ABSTRACT
JAVA DEER AS THE TYPICAL OF INDONESIAN ANIMAL
By:
Himawan Abdillah 51910109
Study Programme Visual Communication Design
Wildlife poaching is a human instinct that is existed since prehistoric times. In
furtherance, wildlife poaching have posed a threat to the preservation of some
wildlife species because it is done illegally. The threat of poaching to the
preservation of wildlife can be direct or indirect. Direct threat occurs when the
poaching of a wildlife species (e.g. tigers) will affect to the tiger itself, whereas
indirect threat occurs when people hunt the prey of tigers (e.g. deer, antelope,
wild boar, etc.). One of the wildlife that could potentially become hunted animal is
timor deer (Cervus timorensis) or commonly known as java deer.
The preservation of java deer should be done by all generation especially the
Indonesian youth as a successor of the nation. In order to preserve the java deer,
it is necessary to introduce the animal by giving information to people to make
them recognize and learn more about the existence of java deer and also realize
the importance of protecting and preserving the java deer as Indonesian typical
animal. The attempts to provide information and socialization of the existence of
java deer will use posters as the main media, and t-shirts, eco bag, tumblr, phone
casing, deck skateboard, and also short movie as the other support media. Visual
design strategies and concepts that is used are expected to be delivered properly
to people especially the young generation.
ABSTRAK
RUSA JAWA SEBAGAI BINATANG KHAS INDONESIA
Oleh:
Himawan Abdillah 51910109
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Perburuan satwa liar merupakan naluri manusia yang ada sejak zaman pra sejarah. Dalam perkembangannya, kegiatan perburuan ternyata telah menimbulkan ancaman terhadap kelestarian beberapa spesies satwa liar karena dilakukan secara ilegal. Ancaman perburuan terhadap kelestarian satwa liar ini dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Ancaman langsung terjadi apabila perburuan dilakukan terhadap suatu spesies satwa (misalnya harimau) akan menimpa pada satwa harimau itu sendiri, sedangkan ancaman tidak langsung adalah perburuan yang dilakukan terhadap satwa-satwa mangsa harimau (misalnya rusa, kijang, kancil, babi hutan, dan sebagainya). Salah satu satwa liar yang memiliki potensi dijadikan satwa buru adalah rusa timor (Cervus timorensis) atau biasa dikenal dengan sebutan rusa jawa (java deer).
Pelestarian rusa timor perlu dilakukan oleh setiap generasi terutama oleh generasi muda Indonesia sebagai calon penerus bangsa. Untuk dapat melestarikan rusa timor, perlu pengenalan terhadap hewan tersebut melalui pemberian informasi kepada remaja dan masyarakat agar remaja dan masyarakat dapat mengenal dan mengetahui lebih dekat tentang keberadaan rusa timor serta dapat menyadari betapa pentingnya melindungi dan melestarikan rusa timor sebagai hewan khas Indonesia. Upaya penyampaian informasi dan sosialisasi terhadap keberadaan rusa timor dilakukan dengan menggunakan poster sebagai media utama, dan t-shirt, eco bag, tumblr, phone case, papan skateboard, serta film pendek sebagai media pendukung lainnya.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan sumber daya alamnya.
Sumber daya alam hewani di Indonesia sangat beraneka ragam, termasuk
didalamnya hewan liar maupun hewan yang dilindungi melalui cara
dibudidayakan dan pemanfaatannya di dalam membantu pekerjaan berat manusia
seperti kerbau, sapi, dan kuda. Salah satu jenis hewan atau satwa liar yang perlu
dilindungi adalah rusa. Perlu adanya perhatian yang lebih terhadap jenis-jenis rusa
yang ada di Indonesia agar rusa yang ada di Indonesia tidak mengalami
kepunahan akibat perburuan liar maupun pemanfaatan yang kurang bertanggung
jawab yang dilakukan oleh oknum tertentu.
Perburuan satwa liar merupakan naluri manusia yang ada sejak zaman pra sejarah.
Dalam perkembangannya, kegiatan perburuan ternyata telah menimbulkan
ancaman terhadap kelestarian beberapa spesies satwa liar karena dilakukan secara
ilegal. Ancaman perburuan terhadap kelestarian satwa liar ini dapat bersifat
langsung maupun tidak langsung. Ancaman langsung terjadi apabila perburuan
dilakukan terhadap suatu spesies satwa (misalnya harimau) akan menimpa pada
satwa harimau itu sendiri, sedangkan ancaman tidak langsung adalah perburuan
yang dilakukan terhadap satwa-satwa mangsa harimau (misalnya rusa, kijang,
kancil, babi hutan, dan sebagainya). Selain itu, sering terjadi bahwa satwa liar
yang dilindungi juga menjadi korban perburuan secara tidak sengaja, misalnya
adanya warga masyarakat yang memasang jerat yang ditujukan pada babi hutan,
tapi yang terkena jerat harimau, tapir, rusa, kancil, atau musang. Salah satu satwa
liar yang memiliki potensi dijadikan satwa buru adalah rusa timor (Cervus
timorensis) atau biasa dikenal dengan sebutan java deer.
Rusa timor merupakan salah satu dari empat spesies rusa asli Indonesia, yakni
rusa sambar, rusa bawean, dan muncak. Satwa ini mempunyai ukuran tubuh yang
atau rambut berwarna coklat kekuning-kuningan. Rusa jantan memiliki ranggah
yang relatif besar, ramping, panjang dan bercabang. Cabang yang pertama
mengarah ke depan, cabang belakang kedua terletak pada satu garis dengan
cabang belakang pertama, cabang belakang kedua lebih panjang dari cabang
depan kedua, cabang belakang kedua kiri dan kanan terlihat sejajar (Schroder
1976).
Rusa timor merupakan satwa asli Indonesia. Menurut Bemmel (1949) rusa timor
berasal dari Jawa, kepulauan sunda kecil dan Malaka. Namun demikian kalangan
ahli lainnya menyatakan bahwa rusa timor hanya berasal dari Jawa dan Bali (
International Union for Conservation of Nature / IUCN 2008). Dalam perkembangannya, rusa timor menyebar luas sampai ke bagian timur wilayah
Indonesia seiring dengan perpindahan manusia.
Salah satu bentuk rekreasi alam adalah kegiatan perburuan. Untuk mengatur
kegiatan tersebut Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang dituangkan
dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 13 tahun 1994 tentang Perburuan Satwa
Buru dan telah menetapkan 15 lokasi Taman Buru dengan total luas kawasan
mencapai 219.392,49 hektar (Ditjen PHKA 2005). PP tersebut mengamanatkan
bahwa pengusahaan perburuan harus diselenggarakan berdasarkan azas konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya serta azas perusahaan atau
menerapkan prinsip kelestarian ekologi dan kesinambungan manfaat ekonomi.
Penyediaan rusa timor sebagai satwa buru harus di persiapkan sejak dini pada saat
merancang lokasi perburuan, sehingga pengelola rekreasi berburu dapat dikelola
secara berkesinambungan dalam menyediakan satwa target buru bagi masyarakat
yang mempunyai minat kegiatan perburuan. Salah satu bentuk penyediaan satwa
rusa timor untuk stok satwa buru adalah melalui penangkaran.
Sebagian besar penangkaran rusa timor yang ada saat ini terutama ditujukan pada
kesenangan (hobi) dan sebagai obyek wisata yang dijadikan sebagai satwa buru di
pemanfaatan dan pengembangan dengan tujuan peningkatan populasi rusa yang
dapat dipercepat dengan memanfaatkan teknologi dan manajemen reproduksi
dalam usaha penangkaran yang dilakukan.
Ancaman utama terhadap jenis-jenis rusa, termasuk rusa timor adalah perburuan
yang dilakukan manusia serta berkurangnya lahan dan padang penggembalaan
yang menjadi kebutuhan rusa dalam mendapatkan sumber pangannya. Hal-hal ini
dapat mengakibatkan kemampuan rusa untuk bertahan hidup di alam liar semakin
berkurang dan mengakibatkan terjadinya kepunahan. Oleh karena itu perlu
dilakukan upaya pelestarian atas jenis-jenis rusa asli Indonesia. Salah satu bentuk
pelestariannya adalah melalui pelestarian habitat yang menjadi sumber
pangannya. Ketersediaan sumber pangan yang berlimpah akan menyebabkan
pertumbuhan populasi rusa tetap lestari.
Pelestarian rusa timor perlu dilakukan oleh setiap generasi terutama oleh generasi
muda Indonesia sebagai calon penerus bangsa. Untuk dapat melestarikan rusa
timor, perlu pengenalan secara lebih dekat terhadap hewan tersebut kepada
seluruh lapisan masyarakat terutama kepada remaja atau generasi muda Indonesia.
Pengenalan terhadap rusa timor sebagai salah satu hewan khas Indonesia dapat
dilakukan melalui banyak cara maupun media.
I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada penjelasan latar belakang masalah, terdapat beberapa
identifikasi masalah yang ditemukan, antara lain:
a. Perlunya informasi yang menarik perhatian khususnya kepada remaja maupun
masyarakat tentang rusa timor.
b. Minimnya sosialisasi yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta
mengenai pentingnya melindungi dan melestarikan rusa timor.
c. Minimnya media yang dapat membangkitkan semangat para remaja dalam
membangun kesadaran untuk ikut peduli, melindungi dan melestarikan rusa
d. Belum ada cara penyampaian yang efektif kepada remaja dan masyarakat
Indonesia bahwa rusa timor merupakan hewan khas Indonesia yang unik dan
menarik.
I.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
ditemukan, dapat diketahui rumusan masalah dalam hal ini tentang:
Bagaimana membangkitkan semangat para remaja dalam membangun kesadaran
untuk ikut peduli, melindungi dan melestarikan rusa timor sebagai hewan khas
Indonesia yang unik dan menarik?
I.4 Batasan Masalah
Pada uraian diatas maka masalah difokuskan untuk membangkitkan semangat
para remaja untuk melindungi dan melestarikan rusa timor.
I.5 Tujuan Perancangan
Tujuan perancangan dalam hal ini adalah untuk:
• Memberikan informasi kepada remaja dan masyarakat tentang rusa timor
dengan harapan bisa ikut melestarikan dan menjaga keberadaan rusa timor.
• Mengajak remaja dan masyarakat untuk mengetahui lebih dekat tentang rusa timor sebagai hewan khas Indonesia.
BAB II
RUSA TIMOR SATWA LIAR KHAS INDONESIA YANG DILINDUNGI
II.1 Pengertian Satwa Liar
Di Indonesia terdapat banyak jenis satwa liar. Satwa liar adalah semua jenis satwa yang memiliki sifat-sifat liar baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia. Dalam situs http://tentanghewan.com (7/25/2015) kehadiran satwa liar mempunyai fungsi dan peranan penting bagi ekosistem alami serta bagi kehidupan manusia. Di alam, setiap individu satwa liar ikut dalam siklus perputaran makanan
di habitatnya (hutan), sehingga pohon-pohon di hutan tetap bisa tumbuh berkembang biak dan menjadikan hutan tetap ada. Apabila hutan tetap ada fungsi hutan sebagai habitat satwa liar, pemasok oksigen dan air, pengontrol suhu udara dan pengendali musim akan tetap berlangsung. Manusia dan seluruh mahluk
hidup di bumi akan dapat merasakan manfaat ini.
Definisi lain tentang satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, di air,
dan/atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia. Satwa liar yang dilindungi adalah semua jenis satwa liar baik yang hidup maupun yang mati serta bagian-bagiannya yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi. Satwa liar Indonesia dalam hukum dibagi dalam dua golongan yaitu jenis dilindungi dan jenis yang tidak dilindungi. Menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam hayati dan Ekosistemnya, perdagangan satwa dilindungi adalah tindakan kriminal yang bisa diancam hukuman penjara 5 tahun dan denda Rp 100 juta.
II.2 Peran dan Manfaat Satwa Liar di Alam
Dalam situs http://kkssmk12.wordpress.com (7/25/2015) keberadaan satwa liar di alam mempunyai peranan dan manfaat antara lain:
• Menjaga regenerasi hutan melalui penyerbukan semak, tumbuhan
berbunga,dan penyebaran biji-bijian.
• Membantu manusia menjaga ke seimbangan alam. Suatu ekosistem hutan
yang terjaga siklus dan regenerasinya akan mampu menjalankan fungsinya dengan baik, yaitu antara lain sebagai sumber ke anekaragaman hayati satwa dan tumbuhan yang hidup di dalamnya, penghasil oksigen, mata air,serta menjaga suhu udara tetap stabil.
• Sebagai indikator kesehatan lingkungan suatu kawasan. Jumlah ( maksimum ) individu satwa liar yang dapat hidup ditempat tertentu ditentukan oleh kemampuan suatu habitat untuk mendukung hidupnya ( Meijaard, 2001 ). Jika satwa liar dapat hidup dan berkembang biak di suatu kawasan, berarti kawasan
itu tergolong masih bagus kondisinya.
• Sebagai objek wisata alam keberadaan satwa liar di alam akan menjadi objek wisata tersendiri yang unik dan menari. Akan lebih menyenangkan bagi kita apabila dapat melihat satwa liar di habita aslinya di alam.
II.3 Rusa Timor Mamalia yang Dilindungi
Dalam situs http://florafauna.com (7/25/2015) Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar menyebutkan sebanyak 294 spesies yang dilindungi undang-undang. Keseluruhannya terbagi ke dalam 2 kelompok besar, yaitu kelompok satwa /hewan (fauna) dan kelompok tumbuhan (flora).
Berdasarkan Lampiran PP No 7 Tahun 1999 daftar flora dan fauna yang dilindungi di Indnoesia tercantum dalam PP No 7 tahun 1999 yang berjumlah sebanyak 294 spesies. Keseluruhannya terbagi ke dalam 2 kelompok besar, yaitu kelompok satwa (mamalia, aves, reptilia, insekta, ikan, anthozoa, dan bivalvia)
dipterocarpaceae). Kelompok mamalia memiliki jumlah 70 spesies, termasuk didalamnya spesies rusa (Cervus spp.)
Sesuai dengan PP No 7 Tahun 1999 rusa timor ( Cervus timorensis ) merupakan jenis spesies dari genus Cervus dan tergolong kedalam jenis satwa liar yang dilindungi oleh undang-undang.
II.4 Jenis Rusa di Indonesia
Terdapat empat jenis rusa asli Indonesia. Yakni rusa timor (Cervus timorensis),
rusa sambar (Cervus unicolor), rusa bawean (Axis kuhlii), dan kijang (Muntiacus muntjac).
1. Kijang (muntiacus muntjac)
Gambar II.1 Kijang
(Sumber : http://www.orbitdigital.net/article/rusa-asli-indonesia) diakses : (7/15/2015) (14:55)
Kijang memilki tubuh kecil, dan memiliki kaki langsing. Pada wajah kijang terdapat tonjolan tulang, yang merupakan perpanjangan dari dasar tanduknya. Hanya kijang jantan yang bertanduk, kebanyakan lurus, tetapi sebagian lainnya
sampai 10 tahun, di alam umurnya lebih pendek, hal tersebut dimungkinkan karena banyak pemangsanya.
2. Rusa Bawean (Axis kuhlii)
Gambar II.2 Rusa bawean
(Sumber : http://www.orbitdigital.net/article/rusa-asli-indonesia) diakses : (7/15/2015) (15:01)
3. Rusa Timor (Cervus timorensis)
Gambar II.3 Rusa timor / menjangan
(Sumber : http://www.orbitdigital.net/article/rusa-asli-indonesia) diakses : (7/15/2015) (15:05)
4. Rusa Sambar (Cervus unicolor)
Gambar II.4 Rusa sambar
(Sumber : http://www.orbitdigital.net/article/rusa-asli-indonesia) diakses : (7/15/2015) (15:15)
II.5 Klasifikasi dan Spesifikasi Rusa Timor
Gambar II.5 Rusa Timor ( Cervus timorensis ) (Sumber :
https://www.pinterest.com/pin/33073378484134975/?sa=X&ved=0CB8Q9QEw BWoVChMIutfrrt71xgIVCZmUCh0GWgOF) diakses : (7/15/2015) (15:55)
Klasifikasi rusa timor adalah sebagai berikut: Phyllum : Vertebrata
Sub phyllum : Chordata Class : Mammalia Ordo : Artiodactyla Familia : Cervidae Genus : Cervus
Species : Cervus timorensis (Blainville, 1822)
Rusa timor sering juga disebut sebagai rusa jawa. Dalam bahasa Inggris, rusa timor mempunyai beberapa sebutan seperti Javan Rusa, Javan Deer, Rusa, Rusa Deer, dan Timor Deer. Sedangkan dalam bahasa latin (ilmiah) binatang ini disebut sebagai Cervus timorensis yang mempunyai beberapa nama sinonim seperti Cervus celebensis (Rorig, 1896), Cervus hippelaphus (G.Q. Cuvier , 1825), Cervus lepidus (Sundevall, 1846), Cervus moluccensis (Quoy & Gaimard, 1830), Cervus peronii (Cuvier, 1825), Cervus russa(Muller & Schlegel, 1845), Cervus
tavistocki (Lydekker, 1900), Cervus timorensis(Blainville, 1822), dan Cervus tunjuc(Horsfield,1830).
II.5.1 Morfologi Rusa Timor
umumnya rusa timor dewasa memiliki panjang badan berkisar antara 195-210 cm dengan tinggi badan mencapai 91-110 cm dan berat badan antara 103-115 kg. Berbeda dengan rusa betina, pada rusa jantan terdapat ranggah yang bercabang, yaitu salah satu tampilan karakter seksual sekunder yang khas pada rusa jantan setelah mencapai pubertas (Handarini 2006).
Ranggah tersebut akan tumbuh pertama kali pada anak jantan saat umur 8 bulan. Setelah dewasa, ranggah akan menjadi sempurna yang ditandai dengan terdapatnya 3 ujung runcing. Tidak sama seperti tanduk, ranggah tidak memiliki
pusat core atau horny sheath. Ranggah tumbuh pada tonjolan tulang tengkorak yang disebut pesidel dan bagian dalam mampat, sedangkan tanduk pada bagian dalamnya kosong. Pada setiap periode waktu tertentu, ranggah akan tanggal dan tumbuh baru (Suyanto 2002).
Berdasarkan penelitian Pattiselanno et al. (2008), secara statistik rusa timor tidak memiliki perbedaan ukuran panjang kaki belakang, panjang telinga serta lebar telinga antara rusa timor jantan dan rusa timor betina. Sedangkan untuk berat badan, panjang badan, tinggi badan dan panjang ekor memiliki perbedaan yang sangat nyata. Karakter morfologi berupa ukuran dan bobot tubuh merupakan ukuran statistik vital yang biasanya digunakan sebagai indikator performance hewan ternak, yakni ukuran dan bobot tubuh akan lebih besar pada hewan ternak dewasa dibandingkan dengan hewan ternak muda. Oleh sebab itu, perbedaan umur antara rusa timor dapat mempengaruhi karakteristik morfologinya.
Rusa timor secara morfologi memiliki warna bulu coklat abu-abu sampai coklat tua kemerahan dan yang jantan warnanya lebih gelap. Warna di bagian perut lebih terang dari pada di bagian punggungnya.
Tinggi bahu rusa betina dewasa 100 cm, sedangkan yang jantan dapat mencapai
( a ) ( b )
Gambar II.6 Rusa timorensis (Cervus timorensis), (a) rusa jantan; (b) rusa betina (Sumber :
http://www.rusatimor.com/blogspot.com/2012/05/potensirusa-timor-cervus-timorensis.html) diakses : (7/16/2015) (00:50)
Rusa jantan dewasa memiliki ranggah atau tanduk yang bercabang tiga, dengan ujung-ujungnya yang runcing , kasar dan beralur memanjang dari pangkal hingga ke ujung ranggah. Panjang ranggah rata-rata 80 – 90 cm, tapi ada yang mencapai 111,5 cm.
Gambar II.7 Perbandingan struktur dan ukuran tubuh
Gambar II.8 Perbandingan struktur dan ukuran ranggah. A. Rusa Merah, B. Rusa chital, C. Rusa timor, D. Rusa sambar (Sumber :
http://www.rusatimor.com/blogspot.com/2012/05/potensirusa-timor-cervus-timorensis.html) diakses : (7/16/2015) (01:05)
Pada musim kawin, perilaku rusa banyak mengalami perubahan. Pada awal musim kawin, rusa menjadi gelisah dan peka terhadap kedatangan mahluk asing di lingkungannya. Rusa jantan lebih peka terhadap kedatangan pejantan lain dan menantang pejantan lain untuk berkelahi dalam rangka memperebutkan atau
mempertahankan betina. Meskipun hidup bersama dalam satu kelompok, setiap rusa mengikuti siklus seksualnya masing-masing. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, terdapat kaitan erat antara musim birahi dengan terlepasnya tanduk-tanduk/ranggah rusa.
Rusa betina pada musim kawin akan mondar-mandir dari daerah teritori pejantan satu ke daerah teritori pejantan yang lain untuk memilih pejantan, dan akhirnya menetap pada daerah teritori pejantan yang dipilihnya sampai terjadi perkawinan. Pada umumnya kopulasi terjadi pada malam hari.
Masa reproduksi rusa dimulai dari umur 1,5 tahun sampai 12 tahun, rusa dapat bertahan hidup antara umur 15- 20 tahun. Anak rusa umur 4 bulan dapat mencapai bobot badan 17,35 kg untuk jantan dan 16,15 kg betina. Pada umur satu sampai dua tahun rusa sudah bereproduksi, dengan lama bunting antara 7,5 bulan sampai 8,3 bulan. Bila ditangani secara intensif, satu bulan setelah melahirkan rusa sudah dapat bunting lagi terutama bila dilakukan penyapihan dini dengan anak yang dilahirkan, umur sapih anak rusa secara alami yaitu 4 bulan. Setiap tahun rusa dapat menghasilkan anak, biasanya anak yang dilahirkan hanya satu ekor.
II.5.2 Habitat Rusa Timor
Cervus timorensis tersebar alami hampir di seluruh kepulauan Indonesia kecuali di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Habitat rusa timor berupa hutan, dataran terbuka serta padang rumput dan savanna. Rusa timor diketemukan di dataran
rendah hingga pada ketinggian 2600 m di atas permukaan laut (Direktorat PPA, 1978). Padang rumput dan daerah-daerah terbuka merupakan tempat mencari makan, sedangkan hutan dan semak belukar merupakan tempat berlindung. Salah satu tempat berlindung yang disukai oleh rusa timor (Cervus timorensis) adalah semak-semak yang didominasi oleh kirinyuh (Eupatorium spp.), saliara (Lantana camara), gelagah (Saccarum spontaneum) dan alang-alang (Imperata cylindrica).
Rusa timor termasuk satwa yang mudah beradaptasi dengan lingkungan yang kering bila dibandingkan dengan jenis rusa yang lain, karena ketergantungan terhadap ketersediaan air relatif lebih kecil. Dengan kemampuan adaptasi yang baik ini rusa timor mampu berkembangbiak dengan baik di daerah-daerah meskipun bukan habitat aslinya.
II.5.3 Aktivitas Rusa Timor
Rusa memiliki aktivitas pergerakan dan penjelajahan yang terpengaruh oleh 2 aspek, yaitu rutinitas harian yang berkaitan dengan mencari makanan, air, dan
yang sangat jauh, namun pada kondisi iklim yang buruk rusa akan bergerak sangat terbatas. Aktivitas harian rusa meliputi perjalanan dari dan ke tempat mencari makanan dan air, makan dan beristirahat. Sebagaimana herbivora pada umumnmya, rusa menghabiskan waktunya berjam-jam untuk makan dan diselingi perjalanan-perjalanan pendek untuk beristirahat maupun menuju ke tempat air. Untuk aktivitas makan rusa timor lebih banyak menghabiskan waktunya pada pagi dan sore hari. Sedangkan siang hari cenderung mencari perlindungan dari teriknya sinar matahari, beristirahat sambil memamah biak. Pada malam hari aktivitas makan juga berlangsung, tetapi tidak begitu aktif.
Jenis Cervus timorensis merupakan hewan yang dapat aktif di siang hari (diurnal) maupun di malam hari (nokturnal), tergantung pada kondisi lingkungannya . Dilaporkan oleh Garsetiasih et al. (1997) bahwa aktivitas puncak Cervus
timorensis di Taman Wisata Alam Pulau Menipo Nusa Tenggara Timur adalah pada pagi hari pukul 06.00-09.00 dan pada sore hari pukul 16.00-18.00. Aktivitas tersebut meliputi istirahat, makan, dan bergerak.
II.5.4 Sifat Kualitatif Rusa Timor
Sifat kualitatif lebih banyak diatur atau ditentukan oleh genotype individu. Pada rusa timor sifat kualitatif yang dapat dilihat dengan jelas adalah warna bulu, warna kulit, pola warna, bentuk kepala, bentuk badan dan bentuk tanduk.
Gambar II.9 Penampang Anatomi Rusa
(Sumber : http://www.rusatimor.com/blogspot.com/2012/05/potensirusa-timor-cervus-timorensis.html) diakses : (7/16/2015) (00:30)
Berdasarkan penelitian Thohari et al. (1993), dari hasil analisis polimorfisme protein darah yaitu pada lokus transferin,post albumin dan haemoglobin dapat digunakan sebagai indicator mengidentifikasi perbedaan genetic diantara rusa timor, rusa sambar dan rusa bawean. Lokus post albumin dianggap dapat dijadikan sebagai gen penanda untuk mengidentifikasi karakteristik ketiga jenis rusa tersebut.
Perkembangan ukuran tanduk dapat digunakan untuk menduga umur rusa . Tanduk pertama kali tumbuh pada umur kira-kira 1 tahun yang terdiri atas tanduk tunggal. Tanduk rusa timor besar, langsing dan panjang. Velvet dan tanduk rusa timor merupakan salah satu sifat kualitatif yang mempunyai nilai ekonomik tinggi.
Tabel II.1 Perkembangan Tanduk Rusa Jantan
(Sumber : http://www.rusatimor.com/blogspot.com/2012/05/potensirusa-timor-cervus-timorensis.html) diakses : (7/16/2015) (00:15)
Umur (bulan) Keadaan
7 – 9
Tanduk tunggal tumbuh sempurna (20-30 cm) Tanduk mempunyai 2 cabang
Tanduk mempunyai 3 cabang
Perkembangan tanduk sempurna (panjang 80 – 90 cm)
Jarak diantara cabang tanduk bertambah lebar
II.5.5 Sifat Kuantitatif Rusa Timor
Sifat-sifat kuantitatif yang dapat diukur pada rusa timor antara lain panjang badan, tinggi badan, lingkar dada, lebar dada, dalam dada, panjang kepala, panjang ekor dan lainnya. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkar dada, tinggi pinggul, panjang badan dan tinggi badan memberikan kontribusi pada ukuran tubuh rusa. Secara umum dari hasil pengukuran tubuh terhadap rusa timor, rusa sambar dan rusa bawean menunjukkan bahwa rusa sambar relative lebih besar dari rusa timor kemudian rusa bawean (Thohari et al., 1993). Tubuh rusa jantan lebih besar dibandingkan dengan tubuh rusa betina.
Semakin tinggi panjang pinggul dan panjang femur maka skor bentuk tubuh yang diperoleh semakin tinggi. Hal yang sangat mempengaruhi keadaan sifat kuantitatif rusa disini adalah keadaan lingkungan. Keadaan morfologi rusa sangat dipengaruh oleh keadaan atau habitat dimana dia tinggal.
Daging rusa (venison) mempunyai persentase karkas 58 % (sapi 41 % dan domba 43 %). Komposis energi yang dihasilkan dari lemak daging pada rusa 22 % (sapi
33 % dan domba 35-47 %), energi daging mencapai 628 jouls / 100 g. Kandungan protein daging 21 % (tetap dengan bertambahnya umur) dan 40 % dari bagian karkas belakang (3/4 bagian karkas belakang mempunyai harga tinggi).
Dari empat jenis rusa asli Indonesia , yakni rusa timor (Cervus timorensis), rusa sambar (Cervus unicolor), rusa bawean (Axis kuhlii), dan kijang (Muntiacus muntjac), saat ini keempat jenis rusa tersebut menjadi satwaliar yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Kebutuhan akan ranggah rusa dan dagingnya untuk dalam negeri ataupun luar negeri menjadikan satwa jenis ini dicari para pemburu. Hal ini bila tidak terkendalikan, bisa mengakibatkan populasi rusa di Indonesia semakin berkurang bahkan bisa punah di alam liarnya. Untuk itu, perlu dilakukan upaya pengawetan agar kelestarian jenis rusa tetap terjaga. PP No 7 tahun 1999, menjelaskan bahwa tujuan kegiatan pengawetan adalah sebagai
berikut :
• Menghindarkan jenis tumbuhan dan satwa dari bahaya kepunahan
• Menjaga kemurnian genetik dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
• Memelihara keseimbangan dan kemantapan ekosistem yang ada
Berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999, keempat jenis rusa asli Indonesia termasuk ke dalam satwa yang dilindungi. Dalam IUCN (International Union for Conservation of Nature and Cultural Resource) Redlist, rusa sambar dan rusa timor
dikategorikan ke dalam Vulnerable (VU; Rentan), yakni status konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang mengalami resiko kepunahan di alam liar pada waktu yang akan datang. Rusa bawean termasuk ke dalam kategori Criticaly Endangered (CR; Kritis), yakni status konservasi yang diberikan kepada spesies yang menghadapi resiko kepunahan di waktu dekat. Kijang muncak yang memiliki ukuran tubuh paling kecil termasuk ke dalam kategori Least Concern (LC; Beresiko Rendah), yakni status konservasi yang diberikan pada spesies yang telah dievaluasi tetapi tidak termasuk ke dalam kategori manapun.
pelestariannya adalah melalui pelestarian habitat yang menjadi sumber pangannya. Ketersediaan sumber pangan yang berlimpah akan menyebabkan pertumbuhan populasi rusa tetap lestari. Kebutuhan rusa sebagai hewan ternak, dimana seluruh bagian tubuhnya dapat dimanfaatkan dalam perdagangan maka perlu dibangun suatu industri peternakan. Industri ini haruslah dibawah koordinasi departemen kehutanan, dalam hal ini Balai Konservasi Sumber Daya Alam untuk memonitor bahwa individunya sudah merupakan produk turunan dan dapat untuk dilakukan kegiatan komersial.
II.7 Analisa Masalah
II.7.1 Penyebab Minimnya Sosialisasi Dalam Rangka Memperkenalkan Rusa Timor Sebagai Hewan Khas Indonesia yang Dilindungi
• Rendahnya minat dan kepedulian masyarakat
Berdasarkan hasil pemaparan dan pengamatan penulis menyatakan bahwa rusa timor merupakan salah satu hewan khas Indonesia yang harus dilindungi mengingat rusa timor memiliki banyak potensi untuk mengalami kepunahan di masa yang akan datang, namun kesadaran dan perhatian masyarakat khususnya para remaja sangat jarang tertuju pada satwa tersebut sehingga sosialisasi mengenai hewan khas Indonesia yang dilindungi khususnya rusa timor sangat jarang ditemui oleh masyarakat umum terutama kalangan remaja yang merupakan ujung tombak berdirinya Negara Indonesia di masa mendatang.
Menumbuhkan minat dan kepedulian masyarakat khususnya para remaja sebagai generasi muda penerus bangsa dapat dilakukan melalui cara-cara yang sederhana dan praktis.
• Media informasi yang sangat minim
alat untuk bersosialisasi. Perkembangan media informasi sebagai sarana sosialisasi akan sangat cepat dan diperlukan bagi masyarakat khususnya para remaja sekarang ini.
Laporan Pengantar Tugas Akhir
RUSA JAWA SEBAGAI BINATANG KHAS INDONESIA
DK 38315 / Tugas Akhir
Semester II 2014-2015
Oleh:
Himawan Abdillah
NIM 51910109
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ORISINALITAS ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
BAB II RUSA TIMOR SATWA LIAR KHAS INDONESIA YANG DILINDUNGI ... 5
II.1 Pengertian Satwa Liar ... 5
II.2 Peran dan Manfaat Satwa Liar di Alam ... 6
II.3 Rusa Timor Mamalia yang Dilindungi ... 6
II.4 Jenis Rusa di Indonesia ... 7
II.5 Klasifikasi dan Spesifikasi Rusa Timor ... 11
II.5.1 Morfologi Rusa Timor ... 12
II.5.2 Habitat Rusa Timor ... 15
II.5.3 Aktivitas Rusa Timor ... 16
II.5.4 Sifat Kualitatif Rusa Timor ... 17
II.5.5 Sifat Kuantitatif Rusa Timor ... 18
II.6 Rusa Timor dan Upaya Pelestariannya ... 19
II.7.1 Penyebab Minimnya Sosialisasi Dalam Rangka Memperkenalkan Rusa
Timor Sebagai Hewan Khas Indonesia yang Dilindungi ... 20
BAB III STRATEGI PERANCANGAN KONSEP VISUAL ... 22
III.1 Strategi Perancangan ... 22
III.1.1 Kelompok Sasaran (Target Audience) ... 22
III.1 2 Pendekatan Komunikasi ... 23
III.1.2.1 Pendekatan Visual ... 23
III.1.2.2 Pendekatan Verbal ... 23
III.1.3 Strategi kreatif ... 24
III.1.4 Strategi Media ... 25
III.1.5 Strategi Distribusi ... 27
DAFTAR PUSTAKA
Alkatri. (2014). Karya Seni Titik Dot Art Yang Inspiratif. Tersedia di: http://www.dumetschool.com/blog/Karya-Seni-Titik-Dot-Art-Yang-Inspiratif diakses (3/9/2015)(10:55WIB)
Handarini Ristika. 2006. Pola dan Siklus Pertumbuhan Ranggah Rusa Timor Jantan (Cervus timorensis) (The Pattern and Antler Development Cycle of Timor Stags [Cervus timorensis]). Jurnal Agribisnis Peternakan 2 (1).
[IUCN] International Union for Conservation of the Nature and Natural Resources. 2012. The IUCN Red List of Threatened Species. www. www.iucnredlist.org. [30 Desember 2012].
Lucyati. (2014). Mengenal Satwa Liar. Tersedia di: https://kkssmk12.wordpress.com/2008/11/23/satwa-liar-2/ (3/8/2015)
(12:37WIB)
Pattiselanno F, Tethool AN, Seseray DY. 2008. Karakteristik Morfologi dan Praktek Pemeliharaan Rusa Timor di Manokwari. Berkala Ilmiah Biologi 7 (2) : 61-67.
Suyanto A. 2002. Mamalia di TNGH Jawa Barat. Bogor : BPC-JICA. Tersedia di: http://www.iucnredlist.org/details/full/41789/0
Wardani. (2010). Perkembangan Pskologi Remaja. Tersedia di: http://belajarpsikologi.com/perkembangan-psikologis-remaja/ (3/9/2015) (13:17WIB)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas
Akhir yang berjudul “RUSA JAWA SEBAGAI BINATANG KHAS
INDONESIA” . Laporan ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menempuh
sidang sarjana Strata 1 Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas
Komputer Indonesia.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis tak lepas dari bantuan, bimbingan,
arahan, dan motivasi dari beberapa pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si. selaku Wakil Rektor
Bidang Akademik sekaligus Dosen Pembimbing II.
3. Bapak Prof. Dr. Primadi Tabrani selaku Dekan Fakultas Desain.
4. Bapak M. Syahril Iskandar, S.Sn., M.Ds. selaku Ketua Program Studi Desain
Komunikasi Visual sekaligus Dosen Pembimbing I.
5. Orang tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan
dukungan dalam bentuk apapun.
6. Rekan-rekan mahasiswa DKV S1 serta semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan satu per satu yang telah berperan serta ikut membantu tersusunnya
Tugas Akhir ini.
Semoga bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan
balasan yang layak dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga laporan
Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Busan, 27 Juli 2015
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Himawan Abdillah
NIM : 51910109
Program Studi : Desain Komunikasi Visual
Dengan ini menyatakan bahwa karya beserta Laporan Tugas Akhir ini adalah
benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan duplikasi dari hasil karya orang
lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya
bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku.
Busan, 27 Juli 2015
Himawan Abdillah
NIM. 51910109
RIWAYAT HIDUP
Nama : Himawan Abdillah
Tanggal Lahir : Cianjur, 13 Januari 1989
Telp. : 085720235551
Email : himawanabdillah@gmail.com
Line ID : him01
Instagram : @himawan.him
Facebook : Himawan Abdillah
Pendidikan Formal
2013 – 2015 : Universitas Youngsan (Korea Selatan)
2008 – 2009 : Jogja Flight Education Center
2006 – 2008 : SMA Negeri 1 Cibeber
2004 – 2006 : SMP Negeri 1 Cibeber
1998 – 2004 : SD Negeri Hanjawar 3
Pengalaman
- Desember 2012
Museum Batik Pekalongan (Designer) Museum Asmat TMII Jakarta (Designer) Museum Bali (Designer)
Penghargaan
- Pemenang Kompetisi Universitas Youngsan kategori ilustrasi (18 Desember
2013)
- Red Award 2014
Keahlian
- Gambar Manual
- Ilustrasi
- Desain Grafis
- Fotografi
- Videografi
- Typografi
Software yang dikuasai
- Adobe Illustrator
- Adobe Photoshop
- Adobe Lightroom
- Adobe Premiere
- Adobe After Effects
- Adobe Indesign
SURAT KETERANGAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI
Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini, penulis dan pihak perusahaan tempat penelitian, menyetujui :
“Untuk memberikan kepada Universitas Komputer Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif atas penelitian ini dan bersedia untuk di-online-kan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kepentingan riset dan pendidikan”.