• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AIR MINUM ISI ULANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AIR MINUM ISI ULANG"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

AIR MINUM ISI ULANG

Oleh

RHIZKY NURKHOLIS

Usaha depot air minum isi ulang berkembang sangat pesat di Kota Bandar Lampung. Air minum isi ulang memang sangat diminati oleh masyarakat karena harganya relatif murah. Tetapi pelaku usaha depot air minum isi ulang kurang begitu peduli tentang kualitas air minum yang diperdagangkannya. Sebagai contoh kasus berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, dari 80 tempat usaha depot air minum isi ulang, hanya 26 yang sudah mengantongi izin laik hygiene. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Kriteria air minum isi ulang yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, (2) Perlindungan hukum bagi konsumen depot air minum isi ulang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan (3) Peranan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dalam rangka pengawasan kualitas produksi depot air minum isi ulang. Penelitian ini termasuk dalam penelitian normatif terapan. Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan masalah normatif terapan yaitu pendekatan masalah yang dilakukan dengan mengkaji penerapan atau implementasi ketentuan hukum normatif. Data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara. Setelah data disusun secara sistematis, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data dengan cara analisis kualitatif.

(2)

pasal 7 sanksi administratif kepada penyelenggara air minum yang tidak memenuhi persyaratan kualitas air minum. (3) Peranan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dalam rangka pengawasan kualitas produksi depot air minum isi ulang yaitu dengan pengawasan secara pengamatan dan penilaian, pembinaan kepada pemilik dan operator, pemeriksaan fisik sarana dan pembinaan agar pemilik depot air minum isi ulang memeriksakan hasil produksinya ke laboratorium. Pemeriksaan bakteri dilakukan setiap 3 bulan dan pemeriksaan kimia dan fisika setiap 6 bulan dilakukan oleh pelaku usaha dengan cara memeriksakan sendiri hasil produksinya ke laboratorium dan melaporkan hasilnya ke Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung agar air minum isi ulang selalu terjaga kualitasnya.

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 14 Desember 1990, dan merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari Bapak Hipzon (Alm) dan Ibu Zahroni.

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak Kartini Bandar lampung yang diselesaikan pada tahun 1996, penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 2 Palapa Tanjung Karang diselesaikan pada tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ditempuh di SMP Negeri 2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2005, dan menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Al – Azhar 3 Bandar Lampung pada tahun 2008. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung pada tahun 2008.

(7)

PERSEMBAHAN

Kepada Almarhum Ayah dan Umi Tersayang

“Terimakasih telah mendidik dan membesarkanku sampai jadi seperti ini, untuk ayah

terimakasih telah jadi Ayah yang baik sampai akhir hayatmu”

Kepada adik- adikku Rhendy, Rheza dan Rheva Serta semua keluarga yang memberikan bantuan dorongan maka terselesaikan skripsi ini.

Kepada teman – teman Fakultas Hukum Universitas Lanpung dan sahabat yang membantu atas terselesaikannya skripsi ini.

(8)

MOTO

„Hai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,

sesungguhnya Allah S.W.T. beserta orang-orang yang sabar.”

( Q.S. Al-Baqoroh: 153)

“Good communication comes from people to people, be great communication comes from people to Allah S.W.T.”

(9)

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

MOTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

SANWACANA ... viii

DAFTAR ISI ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Kegunaan Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Perlindungan Hukum ... 11

B. Perlindungan Konsumen ... 13

C. Pihak-pihak Terkait dalam Perlindungan Konsumen ... 20

1. Konsumen ... 20

2. Pelaku Usaha ... 22

3. Pemerintah ... 23

4. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat ... 25

D. Air Minum Isi Ulang ... 26

E. Depot Air Minum isi Ulang ... 27

F. Kerangka Pikir ... 30

III. METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis dan Tipe Penelitian ... 32

(10)

F. Pengolahan Data ... 35

G. Analisis Data ... 36

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 37

A. Kriteria Air Minum Isi Ulang yang Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.492/Menkes/Per/ IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum ... 37

B. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Depot Air Minum Isi Ulang Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan ... 41

1.Perlindungan Konsumen Air Minum Isi Ulang menurut UUPK ... 41

2.Perlindungan Konsumen Air Minum Isi Ulang menurut Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010 ... 47

C. Peranan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dalam Rangka Pengawasan Kualitas Produksi Depot Air Minum Isi Ulang ... 49

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA

(11)

SANWACANA

Puji Syukur Penulis Ucapkan Kehadirat Allah S.W.T., karena atas rahmat dan hidayah – Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Air Minum Isi

Ulang” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., selaku Ketua Jurusan Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Bapak Dr. Hamzah, S.H., M.H., selaku Pembimbing Utama atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam penyelesaian skripsi ini;

4. Ibu Dianne Eka Rusmawati, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing Kedua atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam penyelesaian skripsi ini;

(12)

6. Bapak Shafruddin, S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik;

7. Ibu Septa Lina, selaku Staf Penyehatan Lingkungan pada Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung yang memberikan informasi terkait permasalahan skripsi;

8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Fakultas Hukum Universitas Lampung; 9. Teman- teman KKN Tematik 2011: Boim, Dandi, Uwel, Ani, Ayu, Dani,

Renfil, dan Kadir yang telah menjadi teman baik dalam kegiatan KKN; 10. Bapak Achenk, selaku Kepala Desa Sumber Agung dan Bapak Nang Abidin

selaku Camat Ambarawa Pringsewu telah membantu dalam lancarnya segala kegiatan KKN;

11. Mandala Prawira Negara, Billy Sandro, M. Angga Winanto, Emilsa Hendrayitna, Nizar Megiayudhi dan seluruh rekan-rekan Fakultas Hukum 2008, terimakasih atas kebersamaan dan bantuan kalian dalam menjalani proses perkuliahan;

(13)

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, November 2014 Penulis

(14)

A. Latar Belakang

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum1. Pada era globalisasi saat ini di tengah kemajuan ekonomi dan teknologi yang sangat pesat, untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat tidak hanya menggunakan air yang dimasak sendiri dari sumber air tanah.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai perusahaan air minum belum dapat sepenuhnya menyediakan air bersih bagi masyarakat karena masih banyak mengalami kendala-kendala. Air yang berasal dari PDAM tidak setiap hari mengalir dan terkadang tidak bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan memasak bahkan untuk minum. Ditambah lagi dengan banyaknya keluhan masyarakat mengenai air yang berasal dari PDAM mulai dari soal kualitas dan kuantitas seperti halnya air yang mengandung timbale atau kasinogenik, air berwarna kecoklat-coklatan atau keruh, air berbau larutan zat kimia atau berasa aneh hingga debit air yang kerap kali tidak mengalir sama sekali atau sangat kecil keluarnya.2

1

Lihat Pasal 1 angka 1 Permenkes Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

2

(15)

Rendahnya kualitas dan kuantitas air yang berasal dari PDAM diakibatkan karena air yang selama ini dipenuhi dengan sumber air sumur atau sumber air dalam tanah semakin menipis, kerusakan alam dan percemaran serta kepercayaan masyarakat terhadap jumlah dan kualitas air yang baik yang berasal dari PDAM. Kendala-kendala inilah yang kemudian menjadi cikal bakal meningkatnya prospek usaha air minum dalam kemasan (AMDK) yang memasukan produk air minum sehingga menjadi alternatif bagi masyarakat terutama dalam memenuhi kebutuhan akan air bersih yang layak dan aman untuk dikonsumsi setiap hari.

Permasalahan baru muncul, yaitu mahalnya harga air minum dalam kemasan dari berbagai jenis merk membuat konsumen bingung untuk tetap menggunakan air minum dalam kemasan. Air minum dalam kemasan yang cukup mahal tetap memaksa masyarakat untuk mengeluarkan uangnya demi memenuhi kebutuhannya akan air minum. Pendirian usaha depot air minum isi ulang kemudian muncul sebagai alternatif atau jawaban dari keluhan masyarakat. Peranan air minum isi ulang sangat besar hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya usaha depot air minum isi ulang dimana-mana. Air minum yang diperoleh dari depot air minum isi ulang pada umumnya harganya jauh lebih murah dibanding air minum dalam kemasan. 3

Permasalahan mengenai air minum isi ulang dari depot air minum isi ulang ini terkait dengan perlindungan konsumen karena masyarakat sebagai konsumen merupakan elemen yang paling erat dengan konsumsi air minum isi ulang yang

3Ibid

(16)

harus diperhatikan oleh para pihak yang terkait baik oleh pelaku usaha maupun pemerintah. Upaya perlindungan konsumen yang dapat dilakukan adalah dengan memperhatikan dan menjamin keselamatan dan keamanan dalam mengkonsumsi air minum isi ulang tersebut.

Konsumen dalam berbagai kondisi seringkali ditempatkan pada posisi yang lemah, bila dibandingkan dengan pelaku usaha. Kedudukan konsumen dan pelaku usaha tidak seimbang dimana konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen. Hal tersebut menyebabkan hukum perlindungan konsumen dianggap penting keberadaannya. Sudah menjadi hal yang umum pada saat sekarang hak-hak konsumen sering kali terabaikan. Banyak orang yang tidak menyadari bagaimana pelanggaran hak-hak konsumen yang dilakukan oleh pelaku usaha dan

konsumen cenderung mengambil sikap “diam”. Hukum perjanjian yang

seharusnya dapat diasumsikan berlaku seimbang dalam kenyataannya terkadang sulit untuk disamakan karena posisi tawar konsumen biasanya selalu lebih rendah dari pada pelaku usaha.4

Untuk memberikan perlindungan dari hal-hal yang bisa merugikan masyarakat sebagai konsumen, telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen selanjutnya disebut UUPK. UUPK menjelaskan dalam Pasal 1 angka 12 ”Badan Perlindungan Konsumen Nasional adalah badan

4

(17)

yang dibentuk untuk membantu upaya pengembangan perlindungan konsumen”.5 Namun undang-undang ini sepertinya belum mampu memberikan perlindungan hukum bagi konsumen, khususnya konsumen air minum isi ulang. Adanya undang-undang yang mengatur perlindungan konsumen bisa mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan yang ada dengan menyediakan barang/jasa yang berkualitas, sehingga para konsumen tidak ragu untuk memilih barang atau jasa dan tidak merugikan konsumen sendiri.

Perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen berkenaan dengan produk (barang) meliputi pembuatan atau produksi dan pemasaran yang mencakup usaha memperdagangkan barang tersebut hingga ke tangan konsumen. Adapun dalam UUPK yang disebut barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh konsumen6. Adapun produk (barang) yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah produk air minum isi ulang yang berasal dari depot air minum isi ulang di daerah Kota Bandar Lampung.

Perkembangan depot air minum isi ulang berkembang sangat pesat dapat dilihat dari keberadaanya dimana-mana. Air minum isi ulang ini memang sangat diminati oleh masyarakat karena harganya relatif murah dan mudah didapat. Tetapi sangat disayangkan masyarakat kurang begitu peduli dengan kualitas air minum yang dikonsumsi tersebut apa sudah memenuhi standar mutu yang sudah ditetapkan

5

Lihat Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK)

6

(18)

sesuai yang tertuang dalam Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Ketentuan mengenai air minum isi ulang yang layak untuk dikonsumsi telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Persyaratan air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif. Hal tersebut bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel debu dan bakteri E. Coli dan bakteri koliform yang terdapat pada air minum sehingga air minum yang dihasilkan terbebas dari bakteri yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Untuk ketentuan tentang air minum isi ulang tidak jauh berbeda hanya saja air minum isi ulang harus melalui proses penjernihan atau penyulingan (filterisasi), disenfeksi (sinar ultra violet dan ozonisasi guna sterilisasi) untuk pemanasan. Dengan demikian maka air yang dihasilkan dapat memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum seperti Air minum tidak boleh berbau, tidak berasa, TDS (total zat padat yang terlarut) 500 mg/l, berwarna maksimal 15 TCU dan Suhu Udara 3oC.

(19)

khusus untuk wilayah kerja KKP.7 Pengawasan kualitas air minum secara internal merupakan pengawasan air minum yang dilaksanakan oleh penyelenggara air minum untuk menjamin kualitas air minum yang diproduksi memenuhi syarat.8 Pengawasan harus dilakukan dengan intensif agar tidak berdampak dan berisiko pada kesehatan masyarakat yang akan dirasakan dalam jangka panjang apabila ada pelaku usaha yang hanya bertujuan mencari keuntungan tanpa memperhatikan standar yang telah ditetapkan.

Sebagai konsumen, masyarakat juga harus mengerti benar bagaimana kualitas air minum isi ulang yang dikonsumsinya, apakah depot air minum isi ulang tersebut telah menggunakan sanitasi yang baik, apakah air tersebut telah memenuhi syarat dan kualitas air sesuai dengan peraturan yang berkaitan yaitu Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum serta peranan pemerintah dalam rangka pengawasan untuk melindungi konsumen dan pembinaan terhadap depot-depot air minum isi ulang yang dinyatakan melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan tersebut khususnya depot-depot air minum isi ulang.

Sebagai contoh kasus berdasarkan data Dinas Kesehatan Bandar Lampung, dari 80 tempat usaha depot air minum isi ulang, hanya 26 yang sudah mengantongi izin laik hygiene yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dalam bentuk sertifikat tersebut sangat penting bagi depot air minum isi ulang. Sertifikat

7

Lihat Pasal 4 ayat (2) Permenkes Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

8

(20)

tersebut dapat memberikan jaminan kepada warga selaku konsumen bahwa air yang dijual aman dikonsumsi.9

Dalam kasus depot air minum isi ulang, berdasarkan data dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) terdapat 20 depot air minum isi ulang di wilayah Jakarta pada tahun 2012 tidak memenuhi standar pengisian air minum, seperti tidak adanya proses sterilisasi pada galon air. Proses produksi yang tidak memenuhi standar diduga menjadi faktor penyebab produk tersebut tercemar.10 YLKI menyatakan, sebagian depot air minum isi ulang di wilayah Jakarta tidak memenuhi standar kesehatan. menurut data YLKI pada 2012-2013 ada sekitar 3.500 depot air minum isi ulang di wilayah jakarta, namun diperkirakan banyak yang tidak memiliki surat layak kesehatan dari Dinas Kesehatan setempat.11

Contoh kasus lainnya adalah keracunan air mineral isi ulang yang menimpa 11 pekerja di Perum Aster, Cibodas Kota Tangerang mendapatkan reaksi serius dari Pemerintah Tangerang. Sebanyak delapan orang harus rawat inap, sedangkan tiga orang hanya rawat jalan dan sudah pulang.12 Di kawasan Kota Denpasar, tahun 2008 Dinas Kesehatan Kota Denpasar mencatat, depot air isi ulang yang beroperasional di kawasan kota madya tersebut mencapai 222 depot air isi ulang. Kenyataannya dari jumlah tersebut hanya 43 depot yang baru mengantongi izin atau sertifikat laik sehat. Jadi dapat dikatakan 80,63 persen atau 179 depot belum

9

http://lampung.tribunnews.com/2014/10/16/hati-hati-54-depot-air-minum-di-bandar-lampung-tak-berizin diakses pada tanggal 17 Oktober 2014 pada pukul 15.00 WIB

10

http://metro.news.viva.co.id/news/read/dinkes_tangerang_lakukan_uji_lab diakses pada tanggal 25 Agustus 2014 pada pukul 10.41 WIB

11

http://analisadaily.com/news/read/waspada-bahaya-air-minum-isi-ulang/44681/2014/07/06, diakses pada tanggal 25 Agustus 2014 pada pukul 10.50 WIB

12

(21)

memiliki izin. Depot tidak berizin yang sebagian besar dikelola perseorangan itu dikatakan Kadis Kesehatan Kota Denpasar Sri Armini, kebanyakan enggan untuk mengurus izin. Mereka berangapan ada atau tidaknya izin usaha tetap bisa beroperasi.13 Para pelanggan air minum isi ulang wajib waspada. Asosiasi Pengusaha Pemasok dan Distribusi Air Minum Indonesia (APDAMINDO) mencatat, dari tiga ribu depot air minum yang tersebar di kawasan Jabodetabek, dipastikan hanya 20-30 persen yang sudah memiliki izin dari Kementerian Perindustrian dan laik dikonsumsi. Sementara sisanya dipastikan tak memiliki izin.14

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelelitian dan menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul:

“Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Air Minum Isi Ulang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana kriteria air minum isi ulang yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

2. Bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen depot air minum isi ulang berdasarkan peraturan perundang-undangan.

13

http://www.bisnisbali.com/2008/10/11/news/denpasar/air.html, diakses pada tanggal 25 Agustus 2014 pada pukul 11.15 WIB

14

(22)

3. Bagaimana peranan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dalam rangka pengawasan kualitas produksi depot air minum isi ulang.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Pada ruang lingkup penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu ruang lingkup pembahasan dan ruang lingkup bidang ilmu. Ruang lingkup pembahasan meliputi perlindungan hukum terhadap konsumen air minum isi ulang, sedangkan ruang lingkup bidang ilmu termasuk dalam hukum keperdataan ekonomi khususnya hukum perlindungan konsumen.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara lengkap dan jelas mengenai:

1. Kriteria air minum isi ulang yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

2. Perlindungan hukum bagi konsumen depot air minum isi ulang berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(23)

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kegunaan Teoritis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan pemikiran dan perkembangan ilmu pengetahuan hukum khusunya mengenai hukum perlindungan konsumen.

b. Kegunaan Praktis

1) Upaya untuk memperluas pengetahuan bagi penulis dalam bidang ilmu hukum khususnya hukum perlindungan konsumen.

2) Sebagai sumber informasi bagi pihak atau masyarakat yang membutuhkan informasi mengenai perlindungan hukum terhadap konsumen air minum isi ulang.

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perlindungan Hukum

Kata perlindungan secara kebahasaan tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan unsur-unsur, yaitu (1) unsur tindakan melindungi; (2) unsur pihak-pihak yang melindungi; dan (3) unsur cara-cara melindungi. Dengan demikian, kata perlindungan mengandung makna, yaitu suatu tindakan perlindungan atau tindakan melindungi dari pihak-pihak tertentu yang ditujukan untuk pihak tertentu dengan menggunakan cara-cara tertentu.15

Perlindungan yang diberikan terhadap konsumen bermacam-macam, dapat berupa perlindungan ekonomi, sosial, politik. Perlindungan konsumen yang paling utama dan yang menjadi topik pembahasan ini adalah perlindungan hukum. Perlindungan hukum merupakan bentuk perlindungan yang utama karena berdasarkan pemikiran bahwa hukum sebagai sarana yang dapat mengakomodasi kepentingan dan hak konsumen secara komprehensif . Di samping itu, hukum memiliki kekuatan memaksa yang diakui secara resmi di dalam negara, sehingga dapat dilaksanakan secara permanen. Berbeda dengan perlindungan melalui institusi lainnya seperti perlindungan ekonomi atau politik misalnya, yang bersifat temporer atau sementara.16

15

Wahyu Sasongko, Ketentuan-ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen. Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2007, hlm. 30

16 Ibid

(25)

Perlindungan hukum diartikan sebagai perlindungan oleh hukum atau perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum. Hukum dalam memberikan perlindungan dapat melalui cara-cara tertentu, antara lain yaitu dengan:17

a. Membuat peraturan (by giving rugulation), bertujuan untuk: 1) Memberikan hak dan kewajiban;

2) Menjamin hak-hak para subyek hukum,

b. Menegakkan peraturan (by law onfercement) melalui:

1) Hukum administrasi negara yang berfungsi untuk mencegah (preventive) terjadinya pelanggaran hak-hak konsumen, dengan perizinan dan pengawasan;

2) Hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi (repressive) pelanggaran UUPK, dengan mengenakan sanksi pidana dan hukuman; 3) Hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak (curative;

recovery; remedy), dengan membayar kompensasi atau ganti kerugian.

Sementara itu, kepastian hukum merupakan unsur yang utama. Ada korelasi positif antara kepastian hukum dan perlindungan konsumen. Kepastian hukum merupakan variabel yang akan mempengaruhi pemberian perlindungan konsumen. Sebaliknya, perlindungan konsumen merupakan variabel yang terpengaruh dari adanya kepastian hukum. Jadi, inti dari perlindungan hukum adalah kepastian hukum. Jika kepastian hukum dapat tercapai, maka perlindungan hukum juga akan diberikan. Dengan demikian, berdasarkan ketentuan UUPK ada

17 Ibid

(26)

dua persyaratan utama dalam perlindungan konsumen, yaitu adanya jaminan hukum (law guarantee) dan adanya kepastian hukum (law certainty).18

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum adalah cara atau perbuatan untuk melindungi para pihak. Pihak yang menjadi fokus perlindungan hukum dalam penelitian ini adalah konsumen depot air minum isi ulang yang diberikan oleh hukum atau undang-undang untuk mencegah adanya pelanggaran yang dapat merugikan konsumen air minum isi ulang.

B. Perlindungan Konsumen

Kata “Perlindungan” memiliki arti tempat berlindung, hal (perbuatan)

melinduungi.19 Perlindungan adalah perbuatan yang melindungi sesuatu dari gangguan yang dapat merugikan, yang dilaksanakan oleh para pihak. Perbuatan untuk melindungi sesuatu tersebut diatur oleh hukum yang berlaku, artinya hukum mencegah dengan ancaman hukuman apabila ada pihak lain yang melanggar, maka pihak lain yang merasa dirugikan berhak menuntut sesuai hukum yang berlaku.

Konsumen berasal dari kata serapan yaitu consumer (Inggris) atau consument/konsument (Belanda). Menurut kamus bahasa Inggris consumer diartikan sebagai pemakai atau pengguna barang/jasa atau disebut konsumen. Konsumen adalah setiap orang pengguna barang dan/atau jasa yang tersedia

18

Ibid., hlm. 33

19

(27)

dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.20

Pengertian perlindungan konsumen terdapat dalam UUPK, yaitu segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Rumusan pengertian perlindungan konsumen yang terdapat dalam UUPK tersebut cukup memadai, kalimat yang menyatakan “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum”, diharapkan sebagai benteng untuk

meniadakan tindakan sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan perlindungan konsumen.21

Pelaku usaha dan konsumen adalah dua pihak yang saling memerlukan. Pelaku usaha perlu menjual barang dan jasanya kepada konsumen. Konsumen memerlukan barang dan jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha. Sehingga, kedua belah pihak saling memperoleh manfaat dan keuntungan. Namun, dalam prakteknya sering kali konsumen dirugikan oleh pelaku usaha yang nakal. Karena ketidaktahuan dan kekurangsadaran konsumen akan hak-haknya, akibatnya konsumen menjadi korban pelaku usaha yang curang.

Perlindungan hukum bagi konsumen menyaratkan adanya pemihakan kepada posisi tawar yang lemah (konsumen). Perlindungan hukum bagi konsumen adalah suatu masalah besar, dengan persaingan global yang terus berkembang. perlindungan hukum sangat dibutuhkan dalam persaingan dan banyaknya produk

20

Lihat Pasal 1 Angka 2 UUPK

21

(28)

serta layanan yang menempatkan konsumen dalam posisi tawar yang lemah dalam perlindungan hukum bagi konsumen yang diberikan oleh negara.22

Perlindungan konsumen harus mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah, karena tanpa adanya perhatian dan perlindungan dari pemerintah kepada konsumen, maka pelaku usaha akan semena-mena dalam menawarkan suatu barang/atau jasa tanpa melihat akibat hukum yang ditimbulkan dalam penawaran barang/atau jasa, padahal UUPK telah mengatur hak pelaku usaha dan hak-hak konsumen, tetapi pada kenyataannya masih banyak diselewengkan oleh para pelaku usaha sehingga berakibat merugikan konsumen.

Konsumen harus bersifat aktif mencari informasi atau menanyakan kepada pelaku usaha tentang segala hal tentang barang yang digunakan. Hal tersebut perlu dilakukan oleh konsumen untuk melindungi dirinya dari gencarnya pelaku usaha yang menawarkan barang dan/atau jasa yang belum diketahui kualitas produknya. Untuk itulah diperlukan sikap kritis dari konsumen agar tidak selalu berada pada posisi yang dirugikan.

Menurut UUPK dalam pasal 4 dijelaskan hak-hak konsumen adalah :

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

22

(29)

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Menurut Wahyu Sasongko hubungan hukum antara pelaku usaha dan konsumen dari sifatnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:23

a. Bersifat langsung dalam arti pelaku usaha dan konsumen saling berinteraksi. b. Bersifat tidak langsung dalam arti hubungan antara pelaku usaha dan

konsumen melalui pihak-pihak lain sebagai agen, wakil atau perantara, penyalur, pedagang, grosir dan pengecer. Hubungan ini tergantung pada transaksi dalam praktik.

23

(30)

Pada ilmu konsumen, semula dianut teori bahwa produsen dan konsumen berada dalam posisi seimbang. Teori tersebut memandang tidak perlu proteksi untuk konsumen. Karena keduanya dalam keadaan seimbang menentukan pilihan dalam transaksinya, konsumen harus bersikap hati-hati. Teori ini dikenal dengan prinsip lets the buyer beware.24

Selanjutnya berkembang teori bahwa produsen yang memiliki kewajiban untuk sealu berhati hati dalam memproduksi barang atau jasa yang dihasilannya. Produsen lebih mengetahui sifat dan keadaan barangnya, mulai dari proses produksi hingga sampai pada pemasokannya ke pasar. Oleh karena itu produsen harus menanggung kesalahan jika terjadi sesuatu produk yang merugikan konsumen.25

Secara hukum produsen dan konsumen memilki hubungan hukum, yaitu hubungan langsung dan tidak langsung. Hubungan langsung itu terjadi saat Konsumen dan Produsen telibat langsung dalam sebuah perjanjian jual-beli. Sedangkan hubungan tidak langsung tersebut terjadi saat produsen dan konsumen telibat dalam satu perjanjian secara tidak langsung, hal itu terjadi karena antar konsumen dan produsen ada pihak lain.26

Kepentingan orang sebagai manusia alami dalam penggunaan suatu produk barang dan/atau jasa adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam

24

NHT Siahaan, Hukum Konsumen, Perlindungan Konsumen, dan Tanggungjawab Produk, Pantai Rei, Jakarta, 2005,hlm. 14

25

Ibid., hlm. 15

26

(31)

memenuhi kebutuhan itu, perlindungan yang diperlukan adalah bagaimana agar produk ini dapat memberikan manfaat bagi tubuh terutama keselamatan dan keamanan dalam mengkonsumsi.

Berbeda dengan kelompok masyarakat pelaku usaha, kepentingan mereka dalam penggunaan suatu produk adalah untuk membuat produk lain atau memperdagangkannya, baik berupa barang maupun jasa yang merupakan bidang usaha atau profesi mereka, perlindungan yang mereka perlukan adalah bagaimana menjalankan bisnis mereka masing-masing dengan baik dan lancar serta memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.

Ada tiga unsur utama yang terdapat dalam konsep perlindungan konsumen, yaitu: a. Adanya jaminan;

b. Kepastian hukum; c. Perlindungan konsumen.

(32)

kepada konsumen, baik dalam bidang hukum privat (perdata) maupun bidang hukum publik.27

Kepastian hukum untuk melindungi hak-hak konsumen yang diperkuat yang diperkuat melalui undang-undang khusus, memberikan harapan agar pelaku usaha tidak lagi bertindak sewenang-wenang yang selalu merugikan hak-hak konsumen. Dengan adanya UUPK beserta perangkat hukum lainnya, konsumen memiliki hak dan posisi yang berimbang, dan mereka pun bisa menggugat atau menuntut jika hak-haknya telah dirugikan atau dilanggar oleh pelaku usaha.28

Asas Perlindungan Konsumen

Berdasarkan UUPK Pasal 2, ada 5 (lima) asas yaitu :29 (1) Asas Manfaat

Maksud asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.

(2) Asas Keadilan

Asas ini dimaksudkan agar partisiasi seluruh rakyat bisa diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelak usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.

27

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen. Raja Grafindo Persada, Jakarta,2004, hlm. 2

28

Happy Susanto, Hak Hak Konsumen Jika Dirugikan , Jakarta, Visimedia, 2008, hlm. 4

29

(33)

(3) Asas Keseimbangan

Asas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti material atau spiritual.

(4) Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen

Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfatan barang/jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

(5) Asas Kepastian Hukum

Asas ini dimaksudkan agar baik laku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelegaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.

Dalam Pasal 3 UUPK perlindungan konsumen bertujuan :30

1) Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;

2) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa; 3) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan

menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

30

(34)

4) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;

5) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;

6) Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

Berdasarkan uraian di atas dapat kita ketahui bahwa perlindungan konsumen adalah suatu cara atau perbuatan hukum untuk melindungi kepentingan konsumen dari suatu perbuatan yang merugikan, maka yang dimaksud perlindungan konsumen dalam penelitian ini adalah usaha atau perbuatan untuk melindungi konsumen, berupa perlindungan hukum dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis yang memuat hak-hak konsumen dan melalui lembaga-lembaga yang ditentukan oleh badan hukum untuk dapat menyelesaikan setiap kegiatan atau perbuatan pelaku usaha yang merugikan konsumen air minum isi ulang.

C. Pihak-pihak Terkait dalam Perlindungan Konsumen

1. Konsumen

(35)

“setiap orang yang menggunakan barang/jasa”.31

Menurut kamus bahasa Inggris consumer diartikan sebagai pemakai atau pengguna barang/jasa atau disebut konsumen.

Konsumen menurut Pasal 1 angka 2 UUPK, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Pasal 1 angka 4 UUPK Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh konsumen. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.

Terdapat beberapa batasan pengertian konsumen, yakni:32

1) Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk tujuan tertentu.

2) Konsumen antara adalah setip orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang/jasa lain atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial).

31

Wahyu Sasongko, Op.Cit.,hlm. 53

32

(36)

3) Konsumen akhir adalah setiap orang alami yang mendapatkan dan menggunakan barang dan/atau jasa, untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan/atau rumah tangganya dan tidak untuk diperdagangkan kembali (non-komersial).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian konsumen adalah setiap orang yang menggunakan barang dan/atau jasa yang diperuntukan untuk diri sendiri dan tidak diperjualbelikan kembali atau dapat disebut konsumen akhir air minum.

2. Pelaku Usaha

Istilah pelaku usaha umumnya lebih dikenal dengan sebutan pengusaha. Pengusaha adalah “setiap orang atau badan usaha yang menjalankan usaha memproduksi, menawarkan, menyampaikan atau mendistribusikan suatu produk kepada masyarakat luas selaku konsumen”. Pengusaha memiliki arti

yang luas, tidak semata-mata membicarakan pelaku usaha, tetapi juga pedagang perantara atau pengusaha.

(37)

perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.33

Pengertian pelaku usaha dalam UUPK cukup luas karena meliputi grosir, pengercer dan lain-lain. Dalam pengertian pelaku usaha tersebut tidaklah mencakup eksportir atau pelaku usaha di luar negeri, karena UUPK membatasi orang perseorangan atau badan usaha hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik Indonesia. Akan tetapi dalam penulisan ini yang dimaksud pelaku usaha adalah pelaku usaha air minum isi ulang.

3. Pemerintah

Pemerintah seperti yang dijelaskan dalam UUPK bertanggungjawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku usaha.34

Pemerintah melakukan pembinaan dan perlindungan konsumen seperti yang

disebutkan dalan Pasal 29 ayat (2) UUPK yang berbunyi “Pembinaan oleh

33

Lihat Pasal 1 Angka 3 UUPK

34

(38)

pemerintah atas penyelenggaraan perlindungan konsumen dilaksanakan oleh Menteri dan/atau menteri teknis terkait”.

Tujuan Pembinaan dan perlindungan yaitu pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi upaya untuk:

1) Terciptanya iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat antara pelaku usaha dan konsumen;

2) Berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat; 3) Meningkatnya kualitas sumberdaya manusia serta meningkatnya kegiatan

penelitian dan pengembangan di bidang perlindungan konsumen.

Dalam rangka mengembangkan upaya perlindungan konsumen dibentuk Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) seperti yang disebut dalam pasal 31 UUPK. Badan Perlindungan Konsumen Nasional mempunyai fungsi memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam upaya mengembangkan perlindungan konsumen diIndonesia. Badan Perlindungan Konsumen Nasional mempunyai tugas:

1) Memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam rangkapenyusunan kebijaksanaan di bidang perlindungan konsumen. 2) Melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku di bidang perlindungan konsumen.

(39)

4) Mendorong berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.

5) Menyebarluaskan informasi melalui media mengenai perlindungan konsumen dan memasyarakatkan sikap keterpihakan kepada konsumen. 6) Menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen dari masyarakat,

lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat, atau pelaku usaha.

4. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat

Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat adalah lembaga non pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani perlindungan konsumen. Tugas Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) menurut UUPK antara lain meliputi kegiatan:35

1) Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa.

2) Memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya.

3) Bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan konsumen.

4) Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk menerima keluhan atau pengaduan konsumen.

5) Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen.

35

(40)

Mengacu pada pasal di atas, adapun tugas LPKSM yang berkaitan dengan pertanyaan Anda adalah dalam hal membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk menerima keluhan atau pengaduan konsumen. Di dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (PP LPKSM) dikatakan bahwa dalam membantu konsumen untuk memperjuangkan haknya, LPKSM dapat melakukan advokasi atau pemberdayaan konsumen agar mampu memperjuangkan haknya secara mandiri, baik secara perorangan maupun kelompok. Salah satu yayasan LPKSM adalah Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kritis konsumen tentang hak dan tanggung jawabnya sehingga dapat melindungi dirinya sendiri dan lingkungannya.

D. Air Minum Isi Ulang

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.36 Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif.37 Penggunaan kata “isi ulang” yang dimaksud yang dipakai oleh para pelaku usaha depot air minum adalah proses atau kegiatan pengisian kembali air minum yang wadahnya merupakan produk dari air minum dalam kemasan (AMDK) yang dijual dengan nama yang sama

36

Lihat Pasal 1 angka 1 Permenkes No. 492 Tahun 2010

37

(41)

tanpa mengubah nama kemasan AMDK yang sudah ada. Air yang diisikan adalah bukan air dari AMDK melainkan hasil produksinya sendiri.

Air minum yang menjadi objek pada penelitian ini adalah air yang melalui proses pengelolahan, memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum dapat langsung dikonsumsi setelah melalui proses penjernihan (filterisasi), disinfeksi (Sinar ultra violet dan ozon) guna sterilisasi.

E.Depot Air Minum isi Ulang

Istilah depot dalam bahasa indonesia berarti tempat atau gudang. Berdasarkan penjelasan pada air minum isi ulang maka depot air minum isi ulang adalah tempat pengisian kembali air minum yang melalui proses pengolahan, memenuhi syarat sebagai air minum.

Depot Air Minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Air baku yang digunakan Depot Air Minum harus memenuhi standar mutu dan persyaratan kualitas air minum sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan.38

Adapun bahan baku air yang digunakan para pelaku usaha depot air minum isi ulang antara lain:

a. Mata air pegunungan.

b. Air PAM dengan kategori sebagai air bersih.

38

(42)

c. Air tanah.

Menurut urutan proses produksiair minum di depot air minum seperti yang tercantum dalam Lampiran Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/l0/2004 tentangPersyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya adalah sebagai berikut:39

a. Penampungan air baku dan syarat bak penampung

Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung (reservoir). Bak penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade), harus bebas dari bahan-bahan yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang terdiri atas:

1) Khusus digunakan untuk air minum;

2) Mudah dibersihkan serta didesinfektan dan diberi pengaman; 3) Harus mempunyai manhole;

4) Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran;

5) Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari kemungkinan kontaminasi;

6) Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara pangan (food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan desinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali.

39

(43)

b. Penyaringan bertahap terdiri dari:

1) Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring partikel-partikel yang kasar. Bahan yang dipakai adalah butir-butir silica (sio2) minimal 80%. 2) Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa

berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik. Daya serap terhadap iodine (i2) minimal 75%.

3) Saringan/filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran maksimal 10 (sepuluh) micron.

c. Desinfeksi

Desinfeksi dilakukan untuk membunuh kuman patogen. Proses desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki atau alat

pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06 -0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV) dengan panjang gelombang 254 nm atau kekuatan 2537 dengan intensitas minimum 10.000 mw detik per cm2.

(44)

mengandung ozon). Bilamana dilakukan pencucian maka harus dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis deterjen tara pangan (food grade) dan air bersih dengan suhu berkisar 6o-85o kemudian dibilas dengan air minum/air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa-sisa deterjen yang dipergunakan untuk mencuci.

2) Pengisian

Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis

3) Penutupan Penutupan wadah dapat dilakukan dengan tutup yang dibawa konsumen dan atau yang disediakan oleh Depot Air Minum

F. Kerangka Pikir

Pelaku Usaha (Produsen) Air Minum Isi Ulang

Peranan Dinas Kesehatan Hubungan

Hukum

Konsumen Air Minum Isi Ulang

UU No. 8 Tahun 1999

Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010

Perlindungan hukum bagi konsumen Kriteria air minum isi

(45)

Penjelasan:

Pelaku usaha (produsen) dan konsumen air minum isi ulang terikat dalam suatu aturan dalam penelitian ini adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tantang Persyaratan Kualitas Air Minum. Pelaku usaha dan konsumen adalah dua pihak yang saling memerlukan. Pelaku usaha perlu menjual barang dan jasanya kepada konsumen.

(46)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian hukum normatif terapan. Penelitian hukum normatif terapan adalah penelitian hukum yang objek kajiannya meliputi ketentuan-ketentuan perundang-undangan (inabstracto) serta penerapannya pada peristiwa hukum (in concreto).40

Tipe penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang bersifat memaparkan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran secara lengkap, jelas, rinci dan sistematis, hasil penelitian dalam bentuk laporan penelitian sebagai karya ilmiah.41

B. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan, sehingga mencapai tujuan penelitian.42 Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan masalah normatif terapan yaitu pendekatan masalah yang dilakukan dengan mengkaji penerapan atau implementasi ketentuan hukum normatif yaitu Permenkes

40

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm. 201

41

Ibid., hlm. 101

42

(47)

No.492/Menkes/Per/IV/2010. Dalam pendekatan normatif terapan terdiri dari beberapa langkah, antara lain:43

1. Mengidentifikasikan pokok bahasan, subpokok bahasan berdasarkan permasalahannya.

2. Berdasarkan setiap subpokok bahasan yang sudah diidentifikasikan, maka selanjutnya menginfentarisasikan ketentaun-ketentuan hukum normatif yang terdapat pada UUPK dan Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010 menjadi tolak ukur terapan.

3. Hasil implementasi yaitu kesesuaian atau ketidaksesuaian prilaku penerapan dan ketentuan UUPK dan Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010.

C. Data dan Sumber Data

Pada penelitian ini yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. data primer adalah data yang diproleh langsung dari sumber, yaitu melalui wawancara dengan pihak yang berkaitan dengan permasalahan ini. Data sekunder adalah data yang diproleh dengan mempelajari bahan-bahan pustaka yang berupa peraturan perundang-undangan dan literatur-literatur lainnya yang berhubungan dengan permasalahan.

Data sekunder terdiri dari: a. Bahan Hukum Primer, yaitu;

1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

43 Ibid.,

(48)

2) Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang menberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang bersumber dari literatur-literatur dan bahan kuliah yang berkaitan dengan penelitian ini.

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti surat kabar, kamus hukum dan lain-lain.

D. Teknik Penentuan Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan atau penilaian subyektif dari peneliti.44 Jadi dalam hal ini peneliti menentukan sendiri pihak mana yang dianggap dapat mewakili permasalahan penelitian yaitu Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dan beberapa depot air minum isi ulang antara lain: Bapak Sugeng pemilik depot air minum isi ulang Krida Bagus, Bapak Andi pemilik depot air minum isi ulang Berkah, dan Bapak Yanriadi pemilik depot air minum isi ulang Fujiro

44

(49)

E. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara.45

1. Studi pustaka yaitu dengan mencari dan mengumpulkan bahan-bahan teoritis dengan cara mempelajari dan mengintip bahan-bahan pustaka yang berhubungan dengan objek penelitian, antara lain Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, dan literatur yang berkaitan dengan air minum isi ulang.

2. Wawancara dilakukan langsung dengan pihak terkait yaitu dengan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung yang diwakili oleh Septa Lina selaku staf Penyehatan Lingkungan.

F. Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul dengan baik, selanjutnya dilakukan beberapa tahapan dalam pengelohan data, sebagai berikut:46

1. Seleksi data, yaitu memilih data untuk mengetahui kesesuaian data yang dibutuhkan dalam menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

2. Klasifikasi data, yaitu menempatkan data-data dengan kelompok atau aturan yang ditetapkan dalam pokok bahasan sehingga diproleh data yang benar-benar dibutuhkan.

45

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum. Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 58

46

(50)

3. Sistematika data, yaitu menyusun data sesuai dengan tata urutan yang telah ditetapkan sesuai dengan konsep.

G. Analisis Data

(51)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Air minum isi ulang yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum adalah air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan. Parameter wajib yang dimaksud yaitu: a. Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan.

1) Parameter Mikrobiologi:

a) Bakteri E.Coli, kadar pada air minum harus 0. b) Bakteri Koliform, kadar pada air minum harus 0.

2) Parameter Kimia an-organik:

a) Arsen, pada 1 liter air minum maksimum mengandung 0,01 mg. b) Fluorida, pada 1 liter air minum maksimum mengandung 1,5 mg. c) Total Kromium, pada 1 liter air minum maksimum mengandung

0,05 mg.

d) Kadmium, pada 1 liter air minum maksimum mengandung 0,003 mg.

e) Nitrit (Sebagai NO2), pada 1 liter air minum maksimum

(52)

f) Nitrat (Sebagai NO3), pada 1 liter air minum maksimum

mengandung 50 mg.

g) Sianida, pada 1 liter air minum maksimum mengandung 0,07 mg. h) Selenium, pada 1 liter air minum maksimum mengandung 0,01 mg. b. Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan

1). Parameter Fisik

a) Bau, air minum tidak berbau.

b) Warna, pada air minum kadar maksimunnya 15 TCU.

c) Total Zat Padat Terlarut (TDS), pada 1 liter air minum maksimum mengandung 500 mg.

d) Kekeruhan, pada air minum kadar maksimumnya 5 NTU. e) Rasa, air minum tidak berasa.

f) Suhu, suhu udara maksimum 3oC.

2). Parameter Kimiawi

a) Alumunium, pada 1 liter air minum maksimum mengandung 0,2 mg.

b) Besi, pada 1 liter air minum maksimum mengandung 0,3 mg. c) Kesadahan, pada 1 liter air minum maksimum mengandung 500

mg.

(53)

h) Sulfat, pada 1 liter air minum maksimum mengandung 250 mg. i) Tembaga, pada 1 liter air minum maksimum mengandung 2 mg. j) Amonia, pada 1 liter air minum maksimum mengandung 1,5mg

2. Perlindungan hukum bagi konsumen yang dirugikan akibat kelalaian penerapan standar mutu kualitas air minum isi ulang oleh pelaku usaha depot air minum isi ulang diatur dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. UUPK sangat jelas mengatur tentang perlindungan konsumen, hal ini ditegaskan dalam Pasal 4 khusunya huruf a tentang hak konsumen yaitu untuk mendapat hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Oleh karena itu, setiap produk air minum isi ulang harus aman dan layak untuk dikonsumsi sesuai dengan standard kesehatan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi hak konsumen air minum isi ulang atas kenyamanan, keamanan dan keselamatn dalam mengkonsumsi produk ai minum isi ulang tersebut.

(54)

pemeriksaan laboratorium dengan menempelkannya di tempat usaha depot air minum isi ulang tersebut.

Pasal 7 tentang kewajiban pelaku usaha. dalam pasal ini diatur tentang kewajiban yang dilakukan pelaku usaha/produsen termasuk pelaku usaha air minum isi ulang untuk memenuhi hak konsumen, termasuk konsumen air minum isi ulang. Dalam Pasal 7 huruf b dijelaskan bahwa produsen / pelaku usaha wajib memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

Pasal 7 huruf d yang isinya tentang kewajiban pelaku usaha untuk menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku. Dalam hal ini khususnya standar mutu air minum isi ulang sesuai Permenkes Nomor 492 Tahun 2010.

Tanggungjawab pelaku usaha ini dicantumkan dalam Pasal 19 UUPK ayat (1) ”Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan ataujasa yang dihasilkan atau diperdagangkan”.

(55)

Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan ini sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing”.

Pasal 6 “Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri dan Kepala

BPOM dapat memerintahkan produsen untuk menarik produk air minum dari peredaran atau melarang pendistribusian air minum di wilayah tertentu yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan ini”.

Pasal 7 “Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya

memberikan sanksi administratif kepada penyelenggara air minum yang tidak memenuhi persyaratan kualitas air minum sebagaimana diatur dalam peraturan ini”.

3. Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung menyebutkan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh Dinas kesehatan Kota Bandar Lampung yaitu pengawasan secara pengamatan dan penilaian kepada depot air minum isi ulang setiap satu tahun dengan memberikan pembinaan kepada pemilik dan operator depot air minum isi ulang. Pembinaan yang dimaksud yakni apakah alat-alat yang digunakan oleh depot air minum isi ulang masih berfungsi dengan baik dan dijaga kebersihannya.

(56)

B. Saran

1. Bagi pengelola depot air minum isi ulang

Pengelola depot air minum isi ulang perlu memperhatikan sumber air yang digunakannya, sebaiknya dari air pegunungan; menjaga kebersihan tempat usaha, bak penampungan air, saringan,dan galon sesuai Kepmenperindag No.651/MPP/Kep/10/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya; mengurus izin kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung; memeriksakan sampel air secara rutin ke laboratorium sesuai saran dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung yaitu pemeriksaan bakteri setiap 3 bulan dan pemeriksaan kimia setiap 6 bulan agar air hasil produksinya sesuai dengan Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum; memperbaiki dan menjaga kualitas air sesuai petunjuk yang diberikan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung; memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen dan memperlihatkan sertifikat izin dan sertifikat hasil pemeriksaan laboratorium Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dengan menempelkannya di tempat usaha depot air minum tersebut.

2. Bagi konsumen

(57)

diberlakukan. Konsumen yang merasa hak-haknya dilanggar perlu mengadukannya ke lembaga yang berwenang. Konsumen bisa meminta bantuan Lembaga Perlidungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM). Serta memperhatikan sebelum membeli air minum isi ulang apakah depot air minum isi ulang tersebut memiliki sertifikat izin laik hygiene. Apabila tidak, sebaiknya konsumen beralih ke depot air minum isi ulang lain yang memiliki sertifikat izin laik hygiene.

3. Bagi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung

Perlu adanya pembinaan dan pengawasan pengelolaan depot air minum isi ulang oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dengan periode yang lebih rutin lagi tidak hanya setiap satu tahun dan dilakukan secara menyeluruh ke semua depot air minum isi ulang di Kota Bandar Lampung, agar depot air minum isi ulang lebih taat dalam pelaksanaan pembinaan dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung; melakukan peringatan, penarikan hasil produksi, dan memberikan sanksi administratif kepada pemilik depot air minum isi ulang yang tidak memenuhi standar; serta melakukan penyuluhan baik bagi pelaku usaha depot air minum isi ulang maupun bagi konsumen tentang betapa pentingnya air minum yang aman bagi kesehatan melalui Puskesmas yang sesuai dengan daerahnya masing - masing.

(58)
(59)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta, Sinar Grafika, 2009

Amirudin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004

Darus, Mariam. Perlindungan Konsumen dilihat dari Perjanjian Baku (Standar) Kertas Kerja pada Simposium Aspek-Aspek Masalah Perlindungan Konsumen. Jakarta, 1980

Halim Barkatullah, Abdul. Hak – Hak Konsumen, Bandung, Nusa Media, 2010

Miru, Ahmadi. Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia, Jakarta, Rajawali Pers, 2011

Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo. Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004

Muhammad, Abdulkadir. Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2004

Nasution, AZ. Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, jakarta, Daya Widya, 1999

Sasongko, Wahyu. Ketentuan-ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Bandar Lampung, Universitas Lampung, 2007

Siahaan, NHT. Hukum Konsumen, Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk, Jakarta, Panta Rei, 2005

Susanto, Happy. Hak Hak Konsumen Jika Dirugikan, Jakarta, Visimedia, 2008

B. Perundang-Undangan

(60)

Peraturan menteri Kesehatan (Permenkes) 736/Menkes/Per/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum

Lampiran Keputusan Menperindag RI No.651/MPP/Kep/10/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya.

C. Website

http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/24/menyoal-masyarakat-konsumen-air/

http://metro.news.viva.co.id/news/read/dinkes_tangerang_lakukan_uji_lab

http://news.detik.com/read/2008/04/03/212456/918061/466/usai-dirawat-empat-jam-58-siswa-dipulangkan?nd771104bcj

http://www.bisnisbali.com/2008/10/11/news/denpasar/air.html

http://metro.kompasiana.com/2011/07/28/waspada-air-minum-isi-ulang-383568.html

http://analisadaily.com/news/read/waspada-bahaya-air-minum-isi-ulang/44681/2014/07/06

D. Sumber Lain

Referensi

Dokumen terkait

merupakan air panas bertipe bikarbonat-sulfat, walaupun keberadaannya di daerah immature water , diperkirakan berasal dari fluida panas bawah tanah yang langsung ke permukaan

Biasanya ini unt uk m enget ahui cam puran ant ara akivism e ( krit ik prot es dan part isipasi dalam pem ilu dll ) dan pasivism e ( m enerim a apa yang sudah ( krit ik, prot

[r]

Pokja ULPD Kepulauan Riau melaksanakan Pelelangan Seleksi Sederhana untuk paket pekerjaan Jasa Konsultan Perencana Kontruksi Fisik Renovasi Ruang Pelayanan pada

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdullah (2004) dan Yudianto (2005), yang menyatakan bahwa secara simultan penerapan akuntansi keuangan

Air cadangan akan selalu ada apabila daerah peresapan air selalu tersedia. Daerah resapan air terdapat di hutan-hutan. Tumbuhan hutan mampu memperkukuh struktur tanah.

Kendati kata demokrasi memiliki beragam arti, namun yang paling nampak penunjukan maknanya adalah dalam persoalan politik yang kerap digunakan dalam bahasa serta

mengenai special events Honda Safety Riding Kelana Kota Surabaya 2017. PT Mitra Pinasthika Mulia dan Suara Surabaya melalui berbagai