• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ii ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERHADAP

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 PagelaranTahun Pelajaran 2014/2015 pada Materi Pokok Interaksi

antar Makhluk Hidup dan Lingkungannya)

Oleh FAJAR LESTARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis inkuiri terbimbing terhadap Keterampilan Sains Siswa (KPS) siswa. Desain penelitian adalah pretest-posttest tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII3 dan VII4 SMP Negeri 1 Pagelaran dipilih secara purposive sampling. Data penelitian berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari observasi Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa dan dari angket tanggapan siswa yang dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diperoleh dari nilai pretest, posttest, dan N-gain yang dianalisis menggunakan uji-t dan U.

(2)

Fajar Lestari

iii

N-gain sebesar 78,41. Berdasarkan hasil observasi rata-rata keterampilan proses sains (KPS) siswa dalam aspek yang diamati yang meliputi mengamati,

menghipotesis, menginterpretasi, memprediksi, dan mengkomunikasikan berkriteria “tinggi” pada kelas eksperimen dengan rata-rata 79,16 %. Selain itu,

sebagian besar siswa (85,55%) memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing. Dengan demikian, penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

(3)

PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERHADAP

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 PagelaranTahun Pelajaran 2014/2015 pada Materi Pokok Interaksi

antar Makhluk Hidup dan Lingkungannya)

Oleh FAJAR LESTARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

Penulis dilahirkan di Desa Purwodadi Dalam Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan pada 14 November 1993, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, buah kasih Bapak Nuryono dengan Ibu Watini. Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri Sidomukti dari tahun 1999 hingga tahun 2005, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 2 Tanjung

Bintang dari tahun 2005 hingga tahun 2008. Dari tahun 2008 hingga 2011, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Assalam Tanjung Sari.

(8)

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam selalu dicurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya ini untuk orang-orang tercinta:

Teruntuk Alm. Bapak dan Ibu ku tersayang, yang setiap langkah dan nafasnya adalah kasih sayang untukku, terimakasih untuk semua hal yang tak mungkin dapat terbalas, terima kasih atas semua perjuangan yang tiada henti untukku sampai saat ini.

Untuk Adik-adikku Fitri Ambar Sari dan Anjar Asri Wijayanti dan Mbak Asih Puspita Sari yang sangat ku sayang yang ku semogakan karyanya akan jauh lebih baik dari ini. Dan semoga kelak dapat meraih cita-cita yang diinginkan dan dapat membanggakan Bapak dan Ibu.

Untuk orang-orang yang selalu hadir dalam setiap langkah penyusunan karya ini, yang tersayang Mas Hermawan, Bude Dhinem, Paman Sumardi, Paman Sumarman, Mbak Fevi Destiyarini, Mas Rubiyanto, Mbak Yanita dan Mas Rasiwan terima kasih telah memberikan motivasi dan dukungan.

(9)

MOTO

“Maka nikmat Tuhan

-mu yang manakah

yang kamu dustakan?”

(QS. Ar-Rahman: 13)

Rasulullah SAW bersabda:

Tiada daya dan kekuatan kecuali

dengan pertolongan Allah

.

(HR. Bukhori serta Fathul Bari

11/213, Muslim 4/2076)

"Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak

menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka

menyerah."

(Thomas Alva Edison)

(10)

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi; 4. Drs. Arwin Achmad, M. Si., selaku Pembimbing I;

5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi;

6. Dr. Tri Jalmo, M. Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan motivasi yang sangat berharga;

(11)

SMP Negeri 1 Pagelaran yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;

9. Observer dalam penelitian ini Erwan Feriyadi dan Florentina Krida Wijayanti, atas semua waktu dan tenaga selama penelitian berlangsung. 10.Sahabat-sahabatku tercinta Putri Ratna Sari, Florentina Krida Wijayanti, Made

Oktavia Sri Rahayu, Rizka Gian Pratiwi serta semua sahabat di Pendidikan Biologi 2011 atas motivasi, doa dan bantuannya, semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin hingga saat ini.

11. Semua kakak tingkat dan adik tingkat di Pendidikan Biologi, terimakasih atas dukungan yang diberikan.

12.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Kerangka Pikir ... 7

G. Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar kerja Siswa ... 10

B. Pembelajaran Inkuiri ... 17

C. Keterampilan Proses Sains ... 23

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 29

C. Desain Penelitian ... 29

D. Prosedur penelitian ... 30

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Teknik Analisis Data ... 39

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan ... 50

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 60

(13)

xv

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 69

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 79

4. Rubrik Penilaian LKS ... 88

5. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ... 90

6. Soal Pretest dan Posttest ... 94

7. Rubrik Penilaian Soal Pretest dan Posttest ... 97

8. Lembar Observasi KPS Siswa ... 99

9. Angket Tanggapan Siswa ... 101

10. Data Hasil Penelitian ... 102

11. Analisis Hasil Observasi KPS Siswa ... 108

12. Analisis Tanggapan Siswa ... 111

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahap pembelajaran inkuiri ... 22

2. Langkah pembelajaran kelas eksperimen ... 32

3. Langkah pembelajaran kelas kontrol ... 34

4. Tabulasi Hasil Observasi KPS siswa ... 37

5. Penskoran KPS ... 38

6. Item pernyataan pada angket ... 39

7. Variabel, sub variabel, instrumen, jenis data dan alat ukur data ... 40

8. Persentase dan kriteria observasi KPS ... 43

9. Skor perjawaban angket ... 43

10.Data angket tanggapan siswa terhadap LKS berbasis Inkuiri Terbimbing ... 44

11.Persentase dan kriteria tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS berbasis Inkuiri Terbimbing ... 45

12.Hasil uji statistik terhadap nilai pretest,posttest, dan N-gain ... 46

13.Hasil uji statistik terhadap N-gain indikator KPS siswa ... 47

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 9

2. Desain pretest-posttest kelompok tak ekuivalen ... 30

3. Presentase tanggapan siswa terhadap LKS Inkuiri Terbimbing ... 49

4. Contoh jawaban indikator mengamati ... 52

5. Contoh jawaban indikator menghipotesis eksperimen ... 53

6. Contoh jawaban indikator menghipotesis kontrol... 54

7. Contoh jawaban indikator menginterpretasi ... 55

8. Contoh jawaban indikator memprediksi ... 56

9. Contoh jawaban indikator mengkomunikasikan ... 56

10.Siswa mengerjakan pretest ... 113

11.Siswa mengerjakan LKS berbasis inkuiri terbimbing ... 113

12.Siswa kelas eksperimen melakukan diskusi kelas ... 114

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

IPA pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi. Empat unsur utama IPA ini seharusnya muncul dalam

pembelajaran IPA (Kemendikbud, 2014: 2). Untuk memunculkan empat unsur tersebut dalam pembelajaran IPA, keterampilan proses sains sangat penting.Hal ini karena keterampilan proses sains adalah dasar pemecahan masalah dalam sains dan metode ilmiah (Wilujeng, Setiawan, dan Liliasari, 2010: 355). Lebih lanjut dikatakan dalam NSES (Devi, 2013: 1) bahwa “Science as procces” maka siswa belajar IPA melalui

keterampilan-keterampilan sains seperti mengamati, menyimpulkan, dan melakukan eksperimen.

Keterampilan proses perlu dilatihkan/dikembangkan dalam pengajaran sains karena keterampilan proses mempunyai peran-peran sebagai berikut:

(17)

membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains (Dahar dalam Devi, 2013: 49).

Guru mendorong peserta didik untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan konsep dan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Dengan kata lain, pembelajaran terjadi apabila peserta didik terlibat secara aktif dalam menggunakan

keterampilan proses seperti mengamati, menanya dan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, serta menyajikan hasil kerjanya (Kemendikbud, 2014: 5).

Berdasarkan pengamatan di lapangan masih ada guru yang menyajikan pembelajaran hanya dengan “Transfer of knowledge “ atau mentransfer ilmu

saja tanpa mengembangkan bagaimana cara belajar apalagi yang mengembangkan keterampilan proses pada siswa. Alasan guru tersebut biasanya karena kurangnya fasilitas laboratorium atau persiapan untuk menyediakan bahan praktikum memerlukan waktu yang lama. Ini

menunjukkan masih ada pandangan bahwa pendekatan keterampilan proses hanya disajikan pada pembelajaran secara eksperimen saja, padahal

pembelajaran IPA non-eksperimen pun bisa dilakukan dengan pendekatan keterampilan proses (Devi, 2013: 1). Pembelajaran yang seperti ini

(18)

3

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, serta mengakibatkan tidak

mampu bersaing dengan bangsa lain. Hal ini dapat dilihat dari penilaian PISA tahun 2012 yang mengukur tentang science literacy, skor rata-rata siswa Indonesia adalah 382, sedangkan skor rata-rata minimal OECD adalah 501. Nilai 382 menggolongkan Indonesia pada skala PISA level terendah setelah Peru dan menempatkan Indonesia pada urutan kedua terakhir dari semua negara yang tergabung dalam PISA (Kelly, dkk., 2013: 16-17).

Berdasarkan observasi melalui wawancara dengan guru yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 1 Pagelaran, proses belajar mengajar belum

memunculkan empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi sebagai hakikat IPA yang harus muncul dalam pembelajaran IPA dan dapat meningkatkat keterampilan proses sains.Selama ini kegiatan belajar mengajar hanya menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas menggunakan LKS yang terdapat rangkuman materinya. Guru belum memiliki LKS yang dapat mendukung siswa untuk mengembangkan keterampilan proses sains, hanya sesekali guru membuat LKS secara mendadak dan hanya berisi soal-soal dan rangkuman materi. Hal ini menyebabkan LKS jauh dari kegiatan inkuiri yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains.

(19)

Dari hasil penelitian Setiawan (2014:1), keefektifan LKS ditinjau dari aspek ketercapaian indikator keterampilan proses persentasenya sebesar 96,67% dengan interpretasi tuntas. Hal ini dapat disimpulkan bahwa LKS tersebut dapat melatihkan keterampilan proses mengamati, mengklasifikasi, dan mengomunikasikan. Hasil penelitian yang lain oleh Windarwati (2014: 1) menunjukkan bahwa penggunaan LKS Inkuiri Terbimbing dapat

meningkatkan KPS siswa, terlihat pada rata-rata N-gain kelas eksperimen lebih tinggi sebesar 0,75 berbeda signifikan dengan kelas kontrol rata-rata N-gain sebesar 0,57. Hasil rata-rata persentase observasi KPS memiliki kriteria tinggi (81%) dan sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif

terhadap penggunaan LKS Inkuiri Terbimbing. Dari pemaparan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan LKS Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Ajaran 2014/2015 pada Materi Interaksi antar Makhluk Hidup dan Lingkungannya)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

(20)

5

2. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing pada meteri pokok interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:

1. Pengaruh penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing dalam meningkatkan KPS siswa.

2. Tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian melalui LKS berbasis inkuiri terbimbing ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak. Manfaat tersebut sebagai

berikut.

1. Bagi peneliti, dapat meningkatkan pengalaman sebagai calon guru biologi, terutama dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing.

2. Bagi guru/calon guru, dapat memberikan wawasan mengenai LKS berbasis inkuri terbimbing sehingga dapat dijadikan alternatif dalam membuat dan mengembangkan LKS serta merancang pembelajaran yang aktif dan inovatif serta menyenangkan.

(21)

4. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran guna meningkatkan mutu pendidikan dan menjadi solusi masalah pembelajaran di sekolah melalui penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari penafsiran yang salah dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut.

1. LKS inkuri terbimbing adalah LKS yang berisikan tugas dan langkah-langkah berdasarkan model inkuiri terbimbing yaitu rumusan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menginterpretasi data, dan menyimpulkan yang dirancang oleh peneliti untuk mengembangkan keterampilan proses sains (Devi, 2013:5).

2. KPS yang dikembangkan dan diukur dalam penelitian ini yaitu: (1) mengamati, (2) Menghipotesis, (3) Menginterpretasi data, (4)

memprediksi, (5) menkomunikasikan (Wilujeng, Setiawan, dan Liliasari, 2010: 356), diukur dengan pretest dan posttest, serta lembar observasi KPS siswa.

3. Materi pokok yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah interaksi sesuai dengan KI dan KD kurikulum 2013 pada Kelas VII semester 2 yaitu

a. KD 3.8 Mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya.

(22)

7

4. Subjek penelitian ini adalah kelas VII 3 dan VII 4 SMP Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2014/2015.

5. Metode pembelajaran yang digunakan yaitu diskusi.

F. Kerangka Pikir

Bahan ajar yang kurang kreatif dan inovatif serta belum memenuhi standar kompetensi kurikulum akan menyebabkan kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu bahan ajar yang lebih mengacu pada hakikat IPA sebagai produk cenderung mengajarkan siswa untuk menghafal konsep faktual tanpa disertai dengan pemahaman terhadap konsep tersebut sehingga pembelajaran IPA tidak memunculkan empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi serta kurang mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Padahal hakikat IPA adalah yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi sehingga pembelajaran IPA diharapkan dapat memunculkan keempat unsur tersebut. Dengan demikian, produk yang terwujud dari proses ilmiah dan sikap ilmiah akan berpengaruh positif terhadap kehidupan dan lingkungan sehari-hari siswa.

Salah satu bahan ajar yang disusun berdasarkan langkah-langkah model inkuiri terbimbing diharapkan dapat mengasah kemampuan siswa dalam mengamati, hipotesis, interpretasi data, memprediksi, dan

(23)

konsep-konsep materi yang sedang dan akan dipelajari. LKS ini berisikan tugas dan langkah-langkah sebagai petunjuk kegiatan pembelajaran yang mengacu pada sintak model inkuiri terbimbing yakni mengajukan pertanyaan atau

permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data dan membuat kesimpulan. Petunjuk yang diberikan oleh guru dalam LKS berupa pertanyaan yang membimbing siswa untuk memecahkan masalah pada topik yang telah ditentukan oleh guru. Melalui LKS berbasis inkuiri terbimbing siswa dibiasakan memperoleh konsep dan pemahaman secara mandiri serta mengembangkan keterampilan proses sainsnya. KPS yang dapat

dikembangkan yaitu mengamati dengan menggunakan indera untuk menemukan informasi, menghipotesis dengan memberikan jawaban sementara dari rumusan masalah, menginterpretasikan data dengan mengumpulkan data dan menganalisis data, memprediksi dengan

memberikan ramalan tentang kejadian yang dapat diamati di waktu yang akan datang, dan mengkomunikasikan dengan keterampilan proses berarti menyampaikan pendapat hasil keterampilan proses lainnya yang dilakukan berdasarkan rangkaian kegiatan inkuiri terbimbing dalam LKS. Dengan demikian, penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

(24)

9

Y X

Keterangan :

X : Penggunaan LKS inkuiri terbimbing Y: KPS siswa

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. H0 = penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing tidak berpengaruh

signifikan terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa. 2. H1 = penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing berpengaruh secara

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LKS (Lembar Kerja Siswa)

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukkan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh. Lembar Kerja Siswa (LKS) digunakan oleh guru untuk mempermudah siswa untuk mengetahui lebih banyak dan memahami materi atau informasi yang disampaikan oleh guru/pendidik (Trianto, 2009: 222). Pendapat lain yang sejalan tentang LKS yaitu Suyanto, Paidi, dan Wilujeng (2011: 2) yang menyatakan bahwa LKS merupakan lembaran yang dikerjakan siswa yang berisi prosedur melakukan percobaan, mengidentifikasi bagian-bagian, membuat tabel, melakukan pengamatan, menggunakan mikroskop atau alat pengamatan lainnya dan menuliskan atau menggambar hasil pengamatannya, melakukan pengukuran dan mencatat data hasil pengukurannya, menganalisis data hasil pengukuran, dan menarik

(26)

11

LKS dapat digolongkan baik sebagai sumber belajar maupun media pembelajaran. Menurut Widjajanti (2008: 1) LKS merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dapat dirancang dan

dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi. LKS juga merupakan media pembelajaran, karena dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang lain. LKS menjadi sumber belajar dan media pembelajaran tergantung pada kegiatan pembelajaran yang dirancang.

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka mendukung usaha-usaha pelaksanaan proses belajar-mengajar yang menjurus kepada pencapaian tujuan pembelajaran. Sedangkan sumber belajar adalah bahan atau materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi peserta didik (Suryani dan Agung, 2012: 43-44).

(27)

LKS selain sebagai media pembelajaran juga mempunyai beberapa fungsi yang lain. Menurut Widjajanti (2008: 1-2), fungsi LKS tersebut yaitu dapat:

1. menjadi alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai kegiatan belajar mengajar.

2. digunakan untuk mempercepat proses pengajaran dan menghemat waktu penyajian suatu topik.

3. untuk mengetahui seberapa jauh materi yang telah dikuasai siswa. 4. mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas.

5. membantu siswa dapat lebih aktif dalam proses belajar mengajar. 6. membangkitkan minat siswa jika LKS disusun secara rapi, sistematis,

dan mudah dipahami oleh siswa sehingga mudah menarik perhatian siswa.

7. menumbuhkan kepercayaan pada diri siswa dan meningkatkan motivasi belajar dan rasa ingin tahu.

8. mempermudah penyelesaian tugas perorangan, kelompok atau klasikal karena siswa dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan kecepatan belajarnya.

9. digunakan untuk melatih siswa menggunakan waktu seefektif mungkin.

10.meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

(28)

13

siswa, mata pelajaran, semester, tempat, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, indikator yang akan dicapai oleh siswa, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja serta penilaian. Beberapa komponen LKS tersebut didukung oleh pendapat Suyanto, Paidi, dan Wilujeng (2011: 3). Meskipun tidak sama persis, komponen LKS meliputi hal-hal berikut: 1. Nomor LKS, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah guru mengenal dan

menggunakannya. Misalnya untuk kelas 1, KD, 1 dan kegiatan 1, nomor LKS-nya adalah LKS 1.1.1. Dengan nomor tersebut guru langsung tahu kelas, KD, dan kegiatannya.

2. Judul Kegiatan, berisi topik kegiatan sesuai dengan KD, seperti Komponen Ekosistem.

3. Tujuan, adalah tujuan belajar sesuai dengan KD.

4. Alat dan bahan, jika kegiatan belajar memerlukan alat dan bahan, maka dituliskan alat dan bahan yang diperlukan.

5. Prosedur Kerja, berisi petunjuk kerja untuk siswa yang berfungsi mempermudah siswa melakukan kegiatan belajar.

6. Tabel Data, berisi tabel di mana siswa dapat mencatat hasil pengamatan atau pengukuran. Untuk kegiatan yang tidak memerlukan data, maka bisa diganti dengan kotak kosong di mana siswa dapat menulis, menggambar, atau berhitung.

(29)

Keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar, sehingga penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik (Darmodjo dan Kaligis dalam Widjajanti, 2008: 3-5). Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

1. Syarat- syarat didaktik, mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa. LKS yang berkualitas harus memenuhi syarat- syarat didaktik yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Mengajak siswa aktif dalam proses pembelajaran

b. Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep

c. Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sesuai dengan ciri KTSP

d. Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa

e. Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi.

(30)

15

hakikatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna, yaitu anak didik. Syarat konstruksi meliputi :

a. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak. b. Menggunakan struktur kalimat yang jelas. Hal-hal yang perlu

diperhatikan agar kalimat menjadi jelas maksudnya, yaitu : a) Menghindari kalimat kompleks.

b) Menghindari “kata-kata tak jelas” misalnya “mungkin”, “kira-kira”. c) Menghindari kalimat negatif, apalagi kalimat negatif ganda.

d) Menggunakan kalimat positif lebih jelas daripada kalimat negatif. c. Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan

anak. Konsep yang hendak dituju merupakan sesuatu yang kompleks sebaiknya dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana dulu. d. Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka. Pertanyaan dianjurkan

merupakan isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi, bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas.

e. Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan siswa.

(31)

g. Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. Kalimat yang panjang tidak menjamin kejelasan instruksi atau isi. Namun kalimat yang terlalu pendek juga dapat mengundang pertanyaan.

h. Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. Gambar lebih dekat pada sifat konkrit sedangkan kata-kata lebih dekat pada sifat “formal” atau abstrak sehingga lebih sukar ditangkap oleh anak.

i. Dapat digunakan oleh anak-anak, baik yang lamban maupun yang cepat.

j. Memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi. k. Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya. Misalnya,

kelas, mata pelajaran, topik, nama atau nama-nama anggota kelompok, tanggal dan sebagainya.

3. Syarat teknis menekankan penyajian LKS, yaitu berupa tulisan, gambar dan penampilannya dalam LKS. Adapun rinciannya yaitu:

a. Tulisan

a) Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi.

b) Menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah.

c) Menggunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 kata dalam satu baris.

d) Menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa.

(32)

17

b. Gambar

Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat

menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS.

c. Penampilan

Penampilan sangat penting dalam LKS. Siswa biasanya terlebih dahulu akan tertarik pada penampilan bukan pada isinya.

B. Pembelajaran Inkuiri

Inkuiri adalah istilah dalam bahasa Inggris yang berarti suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas (Roestiyah, 2012: 75). Pendapat lain yaitu Suryani dan Agung (2012: 119) yang berpendapat dalam bukunya bahwa Inquiry berasal dari kata “to inquire” yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan.

(33)

klasifikasi, pengukuran, prediksi dan penentuan. Sedangkan proses mental berinkuiri adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alami. b. Merumuskan masalah-masalah.

c. Merumuskan hipotesis-hipotesis.

d. Merancang pendekatan investigatif yang meliputi eksperimen. e. Melaksanakan eksperimen.

f. Mensintesiskan pengetahuan.

Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan” (Sanjaya, 2009: 191).

Pembelajaran dengan teknik inkuiri memiliki keunggulan dan kelemahan. Roestiyah (2012: 76) menyatakan teknik inkuiri memiliki keunggulan sebagai berikut:

1. Dapat membentuk dan mengembangkan “sel-consept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses

(34)

19

3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.

5. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. 6. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. 7. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 8. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

9. Siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional. 10. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat

mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Selain memiliki keunggulan, inkuiri juga memiliki kekurangan atau kelemahan. Kekurangan inkuiri menurut Sanjaya (2007: 208) yaitu: 1. Dalam mengimplementasikannya membutuhkan waktu yang panjang

sehingga guru sulit menentukan dengan waktu yang ditentukan.

2. Semua kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

Kesulitan guru dalam mengimplementasikan inkuiri tersebut juga karena kesulitan guru dalam memenuhi tuntutan inkuiri. Hamalik (2008: 221)

(35)

pengetahuan sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan. Strategi

instruksional dapat berhasil bila guru memperhatikan kriteria sebagai berikut. 1. Mendefinisikan secara jelas topik inkuiri yang dianggap bermanfaat bagi

siswa.

2. Membentuk kelompok-kelompok dengan memperhatikan keseimbangan aspek akademik dan aspek sosial.

3. Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok dengan cara yang responsif dan tepat waktu.

4. Intervensi untuk meyakinkan terjadinya interaksi antar pribadi secara sehat dan terdapat dalam kemajuan pelaksanaan tugas.

5. Melakukan evaluasi dengan berbagai cara untuk menilai kemajuan kelompok dan hasil yang dicapai.

Tujuan utama strategi pembelajaran inkuiri ialah mengajar para siswa

bersikap reflektif terhadap masalah-masalah sosial yang bermakna (Hamalik, 2008: 224). Pendekatan ini dilandasi oleh asumsi bahwa:

1) Tujuan utama pendidikan harus menjadi ulangan reflektif terhadap nilai-nilai dan isu-isu penting dewasa ini,

2) Ilmu sosial harus dipelajari dalam pelajaran tentang upaya untuk mengembangkan solusi-solusi masalah-masalah yang berarti, dan 3) Situasi-situasi inkuiri memungkinkan siswa mengembangkan kesadaran

(36)

21

Pembelajaran inkuiri memiliki langkah-langkah kegiatan kegiatan

pembelajaran yang sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sanjaya (2009: 191-193) berpendapat bahwa secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Orientasi

Pada langkah orientasi ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.

3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. 4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

6. Merumuskan kesimpulan

(37)

Tahapan pembelajaran inkuiri dapat dilakukan dengan kegiatan percobaan ataupun tidak. Tahapan pembelajaran inkuiri menurut Trianto (2009: 171-172) yang mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang

dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak (1996) adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Tahap Pembelajaran Inkuiri

Fase Perilaku Guru

1.Menyajikan

pertanyaan atau

masalah.

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan

masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa

dalam kelompok.

2.Membuat hipotesis. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah

pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing

siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan

permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang

menjadi prioritas penyelidikan.

3.Merancang

percobaan.

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk

menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan

hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa

mengurutkan langkah-langkah percobaan

4.Melakukan percobaan

untuk memperoleh

informasi.

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui

percobaan

5.Mengumpulkan dan

menganalisis data.

Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk

menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

6.Membuat

kesimpulan.

(38)

23

Inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau bersarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis inkuiri tersebut salah satunya adalah inkuiri

terbimbing (guided inquiry approach) (Hamiyah dan Jauhar, 2014: 190).

Inkuiri terbimbing memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: 1) kemampuan peserta didik berkembang dari pengamatan spesifik menuju ke inferensi atau generalisasi, 2) Tujuannya ialah untuk memperkuat proses pengujian peristiwa atau objek dan kemudian sampai pada generalisasi yang sesuai dengan hasil pengamatan, 3) Guru mengontrol peristiwa pembelajaran, data, materi, atau objek dan bertindak sebagai pemimpin kelas, 4) Tiap-tiap peserta didik bereaksi dan berusaha untuk membangun pola yang bermakna atas dasar hasil pengamatan sendiri dan orang lain dalam kelas, 5) Kelas berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran, 6) Guru memotivasi peserta didik untuk mengkomunikasikan generalisasi yang telah dihasilkannya kepada teman sekelasnya sehingga setiap siswa saling menguntungkan (Jufri, 2013: 98).

C. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses melibatkan

keterampilan-keterampilan kognitif/ intelektual, manual dan sosial (Rustaman dkk, 2005: 78). Pendapat lain yang mendukung pendapat ini yaitu

(39)

terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (Indrawati dalam Trianto, 2010: 144). Sedangkan Depdikbud mengartikan keterampilan proses sains sebagai wawasan atau anutan

pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa (Depdikbud dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009: 138).

Secara rinci, keterampilan proses IPA dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan proses dasar (basic skills) dan keterampilan proses terintegrasi (integrated skills) (Kemendikbud, 2014: 7). Enam keterampilan dasar proses IPA yaitu mencakup 1) observasi (observing), 2) klasifikasi (classifying), 3) pengukuran (measuring), 4) komunikasi (communicating), 5) inferensi (inferring), 6) prediksi (predicting). Sedangkan lima keterampilan terpadu proses sains mencakup 1) merumuskan hipotesis (formulating a hypothesis), 2) variabel-variabel (variables), 3) difinisi operasional (operational

definitions), 4) eksperimen (experimenting), 5) interpretasi data (interpreting data) (Wilujeng, Setiawan, dan Liliasari, 2010: 356).

(40)

25

1. Mengamati/mengobservasi, merupakan tanggapan terhadap berbagai objek dan peristiwa alam dengan pancaindra.

2. Mengklasifikasikan, merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud.

3. Mengkomunikasikan, dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual.

4. Mengukur, yaitu membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.

5. Memprediksi, suatu prediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu

mendatang berdasarkan perkiraan pada hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.

6. Menyimpulkan, dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui.

Enam keterampilan di atas merupakan keterampilan-keterampilan dasar dalam keterampilan proses, yang menjadi landasan untuk keterampilan proses integrasi yang lebih kompleks (Dimyati dan Mudjiono 2009: 145).

Keterampilan proses yang terintegrasi merupakan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Sepuluh keterampilan

(41)

1. Mengenali Variabel

Kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan mengenal variabel diantaranya adalah menentukan variabel yang ada dalam suatu pernyataan, membedakan suatu pernyataan sebagai variabel bebas atau terikat, dan memberikan contoh variabel.

2. Membuat Tabel Data

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan membuat tabel data di antaranya adalah membuat tabel frekuensi,

mengumpulkan data, dan membuat tabel silang. 3. Membuat Grafik

Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan membuat grafik di antaranya adalah membaca data dalam tabel, membuat grafik garis, membuat grafik balok, dan membuat grafik bidang lain. 4. Menggambarkan Hubungan antar Variabel

Keterampilan menggambarkan hubungan antar variabel dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan hubungan antara variabel

termanipulasi dengan variabel hasil/hubungan antara variabel-variabel yang sama.

5. Mengumpulkan dan Mengolah Data

(42)

27

6. Menganalisis Penelitian

Kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan menganalisis di antaranya adalah mengenali variabel, mengenali rumusan hipotesis, dan kegiatan lain yang sejenis.

7. Menyusun Hipotesis

Keterampilan menyusun hipotesis menghasilkan rumusan dalam bentuk kalimat pernyataan. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan menyusun hipotesis di antaranya adalah menyusun hipotesis kerja, menyusun hipotesis nol, memperbaiki rumusan suatu hipotesis, atau kegiatan sejenis lainnya.

8. Mendefinisikan Variabel

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan mendefinisikan variabel di antaranya adalah mengenal atribut variabel bebas, mendefinisikan variabel bebas, membatasi lingkup variabel terikat, dan kegiatan lain yang sejenis.

9. Merancang Penelitian

Contoh kegiatan yang tercakup dalam keterampilan merancang penelitian adalah mengenali, menentukan, dan merumuskan masalah yang akan diteliti, merumuskan satu atau lebih dugaan yang dianggap benar dalam rangka menjawab masalah.

10.Bereksperimen

(43)

ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide itu.

Di dalam kegiatan pembelajaran selalu diakhiri dengan penilaian hasil belajar. Menyusun butir soal keterampilan proses sains hendaknya

memperhatikan karakteristik keterampilan proses. Berikut ini karakteristik yang harus diperhatikan apabila menyusun butir soal mengukur yang mengukur jenis-jenis keterampilan proses berikut:

1. Observasi : dalam butir soal harus ada objek atau peristiwa yang dapat diamati.

2. Klasifikasi : dalam butir soal harus disajikan objek/peristiwa yang dapat ditemukan/dicari persamaan dan perbedaan dari objek tersebut atau diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokkan. 3. Prediksi/Meramalkan : dalam butir soal harus jelas pola atau

kecenderungan untuk dapat diajukan suatu dugaan atau ramalan. 4. Interpretasi : dalam butir soal harus disajikan sejumlah data untuk

memperlihatkan pola.

(44)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 di SMP Negeri 1 Pagelaran, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran pada tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri atas sepuluh kelas. Sampel pada penelitian ini adalah kelas VII 3 sebagai kelas eksperimen dan VII 4 sebagai kelas kontrol yang ditentukan secara acak. Pengambilan ke-dua kelas tersebut menggunakan teknik sampling yakni purposive sampling.

C. Desain Penelitian

(45)

dengan penggunaan LKS berbasis inkuri terbimbing sedangkan kelas VII 4 sebagai kelas kontrol diberi perlakuan dengan pengunaan LKS diskusi. Setelah kedua kelas diberi perlakuan berbeda tersebut, selanjutnya kedua kelas tersebut diberi soal/tes untuk mengukur KPS berupa soal yang sama dengan soal diawal kegiatan pembelajaran (posttest).

Struktur penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan: I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretest;

O2 = Posttest; X = Perlakuan dengn penggunaan LKS berbasis

inkuiri terbimbing, C = Perlakuan dengan penggunaan LKS diskusi (dimodifikasi dari Sukardi, 2007: 186).

Gambar 2. Desain pretest-posttest kelompok tak ekuivalen.

D. Prosedur penelitian

Pada Penelitian ini terdiri dua tahap yang dilaksanakan yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun tahap-tahap tersebut adalah:

Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada pra penelitian ini adalah sebagai berukut: a. Membuat surat izin observasi penelitian ke SMP Negeri 1 Pagelaran,

Kabupaten Pringsewu.

b. Melakukan observasi ke SMP Negeri 1 Pagelaran guna mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru selama proses belajar mengajar saat

I O1 X O2

(46)

31

ini, mengetahui proses pembelajaran di sekolah, mengetahui sampel dan populasi yang diteliti.

c. Menentukan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS). e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretest/posttes, lembar

observasi KPS siswa, dan angket tanggapan siswa.

f. Membuat kelompok pada kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing terdiri dari 5 kelompok yang anggotanya dipilih secara heterogen berdasarkan nilai mid semester. Kedua kelas memiliki 3 kelompok terdiri dari 6 orang dengan nilai mid semester 2 orang tinggi, 2 orang sedang, dan 2 orang rendah. Sedangkan 2 kelompok yang lain terdiri 7 orang dengan nilai mid semester 2 orang tingi, 2 orang sedang, dan 3 orang rendah.

Pelaksanaan Penelitian

(47)

2. 1 Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing)

Tabel 2. Langkah-langkah pembelajaran kelas eksperimen

Kegiatan Deskripsi kegiatan

Guru Siswa

1. Pendahulu an

Pertemuan 1 :

 Guru memberikan pretest

 Guru meminta siswa untuk mengamati interaksi yang ada di lingkungan sekitar

 Guru memberikan apersepsi dengan pertanyaan ”apa contoh interaksi yang dapat kita temui di lingkungan sekitar kita?“

 Guru memberikan motivasi dengan bertanya ”apakah kalian ingin tahu contoh interaksi yang saling menguntungkan?”

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Pertemuan 2:

 Guru meminta siswa

mengamati gambar harimau memakan rusa

 Guru menggali pengetahuan awal siswa ”apa contoh pola makan dan dimakan yang dapat kita temui di lingkungan sekitar kita?“

 Guru memberikan motivasi dengan bertanya ”apakah kalian ingin tahu contoh interaksi yang netral?”

 Siswa menjawab soal-soal pretest

 Siswa mengamati tumbuhan di sekitar sekolah

 Siswa menjawab pertanyaan guru

 Siswa menjawab pertanyaan yang

 Siswa menjawab pertanyaan guru

 Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

2. Kegiatan inti

 Guru membagi kelompok menjadi 5 kelompok.

 Guru memberikan LKS berbasis inkuiri terbimbing

 Siswa

memposisikan diri dalam

kelompoknya

(48)

33

 Guru memberikan informasi mengenai kegiatan yang akan dilakukan

 Guru meminta siswa untuk memahami kegiatan dalam LKS

 Guru meminta siswa mengerjakan rumusan masalah dalam LKS

 Guru menayangkan video tentang materi yang dibahas

 Guru meminta siswa mengerjakan soal-soal diskusi dalam LKS

 Guru bersama siswa berdiskusi tentang materi yang sedang dibahas

 Siswa

memperhatikan penjelasan guru dan mencatat yang perlu di catat

 Siswa mengikuti instruksi dari guru dan menanyakan hal yang belum dipahami

 Siswa

mengerjakan LKS

 Siswa mengamati video yang ditayangkan oleh guru dan mencatat hasil

pengamatannya

 Siswa mengerjakan LKS

 Siswa bersama guru berdiskusi tentang materi yang sedang dibahas

3. Penutup  Guru membimbing siswa mengulang hasil kegiatan pembelajaran

 Guru menggiring siswa dalam menarik kesimpulan dengan pertanyaan

Pertemuan 1:

 Guru memberikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran minggu selanjutnya.

Pertemuan 2:

 Guru memberikan postest

(49)

2.2 Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan LKS Diskusi)

Tabel 3. Langkah-langkah pembelajaran kelas kontrol

Kegiatan Deskripsi Kegiatan

Guru Siswa

1. Pendahuluan Pertemuan 1 :

 Guru memberikan pretest

 Guru meminta siswa untuk mengamati interaksi yang ada di lingkungan sekitar

 Guru memberikan apersepsi dengan pertanyaan ”apa contoh interaksi yang dapat kita temui di lingkungan sekitar kita?“

 Guru memberikan motivasi dengan bertanya ”apakah kalian ingin tahu contoh interaksi yang saling menguntungkan?”

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Pertemuan 2:

 Guru meminta siswa

mengamati gambar harimau memakan rusa

 Guru menggali pengetahuan awal siswa ”apa contoh pola makan dan dimakan yang dapat kita temui di lingkungan sekitar kita?“

 Guru memberikan motivasi dengan bertanya ”apakah kalian ingin tahu contoh interaksi yang netral?”

 Siswa menjawab soal-soal pretest

 Siswa mengamati tumbuhan di sekitar sekolah

 Siswa menjawab pertanyaan guru

 Siswa menjawab pertanyaan yang

 Siswa menjawab pertanyaan

 Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

2. Kegiatan

Inti  Guru membagi kelompok menjadi 5 kelompok

 Siswa

memposisikan diri dalam

(50)

35

 Guru memberikan LKS diskusi

 Guru memberikan informasi mengenai kegiatan yang akan dilakukan

 Guru meminta siswa untuk memahami kegiatan dalam LKS

 Guru meminta siswa mengerjakan LKS

 Guru bersama siswa berdiskusi tentang materi yang sedang dibahas

 Siswa menerima LKS dari guru

 Siswa

memperhatikan penjelasan guru dan mencatat yang perlu di catat

 Siswa mengikuti instruksi dari guru dan menanyakan hal yang belum dipahami

 Siswa

mengerjakan LKS

 Siswa bersama guru berdiskusi tentang materi yang sedang dibahas 3. Penutup

 Guru membimbing siswa mengulang hasil kegiatan pembelajaran

 Guru menggiring siswa dalam menarik kesimpulan dengan pertanyaan

Pertemuan 1:

 Guru memberikan informasi mengenai kegiatan

pembelajaran minggu selanjutnya.

Pertemuan 2:

 Guru memberikan posttest

(51)

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenisdanteknikpengumpulan data padapenelitianinisebagaiberikut: 1. Jenis data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah keterampilan proses sains siswa yang

diperoleh dari nilai pretest dan posttest. Nilai selisih tersebut disebut sebagai skor gain, lalu dianalisis secara statistik.

b. Data Kualitatif

Data kualitatifdalampenelitianiniberupa data observasi keterampilan proses sainssiswadalam proses pembelajarandan data

tanggapansiswaterhadappenggunaanLKS berbasisinkuiriterbimbing.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknikpengumpulan data pada penelitianinisebagaiberikut: a) Pretest dan Posttest

Data KPS adalahnilai pretest dan posttest. Nilai pretest dan posttest diambil pada pertemuan di dalam jam belajar untuk setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol.

b) Lembar Observasi KPS Siswa

(52)

37

tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan skor criteria

keterampilan proses sains yang telah ditentukan.

Tabel 4. Tabulasi hasilobservasi keterampilan proses sains siswa

No Nama Aspek yang diamati

Keterangan: A. Mengamati; B. Menghipotesis; C. Menginterpretasi data; D. Memprediksi; E. Mengkomunikasikan

Keterangan skor kriteria penilaian keterampilan proses sains siswa disajikan pada tabel berikut.

Tabel5.PenskoranKeterampilan Proses Sains

Indikator KPS Skor Indikator Operasional Mengamati 1 Menuliskan jawaban salah dan

memberikan alasan yang tidak sesuai gambar.

2 Menuliskan jawaban dengan benar dan memberikan alas an yang kurang sesuai gambar.

3 Menuliskan jawaban dengan benar dan memberikan alasan yang sesuai dengan gambar.

Merumuskan hipotesis

1 Merumuskan hipotesis berdasarkan data/informasi yang dikumpulkan namun tidak tepat.

2 Merumuskan hipotesis berdasarkan data/informasi yang dikumpulkan namun kurang tepat

3 Merusmuskan hipotesis

(53)

Indikator KPS Skor Indikator Operasional Menginterpretasi

Data

1 Menjelaskan data yang telah

dikumpulkan dari tabel pengamatan namun tidak sistematis

2 Menjelaskan data yang telah

dikumpulkan dari tabel pengamatan namun kurang sistematis

3 Menjelaskan data yang telah

dikumpulkan dari tabel pengamatan dengan sistematis

Memprediksi 1

Merumuskankemungkinan-kemungkinan yang tidak tepat tentang pola-pola peristiwa yang akan terjadi.

2 Merumuskankemungkinan-kemungkinan yang kurang tepat tentang pola-pola peristiwa yang akan terjadi.

3 Merumuskankemungkinan-kemungkinan yang tepat tentang pola-pola peristiwa yang akan terjadi.

Mengkomunikasikan 1 Mengkomunikasikan data berupa tabel dan wacanatapi tidak tepat. 2 Mengkomunikasikan data berupa

tabel dan wacanatapikurangtepat. 3 Mengkomunikasikan data berupa

tabel dan wacanasecara tepat.

c) Angket Tanggapan Siswa

(54)

39

Tabel 6. Item pernyataan pada angket

No. Pernyataan- Pernyataan Ya Tidak

1

Saya senang mempelajari materi pokok interaksi antar makhluk hidup dan

lingkungannyadengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru

2

Saya senang mempelajari materi pokok interaksi antar makhluk hidup dan

lingkungannya dengan menggunakan LKS yang diberikan oleh guru

3

Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru

4 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari dengan LKS yang diberikan oleh guru

5

Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri selama metode pembelajaran yang diberikan oleh guru.

6 LKS yang digunakan tidak mampu

mengembangkan kemampuan proses sains saya 7 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman

dalam proses pembelajaran yang berlangsung. 8 Saya merasa sulit mengerjakan LKS dengan

metode yang dibuat oleh guru.

Sumber: dimodifikasi dari Majid (2007: 216).

Tabel 7. Variabel, sub variabel, instrumen, jenis data dan alat ukur data

Variabel Instrumen

Jenis Data proses sains siswa

Nominal dan

Interval Persentase Tanggapan siswa

terhadap LKS inkuiriterbimbing

Angket tanggapan siswa

Interval Persentase

F. Teknik Analisis Data

a. Data Kuantitatif

(55)

indikator soal keterampilan proses sains. Teknik penskoran nilai pretest dan posttest yaitu :

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008:112).

KPS siswa ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain yang

dinormalisasi (N-gain), antara nilai tes awal dan tes akhir. Gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat dihitung dengan rumus (Loranz, 2011: 3):

Keterangan: X = Nilaiposttest; Y = Nilaipretest; Z = Skormaksimum

Nilai pretest, posttest dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan kesamaan dua varians (homogenitas) data:

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.

a. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal

100

N

R

S

N –gain (%) =

(56)

41

H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

b. Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk

harga yang lainnya (Pratisto, 2004: 10).

2. Kesamaan Dua Varian

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka data dianalisis dengan uji kesamaan dua varian dengan dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a. Hipotesis

-H0 = Data pada kedua populasi mempunyai variasi yang homogen

-H1 = Data pada kedua populasi mempunyai variasi yang tidak

homogen

b. Kriteria pengujiannya adalah : -Terima H0 jika harga Fhitung < Ftabel

-Tolak H0 jika harga Fhitung > Ftabel = 0,05 (Susetyo, 2012: 258).

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17.  Uji Kesamaan Dua Rata-rata

a. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

(57)

Jika –ttabel< thitung< ttabel, maka Ho diterima

Jika thitung< -ttabel atau thitung> ttabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:

10).

Uji Perbedaan Dua Rata-rata

a. Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan

kelompok kontrol

H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari

kelompok kontrol b. Kriteria Pengujian

Jika –t tabel < t hitung< t tabel, maka Ho diterima.

Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto,

2004: 10).

Uji U (Uji Mann-Whitney U)

Data yang tidak berdistribusi normal maka data dianalisis dengan Uji U atau Uji Mann-Whitney U.

1. Hipotesis

H0 = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata yang signifikan

antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol

H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata yang signifikan antara

kelas eksperimen dengan kelas kontrol 2. Kriteria Uji

Jika p-value> 0,05 maka terima H0

(58)

43

b. Data Kualitatif

a. Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa

Data keterampilan proses sains siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasiindikator KPS.Data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan menghitung persentase KPS siswa.Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut.

1) Menghitung persentase KPS dengan menggunakan rumus:

Keterangan: ̅= Rata-rataskorketerampilan proses sains; ∑Xi = Jumlahskorketerampilan proses sains yang diperoleh; n=Jumlahskorkemampuanberpikirmaksimum (Purwanto, 2008: 102)

2) Menafsirkan atau menentukan persentase KPS siswa sesuai dengan kriteria pada tabel berikut.

Tabel 8. Persentase dan kriteria hasil observasi keterampilan proses sains

Persentase (%) Kriteria

p ≥ 70 Tinggi

70 > p> 30 Sedang

p ≤ 30 Rendah

Sumber: dimodifikasi dari Rahayu (2010: 31)

b. Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan LKS InkuiriTerbimbing

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui penyebaran angket.Angket tanggapan berisi delapan pernyataan yang

(59)

terdiri dari lima pernyataan positif dan tiga pernyataan negatif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

1) Skor angket

Tabel 9.Skor perjawaban angket

Keterangan:

S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010:29). 2) Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

Keterangan : X = Rata-rata persentase jawaban siswa ∑xi= Jumlah skor yang diperoleh

n = Jumlah skor maksimum (dimodifikasi dari Purwanto, 2008: 102)

3) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.

Tabel 10. Data angket tanggapan siswa terhadap LKS berbasis InkuiriTerbimbing

(60)

45

4) Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS inkuiriterbimbing sesuai pada tabel 11.

Tabel 11. Persentase dan kriteria tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing

Sumber: Hendro (dalam Hastriani, 2006: 45) Persentase (%) Kriteria

100 Semuanya

76 – 99 Sebagian besar

51 – 75 Pada umumnya

50 Setengahnya

26 – 49 Hampir setengahnya 1 – 25 Sebagian kecil

(61)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan keterampilan proses sains (KPS) siswa pada materi pokok interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya. 2. Sebagian besar (85,55%) siswa memberikan tanggapan positif terhadap

penggunaan LKS berbasis inkuri terbimbing pada materi pokok interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini diharapkan lebih cermat dan tepat dalam mempertimbangkan waktu dalam setiap sintaks pembelajaran inkuiri terbimbing.

(62)

61

alternatif bahan ajar yang dapat meningkatkan KPS siswa pada materi pokok interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya.

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarsari, W., S. Santoso, dan Maridi. 2013. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Dasar pada Pelajaran Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta. Jurnal Pendidikan Biologi Januari 2013, Vol. 5, No.1, Hal 81-95. Surakarta. 15 hlm. Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta. 192 hlm.

Devi, P.K. 2013. Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA. PPPPTK IPA. Jakarta. 66 hlm.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. RinekaCipta. Jakarta. 298 hlm

Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. 252 hlm Hamiyah, N., dan M. Jauhar. 2014. Strategi Belajar-Mengajar di Kelas. Prestasi

Pustaka Jakarta. 294 hlm.

Hastriani, A. 2006.“Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP”.Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. 288 hlm.

Jufri, A. W. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. Pustaka Reka Cipta. Bandung. 200 hlm.

Kelly, D., H. Xie, C. W. Nord., F. Jenkins, J.Y. Chan, danD. Kastberg.2013. Performance of U.S. 15-Year-Old Students in Mathematics, Science, and Reading Literacy in an International Context: First Look at PISA 2012 (NCES 2014-024). U.S. Department of Education. Washington, DC. 52 hlm.

Kemendikbud. 2014. Ilmu Pengetahuan Alam/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Edisi Revisi. Kemdikbud . Jakarta. 290 hlm.

Loranz, D. 2011. Course Assessment Report (CAR). (Online).

(64)

63

Majid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 291 hlm.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 17. Bumi Aksara. Jakarta. 283 hlm.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung. 165 hlm.

Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 198 hlm.

Rizal, M. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Multi

Representasi Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Sains September 2014, Vol.2, No.3, Hal 159-165. Aceh. 7 hlm.

Roestiyah,N.K. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. 169 hlm. Rohaeti, E., E. Widjajanti, dan R. Padmaningrum.2006. Pengembangan Lembar

Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran Sains Kimia Untuk SMP kelas VII, VIII, dan IX. Artikel Penelitian. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. 19 hlm.

Rustaman, N.. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. UM Press: Malang. 233 hlm.

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Kencana. Jakarta. 308 hlm.

_________. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana. Jakarta. 284 hlm.

Saputra, A. 2012. Peningkatan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa melalui Penerapan Strategi Guided Inquiry di SMP Negeri 5 Surakarta Kelas VIII F Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Jurnal Oktober 2012, Vol.1, No.1, Hal 36-45. Surakarta. 11 hlm.

Setiawan B. A.. 2014. Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Klasifikasi Tumbuhan dengan Memanfaatkan Spesimen Awetan untuk Melatih

Keterampilan Proses Peserta Didik Kelas X. Jurnal Agustus 2014 Vol.3 No. 3. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. 9 hlm.

(65)

Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetisi dan Praktiknya. Bumi Aksara. Jakarta. 234 hlm.

Suryani, N. dan L. Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Penerbit Ombak. Yogyakarta. 210 hlm.

Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta. 312 hlm.

Suyanti, R. D. 2010. StrategiPembelajaran Kimia. GrahaIlmu.Yogyakarta. 207 hlm.

Suyanto, S., Paidi, dan I. Wilujeng. 2011. Lembar Kerja Siswa. Paparan Ilmiah. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. 3 hlm.

Trianto. 2009. Mandesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)). Kencana. Jakarta. 379 hlm.

. 2010. Model PembelajaranTerpadu: Konsep, Strategi,

danImplementasinyadalamKurukulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP). BumiAksara. Jakarta. 289 hlm.

Widjajanti, E. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah Ilmiah. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. 7 hlm.

Widyantini,T. 2013. Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) sebagai Bahan Ajar. Artikel. PPPPTK Matematika. Yogyakarta. 11 hlm.

Wilujeng, I., A.Setiawan, danLiliasari. 2010. Kompetensi IPA

TerintegrasiMelaluiPendekatanKeterampilan Proses Mahasiswa S-1

Pendidikan IPA. JurnalCakrawalaPendidikan November 2010, Th. XXIX, No. 3. Yogyakarta. 14 hlm.

Gambar

Tabel 1. Tahap Pembelajaran Inkuiri
Gambar 2. Desain pretest-posttest kelompok tak ekuivalen.
Tabel 2. Langkah-langkah pembelajaran kelas eksperimen
 Guru menggali pengetahuan  gambar   Siswa menjawab
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan proses penyusunan LKS berbasis inkuiri terbimbing mengikuti tahap pengembangan sistem instruksional

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING ( GUIDED INQUIRY ) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM REPRODUKSI.. (Eksperimental Semu

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing

Mengetahui kualitas LKS praktikum inkuiri terbimbing yang dikembangkan berdasarkan keterlaksanaan tahapan inkuiri, respon siswa, dan penilaian oleh ahli terhadap LKS

Dari beberapa jenis inkuiri, inkuiri terbimbing adalah salah satu jenis inkuiri yang dapat diterapkan kepada siswa, dimana siswa diberikan kesempatan untuk bekerja

The Development of Student Work Sheet Science Guided Inquiry to Improve Scientific Attitude and Process Skill.. Oleh: Dewi Susilowati, FMIPA

Rata-rata keseluruhan kelayakan dari pakar dan praktisi terhadap LKS berbasis inkuiri terbimbing sebesar 3,88 dengan kategori sangat layak yang menunjukkan bahwa LKS

Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa rata-rata nilai postes keterampilan mengajukan pertanyaan pada kelas eksperimen yang menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing