1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Laporan Kerja Praktek
Era globalisasi telah berjalan dan bergulir dimuka kita, dan teknologi
semakin berkembang dalam setiap bidang ilmu. Pemerintah pula telang mulai
menerapkan sistem e–budgeting karena dibutuhkannya akuntabilitas dalam
penyajian data. Dalam hal ini peranan vendor sangat dibutuhkan dalam audit dan
penyajian laporan keuangan perusahaan. Namun tidak selalu vendor menyajikan
laporan keuangan yang valid, sering terjadi kesalahan dalam penghitungan data.
Maka dari itu perusahaan harus mengevaluasi data yang diberikan vendor untuk
kemudian diunduh kedalam e-faktur perusahaan. Persaingan didunia bisnis
semakin kompleks, perusahaan-perusahaan mencoba untuk meningkatkan jumlah
konsumennya dengan melakukan pelayanan yang cepat dan biaya yang murah
dibandingkan dengan kompetitornya.
Dari faktor top management, vendor dan konsultan. Vendor merupakan
adalah orang-orang yang telah menginvestasikan banyak waktu dan usaha dalam
penelitian. Peranan dari para vendor sebagai berikut: 1) Para vendor harus
menyediakan produk dan dokumentasi sesegara mungkin setelah kontrak
ditandatangani. Setelah software dikirim, perusahaan dapat mengembangkan
pelatihan dan melakukan percobaan software serta membentuk tim implementasi.
Vendorbertanggungjawab untuk memperbaiki masalah yang ditemukan oleh para
secara langsung berhubungan dengan tim implemntasi. 2) Vendor menyedikan
pelatihan kepada key user, orang yang akan memegang peranan dalam
implementasi sistem. Key user ini adalah orang yang akan menegaskan,
bagaimana software akan membatu perusahaan, atau dapat juga dikatakan sebagai
orang yang menjelaskan bagaimana cara kerja dari software dan hardware ini.
Peranan vendor tidak berakhir dengan pelatihan, mereka juga berperan
dalam sebuah proyek penting untuk mendukung fungsinya dan harus membuat
bagaimana software dan hardware dapat diwujudkan menjadi sistem di
perusahaan. Dengan demikian vendor mengerti benar perbedaan dari produk dan
dapat membuat saran yang tepat, serta meningkatkan kinerja dari sistem sehingga
berdampak pada kinerja perusahaan.
Implementasi yang sukses memberikan kepuasan kepada klien yang lain,
karena adanya perbaikan terus menerus yakni penyesuaian kondisis nyata dengan
kondisi sistem yang selalu didukung oleh vendors. Mereka harus memastikan dan
menjamin bahwa sistem yang diaplikasikan semua secara global dan tim
implementasi harus melakukan pengecekan terhadap keberhasilan implementasi.
Manajemen harus yakin bahwa vendors akan selalu mendukung secara
berkelanjutan. Indikator yang digunakan oleh peneliti adalah kecepatan respon
vendors, memperbaiki kemauan dan penyerahan yang bagus dan lain-lain. Jadi
penjual akan terus berpartisipasi disemua tahap dalam implementasi, kebanyakan
dalam kemampuan dan partisipasi vendors saat implementasi (Bailey & Pearson,
Peranan vendor tersebut dubutuhkan untuk menciptakan akuntabilitas
laporan keuangan perusahaan. Namun pada keadaan nyatanya terjadi beberapa
kesalahan dari vendor dalam penyajian laporan yaitu salah perhitungan meski
hanya 0,01 tetapi sangat berpengaruh dalam penyajian laporan yang akan di
unduh oleh karyawan ke dalam e-faktur atau setiap aplikasi e–budgeting yang
akhir–akhir ini mulai gencar diterapkan oleh pemerintah dan BUMN di Indonesia.
Penerapan elektronik data dibutuhkan dalam menghasilkan akuntabilitas dari
sebuah laporan keuangan baik perusahaan swasta maupun instansi pemerintah.
Akuntabilitas oleh pemerintah daerah sangat penting karena merupakan
salah satu bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah sebagai entitas yang
mengelola dan bertanggung jawab atas penggunaan kekayaan daerah. Dalam
konteks demokrasi, masyarakat sebagai pihak yang memberikan kekuasaan
kepada pemerintah daerah berhak memperoleh informasi atas kinerja pemerintah.
Dengan adanya akuntabilitas pemerintah daerah, masyarakat dapat berperan
dalam pengawasan atas kinerja pemerintah daerah, sehingga jalannya
pemerintahan dapat berlangsung dengan baik. Kelanggengan suatu organisasi
ditentukan oleh kemampuan untuk menciptakan informasi yang terbuka,
seimbang dan merata bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) (Scott
1997).
Akuntabilitas sebagai pertanggungjawaban pihak yang diberi mandat
untuk memerintah kepada mereka yang memberi mandat itu. Dalam konteks
organisasi sektor publik, (Miriam Budiardjo, Loina Lalolo KP, 2003). Bahwa
memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan
segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak
pemberi amanah (masyarakat) yang memiliki hak untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut (Miriam Budiardjo, Mardiasmo 2002).
Penyajian laporan dan mengungkapkan segala aktivitas dalam hal ini
berkaitan dengan pencatatan penerimaan barang pembelian PT. PLN (Persero).
Sistem akuntansi pembelian dapat mengatur hal teresebut. Sistem akuntansi
pembelian digunakan dalam perusahaan untuk pengadaan barang yang diperlukan
oleh perusahaan. Fungsi dan prosedur terkait sistem akuntansi pembelian, yaitu:
1) Fungsi gudang, mengajukan permintaan ke fungsi pembelian. 2) Fungsi
pembelian, meminta penawaran harga dari berbagai pemasok (vendor), kemudian
fungsi pembelian menerima penawaran harga dari berbagai pemasok dan
melakukan pemilihan pemasok. Fungsi pembelian membuat order pembelian
kepada pemasok (vendor) yang dipilih. 3) Fungsi penerimaan, memeriksa dan
menerima barang yang dikirim oleh pemasok lalu menyerahkan barang yang
diterima kepada fungsi gudang untuk disimpan dan kemudian melaporkan
penerimaan barang kepada fungsi akuntansi. 4) Fungsi akuntansi menerima faktur
tagihan dari pemasok dan atas dasar faktur dari pemasok tersebut, dan fungsi
akuntansi mencatat kewajiban yang timbul dari transaksi pembelian.
Jaringan prosedur membentuk sistem akuntansi pembelian dalam hal ini:
a) Prosedur permintaan pembelian. Dalam prosedur ini fungsi gudang mengajukan
permintaan pembelian dalam formulir surat permintaan pembelian kepada fungsi
barang mengajukan permintaan pembelian langsung ke fungsi pembelian dengan
mengajukan surat permintaan pembelian. b) Prosedur permintaan dan penawaran
harga dan pemilihan pemasok. Fungsi pembelian mengirip surat permintaan
penawaran harga kepada para pemasok untuk memperoleh informasi mengenai
harga barang dan syarat pembelian yang lain. c) Prosedur order pembelian, fungsi
pembelian mengirim surat order pembelian kepada pemasok yang dipilih dan
memberitahukan kepada unit-unit organisasi lain dalam perusahaan mengenai
order pembelian yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan. d) Prosedur penerimaan
barng, fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan mengenai jenis, kualitas, dan
mutu barang yang diterima pemasok, dan kemudian membuat laporan penerimaan
barang untuk menyatakan penerimaan dari pemasok tersebut. e) Prosedur
pencatatan utang, fungsi akuntansi memeriksa dokumen dokumen yang
berhubungan dengan pembelian (surat order pembelian, laporan penerimaan
barang dan faktur dari pemasok) dan menyelenggarakan pencatatan utang atau
mengarsipkan dokumen sumber sebagai pencatatan utang. f) Prosedur distribusi
pembelian, prosedur ini meliputi distribusi rekening yang didebit dari transaksi
pembelian untuk kepentingan pembuatan laporan manajemen. Berdasarkan latar
belakang diatas maka penulis mengambil judul:
“Prosedur Pencatatan Penerimaan Penerimaan Barang Pembelian
Pada PT. PLN (Persero Area Pelayanan Jaringan Bandung” 1.2 Tujuan Laporan Kerja Praktek
Tujuan dari penulisan laporan kerja praktek ini adalah untuk mengetahui:
2) Hambatan dalam pencatatan penerimaan barang biasanya terjadi dalam
kesalahan data yang diterima dari pihak vendoryang melakukan kesalahan
pencatatan (0,01).
3) Upaya yang dilakukan PT. PLN adalah menjalin komunikasi yang baik
antara PT. PLN (PERSERO) UPJ Bandung dengan vendor perusahaan
dalam akuntabilitas penyajian laporan keuangan yang sesuai yang terkait
dalam kontrak berkaitan dengan support dan service. Disamping itu pihak
perusahaan yang bekerja dibidang (dibagian) keuangan melakukan
verifikasi juga pemeriksaan data yang diterima dari vendor, untuk
kemudian di input ke dalam data elektronik data (e-faktur & e-budgeting).
1.3 Kegunaan Kerja Praktek 1.3.1 Kegunaan Praktis
Bagi PT. PLN (Persero) APJ Bandung merupakan kegunaan praktis ini
bagi PT. PLN (Persero) UPJ Bandung adalah memudahkan mencari solusi dalam
menjalin kerjasama yang baik antara vendor dan PT. PLN (Persero) UPJ Bandung
sehingga dapat menyajikan akuntabilitas laporan keuangan. Dan memudahkan
kinerja dengan memperoleh fasilitas yang memadai dalam hal peningkatan
kapasitas jaringan internet.
1.3.2 Kegunaan akademis
Bagi peneliti kegunaan penelitian ini bagi peneliti adalah sebagai indikator
dalam mengambangkan kemampuan untuk melakukan penelitian, meningkatkan
skill dalam melakukan penelitian dan sebagai bahan evaluasi terhadap skill dan
praktek penyajian laporan keuangan yang menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul
Halim, dalam buku Analisis Laporan Keuangan (2002:63), Laporan Keuangan
adalah laporan yang diharapkan bisa memberi informasi mengenai perusahaan,
dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti industri, kondisi ekonomi,
bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan risiko
perusahaan. Maka penulis dapat menyajikan laporan keuangan yang sesuai untuk
perusahaan yang berguna dalam pengambilan keputusan oleh pihak perusahaan.
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek 1.4.1 Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek
Penulis melakukan kerja praktek dibagian keuangan PT. PLN (Persero)
Unit Pelayanan dan Jaringan Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno Hatta No
436 Bandung, telepon ( 022 ) 5222043.
1.4.2 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dimulai pada tanggal 27
8 BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat PT. PLN (Persero)
Sekitar abad ke–19 pada tahun 1897 mengatakan bahwa cahaya listrik mulai bersinar di
wilayah Indonesia tepatnya di Bat a via ( Jakarta), setelah Nederland Indische Electiriciteits
Maatschappij mendapatkan konsesi yang kemudian ditempatkan pada NIEM Tahun 1905.
Ketenagalistrikan dimulai pada akhir abad ke–19, pada zaman Pemerintahan Hindia–
Belanda yaitu NV. NIGM (Naamloze Vennootschap) bidang gas Jakarta. Berdasarkan Staatsblad
tahun 1927 No. 419 Pemerintah Hindia–Belanda membentuk Lands Water Kracht Badrijven
(LWKB) yaitu Perusahaan Listrik Negara yang mengelola PLTA Lumajang, Plengan dan
lain–lain, pembangunan listrik di wilayah Indonesia terjadi sebagai berikut:
a) Elektrifikasi di wilayah kota Batavia, sekitar tahun 1893 merupakan Stads Bedriff yang
dikelola oleh pemerintah setempat dengan nama Electricteit Bedriff Batavia.
b) Elektrifikasi di wilayah kota Medan, sekitar tahun 1903 merupakan Stads Bedriff yang
dikelola oleh pemerintah daerah dengan nama Electricteit Badriff Medan.
c) Elektrifikasi di wilayah kota Surabaya, sekitar tahun 1907 merupakan Stads Bedriff yang
dikelola oleh pemerintah daerah dengan nama Electricteit Badriff Surabaya.
Pada tahun–tahun berikutnya bahwa kelistrikan antara lain dibangun di Palembang dalam
kaitannya dengan usaha pertambangan minyak, sedangkan di Ambon dan Makasar untuk
2.1.1 Perusahaan Listrik Zaman Hindia–Belanda
Setelah perusahaan listrik yang berpusat di Belanda didirikan di beberapa wilayah
Indonesia, maka pendistribusian tenaga listrik oleh pemerintah daerah dialihkan kepada
perusahaan listrik swasta. Menurut pencatatan pendirian perusahaan listrik Belanda yang ada di
Indonesia terjadi, sebagai berikut:
1) Perusahaan Listrik NV NIGM yang kemudian berubah menjadi NV OGEM.
a) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 28 tanggal 27 Juni 1913 mengenai pemberian
konsesi untuk elektrifikasi wilayah kota Batavia.
b) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 29 tanggal 1 November 1915 mengenai
pemberian konsesi untuk elektrifikasi wilayah kota Messterconnelis (Jatinegara).
c) Ijin beroperasi diberikan melalui SK No. 14 tanggal 17 Mei 1924 mengenai pemberian
konsesi untuk elektrifikasi wilayah kota Tangerang.
d) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 6 bulan November 1924 mengenai
pemberian konsesi untuk elektrifikasi wilayah kota Cirebon.
e) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 20 tanggal 25 November 1925 mengenai
pemberian konsesi untuk elektrifikasi wilayah kota Kebayoran Lama.
f) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 12 tanggal 16 Juni 1927 mengenai pemberian
konsesi untuk elektrifikasi wilayah kota Cirebon luar kota.
Pemberian ijin operasi kepada NV NIGM untuk luar jawa antara lain dikeluarkan untuk
wilayah kota Medan dan kemudian secara berturut–turut menyusul diwilayah Palembang, Ujung
Pandang, Tanjung Karang (Lampung) dan Manado. Keterangan mengenai ijin beroperasi kepada
NV. NIGM untuk konsesi wilayah di luar jawa belum ditemukan, namun menurut berbagai
sedangkan untuk wilayah lainnya terjadi setelah tahun 1920, misalnya Medan, Lampung,
Manado dan sebagainya.
2) Perusahaan Listrik NV. ANEIM
a) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 6 tanggal 8 Februari 1914 mengenai
pemberian konsesi untuk elektrifikasi wilayah Surabaya, Semarang dan Yogyakarta.
b) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 25 tanggal 9 Mei 1927 mengenai pemberian
konsesi untuk elektrifikasi beberapa wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur di luar
wilayah yang telah dikelola oleh OGEM,ELECTRICA, EMR dan EMB.
c) Pemberian ijin kepada NV. ANEIM untuk elektrifikasi wilayah diluar Jawa antara lain
Bukit Tinggi, Pontianak, Ambon dan sebagainya.
3) Perusahaan Listrik NV GEBEO
Perusahaan listrik ini merupakan usaha bersama Pemerintah Jawa Barat dengan
keputusan yang diberikan sebagai berikut:
a) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 24 tanggal 30 Januari 1923/1928 mengenai
pemberian konsesi untuk elektrifikasi wilayah Bandung dan sekitarnya.
b) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 24 bu la n Maret 1923/ 1928 mengenai
pemberian konsesi untuk elektrifikasi wilayah Bogor dan sekitarnya.
c) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 24 bulan Desember 1938; No. 17 tanggal 21
Desember 1938; No. 21 tanggal 20 Mei 1940 dan No. 30 tanggal 18 Januari 1940
mengenai pemberian konsesi untuk elektrifikasi wilayah keresidenan dan kabupaten
seluruh Propinsi Jawa Barat, kecuali Cirebon dan Jakarta yang dikelola NV. NIGM
a) Ijin beroperasi dikeluarkan kepada perusahaan listrik ELECTRA melalui SK No. 37
tanggal 7 Juni 1915 untuk elektrifikasi wilayah kota Tulung Agung.
b) Ijin beroperasi dikeluarkan kepada perusahaan listrik ELECTRA melalui SK No. 31
tanggal 4 September 1922 dan SK No. 33 tanggal 30 Maret 1927 untuk elektrifikasi
wilayah luar kota Tulung Agung.
5) Perusahaan listrik SEM
a) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 15 tanggal 21 Desember 1925 untuk elektrifikasi
wilayah kota Kesultanan Surakarta.
b) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 8 tanggal 8 Januari 1937 untuk elektrifikasi
wilayah kabupaten dan sekitarnya yang termasuk wilayah Surakarta.
6) Perusahaan Listrik OJEM
Ijin beroperasi melalui SK No. 28 tanggal 24 Februari 1925; No. 61 dan 62 tanggal 29
Agustus 1927 dan No. 16 tanggal 8 Juni 1929 untuk elektrifikasi wilayah Keresidenan Panarukan
dan beberapa kabupaten disekitarnya.
7) Perusahaan Listrik EMR
a) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 12 tanggal 25 Juni 1927 untuk elektrifikasi
wilayah kota Palembang.
b) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui Sk. No. 8, 9 , 10, tanggal 4 Maret 1929 untuk elektrifikasi
wilayah Blora dan Bojonegoro.
8) Perusahaan Listrik EMB
Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK. No. 31 tanggal 27 September 1939 untuk
2.1.2 Perusahaan Listrik Zaman Jepang
Dalam Perang Dunia II semua perusahaan listrik di wilayah Indonesia secara otomatis
berada dibawah kekuasaan tentara Jepang. Perusahaan Listrik yang berada dibawah kekuasaan
dan pengawasan Angkatan Darat Jepang dijadikan perusahaan listrik Jepang dengan nama
sebagai berikut:
1) Jawa Denki Jigyoko Sha di kantor pusat Jakarta
2) Seibu Jawa Denki Sha di wilayah Jawa Barat
3) Chobu Jawa Denki Sha di wilayah Jawa Tengah
4) Tobu Jawa Denki Sha di wilayah Jawa Timur
5) Cabang–cabang lainnya tetap seperti semula
Dengan penguasaan tersebut, pimpinan perusahaan juga dipegang oleh tenaga yang
didatangkan dari Jepang.
2.1.3 Masa Agresi I Belanda
Pada tahun 1948, Belanda masuk ke Indonesia maka pemerintahan Republik Indonesia
hijrah ke Yogyakarta sehingga pengusahaan dan distribusi tenaga listrik khususnya di Jawa Barat
termasuk Jakarta diusahakan kembali oleh GEBEO NV, sedangkan usaha pembangkitan dan
penyalurannya tetap dikuasai dan dikelola oleh pemerintah Republik Indonesia yaitu oleh
Perusahaan/negara untuk Pembangkitan Tenaga Listrik yang disingkat PENUPTEL, dengan
wilayah kerja meliputi seluruh Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Pada tanggal 27 Desember 1957, dalam rangka pembebasan Irian Barat, GEBEO NV
sebagai perusahaan milik asing diambil alih oleh perusahaan karyawan yang
berkewarganegaraan Indonesia. Akhirnya dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 52 tahun 1958
Perusahaan Belanda yang ada di Indonesia berada dibawah penguasaan Pemerintah Republik
Indonesia.
Dengan jalan nasionalisasi, perusahaan milik negara tersebut diharapkan dapat
memberikan manfaat sebesar–besarnya untuk masyarakat Indonesia dan juga untuk
memperkokoh keamanan dan ketahanan negara Republik Indonesia. Dengan UU No. 86 tahun
1958, tanggal 27 Desember tahun 1958 d is a hk a n p e ru sa ha a n milik B e la nd a , d a n sa la h
sat u nya G E BEO N V.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1959 dan Peraturan Pemerintah No. 19
tahun 1960, GEBEO NV dihapuskan dan namanya diganti menjadi Perusahaan Listrik Negara
(PLN) Bandung yang mempunyai wilayah kerja diseluruh Jawa Barat kecuali DKI Jakarta dan
Kabupaten Tangerang.
Pada tahun 1961, semua perusahaan listrik Indonesia disatukan kedalam suatu badan
yang bernama Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Nasional (BPU–PLN). Sebagai wadah
kesatuan pimpinan PLN berdasarkan PP No. 67 tahun 1961, tugasnya adalah untuk
mendistribusikan tenaga listrik di Indonesia dan tenaga pembangkitnya dipegang oleh PLN Pusat
di Jakarta.
Dengan PP No. 19 tahun 1965, dibentuklah Perusahaan Listrik Negara yang bernaung
dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL). Berdasarkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No . I / PRT / 1965 tanggal 21 Januari
1965 diadakan reorganisasi PLN dimana BPU–L dihapus dan ditingkat daerah dibentuk susunan
organisasi PLN yang disebut Perusahaan Listrik Eksplorasi dimana untuk Jawa Barat disebut
PLN Eksploring XI, yang berkedudukan di Bandung yang mempunyai wilayah kerja di Jawa
2.1.4 Perusahaan Listrik Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI
Perang Dunia diakhiri pernyataan menyerahnya Jepang pada sekutu pada tanggal 14
Agustus 1945 dengan begitu maka tentara sekutu akan memasuki dan menduduki wilayah
Indonesia tetapi pimpinan Indonesia telah mendahului memproklamasikan kemerdekaannya
menjadi Negara Republik Indonesia. Pengambilalihan pemimpinan perusahaan listrik pertama
dilakukan terjadi pada tanggal 4 September1945 dipusat (Djawa Denki Jigyokoska) Jakarta oleh
Kesatuan aksi Karyawan Listrik .Pada 1 9 September 1945 dalam hari berikutnya
pengambilalihan meluas ke daerah lainya seperti di Surabaya, Semarang, Bandung, dan
Yogyakarta. Pada tanggal 27 Oktober 1945 dengan PP No. I SD / 45 merupakan hari dan tanggal
yang bersejarah bagi Perusahaan Listrik era tahun 1945 karena pada hari itu adalah hari jadi
Listriik.
Perkembangan selanjutnya ialah dikeluarkannya PP No. 18 tahun 1972 tentang
pembentukan Perusahaan Umum Listrik Negara yang berkantor di Jakarta. Dengan Peraturan
Me nt er i Pek er jaa n U mu m d a n Te naga List r ik ( P U T L ) N o . 043 / PMS 1975 tanggal
9 September 1975 tentang organisasi dan tata kerja Perusahaan Listrik Negara, maka PLN
mengadakan reorganisasi yang menyangkut tugas dan wilayah kerja di daerah, kemudian
berdasarkan pengumuman No.05 / DIII / Sek / 1975, maka Perusahaan Listrik Negara
Eksploitasi XI diganti namanya menjadi Perusahaan Listrik Negara Distribusi III yang diberi
tugas khusus untuk melaksanakan atau mengusahakan distribusi tenaga listrik langsung kepada
para pemakai.
Berdasarkan PP No. 18 tahun 1976, PLN Distribusi Jawa Barat yang berkantor di jalan
ditegaskan st at usnya me njad i suat u Perusahaan U mu m ( PERUM), sebagaimana
termaksud dalam pasal 2 ayat 2 UU No. 9 tahun 1969 dengan nama Perusahaan Listrik Negara.
Saat ini PLN Distribusi Jawa Barat mempunyai 15 cabang, 1 bengkel, 1 untuk
pengaturan distribusi, dan 1 kantor distribusi yang terdaftar sebagai berikut:
1) Cabang Cirebon
Dalam penjelasan dan pengumuman tentang Kabinet Pembangunan (29 Maret
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, dialihkan kedalam naungan Departemen Pertambangan
dan Energi.
Dalam sejarah perkembangannya, PULN dibawah naungan Departemen Pembangunan
dan Energi mengalami perubahan status dari Perusahaan Umum Negara (PUN) menjadi PT. PLN
(Persero), dengan diterbitkannya PP No. 23 tahun 1994 tanggal 16 Juni 1994 tentang pengalihan
bentuk Perusahaan Umum Listrik Negara menjadi Perusahaan Terbatas (Persero) yang termuat
dalam lembaga Negara Republik Indonesia tahun 1994 No. 34 sehingga Perusahaan Listrik
Negara Distribusi Jawa Barat berubah namanya menjadi P LN (Persero) Distribusi
Jawa Barat.
2.2 Struktur Organisasi
PLN mempunyai struktur organisasi yang sistematis dan terorganisir, sejak berdirinya
PLN sampai sekarang tidak mengalami perubahan struktur, hanya saja tugas dan fungsinya
mengalami perubahan, karena hal ini memang harus disesuaikan dengan kondisi dan
Gambar 2.1
Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Jaringan Bandung.
2.3 Uraian Tugas Perusahaan
PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Cabang Bandung dipimpin oleh Kepala Cabang
yang dibantu oleh tiga orang kepala bagian, yaitu:
1) Asisten Manager Niaga
3) Asisten Manager SDM dan Keuangan
Selain itu ada bagian fungsional ahli yang berfungsi sebagai penasehat kepala cabanng
untuk membantu memberikan saran dalam mengambil keputusan untuk kegiatan kelancaran
usaha. Untuk lebih jelasnya dibawah ini diuraikan tugasnya masing–masing:
1) Asisten Manajer Niaga, bertugas:
a) Menyusun rencana kerja Bagian Pelayanan Pelanggan sebagai pedoman kerja.
b) Memberi petunjuk kepada Kepala Seksi di Bagian Pelayanan Pelanggan untuk kelancaran
pelaksanaan tugas.
c) Mengkoordinir pelaksanaan pemasaran, tata usaha langganan, penyambungan dan
pengolahan data guna kelancaran pelaksanaannya.
d) Mengkaji laporan–laporan yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pelayanan
kepada pelanggan untuk mengetahui hambatan–hambatan dan usaha penyelesaiannya.
e) Mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan kepada pelanggan
sesuai dengan ketentuan.
f) Memgevaluasi data statistik yang berkaitan dengan perkembangan daerah setempat untuk
penetapan rencana penjualan.
g) Menyusun RAO/UAI Bagian Pelayanan Pelanggan secara berkala.
h) Membuat laporan berkala sesuai bidang tugasnya.
i) Melaksanakan tugas–tugas kedinasan lain yang sesuai dengan kewajiban dan tangung
jawab pokoknya.
SPV.Sistem informasi, bertugas:
o Menyusun rencana kerja Seksi Pengolahan Data sesuai rencana kerja Bagian sebagai
o Membagi tugas kepada bawahan di Seksi Pengolahan Data dalam rangka
pelaksanaan tugas.
o Melayani proses pengolahan data dari bagian–bagian lain, dengan aplikasi program
yang sudah ada.
o Mengevaluasi sistem informasi yang ada untuk modifikasi sesuai kebutuhan.
o Mengawasi pengoperasian computer dilingkungan Seksi Pengolahan Data untuk
keandalan pelayanan.
o Memeriksa hasil pengolahan data untuk bahan evaluasi pengembangannya.
o Mengawasi pengolahan data untuk pembuatan rekening guna ketepatan jadwal
pelaksanaannya.
o Melaksanakan koordinasi dengan Seksi terkait guna kelancaran pengolahan data.
SPV. Administrasi Niaga, bertugas:
o Menyusun rencana kerja Seksi Administrasi Pelanggan sesuai rencana kerja bagian
sebagai pedoman kerja.
o Membagi tugas kepada bawahan di Seksi Administrasi Pelanggan dalam rangka
pelaksanaan tugas.
o Mengawasi dan mengkoordinir kegiatan pelayanan pelanggan yang ada di kantor
Cabang atau kantor Ranting/Rayon.
o Memeriksa berkas–berkas permohonan penyambungan dan penambahan daya untuk
proses lanjutannya.
o Melakukan pemeriksaan sampling, hasil pembacaan meter yang dilaksanakan
Ranting atau Rayon.
o Memeriksa SP, KPK, Kwitansi, BP/UJI, untuk kesesuaiannya dengan ketentuan yang
berlaku.
o Menghitung tagihan susulan OPAL sesuai ketentuan yang berlaku.
SPV. SIstem Pelayanan Pelanggan, bertugas:
o Menyusun langkah kegiatan pelayanan pelanggan sebagai pedoman kerja.
o Membuat jadwal kegiatan pelayanan pelanggan dalam rangka pelaksanaan tugas.
o Memberikan informasi kepada pelanggan/calon pelanggan tentang prosedur
penyambungan atau perubahan daya aliran listrik, pemakaian listrik sesuai ketentuan
yang berlaku.
o Melayani permintaan pelanggan/calon pelanggan terhadap sambungan baru,
perubahan daya/golongan tarif, balik nama/ alamat, permintaan perbaikan dan
menerima pengaduan langganan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
o Menyelesaikan mengenai perhitungan tagihan susulan berkaitan dengan hasil OPAL
sebagai tindak lanjut dari seksi terkait.
o Menginformasikan kepada juru pencatat meter tentang adanya langganan baru/mutasi
langganan dan dapat ditindak lanjuti oleh juru pendapat meter sesuai ketentuan yang
berlaku.
o Membuat laporan berkala sesuai bidang tugasnya.
o Melaksanakan tugas–tugas lainnya sesuai dengan kewajiban dan tanggung jawab
pokoknya.
2) Asisten Manajer Perencanaan dan Distribusi, bertugas:
a) Menyusun rencana kerja seksi perencanaan distribusi sebagai pedoman kerja.
c) Memeriksa dan menyusun SOP pemeliharaan jaringan distribusi agar target dan sasaran
yang telah ditetapkan tercapai selama kurun waktu tertentu.
d) Memeriksa gambar diagram jaringan operasi yang telah disusun oleh bawahannya.
e) Memantau kondisi jaringan yang berkaitan dengan pelaksanaan pemeliharaan jaringan
distribusi.
f) Memeriksa hasil RAO/UAI yang disampaikan oleh fungsi operasi dan fungsi
pemeliharaan jaringan distribusi sebagai bahan acuan ke kantor induk.
g) Memantau pelaksanaan pemutakhiran data/informasi jaringan distribusi.
h) Membuat laporan berkala sesuai dengan bidang tugasnya.
i) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang sesuai dengan kewajiban dan tanggung
jawab pokoknya.
3) Asisten Manajer SDM dan Keuangan, bertugas:
Untuk melaksanakan administrasi perusahaan secara keseluruhan sesuai dengan
kebijaksanaan pimpinan mencakup bidang–bidang kepegawaian, anggaran dan keuangan,
akuntansi perbekalan, secretariat umum, serta bidang PUKK, dengan menggunakan metode serta
data–data yang akurat untuk kemudian dibuat suatu laporan sesuai dengan bidangnya masing–
masing. Adapun yang menangani kegiatan perbekalan yang ada di PT. PLN (Persero) Distribusi
Jawa Barat Cabang Bandung dikelola oleh Seksi Perbekalan yang dimana pelaksanaan
perbekalan tersebut bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Administrasi karena Seksi
Perbekalan tersebut merupakan salah satu bagian dari Bagian Administrasi.
SPV. Pengendalian Anggaran dan Keuangan, bertugas:
o Menyusun rencana kerja Seksi Anggaran dan Keuangan sesuai rencana kerja
o Membagi tugas kepada bawahan di Seksi Anggaran dan Keuangan dalam rangka
pelaksanaan tugas.
o Mengklasifikasikan data–data biaya dan pendapatan untuk memudahkan
penyusunan anggaran.
o Membandingkan realisasi anggaran dengan pos anggaran untuk bahan
penyesuaian anggaran.
o Menyusun RAO/UAI Cabang sesuai kebutuhan untuk pengusulan ke
Wilayah/Distribusi.
o Mengawasi penggunaan dana RAO/UAI yang telah disetujui agar tidak terjadi
penyimpangan.
o Membuat usulan revisi RAO/UAI sesuai kebutuhan untuk mendapatkan
persetujuan.
o Memonitor penerimaan AT untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
SPV. Akuntansi, bertugas:
o Menyusun rencana kerja Seksi Akuntansi sesuai rencana kerja Bagian sebagai
pedoman kerja.
o Membagi tugas kepada bawahan di Seksi Akuntansi dalam rangka pelaksanaan
tugas.
o Mengklasifikasikan data–data transaksi untuk pmbuatan kode perkiraan sesuai
dengan fungsinya.
o Memeriksa pencantuman kode perkiraan pada masing–masing bukti
pembayaran/penerimaan untuk kebenarannya.
o Memeriksa data realisasi pembayaran atas SKK, SPK, dan KPK untuk penilaian
mutasi aktiva tetap dan PDP.
Supervisor SDM, bertugas:
o Menyusun rencana kerja Seksi Kepegawaian sesuai rencana kerja Bagian sebagai
pedoman kerja.
o Membagi tugas kepada bawahan di Seksi Kepegawaian dalam rangka pelaksanaan
tugas.
o Mengajukan usulan kebutuhan tenaga kerja PLN cabang berdasarkan perhitungan
beban kerja dan formasi Jabatan.
o Mengajukan usulan pendidikan dan pelatihan yang diperlukan oleh pegawai
sesuai dengan bidangnya.
o Mengatur pelaksanaan tata usaha penggajian dan pengupahan pegawai serta
kesejahteraan pegawai sesuai dengan peraturan yang berlaku.
o Memeriksa dan mengatur pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan
keselamatan kerja dan pengamanan fisik untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja.
SPV. Asset dan Logistik, bertugas:
a) Menyusun rencana kerja Seksi Perbekalan dalam rangka pelaksanaan tugas.
b) Membagi tugas kepada bawahan di Seksi Perbekalan dalam rangka
pelaksanaan tugas.
c) Membuat rencana persediaan barang dan peralatan perbekalan berdasarkan
d) Mempelajari dan mengikuti fluktuasi harga – harga satuan baik berdasarkan
ketentuan PLN maupun harga di pasaran untuk bahan pedoman pengadaan.
e) Memeriksa administrasi perbekalan sesuai dengan keluar masuknya barang.
f) Memantau pengadaan barang serta administrasinya untuk mengetahui
kesesuian antara realisasi dengan rencana.
g) Menentukan jumlah minimal barang yang harus tersedia di gudang
berdasarkan pemakaian barang sebelumnya.
h) Membuat laporan berkala sesuai bidang tugasnya.
i) Melaksanakan tugas–tugas kedinasan lainnya sesuai dengan kewajiban dan
tanggung jawab pokoknya.
2.4 Kegiatan Perusahaan
Kegiatan yang diadakan PT. PLN (Persero) APJ Bandung banyak melakukan kegiatan
yang tergolong penyuluhan yaitu, sebagai berikut:
a) Penyuluhan kepada masyarakat, diadakan agar masyarakat dapat memahami manfaat dan
bahaya listrik dalam pemakaian, serta untuk menampung semua masalah kelistrikan
untuk mencari solusi yang disampaikan oleh masyarakat secara langsung. Pengadaan
materi penyuluhan berupa tips atau peringatan dalam hal penggunaan listrik ,biasanya
berbentuk pamflet, leaflet atau penyuluhan melalui radio (Radio Mora Bandung).
b) Pameran mengenai kelistrikan biasanya pameran Pembangunan, khususnya pembangunan
mengenai kelistrikan.
d) POR (Pekan Olah Raga) PLN dengan PWI ini diartikan sebagai pertandingan
persahabatan antara PLN dengan PWI agar terjalin hubungan yang akrab melalui
26
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1 Landasan Teori 3.1.1 Prosedur
3.1.1.1Pengertian Prosedur
Prosedur merupakan rangkaian kegiatan yang saling berhubungan satu dengan
yang lainnya, prosedur biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen.
Prosedur ini dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan
yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi,2014:5).
Sedangkan menurut Cole, yang telah diterjemahkan oleh Zaki Baridwan
(2007:3) mengatakan bahwa: “Prosedur adalah suatu urutan-urutan pekerjaan kerani
(clerical), biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih,
disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi
perusahaan yang sering terjadi.
3.1.2 Prosedur Pencatatan
3.1.2.1Pengertian Prosedur Pencatatan
Dijelaskan dalam pernyataan menurut Mulyadi (2001:5), prosedur adalah
suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu
departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam
transaksi organisasi yang terjadi berulang-ulang. Sedangkan menurut Narko (2000:3),
klerikal yang melibatkan beberapa orang, yang disusun untuk menjamin adanya
perlakuan yang sama terhadap penanganan transaksi. Selanjutnya menurut Zaki
Baridwan (2008:3), prosedur adalah suatu urutan-urutan pekerja kerani (clerical),
biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk
menjamin adanya perlakuan.
Kegiatan proses pencatatan meliputi beberapa kegiatan, yaitu: penerimaan dan
penyimpanan, penggunaan dan pertanggungjawaban. Pencatatan harus dilakukan
secara tanggungjawab, terbuka, jujur, tertib, cermat, aman, benar, sah, efektif, dan
efisien. Dari pengertian diatas prosedur pencatatan adalah mencatat,
mmenggolongkan, menyajikan, dan manafsirkan.
3.1.3 Laporan Keuangan
3.1.3.1Pengertian Laporan Keuangan
Dalam upaya untuk membuat keputusan yang rasional, pihak ekstern
perusahaan maupun pihak intern perusahaan seharusnya menggunakan suatu alat
yang mampu menganalisis laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan yang
bersangkutan. Di bawah ini merupakan pengertian laporan keuangan dari beberapa
ahli.
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, dalam buku Analisis Laporan
Keuangan (2002:63), Laporan Keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa
memberi informasi mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang
lain, seperti industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Laporan Keuangan adalah:
“Laporan yang menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain
yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik
ekonominya”. (IAI, 2002 : par 47).
Menurut Sofyan S. Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan
Keuangan (2006:105), laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan
kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka
waktu tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Laporan
Keuangan adalah:
1) Merupakan produk akuntansi yang penting dan dapat digunakan untuk
membuat keputusan-keputusan ekonomi bagi pihak internal maupun pihak
eksternal perusahaan.
2) Merupakan potret perusahaan, yaitu dapat menggambarkan kinerja keuangan
maupun kinerja manajemen perusahaan, apakan dalam kondisi yang baik atau
tidak.
3) Merupakan rangkaian aktivitas perusahaan yang diklasifikasikan pada suatu
periode tertentu.
4) Merupakan ringkasan dari suatu proses transaksi-transaksi keuangan yang
3.1.3.2Macam-macam laporan keuangan
Analisis laporan keuangan melibatkan penggunaan berbagai macam laporan
keuangan yang terdiri atas bagian tertentu mengenai suatu informasi yang penting.
Sebenarnya laporan keuangan banyak macamnya, namun yang akan penulis bahas di
sini hanyalah laporan keuangan yang pokok saja, yaitu:
a) Laporan Neraca, menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, dalam buku
Analisis Laporan Keuangan (2002:63), Neraca adalah laporan yang meringkas
posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Neraca menampilkan
sumber daya ekonomis (asset), kewajiban ekonomis (hutang), modal saham,
dan hubungan antar item tersebut.
b) Laporan Laba Rugi, menurut A.J. Keown, dkk, dalam buku Dasar-dasar
Manajemen Keuangan, yang diterjemahkan oleh Chaerul D. Djakman
(2004:80), laporan rugi laba adalah laporan utnuk periode tertentu yang terdiri
atas penerimaan bersih dikurangi beban periode itu. Menurut Sofyan
S.Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan (2006:73),
laba rugi menggambarkan hasil yang diperoleh atau diterima oleh perusahan
selama satu periode tertentu, serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan hasil tersebut. Hasil dikurangi biaya-biaya merupakan laba atau
rugi. Kalau hasil lebih besar dari biaya berarti laba,sebaliknya, kalau hasil
lebih kecil dari biaya-biaya, berarti rugi. Menurut Mamduh M. Hanafi dan
rugi adalah lebih meringkaskan hasil dari kegiatan perusahaan selama periode
akuntansi tertentu.
3.2 Hasil Pelaksanaan dan Pembahasan Kerja Praktek 3.2.1 Hasil Pelaksanaan Kerja Prakte k
Setelah melakukan kerja praktek selama satu bulan penulis dapat mempelajari
beberapa hal. Sitem pencatatan transaksi penerimaan barang pada PT. PLN (Persero)
APJ Bandung. Dengan demikian setiap prosedur pencatatan dapat dibuat oleh
penulis.
3.2.1.1Prosedur Pencatatan Penerimaan Barang Pada PT. PLN (Persero) Bandung
Di korporasi-korporasi besar, dimana sistem informasi keuangan (financial
information system/FIS) dan sistem pengendalian intern (SPI) sudah sangat
terintegrasi, proses pencatatan bisa jadi dilakukan langsung oleh bagian penerimaan
barang itu sendiri. Di perusahaan kecil dan menengah, saya tidak menganjurkan hal
itu. Menyatukan fungsi penerimaan barang dengan pencatatan transaksi, terlalu
berisiko.
Ditulisan ini, penulis mengasumsikan proses pencatatan dilakukan oleh bagian
accounting, yaitu Accounts Payable Accountants. Ada 3 langkah utama yang harus
dilalui oleh A/P Accountants dalam mencatat transaksi penerimaan barang:
1) Verifikasi dan analisa bukti transaksi
a) Dokumen-dokumen utama transaksi penerimaan barang berupa “nota tagihan” atau “invoice”. Suatu nota tagihan atau invoice minimal memuat informasi penting
berikut ini:
dokumen. Berikut adalah dokumen pendukung yang diperlukan dan proses
validitasnya:
Surat Jalan
Nota Tagihan atau Invoice
Copy resi pengiriman barang
Inspection Sheet atau Checklist
Copy Purchase Order (PO)
2) Pencatatan (Pejurnalan) Transaksi Penerimaan Barang
Jika dalam proses validasi ditemukan masalah, maka masalah itu harus
diselesaikan terlebih dahulu, komunikasikan dengan pihak-pihak terkait. Jika tidak
ada masalah transaksi dianggap valid maka proses pencatatan (penjurnalan) bisa
3) Pengarsipan Bukti Transaksi
Setelah transaksi dicatat, semua bukti transaksi (nota tagihan atau invoice dan
bukti pendukungnya) diarsipkan di accounting, untuk dibuka jika sewaktu-waktu
diperlukan, misalnya: saat pelunasan atau saat ada audit baik internal maupun
eksternal (auditor independen atau audit pajak dari DJP).
Flowchart Prosedur Pencatatan Penerimaan Barang
Supplier/Vendor Gudang Bagian Keuangan Manager
3.2.1.2Hambatan Yang Terjadi Dalam Proses Pencatatan Penerimaan Barang Hambatan yang terjadi dalam proses pencatatan diantaranya adalah:
1) Pertama adalah masalah pemeliharaan atau maintenance. Satu sistem berarti
satu vendor. Artinya, perusahaan hanya perlu menjalin hubungan dengan satu
vendor sistem yang bersangkutan untuk kontrak support dan service. Jika
infrastruktur teknologi informasi terdiri dari beragam komponen dengan
bermacam-macam merek, berarti perusahaan harus memiliki hubungan
dengan beberapa vendor sekaligus, terutama untuk memelihara
komponen-komponen yang sangat kritikal bagi bisnis (jika komponen-komponen tersebut rusak,
dapat mengganggu aktivitas bisnis perusahaan sehari-hari).
2) Kedua berkaitan dengan pelatihan dan pengembangan SDM (internal
training). Divisi Teknologi Informasi perusahaan harus memiliki karyawan
yang memiliki kompetensi dan keahlian terhadap sistem yang
diimplementasikan diperusahaan. Memiliki sistem yang beragam berarti harus
mengirim beberapa karyawan ke beberapa lembaga pelatihan. Biaya
pendidikan itu tentu saja tidak sedikit, mengingat bahwa komponen teknologi
informasi selalu berkembang dari satu versi ke versi baru berikutnya, sehingga
karyawan harus selalu meng-update pengetahuannya sehubung dengan
perkembangan teknologi.
3) Ketiga adalah masalah interfacing. Tidak semua komponen dapat mudah
komunikasi yang berupa software maupun hardware. Tentu saja dengan biaya
yang tidak sedikit.
4) Keempat adalah biaya-biaya tak terduga yang timbul jika ada sistem yang
tidak seragam. Terjadi jika dalam pencatatan terjadi kesalahan yang dapat
menjadi kerugian bagi perusahaan. Meski kesalahan pencatatan hanya (0,01)
tetapi dapat merugikan.
3.2.1.3Upaya yang telah Dilakukan PT. PLN (Persero) dalam Mengatasi Masalah yang Terjadi
Dalam mengatasi masalah tersebut PT. PLN (Persero) melakukan beberapa
upaya yang dapat menyelesaikan masalah atau hambatan yang terjadi. Mangenai
masalah maintenance atau pemeliharaan selalu diupayakan dengan cepat tanggap. PT.
PLN (Persero) melakukan upaya menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan
pihak vendor mengenai kontrak support dan service. Karena masalah ini sangat fatal
bagi pegawai dibagian keuangan.
Pengaruh sumber daya manusia didalam perusahaan merupakan hambatan
internal yang sangat berpengaruh besar. Karena berkaitan dengan kinerja perusahaan.
PT. PLN (Pesero) Bandung pada umumnya sama seperti perusahaan-perusahaan
besar lain yang melakukan pelatihan bagi setiap pegawainya. Kegunaan itu ssediri
bermanfaat bagi perkembangan kualitas kerja pegawai. Didalam pelatihan perusahaan
berupaya untuk memberikan pengetahuan lebih dan mempelajari hal dasar
Interfacing berkaitan dengan komunikasi. Baik komunikasi pegawai
(brainware) maupun software dan hardware. Hambatan ini membutuhkan dana yang
cukup besar karena setiap software dan hardware perlu melakukan upgrade didalam
suatu periode tertentu, sesuai perkembangan teknologi.
Kesalahan pencatatan biasanya terjadi dari data pencatatan yang diberikan
pihak vendor kepada pihak perusahaan. Kinerja pegawai dapat terhambat karena
pegawai dibidang keuangan yang akan memasukan data ke dalam elektronik data (e
-faktur). Tetapi pihak perusahaan khususnya pegawai dibagian keuangan malakukan
pengecekan ulang atas setiap faktur yang diberikan dari vendor agar setiap kesalahan
pencatatan dapat dikoreksi dan sesuaikan dengan data yang seharusnya.
3.2.2 Pembahasan Kerja Praktek
3.2.2.1Prosedur Pencatatan Penerimaan Barang
Setelah meninjau kegiatan langsung dilapangan mengenai prosedur pencatatan
penerimaan hampir semua tugas dan wewenang pegawai sudah terlaksana dengan
baik hanya saja pegawai yang bekerja dibagian keuangan mengalami kesulitan dalam
input data yang diperoleh dari vendor yang melakukan kesalahan pencatatan. Meski
hanya sedikit perbedaan pencatatan data keuangan tetapi dapat berdampak besar
dalam penyajian laporan dan pengambilan keputusan pada PT. PLN (Persero).
Sedangkan menurut Mahmudi (2010:23) adalah “Kewajiban agen
(pemerintah) untuk mengelola sumber daya, melaporkan, dan mengungkapkan segala
aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya publik kepada
dapat membuat kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah
dalam menyusun pencatatan anggaran. Dampaknya pula berpengaruh pada
perusahaan yang tidak dapat mengambil keputusan dengan baik, karena data yang
disajikan tidak valid dan terdapat kesalahan walaupun hanya pencatatan (0,01).
3.2.2.2Hambatan yang terjadi dalam proses pencatatan penerimaan barang Terdapat beberapa hambatan yang dialami pegawai dibagian keuangan. Hal
itu ialah kesalahan pencacatan yang diterima dari vendor perusahaan. Sering terdapat
kesalahan pencatatan penerimaan faktur barang. Hambatan ini berpengaruh dalam
input data dibagian keuangan yang akan meng-upload data penerimaan barang ke
dalam e-faktur. Pegawai harus memeriksa data yang diperoleh dari vendor secara
baik, karena jika terjadi kesalahan penulisan dapat merugikan perusahaan. Setelah
pegawai menemukan kesalahan data akan diubah menjadi data yang seharusnya
dicatat. Pengaruh terhadap waktupun menjadi tidak efektif karena proses input data
ke dalam data elektronik membutuhkan waktu lebih lama. Masalah kelengkapan data
juga terjadi dalam pencatatan. Misalnya pencatatan penerimaan barang yang telah
diretur. Data retur yang diperoleh dari vendor terkadang tidak sesuai dengan barang
apa yang telah di-retur. Fasilitas jaringan internet diperusahan ini pula menjadi salah
satu hambatan pegawai dalam meng-upload data. Jaringan internet yang kurang
3.2.2.3Upaya Yang Telah Dilakukan PT. PLN (Persero) Dalam Mengatasi Masalah Yang Terjadi
Upaya dari PT. PLN (Persero) dalam mengatasi hambatannya dilakukan
secara cepat setelah terjadinya kendala baik dilapangan maupun internal perusahaan.
Semua hambatan dalam PT. PLN (Persero) dianggap dapat mengganggu kinerja
pegawai perusahaan, maka perlu mendapat penanganan yang cepat.
Hambatan yang terjadi dalam pencatatan berhubungan langsung dengan
vendor. Maka perusahaan melakukan upaya diskusi langsung dengan vendor
perusahaan yang terdapat masalah didalam pencatatan. Perusahaan selalu
mengadakan diskusi dengan setiap vendor yang melakukan kesalahan pencatatan.
Sehingga pihak vendor perusahaan dapat lebih teliti dan mengklarifikasi kesalahan
yang terjadi dalam pencatatan faktur penerimaan barang.
Begitu pula terjadi dalam upaya untuk mengatasi masalah jaringan internet.
Masalah jaringan internet juga sangat berpengaruh besar dalam kinerja pegawai,
maka pihak perusahaan selalu melaporkan kendala ini kepada pihak pusat. Karena
dalam mengatasi masalah ini ditangani oleh pemerintah pusat. PT. PLN (Persero)
Bandung tidak dapat menyelesaikan masalah ini melalui keputusanya. Karena
masalah jaringan merupakan tanggungjawab pihak pusat yaitu PT. PLN yang berada
di Jakarta. Maka PT. PLN (Persero) Bandung hanya dapat melaporkan dan menunggu
38
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan, diantaranya:
1) Prosedur pencatatan penerimaan barang pembelian yang dilakukan PT. PLN (Persero)
APJ Bandung dimulai dari proses yang dilakukan akuntan yaitu dibidang akuntansi dan
keuangan dengan verifikasi dan analisa bukti transaksi yang harus dikumpulkan,
selanjutnya pencatatan di-input kedalam e-faktur. Jika tidak ada masalah dalam
pencatatan maka dilanjutkan dengan proses perngarsipan bukti transaksi agar jika
sewaktu-waktu dibutuhkan dapat dibuka kembali.
2) Hambatan yang terjadi dalam proses pencatatan penerimaan barang pembelian yaitu
terdapat kesalahan dari pencatatan yang diberikan oleh vendor atau rekanan perusahan
PT. PLN (Persero) UPJ Bandung. Tidak hanya itu, masalah yang menghambat juga dari
jaringan internet yang sering terjadi gangguan jaringan yang membuat waktu input
kedalam e-faktur menjadi lebih lama.
3) Upaya yang telah dilakukan pihak PT. PLN (Persero) APJ Bandung dalam mengatasi
hambatan tersebut sebenarnya PT. PLN (Persero) APJ Bandung telah mendiskusikan
kepada pihak vendor tentang kesalah pencatatan bukti transaksi, maka akuntan dibidang
keuangan melakukan verifikasi ulang dan analisa bukti transaksi sebelum di-upload
telah melaporkan kepada pihak pusat namun, tanggapan pihak pusat mengenai masalah
jaringan internet belum diselesaikan.
4.2 Saran
1) Prosedur pencatatan penerimaan barang yang telah dilaksanakan dan ditetapkan pada PT.
PLN (Persero) APJ Bandung sudah cukup baik dan sesuai dengan (SOP), hal itu perlu
dipertahankan dan ditingkatkan agar didalam pencatatan menghasilkan akuntabilitas dan
valid mengenai data bukti transaksi yang di-upload kedalam elektronik data yang
merupakan tuntutan zaman mengenai penerapan e-budgeting pada pemerintah.
2) Hambatan mengenai pencatatan penerimaan barang harus diselesaikan, agar tidak
terus-menerus terjadi.
3) Upaya yang seharusnya dilakukan dalam jaringan internet harus segera diselesaikan
dengan upaya yang baik dari pihak pusat PT. PLN (Persero) dengan menambah kapasitas
jaringan internet agar PT. PLN (Persero) APJ Bandung tidak mengalami hambatan dalam
input data bukti transaksi (faktur penerimaan barang) online.
4) Membuat aplikasi yang dapat mendukung pencatatan penerimaan barang pembelian bagi
para vendor pula dapat membantu dalam akuntabilitas data, agar mengurangi terjadinya
BANDUNG
Laporan Kerja Praktek
Diajukan Untuk Mata Kuliah Kerja Praktek
Oleh :
POLIKARPUS DWI KRISPAHANRIPI 21112001
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
LEMBAR PENGESAHAN ... i
1.1Latar Belakang Laporan Kerja Praktek ... 1
1.2Tujuan Laporan Kerja Praktek ... 5
2.1.1 Perusahaan listrik Zaman Hindia-Belanda ... 9
2.1.2 Perusahaan Listrik Zaman Jepang ... 12
2.1.3 Masa Agresi I Belanda ... 12
2.1.4 Perusahaan Listrik Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI ... 14
2.2Struktur Organisasi ... 16
2.3Uraian Tugas Perusahaan ... 17
2.4Kegiatan Perusahaan ... 24
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK ... 26
3.1.1.1 Pengertian Prosedur ... 26
3.1.2 Prosedur Pencatatan ... 26
3.1.2.1 Pengertian Prosedur Pencatatan ... 26
3.1.3 Laporan Keuangan ... 27
3.1.3.1Pengertian Laporan Keuangan ... 27
3.1.3.2Macam-macam Laporan Keuangan ... 29
3.2Hasil Pelaksanaan dan Pembahasan Kerja Praktek ... 30
3.2.1 Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek ... 30
3.2.1.1Prosedur Pencatatan Penerimaan Barang Pada PT. PLN (Persero) Bandung ... 30
3.2.1.2Hambatan yang Terjadi dalam Proses Pencatatan Penerimaan Barang 33 3.2.1.3Upaya yang telah Dilakukan PT PLN (Persero) dalam mengatasi hambatan yang terjadi ... 34
3.2.2 Pembahasan Kerja Praktek ... 35
3.2.2.1Prosedur Pencatatatan Penerimaan Barang ... 35
3.2.2.2Hambatan yang Terjadi dalam Proses Pencatatan Penerimaan Barang36 3.2.2.3Upaya yang Telah Dilakukan PT PLN (Persero) dalam mengatasi hambatan yang terjadi ... 37
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 38
4.1Kesimpulan ... 38
4.2Saran ... 39
DAFTAR PUSTAKA ... 40
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Umum PT. PLN (Persero) APJ Bandung .... 17
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Surat permohonan Kuliah Kerja Praktek
Lampiran 3 Surat balasan izin kerja praktek dari PT. PLN (Persero) APJ Bandung
Lampiran 4 Daftar Hadir Kerja Praktek
40
Baridwan, Zaky. 2007. Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode. Yogyakarta: YKPN.
AJ. Keown & Chaerul D.Djakman,2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim. 2002. Analisis Laporan Keuangan.
Sofyan S. Harahap, 2006. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan.
IAI, 2002 par 47. Standar Akuntansi Kwuangan (PSAK)
Narko. 2000:3, Prosedur Pencatatan Posisi
Sofyan S. Harahap, 2006. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan
Mr, Jak. Prosedur Penerimaan Dan Pencatatan Barang Dari Supplier. Oktober 2012.
http://www.jurnalakuntansi.com/2012/10/-prosedur-penerimaan-dan-pencatatan-barang-dari-supplier
Ester Lyan. Sistem Informasi Keuangan. April 2012.
Nama Lengkap : Polikarpus Dwi Krispahandripi
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Febuari 1994
Agama : Khatolik
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Bambu Kuning,blok F6/7,BojongGede.Bogor
No. Telp/ HP : 08882115419
Alamat email : polikarpus23@gmail.com
2. Pendidikan Formal
- 2007-2009 SMA Budi Mulia Desa Putera, Lenteng Agung (Jakarta Selatan).
- 2009-2012 SMA Budi Mulia (Bogor).
- 2012-2015 Universitas Komputer Indonesia (Bandung).
3. Pendidikan Non- Formal
- 2009 English Course, Michigan International English School (MIES)
- 2014 - 2015 Brevet A & B ( Desember – Februari) 4. Kemampuan Individu
- Otomotif : Modifikasi otomotif
5. Ketertarikan/Hobi
- Traveling, bulu tangkis & otomotif. 6. Pengalaman Organisasi
- 2007-2009 Anggota Paskibra SMP Budi Mulia, Desa Putera, Jakarta
Selatan.
- 2012-2015 Karang Taruna, Bambu Kuning, Bojong Gede, Bogor.
- 2009-2012 Divisi Kerohanian Gereja Katolik, Bojong Gede, Bogor.
7. Prestasi:
- Juara harapan 1 (Bulutangkis) Theresia Cup 2009 (Kelas 9 SMP, 2009)
Bandung,11 Oktober 2015
iii
Puji dan syukur bagi Allah, Tuhan yang menguasai segala kekuasaan dan
pemiliki segala ilmu. Dengan sifat Maha Pengasih dan Penyayang-Nya
memberikan kekuasaan ilmu kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan
kepada-Nya kami memohon bantuan.
Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah yang
selalu melimpahkan rahmat, karunia serta pertolongan-Nya, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja tepat
waktu. Laporan kerja praktek yang berjudul “Prosedur Pencatatan Penerimaan
Barang Pada PT. PLN (PERSERO) APJ Bandung” sebagai salah satu syarat dalam Mata Kuliah Kerja Praktek Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia .
Dalam penulisan laporan kerja praktek ini penulis menghaturkan banyak
terima kasih yang tak terhingga kepada Allah yang telah memberikan segala
kekuasaan-Nya dan kemurahan-Nya juga kepada kedua orang tua Ibu dan Bapak
yang sangat saya sayangi yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik dan
mengiringi setiap langkah penulis dengan doa yang tulus, kesabarannya serta tak
henti-hentinya memberikan dukungan baik secara moril maupun materilnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kerja praktik ini
masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, namun atas
iv
mengucapkan banyak terima kasih dengan segala keikhlasan kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Ibu Dr. Siti Kurnia Rahayu.,SE., Ak., M.Ak., CA., selaku Dosen Pembimbing
dan Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer
Indonesia yang telah membimbing serta mengarahkan penulis sejak awal
hingga terwujudnya sebuah laporan kerja praktek ini.
3. Ibu Wati Aris Astuti, SE., M.Si, selaku Koordinator Kerja Praktek Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
4. Ibu Dr. Ely Suhayati, S.E., AK.,M.Si. CA, selaku Dosen Wali kelas 4 Ak-2
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
5. Seluruh Dosen Program Studi Akuntansi yang telah memberikan ilmu yang
sangat bermanfaat bagi penulis.
6. Bapak Ade Sutisna, selaku Pemimpin Perusahaan PT. PLN (PERSERO) APJ
Bandung yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan kerja praktek di
PT. PLN (PERSERO) APJ Bandung.
7. Bapak Budi Cahyana, selaku Pembimbing penulis di PT. PLN (PERSERO)
APJ Bandung dan semua staf PT. PLN (Persero) APJ Bandung yang telah
memberikan bimbingan dan memberikan banyak ilmu yang bermanfaat selama
penulis melakukan kerja praktek disana.
8. Teman-teman kelas 4 AK-2 yang sama-sama sedang berjuang dalam menyusun
v
tidak dapat disebutkan satu persatu sehingga penulisan laporan kerja praktek
ini dapat diselesaikan.
Semoga Allah membalas budi baik semua yang penulis telah sebutkan
diatas maupun yang belum sempat ditulis. Harapan Penulis kiranya laporan kerja
praktek ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya dan diri pribadi
penulis. Amin.
Bandung , 20 Oktober 2015