• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi politik melalui media massa pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (MuRah) dalam pilkada walikota Bekasi periode 2008-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi politik melalui media massa pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (MuRah) dalam pilkada walikota Bekasi periode 2008-2013"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI POLITIK MELALUI MEDIA MASSA

PASANGAN MOCHTAR MUHAMMAD – RAHMAT EFFENDI (MuRah) DALAM PILKADA WALIKOTA BEKASI PERIODE 2008-2013

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S. Kom. I)

Oleh

MISLIYAH NIM: 204051002844

Dosen Pembimbing

Gun Gun Heryanto, M.Si NIP. 197608122005011005

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

KOMUNIKASI POLITIK MELALUI MEDIA MASSA

PASANGAN MOCHTAR MOHAMMAD - RAHMAT EFFENDI (MuRah) DALAM PILKADA WALIKOTA BEKASI PERIODE 2008-2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Kom.I)

Di Susun Oleh

MISLIYAH NIM: 204051002844

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013. Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.i) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).

Jakarta, 15 Juni 2010

Panitia Sidang Munaqasyah

Ketua Sekretaris

Drs. H. Mahmud Djalal, M.A Dra. Hj. Musfirah Nurlailly, M.A NIP. 19520422198103 1 002 NIP.19710412 200003 2 001

Anggota,

Penguji I Penguji II

Rubiyanah, MA Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum NIP. 197308221998 2 001 NIP. 19610422 199003 2 001

Pembimbing,

(5)

PENGESAHAN PANITIAN UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Komunikasi Politik melalui Media Massa Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013” telah diujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada

tanggal 15 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar sarjana Ilmu Komunikasi (S.Kom.I) pada program studi Komunikasi dan

Penyiaran Islam.

Jakarta, 15 Juni 2010

Dewan Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota

Anggota

Penguji I Penguji II

Dosen Pembimbing

(6)

LEMBAR PERNYATAAN

Assalamualaikum, Wr. Wb

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah penulis skripsi dengan judul

Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013” dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau

merupakan hasil orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku

di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Demikianlah lembar pernyataan ini dibuat, diharapkan dapat dipergunakan dengan

semestinya. Terima kasih

Wassalamualaikum, Wr. Wb

Jakarta, 1 Juni 2010

Penulis,

(7)

ABSTRAK

Media massa saat ini menjadi salah satu pilihan yang digunakan untuk tujuan-tujuan komunikasi politik. Media massa berperan sebagai pemberi informasi, publik bisa mendapatkan segala informasi yang dibutuhkan mengenai isu atau berita yang menjadi kepentingan umum dan dibutuhkan oleh public. Media massa merupakan komponen dari infrastruktur politik yang berfungsi mensosialisasikan nilai-nilai politik kepada publik dan memberikan edukasi untuk penyadaran hak-hak dan kewajiban politik publik.

Pada Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013, media massa mempunyai peran dan pengaruh yang besar. Partai politik perlu alat promosiyang efektif dan efisien agar pesan-pesan politik yang ingin disampaikan oleh partai politik dapat diterima dan tertanam dibenak calon pemilih sehingga dapat merubah sikap dan pandangan politiknya. Berkampanye di media massa melalui iklan politik dapat membentuk image politik yang positif dan menaikkan popularitas calon pasangan Walikota dan Wakil Walikota. Dengan adanya media massa cetak maupun elektronik, lembaga pemerintah penyelenggaraan pemilu dalam hal ini tim sukses pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi dapat dengan mudah mensosialisasikan visi, misi dan program kerja mereka.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Tipe penelitian ini menggunakan tipe deskripsi analisis, yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Teknik pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Adapun responden yang diwawancarai adalah H. Mochtar Mohammad Walikota Bekasi 2008-2013, H. Rahmat Effendi, Wakil Walikota Bekasi 2008-2013, Ricky Tambunan, Koordinator Media Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi. Dan dokumen-dokumen yang berasal dari dokumen Tim Sukses pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi dan gambar iklan politik di media massa pasangan Mochtar-Rahmat.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sosialisasi komunikasi politik melalui media massa Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013, dan berusaha menjelaskan faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat yang didapati oleh pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi dalam Pilkada Walikota Bekasi.

(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang

Maha Adil dan Maha Pengasih tanpa Inayah-Nya tak mungkin penulis bisa mencapai

pendidikan sampai strata satu (S1).

Shalawat serta salam semoga tetap teriring keharibaan junjungan Nabi besar

Muhammad SAW para keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya

sampai akhir zaman. Atas doa dan usaha, dan perjalanan panjang, akhirnya penulis

dapat menyelesaikan salah satu tugas penting yang mempertaruhkan segenap

keilmuan yang penulis pelajari selama menuntut ilmu di Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, walaupun jauh dari kesempurnaan.

Penulis menyadari sepenuhnyan bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis

memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara moriil maupun materiil,

oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof.DR. Komarudin Hidayat, sebagai Rektor Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak DR. H. Arief Subhan, MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, sebagai Pembantu

Dekan Bid. Akademik, Bapak Drs. Mahmud Jalal M.A. Selaku Pembantu

Dekan Bid. Administrasi Umum dan Keuangan, dan Drs. Study Rizal, LK,

MA, sebagai Pembantu Dekan Bid. Kemahasiswaan. Yang telah memberikan

(9)

3. Dra. Asriati Jamil, M. Hum, dan Dra. Musfirah Nurlaily, M.A, selaku Ketua

dan Sekretaris Koordinator Teknis Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Program Non Reguler.

4. Bapak Gun Gun Heryanto, M.Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang

telah meluangkan waktunya, tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan

dan bimbingan kepada penulis. Dan sebagai Dosen Komunikasi Politik yang

merupakan ruang lingkup dari skripsi ini, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan

begitu banyak wawasan, ilmu dan pengetahuan kepada penulis.

6. Bapak H. Mochtar Mohammad, selaku Walikota Bekasi dan Bapak H.

Rahmat Effendi selaku Wakil Walikota Bekasi. Bapak Ricky Tambunan

selaku Koordinator Media Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi

pada Pilkada Bekasi 2008, yang telah memberikan kesempatan dan

kemudahan kepada penulis untuk melakukan Wawancara dan penelitian

dalam rangka mengumpulkan data-data untuk penyusunan skripsi ini.

7. Abah (Alm) dan ummi yang telah membesarkan dengan kasih sayang,

mendidik, dan yang selalu memberikan do’a. kalian adalah teladan bagi

penulis. Semoga kalian selalu dalam lindungan dan keridhoan Allah SWT

Amin.

8. Mamah dan Papah yang selalu tulus dan ikhlas mendoakan, dan selalu

memberikan semangat kepada penulis dalam menyusun dan menyelesaikan

(10)

9. K.H. Syarief Nawawi dan Kakanda tercinta Juwariah Mawardi yang telah

memberikan inspirasi pentingnya ilmu pengetahuan kepada penulis serta

memberikan teladan bagi penulis. Semoga kalian selalu dalam lindungan

Allah SWT.

10.Teristimewa kepada Suami tercinta Edi Djunaedi ST. dan Malaikat Kecil

Bunga Cahaya Kamilah. Yang selalu tulus menjadi penyemangat dan

memberikan dukungan doa dan tenaga kepada penulis ketika menyusun dan

menyelesaikan skripsi ini, kalian adalah cahaya dan inspirasi bagi penulis.

Semoga kalian selalu dalam keridhoan Allah SWT.

11.Seluruh keluarga Besar H. Mawardi (Alm), Ca’Aim dan Ca’Ipul, Neng lis,

Neng ida, yang telah mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis.

12.Rekan-Rekan Mahasiswa Non Reguler KPI (B) angkatan 2004, yang telah

sama-sama berbagi ilmu, berdiskusi, bercanda dan saling berbagi rasa, juga

teman-teman seperjuangan KKS 2004 Banjarwaru. Dan teman-teman yang

penulis tidak bisa sebutkan satu persatu, atas kebersamaan dan canda tawa

mereka yang senantiasa mengobati rasa jenuh dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis kembalikan semoga semua yang

telah diberikan kepada penulis akan menjadi amal ibadah yang tak terhapus

(11)

Dengan kerendahan hati, penulis memohon do’anya agar ilmu yang telah

diperoleh menjadi ilmu yang bermanfaat dan memberi berkah. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca umumnya

Jakarta 1 Juni 2010

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ... 1.

B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

D. Metodologi Penelitian ... 11

E. Pedoman Penulisan ... 13

F. Sistematika penulisan ... 14

BAB II Landasan Teoritis Hubungan Komunikasi Politik Dan Media Massa A. Teori Agenda Setting Media ... 15

B. Komunikasi Politik ... 17

1. Pengertian Komunikasi Politik ... 18

2. Unsur-unsur Komunikasi Politik ... 27

3. Fungsi Komunikasi Politik ... 29

(13)

C. Pengertian Media Massa ... 34

D. Media Massa sebagai saluran Komunikasi Politik ... 39

BAB III Gambaran Umum Pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi(MuRah) Dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013

A. Profil ... 48

1. Profil Mochtar Mohammad ... 49

2. Profil Rahmat Effendi ... 50

B. Latar Belakang sejarah koalisi Gotong Royong partai pendukung

Pasangan Mochtar Mohammad –Rahmat Effendi ... 54

C. Visi dan Misi ... 56

D. Program kerja Pasangan Mochtar Mohammad–Rahmat Effendi

(MuRah) ... 59

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Pencitraan Politik Pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat

Effendi ( MuRah) melalui Media Massa ... 60

B. Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi, Program Partai, dan Isu

Publik sebagai Komoditas Pemasaran Politik di Media Massa... 79

C. Pemetaan Media Massa sebagai Saluran Komunikasi Politik... 82

D. Prosentase Perolehan Suara Sah Perkecamatan... 85

E. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Politik Pasangan

Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi (MuRah) dalam

(14)

F. Analisa Persfektif Teori Agenda Setting ……….. 91

BAB V Penutup

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran-saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA

(15)

SURAT KETERANGAN

Dengan ini “TIM SUKSES MuRah” menerangkan :

Nama : Misliyah

Tempat/Tgl Lahir : Bekasi, 11 Agustus 1985

Fakultas : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Nim : 204051002844

Jurusan : Komunikasi dan penyiarn Islam

Program : Strata Satu (S-1)

Adalah benar telah mengadakan wawancara/riset untuk bahan penulisan

skripsi yang berjudul “ Komunikasi Politik Melalui Media Massa pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi Dalam Pilkada Bekasi Periode 2008-2013”

Dengan tujuan untuk melengkapi data yang berkaitan dengan judul skripsi di

atas, demikianlah surat keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Iklan Politik Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (11 Januari 23 Januari 2008) ……….…… 64

Tabel 2 Berita Kampanye Mochtar-Rahmat Minggu Pertama Kampanye …….. 65

Tabel 3 Peringkat Media Cetak Nasional dan Lokal minggu pertama kampanye ………..… 67

Tabel 4 Minggu Kedua Kampanye Pasangan Mochtar-Rahmat (18 Januari-23 Januari 2008)... 68

Tabel 5 Peringkat Media Cetak Nasional dan Lokal minggu kedua kampany... 69

Tabel 6 Rekapitulasi Peringkat Media Cetak Nasional dan Lokal yang Memberitakan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi Selama Masa Kampanye Minggu Pertama dan Kedua Kampanye ... 70

Tabel 7 Kesepakatan kerjasama pasangan MuRah yang dilaksanakan melalui media elektronik ………..… 72

Tabel 10 Pemetaan Media Massa... 84

(17)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 8 Faktor-faktor yang mempengaruhi orang memilih Mochtar-Rahmat.. 77

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi 2. Surat Observasi/Riset.

3. Draft Wawancara dengan Walikota Mochtar Mohammad 4. Draft Wawancara dengan Wakil Walikota Rahmat Effendi

5. Draft Wawancara dengan Koordinator Media Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi, Ricky Tambunan.

6. Draft Wawancara dengan Masyarakat kota Bekasi Safira Aulia (setelah sidang)

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan aktivitas yang tidak terpisahkan dari keseharian

manusia diberbagai bidang. Termasuk dalam aktivitas politik, komunikasi

memainkan peranan yang penting. Komunikasi bukan sekedar penerusan

informasi dari suatu sumber kepada publik, ia lebih mudah dipahami sebagai

penciptaan kembali gagasan – gagasan informasi oleh publik jika diberikan

petunjuk dengan simbol, slogan, atau tema pokok. Komunikasi adalah hubungan

antar manusia dalam rangka mencapai saling pengertian (mutual understanding).1 Menjelang pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Bekasi pada 27

Januari 2008. Media massa adalah salah satu wahana yang berperan penting di

dalam menyampaikan orasi politik para calon. Khususnya, media massa adalah

media yang paling banyak diminati masyarakat, sebagai sumber sebuah informasi.

Media massa juga diharapkan mampu memberikan pengaruh yang sangat besar, di

dalam menyampaikan kampanye setiap pasangan calon. Media massa dijadikan

arena konflik kepentingan, mengingat peranan media massa yang begitu kuat

dalam mempengaruhi sikap dan prilaku khalayak.

Besarnya pengaruh yang diberikan oleh media, ditanggapi baik oleh

pasangan MuRah (Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi), media massa

memegang peranan penting dalam pilkada Bekasi periode 2008-2013. Calon

kepala daerah ibarat sebuah merek yang perlu ditawarkan ke masyarakat. Oleh

(20)

karena itu, karena ia sebuah produk baru ia perlu dikenalkan ke masyarakat,

diungkapkan kelebihan yang ia miliki.

Dalam perjalanannya, antara media massa dan proses pemilihan kepala

daerah dan wakil kepala daerah, senantiasa tidak dapat dipisahkan. Bagi siapa pun

yang akan berlaga dalam pilkada tentu amat memperhitungkan keberadaan media

massa. Realitas sosial menunjukkan saat ini adalah “era media”. Apa pun

peristiwa yang ada di tengah masyarakat menjadi komoditas pers. Apalagi momen

Pilkada sebagai bahan informasi yang menarik untuk diberitakan. Sementara bagi

mereka yang terkait dengan pelaksanaan Pilkada, utamanya calon kepala daerah,

akan memaksimalkan media sebagai instrumen untuk membangun komunikasi

politik yang tidak saja mensosialisasikan keberadaannya namun sekaligus menjadi

“mesin pembujuk” yang luar biasa sistematis dan berpengaruh. Media massa

sebagai salah satu medium perpanjangan alat indra yang baik.

Informasi yang layak diberitakan tersebut selanjutnya disajikan dalam

media massa, baik cetak maupun elektronik. Pemberitaan media cetak khususnya

surat kabar masih tetap menjadi andalan untuk mengetahui berbagai peristiwa dan

kejadian. Hal ini antara lain karena didukung oleh sifat-sifat khas yang dimiliki

surat kabar dibanding media massa elektronik. Berita yang disajikan lewat surat

kabar dapat disimpan dan dibaca kembali pada saat dibutuhkan. Selain itu isi dan

bentuk pelaporan beritanya cukup bervariasi.

Berkaitan dengan berita-berita Pilkada maka akan lebih banyak disajikan

dalam surat kabar daerah dibandingkan dalam surat kabar nasional. Hal ini erat

(21)

dengan dirinya, baik kedekatan geografis, kultural, sosiologis, maupun kedekatan

psikologis. Dengan demikian, bagi masyarakat yang ingin mengetahui proses

pelaksanaan Pilkada di Bekasi, maka perlu membaca berita-berita yang disajikan

oleh surat kabar di daerah Bekasi.

Politik merupakan salah satu kegiatan penting bagi manusia, karena suatu

negara yang memiliki masyarakat yang beragam atau bermacam – macam

kebudayaan, suku, dan bahasa seperti Indonesia ini, dituntut untuk memiliki

struktur organisasi kepemimpinan yang teratur.

Di dalam kehidupan politik, seperti halnya dalam wilayah-wilayah

kehidupan lain, sosialisasi merupakan suatu kunci bagi perilaku. Sosialisasi

politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada

seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta

reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Melalui sosialisasi politik,

individu-individu diharapkan mau dan mampu berpartisipasi secara bertanggung jawab

dalam kehidupan politik.2

Tujuan utama sosialisasi politik adalah pembentukan sikap serta watak

insan politik. Melalui proses sosialisasi, individu-individu diharapkan

berpartisipasi di dalam kehidupan politik secara bertanggung jawab.3

Dengan partisipasi politik dimaksud keterlibatan individu-individu sampai

pada bermacam-macam tingkatan di dalam sistem politik. Namun sosialisasi dan

partisipasi politik tergantung dari komunikasi politik.4

2

Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik, Suatu Pemikiran dan Penerapan,(Jakarta : Rineka Cipta, 2001) h. 135-136

3

Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik, Suatu Pemikiran dan Penerapan,(Jakarta : Rineka Cipta, 2001) h. 136

4

(22)

Di Indonesia penerapan komunikasi politik perlu terus dikembangkan dan

disosialisasikan, hal ini penting untuk pertumbuhan demokrasi. Pemilihan kepala

daerah secara langsung memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memilih

pemimpin yang sesuai dengan hati nurani mereka. Karena melalui komunikasi

politik, rakyat bisa menyalurkan aspirasinya.

Pemilihan Langsung Kepala Daerah selanjutnya disebut Pilkada,

merupakan langkah maju proses demokratisasi lokal di Indonesia. Bergulirnya

reformasi membuat masyarakat menjadi relatif demokratis. Mereka terlihat

independen, egaliter, terbuka, dan lebih cerdas dalam menanggapi informasi.5

Pilkada merupakan momen historis bagi Bangsa Indonesia, di mana para

kepala daerah dipilih secara langsung. Ini merupakan ‘hajatan’ baru yang akan

menentukan nasib penanganan daerah-daerah di masa mendatang. Model birokrasi

daerah yang selama ini elitis dan menutup akses dari partisipasi rakyat, mau tidak

mau harus tunduk pada kedaulatan rakyat. Peran besar yang diberikan kepada

rakyat untuk menentukan kepala daerah mereka masing-masing.6

Tentu saja, komunikasi politik bukanlah sebuah proses yang sederhana,

karena cara kerja sistem politik amat ditentukan oleh adanya suatu masukan

(input) dari lingkungan, dan setelah melalui proses tertentu membentuk sejumlah

output. Selanjutnya output ini diberikan kembali kepada lingkungan, sebagai umpan balik ( feed back ).7

5

Thubany, Syamsul Hady, Editor : Fahmi Wibawa, Pilkada Bima 2005 (Era Baru Demokratisasi Lokal Indonesia), Yogyakarta : Nuansa Aksara, Cetakan ke-1, Oktober, 2005, hlm ix

6 Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta : PT. Lasswell Visitama, 2010), h. 13

(23)

Penting untuk diperhatikan bahwa tanpa komunikasi politik yang efektif,

maka aktifitas politik akan kehilangan bentuk. Untuk itu sumber pesan, misalnya

seorang calon pemimpin dituntut untuk menyampaikan pesan yang jelas kepada

para pendukungnya dan masyarakat luas. Di samping itu, calon yang

bersangkutan pun harus tahu saluran atau sarana penyampaian informasi yang

tepat.8

Perkembangan teknologi, menjadikan media massa sebagai sebuah pilihan

alat kampanye menguntungkan terutama pada partai politik yang mengusung

orang baru di dalamnya. Karena mereka perlu untuk menjangkau pemilih yang

berada di pelosok daerah. Karena media massa mempunyai kekuatan sebagai pilar

keempat demokrasi, sehingga mampu menyebarluaskan visi misi calon

keberbagai wilayah.9

Media massa banyak digunakan sebagai medium penyampaian pesan

komunikasi politik yang sangat diminati. Kampanye pilkada menyajikan peluang

yang sangat baik untuk meneliti konsekuensi komunikasi. Berkaitan dengan

pemberian suara dan tindakan memberikan suara ialah upaya untuk mempersuasi

rakyat melalui media massa.

Media massa sangat penting dalam komunikasi politik, media massa

merupakan jenis media yang ditunjukkan kepada sejumlah khalayak yang

tersebar, heterogen, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan

sesaat. Dengan daya jangkau yang relatif luas, dan dalam waktu yang bersamaan.

8 Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik, Suatu Pemikiran dan Penerapan,

(Jakarta : Rineka Cipta, 2001) h.163

(24)

Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang surut.

masalah pokok yang kita hadapi ialah bagaimana dalam masyarakat yang

beraneka ragam pola budayanya, mempertinggi tingkat kehidupan ekonomi

disamping membina suatu kehidupan sosial dan politik yang demokratis. pada

pokoknya masalah ini berkisar pada menyusun suatu sistim politik di mana

kepemimpinan cukup kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonomi serta

nation building, dengan partisipasi rakyat seraya menghindarkan timbulnya diktator.10

Dalam konteks demokrasi, sejatinya partai politik dan media massa

mempunyai peran yang saling melengkapi. Media massa bertindak sebagai

kontrol atas realitas sosial politik yang disampaikan kepada masyarakat luas

dalam bentuk informasi. Sedangkan partai politik menjadi institusi yang menyerap

persoalan masyarakat akar rumput (grass root) untuk diselesaikan di tingkat pemerintah. Tujuan keduanya sinergis, yakni bagaimana demokrasi dijalankan

dan bagaimana kesejahteraan rakyat menjadi prioritas.

Tentu saja dalam perkembangannya, banyak pihak yang terlibat Media

massa dapat menciptakan image tertentu terhadap siapa atau apa saja, seraya memobilisir kesadaran menurut yang dikehendakinya. Proses hegemoni kesadaran

media massa ini tidak bisa lepas dari berbagai kepentingan.dalam pemanfaatan

media massa sebagai instrumen pemenuhan kepentingan.

Hal ini dimanfaatkan pada pilkada kota Bekasi untuk menyampaikan

pesan politik dalam rangka mensukseskan pasangan Mochtar Mohammad (Calon

Walikota dari PDIP) yang akan disandingkan dengan Rahmat Effendi (Calon

10

(25)

Wakil Walikota dari Partai Golkar), yang didukung oleh partai-partai besar, yakni

: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Golkar, Partai Persatuan

Pembangunan (PPP), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bulan Bintang (PBB)

dan didukung pula oleh Partai Damai Sejahtera (PDS) yang bergabung dalam

Koalisi Gotong Royong.

Berpasangannya Mochtar Mohammad (M2) dan Rahmat Efendi (Pepen)

dalam koalisi ‘MuRah’, yang diusung oleh koalisi partai besar menjadi fenomena

menarik, mencoba mengadopsi konfigurasi pilkada Jakarta. Bertemunya Mochtar

Mohammad (Babeh M2) dan Rahmat Effendi (Bang Pepen) adalah semacam

reuni, mereka berdua pernah sama-sama menjadi anggota DPRD di komisi

anggaran, Pasangan MuRaH mengusung isu Pendidikan dan Kesehatan Gratis.11

Gratis pendidikan usia wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, dan

gratis kesehatan ditingkat pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), bukan sekedar

bebas dari biaya tetapi lebih dari itu, bagaimana mutu pendidikan dan pelayanan

kesehatan dapat ditingkatkan. Itulah salah satu program kerja yang menjadi

prioritas bila Mochtar Mohammad (M2) dan Rahmat Effendi (Pepen) yang

diusung koalisi Gotong Royong pada pilkada kota Bekasi yang dilaksanakan pada

tanggal 27 Januari 2008.

Media massa memberitakan sebagian besar kegiatan yang dilakukan oleh

pasangan calon koalisi Gotong Royong, dalam lingkungan publik. Dalam politik

hal ini merupakan suatu yang strategis, karena tujuan dari persuasinya ini juga

adalah manipulasi psikologis khalayak.

11

(26)

Pilkada merupakan momentum bagi masyarakat untuk menentukan

pemerintahan Kota Bekasi. Karena Pilkada tahun 2008 merupakan Pilkada

langsung yang pertama di Kota Bekasi. Masyarakat Kota Bekasi dalam melihat

Pilkada masih tergolong bersifat wait and see atau boleh di bilang masa bodoh. Sosialisasi yang dilakukan oleh KPUD juga tergolong minim.

Melalui media massa sejumlah pertemuan dengan masyarakat kerap

dimanfaatkan sebagai momentum untuk mensosialisasikan pasangan Mochtar

Mohammad dan Rahmat Effendi (MuRaH). Pasangan calon walikota ini juga

gencar menggalang sosialisasi hingga tingkat kecamatan, mereka juga

menyebarkan sejumlah spanduk, pamflet hingga pemasangan baliho ‘raksasa’ di

sudut – sudut Kota Bekasi.12

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Bekasi pada rapat pleno

Minggu, 03 Februari 2008 menetapkan pasangan “MuRah” (Mochtar

Mohammad-Rahmat Effendi) yang diusung oleh koalisi 9 parpol sebagai

pemenang pilkada kota Bekasi dengan perolehan suara sebesar 368.940 suara dari

729.388 atau 50,6%, mengalahkan pasangan “SuKa” (Akhmad

Syaikhu-Kamaludin Djaini) yang diusung oleh PKS dan koalisi pelangi yang hanya

memperoleh 303.209 suara atau 41.6 suara. Sisa perolehan suara sebesar 7.8 %

atau sekitar 57.239 suara diraih oleh pasangan “Wiro” (Awing Asmawi-Ronny

Hermawan) yang diusung oleh Partai Demokrat.13

Hasil pleno KPUD Kota Bekasi ini dinyatakan dalam Surat Keputusan

KPUD Kota Bekasi Nomor 14 Tahun 2008. Setelah rapat pleno, hasilnya

12

Iskandar, Deni, “ Aksi Parpol JelangPenetapan Kandidat Wali Kota Bekasi,” Indo Pos, 3 Desember 2007, h. 1

13

Masim "Vavai" Sugianto,”Pleno KPUD Kota Bekasi Menetapkan M2R sebagai Pemenang,”

(27)

dikirimkan kepada Mendagri untuk kemudian dilantik pada bulan Maret 2008.

Hasil pleno ini diterima oleh seluruh saksi masing-masing pasangan calon

sehingga secara definitif kota Bekasi akan dipimpin oleh Mochtar Mohammad -

Rahmat Effendi untuk periode tahun 2008-2013.

Media dengan kepentingan teknis, idealisme dan pragmatismenya

memilih, mengemas dan akhirnya mendistribusiakan kepada khalayak kalau

sesuatu itu penting. Media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan, namun institusi

ini selalu berkaitan dengan kekuasaan negara karena adanya kesinambungan

pemakaian media. Dalam konteks komunikasi Politik media massa menjadikan

dirinya sebagai medium pesan politik sehingga kenyataannya kekuasaan dan

pengaruh secara terus menerus di produksi dan didistribusikan oleh media massa.

Karena dalam perkembangannya media massa banyak digunakan sebagai

medium penyampaian pesan yang sangat diminati, maka penulis tertarik untuk

mengamati Komunikasi Politik melalui media massa dan selanjutnya dituangkan

dalam sebuah skripsi yang berjudul : “Komunikasi Politik Melalui Media Massa

Pasangan Mochtar Mohammad Dan Rahmat Effendi (MuRah) Dalam Pilkada

Walikota Bekasi Periode 2008-2013”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah. 1. Pembatasan Masalah

Karena komunikasi politik merupakan studi yang luas, maka peneliti

membatasinya pada kegiatan Sosialisasi politik melalui media massa yang

dilakukan oleh pasangan ‘MuRah’ (Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi) dalam

Pilkada Kota Bekasi, yang selanjutnya akan dianalisa.

(28)

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan gambaran latar belakang di atas, Secara sederhana perumusan

masalahnya adalah :

a. Bagaimanakah Sosialisasi Politik pasangan Mochtar Mohammad–Rahmat

Effendi (MuRaH) melalui Media Massa dalam Pilkada Kota Bekasi?

b. Apa saja Faktor pendukung dan penghambat yang didapat oleh pasangan

Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi (MuRaH) dalam Pilkada Kota

Bekasi?

C. Tujuan penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan di atas,

maka ada beberapa tujuan yang dicapai dari penulis skripsi ini, yaitu :

a. Bertujuan untuk menjelaskan dan menampilkan hal-hal yang terkait

dengan sosialisasi politik pasangan Mochtar Mohammad dan Rahmat

Effendi (MuRaH) melalui media massa pada Pilkada Kota Bekasi.

b. Bertujuan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat apa saja

yang didapat oleh pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi

(MuRaH) dalam Pilkada Kota Bekasi.

2. Manfaat Penelitian

Sebagaimana rumusan masalah di atas, maka manfaat dari penelitian ini

(29)

a. Secara Akademis, tulisan ini diharapkan bisa memberi tambahan wacana

dan referensi untuk keperluan studi lebih lanjut dan menjadi bahan bacaan

kepustakaan.

b. Secara Praktis, dengan tulisan ini penulis berharap dapat menambah

pengetahuan dan wawasan tentang Komunikasi politik terutama

bagaimana kiat komunikasi politik melalui media massa, dan tata cara

komunikasi politik yang baik bagi penulis sendiri maupun bagi mahasiswa

Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode

kualitatif, yaitu metode dimana pencarian data tidak dimaksudkan untuk

membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelum penelitian dilakukan.

Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya.

Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi dan sampling bahkan populasi dan sampling terbatas. Jika data yang terkumpul sudah menjelaskan fenomena yang diteliti, maka peneliti tidak perlu mencari sampling lainnya.14

Metodologi kualitatif menurut Taylor dan Bogdan, adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Kirk dan

Miller, yaitu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundamental tergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya

14

(30)

maupun dalam peristilahannya. Dari beberapa macam penafsiran, maka

pengertian secara umum dari penelitian kualitatif adalah, penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya,

secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah.15

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam

skripsi ini adalah :

a. Metode observasi atau pengamatan langsung. Yakni penulis

mengadakan penelitian secara langsung terhadap objek yang akan

diteliti dan mengamati Komunikasi politik melalui media massa

Pasangan Mochtar Mohammad dan Rahmat Effendi (MuRaH) dalam

Pilkada Kota Bekasi dengan mengadakan pencatatan dari hasil

observasi yang dilakukan secara sistematis dari fenomena yang ada.16

b. Metode interview atau wawancara, yaitu suatu alat pengumpulan data

dengan cara menggunakan teknik wawancara langsung secara

mendalam (in –depth interview), dan diskusi kecil yang dilakukan oleh peneliti dengan tim sukses pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat

Effendi (MuRah) yang terkait untuk memperoleh data dan informasi

yang diperlukan sesuai dengan judul penelitian penulis.

15

Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : Remaja karya, Cetakan ke-23, Januari, 2007, hal. 4-6

16

Arikanto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996),

(31)

c. Metode dokumentasi yaitu diperoleh dari penelitian pustaka (Library Research) dengan mencari data berupa buku–buku, arsip–arsip, artikel, serta kutipan–kutipan pernyataan para tokohnya di media massa yang

sesuai dengan judul penelitian. Sebagai bahan informasi / data sebagai

bahan penunjang wawancara penulis.

3. Analisa Data

Analisa data yaitu menggunakan metode deskriptif analisis. Maksudnya

adalah analisis penelitian ini didasarkan pada penggambaran secara

objektif terhadap tema penelitian dengan pendekatan kualitatif. Penulis

menganalisa data dengan menyusun kata-kata ke dalam tulisan yang lebih

luas.17 Keterangan-keterangan yang ada kemudian dihubungkan satu

dengan yang lainnya, sehingga terjadi satu fakta yang dapat terungkap

mengenai topik yang dipertanyakan dan yang menjadi pokok masalah

dalam penelitian penulis.

E. Pedoman Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada buku bimbingan

skripsi UIN Jakarta “ PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH : (Skripsi,

Tesis, Dan Disertasi)”, (CeQDA :Jakarta, 2007) serta terikat dengan peraturan

pemakaian bahasa dengan ejaan (EYD). Dengan pengecualian bahasa asing.

17

(32)

F. Sistematika Penulisan

Adapun laporan hasil penelitian ini dituangkan dalam bentuk karya tulis

skripsi dengan sistematika penulisan seperti dibawah ini :

BAB I Pendahuluan, yang mencangkup latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,

pedoman penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II Membahas Landasan Teoritis Hubungan Komunikasi Politik dan Media

Massa.

BAB III Gambaran Umum Pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi

(MuRah) Dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013, meliputi

latar belakang sejarah koalisi partai pendukung, visi dan misi pasangan

MuRah (Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi), Program kerja

pasangan MuRah dan profil pasangan MuRah.

BAB IV Membahas tentang Komunikasi Politik melalui Media Massa Pasangan

Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi (MuRah) dalam Pilkada Kota

Bekasi, meliputi, Pencitraan Politik melalui Media Massa, Mochtar

Mohamad-Rahmat Effendi Program Partai, dan Isu Publik Sebagai

Komoditas Pemasaran Politik di Media Massa, Pemetaan Media Massa

Sebagai Saluran Komunikasi Politik, Prosentase Perolehan Suara Sah

Per Kecamatan, Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Politik

Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi

(MuRah) dalam Pilkada Kota Bekasi, Analisa Perspektif Teori Agenda

Setting.

(33)

BAB II

Landasan Teoritis Hubungan Komunikasi Politik Dan Media Massa

A. Teori Agenda Setting Media

Teori Agenda Setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa

menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Teo ri ini

mengatakan bahwa media (terutama media berita) tidak selalu berhasil untuk

memberitahukan apa yang kita pikirkan melainkan mereka berhasil mengajak kita

untuk memikirkan sesuatu.

Secara selektif, “gatekeepers” seperti penyunting, redaksi, bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus

disembunyikan. Setiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu dengan panjang

penyajian (ruang dalam surat kabar, waktu pada televisi dan radio) dan cara

penonjolan (ukuran judul, letak pada suratkabar, frekuensi penayangan, posisi

dalam suratkabar, posisi dalam jam tayang).

Terdapat konseptualisasi agenda yang potensial untuk memahami proses

agenda setting yakni agenda media, agenda khalayak dan agenda kebijakan.

Karena pembaca, pemirsa, dan pendengar memperoleh kebanyakan informasi

melalui media massa, maka agenda media tentu berkaitan dengan agenda

(34)

bicarakan dengan orang lain, atau apa yang mereka anggap sebagai masalah yang

tengah menarik perhatian masyarakat (Community Salience).1

Masyarakat tentunya memiliki hak untuk tahu (right to know) yang akhirnya menjadikan suatu isu atau peristiwa menjadi public sought (permintaan publik) akan informasi tentang isu atau peristiwa tersebut. Media dengan kepentingan

teknis, idealisme dan pragmatismenya memilih, mengemas dan akhirnya

mendistribusikan kepada khalayak kalau sesuatu itu penting.2

Teori Agenda Setting pertama dikemukakan oleh Walter Lippman (1965) pada

konsep “The World Outside and the Picture in our head”, penelitian empiris teori ini dilakukan McCombs dan L. Shaw ketika mereka meneliti pemilihan presiden

tahun 1972.3 Mereka mengatakan antara lain walaupun para ilmuwan yang

meneliti perilaku manusia belum menemukan kekuatan media seperti yang

disinyalir oleh pandangan masyarakat yang konvensional, belakangan ini mereka

menemukan cukup bukti bahwa para penyunting dan penyiar memainkan peranan

yang penting dalam membentuk realitas social kita, ketika mereka melaksanakan

tugas keseharian mereka dalam menonjolkan berita.

Khalayak bukan saja belajar tentang isu-isu masyarakat dan hal-hal lain

melalui media, meraka juga belajar sejauhmana pentingnya suatu isu atau topik

dari penegasan yang diberikan oleh media massa. Misalnya, dalam merenungkan

apa yang diucapkan kandidat selama kampanye, media massa tampaknya

1

Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta : PT. Lasswell Visitama, 2010), h. 21

2

Ibid, h. 21 3

(35)

menentukan isu-isu yang penting. Dengan kata lain, media menetukan “acara”

(agenda) kampanye.

Dampak media massa, kemampuan untuk menimbulkan perubahan kognitif di

antara individu-individu, telah dijuluki sebagai fungsi agenda setting dari

komunikasi massa. Disinilah terletak efek komunikasi massa yang terpenting,

kemampuan media untuk menstruktur dunia buat kita. Tapi yang jelas Agenda

Setting telah membangkitkan kembali minat peneliti pada efek komunikasi massa.

Agenda setting sendiri baru menunjukan keampuhannya jika agenda media

menjadi agenda publik. Lebih hebatnya lagi jika agenda publik menjadi agenda

kebijakan. Bernard C. Cohen (1963) mengatakan bahwa pers mungkin tidak

berhasil banyak pada saat menceritakan orang-orang yang berpikir, tetapi berhasil

mengalihkan para pemirsa dalam berpikir tentang apa. Kita bisa memakai media

apa saja untuk membangun opini, tapi jika tidak sejalan dengan selera publik,

maka isu yang dibangun dengan instensitas sekuat apa pun belum tentu efektif.

B. Komunikasi Politik

1. Pengertian Komunikasi Politik

Kajian komunikasi politik pada awalnya berakar pada ilmu politik, meskipun

penamaan lebih banyak dikenal dengan istilah propaganda. Ini dimulai pada tahun

1922 dengan penelitian dari Ferdinand Tonnies dan Walter Lippmann yang

meneliti tentang opini publik pada masyarakat.

Membicarakan Komunikasi Politik tidak semudah dengan membicarakan

gerakan politik. Kesulitan itu muncul karena ada dua konsep yang mengusung

(36)

politik adalah sebuah studi yang interdisiplinari yang dibangun atas berbagai

macam disiplin ilmu, terutama dalam hubungannya antara proses komunikasi dan

proses politik. Ia merupakan wilayah pertarungan dan dimeriahkan oleh

persaingan teori, pendekatan, agenda dan konsep dalam membangun jati dirinya.4

Komunikasi yang membicarakan tentang politik kadang diklaim sebagai studi

tentang aspek-aspek politik dari komunikasi publik, dan sering dikaitkan sebagai

komunikasi kampanye pemilu karena mencangkup masalah persuasi terhadap

Pemilih, debat antarkandidat, dan penggunaan media massa sebagai alat

kampanye.5

Komunikasi dan politik memiliki hubungan yang erat dan istimewa karena

berada dalam kawasan (domain) politik dengan menempatkan komunikasi pada

posisi yang sangat fundamental. Komunikasi politik menyambungkan semua

bagian dari sistem politik sehingga aspirasi dan kepentingan dikonversikan

menjadi berbagai kebijaksanaan.

Komunikasi Politik (Political Communication) merupakan gabungan dua disiplin ilmu yang berbeda namun terkait sangat erat, yakni Ilmu Komunikasi dan

Ilmu Politik. Oleh karena itu, sebelum memasuki pembahasan tentang pengertian

dan proses komunikasi politik, dibahas lebih dulu tentang pengertian komunikasi

dan politik.

a. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada

orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, perilaku baik

langsung maupun tidak langsung. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris

1 Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009) h. 16

5

(37)

communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata

communis yang berarti sama, sama di sini maksudnya adalah sama makna.6 Dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, prilaku, penerima dan

melaksanakan apa yang diinginkan oleh komunikator.

Komunikasi bukan sekadar penerusan informasi dari suatu sumber kepada

publik, ia lebih mudah dipahami sebagai penciptaan kembali gagasan-gagasan

informasi oleh publik jika diberikan petunjuk dengan simbol, slogan, atau tema

pokok.7

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara

efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang

dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai

berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?8

Sehubungan dengan kenyataan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang tidak

bisa dipisahkan dari aktivitas seorang manusia, tentu masing-masing orang

mempunyai cara sendiri, tujuan apa yang akan didapatkan, melalui apa atau

kepada siapa.9 Jika kita menyimak kandungan makna yang terdapat dalam setiap

definisi komunikasi yang telah dikemukakan, kita dapat menemukan adanya

sejumlah unsur yang mendukungnya. Paradigma Lasswell di atas menunjukkan

6

Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta : PT.Lasswell Visitama, 2010), h. 4

7

Nimmo, Dan, Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan, dan Media, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993) H.5

8

Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra ,( Jakarta : PT.Lasswell Visitama, 2010), h.5

9

(38)

bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang

diajukan itu, yaitu:

1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan komunikator sebagai

pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia

sumber bisa terdiri satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok

misalnya partai, organisasi, lembaga atau negara.

2. Pesan (mengatakan apa?)

Pesan dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan

pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap

muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu

pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.

3. Media (melalui canel/media apa?)

Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari

sumber kepada penerima. Media komunikasi ada yang berbentuk

saluran antarpribadi, media kelompok, dan ada pula dalam bentuk

media massa.

4. Komunikan (kepada siapa?)

Adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.

Bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk organisasi,

instansi, partai atau negara.

5. Efek (dengan dampak/efek apa?).

Adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan

(39)

pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku

seseorang.

Dalam bentuknya yang paling sederhana, proses komunikasi terdiri dari

pengirim, pesan, dan penerima. Suatu tindakan komunikasi bermula dari si

pengirim. Karena itu, kualitas komunikasi sebagian besar tergantung dari

keterampilan si pengirim. Ia harus tahu isi pesan yang ingin disampaikannya,

siapa penerimanya, dan dengan sarana apa pesan itu ingin disampaikan. Selain itu

ia juga harus tahu kapan pesan itu harus disampaikan. Kemudian tanggung jawab

final dari si pengirim ialah mencari feedback atau umpan balik dan mengevaluasi secara hati-hati.10

Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu. Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan

makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dan jelas masing-masing

orang mempunyai perbedaan dalam mengaktualisasikan komunikasi tersebut.

Berbeda dengan Lasswell, Steven justru mengajukan sebuah definisi yang

lebih luas bahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi reaksi

terhadap suatu objek atau stimuli, apakah itu berasal dari seseorang atau

lingkungan sekitarnya.11

Meski definisi yang dibuat para pakar memiliki perspektif yang berbeda satu

sama lainnya menurut latar belakang disiplin ilmu yang membuat definisi itu,

pada dasarnya definisi-definisi itu tersebut tidak terlepas dari substansi

komunikasi itu sendiri.

10

Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001), h. 159 11

(40)

b. Pengertian Politik

Dalam kehidupan kita sehari-hari istilah politik sudah tidak begitu asing

karena segala sesuatu yang dilakukan atas dasar kepentingan kelompok atau

kekuasaan sering kali diatasnamakan dengan label politik. Jika dianggap bahwa

ilmu politik mempelajari politik, maka perlu kiranya dibahas dulu istilah politik

itu. Dalam kepustakaan ilmu politik ternyata ada bermacam-macam definisi

mengenai politik. Karena pada perkembangannya, komunikasi juga melahirkan

apa yang disebut komunikasi politik. Jika dilihat dari pengertian komunikasi, tak

heran jika ia pun sanggup merangkul studi politik.12

Istilah ilmu politik (science politique) pertama kali digunakan oleh Jean Bodin di Eropa pada tahun 1576, kemudian Thomas Fithzerbert dan Jeremy Betham

pada tahun 1606. akan tetapi istilah politik yang dimaksud ialah ilmu negara

sebagaimana tertulis dalam karya-karya sarjana Eropa daratan yang bersifat

institusional yuridis.13

Politik berasal dari kata politic (Inggris) yang menunjukkan sifat pribadi (adjektive of person) atau sifat perbuatan (adjektive of action). Di sini politik berarti bertindak bijaksana (acting wisly), dan bijak (wise).14 Kata yang lain adalah politics (dengan ”s”) yang berarti seni atau ilmu tentang pemerintahan (the art government). Asal kata politik adalah dari bahasa latin politicos, embrionya adalah kata polis yang berarti kota.15 Sedangkan dalam bahasa dikenal dengan kata sifat yang salah satu artinya adalah politik, sedangkan maksudnya di sini,

12

Budiharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1998), hal. 8 13

Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2009), h. 26

14

AP.Cowl, oxford Leaner’s Dictionary, (Ocford : Ocford University Press, 1990) 15

(41)

politik adalah muslihat, tindakan akal, kebijakan dengan tujuan mencapai suatu

maksud.16

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistim politik (atau negara) yang menyangkut proses

menentukan tujuan-tujuan dari sistim itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.

Pengambilan keputusan (decisionmaking) mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistim politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan

penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu.17

Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goal), dan bukan tujuan pribadi seseorang (private goals). Lagipula politik menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk partai politik dan kegiatan orang seorang

(individu).18

Ada berbagai definisi yang diberikan oleh para ilmuan diantaranya menurut

Soelistyati Ghani dalam bukunya Pengantar Ilmu Politik menurutnya dua arti kata

politik yang penting adalah :

Pertama, politik dalam arti dipergunakan untuk menunjukkan mengenai suatu

segi dari kehidupan manusia bersama dalam masyarakat yang menyangkut

kekuasaan, menyangkut Power Relation Ship, dalam artian ini terkandung isi politik sebagai usaha untuk memperoleh kekuasaan.

16

Depdikbud, Op.Cit., h. 836 17

Budiharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1998), hal. 8 18

(42)

Kedua, politik di dalam arti mempergunakan untuk menunjukan kepada satu

rangkaian tujuan yang hendak dicapai atau dengan kata yang lebih singkat

kebijaksanaan.19

Dalam Bahasa Indonesia kata politik mempunyai beberapa pengertian . yaitu :

1. Ilmu pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan.

2. Segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai

pemerintahan negara atau terhadap negara lain.

3. kebijakan; cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu

masalah).20

Dalam penggunaannya, istilah politik pertama kali dikenal dari buku Plato

yang berjudul “Polities”. Dari karya-karya tersebut dapat diketahui bahwa politik merupakan istilah yang digunakan untuk konsep pengaturan kemasyarakatan

sebab yang dibahas dalam kedua buku tersebut adalah soal-soal yang berkenaan

dengan masalah bagaimana pemerintahan dijalankan agar terwujud suatu

masyarakat politik atau Negara yang sempurna, atau yang menurut Plato sebagai

“Negara ideal”. 21

Sedangkan menurut Deliar Noor, politik adalah “segala aktivitas atau sikap

yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang dimaksud untuk mempengaruhi,

dengan jalan mengubah, atau mempertahankan suatu macam bentuk susunan

masyarakat.22

19

Ghani, Soelistyati Ismail, Pengantar Ilmu Politik, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1984), cet. Ke-1, h. 17

20

Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995), Cet.KE-8, hal. 694

21

Noor, Deliar, Pengantar ke Pemikiran Politik, (Jakarta : Gramedia, 1998), h. 93 22

(43)

Dalam kepustakaan ilmu politik, sebenarnya terdapat banyak ragam definisi

tentang politik. Keragaman definisi tersebut menurut Miriam, karena setiap

sarjana melihat hanya satu aspek atau unsur politik saja yang kemudian unsur

tersebut diperlakukan sebagai konsep pokok yang dipakai untuk meneropong

unsur-unsur lainnya.23

Pada umumnya apa yang disebut politik itu berkaitan dengan

bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara, yang menyangkut proses

penentuan dan pelaksanaan tujuan-tujuan itu.24 Untuk melaksanakan

tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijakan-kebijakan umum yang menyangkut

pengaturan dan pembagian atau alokasi sumber-sumber dan berbagai sumber daya

yang ada. Untuk itu diperlukan kekuatan (power) dan kewenangan (authority), yang dipakai baik untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan

konflik yang mungkin timbul dalam proses tersebut.25

Dari sekian banyak definisi tentang politik tersebut, menurut pandangan Jeje

Abdul Rojak, paling tidak dapat ditemukan dua kecenderungan pendefinisian,

yaitu pandangan yang mengkaitkan politik dengan Negara, dan pandangan yang

mengkaitkan politik dengan masalah kekuasaan , otoritas, dan atau dengan

konflik.26

Bagaimana seandainya dalam politik tidak terjadi komunikasi? Tentunya akan

mempengaruhi kinerja politik (atau sistem politik) yang sedang dijalankan.

Berbagai komponen infrastruktur dan suprastruktur mengalami keterputusan

23

Budiarjo, Miriam, Loc. Cit. 24

Budiharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta : Gramedia, 1992), h. 8 25

Ibid. 26

(44)

hubungan sehingga mekanisme yang seharusnya dijalankan tidak bisa

berkembang secara dinamis.

Apa yang dimaksud dengan komunikasi politik? Bertolak dari konsep

komunikasi dan konsep politik yang telah diuraikan pada bagian awal, upaya

untuk mendekati pengertian apa yang dimaksud komunikasi politik, pengertian

komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan

lambang-lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari

seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka

wawasan atau cara berpikir, serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak

yang menjadi target politik.27

Michael Rush dan Philip Althoff mendefinisikan komunikasi politik sebagai

suatu proses di mana informasi politik yang relevan diteruskan dari satu bagian

sistem politik kepada bagian lainnya, dan di antara sistem-sistem sosial dengan

sistem-sistem politik.28 Proses ini terjadi secara berkesinambungan dan mencakup

pola pertukaran informasi di antara individu-individu dengan

kelompok-kelompoknya pada semua tingkatan.29

Komunikasi Politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan

kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini,

sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru.

27

Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2009), h.35

28

Michael Rush & Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997), h. 24

29

(45)

Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara “yang

memerintah” dan “yang diperintah”.30

Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkret sebenarnya

telah dilakukan oleh siapa saja: mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjaga warung,

dan seterusnya. Tak heran jika ada yang menjuluki Komunikasi Politik sebagai

neologisme, yakni ilmu yang sebenarnya tak lebih dari istilah belaka.31

Komunikasi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Sebab,

dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak berkomunikasi, dan

kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik.

Berbagai penilaian dan analisis orang awam berkomentar soal kenaikan BBM, ini

merupakan contoh kekentalan komunikasi politik.

Komunikator Politik pada dasarnya adalah semua orang yang

berkomunikasi tentang politik, mulai dari obrolan warung kopi hingga sidang

parlemen untuk membahas konstitusi negara. Namun, yang menjadi komunikator

utama adalah para pemimpin politik atau pejabat pemerintah karena merekalah

yang aktif menciptakan pesan politik untuk kepentingan politis mereka. Mereka

adalah pols, yakni politisi yang hidupnya dari manipulasi komunikasi, dan vols, yakni warga negara yang aktif dalam politik secara part timer ataupun sukarela.32

Komunikasi politik merupakan suatu elemen yang dinamis dan yang

menentukan sosialisasi politik dan partisipasi politik. Dalam hal ini komunikasi

politik menentukan corak perilaku insan politik.33 Dari beberapa pengertian di

30

Ibid, h. 22 31

Iqbal, Tengku Dhani, Komunikasi Politik, Sebuah Neologisme,(Jakarta :2006) 32

ASM. Romli. Ikhtisar perkuliahan “ Komunikasi Politik” (Unfari), Bandung. Hal. 15 33

(46)

atas, jelas komunikasi politik adalah suatu proses komunikasi yang memiliki

implikasi

2. Unsur-unsur Komunikasi Politik

Proses komunikasi politik sama dengan proses komunikasi pada umumnya

(komunikasi tatap muka dan komunikasi bermedia) komunikasi politik sebagai

body of knowledge juga terdiri atas berbagai unsur, yakni : 1. Komunikator Poltik

Komunikasi politik tidak hanya menyangkut partai poitik, melainkan juga

lembaga pemerintahan legislative dan eksekutif. Dengan demikian, sumber

atau komunikator politik adalah mereka-mereka yang dapat memberi

informasi tentang hal-hal yang mengandung makna atau bobot politik

misalnya presiden, mentri, anggota DPR, MPR, KPU, gubernur,

bupati/walikota, politisi, funsionaris partai politik, fungsionaris Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM), dan kelompok-kelompok penekan dalam

masyarakat yang bias mempengaruhi jalanya pemerintahan.

2. Pesan Politik

Ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis maupun tidak

tertulis, baik secara verbal maupun non verbal. Tersembunyi maupun

terang-terangan, baik yang disadari maupun tidak disadari yang isinya

mengandung bobot politik. Misalnya pidato pilitik, undang-undang

kepartaian, undang-undang pemilu, penyataan politik, artikel atau isi

(47)

ulasan politik dan pemerintahan, spanduk atau baliho, iklan politik,

propaganda, makna logo, warna baju atau bendera dan semacamnya.

3. Saluran atau Media Politik

Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan oleh para

komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Misalnya

media cetak, yaitu surat kabar, tabloid, majalah. Media elektronik,

misalnya film, radio, televisi, komputer, internet. Media format kecil,

misalnya leaflet, brosur, selebaran, stiker, bulletin. Media luar ruang (out door media), misalnya baliho, spanduk, reklame, bendera, jumbai, pin, logo, topi, rompi, kaos oblong, kalender, blok note dan segala sesuatunya

yang biasa digunakan untuk membangun citra (image building). 4. Sasaran atau Target Politik

Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi

dukungan dalam bentuk pemberian suara kepada partai atau kandidat

dalam pemilihan umum. Mereka adalah pengusaha, pegawai negeri, buruh,

perempuan, ibu rumah tangga, pedagang kaki lima, mahasiswa, petani,

yang berhak memilih maupun pelajar dan siswa yang akan memilih setelah

cukup usia.

5. Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik

Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman

terhadap system pemerintahan dan partai-partai politik, dimana nuansanya

akan bermuara pada pemberian suara dalam pemilihan umum. Pemberian

suara sangat menentukan terpilih tidaknya seorang kandidat untuk posisi

(48)

dan wakil gubernur, bupati dan wail bupati, walikota dan wakil walikota

sampai pada tingkat DPRD. 34

3. Fungsi Komunikasi Politik

Gabriel Almond berpendapat bahwa Komunikasi Politik merupakan salah

satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik :

“All of the functions performed in the political system-political socialization and recruitment, intereset articulation, interest aggregations, rule making, rule application, and rule adjudication are performed by means of communication”.

Kutipan diatas menunjukkan bahwa komunikasi politik bukanlah fungsi

yang berdiri sendiri, akan tetapi merupakan proses penyampaian pesan-pesan

yang terjadi pada saat ketujuh fungsi lainnya di jalankan. Ketujuh fungsi tersebut

adalah :

1. Sosialisasi politik (Socialization Political)

Adalah suatu proses yang dilalui seseorang dalam memperoleh sikap

dan orientasi terhadap fenomena politik yang ada dalam masyarakat

tempat orang itu berada.

2. Rekrutmen politik (Recruitment)

Merupakan fungsi penyeleksian untuk kegiatan politik dan jabatan

pemerintah melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi

anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu. Ada tiga

tahapan, mempengaruhi orang lain untuk menjadi kader, membina

34

(49)

loyalitas kader dan memproyeksikan kader untuk terlibat dan intensif

mewakili organisasi di dalam jabatan-jabatan politik.

3. Artikulasi Kepentingan (Intereset Articulation)

Proses yang mengolah aspirasi masyarakat yang bercorak ragam yang

disaring dan dirumuskan dalam bentuk rumusan yang teratur.

4. Agregasi Kepentingan (Interest Agregations)

Merupakan fungsi yang menggabungkan berbagai kepentingan yang

sama atau hampir sama untuk dituangkan dalam rumusan

kebijaksanaan lebih lanjut dengan demikian agregasi kepentingan ini

bukan lagi kepentingan orang per orangan atau kelompok akan tetapi

kepentingan masyarakat.

5. Pembuatan Aturan (Rule Making)

Merupakan fungsi yang dijalankan oleh lembaga legeslatif. Untuk

menjalankan fungsi ini legeslatif dapat bekerjasama dengan lembaga

eksekutif.

6. Penerapan Aturan. (Rule Application)

Fungsi ini dijalankan oleh lembaga eksekutif beserta jajaran

birokrasinya. Tidak hanya berarti pelaksanaan peraturan sebagai

pedoman berprilaku, tetapi juga berarti pembuatan rincian dan

pedoman pelaksanaan peraturan.

7. Penghakiman Aturan (Rule Adjudication)

Merupakan fungsi untuk menyelesaikan pertikaian atau persengketaan

yang menyangkut persoalan peraturan, pelanggaran peraturan dan

(50)

Sebagai disiplin ilmu, komunikasi politik menurut McNair memiliki lima

fungsi dasar, yakni sebagai berikut.

1. Memberikan informasi kepada masyarakat apa yang terjadi di sekitarnya.

Di sini media komunikasi memiliki fungsi pengamatan dan juga fungsi

monitoring apa yang terjadi dalam masyarakat.

2. Mendidik masyarakat terhadap arti dan signifikasi fakta yang ada. Di sini

para jurnalis diharapkan melihat fakta yang ada sehingga berusaha objektif

yang bisa mendidik masyarakat atas realitas fakta tersebut.

3. Menyediakan diri sebagai platform untuk menampung masalah-masalah

politik sehingga bisa menjadi wacana dalam membentuk opini public, dan

mengembalikan hasil opini itu kepada masyarakat. Dengan cara demikian,

bisa memberi arti dan nilai pada usaha penegakkan demokrasi.

4. Membuat publikasi yang ditujukan kepada pemerintah dan

lembaga-lembaga politik. Disini media bisa berfungsi sebagai anjing penjaga

(watchdog) sebagaimana pernah terjadi dalam kasus mundurnya Nixon sebagai Presiden Amerika karena terlibat dalam kasus Watergate.

5. Dalam masyarakat yang demokratis, media politik berfungsi sebagai

saluran advokasi yang bisa membantu agar kebijakan dan

program-program lembaga politik dapat disalurkan kepada media massa.35

Jika fungsi komunikasi yang dikemukakan oleh McNair dikombinasikan

dengan fungsi komunikasi yang dibuat oleh Goran Hedebro, komunikasi politik

berfungsi untuk :

35

(51)

1. Memberikan informasi kepada masyarakat terhadap usaha-usaha yang

dilakukan lembaga politik maupun dalam hubungannya dengan

pemerintah dan masyarakat;

2. Melakukan sosialisasi tentang kebijakan, program, dan tujuan lembaga

politik;

3. Memberi motivasi kepada politisi, fungsionaris, dan pendukung partai;

4. Menjadi platform yang bisa menampung ide-ide masyarakat sehingga

menjadi bahan pembicaraan dalam bentuk opini publik;

5. Mendidik masyarakat dengan pemberian informasi, sosialisasi tentang

cara-cara pemilihan umum dan penggunaan hak mereka sebagai pemberi

suara;

6. Menjadi hiburan masyarakat sebagai “pesta demokrasi” dengan

menampilkan para juru kampanye, artis, dan para komentator atau

pengamat politik;

7. Memupuk integrasi dengan mempertinggi rasa kebangsaan guna

menghindari konflik dan ancaman berupa tindakan separatis yang

mengancam persatuan nasional;

8. Menciptakan iklim perubahan dengan mengubah struktur kekuasaan

melalui informasi untuk mencari dukungan masyarakat luas terhadap

gerakan reformasi dan demokratis;

9. Meningkatkan aktivitas politik masyarakat melalui siaran berita, agenda

(52)

10.Menjadi watchdog atau anjing penjaga dalam membantu terciptanya good governance yang transparansi dan akuntabilitas;36

4. Saluran-Saluran Komunikasi Politik.

Istilah struktur Komunikasi oleh Almond dan Powell (1966), juga

diartikan sebagai saluran komunikasi, diantaranya adalah :

a. Struktur wawanmuka (face-to face) informal, yaitu : merupakan saluran yang efektif dalam penyampaian pesan-pesan politik. Di samping struktrur yang

formal dalam sebuah organisasi, selalu terdapat struktur informal yang

“membayangi”nya. Saluran ini bersifat bebas dalam arti tidak terikat oleh

struktur formal, namun tidak semua orang dapat akses ke saluran ini dalam

kadar yang sama.

b. Struktur sosial tradisional, yaitu sebuah saluran komunikasi yang ditentukan

oleh posisi sosial pihak yang berkomunikasi (khalayak atau sumber). Artinya,

pada lapis mana yang bersangkutan berkedudukan dan (tentunya akan

menentukan pula) akses disusunan sosial masyarakat tersebut.37

c. Struktur masukan (input) politik, yaitu : struktur yang memungkinkan terbentuknya / dihasilkannya input bagi sistem politik yang dimaksud. Yang

termasuk struktur input adalah serikat pekerja, kelompok-kelompok

kepentingan, dan partai politik.38

d. Struktur output, yaitu : struktur formal dari pemerintah. Struktur pemerintahan , khususnya birokrasi, memungkinkan pemimpin-pemimpin politik

36

Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada 2009) H.40-41

37

Nasution, Zulkarimien, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1990,hlm.57

Gambar

Gambaran Umum Pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat
Tabel 2   Berita Kampanye Mochtar-Rahmat Minggu Pertama Kampanye ……..     65
Tabel 1 Iklan Politik Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (11
n pendidikapertama dipenuhi Miskin tak boleh kandidat kedepanakan figur pemimp
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai contoh, mengapa masyarakat lebih berminat mengunjungi halaman (page) Facebook milik "Oh Media", "The Vocket" atau selebriti untuk

Selain itu penelitian dari Kholid dan Bachtiar (2015) yang meneliti maqashid syariah sebagai alat ukur dalam menentukan kinerja perusahaan sedangkan variabel yang

Dengan demikian, memperluas jumlah sel Treg sistemik selama dilakukan percobaan pada tikus dan kehamilan manusia mungkin sebagian besar mencerminkan antigen non-spesifik yang

When a candidate or group of candidates achieves a Pass or better in all of the Cambridge ICT Starters modules in a stage, submit your entries and samples as follows:. • Download

Hubungan pola asuh orang tua terhadap tingkat prestasi anak retardasi mental ringan di Sekolah Luar Biasa C (SLB-C) Sumber Dharma Malang.. Skripsi (tidak

27,28 Penelitian ini untuk mengetahui hubungan kadar protein darah khususnya albumin dengan kadar hormon tiroid darah pada penderita sindroma nefrotik, dan mengetahui perubahan

Dari uji statistik korelasi Spearman’s diperoleh bahwa ada hubungan antara kadar TSH dengan kadar FT4, korelasi yang terjadi adalah hubungan berlawanan arah yang

KC Bojonegoro: “apakah ada promosi yang ditawarkan kepada nasabah seperti diskon dan lain sebagainya?kalau untuk promosi biasanya untuk perusahaaan kelompok marginnya bisa lebih