GAMBARAN PRAKTEK PEDOMAN GIZI SEIMBANG (PGS)
PADA REMAJA DI MTs. PEMBANGUNAN UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2013
Oleh:
DIAN MUTI SARI NIM: 108101000036
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
GAMBARAN PRAKTEK PEDOMAN GIZI SEIMBANG (PGS)
PADA REMAJA DI MTs. PEMBANGUNAN UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh:
DIAN MUTI SARI NIM: 108101000036
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI
Skripsi, Oktober 2013
Dian Muti Sari, NIM : 108101000036
Gambaran Praktek Pedoman Gizi Seimbang (PGS) Pada Remaja Di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
xx + 134 halaman, 35 tabel, 2 bagan, 14 gambar, 3 lampiran
ABSTRAK
Masalah gizi remaja berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta dampaknya pada masalah gizi saat dewasa. Masalah gizi sering terjadi yaitu anemia defisiensi besi, kekurangan dan kelebihan gizi. Dimana masalah tersebut terjadi akibat pola makan yang tidak seimbang. Untuk mencegah terjadinya masalah gizi penting sekali memulai gaya hidup sehat sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Pedoman Gizi Seimbang terdiri dari 4 prinsip yaitu keanekaragaman makanan, aktivitas fisik, kebersihan dan berat badan ideal.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan secara systematic random sampling. Gambaran praktek pedoman gizi seimbang dilihat berdasarkan ke empat prinsip pada Pedoman Gizi Seimbang.
Berdasarkan hasil penelitian gambaran praktek Pedoman Gizi Seimbang (PGS) diketahui bahwa jenis bahan makanan yang dikonsumsi remaja 62,5% tidak sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang, tingkat kecukupan zat gizi pada remaja, antara lain tingkat kecukupan energi, karbohidrat, protein dan vitamin A sebagian besar sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi, Sedangkan tingkat kecukupan lemak, vitamin C dan zat besi sebagian besar tidak sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi. Frekuensi makan remaja 85,4% tidak sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang dan 56,3% remaja memiliki pola hidup bersih yang sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang. Selain itu juga sebagian besar remaja memiliki aktivitas fisik sedang sebanyak 70,8%. Persentase berat badan ideal remaja paling banyak yakni berat badan ideal normal sebanyak 69,8%. Dan keseluruhan remaja tidak sesuai dalam mempraktekkan Pedoman Gizi Seimbang.
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH MAJOR
NUTRITION MAJOR
Undergraduated Thesis, October 2013
Dian Muti Sari, NIM : 108101000036
Overview Balanced Nutrition Guidelines (PGS) Practice on Adolescents In MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013
xx + 134 pages, 35 table, 2 charts, 14 pictures, 3 appendix
ABSTRACT
Adolescents Nutritional problem have a big impact on the growth and development of the body and its effects on nutritional problems in adulthood. Common nutritional problem is iron deficiency anemia, nutritional deficiency and obesity. The problem occurs due to an unbalanced diet. To prevent the occurrence of important nutritional problems start at healthy lifestyle in accordance with the Guidelines for Balanced Nutrition (PGS). Balanced Nutrition guidelines consist of four principles are diversity of food, physical activity, hygiene and ideal body weight. This research is descriptive. Sampling was done by systematic random sampling. Preview balanced nutrition practice guidelines seen by the four principles on Balanced Nutrition Guidelines.
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Dian Muti Sari
Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 16 Maret 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Pondok Surya Mandala Blok V1 No. 8 RT 08 RW 13, Jaka Mulya, Bekasi Selatan 17146
No Telp / Hp : 021 – 82431653 / 085777588700
Email : [email protected]
II.PENDIDIKAN
1995 – 1996 : TK Cendrawasih
1996 – 2002 : SD Negeri Jati Asih X Bekasi
2002 – 2005 : SMP Negeri 9 Bekasi
2005 – 2008 : SMA Negeri 6 Bekasi
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.wb
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan hanya kepada Allah (Subhanahu Wata’ala) yang telah memberikan kesehatan, kesabaran, kekuatan serta tak lupa juga ilmu pengetahuan yang Kau limpahkan. Atas perkenaan-Mu jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Gambaran Praktek Pedoman Gizi Seimbang (PGS) pada Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013“.
Sholawat serta salam “Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad” juga sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta yang dengan kasih dan doanya telah mendukung dalam berbagai hal.
2. Bapak Prof. DR. (HC) dr. MK Tadjudin, Sp. And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Febrianti, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat. 4. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM selaku Sekretaris Program Studi Kesehatan
Masyarakat dan Pembimbing Akademik.
5. Bapak Drs. M. Farid Hamzens, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan ilmu, bimbingan, pengarahan, motivasi, tuntunan dan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan yang luar biasa kepada penulis.sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
vii
menyelesaikan skripsi ini dan memberikan ilmu - ilmu baru, semoga Allah SWT mencatat segala amal kebaikannya sebagai ibadah.
7. Ibu Andarini, M.Si dan Ibu Minsarnawati, M.Kes selaku Penguji Ujian Skripsi.
8. Segenap dosen pengajar di Program Studi Kesehatan Masyarakat yang juga telah memberikan peneliti wawasan berkenaan dengan tema yang diambil. 9. Pihak sekolah MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 10.Thank’s a lot buat Ibnu Syeh Fajar sudah membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini, terima kasih buat dukungannya, waktu yang sudah diluangkan, terima kasih sudah bersedia menjadi pendengar untuk keluh kesahku dan terima kasih juga atas doanya. “sukses selalu!”
11.Adikku Ica, terima kasih atas dukungan dan doanya serta bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini. “semangat cacay!”
12.Wulan, Irda, Desy, Dewi, Nindy, terima kasih atas dukungan dan doanya. “sukses dan semangat terus sobat!”
13.Teman – teman kesmas 2008. Sukses buat kita semua ya teman.
14.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih banyak.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih kurang dari sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Jakarta, Oktober 2013
(Dian Muti Sari)
viii
D A F T A R I S I
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR BAGAN ... . xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Pertanyaan Penelitian ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 9
F. Ruang Lingkup ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
ix
1. Pengertian Remaja ... 11
2. Penggolongan Remaja ... 12
3. Pertumbuhan dan Fisiologi Remaja ... 13
4. Kebutuhan Gizi Remaja ... 14
B. Cara Menentukan Kebutuhan Zat Gizi ... 17
1. Energi ... 17
2. Protein, lemak dan karbohidrat ... 20
3. Vitamin dan mineral ... 21
C. Pola Konsumsi Makanan ... 21
1. Jenis Bahan Makanan ... 23
2. Jumlah Bahan Makanan (Zat Gizi) ... 24
3. Frekuensi Makan ... 26
D. Konsep Dasar Gizi Seimbang ... 27
1. Pedoman Gizi Seimbang ... 28
a. Pentingnya membiasakan makan makanan beraneka ragam 30 b. Pentingnya pola hidup bersih ... 35
c. Pentingnya pola hidup aktif dan berolahraga ... 37
d. Pentingnya berat badan ideal ... 39
E. Dampak praktek tidak sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang 42 1. Dampak apabila terjadi Gizi Kurang ... 42
2. Dampak apabila terjadi Gizi Lebih ... 45
x
1. Metode Food Frequency Quetioner (FFQ) ... 47
2. Metode Food Recall 24 Jam ... 48
3. Estimated Food Frequency ... 49
4. Food weighing ... 49
G. Kerangka Teori ... 51
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL ... 52
A. Kerangka Konsep ... 52
B. Definisi Operasional ... 54
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 61
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 61
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 61
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 61
1. Populasi ... 61
2. Sampel ... 62
D. Jenis Data yang Dikumpulkan, Instrumen Penelitian, Uji Coba Instrumen dan Cara Pengumpulannya ... 63
1. Jenis Data yang Dikumpulkan ... 63
2. Instrumen Penelitian ... 64
a. Instrumen ... 64
b. Uji Coba Instrumen ... 66
4. Cara Pengumpulan Data ... 67
E. Pengolahan Data ... 70
xi
1. Analisis Univariat ... 74
BAB V HASIL PENELITIAN ... 75
A. Gambaran Umum MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 75
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 75
2. Gambaran Umum Karakteristik Populasi ... 76
3. Gambaran Umum Karakteristik Responden ... 76
a. Umur Responden ... 76
b. Jenis Kelamin Responden ... 77
c. Golongan Remaja pada Responden ... 78
B. Analisis Univariat ... 79
1. Gambaran Pola Konsumsi Makanan pada Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 79 a. Gambaran Jenis Bahan Makanan yang Dikonsumsi Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 79
b. Gambaran Tingkat Kecukupan Zat Gizi pada Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 86
c. Gambaran Frekuensi Makan pada Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 95
xii
4. Gambaran Berat Badan Ideal (Status Gizi) pada Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 97
5. Gambaran Praktek Pedoman Gizi Seimbang pada Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 98
6. Gambaran Aktivitas Fisik dan Berat Badan Ideal pada Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 98
7. Gambaran Tingkat Asupan Zat Gizi dan Berat Badan Ideal pada Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 99
BAB VI PEMBAHASAN ... 107 A. Keterbatasan Penelitian ... 107
B. Gambaran Pola Konsumsi Makanan pada Remaja Di MTs. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 107
1. Gambaran Jenis Bahan Makanan yang Dikonsumsi Remaja Di MTs. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 107
2. Gambaran Tingkat Kecukupan Zat Gizi pada Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 109
3. Gambaran Frekuensi Makan pada Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 122
C. Gambaran Pola Hidup Bersih pada Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 123
xiii
E. Gambaran Berat Badan Ideal (Status Gizi) pada Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2013 ... 125
F. Gambaran Praktek Pedoman Gizi Seimbang pada Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 126
G. Gambaran Aktivitas Fisik dan Berat Badan Ideal (Status Gizi) pada Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 128
H. Gambaran Tingkat Asupan Zat Gizi dan Berat Badan Ideal (Status Gizi) pada Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 129
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 131
A. Simpulan ... 131
B. Saran ... 132
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Hal
2.1 Rumus FAO/WHO/UNU untuk Menentukan AMB 18
2.2 Koefisien Aktivitas Fisik Untuk Laki – laki dan Perempuan 19
2.3 Angka Kecukupan Gizi Rata – rata yang Dianjurkan Per Orang 26 Per hari
2.4 Indikator Kecukupan Zat Gizi Pada Remaja Usia 13 – 15 Tahun 35
2.5 Prinsip Pola Hidup Bersih dan Sehat Pada Remaja Berdasarkan 36 Pedoman Gizi Seimbang
2.6 Pengelompokkan Aktivitas Fisik 38
2.7 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Menurut 41 Umur (IMT/U) Anak Umur 13 – 15 Tahun
5.1 Distribusi Populasi Berdasarkan Kelas 75
5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di MTs. 77 Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Golongan Remaja di 78 MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Konsumsi 79
Makanan
5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Bahan Makanan 81 Makanan Pokok yang Dikonsumsi
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Hal
5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Bahan Makanan 82 Pauk yang Dikonsumsi
5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Bahan Makanan 84 Sayur yang Dikonsumsi
5.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Bahan Makanan 85 Buah yang Dikonsumsi
5.10 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Tingkat 87 Kecukupan Energi
5.11 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Tingkat 88 Kecukupan Karbohidrat
5.12 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Tingkat 89 Kecukupan Protein
5.13 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Tingkat 91 Kecukupan Lemak
5.14 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Tingkat 92 Kecukupan Vitamin A
5.15 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Tingkat 93 Kecukupan Vitamin C
5.16 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Tingkat 95 Kecukupan Zat Besi (Fe)
5.17 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan 95
5.18 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Hidup Bersih 97
5.19 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik 97
5.20 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Berat Badan Ideal 98
xvi Tahun 2013
5.22 Hasil Analisis Gambaran Tingkat Kecukupan Energi dan Berat 100 Badan Ideal Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
5.23 Hasil Analisis Gambaran Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Berat 101 Badan Ideal Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
5.24 Hasil Analisis Gambaran Tingkat Kecukupan Protein dan Berat 102 Badan Ideal Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
5.25 Hasil Analisis Gambaran Tingkat Kecukupan Lemak dan Berat 103 Badan Ideal Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
5.26 Hasil Analisis Gambaran Tingkat Kecukupan Vitamin A dan Berat 104 Badan Ideal Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
5.27 Hasil Analisis Gambaran Tingkat Kecukupan Vitamin C dan Berat 105 Badan Ideal Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
xvii
DAFTAR BAGAN
Nomor Keterangan Hal
2.1 Kerangka Teori 51
xviii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Hal
2.1 Tumpeng Gizi Seimbang 29
5.1 Distribusi Populasi Berdasarkan Jenis Kelamin 76
5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 78
5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Bahan Makanan 80
5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Bahan Makanan 83 Sayur
5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Bahan Makanan 85 Buah
5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecukupan 86 Energi
5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecukupan 87 Karbohidrat
5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecukupan 89 Protein
5.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecukupan 90 Lemak
5.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecukupan 91 Vitamin A
5.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecukupan 93 Vitamin C
5.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecukupan 94 Zat Besi (Fe)
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Analisis Univariat
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan. Semua orang
sepanjang kehidupan membutuhkan nutrisi yang sama, namun dengan jumlah
yang berbeda. Nutrisi yang didapat dari makanan, melalui peranan fisiologis
yang spesifik sangat dibutuhkan untuk hidup dan sehat. Kebutuhan akan nutrisi
berubah sepanjang daur kehidupan, dan terkait dengan pertumbuhan dan
perkembangan masing – masing tahap kehidupan. (Departemen Gizi FKM UI,
2009)
Masalah gizi di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu masalah gizi
yang secara public health sudah terkendali, yaitu Kekurangan Vitamin A pada anak Balita, Gangguan Akibat Kurang Iodium dan Anemia Gizi pada anak 2-5
tahun; Masalah yang belum dapat diselesaikan, yaitu masalah gizi kurang dan
pendek (stunting); dan Masalah gizi yang sudah meningkat dan mengancam kesehatan masyarakat, yaitu gizi lebih (Kemenkes, 2012).
Remaja sangat berperan aktif dalam pembangunan nasional, remaja
merupakan penerus bangsa. Remaja yang menderita masalah gizi akan
menghadapi masalah Sumber Daya Manusia yang berkualitas rendah. Rendahnya
Sumber Daya Manusia merupakan tantangan berat dalam menghadapi persaingan
2 masyarakat perlu dilakukan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia yang
dilakukan secara berkelanjutan. (Depkes, 1995)
Menurut Krummel (1992) dalam Arisman (2004) masa remaja terbagi
menjadi tiga kelompok, yaitu remaja awal usia 11 – 13 tahun, remaja madya usia
14 – 15 tahun, dan remaja akhir usia 17 – 21 tahun. Masa remaja merupakan
sebuah dunia yang lengang dan rentan dalam artian fisik, psikis, sosial, dan gizi.
Masalah gizi remaja perlu mendapat perhatian khusus karena pengaruhnya
yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta dampaknya
pada masalah gizi saat dewasa. Masalah gizi yang sering terjadi dan merupakan
kelanjutan dari masalah gizi pada usia remaja, yaitu anemia defisiensi besi,
kelebihan dan kekurangan berat badan (Arisman, 2004). Masalah gizi seperti gizi
kurang maupun gizi lebih pada dasarnya muncul akibat perilaku konsumsi
makanan yang tidak seimbang (Kurniasih, dkk, 2010).
Makanan modern atau makanan siap saji adalah makanan yang tergolong
makanan tinggi lemak, tinggi garam, tinggi gula, tetapi rendah serat dan vitamin,
seperti makanan kalengan, fried chicken, hamburger atau pizza (Khasanah, 2012). Kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan modern sudah mulai tampak
dikalangan remaja. Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan
berdampak pada kesehatan dalam fase dewasa dan usia lanjut.
Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan
pertambahan berat badan (Arisman, 2004). Konsumsi energi yang tidak
3 energi dari energi yang dikeluarkan akan diubah menjadi lemak tubuh sehingga
berat badan berlebih atau kegemukan. Sebaliknya, bila asupan energi kurang dari
yang dikeluarkan terjadi keseimbangan negatif. Akibatnya, berat badan lebih
rendah dari normal atau ideal (Apriadji, 1986 dalam Elnovriza, dkk, 2008).
Data Riskesdas (2010) bahwa prevalensi kegemukan pada remaja usia 13 –
15 tahun sebesar 2,5% sedangkan prevalensi kekurusan sebesar 10,1%. Untuk
provinsi Banten prevalensi kegemukan pada usia 13 – 15 tahun sebesar 3,4%.
Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga dewasa,
sementara obesitas tersebut merupakan faktor resiko terjadinya penyakit
degeneratif. Penelitian yang dilakukan oleh Adiningsih (2002) dalam Awalia
(2006) pada remaja di SLTP favorit di Surabaya mendapatkan prevalensi gizi
lebih meningkat dari 12,8% menjadi 15,9% dan prevalensi obesitas meningkat
dari 6,5% menjadi 8,5%. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hendrayati,
dkk (2010) pada remaja SMPN 4 Tompobulu Kabupaten Bantaeng didapatkan
persentase remaja sangat kurus 1%, kurus 9,4% serta remaja yang overweight
dan obesitas masing – masing 2,1%. Penelitian Arumsari (2008) pada remaja
putri peserta Program Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi
(PPAGB) di Kota Bekasi didapatkan prevalensi anemia pada remaja usia 13 – 15
tahun sebesar 50,3 %.
Untuk mencapai status gizi yang baik perlu dikembangkan Pedoman Gizi
Seimbang (PGS) dimana terdapat empat prinsip gizi seimbang yaitu pertama,
4
yaitu konsumsi energi, karbohidrat 45 – 65% dari kebutuhan energi total, lemak 25
– 30% dari kebutuhan energi total, protein untuk laki – laki 60 g/hari dan
perempuan 57 g/hari, vitamin A untuk laki – laki 600 RE dan perempuan 600
RE, vitamin C untuk laki – laki 75 mg dan perempuan 65 mg, zat besi (Fe) untuk
laki – laki 19 mg dan perempuan 26 mg. Kedua, perubahan pola hidup bersih
dimana pola makan bergizi seimbang akan menjadi tak berguna bila tidak diikuti
dengan penerapan prinsip dan kebiasaan hidup bersih. Ketiga, pola hidup aktif
atau aktivitas fisik dimana perlu adanya keseimbangan antara asupan dan
pengeluaran energi untuk beraktivitas serta mencegah dampak dari masalah gizi.
Dan keempat, pemantauan berat badan ideal dimana untuk mempertahankan berat
badan yang ideal dan demi kebugaran tubuh serta kesehatan (Kurniasih, dkk, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Hendrayati, dkk (2010) pada remaja SMPN
4 Tompobulu Kabupaten Bantaeng didapatkan bahwa pola makan remaja
berdasarkan persentase asupan energi pada umumnya kurang sebanyak 50 orang
(52,1%), asupan protein umumnya cukup sebanyak 60 orang (62,5%), asupan
lemak pada umumnya kurang sebanyak 58 orang (60,4%) tetapi berdasarkan
persentase asupan karbohidrat pada umumnya cukup sebanyak 49 orang (51%).
Sedangkan berdasarkan penelitian Andriadi (2011) pada remaja SMP 258
Kelurahan Cibubur Jakarta Timur bahwa responden yang menunjukkan perilaku
hidup bersih dan sehat tinggi sebanyak 105 responden (66,5%) dan yang
berperilaku hidup bersih dan sehat rendah sebanyak 53 responden (33,5%).
Penelitian Sorongan (2012) pada remaja SMP Frater Don Bosco Manado
5 Persentase penduduk usia 13 – 15 tahun yang mengkonsumsi energi
dibawah kebutuhan minimal provinsi Banten sebanyak 46 persen. Sedangkan
persentase yang mengkonsumsi protein dibawah kebutuhan minimal sebanyak
35,7 persen (Riskesdas, 2010).
Berdasarkan data hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada siswa MTs.
Pembangunan Syarif Hidayatullah UIN Jakarta didapatkan 52,5% siswa memiliki
pola konsumsi makanan tidak beraneka ragam, 50% siswa kecukupan energi
kurang sesuai dengan AKG, 50% siswa kecukupan karbohidrat kurang dari
setengah kebutuhan energi, 80% siswa kebutuhan lemak lebih dari 25%
kebutuhan energi, dan 82,5% siswa kebutuhan zat besi kurang dari AKG. Dari
data tersebut didapatkan 63% siswa memiliki pola konsumsi kurang sesuai
dengan Pedoman Gizi Seimbang. Selain itu 2,5% siswa berstatus gizi kurus,
12,5% siswa berstatus gizi gemuk, 10% berstatus gizi obesitas dan 75% berstatus
gizi normal. Dari data tersebut berarti prevalensi kegemukan pada siswa MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lebih besar dari angka prevalensi
nasional yaitu 2,5% dan lebih besar dari angka prevalensi provinsi Banten yaitu
3,4%.
Pola makan yang tidak bergizi seimbang beresiko menyebabkan
kekurangan gizi dan juga dapat terjadi gizi lebih (Kurniasih, dkk, 2010). Masalah
gizi kurang pada remaja meliputi anemia defisiensi besi dan berat badan kurang
(Arisman, 2004). Masalah gizi kurang tersebut akan berdampak pada penurunan
6 pada terjadinya penyakit degeneratif seperti hipertensi, penyakit jantung koroner,
dan diabetes melitus. (Khasanah, 2012).
Gaya hidup yang tidak sehat tidak muncul langsung saat dewasa tetapi
sudah dimulai sejak remaja (WHO, 2003). Penting sekali memulai gaya hidup
sehat sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang sejak dini untuk mencegah
terjadinya tiga masalah gizi. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui lebih jauh
mengenai gambaran praktek Pedoman Gizi Seimbang pada remaja di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
B. Rumusan Masalah
Masalah gizi seperti gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya muncul
akibat perilaku yang tidak sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang. Untuk
mencegah tiga masalah gizi dan mencapai status gizi yang baik perlu
dikembangkan Pedoman Gizi Seimbang dimana merupakan salah satu strategi
dalam perubahan gaya hidup yang tidak sehat.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan didapatkan 52,5%
memiliki pola konsumsi makanan tidak beraneka ragam, 50% siswa kecukupan
energi kurang sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi serta 50% siswa kecukupan
karbohidrat kurang dari setengah kebutuhan energi, 80% siswa juga kebutuhan
lemaknya lebih dari 25% kebutuhan energi, dan kebutuhan zat besi kurang dari
Angka Kecukupan Gizi sebanyak 82,5% siswa. Dari data tersebut berarti siswa
7 kurang sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang. Prevalensi kegemukan pada
siswa MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lebih besar dari
angka prevalensi nasional dan lebih besar dari angka prevalensi provinsi Banten.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang gambaran
praktek Pedoman Gizi Seimbang pada remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2013. MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dipilih karena merupakan salah satu sekolah madrasah swasta favorit di
tangerang selatan dengan status sosial ekonomi orang tua menengah keatas dan
belum pernah dilakukan penelitian mengenai topik yang sama di sekolah
tersebut.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran jenis bahan makanan dilihat dari Pedoman Gizi
Seimbang pada remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013 ?
2. Bagaimana gambaran tingkat kecukupan zat gizi dilihat dari Pedoman Gizi
Seimbang pada remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013 ?
3. Bagaimana gambaran frekuensi makan pada remaja di MTs. Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 ?
4. Bagaimana gambaran pola hidup bersih pada remaja di MTs. Pembangunan
8 5. Bagaimana gambaran aktivitas fisik remaja di MTs. Pembangunan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 ?
6. Bagaimana gambaran berat badan ideal remaja di MTs. Pembangunan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 ?
7. Bagaimana gambaran aktivitas fisik dan berat badan ideal remaja di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 ?
8. Bagaimana gambaran tingkat kecukupan zat gizi dan berat badan ideal
remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013?
D. Tujuan Penelitian
1. Diketahuinya gambaran jenis bahan makanan dilihat dari Pedoman Gizi
Seimbang pada remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013.
2. Diketahuinya gambaran tingkat kecukupan zat gizi dilihat dari Pedoman Gizi
Seimbang pada remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013.
3. Diketahuinya gambaran frekuensi makan pada remaja di MTs. Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
4. Diketahuinya gambaran pola hidup bersih pada remaja di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
5. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik pada remaja di MTs. Pembangunan
9 6. Diketahuinya gambaran berat badan ideal pada remaja di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
7. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik dan berat badan ideal remaja di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
8. Diketahuinya gambaran tingkat kecukupan zat gizi dan berat badan ideal
remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi civitas akademik sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk dasar
pelaksanaan pengembangan kegiatan di sekolah dalam rangka program
peningkatan gizi dan kesehatan berbasis sekolah. Terutama berkaitan dengan
praktek Pedoman Gizi Seimbang pada remaja di sekolah.
2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan di
Bidang Kesehatan dan digunakan untuk mengembangkan keilmuan
khususnya sebagai bahan untuk memperluas hasil – hasil penelitian yang
telah ada sebelumnya.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan menjadi pengembangan kompetensi diri
10 masalah yang berkaitan dengan gizi masyarakat. Serta menjadi sumbangan
pemikiran dan referensi bagi penelitian selanjutnya.
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Praktek Pedoman
Gizi Seimbang (PGS) Pada Remaja Di MTs. Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi
deskriptif. Kelompok studi pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII, dan
VIII MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Tangerang Selatan.
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa kesehatan masyarakat UIN Syarif
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
Remaja merupakan kelompok peralihan dari anak-anak ke dewasa dan
merupakan kelompok yang rentan terhadap perubahan – perubahan yang ada di
lingkungan sekitarnya, khususnya pengaruh pada masalah konsumsi makanan.
Jumlah remaja di negara berkembang tumbuh dengan pesat. (Moehji, 2003 dalam
Hendrayati, dkk, 2010).
1. Pengertian Remaja
Remaja adalah mereka yang berusia 10 sampai 20 tahun, dan ditandai
dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi
dan aspek fungsional (Jafar, 2005).
Menurut Depkes (1992) berdasarkan umur kronologis dan berbagai
kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang remaja, yaitu :
a. Pada buku pediatri, pada umumnya mendefinisikan remaja adalah bila
seorang anak telah mencapai umur 10 – 28 tahun untuk anak perempuan
dan 12 – 20 tahun untuk anak laki – laki.
b. Menurut undang – undang No. 4 tahun 1979 mengenai Kesejahteraan
Anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum
12 c. Menurut undang – undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila
telah mencapai umur 16 – 18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai
tempat untuk tinggal.
d. Menurut UU Perkawinan No. 1 tahun 1974, anak dianggap sudah
remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk
anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki – laki.
e. Menurut DikNas anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18
tahun, yang sesuai dengan saat lulus Sekolah Menengah.
f. Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10 – 18 tahun.
2. Penggolongan Remaja
Menurut Soetjiningsih (2007) kategori remaja, sebagai berikut :
a. Masa remaja awal (Early adolescence) : usia 11 – 13 tahun.
b. Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) : usia 14 – 16 tahun. c. Masa remaja lanjut (Late adolescence) : usia 17 – 20 tahun.
Sedangkan menurut Krummel (1996) kategori remaja di bagi menjadi 3
periode, yaitu :
a. Remaja awal : usia 10 – 14 tahun
b. Remaja tengah : usia 15 – 17 tahun
c. Remaja akhir : usia 18 – 21 tahun
Penggolongan ini berdasarkan konteks pengertian perilaku makan serta
13 mengembangkan program pendidikan gizi dan penyediaan pelayanan
kesehatan.
3. Pertumbuhan dan Fisiologi Remaja
Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisiologis yang bersifat
progresif dan kontinyu dan berlangsung dalam periode tertentu. Perubahan ini
berkisar hanya pada aspek – aspek fisik individu. Pertumbuhan itu meliputi
perubahan yang bersifat internal maupun eksternal. Pertumbuhan internal
meliputi perubahan ukuran alat pencernaan makanan, bertambahnya ukuran
besar dan berat jantung dan paru – paru, bertambah sempurna sistem kelenjar
kelamin, dan berbagai jaringan tubuh. Adapun perubahan eksternal meliputi
bertambahnya tinggi badan, bertambahnya lingkar tubuh, perbandingan
ukuran panjang dan lebar tubuh, ukuran besarnya organ seks dan munculnya
atau tumbuhnya tanda- tanda kelamin sekunder (Jafar, 2012).
Pada masa pra remaja pertumbuhan lebih cepat daripada masa
prasekolah. Anak perempuan 2 tahun lebih cepat memasuki masa remaja
dibandingkan dengan anak laki – laki. Masa ini merupakan masa transisi dari
masa anak ke dewasa. Pada masa ini pula terjadi pacu tumbuh berat badan dan
tinggi badan yang disebut sebagai pacu tumbuh adolesen, terjadi pertumbuhan
yang pesat dari alat – alat kelamin dan timbulnya tanda – tanda seks sekunder
(Soetjiningsih, 2007).
Remaja tumbuh pada kecepatan yang bervariasi, sehingga terjadi variasi
14 terdapat remaja yang tumbuh lebih cepat atau ada yang tumbuh lebih lambat,
pada akhirnya akan mencapai ukuran rata – rata dewasa. Dikatakan bahwa
remaja yang tumbuh dengan kecepatan yang lebih pesat nantinya bisa tumbuh
lebih tinggi daripada remaja yang tumbuh dengan kecepatan yang lambat.
Pertumbuhan fisik menyebabkan remaja membutuhkan asupan nutrisi
yang lebih besar dari pada masa anak-anak. Ditambah lagi pada masa ini,
remaja sangat aktif dengan berbagai kegiatan, baik itu kegiatan sekolah
maupun olahraga. Khusus pada remaja putri, asupan nutrisi juga dibutuhkan
untuk persiapan reproduksi (Jafar, 2012).
4. Kebutuhan Zat Gizi Remaja
Remaja membutuhkan energi dan gizi untuk melakukan deposisi
jaringan. Peristiwa ini merupakan suatu fenomena pertumbuhan tercepat yang
terjadi kedua kali setelah yang pertama di alami. Kebutuhan gizi remaja relatif
besar, hal tersebut karena pada masa remaja masih mengalami pertumbuhan.
Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi
dibandingkan dengan usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih
banyak (Soetjiningsih, 2007).
Kebutuhan gizi remaja dapat dikenali dari perubahan komposisi
tubuhnya. Perbedaan jenis kelamin akan membedakan komposisi tubuhnya
15 a. Energi
Energi dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan,
perkembangan, aktifitas otot, fungsi metabolik lainnya, dan untuk
memperbaiki kerusakan jaringan. Kebutuhan energi tinggi pada periode
remaja sedangkan yang digunakan untuk deposisi jaringan dan
pertumbuhan hanya 3% dari total energi yang dibutuhkan (Soetjiningsih,
2007). Menurut LIPI (2004) Angka Kecukupan Gizi untuk energi usia
13 – 15 tahun yang dianjurkan yaitu 2400 Kkal untuk laki – laki dan
2350 Kkal untuk perempuan. AKG energi ini dianjurkan sekitar 60%
berasal dari sumber karbohidrat yaitu: beras, terigu dan hasil olahannya
(mie, makaroni), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula dan
lain-lain.
b. Protein
Kebutuhan protein juga meningkat pada masa remaja, karena
proses pertumbuhannya yang sedang terjadi. Kecukupan protein bagi
remaja adalah 1,5 – 2,0 gr/kg BB/hari. Menurut LIPI (2004) Angka
Kecukupan Gizi untuk protein usia 13 – 15 tahun yang dianjurkan yaitu
60 gram untuk laki – laki dan 57 gram untuk perempuan.
Protein dibutuhkan untuk sebagian besar proses metabolik
terutama pertumbuhan, perkembangan dan merawat jaringan tubuh.
Kebutuhan puncak protein seimbang dengan asupan energi
16 c. Lemak
Lemak memegang peranan penting sebagai komponen struktural
dan fungsional membran sel dan prekursor senyawa yang meliputi
berbagai segi dari metabolisme. Lemak juga sebagai sumber energi yang
berkadar tinggi dan sebagai pengangkut vitamin yang larut lemak.
Konsumsi lemak dianjurkan 25 – 30% dari kebutuhan energi (Depkes,
2003).
Asupan lemak yang kurang adekuat, akan terjadi gambaran klinis
defisiensi asam lemak esensial, dan nutrien yang larut dalam lemak serta
pertumbuhan yang buruk. Sebaliknya kelebihan asupan lemak beresiko
kelebihan berat badan, obesitas serta meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskuler di kemudian hari (Soetjiningsih, 2007).
d. Karbohidrat
Karbohidrat disimpan sebagai glikogen atau diubah menjadi
lemak tubuh. Asupan yang tidak adekuat menyebabkan ketosis, dan
sebaliknya asupan yang berkelebihan akan mengarah pada kelebihan
kalori (Soetjiningsih, 2007).
e. Zat besi (Fe)
Remaja adalah kelompok yang rawan terhadap defisiensi zat besi.
Defisiensi zat besi dapat mengenai semua kelompok status sosial
ekonomi. Kebutuhan Fe meningkat pada remaja karena terjadi
17 otot. Menurut LIPI (2004) Angka Kecukupan Gizi untuk zat besi (Fe)
usia 13 – 15 tahun yang dianjurkan yaitu 19 mg untuk laki – laki dan 26
mg untuk perempuan.
Peran zat besi penting untuk mengangkut oksigen dalam tubuh
dan peran lainnya pada pembentukkan sel darah merah. Kekurangan
asupan zat besi menyebabkan defisiensi besi atau anemia besi
tergantung dari bioavailabilitas zat besi pada makanan (Soetjiningsih,
2007).
B. Cara Menentukan Kebutuhan Zat Gizi
1. Energi
Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO (1985) dalam
Almatsier (2004) adalah konsumsi energi berasal dari makanan yang
diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila mempunyai
ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan
kesehatan jangka panjang, dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas
fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi. Dalam penentuan kebutuhan
energi terdapat dua komponen utama yaitu Angka Metabolisme Basal (AMB)
atau Basal Metabolic Rate (BMR) dan aktivitas fisik.
Angka Metabolisme Basal (AMB) atau Basal Metabolic Rate (BMR) adalah kebutuhan energi minimal yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan
18 jumlah energi yang diperlukan untuk pernapasan, peredaran darah, pekerjaan
ginjal, pankreas, dan lain – lain alat tubuh, serta untuk proses metabolisme di
dalam sel – sel dan untuk mempertahankan suhu tubuh. AMB dipengaruhi
oleh umur, gender, berat badan dan tinggi badan. Ada beberapa cara untuk
menentukan AMB, yaitu : (Almatsier, 2006)
a. Menggunakan Rumus Harris Benedict (1919)
Laki – laki = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)
Rumus FAO/WHO/UNU untuk Menentukan AMB Kelompok umur AMB (kkal/hari)
Laki- laki Perempuan
0 – 3
19 Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan
sistem penunjangnya. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada
berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan
yang dilakukan.
Tabel 2.2
Koefisien Aktivitas Fisik Untuk Laki – laki dan Perempuan
Kelompok untuk duduk atau berdiri. 25% waktu digunakan untuk berdiri atau bergerak.
1,56 1,55
Sedang 40% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri. 60% waktu digunakan untuk aktivitas pekerjaan tertentu.
1,76 1,70
20 Kebutuhan energi seorang sehari ditaksir dari kebutuhan energi untuk
komponen – komponen sebagai berikut : Angka Metabolisme Basal (AMB),
aktivitas fisik dan pengaruh dinamik khusus makanan/SDA (biasanya
diabaikan). Guna untuk menentukan kebutuhan energi suatu penduduk,
aktivitas fisik dikelompokkan menurut berat ringannya aktivitas: ringan,
sedang dan berat. Untuk tiap kelompok aktivitas fisik kemudian ditetapkan
suatu faktor aktivitas.
2. Protein, lemak, dan karbohidrat
Menurut WHO dalam Almatsier (2006) menentukan kebutuhan protein,
lemak dan karbohidrat adalah sebagai berikut :
a. Protein : 10 – 15 % dari kebutuhan energi total. Bila kebutuhan energi
sehari adalah 2450 Kkal, energi yang berasal dari protein hendaknya
sebesar 245 – 368 Kkal atau 61 – 92 gram protein.
b. Lemak : 10 – 25 % dari kebutuhan energi total. Bila kebutuhan energi
dalam sehari adalah 2450 Kkal, energi yang berasal dari lemak
hendaknya sebesar 245 – 613 Kkal atau 27 – 68 gram lemak.
c. Karbohidrat : 60 – 75 % dari kebutuhan energi total, atau sisa dari
kebutuhan energi yang telah dikurangi dengan energi yang berasal dari
protein dan lemak. Bila kebutuhan energi sehari sebesar 2450 Kkal
maka energi yang berasal dari karbohidrat sebesar 1470 – 1838 Kkal
21 3. Vitamin dan mineral
Kebutuhan vitamin dan mineral dapat diambil dari Angka Kecukupan
Gizi yang Dianjurkan (AKG) karena angka – angka tersebut diperhitungkan
untuk sebagian besar penduduk. Tetapi karena, sebagian besar vitamin dan
mineral rusak selama penyimpanan dan pengolahan makanan, maka sebaiknya
ditetapkan lebih besar daripada AKG.
C. Pola Konsumsi Makanan
Pola konsumsi adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola konsumsi masyarakat
dapat menunjukkan tingkat keberagaman pangan masyarakat (Baliwati, dkk,
2004). Sedangkan menurut Santoso, dkk (2004) pola konsumsi adalah berbagai
informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan
yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk
kelompok masyarakat tertentu yang dipengaruhi oleh kebiasaan, kesenangan,
budaya, agama, ekonomi, lingkungan alam, dan sebagainya. Pola konsumsi dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu pangan pokok, lauk – pauk, sayur dan
buah – buahan.
Pola konsumsi pangan pokok merupakan susunan beragam (sumber
karbohidrat) yang biasa dikonsumsi penduduk (Suhardjo, 1989). Menilai status
gizi seseorang dapat melalui pola konsumsi yang ada, pola konsumsi seseorang
22 merupakan suatu pola yang berulang atau bagian dari rangkaian panjang
kebiasaan hidup secara keseluruhan yang dapat diukur dengan pola konsumsi
pangan (Desmawita, 2002 dalam Hidayati, 2011).
Pola konsumsi adalah jenis, frekuensi beragam pangan yang biasa
dikonsumsi, biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang
telah ditanam ditempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang. Pola makan
adalah frekuensi, jumlah serta jenis makanan yang dikonsumsi untuk mencapai
serta memelihara kesehatan dan status gizi optimal. Pola makan yang baik harus
mengandung gizi yang seimbang sesuai dengan angka kecukupan gizi yang
dianjurkan (Suhardjo, 1989).
Dalam hal pola konsumsi, permasalahan yang dihadapi tidak hanya
mencakup keseimbangan komposisi pangan yang dikonsumsi, tetapi juga
masalah masih belum terpenuhinya kecukupan gizi. Penganekaragaman
konsumsi pangan selama ini sering diartikan terlalu sederhana, berupa
penganekaragaman konsumsi pangan pokok, terutama pangan non beras.
Penganekaragaman konsumsi pangan seharusnya mengkonsumsi aneka
ragam pangan dari berbagai kelompok pangan baik pangan pokok, lauk – pauk,
sayuran dan buah dalam jumlah yang cukup. Tujuan utama penganekaragaman
konsumsi pangan adalah untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi dan
mengurangi ketergantungan konsumsi pangan pada salah satu jenis atau
23
1. Jenis Bahan Makanan
Bahan makanan disebut juga bahan pangan. Jenis bahan makanan
adalah segala sesuatu yang diperoleh dari berbagai sumber dan disusun
menjadi hidangan atau menu (Yuniarti, 2012). Apabila pola makanan sehari -
hari kurang beraneka ragam, maka akan timbul ketidakseimbangan antara
masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan
produktif (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007).
Penganekaragaman konsumsi pangan seharusnya mengkonsumsi aneka
ragam pangan dari berbagai kelompok pangan baik makanan pokok, lauk
pauk, sayuran dan buah dalam jumlah yang cukup (Baliwati, dkk, 2004).
a. Makanan pokok
Bahan makanan pokok dianggap terpenting didalam susunan
hidangan Indonesia. Dikatakan pokok karena merupakan jumlah
terbesar yang dikonsumsi diantara bahan makanan lain. Bila hidangan
tidak mengandung makanan pokok sering dianggap tidak lengkap dan
orang sering mengatakan belum makan. Makanan pokok yang biasa
dikonsumsi yaitu nasi, roti, mie atau bihun.
b. Lauk – pauk
Kelompok lauk – pauk sering digunakan sebagai sumber protein
utama. Lauk pauk dikenal sebagai protein hewani dan protein nabati.
Bahan pangan hewani seperti daging, ikan, telur, hasil laut sebagai lauk
24 adalah jenis kacang – kacangan, kedelai, dan hasil olahan seperti tahu
dan tempe.
c. Sayuran
Sayur adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuhan. Bagian
tumbuhan yang dapat dibuat sayur antara lain daun (sebagian besar
sayur adalah daun), batang (wortel adalah umbi batang), bunga (jantung
pisang), buah muda (labu), sehingga dapat dikatakan bahwa semua
bagian tumbuhan dapat dijadikan bahan makanan sayur (Sediaoetomo,
2004).
d. Buah
Buah adalah bagian dari tanaman yang stukturnya mengelilingi
biji dimana struktur tersebut berasal dari indung telur atau sebagai
fundamen (bagian) dari bunga itu sendiri.
Menurut Astawan (2008), berdasarkan ketersediaan di pasar, buah
– buahan dapat dibedakan menjadi :
1) Buah bersifat musiman seperti durian, mangga, rambutan, dan
lain – lain.
2) Buah tidak musiman seperti pisang, nanas, pisang, alpukat,
pepaya, semangka dan lain – lain.
2. Jumlah Bahan Makanan (Zat Gizi)
Jumlah bahan makanan adalah berapa banyak makanan yang
25 sejumlah kandungan zat gizi (Persagi, 2006 dalam Yuniarti, 2012). Pola
makan setiap orang akan menentukan jumlah zat – zat gizi yang diperoleh
untuk pertumbuhan dan perkembangannya jumlah makanan yang cukup
sesuai dengan kebutuhan akan menyediakan zat – zat gizi yang cukup, guna
menjalankan kegiatan fisik yang akan dilakukannya, apabila asupan tersebut
kurang maka akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangannya serta
prestasinya (Baliwati, 2004).
Tiap jenis makanan dapat memberikan sumbangan zat gizi yang unik.
Pola makan yang baik akan mempengaruhi konsumsi makan seseorang dan
zat – zat gizi dalam tubuh juga terpenuhi dengan baik. Makanan lengkap harus
dipenuhi karena akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan status gizi
seseorang, pola makan yang baik dicerminkan oleh konsumsi makanan yang
mengandung zat gizi dengan jenis yang beragam dan jumlah yang seimbang
serta dapat memenuhi kebutuhan individu (Suhardjo, 1989).
Angka kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan adalah banyaknya
masing – masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan
mencakup hampir semua orang sehat untuk mencegah defisiensi zat gizi
(Paath, Rumdasih & Heryati, 2005 dalam Suci, 2011). Menurut Hartono
(2006), Angka Kecukupan Gizi merupakan rekomendasi asupan berbagai
nutrisi esensial yang dipertimbangkan berdasarkan pengetahuan ilmiah agar
nutrisi tersebut cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan gizi semua orang
26
Tabel 2.3
Angka Kecukupan Gizi Rata – rata yang Dianjurkan Per Orang Per Hari Umur
AKG energi (Kkal)
AKG protein (g)
13 – 15 thn (laki – laki) 2400 60
13 – 15 thn (perempuan) 2350 57
Sumber : LIPI, 2004
3. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari – hari baik
kualitatif maupun kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh
melalui alat – alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama
makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata- rata,
umumnya lambung kosong antara 3 – 4 jam. Maka jadwal makan ini pun
menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Soegeng Santosa, 2004 dalam
Okviani, 2011).
Frekuensi makan seseorang yang merupakan kebiasaan makan
berhubungan erat dengan kecukupan zat gizi. Seorang remaja biasanya tidak
mempunyai pilihan sendiri terhadap makanan yang disenanginya. Sering
terjadi seorang remaja tidak cukup makan tiga kali sehari, terutama pada
waktu pertumbuhan badan maksimal terjadi, yaitu pada umur 13, 14, 15 dan
27
D. Konsep Dasar Gizi Seimbang
Gizi seimbang yaitu suatu menu makanan yang terdiri dari beranekaragam
makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan
gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel – sel tubuh dan proses
kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan. Dalam konsep gizi seimbang,
susunan makanan yang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan zat – zat
gizi. Bahan makanan sumber gizi seimbang tersebut dikelompokkan dan
disederhanakan berdasarkan tiga fungsi utama zat – zat gizi, yaitu (1) sumber
energi; (2) sumber zat pembangun; dan (3) sumber zat pengatur. Untuk mencapai
gizi seimbang hendaknya susunan makanan sehari terdiri dari campuran ketiga
kelompok bahan makanan tersebut namun setiap bahan makanan dipilih sesuai
dengan ketersediaan bahan makanan tersebut, keadaan sosial ekonomi, nilai gizi,
dan kebiasaan makan (Almatsier, 2004).
Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan
timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengkonsumsi makanan
sehari-hari yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang
satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain
28
1. Pedoman Gizi Seimbang
Pada konferensi pangan sedunia tahun 1992 di Roma dan Genewa, yang
diadakan oleh FAO, antara lain ditetapkan agar semua negara berkembang
yang semula menggunakan slogan sejenis “Basic Four” memperbaiki menjadi “Nutrition Guide for Balance Diet”. Ketetapan tersebut dianggap
penting untuk menyiapkan pola hidup sehat dalam menghadapi beban ganda
masalah gizi. Negara berkembang dan miskin bukan hanya menghadapi
masalah kekurangan gizi, tetapi kegemukan dan penyakit degeneratif karena
kelebihan gizi. Keputusan FAO tersebut diterapkan di Indonesia dalam
kebijakan Repelita V tahun 1995 sebagai PUGS dan menjadi bagian dari
program perbaikan gizi. Namun, PUGS kurang disosialisasikan sehingga
terjadi pemahaman yang salah dan masyarakat cenderung tetap menggunakan
4S5S. Kemudian tahun 2009 secara resmi PGS (Pedoman Gizi Seimbang)
diterima masyarakat, sesuai dengan Undang – Undang Kesehatan Nomor 36
tahun 2009 yang menyebutkan secara eksplisit “Gizi Seimbang” dalam
program perbaikan gizi (Kurniasih, 2010).
Pedoman gizi seimbang (PGS) adalah pedoman dasar tentang gizi
seimbang yang disusun sebagai penuntun pada perilaku konsumsi makanan di
masyarakat secara baik dan benar (Almatsier, 2006). Gizi seimbang adalah
susunan makanan sehari – hari yang mengandung zat – zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan
29 kebersihan dan berat badan ideal (Kurniasih, dkk, 2010). Pedoman Gizi
Seimbang digambarkan dalam logo berbentuk kerucut yang dikenal dengan
Tumpeng Gizi Seimbang (TGS).
Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang
Sumber : Kurniasih, dkk, 2010
TGS dirancang untuk membantu setiap orang memilih makanan
dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai dengan berbagai kebutuhan
menurut usia (bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut).
Pedoman Gizi Seimbang (PGS) berisi 4 prinsip gizi seimbang yang
diharapkan menjadi sarana, pedoman atau acuan bagi provider dalam
pendidikan gizi masyarakat dan sebagai sumber informasi bagi masyarakat
untuk berperilaku hidup sehat melalui konsumsi pangan seimbang (Kurniasih,
dkk, 2010). Selain itu juga PGS diharapkan menjadi pedoman praktis untuk
mengatur makanan sehari – hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan
30 Adapun 4 prinsip gizi seimbang, sebagai berikut :
a. Pentingnya membiasakan makan makanan beraneka ragam
Membiasakan makan makanan yang beraneka ragam adalah
prinsip pertama dari Gizi Seimbang yang universal. Artinya, setiap
manusia dimana saja membutuhkan makanan yang beraneka ragam atau
bervariasi, karena tak ada satupun makanan yang mengandung seluruh
zat gizi yang dibutuhkan tubuh, kecuali ASI.
Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari – hari yang
dikonsumsi, minimal harus berasal dari satu jenis makanan sumber zat
tenaga, satu jenis makanan sumber zat pembangun dan satu jenis
makanan sumber zat pengatur. Ini adalah penerapan prinsip
penganekaragaman yang minimal. Yang ideal adalah jika setiap kali
makan, hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok makanan yaitu
makanan pokok, lauk – pauk, sayur dan buah (Depkes, 2003).
Pola makan bergizi seimbang mengatur secara proporsional
keragaman golongan makanan, baik dalam jenis maupun jumlah sesuai
dengan kebutuhan.
1) Karbohidrat
Sebagian energi berasal dari karbohidrat, maka makanan
sumber karbohidrat digolongkan sebagai makanan pokok. Dalam
Tumpeng Gizi Seimbang sumber karbohidrat diletakkan sebagai
31 karbohidrat sebesar 45 – 65% dari kebutuhan energi total
(Kurniasih, dkk, 2010). Rata – rata energi total per hari yang
berasal dari konsumsi karbohidrat masyarakat Indonesia sekitar
60 – 70%.
2) Lemak
Didalam makanan, lemak berfungsi sebagai pelezat
makanan sehingga orang cenderung lebih menyukai makanan
berlemak. Lemak pun berfungsi sebagai pelarut beberapa
vitamin (vitamin A, D, E dan K) dan pelindung berbagai organ
tubuh. Dalam Tumpeng Gizi Seimbang makanan sumber lemak
diletakkan pada puncak Tumpeng Gizi Seimbang karena
penggunaanya dianjurkan seperlunya. Lemak berlebihan dapat
mendorong terjadinya kegemukan serta berbagai masalah
kesehatan pembuluh darah dan jantung akibat kadar kolesterol
darah yang melebihi normal (Kurniasih, dkk, 2010). Konsumsi
lemak dianjurkan 25 – 30% dari kebutuhan energi (Depkes,
2003).
Dalam bentuk makanan, tinggi kadar lemaknya antara lain
semua jenis tart yang terbuat dari banyak telur dan mentega,
rendang daging, gulai jeroan, otak dan lain – lain. Makanan
inilah yang dianjurkan untuk dikurangi dalam hidangan sehari –
32 3) Protein
Protein tidak dapat berfungsi baik dalam tubuh tanpa
kecukupan sumber energi lain (karbohidrat dan lemak) dan zat –
zat gizi mikro. Protein dapat diperoleh dari dua sumber yaitu
makanan hewani (telur, ikan, daging, susu dan hasil olahannya)
dan makanan nabati (kacang – kacangan).
Dalam Tumpeng Gizi Seimbang, makanan sumber protein
hewani dan nabati diletakkan berdekatan pada level yang sama
dibawah puncak tumpeng. Konsumsi kedua jenis protein juga
dianjurkan dengan porsi yang sama. Jumlah protein yang harus
dikonsumsi yaitu Laki – laki 60 g/hari, Perempuan 57 g/hari.
Menurut Kemenkes (2010) yaitu 80% dari AKG.
4) Vitamin A
Sumber Vitamin A adalah hati, telur, susu (di dalam
lemaknya) dan mentega. Sumber Karoten adalah daun singkong,
daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel,
tomat, jagung manis, pepaya, nangka masak dan jeruk. Vitamin
A berpengaruh terhadap sintesis protein.
Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel
epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan tulang gigi
33 5) Vitamin C
Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air yang
dapat terserap sangat cepat dari alat pencernaan masuk ke dalam
saluran darah dan diedarkan keseluruh tubuh. Pada umumnya
tubuh menahan vitamin C sangat sedikit. Kelebihan vitamin C
dibuang melalui air kemih. Oleh karena itu bila seseorang
mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah besar, sebagian besar
akan dibuang keluar, terutama bila orang tersebut mengkonsumsi
makanan yang bergizi tinggi, sebaliknya bila buruk keadaan gizi
seseorang, maka sebagian besar dalam jumlah itu dapat ditahan
oleh jaringan tubuh (Winarno, 1997 dalam Amelia, 2008).
Vitamin C memiliki banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai
koenzim atau kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat
kemampuan reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan dalam
reaksi-reaksi hidroksilasi. Kekurangan vitamin C dapat
menyebabkan luka sukar sembuh, terjadi anemia, kadang -
kadang jumlah sel darah putih menurun, serta depresi dan timbul
gangguan saraf. Vitamin C umumnya hanya terdapat di dalam
pangan nabati, yaitu sayur dan buah, terutama yang asam seperti
jeruk, nanas, rambutan, dan tomat.
34 6) Zat Besi (Fe)
Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi
tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam hemopobesis
(pembentukan darah), yaitu dalam sintesa hemoglobin (Hb). Di
samping itu berbagai jenis enzim memerlukan Fe sebagai faktor
penggiat. Pada wanita subur, lebih banyak Fe terbuang dari
badan dengan adanya menstruasi sehingga kebutuhan akan Fe
pada wanita dewasa lebih tinggi daripada laki-laki (Sediaoetama
1996). Apriadji (1986) mengemukakan bahwa remaja berumur
antara 10 sampai 19 tahun membutuhkan kalsium dan zat besi
lebih banyak daripada umur sebelum atau sesudahnya. Puncak
pertumbuhan paling pesat dicapai pada umur-umur tersebut.
Kalsium dan zat besi sangat dibutuhkan untuk menunjang
35
Tabel 2.4
Indikator Kecukupan Zat Gizi Pada Remaja Usia 13 – 15 Tahun
Zat gizi Indikator
Karbohidrat 45 – 65% dari kebutuhan energi total.
Lemak 25 – 30% dari kebutuhan energi total.
Protein Laki – laki : 60 g/hari
Perempuan : 57 g/hari
Menurut Kemenkes (2010) yaitu 80%
dari AKG.
Vitamin A Laki – laki : 600 RE
Perempuan : 600 RE
Vitamin C Laki – laki : 75 mg
Perempuan : 65 mg
Zat besi (Fe) Laki – laki : 19 mg
Perempuan : 26 mg
Sumber : Depkes, (2003), Kurniasih, dkk (2010) dan LIPI, (2004)
b. Pentingnya pola hidup bersih
Prinsip kedua dari pola makan dengan gizi seimbang adalah
pentingnya pola hidup bersih. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga,
kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di
36 masyarakat (Kemenkes, 2011). Pola makan bergizi seimbang akan
menjadi tak berguna bila tidak diikuti dengan penerapan prinsip dan
kebiasaan hidup bersih, seperti mencuci tangan sebelum makan dengan
air bersih dan sabun, menyajikan makanan dalam keadaan tertutup agar
tidak mudah dihinggapi lalat dan serangga, serta mencuci sayur dan buah
dengan air bersih (Kurniasih, 2010).
Tabel 2.5
Prinsip Pola Hidup Bersih dan Sehat pada Remaja Berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang
No. Prinsip PHBS
1. Mencuci tangan sebelum makan dengan air bersih dan sabun.
2. Menjaga kebersihan mulut dan gigi.
3. Menutup makanan dengan tudung saji.
5. Memilih jajanan makanan dan minuman yang aman.
6. Tidak merokok.
7. Tidak menggunakan narkoba.
8. Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol.
Sumber : Kurniasih, 2010
Kebiasaan hidup bersih pada remaja harus diterapkan sejak kecil,
terutama mengenai cuci tangan sebelum makan, menjaga kebersihan
mulut dan gigi, menutup makanan dengan tudung saji, memilih jajanan
37 untuk remaja perlu diperhatikan pola hidup sehat, seperti tidak merokok,
tidak menggunakan narkoba, dan tidak mengkonsumsi minuman
beralkohol. Hal tersebut sangat berpengaruh pada pola makan yang tidak
bergizi seimbang dan merugikan kesehatan (Kurniasih, 2010)
c. Pentingnya pola hidup aktif dan berolahraga
Prinsip yang ketiga adalah kesesuaian atau keseimbangan antara
asupan dan pengeluaran energi untuk beraktivitas (Kurniasih, 2010).
Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal adalah sesuatu yang
menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan
fisik, seperti : berjalan, berlari, berolahraga, dan lain-lain (Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007).
Menurut Kartono (1992) dalam Amelia (2008) bersama remaja akan
melakukan kegiatan yang menyenangkan. Bila kegiatan-kegiatan tersebut
dilakukan secara rutin oleh remaja, maka akan terbentuk pola aktivitas
yang berbeda dengan aktivitas sebelumnya. Pola aktivitas remaja
didefenisikan sebagai kegiatan yang biasa dilakukan oleh remaja sehari –
hari sehingga akan membentuk suatu pola. Pola aktivitas remaja dapat
dilihat dari bagaimana cara remaja mengalokasikan waktunya selama 24
jam dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu jenis kegiatan
secara rutin dan berulang-ulang.
Aktivitas fisik merupakan komponen utama dari energi yang
38 masuk lebih kecil dari kebutuhan energi untuk beraktivitas, berat badan
akan turun dan dapat menjadi kurus. Sebaliknya bila asupan energi yang
masuk lebih besar, dapat menjadi gemuk. Aktivitas fisik dibagi menjadi
aktivitas ringan, sedang, dan berat (Almatsier, 2004).
Tabel 2.6
Pengelompokkan Aktivitas Fisik
Kelompok aktivitas
Fisik
Jenis kegiatan
Ringan 75% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri. 25% waktu digunakan untuk berdiri atau bergerak.
Sedang 40% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri. 60% waktu digunakan untuk aktivitas pekerjaan
tertentu.
Berat 25% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri. 75% waktu digunakan untuk aktivitas pekerjaan
tertentu.
Sumber : FAO/WHO/UNU, 1985 dengan penyesuaian oleh Muhilal, dkk,
Risalah Widya Karya Pangan dan Gizi V, 1994, dalam Almatsier (2004).
Menurut Novikasari (2003) dalam Amelia (2008), kegiatan fisik
cukup besar pengaruhnya terhadap kestabilan berat badan. Semakin aktif
seseorang melakukan aktivitas fisik, energi yang diperlukan semakin
banyak. Tubuh yang besar memerlukan energi yang lebih banyak