• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR

Oleh

MUHAMMAD ANDALAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR

Oleh

MUHAMMAD ANDALAN

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi koloid dalam meningkatkan keterampilan berpikir lancar yang merupakan salah satu indikator keterampilan berpikir kreatif. Populasi da-lam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lam-pung Tahun Pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 200 siswa dan sampel dalam pe-nelitian ini adalah kelas XI IPA2 dan XI IPA3 semester Genap Tahun Pelajaran 2012-2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non Equivalent Control Group Design. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing

diu-kur berdasarkan perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata n-Gain keterampilan berpikir lancar pada kelas kontrol sebesar 0,46 dan pada kelas eksperimen sebesar 0,63. Berdasarkan pengujian hipotesis, disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir lancar.

(3)
(4)
(5)
(6)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 7

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 8

C. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 12

D. Konsep ... 15

E. Kerangka Berpikir ... 22

F. Anggapan Dasar ... 23

G. Hipotesis Penelitian ... 23

(7)

vi

D. Instrumen Penelitian dan Validitasnya ... 26

E. Pelaksanaan Penelitian ... 27

F. Teknik Analisis Data ... 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 32

B. Pembahasan ... 35

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 45

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Pemetaan Kelas Eksperimen ... 49

2. Silabus Kelas Eksperimen ... 62

3. Silabus Kelas Kontrol ... 73

4. RPP Kelas Eksperimen ... 77

5. RPP Kelas Kontrol ... 107

6. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 114

7. Kisi-kisi Soal Pretest ... 148

8. Soal Pretest ... 157

9. Pedoman Penskoran Soal Pretest ... 162

10. Kisi-kisi Soal Posttest ... 176

(8)
(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasar-kan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga di-peroleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori; dan kimia sebagai proses atau kerja ilmiah (BSNP, 2006).

Kimia sebagai proses meliputi mengamati, menafsirkan pengamatan, meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan penelitian dan mengajukan pertanyaan. Mengamati merupakan dasar dari semua keterampil-an proses lainnya. Ketika mengamati, siswa dituntut melatih keterampilketerampil-an berpi-kir kreatifnya yaitu mengumpulkan data tentang fenomena yang diamati langsung menggunakan inderanya, menafsirkan hasil pengamatan, mengkomunikasikan ga-gasan dan pendapatnya kepada orang lain serta mengajukan pertanyaan.

(10)

yang telah dilakukan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung, diperoleh data bahwa pembelajaran kimia masih didominasi dengan penggunaan metode ceramah dan kegiatan lebih berpusat pada guru sehingga siswa tidak memiliki kesempatan un-tuk mengajukan gagasan dan pendapatnya. Hal ini tidak sesuai dengan aspek pro-ses belajar menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menem-patkan siswa sebagai subyek pembelajaran dan guru sebagai fasilitator.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), siswa harus me-nguasai standar kompetensi pada setiap jenjang pendidikannya dan standar petensi ini dijabarkan dalam bentuk kompetensi dasar. Salah satu standar kom-petensi yang harus dicapai siswa kelas XI semester genap adalah menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan kompetensi dasar membuat berbagai sistem koloid dari bahan-bahan yang ada di sekitarnya dan mengelompokkan sifat-sifat koloid serta penerapannya dalam ke-hidupan sehari-hari.

(11)

karakteris-tiknya mirip dengan campuran yang terdapat dalam percobaan, menemukan defi-nisi koloid melalui eksperimen, dan mengemukakan gagasannya tentang koloid yang berbeda dari eksperimen. Dengan demikian pembelajaran materi sistem ko-loid akan dapat melatih keterampilan berpikir kreatif siswa.

Untuk melatih keterampilan berpikir kreatif siswa, diperlukan model pembelajar-an ypembelajar-ang berfilosofi konstruktivisme, yakni pembelajarpembelajar-an ypembelajar-ang menitikberatkpembelajar-an pa-da keaktifan siswa pa-dan mengharuskan siswa membangun pengetahuannya sendiri. Salah satu model pembelajaran berfilosofi konstruktivisme yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa adalah model inkuiri ter-bimbing. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian yang mengkaji penerapan pem-belajaran inkuiri terbimbing adalah Sohibi dan Siswanto (2012) yang meneliti pengaruh pembelajaran berbasis masalah dan inkuiri terbimbing terhadap kemam-puan berpikir kritis dan kreatif siswa SMA Negeri 1 Comal Kabupaten Pemalang pada materi GLB dan GLBB, jenis penelitian yang digunakan adalah kuasi eks-perimen dengan desain penelitian Control Group Postest-only Design. Dari ana-lisis n-Gain menunjukkan bahwa peningkatan keterampilan berpikir kreatif pada materi GLB dan GLBB, bagi siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri ter-bimbing lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembela-jaran konvensional.

(12)

keteram-pilan berpikir kreatif. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan pen-dapatnya dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Langkah selan-jutnya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data untuk meyakinkan bahwa hipotesis-nya tersebut benar, tepat dan rasional; langkah terakhir menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan (Gulo dalam Trianto, 2010). Dari tahapan-tahapan ini keterampilan berpikir kreatif khususnya indikator keterampilan berpi-kir lancar pada materi koloid sesuai dengan tahapan-tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Pembelajaran Inkuiri terbimbing diharapkan efektif menggali kemampuan berpikir kreatif siswa sehingga mampu memecahkan masalah-masa-lah yang dihadapi. Oleh karena itu dilaksanakanmasalah-masa-lah penelitian ini dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Koloid dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Lancar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Bagaimanakah efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi koloid da-lam meningkatkan keterampilan berpikir lancar siswa kelas XI IPA SMAN 7 Ban-dar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

(13)

koloid dalam meningkatkan keterampilan berpikir lancar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa

Dengan diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam kegiatan belajar mengajar akan memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam me-mecahkan masalah kimia dan meningkatkan keterampilan berpikir kreatif. 2. Bagi guru

Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang inovatif dan kreatif bagi guru.

3. Bagi Sekolah

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dikatakan efektif meningkatkan kete-rampilan berpikir kreatif siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa me- nunjukkan perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen (Nuraeni dkk, 2010).

(14)

terdiri dari 5 fase, yaitu; mengajukan pertanyaan atau permasalahan (fase 1), merumuskan hipotesis (fase 2), mengumpulkan data (fase 3), menganalisis data (fase 4), dan menarik kesimpulan (fase 5).

3. Keterampilan berpikir lancar merupakan salah satu indikator keterampilan berpikir kreatif yang akan diteliti, meliputi mencetuskan banyak gagasan, ja-waban, atau penyelesaian masalah; memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal; selalu memikirkan lebih dari satu jawaban

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bah-wa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diper-luas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bu-kanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat. Ma-nusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui penga-laman nyata (Trianto, 2010).

Menurut Glasersfeld (Marlinda, 2012) mengemukakan: “Konstruktivisme me -rupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

pengeta-huan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri”. Glasersfeld juga

menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari sese-orang kepada yang lain.

(16)

harus berupa pengalaman fisik semata namun termasuk juga pengalaman kognitif dan pengalaman mental. Banyaknya siswa yang salah menangkap apa yang dia-jarkan oleh gurunya memperlihatkan bahwa pengetahuan memang tidak dapat di-pindahkan begitu saja. Siswa masih harus menkonstruksi atau minimal mengin-terpretasi pengetahuan tersebut dalam dirinya.

Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan men-transformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan-aturan-aturan itu tidak sesuai. Teori ini ber-kembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Nur dalam Trianto, 2010).

Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang a-nak dengan kegiatan asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah pema-duan data baru dengan stuktur kognitif yang ada. Akomodasi ialah penyesuaian stuktur kognitif terhadap situasi baru, dan equilibrasi ialah penyesuaian kembali yang terus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Bell, 1994).

B. Model PembelajaranInkuiri Terbimbing

(17)

obser-vasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah dengan bertanya dan mencari tahu (Roestiyah, 2001).

Menurut Gulo (Trianto, 2010) inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri pene-muannya dengan penuh percaya diri. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbim-bing adalah sebagai berikut:

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau per-masalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipote-sis.

2. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasa-lahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasa-lahan yang diberikan.

3. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.

4. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan se-suai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.

5. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.

(18)

mereka. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan siswa secara maksi-mal terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa tersebut dan mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki oleh siswa tersebut. Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dima-na guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian me-minta pelajar membuat generalisasi. Menurut Sanjaya (2008) pembelajaran inkui-ri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiinkui-ri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang beripikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai ke-mampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan, oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan mengelola kelas yang bagus.

Sikap ilmiah sangat dibutuhkan oleh siswa ketika mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan inkuri terbimbing. Seperti dikutip dari Lestari (Marlinda, 2012) sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah seperti:

1. jujur terhadap data,

2. rasa ingin tahu yang tinggi,

3. terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar, 4. ulet dan tidak cepat putus asa,

(19)

6. dapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap ilmiah merupakan faktor psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan siswa.

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan me-ngadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Gulo (Trianto, 2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing

No. Fase Kegiatan Guru giatan Siswa 1. Mengajukan

pertanyaan atau permasalahan

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah. Guru membagi siswa dalam kelompok

Siswa mengidentifi-kasi masalah dan siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing. 2. Membuat hipotesis Guru memberikan

kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membuat hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

Siswa memberikan pendapat dan me-nentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan.

3. Mengumpulkan data

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi atau data-data melalui percobaan maupun telaah literatur.

Siswa melakukan percobaan maupun telaah literatur untuk mendapatkan data-data atau informasi. 4. Menganalisis data Guru memberi

kesempa-tan pada tiap siswa untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

Siswa mengumpul-kan dan menganalis-is data serta

menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. 5. Membuat

kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat

kesimpulan.

(20)

C. Keterampilan Berpikir Kreatif

Menurut model struktur intelek oleh Guilford (Munandar, 2008), “Berpikir diver-gen (disebut juga berpikir kreatif) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada

keragam-an jumlah dkeragam-an kesesuaikeragam-an”.

Pemikiran kreatif akan membantu seseorang untuk meningkatkan kualitas dan ke-efektifan pemecahan masalah dan hasil pengambilan keputusan yang dibuat (Evans, 1991). Definisi kemampuan berpikir secara kreatif (Arifin, 2000) dilaku-kan dengan menggunadilaku-kan pemikiran dalam mendapatdilaku-kan ide-ide yang baru, ke-mungkinan yang baru, ciptaan yang baru berdasarkan kepada keaslian dalam penghasilannya.

Menurut model Killen (2009) perilaku siswa yang termasuk dalam keterampilan kognitif kreatif dapat dijelaskan pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif

Perilaku Arti

1) Berpikir Lancar (fluency)

a. Menghasilkan banyak

gagasan/jawaban yang relevan; b. Arus pemikiran lancar.

2) Berpikir Luwes (fleksibel)

a. Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam;

b. Mampu mengubah cara atau pendekatan;

c. Arah pemikiran yang berbeda. 2) Berpikir Orisinil

(originality)

(21)

Lanjutan Tabel 2. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif

4) Berpikir Terperinci (elaborasi)

a. Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan; b. Memperinci detail-detail; c. Memperluas suatu gagasan.

Sedangkan menurut Guilford (Herdian, 2010) menyebutkan lima indikator-indikator berpikir kreatif, yaitu:

1. Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, me-ngenali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah.

2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan.

3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan ber-macam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.

4. Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang.

5. Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang di dalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar model, dan kata-kata.

Munandar (2008) memberikan uraian tentang aspek berpikir kreatif sebagai dasar untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Indikator kemampuan berpikir kreatif

Pengertian Perilaku

Berpikir Lancar (Fluency)

1) Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau jawaban.

2) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.

3) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

a. Mengajukan banyak pertanyaan. b. Menjawab dengan sejumlah

jawaban jika ada.

c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah.

d. Lancar mengungkapkan gagasan- gagasannya.

e. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari orang lain. f. Dapat dengan cepat melihat

(22)

Lanjutan Tabel 3. Indikator kemampuan berpikir kreatif

Berpikir Luwes (Flexibility)

1) Menghasilkan gagasan, jawab-an, atau pertanyaan yang berva-riasi.

2) Dapat melihat suatu masalah da-ri sudut pandang yang berbeda. 3) Mencari banyak alternatif atau

arah yang berbeda.

4) Mampu mengubah cara pende-katan atau pemikiran.

a. Memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.

b. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda. c. Jika diberikan suatu masalah

biasanya memikirkan bermacam-macam cara untuk

menyelesaikannya.

Berpikir Orisinil (Originality) 1. Mampu melahirkan ungkapan

yang baru dan unik.

2. Memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri. 3. Mampu membuat

kombinasi-kombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

a. Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain.

b. Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.

c. Memilih cara berpikir lain daripada yang lain.

Berpikir Elaboratif (Elaboration) 1. Mampu memperkaya dan

me-ngembangkan suatu gagasan atau produk.

2. Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan lang-kah-langkah yang terperinci. b. Mengembangkan atau memperkaya

gagasan orang lain.

c. Menambah garis-garis, warna-warna, dan detail-detail (bagian-bagian) terhadap gambaranya sen-diri atau gambar orang lain. Berpikir Evaluatif (Evaluation)

1. Menentukan kebenaran suatu per-tanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah.

2. Mampu mengambil keputusan terhadap situasi terbuka.

3. Tidak hanya mencetuskan gagas-an tetapi juga melaksgagas-anakgagas-annya.

a. Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri.

b. Mencetuskan pandangan sendiri mengenai suatu hal.

c. Mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

d. Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.

(23)

D. Konsep

Herron et al. (1977) (Saputra, 2011) berpendapat bahwa belum ada definisi ten-tang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disa-makan dengan ide. Markle dan Tieman (Saputra, 2011) mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada.

(24)

No

Konsep Konsep Konsep Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat Contoh Contoh 1 Campuran Komponen

yang terdiri dari dua zat atau lebih da-pat berupa suspensi, la-rutan, koloid. Konsep konkrit, contoh konkrit  Suspensi  Larutan  Koloid

Zat terlarut Zat pelarut Ukuran

partikel

-  Senyawa  Campuran homogen  Campuran

heterogen

Udara Gas nitrogen, gas oksigen

2 Suspensi Campuran he-terogen yang terdiri dua zat atau lebih, da-pat dibedakan antara pelarut dan zat terla-rutnya, yang ukuran parti-kelnya lebih besar dari la-rutan dan ko-loid yaitu l > 100 nm Konsep konkrit, contoh konkrit Zat terlarut Zat pelarut Ukuran

partikel Larutan

Partikel

Zat

 Campuran  Campuran heterogen

- Campuran air dengan pasir, campuran air dengan minyak Santan, susu

3 Larutan atau lebih, di-mana salah satunya ber-tindak sebagai zat terlarut

se-Konsep konkrit, contoh konkrit Zat terlarut Zat pelarut Ukuran

partikel

Partikel Zat

(25)

dangkan yang lainnya seba-gai zat pela-rut, yang ukuran partikelnya le-bih kecil dari larutan dan koloid yaitu < 1 nm

Medium pendis-persi Fase

ter-dispersi Koloid

asam basa minyak

4 Koloid Campuran he-terogen yang terdiri dari medium pen-dispersi dan fase terdis-persi, memi-liki ukuran partikel lebih kecil dari sus-pensi dan le-bih besar dari larutan dapat berupa aero-sol, emulsi, buih, sol, gel.

Konsep konkrit, contoh konkrit  Aerosol  Emulsi  Buih  Sol Gel Partikel Zat

 Campuran  Campuran heterogen  Koloid liofil  Koloid liofob Susu, santan, cat, tinta, agar-agar, sol belerang Campuran air dengan pasir, campuran air dengan minyak

5 Aerosol Jenis koloid yang terdiri dari fase ter-dispersinya

Konsep abstrak, contoh konkrit

Fase ter-dispersi cair Fase

(26)

cair atau gas dan medium pendispersi-nya gas. dispersi cair gas Emulsi pendispersi-nya gas

6 Emulsi Jenis koloid yang terdiri dari fase ter-dispersinya cair dan me-dium pendis-persinya cair Konsep abstrak, contoh konkrit Medium pen-dispersi cair Buih Fase Medium Jenis-jenis koloid Fase terdis-persinya cair dan medium pendisper-sinya cair  Emulsi padat  Emulsi cair

Susu, santan, mutiara, jeli Kabut, awan

7 Buih Jenis koloid yang fase ter-dispersinya gas dan me-dium pendis-persinya cair Konsep abstrak, contoh konkrit Medium pendis-persinya cair Sol Fase Medium Jenis-jenis koloid Fase ter-dispersinya gas dan me-dium pen-dispersinya cair

 Buih padat  Buih cair

Buih sabun, karet busa, batu apung Susu, santan, jeli

8 Sol Jenis koloid yang terdiri dari fase ter-dispersinya padat dan me-dium pendis-persinya cair Konsep abstrak, contoh konkrit

Fase ter- dispersi-nya padat Medium pendis-persinya cair Gel Fase Medium Jenis-jenis koloid Fase terdis-persinya padat dan medium pendisper-sinya cair

 Sol padat  Sol cair

Sol sabun, sol detergen, sol kanji Santan, susu, mayones

9 Gel Jenis koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) memiliki Konsep abstrak, contoh konkrit Efek Tyndall Gerak Brown Koagulasi Fase Medium Jenis-jenis koloid Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair)

(27)

sifat-sifat yang khas seperti efek Tyndall, koagulasi, ge-rak Brown, adsorpsi, elektroforesis, dan dialisis. Adsorpsi  Elektro-foresis Dialisis

10 Efek Tyndall

Sifat khas ko-loid yang da-pat mengham-burkan berkas cahaya oleh partikel koloid Konsep abstrak, contoh konkrit

Sifat khas partikel koloid Gerak

Brown

Partikel  Sifat koloid

Terhambur-nya berkas cahaya

- Sorot lampu pada malam berkabut Pemurnian gula tebu

11 Gerak Brown Gerak zig-zag partikel ko-loid yang dapat diamati dengan mikroskop ultra Konsep abstrak, contoh abstrak

 Sifat khas partikel koloid  Koagulasi

Partikel  Sifat koloid

Gerak zig-zag parti-kel koloid

- Pengamat an partikel ko-loid pada susu meng-gunakan mikroskop ultra Sorot lampu pada malam berkabut

12 Koagulasi Peristiwa penggum-palan partikel koloid Konsep abstrak, contoh konkrit

 Sifat khas partikel koloid  Adsorbsi

Partikel  Sifat koloid

Penggum-palan par-tikel koloid

- Sol Fe(OH)3 ditetesi larutan NaCl Pemurnian gula, penjernihan air

13 Adsorpsi Penyerapan Konsep  Sifat khas Partikel  Sifat Penyerapan - Pemur- Identifikasi

(28)

zat atau ion pada permu-kaan partikel koloid

abstrak partikel koloid  Dialisis

koloid pada

permukaan partikel koloid nian gula, penjer-nihan air DNA untuk mengetahui pelaku kejahatan 14 Dialisis Campuran

ko-loid yang da-pat dipisahkan dari ion yang mengganggu kestabilan koloid

Konsep abstrak

 Sifat khas partikel koloid 

Elektro-foresis

Partikel  Sifat koloid

Pemurnian Koloid

- Proses pemisahan hasil-hasil metabolis me Campuran koloid yang dapat dipisahkan dari

15 Elektro-foresis Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik Konsep abstrak

 Sifat khas partikel koloid  Koloid liofil  Koloid liofob

Partikel  Sifat koloid

Pergerakan partikel koloid

- Identifi-kasi DNA untuk menge-tahui pelaku kejahatan Penga-matan partikel koloid pada susu meng-gunakan mikroskop ultra 16 Koloid

liofil

Koloid yang medium pen-dispersinya zat cair dan mengabsorbsi cairan Konsep abstrak  Koloid yang medium pendisper sinya zat cair  Koloid liofob medium pendisper-sinya zat cair

Koloid Mengab-sorbsi cairan

- Agar-agar, sabun, kanji

Busa sabun, keju

17 Koloid liofob Koloid yang medium pen-Konsep abstrak  Koloid yang medium

pendisper-Koloid Tidak

meng-- Sol logam,

Sabun, kanji

(29)

dispersinya zat cair dan tidak meng-absorbsi cairan medium pendisper si-nya zat cair  Pembuata n Koloid

sinya zat cair absorbsi cairan

As2S3, sol Fe(OH)3

18 Cara dispersi Pembuatan koloid dengan cara mengeli-lingi atau menggerus koloid hingga halus dan mencampur dengan me-dium pendis-persi Konsep konkret  Pembuat-an koloid dari partikel suspensi

Partikel Pembuatan koloid

Dispersi  Cara dispersi langsung  Homo genisasi  Peptisasi  Busur bredig Pembuata n sol belerang Pembuatan sol Fe(OH)3

19 Cara kondensasi Pembuatan koloid dengan cara memper-besar ukuran partikel, dari larutan diubah menjadi koloid Konsep konkret Pembuatan koloid dari partikel larutan

(30)

E. Kerangka Berpikir

Prinsip dasar model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah guru memberikan permasalahan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahannya ter-sebut melalui pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian.

(31)

diberi-kan oleh guru pada awal pembelajaran, kemudian siswa dibimbing oleh guru un-tuk mendapatkan kesimpulan yang relevan. Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan diterapkannya pembelajaran inkuiri terbimbing pada ma-teri koloid akan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif terutama pada indikator keterampilan berpikir lancar siswa.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa-siswi kelas XI IPA3 semester genap SMA Negeri 7 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang menjadi subjek penelitian mempunyai ke-mampuan dasar yang sama.

2. Perbedaan n-Gain keterampilan kreatif siswa semata-mata terjadi karena per-ubahan perlakuan dalam proses belajar.

3. Faktor-faktor lain diluar perilaku pada kedua kelas diabaikan.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

(32)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 200 siswa. Siswa tersebut merupakan satu kesatuan populasi, karena adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut:

a. Siswa-siswa tersebut berada dalam dua kelas yang sama, yaitu kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung.

b. Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester ge-nap.

c. Dalam pelaksanaan pengajarannya, siswa-siswa tersebut diajar dengan kuri-kulum yang sama (KTSP), dan jumlah jam belajar yang sama (lima jam pela-jaran dalam setiap minggu).

2. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu

(33)

dan XI IPA3 karena kedua kelas tersebut memiliki kemampuan awal yang tidak jauh berbeda atau dianggap sama kemudian ditentukan kelas XI IPA3 sebagai ke-las eksperimen dan keke-las XI IPA2 sebagai kelas kontrol.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum belajar (pretest) dan hasil tes setelah bel-ajar (posttest) siswa. Sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

1. Data hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen. 2. Data hasil pretest dan posttest kelompok kontrol.

Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan seluruh siswa kelas kontrol.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain Non Equivalence Control Group Design menurut Louis Cohen (2007) (Saputra, 2011).

[image:33.595.119.419.643.694.2]

Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian yaitu:

Tabel 5. Desain penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Kelas eksperimen O1 X O2

Kelas kontrol O1 - O2

(34)

diterapkan perlakuan model pembelajaran inkuiri terbimbing (X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan posttest (O2) yang terdiri dari 5 soal uraian.

D. Instrumen Penelitian dan Validitasnya

Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instru-men pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data un-tuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004). Pada peneliti-an ini, instrumen ypeneliti-ang digunakpeneliti-an peneliti-antara lain adalah silabus, rencpeneliti-ana pelakspeneliti-anapeneliti-an pembelajaran (RPP), LKS kimia yang menggunakan model inkuiri terbimbing pa-da materi koloid sejumlah 4 LKS, soal pretest pa-dan soal posttest yang berupa soal uraian mewakili keterampilan berpikir lancar.

(35)

ber-sangkutan. Oleh karena itu, dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. sebagai dosen pembimbing untuk mengujinya.

E. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Observasi Pendahuluan

Tujuan observasi pendahuluan:

a. Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan in-formasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksa-naan penelitian.

b. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

2. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap persiapan, menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

(36)
[image:36.595.133.503.200.487.2]

pem-belajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol; (3) melakukan posttest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol; dan (4) melakukan tabulasi dan analisis data. Adapun langkah-langkah penelitian ter-sebut ditunjukkan pada alur penelitian sebagai berikut:

Gambar 1. Alur penelitian

F. Teknik Analisis Data

1. Penentuan nilai pretest dan posttest

...(1)

Setelah data nilai diperoleh kemudian ditentukan n-Gain masing-masing sis-wa selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis.

2. Perhitungan

Melalui perhitungan ini didapatkan data n-Gain sejumlah siswa yang meng- Observasi Pendahuluan

1. Menentukan Populasi dan Sampel 2. Mempersiapkan Perangkat

Pembelajaran dan Instrumen 3. Validasi Instrumen

Kelas Eksperimen Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Kelas Kontrol

Pembelajaran Konvensional

Pretest

Posttest

Analisis Data

Pembahasan dan kesimpulan

100 x maksimal

skor

benar yang jawaban skor

(37)

ikuti tes tersebut. Dalam hal ini 39 data pada kelas XI IPA3 (kelas eksperi-men) dan 39 data pada kelas XI IPA2 (kelas kontrol). n-Gain dirumuskan se-bagai berikut:

− = ( )

( ) ...(2)

3. Pengujian Hipotesis

a. Uji homogenitas dua varians

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel peneliti- an berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk menentukan statistik-t yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogeni-tas adalah sebagai berikut:

H0 : 12 22 (data penelitian mempunyai variansi yang homogen)

H1 : 12 22 (data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen)

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus:

kecil Varian ter

terbesar Varians

F ...

(Sudjana, 2005)

Keterangan :

F = Kesamaan dua varians

Kriteria : Pada taraf 0,05, tolak Ho jika F hitung  F ½ (1,2)

Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima. Yang berarti kedua kelompok tersebut mempunyai varians yang sama atau dikatakan homogen.

(38)

b. Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif perlakuan terhadap sampel dengan melihat n-Gain keterampilan berpikir lan-car materi pokok sistem koloid yang lebih tinggi antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 7 Bandar Lampung.

Rumusan Hipotesis:

H0 : µ1x≤ µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir lancar pada materi ko-loid pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbim-bing lebih rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain keteram-pilan berpikir lancar pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

H1 : µ1x> µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir lancar pada materi ko-loid pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbim-bing lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain keterampilan ber-pikir lancar pada kelas yang diterapkan pembelajaran konven-sional.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi pokok koloid pada kelas yang diterap-kan pembelajaran inkuiri terbimbing.

µ2 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi koloid pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

(39)

Jika data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen ( = ), maka pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t dengan rumus sebagai berikut:

t = dengan S = ( ) ( )

(Sudjana, 2005)

Keterangan:

thitung = Perbedaan dua rata-rata.

= Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir lancar pada materi koloid yang diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

= Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir lancar pada materi koloid yang diterapkan model pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku gabungan.

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan inkuiri terbimbing.. = Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. = Simpangan baku siswa yang diterapkan inkuiri terbimbing.

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan kriteria uji : Terima H0 jika thitung < t (1-α) dan tolak sebaliknya.

(40)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir lancar dengan model pembelajaran in-kuiri terbimbing lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain keterampilan berpikir lancar dengan pembelajaran konvensional.

2. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi koloid efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir lancar.

B. saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Pembelajaran inkuiri terbimbing hendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi koloid karena terbukti efektif dalam meningkat-kan keterampilan berpikir lancar.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.

Andriani, Y. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving dalam Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan dan Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Koloid. (Skripsi). Tidak diterbitkan.

Arifin. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Bandung. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Bell, G.M.E. 1994. Belajar dan Membelajarkan. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

Evans, J.R. 1991. Berpikir Kreatif, dalam Pengambilan Keputusan dan Manajemen. Bumi Aksara. Jakarta.

Herdian. 2010. Berfikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran Matematika. Diakses pada tanggal 8 Juni 2013 dari

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa

Justiana, S. Muchtaridi. 2009. Kimia 2. Yudishtira. Jakarta.

Killen, R. 2009. Effective Teaching Strategies, Australia: social science press. Marlinda, M. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam

Meningkatkan Keterampilan Menyebutkan Contoh dan Mengidentifikasi Kesimpulan Pada Materi Laju Reaksi. (Skripsi). Tidak diterbitkan. Munandar, S.C.U. 2008. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka

Cipta. Jakarta.

(42)

Purba, M. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta. Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses

Pembelajaran. Kencana Pramuda Media Group. Jakarta.

Saputra, A. 2011. Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. (Skripsi). Tidak diterbitkan.

Sohibi, M. Siswanto, J. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah dan Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa. (Jurnal). Diakses pada 8 Juni 2013 di

http://e-jurnal.ikippgrismg.ac.id/index.php/JP2F/article/view/349 Sudjana, N. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT Tarsito. Bandung. Sumirah. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan

Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA. (Jurnal). Diakses pada tanggal 8 Juni 2013 dari http://repository.upi.edu/388/ Suparno, P. 2006. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Tim Penyusun. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan

Gambar

Tabel 2. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif
Tabel 3. Indikator kemampuan berpikir kreatif
Tabel 4.  Analisis konsep materi koloid
Tabel 5. Desain penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian dan pengembangan ini meliputi: 1) mendesain dan menjelaskan kelayakan buku ajar trampil Basa Jawi piwulang 5 pengalamanku berbasis karakter islam di kelas

Ibu Nunung Nurhasanah, S.T., M .Si , Selaku Koordinator M ata Kuliah Program Ganda Sistem Informasi – Teknik Industri Universitas Bina Nusantara dan selaku dosen pembimbing yang

HTT juga merupakan himpuanan dari beberapa suku yang membentuk suatu perkumpulan sosial yang berfungsi sebagai tempat menyatukan masyarakat etnis Tionghoa yang ada di

Memilih kondisi yang pertama, apabila sensor MQ-135 mendeteksi kadar amonia melebihi 20 ppm dan DHT11 lebih dari 30 o celcius, jika memenuhi kondisi, maka akan

Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indikator

Dalam riwayat as-Shahihain untuk hadits ini disebutkan, &#34;Barangsiapa yang berani melakukan sesuatu yang masih diragukan bahwa sesuatu itu berdosa, maka dia tidak

Tahap evalusi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model

pembelajaran menggunakan LKS berbasis keterampilan proses terpadu dan pengetahuan baru siswa terhadap materi transpor membran sebelum melaksanakan kegiatan