• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORELASI DAN ANALISIS LINTAS KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine max) KETURUNAN PERSILANGAN WILIS X MLG 2521

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KORELASI DAN ANALISIS LINTAS KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine max) KETURUNAN PERSILANGAN WILIS X MLG 2521"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI DAN ANALISIS LINTAS KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine max) KETURUNAN PERSILANGAN

WILIS X MLG 2521 ( Skripsi )

Oleh

CHRISTIAN RAYMOND SIAGIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Christian Raymond Siagian

ABSTRAK

KORELASI DAN ANALISIS LINTAS KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine max) KETURUNAN PERSILANGAN VARIETAS

WILIS X MLG 2521

Oleh

Christian Raymond Siagian

Kedelai merupakan salah satu jenis tanaman palawija yang menghasilkan biji dengan kandungan protein yang tinggi, serta banyak dimanfaatkan oleh penduduk Indonesia. Produksi kedelai dalam negeri tidak bisa memenuhi kebutuhan kedelai nasional sehingga perlu ditingkatkan, salah satunya melalui pemuliaan dengan perakitan varietas unggul. Salah satu langkah penting dalam pemuliaan tanaman adalah seleksi. Untuk menghemat waktu dan biaya seleksi, perlu diestimasi korelasi antarsifat untuk mengetahui keeratan hubungan antarkarakter dan untuk mengetahui hubungan kausal antarkarakter digunakan analisis lintas. Melalui analisis lintas dapat diketahui pengaruh langsung dan tidak langsung antara peubah peramal dengan peubah respons.

Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi (1) korelasi antarkarakter agronomi terhadap produksi. (2) pengaruh langsung dan tidak langsung

(3)

Christian Raymond Siagian

Pemuliaan Tanaman Universitas Lampung. Benih kedelai yang digunakan adalah generasi F5 hasil keturunan varietas Wilis x Mlg 2521, benih kedelai varietas Willis dan Mlg 2521. Perlakuan ditata dalam rancangan kelompok teracak sempurna dengan 2 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi fenotipe yang terjadi positif dan nyata antara karakter umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong, bobot 100 butir dengan bobot biji per tanaman dan tidak terdapat korelasi antara umur panen dengan bobot biji per tanaman.

Seleksi langsung yang paling efektif berdasarkan analisis lintas adalah melalui jumlah polong untuk mendapatkan bobot biji per tanaman yang berat karena jumlah polong memiliki pengaruh langsung yang hampir setara dengan

korelasinya. Keadaan ini menunjukkan hubungan antara jumlah polong sebagai faktor penyebab dan bobot biji per tanaman sebagai faktor akibat benar – benar menerangkan tata hubungan yang sesungguhnya.

(4)

KORELASI DAN ANALISIS LINTAS KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (GLYCINE MAX) KETURUNAN PERSILANGAN

WILIS X MLG 2521

Oleh

Christian Raymond Siagian

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 6 Mei 1992, sebagai anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Gerry Siagian dan Ibu Tati Hayati L. Tobing.

Penulis Mengawali pendidikan formal di TK Xaverius 2 Bandar Lampung yang selesai pada tahun 1998. Penulis melanjutkan pendidikannya ke tingkat sekolah dasar di SD Fransiskus I Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2004.

Selanjutnya, Penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat sekolah menengah pertama di SMP Fransiskus dan lulus pada tahun 2007. Setelah menyelesaikan pendidikan SMP, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Fransiskus Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2010. Setelah lulus dari jenjang pendidikan SMA, penulis melanjutkan pendidikannya dengan menjadi salah satu mahasiswa

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2010.

Pada tahun 2013 penulis menjalankan Praktik Umum (PU) di PTPN VII

UU.Bentayan, Sumatra Selata dengan judul Teknik Pembibitan dan Pemeliharaan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Pada Fase Main Nursery di PTPN VII UU.Bentayan, Sumatera Selatan.

(9)

“Intelligence is not the determinant of success, but hard work is the real

determinant of your success.”

Kecerdasan bukan penentu kesuksesan, tetapi kerja keras merupakan penentu

kesuksesanmu yang sebenarnya.

Apa pun tugas hidup anda, lakukan dengan baik. Seseorang semestinya

melakukan pekerjaannya sedemikian baik sehingga mereka yang masih hidup,

yang sudah mati, dan yang belum lahir tidak mampu melakukannya lebih baik

lagi.

(10)

Didalam Nama Tuhan YME dan Maha Pengasih serta Maha Penyayang

Kupersembahkan Karyaku Ini dengan Di Iringi Rasa Syukur, Bangga, dan

Tulus

Kepada

Kedua Orang Tuaku Papa dan Mama Tercinta, serta Kakak dan Adik

tersayang Olan, Amanda dan Sonya sebagai ungkapan rasa kasih sayang dan

hormat kepada kalian yang kucintai Didalam Nama Tuhan dan Juru Selamat.

Almamater Tercinta

(11)

i

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas anugerah dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul

“Korelasi Dan Analisis Lintas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine Max)

Keturunan Persilangan Wilis X Mlg 2521” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tuaku, Papa dan Mama, serta kakak dan adik penulis: Olan

Reynaldo Siagian, Amanda Janet Siagian dan Sonya Malinda Siagian atas dukungan moral, materi serta doa dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis.

2. Dr. Ir. Nyimas Sa’diyah, M.P., selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan perhatian, pemikiran, dan bimbingan yang membangun selama penulis melakukan perkuliahan, penelitian, dan penyelesaian skripsi.. 3. Dr. Ir. Maimun Barmawi, M.S., selaku Pembimbing kedua yang telah

memberikan ilmu pengetahuan, saran, kritik, semangat, pengalaman dan kesabaran yang tak terhingga saat membimbing dalam penelitian ini.. 4. Dr. Ir. Erwin Yuliadi, M.Sc., selaku Penguji yang telah memberikan

(12)

ii

penyelesaian skripsi ini dan selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

5. Ir.Titik Nur Aeny,M.Sc., selaku Pembimbing Akademik di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Program Studi Agroteknologi atas doa dan dukungan yang di berikan.

6. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Soraya Sopha,S.Pi., selaku sahabat dekat penulis yang telah memberikan kasih sayang dan perhatian dari awal hingga selesainya tulisan ini.

8. Teman-teman satu penelitian Jefri Zulkarnain, Tety Maryenti, Riza Aprianti, Noviaz Adriani, Aulia Meydina, Nidya Wanda, Nurul Aslichah, dan Dimas Nugroho yang telah terlibat dalam penelitian dan memberikan masukan dalam pembuatan skripsi ini.

9. Sahabat yang membantu dalam penelitian ini Rudianto Butar-Butar

Andhimaryno, Yunus, Fajrin, Dian s, Rubi, Dian O, Yulinda, Arisha, Desi, dan the actor serta AGT 2010. Terima kasih atas motivasi, suka dan duka yang selama ini selalu dilalui bersama.

Penulis menyadari bahwa skripsi masih belum sempurna karena kesempurnaan hanya milik Tuhan YME, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan orang lain yang membacanya.

Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis,

(13)

iii

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ...

v DAFTAR GAMBAR ...

vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Kerangka Pemikiran ... 4

1.4 Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Botani Tanaman Kedelai ... 8

2.2 Syarat Tumbuh Kedelai ... 11

2.3 Pemuliaan Tanaman Kedelai ... 16

2.4 Korelasi dan Analisis Lintas ... 18

III. BAHAN DAN METODE ... 21

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

3.2 Bahan dan Alat ... 21

3.3 Metode Penelitian ... 22

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 24

(14)

iv

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Hasil Penelitian …... 28

4.2 Pembahasan ... 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

5.1 Kesimpulan ... 43

5.2 Saran ... 43

PUSTAKA ACUAN ... 44

(15)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi Nilai Korelasi. ... 2. Rumus Analisis Ragam. ... 3. Rumus Analisis Kovarian. ... 4. Koefisien korelasi fenotipe karakter pengamatan. ... 5. Matriks Analisis lintas fenotipe berbagai variabel pengamatan

terhadap bobot biji pertanaman. ... 6. Komponen varians. ... 7. Komponen kovarian umur berbunga. ... 8. Komponen kovarian umur panen. ... 9. Komponen kovarian tinggi tanaman. ... 10. Komponen kovarian jumlah cabang. …... 11. Komponen kovarian jumlah polong. ... 12. Komponen kovarian bobot 100 butir. ...

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata letak penanaman benih F5 kedelai persilangan

(17)

1

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

Kedelai merupakan salah satu jenis tanaman palawija dari keluarga

Leguminoceae, yang menghasilkan biji dengan kandungan protein yang tinggi, serta banyak dimanfaatkan oleh penduduk Indonesia baik sebagai bahan pangan, campuran pakan ternak, maupun bahan baku industri, terutama minyak dan protein kedelai (Purwono dan Purnamawati, 2007).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2011, produksi kedelai lokal hanya sebesar 851.286 ton atau 29% dari total ketersediaan kedelai pada tahun tersebut. Sementara itu, impor kedelai pada 2011 sebanyak 2.088.615 ton atau 71% dari total ketersediaan. Impor kedelai terbesar Indonesia pada 2011 berasal dari Amerika Serikat (AS) dengan jumlah 1.847.900 ton, Malaysia 120.074 ton, Argentina 73.037 ton, Uruguay 16.825 ton dan Brasil 13.550 ton.

(18)

2

pemuliaan tanaman bergantung pada kemampuan pemulia tanaman untuk memisahkan genotipe-genotipe unggul dengan kegiatan seleksi (Kasno,1992).

Benih tanaman kedelai yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Maimun Barmawi, Hasriadi Mat Akin, Nyimas

Sa’diyah berserta mahasiswa dari Jurusan HPT dan Agronomi Fakultas Pertanian

Universitas Lampung. Penelitian ini diawali pada tahun 2001 dengan menseleksi tetua yang tahan terhadap cowpea mild mottle virus (CPMMV) (Fertani, 2001). Dari penelitian yang dilakukan diperoleh galur yang tahan terhadap CPMMV, yaitu galur Mlg 2521. Galur Mlg 2521 juga memiliki ketahanan terhadap soybean stunt virus (SSV) (Pudrayani, 2005).

Barmawi pada tahun 2009 melakukan persilangan varietas Wilis dan galur Mlg 2521 (Barmawi et al., 2009). Tahun 2011 dilakukan penanaman F1 oleh mahasiswa mata kuliah pemuliaan tanaman lanjutan semester genap di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung.

(19)

3

Sebanyak 825 butir benih kedelai generasi F3 diambil secara acak 300 butir sebagai sampel. Sari dan Wulandari menanam benih F3 pada Oktober 2012 di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh nomor-nomor harapan yang diharapkan dapat menjadi genotipe unggul, yaitu genotipe 7.199, 7.24, 7.23, 7.178, 7.61, 7. 22, 7. 287, 7.82, 7.218, 7.277, 7.83, 7.143, 7.3, 7.21, 7.64, 7.261, 7.74, 7.75, 7.141, 7.90, 7.104, 7.42, 7.160, 7.58,7.192, 7.123, 7.97, 7.144, 7.140, 7.176, 7.260, 7.44, 7.66, 7.73, 7.85, 7.52, 7.56, 7.62,7.70, 7.57, 7.105, 7.31, 7.110, 7.28, 7.38, 7.162, 7.103, 7.213, 7.7, dan 7.207 (Sari, 2013).

Barmawi, Sa’diyah, dan Akin melakukan penanaman F4 pada bulan April 2013 di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung dan didapat 15 nomor – nomor harapan yang diharapkan dapat menjadi genotipe unggul, yaitu genotipe 7.199, 7.24, 7.23, 7.83, 7.64, 7.261, 7.141, 7.90, 7.192, 7.144, 7.44, 7.73, dan genotipe nomor 7.61. Dari genotipe 7.61 terdapat 2 nomor harapan, yakni 7.61.1 dan 7.61.4 yang akan ditanam sebagai populasi F5 hasil persilangan Wilis x Mlg 2521

(Barmawi et al., 2013).

(20)

4

Untuk menghemat waktu dan biaya perlu diketahui korelasi antarsifat. Korelasi berfungsi untuk mengetahui keeratan hubungan antarkarakter. Untuk mengetahui hubungan kausal antarkarakter digunakan analisis lintas. Analisis lintas dapat dipilah-pilah menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung. Pada penelitian F5 ini kemungkinan akan didapat korelasi dan sidik lintas.

Dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada korelasi antarkarakter agronomi pada tanaman kedelai keturunan persilangan Wilis x Mlg2521.

2. Komponen hasil apa yang memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung pada hasil kedelai keturunan persilangan Wilis x Mlg2521.

1.2Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk memperoleh informasi korelasi antarkarakter agronomi terhadap produksi.

2. Untuk memperoleh informasi pengaruh langsung dan tidak langsung antarkarakter agronomi terhadap hasil produksi.

1.3 Kerangka Pemikiran

(21)

5

Salah satu langkah penting dalam pemuliaan tanaman adalah seleksi. Pada proses seleksi, banyak genotipe yang diseleksi. Untuk menghemat waktu dan biaya perlu diestimasi korelasi antarsifat. Korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antarkarakter dan untuk mengetahui hubungan kaulsal antarkarakter digunakan analisis lintas. Dengan analisis lintas dapat diketahui pengaruh langsung dan tidak langsung antara peubah peramal dengan peubah respons.

Menurut Iqbal et al. (2003), karakter utama yang menentukan daya hasil 10 varietas kedelai yang ditanam pada kondisi optimum adalah jumlah polong per tanaman yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi yang positif dan sangat nyata dengan bobot biji per tanaman. (Shrivastava et al., 2001) menyimpulkan bahwa tinggi tanaman saat panen dan umur panen berkorelasi negatif dengan bobot biji per tanaman, sedangkan umur panen berkorelasi positif dengan bobot biji per tanaman.

Menurut Bizeti et al. (2004), jumlah buku total berkorelasi positif dan signifikan dengan daya hasil kedelai. Analisis lintas dapat memisahkan nilai korelasi antara peubah tidak bebas dengan peubah bebas menjadi pengaruh langsung suatu peubah bebas dan pengaruh tidak langsung melalui peubah bebas yang lain (Li, 1956).

(22)

6

Hasil penelitian Wirnas et al. (2006) menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dan sangat nyata antara jumlah cabang, jumlah buku total, jumlah polong isi, jumlah polong total, persentase polong isi, umur panen dengan bobot biji per tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan karakter – karakter tersebut akan meningkatkan bobot biji per tanaman. Karakter persentase polong hampa, tinggi tanaman saat panen berkorelasi negatif dan sangat nyata dengan bobot

biji/tanaman. Dalam hal ini, karakter ukuran biji tidak berkorelasi dengan bobot biji/tanaman. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Iqbal et al. (2003) dan Bizeti

et al. (2004), bahwa bobot 100 butir atau ukuran biji tidak berkorelasi dengan hasil pada kedelai.

Berdasarkan hasil analisis koefisien lintas, karakter yang memiliki pengaruh langsung terhadap hasil biji/tanaman yakni jumlah cabang, jumlah polong isi, jumlah polong hampa, dan persentase polong isi. Karakter – karakter yang tidak berpengaruh secara langsung terhadap hasil biji/tanaman yakni karakter jumlah buku total, tinggi tanaman saat panen dan umur panen (Wirnas et al., 2006)

(23)

7

1.4 Hipotesis

1. Jumlah cabang, umur berbunga, umur panen, jumlah polong , berkorelasi positif dengan bobot biji per tanaman dan Tinggi tanaman, berkorelasi negatif dengan bobot biji per tanaman serta bobot 100 butir tidak berkorelasi dengan bobot biji per tanaman.

(24)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Botani Tanaman Kedelai

Klasifikasi tanaman kedelai: Divisio : Spermatophyta Classis : Dicotyledoneae Ordo : Rosales

Famili : Papilionaceae Genus : Glycine

Species : Glycine max (L.) Merill

Tanaman kedelai yang dibudidayakan merupakan tanaman tegak, bersemak dan berdaun banyak. Apabila tanaman kedelai memiliki ruang tumbuh yang cukup, tanaman akan membentuk cabang yang sedalam–dalamnya (Phoelman, 1959). Adie dan Krisnawati (2007) menambahkan bahwa karakteristik kedelai yang dibudidayakan (Glycine max L. Merril) di Indonesia merupakan tanaman semusim, tanaman tegak dengan tinggi 40 - 90 cm, bercabang, memiliki daun tunggal dan daun bertiga, bulu pada daun dan polong tidak terlalu padat dan umur tanaman antara 72 - 90 hari.

(25)

9

Biji berkembang dalam waktu yang lama beberapa hari setelah pembuahan. Perpanjangan dimulai sekitar 5 hari dan panjang maksimum didapatkan setelah 15 – 20 hari. Pembelahan sel pada kotiledon terjadi dua minggu setelah

pembuahan. Perkembangan kotiledon yang cepat ditandai dengan akumulasi berat protein dan lemak (Shibels et al., 1975). Biji merupakan komponen morfologi kedelai yang bernilai ekonomis (Adie dan Krisnawati, 2007). Jumlah biji per polong pada kedelai berkisar 1 – 5 biji, umumnya varietas kedelai yang dipasarkan memiliki 2 atau 3 biji per polong. Ukuran biji kedelai sangat

bervariasi yang dapat diukur dari bobot 100 biji. Kisaran bobot 100 biji kedelai adalah 5 – 35 g (Phoelman, 1959).

Pengelompokan ukuran biji kedelai berbeda antar negara, di Indonesia kedelai dikelompokkan berukuran besar (bobot > 14 g/100 biji), sedang (10 - 14 g/100 biji), dan kecil (< 10 g/100 biji). Biji sebagian besar dilapisi oleh kulit biji (testa). Antara kulit biji dan kotiledon terdapat lapisan endosperm (Adie dan Krisnawati, 2007).

(26)

10

setelah berkecambah. Sebulan kemudian akar primer muncul sepanjang 45 – 60 cm (Shibels et al., 1975).

Batang tanaman kedelai berasal dari poros embrio yang terdapat pada biji masak. Hipokotil merupakan bagian terpenting pada poros embrio, yang berbatasan dengan bagian ujung bawah permulaan akar yang menyusun bagian kecil dari poros bakal akar hipokotil. Bagian atas poros embrio berakhir pada epikotil yang terdiri dari dua daun sederhana, yaitu primordial daun bertiga pertama dan ujung batang. Sistem perakaran di atas hipokotil berasal dari epikotil dan tunas aksilar. Pola percabangan akar dipengaruhi oleh varietas dan lingkungan, seperti panjang hari, jarak tanam, dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

Daun kedelai terbagi menjadi empat tipe, yaitu kotiledon atau daun biji, dua helai daun primer sederhana, daun bertiga, dan profila. Bentuk daun kedelai adalah lancip, bulat, dan lonjong, serta terdapat perpaduan bentuk daun misalnya antara lonjong dan lancip. Sebagian besar bentuk daun kedelai yang ada di Indonesia adalah berbentuk lonjong dan hanya terdapat satu varietas (Argopuro) berdaun lancip (Adie dan Krisnawati, 2007).

Kedelai merupakan tanaman menyerbuk sendiri yang bersifat kleistogami. Polen dari anter jatuh langsung pada stigma bunga yang sama. Bunga membuka pada pagi hari tetapi terlambat membuka pada cuaca yang dingin (Phoelman and

(27)

11

varietas dengan banyak bunga per buku memiliki persentase keguguran bunga yang lebih tinggi daripada yang berbunga sedikit (Adie dan Krisnawati, 2007).

Pertumbuhan tanaman kedelai selain dibagi atas dasar lamanya periode vegetatif dan generatif, juga dapat dibedakan berdasarkan batang dan bunga. Maka dari itu tipe pertumbuhan kedelai terdiri dari tipe determinit, indeterminit dan semi-determiniit. Pada tipe determinit, pertumbuhan vegetatif berhenti setelah fase berbunga, buku bagian atas mengeluarkan bunga pertama, batang tanaman teratas cenderung berukuran sama dengan batang bagian tengah sehingga pada kondisi normal batang tidak melilit. Tipe indeterminit, pertumbuhan vegetatif berlanjut setelah fase berbunga, buku bagian bawah mengeluarkan bunga pertama, batang tanaman teratas cenderung berukuran lebih kecil dengan batang bagian tengah sehingga pada kondisi normal batang melilit. Varietas kedelai yang ada di Indonesia umumnya bertipe tumbuh determinit (Adie dan Krisnawati, 2007).

2.2Syarat Tumbuh Kedelai

Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100 - 400 mm/bulan. Untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100 - 200 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21 – 34 oC, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23 – 27 oC. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 oC. Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 50 - 300 m dpl. Varietas

(28)

12

Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl (Prihatman, 2000).

Komponen lingkungan yang menjadi penentu keberhasilan usaha produksi kedelai adalah faktor iklim (suhu, sinar matahari, curah dan distribusi hujan), dan

kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah (solum, tekstur, pH, ketersediaan hara, kelembaban tanah, bahan organik dalam tanah, drainase dan aerasi tanah, serta mikroba tanah). Rhizobium sp. yang hidup pada akar bersimbiosis dengan tanaman kedelai sangat penting bagi pertumbuhan kedelai. Rhizobium sp. umumnya memiliki persyaratan hidup yang sama dengan persyaratan tumbuh kedelai (Sumarno dan Manshuri, 2007). Bakteri penambat nitrogen dalam tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah seperti tekstur tanah dan kelembaban tanah. Tanah yang tergenang mengurangi bintil akar kedelai sekitar 15%

(Norman et al., 1995).

Air merupakan faktor yang penting bagi tanaman, karena berfungsi sebagai pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis. Periode kering menyebabkan tanaman sering mendapatkan cekaman kekeringan, karena kurang suplai air di daerah perakaran dan atau laju transpirasi melebihi laju absorbsi air oleh tanaman. Apabila cekaman kekeringan berkepanjangan maka tanaman akan mati. Cekaman kekeringan mempengaruhi pembukaan stomata yaitu semakin tinggi tegangan air akan mengurangi pembukaan stomata.

(29)

13

menurunkan bobot biji, sebab bobot biji sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang diberikan dalam musim tanam.

Balittan Malang pada tahun 1990 melaporkan bahwa pemberian air yang intensif akan berpengaruh terhadap hasil biji kedelai. Pemberian air setiap 10 hari selama musim tanam dapat meningkatkan hasil menjadi 2 ton/ha dibandingkan dengan pemberian 3 kali selama musim tanam (1,71 ton/ha) dan tanpa irigasi teratur hanya 1,47 ton/ha (Agung dan Rahayu, 2004).

Kedelai dapat tumbuh baik di tempat pada daerah berhawa panas, di tempat terbuka dengan curah hujan 100 – 400 mm3 per bulan. Oleh karena itu, kedelai kebanyakan ditanam di daerah yang terletak kurang dari 400 m di atas permukaan laut. Jadi tanaman kedelai akan tumbuh baik, jika ditanam di daerah beriklim kering (Andrianto dan Indarto, 2004).

Kedelai merupakan tanaman berhari pendek, yakni apabila penyinaran terlalu lama melebihi 12 jam, tanaman tidak akan berbunga. Hampir semua varietas tanaman kedelai berbunga dari umur 30–60 hari (Yustika, 1985).

(30)

14

sehingga berhubungan dengan tingkat produksi tanaman. Rendahnya jumlah air akan menyebabkan terbatasnya perkembangan akar, sehingga mengganggu penyerapan unsur hara yang berakibat pada menurunkan produksi. Tanaman kedelai yang mengalami defisit air, translokasi fotosintat ke biji akan terhambat (Agung dan Rahayu, 2004).

Umumnya kecepatan fotosintesis tanaman bertambah tinggi dengan naiknya intensitas cahaya. Hubungan ini bersifat hampir linear dengan kisaran yang kecil. Kecepatan fotosintesa pada intensitas cahaya tertentu tidak dipengaruhi oleh intensitas cahaya karena daun telah jenuh dengan cahaya. Kecepatan fotosintesis untuk beberapa tanaman bahkan dapat mengalami penurunan bila intensitas cahaya lebih tinggi dari titik jenuhnya (Guslim, 2007).

Kedelai umumnya dapat beradaptasi terhadap berbagai jenis tanah, dan menyukai tanah yang bertekstur ringan hingga sedang, dan berdrainase baik, akan tetapi peka terhadap salinitas (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Kemasaman tanah yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antara 5,8–7, namun pada tanah dengan pH 4,5 pun kedelai masih dapat tumbuh baik. Tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Tanah podzolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa menyebabkan pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah yang cukup (Andrianto dan Indarto, 2004).

(31)

15

dasarnya kedelai adalah tanaman aerobik, yang lebih sesuai pada tanah yang agak lembab dengan kadar kelembaban 70-80% kapasitas lapang, tanah berdrainase baik tetapi memiliki daya pengikat air yang baik, oleh karena itu, tanah dengan tekstur berliat dan berdrainase baik, atau tanah lempung berpasir yang kaya bahan organik, sangat sesuai untuk tanaman kedelai (Sumarno dan Manshuri, 2007). Humus dan atau unsur hara lainnya yang terdapat pada tanah di daerah dengan curah hujan tinggi, dapat mengakibatkan mudah mengalami penghanyutan atau pun tercuci ke lapisan bawah sehingga tidak tersedia bagi tanaman

(Kartasapoetra, 1988).

Tanah dengan kandungan nitrogen yang tinggi akan menyebabkan pertumbuhan tanamanlebih mengarah kepada laju pertumbuhan vegetatif, yang terlihat dari permukaan daun menjadi lebih lebar, laju fotosintesis lebih tinggi, indeks luas daun semakin tinggi dan LAN yang semakin besar (Arinong et al., 2005).

(32)

16

2.3Pemuliaan Tanaman Kedelai

Pemuliaan tanaman dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang perubahan – perubahan susunan genetik sehingga diperoleh tanaman yang menguntungkan manusia (Poespodarsono, 1988). Arsyad et al. (2007) menambahkan bahwa strategi perakitan varietas diarahkan untuk menghasilkan varietas baru guna meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Strategi perakitan varietas ditujukan untuk mengatasi permasalahan atau hambatan produksi pada

agroekosistem yang bersangkutan yang meliputi permasalahan biologis dan non biologis (fisik), peluang keberhasilan, dan kemungkinan pengembangan di masa yang akan datang.

Umumnya proses kegiatan pemuliaan diawali dengan (i) usaha koleksi plasma nutfah sebagai sumber keragaman, (ii) identifikasi dan karakterisasi, (iii) induksi keragaman, misalnya melalui persilangan ataupun dengan transfer gen, yang diikuti dengan (iv) proses seleksi, (v) pengujian dan evaluasi, (vi) pelepasan, distribusi dan komersialisasi varietas.

(33)

17

pengukuran hasil diperlukan untuk meningkatkan perbaikan genetik mengenai kapasitas hasil secara maksimal (Somaatmadja, 1985).

Sumarno dan Harnoto (1983) menyatakan bahwa pemuliaan kedelai ditujukan untuk mendapatkan varietas unggul dengan sifat – sifat potensi hasil tinggi yaitu mencapai 2 ton/ha, umur genjah (75 – 90 hari), tahan penyakit karat daun

(Phakopsora pachyrhyzi), toleran tanah masam, dan beradaptasi baik pada tanah tanpa pengolahan intensif. Arsyad (2000) menambahkan bahwa tujuan pemuliaan kedelai antara lain mengembangkan varietas yang dapat beradaptasi baik pada lahan kurang subur, umur tanaman tergolong tengahan hingga panjang, tahan hama penyakit utama, memiliki sifat agronomis yang baik, penampilan serta mutu biji yang baik, beradaptasi baik pada kondisi kekurangan air dan responsif

terhadap lingkungan yang lebih baik atau subur.

Pengembangan varietas unggul pada tanaman kedelai perlu terus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam pengembangan varietas unggul adalah dengan melakukan perbaikan daya hasil dan adaptasi tanaman. Perakitan varietas baru memerlukan populasi dasar yang memiliki keragaman genetik yang tinggi.Saat ini keragaman genetik kedelai di Indonesia masih cukup rendah, sehingga perlu upaya peningkatan keragaman genetik tanaman. Upaya peningkatan keragaman genetik kedelai dapat dilakukan melalui introduksi, persilangan, transformasi genetik, dan mutasi

(34)

18

2.4Korelasi dan Analisis Lintas

Korelasi merupakan metode untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua peubah atau lebih berdasarkan besarnya koefisien korelasi. Koefisien korelasi ialah koefisien yang menggambarkan tingkat keeratan hubungan antara dua peubah atau lebih. Nilai dari koefisien korelasi tidak menggambarkan hubungan sebab akibat antar peubah, tetapi hanya menggambarkan keterkaitan linear antar peubah. Terdapat dua jenis korelasi, yakni korelasi negatif dan korelasi positif. Apabila nilai korelasi antarsifat yang diperoleh positif berarti pertambahan nilai karakter 1 akan mengakibatkan peningkatan / pertambahan karakter 2, sedangkan apabila nilai korelasi antarsifat yang diperoleh negatif berarti penambahan

karakter 1 akan mengakibatkan penurunan / pengurangan pada karakter 2.

Menurut Ujianto dan Mulyaningsih(2006), dari segi genotipik korelasi dapat terjadi karena adanya faktor linkage dan pleiotropi, sedangkan korelasi fenotipik dapat terjadi karena adanya faktor genetik dan lingkungan. Linkage merupakan peristiwa atau fenomena terdapatnya dua gen atau lebih yang mengendalikan satu karakter atau lebih karena tidak bisa berpisahnya gen gen tersebut, sehingga gen tersebut mempunyai keterkaitan antara karakter yang satu dengan karakter

(35)

19

Menurut Riduwan dan Akdon (2006), berdasarkan nilai koefisiennya keeratan korelasi dapat dibedakan menjadi :

Tabel 1. Klasifikasi Nilai Korelasi.

Nilai Koefisien Korelasi Keeratan Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Cukup

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat Kuat

Koefisien korelasi dapat dinyatakan bermakna jika t-hitung > t-tabel (Singh dan Chaudhary, 1979).

Korelasi antarsifat merupakan fenomena umum yang terjadi pada tanaman. Pengetahuan tentang adanya korelasi antara sifat-sifat tanaman merupakan hal yang sangat berharga dan dapat digunakan sebagai dasar program seleksi agar lebih efisien (Chozin et al., 1993). Tetapi dengan hanya menggunakan analisis korelasi tidak cukup menggambarkan hubungan tersebut. Hal ini disebabkan antarkomponen hasil saling berkorelasi dan pengaruh tidak langsung melalui komponen hasil dapat lebih berperan daripada pengaruh langsungnya. Dengan analisis lintas (sidik lintas) masalah ini dapat diatasi, karena masing-masing sifat yang dikorelasikan dengan hasil dapat diurai menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung (Singh and Chaudhary, 1979 ; Totowarsa, 1982 ).

Menurut Singh dan Chaudary (1979), penafsiran koefisien lintas dapat dilakukan berdasarkan tiga pedoman dasar umum berikut ini :

(36)

20

keeratan hubungan X dan Y seutuhnya. Oleh karena itu, seleksi atau peramalan berdasarkan X tersebut sangat efektif.

2. Jika koefisien korelasi X dengan Y bernilai positif, tetapi efek

langsungnya negatif atau dapat diabaikan, maka efek tak langsungnya menjadi penyebab korelasi itu. Dalam keadaan ini semua X harus diperhatikan dan diperhitungkan secara serempak.

3. Jika koefisien korelasi X dengan Y bernilai negatif tetapi efek langsung bernilai positif dan besar, maka batasilah efek tak langsung yang tidak dikehendaki sehingga dalam penafsirannya dapat benar-benar

(37)

21

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014. Penanaman dilaksanakan di laboratorium lapang terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung serta pengamatan dilakukan di Lab.Benih dan Pemuliaan Tanaman Universitas Lampung.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai generasi F5 hasil keturunan varietas Wilis x Mlg 2521 oleh Barmawi, dkk. Benih kedelai varietas Willis dan varietas Mlg 2521. Pupuk Urea (50kg/ha), SP36 (100kg/ha), KCl (100kg/ha), pupuk kandang, insektisida Decis berbahan aktif Deltramethrin 25 M g/l, dan Furadan berbahan aktif Karbofuran.

(38)

22

3.3 Metode Penelitian

Perlakuan ditata dalam rancangan kelompok teracak sempurna dengan 2 ulangan. Model linear aditif sebagai berikut:

Xij= μ + αi + βj +

ε

ij

Keterangan : Xij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, dan ulangan ke-j µ = Rata-rata nilai tengah

αi = Pengaruh genotipe ke-i

βj = Pengaruh kelompok ke-j

ε

ij = pengaruh acak pada genotipe ke-i, kelompok ke-j

Untuk menganalisis ragam digunakan perhitungan seperti pada tabel berikut:

Tabel 2. Analisis Ragam

(39)

23

Untuk menganalisis korelasi antar karakter digunakan perhitungan seperti pada tabel berikut:

Tabel 3. Analisis Kovarian.

Sumber

(Singh dan Chaudhary, 1979)

jika t-hitung > t tabel (db = n-2), maka koefisien korelasi dinyatakan bermakna.

Untuk menghitung pengaruh langsung variabel X dan Y dapat dihitung dengan rumus Singh dan Chaudhary (1979) :

(40)

24

Dari persamaan tersebut , koefisien lintas dapat dicari dengan persamaan : C = (RX)-1 (RY)

Keterangan :

Rx = Matrik korelasi antarsifat agronomi yang diamati R XiXj (i,j = 1, 2, ...,n) C = Matrik koefisien pengaruh langsung Xi terhadap Y (i = 1, 2, ..., n) RY = Matrik koefisien korelasi Xi terhadap Y (i = 1, 2, ..., n)

RX-1 = invers matrik RX

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Lahan Percobaan

Pengolahan lahan dilakukan dengan mencangkul lahan dengan kedalaman 20 – 30 cm lalu diratakan dengan cangkul. Lahan penelitian dibuat dengan ukuran 10 m x 8 m sehingga terdapat 17 baris tanaman dengan 20 lubang tanam pada setiap barisnya sebanyak 2 ulangan.

3.4.2 Penanaman dan Pengaplikasian pupuk dasar

(41)

25

3.4.3 Penyulaman

Penyulaman dilakukan bila terdapat benih yang tidak berkecambah. Kegiatan penyulaman dilakukan pada dua minggu setelah tanam.

3.4.4 Perawatan dan Pemeliharaan Tanaman

Perawatan tanaman dilakukan dengan penyiraman rutin dan penyiangan gulma setiap minggunya. Pengendalian gulma dilakukan secara mekanik, sedangkan pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan delhtametrin25g/ldan fungisida berbahan aktif Mancozeb

80%.

3.4.5 Pemanenan

(42)

26

3.5Variabel Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap sampel sebanyak 10 tanaman setiap barisnya. 1. Tinggi tanaman saat panen

Pengukuran tinggi tanaman sampel akhir dilakukan ketika pemanenan tanaman tersebut.

2. Jumlah cabang

Merupakan total cabang produktif yang dimiliki masing-masing tanaman sampel yang menghasilkan polong saat panen.

3. Umur berbunga

Pengamatan umur berbunga tanaman dihitung dari hari setelah tanam hingga 50% tanaman sampel pada masing-masing baris berbunga.

4. Umur panen

Penghitungan umur panen dilakukan berdasarkan periode waktu dari awal penanaman sampai waktu pemanenan tanaman setelah 50% tanaman sampel pada masing-masing baris sudah dapat dipanen

5. Jumlah polong per tanaman

(43)

27

6. Bobot 100 biji

Bobot 100 biji kering diambil secara acak kemudian ditimbang

7. Bobot biji per tanaman

(44)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah

1. Korelasi fenotipe yang terjadi pada karakter jumlah polong dengan bobot biji per tanaman adalah positif dan nyata serta paling erat jika dibandingkan dengan karakter lainnya. Karakter umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah cabang, bobot 100 butir biji berkorelasi dan nyata dengan bobot biji per tanaman. Tidak terdapat korelasi antara umur panen dengan bobot biji per tanaman.

2. Karakter jumlah polong memiliki pengaruh langsung yang paling besar (0,74) terhadap bobot biji pertanaman, sehingga karakter jumlah polong dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi yang paling efektif.

5.2 Saran

Saran yang diajukan berdasarkan penelitian ini adalah

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut seperti multi lokasi dan multi musim agar data yang diperoleh dapat lebih akurat

(45)

44

PUSTAKA ACUAN

Adams, M.W., 1967.Basis of yield compensation in crop plants with special reference to field beans (Phaseolus vulgaris). Crop Science. 7 505 - 510 Adie, M. M., dan A. Krisnawati. 2007. Biologi Tanaman Kedelai, hlm 45-73.

Dalam Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, H. Kasim (Eds). Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Malang.

Agung, T. dan A.Y. Rahayu. 2004. Analisis Efisiensi Serapan N, Pertumbuhan, dan Hasil Beberapa Kultivar Kedelai Unggul Baru dengan Cekaman Kekeringan Dan Pemberian Pupuk Hayati. Agrosains 6(2): 70-74.

Andrianto, T.T. dan N. Indarto, 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, KacangHijau, Kacang Panjang, Absolut, Yogyakarta.

Ardiansyah, S. 2012. Pola Segregasi Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max (L.) Merrill Generasi F2 Hasil Persilangan Wilis x Malang 2521. Skripsi. Fakultas Pertanian UNILA. Lampung.

Arinong A.R., Kaharuddin, dan Sumang. 2005. Aplikasi berbagai Pupuk Organik Pada Tanaman Kedelai Di Lahan Kering. J. Sains & Teknologi 5(2): 65-72. Arsyad, D. M. 2000. Varietas Unggul dan Strategi Pemuliaan Kedelai di

Indonesia, hal 39-42. Dalam L. W. Gunawan, L. Sunarlin, T. Handayani, B. Sugiharto, W. Adil, B. Priyanto, Suwarno (Eds). Penelitian dan

Pengembangan Produksi Kedelai di Indonesia. BPPT. Jakarta.

Arsyad, D. M., M. M. Adie, dan H. Kuswantoro. 2007. Perakitan varietas unggul kedelai spesifik agroekologi, hal 205 - 228. Dalam Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, H. Kasi (Eds). Kedelai, Teknik Produksi dan

Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Badan Pusat Statistik, 2011. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Januari

(46)

45

Barmawi, M., S. D. Utomo, H. M. Akin, dan S. Ramli. 2009. Uji Ketahanan Terhadap Cowpea Mild Mottle Virus pada sembilan belas populasi F1 tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill)hasil persilangan dialel. Jurnal Agrotropika.Universitas Lampung. Vol 14.

Barmawi, M., H. M. Akin, dan N. Sa’diyah. 2013. Perakitan Varietas Unggul Yang Tahan Terhadap Soybean Mosaic Virus. Laporan Akhir Penelitian Strategis Nasional Tahun Ke-2. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 47 hlm.

Bizeti, H.S., C. G. P. de Carvalho, J. Souza, and D. Destro. 2004. Path Analysis under multicollinearity in soybean. Brazilian Archives of Biology and Technology Journal. 47(5): 669-676.

Chozin M, Suryati D, Taufik M, Ganefianti DW, dan Suprapto. 1993. Variasi Genetik Tanaman Kedelai. Kumpulan makalah seminar hasil penelitian staf pengajar Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu.

Egli, D.B., J. E. Leggett., J. Fraser, and C. G. Poneleit. 1981. Control Of Seed Growth In Soya Beans. Ann. Bot. (London) 48:171-176.

Fehr,W.R. 1987. Principle of cultivar development : Theory and Technique.

Macmillan Publishing Company. New York. Vol. 1. 536 pp.

Fertani, E.Y. 2001. Uji Ketahanan Beberapa Kultivar Kedelai (Glycine max [L.] Merril) Terhadap Cowpea Mild Mottle Virus (CPMMV) Dan Pengaruhnya Terhadap Kehilangan Hasil. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar

Lampung.

Ganefianti, D.W, Yulian, A.N. Suprapti. 2006. Korelasi dan sidik lintas antara pertumbuhan, komponen hasil dan hasil dengan gugur buah pada tanaman cabai. Jurnal Akta Agrosia 9(1):1-6.

Guslim. 2007. Agroklimatologi. USU – Press, Medan.

Hartoko, D. A. (2005). Penampilan Beberapa Mutan kedelai (Glycine max (L.) Merril) di lahan kering pada generasi kedua.

Iqbal, S., M. Ariq, M. Tahira, M. Ali, M. Anwar, dan M. Sarwar. 2003. Path coefficient analysis in different Genotypes of soybean (Glycine max (L.) Merr). Pakistan Journal of Biological Science. 6 (12): 1085-1087. Kartasapoetra, A.G. 1988. Klimatologi : Pengruh iklim terhadap tanah dan

tanaman. Bina Aksara, Jakarta.

(47)

46

Lewis C.F, Christiansen M.N. 1981. Breeding plants for stress environments. Di dalam: Frey KJ, editor. Plant Breeding II. Ames: The Iowa State University Press. hlm 151-178.

Li, C. C. 1956. The concept of path analysis and its impact on populations genetics. Biometrics. 12:190-209.

Norman M. J. T., C. J. Pearson and P. G. E. Searle. 1995. The Ecology of Tropical Food Crops. Cambridge University Press. Cambridge. 430 p.

Pandiangan, M. B. S. P. K. 2012. Uji Daya Hasil Kedelai (Glycine Max (L.) Merril) Berdaya Hasil Tinggi Di Kampung Sidey Makmur Sp 11 Manokwari. Skripsi. Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian Universitas Negri Papua. Papua

Patterson, R.P. and C.D. Raper, Jr. 1985. Influence Of Duration And Rate Of Seed Fill On Soybean Growth And Development. pp. 875-883. In Richard Shibles (ed.) World Soybean Conference III: Proceedings. Westview Press, Boulder, CO.

Phoelman, J. M. 1959. Breeding Soybeans, p 221 - 240. In H. T. Croasdale (Ed). Breeding Field Crops. University of Missouri. New York.

Phoelman, J. and D. A. Sleper. 1996. Breeding Field Crops Fourth Edition. Iowa State University Press. USA. 494 p.

Poespodarsono, S., 1998. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. IPB Press, Bogor. Prihatman, K. 2000. Tentang Budidaya Pertanian: Kedelai. Deputi Menegristek

Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan IlmuPengetahuan dan Teknologi.

Pudrayani. 2005. Seleksi Ketahanan Beberapa Kedelai (Glycine max [L.] Merril) Terhadap Penyakit Buntut Kedelai Yang Disebabkan Oleh Soybean Stunt Virus. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.

Purwono, L dan Purnamawati. 2007. Budidaya Tanaman Pangan. Penerbit Agromedia. Jakarta.

Rachmadi, M. 2000. Pengantar Pemuliaan Tanaman Membiak Vegetatif. Unpad. Bandung.

Riduwan dan Akdon. 2006. Rumus Dan Data Dalam Aplikasi Statistika. Alfabeta: Bandung.

(48)

47

Sari, Y. 2013. Estimasi Keragaman Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) Famili F3 Hasil Persilangan Antara Wilis x Mlg

2521. Skripsi. Fakultas Pertanian UNILA. Lampung.

Shibels R. M, I. F. Wardlaw and R. A. Fischer. 1975. Soybean. Dalam

Evan L. T (Eds). Crop Physiology some case histories. Cambridge University Press. New york.151-190 p.

Shrivasatava, M. K., R. S. Sukla, and P. K. Jain. 2001. Path coefficient analysis in diverse genotype of soybean (Glycine max L). Plant Science. 4: 47-51.

Silvius, J. E., D. F. Kramer, and R. E. Lee. 1978. Carbon Assimilation and Translocation in Soybean Leaves at Different Stages of Development. Plant Physiol. 62:54-58

Singh R.K, and Chaudhary B.D. 1979. Biometrical Methods in Quantitative Genetic Analysis. Ludhiana-New Delhi. Kalyani Publishers. 302 p.

Sidwell, R., E. Smith, and R. McNew. 1976. Inheritance and interrelationships of grain yield and selected yield-related traits in a hard red winter wheat cross. Crop Sci. 16:650–654.

Somaatmadja. 1985. Peningkatan produksi kedelai melalui perakitan varietas, hml 243-259. Dalam: S. Somaatmadja, M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung dan Yuswadi (Eds.). Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Suharsono, M. Yusuf, dan A. P. Paserang. 2006. Analisis ragam, heritabilitas, dan pendugaan kemajuan seleksi populasi F2 dari persilangan kedelai

kultivar Slamet x Nokomsawon. Tanaman Tropika 9(2) : 86-93

Sumarno dan A. G. Manshuri. 2007. Persyaratan tumbuh dan wilayah produksi kedelai di Indonesia, hal 74-103. Dalam Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, H. Kasi (Eds). Kedelai, Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Sumarno dan Harnoto. 1983. Kedelai dan Cara Bercocok Tanamnya.

Buletin No. 6. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. Suprapto dan Kairudin, N. 2007. Variasi genetik, heritabilitas, tindak gen dan

kemajuan genetik kedelai (Glycine max Merrill) pada ultisol. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia 9(2): 183-190.

(49)

48

Ujianto, L. Idris dan T. Mulyaningsih. 2006. Evaluasi potensi plasma nutfah dan penentuan sifat untuk seleksi tidak langsung kacang tanah (Arachis hypogeae L. Merr.) varietas lokal NTB. Agroteksos 15 (4): 259 – 264.

Yantama, N. Sa‘diyah, M. Barmawi., 2013. Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F2 Persilangan Wilis Dan Mlg2521. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.

Yustika, S.B. 1985. Hubungan Iklim Dengan Pertumbuhan Tanaman Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Wahdah, R. 1996. Variabilitas Dan Pewarisan Laju Akumulasi Bahan Kering Pada Biji Kedelai. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung

Winarto. A. 2002. Peningkatan Produktifitas, Kualitas Dan Efisiensi System Produksi Tanaman Kacang – Kacangan dan Umbim - Umbian Menuju Ketahanan Pangan Dan Agribisnis.

Wirnas, D, I. Widodo, Sobir, Trikoesoemaningtyas, dan D. Sopandie. 2006.

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi Nilai Korelasi.
Tabel 2. Analisis Ragam
tabel berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Sebaran frekuensi karakter agronomi tanaman kedelai generasi F2 hasil persilangan Wilis x B3570 yang meliputi tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, jumlah cabang

memiliki keragaman fenotipe yang luas tetapi nilai keragaman genetiknya sempit dan nilai heritabilitas dalam arti luas yang tinggi, sedangkan karakter jumlah cabang

Tujuan dilakukan penelitian adalah (1) Membandingkan nilai tengah karakter agronomi beberapa genotipe harapan tanaman kedelai generasi F 6 hasil persilangan Wilis x Mlg 2521

Pengujian nomor-nomor kedelai ( Glycine max [L.] Merrill) hasil seleksi masa terhadap penampilan beberapa komponen hasil. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Daya

[r]

tanaman pada persilangan Wilis x Malang 2521 mengikuti nisbah 3 : 1 berarti bahwa karakter jumlah polong per tanaman merupakan karakter yang dikendalikan secara

tanaman pada persilangan Wilis x Malang 2521 mengikuti nisbah 3 : 1 berarti bahwa karakter jumlah polong per tanaman merupakan karakter yang dikendalikan secara

Pengujian nomor-nomor kedelai (Glycine max [L.] Merrill) hasil seleksi masa terhadap penampilan beberapa komponen hasil. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Daya waris