• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagaimana Strategi Bagian PencegahanBadan Narkotika Provinsi(BNP) Jawa Barat Dalam Mensosialisasikan Pemantapan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Kepada Kalangan Di Mahasiswa Kota Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bagaimana Strategi Bagian PencegahanBadan Narkotika Provinsi(BNP) Jawa Barat Dalam Mensosialisasikan Pemantapan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Kepada Kalangan Di Mahasiswa Kota Bandung"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

v

ERADICATION, ABUSE,DARK AND CIRCULATION DRUGS (P4GN) TO AMONG STUDENTS

IN BANDUNG

By :

Cahyo Dwi Jayanto Nim.41806051

This scripts under Supervise of,

Rismawaty, S.Sos., M.Si.

This study investigates Bagian Pencegahan Bada Narkotika Provinsi strategy to increase and spread the information related P4GN through socialization.

Author uses qualitative approach with descriptive analytical method, which is the subject of this study is Badan Pencegahan Badan Narkotika Provinsi ( BNP) West Java by using purposive sampling techniques . Samples that authors took for this study were 3 people from Sub Bagian Pencegahan BNP. Data had been collected by doing interview, observation, documentation, and study literature.

The result of this study is a plan, which Bagian Pencegahan BNP should determine short-term and long-term plan, to improve the information, because the presence of forward planning submitted is expected that a student could accept it more quickly. a method, that is where the Badan Pencegahan BNP explains how to implement socialization; a pattern, that is where the Badan Pencegahan BNP creates and explain some patterns in socialization activities; a position, which is where Badan Pencegahan BNP is positioned as a facilitator in the activity of socialization: a perspective that is where the BNP has a view of the socialization activities for students.

Based on this study, strategy that Bagian Pencegahan BNP used to improve the information for students in West Java through socialization activities has been conducted well.

(2)

iv

PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN, PENYALAHGUNAAN, DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN)

KEPADA KALANGAN MAHASISWA DI KOTA BANDUNG

Oleh :

Cahyo Dwi Jayanto Nim.41806051

Skripsi ini di bawah bimbingan, Rismawaty, S.Sos., M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Strategi Bagian Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Untuk Meningkatkan Informasi Mengenai P4GN Kepada Setiap Mahasiswa di Kota Bandung melalui Sosialisasi.

Pendekatan penelitian Kualitatif dengan menggunakan metode analisis deskriptif, yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Bagian Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dengan menggunakan teknik purposive sampling, sedangkan pengambilan informan diambil sebanyak 3 orang dari Sub Bagian Pencegahan BNP. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Wawancara, Observasi, Dokumentasi, Internet Searching dan juga Studi Kepustakaan. Hasil penelitian yang dihasilkan yaitu suatu rencana, dimana Bagian Pencegahan BNP harus menentukan rencana jangka pendek maupun rencana jangka panjang, yakni untuk meningkatkan informasi karena dengan adanya perencanaan kedepan diharapkan informasi yang disampaikan bisa lebih cepat diterima oleh para mahasiswa,; sebuah cara, yaitu dimana Bagian Pencegahan BNP menjelaskan bagaimana cara dalam melaksanakan sosialisasi; sebuah pola, yaitu dimana Bagian pencegahan membuat dan menjelaskan subuah pola dalam melakukan kegiatan sosialisasi; sepbuah posisi, yaitu dimana Bagian penceghan BNP memposisikan sebagai fasilitator dalam kegitan sosialisasi; sebuah perspektif yaitu dimana Bagian Pencegahan BNP mempunyai pandangan terhadap kegiatan sosialisasi kepada mahsiswa.

Berdasarkan hasil penelitian, Strategi yang dilakukan oleh Bagian Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Untuk Meningkatkan Informasi Kepada Setiap Mahsiswa di Kota Bandung Melalui kegitan sosisalisasi sudah dilaksanakan sudah terencana dengan matang, karena kegiatan sosialisasi sudah terlaksana sesuai rencana yang di susun dan nantinya mahasiwa paham tentang P4GN.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Dalam sebuah perusahaan baik pemerintah maupun swasta, kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan karyawan, terutama yang berkaitan dengan kepentingan informasi mengenai perusahaan.Hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting dimana hal-hal seperti itulah yang dapat memberikan informasi. Salah satunya adalah pemenuhan kebutuhan akan informasi, dimana harus ada jembatan komunikasi antara pimpinan dengan pimpinan, antar pimpinan dengan karyawannya maupun antar karyawan itu sendiri, demi kelangsungan pemenuhan informasi, karena itu komunikasi dan informasi menjadi salah satu faktor yang paling utama dan penting, begitu pula dengan Bagian Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat yang merupakan lembaga pemerintah dalam memenuhi kebutuhan informasi mengenai P4GN (Pencegahan,Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba) di lingkungan mahasiswa.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan penyalahgunaan narkoba di kalangan mahasiswa, bukanlah aturan-aturan terhadap mereka yang memakai atau pengedar, tetapi lebih ke arah pembinaan mental mahasiswa, untuk itu peran para pendidik di lingkungan Universitas sangat penting dan sentral, disamping peran keluarga dan masyarakat. Mahasiswa merupakan komponen bangsa yang sarat nilai sosio-kultural, sehingga dapat dipercaya karena dikenal memiliki

(4)

idealisme.Mahasiswa telah terbukti mampu mendobrak aneka ketimpangan di dalam masyarakat. Untuk itu para aktivis di lingkungan kampus, diharapkan lebih meningkatkan perannya dalam memerangi penyalahgunaan narkoba melalui kegiatan dan aktivitas antara lain dengan mengoptimalkan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Anti Narkoba baik pada tataran ilmiah maupun pada tataran praktik di lapangan, membentuk kelompok-kelompok pendidik sebaya yang bertugas membantu mensosialisasikan bahaya penyalahgunaan narkoba dan mendorong terbentuknya aktifitas dalam kampus, seperti halnya pengembangan pusat informasi dan konseling masalah penyalahgunaan narkoba. Semua itu diupayakan dalam rangka menyelamatkan generasi bangsa Indonesia dari ancaman kehancuran akibat narkoba

(5)

kasus. Dari angka-angka tersebut menggambarkan bahwa pelajar dan mahasiswa merupakan target yang paling mudah bagi peredaran dan penyalahgunaan narkoba, hal ini merupakan bahan perenungan semua pihak saling berkerja sama dengan masyarakat dan warga di lingkungan pendidikan. Informasi sangat penting bagi manusia, dan kebutuhan dasar lainya seperti yang dikatakan oleh Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri dan aktualisasi diri, karena dengan informasi segala sesuatu mengenai kepentingan-kepentingan yang berkaitan dengan segala sendi kehidupan ataupun untuk memecahkan sautu masalah merupakan faktor utama dalam keberhasilan untuk mencapai sesuatu yang di inginkan, yang terkait dengan berbagai kepentingan dan tujuan baik dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, dalam organisasi maupun dalam suatu perusahaan.

Fenomena dalam permasalahan ini bahwa Bagian Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat berperan untuk memeberikan penyuluhan mengenai program P4GN (Pencegahan,Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba)di kalangan pelajar dan mahasiswa di Jawa Barat. BNP (Badan Narkotika Provinsi) berusaha menjadi jembatan komunikasi antara lembaga pemerintah yang terbagi dalam beberapa bagian untuk selalu mengaplikasikan komunikasi dua arah atau two-way communication agar informasi dan komunikasi berlangsung sebagaimana yang diinginkan dan apa yang menjadi tujuan tersebut akan tercapai, khusunya dalam program P4GN (Pencegahan,Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba)di kalangan pelajar di Jawa Barat.

(6)

Tujuan utama dari penyuluhan pencegahaan bahaya narkoba berbasis tempat pendidikan adalah mengajarkan keterampilan, sebagai bagian dari pengetahuan untuk membentuk kepribadian yang dapat melindungi warga belajar dari keinginan, tekanan, ataupun pengaruh untuk menyalahgunaan narkoba. Secara garis besar tempat pendidikan mempunyai tanggung jawab untuk menyusun, mengajarkan dan mengimplementasikan bahan pengajaran dan materii atu bahan-bahan yang berkaitan dengan pesan-pesan penyuluhan pencegahaan bahaya narkoba. Berkaitan dengan hal itu pula, lingkungan pendidikan perlu mengembangkan berbagai hal terutama yang berkaitan dengan koordinasi dan kolaborasi dengan berbagai petugas penyuluhan dari berbagi sektor dalam upaya menciptakan iklim yang kondusif yang amat diperlukan untuk memeberikan perlindungan dan peningkatan hasil akhir dari pendidikan.

Hasil penelitian Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat, menunjukkan bahwa terjadinya penyalahgunaan narkoba paca seseorang, sangat berkaitan dengan adanya interaksi serangkaian faktor resiko (risk factors) dan faktor pelindung

(7)

Proses pendidikan penyalahgunaan narkoba di lingkungan sekolah merupakan upaya peningkatan potensi siswa baik secara kognitif (pengetahuan), afektif (emosional), konatif (kemauan), dan psikomotorik (keterampilan), yang diarahkan pada pembentukan perilaku menolak terhadap penyalahgunaan narkoba. Dalam rangka membentuk perilaku anti narkoba tersebut, maka pemberian informasi tentang bahaya dan dampak buruk dari penyalahgunaan narkoba dengan sumber yang dapat dipercaya atau kompeten tetap diperlukan asalkan dalam kerangka program yang menyeluruh dan tidak bermaksud untuk menakut-nakuti, tetapi sebagai informasi aktual, ilmiah dan objektif yang dapat disinergikan. Informasi yang faktual dan ilmiah tentang tanda-tanda seseorang maupun lingkungan yang menyalahgunakan narkoba, akan membantu warga sekolah dalam mendeteksi dini terhadap pencegahan penyalahgunaan di kalangan pelajar.

Bertolak dari latar belakang diatas , maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

(8)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan yang dilakukan Bagian Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Mensosialisasikan Pemantapan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Kepada Kalangan Mahasiswa Di Kota Bandung? 2. Bagaimana cara yang dilakukan Bagian Pencegahan Badan Narkotika

Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Mensosialisasikan Pemantapan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Kepada Kalangan Mahasiswa Di Kota Bandung? 3. Bagaimana pola yang Bagian Pencegahan Badan Narkotika Provinsi

(BNP) Jawa Barat Dalam Mensosialisasikan Pemantapan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Kepada Kalangan Mahasiswa Di Kota Bandung?

4. Bagaimana posisi yang dilakukanBagian Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Mensosialisasikan Pemantapan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Kepada Kalangan Mahasiswa Di Kota Bandung? 5. Bagaimana perspektif yang dilakukanBagian Pencegahan Badan

(9)

6. Bagaimana Strategi Bagian Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Mensosialisasikan Pemantapan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Kepada Kalangan Mahasiswa Di Kota Bandung?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1Maksud penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi oleh Bagian Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Mensosialisasikan Pemantapan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Di Kalangan Mahasiswa Kota Bandung.

1.3.2Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adala sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perencanaan yang Bagian Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Mensosialisasikan Pemantapan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Kepada Kalangan Mahasiswa Di Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui cara yang dilakukan Bagian Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Mensosialisasikan Pemantapan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Kepada Kalangan Mahasiswa Di Kota Bandung.

(10)

Pemantapan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Kepada Kalangan Mahasiswa Di Kota Bandung.

4. Untuk mengetahui posisiyang dilakukan Bagian Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Mensosialisasikan Pemantapan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Kepada Kalangan Mahasiswa Di Kota Bandung.

5. Untuk mengetahui perspektif yang dilakukan Bagian Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Mensosialisasikan Pemantapan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Kepada Kalangan Mahasiswa Di Kota Bandung.

6. BagaimanaStrategiBagian Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Mensosialisasikan Pemantapan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Kepada Kalangan Mahasiswa Di Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan teoritis

a. Dapat menguji teori-teori yang berkaitan dengan ilmu komunikasi dan pengembangan ilmu komunikasi khususnya di bidang kehumasan tentang sosialisai.

(11)

1.4.2Kegunaan Praktis

a. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti, khususnya dalam bidang strategi Bagian Pencegahan BNP jawa barat dalam pemantapan P4GN di kalangan mahasiswa.Adapun sebagai syarat kelulusan Program Studi yang peneliti sedang tempuh yaitu Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas dengan jenjang Strata-1.

b. Penelitian ini diharapakan mampu memberikan kontribusi ilmu untukpengembangan ilmu komunikasi khususnya di Universitas Komputer Indonesia dan dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Bagian

Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat dalam menjaga, memelihara, memberikan penyuluhan program P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba khususnya di kalangan mahasiswa.

1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis

Kerangka pemikiran merupakan alur pikir penulis yang dijadikan skema pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini. Mengingat fungsinya sangat penting dalam penelitian ini, penulis mengemukakan kerangka pemikiran tersebut sebagai berikut :

(12)

berhubungan mengenai narkotika untuk meningkatkan informasi kepada setiap pelajar dan mahasiswa. Supaya pelajar dan mahasiswa mengetahui tentang akan bahaya narkotika sekrang ini khususnya wilayah Jawa Barat. Maka bagian Pencegahan BNP lah yang mempunyai peranan untuk mensosialisasikan P4GN dimasyarakat dan pelajar. Untuk itu BNP Bagaian pencegahan harus memberikan informasi secara faktual dan transparan khususnya kepada setiap masyarakat umum, pelajar dan mahsiswa di Jawa Barat. Oleh karena itu peran Bagian Pencegahan BNP dalam mensosialisasikan P4GN pelajar dan mahasiswa sangatlah penting, karena dari penyuluhan P4GN kita bisa mendapatkan informasi yang tidak kalah penting dari media yang lain .

Demi berhasilnya komunikasi yang dilaksanakan oleh Bagian Pencegahan BNP maka perlu dukungan dari suatu teori yang dapat mempermudah dalam melaksanakan penyuluhan ‟P4GN‟ tersebut. Penelitian ini mengacu pada kegunaan strategi dari “Mintzberg” yang menawarkan lima kegunaAn dari kata strategi, yaitu :

1. Sebuah rencana

Strategi adalah rencana –merupakan kesadaran tindakan atau pedoman untuk menangani situasi. Dalam hal ini strategi memiliki dua karakteristik penting: mereka dibuat sebelum tindakan dilakukan, dan mereka dikembangkan secara sadar dan sengaja.

2. Sebuah cara

(13)

3. Sebuah pola

Strategi adalah pola, merupakan pola dalam arus tindakan.Hal ini strategi adalah konsistensi dalam perilaku, baik sesuai atau tidak sesuai. Definisi strategi sebagai rencana dan pola dapat mencakup satu sama lain: rencana dapat berjalan sebelum direalisasi, sedangkan pola dapat muncul tanpa prasangka. Rencana ditujukan untuk menjalankan strategi, sedangkan pola untuk merealisasikan strategi.Dari ini kita dapat melihat dengan jelas strategi yang disengaja, dimana niat yang ada sebelumnya direalisasikan, dan strategi yang muncul dari pola-pola yang dikembangkan tanpa adanya niat, atau kesadaran mereka.

4. Sebuah posisi

Strategi adalah posisi, sebenarnyaadalah sarana mencari sebuah organisasi dalam sebuah "lingkungan".Dengan pengertian ini strategi menjadi kekuatan mediasi, atau "kecocokan", antara organisasi dan lingkungan, yaitu, antara konteks internal dan eksternal.

5. Sebuah perspektif

(14)

Henry Mintzberg, California Manajemen Review, Fall 1987 Arti dari strategi itu sendiri :

“Strategi adalah sebuah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi

yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh

organisasi.” (Wiiliam F. Glueck dan Lauren Juach)

Sedangkan menurut Kasali kata strategi sendiri mempunyai pengertian yang terkuat dengan hal-hal seperti kemenangan, kehidupan dan daya juang. (Kasali, 2005 dalam Soemirat & Adiyanto 2004)

Secara struktural bagian Pencegahan BNP menggunakan Komunikasi Instrumental yang mempuyai tujuan menginformasikan, mengajar, mendorong mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau mengerakan tindakan, dan juag menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembiacara menginginkan pendenagarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yanag disampaikan akurat dan layak diketahui. (Deddy Mulyana, M.A., Ph.D.2007)

Dari definisi diatas maksudanya adalah “upaya yang terencana dan berkesinambungan”, ini berarti Bagian Pencegahan BNP adalah suatu rangkaian

(15)

Sedangkan tujuan utamanya adalah menginformasikan, mengajar, mendorong mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau mengerakan tindakan, dan juga menghibur, maksudnya adalah untuk memastikan bahwa organisasi tersebut senantiasa dimengerti oleh pihak-pihak lain yang turut berkepentingan.Maka dari itu berarti organisasi juga harus memahami setiap kelompok atau individu yang terlibat dengan khalayak atau publik.

Sedangkan sosialisasi menurut Effendy yang mengatakan bahwa:

“Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission of values) yang

mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mangadopsi perilaku dan nilai-nilai

dari suatu kelompok”. (Effendy, 1997:31)

Begitupun dengan melihat definisi dari sosialisasi itu sendiri, dengan jelas

O. U. Effendy berpendapat bahwa dalam sosialisasi itu melibatkan dua pihak yang terkait.Transmisi nilai-nilai adalah program itu sendiri, adopsi perilaku dan nilai-nilai dari suatu kelompok adalah bagaimana program tersebut dapat ditindaklanjuti oleh pihak yang kedua yaitu si komunikan dari si komunikator (yang membuat program tersebut).

(16)

1.5.2 Kerangka Konseptual

Melalui penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana Strategi Bagian Pencegahan BNP Jawa Barat Untuk Meningkatkan Informasi Mengenai P4GN Kepada Setiap pelajar dan mahasiswa dengan mensosialisasikan P4GN.

Dari teori yang di ambil peneliti, peneliti mengaplikasikan masalah yang terjadi dengan lima kegunaan dari kata strategi yang ditawarkan oleh Mintzberg, yaitu :

1. Sebuah rencana yaitu bagaimana tindakan nyata Bagian Pencegahan BNP sebagai pihak pelaksana dari program P4GN yang sudah dibuat dan di sosialisaikan kepada mahasiswa di kota Bandung

2. Sebuah cara yaitu manuver dalam menarik perhatian mahasiswa untuk mengikuti program sosialisasi Bagian Pencegahaan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat.

3. Sebuah pola yaitu menggunakan pendekatan ke mahasiswa dan berkerja sama dengan UKM yang ada di univeristas.

4. Sebuah posisi yaitu posisi Bagian Pencegahan BNP dalam kegiatan sosialisasi P4GN ini adalah sebagai pelaksanaan program yang sudah direncanakan oleh Bagian Pencegahan BNP.

(17)

Dari penjelasan diatas disini peneliti mencoba modifikasi ke dalam bentuk bagan yang menjelaskan bagaimana fungsi Bagian Pencegahan BNP harus memeiliki strategi untuk mencapai suatu tujuan yaitu melalui mensosialisasikan pemantapan P4GN, strategi tersebut ditunjang dengan salah

satu teori yaitu teori “Minztberg”, seperti gambar di bawah ini.

Gambar 1.1

Bagan Pengaplikasian

Sumber : Peneliti 2010

Dari gambar diatas, kita bisa lihat bagaimana Bagian Pencegahan BNP harus menjalankan tugasnya sesuai dengan fungsi yang ada, kemudian dalam menjalankan fungsinya harus memiliki strategi untuk bisa mengecoh lawan atau kompetitor yang ada. Strategi yang diambil disini yaitu 5 kegunaan strategi dari Minztberg. Dari strategi tersebut, Bagian Pencegahan BNP bisa melakukan sebuah kegiatan yaitu kegiatan mensosialisasikan kepada mahasiswa yang

(18)

dimaksudkan agar para pelajar dan mahasiswa bisa mendapatakan informasi mengenai P4GN dan up to date yang dilakukan dengan cara mensosialisasikan kepada para mahasiswa dengan mendatangi kampus-kampus

Adapun model dari teori tersebut seperti yang terlihat dibawah ini :

Gambar 1.2

Model Pengaplikasian Kegunaan Strategi Mintzberg

Sumber : Peneliti 2010

Mintzberg melihat hubungan di antara kelima kegunaan yang diajukan dan dalam tulisannya selalu menekankan bahwa sangat penting bagi pembaca untuk menggali berbagai perspektif yang berbeda dari sebuah organisasi dan aktivitasnya yang diberikan oleh tiap-tiap kegunaan. Praktisi yang reflektif yang bekerja pada sebuah organisasi selalumelakukan ini setiap hari sebagai aktivitas pengendalian profesional dan akan menyadari bahwa :

CARA

POSISI

PERSPEKTIF POLA

(19)

 Keputusan Bagian Pencegahan BNP yang penting akan mempengaruhi

sasaran organisasi dalam beberapa tahun mendatang;

 Keputusan Bagian Pencegahan BNP melibatkan komitmen penting dari

sumber daya

 Keputusan Bagian Pencegahan BNP melibatkan situasi yang kompleks

pada tingkat korporasi,atau tingkat stakeholders lainnya yang mungkin mempengaruhi atau dipengaruhi oleh banyak pihak dalam organisasi. Strategi komunikasi antara berbagai tingkat dalam organisasi harus konsisten. Seringkali terjadi keputusan strategis yang dibuat pada tingkat-tingkat yang berbeda kurang dipahami. Oleh karena itu, peran spesialis Public Relations adalah untuk memastikan bahwa konsistensi diterapkan secara menyeluruh, yang

oleh politisi Inggris Peter Manderson disebut sebagai „on message‟. Penerapan menyeluruh ini tidak berarti „umum‟ atau „sama‟, meskipun persepsi dari frase

tersebut secara terus-menerus dibuat oleh jurnalis dan rival politiknya agar frase

on message’ memang berarti „umum‟ atau „sama‟.

1.6Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian digunakan untuk mengumpulkan data informasi, yang diajukan kepada Bagian Pencegahan BNP (Badan Narkotika Provinsi) Jawa Barat dalam pemantapan P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba) di kalangan mahasiswa.

(20)

1. Bagaimana perencanaan yang dilakukan BNP (Badan Narkotika Provinsi) Jawa Barat dalam pemantapan P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba) Kepada kalangan mahasiswa?

a. Apa perencanaan jangka pendek yang dilakukan BNP Jawa Barat untuk meningkatkan informasi kepada setiap mahasiswa melalui

„mensosialisasikan pemantapan P4GN‟?

b. Apa perencanaan jangka panjang yang dilakukan BNP Jawa Barat untuk meningkatkan informasi kepada setiap pelajar melalui „mensosialisasikan

pemantapan P4GN‟?

c. Media lain apa saja yang digunakan oleh BNP Jawa Barata untuk meningkatkan informasi kepada setiap mahasiswa melalui

„mensosialisasikan pemantapan P4GN‟?

2. Bagaimana carayang dilakukan BNP (Badan Narkotika Provinsi) Jawa Barat dalam pemantapan P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba) Kepada kalangan mahasiswa?

a. Bagaimana cara BNP Jawa Barat mensosialisasikan pemantapan P4GNdi kalangan mahasiswa untuk meningkatkan informasi kepada setiap mahasiswa melalui „Mensosialisasikan Pemantapan P4GN‟?

(21)

3. Bagaimana pola yang dilakukan BNP (Badan Narkotika Provinsi) Jawa Barat dalam pemantapan P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba) Kepada kalangan mahasiswa?

a. Bagaimana pola BNP Jawa Barat mensosialisasikan pemantapan P4GNdi kalangan mahasiswa untuk meningkatkan informasi kepada setiap mahasiswa melalui „Mensosialisasikan Pemantapan P4GN‟?

b. Berapa macam pola yang dilakukan BNP Jawa Barat mensosialisasikan pemantapan P4GNdi kalangan mahasiswa untuk meningkatkan informasi kepada setiap mahasiswa melalui „Mensosialisasikan Pemantapan P4GN? 4. Bagaimana posisi yang dilakukan BNP (Badan Narkotika Provinsi) Jawa

Barat dalam pemantapan P4GN (Pencegahan, Pemberantasan,

Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba) Kepada kalangan mahasiswa? a. Berfungsi sebagai apa BNP Jawa Barat mensosialisasikan pemantapan

P4GNdi kalangan mahasiswa?

b. Seberapa penting posisi BNP Jawa Barat mensosialisasikan pemantapan P4GNdi kalangan mahasiswa?

(22)

a. Apa pandangan anda mengenai „Mensosialisasikan Pemantapan P4GN‟ yang dilakukan BNP Jawa Barat untuk meningkatkan informasi kepada setiap mahasiswa melalui „Mensosialisasikan Pemantapan P4GN‟?

b. Apakah mempunyai perspektif yang sama antara BNP Jawa Barat dan mahasiswa dengan adanya program sosialisasi pemantapan P4GN? c. Bagaimana hasil yang telah di dapatkan BNP Jawa Barat dalam program

sosialisai pemantapan P4GN?

1.7 Subjek Penelitian dan Informan 1.7.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian.

(23)

1.7.2 Informan

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Menurut AM Huberman & MB Miles dalam Bungin mengemukakan bahwa informan juga berfungsi sebagai umpan balik terhadap data penelitian dalam ruang cross check data. (Bungin, 2001). Pengambilan informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 2 orang yang diambil dari sebagian pelajar yang berada di jawa barat karena kedua informan ini lebih mengetahui mengenai P4GN diantaranya yaitu bapak Denny Ernawan, Bapak Hari Mulyadi, dan Pinza Andi karena beliau mengetahui tentang mensosialisasikan pemantapan P4GN.

Tabel 1.1 Informan Penelitian

No NAMA JABATAN

1 Drs. Denny Hermawan Sub Bidang Pemberdayaan dan

penyuluhan.

2 Hari Mulyadi. S.Sos,M.PSSp Sub Bidang Advokasi Pencegahaan

3 Pinza Andi.s .AMD Pelaksana

(24)

1.8 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan teknik purposive sampling. “Metode kualitatifadalah metode yangberusaha mengungkap berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat, dan/atau organisasi dalam kehidupansehari-hari secara menyeluruh, rinci, dalam, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Miles and Huberman (1994) dalam Sukidin (2002:2)

Data dari wawancara akan dianalisis melalui analisis deskriptif yang disajikan dalam bentuk kualitatif dari bahan wawancara. Peneliti bertindak sebagai pengamat.

Menurut Kountur (2004), penelitian deskriptif mempunyai ciri-ciri sebagaiberikut:

1. Berhubungan dengan keadaan yang terjadi saat itu

2. Menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel, namun diuraikan satu persatu

3. Variabel yang diteliti tidak dimanipulasi, atau tidak ada perlakuan (treatment) (Kountur, 2004 : 105-106)

(25)

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara (interview)

Wawancara adalah dialog yang dilakukan pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer) (Arikunto, 2002 : 132). Dalam wawancara peneliti mengadakan suatu komunikasi secara personal maupun kelompok dengan pihak-pihak yang dianggap mampu mengungkapkan data yang diperlukan untuk peneliti melakukan penelitian

2. Studi Kepustakaan

Peneliti mencari data dengan mengadakan penelaahan terhadap buku-buku literatur, karya tulis yang bersifat ilmiah, buku-buku yang relevan ataupun catatan perkuliahan, internet searching dan referensi lain yang menunjang yang berhubungan dengan masalah penelitian yang sedang dilakukan.

3. Internet Searching

(26)

1.10 Teknik Analisis Data

Setelah memperoleh data penelitian, maka hal yang dilakukan selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan strategi pengamatan (pengumpulan data) ganda pada objek yang sama untuk cross check tiap temuan dan mengeleminasi interpretasi-interpretasi yang tidak akurat. Hasil temuan suatu objek dan interpretasi terhadap objek tersebut selanjutnya didiskusikan pada pihak lain, baik yang ada di lapangan (member check) maupun yang ada di luar lapangan (peer examination).Disini peneliti akan melihat dan mengamati strategi yang dijalankan oleh BNP (Badan Narkotika Provinsi) Jawa barat untuk memberikan informasi yang akan peneliti jadikan sebagai data.

(Jalaludi Rakhmat, 2002:197),

2. Mendeskripsikan informasi fenomena lapangan yang sesuai atau berhubungan sangat erat dengan pandangan subjek penelitian. Pada penelitian ini pun selain menganalisis data dengan deskripsi peneliti, memasukan pula beberapa teori yang sesuai dengan kajian yang diteliti.

Peneliti melihat pemantapan penyuluhan program P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba) dalam menyampaikan informasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba secara baik dan benar khususnya di lingkungan pendidikan (pelajar dan mhasiswa).

(27)

1.11Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di BNP (Badan Narkotika Provinsi) Jawa baratyang berada di Jalan Cilaki No. 51 Bandung 40117. Telp: (022) 7231209 Fax (022) 7208036Web : www.bnpjabar.or.id

1.11.2Waktu Penelitian

(28)

Tabel 1.2

Waktu dan Jadwal Penelitian

2010 2011

No Kegiatan September November Desember Januari Februari

(29)

1.12. Sistematika Penulisan

Penulisan Penelitian ini dapat diuraikan dengan sistematika berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Mencakup tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian (meliputi; kegunaan teoritis, kegunaan praktis), kerangka pemikiran, teknik pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data , subjek penelitian dan informan, lokasi dan waktu penelitian (meliputi; lokasi penelitian, waktu penelitian) dan sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mencakup tentang tinjauan mengenai komunikasi, tinjauan tentang strategi komunikasi, tinjauan tentang Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa barat, tinjauan tentang P4GN, tinjauan tentang pelajar.

BAB III OBJEK PENELITIAN

Mencakup gambaran umum oleh BNP (Badan Narkotika Provinsi) Jawa barat(meliputi; sejarah, visi misi, moto, logo) gambaran umum penyuluhan program P4GN.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Terdiri atas Analisis Data Responden dan Analisis Data Penelitian dan pembahasan data penelitian

BAB V PENUTUP

(30)

28

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1 Hakikat dan Definisi Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau

communocare yang berarti membuat sama (to make common). Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan dianut secara sama, jadi secara garis besarnya, dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran atau

pengertian. Pada hakikatnya komunikasi adalah “pernyataan antar manusia”,

dimana ada proses interaksi antara dua orang atau lebih untuk tujuan tertentu. Pada proses interaksi, komunikasi telah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan

mendasar karena “Setiap masyarakat manusia - baik primitif maupun modern-

berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan

sosial melalui komunikasi”.(Rakhmat, 1986:1). Pernyataan tersebut, didukung

pula dengan pernyataan lain, yaitu: “90% kehidupan manusia dilakukan dengan

berkomunikasi” (Soesanto,1977:2). Dari dua pernyataan tersebut, tergambarkan

(31)

menjadi ajang sekaligus sarana penyampaian gagasan dan isi kepala kepada orang lain.

Jika berbicara mengenai definisi komunikasi, tidak ada definisi yang salah dan benar, definisi diuraikan untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media tertentu atau justru terlalu luas misalnya, komunikasi adalah interaksi antara dua makhluk hidup atau lebih sehingga para peserta komunikasi ini mungkin termasuk hewan, tanaman, dan makhluk hidup lainnya.

Adapun definisi komunikasi menurut Roger dan D. Lawrence (1981), adalah “Suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba

pada saling pengertian yang mendalam” (Cangara, 2004 :19).

Sedangkan Onong Uchjana Effendy berpendapat bahwa komunikasi

adalah “Proses pernyataan antara manusia yang dinyatakan adalah pikiran atau

perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat

penyalurnya” (Effendy, 1993 :28).

Berbeda dengan kedua definisi diatas, M.O. Palapah dan Atang, dimana

“Komunikasi sebagai Ilmu tentang pernyataan manusia yang menggunakan

lambang-lambang yang berarti” (Palapah, dan Atang, 1983 :9).

(32)

tiga konseptualisasi seperti yang diungkapkan oleh Wenburg dan Wilmot (Mulyana, 2000 : 61-68) :

1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah

Suatu pemahaman mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang lainnya baik secara langsung atau melalui media. Jadi komunikasi dianggap sebagai proses linear yang dimulai dengan sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran atau tujuannya.

2. Komunikasi sebagai interaksi

Pandangan ini menyeratakan komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau menganggukkan kepala. Komunikasi sebagai interaksi dipandang lebih dinamis daripada komunikasi satu arah. Namun pandangan ini masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan penerima karena itu masih berorientasi pada sumber jadi masih bersifat mekanis dan statis.

3. Komunikasi sebagai transaksi

(33)

diketahui dengan langsung, konsep ini tidak membatasi komunikasi sebagai komunikasi yang disengaja atau respon yang dapat diamati. Komunikasi dilihat sebagai proses dinamis yang berkesinambungan mengubah perilaku-perilaku pihak yang berkomunikasi.

2.1.2 Komponen-komponen Komunikasi

Menurut Effendy (2000:6), Lingkup Ilmu Komunikasi berdasarkan komponennya terdiri dari :

1. Komunikator (communicator) 2. Pesan (message)

3. Media (media)

4. Komunikan (communicant) 5. Efek (effect)

Berdasarkan komponen-komponen tersebut Lasswell menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

A. Komunikator dan Komunikan

(34)

kita sendiri (kita mendengar diri sendiri, merasakan gerak tubuh sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh kita sendiri) dan kita menerima pesan dari orang lain secara visual, melalui pendengaran atau bahkan melalui rabaan dan penciuman. Ketika kita berbicara dengan orang lain, kita memandangnya untuk mendapatkan tanggapan untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan dan sebagainya. Ketika kita menyerap isyarat-isyarat nonverbal ini, kita menjalankan fungsi penerima

B. Pesan

Pesan dalam proses komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri dari isi (the content) dan lambang (symbol). Lambang dalam media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan (Effendy, 2000 : 11).

(35)

C. Media

Media sering disebut sebagai saluran komunikasi, jarang sekali komunikasi berlangsung melalui satu saluran, kita mungkin menggunakan dua atau tiga saluran secara simultan (Devito, 1997 :28). Sebagai contoh dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengar (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori), dan sering kita saling menyentuh itupun komunikasi (saluran taktil).

Media juga dapat dilihat dari sudut media tradisional dan modern yang dewasa ini banyak dipergunakan (Effendy, 2000 : 37). Tradisional misalnya kontongan, bedug, pagelaran seni, dan lain-lain sedangkan yang lebih modern misalnya surat, papan pengumuman, telepon, telegram, pamflet, poster, spanduk, surat kabar, majalah, film, televisi, internet yang pada umumnya diklasifikasikan sebagai media tulisan atau cetak, visual, audio dan audio-visual.

D. Efek

(36)

baru seperti cara melemparkan bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan non verbal yang patut, ini adalah efek psikomotorik (Devito, 1997 : 29).

2.1.3 Tujuan komunikasi

Dalam melakukan komunikasi, tentu mempunyai tujuan. Menurut Onong Uchjana Effendy tujuan dari komunikasi adalah :

1. Perubahan sikap (to change the attitude)

2. Mengubah opini opini/pendapat/pandangan (to change the opinion) 3. Mengubah perilaku (to change the behavior)

4. Mengubah masyarakat (to change the society) (2003: 55)

Untuk lebih memahami tujuan komunikasi, Ruslan menyatakan tujuan komunikasi sebagi berikut :

1. Apakah kita ingin menjelaskan sesuatu pada orang lain. Maksudnya apakah kita menginginkan orang lain untuk mengerti dan memahami apa yang kita maksud.

2. Apakah kita ingin agar orang lain menerima dan mendukung gagasan kita. dalam hal ini tentu cara penyampaian akan berbeda dengan cara yang dilakukan untuk menyampaikan informasi atau pengetahuan saja.

(37)

2.1.4 Proses komunikasi

Pada proses komunikasi dapat dikategorikan dengan peninjauan dari dua perspektif, yaitu :

1. Proses Komunikasi dalam Perspektif Psikologis

Proses komunikasi ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Ketika komunikator berniat akan menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses, yaitu pengemasan isi pesan dan lambang. Isi pesan pada umumnya adalah pikiran, sedangkan lambang umumnya adalah bahasa (Effendy, 2003:31). Kemudian pesan tersebut ditransmisikan kepada komunikan. Apabila komunikan mengerti isi pesan atau pikiran komunikator, maka komunikasi terjadi. Sebaliknya bilamana komunikan tidak mengerti, maka komunikasi pun tidak terjadi.

2. Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistik

Pada proses komunikasi ini dapat diklasifikasikan secara dua tahap, yakni sebagai berikut :

a. Proses komunikasi secara primer

(38)

komunikasi secara primer adalah bahasa yang paling banyak digunakan, sebab bahasa mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain, apakah itu berbentuk ide, gagasan, informasi atau opini.

b. Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Pentingnya peranan media, yakni media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai sasaran yaitu komunikan, karena proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari proses komunikasi primer, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator, harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang digunakan. Proses komunikasi secara sekunder ini dalam menjangkau sasarannya dengan menggunakan media massa yang mempunyai sirkulasi yang luas dan memiliki daya keserempakan. Seperti surat kabar, televisi siaran, radio, film, leaftlet, brosur, dan lain-lain.

c. Proses komunikasi secara linear

(39)

muka (face-to-face communication) maupun dalam situasi komunikasi bermedia (mediated communication).

Proses komunikasi linear umumnya berlangsung pada komunikasi bermedia, kecuali komunikasi melalui telepon. Komunikasi melalui telepon hampir tidak pernah berlangsung linear, melainkan dialogis, Tanya jawab dalam bentuk percakapan.

d. Proses komunikasi secara sirkular

Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan dengan proses sirkular itu adalah terjadinya feed back atau umpan balik yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator. Oleh karena itu ada kalanya feed back tersebut mengalir dari komunikan ke komunikator itu adalah respon atau tanggapan komunikan terhadap pesan yang diterima dari komunikator.

(40)

2.1.5 Konteks Komunikasi

Komunikasi tidak berlangsung dalam suatu ruangan hampa sosial, melainkan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks disini berarti semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi yang terdiri dari :

1. Aspek bersifat fisik; seperti iklim, suhu, cuaca, bentuk ruangan, warna dinding, tempat duduk, jumlah peserta komunikasi dan alat untuk menyampaikan pesan.

2. Aspek psikologis; seperti sikap, kecenderungan, prasangka dan emosi para peserta komunikasi.

3. Aspek sosial; seperti norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik budaya.

4. Aspek waktu; yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam).

Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteks atau tingkatannya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka dikenallah komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi publik, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Oraganisasi

(41)

kedua mengacu pada peroses pengorganisasian, yaitu pengaturan pekerjaan di antara anggota organisasi dapat dicapai secara efesien.

Suatu oraganisasi terbentuk apabila suatu usaha lebih dari satu orang untuk menyelesaikanya. Kondisi ini timbul disebabkan kaerena tugas itu terlalu besar atau terlalu kompleks untuk ditangani satu orang, oleh karena itu suatu oraganisasi dapat kecil seperti usaha dua orang individu atau dapat sangat besar yang melibatkan banyak orang dalam interaksi kerjasama. Adanya proses kerjasama sejumlah manusia dalam organisasi, serta pembagian tugas maka dalam organisasi itu sendiri terdapat struktur oraganisasi yang dapat membedakan antara atasan dana bawahan.

Deddy Mulyana mendefinisikan komunikasi oraganisasi dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi, komunikasi oraganisasi (oraganizational communication) tarjadi dalam suatu oraganisasi, bersifat formal dan informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada kominukasi kelompok. Komunikasi organisasi sering kali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi dan ada kalanya juga komunikasi publik. Komunikasii formal adalah komunikasi menurut struktur oraganisasi, yakni komunikasi kebawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horisontal, sedangkan komunikasi informal tidak tergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat.

(42)

dari suatu organisasi (Wiriyanto, 2005). Komunikasi dalam oraganisasi mengunakan dua saluran dasar yaitu saluran formal dan informal keduanya penting dan membawa pesan adakalanya menegaskan untuk seluruh oraganisasi.

Saluran formal adalah saluran yang telah ditetapkan oleh oragnisasi atau instasi. Pesan-pesan mengalir ke dalam tiga arah : ke bawah, ke atas dan ke samping. Pesan-pesan ke bawah terutama berisi informasi yang perlu bagi staf manapun untuk melaksankan tugasnya, seperti kebijakan-kebijakan dan prosedur, perintah dan permintaan yang diturunkan ke tingkat yang tepat dalam jenjang hirarki.

Pesan-pesan ke atas berbentuk laporan, permintaan, opini, dan keluhan. Pesan-pesan ke samping berlangsung antar departemen, gugusan fungsi atau antar orang-orang pada tingkat yang sama dalam oraganisasi. Komunikasi formal dan berwujud pola-pola hubungan formal, jadi dapat dikatakan dalam komunikasi formal terdapat pola tingkah laku yang relatif stabil dan berubah sangat lamban ( Evert M. Rogres dan Rekha A. ROgeres : 79-80)

(43)

Saluran formal seringkali menjadi satu-satunya sarana komunikasi ketika saluran formal mengalami kemacetan atau gangguan. Public Relations dan ruang lingkupnya

2.3 Tinjauan Tentang Strategi 2.3.1 Pengertian Strategi

Istilah strategi berasal dari kata Yunani Strategeia (stratos = militer; dan ag = memimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal. Konsep ini relevan dengan situasi jaman dulu yang sering diwarnai perang, di mana jenderal dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar dapat selalu memenangkan perang. Strategi juga bisa dapat diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan material pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi militer didasarkan pada pemahaman akan kekuatan dan penempatan posisi lawan, karakteristik fisik medan perang, kekuatan dan karakter sumber daya yang tersedia, sikap orang-orang yang menempati teritorial tertentu, serta antisipasi terhadap setiap perubahan yang mungkin terjadi.

(44)

Setiap organisasi membutuhkan strategi manakala menghadapi situasi berikut (Jain, dalam Tjiptono, 1997:3) :

1. Sumber daya yang dimiliki terbatas

2. Ada ketidakpastian mengenai kekuatan bersaing organisasi 3. Komitmen terhadap sumber daya tidak dapat diubah lagi

4. Keputusan-keputusan harus dikoordinasikan antar bagian sepanjang waktu

5. Ada ketidakpastian mengenai pengendalian inisiatif

Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert, Jr. (dalam Tjiptono 1997:3), konsep strategi dapat didefinisikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda, yaitu :

1. Dari perspektif apa yang suatu organisasi ingin lakukan (intends to do), dan

2. Dari perspektif apa yang organisasi akhirnya lakukan (eventually does).

(45)

Sedangkan pada perspektif kedua, strategi didefinisikan sebagai pola tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Pada definisi ini, setiap organisasi pasti memiliki strategi, meskipun strategi tersebut tidak pernah dirumuskan secara eksplisit. Pandangan ini diterapkan bagi para manajer yang bersifat reaktif, yaitu hanya menanggapi dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan secara pasif manakala dibutuhkan.

Pernyataan stategi secara eksplisit merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis. Strategi memberikan kesatuan arah bagi semua anggota organisasi. Bila konsep strategi tidak jelas, maka keputusan yang diambil akan berrsifat subjektif atau berdasarkan intuisi belaka dan mengabaikan keputusan yang lain. Dalam suatu perusahaan terdapat tiga level strategi, yaitu : level korporasi, level unit bisnis atau lini bisnis, dan level fungsional (Hayes dan Wheel wright, 1984 dalam Tjiptono, 1997:4).

2.3.2 Strategi Komunikasi

(46)

Demikian pula strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi. (Effendy, 2000: 301).

Untuk mantapnya strategi komunikasi, maka segala sesuatunya harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam rumus Lasswell “Who Says What Which Channel To Whom With What Effect”.

- Who? (Siapakah komunikatornya?)

- Says What? (Pesan apa yang dinyatakannya?)

- In Which Channel? ( Media apa yang digunakannya?)

-To Whom? (Siapa komunikannya?)

- With what effect? (Efek apa yang diharapkan?). (Effendy, 2000: 301).

(47)

a. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.

b. Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan diopersionallannya media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.(Effendy, 2000: 300).

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh hasil komunikasi yang optimal diperlukan suatu strategi komunikasi. Strategi komunikasi juga diperlukan karena kemudahan dioperasikannya media massa yang begitu ampuh jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.

2.4 Tinjauan Sosialisasi

Sosialisasi mengacu pada suatu proses belajar seorang individu yang akan mengubah dari seseorang yang tidak tahu menahu tentang diri dan lingkungannya menjadi lebih tahu dan memahami. Sosialisasi merupakan suatu proses di mana seseorang menghayati (mendarahdagingkan - internalize) norma-norma kelompok di mana ia hidup sehingga timbullah diri yang unik, karena pada awal kehidupan

tidak ditemukan apa yang disebut dengan “diri”.

(48)

Terdapat beberapa konsep yang berkaitan dengan sosialisasi, yaitu the significant others , the generalized other , looking glass self serta impression management. Masing-masing konsep tersebut memberikan sumbangan yang berarti dalam diri seorang individu yang mengalami proses sosialisasi. Produk penting dari proses sosialisasi adalah self/personality/diri. Dalam rangka interaksi dengan orang lain, seseorang akan mengembangkan suatu keunikan dalam hal perilaku, pemikiran dan perasaan yang secara bersama-sama akan membentuk self.

Agen sosialisasi meliputi keluarga, teman bermain, sekolah dan media massa. Keluarga merupakan agen pertama dalam sosialisasi yang ditemui oleh anak pada awal perkembangannya. Kemudian kelompok sebaya sebagai agen sosialisasi di mana si anak akan belajar tentang pengaturan peran orang-orang yang berkedudukan sederajat. Sekolah sebagai agen sosialisasi merupakan institusi pendidikan di mana anak didik selama di sekolah akan mempelajari aspek kemandirian, prestasi, universalisme serta spesifisitas. Agen sosialisasi yang terakhir adalah media massa di mana melalui sosialisasi pesan-pesan dan simbol-simbol yang disampaikan oleh berbagai media akan menimbulkan berbagai pendapat pula dalam masyarakat

Jenis Sosialisasi dan Pola Sosialisasi :

(49)

sosialisasinya, individu tidak dapat menghindar untuk menerima dan menginternalisasi cara pandang keluarga

Sedangkan sosialisasi sekunder berkaitan dengan ketika individu mampu untuk berinteraksi dengan orang lain selain keluarganya. Dalam sosialisasi sekunder terdapat proses resosialisasi dan desosialisasi, di mana keduanya merupakan proses yang berkaitan satu sama lain. Resosialisasi berkaitan dengan pengajaran dan penanaman nilai-nilai yang berbeda dengan nilai-nilai yang pernah dialami sebelumnya, untuk penguatan dalam penanaman nilai-nilai baru tersebut

maka desosialisasi terjadi di mana diri individu yang lama “dicabut dan diberi”

diri yang baru dalam proses resosialisasi. Kedua proses tersebut terlihat dengan jelas dalam suatu total institusi yang merupakan suatu tempat di mana terdapat sejumlah besar individu yang terpisah dari lingkungan sosialnya.

(50)

53

3.1. Sejarah Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat

Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat ditetapkan dengan keputusan Gubernur 2003 mengacu kepada keputusan Presiden Sebelum terbentuknya BNP Jawa Barat, wadah dalam penanggulangan penyalahgunaan Narkotika di tanda tanggani oleh Badan Koordinasi Pelaksana Daerah (BAKOLAKDA) Inpres Nomor 6 tahun 1971 sesuai dengan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat tanggal 19 Oktober 1978 nomor 1003/DK.100-As.I/SK/78 tentang Badan Koordinasi Pelakasanaan Daerah (BAKOLAKDA) Inpres 6/71 Jawa Barat.

Terbentuknya BAKOLAKDA mengacu kepada Inastruksi Presiden nomor 6 Tahun 1971 tentang penanggulangan, pemberantasan masalah-masalah yang menimbulkan gangguan Keamana dan Ketertipan Umum serta menghambat Pelaksanaan Pembangunan. Dan di pusat dibentuk Badan Koordinasi Pelaksana (BALKOLAK) Inpres Nomor 6 tahun 1971.

(51)

Pada Tahun 1995 sesuai Instruksi Presiden BAKOLAKDA Inpres No 6/71 dibubarkan sehingga dalam penanganan penyalahgunaan Narkotika ditangani oleh masing-masing sector dan pada tahun 1997 untuk mengkoordinir atau membentuk wadah dalam penanggulangan penyalahgunaan Narkotika, Gubernur Jawa Barat melalui Biro Bina Sosial mengadakan semiloka dengan mengundang Dinas Instansi, Lembaga terkait serta LSM, Organisasi Sosial, para pakar Cenndikiawan dan Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dll, sehingga terbentuklah wadah yang diberi nama Badan Koordinasi Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Kenakalan Remaja dan Prostitusi (BKND) Provinsi Jawa Barat ditetapkan dengan surat keputusan Gubernur Jawa Barat.

Pada Tahun 2000 sesuai Keputusan dari Pusat bahwa Badan penanggulangan penyalahgunaan Narkotika di seluruh Provinsi harus di sesuaikan nomenklatur menjadi Badan Narkotika Daerah (BND) sehingga Badan yang dibentuk di Jawa Barat yaitu Badan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Kenakalan Remaja dan Prostitusi (BKND) Provinsi Jawa Barat berubah menjadi Badan Narkotika Daerah (BND) Provinsi Jawa Barat.

(52)

04/SKB/M.PAN/12/2003, Nomor 127 tahun 2003 dan nomor 01/SKB/XII/2003/BNN tentang pedoman kelembangaan Badan Narkotika Kabupaten/Kota.

Dengan keputusan bersama tersebut diatas, dimana nomenklatur Badan Narkotika Daerah (BND) diseluruh Provinsi di Indonesia harus diubah nomenklaturnya menjadi Badan Narkotika Provinsi (BNP) ditetapkan oleh Gubernur dan di Kabupaten Kota menjadi Badan Narkotika Kota/Kabupaten (BNK) ditetapkan oleh Bupati/Walikota, termaksuk di Jawa Barat disesuaikan juga nomenklaturnya menjadi Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat dan ditetapkan oleh surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Provinsi Jawa Barat nomor 135,1/Kep.1110-Bangsos/2003 tanggal 29 Desember 2003.

Seiring dengan dikeluarkannya Keputusan Bersama Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Menteri Dalam Negeri dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku Ketua Badan Narkotika Nasional Nomor: 04/SKB/M.PAN/12/2003; Nomor : 127 Tahun 2003 dan Nomor : 01/SKB/XII/2003/BNN tentang Pedoman Kelembagaan Badan Narkotika Provinsi dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota.

(53)

narkotika di daerah (BNP/BNK) yang disesuaikan dengan amanat Perpres tersebut dan PP 41 tahun 2007.

Untuk menjawab kebutuhan tersebut di Jawa Barat telah dikeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No 24 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga lain Provinsi Jawa Barat. Dalam Perda tersebut salahsatunya adalah Sekretariat Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat.

Adapun Susunan Organisasi Sekretariat Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat, terdiri atas :

a. Kalakhar

b. Sekretariat, membawahkan

1. Subbag Kepegawaian dan Umum 2. Subbag Keuangan

3. Bidang Pencegahan, membawahkan 4. Subbidang Advokasi

5. Subbidang Pemberdayaan Masyarakat dan Penyuluhan 6. Bidang Penegakan Hukum, membawahkan

7. Subbidang Penyelidikan dan Penindakan 8. Subbidang Aset Hasil Rampasan

9. Bidang Pengendalian Operasi, membawahkan 10. Subbidang Database dan Jaringan

11. Subbidang Operasi

(54)

13. Subbidang Medik

14. Subbidang Sosial dan Penyakit Komplikasi 15. Satuan Tugas

3.1.1. VISI DAN MISI BADAN NARKOTIKA PROVINSI JAWA BARAT Visi Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat

"BNP sebagai pilar utama Jawa Barat bebas penyalahgunaan narkoba tahun 2015"

Misi Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat

1. Mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dan masyarakat yang berhubungan dengan ketersediaan, pencegahan, penanggulangan, serta pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan zat aditif lainnya;

2. Melaksanakan pengawasan untuk imigrasi/kewarganegaraan, interdiksi untuk darat, laut dan udara, penjara/rumah tahanan, pencucian uang, dan pengendalian yang berhubungan dengan ketersediaan, pencegahan, penanggulangan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan zat aditif lainnya;

3. Melaksanakan pencegahan dan penegakkan hukum yang

(55)

tempat hiburan berskala nasional dan internasional, kawasan industri dan perdagangan, serta kawasan perkantoran

4. Mendorong peran serta masyarakat yang berhubungan dengan pengawasan ketersediaan, pencegahan, penanggulangan serta pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan zat aditif lainnya

3.1.2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi 1. Kedudukan

BNP merupakan lembaga non struktural Pemerintah Daerah di bidang ketersediaan, pencegahan, penanggulangan serta pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya. BNP dipimpin oleh seorang Ketua yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur.

2. Tugas Pokok

(56)

3. Fungsi

1. Pengkoordinasian instansi pemerintah terkait dan masyarakat yang berhubungan dengan ketersediaan, pencegahan, penanggulangan serta pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya;

2. Pelaksanaan kegiatan pengawasan untuk imigrasi/

kewarganegaraan, interdiksi untuk darat, laut dan udara penjara/rumah tahanan, pencucian uang, dan pengendalian yang berhubungan dengan ketersediaan, pencegahan, penanggulangan serta pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya.

(57)

4. Pelaksanaan dorongan peran serta masyarakat yang berhubungan dengan pengawasan ketersediaan, pencegahan, penanggulangan serta pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya.

3.1.3. Kewenangan Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat

BNP mempunyai wewenang dalam melaksanakan tugasnya sebagai berikut :

1. Menetapkan kebijakan untuk mendukung kelancaran pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya.

2. Menyusun rencana dan melaksanakan program dalam rangka pengawasan dan pengendalian yang berhubungan dengan ketersediaan, pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika, prekursor dan zat adiktif lainnya.

3. Melaporkan hasil pelaksanaan program yang berhubungan pengawasan dan pengendalian, peran serta masyarakat yang berhubungan dengan ketersediaan, pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya.

(58)

3.1.4. Lambang Badan Narkotika Provinsi. Gambar 3.1

Lambang Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat.

Sumber : Data Arsip Sekretaris Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat , 2010 1. Biru : mengertikan tentang cinta dan menyayangi

(59)

3.2.Struktur Organisasi Badan Narkotika provinsi Jawa Barat

3.2.1. Bagan Struktur Organisasi Sekretariat Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat

Gambar 3.2

Bagan Struktur Organisasi Sekretariat BNP Jawa Barat

(60)

3.3. Job Description Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat 1. Tugas Kepala Pelaksana Harian

a. Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas dalam rangka rangka membantu BNP melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

b. Menyelenggarakan Koordinasi atas pelaksanaan kebijakan pencegahan, penegakan Hukum, pengendalian operasi, terapi dan rehabilitasi.

c. Menyelenggarakan pemutusan jaringan peredaran gelap Narkotika, psikotropika, zat adiktif, precursor dan bahan berbahaya lainnya melalui Satgas.

d. Menyelenggarakan kerjasama Nasional, regional dan Internasional dalam rangka penanggulangan masalah Narkotika, psikotropika, zat adiktif, precursor dan bahan berbahaya lainnya.

e. Menyelenggarakan Koordinasi dengan Badan Natrkotika

Kabupaten/Kota berkaitan pelaksanaan kebiajakan P4GN.

f. Menyelenggarakan penyusunan Rencana Strategis, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), LKPJ dan LPPD Badan.

(61)

h. Menyelenggarakan Koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah dalam melaksanakan tugas di Kabupaten/Kota.

i. Menyelenggarakan pembangunan dan pengembangan system

informasi P4GN.

j. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan BNP.

k. Menyelenggarakan pengkoordinasian operasional Satgas dalam P4GN. l. Menyelenggarakan Koordinasi dengan unit kerja terkait.

m. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

4. Sekretariat

a. Sekretariat dengan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan koordinasi perencanaan dan penyusunan program, pengelolaan keuangan, kepegawaian dan umum.

b. Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretariat mempunyai fungsi :

 Penyelenggaraan koordinasi perencanaan dan penyusunan

program BNP.

 Penyelenggaraan penyusunan perencanaan dan program

(62)

 Penyelenggaraan pengelolaan urusan kepegawaian, umum

dan keuangan. c. Sekretariat membawahkan :

 Subbagian Kepegawaian dan Umum.

 Subbagian Keuangan

5. Bidang Pencegahan

a. Bidang Pencegahan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan fasilitas pengkajian bahan kebijakan, pengorganisasian, pelaksanaan program dan strategi pencegahan penyalahgunaan Narkotika.

b. Dalam menyelenggarakan tugas pokok dimaksud Bidang Pencegahan mempunyai fungsi :

 Penyelenggaraan fasilitas pengkajian bahan kebijakan, strategi

dan program pencegahan penyalahgunaan Narkotika.

 penyelenggaraan fasilitas penyusunan kriteria dan prosedur

pelaksanaan advokasi, pembinaan potensi masyarakat serta penerangan dan penyuluhan.

 Penyelenggaraan fasilitas pengorganisasian dan pelaksanaan

(63)

c. Bidang Pencegahan membawahkan :

 Subbidang Advokasi.

 Subbidang Pemberdayaan Masyarakat dan Penyuluhan.

6. Bidang Penegakan Hukum

a. Bidang Penegakan Hukum mempunyai tugas pokok

menyelenggarakan fasilitas pengkajian bahan kebijakan dan pengkoordinasian kegiatan penyidik dan penindakan, serta pengelolaan aset hasil rampasan

b. Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud Bidang Penegakan Hukum mempunyai fungsi :

 Penyelenggaraan fasilitas pengkajian bahan kebijakan, strategi

dan program penegakan hukum.

 Penyelenggaraan fasilitas penyuluhan kriteria dan prosedur

pelaksanaan penyelidikan dan penindakan, serta pengelolaan aset dan hasil rampasan.

 Penyelenggaraan fasilitas pengorganisasian dan pelaksanaan

(64)

c. Bidang Penegakan Hukum membawahkan :  Sub Bidang Penyelidikan dan Penindakan.

 Sub Bidang Pengelolaan Aset Hasil Rampasan.

7. Bidang Pengendalian Operasi

a. Bidang Pengendalian Operasi mempunyai tugas pokok

menyelenggarakan fasilitas pengkajian bahan kebijakan, pengorganisasian, rencana operasi, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sistem informasi P4GN

b. Dalam menyelenggarakan tugas pokok dimaksud Bidang Dalop mempunyai fungsi:

 Penyelenggaraan fasilitas pengkajian bahan kebijakan, strategi

dan program pengendalian operasi.

 Penyelenggaraan fasilitas penyusunan kriteria dan prosedur

pelaksanaan pengendalian operasi, database dan jaringan sistem informasi.

 Penyelenggaraan fasilitas pengorganisasian dan pelaksanaan

program pengendalian operasi, database dan jaringan sistem informasi.

c. Bidang Pengendalian Operasi membawahkan :  Sub Bidang Data Base dan Jaringan.

(65)

8. Bidang Terapi dan Rehabilitasi

a. Bidang Terapi dan Rehabilitasi mempunyai tugas pokok menyelenggarakan fasilitasi pengkajian bahan kebijakan dan pelaksanaan koordinasi penyusunan, pengembangan standard, norma, prosedur, serta metode terapi dan rehabilitasi dan mempunyai fungsi sebagai berikut:

 Penyelenggaraan fasilitas pengkajian bahan kebijakan terapi dan

rehabilitasi.

 Penyelenggaraan fasilitas penyusunan dan pengembangan

standard, norma, prosedur dan metode terapi serta rehabilitasi.  Penyelenggaraan fasilitas bimbingan teknis terapi dan

rehabilitasi.

b. Bidang Terapi dan Rehabilitasi membawahkan :

 Sub Bidang Medik.

 Sub Bidang Sosial dan Penyakit Komplikasi.

3.4.Sarana dan Perasarana

Gambar

Gambar 1.1
Gambar 1.2
Tabel 1.1 Informan Penelitian
 Tabel 1.2 Waktu dan Jadwal Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Retribusi Daerah di Bidang Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa pemberian izin

Pelapor yang selanjutnya disebut Whistleblower adalah masyarakat dan/atau Pegawai Aparatur Sipil Negara di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang

 Siswa dapat Mencatat hal-hal penting dari bacaan yang dibaca. Bersahabat / Komunikatif : Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan

Adapun tujuannya adalah memberikan arahan Adapun tujuannya adalah memberikan arahan tata cara reklamasi dan pengelolaan tata cara reklamasi dan pengelolaan lingkungan

Ketentuan tersebut mengandung arti bahwa bentuk atau model pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang wajib dilakukan oleh perusahaan diserahkan pada

Lima dari 17 aksesi terpilih (B3570, Mlg2521, Engopa 305, UFV-10, dan Taichung) bereaksi tahan menurut ha- sil analisis Dot-ELISA, tidak memperlihatkan ge- jala serangan virus

Penelitian bertujuan menganalisa penyebab munculnya persamaan nomor sertipikat pada obyek tanah yang berbeda dan mengetahui upaya perlindungan hukum terhadap

dengan demikian disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan kecerdasan emosional siswa terhadap sikap pada perilaku pergaulan bebas melalui