• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam Penerapan Gaya Kepemimpinan Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam Penerapan Gaya Kepemimpinan Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN GAYA KEPEMIMPINAN ISLAM DI RUMAH SAKIT

SYARIF HIDAYATULLAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :

YOGA TEGUH GUNTARA

NIM: 1110104000024

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

iii NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM Undergraduate Thesis, July 2014

Yoga Teguh Guntara, ID Number: 1110104000024

Experience Room Head Nurse in Implementing Islamic Leadership Style A Study at Syarif Hidayatullah Hospital

Xviii + 83 pages + 1 draft + 1 Table + 7 appendixes

ABSTRACT

Islamic leadership style is model of leadership style applied by the Prophet Muhammad SAW. Islamic leadership style is applied, namely Syura (deliberation), ‘Adl bil qisth (justice, with equality), dan Hurriyyah al-kalam (freedom of expression) and along with the values of Islam in the Islamic leadership style.

This research aims to gain an overview of the meaning of meaning Head Nurse experience in the application of Islamic leadership style. This research is a qualitative one with descriptive phenomenology design through in-depth interviews. Participants were occupied as Head Nurse at the Hospital room Syarif Hidayatullah, set directly (purposive) with the principle of suitability (appropriateness) and sufficiency (adequacy). Retrieval of data and research conducted during the month of June 2014. Data collected in the form of recording in-depth interviews and analysis with Collazi method.

This research identified four themes Syura (deliberation);‘Adl bil qisth (justice, with equality); Hurriyyah al-kalam (freedom of expression) and along with the values of Islam in the Islamic leadership style. The results of this research can provide a picture of the room Head Nurse experience in the application of Islamic leadership style at Syarif Hidayatullah Hospital already skilled leadership during the process, but the application is still not maximized. Required further research on in-depth exploration of how to get more comprehensive results from room Head Nurse experience in the application of Islamic leadership style, as well as subsequent researchers can choose a wider scope and complex so get more complete data.

Keywords: Experience, Islamic Leadership Style, Room Head Nurse

(4)

iv PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Skripsi, Juli 2014

Yoga Teguh Guntara, NIM: 1110104000024

Pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam Penerapan Gaya Kepemimpinan Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah

Xviii + 83 halaman + 1 bagan + 1 Tabel + 7 lampiran

ABSTRAK

Gaya kepemimpinan Islam merupakan model gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW. Gaya kepemimpinan Islam yang diterapkan yaitu Syura (permusyawaratan), ‘Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan), dan Hurriyyah al-kalam (kebebasan berekspresi) dan disertai dengan nilai-nilai Islam dalam gaya kepemimpinan Islam.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran makna dari arti pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam penerapan gaya kepemimpinan Islam. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif melalui wawancara mendalam. Partisipan meliputi yang menjabati sebagai Kepala Perawat Ruangan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah ditetapkan secara langsung (purposive) dengan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy). Pengambilan data dan penelitian dilakukan selama bulan Juni 2014. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara mendalam dan analisis dengan metode Collazi.

Penelitian ini mengidentifikasi empat tema yaitu Syura (Permusyawaratan); Adl bil qisth (Keadilan, disertai kesetaraan); Hurriah al-kalam (Kebebasan berekspresi); dan Nilai-nilai Islam dalam gaya kepemimpinan Islam. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada Kepala Perawat Ruangan mengenai pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam penerapan gaya kepemimpinan Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah sudah terterapkan selama proses kepemimpinannya, akan tetapi dalam penerapannya masih belum maksimal. Diperlukan penelitian selanjutnya mengenai eksplorasi lebih mendalam mengenai cara untuk mendapatkan hasil lebih luas dari pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam penerapan gaya kepemimpinan Islam, serta peneliti selanjutnya dapat memilih ruang lingkup yang lebih luas dan kompleks sehingga mendapatkan data yang lebih lengkap.

Kata Kunci: Pengalaman, Gaya Kepemimpinan Islam, Kepala Perawat Ruangan

(5)
(6)
(7)
(8)

viii Nama : Yoga Teguh Guntara

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 07 April 1992

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Desa Lundang, Jorong Panampuang Kecamatan Ampek Angkek, Kab. Agam, Sumatra Barat

No Hp : 0857-1453-6223

Email : yogateguhguntara@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 11 Bonjol Alam (1998-2004)

2. MTs Swasta Pon-Pes Diniyyah Pasia (2004-2007) 3. MA Swasta Pon-Pes Diniyyah Pasia (2007-2010) 4. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010-2014)

Pengalaman Organisasi:

1. Anggota Organisasi Pondok Pesantren Modern Diniyyah (OPPMD) (2007-2008) 2. Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIK (2012-2013) 3. Anggota Senat Mahasiswa (SEMA) Universitas, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah (2013-2014)

Pengalaman Seminar dan Training :

1. Seminar Nursing as partner Society and delivering Public health 2011

2. Seminar Uji Kompetensi Nasional Perawat: Meningkatkan Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global 2012

3. Workshop Keperawatan “Update Diagnosa NANDA, Aplikasi ISDA dan Diagnostic Reasoning” 2012

4. Training Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) 2013 5. National Leadership Training “World No Tobacco” 2013

(9)

ix

Skripsi Ini Penulis Persembahkan

“Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi dijadikan pena, dan lautan dijadikan tinta,

ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan habislah kalimat-kalimat Allah

yang akan dituliskan, sesungguhnya Allah maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

(QS. Lukman: 27)

Alhamdulillah…. dengan ridha-Mu ya Allah…..

Amanah ini telah selesai, sebuah langkah usai sudah. Cinta telah ku gapai, namun itu

bukan akhir dari perjalanan ku, melainkan awal dari sebuah perjalanan.

Ibu…… Ayah……

Tiada cinta yang paling suci selain kasih sayang ayahanda dan ibundaku

Setulus hatimu bunda, searif arahanmu ayah

Doamu hadirkan keridhaan untukku, Petuahmu tuntunkan jalanku

Pelukmu berkahi hidupku, di antara perjuangan dan tetesan doa malammu

Dan sebait doa telah merangkul diriku, Menuju hari depan yang cerah

Kini diriku telah selesai dalam studiku

Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Allah,

Kupersembahkan skripsi ini untuk yang termulia, Ayahanda ……

Ibunda …………dan Adik-adikku ……..,

Terima kasih atas cintanya, semoga karya ini dapat mengobati beban kalian

walau hanya sejenak, semua jasa-jasa kelian tak kan dapat kulupakan.

Semoga Allah berserta kita semua

Untuk tulusnya persahabatan yang telah terjalin, spesial buatnya

Sahabat-sahabatku, …,

Terima kasih….

Semoga persahabatan kita menjadi persaudaraan yang abadi

selamanya, Bersama kalian warna indah dalam hidupku, suka dan duka berbaur dalam

kasih, Serta terima kasih kepada semua pihak yang telah menyumbangkan bantuan dan doa

dari awal hingga akhir yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Kesuksesan bukanlah suatu kesenangan, bukan juga suatu kebanggaan,

Hanya suatu perjuangan dalam menggapai sebutir mutiara keberhasilan…

Semoga Allah memberikan rahmat dan karunia-Nya

(10)

x

KATA PENGANTAR

هتاكربو ه ةمحرو كي ع اسلا

Puji dan syukur kehadirat Al-Qowy, Dzat yang selalu memberikan rahmat,

hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penyusunan

skripsi yang berjudul “Pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam Penerapan Gaya Kepemimpinan Islam di Rumah Sakit Syarif Hidyatullah” dapat diselesaikan. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Khotamul Anbiya’

wal Mursalin Muhammad Ibnu Abdilah SAW.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Melalui penyusunan skripsi ini,

banyak hal yang telah penulis peroleh terutama dalam menambah pengetahuan

penulis yang berhubungan dengan aplikasi mata kuliah.

Penulis Juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

memberi bantuan, dorongan, dan do’a serta kerjasama. Penulis menyadari tidak akan mampu membalas jasa-jasa tersebut, hanya lantuanan do’a semoga Ar-Rahman memberikan balasan dengan khoirul-jaza yang dapat mengantarkan ke

pintu ridho dan Surga-Nya. Terkhusus kepada:

1. Bapak Prof. Dr, Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

(11)

xi

3. Bapak Ns.Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM selaku Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan dan Ibu Eni Nuraini Agustini, S.Kep, M.Sc selaku

Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Jamaludin, S. Kp, M. Kep. dan Ibu Maftuhah, M. Kep., PhD selaku

dosen pembimbing skripsi yang meluangkan waktu dan dengan sabar

memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta motivasi kepada penulis

selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc, Bapak Jamaludin, S. Kp, M. Kep.

dan Ibu Maftuhah, M. Kep., PhD selaku Dosen Penguji Skripsi, terima

kasih sebesar-besarnya atas saran dan masukan yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh staf Dosen pengajar dan karyawan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

Ilmunya dan banyak kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada Orang tua tercinta, Ibunda Delli Yanti dan Ayahanda tercinta

Yurdial Yannu, yang senantiasa memberikan dukungan dan doanya dalam

menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini.

8. Kepada Direktur dan Seluruh staf Rumah Sakit Syarif Hidayatullah yang

telah membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk

(12)

xii

9. Kepada seluruh Keluarga PSIK, Kakak-Kakak, Adik-Adik, khususnya

teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan

2010, yang telah membantu, memotivasi untuk sama-sama berjuang dalam

mencapai cita-cita.

10.Kepada teman-teman SEFTer yang berhati LOGOS senantiasa membantu,

mendukung dan memberikan Doa serta CS3-nya dalam proses pembuatan

skripsi ini Siti Maryam M, Hilma Azmi, Andry Septian S, Laras Ayunda

Pratama, Rustiana, Adelina Vidya, Awalia Bella Rizky P, Siti Nina

Inayah, Nurnafidah, dan Agnes Virgianti L.

Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan

kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya penulis

berharap mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

penulis khususnya.

هتاكربو ه ةمحرو كي ع اسلاو

Ciputat, 10 Juli 2014

(13)

xiii

Halaman

Halaman Judul... i

Lembar Pernyataan... ii

Abstrak... iii

Lembar Persetujuan... v

Lembar Pengesahan... vi

Daftar Riwayat Hidup... viii

Persembahan... ix

Kata Pengantar... x

Daftar Isi... xiii

Daftar Bagan... xvii

Daftar Tabel... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Pertanyaan Penelitian... 6

D. Tujuan... 6

E. Manfaat Penelitian... 6

1. Bagi Rumah Sakit...

2.Bagi Kepala Ruangan... 6

(14)

xiv

4.Bagi Peneliti... 6

F. Ruang Lingkup Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman... 8

B. Kepemimpinan... 8

1.Pengertian Kepemimpinan... 2.Teori-Teori Kepemimpinan... 3.Gaya Kepemimpinan... 8 10 12 C. Kepala Perawat Ruangan... 15

D. Kepemimpinan Islam... 17

1 Pengertian Kepemimpinan Islam... 2.Rasulullah Muhammad SAW... 3.Gaya Kepemimpinan Islam (Rasulullah)... 4.Karakter Pemimpin Islam... 17 19 22 32 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH A. Kerangka Konsep... 41

B. Definisi Istilah... 42

BAB IV METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian... 43

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 44

C. Pengumpulan Data... 44

(15)

xv

F. Validasi Data... 49

G. Tehnik Analisis Data... 52

H. Etika Penelitian... 53

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian... 55

B. Hasil Penelitian... 55

1.Karakteristik Partisipan...

2.Hasil Analisis Tematik... 55

56

Tema 1. Syura (permusyawaratan)...

Tema 2. Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan)...

Tema 3. Hurriah al-kalam (kebebasan berekspresi)...

Tema 4. Nilai-nilai Islam dalam gaya kepemimpinan Islam... 56

58

60

62

BAB VI PEMBAHASAN

A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi... 71

Tema 1. Syura (permusyawaratan)...

Tema 2. Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan)...

Tema 3. Hurriah al-kalam (kebebasan berekspresi)...

Tema 4. Nilai-nilai Islam dalam gaya kepemimpinan Islam.... 71

74

76

78

(16)

xvi

A. Kesimpulan... 82

B. Saran... 83

1.Institusi Keperawatan...

2.Peneliti Selanjutnya...

3.Pelayanan Keperawatan... 83

83

83

Daftar Pustaka

(17)

xvii

Nomor Bagan Judul Bagan Hal

(18)

xviii

Nomor Tabel Judul Tabel Hal

(19)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan

kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas

pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan (Hasibuan, 2009 dalam

Warouw., dkk, 2013). Pemimpin memiliki kemampuan memberi inspirasi kepada

orang lain untuk berkerjasama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu

tujuan. Pemimpin mempengaruhi lingkungan dan orang lain untuk tujuan yang

diinginkan (Suarli & Bahtiar, 2010).

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberikan pengaruh yang

konstruktif untuk melakukan suatu usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah

direncanakan. Maka, pemimpin itu harus mahir melaksanakan kepemimpinannya, jika

dia ingin sukses dalam melakukan tugas-tugasnya (Kartono, 2011 dalam Warouw.,

dkk, 2013). Kepemimpinan dalam keperawatan yang dipimpin oleh Kepala Perawat

Ruangan merupakan penerapan pengaruh dan bimbingan yang ditujukan kepada staf

keperawatan untuk menciptakan kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan

melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien

(Putri, 2011).

Kepala Perawat Ruangan merupakan seorang tenaga perawatan profesional

yang diberi tanggung jawab dan wewenang memimpin dalam mengelola kegiatan

pelayanan keperawatan di satu ruang rawat (Depkes, 1994 dalam Simanullang 2013).

Kepala Perawat Ruangan bertanggung jawab untuk memimpin dan mengorganisasi

(20)

Pimpinan keperawatan harus mampu memimpin, meminta, meyakinkan,

mendesak dan membujuk stafnya untuk melakukan sesuatu pada kapan klien dan

rekan kerja memerlukan bantuan mereka, tidak berdasarkan atas kesukaan mereka

tetapi pada apa yang seharusnya dilakukan demi tercapainya tujuan asuhan

keperawatan (Putri, 2011).

Kepemimpinan diikuti oleh gaya kepemimpinan. Gaya Kepemimpinan erat

hubungannya dengan kematangan dalam bidang pekerjaan maupun dalam bidang

psikologis, maka dalam memimpin seseorang akan mempunyai gaya yang

berbeda-beda dengan seorang pemimpin lainnya. Selain itu, gaya kepemimpinan seseorang

bukanlah semata-mata bergantung pada watak seorang pemimpin saja, tetapi ada

kecendrungan dari seseorang pemimpin untuk menggunakan gaya kepemimpinan

yang berbeda dalam menghadapi bawahan yang beraneka ragam tingkat

kedewasaannya (Moeljono, 2008).

Islam merupakan agama dan sistem kehidupan yang menghubungkan antara

individu yang menghubungkan antara individu dengan berbagai dimensi kehidupan

ini. Pemimpin dalam Islam tidak sekedar mengarahkan, membawahi, memerintah.

Tapi lebih kepada teladan dan tanggung jawab. Hanya mereka mempunyai intuisi

pemimpin yang bisa melakukannya. Siapa pun yang ingin sukses menjadi pemimpin,

maka sebaiknya ia banyak belajar dari gaya leadership Rasulullah Muhammad SAW

(shallallâhu 'alaihi wa sallam). Bagi beliau, pemimpin itu tidak saja mendireksi,

membawahi, meluruskan tapi lebih dari itu adalah amanah besar, baik kepada

manusia maupun kepada Allah. Power kepemimpinan beliau leadership yang

dibimbing oleh wahyu dan bersinergi dengan kepekaan dan kecerdasan telah

(21)

Nabi Muhammad SAW (shallallâhu 'alaihi wa sallam) memberi teladan

melalui kepemimpinan dengan contoh, selalu selangkah di depan untuk diikuti yang

lain beliau melakukannya tanpa menunjukkan arogansi, tetapi menunjukkan

keberanian tetap rendah hati. Dalam prosesnya beliau, dipandang sebagai manusia

yang memilki integritas tinggi, bersemangat menuntaskan misi dan penuh kasih dalam

membantu pengikutnya menuju jalan yang benar (Noor, 2011).

Beliau, menerapkan tiga gaya kepemimpinan Islam: Syura (permusyawaratan),

‘Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan), dan Hurriyyah al-kalam (kebebasan

berekspresi). Ketiga gaya kepemimpinan terapan ini berjalan seiring dengan lima

ajaran yang menegaskan aspek-aspek sistem nilai Islam penting, yaitu: Al-akmal

asy-syakhshi atau integritas pribadi, Tawiyah al-shilah atau perbaikan hubungan,

Fa’iliyyah al-qiyadiyyah atau daya kepemimpinan, Makarim al-akhlaq atau perilaku

etis, dan Tahzib al-akhlaq atau peningkatan moral melalui pengetahuan spiritual.

Karateristik yang ada pada pribadi Nabi Muhammad SAW, melambangkan jenis

kepemimpinan yang harus dimiliki setiap pemimpin. Keagungan kepemipinan Nabi

Muhammad SAW merupakan sumber inspirasi bagi berbagai tipe orang berpengaruh,

baik itu negarawan, raja, komandan dan militer, maupun pemipin politik (Noor, 2011).

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah (Muhammad) itu suri tauladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(22)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Saipul (2009) didapatkan bahwa

kecendrungan gaya kepemimpinan situasional yang diterapakan di Rumah Sakit Islam

Banyuwangi. Hasil penelitian disertasi yang dilakukan oleh Yuswanto (2013) yang

berjudul Pengembangan Model Kepemimpinan Keperawatan di Rumah Sakit Kelas A

di Indonesia, menunjukkan bahwa dari 5 model kepemimpinan dalam literatur yaitu

model kepemimpinan efektif, tranformasional, transaksional, visioner dan servant

leadership mendukung terbentuknya rancangan model kepemimpinan keperawatan

Indonesia yang dapat merupakan alternatif model kepemimpinan untuk diterapkan

kepala ruang di rumah sakit kelas A di Indonesia.

Hasil penelitian penilaian empiris prinsip-prinsip kepemimpinan Islam oleh

Ahmad dan Ogunsola OK (2011) pada fungsi kepemimpinan seperti yang diadopsi

oleh administrator akademik dalam International Islamic University, Malaysia

didapatkan bahwa, administrator akademik dijiwai dengan prinsip-prinsip

kepemimpinan Islam. Penelitian juga menunjukkan bahwa, pendekatan

kepemimpinan lebih disukai digunakan dalam hubungannya dengan transaksional

alternatif dan gaya transformasional, sedangkan sumber pengetahuan dari Quran dan

Sunnah diberi prioritas tertinggi sebagai sumber pengembangan prinsip-prinsip

kepemimpinan.

Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit

Syarif Hidayatullah, bahwa Rumah Sakit Syarif Hidayatullah merupakan Rumah

Sakit yang bernuansa Islami sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit. Dalam bidang

keperawatan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah, terdapat 5 orang Kepala Perawat

Ruangan sebagai pemimpin dalam keperawatan dan 2 orang Supervisi Kepala

(23)

Berdasarkan dari ulasan diatas, dikarenakan masih belum banyaknya riset atau

penelitian mengenai penerapan atau aplikasi gaya kepemimpinan Islam oleh kepala

perawat ruangan di Rumah Sakit. Maka, peneliti tertarik ingin meneliti tentang

“Pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam Penerapan Gaya Kepemimpinan

Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah” B. Rumusan Masalah

Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penerapan pengaruh dan

bimbingan yang ditujukan kepada staf keperawatan untuk menciptakan kepercayaan

dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan tugas dalam rangka mencapai

tujuan bersama secara efektif dan efisien (Putri, 2011). Kepala Perawat Ruangan

bertanggung jawab untuk memimpin dan mengorganisasi kegiatan pelayanan dan

asuhan keperawatan (Swanburg, 2000 dalam Simanullang 2013).

Gaya kepemimpinan Islam yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW

dan nilai-nilai islam yang ditanamkan oleh beliau dapat dijadikan sebagai inspirasi

bagi para pemimpin termasuk pemimpin dalam keperawatan. Sehingga, dengan model

gaya kepemimpinan Rasulullah yaitu: Syura (permusyawaratan), ‘Adl bil qisth

(keadilan, disertai kesetaraan), dan Hurriyyah al-kalam (kebebasan berekspresi) dan

nilai- nilai Islam yang ditanamkan oleh beliau dalam gaya kepemimpinannya dapat

memotivasi dan mempengaruhi lingkungan dan orang lain dan untuk mencapai tujuan

yang diinginkan oleh suatu kelompok atau organisasi (Noor, 2011).

Peneliti ingin meneliti, pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam

penerapan gaya kepemimpinan Islam yang mengandung nilai-nilai Islam seperti yang

diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW (shallallâhu 'alaihi wa sallam), di Rumah

(24)

C. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam penerapan gaya

kepemimpinan Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah ?

D. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam penerapan gaya

kepemimpinan Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penulisan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai penerapan gaya kepemimpinan Islam yang dapat diterapkan di Rumah

Sakit.

2. Bagi Kepala Perawat Ruangan

Hasil penulisan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai penerapan gaya kepemimpinan Islam yang dapat diterapkan oleh

Kepala Perawat Ruangan terhadap stafnya di Rumah Sakit.

3. Bagi perkembangan Institusi keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan dalam bidang keperawatan, khususnya Manajemen Dalam

Keperawatan mengenai penerapan gaya kepemimpinan Islam.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna

(25)

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah yang bertujuan untuk

mengetahui pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam penerapan gaya kepemimpinan

Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah.

Jenis penelitian ini adalah dengan metode pendekatan fenomenologi deskriptif

yang tujuannya untuk memahami dan mendapatkan informasi mendalam dari pengalaman

gaya kepemimpinan Kepala Perawat Ruangan dalam penerapan gaya kepemimpinan

Islam. Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Perawat Ruangan dan Supervisor

Kepala Perawat Ruangan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah. Penelitian ini dilakukan

(26)

8

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman

Pengalaman merupakan proses melakukan, melihat dan memiliki hal-hal yang

terjadi, keterampilan atau pengetahuan yang didapatkan melalui sesuatu dan lamanya

waktu yang telah dihabiskan melakukan sesuatu pada diri seseorang

(www.merriam-webster.com).

B. Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan

kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas

pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan (Hasibuan, 2009 dalam

Warouw., dkk, 2013). Pemimpin memiliki kemampuan memberi inspirasi kepada

orang lain untuk berkerjasama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu

tujuan. Pemimpin mempengaruhi lingkungan dan orang lain untuk tujuan yang

diinginkan (Suarli & Bahtiar, 2010).

Kepemimpinan merupakan suatu proses mengenai pengarahan dan usaha

untuk mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan anggota kelompok

(Umar, 2000). Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi

kelompok demi tercapainya tujuan organisasi (Khoir, 2011). Kepemimpinan

merupakan seni untuk membuat orang lain mengikuti kehendak kita dan

meyakinkan orang lain. Atau dengan kata lain, kepemimpinan adalah proses untuk

(27)

Kepemimpinan memegang peranan sangat penting dalam manajemen

organisasi. Kepemimpinan dibutuhkan manusia karena adanya

keterbatasan-keterbatasan tertentu pada diri manusia. Kepemimpinan didefinisikan ke dalam

ciri-ciri individual, kebiasaan, cara mempengaruhi orang lain, interaksi,

kedudukan dalam organisasi dan persepsi mengenai pengaruh yang sah.

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk

mencapai tujuan yang antusias (David, 1985 dalam Baihaqi 2010).

Menurut Ariani (2003) menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan

proses pemberian pengaruh yang tidak memaksa. Pemimpin mempunyai pengikut

yang secara sukarela melaksanakan tugas-tugasnya dengan keahlian dan

intelektualnya sebagai sumber kekuasaan. Kekuasaan tersebut digunakan untuk

memelihara fleksibilitas dan memperkenalkan perubahan.

Menurut Wahjosumidjo (1987, dalam Tim Pengembang Ilmu Pedidikan

FIP-UPI 2007) menjelaskan bahwa butir-butir pengertian dari berbagai

kepemimpinan pada hakikatnya memberikan makna:

a. Kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang

berupa sifat-sifat tertentu seperti: kepribadian (personality), kemampuan

(Ability), dan kesanggupan (capability).

b. Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang tidak

dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya dan perilaku pemimpin

itu sendiri.

c. Kepemipinan adalah sebagai proses antar hubungan atau interaksi antara

(28)

Kepemimpinan adalah tentang kekuasaan. Kekuasaan adalah kapasitas

untuk mempengaruhi, membujuk, dan mengilhami orang lain (Harari, 2005).

Kepemimpinan dalam keperawatan (kepala ruangan) merupakan penerapan

pengaruh dan bimbingan yang ditujukan kepada staf keperawatan untuk

menciptakan kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan

tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Pimpinan

keperawatan harus mampu memimpin, meminta, meyakinkan, dan mendesak dan

membujuk stafnya untuk melakukan tetapi pada kapan klien dan rekan kerja

memerlukan bantuan mereka, tidak berdasarkan atas kesukaan mereka tetapi pada

apa yang seharusnya dilakukan demi tercapainya tujuan asuhan keperawatan

(Putri, 2011).

Hasil penelitian disertasi yang dilakukan oleh Yuswanto (2013) yang

berjudul Pengembangan Model Kepemimpinan Keperawatan di Rumah Sakit

Kelas A di Indonesia, menunjukkan bahwa dari 5 model kepemimpinan dalam

literatur yaitu model kepemimpinan efektif, tranformasional, transaksional,

visioner dan servant leadership mendukung terbentuknya rancangan model

kepemimpinan keperawatan Indonesia yang dapat merupakan alternatif model

kepemimpinan untuk diterapkan kepala ruang di rumah sakit kelas A di Indonesia.

2. Teori-teori Kepemimpinan

Nursalam (2011) menjelaskan berbagai teori-teori kepemimpinan sebagai

berikut:

a. Teori Bakat (Trait Theory)

Teori bakat menentukan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin

(29)

tertentu yang membuat mereka lebih baik dari orang lain. Teori ini disebut

juga sebagai Great Man Theory.

b. Teori Perilaku

Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan

bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Perilaku seseorang

dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupannya.

Oleh karena itu, kepribadian seseorang cenderung sangat bervariasi dan

berbeda-beda akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan.

c. Teori Kontigensi dan Situasional

Teori ini menekankan bahwa manajer yang efektif adalah manajer yang

melaksanakan tugasnya dengan mengkombinasi antara faktor bawaan, perilaku,

dan situasi.

d. Teori Kontemporer

Teori ini menekankan pada keempat komponen penting dalam suatu

pengelolaan, yaitu manajer/pemimpin, staf dan atasan, pekerjaan, serta

lingkungan. Dia menekankan dalam melaksanakan suatu manajemen seorang

pemimpin harus mengintegrasikan keempat unsur tersebut untuk mencapai

tujuan organisasi. Teori kontemporer tersebut juga perlu didukung oleh

motivasi, interaksi, dan teori transfomasi.

e. Teori Interaktif

Menurut Schein (1970, dalam Nursalam 2011) menekankan bahwa staf atau

pegawai adalah manusia sebagai suatu sistem terbuka yang selalu berinteraksi

dengan sekitarnya dan berkembang secara dinamis. Sistem tersebut dianggap

suatu sistem yang terbuka jika terjadi adanya perubahan energi dengan

(30)

1) Manusia memiliki karakteristik yang sangat kompleks. Mereka

mempunyai motivasi yang bervariasi dalam melakukan suatu pekerjaan.

2) Motivasi seseorang tidak tetap, tetapi berkembang sesuai perubahan waktu

3) Tujuan bisa berbeda pada situasi yang berbeda pula

4) Penampilan seseorang dan produktivitas dipengaruhi oleh tugas yang

harus diselesaikan, kemampuan seseorang, pengalaman, dan motivasi.

5) Tidak ada strategi yang paling efektif bagi pemimpin dalam setiap situasi.

3. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan suatu cara bagaimana

seseorang pemimpin mempengaruhi, mengarahkan, memotivasi, dan

mengendalikan bawahannya dengan cara-cara tertentu, sehingga bawahan dapat

menyelesaikan tugas pekerjaannya secara efektif dan efisien (Purwanto, 2006).

Gaya kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan

dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan

perilaku organisasinya (Nawawi, 2003 dalam Setiawan 2010). Menurut Rivai

(2002, dalam Lingga 2011) ada tiga macam gaya kepemimpinan yang

mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai, yaitu:

a. Gaya Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan otoriter disebut juga kepemimpinan direktif atau diktator.

Pemimpin memberikan instruksi kepada bawahan, menjelaskan apa yang harus

dikerjakan, selanjutnya karyawan menjalankan tugasnya sesuai dengan yang

diperintahkan oleh atasan. Gaya kepemimpinan ini menggunakan metode

pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan

(31)

Lippits dan White dalam Nursalam (2011) menggambarkan ciri-ciri

kepemimpinan otoriter:

1) Wewenang mutlak berada pada pimpinan

2) Keputusan dan kebijakan selalu dibuat oleh pimpinan

3) Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan

4) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para

bawahan dilakukan secara ketat

5) Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan

6) Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,

pertimbangan atau pendapat

7) Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif

8) Lebih banyak kritik dari pada pujian

9) Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat

10)Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat

11)Cendrung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman

12)Kasar dalam bersikap

13)Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan

b. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan ini ditandai oleh adanya suatu struktur yang

pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang

kooperatif. Dalam gaya kepemimpinan ini, ada kerjasama antara atasan dengan

bawahan. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cendrung bermoral

tinggi, dapat berkerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat

(32)

Lippits dan White dalam Nursalam (2011) menggambarkan ciri-ciri

kepemimpinan demokratis:

1) Wewenang pimpinan tidak mutlak

2) Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan

3) Keputusan dibuat besama antara pimpinan dan bawahan

4) Komunikasi berlangsung timbal balik

5) Pengawasan dilakuakan secara wajar

6) Prakarsa dapat datang dari bawahan

7) Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan

pertimbangan

8) Tugas-tugas yang kepada bawahan lebih bersifat permintaan daripada

instruktif

9) Pujian dan kritik seimbang

10)Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas

masing- masing

11)Pemimpin meminta kesetian bawahan dengan wajar

12)Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak

13)Terdapat suasana saling percaya, saling menghormati, dan saling

menghargai

14)Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung bersama-sama

c. Gaya Kepemimpinan Bebas (Laisses Faire)

Gaya kepemimpinan ini memberikan kekuasaan penuh pada bawahan, struktur

organisasi bersifat longgar, pemimpin bersifat pasif. Peran utama pimpinan

adalah menyediakan materi pendukung dan berpartisipasi jika diminta

(33)

Lippits dan White dalam Nursalam (2011) menggambarkan ciri-ciri

kepemimpinan Bebas (Laisses Faire):

1) Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan

2) Pimpinan hanya lebih banyak dibuat oleh bawahan

3) Kebijakan kebanyakan dibuat oleh bawahan

4) Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan

5) Hampir tidak ada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan

6) Prakarsa selalu berasal dari bawahan

7) Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan

8) Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok

9) Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok

10)Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perorangan.

C. Kepala Perawat Ruangan

Kepala Perawat Ruangan adalah seorang tenaga perawatan professional

yang diberi tanggung jawab dan wewenang memimpin dalam mengelola kegiatan

pelayanan keperawatan di satu ruang rawat (Depkes, 1994 dalam Simanullang

2013). Kepala Perawat Ruangan bertanggung jawab untuk memimpin dan

mengorganisasi kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan (Swanburg, 2000

dalam Simanullang 2013), meliputi :

1. Struktur Organisasi

Struktur Organiasi terdiri dari: struktur, bentuk, dan bagan. Berdasarkan

keputusan Direktur rumah sakit dapat ditetapkan struktur organisasi untuk

menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik vertikal

(34)

2. Pengelompokan Kegiatan

Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus

diselesaikan untuk mencapai tujuan. Pengelompokan kegiatan dilakukan untuk

memudahkan pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan

keterampilan yang mereka miliki serta sesuaikan dengan kebutuhan klien.

Metoda penugasan tersebut antara lain : metode fungsional, metode alokasi

klien/keperawatan total, metode tim keperawatan, metode keperawatan primer,

dan metode moduler.

3. Koordinasi Kegiatan

Kepala ruangan sebagai koordinator kegiatan harus menciptakan kerjasama

yang selaras satu sama lain dan saling menunjang untuk menciptakan suasana

kerja yang kondusif. Selain itu, perlu adanya pendelegasian tugas kepada ketua

tim atau perawat pelaksana dalam asuhan keperawatan.

4. Evaluasi Kegiatan

Kegiatan yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi untuk menilai apakah

pelaksanaan kegiatan sesuai rencana. Kepala Ruang berkewajiban untuk

memberi arahan yang jelas tentang kegiatan yang akan dilakukan. Untuk itu

diperlukan uraian tugas dengan jelas untuk masing-masing staf dan standar

penampilan kerja.

5. Kelompok Kerja

Kegiatan diperlukan kerjasama antar staf dan kebersamaan dalam kelompok,

hal ini untuk meningkatkan motivasi kerja dan perasaan keterikatan dalam

kelompok untuk meningkatkan kualitas kerja dan mencapai tujuan pelayanan

(35)

Menurut Marquis dan Huston (2010, dalam Simanullang 2013), kepala

ruangan sangat berperan dalam penjadwalan, pengembangan perawat, sosialisasi

perawat, dan mengadakan pelatihan untuk perawat. Kepala Ruangan haruslah

menunjukkan bahwa ia memilki kemampuan bekerja harmonis, bersikap objektif

dalam menghadapi persoalan dalam pelayanan keperawatan melalui pengamatan,

dan objektif juga dalam menghadapi tingkah laku stafnya. Kepala Ruangan harus

peka akan kodrat manusia yang punya kelebihan dan kekurangan, memerlukan

bantuan orang lain dan mempunyai kebutuhan yang bersifat pribadi dan sosial

(Mininjaya, 2004 dalam Simanullang 2013).

D. Kepemimpinan Islam

1. Pengertian Kepemimpinan Islam

Kepemimpinan di dalam Islam adalah suatu hal yang inheren, serta

merupakan salah satu subsistem Islam yang mencakup pengaturan seluruh aspek

kehidupan secara prinsipal. Islam mengatur niat, amal, tujuan sekaligus sumber

kehidupan, otak manusia, kemudian mengatur proses hidup, perilaku dan tujuan

hidup. Dalam Islam seorang pemimpin dan yang dipimpin harus mempunyai

keberanian untuk menegakkan kebenaran yang dilakasanakan melalui prinsip

kepemimpinan, yaitu melaksanakan kewajiban kepemimpinan dengan penuh rasa

tanggung jawab seorang pemimpin dan melaksanakan hak berpartisipasi bagi

yang dipimpin (Feisal, 1995 dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI

2007).

Menurut Shihab dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007)

menjelaskan bahwa Islam menyebutkan kepemimpinan dengan beberapa istilah

nama, diantaranya imamah (imam), imarah (pengatur), dan wilayah (wali), yang

(36)

Menurut Celik (2002) kepemimpinan dalam Islam didasarkan pada

kepercayaan dan menekankan ketulusan, integritas dan kasih sayang. Hal ini dianggap

sebagai kontrak psikologis antara pemimpin dan pengikutnya menjamin bahwa ia akan

mencobanya terbaik untuk membimbing mereka, untuk melindungi mereka, dan

memperlakukan mereka dengan adil. Kepemimpinan dalam Islam berakar dalam

keyakinan dan patuh kepada Sang Pencipta (Allah SWT). Ini berpusat pada melayani

Sang Pencipta. Ini berarti bahwa seorang pemimpin muslim bertindak sesuai dengan

perintah dari Sang Pencipta dan Rasul-Nya , dan harus mengembangkan karakter moral

Islam.

Kepemimpinan dalam Islam erat kaitannya dengan model kepemimpinan

yang diterapkan oleh Rasulullah. Rasulullah Muhammad SAW (shallallâhu

'alaihi wa sallam) memberi teladan melalui kepemimpinan dengan contoh, selalu

selangkah di depan untuk diikuti yang lain beliau melakukannya tanpa

menunjukkan arogansi, tetapi menunjukkan keberanian tetap rendah hati. Dalam

prosesnya Nabi Muhammad SAW, dipandang sebagai manusia yang memilki

integritas tinggi, bersemangat menuntaskan misi dan penuh kasih dalam

membantu pengikutnya menuju jalan yang benar (Noor, 2011).

Kepemimpinan dalam Islam merupakan hal pokok bagi kepribadian islami

dan sudah banyak diberi contoh oleh Nabi Muhammad SAW (shallallâhu 'alaihi

wa sallam), yang telah menjadikan dirinya sebagai Da‟iyah (seseorang yang

melakukan dakwah) untuk menjadi seorang pemimpin, baik secara de jure

maupun de facto, dalam membimbing orang lain menuju jalan yang lurus

(Ihdinasshiratal mustaqim) (Noor, 2011).

Suatu kepemimpinan dalam Islam, haruslah mempunyai kekuatan iman

atau keyakinan untuk mencapai tujuan, keuletan, dan ketabahan untuk dapat

(37)

berpegang teguh pada ajaran agama mereka dan memahami tugas dan

tanggungjawab yang diamananahkan kepada mereka (Fathi, 2009).

2. Rasulullah Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW (shallallâhu 'alaihi wa sallam) adalah manusia

fenomenal dalam sepanjang sejarah kehidupan dan peradaban manusia. Ia adalah

manusia biasa, namun memiliki keistimewaan-keistimewaan yang langsung

diberikan Allah kepadanya (Gulen, 2002).

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu,

tetapi ia adalah utusan (rasul) Allah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah

Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS Al-ahzab [33]: 40).

Nabi Muhammad lahir 12 Rabi‟ul Awwal tahun 570 M, putra Abdullah,

saudagar miskin dari keluarga terhormat dalam suku Quraisy yang berkuasa. Nabi

Muhammad menjadi yatim piatu ketika berumur 6 tahun, kemudian dibesarkan

oleh kakeknya, Abdul Muthalib, lalu pamannya, Abu Thalib. Pada umur 24 tahun

beliau berkerja untuk seorang janda kaya, Khadijah dan kemudian mereka

menikah. Mereka dikaruniai 6 orang anak, tetapi dua putra mereka meninggal

ketika kecil. Menerima wahyu pertama kali di Gua Hira, melalui perantara

malaikat jibril. Allah mengutus Rasulullah untuk membimbing manusia menuju

kebenaran dan membersihkan mereka dari dosa-dosa. Orang-orang yang

dicerahkan oleh Rasulullah menemukan jalan menuju Kehadiran Ilahi dan

(38)

Rasulullah dikenal sebagai orang yang benar dan jujur bahkan sebelum

Islam datang. Penduduk Mekkah, bahkan kaum kafir sekalipun, menyebutnya

Al-amin (yang dapat dipercaya) (Gulen, 2002). Beliau dalam semua sisi

kehidupannya adalah teladan yang agung dan utama bagi manusia sebab

kesempurnaan dalam segala sesuatu. Inilah sisi yang akan kita paparkan dalam

pasal ini untuk menjelaskan pada kita bahwa tidak ada kesempurnaan bagi

manusia seperti apapun hebatnya dalam segala keadaan kecuali dengan mengikuti

contoh Rasullah. Ini adalah bukti bahawa ia adalah utusan-Nya (Hawwa, 2007).

Menurut Hawwa (2007), Setiap Rasul Allah wajib memiliki empat sifat

asasi berikut ini, sehingga pantas untuk mengemban Risalah Ilahi:

a. Ash-Shidqul Muthlaq atau kejujuran secara mutlak yang tidak rusak dalam

segala kondisi. Sekiranya setiap perkataannya diuji, pastilah sesuai dengan

kenyataan, baik ketika ia berjanji, serius, bercanda, memberi kabar, maupun

ketika bernubuat.

b. Al-Iltizamul Kamil atau komitmen dan sifat amanah yang sempurna dengan

apa yang ia serukan, sebagai wakil Allah. Tugas sebagai Rasul adalah

menyampaikan kepada manusia risalah yang dibebankan oleh Allah kepada

mereka

c. At-Tablighul Kamil atau penyampaian kandungan risalah secara sempurna dan

kontinu, disertai rasa tidak peduli pada kebencian, siksaan, kejahatan, tipu

daya, konspirasi, atau sikap kasar manusia yang menghadapi dakwahnya. Juga,

istiqamah dalam mengerjakan perintah Allah dan tidak menyeleweng

(39)

d. Al-Aqlul Azhim atau intelegensi yang cemerlang. Manusia tidak tunduk dan

mengikuti orang lain kecuali jika orang tersebut lebih cerdas darinya, agar

mereka merasa tenang bahwa ia tidak membawa mereka pada jalan yang salah.

Tanpa intelegensia yang cemerlang, pengemban risalah juga tidak akan

mampu meyakinkan orang lain akan kebenaran yang ia bawa. Oleh karena itu,

seorang rasul seharusnya adalah seorang yang paling cerdik, paling cerdas,

paling bijak, dan paling sempurna pengetahuannya dibandingkan manusia lain,

sehingga keberadaan dirinya sendiri bisa menjadi bukti kebenaran risalah yang

ia sampaikan.

Menurut Alwi (2009) Nabi Muhammad SAW selalu tersenyum dan ketika

menyendiri beliau selalu bertafakur. Lebih sering melihat kebawah. Tidak pernah

memotong pembicaraan lawan bicaranya dan memperlakukan orang lain sebagai

yang paling mulia dalam padangannya. Dalam kehidupan ditengah kaumnya, Nabi

Muhammad SAW selalu baik hati, riang, dan sopan terhadap semua orang. Rasul

selalu lebih dahulu memberikan salam. Rasulullah tidak suka menjadi pemimpin

yang pasif, tidak mau hanya tinggal duduk saja lalu orang melayaninya. Bagi

beliau kehadirannya untuk melayani, bukan untuk dilayani.

Menurut Al-Aqqad dalam Alwi (2009), sejarah hidup nabi itu sendiri

terdapat suri teladan yang baik. Makna uswatun hasanah ini tidak terbatas dalam

beberapa segi, melainkan dalam segala kehidupan Rasulullah. Seorang pemimpin

(40)

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah (Muhammad) itu suri tauladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS Al-Ahzab[33] :21). 3. Gaya Kepemimpinan Islam (Rasulullah Muhammad SAW)

Islam merupakan agama dan sistem kehidupan yang menghubungkan

antara individu yang menghubungkan antara individu dengan berbagai dimensi

kehidupan ini. Pemimpin dalam Islam tidak sekedar mengarahkan, membawahi,

memerintah. Tapi beliau lebih kepada teladan dan tanggung jawab. Hanya mereka

mempunyai intuisi pemimpin yang bisa melakukannya. Siapa pun yang ingin

sukses menjadi pemimpin, maka sebaiknya ia banyak belajar dari gaya leadership

Rasulullah. Bagi beliau, pemimpin itu tidak saja mendireksi, membawahi,

meluruskan tapi lebih dari itu adalah amanah besar, baik kepada manusia maupun

kepada Allah. Power kepemimpinan beliau leadership yang dibimbing oleh

wahyu dan bersinergi dengan kepekaan dan kecerdasan telah melahirkan

keputusan-keputusan yang terarah, terukur dan tepat sasaran (Fathi, 2009).

Nabi Muhammad SAW, menerapkan tiga gaya kepemimpinan Islam:

Syura (permusyawaratan), „Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan), dan

Hurriyyah al-kalam (kebebasan berekspresi) (Noor, 2011). Berikut penjelasan dari

setiapnya:

a. Syura (permusyawaratan)

Syura merupakan model dasar pengambilan keputusan, dan dalam melakukan

hal ini Al-quran menyerukan kepada para pemimpin muslim agar

bermusyawarah dengan mereka yang berpengaruh atau yang lebih memiliki

pengetahuan dan lebih paham tentang persoalan yang sedang dihadapi Syura

(41)

dan pengikut mengenai berbagai persoalan penting terutama jika masalahnya

bersifat kritis dan membutuhkan solusi bijak (Noor, 2011).

Gaya kepemimpinan ini tampak jelas dari perintah Al-quran dalam sebuah

surah membahas perintah ini. Nabi Muhammad SAW sendiri diperintah dalam

Al-quran untuk bermusyawarah dengan shahabah (sahabat) beliau mengenai

urusan kenegaraan dan dalam pelaksanaan berbagai urusan umat pada

umumnya. Dalam hal ini, beliau menunjukkan keterbukaan dan keagungan

dalam berurusan dengan berbagai umat dan keyakinan dibawah yuridikasi

beliau. Perlu kiranya disampaikan bahwa Allah SWT (Subhanahu wata'ala)

mewajibkan syura kepada semua hamba-Nya karena Dia telah menyejajarkan

dengan kewajiban beribadah melalui shalat, zakat, dan amal shaleh (Noor,

2011).

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan

mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputusakan) dengan musyawarah

antara mereka dan mereka menafkahkan sebagian rezki yang kami berikan

kepada mereka” (QS As-Syura [42]: 38).

Menurut Asy-syawi dalam Mohammad (2008), Syura bukanlah demokrasi,

amal ma‟ruf nahu munkar pertama kali harus diterapkan dengan tujuan

mencegah kemungkaran yang timbul dari perbuatan penguasa atau dari mereka

yang berkerja untuk kepentingannya. Sebagai pedoman, syura menjadi

kewajiban jika seorang pemimpin memahami ruang lingkup operasi syura

(42)

1) Semua fungsi administratif dan eksekutif harus menjadi hak prerogatif

pemimpin dalam pengambilan keputusan. Pemimpin yang bertanggung

jawab akan memastikan bahwa ia telah memberikan pertimbangan bijak

atas semua faktor yang relavan sebelum mengambil keputusan.

2) Masalah-masalah penting yang membutuhkan keputusan mendesak harus

dipikirkan oleh pemimpin, tetapi disajikan kepada tim untuk

dipertimbangkan dalam pertemuan tatap muka langsung atau melalui

teleconference dan video conference, seperti pada zaman sekarang.

Hasilnya harusalah berbentuk keputusan atau solusi yang disepakati.

3) Semua halaqah atau anggota tim harus bebas menyetujui, menolak, atau

mengubah usulan pemimpin tanpa merasa terkekang, selama niatnya adalah

untuk memberi manfaat. Ketidakcocokan atau perbedaan apapun tidak

boleh ditumpahkan atau dibawa ke luar ruang rapat.

4) Berbagai kebijakan, keputusan sinergis, dan rencana jangka panjang harus

dirumuskan melalui musyawarah, yang akan memperkuat integritas

pemimpin di mata para pengikutnya.

Tanpa adanya keimanan bahwa syura merupakan mekanisme baru (inovatif)

yang menjauhkan manusia dari perilaku hewani, maka bentuk perdamaian atau

seruan apaun akan sia-sia saja, kita harus meyakini bahwa syura bukanlah

kekayaan ide yang bersifat temporal dalam kehidupan orang mukmin, tetapi ia

adalah way of life yang dibuat untuk dirinya, dan ia akan berupaya untuk

merealisasikannya baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang lain

(43)

Menurut Qumaihah (1990) bahwa musyawarah merupakan pertemuan antara

pemimpin dan bawahan, menurut tema permasalahan, dapat dibagi pada dua

macam:

1). Musyawarah khusus, yaitu musyawarah yang berkenaan dengan

masalah-masalah pribadi. Sebagai contoh, ketika Nabi meminta pedapat sebagian

sahabat tentang masalah Aisyah setelah tersebarnya berita bohong.

2). Musyawarah umum, yaitu musyawarah tentang permasalahan umat atau

orang banyak.

Musyawarah merupakan prinsip dasar dalam kehidupan kaum muslimin yang

harus diterapkan dalam perilaku mereka, dalam berbagai kegiatan kolektif dan

administratif organisasi. Islam mengharuskan pemimpin tersebut mengambil

keputusan sesuai dengan hasil musyawarah para anggota (Fathi, 2009).

Menurut Qumaihah (1990) dalam bermusyawarah akan terjadi tukar menukar

pemikiran. Pemikiran orang banyak tentu akan lebih baik dengan pemikiran

seorang. Paling berbahaya kalau suatu masalah hanya diserahkan kepada satu

orang saja.

Menurut Fathi (2009), Kepemimpinan dalam Islam bukanlah pemberian

kekuasaan yang memungkinkan seorang pemimpin mengembil keputusan

sorang diri dalam berbagai ketetapan dan tidak menyerahkannya kepada para

bawahannya atau orang-orang kepercayaannya yang ahli dalam bidang

masing-masing, akan tetapi Islam telah mengharuskan kaum muslimin untuk

bermusyawarah. tujuan dari nilai musyawarah merupakan kekuatan bagi umat

(44)

pemikiran dalam kerja kolektif dan saling memahami, serta memperkuat

hubungan persaudaraan.

Menurut Asy-syawi (1997) tujuan syura itu sendiri yakni melahirkan

ketetapan jamaah, agar mencegah pemimpin jangan sampai mengeluarkan

ketetapan-ketetapan penting untuk jamaah secara sendirian. Melindungi

kebebasan berjamaah dalam haknya menentukan nasib dan memelihara

wewenangnya dalam mengatur urusan-urusannya, baik dikerjakan sendiri

maupun dengan perantara orang-orang-orang yag dipilih untuk itu, serta

memelihara haknya dalam membatasi wewenang para pemimpin dengan apa

yang lazim untuk mencegah kesewenang-wenangan mereka. Musyawarah

merupakan watak substanasial kehidupan Islam dan berbagai indikator

istimewa yang dipilih sebagai teladan bagi umat lain. Musyawarah merupakan

sifat yang harus dimiliki dari sekian sifat keteladanan (Quthb, 2008).

b. „Adl Bil Qisth (keadilan, disertai kesetaraan)

„Adl merupakan tonggak kedua kepemimpinan Islam. Pemimpin muslim harus

berurusan dengan berbagai macam orang, tetapi terutama dengan umatnya,

dengan rasa keadilan dan keterbukaan tak peduli apa suku, keyakinan,

kebangsaaan, atau keimanannya. Al-quran memerintahkan kepada kaum

muslim agar bersikap adil dan tidak pandang bulu, bahkan kepada mereka

(45)

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar

penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri

atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa itu) kaya ataupun

miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatanya. Maka janganlah kamu

mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Jika kamu

memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan, menjadi saksi, maka sesungguhnya

Allah adalah Maha teliti segala apa yang kamu kerjakan” (QS An-Nisa’ [4]: 135).

Keadilan bermakna meletakkan sesuatu pada tempatnya, atau meletakkan

sesuatu pada tempat yang tepat, atau menempatkanya dalam perspektif yang

benar. Keadilan juga berarti melakukan sesuatu tanpa melebihi batas seberapa

besar maupun kecilnya. Dalam konteks Islam, hal ini pada puncaknya

mengimplikasikan bahwa Allah SWT, melakukan segala sesuatunya dengan

benar. Nabi Muhammad SAW, dikenal sebagai pemimpin dan hakim yang tak

pernah diragukan lagi. Beliau bertindak penengah pihak-pihak yang bertikai

sehingga hukum dan aturan bisa ditegakkan. Dalam penerapan kesetaraan,

Nabi Muhammad SAW, selalu memberikan hak dan kesempatan yang sama

kepada semua warga tanpa memandang ras, keyakinan, atau asal-usul (Noor,

2011).

Menurut Al Badri (2001), Suatu keadilan yang menjamin hak-hak keadilan

manusia sebagai mahluk yang mulia, mewujudkan kesejahteraan dan

ketenangan jiwa yang lengang dan hakiki, serta kabahagiaan hidup dan

terpelihara urusan mereka. Menurut Muthahhari (2009) mengatakan bahwa

keadilan merupakan persamaan dan penafian terhadap deskriminasi dalam

(46)

melakukan perbedaan dan pengutamaan. Seorang pemimpin tidak

diperkenankan untuk membela dan fanatik terhadap seseorang tertentu dan

membenci yang lain: ia harus mempunyai hubungan yang sama atau sederajat

dengan semua orang, yaitu hubungan yang dilandasi dengan objektifitas dan

keadilan (Fathi, 2009).

Keadilan berarti kesamaan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan, tapi

juga kesamaan dalam hak-hak dan kesempatan, serta kesamaan dalam

dasar-dasar bagi penghormatan diri (Rasuanto, 2005). Menurut Muthahhari (2009),

pemeliharaan hak-hak individu dan pemberian hak kepada setiap objek yang

layak menerimanya. Menurut Koehn (2000), keadilan dipikirkan sebagai

mempertahankan atau memulihkan keseimbangan atau proporsional.

Orang-orang mempunyai hak dalam hubungan satu sama lain untuk kedudukan

tertentu yang relatif sama.

c. Hurriyyah Al-kalam (kebebasan berekspresi)

Kebebasan berekspresi merupakan hak yang diberikan kepada siapa saja untuk

menyuarakan kepedulian, persetujuan, atau saran atas suatu persoalan yang

memengaruhi kesejahteraan dirinya atau komunitasnya. Nabi Muhammad

SAW, cakap dalam hal menangani berbagai masalah yang dibawa ke hadapan

beliau. Bahkan sesi halaqah, Nabi mendengarkan pandangan orang lain

dengan sungguh-sungguh, dengan tubuh dicondongkan ke arah orang itu,

sebelum berkomentar, memberi nasihat, dan mengambil keputusan (Noor,

2011).

Kebebasan berekspresi amat erat kaitannya dengan praktik syura, yang

memungkinkan adanya padangan yang setuju dan menentang. Begitulah

(47)

dalam perbedaan pendapat („adab al-ikhtilaf) sehingga bisa memunculkan

solusi terbaik, memberi gambaran kepada pemimpin tentang bagaimana cara

menangani perselisihan semacam itu. Di dalamnya terkandung hak asasi

individu, sepanjang hak tersebut tidak melanggar hak orang lain (Noor, 2011).

Kebebasan manusia dalam mengekspresikan pendapatnya tidak diukur dengan

ukuran bahwa pendapatnya itu dapat menunjukkannya pada kebenaran, akan

tetapi dikukr dengan adanya kebebasan orang lain dalam mengekspresikan

pendapatnya. Karena asas kehidupan Islam adalah kebebasan dan kebolehan,

maka manusia dapat mengeskpresikan pendapatnya. Inilah yang kami katakan

sebagai kebebasan mengekspresikan pendapat yang merupakan satu-satunya

jalan kehidupan yang mampu mengungkap konflik-konflik intern dan

pengaruh interaksi timbal balik internal maupun eksternal (Syahrur, 2003).

Kebebasan berekspresi bisa menjadi pendorong hal yang positif atau

katakanlah bisa dijadikan ukuran bagi kemajuan kelompok. Kalau kelompok

ingin maju atau ingin cepat maju, maka kebebasan berekspresi harus dibuka

lebih lebar. Kebebasan itu bukan hanya dalam bentuk jaminan-jaminan

hukum terhadap kebebasan berekspresi itu sendiri, tapi institusi yang mereka

miliki untuk mendukung kebebasan itu (Basyaib, 2006). Menurut Syahrur

(2003) kebebasan berekspresi merupakan kehendak sadar manusia untuk

memilih antara menafikan dan menetaokan sebuah eksistensi dalam kehidupan,

kebebasan seseorang harus diwujudkan berupa pilihan antara “ya” dan “tidak”.

Menurut Asifudin (2004), mengaktualisasi diri, mempunyai need for

achievement tinggi, yang layak diasumsikan sebagai sesuatu yang dapat

memainkan peranan penting bagi terbentuknya manusia unggulan berkenaan

(48)

kewajiban pemimpin untuk terbuka menerima kritik atau pendapat anggotanya

(Chapra, 2006).

Ketiga gaya kepemimpinan terapan ini berjalan seiring dengan lima ajaran

yang menegaskan aspek-aspek sistem nilai Islam penting, yaitu: Al-akmal

asy-syakhshi atau integritas pribadi, Tawiyah al-shilah atau perbaikan hubungan,

Fa‟iliyyah al-qiyadiyyah atau daya kepemimpinan, Makarim al-akhlaq atau

perilaku etis, dan Tahzib al-akhlaq atau peningkatan moral melalui pengetahuan

spiritual (Noor, 2011). Dengan penjelasannya masing-masing sebagai berikut:

1) Al-akmal asy-syakhshi (integritas pribadi)

Integritas (akhlaq) merupakan tonggak yang memproyeksikan sisi spiritual

kepemimpinan. Integritas merupakan sebuah prinsip berbasis nilai diletakkan

pada karakter dan keyakinan dan bukannya pada teknik dan teknologi.

Integritas pada dasarnya tercermin pada kemampuan sang pemimpin

memenuhi janji dan menjaga kepercayaan dan Islam menekankan hal ini.

Perjanjian dengan Allah, umat, dan setiap orang yang berinteraksi di dalam

masyarakat manusia plural. Integritas memiliki kekuatan batin besar sebagai

sumbernya. Integritas bergantung pada kemampuan pemimpin dalam

membimbing, mengarahkan, dan memengaruhi orang berdasarkan prinsip

moral dan nilai etis. Sifat seperti itu, yang dilengkapi dengan keshalehan, sifat

bisa dipercaya dan wawasan ke depan, secara bersama-sama membentuk orang

dan cita-cita.

Integritas pribadi merupakan pribadi sebagai suatu keseluruhan yang utuh

tidak terbagi atau juga bukan pribadi yang sebagian saja (Riyanto, 2006).

(49)

seseorang yang secara utuh berpegang pada kode etik, norma artistik atau

nilai-nilai tertentu, terutama terhadap nilai kebenaran.

2) Tawiyah al-shilah (perbaikan hubungan)

Nabi Muhammad SAW, membagi waktu sehari menjadi tiga dimensi: satu

dimensi untuk Allah SWT (Subhanahu wata'ala), satu dimensi untuk keluarga,

dan satu dimensi untuk diri sendiri. Waktu untuk diri sendiri dibagi lagi

dengan waktu untuk umat. Namun, ketiga dimensi tersebut dilakukan demi

Allah. Beliau tidak melakukan sesuatu untuk diri sendiri sebelum menimbang

kebutuhan umat. Beliau cenderung memilih orang-orang berguna dan

memberikan perhatian lebih kepada mereka yang unggul dalam Din (agama).

Beliau selalu memerhatikan kesejahteraan mereka. Umat manusia diminta

untuk berinteraksi dan meningkatkan hubungan dalam skala global.

3) Fa‟iliyyah al-qiyadiyyah (daya kepemimpinan)

Daya berarti memberikan hasil yang dikehendaki. Daya mengisyaratkan

adanya kekuatan atau kemampuan menghasilkan efek yang diinginkan. Ketika

mendorong untuk berpindah dari kegelapan hidup menuju cahaya, tidak cukup

bagi seorang pemimpin hanya menyampaikan pidato-pidato penggugah

semangat. Nabi Muhammad SAW tahu bahwa para pengikutnya akan tergerak

oleh perbuatan dan tindakan nyata, bukan hanya kata-kata. Para pemimpin

besar tahu bahwa mereka akan ditiru. Oleh karena itu, memimpin melalui

teladan berarti bagaiamana pemimpin sejati menciptakan visi, aspirasi, dan

nilai-nilai yang tahan lama. Mereka memberikan bukti objektif komitmen

pribadi. Tujuan dari sebuah kepemimpinan itu sendiri usaha untuk mencapai

tujuan dengan menggunakan daya pengaruh, potensi yang ada baik yang

(50)

harmonis. Daya yang ada atau timbul dari seseorang yang ikut membentuk

watak dan kepercayaan orang lain atas perbuatan tersebut (Al-banjari, 2008).

4) Makarim al-akhlaq (perilaku etis)

Etika adalah seperangkat prinsip moral dalam kaitannya dengan apa yang

benar dan salah. Etika mencerminkan karakter individu, kelompok negara

bangsa. Etika mencakup: karakter individu dan aturan-aturan sosial yang

mengatur perilaku manusia. Etika mengimplikasikan kepatuhan pada standar

moral. Dalam situasi organisasi modern, etika merujuk pada ketaatan terhadap

aturan profesional. Etika Islam melampaui dunia materi ke dalam wilayah

moral dan spiritual demi mendapatkan ganjaran dari Allah SWT. Etika Islam

merupakan pemahaman akan benar dan salah untuk dipraktikkan, bukan

sebagai pengetahuan semata. Etika merupakan padanan Akhlak dalam Islam.

5) Tahzib al-akhlaq (peningkatan moral)

Kekuatan inspirasi yang mungkin berasal dari wahyu atau pengetahuan tidak

mengenal batas. Sumber Ilahiah peningkatan atau pengangkatan semangat,

yang menghasilkan peningkatan besar dalam hal standar perilaku sosial politik.

Pengetahuan spiritual diiperoleh dari kitabullah dan diterjemahkan dalam

praktik melalui sunnah nabi. Pemimpin maupun pengikut membutuhkan

pedoman moral untuk menghasilkan perubahan dan kemajuan.

4. Karakter Pemimpin Islam

Karakater dianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap

sebagai ciri atau karaktersitik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang

(51)

Menurut (Fathi, 2009) seorang pemimpin sebagai individu yang menjadi

bagian dari mereka haruslah mempunyai keyakinan atau keimanan yang sama

dengan kelompok yang dipimpinnya, dan mengharuskan dirinya untuk mengikuti

kehendak rakyatnya. Agar semua ini dapat terwujud dengan baik, maka seorang

pemimpin Islam yang baik haruslah mempunyai beberapa karakter dasar yang

menghiasi dirinya. Karakter-karakter tersebut antara lain:

a. Beriman

Enam perkara yang merupakan rukun iman ini, merupakan pokok-pokok yang

menjadi tujuan diutusnya pemimpin pertama Rasulullah. Keimanan seorang

pemimpin tidak dapat dikatakan sempurna kecuali keimanannya itu telah

menyampaikan orang tersebut untuk meyakini keenam masalah pokok tersebut.

Dalam sebuah hadist yang mengisahkan tentang malaikat Jibril, ketika

menghadap kepada Rasulullah dalam wujud seorang badui yang bertanya

kepada beliau tentang Islam, Iman, dan Al-ikhsan atau kebaikan, maka beliau

menjawab tentang Iman, “Hendaknya kamu beriman kepada Allah, para

malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan hendaknya

kamu beriman dengan qadha’ dan qadar Allah, yang baik dan buruk”. Keenam

tersebut adalah:

1) Beriman kepada Allah

2) Beriman kepada para palaikat

3) Beriman kepada Nabi dan Rasul

4) Beriman kepada kitab-kitab Allah

5) Beriman terhadap hari akhir

Gambar

Tabel berikut ini menjelaskan sintesa dari hasil wawancara :
Tabel 5.1 Matriks Analisis Tematik

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun ini membuka peluang untuk berinjil, dan menyenangkan pelajar sehingga membuka peluang kepada mereka untuk berinjil ke luar negara, kita perlu ingat bahawa tujuan latihan

Contoh-contoh Tema dan Sub Tema Penelitian Terkait Konservasi Keanekaragaman Hayatiditinjau dari aspek Tehnis/ Sosial Ekonomi/ Politik/ Kesehatan/ Hukum/

Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa karakter visual arsitektur pada fasade atau tampak luar bangunan rumah tinggal yang ada dikampung Kulitan dan

Waktu pemijahan pada ikan dapat diduga dengan melihat komposisi tingkat kematangan gonad ikan tersebut, waktu pemijahan ikan adalah bulan-bulan yang memiliki jumlah

Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam

Pemodelan menggunakan regresi Binomial Negatif didapat- kan hasil bahwa model terbaik dengan nilai AIC terkecil sebesar 447,04 tedapat pada kombinasi enam variabel, serta

S G 3 P 2 A 0 Hamil 9 Minggu Dengan Abortus Incompletus dan Anemia Sedang Di Bangsal Bougenvile RSUD Sukoharjo” sebagai salah satu persyaratan mengikuti pendidikan Program Studi D

Aplikasi Akt pemeriksaan VII-0 Akt. Rahayu T., Dra., MM Manaj Ekspor Import V-01 Akt Bambang W. Ernawati, Dra,MM VII-02 Manaj. Ernawati, Dra,MM Met. Penelitian VII-01 Akt. Hukum