• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPEINDEX CARD MATCHUNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 TOTOKATON

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

Lusia Pramita Sari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)
(3)

ABSTRAK

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 TOTOKATON

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

Lusia Pramita Sari

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Totokaton tahun pelajaran 2012/2013 dengan nilai rata-rata ulangan semester ganjil mata pelajaran matematika 58,07. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe index card match.

Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksaan, observasi, dan refleksi. Data penelitian diperoleh melalui observasi dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat pada setiap siklusnya. Hal ini terlihat pada persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 47,11% dengan kategori cukup aktif, siklus II sebesar 58,91% dengan kategori cukup aktif, dan siklus III sebesar 75,12% dengan kategori aktif. Sementara persentase hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 59,67 dengan kategori sedang, siklus II sebesar 65,19 dengan kategori tinggi, dan siklus III sebesar 79,44 dengan kategori tinggi. Sedangkan ketuntasan belajar siswa siklus I sebesar 55,56% dengan kategori sedang, siklus II sebesar 66,67% dengan kategori tinggi, dan siklus III sebesar 88,89% dengan kategori tinggi.

(4)
(5)
(6)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: nama mahasiswa : Lusia Pramita Sari

NPM : 0913053004

jurusan : Ilmu Pendidikan program studi : S 1 PGSD

fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Lampung lokasi penelitian : SD Negeri 3 Totokaton Kec. Punggur

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul

”Penerapan Stategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Totokaton Tahun Pelajaran 2012/2013” tersebut adalah benar-benar hasil penelitian saya sendiri kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan dalam daftar pustaka

Demikian pernyataan ini saya buat dan apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia dituntut berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Bandar Lampung, September 2013 Yang membuat pernyataan,

(7)

   

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTARTABEL ... viii DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A...Strateg

i Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match... 7

1...Penger

h-Langkah Strategi Pembelajaran Aktif Tipe

Index Card Match ... 10 5...Kelebi

han dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Aktif

Tipe Index Card Match ... 11

(8)

 

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A...Metod

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(9)

 

Guru Dalam Pembelajaran Siklus I ... 51

3)...Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 53 d...Reflek si Siklus I ... 54 e...Saran

Perbaikan/Tindakan Untuk Siklus II ... 55

9...Hasil

Perbaikan/Tindakan Untuk Siklus III ... 70

(10)

 

katan Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 84

3...Hasil

Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 86

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Indikator Aktivitas Siswa... 21

3.2. Indikator Kinerja Guru... 21

3.3. Kategori Aktivitas Siswa Perolehan Nilai ... 23

3.4. Kategori Keberhasilan Guru dalam Menerapkan Strategi Pembelajaran Aktif tipe Index Card Match ... 23

3.5. Kualifikasi Rentang Nilai Belajar Siswa dalam Persen ... 25

4.1. Struktur Guru SD Negeri 3 Totokaton Kec. Punggur ... 38

4.2. Jadwal Kegiatan Penelitian Tiap Siklus ... 41

4.3. Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 50

4.4. Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Siklus I ... 52

4.5. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I ... 53

4.6. Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 65

4.7. Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Siklus II ... 66

4.8. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II ... 67

4.9. Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus III ... 78

4.10.Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Siklus III ... 79

4.11.Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III ... 80

4.12.Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa ... 83

4.13.Rekapitulasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran... 85

4.14.Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa ... 86

4.15.Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Per-Siklus ... 87

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 18

4.1. Grafik Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa ... 84

4.2. Grafik Rekapitulasi Persentase Aktivitas Guru ... 85

4.3. Grafik Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa ... 87

4.4. Grafik Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 88

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Keterangan Penelitian dari Fakultas ... 95

2. Surat Penelitian Pendahuluan ... 96

3. Surat Izin Penelitian ... 97

4. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ... 98

5. Surat Pernyataan Teman Sejawat... 99

6. Pemetaan Siklus I ... 100

7. Silabus Siklus I ... 102

8. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I ... 105

9. Pemetaan Siklus II ... 119

10.Silabus Siklus II ... 121

11.Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II ... 124

12.Pemetaan Siklus III ... 137

13.Silabus Siklus III ... 139

14.Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus III ... 142

15.Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1... 157

16.Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 158

17.Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 160

18.Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 161

19.Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 1 ... 163

20.Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 2 ... 164

21.Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1... 166

22.Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 ... 168

23.Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 ... 171

24.Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 ... 173

25.Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus III Pertemuan 1 ... 176

26.Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus III Pertemuan 2 ... 178

27.Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa ... 181

28.Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 183

29.Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 184

30.Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 185

31.Kartu Index Card Match Siklus I Pertemuan I... 186

32.Kartu Index Card Match Siklus I Pertemuan II ... 188

(14)

33.Kartu Index Card Match Siklus II Pertemuan I ... 190

34.Kartu Index Card Match Siklus II Pertemuan II ... 192

35.Kartu Index Card Match Siklus III Pertemuan I ... 194

36.Kartu Index Card Match Siklus III Pertemuan II... 196

37.Dokumentasi Kegiatan ... 198

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang.

Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

masyarakat sepenuhnya. Hal tersebut sejalan dengan Undang-undang No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 ayat 1 bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses belajar agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Salah satu cara meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui

peningkatan mutu proses pembelajaran. Dalam hal ini guru merupakan figur

sentral dalam proses pelaksanaannya, karena ditangan gurulah letak berhasil

atau tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran. Tugas dan peran guru bukan

saja mendidik, mengajar, dan melatih, tetapi juga bagaimana guru dapat

membaca situasi kelas, kondisi siswa dalam menerima pelajaran, untuk semua

(16)

2

Menurut Gatot (2008: 1.26) salah satu komponen pendidikan dasar adalah bidang-bidang pengajaran diantaranya matematika. Perhitungan dan proses berpikir matematika biasanya diperlukan orang dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Oleh karena itu pengajaran matematika sekolah dimasa yang akan datang diupayakan agar siswa tidak hanya terampil menggunakan matematika. Sedangkan tujuan pengajaran matematika ditingkat SD dinyatakan sebagai berikut:

1. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung sebagai

alat kehidupan sehari-hari

2. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialih gunakan melalui

kegiatan matematika

3. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal

belajar lebih lanjut di SMP, dan

4. Membentuk sikap logis, krisis, cermat, dan disiplin.

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan siswa kesulitan dalam

pembelajaran matematika sebagai berikut: (1) proses pembelajaran

matematika yang masih bersifat abstrak tanpa mengaitkan permasalahan

matematika dengan kehidupan sehari-hari, (2) guru kurang memotivasi siswa

dalam pembelajaran matematika sehingga siswa lemah mempelajari

matematika, (3) siswa tidak berani mengemukakan ide atau gagasan kepada

guru karena guru belum dapat melakukan pembelajaran yang aktif, inovatif,

kreatif, dan menyenangkan, dan (4) guru masih bersifat dominan dalam

proses pembelajaran (Soedjadi dalam Haruman, 2007: 1).

Kemungkinan-kemungkinan ini seharusnya menjadi perhatian yang

lebih bagi pendidik dalam menyampaikan pembelajaran matematika. Hal ini

dikarenakan mata pelajaran matematika pada jenjang SD sangat perlu

diberikan kepada semua siswa agar siswa memiliki kemampuan memperoleh,

mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan

yang selalu berubah dan tidak pasti.

Berdasarkan hasil pengamatan, observasi, dan diskusi yang dilakukan

peneliti dengan guru kelas IV SD Negeri 3 Totokaton pada bulan Januari

(17)

3

2013, ditemukan bahwa dalam proses pembelajaran matematika guru masih

menggunakan strategi dan media pembelajaran yang kurang menarik,

sehingga kurang melibatkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran. Guru masih mendominasi sebagai sumber utama dan

cenderung lebih aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan siswa

(teacher centered), sehingga membuat proses pembelajaran membosankan

dan kurang menarik. Selain itu juga terlihat dari sebagian besar siswa kurang

berani untuk bertanya walaupun guru telah memberikan kesempatan sehingga

berdampak pada kurang berkembangnya ketrampilan siswa dalam

berinteraksi dengan orang lain. Kurangnya motivasi belajar, antusias, sikap

dan perhatian sehingga mengakibatkan siswa menemui kesulitan dalam

belajar. Hal ini berdampak pada hasil belajar matematika pada semester ganjil

tahun pelajaran 2012/2013, masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah

kriteria ketuntasan minimum (KKM). Hal ini terlihat dari nilai rata-rata

ulangan semester ganjil mata pelajaran matematika adalah 58,07 dengan nilai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan sekolah yaitu

> 60. Siswa yang mencapai KKM sebanyak 15 orang siswa (55,56%) dari 27

orang siswa dan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 12 orang siswa

(44,44%) dari 27 orang siswa.

Terkait dengan permasalahan di atas, untuk memperbaiki proses

pembelajaran matematika diperlukan suatu strategi pembelajaraan yang baik,

sehingga siswa dapat aktif, kreatif, dan menyenangkan agar aktivitas dan

hasil belajar matematika meningkat. Salah satu cara untuk meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika adalah

(18)

4

melalui strategi pembelajaran aktif tipe index card match. Menurut Silberman

(2007: 240) Index card match merupakan cara aktif dan menyenangkan untuk

meninjau ulang materi pelajaran. Index card match memperbolehkan siswa

untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan teman sekelas.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merasa perlu

melakukan perbaikan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas

dengan judul “Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif tipe Index Card Match

Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV

SD Negeri 3 Totokaton Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, indentifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Guru masih menggunakan strategi dan media pembelajaran yang kurang

menarik, sehingga kurang melibatkan siswa untuk berpartisipasi aktif

dalam pembelajaran.

2. Guru masih mendominasi sebagai sumber utama dan cenderung lebih

aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan siswa (teacher

centered), sehingga membuat proses pembelajaran membosankan dan kurang menarik.

3. Siswa kurang berani untuk bertanya walaupun guru telah memberikan

kesempatan sehingga berdampak pada kurang berkembangnya

ketrampilan siswa dalam berinteraksi dengan orang lain. Kurangnya

motivasi belajar, minat, antusias, sikap dan perhatian sehingga

mengakibatkan siswa menemui kesulitan dalam belajar.

(19)

5

4. Kurangnya motivasi belajar, antusias, sikap dan perhatian sehingga

mengakibatkan siswa menemui kesulitan dalam belajar.

5. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

matematika kelas IV SD Negeri 3 Totokaton tahun pelajaran 2012/2013.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi tersebut di atas, dalam penelitian ini dibatasi

masalah yang akan diteliti, sehingga perlu pemecahan masalahnya. Adapun

permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan strategi pembelajaran aktif tipe index card

match dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV

SD Negeri 3 Totokaton tahun pelajaran 2012/2013? 

2. Bagaimanakah penerapan strategi pembelajaran aktif tipe index card

match dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD

Negeri 3 Totokaton tahun pelajaran 2012/2013? 

 

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitan adalah

untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3

Totokaton tahun pelajaran 2012/2013 dengan penerapan strategi

pembelajaran aktif tipe index card match. 

2. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3

Totokaton tahun pelajaran 2012/2013 dengan penerapan strategi

pembelajaran aktif tipe index card match. 

(20)

6

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi:

1. Siswa

Meningkatkan pemahaman konsep dan materi matematika

khususnya di kelas IV SD Negeri 3 Totokaton semester II tahun pelajaran

2012/2013, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

2. Guru

Memperluas wawasan dan pengetahuan guru matematika di SD

mengenai penerapan strategi pembelajaran aktif tipe index card match

dalam pembelajaran matematika sehingga dapat digunakan untuk

meningkatkan atau mengembangkan kemampuan profesional guru dalam

menyelenggarakan pembelajaran di kelas.

3. Sekolah

Memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya peningkatan

hasil pembelajaran matematika di sekolah yang bersangkutan.

4. Peneliti

Menambah pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas (PTK) dan

lebih memahami tugas seorang guru SD dalam upaya meningkatkan mutu

pendidikan dasar dan dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang

muncul disekolah, sehingga dapat menjadi acuan sebagai calon guru SD.

(21)
(22)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match 1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru

untuk mempermudah dalam penyampaian materi pelajaran sehingga siswa

dapat mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Bahri (2006: 5) secara

umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk

bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika

dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai

pola-pola umum kegiatan guru dan siswa dalam perwujudan kegiatan

belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

David (dalam Sanjaya, 2008: 124) menyatakan bahwa dalam dunia

pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan method, or series of activities

designed to achivies a particular educational goal. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian

kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Gerlach dan Ely (dalam Hamruni, 2011: 2) menjelaskan bahwa

strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk

menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran

(23)

8

dimaksud meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang

dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan digunakan guru

dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga mempermudah siswa

dalam mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran meliputi sifat,

lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan

pengalaman belajar kepada siswa.

2. Strategi Pembelajaran Aktif

Strategi pembelajaran aktif merupakan cara yang digunakan oleh

guru untuk mempermudah dalam penyampaian materi pelajaran yang

melibatkan siswa untuk berperan aktif sehingga menciptakan suatu

pengalaman belajar yang bermakna. Usman (2000: 87) menyatakan bahwa

strategi pembelajaran aktif adalah suatu strategi belajar mengajar yang

lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar

baik secara fisik, mental, intelektual maupun emosional.

Menurut Arifin (2012: 58) strategi pembelajaran aktif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan pembelajaraan aktif yang dirancang oleh guru untuk memberikan kesempatan siswa kreatif, inovatif, aktif dalam memberikan feedback pembelajaran. Strategi pembelajaran aktif juga mendorong siswa untuk menuangkan gagasan, ide, maupun pendapat, baik kepada guru maupun temannya.

Mulyasa (2004: 241) menyatakan bahwa dalam strategi active

(24)

9

pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang

sudah ada.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

strategi pembelajaran aktif merupakan suatu kegiatan pembelajaraan yang

dirancang oleh guru untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berperan secara aktif, kreatif, dan inovatif. strategi pembelajaran aktif

juga mendorong siswa untuk menuangkan gagasan, ide, maupun pendapat

sehingga menciptakan suatu pengalaman belajar yang bermakna.

3. Tipe-tipe Strategi Pembelajaran Aktif

Berbagai tipe atau macam-macam jenis sudah pasti dimiliki oleh

metode dan model pembelajaran, sama halnya dengan metode dan model

pembelajaran tersebut strategi pembelajaran aktif juga mempunyai

beberapa tipe yang dapat dikembangkan dan diterapkan oleh guru dalam

pembelajaran di kelas. Menurut Hamruni (2011: 160) dalam strategi

pembelajaran aktif terdapat berbagai macam tipe strategi yang dapat

diterapkan pada pembelajaran di kelas diantaranya tipe the power of two,

reading guide, info search, index card match, everyone is a teacher here, giving questions getting answers, active knowledge sharing, dan student questions have.

Sedangkan Silberman (2006: 43-289) mengungkapkan banyak jenis

strategi pembelajaran aktif yang disesuaikan dengan tipe-tipe strateginya

antara lain:

a) Strategi pembentukan tim yaitu group resume dan team gateway.

b) Strategi penilaian sederhana yaitu instant assessment,

(25)

10

c) Strategi keterlibatan belajar langsung yaitu active knowledge

sharing dan exchange viewpoint.

d) Strategi stimulasi diskusi kelas yaitu active debate reading

aloud.

e) Strategi belajar bersama yaitu the study group, information

research dan the power of two.

f) Strategi pengembangan keterampilan yaitu triple role playing, active observation and feedback dan the firing line.

g) Strategi peninjauan kembali yaitu index card match.

h) Strategi penilaian sendiri yaitu phisycal self assessment dan

reconsidering.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

banyak sekali tipe strategi yang dapat dipergunakan oleh guru untuk

membuat suasana belajar di kelas menjadi lebih aktif. Dalam hal ini

peneliti memilih satu tipe strategi yang diharapkan dapat digunakan

dengan tepat pada mata pelajaran matematika, strategi tersebut yaitu

strategi pembelajaran aktif tipe index card match dimana strategi ini

mengajak siswa menjadi lebih aktif dan kreatif sehingga pembelajaran

lebih bermakna dan menyenangkan.

4. Index Card Match

Index card match merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajak siswa berperan aktif dalam

proses pembelajaran. Menurut Arifin (2012: 72-73) index card match

merupakan strategi aktif yang biasanya menggunakan kartu indeks untuk

mengetahui seberapa jauh siswa memahami pelajaran yang sudah

dipelajari. Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berpasangan untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.

(26)

11

di atas, Suprijono (2009:120) index card match (mencari pasangan kartu) adalah suatu metode yang cukup menyenangkan digunakan untuk mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya.

Silberman (2006: 250) index card match merupakan cara untuk

mengingat kembali apa yang telah mereka pelajari dan menguji

pengetahuan serta kemampuan mereka saat ini dengan teknik mencari

pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar

mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

index card match merupakan strategi pembelajaran yang menyenangkan untuk meninjau ulang materi pelajaran. Index card match memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berpasangan mencari pasangan kartu

dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.

5. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match Setiap strategi pembelajaran memiliki langkah-langkah pembelajaran

tersendiri yang menjadi ciri khas strategi pembelajaran tersebut. Begitu

pula pada strategi pembelajarn aktif tipe index card match.  Menurut 

Silberman (2006: 250) ada enam langkah-langkah dalam index card match

sebagai berikut:

a. Pada kartu indeks terpisah, tulislah pertanyaan tentang apapun

yang diajarkan di kelas. Buatlah kartu pertanyaan dengan jumlah yang sama dengan setengah jumlah siswa.

b. Pada kartu yang terpisah, tulislah jawaban atas masing-masing

pertanyaan itu.

c. Campurkan dua kumpulan kartu itu dan kocoklah beberapa kali

agar benar-benar tercampur.

d. Berikan satu kartu untuk satu siswa. Jelaskan bahwa ini

(27)

12

e. Perintahkan siswa untuk mencari kartu pasangan mereka. Bila

sudah terbentuk pasangan, perintahkan siswa yang berpasangan itu untuk mencari tempat duduk bersama. (Katakan pada mereka untuk tidak mengungkapkan kepada pasangan lain apa yang ada di kartu mereka).

f. Bila semua pasangan yang cocok telah duduk bersama,

perintahkan tiap pasangan untuk memberikan kuis kepada siswa yang lain dengan membacakan keras-keras pertanyaan mereka dan menantang siswa lain untuk memberikan jawabannya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Arifin (2012: 73) Langkah-langkah

pembelajaran dengan menggunakan index card match antara lain sebagai

berikut:

a. Buatlah potongan kertas sebanyak jumlah siswa.

b. Bagilah jumlah kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.

c. Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya

pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.

d. Pada separuh kertas yang lain, tulis jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat.

e. Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan

jawaban.

f. Beri setiap siswa satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas

yang dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan mendapat soal dan separuh yang lain akan mendapat jawaban.

g. Mintalah kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika

ada yang sudah menemukan pasangan, mintalah kepada mereka untuk duduk berdekatan. Jelaskan juga agar mereka tidak memberi tahu materi yang mereka dapat kepada teman yang lain.

h. Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk

berdekatan, mintalah kepada setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-temanya yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan yang lain.

i. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.

6. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match

Setiap strategi pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan,

begitu pula strategi pembelajaran aktif tipe index card match.

(28)

13

kekurangan strategi pembelajaran aktif tipe index card match adalah:

a. Kelebihan:

1) Menumbuhkan kegembiraan dalam kegitan belajar mengajar

2) Materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian

siswa.

3) Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan

menyenangkan.

4) Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf

ketuntasan belajar.

5) Penilaian dilakukan bersama pengamat dan pemain.

b. Kekurangan:

1) Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa untuk

menyelesaikan tugas dan presentasi.

2) Guru harus meluangkan waktu yang lebih.

3) Lama untuk membuat persiapan.

4) Guru harus memiliki jiwa demokratis dan ketrampilan yang

memadai dalam hal pengelolaan kelas.

5) Menuntut sifat tertentu dari siswa atau kecenderungan untuk

bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.

6) Suasana kelas menjadi gaduh sehingga dapat mengganggu

kelas lain.

Hal ini sejalan dengan pendapat Zaini (http://fitaharyani84.blogspot.

com) kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran aktif tipe index card

match adalah:

a. Kelebihan metode index card match

1) Dapat maningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara

kognitif maupun fisik.

2) Karena terdapat unsur permainan, metode ini

menyenangkan.

3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang

dipelajari.

4) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa.

5) Efektif melatih kedisiplinan siswa dalam menghargai waktu

untuk belajar.

b. Kelemahan metode index card match

1) Jika guru tidak merancang dengan baik, maka banyak waktu

yang akan terbuang.

2) Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, pada saat

siswa membacakan kartunya banyak siswa yang kurang memperhatikan yang akan menjadikan suasana menjadi ramai.

3) Menggunakan metode index card match secara terus

(29)

14

4) Metode ini terkendala dilakukan jika jumlah siswa tidak

genap. Apabila jumlah siswa dalam suatu kelas ganjil atau ada siswa yang tidak masuk, maka dapat dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi siswa dengan menggabungkan siswa yang tidak mempunyai pasangan kedalam pasangan lainnya.

B. Pengertian Aktivitas dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil

pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan

dari hasil belajar tersebut terjadi secara sadar dan bertujuan untuk

memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumya.

Menurut Greadler (dalam Winataputra, 2008: 1.5) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan competencies, skills, and attitudes. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa anak-anak sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.

Sedangkan menurut Hamalik (2008: 28) menyatakan bahwa belajar

adalah suatu perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati

dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.

Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang

lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya dari tidak tahu menjadi tahu.

(30)

15

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan

tingkah laku. Oleh karena itu seseorang dikatakan belajar apabila dalam

diri orang tersebut terjadi perubahan tingkah laku yang dapat ditunjukkan

dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, sikap,

percakapan, kebiasaan dan lain-lain.

2. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tidak hanya

mendengarkan dan mencatat saja. Semakin banyak aktivitas yang

dilakukan siswa dalam belajar, maka proses pembelajaran yang terjadi

akan semakin baik. Poerwanti (2008: 7.4) menyatakan aktivitas belajar

didasarkan pada proses pengubahan status siswa dari tidak tahu menjadi

tahu yang meliputi pengetahuan, sikap dan tingkah laku setelah mengikuti

satuan pembelajaran tertentu

Menurut Kunandar (2011: 277) menyatakan bahwa aktivitas siswa

merupakan keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan

aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan

proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Sedangkan Aqib (2009: 42) menyatakan bahwa aktivitas belajar

adalah suatu bentuk kegiatan pertumbuhan atau perubahan dalam diri

seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru

berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru tersebut misalnya

adanya perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, timbulya pengertian baru,

(31)

16

Hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah

keaktifan siswa pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk

mengubah tingkah laku menjadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar

kalau tidak ada aktivitas.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran bergantung pada diri

siswa. Berawal dari minat siswa dengan segala aktivitas-aktivitas selama

mengikuti pembelajaran menjadi salah satu penunjang keberhasilan

pembelajaran. Oleh karena itu aktivitas siswa perlu diperhatikan sebab hal

ini berperan dalam menentukan prestasi atau hasil belajar siswa.

3. Pengertian Hasil Belajar

Proses pembelajaran yang terjadi di kelas melibatkan interaksi antara

guru dan siswa. Interaksi ini sebagai makna utama proses pembelajaran

yang memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran

yang efektif. Kedudukan siswa dalam proses belajar mengajar adalah

sebagai subjek sekaligus objek dalam pembelajaran, sehingga proses atau

kegiatan belajar dan mengajar adalah kegiatan belajar siswa dalam

mencapai tujuan pembelajaran yaitu hasil belajar.

Hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan oleh adanya usaha

belajar. Hasil belajar diukur berdasarkan ada tidaknya perubahan tingkah

laku atau pemodifikasian tingkah laku yang lama menjadi tingkah laku

yang baru (Staton dalam Nabisi, 2008: 1.12).

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar

(32)

17

evaluasi hasil belajar, dan dari sisi siswa hasil belajar merupakan

berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Moedjiono,

2006: 3).

Hasil belajar dalam kelas harus dapat dilaksanakan ke dalam

situasi-situasi di luar sekolah. Dengan kata lain, murid dapat mentransferkan hasil

belajar itu ke dalam situasi-situasi yang sesungguhnya di dalam

masyarakat (Hamalik, 2001: 33-35).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan oleh adanya usaha belajar.

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah siswa

mengikuti proses pembelajaran, sehingga terjadi suatu perubahan perilaku

setelah mengikuti pembelajaran secara keseluruhan.

C. Pengertian Matematika

Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah yang

disampaikan berdasarkan tingkatan atau tahapan-tahapan proses belajar.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2005: 723) matematika

adalah ilmu bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional

yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

Ruseffendi (dalam Suwangsih, 2006: 3) menyatakan bahwa kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama yaitu mathein

atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal

(33)

18

Menurut Sutawijaya (dalam Aisyah, 2008: 1.1) menyatakan bahwa

matematika mengkaji benda abstrak yang disusun dalam suatu sistem

aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif.

Sejalan dengan pernyataan di atas, Hudoyo (dalam Aisyah, 2008: 1.1)

matematika berkenan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan,

hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

matematika merupakan ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir.

Matematika lebih menekankan kegiatan dalam penalaran, bukan menekankan

dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena

pikiran-pikiran manusia, yang hubungannya dengan idea, proses, dan

penalaran. Matematika adalah ilmu logika, mengenai bentuk, susunan,

besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran matematika

menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe index card match dengan

memperhatikan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Totokaton Tahun

(34)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di

dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki

kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat

(Wardhani, 2007: 1.4). Sesuai dengan metode Penelitian Tindakan Kelas

(PTK), prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah suatu bentuk proses

pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari 4 tahapan dasar yang saling terkait

dan berkesinambungan yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan

(acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Adapun siklus dari penelitian tindakan kelas ini digambarkan sebagai berikut:

Pelaksanaan

Perencanaan Observasi

Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

SIKLUS II

Perencanaan Observasi

Refleksi

dst.

Gambar 3.1. Siklus penelitian tindakan kelas

(35)

20

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Peneliti mengambil lokasi penelitian tindakan kelas di SD Negeri 3

Totokaton Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.

2. Waktu Penelitan

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan (bulan Januari

hingga Juni 2013).

3. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitan ini adalah siswa dan guru kelas IV SD

Negeri 3 Totokaton dengan jumlah siswa 27 orang siswa yang terdiri dari

14 orang siswa perempuan dan 13 orang siswa laki-laki.

C. Teknik Pengumpulan Data

Salah satu kegiatan penting dalam penelitian adalah pengumpulan data.

Untuk mengumpulkan data, diperlukan suatu alat penelitian yang akurat,

karena hasilnya sangat menentukan mutu penelitian. Teknik pengumpulan

data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes dan non tes.

1. Teknik Tes

Tes adalah sekumpulan pertanyaan atau latihan serta alat yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok,

Arikunto (2006: 150). Dalam penelitian ini, teknik tes digunakan untuk

(36)

21

pada pembelajaran matematika melalui penerapan strategi pembelajaran

aktif tipe index card match. 2. Teknik Nontes 

Teknik nontes dilakukan melalui observasi. Observasi dilakukan

oleh observer dengan menggunakan lembar observasi kinerja guru dan

lembar aktivitas belajar siswa dengan memberikan penilaian angka pada

lembar observasi. Observasi digunakan untuk mengetahui apakah dengan

menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe index card match pada

pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 3 Totokaton dapat

meningkatkan kinerja guru dan aktivitas belajar siswa.

D. Alat Pengumpul Data

Penelitian ini menggunakan beberapa alat pengumpulan data, hal ini

dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap dan valid, yang dapat

mendukung keberhasilan dalam penelitian ini. Alat yang digunakan antara

lain:

1. Lembar Panduan Observasi

Instrumen ini dirancang dengan berkolaborasi dengan guru kelas.

Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai

aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama pelaksanaan penelitian

tindakan kelas. Adapun instrumen yang digunakan untuk memperoleh data 

(37)

22

Tabel 3.1. Indikator Aktivitas Siswa.

No Kegiatan siswa Skor (1-4)

1 Partisipasi mengikuti pembelajaran

2 Sikap terhadap kegiatan

3 Perhatian pada pembelajaran

4 Presentasi materi

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data kinerja guru

adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2. Indikator Kegiatan Guru.

No Indikator inti Skor (1-5)

1 Pra pembelajaran

2 Membuka pelajaran

3 Kegiatan inti pembelajaran

4 Penutup

2. Tes Hasil Belajar

Data dalam penelitian ini diperoleh menggunakan lembar soal-soal

tes. Pengumpulan data tes untuk mengungkapkan keberhasilan dalam

meningkatkan hasil belajar siswa dengan penerapan strategi pembelajaran

aktif tipe index card match dalam pembelajaran matematika. Soal

digunakan untuk mengetahui ketercapaian indikator. Soal tes tersebut

dibuat berdasarkan hasil belajar siswa, siklus I, siklus II dan siklus III.

Dari hasil analisis tes tersebut dapat diketahui peningkatan hasil belajar

siswa. Teknik tes ini dilakukan pada saat siswa mengerjakan soal yang

diberikan oleh guru, sementara penilaian hasil kerja setelah proses

(38)

23

E. Teknik Analisis Data

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik analisis data secara

kualitatif dan kuantitatif. Annurohman, dkk (2009: 9-10) mengemukakan

bahwa analisis data suatu kegiatan untuk mencermati setiap langkah yang

dibuat, mulai dari tahap persiapan, proses sampai hasil pekerjaan atau

pembelajaran, dalam arti apakah kegiatan dan langkah-langkahnya sudah

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau belum. Analisis data dalam

proses pembelajaran dilakukan untuk memperkirakan apakah semua aspek

pembelajaran yang terlibat di dalamnya sudah sesuai dengan kapasitasnya.

1. Analisis Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari data non tes yaitu lembar observasi.

Data tersebut dicatat berdasarkan perilaku yang sesuai dan relevan dengan

kegiatan pembelajaran. Data kualitatif pada lembar aktivitas siswa dan

kinerja guru dianalisis dengan menggunakan rumus:

a. Aktivitas Siswa

Keterangan:

NA = Nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan

JS = Jumlah skor yang diperoleh siswa

SM = Total skor maksimum dari aspek yang diamati

100 = Bilangan tetap

(Sumber: Aqib dkk, 2009: 41)

Berdasarkan persentase pencapaian indikator dalam aktivitas,

(39)

24

Tabel 3.3. Kategori Aktivitas Siswa Perolehan Nilai.

Rentang Nilai Kategori

≥80 Sangat aktif

60-79 Aktif

40-59 Cukup aktif

20-39 Kurang aktif

≤ 20 Pasif

(Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

b. Kinerja Guru

Ketercapaian penerapan strategi pembelajaran aktif tipe index card match diperoleh melalui pengamatan dengan berpedoman pada lembar observasi yang mengacu pada penerapan strategi pembelajaran

aktif tipe index card match. Penilaian penerapan proses pembelajaran ini menggunakan skala 1-5. Tingkat pencapaian tersebut diperoleh

dengan menggunakan rumus:

Nilai = x 100

(Sumber: modifikasi Sudijono, 2011: 318)

Dari perolehan nilai tersebut, akan diketahui peningkatan

penerapan strategi pembelajaran aktif tipe index card match dengan kategori sebagai berikut.

Tabel 3.5. Kategori Keberhasilan Guru dalam Menerapkan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match

Rentang nilai Kategori

≥80 Sangat baik

60-79 Baik

40-59 Cukup baik

20-39 Kurang baik

≤ 20 Sangat kurang

(40)

25

2. Analisis Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka. Data

kuantitatif diperoleh dari nilai hasil belajar yang dikerjakan siswa dalam

siklus yang dilaksanakan yaitu pada siklus I, II, III dan siklus berikutnya.

Data kuantitatif penilaian ini didapat dengan menghitung ketuntasan

belajar siswa secara individual, rata-rata kelas, ketuntasan belajar siswa

secara klasikal, dan uji hipotesis.

a. Untuk menghitung ketuntasan belajar siswa secara individual

digunakan rumus:

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah skor/item yang dijawab benar

N = Skor maksimum dari tes

100 = Bilangan tetap

(Sumber: adopsi dari Purwanto, 2009: 112)

b. Untuk menghitung nilai rata- rata kelas menggunakan rumus sebagai

berikut:

Keterangan:

Mx = nilai rata-rata kelas

∑xi = jumlah nilai seluruh siswa N = jumlah siswa

(41)

26

c. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara

klasikal, digunakan rumus sebagai berikut:

(Sumber: Adopsi Aqib, dkk. 2009: 41)

Tabel 3.3. Kualifikasi Rentang Nilai Belajar Siswa dalam (%)

Tingkat Keberhasilan (%) Arti

> 80 % Sangat Tinggi

60 - 79 % Tinggi

40 – 59 % Sedang

20 – 39 % Rendah

< 20 % Sangat Rendah

(sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

F. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari tiga siklus dan masing-masing

siklus memiliki empat tahapan kegiatan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan

tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun siklus tersebut antara lain:

Siklus I

Dalam setiap siklus direncanakan akan dilakukan dua kali pertemuan,

pada siklus pertama ini kegiatan pembelajaran diawali dengan:

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang

untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Dalam siklus pertama,

peneliti mempersiapkan proses pembelajaran matematika melalui

penerapan strategi pembelajaran aktif tipe index card match dengan

(42)

27

a. Menentukan materi pokok yang akan diajarkan yaitu “mengenal

sifat-sifat bangun ruang”.

b. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus, RPP,

lembar evaluasi yang terdiri dari soal dan kunci jawaban, sumber

belajar (buku paket), dan media pembelajaran yang akan digunakan

selama proses pembelajaran di kelas.

c. Menyiapkan potongan-potongan kartu berisi pertanyaan dan jawaban

yang akan diberikan kepada siswa.

d. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa selama

pembelajaran berlangsung.

e. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan atau kinerja

guru selama pembelajaran berlangsung.

f. Menyiapkan lembar evaluasi yang berisi soal untuk memperoleh data

hasil belajar siswa.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana

pembelajaran yang telah disiapkan oleh peneliti. Tindakan yang dilakukan

dalam pembelajaran matematika melalui penerapan strategi pembelajaran

aktif tipe index card match pada siklus 1 sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal

1) Guru mengkondisikan kelas untuk memulai kegiatan pembelajaran.

2) Guru menyampaikan apersepsi berupa kegiatan tanya jawab

(43)

28

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa dan

mengkomunikasikan strategi pembelajaran aktif tipe index card

match. b. Kegiatan Inti

1) Guru menjelaskan materi matematika yaitu “mengenal sifat-sifat

bangun ruang” dengan bantuan media berupa contoh bangun

ruang sederhana sehingga dapat dimengerti oleh siswa.

2) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah

dijelaskan.

3) Guru mengeluarkan potongan-potongan kertas berisi pertanyaan

dan jawaban.

4) Guru mencampurkan dua kumpulan kartu itu dan dikocok

berkali-kali agar benar-benar tercampur aduk.

5) Guru memberikan kartu kepada 27 siswa kemudian menjelaskan

bahwa ini merupakan latihan pencocokan.

6) Sebagian siswa mendapat kartu pertanyaan dan sebagian lain

mendapat kartu jawabannya.

7) Siswa diperintahkan untuk mencari kartu pasangan. Bila sudah

terbentuk pasangan kemudian siswa yang berpasangan itu

mencari tempat duduk bersama dan diperintahkan untuk tidak

mengungkapkan kepada pasangan lain apa yang ada dikartu,

karena jumlah siswa ganjil maka terdapat satu pasangan yang

terdiri dari tiga siswa

8) Setelah semua pasangan yang cocok telah duduk bersama, tiap

(44)

29

dengan membacakan keras-keras pertanyaan mereka dan meminta

siswa lain untuk memberikan jawabannya.

9) Selama kegiatan berlangsung guru memberikan bimbingan untuk

arahan kepada siswa yang mengalami kesulitan dan mengoreksi

hasil pencocokan kartu.

10) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya

mengenai materi yang belum dipahami.

c. Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan akhir, guru:

1) Bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah

dipelajari.

2) Memberikan tes formatif (pada pertemuan ketiga) kepada siswa

yang dikerjakan secara individu untuk mendapatkan nilai akhir

dan melihat tingkat penguasaan materi pelajaran matematika yang

telah diajarkan.

3) Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa untuk rajin

belajar dan mempersiapkan diri sebelum mengikuti pembelajaran

berikutnya.

3. Tahap Observasi

Peneliti mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama

pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran aktivitas siswa

dan kinerja guru diamati dengan cara memberikan nilai angka pada lembar

observasi.

4. Tahap Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas dan hasil

(45)

30

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Analisis hasil belajar siswa

dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis

digunakan sebagai acuan dan bahan pembanding terhadap kegiatan

pelaksanaan siklus berikutnya.

Siklus II

Siklus ke dua ini dilakukan sebagai usaha peningkatan aktivitas dan

hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui penerapan

strategi pembelajaran aktif tipe index card match. Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik dibandingkan dengan hasil pembelajaran

pada siklus satu. Siklus II ini juga melalui langkah-langkah yang sama

dengan siklus I yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana

pembelajaran yang telah disiapkan peneliti. Tindakan yang dilakukan

dalam pembelajar matematika melalui penerapan strategi pembelajaran

aktif tipe index card match pada siklus I sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:

a. Menentukan materi pokok yang akan diajarkan yaitu “jaring-jaring

balok dan kubus”.

b. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus, RPP,

lembar evaluasi yang terdiri dari soal dan kunci jawaban, sumber

belajar (buku paket), dan media pembelajaran yang akan digunakan

(46)

31

c. Menyiapkan potongan-potongan kartu berisi pertanyaan dan jawaban

yang akan diberikan kepada siswa.

d. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa selama

pembelajaran berlangsung.

e. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan atau kinerja

guru selama pembelajaran berlangsung.

f. Menyiapkan lembar evaluasi yang berisi soal untuk memperoleh data

hasil belajar siswa.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana

pembelajaran yang telah disiapkan oleh peneliti. Tindakan yang

dilakukan dalam pembelajaran matematika melalui penerapan strategi

pembelajaran aktif tipe index card match pada siklus II sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal

1) Guru mengkondisikan kelas untuk memulai kegiatan

pembelajaran.

2) Guru menyampaikan apersepsi berupa kegiatan tanya jawab

tentang materi yang akan dipelajari.

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

b. Kegiatan Inti

1) Guru menjelaskan materi matematika yaitu “jaring-jaring balok

dan kubus” dengan bantuan media berupa contoh bangun ruang

(47)

32

2) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah

dijelaskan.

3) Guru mengeluarkan potongan-potongan kertas berisi pertanyaan

dan jawaban.

4) Guru mencampurkan dua kumpulan kartu itu dan dikocok

berkali-kali agar benar-benar tercampur aduk.

5) Guru memberikan kartu kepada 27 siswa kemudian

menjelaskan bahwa ini merupakan latihan pencocokan.

6) Sebagian siswa mendapat kartu pertanyaan dan sebagian lain

mendapat kartu jawabannya.

7) Siswa diperintahkan untuk mencari kartu pasangan. Bila sudah

terbentuk pasangan kemudian siswa yang berpasangan itu

mencari tempat duduk bersama dan diperintahkan untuk tidak

mengungkapkan kepada pasangan lain apa yang ada dikartu,

karena jumlah siswa ganjil maka terdapat satu pasangan yang

terdiri dari tiga siswa.

8) Setelah semua pasangan yang cocok telah duduk bersama, tiap

pasangan diperintahkan untuk memberikan kuis kepada siswa

lain dengan membacakan keras-keras pertanyaan mereka dan

meminta siswa lain untuk memberikan jawabannya.

9) Selama kegiatan berlangsung guru memberikan bimbingan

untuk arahan kepada siswa yang mengalami kesulitan dan

mengoreksi hasil pencocokan kartu.

10) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya

(48)

33

c. Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan akhir, guru:

1) Bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah

dipelajari.

2) Memberikan tes formatif (pada pertemuan ketiga) kepada siswa

yang dikerjakan secara individu untuk mendapatkan nilai akhir

dan melihat tingkat penguasaan materi pelajaran matematika yang

telah diajarkan.

3) Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa untuk rajin

belajar dan mempersiapkan diri sebelum mengikuti pembelajaran

berikutnya.

3. Tahap Observasi

Peneliti mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama

pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran aktivitas siswa

dan kinerja guru diamati dengan cara memberikan nilai angka pada lembar

observasi.

4. Tahap Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas dan hasil

belajar siswa. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana siswa aktif

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Analisis hasil belajar siswa

dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis

digunakan sebagai acuan dan bahan pembanding terhadap kegiatan

(49)

34

Siklus III

Hasil refleksi siklus II (sebanyak dua kali pertemuan) akan dijadikan

sebagai bahan perbaikan pada siklus III dengan materi “mengenal bangun

simetris”.

1. Tahap Perencanaan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana

pembelajaran yang telah disiapkan peneliti. Tindakan yang dilakukan

dalam pembelajaran matematika melalui penerapan strategi pembelajaran

aktif tipe index card match pada siklus III sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:

a. Menentukan materi pokok yang akan diajarkan yaitu “mengenal

bangun simetris”

b. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus, RPP,

lembar evaluasi yang terdiri dari soal dan kunci jawaban, sumber

belajar (buku paket), dan media pembelajaran yang akan digunakan

selama proses pembelajaran di kelas.

c. Menyiapkan potongan-potongan kartu berisi pertanyaan dan jawaban

yang akan diberikan kepada siswa.

d. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa selama

pembelajaran berlangsung.

e. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan atau kinerja

guru selama pembelajaran berlangsung.

f. Menyiapkan lembar evaluasi yang berisi soal untuk memperoleh

(50)

35

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana

pembelajaran yang telah disiapkan oleh peneliti. Tindakan yang

dilakukan dalam pembelajaran matematika melalui penerapan strategi

pembelajaran aktif tipe index card match pada siklus III sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal

1) Guru mengkondisikan kelas untuk memulai kegiatan

pembelajaran.

2) Guru menyampaikan apersepsi berupa kegiatan tanya jawab

tentang materi yang akan dipelajari.

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

b. Kegiatan Inti

1) Guru menjelaskan materi matematika yaitu “mengenal bangun

simetris” dengan bantuan media gambar berupa contoh bangun

ruang sederhana sehingga dapat dimengerti oleh siswa.

2) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah

dijelaskan.

3) Guru mengeluarkan potongan-potongan kertas berisi pertanyaan

dan jawaban.

4) Guru mencampurkan dua kumpulan kartu itu dan dikocok

berkali-kali agar benar-benar tercampur aduk.

5) Guru memberikan kartu kepada 27 siswa kemudian menjelaskan

(51)

36

6) Sebagian siswa mendapat kartu pertanyaan dan sebagian lain

mendapat kartu jawabannya.

7) Siswa diperintahkan untuk mencari kartu pasangan. Bila sudah

terbentuk pasangan kemudian siswa yang berpasangan itu

mencari tempat duduk bersama dan diperintahkan untuk tidak

mengungkapkan kepada pasangan lain apa yang ada dikartu,

karena jumlah siswa ganjil maka terdapat satu pasangan yang

terdiri dari tiga siswa

8) Setelah semua pasangan yang cocok telah duduk bersama, tiap

pasangan diperintahkan untuk memberikan kuis kepada siswa

lain dengan membacakan keras-keras pertanyaan mereka dan

meminta siswa lain untuk memberikan jawabannya.

9) Selama kegiatan berlangsung guru memberikan bimbingan untuk

arahan kepada siswa yang mengalami kesulitan dan mengoreksi

hasil pencocokan kartu.

10)Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya

mengenai materi yang belum dipahami.

c. Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan akhir, guru:

1) Bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah

dipelajari.

2) Memberikan tes formatif (pada pertemuan ketiga) kepada siswa

yang dikerjakan secara individu untuk mendapatkan nilai akhir

dan melihat tingkat penguasaan materi pelajaran matematika

(52)

37

3) Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa untuk rajin

belajar dan mempersiapkan diri sebelum mengikuti pembelajaran

berikutnya.

3. Tahap Observasi

Peneliti mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama

pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran aktivitas siswa

dan kinerja guru diamati dengan cara memberikan nilai angka pada lembar

observasi.

4. Tahap Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas dan hasil

belajar siswa. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana siswa aktif

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Analisis hasil belajar siswa

dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis

digunakan sebagai acuan dan bahan pembanding terhadap kegiatan

pelaksanaan siklus berikutnya.

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat

dilihat dari adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar setiap siklusnya.

Adapun indikator keberhasilan tersebut antara lain:

1. Adanya peningkatan aktivitas belajar siswa setiap siklusnya.

2. Adanya peningkatan hasil belajar siswa > 75% dari jumlah siswa

seluruhnya mencapai nilai sesuai KKM ≥ 60 untuk mata pelajaran

(53)

84  

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan

terhadap siswa kelas IV A SD Negeri 3 Totokaton Tahun Pelajaran 2012/2013

pada mata pelajaran matematika dengan menerapkan strategi pembelajaran

aktif tipe index card match dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan strategi pembelajaran aktif tipe index card match dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika. Hal

ini terbukti dengan adanya peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan

pembelajaran pada setiap siklusnya. Pada siklus I diperoleh rata-rata

aktivitas belajar siswa sebesar 47,11 % dengan kategori “cukup aktif”,

siklus II sebesar 58,91% dengan kategori “cukup aktif”, dan pada siklus III

sebesar 75,12% dengan kategori”aktif”. Peningkatan antara siklus I dengan

siklus II adalah sebesar 11,81% dan peningkatan antara siklus II dengan

siklus III adalah sebesar 16,20%.

2. Penerapan strategi pembelajaran aktif tipe index card match dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika. Hal ini

terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam kegiatan

pembelajaran pada setiap siklusnya. Pada siklus I diperoleh rata-rata hasil

(54)

85  

65,19 dengan kategori “tinggi”, dan pada siklus III sebesar 79,44 dengan

kategori”tinggi”. Peningkatan antara siklus I dengan siklus II adalah

sebesar 5,52 dan peningkatan antara siklus II dengan siklus III adalah

sebesar 14,25. Sedangkan untuk ketuntasan belajar siswa pada siklus I

terdapat 15 siswa (55,56%) yang tuntas lalu pada siklus II meningkat

menjadi 18 siswa (66,67%) yang tuntas dan meningkat kembali pada

siklus III menjadi 24 siswa (88,89%) yang tuntas. Peningkatan antara

siklus I dengan siklus II adalah sebesar 11,11% dan peningkatan antara

siklus II dengan siklus III adalah sebesar 22,22%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, berikut ini peneliti

memberikan saran dalam penerapan strategi pembelajaran aktif tipe index card

match pada pembelajaran antara lain sebagai berikut:

1. Siswa

a. Siswa hendaknya selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaran dan

hasil belajar dapat meningkat.

b. Siswa harus bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, baik tugas

individu maupun kelompok.

c. Siswa harus berani untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran

khususnya saat mengemukakan pertanyaan tentang materi yang belum

(55)

86  

2. Guru

a. Guru diharapkan dapat menciptakan susasana kelas yang kondusif agar

siswa lebih siap dalam mengikuti pembelajaran.

b. Guru dapat menginovasi pembelajaran dengan strategi pembelajaran

inovatif yang membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti

pembelajaran.

3. Sekolah

Sekolah dapat melakukan pengembangan strategi, model-model dan

media pembelajaran untuk dapat mengoptimalisasi pelaksanaan

pembelajaran.

4. Peneliti Berikutnya

Peneliti mengkaji implementasi perbaikan pembelajaran dengan

strategi pembelajaran aktif tipe index card match, untuk itu kepada

peneliti-peneliti berikutnya dapat melaksanakan pembelajaran aktif tipe

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah Nyimas. 2008. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Annurohman, dkk. 2009. PenelitianPendidikan SD. DitjenDiktiDepdiknas. Jakarta.

Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelasuntuk Guru SD, SLB, dan TK. CV. YramaWidya. Bandung.

Arifin Zainal. 2012. Pengembangan pembelajaran Aktif dengan ICT. Skripta Media Creative. Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, hal 20 dan 250. Bumi Aksara. Jakarta.

Bahri Djamarah, Syaipul. 2006. Strategi Belajar Mengajar, hal. 74. Rineka Cipta. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Depdiknas. 2008. Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Dimyati dan Moedjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Fathurrohman, Pupuh. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Refika Aditama. Bandung.

Gatot Muhsetyo, dkk. 2008. Pembelajaran Matematika SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

(57)

88

Handayani. 2009. Strategi Belajar Aktif dengan ICM. Tersedia di: http://pelawiswlatan.blogspot.com/2013/02/strategi-belajar-aktif.html.

Diakses tanggal 15 Februari 2013 Kurikulum Berbasis Kompetensi, Malang, UM. Press.

Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali. Jakarta.

Mulyasa. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nabisi, Lapono, dkk. 2008. Belajar dan pembelajaran Sekolah Dasar. Dikjen Dikti. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran, hal. 6. Rineka Cipta. Bandung.

Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers, Jakarta

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Aktif. Nusa Media. Bandung.

---. 2009. Active Learning 101 Cara Belajar Aktif. Pustaka Insan Madani. Yogyakarta.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Surabaya.

Suwangsih, Erna. 2006. Model Pembelajaran Matematika. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 ayat 1.

(58)

89

Usman, Moh. User. 2000. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Wardani, IGAK. Dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Winataputra, Udin. S, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.

Zaini, Hisyam. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Tersedia di: http://fitaharyani84.blogspot.com/2013_01_01_archive.html Diakses tanggal 24 Juli 2013.

Gambar

Tabel 3.1. Indikator Aktivitas Siswa.
Tabel 3.3. Kategori Aktivitas Siswa Perolehan Nilai.
Tabel 3.3. Kualifikasi Rentang Nilai Belajar Siswa dalam (%)

Referensi

Dokumen terkait

dengan menggunakan jumlah input yang sama, atau 2) membutuhkan jumlah input yang lebih rendah untuk menghasilkan tingkat output yang sama. Kondisi ini dicapai

Hasil dari penelitian ini adalah terwujudnya media pembelajaran pengenalan komputer untuk SD/MI berbasis multimedia untuk memberikan fasilitas pengajaran bagi guru

Kendala yang dihadapi dan cara menanganinya dalam pembelajaran Bahasa Inggris dengan Media Audio Visual di SMP N 3 Bawen ..... Program Tahunan

Analisis Molekuler Candida Albicans pada Pasien HIV Rumah Sakit DR Moewardi Surakarta Sebagai Bahan Pembuatan Kit Diagnosis Berbasis Isolat Lokal.. Kata kunci: Candida

Guru mata pelajaran biologi diharapkan mampu menerapkan pendekatan yang mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa lebih aktif sehingga hasil

research, he found that communicative functions of the address are grouped into ten categories, they are highest rank to higher rank, higher rank to highest rank,

Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi cendawan Entomophthorales dan nematoda yang menginfeksi trips dan kutudaun pada tanaman mawar dan krisan di Balai

(i) Mengetahui sebaran responden botol susu polikarbonat dengan melakukan pengelompokan responden dari hasil survei tingkat pendidikan responden, pekerjaan responden,