• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pengereman otomatis Menggunakan Logika Fuzzy Berbasis Mikrokontroler

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Pengereman otomatis Menggunakan Logika Fuzzy Berbasis Mikrokontroler"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan pesatnya kemajuan pada bidang ilmu teknologi, banyak

inovasi dalam pembuatan alat baru yang diciptakan agar dapat memudahkan

pekerjaan seseorang. Dimana dalam era modernisasi saat ini, teknologi menjadi

bagian penting dalam kehidupan sehari-hari.

Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak disengaja,

hal itu mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta. Salah satu penyebab

dari kecelakaan tersebut adalah kelalaian pengemudi pada saat mengendarai

mobil, kemudian secara tiba-tiba ada obyek di depan sehingga pengemudi tidak

sempat menginjak tuas rem dan mengendalikan laju mobil. Terlebih lagi mobil

tersebut melaju dengan kecepatan tinggi sehingga sulit untuk menghindar.

Sebelumnya telah ada penelitian mengenai sistem pengereman secara

otomatis, namun pada sistem tersebut hasil pengereman yang dilakukan masih

terlalu kasar sehingga mengurangi kenyamanan pengendara. Selain itu mobil tidak

bisa masuk ke dalam daerah sempit seperti garasi. Membership function yang

digunakan pada logika fuzzy pun masih terlampau sedikit, sehingga

mempengaruhi kinerja dari hasil pengereman. Untuk variabel jarak membership

function yang digunakan hanya dua, yaitu jarak jauh dan jarak dekat. Untuk

variabel kecepatan membership function yang digunakan pun ada dua, yaitu

(4)

yang digunakan ada tiga, yaitu pengereman sedikit, pengereman sedang dan

pengereman penuh.

Dari permasalahan tersebut maka perlu melakukan penelitian untuk

merancang suatu sistem yang dapat melakukan pengereman secara otomatis

dengan penambahan membership function dan rule yang lebih banyak sehingga

hasil pengereman yang dilakukan lebih halus tanpa mengurangi kenyamanan

pengendara baik pada saat mobil melaju dengan kecepatan rendah ataupun

kecepatan tinggi. Selain itu mobil dapat masuk ke dalam daerah sempit seperti

garasi dan daerah gang kecil sehingga mobil tersebut masih bisa melaju selama

lebar jalan yang dilalui lebih besar dari lebar mobil itu sendiri.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat

diidentifikasi permasalahan dalam tugas akhir ini yaitu sebagai berikut.

1. Pengereman yang dilakukan masih terlalu kasar sehingga mengurangi

kenyamanan pengendara, baik mobil melaju pada saat kecepatan rendah

ataupun kecepatan tinggi.

2. Mobil tidak bisa masuk ke dalam daerah sempit seperti garasi yang

mempunyai jarak sangat dekat antara mobil dengan hambatan.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang terindentifikasi di atas, maka didapat

(5)

1. Bagaimana membuat sistem untuk melakukan pengereman secara otomatis

yang lebih halus baik dalam keadaan mobil melaju pada saat kecepatan

rendah ataupun kecepantan tinggi.

2. Bagaimana membuat sistem agar mobil dapat masuk ke dalam daerah

sempit seperti garasi yang mempunyai jarak sangat dekat antara mobil

dengan hambatan.

1.4. Tujuan

Sebagai salah satu alternatif untuk menyelesaikan masalah-masalah yang

dijelaskan dalam bagian rumusan masalah, maka penelitian ini memiliki

tujuan-tujuan sebagai berikut.

1. Merancang sistem yang mampu melakukan pengereman otomatis secara

ideal dengan memperhitungkan jarak dengan hambatan dan kecepatan

mobil pada saat melaju tanpa mengurangi kenyamanan pengendara.

2. Merancang sistem yang mampu mengukur jarak sesuai dengan ukuran

mobil itu sendiri, sehingga mobil dapat masuk ke dalam daerah sempit

seperti garasi.

1.5. Batasan Masalah

Beberapa batasan masalah yang didefinisikan oleh penulis sebagai

pembatasan “beban” penelitian adalah sebagai berikut.

1. Sistem pengereman yang dilakukan hanya secara otomatis.

2. Menggunakan metode logika fuzzy untuk menentukan besar nilai

(6)

3. Masukan logika fuzzy hanya kecepatan mobil pada saat melaju dan jarak

antara mobil dengan hambatan di depan.

4. Sistem diimplementasikan pada mobil RC.

5. Kecepatan dan jarak yang dideteksi disesuaikan dengan dimensi mobil

RC.

1.6. Metode Penelitian

Metoda penelitian yang dilakukan adalah eksperimental dengan tahapan

sebagai berikut.

1. Observasi dan studi literature

Jenis metode pengambilan data dengan cara mengumpulkan data-data

serta informasi melalui buku dan internet, mempelajari hasil penelitian

sebelumnya, mendatangi dan melakukan tanya jawab dengan para ahli

metode fuzzy dan para ahli yang mengerti soal proses pengereman pada

mobil, mengindentifikasi sensor dan mikrokontroler yang digunakan.

2. Perancangan dan pembuatan alat

Meliputi hal yang berkaitan dengan perangkat keras dan perakat lunak.

Perangkat lunak : pemrograman mikrokontroler, pemrograman

sensor jarak, pemrograman sensor kecepatan, pemrograman

metode fuzzy.

Perangkat keras : perancangan alat dan pembuatan alat hingga

(7)

3. Pengujian alat

Setelah alat dibuat maka akan dilakukan pengujian untuk mengetahui

kinerja dari alat tersebut dan apakah terjadi kesalahan atau tidak.

4. Evaluasi

Melakukan evaluasi dari hasil yang sudah dilakukan selama dalan proses

pembuatan alat tersebut.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Berisi mengenai gambaran umum dari penelitian yang berisi latar belakang

dari pemasalahan yang akan dijalankan topik, tujuan penelitian, batasan

masalah, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Berisi mengenai dasar teori alat yang digunakan sebagai dasar dalam

pengolahan data.

BAB III PEMILIHAN KOMPONEN DAN PERANCANGAN ALAT Berisi mengenai alasan atau latar belakang dalam pemilihan komponen

untuk perancangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak

(software) yang akan dibuat.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

Menganalisa alat yang sudah dirancang, pengoperasian alat dan cara kerja

(8)

BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan yang menjelaskan secara singkat hasil yang

sudah dicapai dari aplikasi yang dikembangkan serta saran-saran yang

belum terdapat dalam tugas akhir ini, agar aplikasi ini dapat menjadi lebih

(9)

7

Pada bab ini berisi tentang teori mengenai permasalahan yang dibahas

dalam tugas akhir ini, dimulai dari definisi logika fuzzy, mikrokontroler

ATMega32, sensor ultrasonik SR-04, Pulse With Modulation (PWM), motor DC,

motor servo, driver motor, Liquid Crystal Display (LCD), rotary encoder, remote

control (RX dan TX), komparator, sampai dengan perangkat lunak (software)

bahasa C sebagai pemrograman.

2.1 Logika Fuzzy

Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau

biasanya berada di luar model matematis dan bersifat samar. Konsep ketidak

pastian inilah yang menjadi konsep dasar munculnya konsep logika fuzzy.

Pencetus gagasan logika fuzzy adalah L.A. Zadeh (1965) dari California

University.

Logika fuzzy adalah salah satu cara yang tepat untuk memetakan suatu

ruang input ke dalam suatu ruang output. Logika fuzzy berbeda dengan logika

digital biasa, dimana logika digital biasa hanya mengenal 2 keadaan yaitu: “ya”

dan “tidak” atau ”on” dan “off” atau “high” dan “low” atau "1" dan "0".

Sedangkan logika fuzzy meniru cara berpikir manusia dengan menggunakan

konsep sifat kesamaran suatu nilai. Dengan himpunan fuzzy, suatu objek dapat

menjadi anggota dari banyak himpunan dengan derajat keanggotaan yang berbeda

(10)

2.1.1 Himpunan Fuzzy

Himpunan fuzzy merupakan suatu grup yang mewakili suatu kondisi atau

keadaan tertentu dalam suatu variabel fuzzy. Himpunan fuzzy memiliki 2 atribut,

yaitu:

a. linguistik, yaitu penamaan suatu grup yang mewakili suatu keadaan atau

kondisi tertentu dengan menggunakan bahasa alami, seperti muda,

parobaya, tua.

b. numerik, suatu nilai (angka) yang menunjukkan ukuran dari suaru variabel

seperti 10,20,30.

Beberapa hal yang perlu diketahui dalam memahami fuzzy, yaitu:

a. variable fuzzy, merupakan variabel yang hendak dibahas dalam suatu

sistem fuzzy. Contoh: umur, suhu, permintaan, dan lain sebagainya.

b. semesta pembicaraan, adalah keseluruhan nilai yang diperbolehkan untuk

dioperasikan dalam suatu variabel fuzzy. Semesta pembicara merupakan

himpunan bilangan real yang senantiasa naik (bertambah) secara monoton

dari kiri ke kanan. Nilai semesta pembicara dapat berupa bilangan positif

maupun negatif. Adakalanya nilai semesta pembicara ini tidak dibatasi

nilai atasnya

c. domain himpunan fuzzy, merupakan keseluruhan nilai yang diizinkan

dalam semesta pembicaraan dan boleh dioperasikan dalam suatu himpunan

fuzzy. Seperti halnya semesta pembicaraan, domain merupakan himpunan

bilangan real yang senantiasa naik (bertambah) secara monoton dari kiri

ke kanan. Nilai domain dapat berupa bilangan positif maupun bilangan

(11)

2.1.2 Fungsi Keanggotaan (Membership Function)

Fungsi keanggotaan (Membership Function) adalah suatu kurva yang

menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya

(sering juga disebut dengan derajat keanggotaan) yang memiliki interval antara 0

sampai 1. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai

keanggotaan adalah dengan melalui pendekatan fungsi. Ada 2 fungsi yang

digunakan dalam tugas akhir ini, yaitu:

a. representasi kurva segitiga

Kurva segitiga pada dasarnya merupakan gabungan antara 2 garis linear

seperti terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Representasi Kurva Segitiga

Representasi kurva segitiga adalah sebagai berikut:

...(2.1)

Untuk menentukan nilai minimum dan maximum fungsi keanggotaan pada

representasi kurva segitiga, dapat menggunakan persamaan dibawah ini.

(12)

dimana:

a = nilai domain terkecil yang mempunyai derajat keanggotaan nol

b = nilai domain yang mempunyai derajat keanggotaan satu

c = nilai domain terbesar yang mempunyai derajat keanggotaan nol

x = nilai input yang akan diubah ke dalam bilangan fuzzy

b. representasi kurva trapesium

Kurva trapesium pada dasarnya seperti bentuk segitiga, hanya saja ada

beberapa titik yang memiliki nilai keanggotaan 1. Representasi kurva

travesium dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Representasi Kurva Trapesium

Representasi kurva trapesium adalah sebagai berikut:

...(2.3)

Untuk menentukan nilai minimum dan maximum fungsi keanggotaan

pada representasi kurva trapesium, dapat menggunakan persamaan

dibawah ini.

(13)

dimana:

a = nilai domain terkecil yang mempunyai derajat keanggotaan nol

b = nilai domain terkecil yang mempunyai derajat keanggotaan satu

c = nilai domain terbesar yang mempunyai derajat keanggotaan satu

d = nilai domain terbesar yang mempunyai derajat keanggotaan nol

x = nilai input yang akan diubah ke dalam bilangan fuzzy

2.1.3 Operator Dasar Fuzzy

Pada logika fuzzy, Ada beberapa operasi yang didefinisikan secara khusus

untuk mengkombinasi dan memodifikasi himpunan fuzzy. Nilai keanggotaan

sebagai hasil dari 2 operasi disebut α-predikat. Ada tiga operator dasar yaitu :

a. operator AND

Operator ini berhubungan dengan operasi interseksi pada himpunan. Hasil

opeasi dengan menggunakan operator AND diperoleh dengan mengambil

nilai keanggotaan terkecil antara 2 himpunan yang bersangkutan.

…....………(2.5)

b. operator OR

Operator ini berhubungan dengan operasi union pada himpunan. Hasil

opeasi dengan menggunakan operator OR diperoleh dengan mengambil

nilai keanggotaan terbesar antara 2 himpunan yang bersangkutan.

...…....……..……(2.6)

c. operator NOT

Operator ini berhubungan dengan operasi komplemen himpunan. Hasil

operasi dengan menggunakan operator NOT diperoleh dengan

(14)

...………..(2.7)

2.1.4 Tahapan Membangun Sistem Fuzzy

Pada tahap membangun sistem fuzzy tergantung pada metoda yang akan

digunakan, karena banyak metoda untuk membangun sistem fuzzy. Secara garis

besar dapat tahap membangun sistem fuzzy dilihat pada Gambar 2.3 sebagai

berikut.

Gambar 2.3 Proses Sistem Logika Fuzzy

a. Fuzzyfication

Proses fuzzyfication yaitu mengubah nilai suatu masukan menjadi suatu

fungsi keanggotaan fuzzy. Pada proses ini membership function ditentukan.

Melalui fungsi keanggotaan yang telah disusun maka nilai-nilai masukan

tersebut menjadi informasi fuzzy yang berguna nantinya untuk proses

pengolahan secara fuzzy pula.

b. Fuzzy Logic Inference

(15)

mengaplikasikan aturan (Fuzzy Rule) pada masukan fuzzy yang

dihasilkan dalam proses fuzzyfication.

mengevaluasi tiap aturan dengan masukan yang dihasilkan dari

proses fuzzyfication dengan mengevaluasi hubungan atau derajat

keanggotaannya.

c. Defuzzyfication

Proses defuzzyfication merupakan pengubahan kembali data-data fuzzy

kembali ke dalam bentuk numerik yang dapat dikirimkan ke peralatan

pengendalian. Proses defuzzyfication dapat dilakukan dengan beberapa

cara, diantaranya:

centroid of area

......(2.8)

bisector of area

...(2.9)

mean of maximum

...(2.10)

2.1.5 Fuzzy Inference System

Sistem inferensi fuzzy ( Fuzzy Inference System atau FIS ) merupakan

suatu kerangka komputasi yang didasarkan pada teori himpunan fuzzy, aturan

fuzzy berbentuk IF – THEN, dan penalaran fuzzy. Terdapat beberapa jenis FIS,

(16)

a. FIS mamdani

FIS yang paling mudah dimengerti, karena paling sesuai dengan naluri

manusia adalah FIS mamdani. FIS tersebut bekerja berdasarkan

kaidah-kaidah linguistik dan memiliki algoritma fuzzy yang menyediakan sebuah

aproksimasi untuk dimasuki analisa matematik. FIS mamdani dapat

dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 FIS Mamdani

b. FIS sugeno

Penalaran dengan metode sugeno hampir sama dengan penalaran

mamdani, hanya saja keluaran sistem tidak berupa himpunan fuzzy

melainkan berupa konstanta atau persamaan linier. Metoda ini

diperkenalkan oleh Takagi-Sugeno Kang pada tahun 1985. Sistem fuzzy

sugeno memperbaiki kelemahan yang dimiliki oleh sistem fuzzy murni

untuk menambah suatu perhitungan matematika sederhana sebagai bagian

THEN. Pada perubahan ini, sistem fuzzy memiliki suatu nilai rata-rata

tertimbang (Weighted Average Values) di dalam bagian aturan fuzzy

IF-THEN. Sistem fuzzy sugeno juga memiliki kelemahan terutama pada

bagian THEN, yaitu dengan adanya perhitungan matematika sehingga

(17)

pengetahuan manusia dengan sebenarnya. FIS sugeno dapat dilihat pada

Gambar 2.5.

Gambar 2.5 FIS Sugeno

2.2 Mikrokontroler ATmega-32

Mikrokontroler merupakan suatu device yang didalamnya sudah

terintegrasi dengan I/O Port, RAM, ROM, sehingga dapat digunakan untuk

berbagai keperluan kontrol. Mikrokontroler AVR Atmega-32 merupakan low

power CMOS mikrokontroler 8-bit yang dikembangkan oleh Atmel dengan

arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computer) sehingga dapat mencapai

throughtput eksekusi instruksi 1 MIPS (Million Instruction Per Second). Bentuk

fisik Atmega-32 dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 ATmega-32

Karakteristik dari mikrokontroler ini adalah:

Menggunakan arsitektur AVR RISC

- 131 perintah dengan satu clock cycle

(18)

Data dan program memori

- 32 Kb In-System Programmable Flash

- 2 Kb SRAM

- 1 Kb In- System EEPROM

8 Channel 10-bit ADC

Two Wire Interface

USART Serial Communication

Master/Slave SPI Serial Interface

On-Chip Oscillator

Watch-dog Timer

32 Bi-directional I/O

Tegangan operasi 2,7 – 5,5 V

Arsitektur AVR ini menggabungkan perintah secara efektif dengan 32

register umum. Semua register tersebut langsung terhubung dengan Arithmetic

Logic Unit (ALU) yang memungkinkan 2 register terpisah diproses dengan satu

perintah tunggal dalam satu clock cycle. Hal ini menghasilkan kode yang efektif

dan kecepatan prosesnya 10 kali lebih cepat dari pada mikrokontroler CISC biasa.

Konfigurasi pin Atmega-32 tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.7.

(19)

Secara fungsional konfigurasi pin ATMega32 adalah sebagai berikut:

a. VCC, tegangan sumber

b. GND (Ground)

c. Port A (PA7 – PA0)

Port A adalah 8-bit port I/O yang bersifat bi-directional dan setiap pin

memilki internal pull-up resistor. Output buffer port A dapat mengalirkan

arus sebesar 20 mA. Ketika port A digunakan sebagai input dan di pull-up

secara langsung, maka port A akan mengeluarkan arus jika internal

pull-up resistor diaktifkan. Pin-pin dari port A memiliki fungsi khusus yaitu

dapat berfungsi sebagai channel ADC (Analog to Digital Converter)

sebesar 10 bit. Fungsi-fungsi khusus pin-pin port A dapat ditabelkan

seperti yang tertera pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Fungsi Khusus Port A

Port Fungsi

PA7 ADC input channel 7 (ADC7)

PA6 ADC input channel 6 (ADC6)

PA5 ADC input channel 5 (ADC5)

PA4 ADC input channel 4 (ADC4)

PA3 ADC input channel 3 (ADC3)

PA2 ADC input channel 2 (ADC2)

PA1 ADC input channel 1 (ADC1)

PA0 ADC input channel 0 (ADC0)

d. Port B (PB7 – PB0)

Port B adalah 8-bit port I/O yang bersifat bi-directional dan setiap pin

mengandung internal pull-up resistor. Output buffer port B dapat

(20)

dan di pull-down secara external, port B akan mengalirkan arus jika

internal pull-up resistor diaktifkan. Pin-pin port B memiliki fungsi-fungsi

khusus, diantaranya:

SCK port B,bit 7 (input pin clock untuk up/downloading memory)

MISO port B, bit 6 (pin output data untuk uploading memory)

MOSI prt B, bit 5 (pin input untuk downloading memory)

Fungsi-fungsi khusus pin-pin port B dapat ditabelkan seperti pada Tabel

2.2

Tabel 2.2 Fungsi Khusus Port B

Port Fungsi

PB7 SPI Bus Serial Clock (SCK)

PB6 SPI Bus Master Input/Slave Output (MISO) PB5 SPI Bus Master Output/Slave Input (MOSI) PB4 SPI Slave Select Input (SS)

PB3

Analog Comparator Negative Input (AIN1) Timer/Counter0 Output Compare Match Output (OCO)

PB2 Analog Comparator Positive Input (AIN0) External Interrupt 2 Input (INT2)

PB1 Timer/Counter1 External Counter Input (T1)

PB0 Timer/Counter External Counter Input (T0) USART External Clock Input/Output (XCK)

e. Port C (PC7 – PC0)

Port C adalah 8-bit port I/O yang berfungsi bi-directional dan setiap pin

memiliki internal pull-up resistor. Output buffer port C dapat mengalirkan

arus sebesar 20 mA. Ketika port C digunakan sebagai input dan di

(21)

pull-up resistor diaktifkan. Fungsi-fungsi khusus pin-pin port C dapat

ditabelkan seperti yang tertera pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Fungsi Khusus Port C

Port Fungsi

PC7 Timer Oscillator Pin 2 (TOSC2) PC6 Timer Oscillator Pin 1 (TOSC1)

PC5 JTAG Test Data In (TD1)

PC4 JTAG Test Data Out (TD0)

PC3 JTAG Test Mode Select (TMS)

PC2 JTAG Test Clock (TCK)

PC1 Two-wire Serial Bus Data Input/Output Line (SDA)

PC0 Two-wire Serial Bus Clock Line (SCL)

f. Port D (PD7 – PD0)

Port D adalah 8-bit port I/O yang berfungsi bi-directional dan setiap pin

memiliki internal pull-up resistor. Output buffer port D dapat mengalirkan

arus sebesar 20 mA. Ketika port D digunakan sebagai input dan di

pulldown secara langsung, maka port D akan mengeluarkan arus jika

internal pull-up resistor diaktifkan. Fungsi-fungsi khusus pin-pin port D

dapat ditabelkan seperti yang tertera pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Fungsi Khusus Port D

Port Fungsi

PD7 Timer / Counter2 Output Compare Match Output

(OC2)

PD6 Timer/Counter1 Input Capture Pin (ICP1)

PD5 Timer/Counter1 Output Compare B Match

(OCIB)

PD4 JTAG Test Data Out (TD0)

PD3 External Interrupt 1 Input (INT1)

PD2 External Interrupt 0 Input (INT0)

PD1 USART Output Pin (TXD)

(22)

2.3 Sensor Jarak Ultrasonik (SR-04)

Sensor ultrasonik SR-04 adalah sensor yang bekerja berdasarkan prinsip

pantulan gelombang suara dan digunakan untuk mendeteksi keberadaan suatu

objek tertentu di depannya, frekuensi kerjanya pada daerah di atas gelombang

suara dari 40 KHz hingga 400 KHz. Sensor ultrasonik terdiri dari dari dua unit,

yaitu unit pemancar dan unit penerima. Bentuk sensor ultrasonik SR-04 dapat

dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Sensor Jarak Ultrasonik (SR-04)

Struktur unit pemancar dan penerima sangatlah sederhana, sebuah kristal

piezoelectric dihubungkan dengan mekanik jangkar dan hanya dihubungkan

dengan diafragma penggetar. Tegangan bolak-balik yang memiliki frekuensi kerja

40 KHz – 400 KHz diberikan pada plat logam. Struktur atom dari kristal

piezoelectric akan berkontraksi (mengikat), mengembang atau menyusut terhadap

polaritas tegangan yang diberikan dan ini disebut dengan efek piezoelectric.

Kontraksi yang terjadi diteruskan ke diafragma penggetar sehingga terjadi

gelombang ultrasonik yang dipancarkan ke udara (tempat sekitarnya). Pantulan

gelombang ultrasonik akan terjadi bila ada objek tertentu dan pantulan gelombang

ultrasonik akan diterima kembali oleh unit sensor penerima. Selanjutnya unit

sensor penerima akan menyebabkan diafragma penggetar akan bergetar dan efek

(23)

sama. Untuk lebih jelas tentang prinsip kerja dari sensor ultrasonik dapat dilihat

prinsip dari sensor ultrasonik pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Cara Kerja Sensor Ultrasonik

Besar amplitudo sinyal elekrik yang dihasilkan unit sensor penerima

tergantung dari jauh dekatnya objek yang dideteksi serta kualitas dari sensor

pemancar dan sensor penerima. Proses sensoring yang dilakukan pada sensor ini

menggunakan metode pantulan untuk menghitung jarak antara sensor dengan

obyek sasaran. Jarak antara sensor tersebut dihitung dengan cara mengalikan

setengah waktu yang digunakan oleh sinyal ultrasonik dalam perjalanannya dari

rangkaian pengirim sampai diterima oleh rangkaian penerima, dengan kecepatan

rambat dari sinyal ultrasonik tersebut pada media rambat yang digunakannya,

yaitu udara.

2.4 Pulse Width Modulation (PWM)

PWM merupakan sebuah metoda untuk membangkitkan sinyal keluaran

yang periodenya berulang antara high atau low dimana kita dapat mengontrol

durasi sinyal high atau low sesua dengan yang kita inginkan. Pengaturan PWM

merupakan salah satu teknik yang banyak digunakan dalam sistem kendali

(24)

Gambar 2.10 Sinyal PWM

Duty cycle merupakan perbandingan periode lamanya suatu system

bernilai logika high dan low. Variasi duty cycle ini memberikan harga tegangan

rata–rata yang berbeda–beda. Sinyal PWM dengan duty cycle yang besar memiliki

nilai rata-rata tegangan yang lebih besar dibandingkan dengan duty cycle kecil.

Nilai tegangan yang diberikan sebanding dengan nilai duty cycle yang diberikan.

Adapun rumus duty cycle, yaitu:

...(2.11)

Sedangkan untuk menghitung nilai tegangan rata-rata output dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

...(2.12)

Dimana Vtotal merupakan tegangan yang diberikan untuk mengaktifkan motor.

2.5 Motor DC

Motor DC adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi

(25)

Gambar 2.11 Motor DC

Cepat lambatnya motor DC dapat diatur berdasarkan duty cycle yang

diberikan, jika duty cycle pada sinyal PWM besar, maka akan menghasilakan

rata-rata tegangan yang besar pula sehingga motor DC akan berputar cepat, begitu juga

sebaliknya jika duty cycle yang diberikan kecil akan mengahasilkan tegangan

rata-rata yang kecil dan motor DC akan berputar lebih lambat. Pengaturan nilai

tegangan rata-rata tersebut dapat diatur dengan menggunakan persamaan (2.12).

2.6 Motor Servo

Motor servo adalah sebuah motor DC dengan sistem umpan balik tertutup

dimana posisi rotornya akan diinformasikan kembali ke rangkaian kontrol yang

ada di dalam motor servo. Motor ini terdiri dari sebuah motor DC, serangkaian

gear, potensiometer, dan rangkaian kontrol. Potensiometer berfungsi untuk

menentukan batas sudut dari putaran servo. Sedangkan sudut dari sumbu motor

servo diatur berdasarkan lebar pulsa yang dikirim melalui kaki sinyal dari kabel

motor. Pada motor servo biasanya terdapat tiga buah kabel, yang pertama untuk

tegangan masukkan, yang kedua untuk menerima sinyal PWM, dan yang ketiga

(26)

Gambar 2.12 Motor Servo

Motor servo ini terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Motor servo standard

Motor servo jenis ini hanya mampu bergerak dua arah yaitu searah

jarum jam dan kebalikan dari arah jarum jam dengan defleksi

masing-masing sudut mencapai 90° sehingga total defleksi sudut dari kanan –

tengah – kiri adalah 180°.

b. Motor servo continous

Motor servo jenis ini mampu bergerak dua arah, yaitu searah jarum jam

dan kebalikan dari arah jarum jam tanpa batasan defleksi sudut putar

(dapat berputar secara kontinyu).

Dari kedua jenis motor servo tersebut, metoda PWM dapat digunakan untuk

menentukan posisi sudut motor, hanya saja terdapat perbedaan pada besarnya arah

puataran motor.

Pada motor servo standard hanya dapat bergerak sebesar 180° yaitu dari

0°-180° atau (-90°)-90°. Secara umum untuk mengakses motor servo tipe standard

adalah dengan cara memberikan pulsa high selama 1,5 ms dan mengulangnya

setiap 20 ms, maka posisi servo akan berada ditengah atau netral (0°). Untuk pulsa

(27)

pulsa high selama 2 ms akan bergerak searah jarum jam sebesar 90° seperti

terlihat pada gambar 2.13.

Gambar 2.13 Sinyal Kontrol Motor Servo

Pengaturan pergerakan motor servo continous tidak jauh berbeda dengan

pengaturan pengendalian motor servo standard, secara umum untuk berputar

(rotasi) searah jarum jam harus diberi pulsa high selama 1,3 ms. Sedangkan untuk

berputar berlawanan arah jarum jam harus diberi logika high selama 1,7 ms. Jika

motor servo continous diberi pulsa high selama 1,5 ms maka akan berhenti. Pin

signal pada motor servo dapat dikoneksi ke pin mikrokontroler sebagai pengendali

dari pergerakan motor servo ini.

2.7 Driver Motor L293D

IC L293D adalah IC yang didesain khusus sebagai driver motor DC dan

dapat dikendalikan dengan rangkaian TTL maupun mikrokontroler. Motor DC

yang dikontrol dengan driver IC L293D dapat dihubungkan ke ground maupun ke

sumber tegangan positif karena di dalam driver L293D sistem driver yang

digunakan adalah totem pool. Dalam 1 unit chip IC L293D terdiri dari 4 buah

driver motor DC yang berdiri sendiri sendiri dengan kemampuan mengalirkan

arus 1 Ampere tiap drivernya. Sehingga dapat digunakan untuk membuat driver

H-bridge untuk 2 buah motor DC. Konstruksi pin driver motor DC IC l293D

(28)

Gambar 2.14 Driver Motor L293D

Fungsi Pin:

Pin EN (Enable, EN1.2, EN3.4) berfungsi untuk mengijinkan driver

menerima perintah untuk menggerakan motor DC.

Pin In (Input, 1A, 2A, 3A, 4A) adalah pin input sinyal kendali motor DC.

Pin Out (Output, 1Y, 2Y, 3Y, 4Y) adalah jalur output masing-masing

driver yang dihubungkan ke motor DC.

Pin VCC (VCC1, VCC2) adalah jalur input tegangan sumber driver motor

DC, dimana VCC1 adalah jalur input sumber tegangan rangkaian dirver

dan VCC2 adalah jalur input sumber tegangan untuk motor DC yang

dikendalikan.

Pin GND (Ground) adalah jalur yang harus dihubungkan ke ground, pin

GND ini ada 4 buah yang berdekatan dan dapat dihubungkan ke sebuah

pendingin kecil.

Driver motor DC IC L293D ini memiliki fungsi yang lengkap untuk

sebuah driver motor DC sehingga dapat diaplikasikan dalam beberapa teknik

driver motor DC dan dapat digunakan untuk mengendalikan beberapa jenis motor

(29)

2.8 Liquid Crystal Display (LCD)

Liquid crystal display (LCD) adalah satu layar bagian dari modul peraga

yang menampilkan karakter yang diinginkan. Layar LCD menggunakan 2 buah

lembaran bahan yang dapat mempolarisasikan dan kristal cair diantara kedua

lembaran tersebut. Arus listrik yang melewati cairan menyebabkan kristal merata

sehingga cahaya tidak dapat melalui setiap kristal. Sehingga dapat mengubah

bentuk kristal cairnya membentuk tampilan angka atau huruf pada layar.

Dalam tugas akhir ini LCD digunakan untuk menampilkan jarak antara

mobil dengan hambatan di depannya, sebagai indikator kecepatan, sebagai

indikator nilai PWM, dan sebagai indikator nilai persentase rem hasil perhitungan

logika fuzzy . Bentuk LCD 16x2 ini dapat dilihat pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15 16x2 Character LCD Module

2.9 Rotary Encoder

Rotary encoder adalah perangkat elektromekanik yang dapat memonitor

gerakan dan posisi. Rotary encoder umumnya menggunakan sensor optik untuk

menghasilkan serial pulsa yang dapat diartikan menjadi gerakan, posisi, dan arah.

Sehingga posisi sudut suatu poros benda berputar dapat diolah menjadi informasi

(30)

Rotary encoder tersusun dari suatu piringan tipis yang memiliki

lubang-lubang pada bagian lingkaran piringan. LED ditempatkan pada salah satu sisi

piringan sehingga cahaya akan menuju ke piringan. Di sisi yang lain suatu

photo-transistor diletakkan sehingga photo-photo-transistor ini dapat mendeteksi cahaya dari

LED yang berseberangan. Piringan tipis tadi dikopel dengan poros motor, atau

perangkat berputar lainnya yang ingin kita ketahui posisi atau kecepatannya,

sehingga ketika motor berputar piringan juga akan ikut berputar. Apabila posisi

piringan mengakibatkan cahaya dari LED dapat mencapai photo-transistor melalui

lubang-lubang yang ada, maka photo-transistor akan mengalami saturasi dan akan

menghasilkan suatu pulsa. Semakin banyak deretan pulsa yang dihasilkan pada

satu putaran menentukan akurasi rotary encoder tersebut, akibatnya semakin

banyak jumlah lubang yang dapat dibuat pada piringan menentukan akurasi rotary

encoder tersebut. Cara kerja dari rotary encoder dapat dilihat pada Gambar 2.16.

Gambar 2.16 Cara Kerja Rotary Encoder

Untuk mengetahui kecepatan putar dari pulsa yang dihasilkan oleh rotary encoder

tersebut, maka dapat dituliskan dalam persamaan berikut:

(31)

dengan,

= kecepatan benda (m/s)

= jari-jari (m)

= jumlah pulsa dalam 1 detik

= jumlah lubang piringan rotary encoder

2.10 Remote Control (TX – RX)

Remote Control gelombang radio terdiri dari 2 bagian, yaitu pesawat

pemancar (TX) dan pesawat penerima (RX). Pada rangkaian pesawat pemancar

menggunakan IC TX-2B dan pada rangkaian pesawat penerima menggunakan IC

RX-2B. Sepasang IC ini memiliki 5 fungsi kerja yang biasanya digunakan untuk

mengoperasikan mobil-mobilan dengan remote control. Pada remote control

fungsi ini digunakan supaya mobil bergerak maju-mundur, berbelok ke kiri, dan

berbelok ke kanan. Output IC TX-2B diletakkan sebagai input bagi pesawat

pemancar. Sedangkan IC RX-2B diletakkan sebagai penerjemah di pesawat

penerima. Bentuk fisik IC TX-2B dan IC RX-2b dapat dilihat pada Gambar 2.17

dan Gambar 2.18.

(32)

Gambar 2.18 Bentuk Fisik IC RX-2B

IC TX-2B memiliki 14 pin, sedangkan IC RX-2B memiliki 16 pin. Setiap

pin fungsi pada IC TX-2B berpasangan dengan pin fungsi pada IC RX-2B. Untuk

konfigurasi fungsi pin IC TX-2B dan RX-2B dapat dilihat pada Gambar 2.19.

Gambar 2.19 Konfigurasi Fungsi Pin-Pin IC TX-2B dan RX-2B

IC TX-2B mempunyai karakteristik supply tegangan sebesar 0,3 – 5 ,0

volt. Tegangan operasional antara 1,5 – 5 volt. Arus maksimal yang mengalir 2

mA. Sedanglan IC RX-2B memiliki tegangan operasional antara 1,5 – 5,0 volt

dan arus operasional maksimum 3,0 mA. Fungsi dari setiap pin IC TX-2B

(33)

Tabel 2.5 Pin-Pin IC TX-2B

Pin Simbol Keterangan

1 Fungsi 1 Jika terhubung GND, mengaktifkan F 1 di RX

2 Test B Dipakai untuk menguji IC

3 GND Untuk dihubungkan ke negatif

4 Fungsi 2 Jika terhubung ke GND, mengaktifkan F 2 di RX

5 Fungsi 3 Jika terhubung ke GND, mengaktifkan F 3 di RX

6 Fungsi 4 Jika terhubung ke GND, mengaktifkan F 4 di RX

7 SC Sinyal terkode dengan frekuensi pembawa

8 SO Sinyal terkode tanpa frekuensi pembawa

9 VDD Untuk dihubungkan ke positif power supply

10 PC Dihubungkan ke LED sebagai indikator output

11 OSC0 Kaki keluaran Osilator

12 OSC1 Kaki masukan Osilator

13 FOSC Dipakai untuk menguji IC

14 Fungsi 5 Jika terhubung ke GND, mengaktifkan F 5 di RX

Cara kerja IC TX-2B adalah bila pin fungsi 1 pada IC TX-2B terhubung

dengan GND (sumber negatif), maka akan keluar sinyal dari pin fungsi 1 pada IC

RX-2B. Fungsi dari setiap pin IC TX-2B terdapat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Pin-Pin IC RX-2B

Pin Simbol Keterangan

1 VO 2 Inverter pin 2 output untuk penguat daya

2 GND Untuk dihubungkan ke negatif (ground)

3 SI Pin input sinyal terkode

4 OSC1 Kaki masukan osilator

5 OSC0 Kaki keluaran osilator

6 Fungsi 1 Aktualisasi F1 dari TX

7 Fungsi 5 Aktualisasi F5 dari TX

8 ROB Jika dihubungkan ke GND, menonaktifkan pin 6

9 LDB Jika dihubungkan ke GND, menonaktifkan pin 7

13 Fungsi 2 Aktualisasi F2 dari TX

11 Fungsi 3 Aktualisasi F3 dari TX

12 Fungsi 4 Aktualisasi F4 dari TX

13 VDD Untuk dihubungkan ke positif power supply

14 VI 1 Inverter pin 1 input untuk penguat daya

15 VO 1 Invrter pin 1 output untuk penguat daya

(34)

2.11 Komparator

Komparator secara harfiah berarti membandingkan, dalam hal ini adalah

membandingkan dua macam tegangan pada kedua masukannya. Dalam

prakteknya tegangan yang satu dicatu oleh suatu acuan (reference) yang besarnya

tetap, sedangkan yang lainnya oleh suatu masukan tegangan yang variable,

bilamana tersambung (on). Apabila masukan non inverting lebih positif dari

masukan inverting-nya, maka akan diperoleh keluaran maksismum positif. Dan

bilamana masukan inverting lebih positif dibandingkan masukan non

invertingnya, maka akan diperoleh keluaran maksimum negatif.

Komparator adalah suatu penguat operasional (opamp). Penguat

operasional adalah penguat dengan gain tinggi dan terhubung secara langsung.

Penguat ini biasanya digunakan untuk menguatkan sinyal berjalur frekuensi lebar

dan digunakan bersama jaringan umpan balik eksternal. Penguat operasional

memiliki 5 terminal dasar, yaitu 2 untuk memberikan daya, 2 untuk masukan dan

satu untuk keluaran. Bentuk Fisik IC LM393N dapat dilihat pada Gambar 2.20.

Gambar 2.20 Bentuk Fisik IC LM393N

Cara yang termudah untuk menggunakan suatu penguat operasional

adalah loop terbuka (tidak ada resistor umpan balik), seperti ditunjukkan dalam

gambar 2.21(a) karena penguat yang tinggi dari penguat operasional tegangan

(35)

(swing) output maksimum. Misalnya, jika V1 lebih besar daripada V2, tegangan

kesalahan adalah positif dan tegangan output menuju harga positif maksimum

secara tipikal 1 sampai 2 V kurang dari tegangan catu. Jika V1 lebih kecil dari V2,

tegangan output berayun ke tegangan negatif maksimum.

Verror

Gambar 2.21(b) meringkaskan gerak tersebut. Tegangan kesalahan positif

mendorong output ke +VSAT harga maksimum dari tegangan output. Tegangan

kesalahan negatif menimbulkan tegangan output –VSAT. Jika sebuah penguat

operasional digunakan seperti ini, maka disebut komparator karena semua yang

dapat dilakukannya adalah membandingkan V1 dan V2 yang menghasilkan output

positif atau negatif jenuh, tergantung pada apakah V1 lebih besar atau lebih kecil

daripada V2. Konfigurasi pin IC LM393N dapat dilihat pada Gambar 2.22. Untuk

fungsi dari setiap pin IC LM393N terdapat pada Tabel 2.7.

(36)

Komparator yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah LM 393N. IC ini

mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dua keluaran (output) untuk dibaca

oleh mikrokontroler.

Tabel 2.7 Fungsi Pin-Pin IC LM393N

Pin Keterangan

1 Output 1

2 Inverting Input 1

3 Non-Inverting Input 1

4 Gnd

5 Non-Inverting Input 2

6 Inverting Input 2

7 Output 2

8 Vcc

2.12 Pemrograman Bahasa C

Bahasa pemrograman yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah

program Bahasa C. Bahasa pemrograman Bahasa C dikenal sebagai bahasa

pemrograman handal, cepat, mudah, dan tergolong ke dalam bahasa pemrograman

tingkat menengah. Konstruksi dari program bahasa C harus mengikuti aturan

sebagai berikut.

a. Komentar

Komentar digunakan untuk memberi keterangan pada program agar

mudah dibaca dan akan diabaikan oleh compiler.

Contoh penulisan :

// hanya satu ini sebelum enter yang dianggap komentar.

\* kata-kata yang berbeda dalam tanda garis miring dengan bintang

(37)

b. Preprocessor

Biasanya digunakan untuk menyertakan file header (.h) atau file library.

File include berguna untuk memberitahu compiler agar membaca file

yang di include- kan lebih dahulu agar mengenali definisi-definisi yang

digunakan dalam program sehingga tidak dianggap error.

Cara penulisan:

#include <………….> untuk lokasi standar file yang telah disetting oleh

tools biasanya pada folder include atau folder directori complier.

#include”………….” Untuk lokasi file yang yang kita tentukan sendiri.

File header io.h adalah file yang segala informasi/definisi tentang

register-register fungsi khusus (SFR) dan bit-bit atau pin-pin

mikrokontroler AVR.

c. Pengenal (Identifier)

Pengenal digunakan untuk memberi nama variabel, konstanta, dll. Bahasa

C bersifat case sensitive (huruf kapital dan huruf kecil dianggap berbeda).

Konstruksi pengenal adalah huruf, angka, garis bawah ( _ ). Tiap

pengenal bisa menggunakan gabungan ketiga hal tersebut dengan catatan

tidak boleh diawali dengan angka.

Cara penulisan:

Menit //benar

MeniT //benar dan berbeda dengan pengenal Menit

60detik //salah

(38)

d. Variabel

Variabel adalah tempat untuk menyimpan dan mengakses data yang

mewakili memori dalam mikrokontroler. Variabel harus dideklarasikan

(memberitahu kompiler) dengan tipe data beserta nama variabel yang

akan digunakan.Tiap tipe data mempunyai jangkauan bilangan yang

dapat disimpan, hal ini akibat dari byte memori yang dipesan dan bentuk

bilangan bertanda atau tidak. Seperti pada Tabel 2.8 berisi jenis tipe data

dan banyaknya bilangan yang dapat ditampung.

Tabel 2.8 Tipe Data

Signed long 3 32 -2147483648 2147483647

Unsigned long 3 32 0 4294967295

Float 3 32 1.28E-38 3.4E38

e. Operator

Operator adalah karakter-karakter khusus untuk memanipulasi variable.

Operand adalah variabel atau konstanta yang merupakan bagian dari

pernyataan.

Aritmatika :

+ adalah penjumlahan.

- adalah pengurangan.

(39)

/ adalah pembagian.

++ adalah increment.

-- adalah decrement.

Logika :

== adalah logika sama dengan.

!= adalah logika tidak sama dengan.

< adalah logika lebih kecil.

<= adalah logika lebih kecil sama dengan.

> adalah logika lebih besar.

>= adalah logika lebih besar sama dengan.

! adalah logika not.

&& adalah logika AND.

|| adalah logika OR.

Manipulasi Bit :

~ adalah mengkomplementkan.

& adalah mengANDkan.

| adalah mengORkan.

^ adalah mengXORkan.

<< adalah shift left.

(40)

f. Kontrol Aliran Program

Untuk mencerdaskan sebuah program, maka diperlukan algoritma dimana

terdiri dari berbagai pengendalian aliran program.

If (...){…}

Digunakan untuk mengecek satu kondisi satu blok jawaban.

If (…) {…} else {…}

Digunakan untuk mengecek satu kondisi dua blok jawaban.

If (…) {…} else if (…) {…} else {…}

Digunakan untuk mengecek beberapa kondisi yang berkaitan.

While (…) {…}

Digunakan untuk perulangan/looping/iterasi jika kondisi yang diuji

bernilai benar.

Do {…} while (…)

Digunakan untuk perulangan/looping/iterasi jika kondisi yang diuji

bernilai benar. Perbedaanya dengan while tanpa do adalah blok di

eksekusi terlebih dahulu baru diuji, hal ini dapat terjadi

kemungkinan yang diuji salah namun blok tetap di eksekusi.

For (… ; … ; … ;…) {…}

Digunakan untuk perulangan/looping/iterasi jika kondisi dan syarat

(41)
(42)

39

Dalam perancangan dan pembuatan suatu perangkat elektronik, pemilihan

jenis komponen harus dilakukan karena berdampak langsung pada tingkat

efisiensi dan efektifitas perangkat yang dibuat. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan diantaranya ukuran dimensi komponen, keakuratan komponen pada

saat bekerja, kualitas komponen, serta pengeluaran biaya untuk komponen

tersebut.

Selain pemilihan komponen, perancangan dan realisasi sistem merupakan

bagian yang terpenting dari seluruh pembuatan tugas akhir ini. Perancangan yang

baik dan dilakukan secara sistematik akan memberikan kemudahan dalam proses

pembuatan alat serta mempermudah dalam proses analisis dari alat yang dibuat.

Pada bab ini akan dijelaskan tentang perancangan sistem baik hardware maupaun

software beserta alasan pemilihan komponen yang digunakan.

3.1 Perancangan Sistem

Pada perancangan sistem pengereman mobil otomatis ini, secara umum

terdapat tiga bagian utama yaitu bagian masukan (input), proses (process), dan

keluaran (output) seperti terlihat pada Gambar 3.1. Setiap bagian dari sistem

mempunyai fungsi masing-masing yang akan saling berkaitan dalam sistem

(43)

Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Pengereman Mobil Otomatis

Secara umum, cara kerja dari pengereman mobil otomatis yang akan

dirancang dalam tugas akhir ini adalah ketika sensor rotary encoder mendeteksi

kecepatan mobil pada saat melaju dan sensor ultrasonik SR-04 mendeteksi adanya

penghalang dengan jarak tertentu, maka secara otomatis mikrokontroler akan

memproses masukan dari sensor rotary encoder dan sensor ultrasonik SR-04

tersebut yang telah terintegrasi dengan mikrokontroler untuk menentukan

pengereman secara otomatis. Selain itu dalam tugas akhir ini mobil prototype

dikendalikan melalui remote control. Berikut ini uraian singkat fungsi dari

masing-masing bagian utama blok diagram sistem pengereman otomatis berbasis

mikrokontroler ATmega32 menggunakan logika fuzzy.

3.1.1 Masukan (input)

Pada bagian masukan (input) terdapat perangkat yang berfungsi untuk

memberikan masukan bagi mikrokontroler sesuai dengan fungsinya. Masukan

(input) dari sistem ini terdiri dari sensor rotary encoder, sensor ultrasonik SR-04,

(44)

a. Sensor rotary encoder

Sensor ini adalah jenis sensor kecepatan yang bekerja dengan cara

menghasilkan pulsa dari ouptocoupler yang membaca piringan tipis yang

memiliki lubang-lubang pada bagian lingkaran piringan. Piringan tersebut

menempel pada poros roda yang digerakan oleh motor DC. Sensor ini

berfungsi untuk mendeteksi kecepatan mobil pada saat melaju.

b. Sensor ultrasonik SR-04

Sensor ini adalah jenis sensor jarak yang bekerja dengan cara

memancarkan gelombang ultrasonik. Sensor ini berfungsi sebagai

pendeteksi adanya mobil lain atau rintangan (obstacle) di depan mobil .

c. Remote control pemancar (TX) dan penerima (RX)

Remote control yang digunakan pada tugas akhir ini adalah remote control

gelombang radio yang terdiri dari pemancar (TX) dan penerima (RX).

Remote control ini terdapat lima buah fungsi kerja. Fungsi kerja tersebut

digunakan untuk mengendalikan mobil agar bergerak maju, untuk

mengendalikan mobil agar bergerak mundur, untuk menentukan mode

dimana apabila mode menyala maka tombol kanan/kecepatan- digunakan

untuk mengurangi kecepatan mobil, dan tombol kiri/kecepatan+ digunakan

untuk menambah kecepatan mobil. Sedangkan apabila mode mati maka

tombol kanan/kecepatan- digunakan untuk memberi perintah agar mobil

berbelok ke arah kanan, dan tombol kiri/kecepatan+ digunakan untuk

(45)

d. Komparator

Pada tugas akhir ini komparator digunakan untuk memastikan tegangan

keluaran dari remote control penerima, apakah tegangan tersebut bernilai 1

(5V) atau 0 (0V). Ini dikarenakan pada saat remote control pemancar salah

satu fungsi kerjanya dijalankan maka tegangan keluaran pada remote

control penerima adalah sekitar 2V, sedangkan apabila fungsi kerjanya

tidak dijalankan maka tegangan keluaran pada remote control penerima

adalah 0V. Sehingga untuk membuat tegangan keluaran pada remote

control pemancar berlogika 1 (5V) dan 0 (0V) digunakanlah komparator.

3.1.2 Pemroses (Process)

Mikrokontroler AVR ATmega 32 digunakan sebagai perangkat utama

untuk mengontrol sistem pengereman mobil otomatis menggunakan logika fuzzy

ini. Mikrokontroler akan memproses masukan baik dari sensor ultrasonik, sensor

rotary encoder, dan remote control yang kemudian memberikan keputusan

output berupa arah putaran motor DC maju atau mundur, mengatur kecepatan

motor DC, arah putaran motor servo, dan menampilkan informasi ke dalam LCD.

3.1.3 Keluaran (Output)

Bagian keluaran adalah bagian yang merupakan hasil eksekusi perangkat

dan bertindak sebagai hasil dari kinerja perangkat sesuai dengan keinginan

perancang. Pada blok diagram terdapat 3 buah output berupa motor DC, LCD

16x2, dan motor servo, berikut penjelasan dari masing-masing output yang

(46)

a. Motor DC (penggerak roda mobil dan penggerak steer)

Motor DC pertama digunakan sebagai penggerak mobil agar mobil dapat

bergerak maju dan mundur, sedangkan motor DC kedua digunakan

sebagai penggerak steer agar mobil dapat berbelok ke arah kanan atau kiri.

Motor DC dikendalikan arah putaran dan kecepatannya melalui IC L293D

yang berguna sebagai driver motor dan pengaturannya dilakukan melalui

eksekusi program pada mikrokontroler ATmega32.

b. LCD 16x2

LCD 16x2 bertindak sebagai indikator kecepatan dan jarak antara mobil

dan hambatan (obstacle) di depannya dan pengaturan melalui eksekusi

program pada mikrokontroler ATmega32.

c. Motor servo (pengereman roda mobil)

Motor servo bertindak sebagai pengontrolan rem secara mekanis. Input

dari sensor ultrasonik dan sensor rotary encoder ke mikrokontroler akan

menghasilkan output berupa besarnya sudut motor servo. Pergerakan sudut

motor servo tersebut menjadi besaran persentase rem.

3.2 Pemilihan Komponen

Pada pemilihan komponen, yang menjadi latar belakang perbandingan

dan pemilihan jenis komponen yang diuraikan pada bab ini dilakukan dengan cara

membandingkan komponen-komponen yang digunakan pada rangkaian sistem

kontrol elektronik pengereman mobil otomatis yang sudah ada sebelumnya

(47)

yang pada dasarnya mempengaruhi kinerja dari komponen tersebut terhadap

aplikasi pengereman mobil otomatis yang akan dirancang.

3.2.1 Pemilihan Jenis Sensor Jarak

Sensor jarak berfungsi untuk mendeteksi jarak antara mobil dengan

hambatan. Pada sistem pengereman otomatis ini jarak maksimum yang

dibutuhkan untuk mendeteksi mobil dengan hambatan adalah 200 cm. Selain itu,

jarak yang dideteksi oleh sensor harus memiliki keakuratan yang cukup tinggi.

Tabel 3.1. Uraian Perbandingan Jenis Sensor Jarak

Spesifikasi Indikator Sensor Tidak ada Tidak ada Ada

Frekuensi Brust - 40kHz 40kHz

Harga Rp 220.000 Rp 40.000 Rp 350.000

Berikut Tabel 3.1 berisi perbandingan antara beberapa jenis sensor jarak. Pada

perancangan sistem pengereman otomatis ini, sensor jarak yang digunakan adalah

sensor ultrasonik SR-04. Pemilihan tersebut berdasarkan rentang jarak pantul dan

harga yang relatif lebih murah.

3.2.2 Pemilihan Jenis Mikrokontroler

Mikrokontroler berfungsi untuk mengolah data yang masuk dari sensor

dan kemudian memberikan perintah kepada actuator. Mikrokontroler yang

digunakan harus memiliki memory flash dan RAM yang cukup besar, karena pada

(48)

dilakukan cukup banyak. Selain itu, mikrokontroler harus mempunyai pin I/O

yang cukup untuk terhubung ke sensor atapun ke actuator.

Tabel 3.2 Uraian Perbandingan Jenis Mikrokontroler

Spesifikasi Jenis Mikrokontroler

Berikut Tabel 3.2 berisi perbandingan antara beberapa jenis

mikrokontroler. Pada perancangan sistem pengereman otomatis ini,

mikrokontroler yang digunakan adalah mikrokontroler ATMega 32. Pemilihan

tersebut berdasarkan memory flash dan RAM yang lebih besar sehingga

mempengaruhi kecepatan akses data sementara pada mikrokontroler.

3.2.3 Pemilihan Jenis LiquidCrystalDisplay (LCD)

LCD berfungsi untuk menampilkan jarak yang dideteksi, nilai PWM,

kecepatan mobil, dan nilai persentase rem yang dilakukan. Semua informasi

tersebut harus ditampilkan dalam satu LCD, sehingga informasi tersebut

ditampilkan secara real time.

Tabel 3.3 Uraian Perbandingan Jenis Liquid Crystal Display (LCD)

Spesifikasi Jenis LCD

LCD 16x1 LCD 16x2 LCD 16x4

Karakter 16 32 64

Baris 1 2 4

(49)

Pada Tabel 3.3 dapat dilihat perbandingan antara beberapa jenis LCD.

LCD yang digunakan pada perancangan sistem pengereman otomatis ini adalah

LCD dengan jumlah karakter 16x2. Pemilihan tersebut berdasarkan jumlah

karakter yang dapat menampilkan semua informasi yang akan ditampilkan secara

bersamaan.

3.2.4 Pemilihan Jenis Motor Servo

Motor servo berfungsi sebagai pengatur rem pada prototype mobil. Motor

servo yang digunakan harus memiliki torsi yang besar, sehingga motor servo

tersebut mampu untuk melakukan pengereman hingga roda pada prototype

behenti berputar.

Tabel 3.4 Uraian Perbandingan Jenis Motor Servo

Spesifikasi

Pada Tabel 3.4 dapat dilihat perbandingan jenis motor servo. Pada

perancangan sistem pengereman otomatis ini motor servo yang digunakan adalah

TowerPro High Torque MG996R. Pemilihan tersebut berdasarkan putaran motor

servo sebesar 180° dan torsi yang dihasilkan oleh motor servo tersebut cukup

(50)

3.2.5 Pemilihan Jenis IC Driver Motor

Driver motor berfungsi untuk mengendalikan arah putaran motor DC dan

juga kecepatan motor DC tersebut. Motor yang akan dikendalikan memiliki arus

yang cukup kecil, sehingga driver motor yang digunakan harus mampu

mengalirkan arus pada motor tersebut.

Tabel 3.5 Uraian Perbandingan Jenis IC Driver Motor

Spesifikasi Jenis Driver Motor IC L293D IC L298N Arus Maksimal 1 A 4 A

Harga Rp 18.000 Rp 22.500

Berikut Tabel 3.5 berisi perbandingan antara beberapa jenis driver motor.

Pada perancangan sistem pengereman otomatis ini, driver motor yang digunakan

adalah IC L293D. Pemilihan tersebut berdasarkan nilai arus maksimum yang

dapat dialirkan oleh IC L293D. Selain itu harga dari IC L293D yang relatif lebih

murah.

3.2.6 Pemilihan Jenis Sensor Kecepatan

Sensor kecepatan berfungsi untuk mendeteksi kecepatan mobil pada saat

melaju. Motor DC yang digunakan untuk menggerakkan mobil memiliki

kecepatan putaran sebesar 300rpm. Sehingga sensor yang digunakan harus

mampu mendeteksi kecepatan putaran tersebut. Selain itu, bentuk dari sensor yang

(51)

Tabel 3.6 Uraian Perbandingan Jenis Sensor Kecepatan

maksimum 1.500Hz 300.000Hz 30.000KHz Maksimum rpm 2.500rpm 5.000rpm 5000rpm

Harga Rp 60.000 Rp 650.000 Rp 850.000 Pada Tabel 3.6 dapat dilihat perbandingan dari jenis sensor kecepatan.

Berdasarkan tabel tersebut, pada perancangan sistem pengereman otomatis ini

sensor kecepatan yang digunakan adalah DI-Rotary Encoder.

3.2.7 Pemilihan Jenis Komparator

Rangkaian komparator berfungsi untuk membandingkan antara tegangan

yang masuk dari penerima modul RF dengan tegangan referensi. Pada umumnya

rangkaian komparator menggunakan sebuah komponen Operasional Amplifier

(Op-Amp). Op-Amp yang digunakan harus dapat bekerja tanpa catuan ganda,

misalnya +12V dan -12V. Selain itu harus hemat daya dengan arus yang kecil

sehingga cocok untuk catu daya dengan menggunakan baterai.

Tabel 3.7 Uraian Perbandingan Jenis IC Op-Amp Sebagai Komparator

Spesifikasi Tipe IC Komparator

(52)

Berikut Tabel 3.7 berisi perbandingan jenis IC Op-Amp yang digunakan

sebagai komparator. Berdasarkan tabel tersebut, pada perancangan sistem

pengereman otomatis ini IC Op-Amp yang digunakan adalah IC LM393N.

3.3 Perancangan Mekanik Pada Mobil

Dalam perancangan sistem pengereman otomatis pada tugas akhir ini akan

dimodelkan pada mobil-mobilan remote control. Model mobil-mobilan yang

dirancang memiliki 1 buah sensor ultrasonik sebagai pendeteksi jarak, 1 buah

sensor rotary encoder sebagai pendeteksi kecepatan mobil pada saat melaju, 2

buah motor DC sebagai penggerak mobil dan pengatur steer, 1 buah motor servo

sebagai pengereman mobil, 1 buah driver motor, 1 buah LCD sebagai indikator, 1

buah penerima (RX) modul RF sebagai komunikasi pengendalian mobil, dan 1

buah sistem minumum ATmega 32 sebagai pusat pengendalian mobil seperti

terlihat pada Gambar 3.2. Untuk prototype mobil dapat dilihat pada Gambar 3.3.

(53)

Gambar 3.3 Prototype Mobil

Penempatan sensor ultrasonik yaitu hampir berada di tengah dengan jarak

18cm dari depan prototype mobil. Penempatan ini berhubungan dengan jangkauan

dari sensor ultrasonik tersebut, sehingga jangkauan dari sensor ultrasonik

mencakup lebar keseluruhan dari prootype mobil. Untuk tuas rem yaitu

menggunakan lempengan besi yang terhubung dengan motor servo. Pada ujung

lempengan tersebut ditempelkan sebuah kanvas rem, sehingga apabila motor

servo berputar maka lempengan besi tersebut akan bergerak naik turun dan kanvas

rem menyentuh roda prototype mobil sehingga melakukan pengereman seperti

terlihat pada Gambar 3.4.

(54)

3.4 Perancangan Perangkat Keras (Hardware)

Pada perancangan perangkat keras (hardware) pengereman otomatis ini,

dilakukan perancangan sistem kontrol yang meliputi pembuatan

rangkaian-rangkaian elektronik yang saling terintegrasi membentuk sistem kendali dengan

tujuan mengendalikan kerja sistem pengereman mobil agar dapat bekerja secara

otomatis.

3.4.1 Rangkaian Sistem Minimum Mikrokontroler AVR ATmega 32

Sistem minimum ATmega 32 adalah rangkaian yang dikhususkan untuk

mengoperasikan IC ATmega 32. Mikrokontroler inilah yang nantinya akan

digunakan sebagai pusat pengendalian pengereman otomatis ini. Berikut Gambar

3.5 skematik dari rangkaian sistem minimum mikrokontroler ATmega 32.

(55)

3.4.2 Rangkaian Sensor Ultrasonik SR-04

Sensor jarak menggunakan ultrasonik SR-04 adalah jenis sensor yang

terdiri dari pemancar ultrasonik (transmitter) dan penerima ultrasonik (receiver).

Sensor ini bekerja dengan cara menghitung pantulan gelombang yang

dibangkitkan oleh pemancar kepada obyek dan akan diterima oleh penerima

ultrasonik. Ultrasonik SR-04 ini memiliki jarak deteksi dari 3cm hingga 500cm.

Hasil output dari sensor ultrasonik berupa sinyal digital sehingga dapat langsung

diproses oleh mikrokontroler. Rangkaian ultrasonik SR-04 ini dapat dilihat pada

Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Rangkaian Ultrasonik 3.4.3 Rangkaian Driver Motor (L293D)

Untuk rangkaian driver motor menggunakan IC L293D yang didalamnya

terdapat dua rangkaian H-bridge. Komponen ini bisa mengendalikan 2 buah motor

DC mulai dari mengatur kecepatan dan juga arah putaran motor DC. Selain itu IC

L293D mampu mengalirkan tegangan sampai 36 VDC dengan arus sebesar 1,2A

(56)

.

Gambar 3.7 Rangkaian Driver Motor Menggunakan L293D 3.4.4 Rangkaian Liquid Crystal Display (LCD)

Dalam perancangan pengereman mobil otomatis pada tugas akhir ini,

digunakan Liquid Crystal Display (LCD) dengan jumlah karakter 16x2. LCD

digunakan sebagai indikator jarak, kecepatan, nilai PWM dan nilai keluaran rem

hasil logika fuzzy. Rangkaian dari LCD ini dapat dilihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Rangkaian Liquid Crystal Display (LCD) 3.4.5 Rangkaian Motor Servo

Dalam perancangan pengereman mobil otomatis pada tugas akhir ini,

digunakan motor servo sebagai penggerak untuk melakukan pengereman pada

prototype mobil. Motor servo yang digunakan adalah motor servo standard. Motor

servo jenis ini hanya mampu bergerak dua arah (CW dan CCW) dengan defleksi

masing-masing sudut mencapai 90° sehingga total defleksi sudut dari kanan –

(57)

Servo analog dan digital memiliki tiga kabel. Satu kabel untuk catu positif,

biasanya DC 5-6 Volt. Kabel kedua untuk ground, dan kabel ketiga merupakan

kabel sinyal. Mikrokontroler berkomunikasi dengan motor servo melalui kabel

ini, yang mengirimkan sinyal berupa pulsa. Rangkaian dari motor servo ini dapat

dilihat pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9 Rangkaian Motor Servo

3.4.6 Rangkaian Rotary Encoder

Dalam perancangan pengereman mobil otomatis pada tugas akhir ini,

digunakan rotary encoder untuk mengukur kecepatan prototype mobil pada saat

melaju. Rotary encoder terdiri dari LED dan photo-transistor yang akan

mengalami perubahan logika bila terjadi perubahan intensitas cahaya yang

dipancarkan oleh pemancar (LED infra merah) untuk penerima, perubahan

intensitas cahaya tersebut dihasilkan oleh piringan yang sepanjang sisi dari

piringan tersebut memiliki lubang. Rangkaian rotary encoder untuk mengukur

kecepatan dapat dilihat pada Gambar 3.10.

(58)

3.4.7 Rangkaian Komparator

Dalam perancangan pengereman mobil otomatis pada tugas akhir ini,

digunakan rangkaian komparator untuk menentukan keluaran dari rangkaian

receiver modul RF termasuk ke dalam logika high atau low. IC yang digunakan

pada rangkaian komparator ini adalah IC LM393N. Untuk skematik rangkaian

komparator dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11 Rangkaian Komparator

3.4.8 Rangkaian Transmitter dan Receiver Modul RF (Radio Frequency)

Dalam perancangan pengereman mobil otomatis pada tugas akhir ini,

digunakan Modul RF (Radio Frequency) untuk mengendalikan prototype mobil.

Prototype mobil dikendalikan agar dapat menerima perintah maju, mundur,

(59)

Modul RF (radio Frequency) ini terdiri dari transmitter sebagai pengirim

dan receiver sebagai penerima. Untuk transmitter menggunakan IC TX-2B dan

untuk receiver menggunakan IC RX-2B. Skematik rangkaian transmitter dapat

dilihat pada Gambar 3.12 dan untuk rangkaian receiver dapat dilihat pada Gambar

3.13.

Gambar 3.12 Rangkaian Transmitter Modul-RF

(60)

3.5 Gambaran Sistem

Pada sistem ini prototype mobil dikendalikan oleh remote control dengan

memberikan perintah maju, mundur, menambah kecepatan, mengurangi

kecepatan, belok kanan maupun belok kiri. Pada saat mobil melaju dan secara

tiba-tiba ada hambatan di depan mobil maka sensor ultrasonik akan

mengidentifikasi jarak antara mobil dengan hambatan tersebut. Selain itu rotary

encoder pun akan mengidentifikasi kecepatan mobil pada saat melaju. Jarak dan

kecepatan ini lah yang akan diproses oleh mikrokontroler dengan menggunakan

kontrol logika fuzzy, yang kemudian hasil dari perhitungan kontrol logika fuzzy

tersebut berupa persentase rem. Persentase rem tersebut oleh mikrokontroler

digunakan untuk memberi perintah pada motor servo (pengontrol rem) dan

melakukan pengereman secara otomatis. Pada saat mobil melaju dengan

kecepatan tinggi seperti pada saat jalanan lengang dan secara tiba-tiba sensor

ultrasonik mengidentifikasi hambatan maka dari jarak jauh pengereman otomatis

sudah dilakukan secara perlahan untuk mengurangi kecepatan laju mobil tersebut

sehingga ketika posisi mobil semakin dekat dengan hambatan, mobil baru akan

akan melakukan pengereman secara penuh sehingga tidak mengurangi

kenyamanan dan keselamatan pada saat berkendara seperti pada Gambar 3.15.

Selain itu, pada saat mobil melaju dengan kecepatan lambat seperti pada saat

jalanan dalam keadaan macet, pengereman akan dilakukan pada jarak yang lebih

dekat sehingga mobil akan langsung melakukan pengereman secara penuh seperti

(61)

Gambar 3.14 Proses Pengereman Otomatis Pada Kecepatan Rendah

Gambar 3.15 Proses Pengereman Otomatis Pada Kecepatan Tinggi

Pada sistem ini pun dirancang agar mobil dapat masuk ke dalam daerah

sempit seperti garasi yang memiliki lebar jalan hampir sama ukuran nya dengan

prototype mobil tersebut seperti pada Gambar 3.16.

(62)

3.6 Kontrol Logika Fuzzy

Kontrol logika fuzzy pada perancangan ini terdapat dua masukan, yaitu

kecepatan dari mobil dan jarak antara mobil dengan hambatan di depannya.

Sedangkan untuk keluaran aturan pengontrolan rem ini hanya terdapat satu

keluaran yaitu rem pada mobil. Setiap keluaran tersebut diproses dengan aturan

yang berlaku pada pengereman mobil yang telah ditentukan. Setiap input dari

logika fuzzy ini mempunyai nilai keanggotaan (membership function) yang

direpresenatasikan dalam bentuk kurva segitiga dan trapesium. Operator “AND

digunakan untuk mengkombinasikan dan memodifikasi kedua masukan. Untuk

nilai keanggotaan (membership function) Jarak dapat dilihat pada Gambar 3.17,

untuk kecepatan dapat dilihat pada Gambar 3.18, dan untuk persentase rem dapat

dilihat pada Gambar 3.19.

Gambar 3.17 Membership Function Untuk Jarak

Keterangan:

Jarak sangat dekat sekali direpresentasikan dengan kurva trapesium

Gambar

Gambar 2.16 Cara Kerja Rotary Encoder
Gambar 2.17 Bentuk Fisik IC TX-2B
Gambar 2.19 Konfigurasi Fungsi Pin-Pin IC TX-2B dan RX-2B
Tabel 2.5  Pin-Pin IC TX-2B
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk merancang prototipe pengereman otomatis pada motor dc secara mekanis yang dapat melakuakan pengereman pada laju putar motor

Skripsi yang berjudul “ Desain Pembuatan Prototype Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguat Terpisah Berbasis Mikrokontroler Dengan Logika Fuzzy ” merupakan

Dalam penelitian ini dibuatlah teknologi otomatisasi menggunakan logika fuzzy berbasis mikrokontroler, untuk sistem pendeteksi kondisi air dan ketinggian air serta sistem untuk

Dalam proses peletakan atau pengambilan mobil, terdapat 3 gerakan utama yaitu proses naik turun lift menuju antai yang diinginkan, proses pemutaran lift untuk mengarahkan mobil

Skripsi yang berjudul “Desain Pembuatan Prototype Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguat Terpisah Berbasis Mikrokontroler Dengan Logika Fuzzy” merupakan

Berdasarkan analisa pengujian prototype sistem kontrol dan monitoring suhu serta ketinggian air pada kolam budidaya ikan menggunakan logika fuzzy dengan skala ukuran

Untuk mengukur performansi dari sistem fuzzy yang telah dibuat, dilakukan pengujian menggunakan 10 skenario posisi mobil pada lintasan untuk mengetahui apakah

Pada penelitian ini dilakukan pengujian sistem pada tanaman seledri yang mana masi terdapat nilai kesalahan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti, perhitungan dalam penentuan