KEMAMPUAN MEMAHAMI PROSES MORFOFONEMIK BAHASA LAMPUNG MENGGALA SISWA KELAS VIII SMPN 2 TULANG
BAWANG UDIK TAHUN PELAJARAN 2012/2013
(Skripsi)
Oleh ENI FEBRINA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
KEMAMPUAN MEMAHAMI PROSES MORFOFONEMIK BAHASA LAMPUNG MENGGALA SISWA KELAS VIII SMP N 2 TULANG
BAWANG UDIK TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh
ENI FEBRINA
Masalah dalam penelitian ini adalah kemampuan memahami proses morfofonemik bahasa Lampung menggala pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tulang Bawang Udik Tahun Pelajaran 2012/2013. Bertautan dengan itu, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan memahami proses morfofonemik bahasa Lampung menggala pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tulang Bawang Udik Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam memahami proses morfofonemik bahasa Lampung, di tinjau secara per aspek yang meliputi kemampuan memahami afiks be-, kemampuan memahami afiks per-, kemampuan memahami afiks N-, dan kemampuan memahami afiks pe-N.
Berdasarkan analisis data, diperoleh hasil yaitu tingkat kemampuan siswa memahami proses morfofonemik bahasa Lampung menggala pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tulang Bawang Udik Tahun Pelajaran 2012/2013 tergolong baik dengan persentase 76.
KEMAMPUAN MEMAHAMI PROSES MORFOFONEMIK BAHASA LAMPUNG MENGGALA SISWA KELAS VIII SMPN 2 TULANG
BAWANG UDIK TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh ENI FEBRINA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
v
Judul Skripsi : KEMAMPUAN MEMAHAMI PROSES MORFOFONEMIK BAHASA LAMPUNG MENGGALA SISWA KELAS VIII SMPN 2 TULANG BAWANG UDIK TAHUN
PELAJARAN 2012/2013
Nama : Eni Febrina
Nomor Pokok Mahasiswa : 0853041012
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Jurusan : Bahasa dan Seni
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Pembimbing 1 Pembimbing 2
A. Effendi Sanusi Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum. NIP 195207141985031001 NIP 196101041987031004
2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
vi
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : A. Effendi Sanusi ...
Sekretaris : Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Iqbal Hilal, M.Pd. ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
RIWAYAT HIDUP DAN PENDIDIKAN
Penulis dilahirkan di Karta pada tanggal 23 Februari 1989, yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan bapak Ibrahim Balam (Alm) dan ibu Rosmanila.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar Negeri 1 Kartasari diselesaikan pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Tulang Bawang Udik diselesaikan pada tahun 2004, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tulang Bawang Udik diselesaikan pada tahun 2007.
PERSEMBAHAN
Teriring rasa syukur kepada Allah Subhanahuwata’ala, semua yang telah kuperoleh kupersembahkan untuk orang-orang terkasih berikut ini.
1. Kedua orang tuaku tersayang Mamak Rosmanila dan Bapak Ibrahim
Balam (Alm), atas ketulusan mendidik dan mendoakan untuk keberhasilanku.
2. Kakak dan adikku Eko Apriansyah, Efan Seftrio, dan Ella Yuniasari yang selalu memberikan semangat dalam setiap langkahku
3. My Beloved Sudirwan, Amd., yang selalu memberikan motivasi untuk
keberhasilanku dan tempat mencurahkan keluh kesahku.
MOTO
Bertakwalah kepada Allah dan berbaktilah kepada orang tua. Ingatlah! Orang
yang pertama kali menyayangi Anda adalah orang tua. Sejak Anda dikenangkan
terjadi, mereka telah mencucurkan kasih sayangnya. Ridho Allah berkat ridho
orang tua dan murka Allah karena murka orang tua jua.
(A. Effendi Sanusi)
Penderitaan jiwa mengarahkan keburukan. Putus asa adalah sumber kesesatan;
dan kegelapan hati, pangkal penderitaan jiwa.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahuwa’ala yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. A. Effendi Sanusi, selaku pembimbing I atas kesediaannya untuk
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh
kesabaran.
2. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., selaku pembimbing II dan juga Ketua
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia atas masukan dan saran
serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. Iqbal Hilal, M.Pd., selaku penguji utama atas kritik dan saran yang sangat
bermanfaat bagi perbaikan skripsi ini.
4. Drs. Imam Rejana, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni yang
telah membimbing dan memberikan saran kepada penulis selama menempuh
pendidikan di Universitas Lampung.
5. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik,
terimakasih banyak telah banyak memberikan motivasi kepada penulis selama
menempuh pendidikan di Universitas Lampung.
7. Bapak dan Ibu dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membekali ilmu
pengetahuan kepada penulis.
8. Selviana, S.Pd., guru bahasa Lampung SMP Negeri 2 TBU.
9. Bapak Baheran, S.Pd., Kepala SMP Negeri 2 TBU.
10. Kedua orang tua tercinta dan ketiga saudara kandungku tersayang yang selalu
setia mendoakan, memberi motivasi, dukungan, nasihat, kasih sayang yang
tulus kepada penulis.
11. Keluarga besar asrama Sofa Marwah, Risna Novalia, Liza Prensilia, Yuniarti
Purnamasari, Elisa Nofrita, Isnawati, Nurlaila Rajabiah, Yessi Betria, Neti
Betria, Tina Purnamasari, Ika Puspita, dan Ajeng. Terimakasih untuk
persaudaraan kita yang telah kita jalani selama ini.
12. Rekan-rekan seperjuanganku: Erpiana, Dhea Monica Priscilia, Dita Meilinda,
Niken Anjani, Evia Nurul Fahmi, Deka Ayu Pratiwi, Apri Wulan Damasari,
Tika Maya Riadini, serta seluruh teman-teman angkatan 2008 yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Semoga
skripsi ini dapat berguna bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
Bandar Lampung, Oktober 2012
Penulis,
DAFTAR ISI
B. Dialek dan Subdialek Bahasa Lampung ... 9
C. Pengertian Proses Morfofonemik ... 9
D. Proses Morfofonemik Bahasa Lampung Dialek O ... 9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 19
A. Hasil Penelitian ... 19
1. Kemampuan Memahami Proses Morfofonemik Bahasa Lampung Menggala Secara Menyeluruh ... 20
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah dan Sampel Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Tulang
Bawang Udik Tahun Pelajaran 2012/2012 ... 16
2. Tolok Ukur Kemampuan Memahami Proses Morfofonemik
Bahasa Lampung Menggala ... 18
3. Kemampuan Memahami Proses Morfofonemik Bahasa
Lampung Secara Menyeluruh ... 20
4. Kemampuan Memahami Proses Morfofonemik Bahasa
Lampung untuk Aspek Afiks be- ... 21
5. Kemampuan Memahami Proses Morfofonemik Bahasa
Lampung untuk Aspek Afiks per- ... 22
6. Kemampuan Memahami Proses Morfofonemik Bahasa
Lampung untuk Aspek Afiks N- ... 23
7. Kemampuan Memahami Proses Morfofonemik Bahasa
Lampung untuk Aspek Afiks pe-N ... 25
8. Tingkat Kemampuan Memahami Proses Morfofonemik Bahasa
Lampung Secara Menyeluruh ... 26
9. Kemampuan Memahami Proses Morfofonemik Bahasa
Lampung Untuk Aspek Afiks be- ... 31
10. Kemampuan Memahami Proses Morfofonemik Bahasa
Lampung Untuk Aspek Afiks per- ... 32
11. Kemampuan Memahami Proses Morfofonemik Bahasa
Lampung Untuk Aspek Afiks N- ... 33
12. Kemampuan Memahami Proses Morfofonemik Bahasa
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa, tiap suku bangsa mendiami daerah tertentu.
Masing-masing suku bangsa mempunyai bahasa yang digunakan sebagai alat untuk berinteraksi
antarsesama anggota masyarakat daerah yang bersangkutan, yang dikenal sebagai bahasa
daerah.Jumlah bahasa daerah yang terdapat di Indonesia lebih dari lima ratus (Rosidi, 1999:16),
salah satunya adalah bahasa Lampung.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, salah satu fungsi Bahasa Lampung adalah sebagai
alat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam keluarga dan masyarakat Lampung, serta
mendukung pengembangan budaya Lampung dan budaya Indonesia. Dalam hubungannya
dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa Lampung berfungsi sebagai pendukung bahasa
Indonesia dan sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia (Sanusi, 2006:4).
Agar seseorang berkompetensi dalam komunikasi, ia harus memiliki kompetensi linguistik.
Fungsi dari kompetensi linguistik yakni membantu dalam memahami hakikat dan struktur bahasa
dengan baik sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa yang benar. Salah satu kompetensi tersebut
yakni mampu memahami proses morfofonemik.Menurut pengertiannya,morfofonemik
merupakan proses perubahan bentuk yang diisyaratkan oleh jenis morfem atau morfem yang
digabungkan. Proses morfofonemik adalah proses perubahan suatu fonem menjadi fonem lain
mengalami perubahan bentuk sesuai dengan fonem awal atau fonem yang mendahuluinya adalah
afiks be- ‘ber’, pegh- ‘per’, N- dan pe-N (Sanusi, 2006:46).
Kemampuan memahami proses morfofonemik bahasa Lampung merupakan kemampuan yang
perlu dimiliki oleh siswa. Dengan memiliki kemampuan tersebut banyak hal yang bisa diperoleh,
misalnya pengetahuan tentang imbuhan yang sangat berpengaruh dalam pembentukan kata dan
makna kata. Dengan memiliki pengetahuan tentang proses morfofonemik yang memadai siswa
dapat menggunakan kata yang tepat dan sesuai dengan kaidah dalam bahasa lampung.
Tujuan yang hendak dicapai dalam kurikulum muatan lokal bahasa Lampung di Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII, khususnya ruang lingkup mata pelajaran struktur dan kosakata
dikemukakan bahwa siswa diharapkan dapat memahami dan menerapkan pembentukan kata,
kata-kata yang digunakan sehari-hari, arti kata, yang memperkaya perbendaharaan bahasa
Lampung melalui pengamatan dan komunikasi (Depdikbud, 1994).
Kemampuan memahami proses morfofonemik bahasa Lampung yang dimiliki siswa tidaklah
sama, sebagian siswa mampu memahami proses morfofonemik dengan baik dan sebagian belum
mampu memahami proses morfofonemik dengan baik. Kondisi ini diperburuk dengan rendahnya
minat siswa memahami proses morfofonemik bahasa Lampung. berikut beberapa pendapat pakar
mengenai gejala-gejala yang menghambat pengetahuan proses morfofonemik.
Seorang guru bahasa seharusnya mempunyai tanggung jawab ganda, yaitu membina kemampuan
menyampaikan dan menerima pesan baik lisan maupun tulisan. Sementara itu, bentuk aktivitas
kemampuan memahami proses morfofonemik . Jika hal tersebut di terapkan harusnya
pemahaman terhadap morfofonemiknya akan baik (Moeliono, 1988: 87)
Di lain pihak, Rahmanto, 1988:111 berpendapat adanya kesalahan yang berkaitan dengan proses
morfofonemik lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah yang
berlaku. Kesalahan morfofonemik jelas tidak mencerminkan ketaatan dalam berbahasa. Oleh
karena itu, kaidah-kaidah morfofonemik perlu dipelajari agar kesalahan penggunaannya dapat
diminimalisasi. Seberapa penutur bahasa Indonesia menggunakan kata-kata yang menyimpang
dari kaidah morfofonemik.
Kelemahan dalam pembelajaran morfofonemik bukan hanya karena guru-guru tidak menguasai
konsep bahasa, melainkan terletak pada bagian lain yang selama ini kurang diperhatikan. Jadi,
tugas guru bukan hanya memberi pengetahuan saja, melainkan menyiapkan situasi yang
mengiring siswa untuk bertanya, mengamati, serta mengadakan eksperimen. Siswa sebagai
subjek belajar berperan aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat memahami sekaligus
menerapkan proses pembentukan dan makna kata (Lilisari, dkk 2007:16)
Dari beberapa pendapat pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan tingkat
pemahaman siswa dalam memahami proses morfofonemik kurang maksimal yakni pemberian
materi serta penerapannya yang diberikan oleh guru, lalu ketidakcermatan siswa dalam
memahami pola pembentukan kata dan kaidah-kaidah morfofonemik yang berlaku, serta tujuan
pembelajaran bahasa harus diarahkan pada aspek-aspek keterampilan berbahasa.
Penelitian yang berkaitan dengan proses morfofonemik sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh
dengan judul “Kemampuan Memahami Proses Morfofonemik Bahasa Lampung dialek A Pesisir
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Lemong Lampung Barat Tahun Pelajaran 2007/2008?”.
Simpulan dari penelitian tersebut bahwa kemampuan memahami proses morfofonemik di SMP
N 1 Lemong dalam memahami afiks be- adalah baik (73,33%), afiks pegh- sedang (57,00%),
afiks N- adalah baik (68,00%), afiks peN- baik (74,33%), afiks di- sedang (65,33%), afiks te-
baik sekali (78,33%), afiks ke- adalah baik sekali (80,00%).
Berdasarkan kenyataan diatas, penulis tertarik untuk meneliti pemahaman siswa dalam
memahami proses morfofonemik bahasa Lampung untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa dalam pola pembentukan kata sebagai dasar menyusun kata yang baik dan sesuai
kaidah-kaidah morfofonemik bahasa Lampung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan masalah “bagaimanakah kemampuan
memahami proses morfofonemik bahasa Lampung Menggala pada siswa kelas VIII SMP Negeri
2 Tulang Bawang Udik tahun pelajaran 2012/2013?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan memahami
proses morfofonemik bahasa Lampung Menggala pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tulang
Bawang Udik.
D. Manfaat Penelitian
1. Siswa dapat mengetahui nilai kemampuan memahami proses morfofonemik bahasa
Lampung berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh peneliti.
2. Guru Bahasa Lampung di SMP Negeri 2 Tulang Bawang Udik, memberikan informasi
hasil penelitian kemampuan siswa memahami proses morfofonemik bahasa Lampung
berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh penelitian.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup sebagai berikut.
1. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tulang Bawang Udik.
2. Objek penelitian adalah kemampuan siswa dalam memahami proses morfofonemik
bahasa Lampung meliputi afiks be-, per-, N-, pe-N.
3. Lokasi penelitian adalah SMP Negeri 2 Tulang Bawang Udik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bahasa Lampung
Bahasa Lampung adalah salah satu bahasa daerah yang dipelihara secara baik oleh masyarakat penuturnya, yaitu masyarakat Lampung. Dalam hubungannya dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa-bahasa daerah mempunyai fungsi tersendiri untuk menunjang pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
“Bahasa Lampung adalah salah satu bahasa daerah yang ada di Nusantara. Bahasa itu terdapat di Provinsi Lampung, merupakan bahasa yang masih hidup dan dipelihara oleh masyarakat penuturnya. Bahasa lampung tidak mengenal tingkatan seperti bahasa jawa (tingkat ngoko, kromo, dst). Namun, seperti halnya bahasa yang lain, bahasa Lampung memiliki ragam, yaitu ragam resmi dan ragam tidak resmi” (Sanusi, Tata Bahasa Bahasa Lampung, 2006 hal. 4).
Selanjutnya seperti halnya bahasa-bahasa yang lain, bahasa Lampung memiliki fungsi dan kedudukannya. Hal ini dikemukakakan oleh Sanusi (2006:4) yaitu :
“dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Lampung berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan daerah Lampung, (2) lambang identitas daerah Lampung, (3) alat komunikasi di dalam warga dan masyarakat lampung, (4) sarana pendukung budaya Lampung dan budaya Indonesia, serta (5) pendukung sastra Lampung dan sastra Indonesia. Di dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa Lampung berfungsi sebagai (1) pendukung bahasa Indonesia dan (2) salah satu sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia.”
Berdasarkan pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa bahasa Lampung merupakan bahasa yang sangat penting untuk dilestarikan, karena merupakan budaya dari bangsa Indonesia, keberadaannya perlu dijaga, diberdayakan, dibina, dan dikembangkan sehingga dapat berperan dalam upaya menciptakan masyarakat Lampung yang memiliki jati diri yang kuat.
Menurut A. Effendi Sanusi dalam bukunya Tata Bahasa Bahasa Lampung (2006:4-5), Bahasa Lampung terdiri atas dua dialek, yakni dialek O dan dialek A yaitu sebagai berikut:
Bahasa Lampung dialek O meliputi Abung dan Menggala. Bahasa Lampung dialek A meliputi Waikanan, Sungkai, Melinting, Pubiyan, Pesisir, dan Pemanggilan Jelema Daya. Dalam pembelajaran bahasa Lampung di sekolah, dialek O dan A diajarkan secara berdampingan. Bahasa Lampung Abung digunakan oleh etnik Lampung yang bertempat tinggal di (1) sebagian Kota Bandar Lampung, (2) sebagian Kabupaten Lampung Selatan, (3) sebagian Kabupaten Lampung Tengah, (4) sebagian Kabupaten Lampung Utara, (5) sebagian Kabupaten Lampung Timur, dan (6) sebagian Kota Metro.
Bahasa Lampung Menggala (sering juga disebut bahasa Lampung Tulang Bawang) digunakan oleh etnik Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Tulang Bawang. Bahasa Lampung Waikanan digunakan oleh etnik Lampung yang Bertempat tinggal di Kabupaten Waikanan. Bahasa Lampung Pesisir digunakan oleh etnik Lampung ang bertempat tinggal di (1) Kota Bandar Lampung bagian selatan, (2) sebagian Kabupaten Lampung Selatan, (3) Kabupaten Lampung Barat, dan (4) sebagian Kabupaten Tanggamus. Selain itu, bahasa Lampung Pesisir juga digunakan oleh etnik Lampung yang bertempat tinggal di sekitar Danau Ranau (provinsi Sumatra Selatan) serta Cikoneng, Bojong, Salatuhur, dan Tegal (Banten).
Bahasa Lampung Melinting digunakan oleh etnik Lampung yang bertempat tinggal di sebagian Kabupaten Lampung Timur. Bahasa Lampung Pubian digunakan oleh etnik Lampung yang bertempat tinggal di (1) sebagian Kota Bandar Lampung, (2) Sebagian Kabupaten Lampung Selatan, dan (4) sebagian Kabupaten Tanggamus. Bahasa Lampung Sungkai digunakan oleh etnik Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Lampung Utara.
C. Pengertian Proses Morfofonemik
D. Proses Morfofonemik Bahasa Lampung Dialek O
Sanusi, 2006: 46 mengemukakan bahwa dalam bahasa Lampung, afiks yang mengalami perubahan bentuk sesuai dengan fonem awal atau fonem yang mendahuluinya adalah afiks be
‘ber-‘, pegh- ‘per-‘,N- dan pe-N. Teori inilah yang akan menjadi acuan penulis dalam menguji kemampuan proses morfofonemik siswa SMP Negeri 2 Tulang Bawang Udik kabupaten Tulang Bawang Barat. Proses morfofonemik masing-masing afiks itu dikemukakan dalam uraian berikut.
1. Morfofonemik afiks be-
Afiks be- ‘ber’ jika ditambahkan pada kata ajar ‘ajar’ berubah menjadi bel-. Selain itu, ditambahkan pada kata apa pun afiks be- tidak berubah.
Contoh:
be- + ajar -- belajar ’belajar’
be- + amal -- beamal ’beamal’
be- + pikir -- bepikir ’berfikir’
2. Morfofonemik afiks per-
Pembentukan verba dengan prefiks per- ‘per-‘ (dialek O) atau pegh- ‘per-‘ (dialek A) akan terjadi proses morfofonemik sebagai berikut.
(1) Jika pegh- ditambahkan pada kata ajagh ‘ajar’, pegh- berubah menjadi pel-.
Contoh :
Dialek O: per- + ajar -- pelajar ’pelajar’
per- + ragom -- peragom ’peragam’
per- + ramik -- peramik ’peramai’
Prefiks per- tidak berubah jika ditambahkan pada dasar lain yang tidak bermula dengan /r/.
3. Morfofonemik afiks N-
Pembentukan kata dengan afiks N- ‘me-’ akan terjadi proses morfofonemik sebagai berikut. a. Jika N- ditambahkan pada kata yang diawali oleh fonem vokal, N- berubah menjadi ng-. Contoh :
N- + alau -- ngalau ‘mengejar’
N- + iring -- ngiring ’mengiring’
N- + usir -- ngusir ’mengusir’
b. Jika N- ditambahkan pada kata yang diawali oleh fonem /k/, N- berubah menjadi ng- dan fonem /k/ luluh.
Contoh :
N- + kawil -- ngawil ’mengail’
N- + kacau -- ngacau ‘mengacau’
N- + kapak -- ngapak ‘mengampak’
c. Jika N- ditambahkan pada kata yang diawali oleh fonem /t/, N- berubah menjadi n- dan fonem
/t/ luluh. Contoh :
N- + tawai -- nawai ’mengajar’
N- + tulis -- nulis ’menulis’
d. Jika N- ditambahkan pada kata yang diawali oleh fonem /s/ atau /c/, N- berubah menjadi
ny-dan fonem /s/ atau /c/ luluh. Contoh :
N- + suwah -- nyuwah ’membakar’
N- + semai -- nyemai ’menyemai’
N- + cucuk -- nyucuk ‘menusuk’
e. N- ditambahkan pada kata yang diawali oleh fonem /p/, N- berubah menjadi m- dan fonem /p/ luluh.
Misalnya:
N- + putil -- mutil ’memetik’
N- + pajak -- majak ’merebus’
N- + panggang -- manggang ’memanggang’
f. Jika N- ditambahkan pada kata yang diawali oleh fonem /b/, /d/, /g/, /h/, /j/, /l/, /m/, /n/, /r/, /gh/, /w/, atau /y/, N- berubah menjadi nge-.
Misalnya:
N- + bukkus -- ngebukkus ’membungkus’
N- + dandan -- ngedandan ‘menghias’
N- + gulai -- ngegulai ‘menggulai’
N- + hasut -- ngehasut ‘menghasut’
N- + jual -- ngejual ‘menjual’
N- + maling -- ngemaling ‘mencuri’
N- + nilai -- ngenilai ‘menilai’
N- + gaso -- ngegaso ‘merasa’
N- + wakilko -- ngewakilko ‘mewakilkan’
N- + yakinko -- ngeyakinko ‘meyakinkan’
g. Jika N- ditambahkan pada kata yang hanya terdiri atas satu suku kata, N- berubah menjadi
nge-.
Misalnya:
N- + bom -- ngebom ‘mengebom’
N- + bor -- ngebor ‘mengebor’
N- + cet -- ngecet ‘mengecat’
N- + cas -- ngecas ‘mengecas’
N- + juk -- ngejuk ‘memberi’
N- + lap -- ngelap ‘mengelap’
N- + lem -- ngelem ‘mengelem’
N- + las -- ngelas ‘mengelas’
N- + nah -- ngenah ‘melihat’
N- + tes -- ngetes ‘mengetes’
N- + rem -- ngrem ‘ mengerem’
4. Morfofonemik afiks peN-
Misalnya:
peN- + latih -- pelatih ‘pelatih’
peN- + mabuk -- pemabuk ‘pemabuk’
peN- + gabai -- pegabai ‘penakut’
peN- + guyang -- peguyang ‘penyubur’
peN- + waras -- pewaras ‘penyembuh’
(9) Jika peN- ditambahkan pada kata yang hanya terdiri atas satu suku kata, peN- berubah menjadi penge-.
Misalnya:
peN- + cas -- pengecas ‘pengecas’
peN- + lap -- pengelap ‘pengelap’
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah
suatu pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan
objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya (Nawawi dalam Siswantoro, 2005: 56). Metode deskriptif memusatkan perhatiannya
pada penemuan fakta-fakta sebagaimana keadaan sebenarnya. Data yang terkumpul
dideskripsikan sesuai dengan tujuan penelitian.
B. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tulang Bawang
Udik, kabupaten Tulang Bawang Barat Jumlah siswa sebanyak 59 siswa yang tersebar dalam tiga
kelas, yaitu kelas VIII A, VIII B, dan VIII C.
Tabel 3.1 Daftar Populasi Siswa Kelas VIII SMP N 2 Tulang Bawang Udik Tahun Pelajaran 2012/2013
Dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan penelitian populasi, yaitu penelitian yang
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes.Adapun bentuk tes yang digunakan adalah bentuk tes objektif. Tes tersebut berupa tes isian singkat bentuk melengkapi sebanyak
lima puluh soal dengan alokasi waktu enam puluh menit. Sebelum tes dilakukan, soal tersebut diujicobakan terlebih dahulu. Ujicoba soal dilakukan di SMP Negeri 2 Tumujajar dengan jumlah soal 75 dan alokasi waktu sembilan puluh menit. Skala penilaian yang digunakan adalah skala
0-100. Jadi, apabila semua soal dapat dijawab dengan benar skor tertinggi adalah seratus.
E. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah teknik analisis data yang dilakukan penulis sebagai berikut.
1. Mengoreksi hasil tes siswa
2. Menskor hasil tes siswa berdasarkan indikator penilaian yang digunakan untuk
menentukan kemampuan siswa dalam memahami proses morfofonemik bahasa Lampung menggala.
3. Menghitung rata-rata kemampuan siswa dalam menjawab soal pada setiap aspek
4. Menafsirkan hasil perhitungan data terhadap penguasaan data berdasarkan Pendekatan
Acuan Patokan (PAP)
Tabel 3.2
Tolok Ukur Penilaian
Kemampuan Memahami Proses Morfofonemik bahasa Lampung Dialek O Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2Tulang Bawang Udik
Tahun Pelajaran 2011/2012
Persentase Penguasaan Nilai Mutu Tingkat kemampuan
66% - 78% 54% - 65% 42% - 53% 0%41%
B C D E
3 2 1 0
1
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari penelitian yang dilakukan penulis si SMP Negeri 2 Tulang Bawang Udik
tahun pelajaran 2012/2013 dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam
memahami proses morfofonemik bahasa Lampung tergolong baik dengan nilai
rata-rata 76. Selanjutnya nilai rata-rata yang didapat siswa tiap aspek adalah
sebagai berikut.
Kemampuan memahami afiks be- tergolong sangat baik dengan nilai rata-rata 82;
kemampuan memahami afiks per- tergolong sangat baik dengan nilai rata-rata 82;
kemampuan memahami afiks N- tergolong baik dengan nilai rata-rata 68; dan
kemampuan memahami afiks pe-N tergolong baik dengan nilai rata-rata 71.
B. Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian, penulis menyarankan kepadaguru
pengampu bidang studi bahasa Lampung, khususnya di SMP Negeri 2Tulang
Bawang Udik agar menambah penguasaan kosakata serta meningkatkan
pemahaman tentang proses morfofonemik afiks