HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN DENGAN TINGKAT KOLESTEROL DARAH TOTAL PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KANWIL
DIREKTORAT JENDRAL PERBENDAHARAAN PROVINSI SUMATERA UTARA
KOTA MEDAN TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
SISKA MARINA DAMANIK NIM. 091000125
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Indonesia saat ini mengalami masalah gizi ganda yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Gizi lebih dianggap sebagai sinyal awal dan munculnya penyakit degeneratif seperti PJK. Upaya penangulangan dan pencegahan PJK yaitu dengan pengaturan pola konsumsi pangan terutama mengendalikan asupan lemak dari makanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada PNS di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan. Desain penelitian ini adalah c ross-sectional.
Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari : konsumsi pangan PNS, karakteristik PNS, pengukuran kolesterol darah total. Data sekunder yaitu gambaran umum Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan. Hubungan antara pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol dianalisa dengan deskriptif dengan uji statistik Exact-fisher dengan α 0.05.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar PNS mengkonsumsi sumber makanan hewani yang sering (1-3 kali per minggu) yaitu telur, daging ayam, daging sapi/kambing, ampela, udang/cumi/kepiting dan makanan lain yang mengandung lemak yaitu makanan gorengan dan makanan bersantan. Rata-rata kolesterol darah total 210,8 mg/dl, konsumsi energi PNS sebagian besar adalah baik (80%) tidak ada hubungan nyata antara konsumsi energi dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,768). Konsumsi energi lemak yang paling banyak adalah lebih (75%) ada hubungan bermakna antara konsumsi energi lemak dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,001), ada hubungan bermakna antara asupan asam lemak jenuh dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,002). Ada hubungan bermakna antara asupan asam lemak tidak jenuh dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,001)
Disarankan kepada PNS sebaiknya megatur pola konsumsi pangan yaitu dengan mengurangi konsumsi lemak dan mengatur frekuensi makanan yang mengandung lemak dan kolesterol.
Kata kunci : Pola konsumsi pangan, tingkat kolesterol darah total, PNS
ABSTRACT
Currently, Indonesia is facing double nutritional problems, namely lack of nutrition and over nutrition. Over nutrition is considered as the early signal of the coming of degeneratif disease such as Coronary Heart Disease. The attempt efforts to overcome and to prevent Coronary Heart Disease is by regulating food consumption pattern especially by controlling the fat supplied by the food consumed.
The purpose of this study was to find out the between the food consumption patternand the level of total blood cholesterol in Civil Servants in the regional Office of Directorate General of Treasury, the Province of Sumatera Utara, Medan with cross-sectional design.
The primary data for this study were obtained by distributing questionaires containing food consumption, characteristic, total blood cholesterol, measurement of Civil Servants. The secondary data were obtained from general description of the regional Office of Directorate General of Treasury, the Province of Sumatera Utara, Medan. The correlation between the food consumption pattern and the level of cholesterol was descriptively analyzed through Exact-Fisher statistic test at α = 0.05.
The result of this study showed that most of the Civil servants often consumed aminal food (1-3 times a week) such as eggs, chicken, beef/mutton, ampele, shrimp/squid/crab and other food containing fat such as fried and coconut-milk contained food. The average total blood cholesterol was 120.8 mg/dl, most of the energy consumed by the Civil Servants was good (80%) and there was no correlation between energy consumption and the level of total blood cholesterol (p=0.768). fat energy consumption was higher (75%), therefore, there was a significant correlation between fat energy consumption and the level of total blood cholesterol (p=0.001), between saturated fatty acid intake and the level of blood cholesterol (p=0.002), and between unsaturated fatty acid intake and the level of total blood cholesterol (p=0.001).
The Civil Servants are suggested to control their consumption pattern by reducing to consumed fat and controling the frequncy or eating fat and cholesterol containing food.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Siska Marina Damanik
Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 12 Februari 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat Rumah : Jl. Bunga Cempaka XI-B No.18 Pasar III
P. Bulan II , Medan Selayang
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. 1996-2002 : SD Percobaan Negeri Medan
2. 2002-2005 : SMP Negeri 1 Medan
3. 2005-2008 : SMA Negeri 2 Tanjungbalai Asahan
4. 2009-2013 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Hubungan Pola Konsumsi Pangan dengan Tingkat Kolesterol Drah Total Pada Pegawai
Negeri Sipil Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota
Medan Tahun 2013”, guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.
Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan, dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan banyak bimbingan dan nasehat selama
penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara yang telah banyak memberikan saran dan arahan kepada penulis.
3. Ibu Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I, yang
telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan
4. Ibu Ernawati Nasution, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II, yang
telah banyak memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis dalam
pengerjaan skripsi ini.
5. Ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH selaku Dosen Penguji yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran, dan arahan kepada penulis.
6. Ibu Ir. Etti Sudaryati, MKM, Ph.D selaku Dosen Penguji yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran, dan arahan kepada penulis.
7. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku dosen Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu yang
bermanfaat.
8. Ibu Dra. Apt. Jumirah, M.Kes, selaku dosen Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat yang telah banyak memberikan ilmu dan motivasi.
9. Bapak dr. Muhammad Arifin Siregar, MS, selaku dosen Departemen Gizi
Kesehatan Masyarakat yang telah banyak memberikan ilmu dan motivasi.
10. Bang Marihot Oloan Samosir, ST, selaku staf Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan
berkas-berkas penelitian dengan tepat waktu.
11. Para Dosen dan staf di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat.
12. Kepala Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara
Kota Medan beserta seluruh stafnya yang telah mengizinkan dan membantu
13. Kepala Poliklinik Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi
Sumatera Utara Kota Medan beserta stafnya yang telah banyak membantu
penulis dalam melakukan penelitian.
14. Kak Lastri, AMK, selaku perawat Poliklinik Kanwil Direktorat Jendral
Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan yang telah banyak
membantu penulis dalam melakukan penelitian.
15. Orang tua tercinta, Ayahanda (Alm.) Ir. Armansyah Damanik dan Ibunda
Dameria Pandiangan dan saudari-saudariku tersayang, Tantya Denara
Damanik dan Utari Ardha Damanik yang selalu memberikan doa, kasih
sayang, dukungan serta semangat kepada penulis selama ini.
16. Abanganda terkasih, Jho A. Simanjuntak yang selalu memberikan bantuan,
dukungan serta semangat kepada penulis.
17. Sahabat-sahabatku tersayang, Dian Royana, Nurmaida Sari Tanjung, Kak
Marlina Nasution, Zaharany Tanjung, Khairunnisa Nasution, dan Suliyanti
yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
18. Teman seperjuangan PBL, Kak Julia, Kak Lina, Kak Helmida, Kak
Febriyanti, Kak Serli, Kak Licha, Kak Winda, Kak Ida, Bang Moris, Fadhil
dan Fahrurrozy yang telah bersama-sama berbagi suka dan duka, senasib
19. Teman-teman angkatan 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara, khususnya kepada teman-teman dan kakak-kakak di
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang tidak bisa disebutkan satu per
satu.
20. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak
membantu dan memberikan semangat serta doa kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini,
untuk penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan bagi para pembaca.
Amiin.
Medan, Oktober 2013
Penulis,
Siska Marina Damanik
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Persetujuan ... ………. i
Abstrak ... ii
Abstract ... iii
Daftar Riwayat Hidup ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... ix
Daftar Tabel ... xii
Daftar Gambar ... xiv
Daftar Lampiran ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Pangan ... 8
2.1.1 Konsumsi Makanan Beraneka Ragam ... 10
2.1.2 Konsumsi Makanan Sesuai Kebutuhan ... 11
2.1.3 Konsumsi Lemak dan Minyak ... 12
2.1.4 Konsumsi Makanan Rendah Garam dan Tinggi Kalium 13
2.1.5 Alkohol... 14
2.1.6 Serat ... 14
2.2 Kolesterol ... 15
2.3 Konsumsi Pangan Yang Mempengaruhi Peningkatan Kolesterol Darah ... 19
2.3.1 Hubungan Karbohidrat dengan Kolesterol Darah ... 20
2.3.3 Hubungan Protein dengan Kolesterol Darah ... 22
2.4 Indeks Massa Tubuh ... 23
2.5 Aktifitas Olahraga ... 24
2.6 Metode Penilaian Konsumsi Pangan ... 24
2.7 Kerangka Konsep ... 25
2.8 Hipotesa Penelitian ... 26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27
3.3 Populasi dan Sampel ... 28
3.4 Metode Pengambilan Data ... 29
3.5 Metode Pengambilan Darah Untuk Pengukuran Tingkat Kolesterol Darah Total ... 30
3.6 Instrumen Penelitian ... 30
3.7 Variabel dan Defenisi Operasional ... 31
3.8 Aspek Pengukuran ... 32
3.9 Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 . Gambaran Umum Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan ... 35
4.2 Karakteristik Responden ... 36
4.3 Pola Konsumsi Pangan Responden ... 37
4.3.1 Jenis dan Frekuensi Makanan ... 37
4.4 Konsumsi Energi dan Lemak ... 40
4.5 Asupan Lemak ... 41
4.6 Tingkat Kolesterol darah Total ... 42
4.7 Hubungan Konsumsi Energi dan Lemak dengan Tingkat Kolesterol Darah Total Pada PNS di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan ... 44
4.8 Aktifitas Olahraga ... 46
4.9 Penyakit Degeneratif ... 46
BAB V PEMBAHASAN
Kota Medan Tahun 2013 ... 48 5.2 Konsumsi Energi dan Lemak dengan Tingkat Kolesterol
Dalam Darah pada PNS Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi sumatera Utara
Kota Medan Tahun 2013 ... 51 5.3 ... Tingkat Kolesterol Darah Total pada PNS Kanwil Direktorat
Jendral Perbendaharaan Provinsi sumatera Utara
Kota Medan Tahun 2013 ... 54 5.4Hubungan Konsumsi Energi dan Lemak dengan Tingkat
Kolesterol darah Total pada PNS Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi sumatera Utara
Kota Medan Tahun 2013 ... 55
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 58 6.2Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi (Energi) Rata-Rata Yang Dianjurkan (Per Orang Per hari)
Pada Kelompok Umur 30-64 Tahun ... 9
Tabel 2.2 Daftar Beberapa Bahan Makanan
Yang Mengandung Kolesterol ... 15
Tabel 2.3 Kadar Kolesterol Darah Dalam mg/dl ... 19
Tabel 2.4 Kategori Indeks Massa Tubuh ... 23
Tabel 4.1 Distribusi Berdasarkan Karakteristik Responden
Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan
Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013 ... 36
Tabel 4.2 Distribusi Jenis Bahan Makanan dan Frekuensi Makanan Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan
Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013 ... 38
Tabel 4.3 Distribusi Berdasarkan Konsumsi Energi
Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan
Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013 ... 40
Tabel 4.4 Distribusi Berdasarkan Asupan Lemak
Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan
Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013 ... 41
Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan
Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013 ... 42
Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Kolesterol darah Total Berdasarkan Jenis Kelamin Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara
Kota Medan Tahun 2013 ... 43
Tabel 4.7 Distribusi Tingkat Kolesterol Darah Total
Berdasarkan Tingkat Umur Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara
Kota Medan Tahun 2013 ... 43
Tabel 4.8 Distribusi Tingkat Kolesterol Darah Total Berdasarkan Aktifitas Olahraga Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013...44
Tabel 4.8 Hubungan Konsumsi Energi Dan Lemak Tingkat Kolesterol Darah Total Pada PNS
Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan
Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013 ... 45
Tabel 4.9 Distribusi Aktifitas Olahraga Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan
Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013 ... 47
Tabel 4.10 Distribusi Penyakit Degeneratif Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Struktur Molekul Kolesterol………. ……… 16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 : Master Data
Lampiran 3 : Hasil Uji Exact Fisher
Lampiran 4 : Surat Pengantar Survei Pendahuluan
Lampiran 5 : Surat Izin Survei Pendahuluan
Lampiran 6 : Surat Pengantar Penelitian
Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 8 : Surat Selesai Penelitian
Lampiran 9 : Foto Penelitian
ABSTRAK
Indonesia saat ini mengalami masalah gizi ganda yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Gizi lebih dianggap sebagai sinyal awal dan munculnya penyakit degeneratif seperti PJK. Upaya penangulangan dan pencegahan PJK yaitu dengan pengaturan pola konsumsi pangan terutama mengendalikan asupan lemak dari makanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada PNS di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan. Desain penelitian ini adalah c ross-sectional.
Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari : konsumsi pangan PNS, karakteristik PNS, pengukuran kolesterol darah total. Data sekunder yaitu gambaran umum Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan. Hubungan antara pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol dianalisa dengan deskriptif dengan uji statistik Exact-fisher dengan α 0.05.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar PNS mengkonsumsi sumber makanan hewani yang sering (1-3 kali per minggu) yaitu telur, daging ayam, daging sapi/kambing, ampela, udang/cumi/kepiting dan makanan lain yang mengandung lemak yaitu makanan gorengan dan makanan bersantan. Rata-rata kolesterol darah total 210,8 mg/dl, konsumsi energi PNS sebagian besar adalah baik (80%) tidak ada hubungan nyata antara konsumsi energi dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,768). Konsumsi energi lemak yang paling banyak adalah lebih (75%) ada hubungan bermakna antara konsumsi energi lemak dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,001), ada hubungan bermakna antara asupan asam lemak jenuh dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,002). Ada hubungan bermakna antara asupan asam lemak tidak jenuh dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,001)
Disarankan kepada PNS sebaiknya megatur pola konsumsi pangan yaitu dengan mengurangi konsumsi lemak dan mengatur frekuensi makanan yang mengandung lemak dan kolesterol.
Kata kunci : Pola konsumsi pangan, tingkat kolesterol darah total, PNS
ABSTRACT
Currently, Indonesia is facing double nutritional problems, namely lack of nutrition and over nutrition. Over nutrition is considered as the early signal of the coming of degeneratif disease such as Coronary Heart Disease. The attempt efforts to overcome and to prevent Coronary Heart Disease is by regulating food consumption pattern especially by controlling the fat supplied by the food consumed.
The purpose of this study was to find out the between the food consumption patternand the level of total blood cholesterol in Civil Servants in the regional Office of Directorate General of Treasury, the Province of Sumatera Utara, Medan with cross-sectional design.
The primary data for this study were obtained by distributing questionaires containing food consumption, characteristic, total blood cholesterol, measurement of Civil Servants. The secondary data were obtained from general description of the regional Office of Directorate General of Treasury, the Province of Sumatera Utara, Medan. The correlation between the food consumption pattern and the level of cholesterol was descriptively analyzed through Exact-Fisher statistic test at α = 0.05.
The result of this study showed that most of the Civil servants often consumed aminal food (1-3 times a week) such as eggs, chicken, beef/mutton, ampele, shrimp/squid/crab and other food containing fat such as fried and coconut-milk contained food. The average total blood cholesterol was 120.8 mg/dl, most of the energy consumed by the Civil Servants was good (80%) and there was no correlation between energy consumption and the level of total blood cholesterol (p=0.768). fat energy consumption was higher (75%), therefore, there was a significant correlation between fat energy consumption and the level of total blood cholesterol (p=0.001), between saturated fatty acid intake and the level of blood cholesterol (p=0.002), and between unsaturated fatty acid intake and the level of total blood cholesterol (p=0.001).
The Civil Servants are suggested to control their consumption pattern by reducing to consumed fat and controling the frequncy or eating fat and cholesterol containing food.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Perkembangan zaman dan era globalisasi yang terjadi saat ini membawa
perubahan - perubahan dalam kehidupan. Peningkatan pendapatan pada kelompok
masyarakat tertentu menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, terutama pada pola
makan. Di samping itu perbaikan ekonomi menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik
dikalangan masyarakat. Hasil identifikasi yang dilakukan Riskesdas, bahwa faktor resiko
yang menyebabkan penyakit degeneratif di Sumatera Utara dinyatakan bahwa sebanyak
51,9% masyarakat Sumatera Utara kurang melakukan aktivitas fisik atau berolahraga.
Perubahan pola makan dan aktifitas fisik ini berakibat semakin banyaknya
penduduk golongan tertentu mengalami masalah gizi lebih. Pola makan yang berlebih
dan kurangnya aktifitas berolahraga dapat menyebabkan tidak adanya metabolisme tubuh
sehingga akan menyebabkan gizi lebih. Gizi lebih dianggap penting karena dapat
menimbulkan penyakit tidak menular yang saat ini banyak terjadi di Indonesia. Masalah
gizi lebih muncul pada awal tahun 1990-an. Gizi lebih disebabkan karena konsumsi
pangan melebihi kebutuhan normal tubuh manusia. Salah satu bentuk gizi lebih adalah
kegemukan dan obesitas (Santoso, 2004).
Dalam Laporan Pola Penyakit Penyebab Kematian di Indonesia, berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia ditemukan bahwa
prevalensi obesitas tinggi yaitu pada pria sebesar 41,2% dan pada wanita sebesar 53,3%
Menurut Kodyat (1990), obesitas cenderung meningkat pada populasi dewasa.
Sekitar 80-90% kasus obesitas diperkirakan ditemukan pada rentang usia dewasa.
Kelompok usia 40-55 tahun merupakan kelompok paling rawan terhadap kejadian
obesitas. Obesitas sangat erat hubungannya dengan hiperkolesterolemia.
Hiperkolesterolemia adalah kolesterol yang tinggi di dalam darah, ini dapat memberikan
dampak penyumbatan pembuluh darah dan jantung. Obesitas sering dianggap sebagai
sinyal awal munculnya keluhan penyakit-penyakit degeneratif.
Hingga saat ini penyakit degeneratif telah menjadi penyebab kematian terbesar di
dunia. Hampir 17 juta orang meninggal lebih awal setiap tahun akibat epidemi global
penyakit degeneratif (WHO, 2002). Penyakit degeneratif mencakup penyakit diabetes
mellitus, kanker, stroke, hipertensi, penyakit kardiovaskuler dan lain-lain. Penyakit
degeneratif sangat dipengaruhi oleh pola konsumsi pangan. Salah satu penyakit
degeneratif yang dapat terjadi akibat konsumsi pangan yang berlebih adalah penyakit
jantung koroner. Penyakit jantung koroner merupakan penyakit kardiovaskuler yang
paling banyak menyebabkan kematian. (Anwar, 2004).
Menurut data WHO (2002), jumlah individu yang meninggal akibat penyakit
jantung koroner adalah sebanyak 5.825.000 untuk umur 60 tahun ke atas dan 1.332.000
untuk umur 15-59 tahun (Hanan, 2005). Di Indonesia pada tahun 2002, penyakit jantung
merupakan penyebab kematian pertama, dengan angka mortalitas 14%.
Dan prevalensi penyakit janutng di Sumatera Utara pada tahun 2007 sebesar 7%.
Ini merupakan prevalensi presentase tertinggi diantara beberapa penyakit degeneratif
Penelitian yang dilakukan Direktorat Jendral Pelayanan Medik Depkes RI,
mendapatkan bahwa pada tahun 2007 jumlah pasien penyakit jantung yang menjalani
rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit di Indonesia adalah 239.548 jiwa (Depkes RI,
2009). Faktor risiko pada PJK dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu : Faktor risiko yang
dapat dikendalikan (dislipidemia, merokok, hipertensi, diabetes militus, kegemukan dan
stres) dan yang tidak dapat dikendalikan (jenis kelamin, umur dan keturunan) (Chung,
2010).
Dari faktor-faktor di atas upaya penanggulangan dan pencegahan utama PJK yaitu
dengan pengaturan pola konsumsi pangan sesuai dengan kebutuhan, terutama
mengendalikan energi lemak dan kolesterol. Ada dua jenis lemak dalam makanan, yaitu
lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Lemak jenuh inilah yang meningkatkan kadar
kolesterol dan trigliserida. Oleh karena itu semakin banyak konsumsi makanan berlemak,
maka akan semakin besar peluangnya untuk menaikkan kadar kolesterol dalam darah
(Soeharto, 2004).
Kolesterol adalah jenis lemak, tubuh memperoleh kolesterol dari dua sumber
yaitu, dibentuk di dalam tubuh oleh hati dan dari luar tubuh yang bersumber dari
makanan. Kolesterol yang berasal dari makanan dapat meningkatkan kolesterol dalam
darah terutama yang bersumber dari hewani. Kolesterol darah tersebut adalah kolesterol
darah total, HDL, LDL dan trigliserida.
Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian, setiap penurunan kadar kolesterol sebesar
1% akan menurunkan risiko PJK sebesar 2% (Anwar, 2004). Penelitian kolesterol darah
risiko PJK. Banyak hal yang diduga berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah
diantaranya konsumsi pangan mengandung asam lemak jenuh, karbohidrat, kebiasaan
olahraga, obesitas, kebiasaan minum alkohol, merokok, dan diabetes militus (Semiardji,
2003).
Adapun pengaruh konsumsi pangan terhadap kadar kolesterol darah telah diteliti
oleh Kriss-Etherton et al (2001). Penelitian tersebut membandingkan pengaruh
pemberian diet tinggi asam lemak tak jenuh tunggal (15%-27%) dari kalori total
dibandingkan dengan diet rendah asam lemak (7%-12%) dari kalori total terhadap kadar
kolesterol darah total. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan dengan asupan asam
lemak <15% dari kalori total dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Penelitian Hatma (2001) mendapatkan adanya korelasi positif yang bermakna
antara asupan asam lemak dengan kadar kolesterol total pada etnis Minangkabau. Pada
tahun yang sama, Tala juga melakukan penelitian di Kecamatan Mampang Prapatan
mendapatkan sekitar 24% subjek penelitian laki-laki, usia di atas 35 tahun, mempunyai
kadar kolesterol darah total >240 mg/dl dan asupan lemak jenuh 3,3-9% dari kalori total.
Penelitian Arnett et al (2003), mendapatkan hasil bahwa 54% laki-laki dan 46%
wanita dari 4466 subjek penelitian yang tidak mengonsumsi serat (buah dan sayur)
memiliki tingkat asam lemak jenuh yang tinggi.
Penelitian terbaru mengenai hubungan konsumsi dengan asam lemak jenuh
dilakukan oleh Otto et al (2012), mendapatkan hasil bahwa penggantian dari 2% energi
asam lemak jenuh daging dengan energi asam lemak jenuh susu dikaitkan dengan risiko
Keadaan ini merupakan pendorong untuk dilakukannya penelitian hubungan pola
konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada pegawai negeri sipil (PNS)
di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan.
Secara umum, PNS yang bekerja pada Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan
Provinsi Sumatera Utara Kota Medan mengalami kelebihan berat badan atau kegemukan.
Hal ini diduga karena kebiasaan makan yang tidak teratur dan kurangnya aktifitas
berolahraga. Melalui wawancara yang dilakukan pada saat survei awal pada tanggal 19
Juli 2013, sekitar 50% PNS mengalami penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes
militus, dan PJK. Mereka tidak mendapatkan general chek-up secara rutin sehingga
pemeriksaan kesehatan dilakukan di poliklinik atau laboratorium tertentu dengan
menggunakan askes secara individu.
Terdapat 60% dari jumlah seluruh PNS di Kanwil Direktorat Jendral
Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan berusia 40 tahun keatas, yaitu
sebanyak 63 orang. Berdasarkan data yang diperoleh pada kunjungan PNS di Poliklinik
Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara, terdapat 29 orang
dengan kriteria umur 40 tahun keatas yang rutin memeriksakan tingkat koleterol darah
mereka. Dari 29 orang PNS tersebut 78% dengan kolesterol darah total >200 mg/dl.
Dan berdasarkan pengamatan yang dilakukan sekitar 80% dari 105 PNS
menggunakan sarana kantin dan warung yang berada disekitar lingkungan kantor untuk
memenuhi kebutuhan energi pada waktu sarapan pagi dan makan siang. Gambaran
konsumsi pangan pada saat bekerja di kantor adalah dari jenis makanan seperti nasi,
dari buah-buahan dan sayuran. Berdasarkan jenis makanan pokok nasi yang dikonsumsi
dengan frekuensi 3x/hari dan jumlah konsumsi energi rata-rata yang dianjurkan sehari
dapat diduga melebihi dari kebutuhan. Sementara pencegahan utama untuk PJK adalah
pengaturan pola konsumsi pangan yang baik.
Berdasarkan hal di atas penulis tertarik ingin mengetahui lebih lanjut sejauh mana
hubungan pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada Pegawai
Negeri Sipil di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota
Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi
rumusan permasalahan penelitian ini adalah bagaimana hubungan pola konsumsi pangan
dengan tingkat kolesterol darah total pada Pegawai Negeri Sipil di Kanwil Direktorat
Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol
darah total pada Pegawai Negeri Sipil di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan
Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui jenis makanan dan frekuensi makanan yang di konsumsi
pada pegawai negeri sipil di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan
2) Untuk mengetahui konsumsi energi dan lemak pada pegawai negeri sipil di
Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota
Medan.
3) Untuk mengetahui tingkat kolesterol darah total pada pegawai negeri sipil di
Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota
Medan.
4) Untuk mengetahui hubungan konsumsi energi dan lemak dengan tingkat
kolesterol darah total pada pegawai negeri sipil di Kanwil Direktorat Jendral
Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan.
1.4. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pegawai negeri
sipil untuk memperhatikan konsumsi pangan sebagai salah satu upaya mencegah penyakit
degeneratif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Konsumsi Pangan
Pola konsumsi pangan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran
mengenai jenis, frekuensi dan jumlah bahan pangan yang dimakan tiap hari oleh satu
orang atau merupakan ciri khas untuk sesuatu kelompok masyarakat tertentu (Santoso,
2004).
Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Pangan yang
dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahanya. Keadaan kesehatan
tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta
kuantitas hidangan. Kuantitas hidangan menunjukan adanya semua zat gizi yang
diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap
yang lain. Kuantitas menunjukan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan
tubuh. Jika susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitas
maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang
sebaik-baiknya. Konsumsi yang menghasilkan kesehatan gizi yang sebaik-baiknya disebut
konsumsi adekuat (Sediaoetama, 2006).
Kebutuhan akan energi dan zat gizi tergantung pada beberapa faktor seperti umur,
jenis kelamin, aktivitas, berat badan, genetika dan keadaan fisiologis seperti ibu hamil
dan menyususi. Oleh karena itu, perlu disusun angka kecukupan gizi yang dianjurkan
yang digunakan sebagai standart guna mencapai status gizi. Kebutuhan normal tubuh
dianjurkan per orang per hari. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan didasarkan pada
patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, jenis kelamin, dan aktivitas
fisik. Angka Kecukupan Energi rata-rata yang dianjurkan untuk orang dewasa kelompok
[image:28.595.115.536.276.390.2]umur 30-64 dapat dilihat pada tabel berikut (Almatsier, 2009)
Tabel 2.1. Angka Kecukupan Gizi (Energi) Rata-Rata Yang Dianjurkan (per orang per hari ) Pada Kelompok Umur 30-64 Tahun
No Golongan Umur Berat Badan Tinggi Badan Energi 1. Pria 30-49 tahun 50-64 tahun 62 62 165 165 2350 2250 2. Wanita 30-49 tahun 50-64 tahun 55 55 156 156 1800 1750 Sumber : Almatsier, 2009
Bila konsumsi baik kuantitasnya maupun jumlahnya melebihi kebutuhan tubuh
dinamakan konsumsi berlebih, maka akan terjadi suatu keadaan gizi lebih. Gizi lebih
disebabkan karena konsumsi pangan yang melebihi kebutuhan normal tubuh manusia.
Gizi lebih yang sering kali diikuti dengan timbulnya penyakit kronis diantaranya PJK,
hipertensi, diabetes militus, dan kanker (Sediaoetama, 2006).
Hasil yang diperoleh dari SKRT menunjukan bahwa PJK menempati urutan
pertama penyebab kematian di Indonesia dan prevalensinya meningkat dari tahun ke
Boediharmojo (1993) dalam buku kumpulan orasi ilmiah guru besar teknologi
pangan dan gizi mengatakan, naiknya prevalensi PJK bukan hanya disebabkan karena
bertambahnya usia manusia, tetapi lebih disebabkan oleh gaya hidup yang salah atau
disebut juga disease of life style. Meskipun gizi lebih bukan penyebab satu-satunya
timbulnya PJK tetapi merupakan faktor yang sangat penting dalam mempercepat
timbulnya penyakit. Sehingga, dapat timbul lebih dini. Yang dimaksud untuk
dikemukakan adalah lemak yang meningkatkan kadar kolesterol darah. Upaya
pencegahan timbulnya PJK dalam gizi adalah peranan pola makan sehat dan gizi
seimbang. Pengaturan pola makan bagi pengendalian PJK dapat dilakukan dengan
mengikuti Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
2.1.1. Komsumsi Makanan Beraneka Ragam
Makan makanan beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan, karena tidak
ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan seseorang
untuk tumbuh kembang menjadi sehat dan produktif. Makanan anekaragam menjamin
terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur (Anwar,
2008).
Makanan sumber zat tenaga seprti beras, jagung, gandum, roti, dan ubi,
menghasilkan energi untuk aktivitas sehari-hari. Makanan sumber zat pembangun
berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang
berasal dari bahan makanan nabati seperti kacang-kacangan, tempe, dan tahu. Sedangkan
yang berasal dari hewan adalah ikan, ayam, susu serta hasil olahannya. Makanan sumber
berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ
tubuh (Arisman, 2008).
Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi minimal
harus berasal dari setiap satu jenis makanan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur. Prinsip idealnya setiap kali makanan, hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok
makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah). Dengan mengonsumsi makanan
beranekaragam termasuk sumber makanan berserat cukup (25 gram/hari) seperti
padi-padian, kacang kacangan, sayur dan buah-buahan dapat mencegah atau memperkecil
terjadinya penyakit degeneratif seperti PJK.
2.1.2. Konsumsi Makanan Sesuai Kebutuhan Tubuh
Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi. Konsumsi energi yang
berlebih mengakibatkan kenaikan berat badan, energi yang berlebih disimpan dalam
bentuk lemak dan jaringan tubuh lain. Apabila keadaan ini berlanjut akan menyebabkan
obesitas disertai berbagi gangguan kesehatan seperti penyakit hipertensi, penyakit
diabetes melitus, penyakit jantung, dll. Kecukupan masukan energi bagi seseorang
ditandai oleh berat badan yang normal. Berat badan merupakan petunjuk yang baik untuk
mengetahui keadaan gizi dan kesehatan, untuk itu dianjurkan untuk melakukan
penimbangan berat badan secara teratur (Michael, 2010).
Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi. Sumber
karbohidrat komplek adalah padi-padian, ubi, jagung, singkong, sagu, dll. Batasi sumber
yang berlebih akan menyebabkan konsumsi energi yang berlebih dan disimpan dalam
jaringan tubuh sebagi lemak, akumulasi dalam waktu lama mengakibatkan obesitas.
2.1.3. Konsumsi Lemak dan Minyak
Lemak atau lipid adalah ikatan organik yang terdiri dari unsur-unsur karbon,
hidrogen dan oksigen yang bersifat larut dalam pelarut lemak seperti benzene dan eter.
Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi berbentuk padat pada suhu kamar disebut
lemak, sedangkan yang mempunyai titik lebur rendah berbentuk cair disebut minyak
(Achadi, 2007).
Lemak dalam makanan terdiri dari trigliserida, kolesterol, dan fosfolipid yang
terbanyak terdapat dalam bentuk trigliserida. Berdasarkan ikatan lemaknya dan
kemudahan proses pencernaan, lemak terbagi 3 golongan yaitu lemak yang mengandung
asam lemak tak jenuh ganda yang paling mudah dicerna, lemak yang mengandung asam
lemak tak jenuh tunggal yang mudah dicerna, dan lemak yang mengandung asam lemak
jenuh yang sulit dicerna (Soestyo, 2003).
Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal
umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali minyak kelapa. Makanan sumber asam
lemak jenuh umumnya berasal dari hewan. Mengonsumsi lemak hewani secara
berlebihan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan beresiko PJK.
Namun membiasakan makan ikan dapat mengurangi risiko menderita PJK, karena lemak
ikan mengandung asam lemak omega 3. Asam lemak omega 3 berperan mencegah
Berdasarkan jumlah atom karbon, asam lemak digolongkan menjadi asam lemak
rantai pendek, asam lemak rantai sedang dan asam lemak rantai panjang. Berdasarkan
posisi atom hidrogen yang berada pada ikatan rangkap, asam lemak tak jenuh dibagi
menjadi cis dan trans. Kebutuhan lemak yang dianjurkan dalam sehari adalah 10-25%
dari kebutuhan energi total. Kebutuhan lemak dalam keadaan sakit seperti dislipidemia
membutuhkan modifikasi kebutuhan lemak tergantung dari berat dan ringannya kondisi
penyakit (Almatsier, 2005).
2.1.4. Konsumsi Makanan Rendah Garam dan Tinggi Kalium
Dianjurkan untuk mengonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram (1 sendok teh) per
hari. Konsumsi natrium yang berlebih terutama yang berasal dari garam dan sumber lain
seperti produk susu dan bahan makanan yang diawetkan dengan garam merupakan
pemicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi yang merupakan risiko untuk penyakit
jantung (Sabriah, 2010).
Berbeda halnya dengan natrium, kalium merupakan ion utama di dalam cairan
intraseluler. Cara kerja kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang
banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga
cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah lebih
tinggi dibandingkan dengan natrium. Rasio tersebut kemudian menjadi terbalik akibat
proses pengolahan yang banyak menambahkan garam ke dalamnya menyebabkan
Dengan demikian, konsumsi natrium perlu diimbangi dengan kalium. Rasio
konsumsi natrium dan kalium yang dianjurkan adalah 1:1. Sumber kalium yang baik
adalah buah-buahan, seperti pisang, jeruk, dan lain-lain (Anwar, 2008).
2.1.5. Alkohol
Minuman beralkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat gizi
lain. Kebiasaan minum minuman beralkohol dapat menghambat proses penyerapan zat
gizi dan menghilangkan zat-zat gizi dari makanan yang dikonsumsi yang penting bagi
tubuh sehingga menyebabkan peminum alkohol dapat menderita kurang gizi. Selain itu
konsumsi alkohol juga menyebabkan penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan
jaringan di dalam tubuh (Bull, 2007).
2.1.6. Serat
Banyak bukti yang menunjukan bahwa serat makanan memegang peranan spesifik
dalam menurunkan kadar kolesterol serum darah. Penelitian Story dan Kristchevcky
(1976) percobaan pada hewan dan manusia, menjelaskan bahwa beberapa komponen
serat makanan menurunkan kadar kolestrol darah.
Dan teori Leveille (1977) yang paling banyak diterima adalah beberapa
komponen serat makanan mampu mengikat asam/garam empedu dan dengan demikian
akan mencegah penyerapannya kembali dari usus dan meningkatkan ekskresi melalui
feces sehingga akan meningkatkan konversi kolesterol dan serum darah menjadi
2.2. Kolesterol
Lemak tidak dapat dipisahkan dari kolestrol. Kolesterol diperlukan oleh tubuh
antara lain untuk (a) Sintesis asam/garam empedu, yang diperlukan untuk proses
pencernaan lemak/ minyak (b) Sintesis hormon steroid, (c) Sintesis vitamin D dan (d)
Sebagai komponen membran sel. Apabila seseorang tidak mengonsumsi kolesterol maka
hati akan mensistesisnya dari asam lemak. Demikian hati akan memproduksi kolesterol.
Meskipun, kolesterol masuk melalui makanan sangat banyak. Akibat hal ini,
meningkatkan kadar kolesterol dalam darah (Muchtadi, 2000).
Kolesterol tidak dapat dioksidasi di dalam tubuh untuk dijadikan sebagai sumber
energi. Oleh karena itu satu-satunya cara untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah
adalah dengan memperbesar jumlah ekskresi asam empedu/garam empedu. Hal ini dapat
dilakukan dengan meningkatkan konsumsi serat makanan dan mengurangi makanan yang
[image:34.595.118.517.498.714.2]mengandung kolesterol (Muchtadi, 2000).
Tabel 2.2. Daftar Beberapa Bahan Makanan yang Mengandung Kolesterol No
Bahan Pangan Hewan Kadar Kolesterol (mg/100g)
1 Susu cair 13,5
2 Susu skim 1,6
3 Mentega 218,6
4 Keju 106,1
5 Daging ayam 84,7
6 Daging sapi 102,4
7 Otak 2000,0
8 Hati (sapi, kambing, babi) 435,3
9 Jantung (sapi) 270,6
10 Ginjal 800,0
11 Telur 274,0
12 Udang 152,9
Sumber : G Ko
terdapat da
tubuh (cho
darah, emp
Sed
kuning tel
sayur dan b
Fun
mengatur p
cairan emp penting da membentu Kolesterol (Su Guthrie, 199 lesterol ada
ari luar tubu
olesterol en pedu, bagian dangkan pa lur, daging buah-buaha ngsi utama penyerapan
pedu yang b
alam proses
uk vitamin
memiliki ru
umber : Alm
96 dalam bu alah salah s
uh berupa ba
ndogen). Pa
n luar kelenj
ada bahan
merah, ota
an (Manurun
kolesterol
zat yang la
befungsi seb
s pertumbuh
D dan pen
umus strukt
Gamb matsier, 2009
uku Pangan satu sterol y
ahan makan
ada tubuh m
jar adrenal,
makanan y
ak dan hati.
ng, 2004).
adalah mem
arut dalam a
bagai pence
han dan me
nting bagi
tur sebagai b
ar 2.1. Stru 9)
dan Gizi yang termas
n (cholestero
manusia ko
dan jaringa
yang meng
. Kolesterol
mbentuk m
air dan kuli
erna lemak,
embantu dal
pembentuk
berikut :
uktur Mole
suk dalam k
ol eksogen)
olesterol ba
an saraf. (Lu
andung tin
l tidak disin
membran sel it, melindun membentuk lam proses kan hormon kul Koleste kelompok l dan dibentu anyak dijum ubis, 2009). nggi koleste ntesis oleh
l, yang berg
ngi otak, pe
k hormon tu
pencernaan
ne seks dal
erol
lemak yang
uk di dalam
Menurut Muchtadi (1993), kolesterol diangkut oleh darah dalam bentuk terikat
dalam lipoprotein plasma. Lipoprotein adalah gabungan molekul lemak (lipid) dan
protein yang disintesis di dalam hati. Tiap jenis lipoprotein berbeda dalam ukuran,
densitas dan mengangkut berbagai jenis lemak dalam jumlah yang berbeda pula.
Partikel-partikel lipoprotein memiliki sifat khusus dan berbeda pada proses pembentukan
arterosklerosis, tubuh membentuk 4 (empat) jenis lipoprotein meliputi :
1. Kilomikron
Merupakan jenis lipoprotein yang kandungan lemaknya tinggi, densita rendah,
komposisi trigliserida tinggi, dan membawa sedikit protein. Kilomikron adalah
lipoprotein yang berukuran paling besar serta berfungsi mengangkut lipid berasal
makanan dari saluran cerna ke seluruh tubuh. (Almatsier, 2009).
2. Very Low Density Lipoprotein (VLDL)
Very low density lipoprotein disintesis di hati, berfungsi untuk transport lemak.
Jenis lipoprotein ini memiliki kandungan lipid tinggi. Kurang lebih sebanyak 20 persen
kolesterol terbuat dari lemak endogenous di hati. Bila VLDL meninggalkan hati,
lipoprotein lipase kembali bekerja dengan memecah trigliserida. Kemudian, VLDL akan
mengikat kolesterol yang ada pada lipoprotein lain dalam sirkulasi darah. VLDL akan
3. High Density Lipoprotein (HDL)
HDL disintesis di dalam hati dan usus, setelah HDL disekresikan ke dalam darah,
akan mengalami perubahan akibat berinteraksi dengan kilomikron dan VLDL. Jika sel-sel
lemak membebaskan gliserol dan asam lemak, kemungkinan kolesterol dan fosfolipid
akan dikembalikan pula ke dalam aliran darah. Hati dan usus halus kemudian akan
memproduksi HDL yang masuk ke aliran darah. HDL akan mengambil kolesterol dan
fosfolipid yang ada di dalam aliran darah dan menyerahkannya ke lipoprotein lain untuk
diangkut kembali ke hati guna diedarkan kembali atau dikeluarkan dari tubuh (Almatsier,
2009).
Jenis lipoprotein ini membawa lemak total rendah, protein tinggi, dan dibuat dari
lemak endogenous di hati. Oleh karena kandungan kolesterolnya lebih rendah dan
fungsinya sebagai pembuangan kolesterol maka HDL ini sering disebut kolesterol baik.
Jadi makin rendah kadar HDL kolesterol, makin besar kemungkinan risiko terjadinya
PJK. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan cara berhenti merokok, mengurangi
berat badan dan menambah aktifitas (Djohan, 2004).
4. Low Density Lipoprotein (LDL)
Jenis lipoprotein ini membawa lemak dan mengandung kolesterol yang sangat
tinggi, dibuat dari lemak endogenous di hati. Kolesterol ini sering disebut sebagai
kolesterol jahat. Hal tersebut dikarenakan LDL yang teroksidasi di pembuluh darah oleh
sel-sel perusak (scavenger pathway) sehingga tidak dapat kembali ke dalam aliran darah
Hal tersebut akan mengakibatkan penumpukan dalam pembuluh darah dan apabila
terjadi selama bertahun-tahun, kolesterol akan menumpuk pada dinding pembuluh darah
dan membentuk plak. Plak tersebut akan bercampur dengan protein dan ditutupi oleh sel
-sel otot dan kalsium sehingga dapat menyebabkan aterosklerosis (Almatsier, 2009).
Tabel 2.3. Kadar Kolesterol Darah dalam mg/dl
No Jenis Kolesterol Diinginkan Diwaspadai Berbahaya
1 Kolesterol Total < 200 200-239 > 240
2 Kolesterol LDL < 130 130-159 160
3 Kolerterol HDL > 45 36-44 < 35
4 Trigliserida < 200 200-399 > 400
Sumber : Depkes, 2007
Kadar kolesterol darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah berat badan berlebih dan aktifitas olahraga. Namun yang dapat memberikan
kontribusi secara langsung adalah konsumsi pangan.
2.3. Konsumsi Pangan yang Mempengaruhi Peningkatan Kolesterol Darah Konsumsi pangan yang sehat memegang peranan penting dalam pencegahan dan
pengobatan penyakit, apa yang kita makan dapat memengaruhi kesehatan. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa konsumsi pangan dengan tinggi kalori dan lemak berkaitan
dengan peningkatan kadar kolesterol darah. Keadaan ini akan berbanding lurus dengan
terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) dan oleh sebab itu upaya yang paling efektif
untuk mencegah terjadinya penyakit jantung koroner melalui pengaturan pola makan
dalam tubuh lebih umum dikenal intake makanan (Soekidjo, 2007).
Asupan makanan yang berlebih terutama kalori tinggi dan lemak tinggi akan
terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah adalah
penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah jantung berbentuk luka goresan
(plak). Proses terjadinya plak ini tenjadi oleh karena penumpukan lemak. Pada mulanya
berbentuk endapan lunak, dengan proses yang lama mengakibatkan endapan tersebut
menjadi keras dan tidak elastis yaitu aterosklerosis. Ini yang menyebabkan penyakit
jantung koroner (Sabriah, 2010).
Obesitas dapat juga menyebabkan kolesterol total dan LDL tinggi yang
mengakibatkan penyakit jantung koroner. Konsumsi pangan yang berlebih yang
berhubungan dengan peningkatan kolesterol dalam darah menghasilkan kadar lipid dalam
darah. Komposisi makanan seimbang yang menghasilkan kalori terdiri atas sumber
karbohidrat 60-70 %, protein 10-15 % dan lemak tidak lebih dari 25 %. Jumlah kalori
yang dibutuhkan setiap hari disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin (Manurung,
2004).
Berikut hubungan Pola konsumsi makanan dengan kolestrol darah total :
2.3.1. Hubungan Karbohidrat dengan Kolesterol Darah
Karbohidrat dalam makanan pada umunya dibedakan menjadi karbohidrat
sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat merupakan sumber energi utama.
Sumber karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan yaitu padi-padian, atau serealia,
umbi-umbian, kacang-kacang kering dan gula (Nawi, 2003).
Kelebihan karbohidrat di dalam tubuh diubah menjadi lemak. Perubahan ini
menyimpan lemak dalam jumlah tidak terbatas. 1(satu) gram karbohidrat menghasilkan 4
(empat) kalori (Sabriah, 2010).
Sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai
glukosa untuk keperluan energy segera, sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hati
dan jaringan otot, dan sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai
cadangan energi di dalam jaringan lemak. Seseorang yang memakan karbohidrat dalam
jumlah berlebihan akan menjadi gemuk hal ini akan meningkatkan kolesterol darah total
dalam tubuh.
Menurut Grundy (1998) dalam buku gizi dan pangan, konsumsi tinggi karbohidrat
cenderung meningkatkan kadar trigliserida dan menurunkan kadar kolesterol HDL.
2.3.2. Hubungan Lemak dengan Kolesterol Darah
Lemak pada makanan membuat rasa lebih gurih dan enak. Lemak terbagi atas
lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Akan tetapi asupan lemak memberi sumbangan yang
besar terhadap peningkatan kolesterol dalam darah. Sumber utama lemak dan lipida
adalah minyak dan tumbuh-tumbuhan seperti minyak kelapa, minyak kelapa sawit,
kacang tanah, kacang kedelai, jagung, mentega, margarin dan lemak hewan (Silalahi &
Tampubolon, 2002).
Fungsi lemak sebagai sumber energi merupakan sumber energi yang paling padat.
Dalam 1 (satu) gram menghasilkan 9 (sembilan) kalori, yaitu dua setegah kali besar
simpanan, lemak merupakan cadangan energi tubuh paling besar. Simpanan ini berasal
dari konsumsi berlebihan salah satu atau kombinasi zat-zat energi (Soeharto, 2004).
Pengaruh lemak terhadap kesehatan bahwa, akan meningkatkan kadar kolesterol
dalam darah apabila berlebih dan tidak dapat dikeluarkan dari tubuh melalui feces, urine
dan kelenjar. Kondisi ini tidak baik untuk jantung dan pembuluh darah (Soeharto, 2004).
Hasil penelitian Jonnalagadda dkk (1996) konsumsi tinggi asam lemak jenuh akan
meningkatkan kadar kolesterol plasma, diperkirakan setiap penambahan asam lemak
jenuh 1% dari total kalori terjadi peningkatan kolesterol darah sebanyak 1,9 mg/dl
(Manurung, 2004).
Menurut National Cholesterol Education Program (NCEP) menganjurkan untuk
membatasi konsumsi asam lemak jenuh <10% total kalori dan jika kadar kolesterol masih
tinggi dianjurkan untuk mengurangi sampai 7% dari total kalori (Manurung, 2004).
2.3.3. Hubungan Protein dengan Kolesterol Darah
Bahan makanan sumber protein terdiri dari bahan makanan protein hewani dan
nabati. Berbagai penelitian memperlihatkan konsumsi protein hewani yang lebih
cenderung meningkatkan kadar kolesterol darah. Hal tersebut disebabkan bahan makanan
sumber protein nabati dapat mencegah dislipidemia karena kandungan serat dan asam
lemak tak jenuhnya (Manurung, 2004).
Kelebihan kalori yang disebabkan konsumsi protein yang berlebihan juga dapat
meningkatkan sintesis asam lemak sehingga dapat menyebabkan dislipidemia. Dalam hal
ini, sumber karbonya membentuk asetil menjadi asetoasetil selanjutnya membentuk
2.4. Indeks Massa Tubuh
Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan
antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi
indikator atau menggambarkan kadar lemak dalam tubuh seseorang. IMT merupakan
altenatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena murah dan mudah dilakukan
(Supariasa, 2001).
Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi berdasarkan
pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Pada akhirnya
diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut (HISOBI,
[image:42.595.104.513.417.527.2]2007) :
Tabel 2.4. Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT Kategori
< 18,5 Berat Badan Kurang (kurus)
18,5 22,9 Berat Badan Normal
≥ 23 Berat Badan Lebih
23,0 24,9 Resiko Obesitas
25,0 29,9 Obesitas Tingkat I
> 30 Obesitas Tingkat II
Sumber: Centre for Obesity Research and Education 2007
2.5.Aktifitas Olahraga
Aktivitas olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan
terstruktur yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk
meningkatkan kebugaran. Menurut WHO (2003) anak - anak dan remaja membutuhkan
aktivitas olahraga selama 20 menit 3 (tiga) kali seminggu, kontrol berat badan
membakar kalori dan memperoleh manfaat kardivaskuler, orang dewasa harus melakukan
latihan minimal 20 – 30 menit, 3 sampai 4 kali seminggu.
Rekomendasi ini sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh semua orang
diseluruh dunia, sehingga WHO menyarankan aktivitas jasmani tersebut dilakukan
dengan memasukkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.6. Metode Penilaian Konsumsi Pangan
Asupan makan merupakan faktor utama yang berperan terhadap status gizi
seseorang. untuk menilai status gizi individu dapat dilakukan melalui penilaian konsumsi
pangan individu. Penilaian asupan zat gizi individu ditujukan untuk mengetahui
kebiasaan makan dan menghitung jumlah yang dimakan baik dalam jangka panjang
maupun jangka pendek (Gibson, 1990).
Menurut Gibson metode penilaian komsumsi pangan individu dapat
dikelompokan menjadi dua kelompok utama, yaitu : (1) Metode konsumsi harian
kuantitatif dan (2) Metode riwayat makanan dan frekuensi konsumsi pangan. Kedua
metode ini memperoleh informasi retrospektif pola konsumsi pangan pada periode yang
lama di masa lalu. Metode ini lazim digunakan untuk menilai asupan kebiasaan pangan
atau kelompok pangan spesifik.
Dengan modifikasi, metode ini dapat menyediakan data asupan kebiasaan zat gizi.
Metode yang dipakai dalam penentuan asupan kebiasaan pangan tingkat individu dapat
dibedakan atas 6 metode yaitu (1) Metode ingatan 24 jam (24-hours recall method) (2)
Metode pengulangan ingatan 24 jam (repeated 24-hours recall method) (3) Metode
food method) (5) Metode frekuensi konsumsi pangan (food frequency method) (6) Metode
riwayat makanan (dietary history) (Siagian, 2010).
Untuk mendapatkan informasi terhadap kejadian yang telah lalu yang harus digali
dari subjek penelitian, metode konsumsi pangan yang dipakai adalah metode ingatan 24
jam (24-hour food recall) dan metode frekuensi konsumsi pangan (food frequensi)
(Basuki, 2000).
[image:44.595.124.514.317.400.2]2.7. Kerangka Konsep
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Pola konsumsi pangan PNS dapat dilihat dari ragam makanan, frekuensi
makanan, konsumsi energi dan lemak. Hal ini diduga menyebabkan terjadinya
peningkatan kolesterol darah total. Jika peningkatan kolesterol darah total terus terjadi
keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner.
2.8. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan tinjauan pustaka maka
dapat dibuat hipotesa penelitian sebagai berikut :
1. Ada hubungan konsumsi energi dengan tingkat kolesterol darah total.
2. Ada hubungan konsumsi energi lemak dengan tingkat kolesterol darah total.
3. Ada hubungan asupan asam lemak jenuh dengan tingkat kolesterol darah total.
4. Ada hubungan asupan asam lemak tak jenuh dengan tingkat kolesterol darah total. Pola Konsumsi Pangan PNS:
1. Jenis makanan 2. Frekuensi Makanan
3. Konsumsi Energi dan Lemak
Kolesterol Darah Total
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan rancangan
penelitian pengamatan sesaat (cross sectional), yaitu dengan menggambarkan hubungan
pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada Pegawai Negeri Sipil
(PNS) di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota
Medan.
3.2. Lokasi penelitian dan waktu penelitian 3.2.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi
Sumatera Utara Kota Medan di Gedung Keuangan Negara I Lantai III, Jalan Pangeran
Diponegoro No. 30-A Medan.
Alasan pemilihan lokasi penelitian dengan dasar pertimbangan tingginya tingkat
kolesterol darah total pada pemeriksaan kolesterol yang dilakukan di poliklinik dari 29
orang PNS yang berusia 40 tahun ke atas sebanyak 23 orang (78%) dengan kolesterol
darah total >200 mg/dl dan secara umum PNS yang bekerja di Kanwil Direktorat Jendral
Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan mengalami kegemukan dan
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2013.
3.3. Populasi dan sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PNS yang bekerja di Kanwil
Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan, yaitu sebanyak
105 orang.
3.3.2. Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini merupakan sebagian dari populasi yang diambil
dengan menggunakan rumus penentuan besar sampel untuk populasi kecil (Notoatmojo,
2002), sebagai berikut :
Keterangan :
N = besar populasi
n = besar sampel
d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan
Perhitungan besar sampel secara kasar :
N = 105
d = 0,1
5 , ∼ 5 orang
Dari perhitungan diatas didapatkan bahwa jumlah sampel penelitian adalah
minimal 51 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan memenuhi kriteria
inklusi. Berdasarkan kriteria tersebut maka sampel dalam penelitian ini menjadi 60 orang.
Sampel yang diambil dengan kriteria sebagai berikut :
1. Pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja di Kanwil Direktorat Jendral
Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota berusia 20-56 tahun.
2. Bersedia untuk menjadi sampel penelitian dan mengisi kuesioner penelitian.
3. Bersedia berpuasa selama 10 jam.
3.4. Metode Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data primer dan data
sekunder.
3.4.1. Data Primer
Data primer meliputi data responden yang diperoleh secara langsung di Kanwil
Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan, yaitu :
1. Karakteristik responden (umur, jenis kelamin dan pendidikan);
2. Data konsumsi pangan didasarkan pada metode food recall 24 jam, sedangkan
frekuensi makanan dan jenis makanan diperoleh melalui wawancara dengan
3. Data kolesterol darah total diperoleh melalui pengukuran langsung dengan
menggunakan EasyTouch Monitoring.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder meliputi data jumlah pegawai negeri sipil diperoleh dari Kanwil
Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan, dan data
gambaran umum Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara
Kota Medan.
3.5. Metode Pengambilan Darah Untuk Pengukuran Tingkat Kolesterol Darah Total
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan EasyTouch Monitoring yaitu
mengambil sampel darah pada PNS menggunakan lancing device sebanyak 15
microliter. Sampel darah kemudian dimasukkan kedalam lancet yang sudah terpasang
pada monitor dan akan berlangsung selama 150 detik hingga mendapatkan data kolesterol
darah total dalam satuan milligram per desiliter (mg/dl).
Pengukuran pada penelitian ini dilakukan oleh perawat Poliklinik Kanwil
Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan. 3.6. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :
1. Kuesioner, yang berisi data identitas diri responden
2. Formulir food recall 24 jam
3. Formulir food frequency
5. Food model
6. Nutrisurvey
3.7. Variabel dan Definisi Operasional 3.7.1. Variabel Penelitian
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola konsumsi pangan yang
dilihat dari susunan menu, jenis makanan, frekuensi makanan, dan konsumsi energi.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kolesterol darah total dan
merupakan variabel pendukung yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit jantung
koroner.
3.7.2. Defenisi Operasional
1. Pola konsumsi pangan adalah suatu keadaan yang menggambarkan jenis,
frekuensi dan jumlah energi yang dikonsumsi oleh responden.
2. Jenis makanan adalah berbagai macam bahan makanan yang dikonsumsi pegawai
negeri sipil dalam sehari.
3. Frekuensi makanan adalah keacapan mengonsumsi makanan oleh pegawai negeri
sipil.
4. Konsumsi energi adalah jumlah energi (kalori) yang diperoleh dari makanan yang
dikonsumsi oleh pegawai negeri sipil dalam sehari.
5. Kolesterol darah total adalah jumlah kolesterol darah total dalam darah yang
3.8. Aspek Pengukuran 1. Pola Konsumsi Pangan
a. Pengukuran pola konsumsi pangan dilakukan dengan wawancara menggunakan
formulir food recall 24 jam selama 2 hari dengan selang waktu 3 hari.
b. Jenis makanan diperoleh dengan melihat jenis makanan terdiri dari, makanan
pokok, sayuran, lauk pauk, buah-buahan, serta makanan lain yang dikonsumsi
termasuk makanan ringan (snack) dan minuman.
c. Frekuensi makanan yang terdiri dari; nasi, sayuran, lauk pauk, buah-buahan
dengan melihat hasil formulir frekuensi makanan.
Kriteria pengukuran adalah sebagai berikut :
- 1x/hari
- 2-3x/hari
- 1-3x/minggu
- 1-2x/bulan
- Tidak pernah
d. Konsumsi energi dan lemak diperoleh melalui food recall 2 kali 24 jam dan hasil
analisis bahan makanan dihitung rata-rata konsumsi energi, kemudian
dibandingkan dengan angka kecukupan energi.
Pengukuran tingkat kecukupan energi dengan menggunakan rumus (Supariasa
Jumlah Konsumsi
Tingkat kecukupan energi = x 100%
Kecukupan yang dianjurkan
Dikategorikan menjadi :
- Defisit : < 70 %
- Kurang : 70 80 % AKG
- Cukup : 80 – 99 % AKG
- Baik : ≥ 100 % AKG
Pengukuran tingkat kecukupan lemak didasarkan pada Pedoman Umum
Gizi Seimbang (PUGS) dengan kategori sebagai berikut (Depkes, 2003) :
- Kurang : < 10 % AKE
- Baik : 10 25 % AKE
- Lebih : >25 % AKE
e. Asupan Lemak yang dianjurkan dengan komposisi (WHO, 1990) :
- Asam lemak jenuh : < 10% dari kalori total
2. Tingkat kolesterol darah total
Diperoleh dengan pengukuran langsung menggunakan monitoring EasyTouch.
Kolesterol darah total di kategorikan menjadi (Depkes, 2007) :
a. Diinginkan : < 200 mg/dl
b. Diwaspadai : 200-239 mg/dl
c. Berbahaya : ≥ 240 mg/dl
3.9. Metode Pengolahan dan Analisa Data 3.9.1. Metode Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Data yang dikumpulkan segera diperiksa dan diperbaiki dengan cara memeriksa
jawaban yang kurang.
2. Tabulating
Untuk mempermudah pengolahan dan analisa data serta pengambilan kesimpulan
maka data ditabulating dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 3.9.2. Metode Analisa Data
Data yang sudah terkumpul, diolah dan kemudian dianalisa secara deskriptif.
Sedangkan untuk menguji hipotesis variabel penelitian dianalisis dengan menggunakan
uji chi-square atau exact fisher pada taraf kepercayaan 95% . Apabila probabilitas (p)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan.
Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan
beralamat di Gedung Keuangan Negara I Lantai III, Jalan Pangeran Diponegoro No.
30-A Medan. Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara
bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan dan membawahi
semua Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) di wilayah Provinsi Sumatera
Utara yang berjumlah 11 (sebelas) KPPN.
Visi Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsis Sumatera Utara adalah
“Menjadi Pengelola Perbendaharaan Negara yang Profesional, Transparan dan Akuntabel
dalam Proses Mewujudkan Bangsa yang Mandiri dan Sejahtera”, adapun misi Kanwil
Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara adalah Mewujudkan Pelaksanaan
Anggaran yang Berbasis Kinerja, Pengelolaan Kas Negara yang Transparan dan
Akuntabel, Menghasilkan Pelayanan di Bidang Perbendaharaan dan Informasi Keuangan
yang Cepat,Tepat dan Akurat.
Jumlah pegawai negeri sipil yang bekerja pada Kanwil Direktorat Jendral
Perbendaharaan Provinsis Sumatera Utara berjumlah 105 orang. Aktivitas pekerjaan
sehari-hari PNS melakukan pekerjaan lebih banyak beraktivitas di dalam gedung kantor
dari pada luar gedung kantor. Jam kerja yang diperkenankan untuk melaksanakan tugas
4.2. Karakteristik Responden
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada responden yang berjumlah 60 orang,
adapun karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan
[image:54.595.108.532.301.618.2]indeks massa tubuh (IMT) dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1. Distribusi Berdasarkan Karakteristik Responden Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013
No Karakteristik Responden n %
1. Umur Responden
< 40 40 – 49 ≥ 50
23 24 13 38,3 40,0 21,7
Jumlah 60 100,0
2. Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan 24 36 40,0 60,0
Jumlah 60 100,0
3. Tingkat Pendidikan
SMA
Akademi (Diploma) S1 S2 16 8 29 7 26,7 13,3 48,3 11,7
Jumlah 60 100,0
4. Indeks Massa Tubuh (IMT) Berat badan kurang (<18,5) Berat badan normal (18,5-22,9) Berat badan lebih (23,0-24,9) Obesitas tingkat I (25,0-29,9)
3 14 17 26 3,3 25,0 28,4 43,3
Jumlah 60 100,0
Berdasarkan tabel 4.1. dapat dilihat bahwa karakteristik responden menurut umur,
yang lebih banyak pada kelompok umur 40-49 tahun yaitu sebanyak 24 orang (40,0%)
dibandingkan kelompok umur responden yang lain. Seacara keseluruhan kelompok umur
Umur respon