• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berorientasi Pendekatan Problem Solving pada Konsep Hukum Fadraday

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berorientasi Pendekatan Problem Solving pada Konsep Hukum Fadraday"

Copied!
262
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS)

BERORIENTASI PENDEKATAN PROBLEM SOLVING PADA KONSEP HUKUM FARADAY

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH:

SYIFA FATHYA LEONITA NIM. 109016200021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

v ABSTRAK

Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berorientasi Pendekatan Problem Solving pada Konsep Hukum Fadraday

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berorientasi pendekatan problem solving pada konsep hukum Faraday. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan proses pengembangan mengacu kepada model pengembangan 4-D. Subjek penelitian ini adalah LKS. Instrumen yang digunakan utnuk memperoleh data, yaitu: (1) angket penilaian, (2) kuesioner respon siswa, (3) lembar observasi pembelajaran, dan (4) rubrik hasil pengerjaan LKS. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa LKS dapat dikembangkan menggunakan model 4-D, yaitu (1) define (pendefinisian) dengan dilakukan penentuan kebutuhan, analisis karakter siswa, dan penentuan tahapan problem solving IDEAL sebagai tahap pengerjaan dalam LKS, (2) design (perancangan) meliputi penyusunan LKS, buku panduan guru, dan RPP, (3) develop (pengembangan) dengan melakukan pencetakan LKS, validasi ahli dan praktisi, revisi I, uji coba, serta revisi II dan dihasilkan LKS yang memiliki kualitas sangat valid, praktis, dan sangat efektif. Maka dari penelitian ini dihasilkan LKS yang berkualitas tinggi yang memiliki landasan teori kuat dan layak digunakan (valid), LKS dapat digunakan oleh siswa dengan baik (praktis) serta memenuhi tujuan pembelajaran (efektif).

Kata Kunci: Pengembangan LKS, Model Pengembangan 4-D, Pendekatan Problem Solving

(6)

vi ABSTRACT

Developing Student Worksheet Oriented On Problem Solving Approach For Faraday Law Concept

The aim of this research was to describe the development of student worksheet oriented on problem solving approach for Faraday law concept. The development of the student worksheet follows 4-D model, there are: define, design, develop, and disseminate. The instruments of this research are validation and student response quetionare, learning observation sheet, and worksheet rubric. The development process of student worksheet are: 1) define: needs, student and task analyze, 2) design: determining and writing the component of the student woksheet based on analyze phase, 3) develop:doing expert validation, revising student worksheet based on validation, try out the worksheet in classroom which implementing the learning process to examine its effectiveness and practicality, and revising student worksheet based on the result of try out. The try out was conducted to student of XII IPA at SMA Negeri 11 Tangerang Selatan. The result of this research show that the development student worksheet can be done with 4-D model, and that worksheet has a high quality with high validity, practiccaly, and high effectiveness. The conclusion of this research is student worksheet can be developed with 4-D model and the student worksheet based on state of the art knowledge (valid), realistically usable (practically), and fulfill the aim of learning (effective).

Keywords: student worksheet, problem solving approach, 4-D developing model

(7)

vii ᙉࡉࡔࡅ࡛຾ࡗࡓ࡛ࡣ࠶ࡾࡲࡏࢇࠋ ⚾ࡢヨࡳࡣယࢀ࡜ࢥ࣑࢝ࣝࡉࢀࠊࡓ࡜࠼

ࡑࡋ࡚⚾ࡣ⚾ࡢᩋ໭ࡢἾ࡟そࢃࢀࡓࢇࡔ࡜ࡋ࡚ࡶࠊ

⚾ࡣᡓ࠸⥆ࡅࡿ࡜⚾ࡣᆅ㠃࡟ᶓࡓࢃࡿࡼ࠺࡟✵ࢆぢୖࡆࡿࡇ࡜ࡀ࡛ࡁࢀࡤࠊ ୍ே࡛ࡑࢀࡀ┿ࡢᙉࡉࡢド࡛ࡍ㸟

἞அ᭷⏣㸦࢔ࢡࢭࣝ·࣮࣡ࣝࢻ㸧

Strength isn’t just about winning. Even if my attempts are pathetic and comical, and even if I’m covered in the mud of my defeat, if I can keep fighting and look up at the sky as I lie on the ground,

(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas nikmat dan krunia yang Engkau limpahkan, sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini Kupersembahkan kepada:

1. Orang tua, Ibu Sri Haryati, S.Pd, yang tak henti memberikan doa, kasih saying serta dukungannya kepadaku. Adik tercinta Muhammad Haykal Fathir, Kalian adalah bintang paling terang dalam jagad raya. You’re

the reason I can stand on , and I cant be who I am now, I love you and always will from the bottom of my heart.

2. Keluarga besar Tjaom Tjajang yang telah memberikan dukungan untuk peneliti di setiap harinya.

3. Vicky Romiyano, S.Mb untuk segala celotehan, anime, saran, serta tak hentinya memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini. (ឡࡋ࡚ࡃࢀ࡚࠶ࡾࡀ࡜࠺ࠋ)

4. Sahabat terbaik, Dessy Rositasari, Maharani Intan Kartika, Nur Wal Jiniyana, Ika Destari Aullia dan Yonita Tyas Lokita, S.Pd yang telah membantu dalam penelitian, selalu saling mengingatkan, saling tertawa,

saling bercanda. You’re awesome guys!

5. Tim Tari Bentara Budaya Jakarta, dan Sanggar Tari Ayunda Puspita. Hanna Muliadini, Destriana Elly, Tika Pertiwi, Siti Bintari, serta guru tari Mba Sekarina, terima kasih atas segalanya. Terima kasih para penari cantikku.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia, kesehatan lahir dan batin kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berorientasi Pendekatan Problem Solving pada Konsep

Hukum Faraday”.

Sungguh peneliti hanya seorang manusia biasa yang membutuhkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak dalam menyusun tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih tak terbatas kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta wakil dan para staffnya. 2. Ibu Baiq Hana Susanti M.Sc selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA.

3. Bapak Dedi Irwandi M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia dan sekaligus validator yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada peneliti dalam memperbaiki produk penelitian.

4. Bapak Tonih Feronika M.Pd selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan arahan serta saran kepada peneliti.

5. Ibu Nanda Saridewi, M.Si, dosen pemimbing yang tanpa henti memberikan semangat, arahan, ide serta saran dan dorongan kepada peneliti.

6. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd , dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan serta semangat untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Ibu Salamah Agung, M.A., Ph.D, sebagai validator yang telah memberikan banyak saran terhadap pengembangan LKS.

(10)

x

9. Seluruh dosen jurusan pendidikan IPA, khususnya prodi pendidikan kimia, terima kasih atas bimbingannya selama ini.

10. Kepala Sekolah SMA Negeri 11 Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

11. Ibu Siti Romiyati, S.Pd sebagai guru kimia SMA Negeri 11 Kota Tangerang Selatan serta validator produk penelitian, yang telah memberikan saran dan dengan tangan terbuka memberikan izin untuk melakukan penelitian di kelas XII IPA.

12. Seluruh guru serta staff SMA Negeri 11 Kota Tangerang Selatan, terima kasih atas bantuan serta dukungannya selama melakukan penelitian.

13. Seluruh siswa-siswi XII IPA SMA Negeri 11 Kota Tangerang Selatan yang telah membantu peneliti. Terima kasih banyak atas segalanya.

14. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih banyak.

Jakarta, 16 April 2014

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Pembatasan Masalah ... 7

D.Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A.Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 9

1. Pengertian LKS ... 9

2. Fungsi Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 11

3. Tujuan Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 11

4. Macam-macam Bentuk Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 11

5. Penulisan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 13

(12)

xii

7. Komponen Evaluasi Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 14

B.Pendekatan Pemecahan Masalah (problem Solving Approach) ... 15

1. Pengertian Pendekatan Pemecahan Masalah ... 15

2. Taksonomi Pemecahan Masalah ... 18

3. Tahap dalam Pendekatan Pemecahan Masalah ... 18

C. Model Pengembangan Perangkaat Pembelajaran 4-D ... 24

D. Kualitas Produk Pengembangan ... 27

E. Tinjauan Materi Hukum Faraday ... 29

1. Penjabaran Indikator ... 29

2. Pemaparan Materi Hukum Faraday ... 30

F. Penelitian yang Relevan... 31

G. Kerangka Berpikir... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Waktu Dan Tempat Penelitian ... 36

B.Metode Penelitian ... 36

C.Alur Penelitian ... 36

D.Instrumen Penelitian ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data... 45

F. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

B. Pembahasan ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 86

B.Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(13)

xiii DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Hukum Faraday ... 29

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Penilaian ... 42

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Observasi ... 43

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Respon Siswa ... 44

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian ... 46

Tabel 4.1 Analisis Struktur Isi ... 51

Tabel 4.2 Judul Lembar Kegiatan Siswa ... 53

Tabel 4.3 Penilaian Kualitas LKS oleh Validator ... 58

Tabel 4.4 Jadwal Pelaksanaan Uji Coba ... 61

Tabel 4.5 Hasil Validasi LKS ... 63

Tabel 4.6 Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran ... 65

Tabel 4.7 Hasil Kuesioner Respon Siswa ... 67

(14)

xiv DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ... 35

Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 40

Gambar 4.1 Peta Konsep dalam LKS ... 54

Gambar 4.2 Tampilan Petunjuk Penggunaan LKS ... 54

Gambar 4.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam LKS ... 55

Gambar 4.4 Aktivitas dalam LKS ... 56

Gambar 4.5 Tampilan Salah Satu Kesimpulan dalam LKS ... 56

Gambar 4.6 Revisi pada Sampul LKS ... 59

Gambar 4.7 Revisi pada Gambar Ilustrasi Aktivitas 1 ... 60

Gambar 4.8 Revisi pada Halaman Informasi ... 60

Gambar 4.9 Halaman Penjelasan Tahapan LKS ... 62

Gambar 4.10 Revisi Tampilan Judul Aktivitas ... 63

Gambar 4.11 Tampilan Kalimat Pengantar Aktivitas ... 63

Gambar 4.12 Grafik Hasil Validasi pada Tahapan Problem Solving ... 64

Gambar 4.13 Grafik Hasil Observasi Terhadap Tahapan Problem Solving ... 66

Gambar 4.14 Grafik Hasil Respon Siswa Terhadap Tahapan Problem Solving ... 67

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Analisis Tugas (Tazk Analysis) ... 91

Lampiran 2. Analisis Konsep ... 92

Lampiran 3. Analisis Prosedural ... 93

Lampiran 4. RPP ... 97

Lampiran 5. Perumusan Tujuan ... 103

Lampiran 6. Peta Kebutuhan ... 105

Lampiran 7. Hasil Analisis Tugas ... 106

Lampiran 8. Lembar Angket Penilaian LKS ... 111

Lampiran 9.Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran ... 113

Lampiran 10. Lembar Kuesioner Respon Siswa ... 115

Lampiran 11. Rubrik Angket Penilaian ... 120

Lampiran 12. Rubrik Lembar Observasi ... 126

Lampiran 13. Lembar Validasi Angket Penilaian ... 128

Lampiran 14. Lembar Validasi Lembar Observasi ... 129

Lampiran 15. Lembar Validasi Kuesioner Respon Siswa ... 130

Lampiran 16. Lembar Validasi Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 131

Lampiran 17. Perhitungan Angket Penilaian ... 132

Lampiran 18. Perhitungan Lembar Observasi ... 133

Lampiran 19. Perhitungan Lembar Kuesioner Respon Siswa ... 134

Lampiran 20. Perhitungan Hasil LKS Aktivitas 1, 2, dan 3 ... 135

Lampiran 21. Produk LKS 1(awal) ... 138

Lampiran 22. Produk LKS 2 (hasil revisi I) ... 157

Lampiran 23. Produk LKS 3 (hasil revisi II) ... 178

Lampiran 24. Buku Panduan Guru ... 204

Lampiran 25. Lembar Uji Referensi ... 231

Lampiran 26. Foto Kegiatan Penelitian ... 243

Lampiran 27. Surat Keterangan Penelitian ... 244

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu pembelajaran yang dilaksanakan di seluruh tingkat satuan pendidikan mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan menengah atas sampai pendidikan tinggi (universitas) adalah pembelajaran IPA. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu gejala alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip saja tetapi merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan konpetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terbagi kedalan beberapa cabang ilmu salah satunya adalah kimia.

…Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur, dan sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan , yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk. 1

Dalam peraturan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) disebutkan bahwa bahwa peserta didik harus menunjukan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif secara mandiri serta menunjukkan kemampuan

1

(17)

2

menganalisis dan memecahkan masalah kompleks.2 Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan sangat diperlukan dalam era persaingan global. Dengan memiliki kemampuan tersebut siswa akan dapat menghadapi tantangan dan mandiri dalam kehidupannya. Akan tetapi saat siswa diberikan masalah (dalam hal ini persoalan kimia) yang sedikit berbeda dari contoh yang diberikan dalam konsep yang sama, banyak peserta didik yang tidak dapat memecahkan masalah tersebut. Hal tersebut member gambaran bahwa kemampuan pemecahan masalah pada siswa masih terbilang rendah.

Tuntutan era globalisasi saat ini juga mensyaratkan agar dalam belajar, siswa tidak hanya menerima dan meniru apa yang diberikan guru, tetapi harus secara aktif berbuat atas dasar kemampuan dan keyakinan sendiri. Cara ini diharapkan dapat mengantarkan siswa menjadi manusia mandiri dan kreatif. Sedangkan hal yang terjadi di lapangan mengindikasikan bahwa sebagian besar lulusan sekolah kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sulit untuk bisa dilatih kembali dan mengembangkan diri. 3

Kenyataan di lapangan, siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menerapkannya jika menemukan masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang telah dimiliki bahkan siswa kurang mampu menentukan masalah dan merumuskannya.4 Menurut Arends, “it is strange that we expect students to learn yet seldom teach them about learning, we expect student to solve problems yet seldom teach then about problem

solving”5, yang berarti dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang siswa untung belajar dan

2

Depdiknas, Permendiknas No. 23 Tahun 2006, (Jakarta: Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas, 2006), h.350-351

3

Trianto, Mendesain Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011), h. 2

4

Ibid., h. 6 5

(18)

guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan suatu masalah, tetapi jarang mengajarkan siswa untuk memecahkan masalah.

Salah satu penelitian yang menjadi perhatian besar bagi pendidikan matematika dan IPA, yaitu penelitian Trend In International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-40 dari 42 negara peserta dalam penilaian konten dan domain kognitif dengan mengerjakan persoalan (tes) berpikir tingkat rendah, tinggi, dan lanjut (advance). 6 Hal tersebut menunjukan pembelajaran belum fokus dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang salah satunya adalah pemecahan masalah atau problem solving. Kesulitan yang dihadapi oleh sebagian besar siswa IPA adalah memecahkan masalah-masalah yang bersifat kuantitatif.7 Pemecahan masalah (problem solving) pada kimia dibedakan menjadi dua tahap yaitu dimana siswa telah dapat mengenali permasalah yang pernah diajarkan sebelumnya atau telah diselesaikan yang kedua adalah permasalahan dasar yang belum pernah diberikan contohnya.8 Dari kedua jenis pemecahan masalah dan persoalannya tersebut, kemampuan siswa dalam memahami permasalahan atau persoalan dasar masih rendah, dikarenakan siswa masih kesulitan dalam menafsirkan pernyataan masalah dalam permasalahan yang majemuk dan menguraikannya menjadi komponen permasalahan yang penting. 9 Hal tersebut terjadi juga khususnya terjadi pada pembelajaran kimia, Sebagian besar siswa menemukan kesulitan dalam menyelesaikan permasalah/persoalan kimia, sedangkan kemampuan pemecahan masalah ( problem solving) dalam kimia merupakan kemampuan berfikir kognitif tingkat tinggi yang penting dalam mencapai masyarakat ilmiah (scientifically

6

Michael O. Martin, dkk., TIMSS 2011 International Result in Science,(Chesnut Hill: TIMSS & PIRLS International Study Center, 2012) h. 476

7

Rex M. Heyworth,” Quantitative Problem Solving in Science: Cognitive Factors and Directions for Practice”, Education Journal, Vol. 26 No. 1, (Hong Kong: The Chinese University of Hongkong, 1998) h. 13

8Ibid

., h. 16 9Ibid

(19)

4

literate society). 10 Dalam penelitian oleh Gayon tentang kemampuan pemecahan masalah kimia pada siswa Sekolah Menengah Atas, ditemukan bahwa siswa memiliki kinerja yang sangat rendah dalam memahami konsep dan strategi penyelesaian masalah akan tetapi sangat baik pada hubungan matematis.11 Hal tersebut dikarenakan siswa telah terbiasa mengerjakan permasalahan kimia yang bersifat matematis.

Di pihak lain secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik yang disebabkan dominannya proses pembelajaran konvensional dengan pembelajaran dalam kelas cenderung teacher-centered sehingga peserta didik menjadi pasif. Padahal menurut Bruner, berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah (problem solving) serta pengetahuan yang menyertainya akan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna sehingga dapat memberikan pengalaman yang konkret dan dengan pengalaman tersebut dapat memecahkan masalah-masalah serupa.12

Disinilah peran pendidik untuk menyelenggarakan pembelajaran yang dapat membantu siswa berlatih memecahkan masalah dan berpusat pada siswa/student center activities. Pendekatan pemecahan masalah (problem solving) dengan tujuan pembelajaran kimia yaitu: (1) Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengangungkan kebesaran Tuhan YME. (2) memupuk sikap ilmiah yaitu, jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain. (3) Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrument, pengambilan, pengolahan dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. (4) Meningkatkan kesadaran tentang

10

Edwehna Elinore P. Gayon, The Problem-Solving Ability of High School Chemistry Students and Its Implication in Redefining Chemistry Education, (Filipina: University of Philipines, 2011), h. 1

11

Ibid., h. 8 12

(20)

terapan kimia yang dapat bermanfaat dan dapat merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan sera menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan. (5) memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalm kehidupan sehari-hari. 13

Pemilihan pendekatan problem solving, dikarenakan problem solving

berorientasi kepada investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.14 Problem solving sendiri memiliki keunggulan yang dapat sejalan dengan tujuan pembelajaran kimia yaitu: (1) Melatih siswa mendesain suatu penemuan, (2) Berpikir dan bertindak kreatif, (3) Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis, (4) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, (5) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, (6) Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, (7) Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja15 Pada kenyataannya, Bransford dan stein menyatakan bahwa untuk melakukan pemahaman dan pembelajaran, pemecahan masalah (problem solving) dibutuhkan dalam berpikir kritis, berpikir kreatif, kemampuan berkomunikasi.16

Akan tetapi, salah satu masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah masih terbatasnya bahan ajar atau perangkat pembelajaran yang memfasilitasi siswa dalam memperkaya pengalaman, membangun pengetahuan siswa, dan menunjang kemampuan pemecahan masalah. “Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa ketersediaan sumber belajar sangat memengaruhi hasil belajar siswa”.17 Keterbatasan perangkat pembelajaran tersebut tentunya akan berpengaruh pada kualitas

13

Depdiknas, Model-model Pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Op.Cit., h. 159-160

14

Iif Khoiru A, Sofan Amri, dan Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2011), h.55

15Ibid., h.55-56 16

Susan M. Brookhart, How to Assess Higher-Order Thinking Skills in Your Classroom, (Virginia: ASCD, 2010), h.7

17

(21)

6

pembelajaran, khususnya kimia. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia tersebut, guru perlu memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk menggali kemampuannya dalam mempelajari kimia, namun tetap dalam bimbingan guru. Berdasarkan masalah tersebut dan agar tujuan pembelajaran kimia dapat tercapai, maka diperlukan pengembangan perangkat pembelajaran atau bahan ajar dengan pendekatan problem solving.

Salah bahan ajar atau perangkat pembelajaran yang dipertimbangkan adalah dengan penggunaan lembar kegiatan siswa (LKS). Penggunaan LKS dalam pembelajaran dapat mendorong siswa untuk mengolah sendiri bahan yang dipelajari atau bersama dengan temannya dalam suatu bentuk diskusi kelompok. LKS juga dapat memberikan kesempatan penuh kepada siswa untuk mengungkapkan kemampuan dan ketrampilan untuk berbuat sendiri dalam mengembangkan proses berpikirnya melalui mencari, menebak, bahkan menalar. Akan tetapi, media pembelajaran berupa LKS yang mengutamakan aktivitas siswa masih terbatas jumlahnya.

Berdasarkan pengamatan peneliti, beberapa guru masih kesulitan menemukan bahan ajar atau LKS yang membangun kemampuan pemecahan masalah pada proses belajar mengajar dalam diri siswa. Oleh karena itu, LKS yang dikembangkan nantinya diharapkan dapat membantu guru dalam membekali kemampuan pemecahan masalah pada siswa. Kebanyakan LKS yang dijumpai saat ini bersifat informatif, hanya berisi ringkasan materi dan latihan soal sehingga siswa masih bersikap pasif dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan bahan pembelajaran berupa LKS agar memperkaya pengalaman siswa. Hal tersebut sesuai dengan inti belajar yaitu adanya perubahan tingkah laku karena adanya suatu pengalaman.18 LKS juga diusahakan untuk dapat membangun pengetahuan siswa dari materi yang dipelajari dengan kemampuan yang dimiliki, dan melatih kemampuan pemecahan masalah. Selain itu, dapat digunakan di berbagai sekolah untuk membekali siswa dengan beberapa kompetensi yang harus dimiliki. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti hendak melakukan sebuah

18

(22)

penelitian dengan judul “Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Berorientasi Pendekatan Problem Solving pada Konsep Hukum Faraday”.

B. Identifikasi Masalah

1. Kemampuan pemecahan masalah pada siswa masih rendah 2. Pembelajaran masih bersifat Teacher-Centered

3. LKS yang digunakan di sekolah masih menggunakan pendekatan konsep 4. Guru masih kesulitan menemukan bahan ajar atau LKS yang membangun kemampuan pemecahan masalah pada proses belajar mengajar dalam diri siswa

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu meluas, namun dapat mencapai hasil yang optimal, maka penulis akan membatasi ruang lingkup pembahasan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Pengembangan merujuk pada penggunaan model pengembangan perangkat tipe 4-D, yaitu define (pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan), dan disseminate (penyebaran), tetapi dalam penelitian ini pengembangan dibatasi hingga tahap develop.

2. Penelitian ini hanya akan membuat sebuah LKS dengan merujuk pengertian LKS sebagai Lembar Kegiatan Siswa, langkah penulisan LKS, dan struktur LKS dari Depdiknas.

3. LKS yang akan dibuat mengacu kepada pendekatan problem solving

dengan menggunakan tahap IDEAL menurut Bransford and Stein.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mengembangkan LKS berorientasi pendekatan pemecahan masalah yang menunjang pembelajaran pada konsep hukum Faraday. 2. Bagaimana kualitas LKS berorientasi pendekatan pemecahan masalah

(23)

8

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan LKS berorientasi pendekatan pemecahan masalah yang menunjang pembelajaran pada konsep hukum Faraday.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis

a. Sebagai syarat kelulusan menjadi Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

b. Menerapkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan dan digabungkan dengan pengetahuan tentang bahan ajar.

c. Mengembangkan LKS berorientasi pendekatan pemecahan masalah (problem solving) yang menunjang pembelajaran pada konsep hukum Faraday.

2. Bagi pendidik adalah sebagai bahan ajar inovatif terkini yang dapat dijadikan sebagai alternatif dalam proses pembelajaran kimia, khususnya pada konsep hukum Faraday.

(24)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS

Terdapat beberapa pandangan yang dapat menjadi rujukan tentang pengertian LKS. Sebagaimana yang diungkap dalam Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar yang disusun oleh Depdiknas pada tahun 2008, LKS adalah kepanjangan dari lembar kegiatan siswa (student worksheet) yang merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik.1“Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas”.2“Dan tugas tersebut haruslah jelas kompetensi dasar yang akan dicapai.”3

“Sementara menurut pandangan lain, LKS bukan merupakan singkatan dari Lembar Kegiatan Siswa melainkan Lembar Kerja Siswa, yaitu materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri.”4

Lembar kerja siswa secara umum merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau saran pendukung pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar kerja siswa berupa lembaran-lembaran kertas yang berupa informasi maupun pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa.5 Lembar kerja siswa juga merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri.6

Lembar kegiatan siswa (LKS) merupakan lembar kegiatan yang memberikan petunjuk-petunjuk belajar tentang topik/materi pelajaran yang telah dipilih dan disertai dengan pertanyaan/latihan, sebaliknya jawaban

1

Depdiknas, Panduan Pengembangan Bahan Ajar,( Direktorat Pembinaan SMA direktorat Jenderal Manajememen Pendidikan Dasardan Menengah dan Umum, 2008), h. 13

2Ibid. 3

Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta: DIVA Press, 2011),, h. 204

4

Ibid.

5

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), h. 75 6

(25)

10

yang benar juga biasanya dilampirkan.7 Pengertian lain dari LKS yaitu “lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. “Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.”8 Tugas yang diberikan juga harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya, serta tugas yang diberikan dapat berupa tugas teoritis maupun praktis.9

LKS juga merupakan panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. 10 LKS dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi serta memuat sekumpulan kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.11

Dari pendapat tersebut terdapat kesamaan dalam hal pengertian dari LKS, yang berbeda adalah kepanjangan dari LKS itu sendiri. Maka penulis mengambil kepanjangan LKS yang menyebutkan bahwa LKS merupakan Lembar Kegiatan Siswa. Berdasarkan uraian tersebut pula, dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan lembaran-lembaran yang berisi petunjuk belajar atau panduan kegiatan belajar bagi siswa untuk memperoleh pengetahuan dari suatu materi yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, kegiatan belajar tersebut dapat meliputi penyelidikan, pemecahan masalah, maupun penarikan kesimpulan. Materi pembelajaran disusun langkah demi langkah secara teratur dan sistematik

7

Jerrold E. Kemp, Instructional Design.(Belmont, California: David S. Lake Publisher, 1977) h. 65

8

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: rosda karya, 2008) 176

9Ibid.,

176-177

10

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasa, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2011), cet. 5, h. 222

11Ibid.,

(26)

sehingga siswa dapat mengikutinya dengan mudah dan tepat serta dilengkapi pertanyaan atau latihan.

2. Fungsi Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Berdasarkan pengertian dan penjelasan awal mengenai LKS, dapat diketahui bahwa LKS memiliki setidaknya empat fungsi sebagai berikut:12 a. Sebagai bahan ajar yang bias meminimalkan peran pendidik, namun

lebih mengaktifkan peserta didik.

b. Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan

c. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih. d. Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

3. Tujuan Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Dalam hal ini, paling tidak terdapat empat poin yang menjadi tujuan penyusunan LKS, yaitu:13

a. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan.

b. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan.

c. Melatih kemandirian belajar peserta didik.

d. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.

4. Macam-macam Bentuk Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Setiap LKS disusun dengan materi-materi dan tugas tugas tertentu yang dikemas sesuai dengan maksud dan tujuan dari penggunaan LKS tersebut, sehingga LKS memiliki berbagai macam bentuk.14 Dilihat dari tujuan penggunaan LKS, LKS terbagi menjadi lima macam, yaitu:

12

Andi Prastowo, Op.Cit., h. 205-206 13Ibid.

h. 206 14Ibid.

(27)

12

a. LKS yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep

LKS jenis ini memuat kegiatan yang yang memiliki tujuan untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri di dalam otaknya, meliputi kegiatan melakukam, mengamati, dan menganalisis.15 Sesuai dengan prinsip kontruktivisme, belajar dengan membangun, yaitu “siswa dapat mengkosntruksi sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya”.16 Dalam LKS jenis ini diberikan pertanyaan analisis yang membantu peserta didik untuk mengaitkan fenomena yang mereka amati dengan konsep yang belum diberikan tetapi akan siswa bangun sendiri.17

b. LKS yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan

Di dalam pembelajaran, setelah peserta didik berhasil menemukan konsep, peserta didik selaanjutnya dapat dilatih untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari ke dalam kehidupan sehari-hari.18 LKS yang memiliki tujuan membantu peserta didik menerapkan dan mengitegrasikan konsep yang telah ditemukan dibutuhkan oleh peserta didik untuk menerapkan pengetahuannya dan melatih kemampuan berpikir siswa.

c. LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar

LKS bentuk ini merupakan LKS yang berisi pertanyaan yang jawabannya terdapat di dalam buku, sehingga fungsi LKS ini adalah membantu peserta didik menghafal dan memahami materi pembelajaran di dalam buku tersebut.19

d. LKS yang berfungsi sebagai penguatan

LKS ini merupakan LKS yang diberikan setelah peserta didik mempelajari topik atau konsep tertentu. “Materi pembelajaran yang

15Ibid. h. 209 16

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 119

17

Andi Prastowo, Loc.Cit.

18Ibid., h.210 19Ibid.,

(28)

dikemas dalam LKS ini lebih mengarah pada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat dalam buku pelajaran.”20

e. LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum

Metode eksperimen atau praktikum merupakan metode mengajar dengan membuktikan langsung untuk menguji atau membuktikan suatu konsep yang sedang dipelajari.21 Praktikum sendiri membutuhkan petunjuk praktikum, alih-alih memisahkan petunjuk praktikum ke dalam buku tersendiri, kita dapat menggabungkan petunjuk praktikum ke dalam LKS sehingga LKS berisikan petunjuk pratikum.22

5. Penulisan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Penulisan LKS dapat dilakukan beberapa langkah–langkah sebagai berikut: 23

a. Perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai

Rumusan kompetensi pada suatu LKS langsung diturunkan dari standar isi.

b. Menentukan alat penilaian

Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik.

c. Penyusunan materi

Materi LKS sangat bergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja dalam LKS ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih jauh tentang

20

Ibid., h.211 21

Zulfiani dkk., Op. Cit., h. 104 22

Andi Prastowo, Op.Cit.h. 211 23

(29)

14

materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan berapa lama.

6. Struktur Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Struktur LKS, secara umum sebagai berikut:24 a. Judul

b. Petunjuk belajar (petunjuk siswa) c. Kompetensi yang akan dicapai d. Informasi pendukung

e. Tugas tugas dan langkah-langkah kerja f. Penilaian.

7. Komponen Evaluasi Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

LKS merupakan salah satu contoh dari media pembelajaran dalam bentuk cetakan. Untuk membuat LKS yang baik, harus memenuhi beberapa kriteria. Hal tersebut bertujuan supaya LKSyang dihasilkan nantinya, dapat menunjang proses pembelajaran dan menunjang pencapaian hasil belajar siswa dalam memahami suatu materi tertentu baik dalam segi teori maupun praktek. Untuk mengetahui apakah LKS telah baik ataukah masih ada yang perlu diperbaiki maka diperlukan evaluasi.25 Komponen evaluasi Komponen evaluasi mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan:26 a. Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain:

1) Kesesuaian dengan SK, KD

2) Kesesuaian dengan perkembangan anak 3) Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar 4) Kebenaran substansi materi pembelajaran 5) Manfaat untuk penambahan wawasan

6) Kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial

24

Ibid.

(30)

b. Komponen kebahasaan antara lain mencakup: 1) Keterbacaan

2) Kejelasan informasi

3) Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar

4) Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat)

c. Komponen penyajian antara lain mencakup: 1) Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai 2) Urutan sajian

3) Pemberian motivasi, daya tarik

4) Interaksi (pemberian stimulus dan respond) 5) Kelengkapan informasi

d. Komponen kegrafikan antara lain mencakup: 1) Penggunaan font; jenis dan ukuran 2) Lay out atau tata letak

3) Ilustrasi, gambar, foto 4) Desain tampilan

B. Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving Approach) 1. Pengertian Pendekatan Pemecahan Masalah

Orang yang pertama kali memperkenalkan pendekatan pemecahan masalah di sekolah adalah pengarang terkenal John Dewey. Masalah (problem) menurut John Dewey adalah sesuatu yang diragukan atau sesuatu yang belum pasti.27 Masalah menurut kontinum kejelasan dan strukturnya dibagi menjadi masalah yang jelas (well-defined problem) yaitu masalah atau soal yang memiliki tujuan yang jelas serta semua informasi yang dibutuhkan untuk enyelesaikan masalah tersebut ada dan hanya ada satu jawaban yang benar, kemudian masalah yang tidak jelas (ill-defined problem) yaitu masalah yang tidak memiliki tujuan yang jelas, informasi untuk menyelesaikan masalah tidak ada dan terdapat beberapa kemungkinan jawaban yang benar. 28 Menurut Ormrod, pemecahan masalah adalah menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang sudah

27

Mulyati Arifin, dkk., Strategi Belajar Mengajar Kimia Prinsip dan Aplikasinya Menuju Pembelajaran yang Efektif, (tt.p) h. 95

28

(31)

16

ada untuk menjawab pertanyaan yang belum terjawab atau situasi sulit (masalah).29

Students incure a problem when they want to reach a specific outcome or goal but do not automatically recognize the proper path or solution to use to reach it. The problem to solve is how to reach the desired goal. When students cannot automatically recognize the proper way to reach the desire goal, they must use one or more higher order thinking processes. These thinking processes are called

problem solving….30

Pemecahan masalah (problem solving) dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan atau konsep yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru atau dapat disebut masalah.31 Pemecahan masalah merujuk kepada salah satu cara berpikir yang termasuk berpikir tingkat tinggi, seperti disebutkan dalam Nitko bahwa “Problem solving refers to the kind of thinking required when reaching a goal is not automatic and students must use one or more higher-order thinking processes to do it.”.32Pemecahan masalah (problem solving) merupakan cara berpikir yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dengan tidak secara langsung atau instan, tetapi harus menggunakan proses berpikir tingkat tinggi untuk memecahkan masalah tersebut. “Pemecahan masalah tidak sekadar sebagai bentuk kemampuan

menerapkan aturan-aturan yang telah dikuasai melalui kegiatan-kegiatan belajar terdahulu, melainkan lebih dari itu, merupakan proses untuk mendapatkan seperangkat aturan pada tingkat yang lebih tingi”.33“Hakikat

pemecahan masalah adalah melakukan operasi procedural urutan tindakan, tahap demi tahap secara sistematis, sebagai seorang pemula (novice)

memecahkan suatu masalah.”34

29

Ibid., h. 393 30

Anthony J. Nitko dan Susan M. Brookhart, Educational Assessment of Students, (Boston: Pearson, 2007), Cet. 6, h. 231

31

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.52

32

Anthony J. Nitko, Op.Cit., h. 222 33

Made Wena, Loc.Cit.

(32)

Sementara, pendekatan pembelajaran adalah jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk satuan instruksional tertentu.35 Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pembelajaran. Pada dasarnya terdapat faktor lain yang dapat memengaruhi kegiatan pembelajaran diantaranya faktor guru, siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta lingkungan. Pendekatan pemecahan masalah merupakan pendekatan yang menekankan agar pembelajaran memeberikan kemampuan bagaimana cara memecahkan masalah yang objektif dan tahu benar apa yang dihadapi.36 Pendekatan pemecahan masalah menggunakan masalah sebagai aktivitas utama dalam pembelajaran. Sesuai dengan tujuan pendidikan siswa diupayakan dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan topik yang dipelajari.Pendekatan penyelesaian masalah merupakan cara memberikan pengertian dengan menstimulasi anak didik untuk memperhatikan, menelaah, dan berpikir tentang suatu masalah untuk selanjutnya menganalisis masalah tersebut sebagai upaya untuk memecahkan masalah.37 Penggunaan pemecahan masalah (problem solving) dalam kegiatan pembelajaran adalah dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah pembelajaran baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama yang orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan dengan dasar pemecahan masalah.38

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan pemecahan masalah merupakan jalan atau cara yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran agar pembelajaran memberikan kemampuan bagaimana cara memecahkan masalah dengan objektif dan masalah sebagai aktivitas utama dalam pembelajaran digunakan agar menstimulasi

35

Zulfiani dkk., Op.Cit., h. 91 36

Mulyati Arifin, dkk. Strategi Belajar Mengajar Kimia, (Bandung, 2000), h. 96 37

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi

guru.( Bandung: rosda karya, 2008), h.142 38

Iif Khoiru Ahmadi, Sofan Amri, dan Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu,

(33)

18

peserta didik agar dapat memperhatikan, berpikir, menelaah, menganalisis secara individu maupun berkelompok sebagai upaya dalam memecahkan masalah tersebut.

2. Taksonomi Pemecahan Masalah

Wankat dan oreovocz mengklasifikasikan lima tingkat taksonomi pemecahan masalah (problem solving), yaitu:

a. Rutin, tindakan rutin atau bersifat alogaritmk yang dilakukan tanpa membuat suatu keputusan.

b. Diagnostik, pemilihan suatu prosedur atau cara yang tepat untuk memecahkan masalah.

c. Strategi, pemilihan prosedur secara rutin untuk memecahkan masalah. d. Interpretasi, Kegiatan pemecahan masalah yang sesungguhnya,

karena melibatkan kegiatan merdeuksi masalah sehingga dapat dipecahkan.

e. Generalisasi, pengembangan prosedur yang bersifat rutin untuk memecahkan masalah-masalah yang baru.39

3. Tahap dalam Pendekatan Pemecahan Masalah

Sesuai dengan tujuan pendidikan siswa diupayakan dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan topik yang dipelajari. Maka dari itu, pendekatan pemecahan masalah baik untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah.Empat fase problem solving yaitu:40

First, we have to understand the problem; we have to see clearly what is required. Second, we have to see how the various items are connected, how the unknown is linked to the data, in order to obtain the idea of the solution, to make a plan. Third, we carry out our plan. Fourth, we look back at the completed solution, we review and discuss it

Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat melihat tahap problem solving adalah:

39

Made Wena, Op.Cit,. h. 53-54 40

(34)

a. Memahami masalah

b. Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah.

c. Melaksanakan/menyelesaikan permasalahan sesuai rencana. d. Mengecek kembali solusi yang telah lengkap.

John Dewey menjelaskan terdapat enam langkah metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu:41

a. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.

b. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.

c. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. d. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mengambil atau

menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. e. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hopotesis dan rumusan kesimpulan.

Model Dewey berdasarkan campuran teori dan praktek dan banyak model problem solving saat ini berdasarkan komposisi yang sama. Keterampilan problem solving yang umum dapat dikelompokkan menjadi lima tahap yang menurut Bransford dan Stein disebut IDEAL problem solver , yaitu:42

a. Identify the problem.

b. Define and represent the problem. c. Explore possible strategies. d. Act on strategies.

e. Look back and evaluate the effect of your activities.

41

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup), 2008, h.217

42

(35)

20

Dalam penggunaan problem solving dibutuhkan strategi pula dalam mengimplementasikan problem solving dalam suatu tugas atau asesmen. Karena apabila hanya mengevaluasi jawaban dengan “benar” dan “salah”, maka akan kehilangan kesempatan untuk mengevalusai

kemampuan berpikir peserta didik pada umumnya, dan kemampuan

problem solving pada khususnya.43 Berikut adalah strategi penggunaan problem solving pada asesmen: 44

a. Identifying and recognize the problem

Dalam tahap ini dilakukan identifikasi masalah. Strategi penugasan dalam tahap ini, siswa diberikan skenario atau deskripsi masalah. Setelah itu siswa diminta utnuk mengidentifikasi masalah untuk diselesaikan.

b. Define and represent the problem.

Pada tahap ini, dapat diberikan beberapa strategi yaitu: 1) Membuat pertanyaan

Strategi ini dapat dilakukan dengan memberikan pernyataan yang berisikkan masalah dan minta siswa untuk membuat pertanyaan menggunakan bahasa dan konsep yang telah diajarkan.

2) Memberikan pemahaman dengan cara tertulis

Agar siswa dapat mendeskripsikan pemahaman mereka, guru dapat memberikan beberapa masalah yang siswa harus selesaikan dengan memberi kata-kunci dan kalimat yang sesuai dengan konteks masalah. Lalu minta siswauntuk menjelaskan dengan kalimat mereka maksud dari masalah yang disajikan. 3) Mengidentifikasi ketidakrelevanan

Siswa dapat mengidentifikasi ketidakrelevanan suatu masalah dengan memberikan beberapa bahan bahasan dan sebuah pernyataan masalah, setelah itu minta siswa untuk mengidentifikasi

43Ibid. 44Ibid.

(36)

semua informasi yang tidak sesuai (tidak relevan) dengan masalah dan penyelesaiannya.

4) Menggolongkan kartu masalah

Memberikan contoh (dua atau lebih) dari beberapa maslah yang berbeda dan minta siswa untuk (a) menggolongkan masalah kedalam beberapa kelompok kategori dan (b) menjelaskan alasan dalam pemilihan masalah tersebut.

5) Mengidentifikasi asumsi

Asumsi atau pendapat dapat digali dari siswa dengan memberikan masalah dan meminta siswa untuk memeberikan solusi serta bagaimana pendapat mereka terhadap kondisi sekarang dan yang akan dihadapi dalam menyelesaikan masalah tersebut. 6) Mendeskripsikan strategi

Siswa mendeskripsikan strategi berganda (satu atau lebih) dengan cara member solusi dua atau lebih dan menunjukan solusi tersebut dengan menggunakan gambar, diagram, atau grafik. 7) Memodelkan masalah

Siswa dapat memodelkan masalah dengan cara menggambarkan diagram atau gambar yang menjelaskan kondisi masalah yang tengah dihadapi.

8) Mengidentifikasi kesulitan

Dengan memberikan masalah yang sulit (dengan satu kata kunci atau informasi yang hilang) akan merangsang siswa untuk mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi. Instruksikan siswa untuk menjelaskan (a) kenapa aulit untuk menyelesaikan tugas, (b) apa kesulitannya, (c) apa informasi tambahan yang diperlukan untuk menanggulangi kesulitan.

c. Explore possible strategies.

(37)

22

1) Pengaturan solusi

Dengan memberikan sebuah masalah dengan dua atau lebih solusi yang mungkin dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut, siswa dapat dirangsang untuk mengatur solusi dengan memilih salah satu solusi yang tepat dan disertai alasannya.

2) Pengaturan strategi yang digunakan

Jika terdapat sebuah masalah dan terdapat dua atau lebih strategi untuk menyelesaikan masalah tersebut, siswa dapat diminta untuk menjelaskan alasan mengapa strategi tersebut benar dan bagaimana strategi dapar digunakan.

3) Mengintegrasi data

[image:37.595.153.515.103.694.2]

Dengan memberikan beberapa jenis data (cerita, gambar, grafik, tabel data) dan sebuah pernyataan yang memebutuhkan dua atau lebih jenis data yang digunakan, siswa dapat diasah kemampuan integrasi data dengan (a) menyelesaikan masalah, dan (b) sertakan alasan bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut. Penyelesaian masalah harus menyertakan dua atau lebih jenis data.

4) Memberikan solusi alternative

Berikan sebuah pernyataan yang berisikan masalah di dalamnya dan pintalah siswa untuk membuat dua atau lebih solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sebuah pendekatan alternative merupakan sebuah strategi yang dapat menyelesaikan masalah dan membutuhkan siswa untuk membuat strategi lain untuk menyelesaikan masalah.

5) Menggunakan analogi

(38)

penyelesaian untuk masalah yang mereka sebutkan sama dengan penyelesaian masalah yang telah diberikan sebelumnya.

6) Penyelesaian mundur

Berikan sebuah masalah yang kompleks atau tugas multilangkan untuk diselesaikan, dan pintalah siswa untuk mengerjakannya secara mundur (dari akhir ke awal) dari hasil yang diinginkan untuk mengembangkan sebuah strategi untuk menyelesaikan tugas atau penyelesaian masalah tersebut. Sebagai contoh, menugaskan siswa untuk mengembangkan langkah-langkah dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah penelitian kepustakaan.

d. Act on strategies, Look back and evaluate the effect of your activities. 1) Mengevaluasi kualitas solusi yang dibuat

Berikan sebuah masalah dan pintalah siswa untuk mengevaluasi beberapa strategi penyelesaian yang berbeda dalam memecahkan masalah, atau pinta siswa untuk membuat beberapa penyelesaian masalah yang berbeda lalu penyelesaian masalah tersebut dievaluasi.

2) Mengevaluasi strategi dengan cara yang sistematik

Sama dengan cara di atas, tetapi tugaskan siswa untuk mengikuti prosedur sistematik yang telah diberikan dalam pengevaluasian penyelesaian masalah yang diberikan.

(39)

24

C. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D

Model 4-D merupakan model pengembangan perangkat pembelajaran yang disarankan oleh Thiagarajan, Semmel, dan Semmel yang terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu define, design, develop, dan disseminate.45 Berikut penjelasan dari setiap tahap pengembangan:

1. Tahap Pendefinisian (Define)

Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. 46 Tahap ini merupakan tahap yang keseluruhannya adalah analisis. Melalui analisis, kita dapat menetapkan tujuan dan membatasi bahan pembelajran.47 Tahap ini meliputi tiga langkah pokok yaitu: 48

a. Analisis Ujung Depan (Front-end Analysis)

Analisis ujung depan bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran sel elektrolisis sehinggga dibutuhkan pengembangan bahan pembelajaran. Dalam melakukan analisis ini, perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai alternatif pengembangan perangkat pembelajaran, teori belajar, tantangan dan tuntutan masa depan. Analisis ujung depan diawali dari pengetahuan, ketrampilan, dan sikap awal yang dimiliki siswa untuk mencapai tujuan yang tercantum dalam kurikulum. Tahap ini juga mengidentifikasi adanya kesenjangan antara tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang terjadi di lapangan baik yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik, maupun strategi yang digunakan guru untuk mencapai pembelajaran.

b. Analisis Karakteristik (Learner Analysis)

45

Trianto, Op.Cit., h.189 46

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h.93

47

Silvasailam Thiagarajan, Dorothy Semmel, danMelvyn I. Semmel, Instructional Development for Training Teachers of Exepctional Childern : A Sourcebook, (Bloomington: Leadership Training Institue), h. 6

48

(40)

Analisis karakterisitik siswa sangat penting dilakukan pada awal perencanaan. Analisis ini dilakukan dengan memerhatikan ciri, kemampuan dan pengalaman siswa baik secara individu maupun sebagai kelompok. Karekteristik siswa merupakan hal yang penting dikarenakan karakter siswa relevan untuk perancangan dan pengembangan bahan ajar.49 Analisis siswa meliputi karakteristik antara lain kemampuan akademik, usia dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap pelajaran, pengalaman, keterampilan psikomotor, kemampuan bekerja sama, dan keterampilan sosial.50

c. Analisis Tugas

Analisis tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu pengajaran.51 Lebih lanjut analisis tugas sejalan dengan analisis tujuan pembelajaran dilakukan untuk menentukan model pembelajaran untuk mencapai tujuan. Jadi analisis tugas atau tujuan tidak lain dari analisis isi pelajaran, analisis konsep, analisis pemrosesan informasi, dan analisis prosedural yang digunakan untuk memudahkan pemahaman atau penguasaan tentang tugas-tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS). Berikut penjelasan dari setiap analisis: 52

1) Analisis Struktur isi

Analisis struktur isi ini dilakukan dengan mencermati kurikulum yang sesuai, mulai dari bahan kajian, pokok bahasan, subpokok bahasan, serta garis besar perincian isi pokok bahasan. 2) Analisis Konsep

Analisis konsep dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan diajarkan dan menyusunnya secara

49

Thiagarajan, Ibid.

50

Ibid., h. 83 51Ibid. 52Ibid.,

(41)

26

sistematis sesuai penyajiannya dan merinci konsep-konsep yang relevan. Hasil analisis ini berupa peta konsep.

3) Analisis Prosedural

Analisis prosedural adalah analisis tugas yang dilakukan dengan mengidentifikasi tahap-tahap penyelesaian tugas sesuai dengan bahan kajian. Dalam hal ini dikaitkan dengan tahap-tahap pemecahan masalah menggunakan problem solving oleh Bransford dan Stein. Hasil analisis ini akan diperoleh peta kebutuhan dan analisis prosedural.

4) Analisis Pemrosesan Informasi

Analisis pemrosesan informasi dilakukan untuk mengelompokkan tugas-tugas yang dilaksanakan siswa selama pembelajaran dengan mempertimbangkan waktu. Hasil analisis ini adalah cakupan konsep/tugas yang akan diajarkan dalam satu rencana pembelajaran.

5) Perumusan Tujuan Pembelajaran

Penyusunan tujuan pembelajaran (TP) atau Indikator Pencapaian Hasil Belajar (IPHB) didasarkan pada kompetensi dasar dan indikator yang tercantum dalam kurikulum. Berdasarkan kompetensi dasar tersebut dapat disusun suatu tujuan pembelajaran.

2. Perancangan (Design)

Tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran.53 Tahap ini dapat dimulai setelah penetapan tujuan dan bahan pembelajaran pada tahap define. Tahap ini terdiri dari 3 langkah, yaitu: (1) penyusunan instrumen, dengan berdasarkan hasil perumusan tujuan pembelajaran; (2) pemilihan media yang sesuai; (3) pemilihan format.54

53

Thiagarajan, Op.Cit., h. 7 54

(42)

3. Pengembangan (Development)

Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang dirancang pada tahap design.55 Tahap ini meliputi dua langkah pengembangan yaitu:56

a. Validasi ahli (Expert Appraisal)

Validasi ahli merupakan teknik untuk memperoleh saran untuk pengembangan bahan ajar. Beberapa ahli dapat diminta untuk mengevaluasi bahan ajar dari sudut pandang teknis. Berdasarkan hasil validasi dan saran dari ahli, bahan ajar dibuat kembali (revisi) agar bahan ajar lebih layak, efektif, dapat digunakan, dan berkualitas tinggi. b. Uji coba (Development Testing)

Uji coba pengembangan melibatkan uji coba bahan ajar dengan pengguna yang sesuangguhnya (peserta didik) untuk selanjutnya kembali dilakukan revisi. Berdasarkan respon, reaksi, dan komentar dari pengguna (peserta didik), bahan ajar kembali di revisi. 4. Pendiseminasian (Disseminate)

Bahan ajar mencapai tahap produksi akhir ketika uji coba pengembangan menghasilkan hasil yang konsisten dan telah divalidasi atau mendapat persetujuan oleh ahli dengan komentar positif.57 Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas dan mengimplementasikan perangkat ke dalam kegiatan pembelajaran.

D. Kualitas Produk Pengembangan

Produk pengembangan yang berkualitas tinggi harus memenuhi empat kriteria yaitu relevansi, konsistensi, praktis, dan efektif.58 Relevansi dan konsistensi merupakan konten dari sebuah kevalidan produk. Maka dapat

55

Thiagarajan, Ibid. h. 8 56

Ibid.

57

Ibid. h. 9 58

(43)

28

disimpulkan bahwa sebuah produk pengembangan harus memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan, dan keefektivan. Nieveen mengemukakan aspek validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu produk yang pengembanga harus berdasarkan rasional teoritik yang kuat, serta terdapat konsistensi internal antara komponen-komponen produk.59

Karakteristik lainnya adalah secara nyata di lapangan, produk yang dikembangkan dapat diterapkan dan digunakan dengan mudah oleh pembelajar (peserta didik), hal tersebut disebut praktis. Kriteria yang ketiga adalah keefektivan yaitu hasil yang didapat merupakan hasil yang diinginkan atau memenuhi tujuan pembelajaran.60

Dalam penelitian ini, kualitas LKSdinilai dari kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. 61

1. Aspek Kevalidan

LKS dikatakan valid jika memenuhi kriteria yaitu: hasil penilaian validator menyatakan bahwa LKS dikatakan valid dengan revisi atau tanpa revisi, didasarkan pada landasan teoritik yang kuat. Pengembangan LKS berorientasi pendekatan problem solving memenuhi kriteria atau aspek yang terkandung dalam pendekatan pemecahan masalah. Kriteria yang harus dipenuhi dalam LKS pengembangan ini adalah aspek pendekatan pemecahan masalah dan komponen evaluasi LKS

2. Aspek Kepraktisan

LKS dikatakan praktis jika para responden menyatakan bahwa LKS dapat diterapkan di kelas dan bermanfaat dan tingkat keterlaksanaan penggunaan LKS termasuk tinggi dengan meninjau aktivitas siswa dan guru.

3. Aspek Keefektifan

LKS dinyatakan efektif jika hasil belajar dengan menggunakan LKS sesuai dengan hasil yang diinginkan.

59

Ibid.

(44)

E. Tinjauan Materi Hukum Faraday 1. Penjabaran Indikator

Materi elektrolisis termuat dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar yang dibentuk oleh Dinas Pendidikan. Indikator merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran.62

Tabel 2.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Hukum Faraday

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi Pokok

2. Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dalam sistem elektrokimia yang melibatkan energi listrik dan kegunaannya dalam mencegah korosi dan dalam industry

2.3 Menerapkan hukum faraday untuk elektolisis larutan elektrolit

Hukum Faraday

Dari Standar kompetensi dan kompetensi dasar diatas, dapat dijabarkan beberapa indikator yang memiliki fungsi sebagai tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya perubahan perilaku pada peserta didik.63 Berikut penjabaran indikator dari materi hukum Faraday:

a. Menerapkan konsep hukum Faraday dalam perhitungan sel elektrolisis

b. Menuliskan reaksi elektrolisis pada penyepuhan dan pemurnian suatu logam.

62

Abdul Majid, Op.Cit.,h.53

[image:44.595.158.517.253.580.2]
(45)

30

2. Pemaparan Materi Hukum Faraday

Dalam sel elektrokimia berlangsung proses elektrokimia, yaitu suatu proses reaksi kimia menghasilkan arus listrik atau sebaliknya, arus listrik menyebabkan terjadinya reaksi kimia 64 . Sel elektokimia digunakan secara luas dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada proses pemurnian logam, penyepuhan logam, dan berbagai peralatan elektronika. Sel elektrokimia dibagi dua berdasarkan reaksinya, yaitu: sel volta dan sel elktrolisis. Sel elektrolisis adalah rangkaian alat yang menunjukkan reaksi kimia yang disebabkan aliran arus listrik.65

Persoalan penting dalam elektrolisis adalah hubungan antara jumah energi listrik yang dikonsumsi dan perubahan kimia yang dihasilkan dalam elektrolisis yang kemudian ditemukan jawabannya oleh Michael Faraday. 66 Hukum Faraday merupakan penemuan yang monumental karena mempunyai arti penting yang mendasar dalam bidang elektrokimia. Penyelidikannya tentang akibat kimia terhadap arus listrik dua hukum elektrolisis yang dikenal.67

a. Hukum I Faraday

Michael Faraday adalah seorang pakar Kimia-Fisika Inggris. Faraday menyatakan bahwa sel elektrolisis dapat digunakan untuk menentukan banyaknya zat yang bereaksi berdasarkan jumlah muatan listrik yang digunakan dalam rentang waktu tertentu. Dalam sel volta maupun sel elektrolisis terdapat hubungan kuantitatif antara jumlah zat yang bereaksi dan muatan listrik yang terlibat dalam reaksi redoks. Pernyataan ini merupakan prinsip dasar Hukum Faraday, yaitu: “massa zat yang dihasilkan pada elektrolisis

64

Nana Sustresna, Cerdas Belajar Kimia untuk Kelas XII SMA/MA program IPA, (Jakarta: Grafindo Media Pratama, 2004), h. 49

65Ibid.h.

61

66

Ralph H. Petrucci, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Terj. oleh Seminar Achmadi,

(Jakarta: Erlangga, 1987), jilid 3, cet. 4, h. 33 67

(46)

berbanding lurus dengan muatan listrik yang melewati sel elektrolisis tersebut.”68

Keterangan:

w= massa zat yang dihasilkan

e= massa ekuivalen

i= kuat arus listrik (A)

t= waktu (s) F= tetapan faraday

b. Hukum II Faraday

Setiap larutan mendapatkan arus listrik yang sama sehingga dari seyiap larutan akan dihasilkan massa zat yang secara ekuivalen (grek) sama.69

™ଵšଵ

ܣݎଵ ൌ

ݓଶݔ݊ଶ

ܣݎଶ

E. Penelitian yang Relevan

Penelitian pada pengembangan LKS cukup banyak dilakukan, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Eliska Novita dkk pada tahun 2012 yang mengadakan penelitian tentang penerapan pembelajaran pemecahan masalah dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Problem Solving Pada Materi Asam-Basa Arrhenius Untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa SMA dalam Membangun Konsep dan Hukum Sebab Akibat”. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan non equivalent control group

68Ibid.,

h. 65-66 69

(47)

32

design. Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa peningkatan keterampilan membangun konsep dan keterampilan hukum sebab akibat untuk kelas dengan pembelajaran problem solvin

Gambar

grafik, tabel data) dan sebuah pernyataan yang memebutuhkan dua
Tabel 2.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Hukum
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Gambar 3.1 Alur Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelatihan Dasar bagi Fasilitator dititik beratkan sebagai proses penyadaran (awareness training) dengan penekanan pada; (a) Re-orientasi sikap dan pola pikir dan pandangan

Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi untuk eritropoesis tidak cukup, yang

Dengan memahami karakteristik dasar bahan pangan tertentu, maka mahasiswa dapat mengevaluasi kualitas bahan pangan tersebut (apakah bahan baku tersebut masih dalam

Meskipun dalam pelaksanannya pembelajaran fikih pada materi zakat berbasis multimedia pembelajara interaktif – power point (macro-enabled) ini terbukti mampu

Proses belajar seperti inilah yang diharapkan dapat dikembangkan melalui penerapan strategi math talk di kelas sehinga peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis?. Seseorang

Inilah kisah seorang raja muda Manggarai yang bemama Lenganjan. Pada jaman dahulu di Manggarai ada tiga kerajaan yaitu kerajaan Todo, kerajaan Cibal dan kerajaan

Selanjutnya oleh Kantor Pertanahan dapat menerbitkan sertifikat hak milik yang baru atas nama pemilik yang baru (pembeli). Alas hak diartikan sebagai bukti

(3) Kendala penerapan metode make a match dengan media kartu kata bergambar dalam peningkatan pembelajaran Bahasa Inggris tentang kosakata siswa kelas V SDN