PROSEDUR PENANGANAN KECELAKAAN KERJA
DI PT. HI-LEX INDONESIA
TANGERANG
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir
Program Diploma Tiga Politeknik LP3I Jakarta
Oleh:
Idha Maysyaroh
130113040002
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS
POLITEKNIK LP3I JAKARTA
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir (TA) ini tepat pada waktunya.
Sebagaimana ketentuan yang berlaku di Politeknik LP3I Jakarta, bahwa
mahasiswa tingkat akhir diharuskan menyusun dan memaparkan Tugas
Akhir (TA) sebagai salah satu persyaratan penyelesaian pendidikan
Politeknik LP3I Jakarta Program D3. Untuk itu penulis melakukan
observasi dari bulan Agustus 2015 sampai dengan bulan Maret 2016 di
PT. Hi-Lex Indonesia kemudian menyusun laporan hasil pengamatan
tersebut dalam bentuk TA ini di bawah bimbingan Bapak Drs.
Susbiyantoro, M.M.
Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam mendorong dan membantu penulis
dalam pelaksanaan penyusunan pelaporan Tugas Akhir, khususnya
kepada :
1. Drs. Jaenudin Akhmad, S.E., M.M., M.Pd., selaku Direktur Politeknik
LP3I Jakarta.
2. Nurdin, S.S., M.M., selaku Wakil Direktur I Bidang Akademik.
3. Verus Hardian, S.E., M.SM., selaku Wakil Direktur II Bidang Keuangan
dan Personalia.
4. Arifin Setiabudi, S.Kom., M.M., selaku Wakil Direktur III Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama.
5. Dr. Aspizain Chaniago, S.Pd., M.Si., selaku Wakil Direktur IV Bidang
Kerjasama dan Hubungan Luar Negeri.
vi
7. Drs. Susbiyantoro, M.M., selaku dosen pembimbing Tugas Akhir,
yang bersedia membimbing penulis dalam menyusun Tugas Akhir di
tengah kesibukannya.
8. Drs. Lasimun, M.E.Sy., M.Pd., selaku Kepala Bagian Administrasi
Akademik.
9. Seluruh Dosen Politeknik LP3I Cabang Cimone.
10. Bapak Muhammad Ali Akbar, S.H., selaku HRD Manager PT. Hi-Lex
Indonesia.
11. Seluruh rekan-rekan PT. Hi-Lex Indonesia terutama untuk, Ibu Putri
Ruslianti, Bapak Maman Surahman, Bapak Lukman Hakim, Bapak
Aris Rahmat dan Bapak Fajar Seif yang selalu memberikan dukungan.
12. Ucapan terima kasih khusus untuk Bapak dan Mama tersayang serta
kakak tercinta Ulfah Rosyidah serta keluarga besar yang telah
memberikan banyak dukungan selama ini.
13. Untuk para sahabatku “7ishkan” Iin, Ayu, Dina, Riki, Galang dan Fajri yang sudah berbesar hati memberikan dukungan, semangat dan
perhatiannya dalam banyak hal.
Untuk semua bimbingan dan petunjuk yang telah diberikan, penulis
mengucapkan terimakasih. Semoga kebaikan Bapak/Ibu mendapat
balasan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa. Aamiin.
Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, khususnya bagi perusahaan terkait dan mahasiswa
Politeknik LP3I Jakarta.
Jakarta, Juni 2016
Idha Maysyaroh
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH TUGAS AKHIR ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ... iii
SURAT IZIN PERUSAHAAN... iv
KATA PENGANTAR ... v
2.3 Pengertian Kecelakaan Kerja ... 8
viii
2.3.2 Tindakan dalam Menangani Kecelakaan Kerja .... 11
2.3.3 Pihak-pihak yang Terlibat... 12
2.3.4 Dokumen-dokumen yang Digunakan ... 14
2.3.5 Penyelidikan Kecelakaan ... 16
BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1Sejarah PT. Hi-Lex Indonesia ... 18
3.2 Visi, Misi Dan Kebijakan Mutu Perusahaan ... 19
3.2.1 Visi ... 19
3.2.2 Misi ... 19
3.2.3 Kebijakan Mutu ... 19
3.3 Aspek Kegiatan Usaha ... 19
3.3.1 Jenis Kabel dan Pelanggan PT. Hi-Lex Indonesia ... 19
3.4 Struktur Organisasi ... 21
3.5 Deskripsi Kerja ... 22
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Prosedur Penanganan Kecelakaan Kerja di PT. Hi-Lex Indonesia ... 29
4.2 Kendala Perusahaan dalam Menjalankan Prosedur Penanganan Kecelakaan Kerja ... 36
4.3 Solusi terhadap Pemecahan Masalah/Kendala ... 38
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 41
5.2 Saran... 42
DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Jenis-jenis Kabel di PT. Hi-Lex Indonesia ... 20
Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT. Hi-Lex Indonesia ... 21
Gambar 4.1 Flow Chart Prosedur Penanganan Kecelakaan
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Jaminan Pengobatan
Lampiran 2 Data untuk Pembuatan Surat Jaminan Pengobatan
Lampiran 3 Laporan Investigasi Kecelakaan Kerja Zinc Plating
Lampiran 4 Laporan Investigasi Kecelakaan Kerja Mesin Loss Cutter
Lampiran 5 Laporan Investigasi Kecelakaan Kerja Welding
Lampiran 6 Laporan Investigasi Kecelakaan Kerja Mesin Bending Semi
Auto
Lampiran 7 Form Laporan Kecelakaan Kerja
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Langkah pembangunan negara dewasa ini, akan memajukan
industri yang mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialisasi.
Dalam keadaan yang demikian, maka penggunaan mesin-mesin,
pesawat-pesawat, instalasi-instalasi modern serta bahan
berbahaya semakin meningkat. Hal tersebut disamping memberi
kemudahan proses produksi dapat pula menambah jumlah dan
ragam sumber bahaya di tempat kerja. Di samping itu, akan terjadi
pula lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat, proses dan
sifat pekerjaan yang berbahaya serta peningkatan operasional
tenaga kerja.
Masalah tersebut akan sangat mempengaruhi dan mendorong
peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja, dan pencemaran lingkungan. Untuk itu,
semua pihak yang terlibat dalam usaha produksi khususnya para
pengusaha dan pekerja diharapkan dapat mengerti, memahami
dan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di tempat
kerja masing-masing, dalam rangka mencegah terjadinya
kecelakaan kerja.
Pada umumnya, perusahaan lebih popular dengan kasus
kecelakaan kerja atau kecelakaan yang berhubungan dengan
hubungan kerja, karena sangat terkait dengan produktifitas kerja
dan kepentingan kompensasi atau ganti rugi kecelakaan. Korban
kecelakaan mempunyai kepentingan dengan penggantian biaya
2
klaim atas premi asuransi pertanggungan kecelakaan yang apabila
tidak dibayar akan menjadi beban tanggung jawab perusahaan.
Kedua belah pihak pada umumnya kurang memperhatikan tentang
faktor penyebab kecelakaan. Padahal untuk menemukan faktor
penyebab kecelakaan merupakan bagian terpenting dari upaya
agar tidak terulangnya kecelakaan yang sama dikemudian hari.
Untuk menemukan faktor penyebab kecelakaan diperlukan suatu
analisis terhadap kecelakaan yang terjadi.
Seperti halnya yang dilakukan oleh PT. Hi-Lex Indonesia, begitu
besar pemahaman mengenai penanganan kecelakaan kerja
khususnya bagi pekerja dan bagi perusahaan pada umumnya.
Salah satu cara yang ditempuh PT. Hi-Lex Indonesia untuk
menangani kecelakaan kerja adalah dengan menetapkan SOP
(Standard Operational Procedure) atau tata cara kerja yang jelas,
berimbang, dan mampu meminimalisir kecelakaan kerja di PT.
Hi-Lex Indonesia agar proses produksi dapat berjalan dengan baik.
Oleh karena itu, penulis mengangkat Tugas Akhir (TA) dengan
judul “Prosedur Penanganan Kecelakaan Kerja di PT. Hi-Lex Indonesia” dengan tujuan untuk mengetahui prosedur penanganan
kecelakaan kerja yang diterapkan oleh PT. Hi-Lex Indonesia.
1.2 Alasan Pemilihan Objek
Adapun alasan penulis dalam pemilihan objek ini adalah :
Penulis bekerja di perusahaan tersebut sehingga mengetahui
tentang prosedur penanganan kecelakaan kerja di PT. Hi-Lex
Indonesia, dan objek yang dipilih sesuai dengan program studi
3
dunia kerja dan bagi perusahaan tersebut agar menjadi masukan
dalam mendalami sistem yang ada saat ini.
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada judul dan latar belakang masalah yang telah
dikemukakan di atas, selanjutnya penulis mengidentifikasikan
masalah pada :
1. Bagaimana prosedur penanganan kecelakaan kerja di
PT. Hi-Lex Indonesia ?
2. Apa kendala perusahaan dalam menjalankan prosedur
penanganan kecelakaan kerja ?
3. Bagaimana solusi terhadap pemecahan masalah atau kendala
dalam prosedur penanganan kecelakaan kerja ?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dan manfaat penulisan yang diwujudkan dalam TA ini
adalah sebagai berikut :
1.4.1 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui prosedur penanganan kecelakaan
kerja di PT. Hi-Lex Indonesia.
2. Untuk mengetahui kendala yang terjadi di perusahaan
dalam menjalankan prosedur penanganan kecelakaan
kerja.
3. Untuk mengetahui solusi yang didapat terhadap
pemecahan masalah atau kendala dalam prosedur
4 1.4.2 Manfaat Penulisan
Dengan dibuatnya TA ini, penulis sangat berharap agar hasil
penelitian ini dapat memberikan pengaruh, masukkan, dan
kontribusi besar yang positif kepada berbagai pihak antara
lain :
1. Bagi Penulis
Tugas Akhir ini diharapkan dapat membantu
mengembangkan dan memperluas ilmu pengetahuan
penulis dalam dunia kerja yang saat ini dijalankan yang
belum sepenuhnya didapatkan dari mata kuliah yang
telah dipelajari selama mengemban ilmu di bangku
perkuliahan.
2. Bagi PT. Hi-Lex Indonesia
Tugas Akhir juga diharapkan mampu meberikan
masukkan bagi perusahaan dalam usahanya
menjalankan kegiatan penanganan kecelakaan kerja
secara prosedurial dan menjadikannya alat pembantu
untuk lebih memahami dan mendalami sistem yang ada
saat ini di perusahaan tersebut.
3. Bagi Dunia Pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk lebih
mengenali prosedur penanganan kecelakaan kerja yang
berlaku di setiap perusahaan sesuai dengan kebijakan
perusahaan masing-masing.
1.5 Batasan Masalah
Di dalam laporan penulisan laporan TA ini, ruang lingkup penulis
5
kerja yang dilakukan oleh PT. Hi-Lex Indonesia agar penulis TA ini
dapat dilakukan pembahasannya lebih terarah dan fokus pada judul
yang diambil. Penelitian hanya dibatasi pada data yang bersumber
di PT. Hi-Lex Indonesia.
1.6 Metodologi Penulisan
Dalam pembuatan TA ini penulis membutuhkan data-data yang
berkaitan dengan kajian yang dibuat dan data tersebut bersumber
dari :
1.6.1 Studi Kepustakaan (Library Research)
Yaitu pengumpulan data-data dengan cara mempelajari
berbagai bentuk bahan-bahan tertulis seperti buku-buku
yang berkaitan dengan kajian penelitian, catatan-catatan
maupun referensi lain yang bersifat tertulis.
1.6.2 Studi Lapangan (Field Research)
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data pengamatan
tentang objek yang akan diteliti. Pelaksanaanya langsung
pada dimana suatu peristiwa atau keadaan sedang terjadi,
berikut pencatatan pencarian dokumen serta melakukan
pengembangan dengan mengadakan wawancara langsung
dengan beberapa pihak terkait yang dimaksud untuk
memperkuat penelitian.
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca agar dapat mengetahui isi laporan
TA ini penulis mengklasifikasikannya secara sistematis kedalam
6 BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan tentang latar
belakang masalah, alasan pemilihan objek,
identifikasi masalah, tujuan dan manfaat penulisan,
batasan masalah, metodologi penilitian serta
sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini penulis menjabarkan berbagai sumber
tinjauan pustaka atau referensi yang dijadikan penulis
sebagai suatu informasi pendukung yang menguatkan
TA.
BAB III : PROFIL PERUSAHAAN
Pada bab ketiga ini, penulis menceritakan gambaran
umum objek penelitian yang berisi sejarah singkat
perusahaan, visi, misi dan kebijakan mutu
perusahaan, struktur organisasi, deskripsi kerja, dan
sistem proses di PT. Hi-Lex Indonesia.
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab keempat berisikan mengenai analisis dan hasil
penelitian terhadap materi yang telah ditelaah oleh
penulis sesuai dengan penetapan judul yang diangkat
oleh penulis.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dan
kumpulan saran-saran yang diharapkan dapat
berguna dan dimanfaatkan oleh perusahaan dan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Prosedur
Prosedur didefinisikan oleh Jaenudin Akhmad (2012:27) sebagai
berikut:
”Rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lain
sehingga menunjukkan adanya suatu urutan tahap demi tahap serta jalan yang harus ditempuh dalam rangka
penyelesaian sesuatu bidang tugas”.
Menurut Khaerul Umam (2014) seperti dikutip dari Terry (1975:28)
mengungkapkan bahwa:
”Prosedur dapat diartikan sebagai serangkaian tahapan
pekerjaan kertas terpilih, biasanya dikerjakan oleh lebih dari satu orang yang merupakan cara-cara yang ditentukan dan dalam mengadakan keseluruhan fase utama dari aktivitas
kantor”.
Sedangkan pengertian prosedur menurut Fitzgerald et al.
(2014:151) mengungkapkan bahwa prosedur adalah:
”Urutan-urutan yang tepat dari tahapan-tahapan instruksi yang menerangkan apa yang harus dikerjakan, siapa yang
mengerjakan, kapan dikerjakan, dan bagaimana
mengerjakannya”.
2.2 Pengertian Penanganan
Penanganan dapat didefinisikan oleh Khaerul Umam (2014) yang
8 “Segala sesuatu atau kegiatan untuk menjamin dan
mengarahkan agar pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau hasil yang dikehendaki serta sesuai dengan segala
ketentuan dan kebijaksanaan yang berlaku”.
2.3 Pengertian Kecelakaan Kerja
Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja, Pasal 1 ayat (6), yaitu:
“Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa
atau wajar dilalui.”
2.3.1 Ruang Lingkup Kecelakaan Kerja
Ruang lingkup pada kecelakaan kerja yang penulis ambil
berdasarkan dari 4 sumber yaitu menurut Undang-Undang
No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
Undang-Umdang No 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja, Maulana Ihsan dan Vida Hasna Farida. Ruang
lingkup kecelakaan kerja tersebut meliputi:
1. Tempat Kerja
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, Pasal 1 ayat (1) menyatakan
bahwa:
“Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan,
9
sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2; Termasuk tempat kerja ialah
semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut”.
2. Cacat
Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Pasal 1 ayat (7), yaitu:
“Cacat adalah keadaan hilang atau
berkurangnya fungsi anggota badan yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan hilang atau berkurangnya kemampuan untuk menjalankan pekerjaan”.
3. Tipe Kecelakaan
Menurut Maulana Ihsan (2011:7) menyatakan bahwa
“Tipe kecelakaan adalah cara kontak dari korban dengan sumber kecelakaan, atau proses gerakan
korban sehingga mendapat cedera atau sakit”.
4. Kondisi Berbahaya
Menurut Maulanan Ihsan (2011:7) menyatakan bahwa:
“Kondisi berbahaya ialah keadaan yang tidak
aman dari suatu sumber kecelakaan dimana keadaan tersebut pada hakekatnya dapat
diamankan atau diperbaiki”.
5. Aman
Menurut Maulana Ihsan (2011:7) menyatakan bahwa
“Aman adalah kondisi dimana tidak ada kemungkinan suatu malapetaka yang dapat menimbulkan kerugian
10 6. Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut Maulana Ihsan (2011:45) menyatakan bahwa:
“Alat pelindung diri (APD), yaitu suatu bentuk
pemberian isolasi yang diterapkan kepada manusia dalam hal ini pekerja yang dilindungi, contoh: pemberian topi pengaman (safety helmet), pemberian sepatu pengaman (safety shoes), pemberian sumbat/tutup telinga (ear muff/plug), dan pemberian kacamata pengaman (safety goggles)”.
7. Kejadian Kecelakaan
Menurut Vida Hasna Farida (2010:29) menyatakan
bahwa “Kejadian kecelakaan adalah suatu peristiwa terjadinya suatu kecelakaan yang ditimbulkan oleh
bahaya atau sebab-sebab bahaya yang terjadi”.
8. Keselamatan dan Kesehatan Kerja/K3
Menurut Vida Hasna Farida (2010:28) menyatakan
bahwa:
“Keselamatan dan kesehatan kerja/K3 adalah:
1) Secara filosofi, yaitu suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur.
2) Secara keilmuan, yaitu ilmu peringatan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
11 2.3.2 Tindakan dalam Menangani Kecelakaan Kerja
Perlu diingat bahwa terjadinya suatu bencana alam dan
kecelakaan-kecelakaan lainnya, biasanya datang ketika
disaat tidak siap menghadapinya. Berikut tindakan yang
dilakukan dalam menangani kecelakaan kerja:
1. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan/P3K (First Aid)
Menurut Vida Hasna Farida (2010:108) menyatakan
bahwa:
“Pertolongan Pertama pada Kecelakaan/P3K (First Aid) adalah suatu perawatan yang segera (immediate) dan sementara untuk menolong
penderita yang mengalami cedera yang
mendadak (emergency) dan penyakit yang tiba-tiba (sudden illness) sebelum penderita dibawa ke
rumah sakit”.
2. Medis Dasar
Menurut Vida Hasna Farida (2010:108) menyatakan
bahwa:
“Medis dasar adalah tindakan perawatan
berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh awam atau awam yang terlatih secara
khusus sudah memiliki sertifikat”.
3. Rawat Inap Tingkat Pertama
Menurut Susatyo Herlambang (2016:156) menyebutkan
pengertian rawat inap tingkat pertama adalah:
“Pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat
12
dan/atau pelayanan medis lainnya, dimana peserta dan/atau keluarganya dirawat inap paling
singkat 1 (satu) hari”.
2.3.3 Pihak-pihak yang Terlibat
Terjadinya kecelakaan kerja tentunya melibatkan lebih dari
satu pihak yang terlibat di dalamnya. Pihak-pihak yang
terlibat pada kecelakaan kerja antara lain:
1. Pengurus
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 1
ayat (2) tentang Keselamatan Kerja, menyatakan
bahwa “Pengurus ialah orang yang mempunyai tugas pemimpin langsung sesuatu tempat kerja atau
bagiannya yang berdiri sendiri”.
2. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3)
Menurut Permenaker No. Per.04/MEN/1987 tentang
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja,
menyatakan bahwa:
“Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang selanjutnya disebut P2K3 ialah badan pembantu di tempat kerja yang meruakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian
dan partisipasi efektif dalam penerapan
13 3. Ahli Keselamatan Kerja
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 1
ayat (6) tentang Keselamatan Kerja, menyatakan
bahwa:
“Ahli keselamatan kerja ialah tenaga tehnis
berkeahlian khusus dari Luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya
Undang-undang ini”.
4. Rumah Sakit
Menurut Susatyo Herlambang (2016:33) menyatakan
bahwa:
“Rumah sakit adalah salah satu bagian system
pelayanan kesehatan secara garis besar
memberikan pelayanan untuk masyarakat
berupa pelayanan kesehatan mencakup
pelayanan medik, pelayanan menunjang medik, rehabilitasi medik dan pelayanan perawatan”.
5. Pengusaha
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 1
ayat (3) tentang Keselamatan Kerja, menyatakan
bahwa:
“Pengusaha ialah:
a. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja; b. Orang atau badan hukum yang secara
berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
14
pada (1) dan (2), jikalau yang diwakili
berkedudukan di luar Indonesia”.
2.3.4 Dokumen-dokumen yang Digunakan
Apabila terjadi kecelakaan kerja, terdapat beberapa
dokumen yang mendukung kelancaran proses penanganan
kecelakaan kerja, diantaranya:
1. Laporan Kecelakaan Kerja
Pengertian Laporan menurut Khaerul Umam (2014:174)
adalah:
“Kegiatan komunikasi secara tertulis dan lisan untuk memberikan gambaran tentang apa yang terjadi, di mana, bagaimana, mengapa hal itu terjadi, siapa yang bertanggung jawab terhadap
kejadian tersebut, dan bagaimana kejadiannya”.
Sedangkan Kecelakaan didefinisikan oleh Gunawan
dan Waluyo (2015:8) menyatakan bahwa:
“Suatu kejadian yang (tidak direncanakan) dan
tidak diharapkan yang dapat mengganggu
proses produksi/operasi, merusak harta
benda/asset, mencederai manusia, atau
merusak lingkungan”.
Berdasarkan pengertian tersebut, penulis dapat
menyimpulkan bahwa laporan kecelakaan kerja adalah
presentasi data yang telah terformat dan terorganisasi
dengan baik sehingga dapat digunakan untuk:
a. Mencatat kejadian beserta kronologis kecelakaan
15
alat/mesin, bahan, serta hal-hal terkait kecelakaan
kerja;
b. Mencatat kerugian-kerugian yang ditimbulkan
akibat kecelakaan kerja; dan
c. Mencatat korban-korban kecelakaan kerja beserta
tindakan penanganannya serta keparahan yang
diderita akibat kecelakaan kerja serta banyaknya
hari hilang akibat kecelakaan kerja tersebut.
2. Jaminan Kecelakaan Kerja
Menurut Susatyo Herlambang (2016:59) menerangkan
bahwa:
“Jaminan kecelakaan kerja adalah program
jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila ia mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja”.
Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan
tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha atau
peserta memiliki kewajiban untuk membayar iuran
jaminan kecelakaan kerja.
Menurut PP Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja
dan Jaminan Kematian, Pasal 16 ayat (1), yaitu:
“Iuran JKK bagi Peserta penerima Upah
16
a. Tingkat risiko sangat rendah: 0,24% (nol koma dua puluh empat persen) dari upah sebulan; b. Tingkat risiko rendah : 0,54% (nol koma
lima puluh empat persen) dari upah sebulan; c. Tingkat risiko sedang : 0,89% (nol koma
2.3.5 Penyelidikan Kecelakaan
Menemukan faktor penyebab kecelakaan tidak pernah
sederhana, penyelidikan kecelakaan (accident
investigation) harus selalu dilakukan dengan pemeriksaan
lapangan dikarenakan akan menjadi lebih mudah apabila
petugasnya menemukan situasi tempat kejadian peristiwa
(TKP) masih belum berubah. Berikut ini ada beberapa jenis
penyelidikan yang dapat dilakukan, diantaranya:
1. Rekonstruksi Kecelakaan
Menurut Maulana Ihsan (2011:17) menyatakan bahwa:
“Untuk mengetahui peristiwa kecelakaan, salah
satu caranya adalah dengan melakukan
rekonstruksi terjadinya kecelakaan. Dalam
melakukan rekonstruksi kecelakaan, sebaiknya harus dapat menjawab beberapa pertanyaan berikut: Siapa yang menjadi korban ? Kapan kecelakaan terjadi ? Dimana terjadinya ? Apa
yang terjadi dan apa saja yang
mempengaruhinya ? Mengapa dapat terjadi (caranya, bukan sebabnya, bersifat kronologis
17 2. Penyebab Kecelakaan (Accident Causation)
Menurut Maulana Ihsan (2011:18) menyatakan bahwa:
“Untuk menemukan faktor penyebabnya adalah
tugas pokok dalam penyelidikan kecelakaan, dan juga merupakan hal yang paling sulit. Cara terbaik untuk dapat melakukan dengan lebih mudah adalah dengan mengetahui prinsip dasar
sebab kecelakaan. Dengan mengetahui
penyebabnya maka akan mudah memutuskan mata rantai faktor penyebab kecelakaan dan
mengendalikan kemungkinan terjadinya
BAB III
PROFIL PERUSAHAAN
3.1 Sejarah PT. Hi-Lex Indonesia
Lippo TSK Indonesia didirikan pada tanggal 21 November 1978
dengan Akte Notaries Bebasa Daeng Lolo, S.H di Jakarta yang
berlokasi baik kantor pusat maupun pabriknya adalah Jln. Bouroq
No 35 Desa Karang Anyar, Kec Batu Ceper Tangerang Banten.
Perusahaan ini mempunyai luas bangunan 10.000 m² yang terbagi
atas beberapa bagian departemen, yaitu: Bagian Assembling,
Bagian Kantor, Bagian Gudang Komponen, Bagian Gudang
Finishing, Bagian Maintenance, Bagian Quality Control, Produksi,
dll.
Pada tanggal 1 Agustus 2001 PT. Lippo TSK Indonesia berubah
nama menjadi PT. Hi-Lex Indonesia sedangkan PT. Hi-Lex Parts
Company berubah namanya menjadi PT. Hi-Lex Parts Indonesia
pada 29 April 1998. Produk yang dihasilkan oleh PT. Hi-Lex
Indonesia yaitu: Kabel kontrol motor ( roda 2 & roda 4 ), sedangkan
produk yang dihasilkan oleh PT. Hi- Lex Parts Indonesia yaitu:
Komponen- komponen pengontrol plastik, karet, dan juga besi.
Hi-Lex Coorporation memiliki 29 anak perusahaan yang tersebar di
13 negara termasuk diantaranya PT. Hi-Lex Indonesia. Saat ini
serifikat Quality Management System yang dimiliki perusahaan
adalah sertifikat ISO/TS 16949:2009. Dalam memajukan usahanya
PT. Hi-lex Indonesia saat ini membuka cabang di daerah Cikarang
Jawa Barat, yang bermaksud untuk lebih meningkatkan produksi
19 3.2 Visi, Misi dan Kebijakan Mutu Perusahaan
3.2.1 Visi
Menjadi pembuat Control Cable yang terbaik & terdepan di
Indonesia, berorientasi pada mutu yang bertaraf
internasional.
3.2.2 Misi
Menghasilkan produk yang memberikan jaminan
keselamatan & keamanan yang menjadi pilihan utama
pemakai.
3.3.3 Kebijakan Mutu
Menggunakan sistem jaminan mutu secara optimum oleh
seluruh karyawan serta meningkatkan kepercayaan &
kepuasan pelanggan.
3.3 Aspek Kegiatan Usaha
Kebanyakan pelanggan (customer) yang bergerak di bidang cable
automotive memilih cable yang ada di PT. Hi-Lex Indonesia
dikarenakan sudah menjamin kualitas mutu pada kabel yang akan
siap dikirimkan kepada pelanggan (customer).
3.3.1 Jenis Kabel dan Pelanggan PT. Hi-Lex Indonesia
1. Cable assy, parking brake (rem)
2. Cable assy, hand brake (rem)
3. Cable assy, front brake (rem)
4. Cable assy, cluth (kopling)
5. Cable assy, acelerator (gas)
20
7. Cable assy, transmission (gear transmisi)
8. Cable assy, fuel lid lock (buka tutup bensin)
9. Cable assy, luggage door lock, dll.
Gambar 3.1 Jenis-jenis Kabel di PT. Hi-Lex Indonesia
Accelerator Cable Back Door Cable
Fuel Lid Opener Cable Transmission Cable
Sumber : PT. Hi-Lex Indonesia
Jenis-jenis kabel tersebut setiap hari dikirim kepada
pelanggan (customer) yang memerlukan suku cadang
kendaraan. Adapun perusahaan-perusahaan yang menjadi
pelanggan (customer) PT. Hi-Lex Indonesia, antara lain :
1. PT. Toyota Astra Motor
21
3. PT. Astra Daihatsu Motor
4. PT. Krama Yudha Tiga Berlian
5. PT. Astra Honda Mobil
11. PT. Hino Motors Manufacturing Indonesia
12. PT. Suzuki
13. PT. Honda Prospect Motor
14. PT. Nissan
15. PT. Mitsubishi
16. PT. Isuzu
17. PT. Hino Motors Sales Indonesia
18. PT. Suzuki Indomobil Motor, dll.
3.4 Struktur Organisasi
Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT. Hi-Lex Indonesia
22 3.5 Deskripsi Kerja
1. Management Representative (MR)
Uraian tugas:
a. Perumusan kebijakan, pembinaan penyelenggaraan
dan pengendalian kegiatan unit kerja Management
Representative dalam menunjang kegiatan bisnis
perusahaan.
b. Pemantauan dan pengajuan usulan kepada Dewan
Direksi maupun unit kerja yang terlibat dengan
seluruh pihak shareholder atau pihak berada di
sekitar lingkungan perusahaan yang di dalamnya
mengikat hubungan masyarakat, hubungan dengan
mitra bisnis, fungsi tugas kesekretariatan, dan
keprotokoleran Direksi serta tugas lainnya yang
ditetapkan Dewan Direksi.
c. Melakukan fungsi dan tugas kedinasan lain yang
diberikan pimpinan perusahaan.
d. Penyusunan program perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi fungsi perusahaan secara sistem dan
prosedur yang dijalankan.
2. Marketing and Purchasing Director
Uraian tugas:
a. Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program
kerja Marketing Division dan Purchasing Division
dalam menunjang program kerja perusahaan yang
23
b. Penyusunan dan pembuatan laporan kegiatan
Marketing dan Purchasing Division per bulan untuk
diserahkan kepada Top Management untuk dilakukan
evaluasi.
c. Pemantauan, pengontrolan, dan pengendalian sistem
kerja yang menyangkut penyelengaraan aktifitas
Marketing termasuk Sales dan Delivery serta
Purchasing yang menyangkut Procurement
(pengadaan barang kebutuhan produksi).
d. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan
oleh pimpinan perusahaan yang lebih tinggi.
e. Penyusunan rencana pengembangan bisnis
perusahaan termasuk penyusunan strategi
pemasaran, target, dan hal lain bersifat teknis
lapangan untuk dilakukan oleh bawahan.
3. Accounting and Finance Director
Uraian tugas:
a. Penyusunan perencanaan program kerja dan
pelaksanaan unit kerja dalam menunjang Program
Kerja Perusahaan yang tertuang dalam Business
Plan per semester.
b. Penyusunan kegiatan dan evaluasi program
akuntansi keuangan perusahaan.
c. Pemantauan dan pengendalian kegiatan akuntansi
perusahaan secara rutin dan berkala.
d. Penyusunan dan pembuatan laporan keuangan
(financial report) untuk dilaporkan kepada Top
24
kepada induk perusahaan sebagai laporan keuangan
korporasi.
e. Pengkajian dan pengajuan usulan kepada Top
Management maupun unit kerja lain tentang
akuntansi keuangan perusahaan.
4. Quality Control (QC)
Uraian tugas:
a. Perumusan kebijakan, sistem, dan prosedur kegiatan
yang berpengaruh pada jaminan kualitas produk
perusahaan yang mengacu pada international
standard system secara tepat dan sesuai.
b. Penyusunan program perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi atas projek perusahaan terkait dengan
pelayanan dan jaminan kualitas produk terhadap
pelanggan.
c. Pembuatan laporan kegiatan perencanaan projek
atau model baru produk, dan projek yang sedang
berjalan di perusahaan.
d. Melakukan evaluasi dan analisa kerja terhadap
kepuasaan pelanggan dengan membuat laporan
claim customer dan performance perusahaan dari
segi pemenuhan kualitas barang yang tepat dan
sesuai standar.
e. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan
oleh pimpinan perusahaan yang lebih tinggi.
5. Production Director
25
a. Perumusan kebijakan, pembianaan penyelenggaraan
dan pengendalian kegiatan produksi perusahaan
untuk menunjang strategi bisnis perusahaan yang
tertuang pada Business Plan per semester.
b. Penyusunan program perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi produksi termasuk aset perusahaan seperti
mesin dan sebagainya untuk dikembangkan dan
dievaluasi laporan produksi.
c. Pengkajian dan pengusulan laporan kegiatan
produksi kepada Top Management dalam rangka
verifikasi kegiatan produksi perusahaan.
d. Melaksanakan kegiatan dinas lainnya yang diberikan
oleh pimpinan perusahaan yang lebih tinggi.
6. Marketing Manager
Uraian tugas:
a. Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program
kerja sales dan marketing perusahaan yang
dituangkan dalam Business Plan perusahaan.
b. Penyusuanan kegiatan dan evaluasi program kerja
sales dan marketing dengan kesesuaian target.
c. Pemantauan dan pengendalian kegiatan pemasaran
(marketing) dan penjualan (sales).
d. Penyusunan pembuatan laporan kegiatan pemasaran
dan penjualan.
e. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan
oleh pimpinan.
7. Production Manager
26
a. Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program
kerja produksi perusahaan.
b. Penyusunan kegiatan dan evaluasi program kerja
produksi perusahaan.
c. Pemantauan dan pengendalian kegiatan produksi
perusahaan.
d. Penyusunan pembuatan laporan kegiatan produksi
perusahaan.
8. HRD and General Affairs Manager
Uraian tugas:
a. Perumusan kebijakan, pembinaan penyelenggaraan
dan pengendalian kegiatan unit kerja HRD and
General Affairs untuk menunjang strategi bisnis
perusahaan.
b. Penyusunan program perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi fungsi rekruitmen dan pelatihan pegawai,
administrasi kepegawaian / penghasilan / upah,
pengadaan kebutuhan barang / pemborong
pekerjaan, administrasi inventaris kantor serta
pengarsipan dokumen perusahaan.
c. Penyusunan sistem dan prosedur kegiatan serta
pembinaan teknis kegiatan rekruitmen dan pelatihan
pegawai.
d. Penyusunan dan pembuatan laporan kegiatan HRD
and General Affairs secara bulanan sampai tahunan
kepada Top Management Perusahaan.
e. Pemantauan dan pengajuan usulan kepada Direksi
maupun unit-unit kerja lain yang terkait tentang
27
adminsitrasi kepegawaian, pengadaan kebutuhan
pegawai dan perusahaan.
9. HRD & GA Staff
Uraian tugas:
a. Melaksanaan dan evaluasi fungsi rekruitmen dan
pelatihan pegawai, administrasi kepegawaian /
penghasilan / upah, pengadaan kebutuhan barang /
pemborong pekerjaan, administrasi inventaris kantor
serta pengarsipan dokumen perusahaan.
b. Mengatur penggunaan kendaraan perusahaan.
c. Membuat surat jaminan pengobatan dan melengkapi
lembar absensi karyawan.
d. Mengolah data overtime untuk dimasukkan ke dalam
sistem payroll yang telah ditetapkan.
e. Mengurus persiapan training atau pelatihan dan
yang berkaitan tentang K3.
10. Export Import Division
Uraian tugas:
a. Mengurus persiapan administrasi ekspor-impor.
b. Melengkapi dokumen-dokumen pendukung kegiatan
ekspor dan impor.
c. Mengolah data untuk dimasukkan ke dalam sistem
manifest bea cukai yang telah ditetapkan.
d. Mengkoordinasikan pengiriman dengan shipping
agent local untuk mengurus persiapan pengiriman
ekspor dan sebaliknya untuk mengurus kedatangan
28
e. Membuat dokumen pengambilan barang impor, yaitu
Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dengan
menginput semua data-data yang diperlukan, seperti
invoice, packing list, Bill of Loading atau Air Way Bill
ke dalam sistem bea cukai.
f. Membuat dokumen pengiriman atau shipping
document seperti invoice, packing list, shipping
intsruction untuk shipping agent, dan pengisian
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) ke dalam
sistem manifest bea cukai.
g. Mengevaluasi sistem yang berjalan dan
mensosialisasikan peraturan ekspor dan impor
tersebut untuk diterapkan dengan sistem yang
ditetapkan pemerintah jika ada peraturan atau
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Prosedur Penanganan Kecelakaan Kerja di PT. Hi-Lex Indonesia
Dalam setiap kegiatan manusia kemungkinan terjadinya kecelakaan
selalu ada, tidak terkecuali dalam kegiatan pekerjaan. Kecelakaan
kerja dapat dikatakan sebagai produk akhir dari tindakan berbahaya
dan kondisi berbahaya dalam pekerjaan. Tetapi bagaimanapun juga
kecelakaan selalu dapat dicegah, karena kecelakaan tidak terjadi
begitu saja.
Perusahaan pada umumnya lebih popular dengan kasus kecelakaan
kerja atau kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja,
karena sangat terkait dengan kepentingan kompensasi atau ganti
rugi kecelakaan. Korban kecelakaan mempunyai kepentingan
dengan penggantian biaya dan ganti rugi kecelakaan, dan
perusahaan berkepentingan dengan klaim atas premi asuransi
pertanggungan kecelakaan yang apabila tidak dibayar akan menjadi
beban tanggung jawab perusahaan.
Sama halnya pada perusahaan lainnya, para pekerja di PT. Hi-Lex
Indonesia juga kerap terjadi kecelakaan kerja dan penanganan yang
diambilnya yaitu segera mengevakuasi korban kecelakaan kerja ke
klinik atau rumah sakit terdekat. Untuk menggambarkan secara jelas
mengenai prosedur penanganan kecelakaan kerja di PT. Hi-Lex
Indonesia, berikut dapat diterangkan dalam gambar 4.1 sebagai
30
Gambar 4.1 Flow Chart Prosedur Penanganan Kecelakaan di PT. Hi-Lex Indonesia
Sumber : PT. Hi-Lex Indonesia
Surat jaminan dan
Membuat surat jaminan dan laporan
Finish Start
Terjadi kecelakaan kerja Berikan bantuan dan evakuasi korban
Melaporkan kejadian segera Verifikasi korban dan TKP Membawa korban ke klinik terdekat Perawatan dan pemeriksaan korban
31
Berikut adalah penjelasan dari flow chart prosedur penanganan kecelakaan kerja yang ada di PT. Hi-Lex Indonesia :
1. Kecelakaan kerja disebuah perusahaan bisa terjadi kapanpun dan oleh siapapun di lingkungan kerja. Kecelakaan kerja ini disebabkan oleh beberapa penyebab langsung, yaitu:
a. Perilaku tidak aman (Unsafe Actions)
Perilaku tidak aman ini mencakup diantaranya seperti:
1) Bekerja atau mengoperasikan tanpa kewenangan
2) Gagal memperingatkan
3) Gagal mengamankan
4) Beroperasi pada kecepatan yang salah
5) Membuat alat pengaman tidak berfungsi
6) Menggunakan alat yang rusak
7) Memakai Alat Pelindung Diri secara tidak benar
8) Memuat, menempatkan dan mengangkat secara salah
9) Posisi tidak aman
10) Memelihara/servis alat dalam keadaan beroperasi
11) Bercanda dan main-main
12) Mabuk alkohol atau obat
13) Menggunakan alat secara salah
14) Gagal mengikuti prosedur
b. Keadaan tidak aman (Unsafe Conditons)
Hal-hal yang juga memungkinkan terjadinya kecelakaan
kerja salah satunya adalah keadaan yang tidak aman,
seperti:
1) Pelindung/pembatas yang tidak memadai
2) Alat pelindung tak memadai atau salah
3) Peralatan, sarana, atau material yang rusak
32
5) Kurangnya sistem peringatan
6) Bahaya kebakaran dan ledakan
7) Buruknya kebersihan/kerapihan
8) Kebisingan dan paparan radiasi
9) Temperatur ekstrem dan ventilasi tidak memadai
10) Penerangan kurang atau kelebihan
11) Lingkungan tidak aman
2. Pada saat terjadinya kecelakaan kerja, tindakan yang diberikan
oleh rekan korban/saksi mata adalah Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan/PPPK/P3K (First Aid) kepada korban sebelum
pertolongan yang diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan
lainnya. Salah satu tindakan P3K yang paling utama adalah
hindari kepanikan dan menenangkan korban apabila masih
shock.
3. Rekan kerja atau atasan lapangan langsung melaporkan kejadian
tersebut kepada bagian Personalia dan Section Head melalui
telepon. Nomor telepon yang dapat dihubungi untuk PT. Hi-Lex
Indonesia pada saat terjadi kecelakaan kerja yaitu (021) 5522331
atau pada nomor extension 205, 139 atau 169. Hal itu dilakukan
agar korban segera dievakuasi. Apabila kecelakaan kerja terjadi
di luar jam kerja Day Shift (lembur/malam hari), rekan kerja
melaporkan kepada Security dengan nomor extension 148 untuk
menggantikan tugas Personalia.
4. Bagian Personalia dan Section Head menuju ke lokasi tempat
kejadian perkara (TKP) untuk memastikan kecelakaan kerja
(verifikasi) dan melakukan rekonstruksi kecelakaan kerja setelah
33
cara mencatat data pribadi korban dan jenis kecelakaan yang
menimpa korban.
Jenis-jenis insiden kecelakaan kerja yang kerap terjadi di
lingkungan kerja, misalnya:
a. Menabrak/membentur (struck against)
b. Terpukul/tertabrak (struck by)
c. Jatuh dari tempat yang lebih tinggi (fall to bellow)
d. Jatuh di tempat yang datar (fall on same level)
e. Terperangkap masuk (caught in)
f. Terperangkap pada sesuatu (caught on)
g. Terjepit (caught between)
h. Kontak dengan (contact with) tenaga listrik, panas, dingin,
radiasi, asam, bising, B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya)
i. Beban berlebihan (overload)
j. Kegagalan mesin atau peralatan (equipment failure)
k. Bocor ke lingkungan (environmental release)
5. Personalia mendampingi korban dan mempersiapkan kendaraan
perusahaan untuk proses evakuasi korban yang dibawa ke klinik
terdekat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Hal ini
dilakukan untuk menghindari potensi luka akibat kecelakaan kerja
lebih parah pada saat di TKP.
6. Setibanya di klinik, tenaga medis mengambil tindakan lebih lanjut
sesuai jenis kecelakaan yang menimpa korban. Korban dirawat
dan diperiksa untuk mengetahui seberapa parah kecelakaan
kerja yang dialami. Klinik yang menjadi rujukan awal PT. Hi-Lex
34
7. Apabila hasil dari pemeriksaan tenaga medis menyatakan bahwa
korban hanya mengalami luka ringan, maka korban diijinkan
untuk kembali bekerja. Namun bila korban mengalami luka berat,
maka korban harus segera dirujuk ke Rumah Sakit yang telah
bekerjasama dengan PT. Hi-Lex Indonesia dengan menggunakan
kendaraan perusahaan.
8. Personalia akan menemani korban ke rumah sakit rujukan untuk
proses administrasi. Hasil dari pemeriksaan dokter menyatakan
bahwa korban tidak perlu dirawat inap, maka Personalia akan
mengantarkan korban pulang ke rumah dan memberikan
penjelasan serta permohonan maaf kepada keluarga korban atas
kecelakaan kerja yang telah terjadi.
Namun, apabila hasil pemeriksaan dokter menyatakan bahwa
korban diharuskan untuk rawat inap, maka rumah sakit akan
menyediakan ruangan ICU (Intensive Care Unit) bagi korban
untuk dilakukan opname (rawat inap).
9. Pada saat korban atau pasien diopname, pihak medis atau dokter
memberikan perawatan lebih lanjut kepada korban secara intensif
dengan peralatan khusus dan staf khusus untuk menanggulangi
pasien dari penyakit dan trauma akibat kecelakaan kerja yang
35
10. Surat jaminan pengobatan dibuat untuk korban yang dirawat inap
agar dapat segera diambil tindakannya oleh pihak medis. Surat
jaminan dapat diterbitkan oleh Personalia apabila pihak rumah
sakit yang telah bekerjasama dengan perusahaan menghubungi
langsung ke bagian Personalia dengan cara mengirimkan surat
jaminan pengobatan tersebut melalui fax atau email. Namun ada
pula keluarga korban yang langsung mendatangi perusahaan
untuk meminta dibuatkan surat jaminan pengobatan tersebut dan
menyerahkan kepada pihak rumah sakit secara langsung.
Surat jaminan tersebut berisikan data-data, seperti:
a. Nama karyawan
b. NIK (Nomor Induk Karyawan)
c. Divisi/bagian
d. Kelas, yaitu pelayanan di Rumah Sakit yang diminta
perusahaan untuk merawat korban sesuai dengan kelasnya,
seperti Kelas 1, Kelas 2 dan Kelas 3. Pembagian kelas
tersebut ditentukan berdasarkan masa kerja karyawan di
perusahaan. Kelas 1 diisi oleh level Staff Up, Kelas 2 diisi
oleh karyawan yang memiliki masa kerja lebih dari 13 tahun,
dan Kelas 3 diisi oleh karyawan yang memiliki masa kerja
dibawah 13 tahun.
Sedangkan laporan kecelakaan kerja dibuat oleh atasan
lapangan korban untuk menjelaskan kronologi kejadian
kecelakaan kerja secara rinci supaya dapat mengambil tindakan
perbaikan pada kecelakaan kerja tersebut. Laporan kecelakaan
harus dibuat paling lambat 2 hari setelah kejadian kecelakaan
kerja. Atasan lapangan korban akan mendapatkan form
kecelakaan kerja dari Personalia dengan mengisi data-data pada
36 4.2 Kendala Perusahaan dalam Menjalankan Prosedur Penanganan
Kecelakaan Kerja
Tidak selamanya dalam kegiatan prosedur penanganan kecelakaan
kerja di PT. Hi-Lex Indonesia berjalan sesuai dengan kondisi yang
diinginkan. Banyak kendala yang sering terjadi, diantaranya:
1. Kurangnya pengetahuan karyawan dalam menggunakan alat-alat
kerja sesuai dengan SOP yang berlaku. Alat-alat kerja tersebut
seperti Forklift, Gerinda, Kabel Rol dan konektor, Zinc Plating,
Drilling, Cutting Wheel, Press Machine, dan Tangga Lipat.
2. Kecelakaan kerja di dunia kerja kerap terjadi. Tindakan awal yang
diberikan oleh rekan kerja yang melihat kejadian tersebut adalah
memberikan Pertolongan Pertama Pada Kecelekaan (P3K).
Namun, masih banyak karyawan yang kurang memahami P3K.
Kotak P3K yang tersedia di lapangan sangat minim dan obat atau
perlengkapan yang tersedia pun masih kurang lengkap. Sehingga
menyulitkan karyawan untuk menolong korban.
3. Pentingnya komunikasi dalam dunia kerja sehingga apabila terjadi
kecelakaan kerja dapat ditangani dengan cepat. Menghubungi
pihak Personalia terkadang mengalami kesulitan karena nomor
extension Personalia sibuk. Hal itu dapat memperlambat proses
penanganan korban.
4. Rekonstruksi kecelakaan sering mengalamai kendala karena
hanya korban yang tahu persis apa yang terjadi dan mengapa
37
5. Dalam proses evakuasi korban ke Klinik, kendaraan perusahaan
dibutuhkan secepatnya agar korban dapat segera ditangani oleh
pihak medis. Namun, minimnya kendaraan perusahaan
menghambat proses evakuasi tersebut.
6. Apabila hasil pemeriksaan dokter atau pihak medis yang
menyatakan bahwa korban harus dirawat inap, maka kendala
yang kerap dihadapinya yaitu ketidaksesuaian Kelas rawat inap
yang diinginkan oleh korban/keluarga korban dengan Kelas rawat
inap yang telah ditentukan oleh perusahaan berdasarkan masa
kerja korban. Hal tersebut juga dapat mengakibatkan pihak medis
mengalami kesulitan dalam mengambil tindakan lebih lanjut.
7. Pada proses pengiriman surat jaminan pengobatan untuk korban
ke rumah sakit melalui fax, sering mengalami kesulitan karena
kurangnya mesin fax serta mesin fax yang sudah berumur lama di
perusahaan tersebut, sehingga harus mengantri dengan
karyawan yang lain. Terganggunya jaringan internet pada
komputer juga dapat menghambat proses pengiriman surat
jaminan pengobatan melalui email.
Tidak hanya itu saja yang menjadi kendala saat proses
pengiriman surat jaminan pengobatan, kurangnya informasi
seperti nomor fax rumah sakit yang akan dituju juga
memperlambat proses pengiriman. Padahal surat jaminan
pengobatan harus segera dikirimkan agar pihak medis dapat
mengambil tindakan.
8. Kesulitan atasan lapangan korban dalam membuat laporan
kecelakaan kerja disebabkan karena minimnya informasi
terhadap kecelakaan kerja yang terjadi (kronologis kecelakaan)
38
diserahkan ke Personalia. Dengan terlambatnya laporan
kecelakaan kerja tersebut sekaligus mampu menghambat proses
tindakan yang akan diambil untuk perbaikan.
4.3 Solusi terhadap Pemecahan Masalah/Kendala
Adapun beberapa solusi yang diharapkan dapat memecahkan
kendala yang muncul dalam menjalankan prosedur penanganan
kecelakaan kerja di PT. Hi-Lex Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Sebelum karyawan diterima di perusahaan, calon karyawan
diwajibkan mengikuti training selama 3 (tiga) bulan. Dalam
training tersebut karyawan akan diberikan penjelasan mengenai
cara kerja dan alat-alat yang digunakannya saat bekerja sesuai
dengan SOP.
Personalia dan Section Head akan menilai calon karyawan yang
cepat menguasai materi dan alat kerjanya. Maka dari itu, training
selama 3 (tiga) bulan ini harus dijelaskan dan dipraktekan secara
benar agar karyawan dapat menguasai cara kerja alat-alat yang
akan digunakan. Sehingga mampu meminimalisir terjadinya
kecelakaan kerja akibat alat kerja.
Memberikan penerangan atau penyuluhan sebelum bekerja agar
karyawan mengetahui dan menaati peraturan-peraturan, lebih
berhati-hati, tidak mengikuti prosedur yang salah dan memahami
prosedur, serta menyadari bahaya/risiko juga termasuk dapat
mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2. Sering diadakannya pelatihan/training mengenai pentingnya
39
lokasi kotak P3K, cara penggunaan alat-alat P3K dan tindakan
P3K. Leader Up akan menyampaikan kepada bawahannya
masing-masing sehingga seluruh karyawan dapat mempraktekan
P3K apabila kecelakaan kerja terjadi.
3. Perusahaan wajib memfasilitasi karyawan dengan APD sesuai
kebutuhan kerja karyawan. Hal ini sangat penting agar karyawan
merasa aman saat bekerja dan mencegah kecelakaan kerja
karena APD lengkap.
4. Komunikasi menjadi faktor utama untuk mempercepat proses
penanganan kecelakaan kerja. Apabila nomor extension
Personalia sibuk, dapat menghubungi Resepsionis untuk
disambungkan ke nomor Handphone Personalia yang
bersangkutan agar proses evakuasi korban dapat segera
ditangani.
5. Pemasangan CCTV di area kerja sangat penting agar
mempermudah proses rekonstruksi kecelakaan kerja karena
dalam kecelakaan kerja hanya korban yang tahu persis
kejadiannya.
6. Apabila kendaraan perusahaan tidak tersedia saat terjadinya
kecelakaan kerja, Personalia meminjam kendaraan milik Koperasi
agar korban dapat segera dievakuasi.
7. Pemotongan gaji per bulan milik korban dilakukan apabila
terjadinya ketidaksesuaian Kelas rawat inap yang diinginkan
pihak korban dengan Kelas rawat inap yang telah ditentukan oleh
40
8. Karena divisi Personalia tidak mempunyai mesin fax, maka dalam
pengiriman surat jaminan pengobatan melalui fax sehingga harus
mengefax melalui mesin fax di divisi lain yang memiliki mesin fax.
Mesin fax yang sudah lama sebaiknya diganti agar tidak
menghambat proses pengiriman. Apabila mesin fax di Rumah
Sakit yang dituju mengalami gangguan, kita dapat meminta
nomor fax lain yang dapat dihubungi serta pengecekan jaringan
internet secara berkala juga perlu dilakukan agar proses
penanganan tidak terhambat.
9. Memperbanyak safety signs di area tempat kerja sangat penting
dilakukan agar karyawan selalu ingat akan potensi bahaya yang
BAB V
PENUTUP
Pada bab terakhir dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis akan menarik
beberapa kesimpulan serta saran yang mungkin bermanfaat untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja PT. Hi-Lex Indonesia.
5.1 Kesimpulan
Untuk penanganan prosedur penanganan kecelakaan kerja yang
ada dan diterapkan oleh perusahaan pada umumnya sudah
berjalan dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan adanya
keseimbangan dan keselarasan penanganan aktifitas-aktifitas divisi
internal yang konsekuen terhadap prosedur yang telah dibuat.
Permasalahan yang terjadi pada saat berlangsungnya proses
penanganan kecelakaan kerja dan hal lainnya diselesaikan dengan
berpedoman pada prosedur dan standar yang ditentukan terlihat
dengan sistem kerja yang rapih dan sesuai aturan kerja. Pihak yang
terlibat pada prosedur penanganan kecelakaan kerja ini antara lain
HRD & GA Division, Section Head Division dan pihak medis.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam penanganan prosedur
penanganan kecelakaan kerja meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Kurang menguasai alat-alat kerja, minimnya kotak P3K,
jaringan internet kurang mendukung, lingkungan kerja yang
kurang kondusif dan mesin fax yang sudah tua.
b. Jam kerja yang tidak normal, kurang lengkapnya Alat
Pelindung Diri (APD), kurang berkomunikasi, minimnya
fasilitas kendaraan perusahaan, keterlambatan pengiriman
42
c. Kurangnya informasi tentang kecelakaan kerja pada saat
akan melakukan rekonstruksi kecelakaan.
d. Kesalahan pengetikan atau human error pada saat
membuat surat jaminan pengobatan.
Adapun beberapa solusi yang diharapkan dapat memecahkan
kendala yang muncul dalam prosedur penanganan kecelakaan
kerja di PT. Hi-Lex Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan produktifitas kerja dengan melakukan training
tentang pekerjaan yang akan dikerjakan.
b. Ketepatan waktu dalam pengiriman surat jaminan
pengobatan agar proses penanganan segera dilakukan oleh
pihak medis.
c. Melakukan pemeriksaan alat-alat atau mesin kerja serta
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif secara berkala.
d. Melengkapi kekurangan yang terdapat pada APD dan
memperbanyak safety signs di area tempat kerja yang
berbahaya.
5.2 Saran
Adapun beberapa saran yang diberikan dalam pemecahan
masalah/kendala yang muncul dalam prosedur penanganan
kecelakaan kerja di PT. Hi-Lex Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Memberikan training terhadap karyawan baru untuk menguasai
pekerjaan yang akan dikerjakannya dengan menjelaskan dan
mempraktekan alat-alat atau mesin kerja yang berkaitan
dengan pekerjaannya. Hal ini dinilai dapat meminimalisir
43
2. Menyediakan kotak P3K yang sesuai kebutuhan dan lokasi
penempatan kotak P3K mudah ditemukan karyawan dan
memberikan training tentang penggunaan alat-alat P3K
sehingga korban mampu segera ditangani dengan melakukan
medis dasar di TKP.
3. Lebih ditingkatkan kembali kerjasama dalam hal penyampaian
informasi kecelakaan kerja antar divisi terkait dengan divisi
HRD & GA agar tidak terjadi missing communication.
4. Memberikan penerangan atau penyuluhan sebelum bekerja
agar karyawan mengetahui dan menaati peraturan-peraturan
atau SOP, lebih berhati-hati, tidak mengikuti prosedur yang
salah dan memahami prosedur, serta menyadari bahaya/risiko
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, Jaenudin. Manajemen Perkantoran & Bisnis. Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia, 2012.
Farida, Vida Hasna. Menerapkan Keselamatan, Kesehatan, Keamanan Kerja, dan Lingkungan Hidup (K3LH). Bandung: Arfindo Raya, 2010.
Gunawan, F. A. dan Waluyo. Risk Based Behavioral Safety (Membangun
Kebersamaan untuk Mewujudkan Keunggulan Operasi). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2015.
Herlambang, Susatyo. Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2016.
Ihsan, Maulana. Prinsip Dasar dan Analisa Kecelakaan Kerja. Bogor: Ghalia, 2011.
Umam, Khaerul. Manajemen Perkantoran (Referensi untuk Para
BIODATA
Nama : Idha Maysyaroh
Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 10 Mei 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Nama orang tua
1. Nama Bapak : Sukirno
2. Nama Ibu : Sutiyah
Pendidikan
1. Perguruan Tinggi : Politeknik LP3I Jakarta (2016)
a. Program Studi : Administrasi Bisnis
b. Konsentrasi : Administrasi Perkantoran
c. Kampus : Cimone
2. SMA : SMA Negeri 1 Kabupaten Tangerang (2013)
3. SMP : SMP Negeri 1 Balaraja (2010)
4. SD : SD Negeri Merak II (2007)
Pengalaman Kerja
Staf HRD & GA : PT. Hi-Lex Indonesia, Tangerang
(Agustus 2015 – Maret 2016)
Staf Logistic Service : PT. Kobe Boga Utama, Tangerang
(Mei 2015 – Agustus 2015)
Tangerang, Juni 2016
Penulis