• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH REDUKSI OLAH TANAH DAN PEMULSAAN TERHADAP SERANGAN HAMA TIKUS (Rattus sp.) PADA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH REDUKSI OLAH TANAH DAN PEMULSAAN TERHADAP SERANGAN HAMA TIKUS (Rattus sp.) PADA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

EFFECT OF REDUCTION TILLAGE AND MULCHING AGAINST ATTACKS OF RAT (Rattus sp.) AT SUGARCANE

PLANTATIONS (Saccharum officinarum L.)

By

Stenia Ruski Yusticia

The lower production of sugarcane is caused by pest infestation, such as rat attack. Sugarcane attacked by rat cannot be processed to produce sugar because of the stem were broken even died. The objective of this research was to

determine the effect of tillage and mulching system on rat (Rattus sp.) infestation to sugarcane plantations (Saccharum officinarum L.).

This research was conducted from June to September 2011 at the sugarcane plantation owned by PT. Gunung Madu Plantations. The Split Plot Experimental Design consisted of tillage system as main plot and mulching as subplot. The tillage system consisted of full tillage system and no tillage system, while mulching consisted of giving mulch bagasse (80 ton/ha) mulch and no giving mulch. Each treatment plots sizing of 25 x 40 meter were replicated 5 times

The results showed that the no tillage system could increase crop damage by rats and the amount of bait, whereas no significant effect at mulch treatment.

Mulching on no tillage system can increase crop damage caused rat attack.

(2)

Oleh

Stenia Ruski Yusticia

Rendahnya produksi tebu disebabkan oleh organisme pengganggu tanaman (OPT), seperti serangan tikus. Tanaman tebu yang terserang tikus tidak dapat diproses di pabrik menjadi gula karena batangnya patah-patah bahkan mati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh reduksi olah tanah dan pemulsaan terhadap serangan hama tikus (Rattus sp.) pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L.).

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2011, di lahan pertanaman tebu milik PT. Gunung Madu Plantations. Penelitian

menggunakan Rancangan Percobaan Petak Terbagi (RPPT) dengan petak utama adalah sistem olah tanah, sedangkan anak petak adalah pemberian mulsa. Sistem pengolahan tanah terdiri dari sistem Olah Tanah Intensif (OTI) dan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT), sedangkan pemulsaan terdiri dari pemberian mulsa bagas (80 ton/ha) dan tanpa pemberian mulsa. Setiap petak perlakuan berukuran 25x40 meter terdiri dari 5 ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tanpa olah tanah dapat meningkatkan kerusakan tanaman oleh hama tikus dan jumlah umpan termakan, sedangkan perlakuan pemulsaan tidak berpengaruh nyata. Pemberian mulsa pada sistem tanpa olah tanah dapat meningkatkan kerusakan tanaman akibat serangan hama tikus.

(3)

II. BAHAN DAN METODE

1.1Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Juni sampai dengan bulan September

2011, di lahan pertanaman tebu milik PT. Gunung Madu Plantations, Desa

Gunung Batin, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah.

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang dengan tema “Soil

Rehabilitation Study”, kerjasama antara PT. GMP, Yokohama National University

Jepang, dan Universitas Lampung

1.2Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam survei tingkat kerusakan tikus adalah

handcounter, meteran, tali rapia, pisau, kamera, patok bambu, pena dan buku.

1.3Metode Penelitian

3.3.1 Rancangan dan Pelaksanaan Penelitian

Pengolahan lahan percobaan dimulai dengan membagi lahan seluas 2 ha

(500 m x 40 m) menjadi 20 petak percobaan (25 m x 40 m), dengan empat plot

perlakuan (A, B, C, dan D) dengan lima petak sebagai ulangan (1, 2, 3, 4, dan 5)

(4)

25 m

500 m

Gambar 1. Bagan Plot Percobaan di PT. Gunung Madu Plantations.

Varietas tebu yang digunakan pada penelitian adalah RGM 00-838. Pada setiap

plot percobaan ditambahkan pupuk kimiawi berupa Urea, TSP, dan MOP dengan

dosis 300 : 200 : 300 (kg/ha). Penambahan bagas pada plot TOT dan OTI

dilakukan dengan menaburkan di permukaan tanah. Gulma yang tumbuh pada

(5)

25 m

40 m

petak dikendalikan secara mekanis dengan menggunakan mesin slasher kemudian sisa gulma pada petak TOT dikembalikan ke permukaan lahan, sedangakan pada

petak OTI, sisa gulma dibuang. Kegiatan pengolahan lahan dan pemulsaan telah

dilakukan oleh tim peneliti sebelumnya.

3.3.2Pemasangan Umpan Beracun

Pemasangan umpan telah dilakukan oleh pihak dari PT. GMP pada saat tanaman

berumur 4.5 - 10 bulan, dilaksanakan setiap 2 minggu selama 12 kali pemasangan.

Dalam setiap plot dipasang 10 umpan beracun, dilakukan secara diagonal pada

baris ke-2 sampai baris ke-11 dari keseluruhan 12 baris (Gambar 2). Umpan yang

digunakan adalah jenis umpan antikoagulan dengan bahan aktif brodifacum. Cara pemasangan yaitu umpan dilubangi bagian tengahnya kemudian diikat dengan

benang dan dimasukkan kedalam bambu agar tidak terkena air hujan.

Pemasangan sejumah satu umpan setiap satu tempat dan pengamatan dilakukan

dalam jangka waktu tiga hari setelah pemasangan.

U

Gambar 2. Tata Letak Pemasangan Umpan.

3.3.3Pengamatan Kerusakan Lama dan Kerusakan Baru

(6)

25 m

berupa keberadaan kerusakan lama dan kerusakan baru, serta dihitung jumlah

tanaman dalam setiap unit sampel tersebut.

40 m U

Gambar 3. Tata Letak Pengamatan Kerusakan.

3.3.4Pengamatan Ruas Terserang

(7)

25 m 40 m

10 m

20 m

20 m 3,5 m

Pengamatan ruas terserang dilakukan oleh peneliti pada saat tanaman tebu

berumur 11 bulan atau hampir panen. Tanaman tebu telah di tanam pada bulan

Juli 2010. Setiap petak memiliki ukuran 25x40 meter. Dari setiap petak

percobaan diambil lima titik unit sampel dengan ukuran panjang 3,5 meter.

Pengamatan unit sampel dilakukan pada baris ke- 4, 6, dan 8 pada setiap petak

yang terdiri dari 12 baris (Gambar 4). Pada setiap unit sampel dihitung jumlah

ruas tebu yang rusak karena adanya serangan tikus.

U

Gambar 4. Tata Letak Pengambilan Sampel.

(8)

Keterangan: I = tingkat kerusakan (%)

a = jumlah tanaman yang terserang

b = jumlah tanaman yang tidak terserang

Data intensitas kerusakan akibat tikus dianalisis ragam dengan menggunakan

Rancangan Petak Terbagi dan pemisahan nilai tengahnya dengan uji Beda Nyata

(9)

PENGARUH REDUKSI OLAH TANAH DAN PEMULSAAN TERHADAP SERANGAN HAMA TIKUS (Rattus sp.)

PADA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

Oleh

STENIA RUSKI YUSTICIA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(10)

(Skripsi)

Oleh

STENIA RUSKI YUSTICIA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Plot Percobaan di PT Gununug Madu Plantations ... 12

2. Tata Letak Pemasangan Umpan ... 13

3. Tata Letak Pengamatan Kerusakan ... 14

4. Tata Letak Pengambilan Sampel ... 15

5. Kerusakan Lama (a) dan Kerusakan Baru (b) Hama Tikus pada Ruas Batang Tebu ... 23

(12)
(13)

xii

3.3.3. Pengamatan Kerusakan Lama dan Kerusakan Baru ... 14

3.3.4. Pengamatan Ruas Terserang ... 15

3.3.5. Analisis Data ... 16

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Jumlah Umpan Termakan ... 17

4.2. Tingkat Kerusakan Baru dan Kerusakan Lama Akibat Serangan Tikus ... 20

4.3. Jumlah Ruas Rusak Terserang ... 23

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 27

5.2. Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

(14)
(15)
(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Plot Percobaan di PT Gununug Madu Plantations ... 12

2. Tata Letak Pemasangan Umpan ... 13

3. Tata Letak Pengamatan Kerusakan ... 14

4. Tata Letak Pengambilan Sampel ... 15

5. Kerusakan Lama (a) dan Kerusakan Baru (b) Hama Tikus pada Ruas Batang Tebu ... 23

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2011. Hama Tanaman Tebu: Penurun Produksi Gula. Tersedia dalam http://www.tanamanbudidaya.com/keyword/hama-pada-tanaman-tebu/. Diakses tanggal 12 Juni 2011.

Anonimb. 2010. Profil PT. Gunung Madu Plantations. Tersedia dalam http://www.gunungmadu.co.id/index.php?modul=about&id=profile. Tanggal akses 10 Juni 2011.

Anonimc. 2011. Penanggulangan Hama Tikus dalam Usaha Budidaya Pertanian. Tersedia dalam http://caratips.com/tips/penanggulangan-hama-tikus-dalam-usaha-budidaya-pertanian-maju. Diakses tanggal 12 Juni 2011.

Bagus, I. 2010. Produksi Gula Nasional Meleset 300 Ribu Ton di 2009. Tersedia dalam http//detikfinance.com/read/2010/01/24/162805/1284965/4/

produksi-gula-nasional-meleset-300-ribu-ton-di-2009. Diakses tanggal 12 Juni 2011.

Direktorat Jemdral Perkebunan. 2010. Mewujudkan Swasembada Gula Nasional Tahun 2014. Tersedia dalam http://ditjenbpbun. deptan.go.id/

index.php/home/36-news/142-mewujudkan-swasembada-gula-nasional-tahun-2014.Diakses tanggal 10 Juni 2011.

Hoque, M. dan D.C. Sanchez. 2000. Rodent Pest Management in Sugarcane. National Crop Protection Center. Los Banos: University Press. 11 hlm.

Kartasapoetra,A.G., dan M.M. Sutedjo. 2000. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta. Jakarta. 194 hlm.

Macdonald, D.W. dan M.G.P. Fenn. 1994. The Natural History of Rodents: Pre-adaptations to Pestilence. CAB International. Cambridge: University Press. Tersedia dalam http://www.wildcru.org/publications/research-detail/?theme=&project_id=25. Diakses tanggal 23 Januari 2012

Makalew, A.D.N. 2001. “Keanekaragaman Biota Tanah Pada Agroekosistem Tanpa Olah Tanah (TOT)”. Makalah Falsafah sainsprogram pasca sarjana /S3. Bogor:IPB. Tersedia dalam

Http://www.hayatiipb.com/users/rudyct/indiv2001/afra-dnm.htm. Diakses tanggal 14 Juli 2011.

(18)

Priyambodo, S. 1998. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Penebar Swadaya. Jakarta. 135 hlm.

Sarno. 2004. Peran Bahan Organik dalam Meningkatkan Kesuburan Tanah dan Produktivitas Tanaman. Makalah Pelatihan Petugas Pemandu Lapang Pengembangan Agribisnis. Hortikultura.

Singaravelu, B., J, Srikanth, N. Geetha, dan R.Jayanthi. 2007. Management of Rats as Pest of Sugarcane. Indian Council of Agriculture Research. Coimbatore Breeding Institute. 4 hlm.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 219 hlm. Suhardi. 1997. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta. 218 hlm. Rochman. 1992. Biologi dan Ekologi Tikus Sebagai Dasar Pengendalian Hama

Tikus. Badan Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. 15 Hlm. Ruijter, J. dan F. Agus. 2004. Mulsa. Tersedia dalam

http://www.worldagroforestry.org/sea/apps/publications/pubsbytype.asp?t hisPage=8&pubType=LE&selYear=. Diakses tanggal 27 September 2011.

Tim Penulis Penebar Swadaya. 1992. Pembudidayaan Tebu. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tim Penulis Penebar Swadaya. 2000. Pembudidayaan Tebu. Penebar Swadaya. Jakarta. 112 hlm.

USDA. 2012. Saccharum officinarum L. Tersedia dalam

http://plants.usda.gov/java/profile?symbol=SAOF. Diakses tanggal 4 April 2012

(19)

Yunizar, F. 2000. Pengaruh Aplikasi Limbah Cair Pabrik Kertas Terhadap Pertumbuhan Awal Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.). Skripsi Sarjana Univesitas Lampung. 88 hlm.

Yuslianti, V. 1996. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Cara Pemberian Air Irigasi pada Musim Tanam II Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah.

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

(20)

(Skripsi)

Oleh

STENIA RUSKI YUSTICIA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(21)

ABSTRACT

EFFECT OF REDUCTION TILLAGE AND MULCHING AGAINST ATTACKS OF RAT (Rattus sp.) AT SUGARCANE

PLANTATIONS (Saccharum officinarum L.)

By

Stenia Ruski Yusticia

The lower production of sugarcane is caused by pest infestation, such as rat attack. Sugarcane attacked by rat cannot be processed to produce sugar because of the stem were broken even died. The objective of this research was to

determine the effect of tillage and mulching system on rat (Rattus sp.) infestation to sugarcane plantations (Saccharum officinarum L.).

This research was conducted from June to September 2011 at the sugarcane plantation owned by PT. Gunung Madu Plantations. The Split Plot Experimental Design consisted of tillage system as main plot and mulching as subplot. The tillage system consisted of full tillage system and no tillage system, while mulching consisted of giving mulch bagasse (80 ton/ha) mulch and no giving mulch. Each treatment plots sizing of 25 x 40 meter were replicated 5 times

The results showed that the no tillage system could increase crop damage by rats and the amount of bait, whereas no significant effect at mulch treatment.

Mulching on no tillage system can increase crop damage caused rat attack.

(22)

PENGARUH REDUKSI OLAH TANAH DAN PEMULSAAN TERHADAP SERANGAN HAMA TIKUS (Rattus sp.)

PADA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

Oleh

Stenia Ruski Yusticia

Rendahnya produksi tebu disebabkan oleh organisme pengganggu tanaman (OPT), seperti serangan tikus. Tanaman tebu yang terserang tikus tidak dapat diproses di pabrik menjadi gula karena batangnya patah-patah bahkan mati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh reduksi olah tanah dan pemulsaan terhadap serangan hama tikus (Rattus sp.) pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L.).

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2011, di lahan pertanaman tebu milik PT. Gunung Madu Plantations. Penelitian

menggunakan Rancangan Percobaan Petak Terbagi (RPPT) dengan petak utama adalah sistem olah tanah, sedangkan anak petak adalah pemberian mulsa. Sistem pengolahan tanah terdiri dari sistem Olah Tanah Intensif (OTI) dan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT), sedangkan pemulsaan terdiri dari pemberian mulsa bagas (80 ton/ha) dan tanpa pemberian mulsa. Setiap petak perlakuan berukuran 25x40 meter terdiri dari 5 ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tanpa olah tanah dapat meningkatkan kerusakan tanaman oleh hama tikus dan jumlah umpan termakan, sedangkan perlakuan pemulsaan tidak berpengaruh nyata. Pemberian mulsa pada sistem tanpa olah tanah dapat meningkatkan kerusakan tanaman akibat serangan hama tikus.

(23)

PENGARUH REDUKSI OLAH TANAH DAN PEMULSAAN TERHADAP SERANGAN HAMA TIKUS (Rattus sp.)

PADA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

Oleh

STENIA RUSKI YUSTICIA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(24)

(Saccharum officinarum L.)

Nama Mahasiswa : Stenia Ruski Yusticia

No. Pokok Mahasiswa : 0714041055

Program Studi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Ir. Sudi Pramono, M.P.

Ir. Solikhin, M.P.

NIP 19601212 198603 1 009 NIP 19620907 198903 1 002

2.

Ketua Program Studi Agroteknologi

Dr.Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P.

(25)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Sudi Pramono, M.P.

Sekretaris : Ir. Solikhin, M.P.

Penguji

Bukan Pembimbing: Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr.Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.

NIP 19610826 198702 1 001

(26)

Penulis dilahirkan di Desa Mulyojati, Kec. Metro Barat, Kota Metro, pada tanggal

22 April 1989, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak

Sukiman, S.H. dan Ibu Heruningsih Ariyani, S.E.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan penulis di SD Negeri 4 Metro

Selatan, Kota Metro pada Tahun 2001 dan pendidikan Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Negeri 1 Metro, Kota Metro pada Tahun 2004. Selepas SMP,

penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1

Metro, Kota Metro dan menyelesaikan studi pada Tahun 2007.

Tahun 2007, penulis diterima menjadi Mahasiswa Jurusan Proteksi Tanaman

Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB) dan pada tahun 2008 penulis diintegrasikan menjadi

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi yang merupakan penggabungan dari

empat Program Studi: Agronomi, Ilmu Tanah, Proteksi Tanaman, dan

Hortikultura. Di tingkat pertama perkuliahan, penulis menjadi anggota muda

Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMAPROTEKTA). Pada Tahun 2010,

penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Badan Pengembangan Teknologi

(27)

Sesungguhnya setelah kesulitan itu pasti ada kemudahan

(Qs. Al-insyirah:6)

You are seeing me and laughing, i looking and smiling

towards my dream

” (

SH)

Hidup dengan berpikir untuk tidak pernah menyesali sesuatu

yang telah terjadi tetapi menyempurnakan segala sesuatu yang

sedang dijalani

(28)

Puji dan syukur kuhaturkan kepadaMu ya Allah SWT

Kupersembahkan karya ilmiah ini dengan tulus dan penuh

sukacita

Kepada:

Bapak dan Ibu tercinta

&

Orang-orang yang selalu mendoakan kebaikan kepadaku

(29)

SANWACANA

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena telah

melimpahkan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik seperti yang diharapkan.

Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Sudi Pramono, M.P., selaku Pembimbing Utama atas bimbingan,

arahan dan ilmu dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Bapak Ir. Solikhin, M.P., selaku Pembimbing Kedua, atas saran, bimbingan,

dan ilmu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.

3. Bapak Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S., selaku Pembahas, penelitian ini

merupakan salah satu bagian dari penelitian beliau yang bertopik ‘Soil

Rehabilitation’; yang dengan sabar memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan ilmu selama melakukan penelitian dan menyelesaikan penyusunan skripsi.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Cipta Ginting, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik, yang

telah memberikan nasehat, saran, dan bimbingan kepada penulis.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., selaku Ketua Jurusan Proteksi Tanaman,

Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan

(30)

arahan, bimbingan dan bantuan yang telah diberikan selama penelitian.

10.Keluargaku tercinta: Bapak dan ibu, serta Ardiles Klimarsen, atas kasih

sayang, perhatian, kesabaran, dukungan moril dan materil serta doa yang

senantiasa mengiringi langkah penulis.

11.Rekan satu penelitian: Uswatun Hasanah, S.P., Fajri Firdaus, S.P., M. Jaya

Saputra, S.P., M. Badrus Sholih, Maria Teofani, dan Miss. Toshihiko Miura

atas bantuan, kebersamaan dan semangat yang telah diberikan.

12.Sahabatku tercinta: Septya, Ria, Yani, Selvi, Resma, Alex, Parman, Teddy,

Yosua, Alwie, Anto, Juki, Furqon, Syukur, Herleo, Eka, Meri, Riki, Yuli,

Kristin, Juwita, Oviana, Mpeb, Tere, Lilis, Yanti, Wika, Ovy E, Cici, Anggar,

Ita, Khusnul, semoga kita tetap menjadi keluarga meskipun tak lagi bersama.

13.Mas Rahmat, Mbak Widyaningrum, dan Mas Iwan, serta Keluarga besar

Proteksi Tanaman angkatan 2004, 2005, dan 2006 serta semua pihak yang

tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembacanya

Bandar Lampung, Maret 2012

(31)

II. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Sistem tanpa olah tanah dapat meningkatkan kerusakan tanaman akibat

serangan hama tikus sebesar 46,91% dibandingkan dengan olah tanah intensif

dengan nilai tengah sebesar 22%.

2. Perlakuan pemulsaan dibandingkan dengan tanpa mulsa tidak berpengaruh

nyata terhadap populasi tikus dan tingkat kerusakan tanaman tebu.

3. Sistem tanpa olah tanah dengan pemulsaan pada tanaman tebu meningkatkan

kerusakan tanaman akibat serangan tikus sebesar 1,02%.

5.2Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap tingkat kerusakan ruas oleh hama

tikus pada stadia awal tanaman tebu dengan pemberian perlakuan yang sama agar

(32)

Program Studi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Ir. Sudi Pramono, M.P.

Ir. Solikhin, M.P.

NIP 19601212 198603 1 009 NIP 19620907 198903 1 002

2.

Ketua Program Studi Agroteknologi

Dr.Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P.

(33)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Sudi Pramono, M.P.

Sekretaris : Ir. Solikhin, M.P.

Penguji

Bukan Pembimbing: Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr.Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.

NIP 19610826 198702 1 001

(34)

You are seeing me and laughing, i looking and smiling

towards my dream

” (

SH)

“Hidup dengan berpikir untuk tidak pernah menyesali sesuatu

yang telah terjadi tetapi menyempurnakan segala sesuatu yang

sedang dijalani”

(35)

Puji dan syukur kuhaturkan kepadaMu ya Allah SWT

Kupersembahkan karya ilmiah ini dengan tulus dan penuh

sukacita

Kepada:

Bapak dan Ibu tercinta

&

Orang-orang yang selalu mendoakan kebaikan kepadaku

(36)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

Tebu (Saccharum officinarum L) merupakan tanaman perkebunan semusim yang penting. Pemanfaatan utama tanaman ini terletak pada batangnya yang

mengandung gula mencapai 20% dan dapat diproses menjadi kristal-kristal gula

(Tim Penulis Penebar Swadaya, 1992). Direktorat Jendral Tanaman Perkebunan

(2010) menyatakan bahwa pada tahun 2009 Indonesia membutuhkan 4,85 juta ton

gula per tahun, sedangkan produksi gula dalam negeri hanya sekitar 2,6 juta ton

per tahun.

Menurut Bagus (2010), produksi gula dalam negeri mengalami penurunan,

sedangkan konsumsi gula nasional mengalami peningkatan. Faktor yang

mempengaruhi penurunan produksi gula diantaranya kesehatan tanah, teknologi,

budidaya, serangan organisme pengganggu, serta penggunaan bahan kimia

sintetik yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi lingkungan. Budidaya

tanaman tebu yang tidak berwawasan lingkungan diperkirakan mempengaruhi

keseimbangan ekosistem yang dapat menurunkan produksi.

Yuslianti (1996) menyatakan bahwa tanah atau lahan dapat dikonservasi dengan

mengembalikan bahan sisa tanaman pada lahan dengan menggunakan sistem

(37)

TOT cenderung memiliki efek positif terhadap keragaman biota tanah

dibandingkan dengan sistem olah tanah intensif (OTI). Pada sistem OTI tanah

diolah secara rata diseluruh lahan pertanaman sehingga menjadi gembur.

Selanjutnya, pemberian seresah sebagai mulsa pada lahan pertanian dapat

meningkatkan kesehatan tanah dan dapat memperbaiki sifat-sifat tanah.

Keberadaan seresah akan memberikan kontribusi terhadap keragaman dan

kelimpahan organisme dalam tanah (Susanto, 2002). Mulsa adalah material

penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah

serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman

tersebut tumbuh dengan baik (Ruijter, 2004).

Pemulsaan dan sistem tanpa olah tanah merupakan tempat yang cocok bagi tikus,

namun demikian belum diketahui apakah sistem tanpa olah tanah dan pemulsaan

pada tanaman tebu mempengaruhi tingkat kerusakan tanaman yang diakibatkan

kehadiran dan serangan tikus. Apakah penerapan sistem TOT dan pemulsaan

dapat meningkatkan kerusakan tanaman tebu oleh hama tikus.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengolahan tanah dan

pemulsaan terhadap tingkat kerusakan tanaman akibat serangan hama tikus

(38)

produksi tebu di Indonesia. Penyebab rendahnya produksi tebu salah satunya

adalah gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT). Salah satu OPT penting

pada pertanaman tebu adalah tikus.

Tikus merupakan hama polifagus yang menyerang berbagai jenis tanaman

misalnya padi, tebu, jagung, kedelai, kacang tanah dan lain sebagainya. Tikus

merupakan hama penting pada pertanaman tebu, karena tebu terserang tikus tidak

dapat diproses di pabrik menjadi gula (Anonima, 2011). Serangan hama tikus,

selalu terjadi setiap musim tanam tebu walaupun dengan frekuensi dan tingkat

kerugian di bawah ambang ekonomi (MMAIPB, 1999).

Tikus menjadi hama penting tanaman tebu karena tikus memiliki beberapa

kelebihan antara lain mampu merusak tanaman dalam waktu yang singkat dengan

kehilangan hasil dalam jumlah besar, merusak berbagai stadia umur,

menimbulkan respon terhadap tindakan pengendalian, dan mempunyai mobilitas

yang tinggi (Priyambodo, 1998). Dinamika populasi tikus antara lain dipengaruhi

oleh beberapa faktor lingkungan, baik faktor lingkungan biotik maupun faktor

lingkungan abiotik. Apabila lingkungan sekitar mendukung maka populasi tikus

akan meningkat, dan begitu juga sebaliknya. Beberapa faktor pendukung

keberadaan dan perkembangan populasi tikus yaitu ketersedian makanan, adanya

(39)

Lokasi yang paling disukai sebagai tempat persembunyian/sarang bagi tikus, yaitu

tempat-tempat yang jarang dikunjungi manusia, semak belukar, lahan pertanian

termasuk tebu yang kotor oleh gulma atau serasah daun tebu, tumpukan jerami

atau sampah sisa bibit tebu yang tidak tertanam (Pramono, 2009). Lahan

pertanaman yang tidak diolah menyebabkan liang tempat persembunyian tidak

rusak dan hancur. Oleh karena itu sistem tanpa olah tanah diperkirakan akan

menjadi habitat yang cocok bagi tikus.

Bagi tikus yang hidup di permukaan tanah, seresah merupakan tempat tinggal

yang sesuai. Kehadiran tikus dapat meningkat pada lahan yang memiliki lapisan

serasah tebal karena cocok sebagai tempat bersembunyi dan tikus dapat terhindar

dari terik matahari. Diperkirakan penerapan TOT dengan pemulsaan pada

tanaman tebu akan meningkatkan kehadiran dan serangan tikus.

1.4Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

1. Sistem tanpa olah tanah dapat meningkatkan kerusakan tanaman tebu

(Saccharum officinarum L.) oleh hama tikus (Rattus sp.).

2. Pemulsaan dapat meningkatkan kerusakan tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) oleh hama tikus (Rattus sp.).

3. Sistem tanpa olah tanah dengan pemulsaan dapat meningkatkan kerusakan

(40)

Sukiman, S.H. dan Ibu Heruningsih Ariyani, S.E.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan penulis di SD Negeri 4 Metro

Selatan, Kota Metro pada Tahun 2001 dan pendidikan Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Negeri 1 Metro, Kota Metro pada Tahun 2004. Selepas SMP,

penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1

Metro, Kota Metro dan menyelesaikan studi pada Tahun 2007.

Tahun 2007, penulis diterima menjadi Mahasiswa Jurusan Proteksi Tanaman

Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB) dan pada tahun 2008 penulis diintegrasikan menjadi

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi yang merupakan penggabungan dari

empat Program Studi: Agronomi, Ilmu Tanah, Proteksi Tanaman, dan

Hortikultura. Di tingkat pertama perkuliahan, penulis menjadi anggota muda

Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMAPROTEKTA). Pada Tahun 2010,

penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Badan Pengembangan Teknologi

(41)

SANWACANA

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena telah

melimpahkan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik seperti yang diharapkan.

Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Sudi Pramono, M.P., selaku Pembimbing Utama atas bimbingan,

arahan dan ilmu dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Bapak Ir. Solikhin, M.P., selaku Pembimbing Kedua, atas saran, bimbingan,

dan ilmu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.

3. Bapak Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S., selaku Pembahas, penelitian ini

merupakan salah satu bagian dari penelitian beliau yang bertopik ‘Soil

Rehabilitation’; yang dengan sabar memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan ilmu selama melakukan penelitian dan menyelesaikan penyusunan skripsi.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Cipta Ginting, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik, yang

telah memberikan nasehat, saran, dan bimbingan kepada penulis.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., selaku Ketua Jurusan Proteksi Tanaman,

Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Seluruh dosen Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas

Lampung, atas ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan selama ini.

8. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas

(42)

11.Rekan satu penelitian: Uswatun Hasanah, S.P., Fajri Firdaus, S.P., M. Jaya

Saputra, S.P., M. Badrus Sholih, Maria Teofani, dan Miss. Toshihiko Miura

atas bantuan, kebersamaan dan semangat yang telah diberikan.

12.Sahabatku tercinta: Septya, Ria, Yani, Selvi, Resma, Alex, Parman, Teddy,

Yosua, Alwie, Anto, Juki, Furqon, Syukur, Herleo, Eka, Meri, Riki, Yuli,

Kristin, Juwita, Oviana, Mpeb, Tere, Lilis, Yanti, Wika, Ovy E, Cici, Anggar,

Ita, Khusnul, semoga kita tetap menjadi keluarga meskipun tak lagi bersama.

13.Mas Rahmat, Mbak Widyaningrum, dan Mas Iwan, serta Keluarga besar

Proteksi Tanaman angkatan 2004, 2005, dan 2006 serta semua pihak yang

tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembacanya

Bandar Lampung, Maret 2012

(43)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tebu

Tebu diklasifikasikan sebagai berikut,Kingdom: Plantae; Subkingdom:

Tracheobionta; Super Divisi: Spermatophyta ; Divisi: Magnoliophyta; Kelas:

Liliopsida; Sub Kelas: Commelinidae; Ordo: Poales; Famili: Poaceae; Genus:

Saccharum; Spesies: Saccharum officinarum L. (USDA, 2012).

2.1.1Syarat Tumbuh

Tanaman tebu tumbuh dengan baik pada daerah-daerah yang berada diantara

35° LS dan 35° LU dengan suhu optimal pertumbuhan antara 27-33°C. Tanaman

ini cocok tumbuh di daerah dengan ketinggian 0-1000 dpl dengan kemiringan

tanah 0-2%, dan dapat tumbuh pada berbagai macam tanah seperti alluvial,

podsolik, mediteran, latosol, regosol, dan grumosol. Tanah yang cocok adalah

tanah yang tidak terlalu masam pada pH kisaran 5,5-7,0. Bersifat kering-kering

basah, yaitu curah hujan berkisar antara 1500-3000 mm per tahun. Tebu akan tumbuh baik pada tanah-tanah gembur dan subur dengan kedalaman efektif

minimum 50 cm (Tjokrodirjo, 1989 dalam Yunizar, 2000).

(44)

lurus ke bawah, ada yang mendatar dekat permukaan tanah . Daun tanaman tebu

adalah daun tidak lengkap, dan pertulangan daun sejajar. Panjang helaian daun

antara 1-2 m, sedangkan lebarnya 4-7 cm, ujungnya meruncing, tepinya seperti

gigi dan mengandung kersik yang tajam. Pada pelepah daun terdapat bulu-bulu

dan telinga daun (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2000).

Tanaman tebu merupakan tanaman yang memiliki perakaran yang berdaya serap

tinggi terhadap unsur hara sehingga dalam pertumbuhannya memerlukan unsur

hara dalam jumlah banyak dan tersedia sepanjang pertumbuhan tanaman

(Suhardi, 1997). PT. GMP jenis tanahnya podsolik merah kuning (PMK) dengan

lapisan top soil sangat tipis, yang kurang baik digunakan sebagai lahan pertanian

(Anonimb, 2010). Oleh karena itu perlu dilakukannya perlakuan khusus seperti

pengolahan tanah dan penambahan bahan organik agar lahan tetap produktif.

2.1Sistem Olah Tanah Konservasi

Penerapan teknik OTK tidak lepas dari penggunaan herbisida untuk mematikan

gulma maupun sisa tanaman yang masih hidup, yang selanjutnya dimanfaatkan

sebagai mulsa. Pemulsaan adalah teknik untuk menjaga suhu tanah di sekitar akar

(45)

tumbuhnya gulma dan penyakit. Perbaikan sifat fisik dan kimia tanah dapat

dilakukan dengan cara mengembalikan dan menambahkan bahan organik ke

lahan-lahan pertanian (Sarno, 2004).

Salah satu sistem pengolahan tanah yang sedang dilakukan oleh PT. GMP adalah

pengolahan tanah O (Zero Tillage) yang juga sering disebut Tanpa Olah Tanah

(TOT). Pengolahan tanah bertujuan untuk menyediakan lahan agar siap bagi

kehidupan tanaman dengan meningkatkan kondisi fisik tanah. Pelaksanaan

pengolahan tanah pada prinsipnya adalah tindakan pembalikan, pemotongan,

penghancuran, dan perataan tanah (Kartasapoetra dan Sutedjo, 2000).

Makelew (2001) menyatakan bahwa penerapan olah tanah konservasi (OTK)

dengan sistem TOT cenderung memiliki lebih banyak efek positif terhadap

keanekaragaman biota tanah dibandingkan dengan pengolahan tanah.

Utomo (2006) menambahkan bahwa penerapan TOT dapat meningkatkan jumlah

dan keanekaragaman biota, yang ditunjukkan dengan jumlah organisme tanah

yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan sistem olah tanah intensif.

Dengan demikian, olah tanah tidak intensif merupakan alternatif pilihan dalam

memperbaiki kerusakan tanah akibat olah tanah secara intensif.

(46)

2.3.1Morfologi dan Habitat

Para ahli zoologi (ilmu hewan) menggolongkan tikus sebagai hewan yang

mengerat. Ciri terpenting hewan ini adalah kemampuannya untuk mengerat

benda-benda yang keras yang berfungsi untuk mengurangi pertumbuhan gigi

serinya yang tumbuh terus menerus. Di Indonesia terdapat lebih kurang 150

spesies tikus dan hanya 8 spesies yang paling berperan sebagai hama tanaman

pertanian dan vektor patogen manusia (Priyambodo, 1998).

Lokasi yang paling disukai sebagai tempat persembunyian / sarang tikus, antara

lain adalah tempat-tempat yang jarang dikunjungi manusia, lahan kosong dan

tidak terpelihara, semak belukar, rumpun bambu, lahan pertanian termasuk tebu

yang kotor oleh gulma atau serasah daun tebu, tumpukan jerami atau sampah sisa

bibit tebu yang tidak tertanam, pinggiran hutan sekunder, gudang atau rumah

kosong, sekitar pemukiman penduduk atau kandang ternak (apabila makanan di

lapang sulit di dapat), pematang sawah, dan sekitar aliran air irigasi, got/selokan,

dam atau waduk irigasi, dan sungai (Pramono, 2009).

(47)

Tikus merupakan hewan omnivora (pemakan segala). Kebutuhan pakan seekor

tikus setiap harinya kurang lebih sebanyak 10% pakan kering dan 15% pakan

basah dari bobot tubuhnya. Aktivitas tikus harian secara teratur dilakukan untuk

mencari pakan, minum, pasangan, dan orientasi kawasan. Jarak yang ditempuh

relatif sama dan disebut dengan daya jelajah harian (home range). Sebagai hewan mamalia yang berukuran kecil, ruang gerak tikus tidak terlalu luas. Aktivitas

harian tikus mencapai jarak rata-rata 30 meter dan tak pernah lebih dari 200

meter, pada waktu banyak pakan. Namun apabila pakan tidak mencukupi tikus

dapat bermigrasi hingga jarak 700 meter atau lebih. Jarak jelajahnya tergantung

pada jumlah sumber pakan yang ada, di saat sumber pakan cukup banyak maka

jarak jelajahnya tidak jauh dari sarangnya. Pada saat sumber makanan berkurang

tikus akan melakukan migrasi untuk mencari sumber makanan yang baru hingga

mencapai jarak 1-2 km (Priyambodo, 1998).

Naik turunnya populasi tikus dipengaruhi oleh faktor lingkungan abiotik dan

faktir biotik. Faktor abiotik yang penting dalam mempengaruhi dinamika

populasi tikus adalah air untuk minum dan sarang. Cuaca secara tidak langsung

mempengaruhi populasi tikus dengan mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan sumber pakannya (Anonimc, 2011)

Menurut Rochman (1992), fungsi sarang bagi tikus yaitu sebagai tempat untuk

melahirkan dan membesarkan anaknya, menyimpan pakan pada saat sulit mencari

pakan, berlindung dari pengaruh lingkungan yang tidak menguntungkan, tempat

untuk beristirahat pada siang hari, dan juga dapat berfungsi untuk tempat

(48)

pangan, hortikultura, sampai tanaman perkebunan. Bahkan, hasil pertanian di

tempat penyimpanan juga tidak luput dari sasaran serangan tikus. Bagian

tanaman yang diserang juga beragam, mulai dari akar, batang, pucuk, daun, buah,

bunga, sampai biji (Priyambodo, 1998).

Terdapat beberapa tanda yang dapat digunakan untuk mengetahui kehadiran tikus

yaitu: feses atau kotoran, yang digunakan untuk menentukan spesies tikus;

kerusakan, yang dihubungkan dengan pertumbuhan gigi serinya yang terus

menerus; tanda atau noda olesan (runway), sarang, bau, serta keberadaan tikus hidup atau mati (Priyambodo, 1998).

Adapun teknik-teknik pengendalian yang dapat diterapkan secara terpadu dalam

pengendalian hama tikus, antara lain: tanam serempak, sanitasi lingkungan,

pengendalian secara mekanis dan biologis, pengendalian secara kimiawi

Gambar

Gambar 1.  Bagan Plot Percobaan di PT. Gunung Madu Plantations.
Gambar 2.  Tata Letak Pemasangan Umpan.
Gambar 3.  Tata Letak Pengamatan Kerusakan.
Gambar 4.  Tata Letak Pengambilan Sampel.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berjudul “Strategi pengembangan Kompetensi bagi mahasiswa dalam membangun social entrepreneur di Komunitas Sahabat Muda Yayasan Lagzis Peduli

Secara umum, pertanyaan penelitian ( research question ) yang akan dijawab adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana orientasi pilihan akademik siswa pasca-lulus Madrasah

Hasil penelitian menunjukkan IPT pada P4 dan P5 berbeda nyata dengan P1.Hal ini menunjukkan semakin lama penyimpanan nilai IPT akan semakin menurun.Hasil

Metode Pembelajaran Aktif Inquiring Minds Want To Know adalah teknik sederhana yang bertujuan untuk membangkitkan rasa keingintahuan siswadengan meminta mereka

Kosmetik merupakan sediaan yang dapat diaplikasikan pada bagian luarbadan(epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut. Seiring

Hasil uji t secara parsial belanja barang dan jasa serta variabel belanja modal berpengaruh signifikan terhadap PDRB provinsi Jambi, sementara belanja pegawai tidak berpengaruh

memperketat alur pembiayaan agar barang yang diperjualbelikan dapat dipastikan telah menjadi milik bank baik secara langsung maupun secara prinsip sebelum

Data hasil pengamatan dan hasil belajar pada penelitian dari siklus pertama sampai dengan siklus ke-3 , yaitu pengamatan proses belajar, pengamatan kerja