• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Buku Ilustrasi Tentang Informasi Keris Cirebon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Buku Ilustrasi Tentang Informasi Keris Cirebon"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Laporan Penelitian

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI

TENTANG INFORMASI KERIS CIREBON

DK 38315/Tugas Akhir

Semester II 2014-2015

Oleh:

M Arif Rachman S

51911015

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI

TENTANG INFORMASI KERIS CIREBON

(Studi Kasus: Keris Kesultanan Cirebon)

Oleh:

M Arif Rachman S

519911015

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Keris merupakan senjata sekaligus karya seni yang bernilai tinggi. Nilainya terletak pada keindahan bentuk dan bahan yang dipakai serta proses pembuatannya yang memerlukan waktu yang lama, ketekunan dan keterampilan yang khusus.

Pada zaman sekarang keris-keris yang ada sekarang sudah mulai mengalami kerusakan, dan empu-empu (pembuat keris) sudah banyak yang beralih dari pembuat keris menjadi seorang pandai besi yang membuat perobatan dapur atau bertani, sehingga faktor ini yang menyebabkan para kolektor pemula sangat sulit mendapatkan informasi tentang keris terutama pada keris Cirebon.

Oleh sebab itu, media informasi yang cocok ditawarkan dalam upaya menyampaikan informasi tentang keris Cirebon ini adalah sebuah buku.

(6)

ABSTRACT

DESIGN BOOK ILLUSTRATION

INFORMATION ABOUT KERIS CIREBON

(Case Study: Keris Kesultanan Cirebon)

By:

M Arif Rachman S

519911015

Study Programme Visual Communication Design

Keris is a weapon at the same high-value works of art. Its value lies in the beauty of the shape and the materials used and the manufacturing process that requires a long time, perseverance and special skills.

In the current era kris present already began to malfunction, and masters (keris) many are turning from keris became a blacksmith who makes perobatan kitchen or farmed, so this factor that led to the very beginner collectors difficult to get information about kris kris especially in Cirebon.

Therefore, media information is offered in an effort to convey information about the keris Cirebon is a book.

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Budaya Indonesia merupakan anugerah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada kita bangsa Indonesia, karena atas karunia-Nya lah Indonesia memiliki berbagai macam budaya. Dari Sabang hingga Marauke dapat kita urutkan sendiri ada berbagai macam suku yang ada di Negara ini. Jika dilihat dari keberagaman suku bangsa sendiri, Indonesia bisa dibilang merupakan bangsa yang lahir dari percampuran berbagai suku bangsa. Dapat di ketahui dari tulisan yang sudah ada sebelumnya, Marcopolo saat berkunjung ke Jawa, menulis bahwa penduduk asli mempunyai ciri berkulit warna gelap, rambut keriting, mata lebar, bibir tebal dan bertubuh pendek. Jauh berbeda dari penduduk Indonesia saat ini.

Dari pembahasan di atas dapat juga diketahui ada berbagai suku bangsa yang datang ke Negara ini membawa kebiasaan kebudayaan, agama dan lain-lain sehingga menyebabkan percampuran yang sekarang menjadi bangsa Indonesia saat ini. Begitu pula dengan perkembangan pusaka yang ada di Indonesia sendiri. Indonesia memeliki beragam pusaka terutama di daerah yang memiliki nilai historis kerajaan yang sangat kental. Pusaka-pusaka sendiri menurut Prasida Wibawa pada bukunya Tosan Aji: Pesona Jejak Presasti Budaya dikatakan merupakan senajata adat yang memiliki nilai historis yang sangat dalan dan nilai keseniannya yang tinggi, pusaka disebut sebagai senjata karena pada fungsi yang sebenarnya pusaka dahulu kala merupakan senjata-senjata dalam berperang atau membela diri dari serangan musuh.

(8)

Keris yang ada di Indonesia sendiri memang beragam, jika dilihat dari asalnya sebagian besar memang ada di Pulau Jawa dengan berbagai ciri khasnya sedangkan keris yang ada di luar Pulau jawa merupakan adaptasi dari keris-keris Jawa sendiri. Ada beberapa daerah di Indonesia yang terkenal akan peninggalan kerisnya, yaitu Cirebon, Garut, Surakarta dan Jogjakarta, sedangkan yang berada di luar Jawa adalah Bali, Kalimantan, Madura dan lain-lain.

Seiring berjalannya waktu di Indonesia sendiri keris-keris perlahan mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya karena merupakan barang atau benda yang kuno, sehingga banyak di antara keris-keris yang memiliki nilai sejarah mengalami kerusakan yang parah. Di Cirebon misalnya keris-keris peninggalan Kesultanan ataupun masyarakat Cirebon sendiri sekarang ditangani oleh Kesultanan Cirebon dan para kolektor yang memang dengan sengaja mengoleksi keris-keris tersebut, namun sangat disayangkan fakta yang ditemukan saat ini keris-keris tersebut banyak di antaranya telah mengalami kerusakan karena pemeliharaan yang kurang baik.

Menurut bapak Hatta Abdul Rouf selaku Pengoleksi Tosan Aji di Cirebon mengatakan bahwa keris-keris Cirebon juga bisa dibilang sudah sangat jarang untuk diproduksi bahkan bisa saja menjadi suatu barang langka, itu dikarenakan banyak dari keturunan empu-empu (yang membuat keris) sudah tidak lagi memproduksi keris, mereka banyak yang beralih dari pembuat keris menjadi pandai besi yang membuat peralatan-peralatan dapur atau peralatan-peralatan bertani, faktor ini jugalah yang membuat para kolektor pemula sangat sulit untuk mempelajari keris yang ada di Cirebon.

(9)

hal yang sama bahwa orang-orang yang mengoleksi keris pada zaman ini masih perlu dibimbing tidak hanya dalam hal pengetahuan kerisnya lebih agar luas tetapi dalam kesadaran pemeliharan keris-keris tersebut agar kelak anak cucu bangsa ini mengetahui peninggalan-peninggalan bangsanya sendiri.

1.2. Identifikasi Masalah

Setelah pemaparan latar belakang di atas, terdapat beberapa masalah muncul, antara lain:

 Kurangnya perhatian kolektor pada zaman sekarang dalam pemeliharan dan pengetahuan akan keris-keris yang ada di Cirebon terutama pada keris yang memiliki nilai historis yang tinggi.

 Sudah beralihnya sebagian empu-empu (pembuat keris) yang membuat keris Cirebon menjadi pandai besi yang membuat peralatan dapur ataupun untuk bertani sehingga membuat keris Cirebon menjadi barang langka, dan hal itulah yang menyulitkan para pemula untuk mempelajari keris Cirebon.

1.3. Rumusan Masalah

Setelah pemaparan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, terdapat beberapa pertanyaan masalah yang muncul, antara lain:

 Bagaimana cara menginformasikan pengetahuan historis keris Cirebon ataupun anatomi dari kerisnya sendiri yang benar pada pemula.

 Bagaimana tata cara memelihara atau merawat keris Cirebon yang baik agar keris Cirebon tidak rusak sehingga para kolektor pemula dapat mempelajari keris-keris tersebut dengan baik.

1.4. Batasan Masalah

(10)

1.5. Tujuan dan Manfaat

Tujuan umum yang direncanakan pembuatan animasi infografis tentang keris ini adalah:

 Agar kolektor pemula semakin menyadari akan pentingnya peninggalan keris sebagai identitas bangsa.

 Pembuatan informasi tentang pengetahuan Keris Cirebon ini selain digunakan sebagai alat mendidik kolektor-kolektor pemula yang ada di Cirebon.

 Dampak yang ingin disampaikan penulis adalah agar para kolektor-kolektor pemula yang membaca informasi ini diutamakan dapat mempelajari tentang arti pentingnya menjaga peninggalan budaya bangsa.

(11)

BAB II

PEMBAHASAN MASALAH DAN SOLUSI MASALAH

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Keris

Keris merupakan senjata tikam tradisional Indonesia yang berbentuk khas. Berbeda dengan senjata lain, seperti tombak, belati, atau pedang, keris bukan sekadar alat untuk membunuh lawan. Benda ini sarat dengan nilai-nilai simbolik. Menurut Harsrinuksmo, Bambang (1983:14) keris adalah senjata asli budaya Indonesia karena merupakan peninggalan-peninggalan bekas kerajaan Jawa, terutama kerajaan Jawa yang memiliki andil dalam menyatukan Nusantara, yaitu kerajaan Majapahit.

Semua itu disebabkan kerjaan Majapahit merupakan kerajaan yang dapat menyatukan Nusantara, dengan adanya keris-keris diluar pulau Jawa merupakan pembuktian bahwa di sana memang bekas jajahan kerajaan Majapahit (Bambang Harsrinuksmo, 1983:14).

Dalam kebudayaan Jawa khususnya dan Nusantara pada umumnya, keris tidak hanya berfungsi sebagai senjata tikam, tetapi juga sering dianggap sebagai artifak pusaka yang menjadi lambang kehormatan bagi pemakainya (Al-Mudra, M., 2004). Selain itu, keris juga adalah artifak sejarah yang turut mewarnai kerumitan perjalanan sejarah Nusantara (Garret & Solyo, 1978). Jika dirujuk babad, sejarah lisan, cerita dan sejarah moden, ternyata keris banyak berfungsi sebagai objek kajian sejarah, malahan tidak jarang menjadi penentuan dalam perkembangan sejarah itu sendiri.

(12)

Pada awalnya keris-keris dibuat untuk menunjang kesaktian, kekuasaan dan kewibawaan pemiliknya. Penggunaannya digenggam diasumsikan sama dengan kepanjangan tangan, sehingga bentuknya agak besar dan panjang. Keris-keris yang bentuknya agak kecil dan lebih pendek dari keris-keris yang umum biasanya dulunya dibuat untuk seorang perempuan, biasanya untuk istri bangsawan dan untuk rohaniwan atau untuk para sesepuh masyarakat (Al-Mudra, M., 2004).

Karena sebuah keris dibuat untuk tujuan mendampingi pemiliknya, maka dalam pembuatannya sebuah keris selalu disesuaikan sifat fisiknya dengan sifat-sifat kepribadian dan perilaku si manusia calon pemiliknya. Dengan demikian masing-masing keris jawa yang dibuat oleh empu jawa untuk orang-orang di Jawa Barat, di Jawa Tengah dan di Jawa Timur karakteristiknya mengikuti sifat umum perwatakan manusia di daerah masing-masing keris itu dibuat dan sejalan dengan sifat umum penggunaannya dalam keilmuan kesaktian yang masing-masing daerah akan berbeda sifatnya dengan daerah lainnya (Al-Mudra, M., 2004).

2.1.1.1. Keris Berdasarkan Tempat Asalnya di Jawa

A. Keris Jawa Barat

Secara umum, keilmuan kesaktian dari Jawa Barat sangat mengedepankan sifat keilmuan yang tinggi dan watak keilmuan yang keras. Diibaratkan jika ilmu pukulan, maka ilmu pukulannya itu bersifat ampuh dan mematikan atau jika ilmu pertahanan tubuh, ilmunya benar-benar bisa menjadikan manusianya kebal tidak terluka oleh senjata tajam. Dengan sifat keilmuan kesaktian yang seperti itu maka orangnya akan dikenal sebagai manusia yang berkesaktian tinggi. Sejalan dengan itu, keris-keris yang dibuat di Jawa Barat dibuat dengan sifat karakter yang keras dan panas dan berhawa angker menakutkan, sehingga walaupun hanya dilihat sekilas saja akan terasa bahwa keris-keris itu mengandung hawa gaib yang keras (Garret & Solyo, 1978).

(13)

akan menyerap banyak minyak ketika kerisnya diminyaki. Bentuk fisik keris yang seperti itu cocok untuk diisi energi (khodam) yang sifat energinya besar dan berat, berhawa keras, berwibawa dan angker (Bambang Harsrinuksmo, 1983).

Gambar 2.1. Keris Jawa Barat

Sumber:

http://news.indonesiakreatif.net/basuki-teguh-yuwono-empu-muda-pelestari-keris/

B. Keris Jawa Timur

Secara umum keilmuan kesaktian dari Jawa Timur juga mengedepankan sifat keilmuan yang tinggi dan watak keilmuan yang keras, tetapi tidak sekeras keilmuan Jawa Barat, lebih halus tetapi tajam (Garret & Solyo, 1978). Diibaratkan jika ilmu pukulan, walaupun ilmu pukulannya juga bersifat mematikan, tetapi lebih halus dan energinya lebih tajam, bersifat merusak tubuh bagian dalam atau menembus kekebalan ilmu gaib lawan. Sejalan dengan itu, keris-keris yang dibuat di Jawa Timur dibuat dengan sifat karakter yang halus tetapi berenergi tajam, berwibawa tetapi tidak angker menakutkan, sehingga bila dilihat sekilas akan terasa bahwa sekalipun keris-keris tersebut berkesaktian tinggi, tetapi tidak terlihat angker, tapi anggun berwibawa dan terasa kandungan hawa gaib energinya yang tajam (Garret & Solyo, 1978).

(14)

keris yang seperti itu cocok untuk diisi energi (khodam) yang sifat energinya lebih tajam, berhawa keras, tetapi halus dan anggun berwibawa (Bambang Harsrinuksmo, 1983).

Gambar 2.2. Keris Jawa Timur

Sumber: https://azmer88.wordpress.com/asal-usul/jenis-keris/keris-jawa/

C. Keris Jawa Tengah

Secara umum, keilmuan kesaktian dari Jawa Tengah tidak menonjolkan sifat keilmuan yang tinggi dan watak keilmuan yang keras, tetapi menekankan pada sifat keilmuan yang "dalam" dan bersifat "menindih" kesaktian lawan atau bersifat menundukkan keilmuan lawan yang tinggi. Sangat jarang kita mendengar nama-nama orang sakti dari Jawa Tengah, karena seseorang yang menganut filosofi keilmuan dari Jawa Tengah, walaupun sakti dan berilmu tinggi, tetapi seringkali tidak kelihatan sebagai orang yang sakti dan berilmu, karena perwatakannya didasari oleh filosofi kebatinan jawa mendem jero, tetapi karisma keilmuannya akan dapat dirasakan oleh sesama orang berilmu, sehingga mereka akan saling menghormati dan menjaga jarak (Garret & Solyo, 1978).

(15)

Gambar 2.3. Keris Jawa Tengah

Sumber: http://luk.staff.ugm.ac.id/keris/Jawa/01.html

2.1.1.2. Anatomi Keris Secara Umum

Sebagian ahli tosan aji mengelompokkan keris sebagai senjata tikam, sehingga bagian utama dari sebilah keris adalah wilah (bilah) atau bahasa awamnya adalah seperti mata pisau. Tetapi karena keris mempunyai kelengkapan lainnya, yaitu warangka (sarung) dan bagian pegangan keris atau ukiran, maka kesatuan terhadap seluruh kelengkapannya disebut keris (Seperti dikutip Al Jeanskin, 2011).

A. Pegangan keris

(16)

cetek, bathuk (kepala bagian depan), weteng dan bungkul (Seperti dikutip Al Jeanskin, 2011).

Gambar 2.4. Anatomi pada bagian pegangan keris.

Sumber: Toni Junus

(http://monster-bego.blogspot.com/2013/01/sejarah-keris-mengenal-keris-dan.html#ixzz3ditKwqvr)

B. Warangka atau Rangka

(17)

Warangka ladrang dipakai untuk upacara resmi , misalkan menghadap raja, acara resmi keraton lainnya (penobatan, pengangkatan pejabat kerajaan, dll) dengan maksud penghormatan (F.L Winter, 2009).

Gambar 2.5. Jenis-jenis Warangka.

Sumber: Prasida Wibawa (2008)

(18)

suasa (campuran tembaga emas), perak, emas (Bambang Harsrinuksmo, 1983). Untuk keris Jawa, menurut Prasida Wibawa pada bukunya yang berjudul Tosan Aji: Pesona Jejak Prestasi Budaya mengatakan bentuk pendok ada tiga macam, yaitu:

 Pendok Bunton berbentuk selongsong pipih tanpa belahan pada sisinya;  Pendok Blewah (blengah) terbelah memanjang sampai pada salah satu

ujungnya sehingga bagian gandar akan terlihat, serta;

 Pendok Topengan yang belahannya hanya terletak di tengah.

Apabila dilihat dari hiasannya, pendok ada dua macam yaitu pendok berukir dan pendok polos (tanpa ukiran).

Gambar 2.6. Bentuk dari jenis-jenis Pendok.

(19)

C. Wilah

Wilah atau wilahan adalah bagian utama dari sebuah keris, dan juga terdiri dari bagian-bagian tertentu yang tidak sama pada setiap wilahan, yang biasanya disebut dapur, atau penamaan ragam bentuk pada wilah-bilah (ada puluhan bentuk dapur). Pada pangkal wilahan terdapat pesi, yang merupakan ujung bawah sebilah keris atau tangkai keris. Bagian inilah yang masuk ke pegangan keris (ukiran) . Pesi ini panjangnya antara 5 cm sampai 7 cm, dengan penampang sekitar 5 mm sampai 10 mm, bentuknya bulat panjang seperti pensil. Di daerah Jawa Timur disebut paksi, di Riau disebut puting, sedangkan untuk daerah Serawak, Brunei dan Malaysia disebut punting (Prasida Wibawa, 2008).

Pada pangkal (dasar keris) atau bagian bawah dari sebilah keris disebut ganja (untuk daerah semenanjung Melayu menyebutnya aring). Di tengahnya terdapat lubang pesi (bulat) persis untuk memasukkan pesi, sehingga bagian wilah dan ganja tidak terpisahkan. Ganja ini sepintas berbentuk cecak, bagian depannya disebut sirah cecak, bagian lehernya disebut gulu meled, bagian perut disebut wetengan dan ekornya disebut sebit ron. Ragam bentuk ganja ada bermacam-macam, wilut, dungkul, kelap lintah dan sebit rontal (F.L. Winter, 2009).

(20)

Gambar 2.7. Anatomi pada bagian wilahan keris.

Sumber: Toni Junus

(http://monster-bego.blogspot.com/2013/01/sejarah-keris-mengenal-keris-dan.html#ixzz3ditKwqvr)

2.1.2. Buku Illustrasi

2.1.2.1. Pengertian Buku

Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman (Tarigan, 1986). Buku adalah sebuah wadah yang praktis berisi cetakan atau jilidan halaman yang bersifat, menginformasikan, menjelaskan, menerangkan sesuatu atau memindahkan pengetahuan ke dalam sebuah tulisan kepada pembaca dengan melewati waktu dan jarak.

A. Pengertian Buku Bergambar

(21)

kalangan remaja dan anak-anak, komik atau dengan istilah yang dikenal juga cerita bergambar (cergam) terdiri dari teks atau narasi yang berfungsi sebagai penjelasan dialog dan alur cerita.”

B. Jenis Buku Bergambar

Menurut Guntur (Seperti dikutip Andri Nurmawan, 2010) buku bergambar sekarang semakin berkembang dan memiliki banyak macam dan jenisnya. Macam-macamnya adalah:

 Buku yang mengandalkan gambar, dimana teks hanya berfungsi sebagai penjelasan gambar

 Dimana ilustrasinya dibuat khusus untuk menampilkan teks. Berarti teks dibuat terlebih dahulu, sementara ilustrasi hanya berfungsi sebagai tambahan atau penjelasan.

 Dimana ilustrasinya murni merupakan dekorasi, memiliki sedikit hubungan atau tidak sama sekali dengan isi teks. Dewasa ini, kita bisa melihat contoh-contoh dari ketiga kategori di atas, meskipun kategori terakhir tergolong langka.

2.1.2.2. Pengertian Buku Sebagai Media Informasi

A. Pengertian Illustrasi

Asal kata ilustrasi dari bahasa latin yaitu “Ilustrate” yang artinya penampakan, kemuliaan, cahaya, penerangan, dan penggambaran secara hidup-hidup (Tenti Febriyanti, 2015). Menurut Tenti (2015) mengatakan ada beberapa pengertian ilustrasi yang diberikan oleh para ahli dalam memaknai apa yang disebut ilustrasi, diantaranya:

 Ilustrasi merupakan sebuah visualisasi dari suatu tulisan yang dapat berupa sketsa, lukisan, vektor graphic, foto, atau teknik seni rupa lainnya yang lebih menekankan pada penjelasan tulisan daripada bentuk.

(22)

 Ilustrasi merupakan seni gambar yang dimanfaatkan untuk memberi penjelasan atas suatu maksud atau tujuan secara visual

 Ilustrasi merupakan gambaran sesuatu yang bertujuan untuk mempercantik tulisan atau melengkapi suatu tulisan.

 Ilustrasi merupakan gambaran singkat alur cerita suatu cerita guna lebih menjelaskan salah satu adegan.

Sedangkan gambar ilustrasi adalah gambar atau bentuk visual lain yang menyertai suatu teks, dengan tujuan memperjelas naskah atau tulisan dimana ilustrasi itu dikumpulkan. Demikian gambar ilustrasi adalah gambar yang memiliki tema sesuai dengan tema isi cerita tersebut.

B.

Fungsi

Dalam proses belajar mengajar ilustrasi merupakan bagian yang paling menarik untuk belajar melalui gambar-gambar, dari hasil penelitian Seth Spaulding (Sudjana,2001:12). Menyimpulkan fungsi dari ilustrasi gambar sebagai berikut:

 Ilustrasi gambar merupakan perangkat pelajaran yang sangat menarik minat belajar individu.

 Ilustrasi gambar membantu seorang individu membaca dalam penafsiran dan mengingat isi materi teks yang menyertainya

 Pada umumnya setiap individu lebih menyukai setengah atau sehalaman penuh bergambar disertai beberapa petunjuk yang jelas.

 Ilustrasi gambar harus dikaitkan dengan kehidupan yang nyata, agar minat setiap individu menjadi efektif

(23)

C. Corak Gambar Ilustrasi  Realis

Realis artinya gambar dibuat sesuai dengan keadaan yang sebernarnya, baik prooprsi maupun anatomi dibuat sama menyerupai dengan objek yang di gambar.

 Karikatur

Karikatur berasal dari bahasa Italia caricature yang berarti melebih-lebihkan atau mengubah bentuk (deformasi). Gambar karikatur menampilkan objek seseorang denagn karakter yang aneh dan lucu dan mengandung kritikkan dan sindiran.

 Kartun

Kartun adalah gambar yang berfungsi menghibur, karena berisikan humor. Gambar kartun dapat berupa tokoh binatang atau manusia. William Hogart merupakan Tokoh yang dikenal sebagai Bapak Kartun Modern. Kartunis yang terkenal di Indonesia adalah Hari Pede, Gunawan Raharjo, Itos Budi Santosa, dan sebagainya.

 Gambar Dekoratif

Gambar dekoratif diwujudkan dengan cara menstiril atau mengubah bentuk yang ada di alam tanpa meninggalkan ciri khasnya.

D. Macam-Macam Teknik Ilustrasi

Ada beberapa teknik dalam membuat gambar ilustrasi, seperti disebutkan diatas yaitu dengan cara hidup (Hasan Alwi, 2002) :

 Gambar tangan (manual),

 Dengan bantuan alat digital berupa foto dan computer,  Kombinasi dari manual dan digital.

(24)

 Teknik Outline, adalah cara menggambar secara global, atau tidak detail dan hanya menggambar garis luarnya saja, sehingga terkesan datar, karena tidak ada pengaturan gelap terang.

Gambar 2.8. Teknik Outline

Sumber: http://methatiaa.blogspot.com/2014/05/a_4590.html

 Teknik Arsir, adalah cara menggambar dengan menggunakan arsir atau unsur garis yang terputus-putus, yang digoreskan secara teratur dan berulang-ulang, garis-garis saling menumpuk, digunakan untuk mewujudkan efek gelap terang, volume dan plastisitas.

Gambar 2.9. Teknik Arsir

(25)

 Teknik Blok, adalah cara menggambar dengan memanfaatkan warna secara blok, tanpa menerapkan gradasi dan transisi sehingga terasa datar, bagian yang satu dengan yang lain pada suatu objek ditunjukkan dengan perbedaan warna.

Gambar 2.10. Teknik Blok

Sumber: http://methatiaa.blogspot.com/2014/05/a_4590.html

 Teknik Scraperboard, adalah cara menggambar dengan menggoreskan bentuk-bentuk garis yang arahnya mengikuti volume objek, garis-garis tidak saling menumpuk, tetapi dibuat saling sejajar, dan pada bagian yang gelap dibuat lebih rapat, sedang pada bagian yang terang garis dibuat agak renggang, sehingga dicapai plastisitas yang dikehendaki.

Gambar 2.11. Teknik Scraper Board

(26)

 Teknik Dot, yaitu cara mewujudkan gambar dengan menyusun titik-titik sehingga membentuk suatu objek tertentu, kesan gelap dan terang ditentukan oleh jumlah titik dalam satu area, semakin banyak semakin kuat kesan gelap terang.

Gambat 2.12. Teknik Dot

Sumber: http://methatiaa.blogspot.com/2014/05/a_4590.html

 Teknik Goresan Kering (dry brush), adalah cara menggambar dengan memanfaatkan tinta atau cat yang sengaja dibuat agak kering, sehingga warna-warna ketika digoreskan tidak merata, efek ini juga digunakan untuk membuat tekstur, pada bagian yang terang digoreskan warna-warna terang, sedang pada bagian yang gelap digoreskan warna-warna yang tua dan berulang-ulang, sehingga tercapai plastisitas yang diinginkan.

Gambar 2.13. Teknik Dry Brush

(27)

 Teknik Half Tone, adalah cara menggambar dengan memanfaatkan efek transisi warna dari terang ke gelap, dengan menggunakan tinta atau cat yang dibuat agak encer, efek transisi warna tersebut digunakan untuk mencapai plastisitas yang diinginkan

Gambar 2.14. Teknik half Tone

Sumber: http://methatiaa.blogspot.com/2014/05/a_4590.html

 Teknik Siluet, adalah cara menggambar dengan mewujudkan warna tunggal yang solid atau pekat, biasanya warna hitam tetapi tidak menutup kemungkinan menggunakan warna lain, gambar yang dihasilkan dengan teknik ini hanya berupa bentuk global dengan warna tunggal, objek seolah-olah diambil dari posisi yang berlawanan dengan arah datangnya sinar, sehingga terkesan seperti bayangan.

Gambar 2.15. Teknik Siluet

(28)

E. Media Gambar Ilustrasi

Media diartikan sebagai bahan atau peralatan yang dibutuhkan. Dalam menggambar illustrasi tidak dibutuhkan peralatan khusus. Berdasarkan medianya, menurut Agus Nugroho (http://senibudayasenirupaa.blogspot.com/2013 /12/ilustrasi -cerita.html) peralatan menggambar illustrasi dibedakan menjadi dua yaitu media hitam putih dan media warna.

 Media Hitam Putih

Pada masa lalu, banyak orang menggambar ilustrasi menggunakan trekpen sebagai alat utamanya dan bak tinta sebagai pewarnanya. Trekpen digunakan karena penggunaannya mudah. Dengan perkembangan teknologi banyak peralatan yang lebih mudah dan praktis,yaitu dengan menggunakan spidol, rapido, pena bahkan computer.

 Media Pewarna

Media Pewarnaan merupakan bagian terpenting dalam element visual ataupun ilustrasi karena dalam teknis pewarnaan juga dapat menimbulkan kesan yang berbeda dalam penafsiran setiap orang. Berikut beberapa teknis media pewarnaan: o Cat air Menurut arti kata cat air ialah cat atau bahan yang dipakai untuk mewarnai sesuatu dan penggunaannya memakai air. Menurut sifatnya, cat air terbai menjadi 2 jenis, yaitu Transparant water colour dan Nontransparant/ opaque water colour.

o Pensil warna, jenis pensil ini banyak mengandung lilin. Biasanya pilihan warnanya banyak, tetapi bahannya agak sulit digunakan tergantung kualitas pensil warnanya.

2.2. Objek Penelitian

2.2.1. Keris Cirebon

A. Asal Usul Keris Cirebon

(29)

merupakan anak dari Prabu Siliwangi datang bersama Ki Gede Alang Alang (Buyut Pertama yang ada di Cirebon) ke wilayah pesisir pantai utara Jawa Barat untuk menetap di wilayah ini mencari pengetahuan tentang Islam yang nantinya menjadi cikla bakal Kesultanan Cirebon sendiri, kisah ini dinamakan Babad Cirebon.

Hubungan kisah Babad Cirebon dengan keris Cirebon sendiri menurut Raden Praja adalah pusaka yang dipakai oleh Ki Gede Alang Alang merupakan pusaka yang menjadi pakem dari pusaka-pusaka yang hadir di Kesultanan Cirebon sendiri, pusaka tersebut dalam kisahnya dipakai oleh Ki Gede Alang Alang dalam pembabatan habis hutan yang ada di pesisir utara jawa Barat dalam pembentukan wilayah Cirebon itu sendiri, pusaka tersebut di sebut Golok Warangan.

Gambar 2.16. Golok Warangaan

Sumber: http://www.indonetwork.co.id/pt_unikshop/1072329/golok

warangan-nagasari.htm

(30)

Cirebon, Wali Songo, dan Kerajaan Demak, akhirnya Kesultanan Cirebon melepaskan diri dari Pajajaran. Atas kepemimpinan Sultan Syarif Hidayatullah lah Kesultanan Cirebon dapat banyak pengaruh dari Kerajaan Demak dan Kerajaan Majapahit, itu terjadi dikarenakan pencampuran budaya antara Kesultanan Cirebon dengan dua kerajaan tersebut oleh Syarif hidayatullah atas dasar penyebaran agama Islam (Yuyus Suherman, 1995).

B. Jenis-Jenis Keris Cirebon

Menurut Raden Praja mengatakan bahwa pada dasarnya keris Cirebon memiliki dua jenis berdasarkan asal muasalnya yaitu keris cirebon yang berasal dari Padjajaran dan keris yang berasal dari Majapahit. Sedangkan, jika dilihat dari jenis peruntukannya keris Cirebon juga memiliki dua jenis, yaitu keris yang diperuntukan bagi kalangan Ningrat (warga Kesultanan Cirebon) dan keris yang diperuntukan untuk warga atau masyarakat Cirebon itu sendiri.

Hal senada juga diutarakan oleh bapak Wahidin Abdul Rauf selaku kolektor ternama yang ada di Kota Cirebon mengatakan bahwa memang benar keris Cirebon memiliki dua jenis jika dilihat dari asal muasalnya dan ada dua jenis keris jika dilihat dari peruntukannya. Namun dalam pengelompokan keris itu sendiri keris Cirebon memang sedikit sulit itu dikarnakan bentuk keris Cirebon yang sangat beragam serta keris Cirebonyang dibuat hanya sesuai dengan pesanan yang dinginkan oleh para calon pemilik keris saja menurut pendapat dari bapak wahidin Abdul Rauf.

Walau memang sangat sulit membedakan mana keris Cirebon yang termasuk keris yang memegang pakem Padjajaran atau mana keris Cirebon yang memegang paham Majapahit ataupun mana yang termasuk keris yang diperuntukan bagi kalangan Ningrat atau mana yang diperuntukan bagi kalangan masyarakat biasa, ada beberapa hal yang dapat membedakannya jika memang seseorang sudah ahli dalam bidang keris-keris.

(31)

sedangkan bagi keris Cirebon yang memegang pakem dari Majapahit bagian ganja terpisah dengan tubuh wilah dan bukan merupakan satu kesatuan. Sedangkan pada jenis keris yang diperuntukan bagi kalangan Ningrat dengan kalangan biasa adalah dari pemilihan bahan yang dipaka dan ukiran-ukiran yang dibuat dalam keris tersebut. Pada kalangan Ningrat keris Cirebon menggunakan bahan-bahan pilihan dan biasanya pada keris ini ditambahkan beberapa logam mulia seperti emas agar keris yang dibuat terlihat kelas ataupun kegagahan keris tersebut. Sedangkan, jenis keris Cirebon yang diperuntukan bagi kalangan bisa menggunakan bahan yang sederhana dan mudah untuk diolah ataupun dicari, dan dalam bentuknya sendiri keris ini tidak memiliki banyak motif dan bersifat sederhana.

Gambar 2.17. Keris Cirebon yang memegang pakem Padjadjaran

Sumber: https://www.pinterest.com/pin/446278644296368081/

Gambar 2.18. Keris Cirebon yang memegang pakem Majapahit

Sumber: http://www.geocities.ws/koleksikeris/MenutipskolektorWIP.html Ganja dan

wilahnya merupakan satu

kesatuan

Ganja dan wilahnya bukan merupakan satu

(32)

Gambar 2.19. Keris yang diperuntukan bagi Ningrat

Sumber:

http://ancientpoint.com/inf/42026-old_keris_cirebon_parungsari_13_luk_kriss_kris__hs03.html

Gambar 2.20. Keris yang diperuntukan bagi Masyarakat

Sumber:

http://ancientpoint.com/inf/42026-old_keris_cirebon_parungsari_13_luk_kriss_kris__hs03.html

C. Ciri Khas Keris Cirebon

Keris Cirebon pada dasarnya hampir menyerupai keris-keris Jawa pada umumnya, dikarenakan keris Cirebon merupakan pencampuran dari keris yang ada di Jawa dan keris yang ada di Jawa Barat atau tataran Sunda. Menurut hasil wawancara dengan Raden Praja mengatakan Keris Cirebon dapat dilihat dari ciri khasnya karena memiliki Gandik pada bagian bawah bilah keris Cirebon.

Keris untuk

Masyarakat

bentuknya lebih

Sederhana

Keris untuk

Ningrat

bentuknya lebih

Kompleks dan

memakai

(33)

Gambar 2.21. Gandik pada Keris Cirebon

Sumber: Foto Pribadi

D. Arti Simbol Yang Sering Muncul Pada Keris Cirebon

Pada dasarnya simbol yang muncul pada keris cirebon tidak lepas dari gambaran-gambaran orang-orang yang ada di Cirebon. Menurut bapak Wahidin Abdul Rauf mengatakan keris merupakan sebuah do'a baik itu untuk diri sendiri maupun untuk nenek moyang atau leluhur yang ada di Cirebon.

Dan berikut menurut bapak raden Praja yang mengatakan ada 4 simbol yang sering muncul pada keris Cirebon itu sendiri:

 Naga melambangkan kekuatan alam bawah sadar atau melambangkan air.  Manusia yang biasanya terdapat pada hulu keris melambangkan do'a kepada

leluhur yang telah lama berpulang.

(34)

Gambar 2.22. Motif Naga pada Kianatah Keris Cirebon

Sumber:

http://ajimatku.blogspot.com/2012/08/kanjeng-kyai-nogo-manuk-gajahelar.html

Gambar 2.23. Motif Patung Manusia pada Hulu Keris

Sumber:

http://monster-bego.blogspot.com/2013/01/sejarah-keris-mengenal-keris-dan.html#ixzz3ditKwqvr

Gambar 2.24. Motif Singa Baron pada Kianatah Keris Cirebon

(35)

Tidak hanya dalam cirak dan moti pada bagain bilah keris dan hulu keris, menurut bapak Wahidin Abdul Rauf mengatakan bentuk keris yang meliuk-liuk atau bergelombang (luk) memiliki arti tersendiri. Pada umumnya menurut Bapak Wahidin keris paling banyak menggunakan luk hingga berjumlah 13 tetapi ada keris yang menggunakan luk hingga lebih dari 13 (keris yang disebut dengan sebutan keris istimewa). Berikut macama luk beserta arti pemaknaannya menurut Bapak Wahidin Abdul Rauf :

 Keris Lurus: Melambangkan stabilitas dan kemapanan atas kekuatan lahir dan bathin.

 Keris Luk Tiga: Melambangkan tercapainya cita-cita atau mempermudah menggapai harapan.

 Keris Luk Lima: Melambangkan pemiliknya lancar berbicara dan berkomunikasi.

 Keris Luk Tujuh: Melambangkan kekuatan dalam berbicara (adu argument).  Keris Luk Sembilan: Melambangkan sifat bijaksana dalam setiap urusan dan

kemajuan usahanya.

 Keris Luk Sebelas: Melambangkan kedinamisan, enerjik, semangat pantang menyerah untuk menggapai keinginan.

 Keris Luk Tiga Belas: Melambangkan kewibawaan.

Gambar 2.25. Macam-macam Bentuk Luk Keris

Sumber:

(36)

E. Tata Cara Pemeliharan Keris Cirebon

Pada dasarnya cara mengurus Cirebon sendiri hampir sama seperti mengurus keris pada umumnya. itu disebabkan karena material yang dipakai dalam menggunakan keris Cirebon hampir sama dengan yang digunakan Kerajaan Padjajaran dengan Kerajaan Majaphit ataupun Kesultanan Jogjakarta.

Menurut Bambang Harsrinuksmo (1983) Mutih Keris merupakan salah satu proses tahapan membersihkan Keris. Keris yang telah berkarat atau kotor, pada umumnya direndam terlebih dahulu di dalam air kelapa basi dengan tujuan kotoran yang ada pada bilah keris terangkat semua, sedangkan membersihkan keris dengan jeruk nipis dilakukan agar sisa warangan agar dapat mudah terlepas dari bilah keris, setelah itu kemudian keris dibilas dengan air agar sisa dari air jeruk tersebut hilang dengan tujuan agar tidak gampang berkarat, setelah itu keris dijemur untuk dikeringkan. Pekerjaan membersihan bilah keris inilah yang disebut dengan mutih keris.

Gambar 2.26. Tata Cara membersihkan Keris

(37)

Namun menurut Wahidin Abdul Rauf selaku kolektor keris mengatakan bahwa dalam tata cara pencucian Keris Cirebon sendiri ada beberpa tahap yang berbeda dengan keris pada umumnya, walaupun secara garis besar ada tata cara yang hampir menyerupai tata cara keris yang lainnya. Pada umumnya keris Cirebon dimandikan atau dibersikan sebelum datangnya bulaun Maulud atau tepatnya seminggu sebelum bulan Maulud, karena menginduk pada pakem Cirebon yang di mana pada tanggal 1 Maulud diadakan malam pajang jimat (dipajangnya pusaka kesultanan Cirebon). Tahap-tahap pencucian keris sendiri merupakan simbol do'a yang dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berikut yang merupakan tahap-tahap bagian dari proses pencucian keris Cirebon, yaitu:

1. Tahap pertama dilakukan adalah membuka keris secara langsung dan dipegang oleh tangan kanan pada sarung keris dan tangan kiri pada gagang kerisnya, posisi keris ini diharuskan sejajar dengan kepala sebagai tanda penghormatan pada keris itu sendiri.

2. Kemudian tahap berikutnya adalah melepaskan gagang keris atau hulu keris dengan bilahnya dengan tujuan agar gagang keris itu sediri tidak ikut proses perendaman dengan air kelapa, dikarenakan bahan yang digunakan adalah kayu sehingga mudah rusak jika direndam di dalam air itu sendiri.

3. Setelah itu, bilah keris direndam dengan air kelapa selama 1 hari agar kotoran yang terdapat pada keris ternagkat, sebelum memasukan bilah keris Cirebon pada air kelapa seorang pencuci keris diwajibkan memanjatkan do'a kepada Sang encipta agar diberikan keselamatan. Do'a yang dipakai adalah sebagai berikut:

Bismillahir Rakhmannir Rakhim Duh Gusti kawula nguwun slamet empu slamet, panjak slamet, wesi slamet wesi aji, wesi slamet

(38)

Dengan arti sebagai berikut:

Bismillahir Rakhmanir Rakhim Ya Tuhan, saya mohon keselamatan

Empu selamat, panjak selamat, besi selamat Besi aji, besi (yang) selamat

Baja selamat, pamor selamat Selamat atas kehendak Allah.

4. Setelah 1 hari bilah keris kemudian digosok dengan air jeruk nipis dengan tujuan menghilangkan karat-karat yang menempel pada bilah keris itu. Tahap berikutnya adalah bilah keris direndam dengan air yang sudah ditaburi dengan bunga 7 warna, ini merupakan simbol bahwa keris direndam dengan air yang suci, dalam tahap ini bilah keris tidak hanya direndam saja tetapi digosok untuk membersihkanya dari kotoran-kotoran yang menempel pada bilah keris itu sendiri. Setelah bersih, keris didiamkan hingga kering.

(39)

2.3. Analisa

2.3.1. Laswell’s Model

Strategi komunikasi dalam perancangan ini menggunakan Laswell’s Model yang diuraikan sebagai berikut :

Who ?

Masyarakat khususnya Kolektor-kolektor keris pemula.

Says What ?

Perancangan ini akan menginformasikan kepada masyarakat khususnya bagi kolektor-kolektor pemula mengenai informasi tentang perkenalan Keris Cirebon, serta tentang Informasi bagaimana cara mengurus Keris Cirebon dengan baik dan dimana dapat mempelajari Keris Cirebon lebih dalam.

In Which Channel

Merancang Informasi tentang Pengetahuan Keris Cirebon yang dibuat menarik dan informatif. Dalam Media Informasi ini akan diulas tentang apa itu Keris Cirebon, Kegunaan Keris Cirebon dan tata cara pemeliharaan Keris Cirebon.

To Whom

Diutamakan untuk masyarakat Kota Cirebon berusia 22-55 tahun. Target tersebut dipilih berdasarkan insight nya yang merupakan kolektor-kolektor keris pemula.

What With Effect

Dengan merancang media informasi ini, masyarakat sebagai target audience akan mendapat informasi sekaligus mendapat gambaran mengenai cara yang tepat untuk memelihara Keris Cirebon.

Dampak Jangka Pendek :

o Menambah pengetahuan para kolektor pemula mengenai keris-keris Cirebon. o Menambah pengetahuan para kolektor pemula dalam memelihara Keris

(40)

Dampak Jangka Panjang :

o Membuat para kolektor pemula tahu pentingnya Keris Cirebon sebagai identitas bangsa.

o

Membuat para kolektor pemula tahu tata cara melestarikan budaya bangsa.

2.4. Target Audience

Pada dasarnya Buku Illustrasi ini diperuntukan untuk kolektor-kolektoe pemula yang yang ada di Kota Cirebon. Menurut Hatta Abdul Rauf selaku Ketua dari para pecinta Keris di Cirebon mengatakan bahawa kolektor-kolektor pemula berkisar umur di antara 22-55 tahun atau lebih, sedangkan menurut Dr. M. Munandar Sulaiman dalam bukunya Ilmu Sosial Dasar mengatakan dewasa awal adalah mereka yang berumur 15-35 tahun sedangkan Menurut Vailant (seperti yang dikutip M. Munandar Sulaiman, 2011), membagi masa dewasa awal menjadi tiga masa, yaitu masa pembentukan (20 – 30 tahun), masa konsolidasi (30 – 40 tahun), dan masa transisisi (sekitar usia 40 tahun). Dalam wawancara yang di dapat dengan bapak Hatta Abdul Rauf juga mengatakan bahwa para kolektor muda ini sebagian profesinya adalah pengusaha menengah ke atas. Oleh, sebab itu dipilihnya Buku Illustrasi untuk mempermudah konsumen serta dikarenakan melihat dari kebiasaan sendiri yang sangat memperhatikan waktu dalam berkativitas.

2.5. Resume yang Mengarah pada Solusi Perancangan

Dalam mencari solusi pada perancangan ini, dilakukan beberapa tahap yang dapat diuraikan sebagai berikut :

Problem Statement

Kurang mengetahuinya para kolektor pemula tentang informasi mengenai Keris Cirebon dan pengetahuan tata cara memelihara Keris Cirebon yang baik.

Problem Solution

(41)

Cirebon dan tata cara merawat hingga membuat Keris Cirebon serta tata cara memperbaiki Keris Cirebon yang rusak.

What To Say

Sampaikan ke tempat yang tepat

How To Say

(42)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1. Strategi Perancangan

3.1.1. Tujuan Komunikasi

Memberikan informasi tentang keris Cirebon dengan membuat buku illustrasi, sehingga dapat meningkatkan kepedulian, kepekaan dan pengetahuan para kolektor pemula yang ada di Cirebon tentang Keris Cirebon itu sendiri.

3.1.2. Pendekatan Komunikasi

Dalam hal merancang buku informasi ilustrasi tentang Keris Cirebon, diperlukan suatu strategi komunikasi yang komunikatif yang sesuai dengan karakterisik target audience yaitu kalangan dewasa awal, baik itu secara verbal maupun visual. Melalui strategi komunikasi ini diharapkan adanya pendekatan komunikasi yang terjadi agar strategi komunikasi ini tepat sasaran.

A. Pendekatan Verbal

Strategi pendekatan verbal yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang mudah dimengerti oleh target audience, itu disebabkan karena target yang di angkat adalah orang-orang yang berusia 22 tahun hingga sekitar usia 50 tahun (dewasa). Penggunaan Bahasa Indonesia juga digunakan sebagai penjelasan dan melengkapi visual pada buku agar materi pesan yang disampaikan cukup jelas dan mudah dimengerti oleh target audience sehingga komunikasi yang disampaikan lebih efektif dan pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

(43)

Materi Pesan

Menampilkan informasi-informasi mengenai keris Cirebon dimulai dari asal-usul keris Cirebon, jenis keris Cirebon hingga proses perawatan keris Cirebon itu sendiri. Dalam media informasi ini pun tidak hanya menginformasikan tentang keris Cirebon, tetapi terdapat pesan moral yang terkandung dalam informasi ini yaitu seberapa pentingnya para kolektor menjaga atau memelihara keris-keris yang mereka koleksi, karena keris sendiri merupakan sebuah warisan bangsa yang perlu dijaga.

Gaya Bahasa

Tarigan (1985:5) mengemukakan gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek pembicaraan dengan jalan memperbandingkan sesuatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Penggunaan gaya bahasa yang dipilih dalam media informasi ini adalah gaya bahasa yang resmi atau gaya bahasa yang formal dan informatif agar sesuai dan mudah dimengerti oleh target audience, karena target yang dipilih adalah masyrakat kalangan atas yang sikapnya sendiri lebih formal dan sopan.

B. Pendekatan Visual

Visual dalam buku ini disesuaikan dengan karakter kalangan dewasa usia 22 tahun hingga sekitar usia 50 tahun yaitu visual yang cenderung realis, dengan gaya karakter gambar eksplorasi yang unik. Dalam pendekatan visual sendiri mengambil pendekatan yang bersifat memberikan informasi-informasi mengenai fakta-fakta permasalahan tentang keris Cirebon kepada target audience dengan tujuan agar tergerak ikut bertindak untuk mengatasi masalah yang diangkat.

\

Gambar 3.1. Gaya Visual yang bersifat Informatif.

Sumber:

(44)

3.1.3. Khalayak Sasaran Perencanaan

Consumer Insight

Pria atau wanita yang berumur kisaran 22 hingga 50 tahun seorang kolektor keris pemula yang ada di Cirebon. Sering menghabiskan waktunya dengan membaca buku, dan berpergian ke toko buku.

Consumer Journey

Perjalanan aktivitas dari target audience merupakan hal-hal yang terpenting untuk diteliti karena menjadi sebuah acuan dalam menentukan media yang akan diangkat. Berikut adalah tabel yang memamparkan aktivitas dari target audience yang dituju:

Tabel 3.1. Tabel Consumer Journey

(45)
(46)
(47)

3.1.4. Strategi Kreatif

Pesan yang akan disampaikan berbentuk media informasi. Perancangan media tersebut dibuat dan dikemas dalam bentuk sebuah buku yang isinya tentang informasi Keris Cirebon, gambar dalam buku ini akan dibuat dengan ilustrasi agar lebih mudah dalam memahami informasi yang akan disampaikan, dalam prosesnya penggambaran dan pewarnaan dalam media ini dilakukan secara manual hasil dari sketsa digital (komputer) yang dikombinasikan dengan beberapa tulisan yang menjelaskan alur gambar tersebut. Ilustrasi dalam media informasi ini menggunakan teknik yang dibuat seperti cat air agar terlihat lebih natural serta dibuat hampir merinci atau realis karena diambil dari bentuk fisik keris itu sendiri yang memang dibuat lebih merinci.

Gambar 3.2. Contoh Karya Realis Digital

Sumber: http://www.cmykmag.com/portfolios/katie.chappell.html

3.1.5. Strategi Media

A. Media Utama

(48)

Penyampaian pada buku fisik juga akan lebih terperinici dan mendetail, serta mengandung unsur estetis yang membuat buku ini dipilih menjadi media utama.

B. Media Pendukung

Dalam menunjang media utama tadi, dibutuhkan beberapa media pendukung yang berfungsi untuk mempromosikan media utama dan biasanya dikemas secara menarik dan penempatan maupun penggunaannya strategis yang nantinyadapat menarik minat dari target market yang hendak disasar.

Media-media tersebut diantaranya:

 Poster

Poster, Iklan display yang dicetak pada kertas. Akan ditempel di kantor, supermarket dan tempat-tempat target audience melakukan kegiatan sehari

 Brosur

Menampilkan garis besar informasi tentang Buku Keris Cirebon, sehingga khalayak sasaran dapat membayangkan hal-hal menarik apa saja yang akan mereka dapatkan dalam buku Keris Cirebon ini.

X-Banner Indoor

Penyampaian informasi berbentuk banner dengan penyangga X. Akan ditempatkan bersama dengan booth. Ditampilkan saat mulai rilisnya buku yang merupakan media utama, serta dalam X-Banner ini akan menampilkan hal-hal yang menari berkaitan dengan Buku ini, sehingga membuat target audience tertarik untuk mendapatkannya.

Sticker

Media stiker akan diberikan kepada para pengunjung secara cuma-cuma, dengan tujuan ketika sticker ini setelah di tempel di suatu tempat, orang yang melihatnya akan ingat buku yang akan dibuat.

 Gantungan Kunci

(49)

3.1.6. Distribusi dan Waktu Penyebaran Media

Media utama yang digunakan pada perancangan ini berupa buku yang akan dirilis sesuai dengan kegiatan yang dilakukan target audience, penyebaran media pendukung pun akan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan target audience, penyebarannya yaitu akan dilaksanakan selama 1 bulan dan hanya di bulan September saja, itu dikarenakan jika dilihat dari kalender yang ada di Indonesia di bulan September banyak memiliki tanggal merah atau hari libur dan ini merupakan waktu kosong bagi target audience yang akan dituju.

Sesuai dengan kegiatan target audience ketika berada di waktu luang penyebaran media ini akan dilakukan di daerah yang sering dikunjungi oleh para target audience. Berikut adalah data table yang dibuat untuk penyebaran media selama bulan September:

Tabel 3.2. Tabel Distribusi Media

Sumber: Dokumentasi Prinadi

3.2. Konsep Visual

3.2.1. Format Desain

(50)

Gambar 3.3. Format Buku yang digunakan.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

3.2.2. Tata Letak (Layout)

Gabungan dari pesan informasi, ilustrasi gambar, background, beserta elemen-elemen visual lainnya. Seluruh ornamen ini disusun sedemikian rupa sebagai pendukung tampilan buku, sehingga akan menghasilkan satu kesatuan komposisi yang baik, serta mempermudah dalam menjelaskan suatu informasi yang akan diberikan. Tiap halaman buku tersebut memiliki layout yang kurang lebih memiliki kesamaan, hanya sedikit perubahan dilakukan pada bagian ilustrasi, penempatan tata letak tipografi teks yang disesuaikan dengan ilustrasi.

Gambar 3.4. Kerangka Layout yang seimbang.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

(51)

Gambar 3.5. Alur baca yang akan diterpakan pada layout.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 3.6. Contoh Layout

Sumber:

https://www.elance.com/samples/illustration-inside-quotcarnet-de-voyagequot-illustration-india-drawing-watercolor-graphic-design-/63828700/

Gambar 3.7. Penerapan Layout pada Karya

(52)

3.2.3. Huruf

Jenis-jenis huruf yang akan dipilih adalah huruf yang mempresentasikan fisik keris yang tradisional namun memiliki nilai keindahan, serta keterbacaan dalam menyampaikan informasi tersebut. maka dipililih beberapa huruf yaitu, Nueva Std dan Gabriola, yang mewakili sifat tradisonal dan sederhana serta keterbacaan dalam penyampaian informasi di buku ini..

Gambar 3.8. Font Neuva Std merupakan font yang mewakili sifat tradisional dan

kesederhanaan.

Sumber: http://www.dafont.com/neuva-std.font

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ abcdefghijklmopqrstuvwxyz

1234567890 !@#$%^&*()~`-_=+{}"|>?[];'\./

Gambar 3.9. Font Gabriola merupakan font yang sifat tradisional dan kesederhanaan.

http://www.dafont.com/gabriola.font

3.2.4. Ilustrasi

(53)

Gambar 3.10. Karya Ilustrasi yang dijadikan Studi Visual

Sumber: http://www.cmykmag.com/portfolios/katie.chappell.html

Gambar 3.11. Penerapan Karya Ilustrasi pada Cover Buku

Sumber: Dokumentasi Pribadi

(54)

Gambar 3.12. Proses Penyederhanaan Simbol Singa Baron

Sumber: Dokumentasi Pribadi

3.2.5. Warna

(55)

Gambar 3.13. Kombinasi Penggunaan Warna dalam Buku Illustrasi

(56)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA

4.1. Teknis Produksi

Proses produksi media akan dilakukan melalui beberapa tahap yaitu:

Tahap Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan konsep dari tujuan perancangan dan strategi perancangan maka selanjutnya adalah mengumpulkan data pendukung yang akan dimuat di media, seperti data berupa gambar, foto, tulisan/font, logo serta referensi dari internet dan buku.

Tahap Perancangan

Tahapan perancangan ini adalah tahapan yang paling kursial untuk mewujudkan media informasi Keris Cirebon. Proses pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan beberapa data dan gambar atau foto. Tahap selanjutnya yaitu mengatur layout media, mengabungakan beberapa foto sebagai background, kemudian membuat ilustrasi dari keris Cirebon yang sudah ada. Tahapan terakhir adalah tahapan finishing yaitu tahapan dimana softcopy media yang telah selesai dirancang dan akan disempurnakan sebagai media utama ataupun sebagai media pendukung.

Tahap Cetak

(57)

4.2. Media Utama

Media utama yang digunakan adalah

Gambar 4.1. Tampilan Buku Sebagai Media Utama

Sumber: Data Pribadi

Ukuran Media : 19 cm x 20 cm Bahan : Art paper 80 gr

Cover : Hardcover jilid jahit. Halaman : 14 halaman

Teknik : Digital Print

(58)

4.3. Media Pendukung

Media pendukung yang digunakan adalah

4.3.1. Poster

Gambar 4.2. Tampilan Desain Poster

Sumber: Data Pribadi

Ukuran Media : 42 cm x 29,7 cm Bahan : Art paper 80 gr

Teknik : Digital Print

(59)

4.3.2. Brosur

Gambar 4.3. Tampilan Desain Brosur

Sumber: Data Pribadi

Ukuran Media : 10 cm x 21 cm Bahan : Art paper 150 gr Teknik : Digital Print

(60)

4.3.3. X-Banner

Gambar 4.4. Tampilan Desain X-Banner

Sumber: Data Pribadi

Ukuran Media : 160 cm x 60 cm Bahan : Flexi

Teknik : Digital Print

(61)

4.3.4. Sticker

Gambar 4.5. Tampilan Desain Sticker

Sumber: Data Pribadi

Ukuran Media : 7 cm x 7 cm Bahan : Graftek

Teknik : Digital Print

(62)

4.3.5. Gantungan Kunci

Gambar 4.6. Tampilan Desain Gantungan Kunci

Sumber: Data Pribadi

Ukuran Media : 5 cm x 5 cm Bahan : Plastic

Teknik : Digital Print

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Bangunjiwo, Ki Juru. 2008. Misteri Pusaka-Pusaka Soeharto. Yogyakarta: Galangpress.

Binanto, Iwan. 2010. Multimedia Digital: Dasar Teori dan Pengembanganya. Yogyakarta: Andi Offset.

Brotowidjoyo, Mukayat D. W. 1985. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: PT. Melton Putra.

Hadisiswaya, A.M. 2009. Filosofi Wahyu Keraton: Rahasia Dibalik Cerita, Simbolis & Lambang Keraton Jawa. Klaten: CV. Sahabat.

Harsrinuksmo, Bambang. 1994. Mengungkap Rahasia Isi Keris. Jakarta: PT. Grafikatama Jaya.

Soelaeman, M. Munandar. 1952. Ilmu Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Suyanto, M. 2003. Multimedia Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing. Yogyakarta: Andi Offset

Wirasoekadga, Ngabehi. 1988. Misteri Isi Keris. Semarang: Effhar Offset. Winter, F.L. 2009. Kitab Klasik Tentang Keris. Yogyakarta: PT. Panji Pustaka. Wibawa, Prasida. 2008. Tosan Aji: Pesona Jejak Prestasi Budaya. Jakarta: PT.

(64)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : M Arif Rachman S

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 10 Maret 1993 Jenis Kelamin : Laki Laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat Asal : Jalan merkuri Selatan XXI No.19 Komp. Margahayu Raya

Alamat Domisili : Jalan merkuri Selatan XXI No.19 Komp. Margahayu Raya

Telpon/HP : 022-7510376

Riwayat Pendidikan

• 1999 – 2005 : SDN Margahayu Raya 01 Bandung

• 2005 – 2008 : SMPN 18 Bandung

• 2008 – 2011 : SMAN 25 Bandung

• 2011 - 2015 : Universitas Komputer Indonesia, Bandung

Pengalaman Kerja :

Gambar

Gambar 2.1. Keris Jawa Barat
Gambar 2.2. Keris Jawa Timur
Gambar 2.3. Keris Jawa Tengah
Gambar 2.4. Anatomi pada bagian pegangan keris.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Winatapraja (2013) mengenai pengaruh dari ekuitas merek terhadap keputusan pembelian dengan alat analisis menggunakan regresi

 Secara bergantian, peserta didik melafalkan hukum bacaan mim mati di depan kelas  Pesera didik mempresentasikan hasil diskusi tentang hukum bacaan Washal.. Penutup

Dan berdasarkan hasil penelitian Salputra, D (2012) Pengaruh Lama Penyimpanan Susu Mentah pada Refrigerator Terhadap Kadar Protein, Lemak, Viskositas, dan Nilai

Tablet effervescent ekstrak jahe merah yang dibuat dengan kombinasi asam sitrat dan asam fumarat sebagai sumber asam dan natrium karbonat sebagai sumber basa diduga dapat

Makin lama kejang berlangsung makin sulit menghentikannya, oleh karena itu tatalaksana kejang umum yang lebih dari 5 menit adalah menghentikan kejang dan mencegah

al, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama

Minyak atsiri yang dihasilkan dari rimpang temulawak juga dapat menghambat partumbuhan jamur Candida albicans 8.. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi