• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSEDUR PENANGANAN KECELAKAAN KERJA DI 001

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROSEDUR PENANGANAN KECELAKAAN KERJA DI 001"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PROSEDUR PENANGANAN KECELAKAAN KERJA

DI PT. HI-LEX INDONESIA

TANGERANG

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir

Program Diploma Tiga Politeknik LP3I Jakarta

Oleh:

Idha Maysyaroh

130113040002

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS

POLITEKNIK LP3I JAKARTA

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN NASKAH

TUGAS AKHIR

Judul : Prosedur Penanganan Kecelakaan Kerja di

PT. Hi-Lex Indonesia

Mahasiswa : Idha Maysyaroh

NIM : 130113040002

Program Studi : Administrasi Bisnis

Konsentrasi : Administrasi Perkantoran

Menyetujui,

Syamsurizal, M.B.A. Drs. Susbiyantoro, M. M.

Ketua Program Studi Pembimbing Tugas Akhir

Mengetahui,

Nurdin, S.S., M.M.

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini merupakan bahwa :

Mahasiswa : Idha Maysyaroh

NIM : 130113040002

Program Studi : Administrasi Bisnis

Konsentrasi : Administrasi Perkantoran

Dinyatakan telah mengikuti ujian Sidang Tugas Akhir di hadapan Tim

Dosen Penguji pada tanggal, dan yang bersangkutan

dinyatakan lulus.

Tim Penguji Tugas Akhir

No. Nama Jabatan Tanda Tangan

1. Ketua Penguji

2. Penguji Ahli

3. Sekretaris Sidang

Jakarta,

(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir (TA) ini tepat pada waktunya.

Sebagaimana ketentuan yang berlaku di Politeknik LP3I Jakarta, bahwa

mahasiswa tingkat akhir diharuskan menyusun dan memaparkan Tugas

Akhir (TA) sebagai salah satu persyaratan penyelesaian pendidikan

Politeknik LP3I Jakarta Program D3. Untuk itu penulis melakukan

observasi dari bulan Agustus 2015 sampai dengan bulan Maret 2016 di

PT. Hi-Lex Indonesia kemudian menyusun laporan hasil pengamatan

tersebut dalam bentuk TA ini di bawah bimbingan Bapak Drs.

Susbiyantoro, M.M.

Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang terlibat dalam mendorong dan membantu penulis

dalam pelaksanaan penyusunan pelaporan Tugas Akhir, khususnya

kepada :

1. Direktur Politeknik LP3I Jakarta, Drs. Jaenudin Akhmad, S.E., M.M.,

M.Pd.

2. Wakil Direktur I Bidang Akademik, Nurdin, S.S., M.M.

3. Wakil Direktur II Bidang Keuangan dan Personalia, Verus Hardian,

S.E., M.SM.

4. Wakil Direktur III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Arifin

Setiabudi, S.Kom., M.M.

5. Wakil Direktur IV Bidang Kerjasama dan Hubungan Luar Negeri, Dr.

Aspizain Chaniago, S.Pd., M.Si.

(6)

vi

7. Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Drs. Susbiyantoro, M.M. yang

bersedia membimbing penulis dalam menyusun Tugas Akhir di tengah

kesibukannya.

8. Kepala Bagian Administrasi Akademik, Drs. Lasimun, M.E.Sy., M.Pd.

9. Seluruh Dosen Politeknik LP3I Cabang Cimone.

10. HRD Manager PT. Hi-Lex Indonesia, Bapak Muhammad Ali Akbar,

S.H.

11. Seluruh rekan-rekan PT. Hi-Lex Indonesia terutama untuk, Ibu Putri

Ruslianti, Bapak Maman Surahman, Bapak Lukman Hakim, Bapak

Aris Rahmat dan Bapak Fajar Seif yang selalu memberikan dukungan

moril, nasehat, dan pelajarannya.

12. Ucapan terima kasih khusus untuk Bapak dan Mama tersayang serta

kakak tercinta Ulfah Rosyidah serta keluarga besar yang telah

memberikan banyak dukungan selama ini.

13. Untuk para sahabatku “7ishkan” Iin, Ayu, Dina, Riki, Galang dan Fajri

yang sudah berbesar hati memberikan dukungan, semangat dan

perhatiannya dalam banyak hal.

Untuk semua bimbingan dan petunjuk yang telah diberikan, penulis

mengucapkan terimakasih. Semoga kebaikan Bapak/Ibu mendapat

balasan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa. Aamiin.

Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat

bagi kita semua, khususnya bagi perusahaan terkait dan mahasiswa

Politeknik LP3I Jakarta.

Jakarta, Juni 2016

Idha Maysyaroh

(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN NASKAH TUGAS AKHIR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ... iii

SURAT IZIN PERUSAHAAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

(8)

viii

2.3.1 Ruang Lingkup Kecelakaan Kerja ... 8

2.3.2 Tindakan dalam Menangani Kecelakaan Kerja .... 13

2.3.3 Pihak-pihak yang Terlibat... 15

2.3.4 Dokumen-dokumen yang Digunakan ... 17

2.3.5 Penyelidikan Kecelakaan ... 18

BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1Sejarah PT. Hi-Lex Indonesia ... 20

3.2 Visi, Misi Dan Kebijakan Mutu Perusahaan ... 21

3.2.1 Visi ... 21

3.2.2 Misi ... 21

3.2.3 Kebijakan Mutu ... 21

3.3 Aspek Kegiatan Usaha ... 21

3.3.1 Jenis Kabel dan Pelanggan PT. Hi-Lex Indonesia ... 21

3.4 Struktur Organisasi ... 23

3.5 Deskripsi Kerja ... 24

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Prosedur Penanganan Kecelakaan Kerja di PT. Hi-Lex Indonesia ... 31

4.2 Kendala Perusahaan dalam Menjalankan Prosedur Penanganan Kecelakaan Kerja ... 43

4.3 Solusi terhadap Pemecahan Masalah/Kendala ... 46

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 49

5.2 Saran... 50

DAFTAR PUSTAKA

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Jenis-jenis Kabel di PT. Hi-Lex Indonesia ... 22

Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT. Hi-Lex Indonesia ... 23

Gambar 4.1 Flow Chart Prosedur Penanganan Kecelakaan

(10)

x

DAFTAR GRAFIK

Halaman

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Jaminan Pengobatan

Lampiran 2 Data untuk Pembuatan Surat Jaminan Pengobatan

Lampiran 3 Rekapitulasi Kecelakaan Kerja

Lampiran 4 Laporan Investigasi Kecelakaan Kerja Zinc Plating

Lampiran 5 Laporan Investigasi Kecelakaan Kerja Mesin Loss Cutter

Lampiran 6 Laporan Investigasi Kecelakaan Kerja Welding

Lampiran 7 Laporan Investigasi Kecelakaan Kerja Mesin Bending Semi

Auto

Lampiran 8 Form Laporan Kecelakaan Kerja

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Langkah pembangunan negara dewasa ini, akan memajukan

industri yang mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialisasi.

Dalam keadaan yang demikian, maka penggunaan mesin-mesin,

pesawat-pesawat, instalasi-instalasi modern serta bahan

berbahaya semakin meningkat. Hal tersebut disamping memberi

kemudahan proses produksi dapat pula menambah jumlah dan

ragam sumber bahaya di tempat kerja. Di samping itu, akan terjadi

pula lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat, proses dan

sifat pekerjaan yang berbahaya serta peningkatan operasional

tenaga kerja.

Masalah tersebut akan sangat mempengaruhi dan mendorong

peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja,

penyakit akibat kerja, dan pencemaran lingkungan. Untuk itu,

semua pihak yang terlibat dalam usaha produksi khususnya para

pengusaha dan pekerja diharapkan dapat mengerti, memahami

dan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di tempat

kerja masing-masing, dalam rangka mencegah terjadinya

kecelakaan kerja.

Pada umumnya, perusahaan lebih popular dengan kasus

kecelakaan kerja atau kecelakaan yang berhubungan dengan

hubungan kerja, karena sangat terkait dengan produktifitas kerja

dan kepentingan kompensasi atau ganti rugi kecelakaan. Korban

kecelakaan mempunyai kepentingan dengan penggantian biaya

(13)

2

klaim atas premi asuransi pertanggungan kecelakaan yang apabila

tidak dibayar akan menjadi beban tanggung jawab perusahaan.

Kedua belah pihak pada umumnya kurang memperhatikan tentang

faktor penyebab kecelakaan. Padahal untuk menemukan faktor

penyebab kecelakaan merupakan bagian terpenting dari upaya

agar tidak terulangnya kecelakaan yang sama dikemudian hari.

Untuk menemukan faktor penyebab kecelakaan diperlukan suatu

analisis terhadap kecelakaan yang terjadi.

Seperti halnya yang dilakukan oleh PT. Hi-Lex Indonesia, begitu

besar pemahaman mengenai penanganan kecelakaan kerja

khususnya bagi pekerja dan bagi perusahaan pada umumnya.

Salah satu cara yang ditempuh PT. Hi-Lex Indonesia untuk

menangani kecelakaan kerja adalah dengan menetapkan SOP

(Standard Operational Procedure) atau tata cara kerja yang jelas, berimbang, dan mampu meminimalisir kecelakaan kerja di PT.

Hi-Lex Indonesia agar proses produksi dapat berjalan dengan baik.

Oleh karena itu, penulis mengangkat Tugas Akhir (TA) dengan

judul “Prosedur Penanganan Kecelakaan Kerja di PT. Hi-Lex Indonesia” dengan tujuan untuk mengetahui prosedur penanganan

kecelakaan kerja yang diterapkan oleh PT. Hi-Lex Indonesia.

1.2 Alasan Pemilihan Objek

Adapun alasan penulis dalam pemilihan objek ini adalah :

Penulis bekerja di perusahaan tersebut sehingga mengetahui

tentang prosedur penanganan kecelakaan kerja di PT. Hi-Lex

Indonesia, dan objek yang dipilih sesuai dengan program studi

(14)

3

dunia kerja dan bagi perusahaan tersebut agar menjadi masukan

dalam mendalami sistem yang ada saat ini.

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada judul dan latar belakang masalah yang telah

dikemukakan di atas, selanjutnya penulis mengidentifikasikan

masalah pada :

1. Bagaimana prosedur penanganan kecelakaan kerja di PT.

Hi-Lex Indonesia ?

2. Apa kendala perusahaan dalam menjalankan prosedur

penanganan kecelakaan kerja ?

3. Bagaimana solusi terhadap pemecahan masalah atau kendala

dalam prosedur penanganan kecelakaan kerja ?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dan manfaat penulisan yang diwujudkan dalam TA ini

adalah sebagai berikut :

1.4.1 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui prosedur penanganan kecelakaan

kerja di PT. Hi-Lex Indonesia.

2. Untuk mengetahui kendala yang terjadi di perusahaan

dalam menjalankan prosedur penanganan kecelakaan

kerja.

3. Untuk mengetahui solusi yang didapat terhadap

pemecahan masalah atau kendala dalam prosedur

(15)

4 1.4.2 Manfaat Penulisan

Dengan dibuatnya TA ini, penulis sangat berharap agar hasil

penelitian ini dapat memberikan pengaruh, masukkan, dan

kontribusi besar yang positif kepada berbagai pihak antara

lain :

1. Bagi Penulis

Tugas Akhir ini diharapkan dapat membantu

mengembangkan dan memperluas ilmu pengetahuan

penulis dalam dunia kerja yang saat ini dijalankan yang

belum sepenuhnya didapatkan dari mata kuliah yang

telah dipelajari selama mengemban ilmu di bangku

perkuliahan.

2. Bagi PT. Hi-Lex Indonesia

Tugas Akhir juga diharapkan mampu meberikan

masukkan bagi perusahaan dalam usahanya

menjalankan kegiatan penanganan kecelakaan kerja

secara prosedurial dan menjadikannya alat pembantu

untuk lebih memahami dan mendalami sistem yang ada

saat ini di perusahaan tersebut.

4. Bagi Dunia Pendidikan

Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk lebih

mengenali prosedur penanganan kecelakaan kerja yang

berlaku di setiap perusahaan sesuai dengan kebijakan

perusahaan masing-masing.

1.5 Batasan Masalah

Di dalam laporan penulisan laporan TA ini, ruang lingkup penulis

(16)

5

kerja yang dilakukan oleh PT. Hi-Lex Indonesia agar penulis TA ini

dapat dilakukan pembahasannya lebih terarah dan fokus pada judul

yang diambil. Penelitian hanya dibatasi pada data yang bersumber

di PT. Hi-Lex Indonesia.

1.6 Metodologi Penulisan

Dalam pembuatan TA ini penulis membutuhkan data-data yang

berkaitan dengan kajian yang dibuat dan data tersebut bersumber

dari :

1.6.1 Studi Kepustakaan (Library Research)

Yaitu pengumpulan data-data dengan cara mempelajari

berbagai bentuk bahan-bahan tertulis seperti buku-buku

yang berkaitan dengan kajian penelitian, catatan-catatan

maupun referensi lain yang bersifat tertulis.

1.6.2 Studi Lapangan (Field Research)

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data pengamatan

tentang objek yang akan diteliti. Pelaksanaanya langsung

pada dimana suatu peristiwa atau keadaan sedang terjadi,

berikut pencatatan pencarian dokumen serta melakukan

pengembangan dengan mengadakan wawancara langsung

dengan beberapa pihak terkait yang dimaksud untuk

memperkuat penelitian.

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembaca agar dapat mengetahui isi laporan

TA ini penulis mengklasifikasikannya secara sistematis kedalam

(17)

6 BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan tentang latar

belakang masalah, alasan pemilihan objek,

identifikasi masalah, tujuan dan manfaat penulisan,

batasan masalah, metodologi penilitian serta

sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini penulis menjabarkan berbagai sumber

tinjauan pustaka atau referensi yang dijadikan penulis

sebagai suatu informasi pendukung yang menguatkan

TA.

BAB III : PROFIL PERUSAHAAN

Pada bab ketiga ini, penulis menceritakan gambaran

umum objek penelitian yang berisi sejarah singkat

perusahaan, visi, misi dan kebijakan mutu

perusahaan, struktur organisasi, deskripsi kerja, dan

sistem proses di PT. Hi-Lex Indonesia.

BAB IV : PEMBAHASAN

Bab keempat berisikan mengenai analisis dan hasil

penelitian terhadap materi yang telah ditelaah oleh

penulis sesuai dengan penetapan judul yang diangkat

oleh penulis.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dan

kumpulan saran-saran yang diharapkan dapat

berguna dan dimanfaatkan oleh perusahaan dan

(18)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Prosedur

Prosedur didefinisikan oleh Akhmad (2012:27) sebagai berikut:

”Rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lain

sehingga menunjukkan adanya suatu urutan tahap demi tahap serta jalan yang harus ditempuh dalam rangka

penyelesaian sesuatu bidang tugas”.

Menurut Umam (2014) seperti dikutip dari Terry (1975:28)

mengungkapkan bahwa:

”Prosedur dapat diartikan sebagai serangkaian tahapan

pekerjaan kertas terpilih, biasanya dikerjakan oleh lebih dari satu orang yang merupakan cara-cara yang ditentukan dan dalam mengadakan keseluruhan fase utama dari aktivitas

kantor”.

Sedangkan pengertian prosedur menurut Fitzgerald et al.

(2014:151) mengungkapkan bahwa prosedur adalah:

”Urutan-urutan yang tepat dari tahapan-tahapan instruksi yang menerangkan apa yang harus dikerjakan, siapa yang

mengerjakan, kapan dikerjakan, dan bagaimana

mengerjakannya”.

2.2 Pengertian Penanganan

Penangana dapat didefinisikan oleh Umam (2014) yang dikutip dari

Sujatmo (1983:62) sebagai berikut:

“Segala sesuatu atau kegiatan untuk menjamin dan

(19)

8

berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau hasil yang dikehendaki serta sesuai dengan segala

ketentuan dan kebijaksanaan yang berlaku”.

2.3 Pengertian Kecelakaan Kerja

Menurut Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI (2011:5)

menyatakan bahwa:

“Kecelakaan kerja pada umumnya adalah kejadian yang

terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.”

2.3.1 Ruang Lingkup Kecelakaan Kerja

Ruang lingkup pada kecelakaan kerja yang penulis ambil

berdasarkan dari 3 sumber yaitu menurut Undang-Undang,

Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, dan Vida

Hasna Farida. Ruang lingkup kecelakaan kerja tersebut

meliputi:

1. Menurut Undang-Undang

a. Tempat Kerja

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal

1 ayat (1) tentang Keselamatan Kerja (2011:121)

menyatakan bahwa:

“Tempat kerja ialah tiap ruangan atau

(20)

9

terdapat sumber atau sumber-sumber

bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2; Termasuk tempat kerja ialah semua

ruangan, lapangan, halaman dan

sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut”.

2. Menurut Kementrian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI

a. Akibat Kecelakaan (Consequency)

Menurut Kementrian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI (2011:6) menyatakan bahwa:

“Akibat kecelakaan (consequency) adalah dampak yang ditimbulkan dari kecelakaan yang dapat berupa:

1) Meninggal dunia (mati), dan atau 2) Luka berat (termasuk cacat), dan atau 3) Luka ringan , dan atau

4) Kerusakan material (property damage)

b. Luka Berat

Menurut Kementrian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI (2011:6) menyatakan bahwa “Luka berat ialah luka atau sakit akibat kecelakaan yang

mengakibatkan tidak mampu bekerja lebih 2 (dua)

hari kerja”.

c. Cacat Tetap

Menurut Kementrian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI (2011:7) menyatakan bahwa

(21)

10

berfungsinya organ/bagian tubuh atau gangguan

jiwa”.

d. Luka Ringan

Menurut Kementrian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI (2011:7) menyatakan bahwa “Luka ringan ialah luka atau sakit akibat kecelakaan yang

mengakibatkan tidak mampu bekerja selama

kurang dari 2 (dua) hari kerja”.

Luka ringan sendiri dikatagorikan jika dikutip oleh

Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

(2011:7) menyatakan bahwa “Termasuk katagori luka ringan ialah Sementara Tidak Mampu Bekerja

(STMB) dan tindakan Pertolongan Pertama pada

Kecelakaan (First Aid)”.

e. Faktor Kecelakaan

Menurut Kementrian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI (2011:7) menyatakan bahwa

“Faktor kecelakaan ialah semua unsur yang

berperan dalam terjadinya kecelakaan”.

f. Sumber Kecelakaan

Menurut Kementrian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI (2011:7) menyatakan bahwa

“Sumber kecelakaan ialah benda atau keadaan yang berhubungan langsung sebagai penyebab

(22)

11 g. Tipe Kecelakaan

Menurut Kementrian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI (2011:7) menyatakan bahwa “Tipe kecelakaan adalah cara kontak dari korban dengan

sumber kecelakaan, atau proses gerakan korban

sehingga mendapat cedera atau sakit”.

h. Kondisi Berbahaya

Menurut Kementrian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI (2011:7) menyatakan bahwa:

“Kondisi berbahaya ialah keadaan yang tidak

aman dari suatu sumber kecelakaan dimana keadaan tersebut pada hakekatnya dapat

diamankan atau diperbaiki”.

i. Tindakan Berbahaya

Menurut Kementrian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI (2011:7) menyatakan bahwa

“Tindakan berbahaya ialah perbuatan yang

menyimpang dari tata cara atau prosedur aman”.

j. Hari Kerja Hilang (Mandays Lost)

Menurut Kementrian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI (2011:7) menyatakan bahwa “Hari kerja hilang (mandays lost) ialah jumlah waktu kerja

(hari kerja) yang diperhitungkan hilang dari korban

akibat kecelakaan”.

Hari kerja hilang juga diartikan jika dikutip oleh

Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(23)

12 “Di perusahaan jumlah jam kerja yang hilang

karena kecelakaan dikenal dengan istilah

Lost Time Injured (LTI). LTI dapat dibagi dalam beberapa katagori, yaitu:

1) Restricted Duties Injured (RDI) yaitu tidak mampu melakukan pekerjaan utamanya, tetapi dapat masuk bekerja untuk menjalankan tugas lainnya sampai dapat menjalankan fungsinya kembali. 2) Medical Treatment Injured (MTI) yaitu

tidak mampu melakukan pekerjaan karena mendapatkan perawatan medis akibat kecelakaan mulai dari luka ringan sampai dengan luka berat.

3) First Aids Injured (FAI) yaitu mendapatkan perawatan medis akibat

kecelakaan tetapi langsung dapat

bekerja kembali menjalankan fungsinya”.

k. Aman

Menurut Kementrian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI (2011:7) menyatakan bahwa

“Aman adalah kondisi dimana tidak ada

kemungkinan suatu malapetaka yang dapat

menimbulkan kerugian atau bebas dari bahaya”.

l. Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Kementrian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI (2011:45) menyatakan bahwa:

“Alat pelindung diri (APD), yaitu suatu bentuk

(24)

13

3) Pemberian sumbat/tutup telinga (ear muff/plug)

4) Pemberian kacamata pengaman (safety goggles)”.

3. Menurut Vida Hasna Farida

a. Kejadian Kecelakaan

Menurut Farida (2010:29) menyatakan bahwa

“Kejadian kecelakaan adalah suatu peristiwa terjadinya suatu kecelakaan yang ditimbulkan oleh

bahaya atau sebab-sebab bahaya yang terjadi”.

b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja/K3

Menurut Farida (2010:28) menyatakan bahwa:

“Keselamatan dan kesehatan kerja/K3 adalah:

1) Secara filosofi, yaitu suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur.

2) Secara keilmuan, yaitu ilmu peringatan

dan penerapannya dalam usaha

mencegah kemungkinan terjadinya

kecelakaan dan penyakit akibat kerja”.

2.3.2 Tindakan dalam Menangani Kecelakaan Kerja

Perlu diingat bahwa terjadinya suatu bencana alam dan

kecelakaan-kecelakaan lainnya, biasanya datang ketika

disaat tidak siap menghadapinya. Berikut tindakan yang

(25)

14 1. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan/P3K (First

Aid)

Menurut Farida (2010:108) menyatakan bahwa:

“Pertolongan Pertama pada Kecelakaan/P3K

(First Aid) adalah suatu perawatan yang segera (immediate) dan sementara untuk menolong

penderita yang mengalami cedera yang

mendadak (emergency) dan penyakit yang tiba-tiba (sudden illness) sebelum penderita dibawa ke

rumah sakit”.

2. Medis Dasar

Menurut Farida (2010:108) menyatakan bahwa:

“Medis dasar adalah tindakan perawatan

berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh awam atau awam yang terlatih secara

khusus sudah memiliki sertifikat”.

3. Rawat Inap Tingkat Pertama

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan tentang

Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan pasal 1

(2016:156) menyebutkan pengertian rawat inap tingkat

pertama adalah:

“Pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat

non spesialistik dan dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk keperluan observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan medis lainnya, dimana peserta dan/atau keluarganya dirawat inap paling

(26)

15 2.3.3 Pihak-pihak yang Terlibat

Terjadinya kecelakaan kerja tentunya melibatkan lebih dari

satu pihak yang terlibat di dalamnya. Pihak-pihak yang

terlibat pada kecelakaan kerja antara lain:

1. Pengurus

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 1

ayat (2) tentang Keselamatan Kerja (2011:121)

menyatakan bahwa “Pengurus ialah orang yang

mempunyai tugas pemimpin langsung sesuatu tempat

kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri”.

2. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(P2K3)

Menurut Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

mengenai Kelembagaan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (2011:2) menyatakan bahwa:

“Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (P2K3) ialah suatu lembaga yang dibentuk di perusahaan untuk membantu melaksanakan dan menangani usaha-usaha keselamatan dan kesehatan kerja yang keanggotaannya terdiri

dari unsur pengusaha dan pekerja”.

3. Ahli Keselamatan Kerja

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 1

ayat (6) tentang Keselamatan Kerja (2011:121)

menyatakan bahwa:

“Ahli keselamatan kerja ialah tenaga tehnis

(27)

16

Kerja untuk mengawasi ditaatinya

Undang-undang ini”.

4. Rumah Sakit

Menurut Herlambang (2016:33) menyatakan bahwa:

“Rumah sakit adalah salah satu bagian system

pelayanan kesehatan secara garis besar

memberikan pelayanan untuk masyarakat

berupa pelayanan kesehatan mencakup

pelayanan medik, pelayanan menunjang medik, rehabilitasi medik dan pelayanan perawatan”.

5. Asuransi

Menurut Farida (2010:67) menyatakan bahwa:

“Asuransi dapat ditetapkan dengan pembayaran

premi yang lebih rendah terhadap perusahaan yang memenuhi syarat K3 dan mempunyai tingkat kekerapan dan keparahan kecelakaan yang kecil di perusahaannya”.

6. Pengusaha

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 1

ayat (3) tentang Keselamatan Kerja (2011:121)

menyatakan bahwa:

“Pengusaha ialah:

a. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja; b. Orang atau badan hukum yang secara

berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;

(28)

17

pada (1) dan (2), jikalau yang diwakili

berkedudukan di luar Indonesia”.

2.3.4 Dokumen-dokumen yang Digunakan

Apabila terjadi kecelakaan kerja, terdapat beberapa

dokumen yang mendukung kelancaran proses penanganan

kecelakaan kerja, diantaranya:

1. Laporan Kecelakaan Kerja

Pengertian Laporan menurut Umam (2014:174) adalah:

“Kegiatan komunikasi secara tertulis dan lisan

untuk memberikan gambaran tentang apa yang terjadi, di mana, bagaimana, mengapa hal itu terjadi, siapa yang bertanggung jawab terhadap kejadian tersebut, dan bagaimana kejadiannya”.

Sedangkan Kecelakaan didefinisikan oleh Gunawan

dan Waluyo (2015:8) menyatakan bahwa:

“Suatu kejadian yang (tidak direncanakan) dan

tidak diharapkan yang dapat mengganggu

proses produksi/operasi, merusak harta

benda/asset, mencederai manusia, atau

merusak lingkungan”.

Berdasarkan pengertian tersebut, penulis dapat

menyimpulkan bahwa laporan kecelakaan kerja adalah

presentasi data yang telah terformat dan terorganisasi

dengan baik sehingga dapat digunakan untuk:

a. Mencatat kejadian beserta kronologis kecelakaan

kerja baik itu terhadap tempat, waktu, pekerjaan,

alat/mesin, bahan, serta hal-hal terkait kecelakaan

(29)

18

b. Mencatat kerugian-kerugian yang ditimbulkan

akibat kecelakaan kerja; dan

c. Mencatat korban-korban kecelakaan kerja beserta

tindakan penanganannya serta keparahan yang

diderita akibat kecelakaan kerja serta banyaknya

hari hilang akibat kecelakaan kerja tersebut.

2. Jaminan Kecelakaan Kerja

Menurut Herlambang (2016:59) menerangkan bahwa:

“Jaminan kecelakaan kerja adalah program

jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila ia mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja”.

2.3.5 Penyelidikan Kecelakaan

Menemukan faktor penyebab kecelakaan tidak pernah

sederhana, penyelidikan kecelakaan (accident

investigation) harus selalu dilakukan dengan pemeriksaan lapangan dikarenakan akan menjadi lebih mudah apabila

petugasnya menemukan situasi tempat kejadian peristiwa

(TKP) masih belum berubah. Berikut ini ada beberapa jenis

penyelidikan yang dapat dilakukan, diantaranya:

1. Rekonstruksi Kecelakaan

Menurut Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

(2011:17) menyatakan bahwa:

“Untuk mengetahui peristiwa kecelakaan, salah

(30)

19

rekonstruksi terjadinya kecelakaan. Dalam

melakukan rekonstruksi kecelakaan, sebaiknya harus dapat menjawab beberapa pertanyaan berikut:

a. Siapa yang menjadi korban ? b. Kapan kecelakaan terjadi ? c. Dimana terjadinya ?

d. Apa yang terjadi dan apa saja yang mempengaruhinya ?

e. Mengapa dapat terjadi (caranya, bukan sebabnya, bersifat kronologis kejadian

kecelakaan) ?”.

2. Penyebab Kecelakaan (Accident Causation)

Menurut Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

(2011:18) menyatakan bahwa:

“Untuk menemukan faktor penyebabnya adalah

tugas pokok dalam penyelidikan kecelakaan, dan juga merupakan hal yang paling sulit. Cara terbaik untuk dapat melakukan dengan lebih mudah adalah dengan mengetahui prinsip dasar

sebab kecelakaan. Dengan mengetahui

penyebabnya maka akan mudah memutuskan mata rantai faktor penyebab kecelakaan dan

mengendalikan kemungkinan terjadinya

(31)

BAB III

PROFIL PERUSAHAAN

3.1 Sejarah PT. Hi-Lex Indonesia

Lippo TSK Indonesia didirikan pada tanggal 21 November 1978

dengan Akte Notaries Bebasa Daeng Lolo, S.H di Jakarta yang

berlokasi baik kantor pusat maupun pabriknya adalah Jln. Bouroq

no 35 Desa Karang Anyar, Kec Batu Ceper Tangerang Banten.

Perusahaan ini mempunyai luas bangunan 10.000 m² yang terbagi

atas beberapa bagian departemen, yaitu: Bagian Assembling,

Bagian Kantor, Bagian Gudang Komponen, Bagian Gudang

Finishing, Bagian Maintenance, Bagian Quality Control, Produksi, dll.

sedangkan produk yang dihasilkan oleh PT. Hi- Lex Parts Indonesia

yaitu: Komponen- komponen pengontrol plastik, karet, dan juga

besi.

Hi-lex Coorporation memiliki 29 anak perusahaan yang tersebar di

13 negara termasuk diantaranya PT. Hi-lex Indonesia. Saat ini

serifikat Quality Management System yang dimiliki perusahaan adalah sertifikat ISO/TS 16949:2009. Dalam memajukan usahanya

PT. Hi-lex Indonesia saat ini membuka cabang di daerah Cikarang

Jawa Barat, yang bermaksud untuk lebih meningkatkan produksi

(32)

21 3.2 Visi, Misi dan Kebijakan Mutu Perusahaan

3.2.1 Visi

Menjadi pembuat Control Cable yang terbaik & terdepan di

Indonesia, berorientasi pada mutu yang bertaraf

internasional.

3.2.2 Misi

Menghasilkan produk yang memberikan jaminan

keselamatan & keamanan yang menjadi pilihan utama

pemakai.

3.3.3 Kebijakan Mutu

Menggunakan sistem jaminan mutu secara optimum oleh

seluruh karyawan serta meningkatkan kepercayaan &

kepuasan pelanggan.

3.3 Aspek Kegiatan Usaha

Kebanyakan pelanggan (customer) yang bergerak di bidang cable automotive memilih cable yang ada di PT. Hi-Lex Indonesia dikarenakan sudah menjamin kualitas mutu pada kabel yang akan

siap dikirimkan kepada pelanggan (customer).

3.3.1 Jenis Kabel dan Pelanggan PT. Hi-Lex Indonesia

1. Cable assy, parking brake (Rem)

2. Cable assy, hand brake (Rem)

3. Cable assy, front brake (Rem)

4. Cable assy, cluth (Kopling)

5. Cable assy, acelerator (Gas)

(33)

22

7. Cable assy, transmission (Gear Transmisi)

8. Cable assy, fuel lid lock (Buka Tutup Bensin)

9. Cable assy, luggage door lock, dll.

Gambar 3.1 Jenis-jenis Kabel di PT. Hi-Lex Indonesia

Accelerator Cable Back Door Cable

Fuel Lid Opener Cable Transmission Cable

Sumber : PT. Hi-Lex Indonesia

Jenis-jenis kabel tersebut setiap hari dikirim kepada

pelanggan (customer) yang memerlukan suku cadang

kendaraan. Adapun perusahaan-perusahaan yang menjadi

pelanggan (customer) PT. Hi-Lex Indonesia, antara lain :

1. PT. Toyota Astra Motor

(34)

23

3. PT. Astra Daihatsu Motor

4. PT. Krama Yudha Tiga Berlian

5. PT. Astra Honda Mobil

11. PT. Hino Motors Manufacturing Indonesia

12. PT. Suzuki

13. PT. Honda Prospect Motor

14. PT. Nissan

15. PT. Mitsubishi

16. PT. Isuzu

17. PT. Hino Motors Sales Indonesia

18. PT. Suzuki Indomobil Motor, dll.

3.4 Struktur Organisasi

Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT. Hi-Lex Indonesia

(35)

24 3.5 Deskripsi Kerja

1. Management Representative (MR)

Uraian tugas:

a. Perumusan kebijakan, pembinaan penyelenggaraan

dan pengendalian kegiatan unit kerja Management Representative dalam menunjang kegiatan bisnis perusahaan.

b. Pemantauan dan pengajuan usulan kepada Dewan

Direksi maupun unit kerja yang terlibat dengan

seluruh pihak shareholder atau pihak berada di sekitar lingkungan perusahaan yang di dalamnya

mengikat hubungan masyarakat, hubungan dengan

mitra bisnis, fungsi tugas kesekretariatan, dan

keprotokoleran Direksi serta tugas lainnya yang

ditetapkan Dewan Direksi.

c. Melakukan fungsi dan tugas kedinasan lain yang

diberikan pimpinan perusahaan.

d. Penyusunan program perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi fungsi perusahaan secara sistem dan

prosedur yang dijalankan.

2. Marketing and Purchasing Director

Uraian tugas:

a. Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program

kerja Marketing Division dan Purchasing Division dalam menunjang program kerja perusahaan yang

(36)

25

b. Penyusunan dan pembuatan laporan kegiatan

Marketing dan Purchasing Division per bulan untuk diserahkan kepada Top Management untuk dilakukan

evaluasi.

c. Pemantauan, pengontrolan, dan pengendalian sistem

kerja yang menyangkut penyelengaraan aktifitas

Marketing termasuk Sales dan Delivery serta

Purchasing yang menyangkut Procurement

(pengadaan barang kebutuhan produksi).

d. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan

oleh pimpinan perusahaan yang lebih tinggi.

e. Penyusunan rencana pengembangan bisnis

perusahaan termasuk penyusunan strategi

pemasaran, target, dan hal lain bersifat teknis

lapangan untuk dilakukan oleh bawahan.

3. Accounting and Finance Director

Uraian tugas:

a. Penyusunan perencanaan program kerja dan

pelaksanaan unit kerja dalam menunjang Program

Kerja Perusahaan yang tertuang dalam Business Plan per semester.

b. Penyusunan kegiatan dan evaluasi program

akuntansi keuangan perusahaan.

c. Pemantauan dan pengendalian kegiatan akuntansi

perusahaan secara rutin dan berkala.

d. Penyusunan dan pembuatan laporan keuangan

(37)

26

kepada induk perusahaan sebagai laporan keuangan

korporasi.

e. Pengkajian dan pengajuan usulan kepada Top

Management maupun unit kerja lain tentang akuntansi keuangan perusahaan.

4. Quality Control (QC)

Uraian tugas:

a. Perumusan kebijakan, sistem, dan prosedur kegiatan

yang berpengaruh pada jaminan kualitas produk

perusahaan yang mengacu pada international

standard system secara tepat dan sesuai.

b. Penyusunan program perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi atas projek perusahaan terkait dengan

pelayanan dan jaminan kualitas produk terhadap

pelanggan.

c. Pembuatan laporan kegiatan perencanaan projek

atau model baru produk, dan projek yang sedang

berjalan di perusahaan.

d. Melakukan evaluasi dan analisa kerja terhadap

kepuasaan pelanggan dengan membuat laporan

claim customer dan performance perusahaan dari segi pemenuhan kualitas barang yang tepat dan

sesuai standar.

e. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan

oleh pimpinan perusahaan yang lebih tinggi.

5. Production Director

(38)

27

a. Perumusan kebijakan, pembianaan penyelenggaraan

dan pengendalian kegiatan produksi perusahaan

untuk menunjang strategi bisnis perusahaan yang

tertuang pada Business Plan per semester.

b. Penyusunan program perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi produksi termasuk aset perusahaan seperti

mesin dan sebagainya untuk dikembangkan dan

dievaluasi laporan produksi.

c. Pengkajian dan pengusulan laporan kegiatan

produksi kepada Top Management dalam rangka

verifikasi kegiatan produksi perusahaan.

d. Melaksanakan kegiatan dinas lainnya yang diberikan

oleh pimpinan perusahaan yang lebih tinggi.

6. Marketing Manager

Uraian tugas:

a. Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program

kerja sales dan marketing perusahaan yang

dituangkan dalam Business Plan perusahaan.

b. Penyusuanan kegiatan dan evaluasi program kerja

sales dan marketing dengan kesesuaian target. c. Pemantauan dan pengendalian kegiatan pemasaran

(marketing) dan penjualan (sales).

d. Penyusunan pembuatan laporan kegiatan pemasaran

dan penjualan.

e. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan

oleh pimpinan.

7. Production Manager

(39)

28

a. Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program

kerja produksi perusahaan.

b. Penyusunan kegiatan dan evaluasi program kerja

produksi perusahaan.

c. Pemantauan dan pengendalian kegiatan produksi

perusahaan.

d. Penyusunan pembuatan laporan kegiatan produksi

perusahaan.

8. HRD and General Affairs Manager

Uraian tugas:

a. Perumusan kebijakan, pembinaan penyelenggaraan

dan pengendalian kegiatan unit kerja HRD and General Affairs untuk menunjang strategi bisnis perusahaan.

b. Penyusunan program perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi fungsi rekruitmen dan pelatihan pegawai,

administrasi kepegawaian / penghasilan / upah,

pengadaan kebutuhan barang / pemborong

pekerjaan, administrasi inventaris kantor serta

pengarsipan dokumen perusahaan.

c. Penyusunan sistem dan prosedur kegiatan serta

pembinaan teknis kegiatan rekruitmen dan pelatihan

pegawai.

d. Penyusunan dan pembuatan laporan kegiatan HRD and General Affairs secara bulanan sampai tahunan

kepada Top Management Perusahaan.

e. Pemantauan dan pengajuan usulan kepada Direksi

maupun unit-unit kerja lain yang terkait tentang

(40)

29

adminsitrasi kepegawaian, pengadaan kebutuhan

pegawai dan perusahaan.

9. HRD & GA Staff

Uraian tugas:

a. Melaksanaan dan evaluasi fungsi rekruitmen dan

pelatihan pegawai, administrasi kepegawaian /

penghasilan / upah, pengadaan kebutuhan barang /

pemborong pekerjaan, administrasi inventaris kantor

serta pengarsipan dokumen perusahaan.

b. Mengatur penggunaan kendaraan perusahaan.

c. Membuat surat jaminan pengobatan dan melengkapi

lembar absensi karyawan.

d. Mengolah data overtime untuk dimasukkan ke dalam sistem payroll yang telah ditetapkan.

e. Mengurus persiapan training atau pelatihan dan yang berkaitan tentang K3.

10. Export Import Division

Uraian tugas:

a. Mengurus persiapan administrasi ekspor-impor.

b. Melengkapi dokumen-dokumen pendukung kegiatan

ekspor dan impor.

c. Mengolah data untuk dimasukkan ke dalam sistem

manifest bea cukai yang telah ditetapkan.

d. Mengkoordinasikan pengiriman dengan shipping

agent local untuk mengurus persiapan pengiriman ekspor dan sebaliknya untuk mengurus kedatangan

(41)

30

e. Membuat dokumen pengambilan barang impor, yaitu

Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dengan

menginput semua data-data yang diperlukan, seperti

invoice, packing list, Bill of Loading atau Air Way Bill

ke dalam sistem bea cukai.

f. Membuat dokumen pengiriman atau shipping

document seperti invoice, packing list, shipping intsruction untuk shipping agent, dan pengisian Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) ke dalam

sistem manifest bea cukai.

g. Mengevaluasi sistem yang berjalan dan

mensosialisasikan peraturan ekspor dan impor

tersebut untuk diterapkan dengan sistem yang

ditetapkan pemerintah jika ada peraturan atau

(42)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Prosedur Penanganan Kecelakaan Kerja di PT. Hi-Lex Indonesia

Dalam setiap kegiatan manusia kemungkinan terjadinya kecelakaan

selalu ada, tidak terkecuali dalam kegiatan pekerjaan. Kecelakaan

kerja dapat dikatakan sebagai produk akhir dari tindakan berbahaya

dan kondisi berbahaya dalam pekerjaan. Tetapi bagaimanapun juga

kecelakaan selalu dapat dicegah, karena kecelakaan tidak terjadi

begitu saja.

Perusahaan pada umumnya lebih popular dengan kasus kecelakaan

kerja atau kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja,

karena sangat terkait dengan kepentingan kompensasi atau ganti

rugi kecelakaan. Korban kecelakaan mempunyai kepentingan

dengan penggantian biaya dan ganti rugi kecelakaan, dan

perusahaan berkepentingan dengan klaim atas premi asuransi

pertanggungan kecelakaan yang apabila tidak dibayar akan menjadi

beban tanggung jawab perusahaan.

Sama halnya pada perusahaan lainnya, para pekerja di PT. Hi-Lex

Indonesia juga kerap terjadi kecelakaan kerja dan penanganan yang

diambilnya yaitu segera mengevakuasi korban kecelakaan kerja ke

Klinik atau Rumah Sakit terdekat. Untuk menggambarkan secara

jelas mengenai prosedur penanganan kecelakaan kerja di PT. Hi-Lex

Indonesia, berikut dapat diterangkan dalam gambar 4.1 sebagai

(43)

32

Gambar 4.1 Flow Chart Prosedur Penanganan Kecelakaan di PT. Hi-Lex Indonesia

Sumber : PT. Hi-Lex Indonesia

Surat jaminan dan laporan kecelakaan kerja

Membuat surat jaminan dan laporan

Finish Start

Terjadi kecelakaan kerja

Berikan bantuan dan evakuasi korban

Melaporkan kejadian segera

Verifikasi korban dan TKP

Membawa korban ke klinik terdekat

Perawatan dan pemeriksaan korban

Luka berat

N

Oleh tenaga medis Kepada Personalia dan Section

Head

Finish Y

Kembali melanjutkan pekerjaan

(44)

33

Berikut adalah penjelasan dari flow chart prosedur penanganan kecelakaan kerja yang ada di PT. Hi-Lex Indonesia :

1. Kecelakaan kerja disebuah perusahaan bisa terjadi kapanpun dan oleh siapapun di lingkungan kerja. Kecelakaan kerja ini disebabkan oleh beberapa penyebab langsung, yaitu:

a. Perilaku tidak aman (Unsafe Actions)

Perilaku tidak aman ini mencakup diantaranya seperti:

1) Bekerja atau mengoperasikan tanpa kewenangan

2) Gagal memperingatkan

3) Gagal mengamankan

4) Beroperasi pada kecepatan yang salah

5) Membuat alat pengaman tidak berfungsi

6) Menggunakan alat yang rusak

7) Memakai Alat Pelindung Diri secara tidak benar

8) Memuat, menempatkan dan mengangkat secara salah

9) Posisi tidak aman

10) Memelihara/servis alat dalam keadaan beroperasi

11) Bercanda dan main-main

12) Mabuk alkohol atau obat

13) Menggunakan alat secara salah

14) Gagal mengikuti prosedur

b. Keadaan tidak aman (Unsafe Conditons)

Hal-hal yang juga memungkinkan terjadinya kecelakaan

kerja salah satunya adalah keadaan yang tidak aman,

seperti:

1) Pelindung/pembatas yang tidak memadai

2) Alat pelindung tak memadai atau salah

3) Peralatan, sarana, atau material yang rusak

(45)

34

5) Kurangnya sistem peringatan

6) Bahaya kebakaran dan ledakan

7) Buruknya kebersihan/kerapihan

8) Kebisingan dan paparan radiasi

9) Temperatur ekstrem dan ventilasi tidak memadai

10) Penerangan kurang atau kelebihan

11) Lingkungan tidak aman

Klasifikasi potensi bahaya menjadi 7 (tujuh) tipe sesuai STOP 6: a. STOP 6 A, yaitu terjepit mesin

b. STOP 6 B, yaitu tertimpa benda berat c. STOP 6 C, yaitu tertabrak kendaraan d. STOP 6 D, yaitu jatuh dari ketinggian e. STOP 6 E, yaitu tersengat listrik

f. STOP 6 F, yaitu terbakar/terkena benda panas

g. Lain-lain, yaitu bahaya dari bahan beracun, kekurangan

oksigen dan yang lainnya.

Sesuai data yang didapatkan oleh Penulis dan bersumber dari

PT. Hi-Lex Indonesia berupa Rekapitulasi Kecelakaan Kerja

periode Juli 2013 sampai dengan November 2014 berdasarkan

klasifikasi Stop 6dijabarkan sebagai berikut:

a. Tanggal 26 Juli 2013 (Stop 6 A), terjadi kecelakaan kerja berupa kepala pengendara forklift terjepit diantara lengan

forklift dan balok atap. Jenis keparahan yang dialaminya fatal

(Fatal).

b. Tanggal 07 Oktober 2013 (Stop 6 A), terjadi kecelakaan kerja berupa terjepit pada rol karet. Jenis keparahan yang

(46)

35

c. Tanggal 21 Oktober 2013 (Stop 6 A), terjadi kecelakaan kerja berupa jari tengah kiri terjepit oleh gear dan rantai. Jenis keparahannya hidup dengan kecacatan atau LWD (Living Well with a Disability).

d. Tanggal 22 Januari 2014 (Stop 6 F), terjadi kecelakaan kerja

berupa kebakaran pada panel pecahayaan. Jenis

keparahannya fatal (Fatal).

e. Tanggal 19 Maret 2014 (Stop 6 B), terjadi kecelakaan kerja ketika mentransfer magnet C-hanger ke area Maintenance, magnet C-hanger terjatuh dari drop pengangkat. Jenis keparahannya nyaris (Near miss).

f. Tanggal 16 April 2014 (Stop 6 F), terjadi kecelakaan kerja karena tersiram air panas pada kedua kaki di titik tertinggi

suhu panas. Jenis keparahannya hidup dengan kecacatan

atau LWD (Living Well with a Disability).

g. T anggal 20 April 2014 (Stop 6 D dan Stop 6 E), terjadi 2 (dua) kecelakaan kerja yaitu kecelakaan pertama Man yang terjatuh dari ketinggian 8 meter dan jenis keparahannya fatal (Fatal). Sedangkan kecelakaan kerja yang kedua yaitu Man yang digali dengan menggunakan excavator bertenaga listrik 13,2 KV saat menginstal pipa pit. Jenis keparahannya terdapat

pada kerusakan infrastuktur.

h. Tanggal 22 April 2014 (Stop 6 D), terjadi kecelakaan kerja karena saluran udara terjatuh dari ketinggian 2.5 meter

sementara saat kontraktor mengangkat saluran udara. Jenis

keparahannya fatal (Fatal).

i. Tanggal 23 April 2014 (Lain-lain), terjadi kecelakaan kerja

yang disebabkan meminum sedikit cairan dibotol air yang

(47)

36

j. Tanggal 26 April 2014 (Stop 6 C), terjadi kecelakaan kerja saat truk ingin berbelok ke kanan, kemudian terjatuh karena

terlalu berat beban barang yang diangkut sehingga truk

berkontak langsung dengan aspal jalan. Jenis keparahannya

hidup dengan kecacatan atau LWD (Living Well with a Disability).

k. Tanggal 05 Mei 2014 (Stop 6 E), terjadi kecelakaan kerja saat

Man memotong dengan tenaga listrik 480 V tersetrum pada saluran yang terhubung dengan arc flash. Jenis keparahannya nyaris (Near miss).

l. Tanggal 16 Mei 2014 (Stop 6 C), terjadi kecelakaan kerja yang disebabkan karena terhimpit truk. Jenis keparahannya

fatal (Fatal). disebabkan tangan Man terjepit. Jenis keparahannya hidup dengan kecacatan atau LWD (Living Well with a Disability). o. Tanggal 09 Juni 2014 (Stop 6 D), terjadi kecelakaan kerja

saat bekerja di atap, Man tergelincir dan terjatuh dari atap. Jenis keparahannya hamper fatal (Near-fatal).

p. Tanggal 06 Juli 2014 (Lain-lain), terjadi kecelakaan kerja

karena penyeimbang spring terjatuh dan membuat luka di wajah. Jenis keparahannya hidup dengan kecacatan atau

LWD (Living Well with a Disability).

q. Tanggal 16 Agustus 2014 (Stop 6 D), terjadi kecelakaan kerja disebabkan pekerja terjatuh dari atap selama kontraktor

melakukan pembongkaran lokakarya. Jenis keparahannya

(48)

37

r. Tanggal 04 November 2014 (Stop 6 A), terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan jari tengah tangan kiri tersobek.

Jenis keparahannya hidup dengan kecacatan atau LWD

(Living Well with a Disability).

Untuk menggambarkan secara jelas rekapitulasi kecelakaan kerja

di PT. Hi-Lex Indonesia selama periode bulan Juli 2013 sampai

dengan bulan November 2014 berdasarkan tipe klasifikasi

potensi bahaya sesuai STOP 6 dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Grafik 4.1 Grafik Kecelakaan Kerja

Sumber: PT. Hi-Lex Indonesia

Dari grafik tersebut dapat disimpulkan dari tingkat kekerapan

yang paling tinggi bahwa kecelakaan kerja yang kerap terjadi di

Juli 2013 - November 2014

(49)

38

PT. Hi-Lex Indonesia yaitu dikarenakan STOP 6 A (terjepit mesin) dan STOP 6 D (terjatuh dari ketinggian).

2. Pada saat terjadinya kecelakaan kerja, tindakan yang diberikan

oleh rekan korban/saksi mata adalah Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan/PPPK (First Aid) kepada korban sebelum

pertolongan yang diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan

lainnya. Salah satu tindakan P3K yang paling utama adalah

hindari kepanikan dan menenangkan korban apabila masih

shock.

3. Rekan kerja atau atasan lapangan langsung melaporkan kejadian

tersebut kepada bagian Personalia dan Section Head melalui telepon. Nomor telepon yang dapat dihubungi untuk PT. Hi-Lex

Indonesia pada saat terjadi kecelakaan kerja yaitu (021) 5522331

atau pada nomor extension 205, 139 atau 169. Hal itu dilakukan agar korban segera dievakuasi. Apabila kecelakaan kerja terjadi

di luar jam kerja Day Shift (lembur/malam hari), rekan kerja melaporkan kepada Security dengan nomor extension 148 untuk menggantikan tugas Personalia.

4. Bagian Personalia dan Section Head menuju ke lokasi tempat kejadian perkara (TKP) untuk memastikan kecelakaan kerja

(verifikasi) dan melakukan rekonstruksi kecelakaan kerja setelah

mendapat laporan dari rekan kerja atau atasan korban dengan

cara mencatat data pribadi korban dan jenis kecelakaan yang

menimpa korban.

Dalam melakukan rekonstruksi kecelakaan, sebaiknya saksi mata

dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti, Siapa yang

(50)

39

kejadiannya ? Apa yang terjadi dan apa saja yang

mempengaruhinya ? Mengapa dapat terjadi (caranya, bukan

sebabnya, bersifat kronologis kejadian kecelakaan) ?

Jenis-jenis insiden kecelakaan kerja yang kerap terjadi di

lingkungan kerja, misalnya:

a. Menabrak/membentur (Struck against) b. Terpukul/tertabrak (Struck by)

c. Jatuh dari tempat yang lebih tinggi (Fall to bellow) d. Jatuh di tempat yang datar (Fall on same level) e. Terperangkap masuk (Caught in)

f. Terperangkap pada sesuatu (Caught on) g. Terjepit (Caught between)

h. Kontak dengan (Contact with) tenaga listrik, panas, dingin, radiasi, asam, bising, B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya)

i. Beban berlebihan (Overload)

j. Kegagalan mesin atau peralatan (Equipment failure) k. Bocor ke lingkungan (Environmental release)

5. Personalia mendampingi korban dan mempersiapkan kendaraan

perusahaan untuk proses evakuasi korban yang dibawa ke klinik

terdekat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Hal ini

dilakukan untuk menghindari potensi luka akibat kecelakaan kerja

lebih parah pada saat di TKP.

6. Setibanya di klinik, tenaga medis mengambil tindakan lebih lanjut

sesuai jenis kecelakaan yang menimpa korban. Korban dirawat

dan diperiksa untuk mengetahui seberapa parah kecelakaan

kerja yang dialami. Klinik yang menjadi rujukan awal PT. Hi-Lex

(51)

40

Contoh perawatan dan pemeriksaan yang dilakukan berupa

medis dasar pada korban yaitu dengan mensterilkan terlebih

dahulu luka korban yang mengeluarkan darah, kemudian dibalut

dengan kain kasa. Hal ini ditujukan untuk menahan

pembengkakan, menunjang bagian badan yang cedera, dan

menjaga agar bagian yang cedera tidak bergerak.

7. Apabila hasil dari pemeriksaan tenaga medis menyatakan bahwa

korban hanya mengalami luka ringan, maka korban diijinkan

untuk kembali bekerja. Namun bila korban mengalami luka berat,

maka korban harus segera dirujuk ke Rumah Sakit yang telah

bekerjasama dengan PT. Hi-Lex Indonesia dengan menggunakan

kendaraan perusahaan.

8. Personalia akan menemani korban ke Rumah Sakit rujukan untuk

proses administrasi. Hasil dari pemeriksaan dokter menyatakan

bahwa korban tidak perlu dirawat inap, maka Personalia akan

mengantarkan korban pulang kerumah dan memberikan

penjelasan serta permohonan maaf kepada keluarga korban atas

kecelakaan kerja yang telah terjadi.

Namun, apabila hasil pemeriksaan dokter menyatakan bahwa

korban diharuskan untuk rawat inap, maka Rumah Sakit akan

(52)

41

9. Pada saat korban atau pasien diopname, pihak medis atau dokter

memberikan perawatan lebih lanjut kepada korban secara intensif

dengan peralatan khusus dan staf khusus untuk menanggulangi

pasien dari penyakit dan trauma akibat kecelakaan kerja yang

dialaminya.

10. Surat jaminan pengobatan dibuat untuk korban yang dirawat inap

agar dapat segera diambil tindakannya oleh pihak medis. Surat

jaminan dapat diterbitkan oleh Personalia apabila pihak Rumah

Sakit yang telah bekerjasama dengan perusahaan menghubungi

langsung ke bagian Personalia dengan cara mengirimkan surat

jaminan pengobatan tersebut melalui fax atau email. Namun ada

pula keluarga korban yang langsung mendatangi perusahaan

untuk meminta dibuatkan surat jaminan pengobatan tersebut dan

menyerahkan kepada pihak Rumah Sakit secara langsung.

Surat jaminan tersebut berisikan data-data, seperti:

a. Nama karyawan

b. NIK (Nomor Induk Karyawan)

c. Divisi/bagian

d. Kelas, yaitu pelayanan di Rumah Sakit yang diminta

perusahaan untuk merawat korban sesuai dengan kelasnya,

seperti Kelas 1, Kelas 2 dan Kelas 3. Pembagian kelas

tersebut ditentukan berdasarkan masa kerja karyawan di

perusahaan. Kelas 1 diisi oleh level Staff Up, Kelas 2 diisi oleh karyawan yang memiliki masa kerja lebih dari 13 tahun,

dan Kelas 3 diisi oleh karyawan yang memiliki masa kerja

dibawah 13 tahun.

Sedangkan laporan kecelakaan kerja dibuat oleh atasan

lapangan korban untuk menjelaskan kronologi kejadian

(53)

42

perbaikan pada kecelakaan kerja tersebut. Laporan kecelakaan

harus dibuat paling lambat 2 hari setelah kejadian kecelakaan

kerja. Atasan lapangan korban akan mendapatkan form

kecelakaan kerja dari Personalia dengan mengisi data-data pada

laporan kecelakaan kerja tersebut.

Data-data yang terdapat pada Form Kecelakaan Kerja, yaitu :

a. Dibuat oleh. Kolom ini berisikan nama atasan lapangan

korban yang membuat Laporan Kecelakaan Kerja.

b. Tgl dibuat. Kolom ini berisikan tanggal dibuatnya Laporan

Kecelakaan Kerja.

c. Data pribadi korban. Kolom ini berisikan nama, jenis kelamin,

tanggal lahir, umur, dan alamat korban yang mengalami

kecelakaan kerja.

d. Tgl kejadian. Kolom ini berisikan tanggal terjadinya

kecelakaan kerja.

e. Bagian. Kolom ini berisikan divisi tempat korban bekerja.

f. Jabatan. Kolom ini berisikan status korban di tempat kerja

tersebut.

g. Waktu dan tempat kejadian. Kolom ini berisikan waktu dan

tempat terjadinya kecelakaan kerja yang dialami korban.

h. Tgl masuk perusahaan. Kolom ini berisikan tanggal dimana

korban mulai bergabung di perusahaan.

i. Masa kerja. Kolom ini berisikan berapa lama korban telah

bekerja di perusahaan.

(54)

43

l. Kronologis kejadian dan penyebab. Kolom ini berisikan

proses yang sedang dilakukan pada saat kejadian, bagian

yang luka, proses (sendiri/bersama), tingkat keseriusan luka,

serta latar belakang terjadinya kecelakaan kerja.

m. Faktor selain manusia. Kolom ini berisikan mesin atau nama

tempat kejadian, sistem safety atau alat pelindung, kondisi

lingkungan kerja, kondisi 5S, pakaian dan alas kaki, serta

kondisi aktual lainnya.

n. Faktor manusia. Kolom ini berisikan peraturan dan emosi,

pemahaman terhadap pekerjaan, kondisi badan, penyebab

melakukan tindakan berbahaya, masalah rumah tangga, dan

urutan penanggung jawab terjadinya kecelakaan kerja.

o. Tgl penyelesaian tindakan perbaikan. Kolom ini berisikan

tanggal dimana dilakukannya perbaikan terhadap kecelakaan

tersebut.

p. Urutan tindakan perbaikan. Kolom ini berisikan tindakan

perbaikan apa saja yang telah dilakukan agar kecelakaan

kerja tidak terulang kembali.

q. Penanggung jawab dan pengecekan perbaikan oleh. Kolom

ini berisikan tandatangan pimpinan divisi bahwa laporan

tersebut sudah dicek.

4.2 Kendala Perusahaan dalam Menjalankan Prosedur Penanganan

Kecelakaan Kerja

Tidak selamanya dalam kegiatan prosedur penanganan kecelakaan

kerja di PT. Hi-Lex Indonesia berjalan sesuai dengan kondisi yang

diinginkan. Banyak kendala yang sering terjadi, diantaranya:

1. Kurangnya pengetahuan karyawan dalam menggunakan alat-alat

(55)

44

seperti Forklift, Gerinda, Kabel Rol dan konektor, Zinc Plating,

Drilling, Cutting Wheel, Press Machine, dan Tangga Lipat.

2. Kecelakaan kerja di dunia kerja kerap terjadi. Tindakan awal yang

diberikan oleh rekan kerja yang melihat kejadian tersebut adalah

memberikan Pertolongan Pertama Pada Kecelekaan (P3K).

Namun, masih banyak karyawan yang kurang memahami P3K.

Kotak P3K yang tersedia di lapangan sangat minim dan obat atau

perlengkapan yang tersedia pun masih kurang lengkap. Sehingga

menyulitkan karyawan untuk menolong korban.

3. Lingkungan kerja yang kurang kondusif seperti kebisingan,

ventilasi udara yang tidak memadai serta temperatur suhu

ekstrem yang terdapat di lingkungan kerja mampu mengurangi

fokus karyawan saat bekerja. Sehingga menimbulkan adanya

kemungkinan kecelakaan kerja.

4. Kurangnya istirahat yang cukup akibat jam kerja yang tidak

normal sehingga menimbulkan pengaruh kesehatan terhadap

tenaga kerja serta memungkinkan timbulnya kecelakaan kerja.

5. Kurangnya Alat Pelindung Diri (APD) yang tersedia di lapangan

dan pengetahuan karyawan dalam menggunakan APD. APD itu

sendiri seperti safety helmet dengan tali dagu; kacamata safety

dan pelindung wajah; ear plug dan ear muffler; masker wajah; sarung tangan; safety boots, safety shoes dan sepatu anti elektrik; safety belt dan safety body harness.

6. Pentingnya komunikasi dalam dunia kerja sehingga apabila terjadi

(56)

45

pihak Personalia terkadang mengalami kesulitan karena nomor

extension Personalia sibuk. Hal itu dapat memperlambat proses penanganan korban.

7. Rekonstruksi kecelakaan sering mengalamai kendala karena

hanya korban yang tahu persis apa yang terjadi dan mengapa

dapat terjadi kecelakaan kerja (kronologis).

8. Dalam proses evakuasi korban ke Klinik, kendaraan perusahaan

dibutuhkan secepatnya agar korban dapat segera ditangani oleh

pihak medis. Namun, minimnya kendaraan perusahaan

menghambat proses evakuasi tersebut.

9. Apabila hasil pemeriksaan dokter atau pihak medis yang

menyatakan bahwa korban harus dirawat inap, maka kendala

yang kerap dihadapinya yaitu ketidaksesuaian Kelas rawat inap

yang diinginkan oleh korban/keluarga korban dengan Kelas rawat

inap yang telah ditentukan oleh perusahaan berdasarkan masa

kerja korban. Hal tersebut juga dapat mengakibatkan pihak medis

mengalami kesulitan dalam mengambil tindakan lebih lanjut.

10. Pada proses pengiriman surat jaminan pengobatan untuk korban

ke Rumah Sakit melalui fax, sering mengalami kesulitan karena

kurangnya mesin fax serta mesin fax yang sudah berumur lama di

perusahaan tersebut, sehingga harus mengantri dengan

karyawan yang lain. Terganggunya jaringan internet pada

komputer juga dapat menghambat proses pengiriman surat

jaminan pengobatan melalui email.

Tidak hanya itu saja yang menjadi kendala saat proses

pengiriman surat jaminan pengobatan, kurangnya informasi

(57)

46

memperlambat proses pengiriman. Padahal surat jaminan

pengobatan harus segera dikirimkan agar pihak medis dapat

mengambil tindakan.

11. Kesulitan atasan lapangan korban dalam membuat laporan

kecelakaan kerja disebabkan karena minimnya informasi

terhadap kecelakaan kerja yang terjadi (kronologis kecelakaan)

sehingga membuat laporan kecelakaan kerja terlambat untuk

diserahkan ke Personalia. Dengan terlambatnya laporan

kecelakaan kerja tersebut sekaligus mampu menghambat proses

tindakan yang akan diambil untuk perbaikan.

4.3 Solusi terhadap Pemecahan Masalah/Kendala

Adapun beberapa solusi yang diharapkan dapat memecahkan

kendala yang muncul dalam menjalankan prosedur penanganan

kecelakaan kerja di PT. Hi-Lex Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Sebelum karyawan diterima di perusahaan, calon karyawan

diwajibkan mengikuti training selama 3 (tiga) bulan. Dalam

training tersebut karyawan akan diberikan penjelasan mengenai cara kerja dan alat-alat yang digunakannya saat bekerja sesuai

dengan SOP.

Personalia dan Section Head akan menilai calon karyawan yang cepat menguasai materi dan alat kerjanya. Maka dari itu, training

selama 3 (tiga) bulan ini harus dijelaskan dan dipraktekan secara

benar agar karyawan dapat menguasai cara kerja alat-alat yang

akan digunakan. Sehingga mampu meminimalisir terjadinya

Gambar

Gambar 3.1 Jenis-jenis Kabel di PT. Hi-Lex Indonesia
Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT. Hi-Lex Indonesia
Gambar 4.1 Flow Chart Prosedur Penanganan Kecelakaan di PT. Hi-Lex Indonesia
Grafik 4.1 Grafik Kecelakaan Kerja

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengendalian bahaya tedapat beberapa cara yaitu dengan prosedur bekerja pada ketinggian, Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kerja yang bekerja pada ketinggian,

5 Gaji yang diberikan sesuai dengan harapan 6 Semangat kerja mempengaruhi konsentrasi

Terdapat beberapa potensi bahaya yang dapat terjadi pada pekerja tambang saat bekerja, seperti alat yang digunakan saat menambang dapat melukai pekerja, jarak

• Memberikan penjelasan kepada pekerja baru mengenai kondisi dan bahaya yang dihadapi di tempat kerja, penggunaan perlengkapan keselamatan, dan cara maupun sikap yang aman

berat ditempat yang tidak terlalu tinggi, harus berkonsentrasi pada saat mengangkat bahan baku dan menggunakan alat bantu9. Meletakkan bahan baku yang berat ditempat

“Semua upaya pengendalian yang diberikan perusahaan harus diterapkan oleh pekerja saat bekerja supaya dapat meminimalkan bahkan menghindari terjadinya risiko

Operator yang tidak bekerja sesuai prosedur dan tidak menggunakan alat pelindung diri saat bekerja tertusuk mata pahat dan terluka.Terdapat Alat pelindung diri di divisi K3

Meskipun di dalam kerja memasuki enclosed space tidak terjadi kecelakaan yang tidak diinginkan saat di KM Sabuk Nusantara 115 alangkah baiknya penerapan tersebut dilakukan sesuai dengan