PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPEINDEX CARD MATCHUNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 TOTOKATON
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
Lusia Pramita Sari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 TOTOKATON
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
Lusia Pramita Sari
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Totokaton tahun pelajaran 2012/2013 dengan nilai rata-rata ulangan semester ganjil mata pelajaran matematika 58,07. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe index card match.
Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksaan, observasi, dan refleksi. Data penelitian diperoleh melalui observasi dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat pada setiap siklusnya. Hal ini terlihat pada persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 47,11% dengan kategori cukup aktif, siklus II sebesar 58,91% dengan kategori cukup aktif, dan siklus III sebesar 75,12% dengan kategori aktif. Sementara persentase hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 59,67 dengan kategori sedang, siklus II sebesar 65,19 dengan kategori tinggi, dan siklus III sebesar 79,44 dengan kategori tinggi. Sedangkan ketuntasan belajar siswa siklus I sebesar 55,56% dengan kategori sedang, siklus II sebesar 66,67% dengan kategori tinggi, dan siklus III sebesar 88,89% dengan kategori tinggi.
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: nama mahasiswa : Lusia Pramita Sari
NPM : 0913053004
jurusan : Ilmu Pendidikan program studi : S 1 PGSD
fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Lampung lokasi penelitian : SD Negeri 3 Totokaton Kec. Punggur
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul
”Penerapan Stategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Totokaton Tahun Pelajaran 2012/2013” tersebut adalah benar-benar hasil penelitian saya sendiri kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan dalam daftar pustaka
Demikian pernyataan ini saya buat dan apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia dituntut berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Bandar Lampung, September 2013 Yang membuat pernyataan,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTARTABEL ... viii DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A...Strateg
i Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match... 7
1...Penger
h-Langkah Strategi Pembelajaran Aktif Tipe
Index Card Match ... 10 5...Kelebi
han dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Aktif
Tipe Index Card Match ... 11
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A...Metod
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Guru Dalam Pembelajaran Siklus I ... 51
3)...Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 53 d...Reflek si Siklus I ... 54 e...Saran
Perbaikan/Tindakan Untuk Siklus II ... 55
9...Hasil
Perbaikan/Tindakan Untuk Siklus III ... 70
katan Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 84
3...Hasil
Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 86
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1. Indikator Aktivitas Siswa... 21
3.2. Indikator Kinerja Guru... 21
3.3. Kategori Aktivitas Siswa Perolehan Nilai ... 23
3.4. Kategori Keberhasilan Guru dalam Menerapkan Strategi Pembelajaran Aktif tipe Index Card Match ... 23
3.5. Kualifikasi Rentang Nilai Belajar Siswa dalam Persen ... 25
4.1. Struktur Guru SD Negeri 3 Totokaton Kec. Punggur ... 38
4.2. Jadwal Kegiatan Penelitian Tiap Siklus ... 41
4.3. Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 50
4.4. Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Siklus I ... 52
4.5. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I ... 53
4.6. Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 65
4.7. Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Siklus II ... 66
4.8. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II ... 67
4.9. Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus III ... 78
4.10.Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Siklus III ... 79
4.11.Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III ... 80
4.12.Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa ... 83
4.13.Rekapitulasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran... 85
4.14.Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa ... 86
4.15.Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Per-Siklus ... 87
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 18
4.1. Grafik Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa ... 84
4.2. Grafik Rekapitulasi Persentase Aktivitas Guru ... 85
4.3. Grafik Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa ... 87
4.4. Grafik Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 88
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Keterangan Penelitian dari Fakultas ... 95
2. Surat Penelitian Pendahuluan ... 96
3. Surat Izin Penelitian ... 97
4. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ... 98
5. Surat Pernyataan Teman Sejawat... 99
6. Pemetaan Siklus I ... 100
7. Silabus Siklus I ... 102
8. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I ... 105
9. Pemetaan Siklus II ... 119
10.Silabus Siklus II ... 121
11.Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II ... 124
12.Pemetaan Siklus III ... 137
13.Silabus Siklus III ... 139
14.Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus III ... 142
15.Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1... 157
16.Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 158
17.Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 160
18.Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 161
19.Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 1 ... 163
20.Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 2 ... 164
21.Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1... 166
22.Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 ... 168
23.Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 ... 171
24.Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 ... 173
25.Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus III Pertemuan 1 ... 176
26.Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus III Pertemuan 2 ... 178
27.Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa ... 181
28.Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 183
29.Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 184
30.Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 185
31.Kartu Index Card Match Siklus I Pertemuan I... 186
32.Kartu Index Card Match Siklus I Pertemuan II ... 188
33.Kartu Index Card Match Siklus II Pertemuan I ... 190
34.Kartu Index Card Match Siklus II Pertemuan II ... 192
35.Kartu Index Card Match Siklus III Pertemuan I ... 194
36.Kartu Index Card Match Siklus III Pertemuan II... 196
37.Dokumentasi Kegiatan ... 198
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang.
Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan
masyarakat sepenuhnya. Hal tersebut sejalan dengan Undang-undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 ayat 1 bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses belajar agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Salah satu cara meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui
peningkatan mutu proses pembelajaran. Dalam hal ini guru merupakan figur
sentral dalam proses pelaksanaannya, karena ditangan gurulah letak berhasil
atau tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran. Tugas dan peran guru bukan
saja mendidik, mengajar, dan melatih, tetapi juga bagaimana guru dapat
membaca situasi kelas, kondisi siswa dalam menerima pelajaran, untuk semua
2
Menurut Gatot (2008: 1.26) salah satu komponen pendidikan dasar adalah bidang-bidang pengajaran diantaranya matematika. Perhitungan dan proses berpikir matematika biasanya diperlukan orang dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Oleh karena itu pengajaran matematika sekolah dimasa yang akan datang diupayakan agar siswa tidak hanya terampil menggunakan matematika. Sedangkan tujuan pengajaran matematika ditingkat SD dinyatakan sebagai berikut:
1. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung sebagai
alat kehidupan sehari-hari
2. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialih gunakan melalui
kegiatan matematika
3. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal
belajar lebih lanjut di SMP, dan
4. Membentuk sikap logis, krisis, cermat, dan disiplin.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan siswa kesulitan dalam
pembelajaran matematika sebagai berikut: (1) proses pembelajaran
matematika yang masih bersifat abstrak tanpa mengaitkan permasalahan
matematika dengan kehidupan sehari-hari, (2) guru kurang memotivasi siswa
dalam pembelajaran matematika sehingga siswa lemah mempelajari
matematika, (3) siswa tidak berani mengemukakan ide atau gagasan kepada
guru karena guru belum dapat melakukan pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, dan menyenangkan, dan (4) guru masih bersifat dominan dalam
proses pembelajaran (Soedjadi dalam Haruman, 2007: 1).
Kemungkinan-kemungkinan ini seharusnya menjadi perhatian yang
lebih bagi pendidik dalam menyampaikan pembelajaran matematika. Hal ini
dikarenakan mata pelajaran matematika pada jenjang SD sangat perlu
diberikan kepada semua siswa agar siswa memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan
yang selalu berubah dan tidak pasti.
Berdasarkan hasil pengamatan, observasi, dan diskusi yang dilakukan
peneliti dengan guru kelas IV SD Negeri 3 Totokaton pada bulan Januari
3
2013, ditemukan bahwa dalam proses pembelajaran matematika guru masih
menggunakan strategi dan media pembelajaran yang kurang menarik,
sehingga kurang melibatkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran. Guru masih mendominasi sebagai sumber utama dan
cenderung lebih aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan siswa
(teacher centered), sehingga membuat proses pembelajaran membosankan
dan kurang menarik. Selain itu juga terlihat dari sebagian besar siswa kurang
berani untuk bertanya walaupun guru telah memberikan kesempatan sehingga
berdampak pada kurang berkembangnya ketrampilan siswa dalam
berinteraksi dengan orang lain. Kurangnya motivasi belajar, antusias, sikap
dan perhatian sehingga mengakibatkan siswa menemui kesulitan dalam
belajar. Hal ini berdampak pada hasil belajar matematika pada semester ganjil
tahun pelajaran 2012/2013, masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah
kriteria ketuntasan minimum (KKM). Hal ini terlihat dari nilai rata-rata
ulangan semester ganjil mata pelajaran matematika adalah 58,07 dengan nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan sekolah yaitu
> 60. Siswa yang mencapai KKM sebanyak 15 orang siswa (55,56%) dari 27
orang siswa dan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 12 orang siswa
(44,44%) dari 27 orang siswa.
Terkait dengan permasalahan di atas, untuk memperbaiki proses
pembelajaran matematika diperlukan suatu strategi pembelajaraan yang baik,
sehingga siswa dapat aktif, kreatif, dan menyenangkan agar aktivitas dan
hasil belajar matematika meningkat. Salah satu cara untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika adalah
4
melalui strategi pembelajaran aktif tipe index card match. Menurut Silberman
(2007: 240) Index card match merupakan cara aktif dan menyenangkan untuk
meninjau ulang materi pelajaran. Index card match memperbolehkan siswa
untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan teman sekelas.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merasa perlu
melakukan perbaikan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas
dengan judul “Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif tipe Index Card Match
Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV
SD Negeri 3 Totokaton Tahun Pelajaran 2012/2013”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, indentifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Guru masih menggunakan strategi dan media pembelajaran yang kurang
menarik, sehingga kurang melibatkan siswa untuk berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran.
2. Guru masih mendominasi sebagai sumber utama dan cenderung lebih
aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan siswa (teacher
centered), sehingga membuat proses pembelajaran membosankan dan kurang menarik.
3. Siswa kurang berani untuk bertanya walaupun guru telah memberikan
kesempatan sehingga berdampak pada kurang berkembangnya
ketrampilan siswa dalam berinteraksi dengan orang lain. Kurangnya
motivasi belajar, minat, antusias, sikap dan perhatian sehingga
mengakibatkan siswa menemui kesulitan dalam belajar.
5
4. Kurangnya motivasi belajar, antusias, sikap dan perhatian sehingga
mengakibatkan siswa menemui kesulitan dalam belajar.
5. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika kelas IV SD Negeri 3 Totokaton tahun pelajaran 2012/2013.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi tersebut di atas, dalam penelitian ini dibatasi
masalah yang akan diteliti, sehingga perlu pemecahan masalahnya. Adapun
permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan strategi pembelajaran aktif tipe index card
match dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV
SD Negeri 3 Totokaton tahun pelajaran 2012/2013?
2. Bagaimanakah penerapan strategi pembelajaran aktif tipe index card
match dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD
Negeri 3 Totokaton tahun pelajaran 2012/2013?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitan adalah
untuk:
1. Meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3
Totokaton tahun pelajaran 2012/2013 dengan penerapan strategi
pembelajaran aktif tipe index card match.
2. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3
Totokaton tahun pelajaran 2012/2013 dengan penerapan strategi
pembelajaran aktif tipe index card match.
6
E. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi:
1. Siswa
Meningkatkan pemahaman konsep dan materi matematika
khususnya di kelas IV SD Negeri 3 Totokaton semester II tahun pelajaran
2012/2013, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2. Guru
Memperluas wawasan dan pengetahuan guru matematika di SD
mengenai penerapan strategi pembelajaran aktif tipe index card match
dalam pembelajaran matematika sehingga dapat digunakan untuk
meningkatkan atau mengembangkan kemampuan profesional guru dalam
menyelenggarakan pembelajaran di kelas.
3. Sekolah
Memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya peningkatan
hasil pembelajaran matematika di sekolah yang bersangkutan.
4. Peneliti
Menambah pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas (PTK) dan
lebih memahami tugas seorang guru SD dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan dasar dan dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang
muncul disekolah, sehingga dapat menjadi acuan sebagai calon guru SD.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match 1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru
untuk mempermudah dalam penyampaian materi pelajaran sehingga siswa
dapat mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Bahri (2006: 5) secara
umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika
dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai
pola-pola umum kegiatan guru dan siswa dalam perwujudan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
David (dalam Sanjaya, 2008: 124) menyatakan bahwa dalam dunia
pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan method, or series of activities
designed to achivies a particular educational goal. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Gerlach dan Ely (dalam Hamruni, 2011: 2) menjelaskan bahwa
strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk
menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran
8
dimaksud meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang
dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan digunakan guru
dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga mempermudah siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran meliputi sifat,
lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan
pengalaman belajar kepada siswa.
2. Strategi Pembelajaran Aktif
Strategi pembelajaran aktif merupakan cara yang digunakan oleh
guru untuk mempermudah dalam penyampaian materi pelajaran yang
melibatkan siswa untuk berperan aktif sehingga menciptakan suatu
pengalaman belajar yang bermakna. Usman (2000: 87) menyatakan bahwa
strategi pembelajaran aktif adalah suatu strategi belajar mengajar yang
lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
baik secara fisik, mental, intelektual maupun emosional.
Menurut Arifin (2012: 58) strategi pembelajaran aktif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan pembelajaraan aktif yang dirancang oleh guru untuk memberikan kesempatan siswa kreatif, inovatif, aktif dalam memberikan feedback pembelajaran. Strategi pembelajaran aktif juga mendorong siswa untuk menuangkan gagasan, ide, maupun pendapat, baik kepada guru maupun temannya.
Mulyasa (2004: 241) menyatakan bahwa dalam strategi active
9
pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang
sudah ada.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
strategi pembelajaran aktif merupakan suatu kegiatan pembelajaraan yang
dirancang oleh guru untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berperan secara aktif, kreatif, dan inovatif. strategi pembelajaran aktif
juga mendorong siswa untuk menuangkan gagasan, ide, maupun pendapat
sehingga menciptakan suatu pengalaman belajar yang bermakna.
3. Tipe-tipe Strategi Pembelajaran Aktif
Berbagai tipe atau macam-macam jenis sudah pasti dimiliki oleh
metode dan model pembelajaran, sama halnya dengan metode dan model
pembelajaran tersebut strategi pembelajaran aktif juga mempunyai
beberapa tipe yang dapat dikembangkan dan diterapkan oleh guru dalam
pembelajaran di kelas. Menurut Hamruni (2011: 160) dalam strategi
pembelajaran aktif terdapat berbagai macam tipe strategi yang dapat
diterapkan pada pembelajaran di kelas diantaranya tipe the power of two,
reading guide, info search, index card match, everyone is a teacher here, giving questions getting answers, active knowledge sharing, dan student questions have.
Sedangkan Silberman (2006: 43-289) mengungkapkan banyak jenis
strategi pembelajaran aktif yang disesuaikan dengan tipe-tipe strateginya
antara lain:
a) Strategi pembentukan tim yaitu group resume dan team gateway.
b) Strategi penilaian sederhana yaitu instant assessment,
10
c) Strategi keterlibatan belajar langsung yaitu active knowledge
sharing dan exchange viewpoint.
d) Strategi stimulasi diskusi kelas yaitu active debate reading
aloud.
e) Strategi belajar bersama yaitu the study group, information
research dan the power of two.
f) Strategi pengembangan keterampilan yaitu triple role playing, active observation and feedback dan the firing line.
g) Strategi peninjauan kembali yaitu index card match.
h) Strategi penilaian sendiri yaitu phisycal self assessment dan
reconsidering.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
banyak sekali tipe strategi yang dapat dipergunakan oleh guru untuk
membuat suasana belajar di kelas menjadi lebih aktif. Dalam hal ini
peneliti memilih satu tipe strategi yang diharapkan dapat digunakan
dengan tepat pada mata pelajaran matematika, strategi tersebut yaitu
strategi pembelajaran aktif tipe index card match dimana strategi ini
mengajak siswa menjadi lebih aktif dan kreatif sehingga pembelajaran
lebih bermakna dan menyenangkan.
4. Index Card Match
Index card match merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajak siswa berperan aktif dalam
proses pembelajaran. Menurut Arifin (2012: 72-73) index card match
merupakan strategi aktif yang biasanya menggunakan kartu indeks untuk
mengetahui seberapa jauh siswa memahami pelajaran yang sudah
dipelajari. Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpasangan untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.
11
di atas, Suprijono (2009:120) index card match (mencari pasangan kartu) adalah suatu metode yang cukup menyenangkan digunakan untuk mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya.
Silberman (2006: 250) index card match merupakan cara untuk
mengingat kembali apa yang telah mereka pelajari dan menguji
pengetahuan serta kemampuan mereka saat ini dengan teknik mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
index card match merupakan strategi pembelajaran yang menyenangkan untuk meninjau ulang materi pelajaran. Index card match memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpasangan mencari pasangan kartu
dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.
5. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match Setiap strategi pembelajaran memiliki langkah-langkah pembelajaran
tersendiri yang menjadi ciri khas strategi pembelajaran tersebut. Begitu
pula pada strategi pembelajarn aktif tipe index card match. Menurut
Silberman (2006: 250) ada enam langkah-langkah dalam index card match
sebagai berikut:
a. Pada kartu indeks terpisah, tulislah pertanyaan tentang apapun
yang diajarkan di kelas. Buatlah kartu pertanyaan dengan jumlah yang sama dengan setengah jumlah siswa.
b. Pada kartu yang terpisah, tulislah jawaban atas masing-masing
pertanyaan itu.
c. Campurkan dua kumpulan kartu itu dan kocoklah beberapa kali
agar benar-benar tercampur.
d. Berikan satu kartu untuk satu siswa. Jelaskan bahwa ini
12
e. Perintahkan siswa untuk mencari kartu pasangan mereka. Bila
sudah terbentuk pasangan, perintahkan siswa yang berpasangan itu untuk mencari tempat duduk bersama. (Katakan pada mereka untuk tidak mengungkapkan kepada pasangan lain apa yang ada di kartu mereka).
f. Bila semua pasangan yang cocok telah duduk bersama,
perintahkan tiap pasangan untuk memberikan kuis kepada siswa yang lain dengan membacakan keras-keras pertanyaan mereka dan menantang siswa lain untuk memberikan jawabannya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Arifin (2012: 73) Langkah-langkah
pembelajaran dengan menggunakan index card match antara lain sebagai
berikut:
a. Buatlah potongan kertas sebanyak jumlah siswa.
b. Bagilah jumlah kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
c. Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya
pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
d. Pada separuh kertas yang lain, tulis jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat.
e. Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan
jawaban.
f. Beri setiap siswa satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas
yang dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan mendapat soal dan separuh yang lain akan mendapat jawaban.
g. Mintalah kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika
ada yang sudah menemukan pasangan, mintalah kepada mereka untuk duduk berdekatan. Jelaskan juga agar mereka tidak memberi tahu materi yang mereka dapat kepada teman yang lain.
h. Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk
berdekatan, mintalah kepada setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-temanya yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan yang lain.
i. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.
6. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match
Setiap strategi pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan,
begitu pula strategi pembelajaran aktif tipe index card match.
13
kekurangan strategi pembelajaran aktif tipe index card match adalah:
a. Kelebihan:
1) Menumbuhkan kegembiraan dalam kegitan belajar mengajar
2) Materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian
siswa.
3) Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan
menyenangkan.
4) Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf
ketuntasan belajar.
5) Penilaian dilakukan bersama pengamat dan pemain.
b. Kekurangan:
1) Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa untuk
menyelesaikan tugas dan presentasi.
2) Guru harus meluangkan waktu yang lebih.
3) Lama untuk membuat persiapan.
4) Guru harus memiliki jiwa demokratis dan ketrampilan yang
memadai dalam hal pengelolaan kelas.
5) Menuntut sifat tertentu dari siswa atau kecenderungan untuk
bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.
6) Suasana kelas menjadi gaduh sehingga dapat mengganggu
kelas lain.
Hal ini sejalan dengan pendapat Zaini (http://fitaharyani84.blogspot.
com) kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran aktif tipe index card
match adalah:
a. Kelebihan metode index card match
1) Dapat maningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara
kognitif maupun fisik.
2) Karena terdapat unsur permainan, metode ini
menyenangkan.
3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari.
4) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa.
5) Efektif melatih kedisiplinan siswa dalam menghargai waktu
untuk belajar.
b. Kelemahan metode index card match
1) Jika guru tidak merancang dengan baik, maka banyak waktu
yang akan terbuang.
2) Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, pada saat
siswa membacakan kartunya banyak siswa yang kurang memperhatikan yang akan menjadikan suasana menjadi ramai.
3) Menggunakan metode index card match secara terus
14
4) Metode ini terkendala dilakukan jika jumlah siswa tidak
genap. Apabila jumlah siswa dalam suatu kelas ganjil atau ada siswa yang tidak masuk, maka dapat dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi siswa dengan menggabungkan siswa yang tidak mempunyai pasangan kedalam pasangan lainnya.
B. Pengertian Aktivitas dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil
pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan
dari hasil belajar tersebut terjadi secara sadar dan bertujuan untuk
memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumya.
Menurut Greadler (dalam Winataputra, 2008: 1.5) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan competencies, skills, and attitudes. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa anak-anak sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
Sedangkan menurut Hamalik (2008: 28) menyatakan bahwa belajar
adalah suatu perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati
dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.
Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang
lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya dari tidak tahu menjadi tahu.
15
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan
tingkah laku. Oleh karena itu seseorang dikatakan belajar apabila dalam
diri orang tersebut terjadi perubahan tingkah laku yang dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, sikap,
percakapan, kebiasaan dan lain-lain.
2. Pengertian Aktivitas Belajar
Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tidak hanya
mendengarkan dan mencatat saja. Semakin banyak aktivitas yang
dilakukan siswa dalam belajar, maka proses pembelajaran yang terjadi
akan semakin baik. Poerwanti (2008: 7.4) menyatakan aktivitas belajar
didasarkan pada proses pengubahan status siswa dari tidak tahu menjadi
tahu yang meliputi pengetahuan, sikap dan tingkah laku setelah mengikuti
satuan pembelajaran tertentu
Menurut Kunandar (2011: 277) menyatakan bahwa aktivitas siswa
merupakan keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan
aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan
proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.
Sedangkan Aqib (2009: 42) menyatakan bahwa aktivitas belajar
adalah suatu bentuk kegiatan pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru
berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru tersebut misalnya
adanya perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, timbulya pengertian baru,
16
Hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah
keaktifan siswa pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk
mengubah tingkah laku menjadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar
kalau tidak ada aktivitas.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran bergantung pada diri
siswa. Berawal dari minat siswa dengan segala aktivitas-aktivitas selama
mengikuti pembelajaran menjadi salah satu penunjang keberhasilan
pembelajaran. Oleh karena itu aktivitas siswa perlu diperhatikan sebab hal
ini berperan dalam menentukan prestasi atau hasil belajar siswa.
3. Pengertian Hasil Belajar
Proses pembelajaran yang terjadi di kelas melibatkan interaksi antara
guru dan siswa. Interaksi ini sebagai makna utama proses pembelajaran
yang memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran
yang efektif. Kedudukan siswa dalam proses belajar mengajar adalah
sebagai subjek sekaligus objek dalam pembelajaran, sehingga proses atau
kegiatan belajar dan mengajar adalah kegiatan belajar siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran yaitu hasil belajar.
Hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan oleh adanya usaha
belajar. Hasil belajar diukur berdasarkan ada tidaknya perubahan tingkah
laku atau pemodifikasian tingkah laku yang lama menjadi tingkah laku
yang baru (Staton dalam Nabisi, 2008: 1.12).
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar
17
evaluasi hasil belajar, dan dari sisi siswa hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Moedjiono,
2006: 3).
Hasil belajar dalam kelas harus dapat dilaksanakan ke dalam
situasi-situasi di luar sekolah. Dengan kata lain, murid dapat mentransferkan hasil
belajar itu ke dalam situasi-situasi yang sesungguhnya di dalam
masyarakat (Hamalik, 2001: 33-35).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan oleh adanya usaha belajar.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah siswa
mengikuti proses pembelajaran, sehingga terjadi suatu perubahan perilaku
setelah mengikuti pembelajaran secara keseluruhan.
C. Pengertian Matematika
Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah yang
disampaikan berdasarkan tingkatan atau tahapan-tahapan proses belajar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2005: 723) matematika
adalah ilmu bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional
yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Ruseffendi (dalam Suwangsih, 2006: 3) menyatakan bahwa kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama yaitu mathein
atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal
18
Menurut Sutawijaya (dalam Aisyah, 2008: 1.1) menyatakan bahwa
matematika mengkaji benda abstrak yang disusun dalam suatu sistem
aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif.
Sejalan dengan pernyataan di atas, Hudoyo (dalam Aisyah, 2008: 1.1)
matematika berkenan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan,
hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
matematika merupakan ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir.
Matematika lebih menekankan kegiatan dalam penalaran, bukan menekankan
dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena
pikiran-pikiran manusia, yang hubungannya dengan idea, proses, dan
penalaran. Matematika adalah ilmu logika, mengenai bentuk, susunan,
besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian
tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran matematika
menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe index card match dengan
memperhatikan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Totokaton Tahun
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di
dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat
(Wardhani, 2007: 1.4). Sesuai dengan metode Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah suatu bentuk proses
pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari 4 tahapan dasar yang saling terkait
dan berkesinambungan yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan
(acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Adapun siklus dari penelitian tindakan kelas ini digambarkan sebagai berikut:
Pelaksanaan
Perencanaan Observasi
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
SIKLUS II
Perencanaan Observasi
Refleksi
dst.
Gambar 3.1. Siklus penelitian tindakan kelas
20
B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian
Peneliti mengambil lokasi penelitian tindakan kelas di SD Negeri 3
Totokaton Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.
2. Waktu Penelitan
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan (bulan Januari
hingga Juni 2013).
3. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitan ini adalah siswa dan guru kelas IV SD
Negeri 3 Totokaton dengan jumlah siswa 27 orang siswa yang terdiri dari
14 orang siswa perempuan dan 13 orang siswa laki-laki.
C. Teknik Pengumpulan Data
Salah satu kegiatan penting dalam penelitian adalah pengumpulan data.
Untuk mengumpulkan data, diperlukan suatu alat penelitian yang akurat,
karena hasilnya sangat menentukan mutu penelitian. Teknik pengumpulan
data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes dan non tes.
1. Teknik Tes
Tes adalah sekumpulan pertanyaan atau latihan serta alat yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok,
Arikunto (2006: 150). Dalam penelitian ini, teknik tes digunakan untuk
21
pada pembelajaran matematika melalui penerapan strategi pembelajaran
aktif tipe index card match. 2. Teknik Nontes
Teknik nontes dilakukan melalui observasi. Observasi dilakukan
oleh observer dengan menggunakan lembar observasi kinerja guru dan
lembar aktivitas belajar siswa dengan memberikan penilaian angka pada
lembar observasi. Observasi digunakan untuk mengetahui apakah dengan
menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe index card match pada
pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 3 Totokaton dapat
meningkatkan kinerja guru dan aktivitas belajar siswa.
D. Alat Pengumpul Data
Penelitian ini menggunakan beberapa alat pengumpulan data, hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap dan valid, yang dapat
mendukung keberhasilan dalam penelitian ini. Alat yang digunakan antara
lain:
1. Lembar Panduan Observasi
Instrumen ini dirancang dengan berkolaborasi dengan guru kelas.
Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai
aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama pelaksanaan penelitian
tindakan kelas. Adapun instrumen yang digunakan untuk memperoleh data
22
Tabel 3.1. Indikator Aktivitas Siswa.
No Kegiatan siswa Skor (1-4)
1 Partisipasi mengikuti pembelajaran
2 Sikap terhadap kegiatan
3 Perhatian pada pembelajaran
4 Presentasi materi
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data kinerja guru
adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2. Indikator Kegiatan Guru.
No Indikator inti Skor (1-5)
1 Pra pembelajaran
2 Membuka pelajaran
3 Kegiatan inti pembelajaran
4 Penutup
2. Tes Hasil Belajar
Data dalam penelitian ini diperoleh menggunakan lembar soal-soal
tes. Pengumpulan data tes untuk mengungkapkan keberhasilan dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dengan penerapan strategi pembelajaran
aktif tipe index card match dalam pembelajaran matematika. Soal
digunakan untuk mengetahui ketercapaian indikator. Soal tes tersebut
dibuat berdasarkan hasil belajar siswa, siklus I, siklus II dan siklus III.
Dari hasil analisis tes tersebut dapat diketahui peningkatan hasil belajar
siswa. Teknik tes ini dilakukan pada saat siswa mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru, sementara penilaian hasil kerja setelah proses
23
E. Teknik Analisis Data
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik analisis data secara
kualitatif dan kuantitatif. Annurohman, dkk (2009: 9-10) mengemukakan
bahwa analisis data suatu kegiatan untuk mencermati setiap langkah yang
dibuat, mulai dari tahap persiapan, proses sampai hasil pekerjaan atau
pembelajaran, dalam arti apakah kegiatan dan langkah-langkahnya sudah
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau belum. Analisis data dalam
proses pembelajaran dilakukan untuk memperkirakan apakah semua aspek
pembelajaran yang terlibat di dalamnya sudah sesuai dengan kapasitasnya.
1. Analisis Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari data non tes yaitu lembar observasi.
Data tersebut dicatat berdasarkan perilaku yang sesuai dan relevan dengan
kegiatan pembelajaran. Data kualitatif pada lembar aktivitas siswa dan
kinerja guru dianalisis dengan menggunakan rumus:
a. Aktivitas Siswa
Keterangan:
NA = Nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan
JS = Jumlah skor yang diperoleh siswa
SM = Total skor maksimum dari aspek yang diamati
100 = Bilangan tetap
(Sumber: Aqib dkk, 2009: 41)
Berdasarkan persentase pencapaian indikator dalam aktivitas,
24
Tabel 3.3. Kategori Aktivitas Siswa Perolehan Nilai.
Rentang Nilai Kategori
≥80 Sangat aktif
60-79 Aktif
40-59 Cukup aktif
20-39 Kurang aktif
≤ 20 Pasif
(Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)
b. Kinerja Guru
Ketercapaian penerapan strategi pembelajaran aktif tipe index card match diperoleh melalui pengamatan dengan berpedoman pada lembar observasi yang mengacu pada penerapan strategi pembelajaran
aktif tipe index card match. Penilaian penerapan proses pembelajaran ini menggunakan skala 1-5. Tingkat pencapaian tersebut diperoleh
dengan menggunakan rumus:
Nilai = x 100
(Sumber: modifikasi Sudijono, 2011: 318)
Dari perolehan nilai tersebut, akan diketahui peningkatan
penerapan strategi pembelajaran aktif tipe index card match dengan kategori sebagai berikut.
Tabel 3.5. Kategori Keberhasilan Guru dalam Menerapkan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match
Rentang nilai Kategori
≥80 Sangat baik
60-79 Baik
40-59 Cukup baik
20-39 Kurang baik
≤ 20 Sangat kurang
25
2. Analisis Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka. Data
kuantitatif diperoleh dari nilai hasil belajar yang dikerjakan siswa dalam
siklus yang dilaksanakan yaitu pada siklus I, II, III dan siklus berikutnya.
Data kuantitatif penilaian ini didapat dengan menghitung ketuntasan
belajar siswa secara individual, rata-rata kelas, ketuntasan belajar siswa
secara klasikal, dan uji hipotesis.
a. Untuk menghitung ketuntasan belajar siswa secara individual
digunakan rumus:
Keterangan:
S = Nilai yang diharapkan
R = Jumlah skor/item yang dijawab benar
N = Skor maksimum dari tes
100 = Bilangan tetap
(Sumber: adopsi dari Purwanto, 2009: 112)
b. Untuk menghitung nilai rata- rata kelas menggunakan rumus sebagai
berikut:
Keterangan:
Mx = nilai rata-rata kelas
∑xi = jumlah nilai seluruh siswa N = jumlah siswa
26
c. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara
klasikal, digunakan rumus sebagai berikut:
(Sumber: Adopsi Aqib, dkk. 2009: 41)
Tabel 3.3. Kualifikasi Rentang Nilai Belajar Siswa dalam (%)
Tingkat Keberhasilan (%) Arti
> 80 % Sangat Tinggi
60 - 79 % Tinggi
40 – 59 % Sedang
20 – 39 % Rendah
< 20 % Sangat Rendah
(sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)
F. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari tiga siklus dan masing-masing
siklus memiliki empat tahapan kegiatan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun siklus tersebut antara lain:
Siklus I
Dalam setiap siklus direncanakan akan dilakukan dua kali pertemuan,
pada siklus pertama ini kegiatan pembelajaran diawali dengan:
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang
untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Dalam siklus pertama,
peneliti mempersiapkan proses pembelajaran matematika melalui
penerapan strategi pembelajaran aktif tipe index card match dengan
27
a. Menentukan materi pokok yang akan diajarkan yaitu “mengenal
sifat-sifat bangun ruang”.
b. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus, RPP,
lembar evaluasi yang terdiri dari soal dan kunci jawaban, sumber
belajar (buku paket), dan media pembelajaran yang akan digunakan
selama proses pembelajaran di kelas.
c. Menyiapkan potongan-potongan kartu berisi pertanyaan dan jawaban
yang akan diberikan kepada siswa.
d. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung.
e. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan atau kinerja
guru selama pembelajaran berlangsung.
f. Menyiapkan lembar evaluasi yang berisi soal untuk memperoleh data
hasil belajar siswa.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana
pembelajaran yang telah disiapkan oleh peneliti. Tindakan yang dilakukan
dalam pembelajaran matematika melalui penerapan strategi pembelajaran
aktif tipe index card match pada siklus 1 sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal
1) Guru mengkondisikan kelas untuk memulai kegiatan pembelajaran.
2) Guru menyampaikan apersepsi berupa kegiatan tanya jawab
28
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa dan
mengkomunikasikan strategi pembelajaran aktif tipe index card
match. b. Kegiatan Inti
1) Guru menjelaskan materi matematika yaitu “mengenal sifat-sifat
bangun ruang” dengan bantuan media berupa contoh bangun
ruang sederhana sehingga dapat dimengerti oleh siswa.
2) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah
dijelaskan.
3) Guru mengeluarkan potongan-potongan kertas berisi pertanyaan
dan jawaban.
4) Guru mencampurkan dua kumpulan kartu itu dan dikocok
berkali-kali agar benar-benar tercampur aduk.
5) Guru memberikan kartu kepada 27 siswa kemudian menjelaskan
bahwa ini merupakan latihan pencocokan.
6) Sebagian siswa mendapat kartu pertanyaan dan sebagian lain
mendapat kartu jawabannya.
7) Siswa diperintahkan untuk mencari kartu pasangan. Bila sudah
terbentuk pasangan kemudian siswa yang berpasangan itu
mencari tempat duduk bersama dan diperintahkan untuk tidak
mengungkapkan kepada pasangan lain apa yang ada dikartu,
karena jumlah siswa ganjil maka terdapat satu pasangan yang
terdiri dari tiga siswa
8) Setelah semua pasangan yang cocok telah duduk bersama, tiap
29
dengan membacakan keras-keras pertanyaan mereka dan meminta
siswa lain untuk memberikan jawabannya.
9) Selama kegiatan berlangsung guru memberikan bimbingan untuk
arahan kepada siswa yang mengalami kesulitan dan mengoreksi
hasil pencocokan kartu.
10) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai materi yang belum dipahami.
c. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan akhir, guru:
1) Bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah
dipelajari.
2) Memberikan tes formatif (pada pertemuan ketiga) kepada siswa
yang dikerjakan secara individu untuk mendapatkan nilai akhir
dan melihat tingkat penguasaan materi pelajaran matematika yang
telah diajarkan.
3) Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa untuk rajin
belajar dan mempersiapkan diri sebelum mengikuti pembelajaran
berikutnya.
3. Tahap Observasi
Peneliti mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama
pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran aktivitas siswa
dan kinerja guru diamati dengan cara memberikan nilai angka pada lembar
observasi.
4. Tahap Refleksi
Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas dan hasil
30
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Analisis hasil belajar siswa
dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis
digunakan sebagai acuan dan bahan pembanding terhadap kegiatan
pelaksanaan siklus berikutnya.
Siklus II
Siklus ke dua ini dilakukan sebagai usaha peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui penerapan
strategi pembelajaran aktif tipe index card match. Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik dibandingkan dengan hasil pembelajaran
pada siklus satu. Siklus II ini juga melalui langkah-langkah yang sama
dengan siklus I yaitu sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana
pembelajaran yang telah disiapkan peneliti. Tindakan yang dilakukan
dalam pembelajar matematika melalui penerapan strategi pembelajaran
aktif tipe index card match pada siklus I sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:
a. Menentukan materi pokok yang akan diajarkan yaitu “jaring-jaring
balok dan kubus”.
b. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus, RPP,
lembar evaluasi yang terdiri dari soal dan kunci jawaban, sumber
belajar (buku paket), dan media pembelajaran yang akan digunakan
31
c. Menyiapkan potongan-potongan kartu berisi pertanyaan dan jawaban
yang akan diberikan kepada siswa.
d. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung.
e. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan atau kinerja
guru selama pembelajaran berlangsung.
f. Menyiapkan lembar evaluasi yang berisi soal untuk memperoleh data
hasil belajar siswa.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana
pembelajaran yang telah disiapkan oleh peneliti. Tindakan yang
dilakukan dalam pembelajaran matematika melalui penerapan strategi
pembelajaran aktif tipe index card match pada siklus II sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal
1) Guru mengkondisikan kelas untuk memulai kegiatan
pembelajaran.
2) Guru menyampaikan apersepsi berupa kegiatan tanya jawab
tentang materi yang akan dipelajari.
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.
b. Kegiatan Inti
1) Guru menjelaskan materi matematika yaitu “jaring-jaring balok
dan kubus” dengan bantuan media berupa contoh bangun ruang
32
2) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah
dijelaskan.
3) Guru mengeluarkan potongan-potongan kertas berisi pertanyaan
dan jawaban.
4) Guru mencampurkan dua kumpulan kartu itu dan dikocok
berkali-kali agar benar-benar tercampur aduk.
5) Guru memberikan kartu kepada 27 siswa kemudian
menjelaskan bahwa ini merupakan latihan pencocokan.
6) Sebagian siswa mendapat kartu pertanyaan dan sebagian lain
mendapat kartu jawabannya.
7) Siswa diperintahkan untuk mencari kartu pasangan. Bila sudah
terbentuk pasangan kemudian siswa yang berpasangan itu
mencari tempat duduk bersama dan diperintahkan untuk tidak
mengungkapkan kepada pasangan lain apa yang ada dikartu,
karena jumlah siswa ganjil maka terdapat satu pasangan yang
terdiri dari tiga siswa.
8) Setelah semua pasangan yang cocok telah duduk bersama, tiap
pasangan diperintahkan untuk memberikan kuis kepada siswa
lain dengan membacakan keras-keras pertanyaan mereka dan
meminta siswa lain untuk memberikan jawabannya.
9) Selama kegiatan berlangsung guru memberikan bimbingan
untuk arahan kepada siswa yang mengalami kesulitan dan
mengoreksi hasil pencocokan kartu.
10) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
33
c. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan akhir, guru:
1) Bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah
dipelajari.
2) Memberikan tes formatif (pada pertemuan ketiga) kepada siswa
yang dikerjakan secara individu untuk mendapatkan nilai akhir
dan melihat tingkat penguasaan materi pelajaran matematika yang
telah diajarkan.
3) Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa untuk rajin
belajar dan mempersiapkan diri sebelum mengikuti pembelajaran
berikutnya.
3. Tahap Observasi
Peneliti mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama
pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran aktivitas siswa
dan kinerja guru diamati dengan cara memberikan nilai angka pada lembar
observasi.
4. Tahap Refleksi
Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas dan hasil
belajar siswa. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana siswa aktif
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Analisis hasil belajar siswa
dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis
digunakan sebagai acuan dan bahan pembanding terhadap kegiatan
34
Siklus III
Hasil refleksi siklus II (sebanyak dua kali pertemuan) akan dijadikan
sebagai bahan perbaikan pada siklus III dengan materi “mengenal bangun
simetris”.
1. Tahap Perencanaan
Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana
pembelajaran yang telah disiapkan peneliti. Tindakan yang dilakukan
dalam pembelajaran matematika melalui penerapan strategi pembelajaran
aktif tipe index card match pada siklus III sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:
a. Menentukan materi pokok yang akan diajarkan yaitu “mengenal
bangun simetris”
b. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus, RPP,
lembar evaluasi yang terdiri dari soal dan kunci jawaban, sumber
belajar (buku paket), dan media pembelajaran yang akan digunakan
selama proses pembelajaran di kelas.
c. Menyiapkan potongan-potongan kartu berisi pertanyaan dan jawaban
yang akan diberikan kepada siswa.
d. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung.
e. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan atau kinerja
guru selama pembelajaran berlangsung.
f. Menyiapkan lembar evaluasi yang berisi soal untuk memperoleh
35
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana
pembelajaran yang telah disiapkan oleh peneliti. Tindakan yang
dilakukan dalam pembelajaran matematika melalui penerapan strategi
pembelajaran aktif tipe index card match pada siklus III sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal
1) Guru mengkondisikan kelas untuk memulai kegiatan
pembelajaran.
2) Guru menyampaikan apersepsi berupa kegiatan tanya jawab
tentang materi yang akan dipelajari.
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.
b. Kegiatan Inti
1) Guru menjelaskan materi matematika yaitu “mengenal bangun
simetris” dengan bantuan media gambar berupa contoh bangun
ruang sederhana sehingga dapat dimengerti oleh siswa.
2) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah
dijelaskan.
3) Guru mengeluarkan potongan-potongan kertas berisi pertanyaan
dan jawaban.
4) Guru mencampurkan dua kumpulan kartu itu dan dikocok
berkali-kali agar benar-benar tercampur aduk.
5) Guru memberikan kartu kepada 27 siswa kemudian menjelaskan
36
6) Sebagian siswa mendapat kartu pertanyaan dan sebagian lain
mendapat kartu jawabannya.
7) Siswa diperintahkan untuk mencari kartu pasangan. Bila sudah
terbentuk pasangan kemudian siswa yang berpasangan itu
mencari tempat duduk bersama dan diperintahkan untuk tidak
mengungkapkan kepada pasangan lain apa yang ada dikartu,
karena jumlah siswa ganjil maka terdapat satu pasangan yang
terdiri dari tiga siswa
8) Setelah semua pasangan yang cocok telah duduk bersama, tiap
pasangan diperintahkan untuk memberikan kuis kepada siswa
lain dengan membacakan keras-keras pertanyaan mereka dan
meminta siswa lain untuk memberikan jawabannya.
9) Selama kegiatan berlangsung guru memberikan bimbingan untuk
arahan kepada siswa yang mengalami kesulitan dan mengoreksi
hasil pencocokan kartu.
10)Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai materi yang belum dipahami.
c. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan akhir, guru:
1) Bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah
dipelajari.
2) Memberikan tes formatif (pada pertemuan ketiga) kepada siswa
yang dikerjakan secara individu untuk mendapatkan nilai akhir
dan melihat tingkat penguasaan materi pelajaran matematika
37
3) Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa untuk rajin
belajar dan mempersiapkan diri sebelum mengikuti pembelajaran
berikutnya.
3. Tahap Observasi
Peneliti mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama
pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran aktivitas siswa
dan kinerja guru diamati dengan cara memberikan nilai angka pada lembar
observasi.
4. Tahap Refleksi
Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas dan hasil
belajar siswa. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana siswa aktif
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Analisis hasil belajar siswa
dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis
digunakan sebagai acuan dan bahan pembanding terhadap kegiatan
pelaksanaan siklus berikutnya.
G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat
dilihat dari adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar setiap siklusnya.
Adapun indikator keberhasilan tersebut antara lain:
1. Adanya peningkatan aktivitas belajar siswa setiap siklusnya.
2. Adanya peningkatan hasil belajar siswa > 75% dari jumlah siswa
seluruhnya mencapai nilai sesuai KKM ≥ 60 untuk mata pelajaran
84
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan
terhadap siswa kelas IV A SD Negeri 3 Totokaton Tahun Pelajaran 2012/2013
pada mata pelajaran matematika dengan menerapkan strategi pembelajaran
aktif tipe index card match dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan strategi pembelajaran aktif tipe index card match dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika. Hal
ini terbukti dengan adanya peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran pada setiap siklusnya. Pada siklus I diperoleh rata-rata
aktivitas belajar siswa sebesar 47,11 % dengan kategori “cukup aktif”,
siklus II sebesar 58,91% dengan kategori “cukup aktif”, dan pada siklus III
sebesar 75,12% dengan kategori”aktif”. Peningkatan antara siklus I dengan
siklus II adalah sebesar 11,81% dan peningkatan antara siklus II dengan
siklus III adalah sebesar 16,20%.
2. Penerapan strategi pembelajaran aktif tipe index card match dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika. Hal ini
terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam kegiatan
pembelajaran pada setiap siklusnya. Pada siklus I diperoleh rata-rata hasil
85
65,19 dengan kategori “tinggi”, dan pada siklus III sebesar 79,44 dengan
kategori”tinggi”. Peningkatan antara siklus I dengan siklus II adalah
sebesar 5,52 dan peningkatan antara siklus II dengan siklus III adalah
sebesar 14,25. Sedangkan untuk ketuntasan belajar siswa pada siklus I
terdapat 15 siswa (55,56%) yang tuntas lalu pada siklus II meningkat
menjadi 18 siswa (66,67%) yang tuntas dan meningkat kembali pada
siklus III menjadi 24 siswa (88,89%) yang tuntas. Peningkatan antara
siklus I dengan siklus II adalah sebesar 11,11% dan peningkatan antara
siklus II dengan siklus III adalah sebesar 22,22%.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, berikut ini peneliti
memberikan saran dalam penerapan strategi pembelajaran aktif tipe index card
match pada pembelajaran antara lain sebagai berikut:
1. Siswa
a. Siswa hendaknya selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaran dan
hasil belajar dapat meningkat.
b. Siswa harus bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, baik tugas
individu maupun kelompok.
c. Siswa harus berani untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
khususnya saat mengemukakan pertanyaan tentang materi yang belum
86
2. Guru
a. Guru diharapkan dapat menciptakan susasana kelas yang kondusif agar
siswa lebih siap dalam mengikuti pembelajaran.
b. Guru dapat menginovasi pembelajaran dengan strategi pembelajaran
inovatif yang membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti
pembelajaran.
3. Sekolah
Sekolah dapat melakukan pengembangan strategi, model-model dan
media pembelajaran untuk dapat mengoptimalisasi pelaksanaan
pembelajaran.
4. Peneliti Berikutnya
Peneliti mengkaji implementasi perbaikan pembelajaran dengan
strategi pembelajaran aktif tipe index card match, untuk itu kepada
peneliti-peneliti berikutnya dapat melaksanakan pembelajaran aktif tipe
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah Nyimas. 2008. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.
Annurohman, dkk. 2009. PenelitianPendidikan SD. DitjenDiktiDepdiknas. Jakarta.
Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelasuntuk Guru SD, SLB, dan TK. CV. YramaWidya. Bandung.
Arifin Zainal. 2012. Pengembangan pembelajaran Aktif dengan ICT. Skripta Media Creative. Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, hal 20 dan 250. Bumi Aksara. Jakarta.
Bahri Djamarah, Syaipul. 2006. Strategi Belajar Mengajar, hal. 74. Rineka Cipta. Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Depdiknas. 2008. Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran. Dikti. Jakarta.
Dimyati dan Moedjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Fathurrohman, Pupuh. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Refika Aditama. Bandung.
Gatot Muhsetyo, dkk. 2008. Pembelajaran Matematika SD. Universitas Terbuka. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
88
Handayani. 2009. Strategi Belajar Aktif dengan ICM. Tersedia di: http://pelawiswlatan.blogspot.com/2013/02/strategi-belajar-aktif.html.
Diakses tanggal 15 Februari 2013 Kurikulum Berbasis Kompetensi, Malang, UM. Press.
Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali. Jakarta.
Mulyasa. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Nabisi, Lapono, dkk. 2008. Belajar dan pembelajaran Sekolah Dasar. Dikjen Dikti. Jakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran, hal. 6. Rineka Cipta. Bandung.
Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers, Jakarta
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Aktif. Nusa Media. Bandung.
---. 2009. Active Learning 101 Cara Belajar Aktif. Pustaka Insan Madani. Yogyakarta.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Surabaya.
Suwangsih, Erna. 2006. Model Pembelajaran Matematika. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 ayat 1.
89
Usman, Moh. User. 2000. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Wardani, IGAK. Dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.
Winataputra, Udin. S, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.
Zaini, Hisyam. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Tersedia di: http://fitaharyani84.blogspot.com/2013_01_01_archive.html Diakses tanggal 24 Juli 2013.