• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL SISWA

Oleh

MARDIANA JUWITA PASARIBU

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL SISWA

Oleh

MARDIANA JUWITA PASARIBU

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbingpada materi laju reaksi dalam meningkatkan keterampilan ber-pikir orisinil siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014-2015. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel penelitian ini yaitu kelas XI MIA5 dan XI MIA3. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan Non Equivalent (Pretest and Postest) Control-Group Design. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing ditunjukkan oleh adanya perbedaan rata-rata n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sebesar 0,58 dan 0,62. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil.

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Gajah pada tanggal 17 Januari 1993 sebagai putri pertama dari tiga bersaudara buah hati Bapak Maslan Pasaribu dan Ibu Dewi Nababan.

Pada tahun 1998 menyelesaikan pendidikan formal pertama di TK Pamerdisiwi Terbanggi Besar, SD Kristen 3 Terbanggi Besar tahun 2004, SMP Negeri 3 Terbanggi Besar tahun 2007, SMA Negeri 1 Terbanggi Besar tahun 2010.

Tahun 2010 terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui seleksi jalur Ujian Mandiri. Selama perkuliahan penulis pernah aktif dalam beberapa organisasi internal kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) FKIP Unila dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen (UKM-K) Unila serta

(7)

PERSEMBAHAN

Salam Damai Kasih Kristus bagi Kita Semua…

Puji syukur kepada Allah Bapa dan Anak-Nya Tuhan Yesus untuk berkat yang selalu berlimpah dan kasih-Nya yang tak

berkesudahan di dalam hidupku.

Dengan penuh rasa syukur, Ku persembahkan karya ini kepada:

Bapak dan Ibu tercinta atas segala kasih sayang dan

pengertian untuk membesarkan, mendidik, menasehati dan selalu membawaku di dalam doa untuk semua kebahagiaan dan keberhasilanku. Tak mungkin aku mampu membalas semua kasih yang telah diberikan hanya usaha, harapan dan semangat untuk selalu membahagiakan kalianlah yang bisa kuberikan, maaf untuk semua kesalahan yang

kulakukan.

 Adikku yang kukasihi Johanes dan Getri untuk tawa, canda

dan semangat yang selalu kalian berikan kepadaku. Terima kasih atas harapan dan tali persaudaraan yang kudapatkan dalam hidupku. Aku sangat menyayangi kalian.

 Keluarga besarku, untuk Nenek tercinta, paman bibi

dan sepupu-sepupu yang luar biasa terima kasih untuk semangat, harapan besar dan juga penantian kalian untuk aku dapat meraih keberhasilanku menyelesaikan studi dan gelar ini.

Terima kasih kepada Almamater Tercinta atas pelajaran-pelajaran hidup yang telah kudapat sebagai langkah awal

(8)

MOTO

“Pemberani adalah pemegang ¾ dari seluruh Dunia”

(R.A Kartini)

“Lakukanlah yang terbaik darimu, selebihnya biarkan Tuhan yang bekerja untukmu”

(Penulis)

“Hal yang paling unik dari kehidupan adalah Bahwa Ia Dapat Dimengerti”

(Albert Einstein)

“Kesalahan adalah refleksi diri yang bernilai tinggi”

(9)

SANWACANA

Puji syukur kepada Allah Bapa di dalam Tuhan Yesus Kristus, karena kasih dan anugerah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Laju Reaksi Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Orisinil Siswa” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Sepenuhnya disadari bahwa selama proses penyusunan sampai dengan terselesai-kannya skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA 3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia.

4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si. selaku Pembimbing I, yang telah berkenan memberikan bimbingan, kesabaran dan motivasinya untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

(10)

6. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si. selaku pembahas terima kasih telah memberi-kan kritik dan saran yang berarti untuk perbaimemberi-kan skripsi ini agar lebih baik. 7. Seluruh Dosen Pendidikan Kimia yang telah mengajar dan membimbing

selama ini, juga staf administrasi P. MIPA Unila atas segala bantuannya. 8. Bapak Kepala SMAN 5 Bandar Lampung, staf TU, siswa kelas XI MIA 3 dan

MIA 5 SMAN 5 Bandar Lampung dan Ibu Puji Astuti, S. Si. sebagai Guru Mitra yang sudi membantu selama penelitian.

9. Terspecial untuk Suparno Mangisi Tua Sihotang, S.H. terima kasih untuk motivasi, canda tawa, semangat dan doa yang selalu diberikan selama ini. 10. Sahabat Himaterku Betty Sirait, S.IP. Hixkia Marpaung, S.P. Evi Nababan,

S.Hut. Hotmauli Situmorang, S.Pd untuk motivasi, kebersamaan dan ilmu yang saling dibagi dalam perkuliahan dan organisasi selama ini.

11. Saudara-saudara terkasih Jamilaku Amijoyo Nababan, Virgo Nababan, Dosma Nababan dan Irawati Nababan untuk dukungan dan kebersamaannya. 12. Rekan seperjuangan di Pendidikan kimia 2010 serta kakak dan adik tingkat

Pendidikan Kimia, UKM-K Unila, GMKI cab. Bandar Lampung, Imabatoba Bandar Lampung, POMK FKIP UNILA dan di tempat lain.

Penulis bersyukur dan berdoa, semoga apa yang disajikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, 17 April 2015 Penulis,

(11)

vi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 8

B. Model Inkuiri Terbimbing ... 9

C. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 13

D. Analisis Konsep Laju Reaksi ... 16

E. Kerangka Pemikiran ... 22

F. Anggapan Dasar ... 23

(12)

vii III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

B. Data Penelitian ... 25

C. Metode dan Desain Penelitian ... 25

D. Variabel Penelitian ... 26

E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen ... 26

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 27

G. Teknik Analisis Data ... 29

H. Uji Hipotesis ... 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian dan Analisis Data ... 36

B. Pembahasan ... 41

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 52

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Analisis SKL-KI-KD-Indikator ... 55

2. Silabus (Eksperimen) ... 64

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Eksperimen) ... 81

4. Lembar Kerja Siswa (Eksperimen) ... 118

5. Kisi-kisi Pretes dan Postes Laju Reaksi ... 126

6. Soal Pretes-Postes ... 136

7. Rubrikasi Soal Pretes- Postes ... 141

8. Lembar Observasi Kinerja Guru (Eksperimen) ... 154

9. Lembar Observasi Afektif Siswa Kelas Eksperimen ... 164

10.Rubrik Observasi Afektif Siswa ... 169

(13)

viii 12.Data Pemeriksaan Jawaban Siswa (Eksperimen) ... 173 13.Perolehan Nilai Pretes, Nilai Postes, dan n-Gain Keterampilan

(14)

ix DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing ... 11

2. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif ... 14

3. Indikator kemampuan berpikir kreatif ... 15

4. Analisis konsep materi laju reaksi ... 17

5. Desain penelitian ... 25

6. Hasil uji normalitas nilai pretes siswa ... 37

7. Hasil uji homogenitas nilai pretes siswa ... 38

8. Hasil uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes siswa ... 38

9. Hasil uji normalitas n-Gain siswa ... 40

10. Hasil uji homogenitas n-Gain siswa ... 40

(15)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Prosedur pelaksanaan penelitian ... 29 2. Rata-rata nilai pretes dan nilai postes keterampilan berpikir orisinil kelas

kontrol dan kelas eksperimen ... 36 3. Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil kelas kontrol dan kelas

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkem-bang berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia yaitu kimia sebagai proses, produk dan sikap. Kimia sebagai proses meliputi ke-giatan mengamati, mengidentifikasi, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan data, meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan percobaan, dan mengkomuni-kasikan hasil pengamatan. Kimia sebagai produk dapat berupa fakta, konsep, prinsip hukum dan teori. Sedangkan kimia sebagai sikap meliputi keterampilan berkomunikasi, bekerja sama, ulet, kritis, kreatif, tanggung jawab dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi ketika menjumpai suatu fenomena. Oleh sebab itu pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai produk, proses dan sikap (Tim Penyusun, 2006).

Dimasa mendatang, Indonesia sangat membutuhkan generasi yang kreatif agar bangsa Indonesia tidak hanya menjadi negara yang hanya menikmati hasil

(17)

2

eksplisit, keterampilan berpikir kreatif juga menjadi salah satu Standar

Kompetensi Lulusan kurikulum 2013 untuk dimensi keterampilan, yakni siswa diharapkan memiliki keterampilan berpikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri (Tim Penyusun, 2013).

Faktanya, pembelajaran kimia di sekolah masih dominan menggunakan metode ceramah dan cenderung hanya membelajarkan kimia sebagai produk saja sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa. Hal tersebut diperkuat oleh hasil observasi dan wawancara di SMA Negeri 5 Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa pembelajaran kimia di sekolah tersebut masih dominan menggunakan metode ceramah. Kegiatan praktikum hanya dilakukan pada materi tertentu saja untuk membuktikan konsep kimia yang didapat. Pada saat proses pembelajaran, guru berperan sebagai pusat dari segala informasi dan siswa hanya menerima informasi dari apa yang diberikan oleh guru tanpa berpikir untuk mencari infor-masi lainnya. Akibatnya, pembelajaran kimia cenderung hanya sebagai produk saja dan keterampilan berpikir orisinil siswa dalam memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain belum terlatih dengan baik sehingga dapat disimpulkan keterampilan berpikir kreatif siswa masih rendah khususnya keterampilan berpikir orisinil siswa.

(18)

ter-3

masuk dalam kategori berpikir tingkat tinggi yang bertujuan untuk merangsang keingintahuan dan berpikir kreatif siswa yang dituntut untuk menciptakan sesuatu yang baru (Munandar, 2012). Keterampilan berpikir kreatif menjadi lima macam, yaitu berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinil

(originality), berpikir elaboratif (elaboration) dan berpikir evaluatif (evaluation) (Munandar, 2008).

Salah satu indikator keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan berpikir orisinil. Keterampilan berpikir orisinil adalah keterampilan yang mampu melahir-kan ungkapan yang baru dan unik, memikirmelahir-kan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri, serta mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Indikator perilaku yang terdapat pada keter-ampilan berpikir orisinil adalah memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain, mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha me-mikirkan cara-cara yang baru serta memilih cara berpikir lain dari pada yang lain (Munandar, 2008).

Berdasarkan kurikulum 2013, laju reaksi merupakan salah satu materi dalam pem-belajaran kimia di kelas XI IPA yang terdapat pada kompetensi dasar 3.7 adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil percobaan. Dan kompetensi dasar 4.7 adalah me-rancang, melakukan dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi.

(19)

4

dalam kehidupan sehari-hari misalnya, pembakaran kertas, peledakan bom, peng-gunaan kembang api atau petasan, proses perkaratan besi, apel teroksidasi dan bentuknya bahan bakar fosil (minyak bumi). Dengan cara tersebut siswa akan ter-pacu untuk berpikir kreatif dan mendapat banyak pengalaman secara langsung. Tetapi yang terjadi dalam pembelajaran kimia di SMA selama ini pada materi laju reaksi siswa terbiasa untuk menghafal materi tersebut. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa mengalami kesulitan dalam menghubungkan konsep kimia yang dipelajari dengan fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan keterampilan berpikir kreatif terutama keterampilan berpikir orisinil dengan indikator memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain tidak terlatih. Jadi dapat disimpulkan dalam kegiatan pembelajaran yang

berlangsung selama ini terutama pada materi laju reaksi siswa tidak merasakan manfaat yang ada.

(20)

5

Hasil penelitian sebelumnya yang mengkaji penerapan pembelajaran inkuiri ter-bimbing untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif siswa yaitu hasil peneliti-an Wulpeneliti-andari (2014) ypeneliti-ang meneliti efektivitas model pembelajarpeneliti-an inkuiri ter-bimbing pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit dalam meningkatkan ke-terampilan berpikir orisinil siswa SMA Negeri 2 Metro. Dari hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit efektif dalam meningkatkan keterampilan ber-pikir orisinil.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul

Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Laju Reaksi dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Orisinil Siswa”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil siswa?

C. Tujuan Penelitian

(21)

6

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu: 1. Bagi siswa

Dengan diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam kegiatan belajar mengajar akan memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam me-mecahkan masalah kimia dan meningkatkan keterampilan berpikir kreatif khususnya keterampilan berpikir orisinil.

2. Bagi guru

Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang inovatif dan kreatif.

3. Bagi Sekolah

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dikatakan efektif meningkatkan kete-rampilan berpikir orisinil siswa apabila secara statistik ada perbedaan n-Gain

yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

(22)

7

yaitu mengumpulkan data, fase 4 yaitu menganalisis data, dan fase 5 yaitu menarik kesimpulan.

(23)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme menurut Von Glaserfeld dalam Pannen, Mustafa, dan

Sekarwinahyu (2001) menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain. Menurut Trianto (2010) konstruk-tivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa penge-tahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

(24)

9

bahwa pengetahuan memang tidak dapat dipindahkan begitu saja. Siswa masih harus mengkonstruksi atau minimal menginterpretasi pengetahuan tersebut dalam dirinya (Lobach dan Tobin dalam Suparno, 2006).

Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan men-transformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan-aturan-aturan itu tidak sesuai (Nur dalam Trianto, 2010). Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner.

Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah pema-duan data baru dengan stuktur kognitif yang ada. Akomodasi ialah penyesuaian stuktur kognitif terhadap situasi baru, dan equilibrasi ialah penyesuaian kembali yang terus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Bell, 1994).

B. Model PembelajaranInkuiri Terbimbing

(25)

10

Menurut Gulo (Trianto, 2010) inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri pene-muannya dengan penuh percaya diri. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbim-bing adalah :

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau per-masalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipote-sis.

2. Membuat hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasa-lahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasa-lahan yang diberikan.

3. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.

4. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan se-suai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.

5. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.

(26)

11

yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan. Oleh sebab itu, guru harus memiiki kemampuan menge-lola kelas yang baik.

Sikap ilmiah sangat dibutuhkan oleh siswa ketika mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan inkuri terbimbing. Seperti dikutip dari Lestari (Marlinda, 2012) sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah seperti:

1. Jujur terhadap data,

2. Rasa ingin tahu yang tinggi,

3. Terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar, 4. Ulet dan tidak cepat putus asa,

5. Kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil observasi empiris, dan

6. Dapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap ilmiah merupakan faktor psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan siswa.

Pada penelitian ini, tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Gulo (Trianto, 2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing.

No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah. Guru membagi siswa dalam kelompok.

(27)

12

2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membuat hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

Siswa memberikan pendapat dan me-nentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan.

3. Mengumpulkan data

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi atau data-data melalui percobaan maupun telaah literatur.

Siswa melakukan percobaan maupun telaah literatur untuk mendapatkan data-data atau informasi. 4. Menganalisis data Guru memberi

kesempat-an pada tiap siswa untuk menyampaikan hasil peng-olahan data yang ter-kumpul.

Siswa mengumpul-kan dan menganali-sis data serta

menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. 5. Membuat

kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat

kesimpulan.

Siswa membuat kesimpulan.

Menurut (Roestiyah, 1998), inquiry memiliki keunggulan yang dapat dikemuka-kan sebagai berikut:

1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

(28)

13

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inquiry antara lain:

1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk membantu siswa menemukan konsep.

2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya. 3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan

pertanyaan-pertanyaan.

Kelemahan model pembelajaran inquiry tersebut dapat diatasi dengan cara: 1. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa

terdorong mengajukan dugaan awal

2. Menggunakan bahan atau permainan yang bervariasi

3. Memberikan kesempatan kepada siswa mengajukan gagasan-gagasan meskipun gagasan tersebut belum tepat.

C. Keterampilan Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan mental yang menyelesaikan persoalan, mengajukan metode, gagasan atau memberikan pandangan baru terhadap suatu persoalan atau gagasan lama. Setiap siswa pada dasarnya memiliki kreativitas, namun hal ini sering dilupakan dalam proses pembelajaran sehingga kreativitas tersebut tersembunyi dalam perilaku siswa yang lebih memilih untuk diam saja.

Menurut model struktur intelek oleh Guilford (Munandar, 2008), “Berpikir diver-gen (disebut juga berpikir kreatif) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragam-an jumlah dkeragam-an kesesuaian”.

(29)

14

Menurut model Killen (2009) perilaku siswa yang termasuk dalam keterampilan kognitif kreatif dapat dijelaskan pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif.

Perilaku Arti

1) Berpikir Lancar (fluency)

a. Menghasilkan banyak

gagasan/jawaban yang relevan; b. Arus pemikiran lancar.

2) Berpikir Luwes (fleksibel)

a. Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam;

b. Mampu mengubah cara atau pendekatan;

c. Arah pemikiran yang berbeda. 3) Berpikir Orisinil

(originality)

Memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang.

4) Berpikir Terperinci (elaborasi)

a. Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan; b. Memperinci detail-detail; c. Memperluas suatu gagasan.

Sedangkan menurut Guilford (Herdian, 2010) menyebutkan lima indikator-indikator berpikir kreatif, yaitu:

1. Kepekaan (problemsensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, menge-nali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah.

2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan.

3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan ber-macam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.

4. Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang.

(30)

15

Munandar (2008) memberikan uraian tentang aspek berpikir kreatif sebagai dasar untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Indikator kemampuan berpikir kreatif.

Pengertian Perilaku

Berpikir Lancar (Fluency)

1) Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau jawaban.

2) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.

3) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

a. Mengajukan banyak pertanyaan. b. Menjawab dengan sejumlah

jawa-ban jika ada.

c. Mempunyai banyak gagasan me-ngenai suatu masalah.

d. Lancar mengungkapkan gagasan- gagasannya.

e. Bekerja lebih cepat dan melaku-kan lebih banyak dari orang lain. f. Dapat dengan cepat melihat

ke-salahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi.

Berpikir Luwes (Flexibility)

1) Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. 2) Dapat melihat suatu masalah dari

sudut pandang yang berbeda. 3) Mencari banyak alternatif atau arah

yang berbeda.

4) Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran.

a. Memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.

b. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.

c. Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan bermacam-macam cara untuk menyelesai-kannya.

Berpikir Orisinil (Originality)

1) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.

2) Memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri. 3) Mampu membuat

kombinasi-kombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

a. Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain.

b. Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.

c. Memilih cara berpikir lain dari pada yang lain.

Berpikir Elaboratif (Elaboration) 1) Mampu memperkaya dan

me-ngembangkan suatu gagasan atau produk.

2) Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih

a. Mencari arti yang lebih men-dalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan me-lakukan langkah-langkah yang terperinci.

(31)

warna-16

menarik. warna, dan detail-detail

(bagian-bagian) terhadap gambarannya sendiri atau gambar orang lain. Berpikir Evaluatif (Evaluation)

1) Menentukan kebenaran suatu per-tanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah.

2) Mampu mengambil keputusan ter-hadap situasi terbuka.

3) Tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya.

a. Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri.

b. Mencetuskan pandangan sendiri mengenai suatu hal.

c. Mempunyai alasan yang dapat di-pertanggungjawabkan.

d. Menentukan pendapat dan ber-tahan terhadapnya.

Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan berpikir orisinil.

D. Analisis Konsep Laju Reaksi

Herron, dkk. (Fadiawati, 2011) berpendapat bahwa belum ada definisi tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide. Markle dan Tieman (Fadiawati, 2011) mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada.

Lebih lanjut lagi, Herron, dkk. (Fadiawati, 2011) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan non contoh. Analisis konsep pada materi laju reaksi di-tampilkan pada Tabel 4 berikut ini.

(32)

17 Tabel 4. Analisis konsep materi laju reaksi

No Nama /

Atribut Posisi Konsep Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Super ordinat kan laju reaksi baik

melambatkan reaksi maupun mempercepat laju reaksi

Abstrak Mengendali kan laju

Komposisi Pengaruh

Perubahan

Makanan dalam kulkas lebih awet

Bahan makanan yang dipotong-potong lebih cepat matang

Laju meluruhnya batu pualam dalam HCl

Laju meluruhnya batu pualam dalam HCl

(33)

18

Atribut Posisi Konsep Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Super ordinat

4 Konsentrasi pereaksi

Konkrit Konsentrasi makin besar cepat meluruh dibandingkan dengan 0,06 g suhu tinggi akan lebih cepat

Reaksi antara Na2S2O3

dengan HCl akan lebih

cepat bereaksi menghasilkan endapan belerang pada suhu tinggi dibandingkan dengan padasuhu rendah

(34)

19

Atribut Posisi Konsep Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Super ordinat

6 Katalis Penambahan

katalis dapat

berlangsung sangat lambat pada suhu kamar hingga sulit teramati sehingga ditambahkan FeCl3

(35)

20

Atribut Posisi Konsep Contoh Non Contoh

(36)

21

Atribut Posisi Konsep Contoh Non Contoh

(37)

22

E. Kerangka Berpikir

Kegiatan dasar pada model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah guru mem-berikan permasalahan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian. Tahap awal pembelajaran inkuiri terbimbing ialah mengajukan pertanyaan atau masalah. Siswa diberikan permasalahan oleh guru kemudian siswa bekerja untuk menemu-kan jawaban terhadap permasalahan yang diberimenemu-kan tersebut di bawah bimbingan guru. Pada tahap ini, siswa akan termotivasi untuk bertanya, menemukan ber-bagai kemungkinan jawaban termasuk jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain dan jarang diberikan oleh kebanyakan orang lain atas permasalahan yang diberikan oleh guru. Setelah permasalahan diungkapkan, tahap kedua yang dilakukan siswa mengembangkan jawabannya dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Pada tahap ini, siswa dilatihkan keterampilan berpikir orisinil.

Setelah siswa mengembangkan hipotesis, langkah ketiga adalah siswa mengum-pulkan data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur seta melengkapi tabel hasil percobaan untuk membuktikan bahwa hipotesis siswa tersebut benar, tepat, dan rasional. Pada tahap ini siswa akan terpacu untuk mengajukan banyak pertanyaan/gagasan/cara berkaitan dengan percobaan yang dilakukan.

(38)

23

kelompok untuk menunjuk perwakilan kelompoknya dalam menyampaikan hasil pengolahan data yang telah dilakukan bersama-sama. Pada tahap ini, siswa di-latihkan keterampilan berpikir orisinil.

Tahap terakhir siswa dapat menarik kesimpulan. Pada tahap ini siswa diminta menyampaikan banyak gagasannya dalam membuat kesimpulan dari masalah yang telah diberikan pada awal pembelajaran, kemudian guru membimbing siswa untuk mendapatkan kesimpulan yang relevan. Dengan diterapkannya pembelajar-an inkuiri terbimbing pada uraipembelajar-an dpembelajar-an lpembelajar-angkah-lpembelajar-angkah di atas maka akpembelajar-an dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif terutama pada indikator keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi laju reaksi.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Perbedaan n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa terjadi karena perbeda-an perlakuperbeda-an dalam proses belajar.

2. Faktor-faktor lain di luar perlakuan pada kedua kelas diabaikan.

G. Hipotesis Penelitian

(39)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 148 siswa dan ter-sebar dalam lima kelas. Dalam pelaksanaan pengajarannya, lima kelas tersebut diajar dengan kurikulum 2013 dan jumlah jam belajarnya adalah empat jam pelajaran dalam setiap minggu. Kemudian dari populasi tersebut diambil 2 kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol.

Teknik pemilihan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Syaodih, 2009).

(40)

25 terbimbing, sedangkan kelas XI MIA5 sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

B. Data Penelitian

Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pretes dan postes. Data pretes adalah data hasil tes keterampilan berpikir orisinil sebelum model pembelajaran diterapkan dan data postes adalah data hasil tes keterampilan ber-pikir orisinil setelah model pembelajaran diterapkan. Data ini diperoleh dari se-luruh siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun data pendukung penelitian yaitu data psikomotor siswa, data afektif siswa dan data kinerja guru.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan Non Eqiuva-lent Pretest-Posttest Control Group Design (Creswell, 1997) yang ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Desain penelitian.

Pretes Perlakuan Postes

Kelas kontrol O1 - O2

Kelas eksperimen O1 X O2

(41)

26

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembel-ajaran inkuiri terbimbing. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi laju reaksi.

E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997). Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah :

1. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan standar kurikulum 2013.

2. LKS Kimia dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi yang berjumlah 6 LKS.

3. Soal pretes dan postes yang masing-masing berisi 7 butir soal uraian untuk mengukur keterampilan berpikir orisinil.

4. Lembar observasi psikomotor siswa, lembar observasi afektif siswa dan lembar observasi kinerja guru.

(42)

kon-27 teks pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment atau keputusan ahli dan pengujian empirik.

Instrumen pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali. 1992). Pengujian validitas isi dilakukan dengan cara judgment oleh dosen pembimbing. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuai-an kesesuai-antara tujukesesuai-an penelitikesesuai-an, tujukesesuai-an pengukurkesesuai-an, indikator dkesesuai-an butir-butir pertkesesuai-anya- pertanya-annya. Apabila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah:

1. Pra penelitian

a. Meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 5 Bandar Lampung untuk me-laksanakan penelitian.

b. Melakukan wawancara dengan guru kimia kelas XI untuk mendapatkan infor-masi mengenai pembelajaran kimia yang diterapkan di sekolah.

(43)

28 2. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

b. Menyusun instrumen penelitian yaitu: silabus, RPP, LKS, soal pretes dan postes, lembar penilaian psikomotor siswa, lembar penilaian afektif siswa serta lembar penilaian kinerja guru.

c. Melaksanakan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah: (1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

(2) Melakukan analisis data pretes, yaitu uji persamaan dua rata-rata. (3) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi laju reaksi sesuai

dengan pembelajaran yang telah ditetapkan pada masing-masing kelas, pembelajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol.serta pembelajaran dengan menggunakan menggunakan model pembelajaran inkuiri

terbimbing diterapkan di kelas eksperimen.

(4) Melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Analisis dan pelaporan hasil penelitian

(44)

29 Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian

G. Teknik Analisis Data

1. Mengubah skor menjadi nilai

Nilai pretes dan postes pada penilaian keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi laju reaksi dirumuskan sebagai berikut:

100

1. Mengajukan permohonan izin kepada pihak sekolah. 2. Melakukan wawancara dengan guru kimia di sekolah. 3. Melakukan observasi

P

1. Menentukan populasi dan sampel penelitian

2. Menyusun instrumen penelitian

Pretes

Pembahasan dan simpulan

(45)

30 2. Menghitungan n-Gain dari nilai siswa

Perhitungan n-Gain digunakan untuk melihat efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada sampel n-Gain dirumuskan sebagai berikut:

NilaiMaksimum-NilaiPretes

Pretes Nilai -Postes Nilai Gain

-n 

H. Uji Hipotesis

1. Uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes

Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan pada nilai pretesketerampilan berpikir orisinilsiswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah kedua sampel memiliki kemampuan awal yang sama atau tidak. Uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji t (Sudjana, 2005). Langkah-langkah uji kesamaan dua rata-rata yaitu uji normalitas, uji homogenitas dan uji t.

a. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas menggunakan uji chi-kuadrat. Menurut Sudjana (2005) uji normalitas sebagai berikut:

(46)

31 Untuk uji normalitas, digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan : Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan

Kriteria uji: Terima H0 jika χ2 < χ2(1-α) (k-3) atau χ2hitung <χ2tabel dengan taraf nyata 0,05.

b. Uji homogenitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel penelitian yang dibandingkan memiliki varians yang homogen.

Hipotesis untuk uji homogenitas:

Ho : 2 2 2

1 

  = kedua sampel penelitian mempunyai variansi yang homogen

H1 : 2 2 2

1 

  = kedua sampel penelitian mempunyai variansi yang tidak

homogen.

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :

kecil Varian ter

terbesar Varians

F

Keterangan : F = Kesamaan dua varians

(47)

32 c. Uji kesamaan dua rata-rata (uji t)

Hipotesis untuk uji ini:

H0 : µ1x = µ2x : Rata-rata nilai pretes keterampilan berpikir orisinil siswa di kelas eksperimen sama dengan rata-rata nilai pretes keterampilan berpikir orisinil siswa di kelas kontrol pada materi laju reaksi. H1 : µ1x≠ µ2x : Rata-rata nilai pretes keterampilan berpikir orisinil siswa di kelas

eksperimen tidak sama dengan rata-rata nilai pretes keterampilan berpikir orisinil di kelas kontrol pada materi laju reaksi.

Keterangan:

µ1 = Rata-rata nilai pretes (x) pada materi laju reaksi di kelas eksperimen. µ2 = Rata-rata nilai pretes (x) pada materi laju reaksi di kelas kontrol. x = Keterampilan berpikir orisinil.

Untuk uji kesamaan dua rata-rata (uji t) digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005):

X = rata-rata pretes kelas eksperimen

2

X = rata-rata pretes kelas kontrol

2

s = Varians

n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

2 1

s = Varians kelas eksperimen

2 2

s = Varians kelas kontrol

(48)

33 2. Uji perbedaan dua rata-rata

Untuk menentukan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil siswa dilakukan uji perbedaan dua rata-rata. Langkah-langkah uji perbedaan dua rata-rata yaitu uji normalitas dan uji homogenitas dan uji t.

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas menggunakan uji chi-kuadrat menurut Sudjana (2005).

Hipotesis :

H0 : kedua sampel penelitian berasal dari populasi berdistribusi normal. H1 : kedua sampel penelitian berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.

Untuk uji normalitas, digunakan rumus sebagai berikut:

keterangan:

Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan

Kriteria Uji : Terima H0 jika χ2 < χ2(1-α) (k-1) atau χ2hitung < χ2tabel dengan taraf nyata 0,05.

b. Uji homogenitas

(49)

34 Hipotesis untuk uji homogenitas :

Ho : 2 2 2

1 

  = kedua sampel penelitian mempunyai variansi yang homogen

H1 : 2 2 2

1 

  = kedua sampel penelitian mempunyai variansi yang tidak

homogen.

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :

Keterangan : F = Kesamaan dua varians

Kriteria uji: Terima H0 jika Fhitung < F ½ (1,2) atau Fhitung < Ftabel dengan taraf nyata 0,05.

c. Uji perbedaan dua rata-rata (uji t)

Ho : µ1x≤ µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi laju reaksi yang diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa dengan pembelajaran konvensional.

H1 : µ1x> µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi laju reaksi yang diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa dengan pembelajaran konvensional.

Keterangan :

µ1 = rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi laju reaksi pada kelas eksperimen

µ2 = rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi laju reaksi pada kelas kontrol

x = keterampilan berpikir orisinil kecil

Varian ter terbesar Varians

(50)

35 Untuk uji perbedaan dua rata-rata (uji t) digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :

n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

2 1

s = Varians kelas eksperimen

2 2

s = Varians kelas kontrol

(51)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil dengan model pembelajaran inkuiri terbimbinglebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain keterampilan ber-pikir orisinil dengan pembelajaran konvensional.

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dipakai sebagai alternatif model pembelajaran bagi guru dalam mengajar materi pokok laju reaksi dan materi lain dengan karakteristik yang sama;

2. Bagi calon peneliti lain tertarik untuk menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing, hendaknya lebih mengoptimalkan persiapan yang diperlukan terutama pada persiapan perangkat pembelajaran.

(52)

53

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung. Arifin, M. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jurusan Pendidikan Kimia

FPMIPA UPI. Bandung.

Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Bell, G.M.E. 1994. Belajar dan Membelajarkan. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Creswell, J.W. 1997. Research Design Qualitative, Quantitative, And Mixed Methods Approaches Second Edition. Sage Publications. New Delhi. Dahar, R.W. 1998. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs-UPI. Bandung. Herdian. 2010. Berfikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran Matematika.

Diakses pada tanggal 02 Oktober 2014 dari

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berpikir-kreatif-siswa. Killen, R. 2009. Effective Teaching Strategies. Social Science Press. Australia. Marlinda, M. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam

Meningkatkan Keterampilan Menyebutkan Contoh dan Mengidentifikasi. Kesimpulan Pada Materi Laju Reaksi. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Munandar, S.C.U. 2008. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta. Jakarta.

Nuraeni, N., Eka Fitrajaya dan Wawan Setiawan. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Makalah. UPI. Bandung.

(53)

54

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses

Pembelajaran. Kencana Pramuda Media Group. Jakarta.

Sudjana, N. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Suparno, P. 2006. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius.

Jakarta.

Syaodih, N. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Tim Penyusun. 2006. Panduan Penyusunan Kuriulum Tingkat Satuan

Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP. Jakarta.

______. 2013a. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI),

Kompetensi Dasar (KD). Kemdikbud. Jakarta.

______. 2013b. Rasional Kurikulum 2013. Kemdikbud. Jakarta. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Bumi Aksara. Jakarta.

Wulandari, O. 2014. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Koloid Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Orisinil Siswa.

Gambar

Tabel 1.  Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing.
Tabel 1.  (lanjutan)
Tabel 2.  Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif.
Tabel 3. Indikator kemampuan berpikir kreatif.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan paket aerodynamic parts maupun dengan modifikasi bentuk kendaraan truk tangki bertujuan untuk memperoleh penurunan koefisien tahanan yang terjadi pada bagian-bagian

umum yang dilakukan adalah membuat fungsi basis dapat beradaptasi dengan data pembelajaran, dan menetapkan data pembelajaran tersebut sebagai pusat fungsi basis. Selanjutnya,

224/MP/1961, dan berjanji pula bahwa saya akan menghindarkan diri dari perbuatan tercela baik sebagai pegawai/Pelajar maupun sebagai anggota masyarakat (misalnya

Sehubungan dengan telah dilaksanakannya tahapan evaluasi penawaran sampai dengan evaluasi kualifikasi oleh Pokja Barang Unit Layanan Pengadaan Kab. Aru untuk paket pekerjaan

The survey result shows that the majority of e- learning system from public and private universities in Indonesia use open source which is integrated to

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh siswa dari aspek kognitif setelah pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model

102 Hasil Observasi home visit di rumah peserta didik, 10-11 Desember 2020.. ▪ Mengaji dengan cara dituntun pelan-pelan, menirukan pembinbing Berdasarkan hasil observasi

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran Persepsi Ibu Terhadap