• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK CAMPURAN POLIPROPILEN (PP)/POLI ASAM LAKTAT (PLA) DENGAN PENAMBAHAN PLASTICIZER MENGGUNAKAN METODE NON SOLUTION CASTING PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF MIXED PLASTIC POLYPROPYLENE (PP) / POLY LACTIC ACID (PLA) WITH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK CAMPURAN POLIPROPILEN (PP)/POLI ASAM LAKTAT (PLA) DENGAN PENAMBAHAN PLASTICIZER MENGGUNAKAN METODE NON SOLUTION CASTING PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF MIXED PLASTIC POLYPROPYLENE (PP) / POLY LACTIC ACID (PLA) WITH "

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF MIXED PLASTIC POLYPROPYLENE (PP) / POLY LACTIC ACID (PLA) WITH ADDITION

PLASTICIZER USING NON SOLUTION CASTING METHOD

By

TB Didi Supriadi

The mixtures of polypropylene (PP) and poly lactic acid (PLA) with plasticizer had been made by using non solution casting method. Plastics are produced by mixing PP and PLA with the composition ratio (1:0, 3:1, 1:1, 1:3 and 0:1 w/w), and using FT-IR, SEM, DSC, TGA DMS, and biodegradation test for 3 months, the products were characterized. The results showed that all plastic are white, translucent and have different thicknesses. SEM results showed the plastic surface of PP/PLA (3:1) glycerol 10% more homogeneous and flat compared to other samples. From the overall results of the IR spectrum of PP/PLA blend, they didn’t show any changes in the new functional groups, since the blending processes take place only physically. Based on literature adding glycerol as a plasticizer in the PP/PLA mixture will decrease a melting temperature (Tm) and the rate of decompotition (%TG). This data comply with the experiments. In addition the DMS thermograms showed that the value of storage modulus (E '), loss modulus (E "), and tan δ of the plastic increases with the temperature and the composition of PLA. Plastic PP/PLA (1:1) glycerol 10% performs the best biodegradability with the percent of weight loss is 77.4%.

(2)

ABSTRAK

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK CAMPURAN POLIPROPILEN (PP)/POLI ASAM LAKTAT (PLA) DENGAN PENAMBAHAN PLASTICIZER MENGGUNAKAN METODE NON

SOLUTION CASTING

Oleh

TB Didi Supriadi

Telah dibuat plastik yang ramah lingkungan dari campuran polipropilen (PP) dan poli asam laktat (PLA) dengan plasticizer menggunakan metode non solution casting. Plastik dihasilkan dengan mencampurkan PP dan PLA dengan

perbandingan komposisi (1:0, 3:1, 1:1, 1:3 dan 0:1 w/w). Karakterisasi plastik dilakukan dengan menggunakan FT-IR, SEM DSC, TGA, dan DMS, serta dilakukan uji biodegradasi plastik selama 3 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa plastik yang dihasilkan berwarna putih dan bening serta memiliki

ketebalan yang berbeda-beda. Hasil SEM menunjukkan permukaaan plastik PP/PLA (3:1) gliserol 10% lebih homogen dan rata. Dari keseluruhan hasil spektrum IR PP/PLA setelah blending tidak memperlihatkan adanya perubahan gugus fungsi baru, dikarenakan proses blending tersebut hanya berlangsung secara fisik. Hasil DSC dan TGA memperlihatkan adanya penambahan gliserol sebagai plasticizer pada PP/PLA menurukan nilai Tm, dan laju dekomposisi masing-masing plastik. Sedangkan pada hasil DMS terlihat bahwa nilai Storage modulus (E’), loss modulus (E”), dan tan δ pada plastik meningkat seiring dengan

bertambahnya temperatur dan komposisi PLA pada PP. Plastik PP/PLA (1:1) gliserol 10% memiliki nilai biodegradabelitas yang paling baik, dengan persen kehilangan beratnya sebesar 77,4%.

Kata Kunci: Polipropilen (PP), poli asam laktat (PLA), blending, gliserol,

(3)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK CAMPURAN POLIPROPILEN (PP)/POLI ASAM LAKTAT (PLA) DENGAN PENAMBAHAN PLASTICIZER MENGGUNAKAN METODE NON

SOLUTION CASTING

Oleh

TB DIDI SUPRIADI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS

pada Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK CAMPURAN POLIPROPILEN (PP)/POLI ASAM LAKTAT (PLA) DENGAN PENAMBAHAN PLASTICIZER MENGGUNAKAN METODE NON

SOLUTION CASTING

(Skripsi)

Oleh

TB DIDI SUPRIADI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR ISI

G. Scanning Elektron Microscopy (SEM) …...…………... 18

H. Spektrooskopi Fourier Transform Infrared (FTIR) ….…... 19

I. Difference Scanning Calorimetry (DSC) ………..…….. 20

J. DTA/TGA (Differential Thermal Analysis/ Thermogravimetric Analysis) ….………..………... 23

K. Dynamic Mechanical Spectrometer (DMS) ………....… 24

L Ekstruder …………...………..……... 26

1. Hopper/feeder ……….……… 27

2. Barrel/screw ………...….………... 27

a. Ekstruder ulir tunggal (Single screw extruder/SSE) 27 b. Ekstruder ulir ganda (Twin screw extruder/TSE)… 29 3. Die………..………..….……….. 30

III. METODOLOGI PENELITIAN ………. 31

A. Waktu dan Tempat ………...……….……….. 31

(6)

C. Prosedur Penelitian ………...………... 32

1. Penentuan kondisi optimum PP, PLA, dan (PVA) ……. 32

a. Penentuan Titik Leleh PP, PLA, dan PVA dengan DSC……….………. 32

b. Penentuan Titik Dekomposisi PP, PLA, dan PVA dengan TG/DTA ……….………...………. 32

2. Pembuatan Plastik PP dengan Penambahan Plasticizer Menggunakan Metode Non Solution Casting……..…... 33

3. Pembuatan Plastik PP/ PLA-Gliserol dengan Metode Non Solution Casting ………….……….…... 33

4. Karakterisasi Plastik PP/ PLA-Gliserol dengan FTIR.... 34

5. Karakterisasi Plastik PP/PLA-Gliserol dengan SEM….. 34

6. Karakterisasi plastik PP/PLA-Gliserol dengan DSC….. 34

7 Karakterisasi plastik PP/PLA-Gliserol dengan TG/DTA 35 8. Karakterisasi plastik PP/PLA-Gliserol dengan DMS….. 35

9. Uji Biodegradasi ………..……... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 36

A. Penentuan Kondisi Optimum PP, PLA, dan PVA ………... 36

B. Pembuatan Plastik ………... 40

1. Pemilihan Plasticizer ……….. 40

2. Pembuatan Plastik PP/PLA-Gliserol dengan Metode Non Solution Casting ………. 42

C. Karakterisasi Plastik PP/PLA-Gliserol dengan FT-IR ……… 44

D. Karakterisasi Plastik PP/PLA-Gliserol dengan SEM ... 48

E. Karakterisasi Plastik PP/PLA-Gliserol dengan DSC ……….. 52

F. Karakterisasi Plastik PP/PLA-Gliserol dengan TG/DTA …... 56

G Karakterisasi Plastik PP/PLA-Gliserol dengan DMS ………. 58

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur polipropilen ………... 9

2. Struktur Poli Asam Laktat ... 11

3. Diagram proses pembuatan polivinil alkohol ... 14

4. Struktur Polivinil alkohol ... 15

5. Struktur Gliserol ... 17

6 Alat Difference Scanning Calorimetry (DSC) Exstar X- DSC7000 ………. 22

7 Alat TG/DTA seri 7000 dengan Autosampler ... 24

8. Alat Dynamic Mechanical Spectrometer (DMS) Exstar DMS seri 7000 ... 26

9 Gambar ekstruder ulir tunggal ... 28

10. Gambar ekstruder ulir ganda ... 30

11. Termogram hasil analisis DSC polimer (A) PP, (B) PLA, dan (C) PVA ………..………... 37

12 Termogram hasil analisis TGA polimer (A) PP, (B) PLA, dan (C) PVA ……….………...……... 39

13 Plastik Film (A) PP/PVA (7:1) dan (B) PP/PVA (3:1) ……..…... 41

14 Plastik Film (A) PP/gliserol 5% dan (B) PP/gliserol 10% …..….. 42

(8)

16 Spektrum IR sampel plastik PP/PLA dengan penambahan gliserol 10% pada variasi komposisi: (A) 1:0, (B) 0:1, (C) 3:1,

(D) 1:1, (E) 1:3.……… 47

17 Morfologi film plastik dengan perbesaran 1000x pada variasi komposisi: (A) PP-gliserol 10%, (B) PP/PLA 3:1 gliserol 10%; (C) PP/PLA 1:1 gliserol 10%, (D) PP/PLA 1:3 gliserol 10%, (E) PLA-gliserol 10%………... 50

18 Termogram hasil analisis DSC PP/PLA dengan penambahan gliserol 10% pada variasi komposisi: (A) 1:0, (B) 3:1, (C) 1:1,

(D) 1:3 dan (E) 0:1……….………... 55 19 Termogram hasil analisis TGA PP/PLA dengan penambahan

gliserol 10% pada variasi komposisi: (A) 1:0, (B) 3:1, (C) 1:1,

(D) 1:3 dan (E) 0:1……….………... 56 20 Termogram Storage modulus (E’) hasil analisis DMS PP/PLA

dengan penambahan gliserol 10% pada variasi kompisisi: (A) 1:0, (B) 3:1, (C) 1:1, (D) 1:3 menggunakan blown film die, dan

(E) 0:1 menggunakan split capilarity die…………..….………... 59 21 Termogram loss modulus (E”) hasil analisis DMS PP/PLA

dengan penambahan gliserol 10% pada variasi kompisisi: (A) 1:0, (B) 3:1, (C) 1:1, (D) 1:3 menggunakan blown film die, dan

(E) 0:1 menggunakan split capilarity die .……… 61 22 Termogram tan δ hasil analisis DMS polimer PP/PLA dengan

penambahan gliserol 10% pada variasi kompisisi: (A) 1:0, (B) 3:1, (C) 1:1, (D) 1:3 menggunakan blown film die, dan (E) 0:1

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Jenis-jenis plastik berdasarkan pengklasifikasian bahan baku dan

kemampuan degradasi ... 6

2. Perbandingan karakteristik plastik konvensional, plastik campuran, dan plastik biodegradable ... 8

3. Karakteristik polipropilen ………..…. 10

4. Sifat fisika dan mekanik PLA ... 12

5. Karakteristik film Polivinil alkohol (PVA) ... 15

6. Sifat Fisik Gliserol ... 16

7 Hasil Karakterisasi DSC Sampel PP, PLA, dan PVA ……… 78

8 Hasil Karakterisasi TGA Sampel PP, PLA, dan PVA ……… 78

9 Hasil Pemeriksaan Spektrum FTIR Plastik PP gliserol 10% ……… 78

10 Hasil Pemeriksaan Spektrum FTIR Plastik PP/PLA (3:1) gliserol 10% ………. 79

11 Hasil Pemeriksaan Spektrum FTIR Plastik PP/PLA (1:1) gliserol 10% ……… 79

12 Hasil Pemeriksaan Spektrum FTIR Plastik PP/PLA (1:3) gliserol 10% ………. 79

13 Hasil Pemeriksaan Spektrum FTIR Plastik PLA gliserol 10% ……... 80

14 Hasil Karakterisasi DSC Sampel PP/PLA-gliserol 10 % ……… 80

(10)

16 Storage modulus (E’) Pada Sampel PP/PLA-gliserol 10 % ………… 81 17 Loss modulus (E”) Pada Sampel PP/PLA-gliserol 10 % ……… 81 18 tan δ Pada Sampel PP/PLA-gliserol 10 % ……….. 82 19 Hasil Uji Biodegradasi Perubahan Berat Sampel Plastik Selama 3

Bulan ………...……… 82

(11)

Judul : PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK CAMPURAN POLIPROPILEN (PP)/POLI ASAM LAKTAT (PLA) DENGAN PENAMBAHAN PLASTICIZER

MENGGUNAKAN METODE NON SOLUTION CASTING

Nama : TB Didi Supriadi Nomor Pokok Mahasiswa : 0817011060

Jurusan : Kimia S1

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Eng Suripto Dwi Yuwono,M.T Kamisah D. P, M. Si.

NIP 197407052000031001 NIP. 1972120519970321001

2. Ketua Jurusan

(12)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T ………

Sekretaris : Kamisah D. P, M. Si. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Prof. Dr. John Hendri, M.S ………...

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Prof. Suharso, Ph. D NIP 196905301995121001

(13)

MOTTO

Jika kau menjalani hidupmu dan menikmatinya, mungkin

selang beberapa waktu kau akan mnemukan sesuatu yang

berharga didalamnya. -Orochimaru (Naruto)

Orang yang tidak mengakui dirinya sendiri akan berakhir

dengan kegagalan.

Uchia Itachi (Naruto)

Kita menilai diri dari apa yang kita pikir bisa lakukan,

padahal orang lain menilai kita dari apa yang sudah kita

lakukan, untuk itu apabila anda berpikir BISA, segeralah

LAKUKAN. (Mario Teguh)

Bukan orang yang cerdas yang akan berhasil, melainkan

(14)

Kupersembahkan karya kecil ini sebagai wujud tanda cinta,

kasih, bakti dan tanggung jawabku

Kepada

Orang-orang yang aku sayangi:

Kedua orang tua, Bapakku Rafi Udin dan Ibuku tercinta

Katinah yang dengan tulus selalu mendoakan keberhasilanku,

Adik-adikku TB Saniaji dan Nyi Ratu Ratna Wati yang

selalu memberi semangat yang luar biasa disetiap langkahku,

Melinda Sari yang sangat saya sayangi dan cintai yang

selalu sabar dan setia menjadi teman hatiku,

Sahabat dan Teman-yang selalu menemani dan berjuang

bersamaku,

Guru-guru ku yang senantiasa membimbing dan membagi

ilmunya untukku,

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumber Baru pada tanggal 05 Mei 1991 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dan merupakan buah hati dari pasangan Rafi Udin dan Katinah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Sumber Baru, Seputih Banyak, Lampung Tengah pada Tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Seputih Banyak, Lampung Tengah pada tahun 2005, dan penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kotagajah, Lampung Tengah pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen praktikum Kimia Organik untuk Jurusan Kimia FMIPA Unila pada tahun 2010, asisten dosen praktikum Kimia Medik untuk Jurusan Pendidikan Dokter FK Unila pada tahun 2011, asisten dosen praktikum Kimia Organik untuk Jurusan Kimia dan Biologi FMIPA Unila pada tahun 2011, serta asisten dosen praktikum Kimia dasar untuk Jurusan Keperawatan Poltekes Pringsewu pada tahun 2012. Selama kuliah,

(16)

tahun 2009, 2010 dan 2011. Penulis juga aktif di Lembaga Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Kimia (Himaki) periode 2010/2011 sebagai Ketua Umum. Pada tahun 2011 penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan di Laboratorium Kimia Polimer Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

(17)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, ridho, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan.

Skripsi dengan judul “Pembuatan Dan Karakterisasi Plastik Campuran

Polipropilen (PP)/Poli Asam Laktat (PLA) dengan Penambahan Plasticizer

Menggunakan Metode Non Solution Casting” adalah salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku Pembimbing Utama yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan banyak ilmu pengetahuan, saran, dan arahan, selama penyusunan skripsi ini.

2. Kamisah D. Pandiangan, M.Si. selaku pembimbing pembantu penulis atas kesediaan waktu, memberikan petunjuk, saran, serta nasehat dalam

(18)

3. Prof. Dr. John Hendri M.S. selaku Pembahas yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan, kepercayaan, arahan, dan saran demi terselesainya skripsi ini.

4. Dr. Yandri AS, M.Si. selaku pembimbing akademik atas bimbingannya selama ini kepada penulis.

5. Andi Setiawan, Ph.D selaku Ketua Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

6. Prof. Suharso, Ph.D selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

7. Pak Muttaqin M.Sc yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan, arahan, bantuan, saran dan kerja samanya selama melakukan penelitian. 8. Seluruh dosen dan staf administrasi di Jurusan Kimia Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

9. Bapakku Rafi Udin untuk usaha, kerja keras serta tetesan keringatnya yang senantiasa berkorban tanpa kenal lelah. Sosok yang begitu membanggakan dan selalu berusaha memberi yang terbaik untukku. Ibuku Katinah atas do’a, kasih sayang, cinta kasih, dan ketulusannya yang selalu tercurah, yang

senantiasa selalu mendengar dan menuruti apa keinginanku.

10. Kedua adikku Tubagus Sani Aji dan Nyi Ratu Ratna Wati, atas do’a dan dukungannya selama ini, untuk suka duka dan kebersamaan yang penuh kehangatan.

(19)

12. Sahabat- sahabat ku: M. Ramli S.Si.,(Sohib plek) terimakasih bro untuk dukungan, kepercayaan, do’a dan kekeluargaanya selama ini. Ria S.Si., Shoffa S.Si., Retno S.Si., Ani S.Si., Eli S.Si, Mifta S.Si., Nita, Eko W, Ni Putu S.Si, atas do’a, dukungan, kebersamaan, kerjasama dan

persahabatannya selama ini. Mohon maaf jika masih banyak salah dan terimakasih untuk semuanya. Maju terus kawan n sukses untuk kita semua. 13. Raffel S.Si, sahabat dan rekan penelitian yang plus-plus luar biasa hebat,

atas kerjasama, dukungan, kebersamaan dan kepeduliannya selama ini. Terimakasih banyak bro. A. Ruzky atas segala bantuan dan kerjasamanya selama kuliah. Sukses untuk kita semua.

14. Kawan-kawan CFC: Alan, Awan, Nico, Dipa, Amin, Idruz, Eko, Sobari, Ruzky, K Rio, K randi, K Dika, dan All CFC crew, terimakasih atas kebersamaanya dan semoga lebih baik lagi.

15. Teman-teman Laboratorium Polimer dan Biomasa Terpadu Universitas Lampung : Mbak Reni S.Si., Kak Eko S.Si., Mbak Diah S.Si., Mbak Tri A.Md, Mas Idham, Pak Mutaqin, Riki, Raffel, Indah R.N dan Delvi, terimakasih atas segala bantuannya selama penulis melakukan penelitian. 16. Warga Chem_08: M. Ramli S.Si., Ria S.Si., Shoffa S.Si., Retno S.Si., Ani

(20)

persahabatan, pertemanan, kebersamaan dan kekeluargaannya yang terjalin selama ini.

17. Keluarga besar Himaki FMIPA, Kimia 2006, 2007, 2009, 2011, dan 2012 atas kebersamaan dan persaudaraan yang terjalin selama ini.

18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang secara tulus memberikan bantuan moril dan materil kepada penulis.

Bandar Lampung, April 2013 Penulis

(21)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketergantungan akan plastik tak lepas dari nilai tambahnya sebagai bahan pengemas yang digemari masyarakat. Plastik merupakan bahan pengemas yang murah, mudah didapat, ringan, praktis, dan kedap air. Plastik yang paling banyak beredar di pasaran saat ini merupakan polimer sintetik dari petrokimia yang sulit diurai, yaitu plastik jenis polietilena (PE) dan polistirena (PS) seperti styrofoam (Budiman, 2003). Polipropilen (PP) adalah sebuah polimer termoplastik yang paling sering digunakan saat ini. Hal ini dikarenakan selain harganya yang relatif murah dan proses produksi yang relatif mudah. Plastik polipropilen ini juga memiliki kesetimbangan sifat mekanik dan termal yang cukup baik. Selain itu juga ditinjau dari kebutuhan plastik di Indonesia pada tahun 2012 yang mencapai 3 juta ton, sekitar 40% dari konsumsi 3 juta ton ini merupakan plastik jenis polietilena (PE) dan poli propilena (PP). Sedangkan, 60% sisanya adalah total untuk PVC, PET, PVA, polistirena (PS) dan polimer plastik lainnya (Anonim, 2012).

(22)

2

di degradasi oleh mikroorganisme di tanah. Metode penghancuran sampah plastik dengan pembakaran dinilai kurang efisien karena dapat menimbulkan pencemaran udara dan menghasilkan residu yang berbahaya bagi kesehatan mahluk hidup (Martaningtyas, 2004). Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah

memodifikasi plastik tersebut agar bersifat biodegradable. Plastik biodegradable terbuat dari material yang dapat diperbaharui, misalnya selulosa, kolagen, kasein, protein, atau lipid (Weber, 2000).

Seiring dengan semakin tumbuhnya kesadaran akan biopolimer yang ramah terhadap lingkungan, penggunaan plastik biodegradable menjadi semakin meningkat dan menjanjikan (Panamuda, 2001). Beberapa plastik biodegradable yang sering digunakan antara lain: poli asam laktat (PLA), polivinil alkohol (PVA) dan kitosan. Polivinil alkohol (PVA) merupakan polimer yang penting dalam pembuatan film. Hal ini ditandai dengan kemampuannya sebagai

plasticizer, pengemulsi, dan sifat adesifnya. Polimer jenis ini dapat larut dengan

baik dalam air (Ogur, 2005). Plasticizer lainnya yang memiliki kemampuan sangat baik dalam pembuatan plastik adalah gliserol, adanya gliserol ini akan membuat plastik menjadi lebih elastis.

(23)

3

rapuh sehingga perlu modifikasi campuran fisik (blend) dengan polimer lain untuk meningkatkan sifat mekanik dari campuran polimer tersebut.

Karena alasan tersebut maka pada penelitian ini dilakukan pembuatan plastik campuran polipropilen (PP) dan Poli asam laktat (PLA) dengan penambahan polivinil alkohol (PVA) dan gliserol sebagai plasticizer. Produk plastik yang akan dihasilkan diharapkan lebih kuat dan sebagian bersifat biodegradable. Untuk mengetahui kondisi optimum campuran polipropilen (PP) dengan Poli asam laktat (PLA) dan polivinil alkohol (PVA) dilakukan menggunakan Difference Scanning Calorimetry (DSC). Sedangkan untuk mengetahui karakterisasi plastik campuran

polipropilen (PP) dengan Poli asam laktat (PLA), polivinil alkohol (PVA) dan gliserol pada berbagai kosentrasi dilakukan menggunakan Fourier Transform Infrared (FTIR) dan Scanning Elektron Microscopy (SEM). Sifat termal dan

mekanik plastik campuran polipropilen (PP) dengan Poli asam laktat (PLA), polivinil alkohol (PVA) dan gliserol dilakukan menggunaan Difference Scanning Calorimetry (DSC), Thermogravimetric/Differential Thermal Analysis (TG/DTA)

dan Dynamic Mechanical Spectrometer (DMS).

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

(24)

4

2. Membuat plastik biodegradable PP dan PLA dengan penambahan plasticizer pada berbagai variabel komposisi.

3. Menentukan sifat termal dan mekanik plastik campuran PP dan PLA dengan penambahan plasticizer menggunakan DSC, TG/DTA dan DMS. 4. Mengetahui lamanya proses penguraian (biodegradability) plastik yang

dihasilkan.

C. Manfaat Penelitian

(25)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Plastik

Sejak perkembangan bahan polimer, para ilmuwan telah melakukan banyak usaha untuk memperbaiki sifat bahan ini agar lebih stabil, lebih kuat secara mekanik dan kimia serta tahan lama. Saat ini bahan polimer (plastik) digunakan di berbagai sektor kehidupan. Hampir setiap hari kita membutuhkan plastik untuk berbagai hal, yakni sebagai pembungkus makanan, wadah minuman, untuk keperluan sekolah, kantor, automotif dan berbagai sektor lainnya. Hal ini dikarenakan plastik memiliki sifat unggul seperti ringan tetapi kuat, transparan, tahan air serta harganya relatif murah dan terjangkau oleh semua kalangan masyarakat

(Xenopoulos et al., 2001).

(26)

6

Tabel 1. Jenis-jenis plastik berdasarkan pengklasifikasian bahan baku dan kemampuan degradasi

Jenis bahan baku

Biodegradable Non-biodegradable

Renewable Bahan berbasis pati, bahan berbasis selulosa, poli asam laktat (PLA), poli hidroksi alkanoat (PHA)

Polietilena (PE) dan Polivinil klorida (PVC) dari bioetanol, poliamida

Non-renewable Polikaprolakton (PCL), poli butilena suksinat (PBS), polivinil alkohol (PVA)

Polietilena (PE), polipropilen (PP), polivinil klorida (PVC)

Sumber: (Narayan, 2006).

1. Plastik Konvensional (non-biodegradable)

Penggunaan plastik sintetik sebagai bahan pengemas memang memiliki berbagai keunggulan seperti mempunyai sifat mekanik dan barrier yang baik, harganya yang murah, dan kemudahannya dalam proses pembuatan dan aplikasinya. Plastik sintetik mempunyai kestabilan sifat fisika dan sifat kimia yang terlalu kuat

sehingga plastik sangat sukar terdegradasi secara alami dan telah menimbulkan masalah dalam penanganan limbahnya. Permasalahan tersebut tidak dapat terselesaikan dengan pelarangan atau pengurangan penggunaan plastik.

(27)

7

dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk mendegradasi plastik tersebut (Koswara, 2006). Sampah plastik yang berada dalam tanah yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme menyebabkan mineral-mineral dalam tanah baik organik maupun anorganik semakin berkurang. Hal ini berdampak langsung pada tumbuhan yang hidup pada area tersebut. Tumbuhan membutuhkan

mikroorganisme tanah sebagai perantara dalam kelangsungan hidupnya (Ahman dan Dorgan, 2007).

2. Plastik Biodegradable

Bioplastik atau plastik biodegradable merupakan plastik yang mudah terdegradasi atau terurai, terbuat dari bahan terbarukan seperti pati, selulosa, dan ligan atau pada hewan seperti kitosan dan kitin (Dewi, 2009). Dalam kondisi dan waktu tertentu plastik biodegradable akan mengalami perubahan dalam struktur kimianya yang dipengaruhi mikroorganisme seperti bakteri, alga, dan jamur. Berdasarkan proses pembuatanya, plastik yang mudah terurai dibedakan menjadi 3 tipe yaitu:

1. Plastik yang dihasilkan dari suatu bahan akibat kerja dari suatu jenis mikroorganisme (prekusor)

2. Plastik yang dibuat berdasarkan hasil rekayasa kimia dari bahan polimer alami seperti serat selulosa dan bahan berpati (amylase ), dan

3. Plastik dengan bahan baku polimer sintetik sebagai hasil dari sintesis minyak bumi seerti polester kopolimer (Griffin, 1991).

(28)

8

(PLA) merupakan modifikasi asam laktat hasil perubahan zat tepung atau jagung oleh mikroorganisme, dan poliaspartat sintesis yang dapat terdegradasi.

Pengujian terhadap plastik biodegradable untuk menguji karakteristik yang dapat terdegradasi dapat dilakukan dengan cara metode penguburan tanah dan degradasi mikrobial dengan mikroorganisme (Mark, 1985). Perbandingan karakteristik plastik konvensional, plastik campuran, dan plastik biodegradable disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan karakteristik plastik konvensional, plastik campuran, dan plastik biodegradable.

Karakteristik Plastik

Konvensional

Plastik Campuran

Plastik

Biodegradable

Komposisi Polimer sintetik Polimer sintetik dan polimer alam

Bervariasi Baik dan bervariasi tapi penggunaanya terbatas

Biodegradabilitas Tidak ada Rendah Tinggi

Kompabilitas Tidak ada Rendah Tinggi

Hasil Pembakaran Stabil Agak Stabil Kurang Stabil

(29)

9

Proses pembuatan plastik biodegradable dikenal dengan istilah polimerisasi. Polimerisasi adalah proses pembentukkan polimer dengan menggabungkan beberapa molekul kecil dan sederhana yang disebut monomer menjadi sebuah molekul rasaksa (Cowd, 1991). Plastik biodegradable dapat dibuat dari polimer alam atau dari campuran polimer alam dan polimer sintesis. Prinsip pembuatan plastik biodegradable dari polimer sintetis adalah dengan menyisipkan gugus fungsional khusus yang alami pada rantai polimer sintesis (Cole, 1990). Polimer alam mempunyai sifat fisik yang kurang baik, sedangkan polimer sintesis

mempunyai sifat fisik yang unggul seperti lebih tahan air dan kekuatan tariknya cukup tinggi. Modifikasi campuran fisik (blend) dengan polimer lain diharapkan dapat menghasilkan material yang sifat fisiknya baik dan bersifat ramah

lingkungan (Wisojodharmo, 1998).

B. Polipropilen (PP)

Monomer polipropilena (CH2=CHCH3) diperoleh dari hasil samping pemurnian minyak bumi. Polipropilena (CH2-CHCH3)n merupakan suatu jenis polimer termoplastik yang mempunyai sifat melunak dan meleleh jika dipanaskan

(Billmeyer, 1971). Polipropilena merupakan polimer hidrokarbon yang termasuk kedalam polimer termoplastik yang dapat diolah pada temperatur tinggi. Struktur polipropilen disajikan pada Gambar 1.

CH

2

=CH

CH

2

CH

CH3

CH3 n

(30)

10

Polipropilena merupakan jenis bahan baku plastik yang ringan, densitas 0,90-0,92 g/cm3, memiliki kekerasan dan kerapuhan yang paling tinggi serta memiliki sifat yang kurang stabil terhadap panas dikarenakan adanya hidrogen tersier.

Penggunaan bahan pengisi dan penguat memungkinkan polipropilena memiliki mutu kimia yang baik sebagai bahan polimer dan tahan terhadap pemecahan karena tekanan (stress-cracking) walaupun pada temperatur yang tinggi (Gachter, 1990). Karakteristik sifat fisik dari polipropilen disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik polipropilen

Sifat Fisik Nilai

Indeks bias 1,49

Tensile Strenght (psi) 4300-5500

Elongation (%) 200-700

Impact strength (ft-lb) 0,5-2,0 Densitas (g/cm3) 0,855

Titik leleh (oC) 160

Sumber: (Matthias, 2007).

Plastik polipropilen merupakan salah satu plastik konvensional

(non-biodegradable) yang paling sering digunakan saat ini. Hal ini dikarenakan selain

(31)

11

C. Poli Asam Laktat (PLA)

Poli asam laktat merupakan keluarga poliester alifatik yang biasanya dibuat dari alfa asam hidroksi yang ditambahkan asam poliglikolat atau polimandelat. Poli asam laktat memiliki sifat tahan panas, kuat, dan merupakan polimer yang elastis. Poli asam laktat yang terdapat di pasaran dapat dibuat melalui fermentasi

karbohidrat ataupun secara kimia melalui polimerasi kondensasi dan kondensasi azeotropik. Poli asam laktat dapat terurai di tanah baik dalam kondisi aerob ataupun anaerob dalam kurun waktu empat bulan sampai lima tahun (Auras, 2002).

Poli asam lakatat (PLA) adalah salah satu poliester alifatik yang dapat digunakan sebagai pembawa obat karena sifat biokompatibel dan biodegradable yang dimilikinya. PLA dapat mengalami penguraian dengan unit monomer asam laktat sebagai intermediet alam di dalam metabolisme karbohidrat. Struktur PLA disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Poli Asam Laktat.

(32)

12

adalah polimer hasil polimerisasi asam laktat, yang terbuat dari sumber terbarukan dari hasil fermentasi oleh bakteri atau mikroba dengn menggunakan substrat pati atau gula sederhana. PLA memiliki sifat tahan panas, kuat dan merupakan polimer yang elastis (Auras, 2002). Karakteristik sifat fisik dan mekanik dari PLA disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Sifat fisik dan mekanik PLA

NO Sifat PLA Keterangan

PLA dianggap sebagai bioplastik paling potensial untuk diaplikasikan, walaupun saat ini jumlahnya belum banyak diproduksi (Suyatna, 2007). Poli asam laktat mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai pengganti plastik konvensional. Poli asam laktat bersifat termoplastik, memiliki kekuatan tarik dan modulus polimer yang tinggi, bobot molekul dapat mencapai 100.000 hingga 500.000 g/mol, dan titik leleh antara 175-200 oC (Oota, 1997 dalam Hartoto dkk, 2005).

(33)

13

ramah lingkungan. Kekurangan PLA adalah densitas lebih tinggi (1,25 g/cm3) dibanding PP dan PS dan mempunyai polaritas lebih tinggi sehingga sulit direkatkan dengan PE dan PP yang non polar dalam sistem film multi lapis. PP mempunyai densitas 0,9 g/cm3. PLA juga mempunyai ketahanan panas, moisture dan gas barier kurang bagus dibanding dengan PET. Sifat barier terhadap uap air, oksigen dan CO2 lebih rendah dibanding PET, PP atau PVC. Perbaikan sifat barier dapat dilakukan dengan system laminasi dengan jenis film lain seperti PE,

PVA, Alufoil, Nanopartikel dan lainnya (Syah, 2008).

Kelebihan poli asam laktat dibandingkan dengan plastik yang terbuat dari minyak bumi antara lain:

1. Biodegradable, artinya poli asam laktat dapat diuraikan secara alami di lingkungan oleh mikroorganisme.

2. Biocompatible, dimana pada kondisi normal, jenis plastik ini dapat diterima oleh sel atau jaringan biologi.

3. Dihasilkan dari bahan yang dapat diperbaharui (termasuk sisa industri) dan bukan dari minyak bumi.

4. 100% recyclable, melalui hidrolisis asam laktat dapat diperoleh dan

digunakan kembali untuk aplikasi yang berbeda atau bisa digabungkan untuk menghasilkan produk lain.

5. Tidak menggunakan pelarut organik/bersifat racun dalam memproduksi poli asam laktat.

(34)

14

Pencampuran

Etilen Asam Asetat

Vinil asetat

polimerisasi

Polivinil Asetat

Hidrolisis ( Metanol )

Polivinil Alkohol (PVOH)

Katalis palladium II klorida D. Polivinil Alkohol (PVA)

Polivinil alkohol (PVA) merupakan suatu kopolimer vinil alkohol yang tersusun dari komonomer unit vinil seperti etilen atau propilen. Polivinil alkohol

dihasilkan melalui proses hidrolisis (saponifikasi) dari vinil polimer asetat. Etilen direaksikan dengan asam asetat akan menghasilkan vinil asetat. Reaksi tersebut dapat berjalan dengan penambahan katalis yaitu garam palladium seperti

palladium (II) klorida. Reaksi pembentukkan vinil asetat terjadi dalam fase gas. Gas yang terbentuk dialirkan ke dalam reaktor dan temperaturnya dipertahankan tetap dalam kisaran 150-200 oC dengan tekanan 5-10 atm. Selanjutnya vinil asetat dipolimerisasi menghasilkan polivinil asetat (Schonberger et al., 1997).

Mekanisme pembuatan polivinil alkohol disajikan dari Gambar 3.

(35)

15

Wujud dari polivinil alkohol berupa powder atau serbuk yang berwarna putih dan memiliki densitas 1,2-1,3 g/cm3 serta dapat larut dalam air pada temperatur 80 oC. Bentuk struktur dari polivinil alkohol dapat disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Struktur Polivinil alkohol (Sheftel, 2000).

Polivinil alkohol dapat digunakan sebagai bahan pembuatan kemasan film plastik. Dengan sifat yang mudah larut dalam air, polivinil tersebut dapat menghasilkan kemasan film plastik yang biodegradable. Polivinil alkohol mempunyai kuat sobek dan kuat tarik lebih tinggi dibandingkan plastik yang berbahan polietilen (PE) maupun polivinil klorida (PVC) (Hasan, 2000). Karakteristik film polivinil alkohol (PVA) disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Karakteristik film Polivinil alkohol (PVA)

NO Karakterisik PVA

1 Kecerahan (%) 60-66

2 Kuat Sobek (N.mm-1 ) 147-834 3 Kuat Tarik (MN.m-2 ) 44-64

4 Perpanjangan (%) 150-400

5 Densitas (g/cm3) 1,19-1,31

6 Titik Leleh (oC) 180-240

7 Titik Dekompos (oC) 228

Sumber: (Hodgkinson, 2000 ).

(36)

16

pembuatan mikrosfer. Gugus hidroksil dari PVA yang bersifat polar akan berikatan dengan molekul air, sedangkan rantai vinilnya akan berikatan dengan molekul diklorometana sehingga emulsi menjadi lebih stabil (Robani, 2004).

E. Gliserol

Gliserol (1,2,3-propanatriol) atau disebut juga gliserin merupakan senyawa

alkohol trihidrat dengan rumus bangun CH2OHCHOHCH2OH. Gliserol berwujud cairan jernih, higroskopis, kental, dan terasa manis. Sifat fisik gliserol disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Sifat fisik gliserol

No Sifat Nilai

1 Bobot molekul (g/mol) 92,09382 2 Viskositas pada temperatur 20°C (cP) 1499 3 Panas spesifik pada temperatur 26°C (kal/g) 0,5795

4 Densitas (g/cm³) 1,261

5 Titik leleh (°C) 180

6 Titik didih (°C) 290

Sumber: (Kem, 1966).

(37)

17

Gambar 5. Struktur Gliserol (Solvay, 2001).

F. Plasticizer

Plasticizer didefinisikan sebagai bahan non volatil dengan berat molekul rendah,

dan memiliki titik didih tinggi, sehingga jika ditambahkan pada material lain dapat merubah sifat material tersebut. Penambahan plasticizer dapat menurunkan kekuatan intermolekuler dan meningkatkan fleksibilitas film dan menurunkan sifat barrier film. Gliserol dan sorbitol merupakan plasticizer yang efektif karena memiliki kemampuan untuk mengurangi ikatan hidrogen internal pada ikatan intermolekuler. Plasticizer ditambahkan pada pembuatan film untuk mengurangi kerapuhan, meningkatkan fleksibilitas dan ketahanan film terutama jika disimpan pada temperatur rendah (Kemala, 1998). Penambahan Plasticizer ini dapat

meningkatkan fleksibilitas dan ekstensibilitas film, menghindari film dari keretakkan,

meningkatkan permeabilitas terhadap gas, uap air dan zat terlarut, serta dapat

meningkatkan elastisitas film. Beberapa jenis plasticizer yang dapat digunakan

dalam pembuatan edible filmantara lain: gliserol, lilin lebah, polivinil alkohol (PVA)

dan sorbitol (Julianti, 2007).

Plasticizer larut dalam tiap-tiap rantai polimer sehingga akan mempermudah

(38)

18

transisi gelas (Tg), bahan polimer menunjukkan sifat fisik dalam keadaan lunak (soft) seperti karet, sebaliknya jika berada di bawah transisi gelas (Tg), polimer

tersebut dalam keadaan sangat stabil seperti gelas (Paramawati, 2001).

G. Scanning Electron Microscopy (SEM)

Scanning Electon Microscopy (SEM) adalah mikroskop yang menggunakan

pancaran sinar yang timbul akibat eksitasi elektron untuk melihat partikel berukuran mikron. SEM dapat menunjukkan gambar spesimen lebih jelas dan memiliki tingkat resolusi yang lebih tinggi. SEM mampu memfoto suatu permukaan dengan perbesaran dari 20 sampai 100.000 kali. Prinsip kerja SEM adalah deteksi elektron yang dihamburkan oleh suatu sampel padatan ketika ditembak oleh berkas elektron berenergi tinggi secara terus-menerus. Analisis tersebut dipercepat di dalam electromagnetic coil yang dihubungkan dengan cathode ray tube (CRT) sehingga dihasilkan suatu informasi mengenai keadaan

permukaan suatu sampel senyawa. Sebelum dianalisis dengan SEM, dilakukan preparasi sampel yang meliputi penghilangan pelarut, pemipihan sampel, dan coating.

Berkas elektron diarahkan pada suatu permukaan spesimen yang telah dilapisi oleh suatu film konduktor. Pelapisan ini bertujuan agar polimer yang digunakan dapat menghasilkan arus listrik sehingga dapat berinteraksi dengan berkas

(39)

19

elektron yang dapat memberikan informasi mengenai kristalografi, jenis unsur dan distribusinya, dan morfologi dari permukaan bahan (Wu, 1983).

Polimer yang akan dianalisis dengan menggunakan teknik ini harus mempunyai permukaan dengan konduktivitas tinggi. Hal ini dikarenakan polimer mempunyai konduktiitas yang rendah sehingga perlu dilapisi dengan bahan konduktor (bahan pengantar) yang tipis. Bahan yang biasa digunakan adalah perak, namun jika dianalisis dalam jangka waktu lama lebih baik menggunakan emas atau campuran emas dan palladium. Logam emas lebih disukai untuk tujuan ini, hal ini

dikarenakan emas merupakan logam inert sehingga tidak turut bereaksi dengan PLA (Mulder, 1996).

H. Spektroskopi Fourier Transform Infrared (FT-IR)

Spektroskopi Fourier Transform Infrared (FT-IR) merupakan suatu teknik

pengukuran spektrum berdasarkan pada respon bahan terhadap radiasi elektromagnetik. Fungsi dari FT-IR adalah untuk analisis kualitatif dan kuantitatif suatu senyawa organik, dan dapat pula digunakan untuk penentuan struktur molekul suatu senyawa anorganik (Steven, 2001). Pencirian dengan menggunakan FT-IR memiliki beberapa kelebihan antara lain: dapat mendeteksi sinyal yang lemah, dapat menganalisis sampel pada konsentrasi yang sangat rendah, serta dapat mempelajari daerah antara 950-1500 cm-1 untuk larutan senyawa (Rabek, 1980).

(40)

20

tersebut bervariasi dalam jarak tertentu dan responnya diplot dalam suatu fungsi radiasi energi. Struktur dasar suatu senyawa dapat ditentukan berdasarkan letak absorpsi inframerahnya. FT-IR dapat membedakan gugus OH yang berasal dari alkohol dan karboksilat (Clark, 2000). Teknik ini memudahkan penelitian reaksi-reaksi polimer seperti degradasi atau ikat silang. FT-IR juga bermanfaat dalam meneliti polipaduan polimer. Salah satu penggunaan FT-IR adalah penentuan gugus molekul pada asam laktat.

Gugus fungsi suatu senyawa diidentifikasi melalui puncak serapan yang spesifik pada bilangan gelombang tertentu. Pada umumnya sampel yang dianalisis dapat berupa padatan, cairan, atau gas. FT-IR menggunakan pancaran sinar pada daerah inframerah (Hsu, 1994).

Pada analisis dengan spektrofotometer FTIR diharapkan terlihat pita serapan melebar dengan intensitas kuat pada daerah 3424 cm-1 yang menunjukkan karakteristik vibrasi ulur PVA, pita serapan pada daerah 2927 cm-1 yang

menunjukkan karakteristik vibrasi ulur OH. Pita serapan pada daerah 1730 cm-1 yang menunjukkan karakteristik vibrasi ulur C=O untuk gugus ester (COOR). Pita serapan lainnya yang menunjukkan adanya vibrasi C=O yaitu pada daerah 1590-1600 cm-1, pita serapan pada daerah 3000-2850 cm-1 menunjukkan karakteristik vibrasi ulur CH.

I. Difference Scanning Calorimetry (DSC)

(41)

21

temperatur transisi gelas (Tg), temperatur pelelehan (Tm), dan perubahan entalpi (∆H). Temperatur transisi gelas (Tg) merupakan temperatur dimana plastik

berubah keadaan dan perilakunya dari kaku, getas, padat seperti gelas menjadi fleksibel, lunak dan elastis. Titik leleh mengindikasikan temperatur perubahan wujud padat menjadi cair (Widyasari, 2010).

Berbeda dengan logam, plastik umumnya tidak memiliki titik leleh yang spesifik. Plastik mengalami perubahan sifat atau perilaku mekanik yang jelas pada rentang temperatur tertentu yang sangat sempit. temperatur dimana terjadi transisi

tersebut dikenal sebagai temperatur transisi gelas. Tingginya temperatur transisi gelas tergantung pada struktur rantai molekul polimer yang umumnya sekitar 1/3 hingga 2/3 dari titik lelehnya (Saptono, 2008).

Perubahan entalpi maupun temperatur yang terjadi pada sampel dimonitor oleh sensor yang terpasang pada DSC, sehingga dapat memberikan informasi tentang temperatur transisi kaca (Tg) dan temperatur pelelehan (Tm). Informasi mengenai sifat termal suatu polimer berguna untuk menentukan aplikasi yang sesuai serta bagaimana kondisi proses terutama temperatur dari polimer tersebut (Jandali and Widmann, 1995).

(42)

22

Di dalam alat DSC terdapat dua heater, dimana di atasnya diletakkan wadah sampel yang diisi dengan sampel dalam wadah kosong. Wadah tersebut biasanya terbuat dari alumunium. Komputer akan memerintahkan heater untuk

meningkatkan temperatur dengan kecepatan tertentu, biasanya 10 0C per mernit. komputer juga memastikan bahwa peningktan temperatur pada kedua heater berjalan bersamaan (Widiarto, 2007).

Analisis DSC digunakan untuk mempelajari fasa transisi, seperti melting, temperatur transisi gelas (Tg), atau dekomposisi eksotermik, serta untuk menganalisis kestabilan terhadap oksidasi dan kapasitas panas suatu bahan. Temperatur transisi gelas (Tg) merupakan salah satu sifat fisik penting dari polimer yang menyebabkan polimer tersebut memiliki daya tahan terhadap panas atau temperatur yang berbeda-beda. Pada saat temperatur luar mendekati

temperatur transisi gelasnya maka suatu polimer mengalami perubahan dari keadaan yang keras kaku menjadi lunak seperti karet (Hidayat dkk, 2003). Bentuk alat DSC disajikan pada Gambar 6.

(43)

23

J. DTA/TGA (Differential Thermal Analysis / Thermogravimetric Analysis)

Differential Thermal Analysis (DTA) adalah suatu teknik analisis termal dimana

perubahan material diukur sebagai fungsi temperatur. DTA digunakan untuk mempelajari sifat termal dan perubahan fasa akibat perubahan entalpi dari suatu material. Selain itu, kurva DTA dapat digunakan sebagai finger print material sehingga dapat digunakan untuk analisis kualitatif. Metode ini mempunyai kelebihan antara lain: dapat digunakan pada temperatur tinggi, bentuk dan volume sampel yang fleksibel, serta dapat menentukan temperatur reaksi dan temperatur transisi sampel (Steven, 2001).

Prinsip analisis DTA adalah pengukuran perbedaan temperatur yang terjadi antara material sampel dan pembanding sebagai hasil dari reaksi dekomposisi. Sampel adalah material yang akan dianalisis, sedangkan material referensi adalah material dengan substansi yang diketahui dan tidak aktif secara termal. Dengan

menggunakan DTA, material akan dipanaskan pada temperatur tinggi dan mengalami reaksi dekomposisi. Dekomposisi material ini diamati dalam bentuk kurva DTA sebagai fungsi temperatur yang diplot terhadap waktu. Reaksi dekomposisi dipengaruhi oleh efek spesi lain, rasio ukuran dan volume, serta komposisi materi. Umumnya DTA digunakan pada kisaran temperatur 190-1600 ºC. Sampel yang digunakan sedikit, hanya beberapa miligram. Hal ini dilakukan untuk mengurangi masalah gradien termal akibat sampel terlalu banyak yang menyebabkan berkurangnya sensitivitas dan akurasi instrumen.

Thermogravimetric Analisys (TGA) adalah suatu teknik analisis untuk

(44)

24

menghitung perubahan berat yang dihubungkan dengan perubahan temperatur. Seperti analisis ketepatan yang tinggi pada tiga pengukuran antara lain: berat, temperatur, dan perubahan temperatur. Suatu kurva hilangnya berat dapat digunakan untuk mengetahui titik hilangnya berat (Steven, 2001).

Thermogravimetri adalah teknik untuk mengukur perubahan berat dari suatu senyawa sebagai fungsi dari temperatur ataupun waktu. TGA biasanya digunakan riset dan pengujian untuk menentukan karakteristik material seperti polimer, untuk menentukan penurunan temperatur, kandungan material yang diserap, komponen anorganik dan organik di dalam material, dekomposisi bahan yang mudah meledak, dan residu bahan pelarut. TGA juga sering digunakan untuk kinetika korosi pada oksidasi temperatur tinggi. Bentuk alat TG/DTA disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Alat TG/DTA seri 7000 dengan Autosampler (http://www.siiint.com).

K. Dynamic Mechanical Spectrometer (DMS)

Dynamic Mechanical Spectrometer (DMS) adalah teknik yang digunakan untuk

(45)

25

perilaku visko-elastisitas suatu polimer. Penggunaan stres sinusoidal dan strain dalam pengukuran sampel memudahkan kita untuk menentukan modulus

kompleks. Temperatur dari sampel atau frekuensi stres sering bervariasi

menyebabkan variasi pada modulus kompleks. Keadaan tersebut digunakan untuk menemukan besar kecilnya temperatur transisi gelas (Tg) pada sampel, serta untuk mengidentifikasi transisi yang sesuai dengan gerakan molekul lainnya (www. siiint.com).

Instrumen DMS mencakup berbagai pengukuran dari statis visko-elastisitas pengukuran seperti relaksasi stres dan merambat ke dinamis visko-elastisitas semua pada satu instrumen. Pengukuran dapat dilakukan dengan instrumen ini untuk semua mode deformasi, seperti bending, 3-point bending, tension, compression, shear and film shear.

Relaksasi Lokal dari sampel polimer umumnya tidak dapat diukur dengan

(46)

26

Gambar 8. Alat Dynamic Mechanical Spectrometer (DMS) Exstar DMS seri 7000 (http://www.siiint.com).

L. Ekstruder

Proses kerja dalam mesin ekstruder dinamakan proses ekstrusi. Proses ekstrusi adalah proses secara kontinyu pada material sampai mencapai meleleh akibat panas dari panas gesekan luar. Material tersebut kemudian dialirkan ke die oleh screw dan dibuat produk sesuai bentuk yang diinginkan. Proses ini dapat

menghasilkan beberapa produk seperti: film plastik, tali rafia, pipa, peletan, lembaran plastik, fiber, filamen, selubung kabel dan beberapa produk dapat juga dibentuk. Mesin atau alat yang digunakan untuk proses ini dinamakan ekstruder. Ekstruder mampu melakukan proses pencampuran dengan baik yang bertujuan agar bahan homogen dan terdispersi dengan baik (Frame, 1994).

Dalam ekstruder pellet plastik atau serpihan (resin) yang berasal dari sepanjang hopper dimasukkan kedalam screw melalui barrel. Adapun bagian dari mesin

(47)

27

1. Hopper/feeder

Semua ekstruder pasti mempunyai masukkan untuk bahan biji/pellet plastik yang melalui lubang yang nantinya mengalir dalam dinding ekstruder tersebut. Hopper biasanya terbuat dari lembaran baja atau stainless steel yang berbentuk

untuk menampung sejumlah bahan pellet plastik untuk persediaan beberapa jam pemrosesan. Hopper ada yang menggunakan pemanasan awal untuk proses pellet sebelum pellet memasuki ekstruder.

2. Barrel/screw

Screw adalah jantungnya ekstruder, screw mengalirkan polimer yang telah

meleleh ke kepala die setelah mengalami proses pencampuran dan

homogenisasi pada lelehan polimer tersebut. Berdasarkan konstruksi alat dibagi menjadi dua jenis antara lain: (a) jenis ekstruder ulir tunggal (single screw extruder/SSE) dan (b) ekstruder ulir ganda (twin screw extruder/TSE).

(a). Ekstruder ulir tunggal (Single screw extruder/SSE)

(48)

28

yang sama gerakan tersebut akan menyebabkan sampel menjadi panas. Pada bagian ini tekanan dihasilkan dari menurunnya luas ukuran jalur selubung ekstruder yang dilalui sampel tersebut. Biasanya panjang bagian ini menempati sekitar setengah dari panjang keseluruhan ekstruder.

3. Metering section yang merupakan bagian yang paling dekat dengan lubang tempat sampel keluar (die) dari ekstruder. Seringkali bagian ini memiliki luas jalur yang sempit dan kecil yang akan menyebabkan daya tekan mekanis pada bahan berlangsung efektif dan meningkat

kemampuannya hingga batas tertentu sesuai dengan tingkat kecepatan putaran dari ulir ekstruder tersebut. Dikarenakan kemampuan

penggilingan yang meningkat pada bagian ini, maka pencampuran sampel akan berlangsung dengan baik, selain itu terjadi pula peningkatan

temperatur yang tajam pada sampel. Hal ini disebabkan oleh perubahan energi mekanik menjadi energi panas. Peningkatan temperatur yang tajam sesaat sebelum bahan keluar dari bagian die yang diikuti oleh penurunan temperatur yang cepat setelah sampel keluar dari die akan menyebabkan terjadinya pengembangan sampel yang diekstrusi (Baianu, 1992). Bentuk ekstruder ulir tunggal disajikan pada Gambar 9.

(49)

29

(b). Ekstruder ulir ganda (Twin screw extruder/TSE)

Bagian ekstruder ulir ulir ganda (Twin screw extruder/TSE) antara lain: 1. Feed Zone, dimulai dengan memasukkan sampel ke dalam ekstruder secara terus menerus. Ketika ulir mulai berputar, ekstruder akan menggiling dan mencampur sampel secara menyeluruh. Bahan cair, biasanya minyak, air atau bahan lainnya, ditambahkan melalui sebuah lubang masukkan pada barrel untuk menambah kelembaban atau membasahi partikel-partikel granula sampel. Pada zona ini sampel tersebut dibentuk menjadi suatu material yang merata oleh proses penggilingan ulir ganda (twin screw).

2. Cooking Zone, pada tahap ini sampel diberi perlakuan panas yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung dari hasil produk yang

diinginkan dan spesifikasi mesin. Panas mekanis dalam barrel dihasilkan dengan cara mengatur konfigurasi ulir. Kepadatan gerigi-gerigi dan jarak ulir, pengaturan arah putaran dan tekanan dapat menghasilkan panas mekanis. Panas konveksi dihantarkan langsung dari dinding barrel pada sampel. Penghantaran panas secara konveksi merupakan metode

(50)

30

tingkat kelembaban harus dikendalikan dengan akurat. Ketika produk keluar dari ekstruder melalui die, perubahan dari tekanan atmosfir akan menyebabkan kelembaban di dalam bahan berubah menjadi uap. Untuk membuat produk yang padat, digunakan sampel dengan kelembaban tinggi dan diolah pada temperatur yang rendah. Ketika ekstrudat didorong keluar melalui die, produk tidak akan mengembang tetapi akan memperoleh bentuk sesuai bentuk die. Hasilnya berupa pellet padat dengan bentuk yang beragam (Janssen, 1978). Bentuk ekstruder ulir ganda disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10. Gambar ekstruder ulir ganda

3. Die

Salah satu kunci dalam beranekaragamnya hasil produk ekstrusi terletak pada bagian die-nya. Dari sinilah bahan atau sampel akan didorong keluar. Fungsi die dalam pembuatan produksi polimer adalah untuk menghasilkan produk

(51)

31

III. METODOLOGI PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Juli sampai Desember 2012. Untuk identifikasi menggunakan SEM dan

Spektrofotometer IR (FT-IR) dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. Uji sifat termal dan mekanik dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu alat-alat gelas yang sering digunakan di laboratorium, cawan petri, neraca digital Wiggen, Mesin HAAKE PolyLab Rheomex extruder Type single screw (1:1) L/D: 25 (557-2019) dengan

kecepatan maksimum 250 1/min, tekanan 700 bar dan temperatur maksimum 450 oC, mesin HAAKE PolyLab blown film dengan diameter die 24 mm, Da 25 mm,

Split Capilarity die, Foureer Transform Infrared (FTIR), Scanning Electron

Microscopy (SEM), Difference Scanning Calorimetry (DSC) Type Exstar

(52)

32

7000 with Autosampler dan Dynamic Mechanical Spectrometer (DMS) Type Exstar DMS 7000.

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu polipropilen (PP), poli asam laktat (PLA), polivinil alkohol (PVA) dan gliserol.

C. Prosedur Penelitian

1. Penentuan Kondisi Optimum PP, PLA, dan PVA.

a. Penentuan Titik Leleh PP, PLA, dan PVA dengan DSC.

Masing-masing sampel PP, PLA, dan PVA ditimbang sekitar 0,01-10 mg dimasukkan ke dalam alumunium pan. Kemudian sampel tersebut dicrimp menggunakan crimper. Tipe pan yang sama dengan sampel disiapkan dan digunakan sebagai reference. Sampel dan reference diletakkan pada tempat sampel di dalam DSC furnace lid menggunakan pinset. Analisis dilakukan pada temperatur awal dari 30 oC sampai 550 oC dan temperatur akhir dari 550 oC menjadi 30 oC. Hasil titik leleh yang didapatkan digunakan sebagai acuan untuk campuran plastik PP/PLA.

b. Penentuan Titik Dekomposisi PP, PLA, dan PVA dengan TG/DTA

(53)

33

menggunakan pinset. Analisis dilakukan pada temperatur awal dari 30 oC sampai 600 oC dan temperatur akhir dari 600 oC menjadi 30 oC.

2. Pembuatan Plastik PP dengan Penambahan Plasticizer Menggunakan Metode Non Solution Casting.

Plasticizer yang digunakan dalam penelitian ini adalah polivinil alkohol (PVA)

dan gliserol. Plastik dibuat dengan variasi perbandingan komposisi PP terhadap PVA sebesar: 1:0, 3:1 dan 7:1 (w/w). Proses pembuatan plastik kedua dengan variasi perbandingan komposisi PP terhadap gliserol sebesar: 0%, 5% dan 10% (w/w). Proses blending dalam ekstruder dilakukan pada daerah barrel ekstruder (TS1, TS2, dan TS3) dengan temperatur yang telah disesuaikan. Sampel kemudian diekstruksi dan dikeluarkan melalui die blown film yang kemudian dicetak

menjadi lembaran plastik. Komposisi plasticizer terbaik digunakan untuk pembuatan plastik campuran PP/PLA.

3. Pembuatan Plastik PP/ PLA-Gliserol dengan Metode Non Solution Casting.

(54)

34

4. Karakterisasi Plastik PP/ PLA-Gliserol dengan FTIR

Sampel plastik yang dihasilkan dihomogenkan dan dibuat pelet dengan KBr, kemudian ditembakkan dengan sinar infra merah pada daerah frekuensi antara 3500 cm-1 sampai dengan 400 cm-1. Hasil serapan gugus fungsional dari senyawa yang ada dalam sampel terekam sebagai spektrum IR. Analisis ini dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

5. Karakterisasi Plastik PP/PLA-Gliserol dengan SEM

Sampel plastik yang terbentuk antara PP/PLA-gliserol yang berbentuk film dikarakterisasi permukaannya dengan menggunakan instrumentasi SEM

(Scanning Electron Microscope). Sampel yang dianalisis disiapkan dan direkatkan dalam spesimen holder. Sampel yang telah dipasang dalam holder dibersihkan dengan hand blower. Sampel kemudian dimasukkan dalam mesin couting untuk dilapisi lapisan tipis berupa gold-poladium selama 4 menit. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam Specimen Chamber. Pengamatan dan pengambilan gambar pada layar SEM dengan mengatur pembesaran yang diinginkan dan penentuan spot yang dianalisis pada layar SEM serta pemotretan pada gambar SEM.

6. Karakterisasi plastik PP/PLA-Gliserol dengan DSC

(55)

35

diletakkan pada tempat sampel di dalam DSC furnace lid menggunakan pinset. Analisis dilakukan pada temperatur awal dari 30 oC sampai 550 oC dan temperatur akhir dari 550 oC menjadi 30 oC.

7. Karakterisasi plastik PP/PLA-Gliserol dengan TG/DTA

Sampel ditimbang sekitar 30-50 mg dan dimasukkan ke dalam alumunium pan. Tipe pan yang sama dengan sampel disiapkan dan digunakan sebagai reference. Sampel dan reference diletakkan pada tempat sampel di dalam balance beam menggunakan pinset. Analisis dilakukan pada temperatur awal dari 30 oC sampai 600 oC dan temperatur akhir dari 600 oC menjadi 30 oC.

8. Karakterisasi plastik PP/PLA-Gliserol dengan DMS.

Sebelum diukur, plastik dipotong sesuai cetakkan pada mode deformasi dari DMS. Mode deformasi yang digunakan dalam pengukuran adalah tension mode. Analisis ini dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

9. UjiBiodegradasi

(56)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Perbandingan komposisi terbaik untuk campuran PP/PLA dengan penambahan gliserol 10% ada pada variasi 3:1 dan 1:1.

2. Hasil penelitian ini menunjukkan bioplastik campuran PP/PLA dengan penambahan gliserol 10% telah sukses dibuat dengan berbagai komposisi. 3. Plastik campuran PP/PLA dengan penambahan gliserol dapat terdegradasi di

dalam tanah, dengan perbadingan komposisi terbaik pada variasi 1:1.

4. Pencampuran PP/PLA (3:1) dengan penambahan gliserol 10% menghasilkan campuran yang homogen berdasarkan hasil SEM.

5. Penambahan plasticizer (gliserol) menyebabkan terjadinya penurunan

(57)

68

B. SARAN

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka disarankan :

1. Diperlukan ukuran material polimer yang sama sebelum blending untuk membuat campuran PP, PLA dan gliserol lebih homogen sehingga hasil yang didapatkan lebih maksimal.

2. Diperlukan penambahan emulsifier untuk memperbaiki tekstur plastik

3. Penggunaan ekstruder twin screw untuk proses blending campuran dua polimer yang berbeda untuk mendapatkan plastik yang lebih homogen.

(58)

69

DAFTAR PUSTAKA

Ahmann, D & Dorgan J. R., 2009. Bioengineering for Pollution Prevention through Development of Biobased Energy and Materials State of the Science Report, EPA/600/R-07/028. p.76-78.

Anonim. 2012. http://teknologi.kompasiana.com/terapan/bioplastik-yang-ramah- lingkungan. Diakses tanggal 4 April 2012.

Auras, R. 2002. Poly(Lactic Acid) Film as Food Packaging Materials. Environmental Coference. USA. 12 Juli 2002.

Avérous, L. 2008. Polylactic Acid: Synthesis, Properties and Applications, dalam Monomers, Polymers and Composites from Renewable

Resources (Ed Mohamed Naceur Belgacem dan Alessandro Gandini), 1st Editon, Chapter 21. Amsterdam: Elsevier Ltd.

Baianu, I.C. 1992. Basic Aspect of Food Extrusion. Di dalam: Baianu, I.C (ed) Physical Chemistry of Food Process: Principle, Techniques and

Application.Textbook VNRVol.1, NewYork. http://fs512.fshn.uiuc.edu. (9 Januari 2009).

Bastioli, C. 1998. Biodegradable Materials Present Situation and Future Perspectives. Macromol. Symp. 135,193–204.

Beyler C.L. and Hirschler Marcelo M. 1995. Thermal Decomposition of

Polymers, Chapter 1-7 in SFPE Handbook of Fire Protection Engineering (2nd Edn). Editor-in-chief: P.J. DiNenno, pp. 1.99-1.119, NFPA, Quincy, MA.

Bijarimi M., Sahrim A, Rozaidi R. 2012. Mechanical, Thermal and Morphological Properties of PLA/PP Melt Blends. Dubai (UAE). 7 Oktober 2012.

(59)

70

Botelho, Thiago., Nadia Teixira and Felipe Aguiar. 2004. Polylactic Acid Production from Sugar Molasses, International Patent WO 2004/057008 A1.

Budiman N. 2003. Polimer biodegradabel. http://www.kompas.com/0302/28/ llpeng/151875.htm-35k. Diakses pada 28 Juni 2003.

Clark J. 2000. Interprating an infrared spectrum. http://www.chemguide.co.uk. htm. (26 Maret 2006).

Clextral. 2007. Twin Screw Extrusion. www.clextral.com/tools_FAQ.htm. (9 Januari 2009).

Cole, M.A. 1990. Biodegradable Polymers. Preprints of Proceedings of ACS Division of Polymeri Materials. J of Sci & Eng 63: 877.

Cowd, M.A. 1991. Kimia Polimer. Diterjemahkan oleh J.G. Stark. Penerbit ITB. Darni, Yuli. 2011. Penentuan Kondisi Optimum Kosentrasi Plasticizer Pada

Sintesa Plastik Biodegradable Berbahan Dasar Pati Sorgum. Lampung. Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

Darni, Yuli., Utami, Herti. 2009. Studi Pembuatan dan Karakteristik Sifat

Mekanik dan Hidrofobositas Bioplastik dari Pati Sorgum, Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. (Journal of chemical engineering and

environtment), Vol 7, 4.

Dewi, M. 2009. Producers Responsible for Recycling Plastic Waste.

http://www.thejakartapost.com/news/2008/11/11/039producers-respomsible039- reycling-Plastic-Waste.html. Diakses pada 7 Agustus 2011.

Dutkiewicz S., Daniela GL, Tomaszewski W. 2003. Synthesis of Poly (L(+)) Lacticacid by Polycondensation Method in Solution. Fibres & Textiles in Eastern Europe 11:66-70.

Frame, N.D. 1994. The Technology of Extrusion Cooking. Springer Publisher. http://books.google.com. 18 Juni 2009

Fukanage F., Sumina S, Neda K, Takemasa T, dan Tachibana,K.. 1977. Jpn. Kokai. 7,794,471.

Gachter,M., 1990. Plastic Additives Handbook. Third Edition. Munich: Hanser Publisher. Dalam High Density Polyethylene (HDPE) Dengan inisiator Benzoil Peroksida . Skripsi. Medan: USU.

(60)

71

Griffin, GJL. 1991. Advance Chemistry Ser 134-235. USA: US Patent.

Handayani E. 2003. Biodegradasi blending polipropilena dengan aditif Elevated Culfree Microorganisme (skripsi). Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Hartomo, A.J. 1995. Penuntun Analisis Polimer Aktual. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Hartoto, Liesbetini., Ani Suryani dan Erliza Hambali. 2005. Rekayasa Proses Produksi Asam Polilaktat (PLA) dari Pati Sagu Sebagai Bahan Baku Utama Plastik Biodegradable. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Haryani S. 1995. Kajian awal Proses Polimerisasi Pati Ubi Jalar dengan Metil Metakrilat sebagai Bahan Dasar Bioplastik (skripsi). Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hassan, C.M., and Peppas, N.A. 2000. Structure and Application of Poli(vinyl alcohol) Hidrogel produced by Conventional Crosslinking or by

Freezing/Thawing methods. Adventage of Polymer Science 153:37-38.

Hidayat., Triwikantoro, Faisal H, Sudirman. 2003. Sintesis dan Karakterisasi Bahan Komposit Karet Alam-Silika. Surabaya. MIPA Fisika, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).

Hodgkinson, N. 2000. Thermoplastic Poly (Vinyl Alcohol) (PVA). J of Materials Word, vol. 8, pp. 24-25.

Holmes, Z. A. 2007. Extrusion. Food Resource Oregon State University Website. U.S. food.oregonstate.edu/g/extrusion. 9 Januari 2009.

Hsu, C.P.S. 1994. Infrared Spectroscopy. Handbook of Instrumental Techniques for Analytical Chemistry

Http://www.siiint.com/DMS/TG/DTA. Diakses pada bulan Mei 2012.

Jahno, V. D., Ligabue, R., Einloft, S., Ribeiro, G. B. M., Santos, L.A., Ferreira, M. R. W. F. and Bombonato-Prado, K. F. 2010. Síntese e Caracterização do Poli (Ácido L-Láctico) e sua Avaliação em Culturas de Osteoblastos Humanos. In: Congresso Brasileiro de Engenharia e Ciência dos Materiais Jandali, M.Z. and G. Widmann. 1995. Thermoplastics: Collected Applications

Thermal Analysis. Mettler Toledo. Switzerland

(61)

72

Julianti E, Nurminah M. 2007. Teknologi Pengemasan. http://library.usu.ac.id /download/ fmipa/Kimia-Juliati.pdf. Diakses pada 11 April 2008. Kemala T. 1998. Pengaruh Zat Pemlastis Dibutil Ftalat pada Polyblend

Polistirenapati (tesis). Bandung: Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.

Kemala T., Syaeful Fahmi, dan Suminar S.Achmadi. 2010. Pembuatan dan Pencirian Polipaduan Polistirena-Pati. Bogor. Departemen Kimia, FMIPA – IPB.

Kim H.-S., H.-S. Yang, H.-J. Kim, B.-J. Lee and T.-S. Hwang. 2005. Thermal properties of agro-flour filled biodegradable polymer bio-composites. Journal of Thermal Analysis and Calorimetry. Seri-a; 81:299-306.

Kim H.-S., S. Kim and H.-J. Kim. 2006. Enhanced Interfacial Adhesion of Bioflour Filled Poly(propylene) Biocomposites by Electron-Beam Irradiation. Macromolecular Material and Engineering. Seri-b; 291:762-772.

Kim H. –S. 2008. Development and Characterization of Biodegradable Bio-Composites for Automotive Interior Parts Application. Material Science. Seoul National University.

Kem, J. 1966. Glycerol. Di dalam H. Mark., J. Mcketta, dan D. Othmer. 1966. Kirk-Othmer Encyclopedia of Chemical Technology Vol 10. Interscience Publisher, New York.

Koswara, S., 2006. Bahaya di Balik Kemasan Plastik. e-book pangan. Lim CJ. 1999. Biodegradable Plastics. Chemistry Social Relevance Report. Mark S M. 1985. Polymer Science Dictionary, Elsevier Applied Science, London

and New York, 1990.

Martaningtyas. 2004. Potensi plastik “Biodegradable”. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Matthias. 2007. Thermo Fisher Scientific, “Process Instruments”. Germany:

Karlsruhe.

Mulder M. 1996. Basic Principle of Membrane Technology. Ed ke-2. Dordrecht: Kluwer.

Narayan R. 1996. Biobased and Biodegradable Plastic. http://www.

(62)

73

Nasiri, Syah Johan A. 2008. Mengenal Polylactic acid, dalam Majalah Sentra POLIMER, Tahun VII nomor 27, Jakarta.

Nikolic, L., Ristic, I., Adnadjevic, B., Nikolic, V., Jovanovic, J. and Stankovic, M. 2010. Novel Microwave-Assisted Synthesis of Poly(D,L-lactide): The Influence of Monomer/Initiator Molar Ratio on the Product Properties. Sensors, 10, 5063-5073.

Ogur, E. 2005. Polyvinyl alcohol: materials, processing and applications. Volume 16, Number 12, 2005. ISSN: 0889-3144. Dalam: Randi, S. 2011.

Pengaruh Penambahan Polivinil Alkohol Dan Perbedaan RasioCampuran Ampok Jagung Dan Tapioka Terhadap Perbedaan Karakteristik

Biodegredable Foam (skripsi). Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Osiris, W.G. and Moselhey, M.T.H. 2011. Optical study of poly (vinyl alcohol) /hydroxypropyl methylcellulose blends. Journal of Materials Science, 46, 5775-5789. DOI:10.1007/ISBN: 10853-011-5533-5.

Oxtoby, D. W., Gillis H. pat, Campion, A. 2003. Principles of Modern Chemistry (7th ed.). Thomson Brooks/Cole. Publication Date: May 31, 2011 | ISBN-10: 0840049315 | ISBN-13: 978-0840049315.

Pagliaro, M and Rossi, M. 2010. The Future of Glycerol. The Royal Society of Chemistry. DOI: 10.1039/9781849731089/ ISBN: 978-1-84973-108-9. Paramawati R. 2001. Properties of Plasticized-Zein Film as Affected by

Plasticizer Treatments. Bogor: Fakultas Matemetika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Pranumuda. 2001. Pengembangan Bahan Plastik Biodegradable Berbahan Baku Pati Tropis. Biodeghradable untuk Abad 21. Jakarta.

Rabek, JF. 1980. Experimental Methods in Polymer Chemistry. Swedia: John Wiley and Sons.

Rabek JF. 1983. Experimental Methods in Polymer Chemistry, Physical Principles and Applications. New York : A Wiley-Interscience Publication.

Robani MN. 2004. Biodegradasi Struktur dan Morfologi Mikrosfer Poli(asam laktat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Matemetika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Ronald. J. Baird. 1986. Industrial Plastik. The Goodheart – Willcox Company. Inc. New York.

Rusmana N. 2009. Optimasi Pembuatan Poliasamlaktat Tanpa Katalis [skripsi]. Bogor: Fakultas Matemetika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Gambar

Gambar ekstruder ulir tunggal ....................................................... 28
Tabel 1.  Jenis-jenis plastik berdasarkan pengklasifikasian bahan baku dan kemampuan degradasi
Tabel 2. Perbandingan karakteristik plastik konvensional, plastik campuran, dan plastik biodegradable
Gambar 1. Struktur polipropilen
+7

Referensi

Dokumen terkait