahui diatas merupakan bentuk memenuhi

apa-apa yang diharapkan pelanggan atas kebutuhan mereka. Pelayanan pada

umumnya dibedakan atas dua:

a. Pelayanan atas produk berbentuk barang, yakni pelayanan yang diberikan

(44)

b. Pelayanan atas produk berbentuk jasa, yakni pelayanan yang diberikan

perusahaan atas produk yang sifatnya tidak berwujud (tidak nyata).

Menurut Moenir (1992) bentuk-bentuk pelayanan tersebut terdiri

dari:

a. Pelayanan dengan lisan

Dalam pelayanan ini fungsi humas betul-betul diefektifkan sebagai

kepanjangan tangan dari pemberian informasi kepada pelanggan. Dengan

kata lain pelayanan lisan adalah komunikasi langsung kepada pelanggan.

b. Pelayanan dengan tulisan

Pelayanan dalam bentuk tulisan ini dilakukan berdasarkan pada jarak

yang terlalu jauh antara pelanggan dengan produsen. Adapun pelayanan

ini dapat digolongkan yaitu pelayanan berupa petunjuk dan pelayanan

berupa reaksi tertulis atas permohonan.

c. Pelayanan dengan perbuatan

Adapun pelayanan yang dilakukan dengan perbuatan merupakan tindak

lanjut dari suatu pekerjaan pada bagian pelayanan agar dapat beradaptasi

langsung atau bertatap muka dengan pelanggan. Adapun penerapan

bentuk pelayanan yang diberikan, secara tidak langsung akan dapat

memberikan kepuasan kepada para pelanggan.

4. Kesenjangan Kualitas Jasa

Parasuraman et. all. (dalam Lupiyodi & Hamdani, 2006:184)

mengidentifikasi lima kesenjangan yang mengakibatkan kegagalan

(45)

a. Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen.

Manajemen tidak selalu memahami benar apa yang diinginkan oleh

pelanggan.

b. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa.

Manajemen mungkin benar dalam memahami keinginan para pelanggan,

tetapi tidak menetapkan standar pelaksanaan yang spesifik.

c. Kesenjangan antara kualitas jasa dan komunikasi internal.

Harapan para pelanggan dipengaruhi oleh pernyataan yang dibuat oleh

wakil- wakil dan iklan perusahaan.

d. Kesenjangan antara jasa yang dialami dan jasa yang diharapkan.

Kesenjangan ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja perusahaan

dengan cara yang berbeda dan memiliki persepsi yang keliru mengenai

kualitas jasa.

E. Citra Toko (Store Image)

Landasan citra berakar dari nilai kepercayaan yang merupakan suatu

pandangan atau persepsi dengan suatu proses, baik cepat atau lambat yang

nantinya akan membuat suatu opini tertentu. Apabila ditelusuri lebih dalam,

secara logika bila suatu perusahaan tengah mengalami krisis kepercayaan dari

publik akan membawa dampak negatif terhadap citra perusahaan.. Atau bahkan

lebih jauh lagi akan membawa penurunan citra sampai pada titik yang paling

rendah (lost of image). Begitu pentingnya pemahaman dan arti citra tersebut

(46)

perusahaan. Variabel image toko dan suasana toko sangat penting terutama bagi

toko ritel, dimana kedua hal tersebut dapat merangsang konsumen agar mau

datang belanja ke toko tersebut. (Peter dan Olson dalam Firmansyah, 2009:15)

Citra sebuah toko meruipakan kepribadian sebuah toko. Kepribadian

atau image toko menggambarkan apa yang dilihat dan dirasakan konsumen

terhadap suatu toko. (Sopiah & Syihabudin, 2008:138).

Citra merupakan suatu konsep yang sangat intuitif dan sangat subyektif.

Namun, dari perspektif organisasi, citra perusahaan dikonseptualisasikan

sebagai suatu cara dimana anggota organisasi mempercayai pandangan dari

stakeholder eksternal mengenai organisasi mereka atau suatu cara dimana para

manajer organisasi menginginkan pihak luar memandang perusahaan (Pina,

2006:3).

Sutisna (2003:83) mendefinisikan citra sebagai total persepsi terhadap

suatu objek yang dibentuk dengan proses informasi dari berbagai sumber setiap

waktu. Alma (2002:317) berpendapat, citra sebagai suatu kesan yang diperoleh

sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang sesuatu.

Sedangkan menurut Kasali (2003:28), citra adalah kesan yang timbul karena

pemahaman akan suatu kenyataan. (www.e-iman.uni.cc).

Dalam hal ini, citra perusahaan tidak begitu saja terbentuk dan tercipta

melainkan melalui proses dan jalan yang cukup panjang. Citra merupakan

kesan, impresi, perasaan atau konsepsi yang ada pada publik terhadap

perusahaan, organisasi, orang atau lembaga sebagai objek. Citra terbentuk dari

(47)

yang mempunyai landasan utama pada segi pelayanan terhadap publik. Sebagai

hasilnya corporate image adalah hal penting pada setiap organisasi. Strategi

yang terarah dan memiliki planning yang tepat merupakan upaya yang

dilakukan untuk memperoleh hasil citra yang positif. Erat kaitannya antara

suatu strategi dengan pembentukan citra perusahaan.

Hal ini senada dengan SERVQUAL yang disampaikan Parasuraman

(dalam Munfaqirah, 2007:124) yang menyebutkan kualitas pelayanan yang baik

atau memuaskan akan berpengaruh terhadap citra yang positif bagi perusahaan.

Citra (image) adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau

produknya. Menurut Kotler (2002:338) citra yang efektif melakukan tiga hal:

Pertama, memantapkan karakter produk dan usulan nilai. Kedua,

menyampaikan karakter itu dengan cara yang berbeda sehingga tidak

dikacaukan oleh karakter pesaing. Ketiga, memberikan kekuatan emosional

yang lebih dari sekedar citra mental. Supaya bisa berfungsi optimal, citra itu

harus disampaikan melalui setiap sarana komunikasi dan kontak merek.

Dengan demikian, citra merupakan hasil evaluasi seseorang dalam

memberikan penilaian terhadap suatu objek (baik barang maupun jasa) dengan

berbagai karakter, aktivitas serta bentuk fisik berdasarkan pengertian,

pemahaman terhadap suatu rangsangan yang telah disimpan dalam benaknya.

Sehingga menimbulkan kesan yang baik ataupun buruk terhadap suatu orang,

(48)

1. Proses Terbentuknya Citra

Adapun proses terbentuknya citra menurut Hawkins et. all (dalam

Reni Robiyanti, 2009), ditunjukkan oleh gambar berikut:

Gambar 2.3

Proses Terbentuknya Citra Perusahaan.

Eksposure

Attention

Comperhensive

Image Behavior

Sumber : Hawkins et. all. (2002)

Berdasarkan gambar diatas, proses terbentuknya citra perusahaan

berlangsung pada beberapa tahap. Pertama, objek mengetahui (melihat atau

mendengar) upaya yang dilakukan perusahaan. Kedua, memperhatikan upaya

perusahaan tersebut. Ketiga, setelah adanya perhatian, objek mencoba

memahami semua yang ada pada upaya perusahaan tersebut. Keempat,

terbentuknya citra perusahaan pada objek, yang kemudian tahap kelima,

citra perusahaan yang terbentuk akan menentukan perilaku objek sasaran

dalam hubungannya dengan perusahaan.

Menurut Harrison (1995:71) informasi yang lengkap mengenai citra

perusahaan meliputi empat elemen:

a. Personality, keseluruhan karakteristik perusahaan yang dipahami publik

sasaran seperti perusahaan yang dapat dipercaya, perusahaan yang

(49)

b. Reputation, hal yang telah dilakukan perusahaan dan diyakini publik

sasaran berdasarkan pengalaman sendiri maupun pihak lain seperti kinerja

keamanan sebuah bank.

c. Value, dalam Kotler (2005:68) nilai yang dipikirkan pelanggan

didefinisikan sebagai selisih antara evaluasi calon pelanggan atas semua

manfaat serta semua biaya tawaran tertentu dan alternatif-alternatif lain

yang dipikirkan. Nilai pelanggan total adalah nilai moneter yang

dipikirkan atas sekumpulan manfaat ekonomis, fungsional dan psikologi

yang diharapkan oleh pelanggan atas tawaran pasar tertentu. Para pembeli

bertindak dengan berbagai kendala dan mereka terkadang membuat

pilihan lebih berdasarkan manfaat pribadinya daripada manfaat

perusahaan. Akan tetapi, nilai yang dipikirkan pelanggan merupakan

kerangka kerja yang bermanfaat yang berlaku dalam banyak situasi dan

menghasilkan wawasan yang luas.

d. Corporate Identity. Komponen-komponen yang memudahkan mengenal

publik sasaran terhadap perusahaan seperti, logo, warna dan slogan.

F. Hakekat Keputusan Membeli

Tujuan pemasaran adalah untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan

serta keinginan dari konsumen sasaran. Untuk meraih keberhasilan, pemasar

harus melihat lebih jauh bermacam-macam faktor yang mempengaruhi pembeli

dan mengembangkan pemahaman mengenai bagaimana konsumen melakukan

(50)

Menurut Cravens, Hills and Woodruff (2002:137) keputusan pembelian

adalah: “Purchase decisions is the decisionst that made to satisfy needs and

wants by evaluating of more than one alternatives depens on a host factors

incluiding the buyer, the product and the situation”, dapat diartikan bahwa

keputusan pembelian adalah suatu keputusan yang dibuat untuk memuaskan

kebutuhan dan keinginan konsumen dengan cara mengevaluasi lebih dari satu

alternatif yang dipengaruhi oleh alasan utama melakukan pembelian yaitu

meliputi cara pembelian, produk dan situasi.

1. Pengetahuan Konsumen tentang Produk

Olson (1990), konsumen menilai produk dari tiga tingkat

pengetahuan produk yaitu: produk sebagai sebagai kumpulan atribut, produk

sebagai kumpulan konsekuensi, dan produk sebagai kumpulan tujuan.

a. Produk sebagai kumpulan atribut

Produk meliputi atribut nyata dan tidak nyata, atribut nyata merupakan

sifat fisik produk yang dapat diukur secara langsung, sedangkan atribut

tidak nyata merupakan karakteristik produk yang penilaiannya sangat

subjektif, dapat dinilai langsung melalui rasa.

b. Produk sebagai kumpulan konsekuensi

Produk meliputi konsekuensi fungsional dan konsekuensi fisikososial.

Konsekuensi fungsional merupakan dampak atau akibat fisikologis dari

penggunaan produk, meliputi apa yang dirasakan, bagimana pendapat

(51)

c. Produk sebagai kumpulan nilai

Produk meliputi nilai instrumen dan nilai akhir. Nilai instrumen

merupakan nilai abstrak yang diperoleh konsumen dari penggunaan

produk, adapun nilai akhir merupakan nilai yang sangat abstrak, yaitu nilai

yang tersembunyi dari suatu produk.

2. Perilaku Konsumen

Melalui tindakan dan belajar, seseorang akan mendapatkan

kepercayaan dan sikap, yang pada gilirannya akan mempengaruhi sikap

konsumen. Dengan mempengaruhi sikap konsumen, pemasar berharap dapat

mempengaruhi perilaku daya beli mereka. Sikap akan menempatkan

seseorang dalam suatu pikiran untuk menyukai sesuatu, bergerak mendekati

atau menjauh.

Kotler dan Amstrong (2003:199), mendefinisikan perilaku konsumen

sebagai perilaku pembeli konsumen akhir baik individual maupun rumah

tangga yang membeli barang atau jasa untuk konsumsi pribadi.

Dharmasaera dan Handoko (2000:10), perilaku konsumen adalah

kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan

dan menggunakan barang-barang dan jasa termasuk didalamnya proses

pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan tersebut.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa perilaku

konsumen sangat berkaitan dengan suatu proses pengambilan keputusan,

baik dilakukan individu, kelompok atau organisasi dalam usahanya untuk

(52)

Menurut Thomas C.K. dan James R.T. (2000:19) tiga elemen utama

analisis konsumen adalah :

a. Kognitif

Mengacu pada proses mental dan struktur pengetahuan yang dilibatkan

dalam tanggapan seseorang terhadap lingkungannya. Komponen kognitif

penting bagi berbagai tipe kebutuhan informasi. Banyak situasi keputusan

membutuhkan informasi yang menyangkut kesadaran atau pengetahuan

pasar tentang ciri-ciri produk, kampanye periklanan, penetapan harga,

ketersediaan produk dan lain-lain.

b. Afektif

Mengacu pada tanggapan perasaan tentang keberadaan seseorang atau

sesuatu yang dirasakan orang. Komponen afektif juga mengacu pada

preferensi dan kesenangan responden terhadap objek atau fenomena dan

merupakan aspek penting dalam kebutuhan informasi untuk berbagai

situasi keputusan. Realisasinya antara lain, penetapan preferensi dan

perasaan negatif serta positif dari pembeli yang menyangkut program

pemasaran perusahaan serta program pemasaran pesaing.

c. Konatif

Mengacu pada tindakan nyata konsumen yang diobservasi secara

langsung. Komponen konatif juga mengacu pada perilaku membeli yang

berupaya melakukan “niat membeli”. Niat membeli merupakan tahap

kecenderungan responden bertindak sebelum keputusan membeli

(53)

Pemasar dapat mencari respon kognitif, afektif dan konatif dari

audien sasaran, yaitu pemasar dapat memasukkan sesuatu kedalam pikiran

konsumen atau membuat konsumen bertindak.

3. Model perilaku konsumen

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen. Faktor

pertama adalah konsumen individual, artinya faktor-faktor internal pada diri

konsumen akan mempengaruhi pilihannya dalam membeli suatu produk.

Faktor kedua yaitu lingkungan yang mempengaruhi konsumen. Dalam

kondisi ini, pengaruh sosial memiliki peran besar dalam mempengaruhi

keputusan pembelian. Faktor ketiga yaitu pemasar atau strategi pemasaran.

Dalam faktor ini, pemasar merupakan pengendali dalam mempengaruhi

konsumen. Dalam hal ini, pemasar berusaha mempengaruhi konsumen

dengan menggunakan stimuli-stimuli pemasaran seperti promosi dan iklan.

Selanjutnya pemasar mengevaluasi strategi pemasaran yang dilakukan

dengan melihat respon konsumen yang dapat digunakan untuk memperbaiki

(54)

Gambar 2.4

Model perilaku Konsumen

Umpan balik bagi konsumen

(evaluasi pasca pembelian)

Umpan balik bagi pemasar Konsumen individu

Pengaruh lingkungan

Penerapan dari perilaku konsumen

pada strategi pemasaran

Pembuatan keputusan konsumen

Tangapan konsumen

Sumber: Sutisna (2001)

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Keputusan untuk melakukan pembelian terhadap suatu produk

dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Kotler dan Amstrong (2003:200)

faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terhadap keputusan

pembelian suatu produk, yaitu :

a. Faktor budaya

1) Budaya

Budaya adalah kumpulan, nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan

Gambar

Gambar 2.1 Karakteristik jasa
Gambar 2.2 Faktor-faktor yang dapat menarik konsumen
Gambar 2.4 Model perilaku Konsumen
Gambar 2.7 Skema kerangka pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia hak aborsi dibenarkan secara hukum jika dilakukan karena adanya alasan atau pertimbangan medis atau

Namun, seiring dengan peningkatan keuntungan yang diperoleh pihak VOC menjadikan kongsi dagang Belanda tersebut berambisi untuk meraup keuntungan yang

Penulisan ilmiah ini berisi tentang pembuatan animasi bahasa Mandarin dengan menggunakan Macromedia Flash MX yang menampilkan animasi gambar yang disertai musik dan efek suara

(2) Ketentuan mengenai organisasi dan tata kelola PTS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Statuta masing-masing PTS yang ditetapkan dengan peraturan

Laporan akhir ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III pada jurusan Teknik Elektro Program studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Sriwijaya

U istraživanom vremenskom periodu Republika Srbija ostvarila je pozitivan bilans spoljnotrgovinske razmene jabuke ( grafikon 2 ). Izvoz je bio veći u odnosu na uvoz, a bilans

Kurangnya pemahaman siswa kelas VIII C SMP N 1 Sentolo terkait dengan kesehatan reproduksi remaja seperti, kurangnya keperdulian siswa terhadap kesehatan

Peluang untuk mendapatkan tanaman lada bebas virus dapat dilakukan melalui kultur jaringan yang dikombinasikan dengan beberapa perlakuan, yang telah berhasil