KOMUNIKASI POLITIK MELALUI MEDIA MASSA
PASANGAN MOCHTAR MUHAMMAD – RAHMAT EFFENDI (MuRah) DALAM PILKADA WALIKOTA BEKASI PERIODE 2008-2013
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S. Kom. I)
Oleh
MISLIYAH NIM: 204051002844
Dosen Pembimbing
Gun Gun Heryanto, M.Si NIP. 197608122005011005
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
KOMUNIKASI POLITIK MELALUI MEDIA MASSA
PASANGAN MOCHTAR MOHAMMAD - RAHMAT EFFENDI (MuRah) DALAM PILKADA WALIKOTA BEKASI PERIODE 2008-2013
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Kom.I)
Di Susun Oleh
MISLIYAH NIM: 204051002844
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013. Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.i) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).
Jakarta, 15 Juni 2010
Panitia Sidang Munaqasyah
Ketua Sekretaris
Drs. H. Mahmud Djalal, M.A Dra. Hj. Musfirah Nurlailly, M.A NIP. 19520422198103 1 002 NIP.19710412 200003 2 001
Anggota,
Penguji I Penguji II
Rubiyanah, MA Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum NIP. 197308221998 2 001 NIP. 19610422 199003 2 001
Pembimbing,
PENGESAHAN PANITIAN UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Komunikasi Politik melalui Media Massa Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013” telah diujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 15 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana Ilmu Komunikasi (S.Kom.I) pada program studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
Jakarta, 15 Juni 2010
Dewan Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota
Anggota
Penguji I Penguji II
Dosen Pembimbing
LEMBAR PERNYATAAN
Assalamualaikum, Wr. Wb
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah penulis skripsi dengan judul
“Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013” dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau
merupakan hasil orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Demikianlah lembar pernyataan ini dibuat, diharapkan dapat dipergunakan dengan
semestinya. Terima kasih
Wassalamualaikum, Wr. Wb
Jakarta, 1 Juni 2010
Penulis,
ABSTRAK
Media massa saat ini menjadi salah satu pilihan yang digunakan untuk tujuan-tujuan komunikasi politik. Media massa berperan sebagai pemberi informasi, publik bisa mendapatkan segala informasi yang dibutuhkan mengenai isu atau berita yang menjadi kepentingan umum dan dibutuhkan oleh public. Media massa merupakan komponen dari infrastruktur politik yang berfungsi mensosialisasikan nilai-nilai politik kepada publik dan memberikan edukasi untuk penyadaran hak-hak dan kewajiban politik publik.
Pada Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013, media massa mempunyai peran dan pengaruh yang besar. Partai politik perlu alat promosiyang efektif dan efisien agar pesan-pesan politik yang ingin disampaikan oleh partai politik dapat diterima dan tertanam dibenak calon pemilih sehingga dapat merubah sikap dan pandangan politiknya. Berkampanye di media massa melalui iklan politik dapat membentuk image politik yang positif dan menaikkan popularitas calon pasangan Walikota dan Wakil Walikota. Dengan adanya media massa cetak maupun elektronik, lembaga pemerintah penyelenggaraan pemilu dalam hal ini tim sukses pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi dapat dengan mudah mensosialisasikan visi, misi dan program kerja mereka.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Tipe penelitian ini menggunakan tipe deskripsi analisis, yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Teknik pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Adapun responden yang diwawancarai adalah H. Mochtar Mohammad Walikota Bekasi 2008-2013, H. Rahmat Effendi, Wakil Walikota Bekasi 2008-2013, Ricky Tambunan, Koordinator Media Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi. Dan dokumen-dokumen yang berasal dari dokumen Tim Sukses pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi dan gambar iklan politik di media massa pasangan Mochtar-Rahmat.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sosialisasi komunikasi politik melalui media massa Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013, dan berusaha menjelaskan faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat yang didapati oleh pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi dalam Pilkada Walikota Bekasi.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang
Maha Adil dan Maha Pengasih tanpa Inayah-Nya tak mungkin penulis bisa mencapai
pendidikan sampai strata satu (S1).
Shalawat serta salam semoga tetap teriring keharibaan junjungan Nabi besar
Muhammad SAW para keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya
sampai akhir zaman. Atas doa dan usaha, dan perjalanan panjang, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan salah satu tugas penting yang mempertaruhkan segenap
keilmuan yang penulis pelajari selama menuntut ilmu di Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, walaupun jauh dari kesempurnaan.
Penulis menyadari sepenuhnyan bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis
memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara moriil maupun materiil,
oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof.DR. Komarudin Hidayat, sebagai Rektor Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak DR. H. Arief Subhan, MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, sebagai Pembantu
Dekan Bid. Akademik, Bapak Drs. Mahmud Jalal M.A. Selaku Pembantu
Dekan Bid. Administrasi Umum dan Keuangan, dan Drs. Study Rizal, LK,
MA, sebagai Pembantu Dekan Bid. Kemahasiswaan. Yang telah memberikan
3. Dra. Asriati Jamil, M. Hum, dan Dra. Musfirah Nurlaily, M.A, selaku Ketua
dan Sekretaris Koordinator Teknis Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Program Non Reguler.
4. Bapak Gun Gun Heryanto, M.Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktunya, tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan
dan bimbingan kepada penulis. Dan sebagai Dosen Komunikasi Politik yang
merupakan ruang lingkup dari skripsi ini, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan
begitu banyak wawasan, ilmu dan pengetahuan kepada penulis.
6. Bapak H. Mochtar Mohammad, selaku Walikota Bekasi dan Bapak H.
Rahmat Effendi selaku Wakil Walikota Bekasi. Bapak Ricky Tambunan
selaku Koordinator Media Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi
pada Pilkada Bekasi 2008, yang telah memberikan kesempatan dan
kemudahan kepada penulis untuk melakukan Wawancara dan penelitian
dalam rangka mengumpulkan data-data untuk penyusunan skripsi ini.
7. Abah (Alm) dan ummi yang telah membesarkan dengan kasih sayang,
mendidik, dan yang selalu memberikan do’a. kalian adalah teladan bagi
penulis. Semoga kalian selalu dalam lindungan dan keridhoan Allah SWT
Amin.
8. Mamah dan Papah yang selalu tulus dan ikhlas mendoakan, dan selalu
memberikan semangat kepada penulis dalam menyusun dan menyelesaikan
9. K.H. Syarief Nawawi dan Kakanda tercinta Juwariah Mawardi yang telah
memberikan inspirasi pentingnya ilmu pengetahuan kepada penulis serta
memberikan teladan bagi penulis. Semoga kalian selalu dalam lindungan
Allah SWT.
10.Teristimewa kepada Suami tercinta Edi Djunaedi ST. dan Malaikat Kecil
Bunga Cahaya Kamilah. Yang selalu tulus menjadi penyemangat dan
memberikan dukungan doa dan tenaga kepada penulis ketika menyusun dan
menyelesaikan skripsi ini, kalian adalah cahaya dan inspirasi bagi penulis.
Semoga kalian selalu dalam keridhoan Allah SWT.
11.Seluruh keluarga Besar H. Mawardi (Alm), Ca’Aim dan Ca’Ipul, Neng lis,
Neng ida, yang telah mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis.
12.Rekan-Rekan Mahasiswa Non Reguler KPI (B) angkatan 2004, yang telah
sama-sama berbagi ilmu, berdiskusi, bercanda dan saling berbagi rasa, juga
teman-teman seperjuangan KKS 2004 Banjarwaru. Dan teman-teman yang
penulis tidak bisa sebutkan satu persatu, atas kebersamaan dan canda tawa
mereka yang senantiasa mengobati rasa jenuh dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis kembalikan semoga semua yang
telah diberikan kepada penulis akan menjadi amal ibadah yang tak terhapus
Dengan kerendahan hati, penulis memohon do’anya agar ilmu yang telah
diperoleh menjadi ilmu yang bermanfaat dan memberi berkah. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca umumnya
Jakarta 1 Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR DIAGRAM ... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ... 1.
B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
D. Metodologi Penelitian ... 11
E. Pedoman Penulisan ... 13
F. Sistematika penulisan ... 14
BAB II Landasan Teoritis Hubungan Komunikasi Politik Dan Media Massa A. Teori Agenda Setting Media ... 15
B. Komunikasi Politik ... 17
1. Pengertian Komunikasi Politik ... 18
2. Unsur-unsur Komunikasi Politik ... 27
3. Fungsi Komunikasi Politik ... 29
C. Pengertian Media Massa ... 34
D. Media Massa sebagai saluran Komunikasi Politik ... 39
BAB III Gambaran Umum Pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi(MuRah) Dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013
A. Profil ... 48
1. Profil Mochtar Mohammad ... 49
2. Profil Rahmat Effendi ... 50
B. Latar Belakang sejarah koalisi Gotong Royong partai pendukung
Pasangan Mochtar Mohammad –Rahmat Effendi ... 54
C. Visi dan Misi ... 56
D. Program kerja Pasangan Mochtar Mohammad–Rahmat Effendi
(MuRah) ... 59
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Pencitraan Politik Pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat
Effendi ( MuRah) melalui Media Massa ... 60
B. Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi, Program Partai, dan Isu
Publik sebagai Komoditas Pemasaran Politik di Media Massa... 79
C. Pemetaan Media Massa sebagai Saluran Komunikasi Politik... 82
D. Prosentase Perolehan Suara Sah Perkecamatan... 85
E. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Politik Pasangan
Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi (MuRah) dalam
F. Analisa Persfektif Teori Agenda Setting ……….. 91
BAB V Penutup
A. Kesimpulan ... 96
B. Saran-saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA
SURAT KETERANGAN
Dengan ini “TIM SUKSES MuRah” menerangkan :
Nama : Misliyah
Tempat/Tgl Lahir : Bekasi, 11 Agustus 1985
Fakultas : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Nim : 204051002844
Jurusan : Komunikasi dan penyiarn Islam
Program : Strata Satu (S-1)
Adalah benar telah mengadakan wawancara/riset untuk bahan penulisan
skripsi yang berjudul “ Komunikasi Politik Melalui Media Massa pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi Dalam Pilkada Bekasi Periode 2008-2013”
Dengan tujuan untuk melengkapi data yang berkaitan dengan judul skripsi di
atas, demikianlah surat keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Iklan Politik Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (11 Januari 23 Januari 2008) ……….…… 64
Tabel 2 Berita Kampanye Mochtar-Rahmat Minggu Pertama Kampanye …….. 65
Tabel 3 Peringkat Media Cetak Nasional dan Lokal minggu pertama kampanye ………..… 67
Tabel 4 Minggu Kedua Kampanye Pasangan Mochtar-Rahmat (18 Januari-23 Januari 2008)... 68
Tabel 5 Peringkat Media Cetak Nasional dan Lokal minggu kedua kampany... 69
Tabel 6 Rekapitulasi Peringkat Media Cetak Nasional dan Lokal yang Memberitakan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi Selama Masa Kampanye Minggu Pertama dan Kedua Kampanye ... 70
Tabel 7 Kesepakatan kerjasama pasangan MuRah yang dilaksanakan melalui media elektronik ………..… 72
Tabel 10 Pemetaan Media Massa... 84
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 8 Faktor-faktor yang mempengaruhi orang memilih Mochtar-Rahmat.. 77
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi 2. Surat Observasi/Riset.
3. Draft Wawancara dengan Walikota Mochtar Mohammad 4. Draft Wawancara dengan Wakil Walikota Rahmat Effendi
5. Draft Wawancara dengan Koordinator Media Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi, Ricky Tambunan.
6. Draft Wawancara dengan Masyarakat kota Bekasi Safira Aulia (setelah sidang)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan aktivitas yang tidak terpisahkan dari keseharian
manusia diberbagai bidang. Termasuk dalam aktivitas politik, komunikasi
memainkan peranan yang penting. Komunikasi bukan sekedar penerusan
informasi dari suatu sumber kepada publik, ia lebih mudah dipahami sebagai
penciptaan kembali gagasan – gagasan informasi oleh publik jika diberikan
petunjuk dengan simbol, slogan, atau tema pokok. Komunikasi adalah hubungan
antar manusia dalam rangka mencapai saling pengertian (mutual understanding).1 Menjelang pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Bekasi pada 27
Januari 2008. Media massa adalah salah satu wahana yang berperan penting di
dalam menyampaikan orasi politik para calon. Khususnya, media massa adalah
media yang paling banyak diminati masyarakat, sebagai sumber sebuah informasi.
Media massa juga diharapkan mampu memberikan pengaruh yang sangat besar, di
dalam menyampaikan kampanye setiap pasangan calon. Media massa dijadikan
arena konflik kepentingan, mengingat peranan media massa yang begitu kuat
dalam mempengaruhi sikap dan prilaku khalayak.
Besarnya pengaruh yang diberikan oleh media, ditanggapi baik oleh
pasangan MuRah (Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi), media massa
memegang peranan penting dalam pilkada Bekasi periode 2008-2013. Calon
kepala daerah ibarat sebuah merek yang perlu ditawarkan ke masyarakat. Oleh
karena itu, karena ia sebuah produk baru ia perlu dikenalkan ke masyarakat,
diungkapkan kelebihan yang ia miliki.
Dalam perjalanannya, antara media massa dan proses pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah, senantiasa tidak dapat dipisahkan. Bagi siapa pun
yang akan berlaga dalam pilkada tentu amat memperhitungkan keberadaan media
massa. Realitas sosial menunjukkan saat ini adalah “era media”. Apa pun
peristiwa yang ada di tengah masyarakat menjadi komoditas pers. Apalagi momen
Pilkada sebagai bahan informasi yang menarik untuk diberitakan. Sementara bagi
mereka yang terkait dengan pelaksanaan Pilkada, utamanya calon kepala daerah,
akan memaksimalkan media sebagai instrumen untuk membangun komunikasi
politik yang tidak saja mensosialisasikan keberadaannya namun sekaligus menjadi
“mesin pembujuk” yang luar biasa sistematis dan berpengaruh. Media massa
sebagai salah satu medium perpanjangan alat indra yang baik.
Informasi yang layak diberitakan tersebut selanjutnya disajikan dalam
media massa, baik cetak maupun elektronik. Pemberitaan media cetak khususnya
surat kabar masih tetap menjadi andalan untuk mengetahui berbagai peristiwa dan
kejadian. Hal ini antara lain karena didukung oleh sifat-sifat khas yang dimiliki
surat kabar dibanding media massa elektronik. Berita yang disajikan lewat surat
kabar dapat disimpan dan dibaca kembali pada saat dibutuhkan. Selain itu isi dan
bentuk pelaporan beritanya cukup bervariasi.
Berkaitan dengan berita-berita Pilkada maka akan lebih banyak disajikan
dalam surat kabar daerah dibandingkan dalam surat kabar nasional. Hal ini erat
dengan dirinya, baik kedekatan geografis, kultural, sosiologis, maupun kedekatan
psikologis. Dengan demikian, bagi masyarakat yang ingin mengetahui proses
pelaksanaan Pilkada di Bekasi, maka perlu membaca berita-berita yang disajikan
oleh surat kabar di daerah Bekasi.
Politik merupakan salah satu kegiatan penting bagi manusia, karena suatu
negara yang memiliki masyarakat yang beragam atau bermacam – macam
kebudayaan, suku, dan bahasa seperti Indonesia ini, dituntut untuk memiliki
struktur organisasi kepemimpinan yang teratur.
Di dalam kehidupan politik, seperti halnya dalam wilayah-wilayah
kehidupan lain, sosialisasi merupakan suatu kunci bagi perilaku. Sosialisasi
politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada
seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta
reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Melalui sosialisasi politik,
individu-individu diharapkan mau dan mampu berpartisipasi secara bertanggung jawab
dalam kehidupan politik.2
Tujuan utama sosialisasi politik adalah pembentukan sikap serta watak
insan politik. Melalui proses sosialisasi, individu-individu diharapkan
berpartisipasi di dalam kehidupan politik secara bertanggung jawab.3
Dengan partisipasi politik dimaksud keterlibatan individu-individu sampai
pada bermacam-macam tingkatan di dalam sistem politik. Namun sosialisasi dan
partisipasi politik tergantung dari komunikasi politik.4
2
Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik, Suatu Pemikiran dan Penerapan,(Jakarta : Rineka Cipta, 2001) h. 135-136
3
Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik, Suatu Pemikiran dan Penerapan,(Jakarta : Rineka Cipta, 2001) h. 136
4
Di Indonesia penerapan komunikasi politik perlu terus dikembangkan dan
disosialisasikan, hal ini penting untuk pertumbuhan demokrasi. Pemilihan kepala
daerah secara langsung memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memilih
pemimpin yang sesuai dengan hati nurani mereka. Karena melalui komunikasi
politik, rakyat bisa menyalurkan aspirasinya.
Pemilihan Langsung Kepala Daerah selanjutnya disebut Pilkada,
merupakan langkah maju proses demokratisasi lokal di Indonesia. Bergulirnya
reformasi membuat masyarakat menjadi relatif demokratis. Mereka terlihat
independen, egaliter, terbuka, dan lebih cerdas dalam menanggapi informasi.5
Pilkada merupakan momen historis bagi Bangsa Indonesia, di mana para
kepala daerah dipilih secara langsung. Ini merupakan ‘hajatan’ baru yang akan
menentukan nasib penanganan daerah-daerah di masa mendatang. Model birokrasi
daerah yang selama ini elitis dan menutup akses dari partisipasi rakyat, mau tidak
mau harus tunduk pada kedaulatan rakyat. Peran besar yang diberikan kepada
rakyat untuk menentukan kepala daerah mereka masing-masing.6
Tentu saja, komunikasi politik bukanlah sebuah proses yang sederhana,
karena cara kerja sistem politik amat ditentukan oleh adanya suatu masukan
(input) dari lingkungan, dan setelah melalui proses tertentu membentuk sejumlah
output. Selanjutnya output ini diberikan kembali kepada lingkungan, sebagai umpan balik ( feed back ).7
5
Thubany, Syamsul Hady, Editor : Fahmi Wibawa, Pilkada Bima 2005 (Era Baru Demokratisasi Lokal Indonesia), Yogyakarta : Nuansa Aksara, Cetakan ke-1, Oktober, 2005, hlm ix
6 Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta : PT. Lasswell Visitama, 2010), h. 13
Penting untuk diperhatikan bahwa tanpa komunikasi politik yang efektif,
maka aktifitas politik akan kehilangan bentuk. Untuk itu sumber pesan, misalnya
seorang calon pemimpin dituntut untuk menyampaikan pesan yang jelas kepada
para pendukungnya dan masyarakat luas. Di samping itu, calon yang
bersangkutan pun harus tahu saluran atau sarana penyampaian informasi yang
tepat.8
Perkembangan teknologi, menjadikan media massa sebagai sebuah pilihan
alat kampanye menguntungkan terutama pada partai politik yang mengusung
orang baru di dalamnya. Karena mereka perlu untuk menjangkau pemilih yang
berada di pelosok daerah. Karena media massa mempunyai kekuatan sebagai pilar
keempat demokrasi, sehingga mampu menyebarluaskan visi misi calon
keberbagai wilayah.9
Media massa banyak digunakan sebagai medium penyampaian pesan
komunikasi politik yang sangat diminati. Kampanye pilkada menyajikan peluang
yang sangat baik untuk meneliti konsekuensi komunikasi. Berkaitan dengan
pemberian suara dan tindakan memberikan suara ialah upaya untuk mempersuasi
rakyat melalui media massa.
Media massa sangat penting dalam komunikasi politik, media massa
merupakan jenis media yang ditunjukkan kepada sejumlah khalayak yang
tersebar, heterogen, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan
sesaat. Dengan daya jangkau yang relatif luas, dan dalam waktu yang bersamaan.
8 Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik, Suatu Pemikiran dan Penerapan,
(Jakarta : Rineka Cipta, 2001) h.163
Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang surut.
masalah pokok yang kita hadapi ialah bagaimana dalam masyarakat yang
beraneka ragam pola budayanya, mempertinggi tingkat kehidupan ekonomi
disamping membina suatu kehidupan sosial dan politik yang demokratis. pada
pokoknya masalah ini berkisar pada menyusun suatu sistim politik di mana
kepemimpinan cukup kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonomi serta
nation building, dengan partisipasi rakyat seraya menghindarkan timbulnya diktator.10
Dalam konteks demokrasi, sejatinya partai politik dan media massa
mempunyai peran yang saling melengkapi. Media massa bertindak sebagai
kontrol atas realitas sosial politik yang disampaikan kepada masyarakat luas
dalam bentuk informasi. Sedangkan partai politik menjadi institusi yang menyerap
persoalan masyarakat akar rumput (grass root) untuk diselesaikan di tingkat pemerintah. Tujuan keduanya sinergis, yakni bagaimana demokrasi dijalankan
dan bagaimana kesejahteraan rakyat menjadi prioritas.
Tentu saja dalam perkembangannya, banyak pihak yang terlibat Media
massa dapat menciptakan image tertentu terhadap siapa atau apa saja, seraya memobilisir kesadaran menurut yang dikehendakinya. Proses hegemoni kesadaran
media massa ini tidak bisa lepas dari berbagai kepentingan.dalam pemanfaatan
media massa sebagai instrumen pemenuhan kepentingan.
Hal ini dimanfaatkan pada pilkada kota Bekasi untuk menyampaikan
pesan politik dalam rangka mensukseskan pasangan Mochtar Mohammad (Calon
Walikota dari PDIP) yang akan disandingkan dengan Rahmat Effendi (Calon
10
Wakil Walikota dari Partai Golkar), yang didukung oleh partai-partai besar, yakni
: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Golkar, Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bulan Bintang (PBB)
dan didukung pula oleh Partai Damai Sejahtera (PDS) yang bergabung dalam
Koalisi Gotong Royong.
Berpasangannya Mochtar Mohammad (M2) dan Rahmat Efendi (Pepen)
dalam koalisi ‘MuRah’, yang diusung oleh koalisi partai besar menjadi fenomena
menarik, mencoba mengadopsi konfigurasi pilkada Jakarta. Bertemunya Mochtar
Mohammad (Babeh M2) dan Rahmat Effendi (Bang Pepen) adalah semacam
reuni, mereka berdua pernah sama-sama menjadi anggota DPRD di komisi
anggaran, Pasangan MuRaH mengusung isu Pendidikan dan Kesehatan Gratis.11
Gratis pendidikan usia wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, dan
gratis kesehatan ditingkat pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), bukan sekedar
bebas dari biaya tetapi lebih dari itu, bagaimana mutu pendidikan dan pelayanan
kesehatan dapat ditingkatkan. Itulah salah satu program kerja yang menjadi
prioritas bila Mochtar Mohammad (M2) dan Rahmat Effendi (Pepen) yang
diusung koalisi Gotong Royong pada pilkada kota Bekasi yang dilaksanakan pada
tanggal 27 Januari 2008.
Media massa memberitakan sebagian besar kegiatan yang dilakukan oleh
pasangan calon koalisi Gotong Royong, dalam lingkungan publik. Dalam politik
hal ini merupakan suatu yang strategis, karena tujuan dari persuasinya ini juga
adalah manipulasi psikologis khalayak.
11
Pilkada merupakan momentum bagi masyarakat untuk menentukan
pemerintahan Kota Bekasi. Karena Pilkada tahun 2008 merupakan Pilkada
langsung yang pertama di Kota Bekasi. Masyarakat Kota Bekasi dalam melihat
Pilkada masih tergolong bersifat wait and see atau boleh di bilang masa bodoh. Sosialisasi yang dilakukan oleh KPUD juga tergolong minim.
Melalui media massa sejumlah pertemuan dengan masyarakat kerap
dimanfaatkan sebagai momentum untuk mensosialisasikan pasangan Mochtar
Mohammad dan Rahmat Effendi (MuRaH). Pasangan calon walikota ini juga
gencar menggalang sosialisasi hingga tingkat kecamatan, mereka juga
menyebarkan sejumlah spanduk, pamflet hingga pemasangan baliho ‘raksasa’ di
sudut – sudut Kota Bekasi.12
Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Bekasi pada rapat pleno
Minggu, 03 Februari 2008 menetapkan pasangan “MuRah” (Mochtar
Mohammad-Rahmat Effendi) yang diusung oleh koalisi 9 parpol sebagai
pemenang pilkada kota Bekasi dengan perolehan suara sebesar 368.940 suara dari
729.388 atau 50,6%, mengalahkan pasangan “SuKa” (Akhmad
Syaikhu-Kamaludin Djaini) yang diusung oleh PKS dan koalisi pelangi yang hanya
memperoleh 303.209 suara atau 41.6 suara. Sisa perolehan suara sebesar 7.8 %
atau sekitar 57.239 suara diraih oleh pasangan “Wiro” (Awing Asmawi-Ronny
Hermawan) yang diusung oleh Partai Demokrat.13
Hasil pleno KPUD Kota Bekasi ini dinyatakan dalam Surat Keputusan
KPUD Kota Bekasi Nomor 14 Tahun 2008. Setelah rapat pleno, hasilnya
12
Iskandar, Deni, “ Aksi Parpol JelangPenetapan Kandidat Wali Kota Bekasi,” Indo Pos, 3 Desember 2007, h. 1
13
Masim "Vavai" Sugianto,”Pleno KPUD Kota Bekasi Menetapkan M2R sebagai Pemenang,”
dikirimkan kepada Mendagri untuk kemudian dilantik pada bulan Maret 2008.
Hasil pleno ini diterima oleh seluruh saksi masing-masing pasangan calon
sehingga secara definitif kota Bekasi akan dipimpin oleh Mochtar Mohammad -
Rahmat Effendi untuk periode tahun 2008-2013.
Media dengan kepentingan teknis, idealisme dan pragmatismenya
memilih, mengemas dan akhirnya mendistribusiakan kepada khalayak kalau
sesuatu itu penting. Media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan, namun institusi
ini selalu berkaitan dengan kekuasaan negara karena adanya kesinambungan
pemakaian media. Dalam konteks komunikasi Politik media massa menjadikan
dirinya sebagai medium pesan politik sehingga kenyataannya kekuasaan dan
pengaruh secara terus menerus di produksi dan didistribusikan oleh media massa.
Karena dalam perkembangannya media massa banyak digunakan sebagai
medium penyampaian pesan yang sangat diminati, maka penulis tertarik untuk
mengamati Komunikasi Politik melalui media massa dan selanjutnya dituangkan
dalam sebuah skripsi yang berjudul : “Komunikasi Politik Melalui Media Massa
Pasangan Mochtar Mohammad Dan Rahmat Effendi (MuRah) Dalam Pilkada
Walikota Bekasi Periode 2008-2013”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah. 1. Pembatasan Masalah
Karena komunikasi politik merupakan studi yang luas, maka peneliti
membatasinya pada kegiatan Sosialisasi politik melalui media massa yang
dilakukan oleh pasangan ‘MuRah’ (Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi) dalam
Pilkada Kota Bekasi, yang selanjutnya akan dianalisa.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan gambaran latar belakang di atas, Secara sederhana perumusan
masalahnya adalah :
a. Bagaimanakah Sosialisasi Politik pasangan Mochtar Mohammad–Rahmat
Effendi (MuRaH) melalui Media Massa dalam Pilkada Kota Bekasi?
b. Apa saja Faktor pendukung dan penghambat yang didapat oleh pasangan
Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi (MuRaH) dalam Pilkada Kota
Bekasi?
C. Tujuan penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan di atas,
maka ada beberapa tujuan yang dicapai dari penulis skripsi ini, yaitu :
a. Bertujuan untuk menjelaskan dan menampilkan hal-hal yang terkait
dengan sosialisasi politik pasangan Mochtar Mohammad dan Rahmat
Effendi (MuRaH) melalui media massa pada Pilkada Kota Bekasi.
b. Bertujuan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat apa saja
yang didapat oleh pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi
(MuRaH) dalam Pilkada Kota Bekasi.
2. Manfaat Penelitian
Sebagaimana rumusan masalah di atas, maka manfaat dari penelitian ini
a. Secara Akademis, tulisan ini diharapkan bisa memberi tambahan wacana
dan referensi untuk keperluan studi lebih lanjut dan menjadi bahan bacaan
kepustakaan.
b. Secara Praktis, dengan tulisan ini penulis berharap dapat menambah
pengetahuan dan wawasan tentang Komunikasi politik terutama
bagaimana kiat komunikasi politik melalui media massa, dan tata cara
komunikasi politik yang baik bagi penulis sendiri maupun bagi mahasiswa
Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatif, yaitu metode dimana pencarian data tidak dimaksudkan untuk
membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelum penelitian dilakukan.
Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya.
Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi dan sampling bahkan populasi dan sampling terbatas. Jika data yang terkumpul sudah menjelaskan fenomena yang diteliti, maka peneliti tidak perlu mencari sampling lainnya.14
Metodologi kualitatif menurut Taylor dan Bogdan, adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Kirk dan
Miller, yaitu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental tergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya
14
maupun dalam peristilahannya. Dari beberapa macam penafsiran, maka
pengertian secara umum dari penelitian kualitatif adalah, penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya,
secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.15
2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam
skripsi ini adalah :
a. Metode observasi atau pengamatan langsung. Yakni penulis
mengadakan penelitian secara langsung terhadap objek yang akan
diteliti dan mengamati Komunikasi politik melalui media massa
Pasangan Mochtar Mohammad dan Rahmat Effendi (MuRaH) dalam
Pilkada Kota Bekasi dengan mengadakan pencatatan dari hasil
observasi yang dilakukan secara sistematis dari fenomena yang ada.16
b. Metode interview atau wawancara, yaitu suatu alat pengumpulan data
dengan cara menggunakan teknik wawancara langsung secara
mendalam (in –depth interview), dan diskusi kecil yang dilakukan oleh peneliti dengan tim sukses pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat
Effendi (MuRah) yang terkait untuk memperoleh data dan informasi
yang diperlukan sesuai dengan judul penelitian penulis.
15
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : Remaja karya, Cetakan ke-23, Januari, 2007, hal. 4-6
16
Arikanto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996),
c. Metode dokumentasi yaitu diperoleh dari penelitian pustaka (Library Research) dengan mencari data berupa buku–buku, arsip–arsip, artikel, serta kutipan–kutipan pernyataan para tokohnya di media massa yang
sesuai dengan judul penelitian. Sebagai bahan informasi / data sebagai
bahan penunjang wawancara penulis.
3. Analisa Data
Analisa data yaitu menggunakan metode deskriptif analisis. Maksudnya
adalah analisis penelitian ini didasarkan pada penggambaran secara
objektif terhadap tema penelitian dengan pendekatan kualitatif. Penulis
menganalisa data dengan menyusun kata-kata ke dalam tulisan yang lebih
luas.17 Keterangan-keterangan yang ada kemudian dihubungkan satu
dengan yang lainnya, sehingga terjadi satu fakta yang dapat terungkap
mengenai topik yang dipertanyakan dan yang menjadi pokok masalah
dalam penelitian penulis.
E. Pedoman Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada buku bimbingan
skripsi UIN Jakarta “ PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH : (Skripsi,
Tesis, Dan Disertasi)”, (CeQDA :Jakarta, 2007) serta terikat dengan peraturan
pemakaian bahasa dengan ejaan (EYD). Dengan pengecualian bahasa asing.
17
F. Sistematika Penulisan
Adapun laporan hasil penelitian ini dituangkan dalam bentuk karya tulis
skripsi dengan sistematika penulisan seperti dibawah ini :
BAB I Pendahuluan, yang mencangkup latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
pedoman penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II Membahas Landasan Teoritis Hubungan Komunikasi Politik dan Media
Massa.
BAB III Gambaran Umum Pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi
(MuRah) Dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013, meliputi
latar belakang sejarah koalisi partai pendukung, visi dan misi pasangan
MuRah (Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi), Program kerja
pasangan MuRah dan profil pasangan MuRah.
BAB IV Membahas tentang Komunikasi Politik melalui Media Massa Pasangan
Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi (MuRah) dalam Pilkada Kota
Bekasi, meliputi, Pencitraan Politik melalui Media Massa, Mochtar
Mohamad-Rahmat Effendi Program Partai, dan Isu Publik Sebagai
Komoditas Pemasaran Politik di Media Massa, Pemetaan Media Massa
Sebagai Saluran Komunikasi Politik, Prosentase Perolehan Suara Sah
Per Kecamatan, Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Politik
Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi
(MuRah) dalam Pilkada Kota Bekasi, Analisa Perspektif Teori Agenda
Setting.
BAB II
Landasan Teoritis Hubungan Komunikasi Politik Dan Media Massa
A. Teori Agenda Setting Media
Teori Agenda Setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa
menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Teo ri ini
mengatakan bahwa media (terutama media berita) tidak selalu berhasil untuk
memberitahukan apa yang kita pikirkan melainkan mereka berhasil mengajak kita
untuk memikirkan sesuatu.
Secara selektif, “gatekeepers” seperti penyunting, redaksi, bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus
disembunyikan. Setiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu dengan panjang
penyajian (ruang dalam surat kabar, waktu pada televisi dan radio) dan cara
penonjolan (ukuran judul, letak pada suratkabar, frekuensi penayangan, posisi
dalam suratkabar, posisi dalam jam tayang).
Terdapat konseptualisasi agenda yang potensial untuk memahami proses
agenda setting yakni agenda media, agenda khalayak dan agenda kebijakan.
Karena pembaca, pemirsa, dan pendengar memperoleh kebanyakan informasi
melalui media massa, maka agenda media tentu berkaitan dengan agenda
bicarakan dengan orang lain, atau apa yang mereka anggap sebagai masalah yang
tengah menarik perhatian masyarakat (Community Salience).1
Masyarakat tentunya memiliki hak untuk tahu (right to know) yang akhirnya menjadikan suatu isu atau peristiwa menjadi public sought (permintaan publik) akan informasi tentang isu atau peristiwa tersebut. Media dengan kepentingan
teknis, idealisme dan pragmatismenya memilih, mengemas dan akhirnya
mendistribusikan kepada khalayak kalau sesuatu itu penting.2
Teori Agenda Setting pertama dikemukakan oleh Walter Lippman (1965) pada
konsep “The World Outside and the Picture in our head”, penelitian empiris teori ini dilakukan McCombs dan L. Shaw ketika mereka meneliti pemilihan presiden
tahun 1972.3 Mereka mengatakan antara lain walaupun para ilmuwan yang
meneliti perilaku manusia belum menemukan kekuatan media seperti yang
disinyalir oleh pandangan masyarakat yang konvensional, belakangan ini mereka
menemukan cukup bukti bahwa para penyunting dan penyiar memainkan peranan
yang penting dalam membentuk realitas social kita, ketika mereka melaksanakan
tugas keseharian mereka dalam menonjolkan berita.
Khalayak bukan saja belajar tentang isu-isu masyarakat dan hal-hal lain
melalui media, meraka juga belajar sejauhmana pentingnya suatu isu atau topik
dari penegasan yang diberikan oleh media massa. Misalnya, dalam merenungkan
apa yang diucapkan kandidat selama kampanye, media massa tampaknya
1
Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta : PT. Lasswell Visitama, 2010), h. 21
2
Ibid, h. 21 3
menentukan isu-isu yang penting. Dengan kata lain, media menetukan “acara”
(agenda) kampanye.
Dampak media massa, kemampuan untuk menimbulkan perubahan kognitif di
antara individu-individu, telah dijuluki sebagai fungsi agenda setting dari
komunikasi massa. Disinilah terletak efek komunikasi massa yang terpenting,
kemampuan media untuk menstruktur dunia buat kita. Tapi yang jelas Agenda
Setting telah membangkitkan kembali minat peneliti pada efek komunikasi massa.
Agenda setting sendiri baru menunjukan keampuhannya jika agenda media
menjadi agenda publik. Lebih hebatnya lagi jika agenda publik menjadi agenda
kebijakan. Bernard C. Cohen (1963) mengatakan bahwa pers mungkin tidak
berhasil banyak pada saat menceritakan orang-orang yang berpikir, tetapi berhasil
mengalihkan para pemirsa dalam berpikir tentang apa. Kita bisa memakai media
apa saja untuk membangun opini, tapi jika tidak sejalan dengan selera publik,
maka isu yang dibangun dengan instensitas sekuat apa pun belum tentu efektif.
B. Komunikasi Politik
1. Pengertian Komunikasi Politik
Kajian komunikasi politik pada awalnya berakar pada ilmu politik, meskipun
penamaan lebih banyak dikenal dengan istilah propaganda. Ini dimulai pada tahun
1922 dengan penelitian dari Ferdinand Tonnies dan Walter Lippmann yang
meneliti tentang opini publik pada masyarakat.
Membicarakan Komunikasi Politik tidak semudah dengan membicarakan
gerakan politik. Kesulitan itu muncul karena ada dua konsep yang mengusung
politik adalah sebuah studi yang interdisiplinari yang dibangun atas berbagai
macam disiplin ilmu, terutama dalam hubungannya antara proses komunikasi dan
proses politik. Ia merupakan wilayah pertarungan dan dimeriahkan oleh
persaingan teori, pendekatan, agenda dan konsep dalam membangun jati dirinya.4
Komunikasi yang membicarakan tentang politik kadang diklaim sebagai studi
tentang aspek-aspek politik dari komunikasi publik, dan sering dikaitkan sebagai
komunikasi kampanye pemilu karena mencangkup masalah persuasi terhadap
Pemilih, debat antarkandidat, dan penggunaan media massa sebagai alat
kampanye.5
Komunikasi dan politik memiliki hubungan yang erat dan istimewa karena
berada dalam kawasan (domain) politik dengan menempatkan komunikasi pada
posisi yang sangat fundamental. Komunikasi politik menyambungkan semua
bagian dari sistem politik sehingga aspirasi dan kepentingan dikonversikan
menjadi berbagai kebijaksanaan.
Komunikasi Politik (Political Communication) merupakan gabungan dua disiplin ilmu yang berbeda namun terkait sangat erat, yakni Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Politik. Oleh karena itu, sebelum memasuki pembahasan tentang pengertian
dan proses komunikasi politik, dibahas lebih dulu tentang pengertian komunikasi
dan politik.
a. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, perilaku baik
langsung maupun tidak langsung. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris
1 Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009) h. 16
5
communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata
communis yang berarti sama, sama di sini maksudnya adalah sama makna.6 Dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, prilaku, penerima dan
melaksanakan apa yang diinginkan oleh komunikator.
Komunikasi bukan sekadar penerusan informasi dari suatu sumber kepada
publik, ia lebih mudah dipahami sebagai penciptaan kembali gagasan-gagasan
informasi oleh publik jika diberikan petunjuk dengan simbol, slogan, atau tema
pokok.7
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara
efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang
dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai
berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?8
Sehubungan dengan kenyataan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang tidak
bisa dipisahkan dari aktivitas seorang manusia, tentu masing-masing orang
mempunyai cara sendiri, tujuan apa yang akan didapatkan, melalui apa atau
kepada siapa.9 Jika kita menyimak kandungan makna yang terdapat dalam setiap
definisi komunikasi yang telah dikemukakan, kita dapat menemukan adanya
sejumlah unsur yang mendukungnya. Paradigma Lasswell di atas menunjukkan
6
Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta : PT.Lasswell Visitama, 2010), h. 4
7
Nimmo, Dan, Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan, dan Media, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993) H.5
8
Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra ,( Jakarta : PT.Lasswell Visitama, 2010), h.5
9
bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang
diajukan itu, yaitu:
1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan komunikator sebagai
pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia
sumber bisa terdiri satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok
misalnya partai, organisasi, lembaga atau negara.
2. Pesan (mengatakan apa?)
Pesan dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan
pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap
muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.
3. Media (melalui canel/media apa?)
Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari
sumber kepada penerima. Media komunikasi ada yang berbentuk
saluran antarpribadi, media kelompok, dan ada pula dalam bentuk
media massa.
4. Komunikan (kepada siapa?)
Adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.
Bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk organisasi,
instansi, partai atau negara.
5. Efek (dengan dampak/efek apa?).
Adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan
pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku
seseorang.
Dalam bentuknya yang paling sederhana, proses komunikasi terdiri dari
pengirim, pesan, dan penerima. Suatu tindakan komunikasi bermula dari si
pengirim. Karena itu, kualitas komunikasi sebagian besar tergantung dari
keterampilan si pengirim. Ia harus tahu isi pesan yang ingin disampaikannya,
siapa penerimanya, dan dengan sarana apa pesan itu ingin disampaikan. Selain itu
ia juga harus tahu kapan pesan itu harus disampaikan. Kemudian tanggung jawab
final dari si pengirim ialah mencari feedback atau umpan balik dan mengevaluasi secara hati-hati.10
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu. Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan
makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dan jelas masing-masing
orang mempunyai perbedaan dalam mengaktualisasikan komunikasi tersebut.
Berbeda dengan Lasswell, Steven justru mengajukan sebuah definisi yang
lebih luas bahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi reaksi
terhadap suatu objek atau stimuli, apakah itu berasal dari seseorang atau
lingkungan sekitarnya.11
Meski definisi yang dibuat para pakar memiliki perspektif yang berbeda satu
sama lainnya menurut latar belakang disiplin ilmu yang membuat definisi itu,
pada dasarnya definisi-definisi itu tersebut tidak terlepas dari substansi
komunikasi itu sendiri.
10
Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001), h. 159 11
b. Pengertian Politik
Dalam kehidupan kita sehari-hari istilah politik sudah tidak begitu asing
karena segala sesuatu yang dilakukan atas dasar kepentingan kelompok atau
kekuasaan sering kali diatasnamakan dengan label politik. Jika dianggap bahwa
ilmu politik mempelajari politik, maka perlu kiranya dibahas dulu istilah politik
itu. Dalam kepustakaan ilmu politik ternyata ada bermacam-macam definisi
mengenai politik. Karena pada perkembangannya, komunikasi juga melahirkan
apa yang disebut komunikasi politik. Jika dilihat dari pengertian komunikasi, tak
heran jika ia pun sanggup merangkul studi politik.12
Istilah ilmu politik (science politique) pertama kali digunakan oleh Jean Bodin di Eropa pada tahun 1576, kemudian Thomas Fithzerbert dan Jeremy Betham
pada tahun 1606. akan tetapi istilah politik yang dimaksud ialah ilmu negara
sebagaimana tertulis dalam karya-karya sarjana Eropa daratan yang bersifat
institusional yuridis.13
Politik berasal dari kata politic (Inggris) yang menunjukkan sifat pribadi (adjektive of person) atau sifat perbuatan (adjektive of action). Di sini politik berarti bertindak bijaksana (acting wisly), dan bijak (wise).14 Kata yang lain adalah politics (dengan ”s”) yang berarti seni atau ilmu tentang pemerintahan (the art government). Asal kata politik adalah dari bahasa latin politicos, embrionya adalah kata polis yang berarti kota.15 Sedangkan dalam bahasa dikenal dengan kata sifat yang salah satu artinya adalah politik, sedangkan maksudnya di sini,
12
Budiharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1998), hal. 8 13
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2009), h. 26
14
AP.Cowl, oxford Leaner’s Dictionary, (Ocford : Ocford University Press, 1990) 15
politik adalah muslihat, tindakan akal, kebijakan dengan tujuan mencapai suatu
maksud.16
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistim politik (atau negara) yang menyangkut proses
menentukan tujuan-tujuan dari sistim itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.
Pengambilan keputusan (decisionmaking) mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistim politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan
penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu.17
Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goal), dan bukan tujuan pribadi seseorang (private goals). Lagipula politik menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk partai politik dan kegiatan orang seorang
(individu).18
Ada berbagai definisi yang diberikan oleh para ilmuan diantaranya menurut
Soelistyati Ghani dalam bukunya Pengantar Ilmu Politik menurutnya dua arti kata
politik yang penting adalah :
Pertama, politik dalam arti dipergunakan untuk menunjukkan mengenai suatu
segi dari kehidupan manusia bersama dalam masyarakat yang menyangkut
kekuasaan, menyangkut Power Relation Ship, dalam artian ini terkandung isi politik sebagai usaha untuk memperoleh kekuasaan.
16
Depdikbud, Op.Cit., h. 836 17
Budiharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1998), hal. 8 18
Kedua, politik di dalam arti mempergunakan untuk menunjukan kepada satu
rangkaian tujuan yang hendak dicapai atau dengan kata yang lebih singkat
kebijaksanaan.19
Dalam Bahasa Indonesia kata politik mempunyai beberapa pengertian . yaitu :
1. Ilmu pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan.
2. Segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai
pemerintahan negara atau terhadap negara lain.
3. kebijakan; cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu
masalah).20
Dalam penggunaannya, istilah politik pertama kali dikenal dari buku Plato
yang berjudul “Polities”. Dari karya-karya tersebut dapat diketahui bahwa politik merupakan istilah yang digunakan untuk konsep pengaturan kemasyarakatan
sebab yang dibahas dalam kedua buku tersebut adalah soal-soal yang berkenaan
dengan masalah bagaimana pemerintahan dijalankan agar terwujud suatu
masyarakat politik atau Negara yang sempurna, atau yang menurut Plato sebagai
“Negara ideal”. 21
Sedangkan menurut Deliar Noor, politik adalah “segala aktivitas atau sikap
yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang dimaksud untuk mempengaruhi,
dengan jalan mengubah, atau mempertahankan suatu macam bentuk susunan
masyarakat.22
19
Ghani, Soelistyati Ismail, Pengantar Ilmu Politik, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1984), cet. Ke-1, h. 17
20
Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995), Cet.KE-8, hal. 694
21
Noor, Deliar, Pengantar ke Pemikiran Politik, (Jakarta : Gramedia, 1998), h. 93 22
Dalam kepustakaan ilmu politik, sebenarnya terdapat banyak ragam definisi
tentang politik. Keragaman definisi tersebut menurut Miriam, karena setiap
sarjana melihat hanya satu aspek atau unsur politik saja yang kemudian unsur
tersebut diperlakukan sebagai konsep pokok yang dipakai untuk meneropong
unsur-unsur lainnya.23
Pada umumnya apa yang disebut politik itu berkaitan dengan
bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara, yang menyangkut proses
penentuan dan pelaksanaan tujuan-tujuan itu.24 Untuk melaksanakan
tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijakan-kebijakan umum yang menyangkut
pengaturan dan pembagian atau alokasi sumber-sumber dan berbagai sumber daya
yang ada. Untuk itu diperlukan kekuatan (power) dan kewenangan (authority), yang dipakai baik untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan
konflik yang mungkin timbul dalam proses tersebut.25
Dari sekian banyak definisi tentang politik tersebut, menurut pandangan Jeje
Abdul Rojak, paling tidak dapat ditemukan dua kecenderungan pendefinisian,
yaitu pandangan yang mengkaitkan politik dengan Negara, dan pandangan yang
mengkaitkan politik dengan masalah kekuasaan , otoritas, dan atau dengan
konflik.26
Bagaimana seandainya dalam politik tidak terjadi komunikasi? Tentunya akan
mempengaruhi kinerja politik (atau sistem politik) yang sedang dijalankan.
Berbagai komponen infrastruktur dan suprastruktur mengalami keterputusan
23
Budiarjo, Miriam, Loc. Cit. 24
Budiharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta : Gramedia, 1992), h. 8 25
Ibid. 26
hubungan sehingga mekanisme yang seharusnya dijalankan tidak bisa
berkembang secara dinamis.
Apa yang dimaksud dengan komunikasi politik? Bertolak dari konsep
komunikasi dan konsep politik yang telah diuraikan pada bagian awal, upaya
untuk mendekati pengertian apa yang dimaksud komunikasi politik, pengertian
komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan
lambang-lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari
seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka
wawasan atau cara berpikir, serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak
yang menjadi target politik.27
Michael Rush dan Philip Althoff mendefinisikan komunikasi politik sebagai
suatu proses di mana informasi politik yang relevan diteruskan dari satu bagian
sistem politik kepada bagian lainnya, dan di antara sistem-sistem sosial dengan
sistem-sistem politik.28 Proses ini terjadi secara berkesinambungan dan mencakup
pola pertukaran informasi di antara individu-individu dengan
kelompok-kelompoknya pada semua tingkatan.29
Komunikasi Politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan
kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini,
sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru.
27
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2009), h.35
28
Michael Rush & Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997), h. 24
29
Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara “yang
memerintah” dan “yang diperintah”.30
Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkret sebenarnya
telah dilakukan oleh siapa saja: mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjaga warung,
dan seterusnya. Tak heran jika ada yang menjuluki Komunikasi Politik sebagai
neologisme, yakni ilmu yang sebenarnya tak lebih dari istilah belaka.31
Komunikasi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Sebab,
dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak berkomunikasi, dan
kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik.
Berbagai penilaian dan analisis orang awam berkomentar soal kenaikan BBM, ini
merupakan contoh kekentalan komunikasi politik.
Komunikator Politik pada dasarnya adalah semua orang yang
berkomunikasi tentang politik, mulai dari obrolan warung kopi hingga sidang
parlemen untuk membahas konstitusi negara. Namun, yang menjadi komunikator
utama adalah para pemimpin politik atau pejabat pemerintah karena merekalah
yang aktif menciptakan pesan politik untuk kepentingan politis mereka. Mereka
adalah pols, yakni politisi yang hidupnya dari manipulasi komunikasi, dan vols, yakni warga negara yang aktif dalam politik secara part timer ataupun sukarela.32
Komunikasi politik merupakan suatu elemen yang dinamis dan yang
menentukan sosialisasi politik dan partisipasi politik. Dalam hal ini komunikasi
politik menentukan corak perilaku insan politik.33 Dari beberapa pengertian di
30
Ibid, h. 22 31
Iqbal, Tengku Dhani, Komunikasi Politik, Sebuah Neologisme,(Jakarta :2006) 32
ASM. Romli. Ikhtisar perkuliahan “ Komunikasi Politik” (Unfari), Bandung. Hal. 15 33
atas, jelas komunikasi politik adalah suatu proses komunikasi yang memiliki
implikasi
2. Unsur-unsur Komunikasi Politik
Proses komunikasi politik sama dengan proses komunikasi pada umumnya
(komunikasi tatap muka dan komunikasi bermedia) komunikasi politik sebagai
body of knowledge juga terdiri atas berbagai unsur, yakni : 1. Komunikator Poltik
Komunikasi politik tidak hanya menyangkut partai poitik, melainkan juga
lembaga pemerintahan legislative dan eksekutif. Dengan demikian, sumber
atau komunikator politik adalah mereka-mereka yang dapat memberi
informasi tentang hal-hal yang mengandung makna atau bobot politik
misalnya presiden, mentri, anggota DPR, MPR, KPU, gubernur,
bupati/walikota, politisi, funsionaris partai politik, fungsionaris Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), dan kelompok-kelompok penekan dalam
masyarakat yang bias mempengaruhi jalanya pemerintahan.
2. Pesan Politik
Ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis maupun tidak
tertulis, baik secara verbal maupun non verbal. Tersembunyi maupun
terang-terangan, baik yang disadari maupun tidak disadari yang isinya
mengandung bobot politik. Misalnya pidato pilitik, undang-undang
kepartaian, undang-undang pemilu, penyataan politik, artikel atau isi
ulasan politik dan pemerintahan, spanduk atau baliho, iklan politik,
propaganda, makna logo, warna baju atau bendera dan semacamnya.
3. Saluran atau Media Politik
Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan oleh para
komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Misalnya
media cetak, yaitu surat kabar, tabloid, majalah. Media elektronik,
misalnya film, radio, televisi, komputer, internet. Media format kecil,
misalnya leaflet, brosur, selebaran, stiker, bulletin. Media luar ruang (out door media), misalnya baliho, spanduk, reklame, bendera, jumbai, pin, logo, topi, rompi, kaos oblong, kalender, blok note dan segala sesuatunya
yang biasa digunakan untuk membangun citra (image building). 4. Sasaran atau Target Politik
Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi
dukungan dalam bentuk pemberian suara kepada partai atau kandidat
dalam pemilihan umum. Mereka adalah pengusaha, pegawai negeri, buruh,
perempuan, ibu rumah tangga, pedagang kaki lima, mahasiswa, petani,
yang berhak memilih maupun pelajar dan siswa yang akan memilih setelah
cukup usia.
5. Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik
Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman
terhadap system pemerintahan dan partai-partai politik, dimana nuansanya
akan bermuara pada pemberian suara dalam pemilihan umum. Pemberian
suara sangat menentukan terpilih tidaknya seorang kandidat untuk posisi
dan wakil gubernur, bupati dan wail bupati, walikota dan wakil walikota
sampai pada tingkat DPRD. 34
3. Fungsi Komunikasi Politik
Gabriel Almond berpendapat bahwa Komunikasi Politik merupakan salah
satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik :
“All of the functions performed in the political system-political socialization and recruitment, intereset articulation, interest aggregations, rule making, rule application, and rule adjudication are performed by means of communication”.
Kutipan diatas menunjukkan bahwa komunikasi politik bukanlah fungsi
yang berdiri sendiri, akan tetapi merupakan proses penyampaian pesan-pesan
yang terjadi pada saat ketujuh fungsi lainnya di jalankan. Ketujuh fungsi tersebut
adalah :
1. Sosialisasi politik (Socialization Political)
Adalah suatu proses yang dilalui seseorang dalam memperoleh sikap
dan orientasi terhadap fenomena politik yang ada dalam masyarakat
tempat orang itu berada.
2. Rekrutmen politik (Recruitment)
Merupakan fungsi penyeleksian untuk kegiatan politik dan jabatan
pemerintah melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi
anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu. Ada tiga
tahapan, mempengaruhi orang lain untuk menjadi kader, membina
34
loyalitas kader dan memproyeksikan kader untuk terlibat dan intensif
mewakili organisasi di dalam jabatan-jabatan politik.
3. Artikulasi Kepentingan (Intereset Articulation)
Proses yang mengolah aspirasi masyarakat yang bercorak ragam yang
disaring dan dirumuskan dalam bentuk rumusan yang teratur.
4. Agregasi Kepentingan (Interest Agregations)
Merupakan fungsi yang menggabungkan berbagai kepentingan yang
sama atau hampir sama untuk dituangkan dalam rumusan
kebijaksanaan lebih lanjut dengan demikian agregasi kepentingan ini
bukan lagi kepentingan orang per orangan atau kelompok akan tetapi
kepentingan masyarakat.
5. Pembuatan Aturan (Rule Making)
Merupakan fungsi yang dijalankan oleh lembaga legeslatif. Untuk
menjalankan fungsi ini legeslatif dapat bekerjasama dengan lembaga
eksekutif.
6. Penerapan Aturan. (Rule Application)
Fungsi ini dijalankan oleh lembaga eksekutif beserta jajaran
birokrasinya. Tidak hanya berarti pelaksanaan peraturan sebagai
pedoman berprilaku, tetapi juga berarti pembuatan rincian dan
pedoman pelaksanaan peraturan.
7. Penghakiman Aturan (Rule Adjudication)
Merupakan fungsi untuk menyelesaikan pertikaian atau persengketaan
yang menyangkut persoalan peraturan, pelanggaran peraturan dan
Sebagai disiplin ilmu, komunikasi politik menurut McNair memiliki lima
fungsi dasar, yakni sebagai berikut.
1. Memberikan informasi kepada masyarakat apa yang terjadi di sekitarnya.
Di sini media komunikasi memiliki fungsi pengamatan dan juga fungsi
monitoring apa yang terjadi dalam masyarakat.
2. Mendidik masyarakat terhadap arti dan signifikasi fakta yang ada. Di sini
para jurnalis diharapkan melihat fakta yang ada sehingga berusaha objektif
yang bisa mendidik masyarakat atas realitas fakta tersebut.
3. Menyediakan diri sebagai platform untuk menampung masalah-masalah
politik sehingga bisa menjadi wacana dalam membentuk opini public, dan
mengembalikan hasil opini itu kepada masyarakat. Dengan cara demikian,
bisa memberi arti dan nilai pada usaha penegakkan demokrasi.
4. Membuat publikasi yang ditujukan kepada pemerintah dan
lembaga-lembaga politik. Disini media bisa berfungsi sebagai anjing penjaga
(watchdog) sebagaimana pernah terjadi dalam kasus mundurnya Nixon sebagai Presiden Amerika karena terlibat dalam kasus Watergate.
5. Dalam masyarakat yang demokratis, media politik berfungsi sebagai
saluran advokasi yang bisa membantu agar kebijakan dan
program-program lembaga politik dapat disalurkan kepada media massa.35
Jika fungsi komunikasi yang dikemukakan oleh McNair dikombinasikan
dengan fungsi komunikasi yang dibuat oleh Goran Hedebro, komunikasi politik
berfungsi untuk :
35
1. Memberikan informasi kepada masyarakat terhadap usaha-usaha yang
dilakukan lembaga politik maupun dalam hubungannya dengan
pemerintah dan masyarakat;
2. Melakukan sosialisasi tentang kebijakan, program, dan tujuan lembaga
politik;
3. Memberi motivasi kepada politisi, fungsionaris, dan pendukung partai;
4. Menjadi platform yang bisa menampung ide-ide masyarakat sehingga
menjadi bahan pembicaraan dalam bentuk opini publik;
5. Mendidik masyarakat dengan pemberian informasi, sosialisasi tentang
cara-cara pemilihan umum dan penggunaan hak mereka sebagai pemberi
suara;
6. Menjadi hiburan masyarakat sebagai “pesta demokrasi” dengan
menampilkan para juru kampanye, artis, dan para komentator atau
pengamat politik;
7. Memupuk integrasi dengan mempertinggi rasa kebangsaan guna
menghindari konflik dan ancaman berupa tindakan separatis yang
mengancam persatuan nasional;
8. Menciptakan iklim perubahan dengan mengubah struktur kekuasaan
melalui informasi untuk mencari dukungan masyarakat luas terhadap
gerakan reformasi dan demokratis;
9. Meningkatkan aktivitas politik masyarakat melalui siaran berita, agenda
10.Menjadi watchdog atau anjing penjaga dalam membantu terciptanya good governance yang transparansi dan akuntabilitas;36
4. Saluran-Saluran Komunikasi Politik.
Istilah struktur Komunikasi oleh Almond dan Powell (1966), juga
diartikan sebagai saluran komunikasi, diantaranya adalah :
a. Struktur wawanmuka (face-to face) informal, yaitu : merupakan saluran yang efektif dalam penyampaian pesan-pesan politik. Di samping struktrur yang
formal dalam sebuah organisasi, selalu terdapat struktur informal yang
“membayangi”nya. Saluran ini bersifat bebas dalam arti tidak terikat oleh
struktur formal, namun tidak semua orang dapat akses ke saluran ini dalam
kadar yang sama.
b. Struktur sosial tradisional, yaitu sebuah saluran komunikasi yang ditentukan
oleh posisi sosial pihak yang berkomunikasi (khalayak atau sumber). Artinya,
pada lapis mana yang bersangkutan berkedudukan dan (tentunya akan
menentukan pula) akses disusunan sosial masyarakat tersebut.37
c. Struktur masukan (input) politik, yaitu : struktur yang memungkinkan terbentuknya / dihasilkannya input bagi sistem politik yang dimaksud. Yang
termasuk struktur input adalah serikat pekerja, kelompok-kelompok
kepentingan, dan partai politik.38
d. Struktur output, yaitu : struktur formal dari pemerintah. Struktur pemerintahan , khususnya birokrasi, memungkinkan pemimpin-pemimpin politik
36
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada 2009) H.40-41
37
Nasution, Zulkarimien, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1990,hlm.57