• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kemampuan Generik Siswa Melalui Kegiatan Praktikum Fotosintesis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kemampuan Generik Siswa Melalui Kegiatan Praktikum Fotosintesis"

Copied!
259
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

FITRI NURJANNAH

109016100069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Melalui Kegiatan Praktikum Fotosintesis (Penelitian Deskriptif pada Kelas VIII di SMP AL-Hasra Depok), skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan generik siswa yang muncul dalam pembelajaran praktikum pada materi fotosintesis. Penelitian ini dilakukan di SMP Al-Hasra Depok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Subjek penelitian 33 siswa kelas VIII.3. Data penelitian diperoleh dari tes essay, lembar observasi, dan angket. Pada penelitian ini pencapaian keterampilan generik siswa difokuskan pada lima aspek keterampilan generik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian keterampilan generik, yaitu pengamatan langsung 65,56% (cukup), pengamatan tidak langsung 53,18% (kurang sekali), sebab akibat 49% (kurang sekali), pemodelan 62,07% (cukup), dan inferensi 50,50% (kurang sekali). Secara umum penguasaan kemampuan generik siswa SMP sebesar 56,10% termasuk ke dalam kategori kurang.

(7)

ii

Grade Eight in Al-Hasra Junior High School Depok), BA Thesis, of Biology Education Study Program, Department of Natural Science Education, Faculty

of Tarbiya and Teacher’ Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University

Jakarta, 2014.

The aim of this research is to know students' generic skills appeared in laboratory activities on photosynthesis material. The study was conducted in Al-Hasra Junior High School Depok. A descriptive analysis was chosen to be the method of this study. The subject of this study were 33 students in class VIII.3. Data were gathered through essay tests, observation report, and questionnaire. Through this study, students' generic skill were focused on 5 aspects. Results showed that students' generic skill through direct observation of 65,56% (adequate), indirect observation of 53,18% (very low), cause and effect of 49% (very low), modeling of 62,07% (adequate), and inference of 50,50% (very low). In general, students' generic skill of 56,10% and thus it is considered low.

(8)

iii

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena hanya

dengan ridho-Nya yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi

dengan judul Analisis Kemampuan Generik Siswa Melalui Kegiatan Praktikum Fotosintesis.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih. Dengan ketulusan dan kerendahan hati,

penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Dra, Nurlena, MA, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Zulfiani, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan

Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Nengsih Juanengsih, M.Pd., Dosen pembimbing I dan Eny S. Rosyidatun

S.Si, M.A., Dosen pembimbing II dalam penyusunan skripsi.

5. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd., Dosen pembimbing akademik.

6. Sri Nurhayati Apriliani, S.Pd., Kepala Sekolah SMP A-Hasra Depok yang

telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian ini.

7. Ir. Hj. Urip Anjar Winarni, MM.Pd., Guru bidang studi Biologi kelas VIII

yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama terlaksananya

penelitian ini.

8. Kedua orangtua penulis mengucapkan terima kasih atas doa dan

dukungannya.

9. Seluruh sahabat Biologi B 2009, khususnya untuk Dwi, Karin, Unti, Nisa,

(9)

iv

menyempurnakan proses pembelajaran dalam penelitian ini.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu baik secara langsung

maupun tidak langsung, penulis mengucapkan terima kasih.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis

khususnya. Penulis menyadari keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini, oleh

karena itu penulis bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat membangun

dari pembaca.

Jakarta, Mei 2014

(10)

v

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Teori-teori yang Relevan dengan Variabel yang Diteliti ... 6

1. Pengertian Pembelajaran Praktikum ... 7

2. Pengertian dan Fungsi Laboratorium ... 10

3. Kemampuan Generik ... 11

a. Ragam Kemampuan Generik ... 16

1) Pengamatan (Observasi) ... 16

2) Kesadaran tentang Skala Besaran (Sense of scale) ... 17

3) Bahasa Simbolik ... 17

4) Kerangka Logika ... 17

(11)

vi

4. Fotosintesis ... 23

a. Tempat Berlangsungnya Fotosintesis ... 23

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fotosintesis ... 24

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 25

C. Kerangka Berpikir ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

1. Tempat Penelitian ... 29

2. Waktu Penelitian ... 29

B. Metode Penelitian ... 29

C. Populasi dan Sampel ... 29

D. Instrumen Penelitian ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen ... 39

G. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45

B. Pembahasan ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(12)

vii

Tabel 2.2 Kemampuan Generik Biologi pada Praktikum Fotosintesis ... 21

Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Uraian Praktikum Ingen Houz ... 31

Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Uraian Praktikum Uji Sach ... 32

Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Observasi Praktikum Ingen Houz ... 34

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi Praktikum Uji Sach ... 34

Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket ... 35

Tabel 3.6 Korelasi Product Moment ... 39

Tabel 3.7 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 41

Tabel 3.8 Skala Kategori Kemampuan Generik ... 43

Tabel 3.9 Kategori Berdasarkan Aturan Koentjayaningrat ... 44

Tabel 4.1 Rekapitulasi Keterampilan Generik Siswa Berdasarkan Lembar Observasi ... 46

Tabel 4.2 Rerata Kemampuan Generik Praktikum Ingen Houz Hasil Tes Essay ... 47

Tabel 4.3 Rerata Kemampuan Generik Praktikum Uji Sach Hasil Tes Essay ... 48

Tabel 4.4 Total Rerata Kemampuan Generik Praktikum Fotosintesis Hasil Tes Essay ... 49

(13)

viii

Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian ... 38

(14)

ix

Lampiran 2 Kisi-kisi Instrumen Tes Essay (Uji Sach) ... 79

Lampiran 3 Uji Instrumen (Ingen Houz) ... 93

Lampiran 4 Uji Instrumen (Uji Sach) ... 96

Lampiran 5 Hasil Validitas dan Reliabilitas Uji Instrumen (Ingen Houz)... 99

Lampiran 6 Hasil Validitas dan Relabilitas Uji Instrumen (Uji Sach) ... 104

Lampiran 7 Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Penelitian (Ingen Houz) ... 110

Lampiran 8 Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Penelitian (Uji Sach) ... 111

Lampiran 9 Instrumen Penelitian (Ingen Houz)... 112

Lampiran 10 Instrumen Penelitian (Uji Sach) ... 115

Lampiran 11Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ... 118

Lampiran 12 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ... 126

Lampiran 13 Lembar Kerja Siswa 1 ... 134

Lampiran 14 Lembar Kerja Siswa 2 ... 141

Lampiran 15 Kisi-kisi Instrumen LKS 1 ... 149

Lampiran 16 Kisi-kisi Instrumen LKS 2 ... 159

Lampiran 17 Rekapitulasi Nilai Kelompok Praktikum Siswa ... 171

Lampiran 18 Rekapitulasi Hasil Lembar Observasi ... 172

Lampiran 19 Rekapitulasi Tes Essay ... 178

Lampiran 20 Rekapitulasi Angket Siswa ... 179

Lampiran 21 Data Nilai Siswa Tes Essay (Ingen Houz)... 180

Lampiran 22 Data Nilai Siswa Tes Essay (Uji Sach) ... 183

Lampiran 23 Daftar Kelompok Praktikum Siswa ... 186

Lampiran 24 Lembar Observasi Kemampuan Generik ... 187

Lampiran 25 Indikator Kemampuan Generik dan Jenis Instrumen yang digunakannya ... 229

(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bertujuan membangun atau membentuk manusia-manusia yang

memiliki pengetahuan. Dengan adanya pengetahuan tersebut diharapkan dapat

mengubah pola pikir serta keterampilan manusia menjadi lebih baik, hal tersebut

sesuai RPJPN seperti dikutip Purwanto bahwa pembangunan dalam bidang

pendidikan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang

berjiwa pancasila yang memiliki salah satu ciri sebagai manusia yang memiliki

pengetahuan dan keterampilan.1

Pendidikan juga diharapkan mampu membuat manusia mengaplikasikan

ilmu-ilmu pengetahuannya. Dalam pembelajaran sains, siswa diharapkan memiliki

keterampilan dan mampu mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari.

Pengaplikasian tersebut belum dapat dipenuhi apabila kemampuan dasarnya

belum terbentuk. Hal tersebut sesuai pernyataan Bailey seperti dikutip Saptorini

bahwa kemampuan dasar yang disebut sebagai kemampuan generik adalah

kemampuan yang bersifat umum dan berorientasi kepada ilmu pengetahuan yang

lebih tinggi, serta mampu diaplikasikan pada pekerjaan yang lebih luas.2

Hoddinott dan Young menyatakan bahwa “kemampuan generik bukanlah

disiplin ilmu khusus, kemampuan generik sendiri meliputi: pemecahan masalah,

berfikir kritis, analisis, komunikasi, keterampilan teknologi, dan kerjasama”.3 Dari

pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa kemampuan generik bersifat umum

dan dapat dipelajari atau dipergunakan dalam semua bidang kehidupan.

1M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 1.

2Saptorini, “Peningkatan Keterampilan Generik Sains bagi Mahasiswa malalui Perkuliahan

Praktikum Kimia Analisis Instrumen Berbasis Inkuiri”, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, vol. II,

no. 1, 2008, h. 191, tersedia on line di http://Journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JIPK/article/ view/1218/1174.

3John Hoddinott and David Young, “

Generic Skills Teaching in Materials Science and

Engineering”, Journal of Engineering Education, 2001, h. 707, tersedia on line

(16)

Setiap individu memiliki peluang yang sama dalam menguasai atau memiliki

kemampuan generik, hal tersebut memerlukan suatu proses pembelajaran. Pada

umumnya belajar sendiri adalah suatu proses perubahan prilaku (pengetahuan,

sikap, dan keterampilan) individu, hal tersebut sesuai dengan pendapat Good and

Brophy seperti dikutip Hamzah bahwa belajar adalah proses interaksi dalam suatu

proses memperoleh suatu yang baru dalam bentuk prilaku sebagai hasil dari

pengalamannya sendiri.4

Pembelajaran biologi adalah pembelajaran yang sangat menghargai nilai

suatu proses, karena keberhasilan pembelajaran terlihat bukan hanya dari hasil

saja, tetapi melalui proseslah keberhasilan maupun kekurangan dari pembelajaran

tersebut dapat terlihat. Dalam pembelajaran biologi dibutuhkan pembelajaran

berlandaskan proses, maka untuk melaksanakan pembelajaran tersebut pentinglah

guru untuk merancang pembelajaran berbasis praktikum, karena melalui

pembelajaran praktikum dapat mengembangkan pengetahuan siswa serta melatih

keterampilan siswa sehingga dengan adanya pembelajaran praktikum dapat

meningkatkan kreatifitas siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat John

Hoddinott dan David Young yang menyatakan bahwa pembelajaran yang baik

adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dengan materi pembelajaran, di mana

siswa akan secara langsung terlibat dalam proses pembelajaran. Pembelajaran

tersebut juga dapat dilakukan di luar kelas, misalkan di perpustakaan,

laboratorium, dan lain-lain.5

Dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I

Ketentuan Umum Pasal 1, menyatakan bahwa guru sebagai pendidik yang

profesional yang memiliki tugas mengajar, mendidik, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi anak didiknya dalam

pendidikan formal.6 Di sini dijelaskan bahwa guru memiliki banyak tugas dalam

4

H. Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), ed. 1, cet. 5, h. 194.

5

John Hoddinott and David Young, op. cit., h. 708.

6

(17)

melangsungkan proses pendidikan, di mana dalam proses tersebut guru juga harus

mampu memilih metode pembelajaran yang tepat digunakan.

Pemilihan metode pembelajaran yang tepat diharapkan dapat menimbulkan

pengaruh untuk memunculkan kemampuan generik siswa. Metode pembelajaran

tersebut menuntun siswa untuk aktif. Metode yang tepat dan sesuai dengan konsep

pembelajaran yang dibahas akan memotivasi siswa untuk memahami

pembelajaran dengan mudah. Seperti halnya pembelajaran biologi yang

di dalamnya terdapat materi-materi pembelajaran yang harus atau tepat

di sampaikan dengan menggunakan metode pembelajaran praktikum. Hal tersebut

sesuai dalam BSNP yang dikutip oleh Zulfiani, bahwa dalam Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran biologi ditekankan untuk melaksanakan

pembelajaran dengan pemberian pengalaman langsung kepada siswa di mana

pembelajaran tersebut juga tidak melepaskan antara konsep dan kerja ilmiah.7

Sayangnya saat ini banyak sekolah yang tidak melaksanakan kegiatan

praktikum, hal tersebut dikarenakan banyaknya sekolah yang tidak memiliki

sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan tersebut, bahkan banyak guru

yang kurang memiliki kemampuan dalam pembelajaran praktikum. Hal tersebut

sejalan dengan pendapat M. Syaipul Hayat yang menyatakan bahwa kebanyakan

guru dalam proses pembelajaran masih menerapkan metode pembelajaran secara

tradisional, di mana pembelajaran tersebut berorientasikan kepada pengukuran

kognitif siswa saja.8

Pengajaran biologi pada konsep fotosintesis biasanya dijelaskan guru dengan

cara menjelaskan materi dan memberikan soal-soal mengenai konsep tersebut

kepada siswa. Fotosintesis adalah proses yang abstrak bagi siswa, di mana proses

tersebut hanya dijelaskan dalam bentuk kata-kata di dalam buku panduan. Dengan

adanya praktikum, siswa akan melakukan penelitian sendiri dan dapat mengamati

7

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 46.

8

(18)

hasil dari proses fotosintesis serta dapat mengambil kesimpulan dari konsep

tersebut.

Penelitian mengenai metode praktikum sudah banyak dilakukan, tetapi

mengukur kemampuan generik melalui kegiatan praktikum masih jarang

ditemukan, sehingga dari pemaparan sebelumnya penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Analisis Kemampuan Generik Siswa Melalui Kegiatan Praktikum Fotosintesis”. Kemampuan generik memiliki

beberapa ragam, namun dalam penelitian kali ini peneliti akan menganalisis lima

buah ragam dari kemampuan generik yang di antaranya adalah: pengamatan

langsung, pengamatan tidak langsung, sebab akibat, pemodelan dan inferensi.

Pemilihan ragam tersebut dikarenakan sampel penelitian yang akan digunakan

adalah siswa SMP yang perkembangan usia dan pola pemikirannya masih

tergolong rendah dengan tingkat kognitif pada tahapan C1-C4,9 serta cocok

dengan konsep pembelajaran yang akan diteliti yaitu fotosintesis, di mana siswa

akan melakukan suatu eksperimen dan dalam eksperimen tersebut diharapkan

dapat memunculkan kemampuan generik yang siswa miliki.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

identifikasi masalah yang dapat disimpulkan adalah:

1. Penilaian siswa hanya melalui kemampuan pemahaman terhadap konsep,

teori dan prinsip-prinsip.

2. Pembelajaran biasanya menitikberatkan pada kemampuan kognitif.

3. Kemampuan generik siswa melalui praktikum dalam proses pembelajaran

kurang dimunculkan.

9

(19)

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah maka peneliti membatasi permasalahan sebagai

berikut:

1. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode praktikum.

2. Kemampuan generik yang diteliti adalah pengamatan langsung, pengamatan

tidak langsung, sebab akibat, pemodelan, dan inferensi.10

3. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah fotosintesis.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas dapat disusun perumusan sebagai berikut “Bagaimana variasi ragam keterampilan generik yang muncul pada proses pembelajaran praktikum fotosintesis?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi ragam kemampuan

generik siswa yang muncul ketika mengalami pembelajaran praktikum pada

materi fotosintesis.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi guru, diharapkan dapat melaksanakan pembelajaran praktikum yang

dapat memunculkan kemampuan generik siswa.

2. Bagi peneliti, dapat menjadi pengalaman pribadi untuk melakukan pengajaran

yang lebih baik lagi.

3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan penelitian lain

sehingga dapat melakukan pengembangan terhadap penelitian ini.

10Taufik Rahman, “Pengembangan Program Pembelajaran Praktikum

untuk Meningkatkan

Kemampuan Generik Calon Guru Biologi”, Disertasi pada Pasca Sarjana (S3) Pendidikan UPI

(20)

6

A. Teori-teori yang Relevan dengan Variabel yang Diteliti 1. Pengertian Pembelajaran Praktikum

Metode praktikum adalah metode pembelajaran dengan cara mempraktekkan

langsung untuk membuktikan suatu konsep yang sedang dipelajari.1 Pembelajaran

praktikum dapat melatih siswa dalam menemukan kebenaran atau fakta dalam

suatu konsep pembelajaran, di mana dalam proses penemuan tersebut siswa akan

menjalani porses pencarian, proses tersebutlah yang akan melatih siswa

memunculkan keterampilan-keterampilan lainnya seperti diskusi dan

memecahkan masalah.

Pembelajaran praktikum menurut Gasong seperti dikutip Duda adalah

pembelajaran yang lebih mengarahkan peserta didik pada experimental learning

berdasarkan pengalaman nyata yang di dalamnya terdapat proses diskusi antar

siswa yang akan menghasilkan gagasan dan konsep baru.2

Pembelajaran praktikum juga dapat membuat siswa memiliki ingatan yang

lama, hal tersebut berasal dari pengalaman manusia berupa

pengalaman-pengalaman yang terorganisasi pada saat kapan dan di mana kejadian tersebut

terjadi serta manusia tersebut mengalaminya sendiri secara personal. Hal tersebut

sesuai dengan pernyataan Slavin seperti dikutip Baharuddin dan Wahyuni, bahwa

long term memory dibagi menjadi tiga bagian yang salah satunya adalah episodic memory, sebagai ingatan jangka panjang yang memuat gambar-gambar dan pengalaman-pengamlaman yang tersusun pada saat kapan dan di mana

pengamalan tersebut terjadi.3

1

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 104.

2

Hilarius Jago Duda, “Pembelajaran Berbasis Praktikum dan Asesmennya pada Konsep Sistem Ekskresi untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI”, VOX Edukasi, vol. 1, no. 2, 2010, h. 31, tersedia on line di http://isjd.pdii.Lipi.go.id/index.php/search.html.

3

(21)

Kegiatan pembelajaran menurut para hali mengakibatkan terjadinya

perubahan tingkah laku, di mana perubahan tersebut dapat berdampak pada

perubahan ilmu pengetahuan, dan penguasaan terhadap keterampilan. Perubahan

tingkah laku tersebut merupakan hasil proses pembelajaran yang dilakukan

dengan cara latihan maupun pemberian pengamalan.4

Strategi pembelajaran berbasis praktikum adalah pembelajaran yang baik

untuk hakikat pembelajaran kontsruktivisme, pembelajaran praktikum juga dapat

mengarahkan siswa kepada pengalaman konkrit, dan diskusi yang akan

mengarahkan siswa untuk memperoleh konsep baru.5

Menurut Villani seperti dikutip Rustaman dan Wulan, siswa mampu

membangun konsep secara bermakna dengan cara menghubungkan hasil

pengamatan dengan teori yang sudah dimiliki sebelumnya, siswa juga dapat

memecahkan permasalahan-permasalahan sains dengan cara melakukan kegiatan

laboratorium.6

Pembelajaran praktikum sangat efektif membantu siswa dalam mempelajari

materi yang abstrak atau sulit dipahami dan digambarkan, hal tersebut sesuai

dengan rangkuman hasil penelitian yang dilakukan White seperti dikutip

Rustaman dan Wulan, bahwa siswa akan lebih mudah memahami konsep

pembelajaran melalui kegiatan praktikum. Melalui praktikum konsep akan

menjadi lebih bermakna dan mudah diingat, selain itu praktikum juga dapat

memotivasi siswa dalam belajar sains.7 Selama ini siswa mendapatkan

pembelajaran mengenai fotosintesis hanya melalui pembelajaran di dalam kelas,

sehingga motivasi dalam mempelajari materi tersebut kurang, dengan adanya

pembelajaran praktikum dapat memotivasi siswa dalam belajar.

4

Ibid., h. 34.

5

M. Syaipul Hayat, Sri Anggraeni, dan Sri Redjeki, “Pembelajaran Berbasis Praktikum pada Konsep Invertebrata untuk Pengembangan Sikap Ilmiah Siswa”, Bioma, vol. I, no. 2, 2011, h. 143, tersedia on line di hpp://e-jurnal.ikippgrismg.ac.id/index.php/bioma/article /view File/352/306.

6

Andrian Rustaman dan Ana Ratna Wulan, “Kegiatan Laboratorium dalam Pembelajaran

Biologi”, dalam Nuryani Rustaman dkk (ed.), Strategi Pembelajaran Biologi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), edisi. 1, cet. 1, h. 9.1.

7

(22)

Menurut Anggraeni seperti dikutip Utami, pembelajaran pratikum adalah

pembelajaran yang dapat menstimulus siswa untuk dapat aktif dalam belajar.

Keaktifan siswa dalam melakukan praktikum sesuai dengan keunggulannya

sebagai berikut:8

a. Praktikum dapat menfasilitasi siswa dalam menemukan fakta secara langsung.

b. Melatih siswa meningkatkan keterampilan-keterampilan dan sikap ilmiah

dalam pembelajaran praktikum.

c. Pembelajaran praktikum didukung oleh asas-asas didaktik modern sebagai

berikut:

1) Siswa terjun langsung ke dalam proses dan kejadian.

2) Siswa terhindar dari verbalisme.

3) Metode praktikum dalam mengembangkan sikap berfikir ilmiah siswa.

4) Menghasilkan ingatan jangka panjang.

Kelebihan pembelajaran praktikum juga diungkapkan dalam Zulfiani sebagai

berikut:9

a. Mendorong siswa untuk berfikir kritis, tekun, jujur, berkerja sama, terbuka,

dan objektif.

b. Mendorong siswa untuk memiliki keterampilan proses.

c. Mendorong siswa untuk belajar secara konstruktif tidak bersifat hafalan.

d. Siswa mendapatkan pembelajaran yang penuh tantangan.

e. Konsentrasi siswa terarah pada kegiatan pembelajaran.

f. Memudahkan siswa memahami suatu konsep yang bersifat abstrak.

Disamping kelebihan pembelajaran praktikum, terdapat kelemahan terhadap

metode pembelajaran tersebut, yang diungkapkan Zulfiani, sebagai berikut:10

a. Memerlukan waktu yang lama.

b. Memerlukan alat dan bahan yang cukup dan terkadang sulit ditemukan

bahkan mahal harganya.

8Tuti Utami, “

Profil Kemampuan Generik Siswa SMP RSBI yang Muncul melalui Kegiatan Praktikum Uji Makanan”, Skripsi pada Sarjana (S1) Pendidikan UPI Bandung, Bandung, 2012, h.18, tidak dipublikasikan, tersedia on line di http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skrip.

9

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, loc. cit. 10

(23)

c. Guru harus memiliki perencanaan yang matang.

d. Menuntut siswa memiliki landasan berfikir.

e. Cenderung memerlukan ruang khusus (laboratorium).

Di dalam pembelajaran IPA, proses adalah hal yang sangat penting,

pembelajaran yang mengembangkan keterampilan dapat meningkatkan

kecerdasan siswa. Menurut Zulfiani, keterampilan proses yang dapat

dikembangkan dalam pembelajaran IPA dibagi menjadi:11

1. Observasi

2. Menafsirkan hasil pengamatan

3. Mengelompokkan

4. Meramalkan

5. Keterampilan berkomunikasi

6. Hipotesis

7. Merancang percobaan atau penyelidikan

8. Menerapkan konsep atau prinsip

9. Mengajukan pertanyaan

10. Keterampilan menyimpulkan

Observasi dilakukan dengan mengoptimalkan seluruh panca indera, observasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, dan dapat

dilakukan dengan menggunakan alat bantu ataupun tidak. Dalam pendidikan IPA,

untuk mengembangkan keterampilan proses harus memungkinkan siswa

menggunakan seluruh panca inderanya. Menafsirkan merupakan pertanyaan atau kesimpulan sementara terhadap hasil observasi yang dilakukan. Mengelompokkan

adalah dasar kemampuan dalam mengklafisikasikan persamaan dan perbedaan

terhadap sesuatu yang diamati. Meramalkan adalah kemampuan mengajukan prediksi terhadap sesuatu yang belum terjadi. Berkomunikasi adalah kemampuan dalam menggumumkan hasil penelitan atau prediksi kepada orang lain, bisa dalam

bentuk grafik, bagan, lisan, maupun dalam bentuk laporan. Hipotesis adalah pernyataan atau pengajuan penyebab terjadinya hubungan antara dua variabel.

11

(24)

Keterampilan yang dikembangkan dalam pembelajarana IPA adalah keterampilan

yang bersifat proses, di mana dalam pembelajarannya siswa dituntut untuk terlibat

secara langsung dan mengalami proses tersebut, sehingga proses tersebut akan

terekam oleh ingatan siswa.

2. Pengertian dan Fungsi Laboratorium

Menurut Rustaman et.al, laboratorum adalah tempat yang memiliki fungsi sebagai wadah dilakukannya suatu percobaan dalam penyelidikan. Sedangkan

menurut Gabel, laboratorium adalah tempat yang dapat digunakan sebagai tempat

eksplorasi biologi.12

Pembelajaran IPA dalam meningkatkan konteks pengetahuan siswa

menerapkan sistem pembelajaran langsung di mana siswa dapat belajar melalui

alam secara ilmiah.13 Siswa dapat mempelajari alam dan hal tersebut dapat

berkesinambungan dengan materi pembelajaran. Di dalam kegiatan pembelajaran

IPA, siswa disediakan laboratorium sebagai wadah atau tempat melakukan

observasi dan meningkatkan keterampilannya.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran IPA, laboratorium memiliki fungsi

yaitu sebagai berikut:14

a. Sarana penyelesaian masalah

b. Tempat melakukan penelitian

c. Tempat peragaan dan museum kecil

d. Tempat kegiatan belajar/praktikum

Sarana penyelesaian masalah, laboratorium adalah wadah siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru dalam rangka proses

pembelajaran. Tempat melakukan penelitian, masalah yang diteliti siswa bersifat memancing siswa dalam berfikir dan meningkatkan rasa ingin tahu untuk

membuktikan suatu teori dalam sains. Tempat peragaan dan museum kecil, di dalam laboratorium terdapat alat-alat peraga, spesimen serta alat bantu lainnya

dalam proses pembelajaran praktikum. Tempat kegiatan belajar/praktikum,

12

Andrian Rustaman dan Ana Ratna Wulan, op. cit., h. 9.4.

13

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, op. cit., h. 46.

14

(25)

laboratorium merupakan tempat siswa belajar dan meningkatkan kreativitasnya

dalam sains. Jadi laboratorium adalah suatu wadah di mana siswa dan guru

melakukan pembuktian akan suatu teori yang telah didapatkan di dalam kelas,

laboratorium juga memiliki fungsi sebagai tempat siswa melakukan penelitian dan

tempat menggunakan alat bantu atau alat raga dalam proses pembelajaran

praktikum.

Menurut Wirjosoemarto et.al, laboratorim dalam pembelajaran biologi memiliki beberapa fungsi di antaranya:15

a. Tempat dilakukannya penelitian dan percobaan.

b. Penunjang penting dalam pembelajaran biologi di kelas, bahkan dapat

berperan utama dalam pembelajaran biologi.

c. Display atau tempat pameran (awetan hewan atau tumbuhan langka). d. Sumber belajar dan perpustakaan sains.

Menurut Rustaman dan Wulan, laboratorium berfungsi sebagai:16

a. Tempat menguji kebenaran suatu hipotesis.

b. Mengobservasi dan menganalisis suatu gejala biologi.

c. Tempat membuktikan suatu teori atau konsep biologi.

d. Tempat berlatih menerapkan keterampilan proses sains.

3. Kemampuan Generik

“In Australia and internationally, generic skills are known by a number of terms including core skills, key skills, essential skills, basic skills and workplace know-how”.17 Kutipan di atas menjelaskan bahwa di beberapa negara keterampilan generik dikenal dengan beberapa istilah, salah satunya adalah

keterampilan inti. Hal tersebut sesuai dengan tulisan Callan yang menyatakan

bahwa “In their interviews, teachers used several phrases to define generic skills,

15

Andrian Rustaman dan Ana Ratna Wulan, op. cit., h. 9.5.

16 Ibid. 17

Jennifer Gibb, Generic skills in Vocational Education and Training: Research Readings, (Australia: National Centre for Vocational Education Research Ltd, 2004), h. 8, tersedia on line

(26)

including soft skills, people skills, transferable skills, work skills, core skills, Mayer competencies and core competencies”.18

Menurut Drury seperti dikutip Rahman kemampuan generik dapat diterapkan

dalam berbagai bidang kehidupan, walaupun untuk mendapatkannya diperlukan

waktu yang relatif lama.19 Keterampilan generik bersifat dasar dari

keterampilan-keterampilan belajar lainnya, di mana siswa diharapkan mampu untuk

merealisasikan pengetahuan dan keterampilannya, hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Rahman, bahwa kemampuan generik adalah perpaduan antara

intelegensi dengan keterampilan.20

Dapat disimpulkan bahwa Generic skill atau kemahiran generik adalah suatu ilmu yang bersifat umum dan dapat dipelajari atau dipergunakan dalam semua

bidang kehidupan. Kemampuan generik bersifat luas dan tidak hanya digunakan

dalam ilmu tertentu saja, di mana kemampuan generik adalah kemampuan dasar

dari individu dalam melakukan aktivitasnya di dalam kehidupan, hal tersebut

sesuai dengan pendapat Hoddinott dan Young yang menyatakan bahwa

kemampuan generik bukanlah disiplin ilmu khusus, menurut mereka kemampuan

generik sendiri meliputi: pemecahan masalah, berfikir kritis, analisis, komunikasi,

keterampilan teknologi, dan kerjasama.21

Menurut Keans kemampuan generik adalah suatu keterampilan yang dapat

digunakan atau diaplikasikan ke dalam pekerjaan yang berbeda-beda,

keterampilan tersebut meliputi keterampilan kognitif dan keterampilan pribadi

yang relevan dengan bidang pekerjaan.22

18

Victor J Callan, Generic Skill: Understanding Vocational Education and Training Teacher and Student Atitudes, (Australia: National Centre for Vocational Education Research Ltd, 2003), h. 17, tersedia on line di http://180degreesofreflection.acfe.vic.edu.au/file/view/nr1010.pdf.

19

Taufik Rahman, “Pengembangan Program Pembelajaran Praktikum untuk Meningkatkan

Kemampuan Generik Calon Guru Biologi”, Disertasi pada Pasca Sarjana (S3) Pendidikan UPI Bandung, Bandung, 2008, h. 30, tidak dipublikasikan.

20 Ibid. 21

John Hoddinott and David Young, “Generic Skills Teaching in Materials Science and

Engineering”, Journal of Engineering Education, 2001, h. 707, tersedia on line

di Onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/j.2168-9830.2001.tb00662.x/pdf.

22

(27)

Dalam bidang pekerjaan skill adalah hal yang sangat penting dan diperlukan, disamping seseorang harus memiliki pengetahuan akademis, disiplin ilmu yang

baik, mereka juga perlu memiliki kemampuan lain seperti komunikasi,

bekerjasama, berfikir kritis dan pemecahan masalah.23

Menurut Sunyono seperti dikutip Rimatusodik, kemampuan generik memiliki

beberapa manfaat dalam pembelajaran sains, di antaranya adalah:24

a. Membantu guru dalam menganalisis hal yang harus diperbaiki dan

ditingkatkan dalam belajar serta membantu siswa dalam cara belajar.

b. Dapat mempercepat proses pembelajaran.

c. Siswa dapat mengatur kecepatan belajarnya sendiri-sendiri dan guru dapat

mengatur kecepatan belajar masing-masing siswa.

d. Dapat meminimalkan miskonsepsi yang terjadi oleh siswa.

Fungsi kemampuan generik lainnya menurut Callan adalah untuk membuat

individu memiliki fleksibilitas dan kemampuan adaptasi yang baik, di mana ia

mampu ditempatkan di berbagai pekerjaan.25

Dapat disimpulkan bahwa kemampuan generik adalah kemampuan inti dan

dasar dari beberapa keterampilan dalam proses pembelajaran pencapaian hasil

belajar melalui tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik, di mana

kemampuan generik ini adalah hal yang penting. Menurut Rimatusodik,

kemampuan generik juga dapat digunakan dalam menyelesaikan di berbagai

persoalan dalam sains.26

23

John Hoddinott and David Young, loc. cit.

24Reva Rimatusodik, “Profil Keterampilan Generik Siswa SMP dalam Praktikum Kerusakan Lingkungan Menggunakan Kotak Erosi”, Skripsi pada Sarjana (S1) Pendidikan UPI Bandung, Bandung, 2010, h. 17, tidak dipublikasikan, tersedia on line di http://repository.upi.edu/skripsiview .php?export=html&no_skripsi=5573.

25

Victor J Callan, op. cit., h. 7.

26

(28)

“Review of research on generic skills revealed that there is no single definitive list of generic skills. In different countries different sets of generic skills are listed and followed, all with similarity and consistency to each other”.27 Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa tidak ada penggunaan pasti mengenai

keterampilan generik, bahkan pada negara yang berbeda tercatat pula penggunaan

daftar yang berbeda, walaupun memiliki kesan yang sama dan konsisten satu

sama lain.

Mayer Committee seperti dikutip Callan, mengidentifikasi kemampuan

generik diidentifikasi menjadi 7 standar kompetensi, yaitu:28

1) Collecting, analysing and organising ideas and information 2) Expressing ideas and information

3) Planning and organising activities 4) Working with others and in teams

5) Using mathematical ideas and techniques 6) Solving problems

7) Using technology

The New Zealand Curriculum Framework (1993) seperti dikutip George

menyatakan delapan kemampuan generik yang di antaranya adalah “Communication skills, information skills, self management and competitive skiils, physical skills, numeracy skills, problem solving skill, cooperative skills, work and study skills”.29

Berdasarkan Skill Surveys (1997-2006) seperti dikutip Green keterampilan

generik dibagi menjadi “Influence skill, literacy, self-planning, numeracy, physical skills, checking skills, problem-solving, external communication skills”.30

The findings of the Mayer Committee in Australia, and also of the Australian Industry Group (Allen Consulting Group 1999), closely resemble those of the UK National Skills Task Force (1998), which identified the generic skills of

27

Reena George, “Fostering Generic Skills Through Participatory Learning Strategies”,

International Journal of Fundamental Psychology & Social Sciences, vol. I, no. 1, 2011, h. 15, tersedia on line di http://fundamentaljournals.org/ijfpss/downloads/4Reena%20George%20NI% 20pp(14-16)pdf.

28

Victor J Callan, op. cit., h. 10.

29

Reena George, loc. cit. 30

Francis Green, The Growing Importance of Generic Skills, 2009, h. 3, tersedia on line

(29)

communication, application of numbers, problem-solving, team-working, information technology and improving one’s learning and performance.31

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Mayer Committee in Australia, Australian

Industry Group, dan UK National Skills Task Force mengidentifikasi

keterampilan generik menjadi beberapa ragam/bagian.

Kemampuan generik memiliki atau mencangkup beberapa keterampilan yang

di antaranya adalah:32

1) Pengamatan

2) Sense of scale

3) Bahasa simbolik

4) Logical frame

5) Konsistensi logis

6) Hukum sebab akibat

7) Pemodelan

8) Inferensi logika (Logical Inference)

9) Abstraksi

Menurut Brotosiswoyo keterampilan generik yang dapat ditimbulkan lewat

pembelajaran ada 9, yaitu: Pengamatan langsung, pengamatan tidak langsung,

kesadaran tentang skala besaran (Sense of scale), “bahasa” simbolik, kerangka

logika, inferensi logika, hukum sebab akibat, pemodelan, dan membangun

konsep.33

Pada berbagai tesis, disertasi, dan skripsi di Indonesia, mengacu pada

keterampilan generik yang dikembangkan oleh Brotosiswoyo, misalnya pada

disertasi yang dikembangkan oleh Taufik Rahman tahun 2008, skripsi yang diteliti

oleh Reva rimatusodik tahun 2010, Tuti Utami tahun 2012 dan Rifaatul

Muthmainnah tahun 2010.

31

Victor J Callan, loc. cit. 32

Saptorini, “Peningkatan Keterampilan Generik Sains bagi Mahasiswa malalui Perkuliahan Praktikum Kimia Analisis Instrumen Berbasis Inkuiri”, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, vol. II, no. 1, 2008, h. 191, tersedia on line di http://Journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JIPK/article/ view/1218/1174.

33

(30)

a. Ragam Kemampuan Generik

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan rincian keterampilan generik dalam

bidang biologi yang dikembangkan oleh Taufik Rahman yang diadaptasi dari

kemampuan generik fisika oleh Brtotosiswoyo tahun 2001 dan kemampuan

generik kimia oleh Moerwani, et.al tahun 2001, berikut adalah keterampilan generik biologi:34

1) Pengamatan (Observasi)

Observasi adalah suatu teknik pembelajaran yang dapat berdampak pada

pengembangan ilmu pengetahuan (Biologi). Proses pengamatan terjadi melalui

panca indera (penglihatan, penciuman, perabaan, pengecapan, dan penginderaan).

Pengamatan dalam keterampilan generik ini dibagi menjadi dua bagian yang

di antaranya adalah pengamatan langsung dan pengamatan tak langsung.

a) Pengamatan Langsung

Kegiatan mengamati objek dengan menggunakan panca indera baik dengan

menggunakan alat maupun dengan tidak menggunakan alat. Pengamatan langsung

dengan tidak menggunakan alat, contohnya adalah ketika seseorang mengukur

jumlah denyut nadi dengan memegang pergelangan tangan. Pengamatan langsung

dengan menggunakan alat bantu, contohnya mengamati langsung sel xilem

dengan menggunakan mikroskop.

Pengamatan langsung harus dilaksanakan secara jujur terhadap hasil

pengamatan, di mana objek pengamatan yang diamati akan memiliki hasil yang

sama jika dilakukan pengamatan kembali.

b) Pengamatan Tidak Langsung

Gejala dan prilaku alam ada yang tidak mampu diartikan atau ditangkap oleh

indera manusia secara langsung, maka dari itu manusia membutuhkan alat untuk

mengetahui hasil dari objek yang diamati.

Pengamatan tak langsung adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk

mendapatkan gejala dan perilaku alam yang tidak dapat diamati secara langsung

tetapi efeknya dapat diketahui dan memerlukan alat tertentu untuk dapat

mendeteksinya. Contohnya adalah pengukuran suhu badan yang hanya akan

34

(31)

diketahui besarnya dengan menggunakan thermometer, tekanan darah yang dapat

diukur menggunakan tensi meter.

2) Kesadaran Tentang Skala Besaran (Sense of scale)

Kesadaran mengenai skala besaran adalah mengenai pemahaman akan

perbandingan ukuran benda yang sesungguhnya dengan ukuran benda tiruannya.35

Dalam objek biologi terdapat objek-objek yang ukurannya sangat kecil seperti sel,

gen, organel, virus, hingga objek yang memiliki ukuran sangat besar seperti

hewan dan tumbuhan tingkat tinggi.

3) Bahasa Simbolik

Tidak semua prilaku alam dapat diungkapkan dengan bahasa sehari-hari,

namun ada beberapa yang memang harus diungkapkan secara kuantitatif, sifat

tersebutlah yang menyebabkan perlunya manusia menggunakan bahasa yang

bersifat kuantitatif.36

Bahasa simbolik berfungsi untuk menggambarkan simbol dalam

pembelajaran sains, misalnya dalam mengenal lambang unsur, persamaan reaksi,

simbol-simbol untuk reaksi searah, reaksi kesetimbangan, resonasi dan lain-lain

dalam pembelajaran kimia.37 Sedangkan dalam biologi terdapatnya simbol (♂)

untuk jantan, (♀) untuk betina, (P) untuk parentum, dan (F) untuk Filium.

4) Kerangka Logika

Kerangka logika adalah suatu kemampuan untuk berfikir sistematis oleh

seseorang. Contoh dalam ilmu bidang biologi adalah mengenai sistem klasifikasi

makhluk hidup di mana pada sistem klasifikasi tersebut mengelompokkan

makhluk hidup berdasarkan karakteristik mulai dari tingkat tertingi sampai

terendah.

35

Tuti Utami, op. cit., h. 9.

36

B. Suprapto Brotosiswoyo, op. cit., h. 2.12.

37

(32)

5) Inferensi

Inferensi logika adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengambil suatu

kesimpulan atau garis besar dari suatu rujukkan. Menurut Subiyanto kesimpulan

yang diambil merupakan penjelasan atau interpretasi dari hasil observasi.

6) Hukum Sebab Akibat

Menurut Moerwani et.al, dalam kemampuan generik ragam sebab akibat, terdapat sebab akibat biasa dan hukum sebab akibat. Hubungan antara sebab

akibat dalam hukum sebab akibat memiliki nilai kepastian yang tinggi dan jika

dilakukan pengulangan akan menghasilkan hasil yang sama. Sedangkan pada

sebab akibat biasa tidak memiliki hal yang demikian. Aturan yang dapat dikatakan

sebagai hukum sebab akibat apabila terdapat ulangan dari akibat sebagai fungsi

dari penyebabnya.

Contoh lain dalam ilmu biologi adalah proses fotosintesis:

Cahaya matahari

6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2

Klorofil

dengan adanya CO2, H2O, matahari dan klorofil maka akan dihasilkan glukosa dan

oksigen, proses ini akan terus berulang.

7) Pemodelan

Pembelajaran sains sangatlah luas, sehingga banyak objek yang tidak dapat

dipelajari langsung dari objek aslinya. Maka dari itu diperlukannya model (benda

tiruan), yang akan menggambarkan bentuk atau proses aslinya. Model dapat

berbentuk benda dua dimensi (gambar, tabel, grafik, dan bagan) atau benda tiga

dimensei seperti torso. Pemodelan juga dapat diartikan sebagai percontohan, suatu

percontohan dapat menggunakan model (satu dimensi atau dua dimensi), sebuah

(33)

8) Abstraksi

Abstraksi dalam kemampuan generik adalah suatu kegiatan yang

menggambarkan hal-hal abstrak ke dalam bentuk nyata. Contohnya adalah rantai

respirasi dan pembentukan ATP, prosenya diabstarksikan ke dalam bentuk

gambar.

Berikut adalah indikator keterampilan generik biologi yang

dikembangkan oleh Taufik Rahman:38

Tabel 2.1 Kemampuan Generik Biologi

No Ragam Cakupan Kemampuan

1. Pengamatan langsung

a. Mengamati objek yang karakteristiknya dapat diobservasi langsung oleh indera baik menggunakan alat ataupun tidak.

b. Mengungkapkan karakteristik objek (lisan, tulisan, gambar) berdasarkan hasil penginderaan langsung. c. Melihat objek menggunakan lup atau mikroskop. 2. Pengamatan

tidak langsung

a. Mengamati objek yang karakteristiknya tidak dapat diobservasi langsung oleh indera tetapi efeknya yang terobservasi dengan alat atau melalui proses.

b. Mengobservasi potensial, intensitas, kandungan, atau konsentrasi suatu zat dengan menggunakan alat. c. Mengungkapkan karakteristik objek (lisan, tulisan,

gambar) melalui pengindraan tak langsung. d. Menentukan konsentrasi zat dengan titrasi atau

menggunakan spekrofotometer.

e. Menentukan amilum hasil fotosintesis dengan larutan lugol.

3. Kesadaran skala

a. Menggunakan ukuran, besaran, dan satuan serta membandingkan objek satu dengan yang lain. b. Membuat perbandingan ukuran antara objek tiruan

dengan objek sebenarnya.

c. Menggambar suatu objek dengan proposional. d. Menyayat objek dengan ukuran yang sesuai untuk

dapat dilihat di bawah mikroskop. 4. Bahasa

simbolik

a. Menggunakan istilah, rumus atau perhitungan yang menggunakan lambang atau simbol.

b. Menjelaskan simbol dalam biologi.

c. Menggunakan simbol, aturan, rumus matematika atau sains dalam memecahkan atau menjelaskan masalah biologi.

38

(34)

No Ragam Cakupan Kemampuan

5. Kerangka logika

a. Membuat atau menggunakan kriteria untuk suatu fenomena.

b. Mengelompokkan berdasarkan kriteria.

c. Membuat atau menggunakan kunci determinasi. d. Membuat atau menggunakan peta konsep. 6. Sebab

akibat

a. Menjelaskan, menghubungkan atau menentukan perlakuan dan hasil perlakuan.

b. Menentukan variabel (bebas, terikat, kendali, rambang).

c. Menghubungkan dua atau lebih variabel (rumusan masalah).

d. Merumuskan kesetimbangan kimia.

7. Pemodelan a. Membuat objek, aktifitas, atau tiruan yang dapat digunakan sebagai contoh.

b. Melakukan peragaan atau aktifitas tertentu untuk dicontoh.

c. Membuat tabel dari data yang belum ditabelkan. d. Mengubah tabel data ke dalam bentuk uraian atau

sebaliknya.

e. Mengubah data ke dalam grafik atau sebaliknya. f. Mengubah uraian kata ke dalam bentuk

grafik/gambar/bagan atau sebaliknya.

8. Inferensi a. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil observasi. b. Merumuskan kesimpulan untuk persoalan baru

berdasarkan akibat logis dari kesimpulan-kesimpulan atau teori-teori yang ada, tanpa melihat bagaimana makna konkret sesungguhnya.

c. Membuat penjelasan atau argument berdasarkan rujukan.

d. Memecahkan masalah berdasarkan rujukan. e. Menarik kesimpulan berdasarkan rujukan. 9. Abstraksi a. Mewujudkan objek abstrak biologi (misal proses

fisiologi) menjadi objek yang bisa dilihat dan dipahami (misal dalam bentuk gambar, model, atau animasi).

Berdasarkan indikator keterampilan generik yang telah dikembangkan oleh

Taufik Rahman di atas, maka peneliti menyesuaikan indikator-indikator tersebut

(35)

Tabel 2.2 Kemampuan Generik Biologi pada Praktikum Fotosintesis

No Ragam Cakupan Kemampuan

1. Pengamatan langsung

a. Mengamati objek yang karakteristiknya dapat diobservasi langsung oleh indera baik menggunakan alat ataupun tidak.

b. Mengungkapkan karakteristik objek berdasarkan hasil penginderaan langsung (lisan/tulisan).

2. Pengamatan tidak

langsung

a. Mengamati objek yang karakteristiknya tidak dapat diobservasi langsung oleh indera tetapi efeknya yang terobservasi dengan alat atau melalui proses.

b. Mengungkapkan karakteristik objek (lisan/tulisan) melalui penginderaan tak langsung.

c. Menentukan amilum hasil fotosintesis dengan lugol.

3. Sebab

akibat

a. Menjelaskan dan menghubungkan perlakuan (penyebab) dan hasil perlakuan (akibat). b. Menentukan variabel (bebas, terikat, kendali). c. Menghubungkan dua atau lebih variabel (rumusan

masalah).

d. Merumuskan kesetimbangan kimia.

4. Pemodelan a. Membuat objek/aktifitas/tiruan yang dapat digunakan sebagai contoh.

b. Melakukan peragaan atau aktifitas tertentu untuk dicontoh.

c. Membuat tabel dari data yang belum ditabelkan. d. Mengubah tabel data ke dalam bentuk uraian atau

sebaliknya.

e. Mengubah data ke dalam grafik atau sebaliknya. f. Mengubah uraian kata ke dalam bentuk

grafik/gambar/bagan atau sebaliknya.

5. Inferensi a. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil observasi. b. Membuat penjelasan atau argumen berdasarkan

rujukan.

c. Memecahkan masalah berdasarkan rujukan. d. Menarik kesimpulan berdasarkan rujukan.

Dalam penelitian ini kemampuan generik yang dapat dilihat melalui

pembelajaran praktikum pada konsep fotosistesis adalah pengamatan langsung,

pengamatan tidak langsung, sebab akibat, pemodelan dan inferensi. Pemilihan

ragam tersebut dikarenakan sampel penelitian yang akan digunakan adalah siswa

SMP yang perkembangan usia dan pola pemikirannya masih tergolong rendah dan

(36)

siswa akan melakukan suatu eksperimen dan dalam eksperimen tersebut

diharapkan dapat memunculkan kemampuan generik yang dimilikinya.

Menurut Rahman, kemampuan generik yang meliputi pengamatan langsung,

pemodelan, inferensi, sebab akibat, dan bahasa simbolik dapat dijaring melalui

pelaksanaan praktikum (tertulis) secara keseluruhan (perencanaan, pelaksanaan

tertulis, dan praktik serta pelaporan).39 Dalam Ikhsanuddin dikatakan bahwa soal

tes dapat digunakan dalam penilaian siswa mengenai peningkatan dalam

memahami konsep pembelajaran serta peningkatan keterampilan generik sains

siswa.40

Sedangkan dalam Utami, kemampuan generik berupa pengamatan langsung,

kerangka logika, pemodelan, inferensi, dan kerjasama dapat diukur dengan

instrumen lembar observasi, LKS, tes tertulis dan angket siswa.41 Tes tertulis

berfungsi untuk mengukur pengetahuan siswa mengenai ada atau tidaknya serta

besar kecilnya kemampuan generik setelah siswa melaksanakan kegiatan

praktikum.42

Sejalan mengenai pembahasan di atas mengenai instrumen yang dapat

digunakan dalam mengukur keterampilan generik siswa, maka menurut Rahman,

tes essay mampu menjaring kemampuan generik dalam perencanaan dan pelaporan praktikum yang meliputi ragam kemampuan generik pengamatan

langsung, pemodelan, inferensi, sebab akibat, dan bahasa simbolik. Sedangkan

lembar observasi dapat digunakan sebagai format untuk menilai kerja siswa saat

pelaksanaan praktikum. Angket berfungsi untuk menjaring respon siswa mengenai

pelaksanaan praktikum.43

39

Taufik Rahman, dkk., “Program Pembelajaran Praktikum Berbasis Kemampuan Generik (P3BKG) dan Profil Pencapaiannya”, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, vol. II, no. 2, 2008, h. 197.

40

Ikhsanuddin, “Pembelajaran Inkuiri Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMA pada Topik Hidrolisis Garam”,

Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, vol. I, no. 2, 2007, h. 193.

41

Tuti Utami, op. cit., h. 30.

42

Ibid., h. 32.

43

(37)

4. Fotosintesis

Di benua Eropa fotosintesis lebih dikenal dengan istilah asimilasi zat,

sedangkan pada benua Amerika, fotosintesis lebih dikenal ketimbang istilah

asimilasi zat.44 Fotosintesis adalah proses pembentukan makanan yang dilakukan

oleh tumbuhan dengan bantuan cahaya matahari. Fotosintesis akan menghasilkan

gula yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya.

Fotosintesis menghasilkan karbohidrat dari bantuan karbon dioksida, air, dan

cahaya matahari. Makhluk hidup yang dapat melakukan proses fotosintesis adalah

makhluk hidup yang memiliki krolofil.45 Di dalam sejarah perkembangan

fotosintesis, banyak ahli yang melakukan percobaan untuk membuktikan

kebenaran peristiwa fotosintesis, beberapa di antaranya adalah: Ingen houz, dan

Sach.46

Ingen Houz membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan oksigen (O2).

Percobaannya adalah dengan menggunakan Hydrilla venticillata (tanaman air) yang diletakan di bawah corong terbalik. Jika tanaman tersebut diletakkan

di tempat yang terkena sinar matahari, maka akan muncul gelembung-gelembung

gas yang akhirnya akan mengumpul pada dasar tabung reaksi.47

Sach membuktikan bahwa proses fotosintesis menghasilkan amilum. Adanya

amilum diuji dengan yodium, reaksi amilum dan yodium akan menghasilkan

warna hitam. Percobaan ini dikenal dengan nama “uji yodium”.48

a. Tempat Berlangsungnya Fotosintesis

Organisme yang mampu melakukan proses fotosintesis adalah organisme

yang di dalam sel-selnya mengandung klorofil atau zat hijau daun yang terletak

pada kloroplas. Klorofil adalah bagian yang harus ada untuk melakukan proses

fotosintesis, klorofil pada umumnya terdapat di daun dan ada pada batang muda

44

Tim Dosen Biologi, Biologi Dasar, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 55.

45

Budi Purwanto dan Arinto Nugroho, Eksplorasi Ilmu Alam 2: untuk Kelas VIII SMP dan MTs, (Solo: Platinum, 2012), h. 133.

46

Tim Dosen Biologi, op. cit., h. 56.

47 Ibid. 48

(38)

sedangkan bagian daun yang mengandung klorofil adalah pada jaringan parenkim

palisade (jaringan tiang/jaringan pagar).49

Gambar 2.1 Jaringan pada Daun b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fotosintesis

Proses fotosintesis dapat berlangsung dengan adanya bantuan cahaya,

sehingga karbondioksida dan air akan menghasilkan bahan organik. Hal tersebut

sesuai persamaan kimiawi berikut ini :50

6CO2 + 6H2O + Energi Cahaya C6 H12O6 + 6O2

Menurut Purwanto dan Arinto, faktor-faktor yang mempengaruhi proses

fotosintesis dibagi menjadi lima yaitu: karbon dioksida (CO2), air (H2O), klorofil,

dan cahaya matahari, serta suhu.51

1) Karbon dioksida

Tumbuhan mengambil karbon dioksida melalui stomata (mulut daun) dari

udara.

2) Air

Akar tanaman mengambil air dari dalam tanah dengan menggunakan

pembuluh angkut xilem. Namun jika tanah pada daerah tumbuhnya tanaman

kekurangan air akan menyebabkan stomata pada daun tertutup dan

mengakibatkan tanaman tidak dapat memperoleh karbon dioksida.

49

Budi Purwanto dan Arinto Nugroho, op. cit., h. 134.

50

Neil A. Campbell, Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell, Biologi, Terj. dari Biology oleh Rahayu Lestari, Lemeda Simarmata, dan Hiralius W. Hardani (ed.), (Jakarta: Erlangga, 2002), ed. 1, jilid. 1, h. 184.

51

(39)

3) Klorofil

Klorofil adalah zat hijau daun yang banyak terdapat pada bagian tumbuhan

daun. Klorofil memiliki sifat fluoresen yaitu dapat menerima atau menyerap

cahaya dan mengembalikannya dengan gelombang yang berlainan. Klorofil

memiliki fungsi sebagai penyerap energi matahari. Energi cahaya matahari

yang ditangkap oleh klorofil akan diubah menjadi energi kimia dan berfungsi

sebagai pemecah air menjadi oksigen dan hidrogen. Oksigen akan keluar

melewati stomata dan berfungsi untuk makhluk hidup lainnya untuk bernafas,

sedangkan hidrogen akan bergabung dengan karbon dioksida dan akan

mengahasilkan glukosa.

4) Cahaya matahari

Cahaya matahari berfungsi untuk tumbuhan melaksanakan proses

fotosintesis, dengan adanya cahaya matahari tumbuhan akan dapat

menguraikan air.

5) Suhu

Suhu pada tanaman berkaitan dengan kerja enzim yang bekerja pada tubuh

tanaman tersebut, seperti yang dikatakan oleh Kemal bahwa enzim adalah

suatu katalis untuk reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh makhluk hidup.52

Enzim berkerja dengan baik pada suhu optimum, suhu yang terlalu tinggi

dapat merusak kerja enzim.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian Reva Rimatusodik yang dilakukan pada tahun 2010 yang berjudul “Profil Keterampilan Generik Siswa SMP dalam Praktikum Kerusakan Lingkungan Menggunakan Kotak Erosi”, menghasilkan bahwa kelima

ragam keterampilan generik (pengamatan langsung, kesadaran skala, sebab akibat,

pemodelan, dan inferensi) siswa SMP muncul pada saat praktikum kerusakan

lingkungan. Variasi keterampilan yang muncul adalah: Pengamatan langsung

(74,76%), kesadaran skala (27,14%), pemodelan (87,14%), dan inferensi

52

(40)

(66,63%). Secara umum penguasaan keterampilan generik siswa SMP termasuk

kategori cukup (64.81%).53

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tuti Utami pada tahun 2012, yang berjudul “Profil Kemampuan Generik Siswa SMP RSBI yang Muncul Melalui Kegiatan Praktikum Uji Makanan”, penelitian tersebut bertujuan mengukur

kemampuan generik siswa SMP RSBI melalui kegiatan praktikum uji makanan

dengan hasil rata-rata adalah 69,70%, dengan kemampuan kerjasama (94,44%)

kategori sangat tinggi, kemampuan pengamatan langsung (83,95%) kategori

sangat tinggi, kemampuan inferensi (67,36%) kategori tinggi, kemampuan

kerangka logika (66,20%) kategori tinggi, dan kemampuan pemodelan (36,575%)

kategori rendah.54

Penelitian yang dilakukan oleh Taufik Rahman, pada tahun 2008 yang berjudul “Program Pembelajaran Praktikum Berbasis Kemampuan Generik (P3BKG) dan Profil Pencapaiannya”, memiliki hasil pencapaian bahwa P3BKG berdampak positif terhadap kemampuan pelaksanaan praktikum maupun

performance praktik. Pencapaian kemampuan generik tersebut meliputi pengamatan langsung (kategori sangat tinggi), pemodelan, inferensi, dan sebab

akibat (kategori tinggi), bahasa simbolik (kategori sedang mendekati rendah).55

Penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Pujani, Liliasari, dan Dhani

Herdiwijaya pada tahun 2011 yang berjudul “Pembekalan Keterampilan

Laboratorium untuk Meningkatkan Kemampuan Generik Sains Calon Guru pada Bidang Astronomi”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan laboratorium berbasis keterampilan generik sains dapat

mengembangkan keterampilan generik sains astronomi secara signifikan.

Kemampuan generik yang dapat dikembangkan dengan baik adalah pengamatan

langsung, kesadaran tentang skala, bahasa simbolik, dan inferensi logika.

53

Reva Rimatusodik, op. cit., h. 90.

54

Tuti Utami, op. cit., h. 42.

55

(41)

Sedangkan kemampuan generik pengamatan tak langsung, hukum sebab akibat,

dan pemodelan hasilnya tidak signifikan.56

C. Kerangka Berpikir

Biologi adalah salah satu pembelajaran dalam IPA, di mana biologi

membahas dan mempelajari makhluk hidup. Proses kegiatan dalam kehidupan

makhluk hidup tidak semuanya dapat dipelajari dengan kongkrit tetapi ada

beberapa hal yang bersifat abstrak, misalnya dalam pembahasan yang akan

peneliti lakukan yaitu mengenai fotosintesis. Pemilihan materi tersebut

dikarenakan materinya bersifat proses sehingga dapat dipilih untuk mengukur

kemampuan generik siswa.

Kegiatan praktikum diharapkan dapat merealisasikan pembelajaran yang

bersifat abstrak dengan melakukan penemuan-penemuan fakta yang terjadi selama

proses praktikum. Dalam penelitian yang melakukan proses pembelajaran

praktikum ini diharapakn siswa mampu memunculkan kemampuan generiknya,

karena kemampuan ini adalah kemampuan yang paling dasar dalam proses

pembelajaran sains, di mana siswa akan terstimulus untuk mengaplikasikan

pengetahuannya ke dalam kegiatan yang akan dilakukan dalam praktikum.

Dengan adanya pembelajaran praktikum guru dapat mencapai tujuan

pembelajaran IPA, di mana guru dapat membimbing siswa untuk mengeksplor

konsep yang telah didapatkan di ruang kelas ke dalam alam sekitar yang akan

dijadikan percobaan untuk membuktikan konsep tersebut.

Pembelajaran praktikum juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

generik siswa. Dengan adanya pembelajaran praktikum pada materi fotosintesis

diharapkan dapat muncul kemampuan generik yang siswa miliki, kemampuan

tersebutlah yang dikatakan sebagai aplikasi dari pengetahuan siswa dengan

keterampilan.

56

Ni Made Pujani, Liliasari, dan Dhani Herdiwijaya, “ Pembekalan Keterampilan Laboratorium

(42)

Kemampuan generik adalah kemampuan yang tidak terpaku dalam disiplin

ilmu tertentu, di mana kemampuan generik dapat digunakan pada berbagai bidang

kehidupan. Pembelajaran IPA memiliki tujuan yang sama dengan pengaplikasian

dari kemampuan generik, dengan harapan setiap siswa mampu mengaplikasikan

ilmu pengetahuan dalam bekerja secara ilmiah maupun dalam kehidupan

(43)

29

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Al-Hasra yang beralamat di Jalan Raya

Ciputat-Parung Km. 24 Kelurahan Bojongsari Baru Kecamatan Bojongsari Kota

Depok.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian sesuai dengan masalah yang diambil yaitu mengenai materi

fotosintesis yang dipelajari pada semester genap, tahun ajaran 2013/2014, pada

bulan Maret.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Berdasarkan tujuannya

penelitian deskriptif untuk menggambarkan keadaan atau fakta-fakta yang ada,

pada penelitian ini peneliti tidak melakukan perlakuan-perlakuan atau manipulasi

tertentu terhadap objek.1

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang meneliti sekelompok manusia,

suatu objek, atap satu kelas pada masa sekarang, tujuannya adalah untuk membuat

gambaran secara fakta, akurat, dan sistematis.2

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan objek yang memiliki karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari.3 Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas VIII pada SMP Al-Hasra Depok tahun ajaran 2013/2014.

1

Sudaryono, Gaguk Margono, dan Wardani Rahayu, Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), ed. 1, cet. 1, h. 9.

2

Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), h. 54.

3

(44)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan ciri yang dimiliki populasi.4 Sampel

yang digunakan adalah satu kelas siswa SMP kelas VIII, dengan teknik

pengambilan sampel yaitu simpel random sampling. Pengambilan sampel dengan cara ini dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

populasi tersebut.5 Sampel yang terpilih adalah kelas VIII.3 sebanyak 33 siswa.

D. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan tiga macam instrumen. Instrumen yang

digunakan adalah tes uraian, lembar observasi, dan angket.

1. Tes Uraian

Menurut Sumarna dalam Sudaryono dkk, tes pada dasarnya digunakan untuk

mengukur kemampuan siswa dalam kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan

psikomotorik (keterampilan).6

Penelitian ini menggunakan tes uraian yang yang dikembangkan dari

indikator keterampilan generik yang dijaring melalui pembelajaran. Skala yang

digunakan dalam tes ini adalah skala 0-5.

Tes memiliki persyaratan agar penilaian tidak menghasilkan hasil yang

subjektif, dalam membuat tes harus diadakan pengujian validitas, reabilitas, daya

beda, dan tingkat kesukaran. Tes tertulis memiliki tujuan mengukur kemampuan

siswa mengenai ada tidaknya kemampuan generik siswa setelah melakukan

kegiatan praktikum.7

4

Ibid., h. 81.

5

Ibid., h. 82.

6

Sudaryono, dkk., op. cit., h. 63.

7Tuti Utami, “Profil Kemampuan Generik Siswa

(45)

Kisi-kisi instrumen tes uraian praktikum fotosintesis dapat digambarkan

sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Uraian Praktikum Ingen Houz

No Ragam Indikator Nomor

Soal

1. Pengamatan langsung

Mengungkapkan karakteristik objek berdasarkan hasil penginderaan langsung (lisan/tulisan).

1

2. Sebab akibat

Menjelaskan dan menghubungkan perlakuan (penyebab) dan hasil perlakuan (akibat).

2

Menentukan variabel (bebas, terikat, kendali). 3 Menghubungkan dua atau lebih variabel

(rumusan masalah).

4

Merumuskan kesetimbangan kimia. 5

3. Pemodelan Membuat tabel dari data yang belum ditabelkan. 6 Mengubah tabel data ke dalam bentuk uraian

atau sebaliknya.

7

Mengubah data ke dalam grafik atau sebaliknya. 8 Mengubah uraian kata

ke bentuk grafik/gambar/ bagan atau sebaliknya.

9

4. Inferensi Membuat kesimpulan berdasarkan hasil observasi.

10

Membuat penjelasan atau argument berdasarkan rujukan.

11

Memecahkan masalah berdasarkan rujukan. 12

Menarik kesimpulan berdasarkan rujukan. 13

Gambar

gambar.
grafik/gambar/bagan atau sebaliknya.
grafik/gambar/bagan atau sebaliknya.
Gambar 2.1 Jaringan pada Daun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karena nilai input dan output pada studi kasus menggunakan skala penilaian yang sama untuk seluruh kriteria input dan output serta bentuk TFN yang bersifat simetris, maka

Dalam konteks ini peran Islam sangat dibutuhkan untuk membangun pluralisme agama di Indonesia untuk tegaknya HAM kultural, aktor dalam hal ini adalah melalui Civil Society

Kegiatan inti dilaksanakan selama + 45 menit, diawali dengan menyampaikan materi pelajaran, khususnya tentang batang dan fungsinya. Kemudian guru memerintahkan siswa

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis memilih judul proporal laporan akhir yaitu: “ Peranan Saluran Distribusi dalam Meningkatkan

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan aktivitas analgesik senyawa O-(3- klorobenzoil) parasetamol dan membandingkan aktivitas analgesiknya dengan parasetamol yang diuji

Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari

mengeluarkan keluar yang benar, karena apabila tdak sesuai dengan keluaran yang diinginkan mungkin terdapat kesalahan pada rangkaian atau ada komponen yang sudah tidak