• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DALAM KELUARGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DALAM KELUARGA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DALAM KELUARGA

Oleh

GALIH WULANDARI

Indonesia merupakan suatu Negara yang menjunjung tinggi keadilan. Agar masyarakat Indonesia dapat hidup rukun dan damai, maka penegakan hukum di Indonesia harus ditegakkan. Pencurian dalam keluarga merupakan salah satu bentuk kejahatan yang dapat menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif. Kejahatan pencurian dalam keluarga yang diatur dalam Pasal 367 KUHP. Secara tidak langsung kejahatan tersebut menimbulkan dampak buruk bagi korban maupun bagi pelaku. Indonesia sebagai Negara hukum tentunya akan memberikan perlindungan bagi setiap warga negaranya dengan penegakan hukum yang seadil-adilnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan aturan hukum yang berlaku di Indonesia. Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah Bagaimanakah penegakan hukum tindak pidana pencurian dalam keluarga ? dan apakah yang menjadi faktor-faktor penghambat penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana pencurian dalam keluarga?

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Sumber data yang digunakan adalah data primer yaitu diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dari narasumber yang berhubungan dengan objek permasalahan yang diangkat dalam penelitian dan data sekunder yaitu diperoleh dengan jalan mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku, makalah-makalah, media cetak maupun elektronik dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang ada. Kemudian data tersebut dipelajari dan dianalisis yang kemudian disebut sebagai bahan hukum. Data yang telah diperoleh tersebut selanjutnya dianalisis.

(2)

aduan relatif dapat dipisah-pisahkan yaitu dapat mengajukan pengaduan yang hanya ditujukan terhadap seorang pelaku saja. Setelah itu proses penegakan hukum dapat terus dilakukan atau dihentikan atas dasar wewenang dari korban, sebelum sampai disidang pengadilan. Adapun faktor-faktor yang menghambat penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana pencurian dalam keluarga yang paling dominan adalah faktor masyarakat, karena masyarakat yang menjadi korban pencurian dalam keluarga adalah orang yang masih memiliki hubungan saudara atau keluarga dengan pelaku, sehingga pihak korban lebih memilih upaya damai dan kasus tersebut harus dihentikan. Para penegak hukum tidak dapat melanjutkan proses hukum hingga penjatuhan hukuman kepada pelaku apabila korban telah melakukan upaya damai sehingga proses di kepolisian dihentikan dan tidak berlanjut sampai pengadilan.

Berdasarkan kesimpulan maka yang menjadi saran penulis jika dilihat dari segi penegakan hukum tindak pidana pencurian dalam keluarga yaitu hendaknya keluarga dapat mengatsi suatu masalah dalam memberikan tindakan terhadap keluarganya yang melakukan tindak pidana untuk tidak melakukan penyelesaian dengan cara jalur hukum, mengingat jalur hukum bukan suatu penyelesaian untuk merubah perilaku dan kepribadian bagi pelanggar hukum, karena pelaku tindak pidana tersebut masih berstatus keluarga. Dan perlu adanya keharmonisan didalam keluarga sehingga dapat terciptanya kehidupan yang saling menghargai, saling menghormati dan saling peduli dengan keadaan serta kondisi yang sedang terjadi untuk menghindari terjadinya pencurian didalam keluarga. Selain itu aparat penegak hukum hendaknya lebih banyak mensosialisasikan tentang undang-undang yang mengatur suatu tindak pidana, sanksi pidana dan penegakan hukum kepada masyarakat agar dapat mengurangi tindakan kriminal.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindak pidana pencurian dapat diproses melalui penegakan hukum. Penegakan hukum terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam ketentuan Pasal 367 KUHP. Penegakan hukum tindak pidana pencurian dalam keluarga ini, tidak hanya tugas aparat penegak hukum saja, akan tetapi juga harus adanya partisipasi dari dalam keluarga, antara lain dapat di minimalisir dengan upaya-upaya memberikan pengetahuan tentang hukum kedalam anggota keluarga itu sendiri.

Tindak pidana pencurian adalah gejala sosial yang senantiasa dihadapi oleh masyarakat, berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak yang berwajib maupun warga masyarakat sendiri untuk memghapusnya,akan tetapi upaya tersebut tidak mungkin akan terwujud secara keseluruhannya, karena setiap kejahatan tidak akan dapat dihapuskan dengan mudah melainkan hanya dapat dikurangi tingkat intensitasnya maupun kualitasnya.

(4)

Hal-hal lain yang mendukung seseorang melakukan tindak pidana pencurian dalam keluarga juga disebabkan beberapa faktor diantaranya pengaruh lingkungan, adanya kesempatan untuk melakukan tindak pidana tersebut, kurangnya kesadaran terhadap hukum dari si pelaku serta disebabkan juga oleh faktor sosial lainnya. Tindak pidana pencurian ini diatur dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP), dimana bentuk dan jenis dari tindak pidana pencurian ini dibedakan dalam 5 (lima) bagian, yaitu :

1. Pencurian biasa, diatur dalam Pasal 362 Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP). 2. Pencurian yang diberatkan, diatur dalam Pasal 363 Kitab Undang Undang Hukum Pidana

(KUHP).

3. Pencurian ringan, diatur dalam Pasal 364 Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP). 4. Pencurian dengan kekerasan, atau ancaman kekerasan, diatur dalam Pasal 365 Kitab

Undang Undang Hukum Pidana (KUHP).

5. Pencurian dalam keluarga, diatur dalam Pasal 367 Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP).

Lingkungan keluarga sebagai faktor yang akan menentukan kearah mana pertumbuhan pribadi, yang memiliki kondisi-kondisi tertentu yang berbeda-beda antara sifat keluarga tertentu dengan keluarga lain. Ada 3 (tiga) alasan yang dikemukakan oleh Ruth.S Cavan dalam bukunya Criminology, dalam latar belakang kejahatan dilingkungan keluarga:

a. Lingkungan keluarga adalah suatu kelompok masyarakat yang pertama-tama dihadapi ,oleh karena itu lingkungan tersebut memegang peranan utama sebagi permulaan pengalaman untuk menghadapi masyarakat yang lebih luas.

(5)

c. Lingkungan keluarga merupakan kelompok pertama yang dihadapi oleh anggota keluarga dan menerima pengaruh-pengaruh dari dalam keluarga. Kepuasan atau kekecewaan, rasa cinta dan benci akan mempengaruhi watak anggota keluarga, mulai dibina dalam lingkungan keluarga dan akan bersifat menentukan untuk masa-masa mendatang.

Pencurian dalam keluarga merupakan delik aduan, yang dimaksud delik aduan adalah delik yang penuntutannya hanya dapat dilakukan bila ada pengaduan dari pihak yang dirugikan (korban), pencurian dalam keluarga merupakan delik aduan relatif

Delik aduan dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu:

1. Delik aduan absolut yaitu delik yang hanya dapat dituntut atas dasar pengaduan (memang benar-benar delik aduan).

2. Delik aduan relative yaitu delik yang merupakan delik biasa tetapi ada hubungan-hubangan yang istimewa (keluarga) antara pembuat dan korban, lalu berubah menjadi delik aduan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis Penegakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Pencurian Dalam Keluarga”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan skripsi adalah sebagai berikut ;

a. Bagaimanakah penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana pencurian dalam keluarga ?

(6)

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penulisan skripsi ini adalah mengenai penegakan hukum tindak pidana pencurian dalam keluarga, dan faktor penghambat penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana pencurian dalam keluarga.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui penegakan hukum tindak pidana pencurian dalam keluarga.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana pencurian dalam keluarga.

2. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah:

a. Secara teoretis, hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan juga sebagai masukan bagi pengembangan ilmu di bidang hukum terutama mengenai penegakan hukum tindak pidana pencurian dalam keluarga.

b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam peningkatan pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan para aparat hukum mengenai penegakan hukum tindak pidana pencurian dalam keluarga.

D.Kerangka Teoretis dan Konseptual

1. Kerangka Teoretis

(7)

Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan social menjadi kenyataan prosese perwujudan ide-ide itulah yang merupakan dari hakikat dari penegakan hukum (Satjipto Raharjo, 1987:15)

Penegakan hukum bukan semata-mata berarti pelaksanaan perundang-undangan, walaupun dalam kenyataan di Indonesia kecenderungannya adalah demikian, sehingga pengertian Law Enforcement “ begitu populer. Bahkan ada kecenderungan untuk mengartikan

penegakan hukum sebagai pelaksanaan keputusan-keputusan pengadilan. Pengertian yang sempit ini jelas mengandung kelemahan, sebab pelaksaan perundang-undangan atau keputusan pengadilan, bisa terjadi malah justru mengganggu kedamaian dalam pergaulan hidup (Soerjono Soekanto, 1986:5)

Menurut Joseph Goldstein penegakan hukum pidana dibedakan menjadi 3 (tiga), antara lain: 1.Total Enforcement (total penyelenggaraan)

Ruang lingkup penegakan hukum pidana sebagaimana yang dirumuskan oleh hukum pidana substantif “substsntive law of crime” . penegakan hukum pidana secara total ini yang tidak mungkin dilakukan, sebab para penegak hukum dibatasi secara ketat oleh hukum acara pidana yang antara lain mencakup aturan-aturan penangkapan, penahanan, pnggelapan,penyitaan dan pemeriksaan pendahuluan.

2.Full Enforcement (penyelenggaraan penuh)

Dalam ruang lingkup mana para penegak hukum diharapkan menegakan hukum secara maksimal. Tetapi oleh Goldstein harapan itu dianggap tidak mungkin menjadi kenyataan disebabkan adanya keterbatasan-keterbatasan waktu, personil, alat-alat investigasi, dana dan sebagainya, yang semua harus dilakukan diskresi.

(8)

Untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam penegakan hukum pidana dalam usahanya menanggulangi kejahatan, maka dalam kebijakan penangulangan kejahatan atau yang biasa dikenal dengan istilah “politik criminal”. Mempergunakan upaya-upaya dalam ruang lingkup

yang cukup luas yaitu dengan menanggulangi upaya lewat jalur penal ( hukum pidana ) dan lewat jalur non penal ( bukan hukum pidana ). (Muladi dan Barda Nawawi, 1986:12).

Menurut Muladi tahap-tahap dalam penegakan hukum secara umum harus melalui beberapa tahap :

a. Tahap Formulasi, yaitu tahap perumusan atau penetapan pidana oleh pembuat undang-undang (Kebijakan Legislatif)

b.Tahap Aplikasi, yaitu tahap pemberian pidana oleh penegak hukum (Kebijakan Yudikatif) c. Tahap Eksekusi, yaitu tahap pelaksanaan pidana oleh instansi yang berwenang (Kebijakan

Eksekutif).

Upaya penegakan hukum harus secara sistematik, sehingga proses penegakan hukum dan keadilan itu sendiri secara internal dapat diwujudkan secara nyata. Penegakan hukum bukanlah semata-mata pelaksanaan perundang-undangan saja, melainkan terdapat faktor-faktor penghambat yang dapat mempengaruhinya,yaitu

a. Faktor hukumnya,

b. Faktor penegak hokum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. c. Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum

d. Faktor masyarakat, yaitu faktor lingkungan dimana hukum tersebut diterapkan.

e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya cipta rasa didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.

(9)

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilah-istilah yang akan diteliti (Soerjono Soekamto, 1986:132)

Adapun pengertian-pengertian mendasar dari istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa karangan, perbuatan dan sebagainya untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya atau sebab musabab, duduk perkaranya dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990:32).

b. Penegakan hukum adalah kegiatan penyerasian hubungan-hubungan, nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah atau pandangan menilai yang mantap dan mengejawantahkan dan sikap tidak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan (social engineering), memelihara dan mempertahankan (Social control) kedamaian pergaulan hidup (Soerjono Soekanto, 1983:5).

c. Tindak pidana adalah perbutan yang oleh aturan pidana larangan dan diancam dengan pidana bagi barang siapa yang melanggar turan tersebut (Moeljatno, 1993:5).

d. Pencurian dalam keluarga adalah barang siapa yang mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain atau keluarga, dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum

(10)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis mengadakan penelitian baik melalui pendekatan yuridis normatif maupun pendekatan yuridis empiris guna memperoleh data yang mencukupi untuk mengungkapkan dan menjawab permasalahan dalam penelitian, maka dapat ditarik suatu kesimpulan dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan diatas adalah sebagai berikut:

1. Penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana pencurian dalam keluarga yang diatur dalam Pasal 367 KUHP telah berjalan sesuai dengan peraturan dan ketentuan-ketentuan yang ada oleh karena itu pencurian dalam keluarga merupakan delik aduan, delik aduan adalah delik yang penuntutannya hanya dapat dilakukan bila ada pengaduan dari pihak korban. Aparat penegak hukum bertindak setelah mendapat pengaduan dari pihak korban.

2. Faktor penghambat penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana pencurian dalam keluarga yang paling dominan adalah faktor masyarakat, karena masyarakat yang menjadi korban pencurian dalam keluarga adalah orang yang masih memiliki hubungan saudara atau keluarga dengan pelaku, sehingga pihak korban lebih memilih upaya damai dan kasus tersebut harus dihentikan. Para penegak hukum tidak dapat melanjutkan proses hukum hingga penjatuhan hukuman kepada pelaku apabila korban telah melakukan upaya damai sehingga proses di kepolisian dihentikan dan tidak berlanjut sampai pengadilan.

(11)

45

B. Saran

Setelah melakukan pembahasan dan memperoleh kesimpulan dalam skripsi ini, penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Hendaknya keluarga dapat mengatsi suatu masalah dalam memberikan tindakan terhadap keluarganya yang melakukan tindak pidana untuk tidak melakukan penyelesaian dengan cara jalur hukum, mengingat jalur hukum bukan suatu penyelesaian untuk merubah perilaku dan kepribadian bagi pelanggar hukum, karena pelaku tindak pidana tersebut masih berstatus keluarga.

2. Perlu adanya keharmonisan di dalam keluarga sehingga dapat terciptanya kehidupan yang saling menghargai, saling menghormati dan saling perduli dengan keadaan serta kondisi yang sedang terjadi untuk menghindari terjadinya pencurian di dalam keluarga.

Referensi

Dokumen terkait

Badan Usaha Angkutan Udara dan Perusahaan Angkutan Udara Asing dapat melakukan pemeriksaan keamanan terhadap kargo dan pos dari Regulated Agent atau Pengirim Pabrikan (known

To understand the role of histone H3.3 and HIRA in the progression of tubulointerstitial fibrosis, we first examined the gene expression and protein levels of histone H3.3 and HIRA

Alhamdulillahi Robbil Alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis

Mengetahui hubungan paparan intensitas getaran mesin, usia, masa kerja, Indeks Massa Tubuh (IMT), dan jumlah rokok yang dikonsumsi dengan keluhan nyeri punggung bawah

Berdasarkan identifikasi masalah, batasan masalah dalam penelitian ini adalah untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pengguna terhadap Go-Pay pada

Metode yang digunakan terhadap “Analisis Semiotik Dalam Kumpulan Puisi Love Poems ‘Aku dan Kamu’ Saduran Sapardi Djoko Damono,” adalah metode kualitatif deskriptif..

Hal senada juga disampaikan oleh klien yang awalnya memang merasa selalu takut dan tidak percaya diri, setelah berada di Yayasan JPPA Kudus dan diberikan bimbingan

Dapat dilakukan penelitian spesifik pada tiap komponen teknologi, atau pada komponen teknologi yang mempunyai gap terendah atau nilai intensintas kontribusi terbesar, untuk