• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT BAHASA LAMPUNG SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PESISIR TENGAH KRUI LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT BAHASA LAMPUNG SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PESISIR TENGAH KRUI LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT BAHASA LAMPUNG SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PESISIR TENGAH KRUI LAMPUNG

BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

RISA AFRIANA

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah kemampuan membuat kalimat bahasa Lampung. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tingkat kemampuan dan letak kelemahan dalam membuat kalimat bahasa Lampung yang meliputi kejelasan subjek dan predikat, kesejajaran (jika kalimat mengandung rincian), kelogisan, kehematan, kecermatan, dan penggunaan ejaan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pesisir Tengah Krui Lampung Barat tahun pe-lajaran 2011/2012 yang berjumlah 194 siswa yang tersebar ke dalam 6 kelas. Sampel yang ditetapkan sebanyak 60 siswa yang diambil dari 10 siswa per kelas dengan ber-dasarkan suku, yaitu suku Lampung 5 siswa dan suku non-Lampung 5 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes tertulis kemampuan membuat kalimat bahasa Lampung dalam bentuk karangan dengan tema bebas. Teknik analisis data menggunakan rumus persentase.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh simpulan bahwa kemampuan membuat kalimat bahasa Lampung termasuk dalam kategori kurang (49,8%), sedangkan berdasarkan suku, persentase kemampuan membuat kalimat bahasa Lampung untuk siswa yang bersuku Lampung termasuk dalam kategori kurang (47,2%) dan bersuku non-Lampung termasuk dalam kategori kurang (52,3%.)

(2)
(3)

I. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah

Kemampuan membuat kalimat merupakan kemampuan yang penting dimiliki siswa. Dengan

memiliki kemampuan ini, banyak manfaat yang diambil siswa. Menurut (Suyanto, 2011:48)

dengan mempunyai kemampuan menulis kalimat efektif maka gagasan yang akan disampaikan

akan lebih mudah dipahami oleh pendengar-/pembaca.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP Kelas VIII pada Standar

Kompetensi (SK) butir keempat menyatakan agar siswa mampu mengem-bangkan berbagai ide

ke dalam bentuk karangan. Seharusnya setelah mempelajari materi tersebut pada semester ganjil,

siswa telah memiliki kemampuan menulis kara-ngan dengan kalimat yang efektif. Namun,

berdasarkan hasil observasi terungkap ma-sih banyak siswa yang belum memiliki kemampuan

membuat kalimat efektif teruta-ma dengan menggunakan bahasa Lampung.

Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat kalimat dengan meng-gunakan bahasa

Lampung, perlu dilakukan penelitian. Dari penelitian ini dapat dike-tahui letak-letak kelemahan

siswa dalam membuat kalimat. Dengan diketahuinya letak-letak kelemahan itu, efektivitas proses

pembelajaran membuat kalimat dapat ditingkatkan.

Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh (1) Tutik Handayani pada tahun 2006 dengan judul

skripsi kemampuan membuat kalimat efektif dalam karangan siswa ke-las XI SMK Gajah Mada

Bandar Lampung tahun ajaran 2005/2006, dengan kesim-pulan bahwa kemampuan membuat

kalimat efektif dalam karangan siswa kelas XI SMK Gajah Mada Bandar Lampung tahun ajaran

(4)

kemampuan mengarang pada siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung tahun pelajaran

2010/2011, dengan kesimpulan bahwa kemampuan mengarang pada siswa kelas X SMA Bina

Mulya Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011 termasuk dalam kategori cukup, dan (3)

Revi Agustia pada tahun 2010 dengan judul skripsi kemampuan membuat kalimat berdasarkan

penggunaan istilah Sains pada siswa kelas V SDN 4 Tanjung Aman Kotabumi tahun pelajaran

2010/2011, dengan kesimpulan bahwa kemampuan membuat kalimat berdasarkan penggunaan

istilah Sains pada siswa kelas V SDN 4 Tanjung Aman Kotabumi tahun pelajaran 2010/2011

termasuk dalam kategori ku-rang. Namun, penelitian ini berbeda dengan penelitian yang

sebelumnya. Dalam pe-nelitian ini kalimat yang diteliti menggunakan bahasa Lampung.

Sehubungan dengan kalimat banyak hal yang bisa diteliti, seperti pengetahuan ten-tang kalimat,

kemampuan membuat kalimat dan kemampuan menyusun kalimat. Agar siswa dapat memiliki

kemampuan mengorganisasikan untaian kata-kata menjadi kalimat yang efektif tentunya siswa

harus memahami dan menguasai pengetahuan mengenai kalimat efektif. Pengetahuan mengenai

kalimat efektif tersebut harus men-dapat kajian yang lebih mendalam dalam pengajaran bahasa

Indonesia di sekolah.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis ingin meneliti “kemampuan membuat

kalimat bahasa Lampung siswa kelas VIII SMP N 1 Pesisir Tengah Krui Lampung Barat tahun

pelajaran 2011/2012”.

1.2 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada kemampuan membuat kalimat bahasa

Lampung siswa kelas VIII SMP N 1 Pesisir Tengah Krui Lampung Barat tahun pelajaran

(5)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut.

1) Bagaimanakah kemampuan membuat kalimat dengan menggunakan bahasa Lampung

siswa kelas VIII SMP N 1 Pesisir Tengah Krui Lampung Barat tahun pelajaran

2011/2012.

2) Bagaimana perbedaaan tingkat kemampuan membuat kalimat bahasa Lam-pung antara

siswa yang bersuku Lampung dengan siswa bersuku Non-Lam-pung pada siswa kelas

VIII SMP N 1 Pesisir Tengah Krui Lampung Barat ta-hun pelajaran 2011/2012.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan kemampuan membuat kalimat dengan menggunakan bahasa Lampung

siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pesisir Tengah Krui Lampung Barat tahun pelajaran

2011/2012.

2) Mendeskripsikan perbedaan tingkat kemampuan membuat kalimat bahasa Lampung

antara siswa yang bersuku Lampung dengan yang bersuku non-Lampung pada siswa

kelas VIII SMP N Pesisir Tengah Krui Lampung Barat tahun pelajaran 2011/2012.

1.5 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian selesai dilaksanakan, hasil penelitian ini diharapkan memiliki man-faat bagi

guru, khususnya guru bahasa Indonesia dan bahasa Lampung dalam hal proses pembelajaran

(6)

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.

Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pesisir Tengah Krui Lampung

Barat tahun pelajaran 2011/2012.

Ruang lingkup materi kemampuan membuat kalimat bahasa Lampung adalah ke-efektifan

kalimat yang meliputi:

1) kejelasan subjek dan predikat;

2) kesejajaran (jika kalimat mengandung rincian); 3) kelogisan;

4) kehematan/ketepatan penggunaan kata; 5) kecermatan;

(7)

II. LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kalimat

Sanusi (2006:105) mengemukakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil, da-lam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara keta-tabahasaan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri

intonasi akhir yang diikuti kesenyapan. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Kalimat adalah rangkaian kata yang dapat me-ngungkapkan gagasan, perasaan, atau pikiran yang relatif lengkap

(Mustakim, 1994: 65). Sejalan dengan pendapat tersebut, Moeliono Dardjowidjojo, ed. (2003:35) me-ngemukakan bahwa kalimat umumnya berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku. Menurut Kridalaksana (1993:92) kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri

dari klausa. Chaer (1994: 240) menyatakan bahwa ka-limat adalah satuan sintaksis dari konstituen dasar yang biasanya berupa klausa, di-lengkapi konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Agak berbeda dengan pendapat di atas, Ramlan (1995: 27)

mengemukakan bahwa kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir tu-run atau naik. Menurut Samsuri (1982: 54) dalam bukunya yang berjudul Tata Ba-hasa Kalimat Indonesia mengemukakan bahwa kalimat ialah untaian berstruktur dari kata-kata.

(8)

2.2 Macam-macam Kalimat

Menurut (Sanusi, 2006:107) kalimat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, sesuai dengan

sudut tinjauannya. (1) kalimat menurut bentuknya dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk, (2) kalimat berdasarkan maknanya dibedakan menjadi empat macam: kalimat berita, kalimat perintah, kalimat tanya, dan kalimat seru, (3) kalimat berdasarkan peranan

subjeknya dibedakan atas kalimat aktif dan kalimat pa-sif, dan (4) kalimat berdasarkan kelas kata dan predikatnya dibedakan atas kalimat verbal, kalimat nominal, kalimat adjektival, dan kalimat numeral, (5) kalimat ditinjau dari efektif tidaknya suatu kalimat dibedakan menjadi kalimat efektif dan kalimat ti-dak efektif. Menurut (Chaer, 1994:241-251) kalimat dibedakan menjadi

lima bagian yaitu, (1) kalimat inti dan kalimat non-inti, (2) kalimat tunggal dan kalimat majemuk, (3) kalimat mayor dan kalimat minor, (4) kalimat verbal dan kalimat non-verbal, dan (5) kalimat bebas dan kalimat terikat, sedangkan menurut (Moeliono dan Dard-jowijojo,

(1997:32)) kalimat dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi bentuknya dan se-gi maknanya. (1) kalimat ditinjau dari segi bentuknya kalimat dapat berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk, dan (2) kalimat ditinjau dari segi maknanya dapat di-bedakan menjadi kalimat deklaratif aau

kalimat berita, kalimat introgatif atau kalimat tanya, kalimat imperatif atau kalimat perintah, kalimat ekslamatif atau kalimat seruan, dan kalimat empatik atau kalimat penegas. Jenis kalimat dapat ditunjau dari sudut (1) jumlah klausanya,(2) bentuk sintaksisnya, (3) kelengkapan

(9)

kelengkapan unsurnya, kalimat dapat dibedakan atas kalimat lengkap atau kalimat major dan kalimat taklengkap atau kalimat minor. Kalimat dari segi susunan subjek dan predikatnya dapat dibedakan atas kalimat biasa dan kalimat inversi (Alwi Hasan dkk, 2003:336-337).

Berdasarkan pendapat beberapa pakar di atas mengenai macam-macam kalimat, pe-nulis mengacu kepada pendapat Sanusi yang mengatakan bahwa kalimat dapat dibe-dakan menjadi beberapa jenis, sesuai dengan sudut tinjauannya. (1) kalimat menurut bentuknya dibedakan

menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk, (2) kalimat ber-dasarkan maknanya dibedakan menjadi empat macam: kalimat berita, kalimat perin-tah, kalimat tanya, dan kalimat seru, (3) kalimat berdasarkan peranan subjeknya dibe-dakan atas kalimat aktif dan kalimat pasif, dan (4) kalimat berdasarkan kelas kata dan predikatnya dibedakan atas kalimat verbal, kalimat nominal,

kalimat adjektival, dan kalimat numeral, (5) kalimat ditinjau dari efektif tidaknya suatu kalimat dibedakan menjadi kalimat efektif dan kalimat tidak efektif.

Berikut ini akan diuraikan pengertian-pengertian dari jenis kalimat tersebut.

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Kalimat majemuk ada-lah kalimat

yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu kepada pembaca atau pendengar. Kalimat perintah adalah kalimat yang maknanya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Kali-mat tanya adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang. Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan

rasa hati pembicara: perasaan gembira, ka-gum, sedih, heran, jijik, dan lain-lain. Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan sedangkan kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjan. Kalimat efektif adalah kalimat yang komunikatif, sesuai

(10)

adalah kalimat yang tidak komunikatif, tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan yang ber-laku, tidak hemat kata dan tidak logis.

Dari berbagai macam kalimat di atas penulis hanya memfokuskan penelitian terhadap kalimat

berdasarkan efektif tidaknya suatu kalimat.

2.3 Kalimat Efektif

2.3.1 Pengertian Kalimat Efektif

Menurut (Sanusi, 1996:114) kalimat efektif adalah kalimat yang komunikatif, sesuai dengan kaidah kebahasaan yang berlaku, hemat kata dan logis. Kalimat dikatakan efektif jika (1) sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, (2) memper-hatikan unsur kesejajaran (jika

kalimat tersebut mengandung rincian), (3) logis, (4) memperhatikan unsur kecermatan (tidak mengandung kata yang berlebihan), (5) cer-mat dalam penggunaan dan pembentukan kata. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya se-cara tepat

dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca dapat memahami pikiran ter-sebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya (Suyanto, 2011:48). Dapat pula diartikan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas yang

mudah dipahami orang lain secara cepat. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti yang terdapat pada pikiran pe-nulis atau pembicara (Sabari Akhadiah, dkk, 1988:116). Menurut

(11)

Untuk kejelasan penelitian ini penulis mengacu pada pendapat Sanusi yang menga-takan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang komunikatif, sesuai dengan kaidah kebahasaan yang berlaku, hemat kata dan logis

2.3.2 Ciri-ciri Kalimat Efektif

Menurut (Sanusi, 1996:114) kalimat dikatakan efektif jika (1) sekurang-kurangnya terdiri atas

subjek dan predikat, (2) memperhatikan unsur kesejajaran (jika kalimat tersebut mengandung rincian), (3) logis, (4) memperhatikan unsur kehematan (tidak mengandung kata yang berlebihan), (5) cermat dalam penggunaan dan pembentukan kata. Suatu kalimat dianggap efektif apabila dapat mengungkapkan gagasan pema-kainya secara tepat dan dapat dipahami

secara tepat pula oleh pembaca atau penden-gar. Oleh sebab itu, kalimat efektif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) kesatuan dan kesepadanan, (2) kesejajaran, (3) penekanan, (4) kehematan dalam mempergu-nakan kata, dan (5) kevariasian dalam struktur kalimat (Suyanto,

2011:50-59). Ciri-ciri kalimat efektif menurut Sabari Akhadiad, dkk sama dengan pendapat yang diung-kapkan oleh Suyanto. Kalimat efektif menurut (Putrayasa, 2009:54) memiliki empat sifat/ciri, yaitu: (1) kesatuan, (2) kehematan, (3) penekanan, dan (4) kevariasian se-dangkan

menurut (Mustakim, 1994:90) kalimat efektif memiliki kriteria sebagai be-rikut, (1) kelengkapan, (2) kesejajaran, (3) kehematan, dan (4) variatif.

Berdasarkan pendapat para pakar di atas, penulis mengacu kepada pendapat Sanusi yang

(12)

(tidak menggunakan kata yang berlebihan) dan, (5) kecermatan dan (6) ketepatan penggunaan ejaan. Berikut ini diuraikan secara rinci aspek-aspek tersebut.

1. Subjek dan Predikat

Menurut (Sanusi, 2002:2) dalam ragam tulis, kalimat yang benar sekurang-kurangnya terdiri atau subjek (S) dan predikat (P). Subjek adalah sesuatu yang menjadi inti pem-bicaraan. Predikat adalah hal yang menjelaskan inti pembicaraan atau menjelaskan subjek.

Apabila tidak terdiri atas unsur subjek dan predikat, suatu pernyataan tidak dapat di-sebut

kalimat. Pernyataan yang seperti itu disebut frasa (kelompok kata). Perhatikan contoh berikut ini. (1)Tian ngerasa jadi pendekar kelompok tengagalan-tenggalan.

‘Mereka merasa menjadi pendekar kelompok masing-masing’. (2)Masalah inji ngebutuhko pemikeghan sai serius.

‘Masalah ini membutuhkan pemikiran yang serius’.

Pada contoh (1), kata tian ‘mereka’ merupakan subjek, sedangkan yang lainnya meru-pakan predikat. Pada contoh (2), subjeknya adalah masalah ‘masalah’, sedangkan ya-ng lainnya merupakan predikat.

(13)

(3) ngadako pertandingan sepak bola di kecamatan ‘mengadakan pertandingan sepak bola di kecamatan’ (4) haga ngumumko hasil pertandingan bulan nimbi

‘akan mengumumkan hasil pertandingan bulan kemarin’

Pada contoh (3) dan (4) di atas bukanlah kalimat karena kedua contoh di atas tidak memiliki subjek.

Subjek kalimat tidak oleh didahului langsung oleh kata tugas seperti di ‘di’. (5a) Di Unila haga ngadako pameran kesenian.

‘Di Unila akan mengadakan pameran kesenian’.

(6a) Di siaran televisi lamon hal sai ngeniko dampak jahal bagi sanak-sanak. ‘Pada siaran televisi banyak hal yang memberikan dampak buruk bagi anak- anak’.

Subjek kalimat pada contoh (5a) dan (6a) tidak jelas karena didahului langsung oleh kata tugas. Agar subjeknya jelas, kata tugas di ‘di’ pada contoh dihilangkan.

(5b) Unila haga ngadako pameran kesenian. ‘Unila akan mengadakan pameran kesenian’.

(6b) Siaran televisi lamon hal sai ngeniko dampak jahal bagi sanak-sanak. ‘Siaran televisi banyak hal yang memberikan dampak buruk bagi anak- anak’.

Jika kata tugas (5a) dan (6a) akan dipergunakan, predikat kalimat harus diubah men-jadi verba pasif. Dengan demikian, subjek kalimat akan muncul, tetapi letaknya di se-belah kanan verba, seperti terlihat pada contoh (5c) dan (6c) berikut ini.

(5c) Di Unila haga diadako pameran kesenian. ‘Di Unila akan diadakan pameran kesenian’.

(6c) Di siaran televisi lamon hal sai dikeniko dampak jahal bagi sanak-sanak. ‘Pada siaran televisi banyak hal yang memberikan dampak buruk bagi anak anak

(14)

(7a) Mahasiswa Unila ngadako demo. ‘Mahasiswa Unila mengadakan demo’. bandingkan dengan

(7b) Mahasiswa Unila sai ngadako demo ‘Mahasiswa Unila yang mengadakan demo’ (8a) Sanak bekawai suluh udi.

‘Anak berbaju merah itu’. bandingkan dengan

(8b) Sanak sai bekawai handak udi ‘Anak yangberbaju merah itu’

Contoh pada (7a) dan (8a) merupakan kalimat karena masing-masing contoh itu ter-diri atas (S) dan (P). Contoh (7b) dan (8b) bukan kalimat karena tidak terdiri atas un-sur S dan P.

2. Kesejajaran

Dalam kalimat yang mengandung rincian, faktor kesejajaran perlu diperhatikan. Ke-sejajaran adalah kesamaan kelas kata yang digunakan dalam rincian. Maksudnya, jika rincian pertama menggunakan kata kerja, rincian kedua dan seterusnya juga meng-gunakan kata kerja. Kalau rincian pertama menggunakan kata benda, rincian kedua dan seterusnya juga menggunakan kata

benda. Andaikan rincian pertama menggu-nakan kata benda+yang, rincian kedua dan seterusnya juga menggunakan kata ben-da+yang (Sanusi, 2002:4). Perhatikan contoh berikut.

(15)

2. Anak kambing udi disusui makni. ‘Anak kambing itu disusui induknya’. 3. Anak kambing udi dighawat makni. ‘Anak kambing itu dirawat induknya’.

(10) Pembangunan masjid udi ngemeghlukan dana sai lamon ghik waktu sai saka.

‘Pembangunan masjid itu memerlukan dana yang banyak dan waktu yang lama’.

3. Kelogisan

(Sanusi, 2002:5) mengemukakan bahwa kalimat dikatakan logis jika logika mendu-kung wujud

kalimat itu. Meskipun suatu kalimat benar menurut struktur, ada subjek dan ada predikat, jika tidak mendukung informasi yang dapat dimengerti oleh pemba-ca atau pendengar, kalimat itu dikatakan tidak logis. Dengan perkataan lain kalimat itu tidak efektif. Perhatikanlah contoh

berikut ini.

(11a) Akhmad Arafiq ngejongi juara kehgua lomba karate tingkat provinsi. ‘Akhmad Arafiq menduduki juara kedua lomba karate tingkat provinsi’. (12a) Mayat bakas sai dihaluko udi semakkungni ghisok bolak-balik di dija. ‘Mayat laki-laki yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di sini’.

Kalimat pada contoh (11a) dan (12a) tidak logis. Pada contoh (11a), tidak mungkin juara dijongi

‘juara diduduki’ yang hanya bisa diduduki adalah suatu benda yang nya-ta, misalnya kursi, sedangkan juara bukan berupa benda dan tidak nyata. Pada contoh (12a) tidak logis karena tidak mungkin seseorang yang sudah meninggal mayatnya bisa jalan-jalan. Agar kalimat pada contoh

(11a) dan (12a) logis, kalimat itu diubah sebagai berikut.

(16)

‘Sebelummeinggal, laki-laki yang mayatnya ditemukan itu sering mondar mandir di sini’.

4. Kehematan

Menurut (Sanusi, 2002:6) kalimat dikatakan hemat jika kata-kata yang digunakan ti-dak berlebihan. Pengertian hemat di sini bukan berarti kita bisa menghilangkan kata-kata yang dapat

menambah kejelasan. Penghematan dilakukan terhadap kata-kata ya-ng berlebihan. Maksudnya, andaikan kata-kata itu dihilangkan, kalimat itu tetap ko-munikatif, maknanya tidak berubah, dan

tidak bertentangan dengan kaidah tata bahasa.

Banyak dijumpai pemakain dua kata yang mengandung makna yang sama dipakai se-kaligus

dalam sebuah kalimat. Hal semacam itu termasuk pemakaian kata yang mu-bazir atau penggunaan kata yang tidak hemat.

Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam kehematan. 1. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.

Contoh:

(13a) Kaban tamu-tamu ghadu dipeghsilako mejong. ‘Para tamu-tamu sudah dipersilakan duduk’.

(14a) Di delom karangan udi lamon kesalahan-kesalahan ejaan. ‘Di dalam karangan itu banyak kesalahan-kesalahan ejaan’. Seharusnya

(13b) Kaban tamu adu dipeghsilako mejong. ‘Para tamu sudah dipersilakan duduk’.

(14b) Di delom karangan udi lamon kesalahan ejaan. ‘Di dalam karangan itu banyak kesalahan ejaan’.

Kata kaban ‘para’ dan lamon ‘banyak’ menunjukkan makna jamak. Karena itu, kata benda yang

mengikutinya tidak perlu diulang.

(17)

Contoh:

(15a) Kawaini bewaghna handak. ‘Bajunya berwarna putih’. (16a) Ia geghing nganik buah apel. ‘Dia suka makan buah apel’. terhadap kata warna sedangkan kata apel (limau ‘jeruk’, putti ‘pisang’, gedang ‘pepaya’, dsb) adalah hiponim terhadap kata buah. Dalam hiponim telah terkandung makna dasar kelompok makna yang bersangkutan. Jadi, kata handak ‘putih’, mengan-dung makna dasar kelompok warna; kata apel mengandung makna dasar kelompok buah. Karena itu, sebaiknya hindarkan pemakaian hiponim.

3. Menghilangkan pengulangan subjek. Contoh:

(17a) Andi geluk ngubah rencana seghadu ia betungga jama pippinan perusahaan udi.

‘Andi segera mengubah rencanya stelah dia bertemu dengan pimpinan perusahaan itu’.

Subjek pada kalimat di atas terdapat kata Andi yang diulang dengan kata ia’dia’. Seharusnya

(17b) Andi geluk ngubah rencana seghadu ia betungga jama pippinan perusahaan udi. ‘Andi segera mengubah rencana setelah bertemu dengan pimpinan perusahaan itu’. 4. Mengindari kesinoniman dalam satu kalimat.

(18)

(18a) Penduduk Indonesia kelamonan beghagama Islam. ‘Penduduk Indonesia kebanyakan beragama Islam’. Seharusnya

(18b) Penduduk Indonesia kelamonan Islam. ‘Penduduk Indonesia kebanyakan Islam’.

5. Kecermatan

(Sanusi, 2002:8) mengemukakan bahwa kata merupakan salah satu unsur dasar kali-mat yang sangat penting. Penggunaan atau pembentukan kata yang tidak cermat me-ngakibatkan nalar yang terkandung dalam kalimat terganggu. Oleh karena itu, peng-gunaan kata dalam kalimat

perlu diperhatikan.

Menurut (Sanusi, 2002:8) terdapat ketentuan penggunaan beberapa kata atau ung-kapan sebagai

berikut.

5.1 Penggunaan kata depan di ‘di’ dan di ‘pada’.

Kata depan didugunakan di depan kata benda konkret. Contoh: di kantogh ‘di kan-tor’, di lamban ‘ di rumah’, di sekula ‘di sekolah’. Kata depan di ‘pada’ digunakan di depan kata benda abstrak. Contoh di waktu ‘pada waktu’. Perhatikan contoh berikut.

Bentuk salah

(19a) Ani ghatong di waktu ghani teghai. ‘Ani datang di waktu hari hujan’. Bentuk benar

(19)

5.2 Penggunaan sai (satu) ‘sesuatu’ dan sai (satu) ‘suatu’.

Kata sai (satu) ‘sesuatu’ merupakan pengganti benda yang belum diketahui. Kata itu dapat berdiri sendiri. Kata sai (satu) ‘suatu’ merupakan penggolong benda dan tidak dapat berdiri sendiri. Jadi kata sai (satu) ‘sesuatu’ tidak diikuti kata benda, sedangkan kata sai (satu) ‘suatu’

harus diikuti kata benda. Perhatikanlah contoh berikut ini. Bentuk salah

(20a) Wat sai (sesuatu) cawa sai haga disampaiko. ‘Ada sesuatu pembicaraan yang akan disampaikan’. Bentuk benar

(20b) Wat sai (sesuatu) sai haga disampaiko. ‘Ada sesuatuyang akan disampaikan’. atau

(20c) Wat sai (suatu) cawa sai haga disampaiko. ‘Ada suatu pembicaraan yang akan disampaikan’.

5.3 Penggunaan pukul dan jam.

Kata pukul menunjukkan waktu, sedangkan jam menunjukkan jangka waktu. Perhatikanlah contoh berikut.

(21a) Peghtandingan haga dimulai jam 08.00 WIB. ‘Pertandingan akan dimulai jam 08.00 WIB’. Seharusnya

(21b) Peghtandingan haga dimulai pukul 08.00 WIB. ‘Pertandingan akan dimulai pukul 08.00 WIB’.

(20)

Kata anjakdi ‘daripada’ digunakan untuk menyatakan perbandingan. Selain kepen-tingan itu, penggunaan anjakdi ‘daripada’ tidak tepat.

Contoh:

(22) Lebih helau ngeni anjakdi neghima. ‘Lebih baik memberi daripada menerima’.

(23) Presiden ngenekanko bahwa delom pembangunan inji kepentingan anjakdi rakyat haghus dipeghhatiko.

‘Presiden menekankan bahwa dalam pembangunan ini kepentingan daripada rakyat harus diperhatikan’.

Contoh (22) tepat karena menyatakan perbandingan, sedangkan contoh (23) tidak te-pat karena

tidak ada hal yang diperbandingkan.

5.5 Penggunaan kata sai bagheh-bagheh ‘dan lain-lain’ dan sebagaini ‘sebagai nya’.

Penggunaan ungkapan atau pilihan kata sai bagheh-bagheh ‘dan lain-lain’ dan seba-gaini ‘sebagainya’ tidak tepat jika sebelum rincian terdapat kata misalni ‘misalnya’, injuk ‘seperti’.

Contoh:

Bentuk salah

(24a) Ani ngusung lamon alat tulis, misalni pulpen, pensil, buku, ghik bagheh- bagheh.

‘Ani membawa banyak alat tulis, misalnya pulpen, pensil, buku, dan lain- lain’.

Bentuk benar

(21)

(24c) Ani ngusung lamon alat tulis,pulpen, pensil, buku, ghik bagheh-bagheh. ‘Ani membawa banyak alat tulis, misalnya pulpen, pensil, buku, dan lain- lain’.

5.6 Penggunaan di dipa ‘dimana’,sai sepa ‘yang mana’, dan akkunpa ‘bilamana’.

Kata di dipa ‘yang mana’, sai sepa ‘yang mana’, dan akkunpa ‘bilamana’ merupakan kata tanya.

Jadi, kalimat yang diungkapkan tidak dimaksudkan untuk bertanya, peng-gunaan kata-kata itu tidak tepat. Kata di dipa ‘di mana’ digunakan untuk menanyakan tempat; sai sepa ‘yang mana’ digunakan untuk menanyakan pilihan; akkunpa ‘bila-mana’ digunakan untuk menanyakan waktu. Perhatkan contoh berikut.

Bentuk salah

(24a) Gughu ngaji ngejelasko di dipa dicawako atughan bepakaian. ‘Guru ngaji menjelaskan di mana dikatakan aturan berpakaian’.

(25a) Jama belajagh sai dipa beaghti gham nutuk ngecerdasko sanak bangsa ‘Dengan belajar yang mana berarti kita turut mencerdaskan anak bangsa’. (26a) Akunpa gham beghhasil, ulun tuha gham pasti ngeghasa bangga.

‘Bilamana kita berhasil, orangtua kita pasti merasa bangga’. Bentuk benar

(24a) Gughu ngaji ngejelasko tettang atughan bepakaian. ‘Guru ngaji menjelaskan tentang aturan berpakaian’.

(25a) Jama belajagh beaghti gham nutuk ngecerdasko sanak bangsa ‘Dengan belajar berarti kita turut mencerdaskan anak bangsa’. (26a) Ki’ gham beghhasil, ulun tuha gham pasti ngeghasa bangga. ‘Jika kita berhasil, orangtua kita pasti merasa bangga’.

(22)

Unsur-unsur ungkapan idiomatik sudah tetap. Jadi, unsur-unsur itu tidak boleh diku-rangi atau dipertukarkan. Yang termasuk ungkapan idiomatik diantaranya adalah se-hubungan jama ‘sehubungan dengan’, gegoh jama ‘sesuai dengan’, bekaitan jama ‘berkaitan dengan’, bekenaan jama ‘berkenaan dengan’, bebaghongan jama ‘ber-samaan dengan’, mak bebida jama ‘tida berbeda dengan’, bedasaghko atas ‘ber-dasarkan atas’, becawa tettang ‘berbicara tentang’, begantung di ‘bergantung pada’, tegantung di ‘tergantung di’, disebabko uleh ‘disebabkan oleh’, dan mak ubahni in-juk ‘tidak ubahnya seperti’ (Sanusi, 2002:). Perhatikanlah contoh penggunaannya di bawah ini.

Bentuk salah

(27a) Sehubungan peghnyataan puaghi tettang masalah ina. ‘Sehubungan pernyataan saudara tentang masalah itu’. (28a) Kesuksesanjelema kelawi begantung usaha sai dilakuko.

‘Kesuksesan seseorang sangat bergantung usaha yang dilakukan’. (29a) Bedasaghko keputusan Majelis Hakim, Angelina Sondakh dinyatako besalah.

‘Berdasarkan keputusan Majelis Hakim, Angelina Sondak dinyatakan bersalah’.

Bentuk benar

(27b) Sehubungan jamapeghnyataan puaghi tettang masalah ina. ‘Sehubungan dengan pernyataan saudara tentang masalah itu’. (28b) Kesuksesan jelema kelawi begantung di usaha sai dilakuko.

‘Kesuksesan seseorang sangat bergantung pada usaha yang dilakukan’. (29b) Bedasaghko ataskeputusan Majelis Hakim, Angelina Sondakh dinyatako besalah.

‘Berdasarkan atas keputusan Majelis Hakim, Angelina Sondakh dinyatakan bersalah’.

(23)

Beberapa ketentuan yang berlaku dalam kalimat majemuk bertingkat adalah sebagi berikut. Kalimat majemuk bertingkat (KMB) selalu terdiri atas induk kalimat (IK) dan anak kalimat (AK).

IK adalah inti gagasan, sedangkan AK merupakan keterangan.

IK dapat berdiri sendiri sebagai kalimat, sedangkan AK tidak dapat berdiri sendiri.

IK tidak didahului oleh kata penghubung, sedangkan AK selalu didahului kata peng-hubung

penanda AK. Kata penghubung penanda AK, antara lain, adalah ing ‘agar’, bahwa ‘bahwa’, ki ‘jika’, ulah ‘karena’, waktu ‘ketika’, ki ‘kalau’, maka ‘maka’, se-hingga ‘sehingga’, seandaini ‘seandainya’, semakkung ‘sebelum’, dan sebab ‘sebab’.

AK dapat berpindah-pindah tempat, ada yang mendahului IK dan ada juga yang mengikuti IK.

Kesalahan yang sering dijumpai adalah dua kat penghubung anak kalimat digunakan sekaligus. Kata hubung pertama berada pada kalimat pertama dan kata penghubung kedua berada pada kalimat lainnya, seperti terlihat pada contoh berikut.

Bentuk salah

(30a) Ki acagha amal sinji sukses, maka hasilni dapok disumbangko mik ulun sai ngebutuhko.

‘Jika acara amal ini sukses, maka hasilnya dapat disumbangkan ke orang yang membutuhkan’.

(31a) Ulahkebeghsihan ngerupako pangkal kesihatan, makagham dihaghapko selalu hughik sihat.

‘Karenakebersihan merupakan pangkal kesehatan, makakita diharapkan selalu hidup sehat’.

(32a) Ulah peghusahaan bangkrut sehingga karyawan lamon sai dipecat. ‘Karena perusahaan bangkrut sehingga karyawan banyak yang dipecat’.

Penggunaan dua kata penghubung penanda AK seperti pada ontoh di atas tidak benar. Agar

(24)

Bentuk benar

(30b) Ki acagha amal sinji sukses, hasilni dapok disumbangko mik ulun sai ngebutuhko.

‘Jika acara amal ini sukses, hasilnya dapat disumbangkan ke orang yang membutuhkan’.

(31b) Ulahkebeghsihan ngerupako pangkal kesihatan, gham dihaghapko selalu hughik sihat.

‘Karenakebersihan merupakan pangkal kesehatan, kita diharapkan selalu hidup sehat’.

(32b) Ulahpeghusahaan bangkrut karyawan lamon sai dipecat. ‘Karena perusahaan bangkrut karyawan banyak yang dipecat’.

5.9 Kata Penghubung dalam Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal tidak boleh diawali kata sehingga ‘sehingga’, sedangko ‘sedangkan’, sebab ‘sebab’, ulah ‘karena’, walaupun ‘walaupun’, atau kata penghubung yang la-innya. Jika kalimat tunggal diawali kata penghubung, bagian kalimat itu akan men-jadi anak kalimat yang tidak memiliki induk kalimat. Perhatikanlah contoh berikut ini.

Bentuk salah

(33a) Pendidikan ngebutuhko baya sai mahal. Sehingga lamon sanak putus sekula.

‘Pendidikan membutuhkan biaya yang mahal. Sehingga banyak anak putus sekolah’.

(34a) Ayah lapak mik kantor. Sedangko ibu lapah mit pasagh’. ‘Ayah pergi ke kantor. Sedangkan ibu pergi ke pasar’. (35a) Adik mawat cakak kelas. Sebab ia malas belajagh. ‘Adik tidak naik kelas. Sebab ia malas belajar’.

(36a) Unyin pelajagh peringati ghani kemerdekaan. Baik pelajagh tikkat sekolah dasagh agapun tikkat menengah.

‘Semua pelajar memperingati hari kemerdekaan. Baik pelajar tingkat sekolah dasar maupun tingkat sekolah menengah’.

(25)

‘Kesuksesan anak dipengaruhi oleh peranan orang tua. Karena orang tua merupakan motivator utama anak’.

Kalimat yang diawali kata yang bercetak miring pada contoh di atas tidak baku ka-rena kalimat

itu bunting, kalimat yang terpenggal dari kalimat sebelumnya. Agar efektif, kalimat-kalimat itu diperbaiki sebagai berikut.

Bentuk benar

(33a) Pendidikan ngebutuhko baya sai mahal sehingga lamon sanak-sanak putus sekula.

‘Pendidikan membutuhkan biaya yang mahal sehingga banyak anak-anak putus sekolah’.

(34a) Ayah lapak mik kantor, sedangko ibu lapah mit pasagh’. ‘Ayah pergi ke kantor, sedangkan ibu pergi ke pasar’. (35a) Adik mawat cakak kelas sebab ia malas belajagh. ‘Adik tidak naik kelas sebab ia malas belajar’.

(36a) Unyin pelajagh peringati ghani kemerdekaan baik pelajagh tikkat sekolah dasagh agapun tikkat menengah.

‘Semua pelajar memperingati hari kemerdekaan baik pelajar tingkat sekolah dasar maupun tingkat sekolah menengah’.

(37a) Kesuksesan anak dipengaghuhi uleh peghanan ulun tuha ulah ulan tuha ngeghupako motivator utama anak.

‘Kesuksesan anak dipengaruhi oleh peranan orang tua karenaorang tua merupakan motivator utama anak’.

5.10 Ungkapan yang Menyiratkan Makna Akibat atau Simpulan

Ungkapan jama ghena ‘dengan demikian’ dan ulah kaghena ina ‘oleh karena itu’ menyiratkan makna akibat atau simpulan dari pernyataan sebelumnya. Kata maka ju-ga mengandung makna

akibat. Jika kedua kata yang bermakna ‘akibat’ digunakan se-kaligus dalam satu kalimat, pemakaian itu berlebihan. Jadi, penggunaan jama ghena ‘dengan demikian’ atau ulah kaghena ina ‘oleh karena itu tidak boleh diikuti maka. Perhatikanlah contoh berikut.

(26)

(38a) Jama ghena, maka gham haghus ngematuhi peghatughan sai wat. ‘Dengan demikian, maka kita harus mematuhi peraturan yang ada’. (39a) Uleh kaghena ina, maka ulun tuha kelawi bepeghan.

‘Oleh karena itu, maka orang tua sangat berperan’. Bentuk benar

(38b) Jama ghena, gham haghus ngematuhi peghatughan sai wat. ‘Dengan demikian, kita harus mematuhi peraturan yang ada’. (39b) Uleh kaghena ina, ulun tuha kelawi bepeghan.

‘Oleh karena itu, orang tua sangat berperan’.

5.11 Ungkapan baik…..hagapun ‘maupun’…

Pasangan baik ‘ baik’ adalah hagapun ‘maupun’, bukan ataupun, dan bukan atau. Perhatikanlah

contoh penggunaannya berikut. Bentuk salah

(40a) Indonesia negagha sai kaya, baik segi budayani ataupun segi kekayaan alamni.

‘Indonesia Negara yang kaya, baik segi budayanya ataupun segi kekayaan alamnya’.

Bentuk benar

(40b) Indonesia negagha sai kaya, baik segi budayani hagapun segi kekayaan alamni.

‘Indonesia Negara yang kaya, baik segi budayanya maupun segi kekayaan alamnya’.

5.12 Ungkapan antagha ‘antara’….. ghik ‘dan’…

Padanan antagha ‘antara’ adalah ghik ‘dan’, bukan jama ‘dengan’, dan bukan nge-lawan ‘melawan’. Perhatikanlah penggunaannya berikut ini.

(27)

(41a) Kekala antagha hasil jama usaha sai ghadu dilakuko mawat sesuai. ‘Kadang-kadang antara hasil dengan usaha yang sudah dilakukan tidak sesuai’.

(42a) Jemoh aga dilaksanako peghtandingan voli antagha ibu-ibu ngelawan muli’.

‘Besok akan dilaksanakan pertandingan voli antara ibu-ibu melawan gadis’.

Bentuk benar

(41b) Kekala antagha hasil ghik usaha sai ghadu dilakuko mawat sesuai. ‘Kadang-kadang antara hasil dan usaha yang sudah dilakukan tidak sesuai’.

(42b) Jemoh aga dilaksanako peghtandingan voli antagha ibu-ibu ghik muli’. ‘Besok akan dilaksanakan pertandingan voliantara ibu-ibu dan gadis’.

5.13 Ungkapan lain ‘bukan’… melainko ‘melainkan’….

Pasangan lain ‘bukan’ adalah melainko ‘melainkan’, bukan kidang ‘tetapi’. Perha-tikan contoh berikut.

Bentuk salah

(43a) Gughu lain cuma sebagai pengajagh, kidang juga sebagai pendidik. ‘Guru bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik’. Bentuk benar

(43b) Gughu lain cuma sebagai pengajagh, melainko juga sebagai pendidik. ‘Guru bukan hanya sebagai pengajar, melainkan juga sebagai pendidik’.

5.14 Ungkapan Penghubung yang Bertentangan

Penggunaan ungkapan penghubung yang bertentangan dalam sebuah kalimat perlu di-hindari.

(28)

Walaupun ‘walaupun’…. kidang ‘namun’… Unyin ‘semua’….kecuali ‘kecuali’…. Perhatikan penggunaanya pada contoh berikut ini.

Bentuk salah

(44a) Kipak ia ghadu beghusaha jama sekuat tenaga, kidang ia tetap kalah. ‘Meskipun dia telah berusaha dengan sekuat tenaga, tetapi dia tetap kalah’. (45a) Walaupun teghai kedok nihan, kidang mawat ngughangi semangatni mit sekula.

‘Walaupun hujan sangat deras, namun tidak mengurangi semangatnya pergi ke sekolah’.

(46a)Unyin mughid diwajibko nutuk, kecuali…… ‘Semua murid diwajibkan ikut, kecuali…… Bentuk benar

(44b) Kipak ia ghadu beghusaha jama sekuat tenaga, ia tetap kalah. ‘Meskipun dia telah berusaha dengan sekuat tenaga, dia tetap kalah’. (44c) Ia ghadu beghusaha jama sekuat tenaga, kidang ia tetap kalah. ‘Dia telah berusaha dengan sekuat tenaga, tetapi dia tetap kalah’.

(45b) Walaupun teghai kedok nihan, mawat ngughangi semangatni mit sekula. ‘Walaupun hujan sangat deras, tidak mengurangi semangatnya pergi ke sekolah’.

(45c) Teghai kedok nihan, kidang mawat ngughangi semangatni mit sekula. ‘Hujan sangat deras, namun tidak mengurangi semangatnya pergi ke sekolah’.

(46b) Mughid diwajibko nutuk, kecuali…… ‘Murid diwjibkan ikut, kecuali…

(29)

Penghubung antarkalimat adalah kata atau ungkapan yang terletak pada awal kalimat. Kata atau ungkapan ini diletakkan setelah tanda baca akhir, diawali oleh huruf kapi-tal, dan diikuti tanda baca koma.

Kata atau ungkapan yang dimaksud, antara lain, adalah berikut ini: Aga kidang ‘akan tetapi, …..

Jama ghena ‘dengan demikian, ….. Di sapping ina ‘di samping itu, …. Jadi ‘jadi’, …..

Misalni ‘misalnya’, ….

Kipak ghena ‘meskipun demikian’, …. Kidang ‘namun’, ….

Ulah kaghena ina ‘oleh karena itu’, …. Peghtama ‘pertama’, …...

Selanjutni ‘selanjutnya’, …. Selain ina ‘selain itu’, …. Sebenoghni ‘sebenarnya’, …. Sebalikni ‘sebaiknya’, ….

Sehubungan jama ina ‘sehubungan dengan iu’, …. Walaupun ghena ‘walaupun demikian’, ….

Contoh penggunaan

(47) Ia ghadu beghusaha jama sekuat tenaga. Akan tetapi, ia tetap kalah. ‘Dia telah berusaha dengan sekuat tenaga. Akan tetapi dia tetap kalah’. (48) Bukti-bukti sai wat kughang ngemenuhi peghsyaratan. Jadi, peghli dilakuko penyepokan bukti ampai.

‘Bukti-bukti yang ada kurang memenuhi persyaratan. Jadi, perlu dilakukan pencarian bukti baru’.

(30)

Sehubungan dengan perulangan, ada dua hal yang perlu dikemukakan. Pertama, peru-langan kata majemuk atau kata gabung. Kedua, perulangan yang didahului oleh ka-ta bermakna jamak. Kata majemuk atau kata gabung akan diulang, yang diulang hanyalah kata pertama. Kata

berikutnya (yang menerangkan kata pertama) tidak diulang karena keterangan itu sama saja kedudukannya, baik menerangkan benda tunggal maupun benda jamak. Perhatikan contoh berikut ini.

Bentuk benar Bentuk salah

(49) rumah makan → rumah-rumah makan (50) jalan raya → jalan-jalan raya

Kata yang didahului oleh kata bermakna jamak tidak perlu diulang karena dengan be-gitu

pengertian jamaknya menjadi dua kali. Akibatnya, kalimat yang diungkapkan menjadi rancu atau kacau. Kata yang bermakna jamak, antara lain, adalah pepigha ‘beberapa’, nayah/lamon ‘banyak’, deghetan ‘deretan’, hadighin ‘hadiri’, kumpulan ‘kumpulan’, kaban ‘para’, ghangkaian ‘rangkaian’, unyin ‘semua’, sekalian ‘se-kalian’, dan segala ‘segala’. Perhatikan contoh berikut ini.

Bentuk salah

(51a) Bapak-bapak, Ibu-ibu, para hadirin sai ikam hoghmati. ‘Bapak-bapak, Ibu-ibu, para hadirin yang saya hormati’. (52a) Para hadirin sai teghhoghmat.

‘Para hadirin yang terhormat’. (53a) Unyin dosen-dosen lagi ghapat. ‘Semua dosen-dosen sedang rapat’.

(54a) Atas peghhatian Puaghi, sikam ucakko lamon-lamon teghima kasih. ‘Atas perhatian Saudara, kami ucapkan banyak-banyak terima kasih’. Bentuk benar

(31)

(52b) Hadirin sai tehoghmat.

(54b) Ataspeghhatian Puaghi, sikam ucakko lamon teghima kasih. ‘Atas perhatian Saudara, kami ucapkan banyak terima kasih’.

5.17 Kata Kerja Transitif

Kata kerja transitif merupakan kata kerja yang meghendaki hubungan langsung de-ngan objek, tidak boleh diikuti kata tettang ‘tentang’ atau ngenai ‘mengenai’.

Contoh kata kerja transitif: nyawako ‘membicarakan’, ngediskusiko ‘mendiskusikan’, nyeghitako ‘menceritakan’, ngajaghko ‘mengajarkan’, ngenipandaiko ‘memberitahu-kan’, ngebahas ‘membahas’, ngenelaah ‘menelaah’, dan neliti ‘meneliti’. Perhati-kanlah contoh penggunaan yang salah dan yang benar di bawah ini.

Bentuk salah

(32)

(56a) Di lom ghapat udi, Andi ngebahas ngenai ghepa cagha ngeningkatko SDM sai ghadu wat.

‘Di dalam rapat itu, Andi membahas mengenai bagaimana cara meningkatkan SDM yang sudah ada’.

Bentuk benar

(55b) Ghapat udi nyawako kecakakan BBM. ‘Rapat itu membicarakankenaikan BBM’.

(56b) Di lom ghapat udi, Andi ngebahas ghepa cagha ngeningkatko SDM sai ghadu wat.

‘Di dalam rapat itu, Andi membahas bagaimana cara meningkatkan SDM yang sudah ada’.

2.4 Kemampuan Membuat Kalimat

Kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Depdiknas, 2008:997). Menurut

(Danim, 1994: 12) kemampuan adalah perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Membuat berasal dari kata kerja buat yang mendapat prefis me- yang artinya mencip-takan (menjadikan, menghasilkan) sesuatu benda (barang, dsb.) (Depdiknas, 2008:241).

(33)

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Metode des-kriptif dapat

diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau

melukiskan keadan objek penelitian pada saat sekarang, ber-dasarkan fakta-fakta yang tampak

atau sebagaimana adanya. Hal ini sesuai dengan tu-juan penelitian, yaitu mendeskripsikan

kemampuan membuat kalimat dengan meng-gunakan bahasa Lampung siswa kelas VIII SMP

Negeri 1 Pesisir Tengah Krui Lam-pung Barat tahun pelajaran 2011/2012.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pesisir Tengah Krui

Lampung Barat tahun pelajaran 2011/2012.

3.2.2 Sampel

Dalam penentuan sampel, setiap kelas dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok siswa yang

bersuku Lampung dan kelompok siswa yang bersuku non-Lampung. Ke-mudian diambil jumlah

sampel yang sama dari masing-masing kelompok. Sampel ya-ng terpilih kemudian diacak untuk

menentukan nomor sampel.

Tabel 1.

Jumlah Populasi dan Sampel

No Kelas Jumlah Siswa Jumlah Sampel

(34)

1 VIIIA 12 20 5 5

2 VIIIB 10 23 5 5

3 VIIIC 13 19 5 5

4 VIIID 18 15 5 5

5 VIIIE 12 20 5 5

6 VIIIF 15 17 5 5

Jumlah 80 114 30 30

194 60

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yakni teknik tes. Untuk memperoleh data

kemampuan membuat kalimat dengan menggunakan bahasa Lampung, siswa diberi tugas untuk

menulis sebuah karangan nonfiksi dengan tema bebas. Waktu yang dise-diakan untuk

mengerjakan tes tersebut yaitu 90 menit.

3.4 Tenik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) menghitung jumlah kalimat yang ada dalam karangan;

2) menilai kalimat per aspek dengan rumus:

Jumlah benar

Jumlah penggunaan X 100

3) menghubungkan hasil perhitungan tersebut dengan tolok ukur peni-laian untuk

(35)

3.5 Tolok Ukur Penilaian

Tolok ukur penilaian yang digunakan dalam penelitian ini dicantumkan pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Tolok Ukur Penilaian

Rentangan Persentase Tingkat Kemampuan ≥78%

66%—77% 54%—65% 42%—53%

<42%

(36)

KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT BAHASA LAMPUNG

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PESISIR TENGAH KRUI LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh RISA AFRIANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG

(37)

KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT BAHASA LAMPUNG

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PESISIR TENGAH KRUI LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Skripsi)

Oleh RISA AFRIANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(38)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

1. HasilTesKemampuanMembuatKalimatBahasa Lampung ... 40

2. HasilTesKemampuanMembuatKalimatBahasa Lampung untuk

AspekKejelasanSubjekdanPredikat ... 43 3. HasilTesKemampuanMembuatKalimatbahasa Lampung untuk

AspekKelogisan ... 46 4. HasilTesKemampuanMembuatKalimatBahasa Lampung untuk

AspekKehematan ... 48

5. HasilTesKemampuanMembuatKalimatBahasa Lampung untuk

AspekKecermatan ... 51

6. HasilTesKemampuanMembuatKalimatBahasa Lampung untuk

(39)
(40)

III. METODE PENELITIAN ... 33

4.1.2 Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung untuk Aspek Kelogisan ... 44

4.1.3 Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung untuk Aspek Kehematan ... 46

4.1.4 Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung untuk Aspek Kecermatan ... 48

(41)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Populasi dan Sampel ... . 34

2. Tolok Ukur Penilaian ... 35

3. Data Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung ... 37

4. Hasil Tes Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung ... 39

5. Hasil Tes Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung untuk Aspek Kejelasan Subjek dan Predikat ... 41

6. Hasil Tes Kemampuan Membuat Kalimat bahasa Lampung untuk Aspek Kelogisan ... 44

7. Hasil Tes Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung untuk Aspek Kehematan ... 47

8. Hasil Tes Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung untuk Aspek Kecermatan ... 49

(42)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman 1. Hasil Tes Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung ... 40

2. Hasil Tes Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung untuk

Aspek Kejelasan Subjek dan Predikat ... 43

3. Hasil Tes Kemampuan Membuat Kalimat bahasa Lampung untuk

Aspek Kelogisan ... 46

4. Hasil Tes Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung untuk

Aspek Kehematan ... 48

5. Hasil Tes Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung untuk

Aspek Kecermatan ... 51

6. Hasil Tes Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung untuk

(43)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Instrumen Penelitian ... 71 2. Analisis Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung ... 72 3. Data Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung ... 104

4. Data Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung

Siswa yang Bersuku Lampung ... 107 5. Data Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung

Siswa yang Bersuku Non-Lampung ... 108 6. Data Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung

untuk Aspek Kejelasan Subjek dan Predikat ... 109 7. Data Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung

untuk Aspek Kejelasan Subjek dan Predikat Siswa yang

Bersuku Lampung ... 112 8. Data Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung

untuk Aspek Kejelasan Subjek dan Predikat Siswa yang

Bersuku Non-Lampung ... 113

9. Data Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung

untuk Aspek Kelogisan ... 114

10. Data Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung untuk Aspek Kelogisan Siswa yang Bersuku

(44)

11. Data Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung untuk Aspek Kelogisan Siswa yang Bersuku

Non-Lampung ... 118

12. Data Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung

untuk Aspek Kehematan ... 119

13. Data Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung untuk Aspek Kehematan Siswa yang Bersuku

Lampung ... 122

14. Data Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung untuk Aspek Kehematan Siswa yang Bersuku

Non-Lampung ... 123 15. Data Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung

untuk Aspek Kecermatan ... 124 16. Data Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung

untuk Aspek Kecermatan Siswa yang Bersuku

Lampung ... 127 17. Data Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung

untuk Aspek Kecermatan Siswa yang Bersuku

Non-Lampung ... 128 18. Data Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung

untuk Aspek Penggunaan Ejaan ... 129

19. Data Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung untuk Aspek Penggunaan Ejaan Siswa yang Bersuku

Lampung ... 132 20. Data Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung

untuk Aspek Penggunaan Ejaan Siswa yang Bersuku

Non-Lampung ... 133 21. Lembar Kerja Siswa ... 134

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsad, Sakura H. Ridwan. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Dediknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Hadjar, Ibnu. 1996. DasarDasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2009. Pedoman UmumEjaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya.

Moeliono, Anton M., dan Dardjowidjojo, Soenjono (ed). 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa. Jakarta: Pustaka Utama.

Putrayasa, I.B. 2009. Kalimat Efektif. Bandung: PT Refika Aditama.

Samsuri. 1987. Analaisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Sanusi, Effendi. 1996. Penilaian Pengajaran Bahasa dan Sastra. Bandarlampung Universitas Lampung.

(46)

Suyanto, Edi. 2011. Membina, Memelihara, dan Menggunakan Bahasa Indonesia Secara Benar. Yogyakarta: Ardana Media.

Tarmini, Wini. 2010. Sintaksis Bahasa Indonesia (Bahan Ajar). Badarlampung.

Universitas Lampung. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandarlampung: Universitas Lampung.

(47)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. JumlahPopulasidanSampel ... . 34

2. TolokUkurPenilaian ... 35

3. Data KemampuanMembuatKalimatBahasa Lampung ... 37

4. HasilTesKemampuanMembuatKalimatBahasa Lampung ... 39

5. HasilTesKemampuanMembuatKalimatBahasa Lampung untuk AspekKejelasanSubjekdanPredikat ... 41

6. HasilTesKemampuanMembuatKalimatbahasa Lampung untuk AspekKelogisan ... 44

7. HasilTesKemampuanMembuatKalimatBahasa Lampung untuk AspekKehematan ... 47

8. HasilTesKemampuanMembuatKalimatBahasa Lampung untuk AspekKecermatan ... 49

(48)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima

kasih yang setulus-tulusnya kepada.

1. Drs. A. Effendi Sanusi, pembimbing 1 sekaligus Pembimbing Akademik (PA)

yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menjadi

mahasiswa hingga akhir penulisan skripsi ini.

2. Drs. Iqbal Hilal, M.Pd., pembimbing 2 yang penuh kesabaran memberi-kan

bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum. penguji utama yang telah memberi masukan

dan saran yang bermanfaat.

4. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra

Indonesia dan Daerah.

(49)

6. Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Keguruan dan ILmu Pendidikan Universitas

Lampung yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu.

7. Kedua orang tuaku yang selalu memberi doa dalam setiap perjuanganku.

8. Kakak dan adikku yang selalu memotivasiku.

9. Seseorang yang sangat berarti dalam hidupku yang selalu memberiku

se-mangat, motivasi dan dukungan.

10. Teman-teman seperjuangan.

Terima kasih atas semua bantuan, saran, dan motivasinya.

Penulis berharap Tuhan Yang Maha Kuasa membalas budi baik mereka dan semoga

skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Bandarlampung, Agustus 2012

Penulis

Risa Afriana

(50)

MOTO

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang yang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan

saat mereka menyerah

(Thomas Alva Edison)

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita berhasil melakukannya dengan baik

(Evelyn Underhill)

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh

(51)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. A. Effendi Sanusi

Sekretaris : Drs. Iqbal hilal, M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Kahfie Nazarrudin, M.Hum.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr.H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003

(52)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur dan bahagia atas segala rahmat yang telah diberikan Tu-han Yang Maha Esa, penulis mempersembahkan karya tulis ini kepada orang-orang terkasih berikut.

1. Ayahanda tercinta Zulfi dan Ibunda tersayang Ismar Kolina dengan segala limpa-han kasih sayang, doa, dorongan, semangat, motivasi, dan pengorbanan yang tidak akan mungkin terbalaskan.

2. Kakakku Novan Permana dan adikku Ana Hirdapina yang telah memberikan doa, motivasi, dan kasih sayang yang tiada henti.

3. Keluarga besarku, atas motivasi yang telah diberikan dan doa yang terus terucap untuk keberhasilanku.

4. Sahabat-sahabatku tersayang yang telah memberikan semangat untuk kesuksesan-ku.

5. Seseorang yang semoga ditakdirkan Tuhan untuk mendampingi hidupku. 6. Bapak dan Ibu dosen FKIP Unila.

(53)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul skripsi : KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT BAHASA LAMPUNG

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PESISIR TENGAH KRUI LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : Risa Afriana

No. Pokok Mahasiswa : 0813041009

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. A. Effendi Sanusi Drs. Iqbal Hilal, M.Pd.

NIP 195207141985031001 NIP 196001211988101001

2. Ketua Jurusan

Pendidikan Bahasa dan seni

(54)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pulau Pisang pada tanggal 4 April 1990. Penulis adalah anak

ke-dua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Zulfi dan Ibu Ismar Kolina.

Jenjang akademik penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan di Sekolah

Dasar (SD) Negeri 5 Pesisir Krui Lampung Barat pada tahun 1996 dan selesai pada

tahun 2002, kemudian melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1

Pesisir Tengah Krui Lampung Barat pada tahun 2002 dan selesai pada tahun 2005.

Memasuki jenjang berikutnya, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah

Atas (SMA) Negeri 1 Pesisir Tengah Krui Lampung Barat dan selesai pada tahun

2008. Pada tahun yang sama (2008), penulis diterima sebagai mahasiswa Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur

(55)

SURAT PERNYATAAN

Sebagai civitas akademik Universitas Lampung, saya yang bertanda tangan di bawah ini.

No. Pokok Mahasiswa: 0813041009

Nama : Risa Afriana

Judul Skripsi : Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Lampung Siswa

Kelas VIII SMP Negeri 1 Pesisr Tengah Krui Lampung Barat Tahun Pelajaran 2011/2012

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pedidikan

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. karya tulis ini bukan saduran/terjemahan, murni gagasan, rumusan dan

pe-laksanan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing akademik dan narasumber di organisasi tempat riset;

2. dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka;

3. saya menyerahkan hak milik atas karya tulis ini kepada Universitas Lampung,

dan oleh karenanya Universitas Lampung berhak melakukan pengelolaan atas karya tulis ini sesuai dengan norma hukum dan etika yang berlaku; dan

4. pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Universitas Lampung.

Bandarlampung, 7 Agustus 2012 Yang membuat pernyataan,

Gambar

Tabel 1.  Jumlah Populasi dan Sampel
Tabel 2.  Tolok Ukur Penilaian

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan matematika realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bermula dari berbagai situasi dan persoalan riil bagi siswa serta siswa terlibat aktif dalam kegiatan

[r]

Ada pengaruh yang positif dan signifikan persepsi siswa tentang metode mengajar guru, ketersediaan sarana belajar di rumah, dan kemampuan guru mengajar terhadap

Bertautan dengan itu, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan memahami proses morfofonemik bahasa Lampung menggala pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tulang

RADEN INTAN LAMPUNG 1438 H/2017 M.. Banyak siswa yang bicara sendiri, ngantuk dan kurang antusias dalam bertanya. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan :