ABSTRAK
KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SATU BABAK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
RIZKA YUSTITIARA SAVITRI
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis naskah drama satu babak siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pel-ajaran 2011/2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampu-an menulis naskah drama satu babak siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bkemampu-andar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.
KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SATU BABAK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
RIZKA YUSTITIARA SAVITRI
(Skripsi)
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
1. Kemungkinan Cepat Lambatnya Pergantian Tahap Alur... 18 2. Persentase Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2011/2012... 43 3. Data Skor Frekuensi Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu
Babak berdasarkan Aspek Penggunaan Bahasa Pengarang... 46 4. Data Skor Frekuensi Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu
Babak berdasarkan Aspek Struktur Penulisan Naskah... 48 5. Data Skor Frekuensi Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu
Babak berdasarkan Aspek Kelengkapan Isi Cerita berdasarkan
Unsur-Unsur dalam Drama... 50 6. Data Skor Frekuensi Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu
Babak berdasarkan Aspek Penggunaan Gaya Bahasa pada Tokoh.... 51 7. Data Skor Frekuensi Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Populasi Penelitian... 34
2. Sampel Penelitian... 35
3. Instrumen Observasi Aktivitas Siswa... 37
4. Indikator Tes Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak... 39
5. Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak... 41
6. Data Skor Frekuensi Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012... 43
7. Data Skor Frekuensi Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Aspek Penggunaan Bahasa Pengarang... 45
8. Data Skor Frekuensi Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Aspek Struktur Penulisan Naskah... 47
9. Data Skor Frekuensi Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Aspek Kelengkapan Isi Cerita Berdasarkan Unsur-Unsur dalam Drama... 49
10. Data Skor Frekuensi Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Aspek Penggunaan Gaya Bahasa dalam Tokoh... 51
11. Data Skor Frekuensi Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Aspek Kesesuaian Isi Cerita dengan Tema... 52
MOTO
"Bekerjalah untuk duniamu seakan – akan kamu hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan – akan kamu mati esok"
(Hadits Riwayat Turmudzi)
“Kalau pintu yang satu tertutup, pintu yang lain terbuka; tetapi seringkali kita terlalu lama menyesali pintu yang tertutup sehingga tidak melihat yang terbuka
bagi kita”
(Alexander Graham Bell)
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah swt., penulis persembahkan karya terbaik
ini kepada.
1. Orang tua tercinta Bapak Patty Sumantri, S.H. dan Ibu Yunita Rosadina Kesai
yang tidak pernah henti memberikan kasih sayang, perhatian, cinta,
pengorban-an, dan dukungan kepadaku.
2. Adikku tersayang Umi Okaberina Pratiwi yang selalu memberi keceriaan dan
se-mangat untuk menjadi lebih baik.
3. Kakek dan nenekku terkasih Hi. Roeslan Kesai, S.H., M.Pa., dan Hj. Ratna
Su-ri yang tak pernah lelah membeSu-rikan doa dan pelajaran yang sangat berharga
dalam hidupku.
4. Bapak dan Ibu dosen yang telah mencurahkan ilmu selama ini.
5. Almamater yang telah mendewasakanku.
6. Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung
Judul Skripsi : Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012
Nama Mahasiswa : Rizka Yustitiara Savitri No. Pokok Mahasiswa : 0813041010
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. Drs. Kahfie Nazarudin, M.Hum. NIP 19590722 198603 1 003 NIP 19610104 198703 1 004
2. Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 2 Juni 1990 dari buah cinta Bapak
Patty Sumantri, S.H. dan Ibu Yunita Rosadina Kesai. Penulis merupakan anak per-tama dari dua bersaudara. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Pertiwi Bandar
Lampung diselesaikan penulis pada 1996. Kemudian, penulis melanjutkan ke jen-jang Sekolah Dasar (SD) yang diselesaikan di SDN 2 Teladan Rawa Laut Bandar Lampung pada 2002.
Penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bandar Lampung pada 2005, kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 9 Bandar Lampung pada 2008. Pada pertengahan 2008 penulis terdaftar
sebagai mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Ju-rusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur PKAB.
Pengalaman mengajar pernah penulis dapatkan ketika melakukan kegiatan Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Panca Jaya Kabupaten Mesuji pa-da Juli-September 2011. Sejak awal perkuliahan sampai kelulusan, penulis tercatat
SANWACANA
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012” adalah
salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada.
1. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku pembimbing utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.
2. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., selaku pembimbing kedua atas kesediaan memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini. 3. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku penguji utama pada ujian skripsi.
4. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendi-dikan Universitas Lampung.
6. Dr. Edy Suyanto, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah dan Pembimbing Akademik atas semua bimbing-annya selama penulis menjadi mahasiswa.
7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen yang saya hormati, atas ilmu yang berguna yang telah kalian bekalkan kepada penulis.
8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Universi-tas Lampung yang membantu dan melayani urusan administrasi perkuliahan. 9. Drs. Juminto Haryadi, selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 21 Bandar Lampung
yang telah memberikan izin penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan lancar.
10. Titin Alinda, A.Md., selaku guru Bahasa Indonesia sekaligus pendamping yang telah membimbing dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.
11. Bapak dan Ibu guru SMP Negeri 21 Bandar Lampung serta seluruh siswa kelas VIII yang penulis sayangi, atas kerja sama dan bantuan yang telah kalian beri-kan kepada penulis selama pelaksanaan penelitian.
12. Kedua orang tua yang sangat saya cintai, ayahanda Patty Sumantri, S.H. dan ibunda Yunita Rosadina Kesai serta saudara kandungku Umi Okaberina Pra-tiwi, terima kasih untuk cinta, kasih sayang, doa, semangat dan dukungan se-lama ini, merupakan anugerah terindah sepanjang masa dapat menjadi bagian hidup kalian.
14. Adik, sahabat, dan saudaraku M. Daniel Hadi yang selalu setia membantu penulis.
15. Sahabat serta saudara-saudaraku di UKMBS Unila (Tresna, Nice, Devin, Yan-di, Dian, Kinda, Uni Kiki, Memei, Ali, Dona, Bela, Anisa, Yuni, Chacha, Mus-tika dan adik-adik divisi tari, musik, rupa, dan teater lainnya) untuk cinta, pe-ngorbanan serta persaudaraan maha indah yang telah kita lalui bersama.
16. Abang-abang, mbak-mbak, serta alumni keluarga besar UKMBS Unila yang telah memberikan banyak pelajaran dalam berkesenian kepada penulis.
17. Abang-abang KoBER (Komunitas Berkat Yakin) selaku seniman Lampung, bangga dapat kenal dan berproses bersama orang-orang hebat seperti kalian. 18. Teman-teman angkatan 2008 yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu
untuk kebersamaan kita selama ini.
19. Rekan-rekan seperjuangan selama KKN dan PPL di Kabupaten Mesuji, Keca-matan Panca Jaya, Desa Fajar Baru, Erika Oktora, Ummi Hasanah, Santy, Ulan, Myra Desmayanti, Mirwan Saputra, Ardi Yusuf, Agung, atas kerjasama dan kesetiaannya selama kita melakukan PPL di sana.
20. Seluruh kakak tingkat angkatan 2006 sampai 2007 yang saya hormati.
Semoga Allah memberikan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya serta kemuliaan atas kebaikan dan pengorbanan kalian. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat. Amin.
Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Pada prinsipnya
fungsi tulisan adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung. Menulis sangat
pen-ting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir, dapat menolong
seseorang untuk berpikir secara kritis, dapat mempermudah merasakan dan
me-nikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi
sese-orang, memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, serta dalam menyusun
urut-an bagi pengalamurut-an.
Menulis dipergunakan untuk melaporkan atau memeberitahukan, dan
mempenga-ruhi. Maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh
orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas.
Keje-lasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur
kalimat (Morsey dalam Tarigan, 2008:4). Menulis sebagai suatu komunikasi yang
menggunakan media tulisan, memiliki beragam bentuk penyampaiannya baik
me-lalui tulisan ilmiah maupun non ilmiah.
Salah satu bentuk tulisan nonilmiah adalah menulis sastra. Sastra menghibur
de-ngan cara menyajikan keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan, dan
da-pat menuangkan ekspresi jiwa yang melukiskan suatu bentuk potret kehidupan
dengan cara yang unik.
Menulis sastra berbeda dengan menulis formal, seperti essai, artikel, laporan, dan
sebagainya. Sastra tentunya akan menuntun seseorang untuk menulis sesuatu
de-ngan tidak biasa. Sama halnya dede-ngan menulis naskah drama. Pembelajaran sastra
di sekolah, sangat perlu diterapkan khususnya pada SMP (Sekolah Menengah
Per-tama). Hal itu didasari karena pada anak seusia itu perlu digali sejak dini untuk
merangsang kemampuan mereka dalam mengapresiasi sesuatu, merespon daya
imajinasi dan kreativitas mereka dalam mengolah emosi dan perasaan.
Kesenian selalu dihubungkan dengan keindahan. Keindahan menimbulkan rasa
senang bagi orang yang melihat atau mendengarnya. Kegiatan menulis naskah
drama di sekolah diharapkan dapat mendorong siswa untuk menghasilkan suatu
karya seni yang indah. Karya tersebut sangat bergantung pada dialog dan unsur
pembangunnya yang lain. Untuk itu, siswa diminta untuk menciptakan suatu teks
yang berisi kalimat-kalimat yang hidup, agar dapat dirasakan dan dinikmati
dengan sempurna sebagai suatu karya sastra yang indah.
Kajian yang penulis lakukan ini sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendi-dikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP. Standar
Kompetensi (SK) mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terdiri atas dua
as-pek, yaitu aspek kemampuan berbahasa dan bersastra. Masing-masing aspek
Pada silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP, penulis menemukan
kompetensi mengenai pembelajaran sastra, khususnya drama dengan standar
kom-petensi mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis kreatif
naskah drama, sedangkan kompetensi dasarnya menulis kreatif naskah drama satu
babak dengan memperhatikan keaslian ide pada kelas VIII semester ganjil.
Selain itu, penulis merasa tertarik untuk mengkaji bahasan ini karena (1)
kompe-tensi dasar menulis naskah drama satu babak terdapat dalam kurikulum bahasa
In-donesia (2) kegiatan menulis naskah drama perlu diterapkan untuk menampung
bakat dalam bersastra siswa dan (3) menurut pengamatan penulis, judul mengenai
drama memang sudah banyak diteliti oleh peneliti sebelumnya, namun untuk
ke-mampuan menulis naskah drama satu babak, sejauh ini belum pernah dikaji.
Penulis memilih SMP Negeri 21 Bandar Lampung sebagai objek penelitian,
kare-na sekolah ini termasuk sekolah favorit dan bertaraf standar kare-nasiokare-nal di Bandar
Lampung, memiliki prestasi di bidang akademik maupun non-akademik, serta
berstatus akreditasi A. Selain itu, sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah
cukup memadai dan lokasinya cukup terjangkau. Berdasarkan hal tersebut,
penu-lis merasa perlu mengadakan penelitian tentang kemampuan menupenu-lis naskah
dra-ma satu babak siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung tahun pelajaran
2011/2012.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat kemampuan
menulis naskah drama satu babak siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menulis naskah
dra-ma satu babak siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung tahun pelajaran
2011/2012.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis bagi penulis,
siswa, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan peneliti lain. Adapun manfaat
tersebut sebagai berikut.
1) Penulis, sebagai salah satu bahan acuan untuk memberikan materi pelajaran
kepada siswa atau calon guru, khususnya tentang menulis naskah drama satu
babak.
2) Siswa, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu wahana atau wadah
untuk menyalurkan dan menampung bakat, apresiasi dan kreativitas siswa
da-lam menciptakan suatu karya seni khususnya naskah drama.
3) Guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 21 Bandar Lampung,
pe-nelitian ini sebagai perantara atau sarana untuk memberi informasi dan
penje-lasan tentang tingkat kemampuan siswanya dalam menulis naskah drama satu
babak.
4) Peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan atau
gambar-an untuk melakukgambar-an suatu penelitigambar-an, serta dapat memberikgambar-an informasi,
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian iini adalah sebagai berikut.
1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar
Lam-pung tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 231 orang yang tersebar
dalam enam kelas. Sampel diambil sebesar 25% dari jumlah siswa setiap
kelas sehingga sampelnya berjumlah 55 siswa.
2. Objek penelitian ini adalah kemampuan siswa menulis naskah drama satu
babak dengan memanfaatkan unsur-unsur dalam drama, penggunaan
keba-hasaan dengan memperhatikan struktur penulisan naskah.
3. Waktu penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran
2011/-2012, tepatnya pada hari Senin-Selasa, tanggal 26-27 Maret 2012.
4. Tempat penelitian ini adalah SMP (Sekolah Menengah Pertama) Negeri 21
Bandar Lampung. SMPN 21 Bandar Lampung beralamat di Jalan Riakudu
II. KAJIAN PUSTAKA
1.1 Menulis
Menulis seabagai salah satu dari keterampilan berbahasa, juga harus selalu
kesinambungan dengan keterampilan berbahasa yang lain, yaitu membaca,
ber-bicara, dan mendengarkan. Keunggulan menulis dari keterampilan bahasa yang
lain adalah komunikasi tulis cendrung unggul dalam penyusunan kalimat,
yak-ni lebih terstruktur, lebih formal, dan lebih runtut ide-idenya. Seorang penulis
biasanya telah memikirkan dalam-dalam setiap kalimat yang akan ditulisnya.
2.1.1 Pengertian Menulis
Menulis adalah aktivitas seseorang dalam menuangkan ide-ide, pikiran, dan
pe-rasaan secara logis dan sistematis dalam bentuk tertulis sehingga pesan tersebut
dapat dipahami oleh para pembaca. (Syamsudin dalam Tarigan, 2008:3).
Pen-dapat lain, bahwa menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang
me-nuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan (Akhadiah dkk, 1988:2).
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang
lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami
simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain (Lado dalam
Silitonga, 1984:97).
Menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam
lambang-lambang tulisan (Atar Semi dalam Sutarno, 2008:138). Menulis adalah
aktivi-tas aktif produktif, yaitu aktiviaktivi-tas menghasilkan bahasa (Burhan dalam
Sutar-no, 2008:139). Menulis adalah kegiatan memaparkan isi jiwa, pengalaman, dan
penghayatan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alatnya (Harris dalam
Silitonga, 1984:96).
Menulis adalah kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu
sub-jek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya
se-hingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas (Crimmon
dalam Sutarno, 2008:141).
Melalui beberapa penjelasan di atas, penulis lebih mengacu pada pendapat
Ha-rris dalam Silitonga yang mengungkapkan bahwa menulis adalah kegiatan
me-maparkan isi jiwa, pengalaman, dan penghayatan dengan menggunakan bahasa
tulis sebagai alatnya. Bagi penulis, melalui menulis kita dapat mencurahkan
se-gala rasa, pense-galaman yang pernah kita rasakan, dan sebagainya dengan
peng-hayatan lewat tulisan.
2.1.2 Tujuan Menulis
Salah satu tugas terpenting dari seorang penulis adalah dapat menguasai
prinsip-prinsip dasar menulis agar dapat menolongnya untuk mencapai maksud dan
diharap-kan oleh penulis adiharap-kan diperolehnya dari pembaca. Namun, bagi penulis yang
be-lum berpengalaman ada baiknya memperhatikan kategori di bawah ini:
a) memberitahukan atau mengajar, disebut wacana informatif;
b) meyakinkan atau mendesak, disebut wacana persuasif;
c) menghibur atau menyenangkan, disebut tulisan literer (wacana kesastraan);
d) mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api,
di-sebut wacana ekspresif.
Selain itu, sehubungan dengan tujuan penulisan suatu tulisan, Hugo Hartig
me-rangkumnya sebagai berikut.
a) Assigment purpose (tujuan penugasan)
Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas dasar kemauan sendiri
(misalkan para siswa yang diberi tugas merangkum buku).
b) Altruistic purpose (tujuan altruistik)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan
kedu-kaan, menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan
penalaran-nya, dan sebagainya.
c) Persuasive purpose (tujuan persuasif)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan
yang diutarakan.
d) Informational purpose (tujuan penerangan)
Tulisan yang bertujuan memberikan informasi, keterangan atau penerangan
e) Self-expressive (tujuan pernyataan diri)
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang
penga-rang kepada para pembaca.
f) Creative purpose (tujuan kreatif)
Tulisan yang melibatkan pengarang dengan keinginan mencapai norma
artis-tik atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan ini bertujuan mencapai
nilai-ni-lai artistik, ninilai-ni-lai-ninilai-ni-lai kesenian.
g) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Pe-nulis mencoba menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi, serta meneliti secara
cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti
dan diterima oleh para pembaca (Hipple dalam Tarigan, 2008:25-26).
2.1.3 Ragam Menulis
Secara garis besar ada 3 jenis menulis, yaitu menulis fiksi, faksi, dan nonfiksi.
Masing-masing jenis menulis dapat diuraikan sebagai berikut.
a) Menulis Fiksi
Menulis fiksi adalah tulisan yang berangkat dari khayalan atau imajinasi.
Me-lalui jenis menulis ini, penulis bebas berimajinasi. Nama tokoh, peristiwa, dan
tempat kejadian merupakan hasil imajinasi penulis. Walaupun demikian, tetap
ada kemungkinan terjadi persamaan antara imajinasi penulis dengan
b) Menulis Nonfiksi
Menulis nonfiksi adalah tulisan yang berdasarkan informasi, data, dan fakta
yang benar-benar terjadi. Data dan fakta itu harus dipaparkan dengan benar
tanpa rekayasa atau ditambahi imajinasi penulis. Termasuk dalam jenis
menu-lis ini adalah berita, artikel, opini, tajuk, rencana, resensi, reportase, biografi,
otobiografi, dan karya tulis ilmiah. Penulis harus dapat
mempertanggungja-wabkan hal yang dipaparkannya.
c) Menulis Faksi
Menulis faksi (fakta-fiksi) ini memadukan dua jenis menulis fiksi dan
non-fiksi, membuat cerita fiksi berdasarkan kisah nyata, dan membuat fakta
men-jadi sebuah karya fiksi. Melalui bentuk faksi ini, penulis diperbolehkan
me-nambahkan “bumbu-bumbu penyedap” agar cerita semakin enak dibaca.
Selain itu, penjenisan tulisan dapat ditinjau dari berbagai segi, antara lain
berda-sarkan keobjektifan masalah dan berdaberda-sarkan isi dan sifatnya. Berdaberda-sarkan
ke-objektifan masalahnya tulisan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yakni: (1)
tu-lisan ilmiah, (2) tutu-lisan populer, dan (3) tutu-lisan fiktif.
Permasalahan yang disajikan melalui tulisan yang bersifat ilmiah betul-betul
ob-jektif, karena permasalahan tersebut biasanya sudah diteliti dengan seksama, baik
melalui penelitian dilapangan, laboratorium, maupun dengan cara mengkaji
buku-buku sumber yang relevan dengan permasalahan tersebut. Seperti halnya tulisan
ilmiah, tulisan populer pun sejatinya disajikan secara sistematis, dengan bahasa
Sedangkan pada tulisan fiktif, cerita dan fakta yang disajikan betul-betul sangat
diwarnai oleh subjektivitas dan imajinasi pengarangnya sehingga penafsiran
pem-baca terhadap masalah tersebut dapat beraneka ragam. Berdasarkan isi dan
sifat-nya, tulisan terdiri atas: (1) naratif, (2) deskriptif, (3) ekspositorik, (4) persuasif,
dan (5) argumentatif.
2.2 Menulis Naskah Drama
Banyak hal yang dapat kita lakukan dengan menulis, salah satunya dalam aspek
sastra yaitu dengan menulis naskah drama. Sebelum melangkah lebih lanjut, akan
dipaparkan beberapa penjelasan mengenai drama sebagai berikut.
2.2.1 Pengertian Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani draomai (Haryamawan dalam Hasanudin,
1996:2) yang berarti berarti, berbuat, bertindak, bereaksi, dan sebagainya. Kata
drama berasal dari bahasa Greek, tegasnya dari kata kerja dran yang berarti
‘ber-buat, to act atau to do’. Dari segi etimologinya, drama mengutamakan perbuatan,
gerak, yang merupakan inti hakekat setiap karangan yang bersifat drama.
Pandangan lain mengenai drama dikemukakan oleh beberapa pakar di bawah ini,
antara lain:
a) Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action).
Drama adalah menyaksikan kehidupan manusia yang diekspresikan secara
langsung (Moulton dalam Hasannudin, 1996:2).
b) Drama adalah (1) komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat
yang dipentaskan (2) cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau
emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater (3) cak kejadian yang
menyedihkan (Depdiknas, 2005: 567)
c) Drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus
melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku (Brunetiere dan
Verhagen dalam Hasanuddin, 1996:2).
Batasan atau keterangan mengenai drama ini memang telah banyak dikemukakan
oleh para penulis. Melalui “The American College Dictionary” dijelaskan bahwa:
1. suatu karangan dalam prosa atau puisi yang menyajikan dalam dialog atau
pantomim suatu cerita yang mengandung konflik atau kontras seseorang
to-koh; terutama sekali suatu cerita yang diperuntukan buat dipentaskan di atas
panggung; suatu lakon;
2. cabang sastra yang mengandung komposisi-komposisi yang sedemikian
seba-gai subyeknya; seni atau representasi dramatik;
3. seni yang menggarap lakon-lakon mulai sejak penulisan sampai produksi
ter-akhir;
4. setiap rangkaian kejadian yang mengandung hal-hal atau akibat-akibat yang
menarik hati secara dramatik
(Barnhart [et al] dalam Suroto, 1990:365).
Melalui ”Webster New Collegiate Dictionary” juga, dapat kita temukan
1. suatu karangan dalam prosa atau puisi yang memotret kehidupan tokoh
de-ngan bantuan dialog atau gerak dan yang direncanakan bagi pertunjukan
tea-ter; suatu lakon;
2. seni, sastra, kejadian-kejadian yang bersifat dramatik;
3. serangkaian kejadian nyata yang mengandung kesatuan dan interes dramatik
(“Webster’s New Collegiate Dictionary” dalam Suroto, 1990:365).
Selain itu, dalam “The Advanced Learner’s Dictionary of Current English” tertera
keterangan mengenai drama seperti berikut ini:
1. suatu lakon (komedi, tragedi, dan sebagainya) yang dipentaskan di atas
pang-gung teater;
2. seni penulisan atau pertunjukan lakon-lakon jenis ini; cabang sastra yang
menggarap lakon-lakon yang berkenaan dengan ini, sebagai seorang
maha-siswa drama;
3. sejumlah kejadian yang memikat dan menarik hati
(Hornby [et al] dalam Suroto, 1990:366).
Keterangan lain dapat kita baca dalam “Webster’s New International Dictionary”
sebagai berikut.
Drama adalah suatu karangan, kini biasanya dalam prosa, disusun buat
pertunjuk-an, dan dimaksudkan untuk memotret kehidupan atau tokoh; atau mengisahkan
suatu cerita dengan gerak, dan biasanya dengan dialog yang bermaksud memetik
beberapa hasil berdasarkan cerita dan sebagainya; suatu lakon. Direncanakan atau
disusun sedemikian rupa untuk dipertunjukkan oleh para pelaku di atas pentas
Drama adalah karya yang memiliki dua dimensi karakteristik, yaitu dimensi sastra
dan dimensi seni pertunjukan. Sebagai sebuah genre sastra, drama memungkinkan
ditulis dalam bahasa yang memikat dan mengesankan. Drama dapat ditulis oleh
pengarangnya dengan mempergunakan bahasa sebagaimana sebuah sajak. Penuh
irama dan kaya akan bunyi yang indah, namun sekaligus menggambarkan
watak-watak manusia secara tajam, serta menampilakan peristiwa yang penuh
kesuspe-nan (Sumardjo dalam Hasanuddin, 1996:5).
Pada dimensi seni pertunjukan, pementasan haus dianggap sebagai penafsiran lain
dari penafsiran yang telah ada yang dapat ditarik dari suatu karya drama.
Pemen-tasan baru dimungkinkan terjadi jika teks drama telah ditelaah dan ditafsirkan
oleh sutradara dan para pemain untuk kepentingan suatu seni peran yang
didu-kung oleh perangkat panggung, seperti dekor, konstum, tata rias, pencahayaan dan
lain-lain (Luxemburg dkk dalam Hasanuddin, 1996:3).
Sesuatu yang terjadi di atas panggung tidak termasuk pada teori drama sebagai
genre sastra, melainkan kepada ilmu drama sebagai suatu seni pertunjukan, yang
oleh banyak pihak pada saat ini disebut dengan istilah teater. Meskipun drama
ditulis dengan tujuan untuk dipentaskan, tidaklah berarti bahwa semua karya
drama yang ditulis pengarang haruslah dipentaskan. Tanpa dipentaskan sekalipun,
karya drama tetap dapat dipahami, dimengerti, dan dinikmati.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, penulis lebih mengacu pada teori pakar
yang bernama Ferdinan Brunetiere dan Balthazar Verhagen yang menyatakan
bahwa drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus
menyim-pulkan pengertian drama adalah karya sastra yang melukiskan kehidupan dan
wa-tak manusia lewat gerak dan dialog di atas pentas. Jika ditinjau dari kedua
karak-teristik drama di atas, penulis membatasi bahasan drama hanya pada karakkarak-teristik
drama sebagai genre sastra bukan sebagai seni pertunjukan karena disesuaikan
de-ngan judul penelitian yang dilakukan penulis yaitu kemampuan menulis naskah
drama satu babak.
2.2.2 Unsur-Unsur Drama
Sebagai sebuah karya seni, drama diterima oleh pembaca dan penontonnya
seba-gai suatu suguhan gambaran yang penuh peristiwa, watak, dan persoalan,
pendek-nya sebagai suatu kesatuan bentuk yang serta merta diterima. Namun bentuk yang
utuh dan menyatu tadi sebenarnya dapat dianalisa dalam unsur-unsurnya.
1. Tema
Menurut arti katanya tema berarti ‘sesuatu yang telah diuraikan’ atau ‘sesuatu
yang telah ditempatkan. Kata ini berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti
‘menempatkan atau meletakkan’. Pengertian tema secara khusus dalam
karang-mengarang, dapat dilihat dari dua sudut, yaitu sudut karangan yang telah
sele-sai dan dari sudut proses penyusunan sebuah karangan.
Dilihat dari sudut sebuah karangan yang telah selesai, tema adalah suatu
amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Sedangkan
dari segi proses penulisan, kita dapat membatasi tema dengan suatu perumusan
dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan
a. Kesesuaian Isi dengan Tema
Ici cerita bergantung pada tema, karena tema tersebut yang akan menuntun
jalannya sebuah cerita. Kesesuaian tema dengan isi cerita sangat penting
karena apabila isi cerita menyimpang dari tema yang telah ditentukan maka
tidak akan tercipta cerita yang padu dan selaras. Untuk itu, isi dan tema
haruslah saling berhubungan dan menjadi satu kaitan yang padu pada suatu
cerita dari awal hingga akhir. Hal tersebut berlaku untuk semua penulisan,
baik itu puisi, artikel, laporan, karang termasuk naskah drama.
Tema merupakan bagian penting dari sebuah naskah drama karena tema
adalah gagasan atau ide pokok yang melandasi suatu lakon drama. Tema
drama merujuk pada sesuatu yang menjadi pokok persoalan yang ingin
di-ungkapkan oleh penulis naskah. Pikiran pokok itu dikembangkan
sedemiki-an rupa sehingga menjadi cerita ysedemiki-ang menarik. Tema itu bersifat umum dsedemiki-an
terkait dengan aspek-aspek kehidupan di sekitar kita (Wiyanto, 2002:23).
2. Plot/ Alur
Plot merupakan struktur bangunan drama. Seluruh peristiwa dalam drama
ha-rus diatur dalam susunan tertentu. Susunan itu pada dasarnya terdiri dari tiga
bagian: permulaan (begining), tengah (middle) dan akhir peristiwa (ending).
Dalam drama, bagian-bagian ini dikenal dengan istilah-istilah eksposisi,
kom-plikasi, resolusi dan keputusan. Ketiga bagian tadi harus disatukan oleh dasar
plot, yakni hubungan sebab-akibat.
a) Eksposisi
Tahap ini disebut pula tahap pengenalan dan penjelasan karena penonton
mulai diperkenalkan dengan lakon drama yang akan ditontonnya meskipun
hanya dengan gambaran selintas.
b) Konflik
Pemain drama sudah terlibat dalam persoalan pokok. Dalam tahap ini
mu-lai dari insiden (kejadian). Insiden pertama inilah yang memumu-lai plot
dra-ma sebenarnya karena insiden merupakan konflik yang menjadi dasar
se-buah drama.
c) Komplikasi
Insiden kemudian berkembang dan menimbulkan konflik-konflik yang
makin banyak dan ruwet. Banyak persoalan yang kait-mengait, tetapi
se-muanya masih menimbulkan tanda tanya.
d) Krisis/ klimaks
Dalam tahap ini berbagai konflik sampai pada puncak-puncaknya
(kli-maks). Bila dilihat dari sudut penonton, bagian ini merupakan puncak
ke-tegangan. Namun, bila dilihat dari sudut konflik, klimaks berarti titik
perti-kaian paling ujung yang dicapai pemain protagonis (pemeran kebaikan)
dan pemeran antagonis (pemeran kejahatan).
e) Resolusi
Dalam tahap ini dilakukan penyelesaian konflik. Jalan keluar penyelesaian
f) Keputusan
Pada tahap akhir ini semua konflik berakhir dan menandakan cerita jampir
usai. Akhir suatu pertunjukan mungkin berupa happy end (bahagia), dan
pula sebaliknya, unhappy-end.
Cepat lambatnya pergantian tahap satu dengan tahap lain tidak sama bagi
tiap lakon drama. Kemungkinan cepat-lambatnya pergantian tahap-tahap
alur dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1 Kemungkinan Cepat-Lambatnya Pergantian Tahap Alur
3. Karakter
Karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh
da-lam lakon drama. Seperti dikatakan sebelumnya bahwa melalui dialoglah,
pe-nonton atau penikmat dapat mengetahui watak seorang tokoh. Apabila tokoh
yang berwatak kasar akan tampil dengan kata-kata dan dialog yang kasar pula.
Demikian pula, seorang tokoh yang berbudi bahasa baik dan sopan merupakan
ekspresi watak yang baik.
4. Setting (Latar)
Setting atau latar adalah tempat, waktu, dam suasana terjadinya suatu adegan.
Panggung harus dapat menggambarkan setting yang dikehendaki dalam setiap
adegan. Panggung juga harus dapat menggambarkan tempat adegan itu terjadi,
waktu, dan penggambaran suasana. Semua itu diwujudkan dengan penataan
panggung dan peralatan yang ada.
5. Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca
naskah atau penonton drama. Pesan itu tentu saja tidak disampaikan secara
langsung, tetapi lewat naskah drama yang ditulisnya. Artinya, pembaca atau
penonton dapat menyimpulkan pelajaran moral apa yang diperoleh dari
mem-baca atau menonton drama itu. Drama itu mengandung ajaran, terutama ajaran
moral yang disampaikan secara tidak terang-terangan (rahasia). Dengan
demi-kian, pembaca naskah atau penonton drama sebenarnya bukan hanya dihibur,
2.2.3 Pengertian Naskah
Naskah adalah (1) karangan yang masih ditulis dengan tangan (2) karangan
sese-orang yang belum diterbitkan (3) bahan cerita yang siap untuk diset (Depdiknas,
2005: 971). Naskah adalah karang yang ditulis tangan baik di atas kertas, daun
dan sebagainya. Naskah juga merupakan surat atau tulisan yang disiapkan untuk
maksud tertentu (Badudu, 2003:239).
Suatu naskah manuskrip (bahasa Latin: manuscript, manu scriptus = ditulis
ta-ngan). Naskah secara khusus adalah semua dokumen tertulis yang ditulis tangan,
dibedakan dari dokumen cetakan atau perbanyakannya dengan cara lain. Kata
'naskah' diambil dari bahasa Arab “ nuskhatum” yang berarti sebuah potongan
kertas sedangkan menurut Library and Information Science, suatu naskah adalah
semua barang tulisan tangan yang ada pada koleksi perpustakaan atau arsip.
Se-lain itu, penggunaan istilah "naskah" tidak semata untuk sesuatu yang ditulis
ta-ngan. Pada penerbitan buku, majalah, dan musik, naskah berarti salinan asli karya
yang ditulis oleh seorang pengarang atau komponis. Dalam perfilman dan teater,
naskah berarti teks pemain drama, yang digunakan oleh perusahaan teater atau kru
film saat dibuatnya pertunjukan atau pembuatan film (http:/
id.wi-kipedia.org.jo-kosantoso/wiki/naskah).
Dari sekian banyak pengertian naskah di atas, penulis lebih mengacu pada teori
mengenai naskah yang dikemukakan oleh Badudu yaitu naskah juga merupakan
surat atau tulisan yang disiapkan untuk maksud tertentu karena menurut penulis,
naskah memang merupakan hasil tulisan tangan seseorang yang disiapkan untuk
2.2.4 Naskah Drama
Bila kita akan mengadakan pertunjukan drama, yang kita butuhkan pertama-tama
adalah naskah drama. Naskah drama adalah karangan yang berisi cerita atau
la-kon. Dalam naskah tersebut termuat nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang
diucapkan para tokoh, dan keadaan panggung yang diperlukan. Bahkan
kadang-kadang juga dilengkapi dengan penjelasan tentang tata busana, tata lampu, dan
ta-ta suara (musik pengiring).
Naskah drama merupakan bahan dasar sebuah pementasan dan belum sempurna
bentuknya apabila belum dipentaskan. Naskah drama juga sebagai ungkapan
per-nyataan penulis (play wright) yang berisi nilai-nilai pengalaman umum juga
meru-pakan ide dasar bagi pemain.
Naskah drama adalah penuangan dari ide cerita ke dalam alur cerita dan susunan
lakon. Seorang penulis naskah drama dalam proses berkaryanya bertolak dari
te-ma cerita. Tete-ma itu ia susun menjadi sebuah cerita yang terdiri dari
peristiwa-pe-ristiwa yang memiliki alur yang jelas dengan ukuran dan panjang yang
perhitung-kan menurut kebutuhan sebuah pertunjuperhitung-kan. Oleh karena itu, dalam
penyusunan-nya harus berpegang pada azas kesatuan (Unity).
Naskah drama bentuk dan susunannya berbeda dengan naskah cerita pendek atau
novel. Naskah cerita pendek atau novel berisi cerita lengkap dan langsung tentang
peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sebaliknya, naskah drama tidak mengisahkan
ce-rita secara langsung. Penuturan cece-ritanya diganti dengan dialog para tokoh. Jadi,
Melalui pembicaraan para tokoh itu penonton dapat menangkap dan mengerti
seluruh ceritanya.
Untuk memudahkan para pemain drama, naskah drama ditulis
selengkap-lengkap-nya, bukan saja berisi percakapan, melainkan juga disertai keterangan atau
petun-juk. Petunjuk itu, misalnya gerakan-gerakan yang dilakukan pemain, tempat
terja-dinya peristiwa, benda-benda peralatan yang diperlukan setiap babak, dan keadaan
panggung setiap babak. Juga tentang bagaimana dialog diucapkan, apakah dengan
suara lantang, lemah, atau dengan berbisik. Pendek kata, naskah drama itu
benar-benar sudah lengkap dan sudah siap dimainkan dipanggung.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa naskah drama
adalah suatu cerita drama dalam bentuk dialog atau dalam bentuk tanya jawab
an-tar pelaku. Sedangkan penyajiannya melalui dialog dan gerak para pelaku dari
se-buah panggung kepada penoton dan biasanya naskah drama ditulis untuk
kepenti-ngan pementasan yang diangkat dari isu-isu yang terjadi dalam masyarakat.
2.2.5 Struktur Penulisan Naskah Drama
Struktur penulisan naskah drama berbeda dengan struktur penulisan karya sastra
lainnya, misalnya puisi atau prosa. Suatu naskah drama terdiri dari bagian-bagian
yang tersusun secara runtut mulai dari (1) judul (2) prolog (3) dialog (4) teks
sam-pingan dan (5) epilog.
1. Judul
Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita,
dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersifat
men-jelaskan diri, menarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi).
Pada suatu naskah, judul sering disebut juga kepala tulisan.
Judul yang baik harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut.
a. Judul harus relevan artinya judul harus mempunyai pertalian dengan
tema-nya, atau ada pertalian dengan beberapa bagian yang penting dari tema
ter-sebut.
b. Judul harus provokatif artinya judul harus sedemikian rupa sehingga dapat
menimbulkan keinginan tahu dari tiap pembaca terhadap isi buku atau
ka-rangan itu.
c. Judul harus singkat artinya judul tidak boleh mengambil bentuk kalimat
atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian kata
yang singkat (Keraf, 1994:129).
2. Prolog
Prolog adalah kata pendahuluan dalam lakon drama. Prolog memainkan peran
yang besar dalam menyiapkan pikiran penonton agar dapat mengikuti lakon
(cerita) yang akan disajikan. Itulah sebabnya, prolog sering berisi sinopsis
la-kon, perkenalan tokoh-tokoh dan pemerannya, serta konflik-konflik yang akan
terjadi di panggung. Penulisan pada prolog haruslah dibuat semenarik mungkin
untuk memikat perhatian pembaca agar pembaca merasa terpancing dan
3. Dialog
Dialog merupakan ucapan tokoh tertentu yang kemudian disusul oleh ucapan
tokoh yang lain. Kedudukan dialog sangat penting dan utama dalam sebuah
drama, karena dialog menjadi pengarah lakon drama. Artinya, jalannya cerita
drama itu diketahui oleh penonton lewat dialog para pemainnya. Ciri dari
dia-log adalah kalimat percakapan yang dibungkus dengan tanda petik dan
didahu-lui oleh tanda titik dua setelah nama tokoh dan disertai tanda baca yang
men-dukung perkataan atau pernyataan tokoh, seperti tanda seru dan tanda tanya.
4. Epilog
Epilog adalah kata penutup yang mengakhiri pementasan. Isinya biasanya
be-rupa simpulan atau ajaran yang bisa diambil dari tontonan drama yang baru
sa-ja disajikan. Epilog pada naskah drama berada pada tahapan alur yang terakhir
yaitu keputusan. Epilog sebagai penentu dari akhir suatu cerita, haruslah
ber-sifat jelas dan berkesan sehingga pembaca memeroleh kejelasan dan kepuasan
dalam menikmati ending pada naskah yang dia baca. Penulis naskah harus
se-cara cermat dan tegas dalam menentukan ending dari cerita agar tercipta epilog
yang baik dan menarik.
5. Teks Samping
Teks samping adalah arahan atau petunjuk yang harus dilakukan oleh pemain
ketika naskah drama dipentaskan. Teks samping biasanya ditulis dengan huruf
miring dan atau dalam tanda kurung. Teks samping dapat dituliskan di dalam
dialog, maupun di luar dialog dan jumlahnya tidak dibatasi, namun disesuaikan
Contoh Struktur penulisan naskah drama dapat dilihat sebagai berikut.
Naskah drama diwujudkan dari bahan dasar bahasa. Dalam wujud nyatanya,
pe-ngarang menggunakan bahasa itu untuk menyampaikan kalimat-kalimat yang
ter-diri dari kata-kata. Kata-kata inilah yang dapat menggungkapkan pikiran dan
pe-rasaan seseorang, karena kata tersebut mewakili makna. Untuk itu, penulis lakon
drama harus pandai memilih kata yang tepat sesuai dengan makna yang ingin
di-sampaikannya dan pandai merangkaikannya menjadi kalimat yang komunikatif
dan efektif.
Bahasa sebagai bahan dasar diolah untuk menghasilkan lakon drama. Karena itu,
penulis lakon harus mengetahui berbagai hal berkaitan dengan bahasa, misalnya
da-lam kajian ini hanya dibatasi dengan pemakaian ejaan yang disempurnakan, diksi
atau pilihan kata, dan kalimat efektif. Sedangkan ragam tak resmi, hanya dibatasi
dengan aspek di luar kebahasaan formal seperti penggunaan majas.
A.Ragam Bahasa Resmi
1. Pemakaian Ejaan yang Disempurnakan
Ejaan adalah ketentuan yang mengatur penulisan huruf menjadi satuan yang lebih
besar berikut penggunaan tanda bacanya (Mustakim, 1994:128). Ejaan adalah
ke-seluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar
hubungan antara lambang-lambang itu (pemisah dan penggabungannya dalam
su-atu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan
kata, dan pemakaian tanda baca (Arifin dan Tasai, 2008:164). Ejaan dalam
peneli-tian ini hanya dibatasi pada penulisan huruf yaitu: huruf kapital dan pemakaian
tanda baca yaitu: (1) tanda titik; (2) tanda koma; (3) tanda tanya; (4) tanda seru
dan (5) tanda titik dua.
2. Diksi atau Pilihan Kata
Diksi adalah (1) pilihan kata yang mencakup pilihan kata-kata mana yang akan
di-capai untuk menyampaikan gagasan, bagaimana mengelompokan kata-kata yang
tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat dan gaya mana yang
pa-ling baik digunakan dalam situasi; (2) kemampuan membedakan secara tepat
nu-ansa-nuansa makna yang cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh
pendengar; (3) pilihan kata yang tepat yang hanya dimungkinkan oleh
Diksi atau pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Pendengar akan
le-bih paham jika kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang sudah dikenalnya.
Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang
sa-ma pada isa-majinasi pendengar seperti yang dipikirkan dan dirasakan oleh
pembica-ra, maka setiap pencerita harus berusaha secermat mungkin memilih kata-katanya
untuk mencapai maksud tertentu (Keraf, 1002:88).
3. Kalimat Efektif
Kalimat efektif merupakan suatu jenis kalimat yang dapat memberikan efek
ter-tentu dalam komunikasi. Efek yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kejelasan
informasi (Mustakim, 1994:85). Keefektifan sebuah kalimat pada ragam lisan
agak berbeda dengan keefektifan pada ragam tulis, namun jika digunakan untuk
keperluan resmi, kelengkapan unsur kebahasaan pada ragam lisan dan tulis
sebe-narnya tidak jauh berbeda.
Kelengkapan dan keeksplisitan itu dimaksudkan agar bahasa yang digunakan
da-pat mengungkapkan gagasan atau informasi secara teda-pat dan dada-pat dipahami
seca-ra tepat pula oleh pembaca atau pendengarnya sesuai dengan maksud yang
dike-hendaki oleh penulis atau pembicara. Dengan kelengkapan dan keeksplisitan itu
di-harapkan bahasa atau khususnya kalimat yang digunakan tidak menimbulkan salah
pa-ham atau salah tafsir.
B.Ragam Bahasa Tidak Resmi
Memikat atau tidaknya sebuah cerita adalah tergantung dari gaya bercerita
penga-rangnya. Dengan kata lain, majas pengarang merupakan hal terpenting bagi
dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin
stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian
menggunakan alat ini akan memengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan
tadi. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis
in-dah, maka style berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau
mempergunakan kata-kata secara indah (Keraf, 2002:112).
Peningkatan pemakaian majas jelas turut memperkaya kosakata pemakai-nya.
Itulah sebabnya maka dalam pengajaran majas merupakan suatu teknik penting
untuk mengembangkan kosakata para siswa (Tarigan, 1985:5). Secara singkat
dapat dikatakan bahwa “majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui
bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai
bahasa). Sebuah majas yang baik harus mengandung tiga unsur: kejujuran,
sopan-santun, dan menarik (Keraf, 1985:113).
Pembicaraan mengenai majas menyangkut kemahiran pengarang
memper-gunakan bahasa sebagai medium drama. Pemberian ciri khas majas sese-orang
tokoh melalui ucapan-ucapan, dialog-dialog oleh pegarang sangat penting
diperhatikan oleh pembaca. Usaha untuk memahami drama satu di antaranya
de-ngan mengamati ciri khas majas para tokoh yang dibentuk pengarang. Misalnya
tokoh yang menggunakan majas sindiran akan memberi petunjuk bahwa tokoh
tersebut berwatak penakut, tidak berani berterus terang, atau tidak berani tegas
2.2.7 Dialog dalam Naskah Drama
Pada sebuah drama, dialog merupakan sarana primer. Dialog-dialog di dalam
dra-ma merupakan bagian terpenting dalam sebuah dradra-ma, dan sampai taraf tertentu
ini juga berlaku bagi monolog-monolog (Luxemburg dkk dalam
Hasanuddin,19-96:15). Tindak-tindak bahasa tidak membahas sesuatu, melainkan berbuat
sesu-atu, menimbulkan reaksi pada lawan bicara. Tindak bahasa yang sering dijumpai
di dalam drama adalah pertanyaan dan perintah. Pertanyaan adalah permintaan
agar diberi informasi, jadi yang memancing sebuah berita, sedangkan perintah
atau larangan adalah memancing sesuatu perbuatan pada lawan bicara
(Luxem-burg dkk dalam Hasanuddin, 1996: 17).
Jalan cerita lakon drama diwujudkan melalui dialog (dalam gerak) yang
dilaku-kan para pemain. Dialog-dialog yang dilakudilaku-kan harus mendukung karakter tokoh
yang diperankan dan dapat menunjukkan plot lakon drama. Melalui dialog-dialog
antar pemain inilah penonton dapat mengikuti cerita drama yang disaksikan.
Di samping menuntun jalannya peristiwa sehingga dapat memberikan informasi
yang seutuhnya tentang kejadian-kejadian yang diketengahkan dalam drama,
dia-log juga mempunyai fungsi lainnya. Bagi unsur estetis, keindahan di dalam
nas-kah drama juga amat tergantung pada dialog. Pada dialoglah pengarang
bersitum-pu untuk menjadikannya sebagai alat untuk menciptakan keindahan, kekhususan,
ataupun misteri.
Secara universal, dialog sebagai sarana primer dalam drama berfungsi sebagai
wa-dah bagi pengarang untuk menyampaikan informasi, menjelaskan fakta atau
pe-laku. Fungsi lain dari dialog juga untuk menciptakan serta melukiskan suasana.
Dialog yang simpang siur, tumpang tindih, melompat-lompat akan menciptakan
suasana yang tidak teratur sehingga maksud yang ingin dicuatkan ke permukaan
serta merta akan buyar.
2.2 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
Berikut ini ditegaskan beberapa istilah yang menjadi kajian utama dan lingkup
permasalahan dari judul penelitian ini yaitu “Kemampuan Menulis Naskah Drama
Satu Babak Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2011/2012”.
2.3.1 Kemampuan Menulis Naskah Drama
Kemampuan menulis naskah drama adalah kesanggupan menggunakan bahasa
tu-lis sebagai media dalam menciptakan suatu karangan atau dokumentasi yang
di-tuangkan di atas kertas dari sebuah karya sastra yang melukiskan kehidupan dan
watak manusia lewat gerak dan dialog di atas pentas.
2.3.2 Drama Satu Babak
Pada drama dikenal istilah drama satu babak. Drama satu babak adalah sebuah drama
atau lakon yang terdiri atas satu babak, dan berpusat pada satu tema dengan
se-jumlah kecil pemeran gaya, latar, serta peng-aluran yang ringkas. Drama satu
ba-bak memunyai karakter yang lebih sedikit dan mungkin latar yang lebih
sederha-na. Biasanya, drama satu babak hanya berfokus pada karakter utama dan satu
ke-jadian atau satu tujuan. Walaupun dinamakan satu babak, kisah di dalamnya
me-rupakan satu keutuhan cerita sejak awal sampai akhir cerita. Jadi, tidak terdapat
2.3.3 Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak
Kemampuan menulis naskah drama satu babak adalah kesanggupan siswa
meng-gunakan bahasa tulis dalam menciptakan suatu karangan yang dituangkan di atas
kertas, berisi rangkaian cerita yang melukiskan kehidupan dan watak manusia
le-wat gerak dan dialog di atas pentas yang terdiri atas satu babak dengan berpusat
pada satu tema dengan sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta pengaluran yang
ringkas.
2.3.4 Contoh Naskah Drama Satu Babak
TIKUS-TIKUS NAKAL
Suasana di depan sekolah pada suatu siang sepulang sekolah. Terlihat seorang anak sekolah bernama Deri membeli beberapa kantung kacang dari sebuah warung. Ia segera pulang ke rumahnya.
Suasana rumah Deri. Deri membuka sepatu dan kaus kakinya. Ia meletakkannya begitu saja di belakang pintu rumahnya. Ia lalu segera pergi ke kamarnya. Ibunya melihat tindakan Deri.
Ibu : (marah) “Deri, sepatumu jangan diletakkan sembarangan. Kan, sudah ibu sediakan rak khusus untuk menyimpan sepatu.”
Deri : (menyeka keringat di keningnya) “Deri kan capek, Bu. Hari ini rasa nya gerah banget. Lagian, kan ada Bi Surti.”
Ibu : “Bi Surti pulang kampung selama tiga hari. Lagian, kenapa kamu menanyakan Bi Surti?”
Deri : “Biasanya kan Bi Surti yang suka membereskan sepatuku.”
Ibu : (kesal) “Untuk hal seperti ini, Ibu rasa kamu bisa me ngerjakannya sendiri.”
Deri : (segera mengambil sepatu dan kaus kakinya yang ber serakan) “Aahh… Ibu.”
Deri segera masuk ke kamarnya. Suasana berganti menjadi kamar Deri. Di kamar, terdapat sebuah tempat tidur kecil, kipas angin, meja belajar, dan sebuah tempat sampah. Deri merebahkan diri di atas tempat tidurnya. Ia melemparkan tasnya ke samping bawah meja belajarnya. Ia belum mengganti baju seragamnya. Lalu, ia menyalakan kipas angin.
Deri : (sambil membaca buku yang diambilnya dari meja belajar) “Ahh… begini kan lebih enak….”
Deri membuka bungkus kacang yang ia beli tadi. Ia membuka satu per satu dan melemparkan begitu saja kulit-kulit kacang ke bawah tempat tidurnya.
Deri kaget. Ia paling takut pada tikus. Tidak berapa lama kemudian, beberapa ekor tikus keluar dari kolong tempat tidurnya. Deri mengambil sapu ijuk.
Deri : (mencoba mengusir tikus-tikus) “Ukhhh… mengganggu saja!” (memukul seekor tikus)
Beberapa tikus malah menghampiri Deri.
Deri : (ketakutan dan menjerit-jerit) “Ibu, Ibu tolongin Deri!”
Ibu : (membuka pintu kamar Deri) “Ada apa kok kamu teriak-teriak?” Deri : (wajahnya pucat) “Ibu, banyak si Jerry!”
Ibu : “Jerry, siapa itu Jerry?”
Deri : (menunjuk ke bawah tempat tidurnya) “Maksud Deri banyak tikus kecil.” Ibu : (kebingungan) “Di mana?”
Deri : “Itu di bawah tempat tidur Deri! Deri takut. Deri tidak mau tidur di kamar Deri.”
Ibu : “Ya sudah, malam ini kamu tidur bersama kakakmu saja.”
Suasana pagi hari. Ibu masuk ke kamar Deri. Ia kaget melihat sampah-sampah berserakan di bawah tempat tidur Deri.
Ibu : (berteriak, mukanya cemberut) “Derii…sini!” Deri : (memakai seragam sekolah) “Ya ada apa, Bu?”
Ibu : “Lihat!” (menunjuk ke sampah yang berserakan) “Kamu jorok sekali. Pantas banyak tikus di kamarmu.”
Deri : (malu dan tertunduk) “Habis bagaimana dong?”
Ibu : “Lho kok, malah tanya. Mulai sekarang kamu harus menjaga kebersihan kamarmu. Kamu jangan membuang sampah sembarangan lagi. Kan, sudah ibu sediakan tempat sampah di kamarmu (menunjuk ke tempat sampah). Apa perlu Ibu membuatkan plang peringatan di sini?”
Deri : “Ibu bisa saja. Deri janji tidak akan membuang sampah sembarangan lagi. Deri kapok sama si Jerry-Jerry nakal.”
Ibu : (tersenyum) “Ya sudah, sekarang kamu pergi sekolah. Pulang sekolah nanti, kamu harus membersihkan kamarmu.”
Deri : “Baik, Bu!”
Sejak saat itu, Deri selalu menjaga kebersihan kamarnya.
Sumber: Buku Cetak Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI (Sastromiharjo, 2007:48)
Drama di atas adalah dikatakan drama satu babak karena drama tersebut hanya
berpusat pada satu tema yaitu menjaga kebersihan. Pada cerita di atas,
digambar-kan setting atau latar yang sederhana yaitu di kamar pada waktu siang hari. Latar
tersebut tidak berganti dan tergambar sejak awal sampai akhir cerita. Jumlah
to-koh yang berperan pun sangat sedikit yaitu hanya Deri dan Ibu Deri. Alurnya
ber-jalan maju dan ringkas. Konflik pun dimunculkan dengan sederhana, dan
III. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode
deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki,
dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat
sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Me-tode deskriptif juga merupakan meMe-tode yang membicarakan beberapa
kemung-kinan untuk menyelesaikan masalah dengan cara mengumpulkan, menyusun
data, menganalisis, dan menginterpretasikannya.
Metode deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta (fact
finding) sebagaimana keadaan sebenarnya (Nawawi, 1996:73). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan Kemampuan Menulis
Nas-kah Drama Satu Babak siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung
ta-hun pelajaran 2011/2012.
3.2 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108). Pendapat
lain mengemukakan bahwa obyek penelitian yang berguna sebagai sasaran
un-tuk mendapatkan dan mengumpulkan data disebut populasi (Subagyo,
21 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012. Populasi tersebut berjumlah
231 siswa yang tersebar ke dalam enam kelas, yaitu kelas VIII A berjumlah 38
sis-wa, kelas VIII B berjumlah 40 siswa, kelas VIII C berjumlah 39 siswa,
ke-las VIII D berjumlah 39 siswa, keke-las VIII E berjumlah 39 siswa, dan keke-las VIII
F berjumlah 39 siswa.
Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2011/2012
Jumlah siswa 231 orang
(Sumber: data kelas dan jumlah siswa SMP 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2011/2012)
3.3 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti oleh peneliti
(Arikun-to, 2002:109). Mengingat jumlah dari populasi lebih dari 100 siswa, peneliti
hanya mengarah pada sampel. Dalam penentuan sampel ini, penelitian
berdoman pada pendapat Arikunto yang menyebutkan bahwa, apabila subjek
pe-nelitian ini berjumlah besar, subjek pepe-nelitian dapat diambil sebagai sampel
berkisar 10% sampai dengan 15% atau 20% sampai dengan 25% atau lebih.
Dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan teknik random atau
pe-ngambilan secara acak. Maka, sampel yang diambil untuk penelitian ini sebesar
25% dari 231siswa yakni 55 sampel siswa. Hal tersebut dimaksudkan agar
per-sentasi tersebut dianggap lebih representatif dan dapat mewakili dari jumlah
siswa secara keseluruhan. Berikut ini tabel perhitungan sampel dari jumlah
siswa.
Tabel 2 Distribusi sampel dari Jumlah Siswa Kelas VIII SMP 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012
No Kelas Jumlah
Siswa Jumlah Siswa 25% dari Sampel yang Ditetapkan
1. VIII A 38 9,5 9
Pengambilan sampel untuk masing-masing kelas dilakukan secara acak dengan
teknik undian. Langkah-langkah penyampelan dengan teknik undian adalah
se-bagai berikut.
1. Membuat semua nama subjek penelitian yang menjadi populasi penelitian
dari masing-masing kelas, ditulis pada kertas dan digulung rapi.
2. Memasukkan semua gulungan kertas dari masing-masing kelas ke dalam
se-buah kaleng.
3. Mengambil secara acak sejumlah sampel yang dibutuhkan pada tiap kelas
yaitu 9-10 orang siswa/ kelas.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
tes. Tes yang digunakan adalah tes tertulis (menulis naskah drama) untuk
mem-peroleh data tingkat kemampuan menulis naskah drama satu babak siswa.
me-reka diminta untuk membuat catatan-catatan penting terkait penulisan naskah
drama berdasarkan tema yang dipilih, dengan tujuan untuk mempermudah
sis-wa dalam mengembangkan cerita.
Siswa diminta untuk menyusun sebuah naskah drama satu babak berdasarkan
tema tersebut dan catatan-catatan penting yang telah dirancangnya. Siswa
dibe-ri kebebasan dalam menuangkan ide kreatifnya dengan memanfaatkan daya
imajinasi, penggunaan majas, dan sebagainya dalam menciptakan suatu teks
drama satu babak. Alokasi waktu yang digunakan untuk mengerjakan tes
tersebut adalah 90 menit (2x45) jam.
3.5 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Mengoreksi dan memberi skor hasil pekerjaan siswa per aspek.
2. Menghitung skor tiap aspek yang diperoleh siswa dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. Hasil tes tertulis siswa dikoreksi oleh dua penskor, yaitu
penskor I (penulis) dan penskor II (guru bidang studi Bahasa Indonesia
SMP Negeri 21 Bandar Lampung).
3. Menjumlah skor per indikator per siswa dengan mengambil skor rata-rata
dari penskor I dan penskor II.
4. Menentukan nilai persentase kemampuan menulis naskah drama satu
babak pada aspek yang dinilai berdasarkan rumus berikut.
5. Menghitung rerata kemampuan siswa menulis naskah drama satu babak
dengan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
X = Skor rata-rata
X =Jumlah skor hasil kemampuan menulis naskah drama satu babakN =Jumlah skor maksimal
6. Menentukan tingkat kemampuan siswa berdasarkan pada tolak ukur yang
digunakan.
7. Menyandingkan hasil pekerjaan siswa dengan observasi aktivitas belajar
siswa yang telah dilakukan.
Skor maksimal yang diperoleh siswa dalam menulis naskah drama satu babak
adalah 100 dengan indikator sebagai berikut.
Tabel 4 Indikator Penilaian Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak
No. Pengamatan/ Aspek
Indikator Kriteria Skor
Skor b. Terdapat 1-3 kalimat tidak efektif, pemilihan diksi dan ejaan yang kurang tepat c. Terdapat 4-6 kalimat tidak
efektif, pemilihan diksi dan ejaan yang kurang tepat d. Terdapat 7-9 kalimat tidak
efektif, pemilihan diksi dan ejaan yang kurang tepat e. Terdapat lebih dari 9 kalimat
yang tidak efektif, pemilihan kata dan ejaan yang kurang tepat
2. Struktur penulisan
naskah: Judul-Dialog-Prolog-Epilog
a. Struktur lengkap dan runtut dilengkapi dengan teks samping
b. Struktur lengkap dan runtut namun tidak dilengkapi teks samping
c. Struktur tidak lengkap,salah satu bagian struktur tidak dipergunakan
d. Terdapat >1 strukur yang tidak dipergunakan
a. Semua unsur lengkap dan
dipergunakan dengan baik b. Terdapat satu unsur yang
tidak dipergunakan dengan baik
c. Terdapat dua unsur yang tidak dipergunakan dengan baik
d. Terdapat >2 unsur yang tidak dipergunakan dengan baik
b. Hanya menggunakan 3 majas
c. Hanya menggunakan 2 majas
d. Hanya menggunakan 1 majas
dengan tema a. Isi cerita sesuai dengan tema yang dipilih b. Pada bagian tertentu, isi cerita
sedikit menyimpang dari tema yang dipilih
c. Secara keseluruhan, isi cerita menyimpang dari tema yang dipilih
3
2
1 3
Tabel 5 Tolok Ukur Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak
Interval Persentase Tingkat
Kemampuan Keterangan
78%-- 100% Baik sekali
66% -- 77% Baik
54% -- 65% Cukup
42% -- 53% Kurang
0% -- 41% Kurang sekali
Dimodifikasi dari Patokan Konversi Skor Menjadi Nilai Berskala Lima (Standar PAP dan Skor Maksimal Seratus) Sanusi, 1996:78.
Data yang terkumpul selain dianalisis berdasarkan indikator penilaian dan
to-lok ukur kemampuan di atas, juga dikaitkan dan diimplementasikan dengan
te-ori pembelajaran yang dilakukan guru di kelas seperti model pembelajaran,
strategi pembelajaran, dan media pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek kebermaknaan atau manfaat penelitian bagi
perbaik-an proses pembelajarperbaik-an di sekolah. Upaya ini juga dimaksudkperbaik-an agar penelitiperbaik-an
ini lebih bermanfaat untuk pembaca, peneliti, khususnya guru pada sekolah
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2011/2012 dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1) Kemampuan menulis naskah drama satu babak pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 21 Bandar Lampung tergolong dalam kategori baik. Hal ini dapat
dilihat dari nilai rata-rata kemampuan siswa secara keseluruhan, yaitu 77,3.
2) Kemampuan menulis naskah drama satu babak ditinjau dari nilai rata-rata
masing-masing aspek yaitu aspek penggunaan bahasa pengarang, memeroleh
tingkat kemampuan siswa sebesar 76,1, tergolong dalam kategori baik. Aspek
struktur penulisan naskah, memeroleh tingkat kemampuan siswa sebesar 92,2,
tergolong dalam kategori baik sekali. Aspek kelengkapan isi berdasarkan
un-sur-unsur dalam drama, memeroleh tingkat kemampuan siswa sebesar 84,7,
tergolong dalam kategori baik sekali. Aspek penggunaan majas tokoh,
memeroleh tingkat kemampuan siswa sebesar 48,7 tergolong dalam kategori
kurang, dan aspek kesesuaian isi dengan tema, memeroleh tingkat
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyampaikan beberapa
saran, sebagai berikut.
1) Penulis menyarankan agar siswa mempelajari lebih giat lagi pokok bahasan
yang berkaitan dengan majas dalam menulis naskah drama satu babak, karena
hasil penelitian membuktikan bahwa kemampuan rata-rata siswa untuk aspek
tersebut tergolong kurang, mengingat pentingnya unsur estetika atau
keindah-an dalam sebuah naskah drama. Serta siswa diminta untuk mempertahkeindah-ankkeindah-an
kemampuan dalam aspek kesesuaian isi cerita dengan tema karena
kemampu-an rata-rata siswa untuk aspek tersebut tergolong baik sekali dan me-meroleh
persentase tertinggi yaitu 97,2.
2) Kepada guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 21 Bandar Lampung diharapkan
lebih memperhatikan perkembangan kemampuan siswa dan lebih meningkatkan
fokus pembelajaran mengenai menulis naskah drama satu babak, khususnya
pada aspek penggunaan majas dalam tokoh, karena berdasarkan hasil
peneliti-an kemampupeneliti-an siswa menulis naskah drama pada aspek tersebut masih
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiyah, Sabarti, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Arifin, Zainal dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Badrun, Ahmad. 1983. Pengantar Ilmu Sastra (Teori Sastra). Surabaya: Usaha Nasional.
Badudu. 1985. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima.
Budianta, Melani. dkk. 2006. Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastra
untuk Perguruan Tinggi. Magelang: Indonesia Tera.
Chaer, Abdul. 1993. Pembakuan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dawud, dkk. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia: untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. 2001. Pedoman Umum Ejaan Bahasa yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya.
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Esten, Mursal. 1987. Kesusastraan: Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa
Hasjim, Nafron. dkk. 2001. Pedoman Penyusunan Bahan Penyuluhan Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa.
http:/ id.wikipedia.org/wiki/naskah/suroto diunduh pada tanggal 27 Februari 2012
Keraf, Gorys. 1986. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.