ABSTRACT
EFFECT OF REDUCTION TILLAGE AND MULCHING AGAINST ATTACKS OF RAT (Rattus sp.) AT SUGARCANE
PLANTATIONS (Saccharum officinarum L.)
By
Stenia Ruski Yusticia
The lower production of sugarcane is caused by pest infestation, such as rat attack. Sugarcane attacked by rat cannot be processed to produce sugar because of the stem were broken even died. The objective of this research was to
determine the effect of tillage and mulching system on rat (Rattus sp.) infestation to sugarcane plantations (Saccharum officinarum L.).
This research was conducted from June to September 2011 at the sugarcane plantation owned by PT. Gunung Madu Plantations. The Split Plot Experimental Design consisted of tillage system as main plot and mulching as subplot. The tillage system consisted of full tillage system and no tillage system, while mulching consisted of giving mulch bagasse (80 ton/ha) mulch and no giving mulch. Each treatment plots sizing of 25 x 40 meter were replicated 5 times
The results showed that the no tillage system could increase crop damage by rats and the amount of bait, whereas no significant effect at mulch treatment.
Mulching on no tillage system can increase crop damage caused rat attack.
Oleh
Stenia Ruski Yusticia
Rendahnya produksi tebu disebabkan oleh organisme pengganggu tanaman (OPT), seperti serangan tikus. Tanaman tebu yang terserang tikus tidak dapat diproses di pabrik menjadi gula karena batangnya patah-patah bahkan mati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh reduksi olah tanah dan pemulsaan terhadap serangan hama tikus (Rattus sp.) pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L.).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2011, di lahan pertanaman tebu milik PT. Gunung Madu Plantations. Penelitian
menggunakan Rancangan Percobaan Petak Terbagi (RPPT) dengan petak utama adalah sistem olah tanah, sedangkan anak petak adalah pemberian mulsa. Sistem pengolahan tanah terdiri dari sistem Olah Tanah Intensif (OTI) dan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT), sedangkan pemulsaan terdiri dari pemberian mulsa bagas (80 ton/ha) dan tanpa pemberian mulsa. Setiap petak perlakuan berukuran 25x40 meter terdiri dari 5 ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tanpa olah tanah dapat meningkatkan kerusakan tanaman oleh hama tikus dan jumlah umpan termakan, sedangkan perlakuan pemulsaan tidak berpengaruh nyata. Pemberian mulsa pada sistem tanpa olah tanah dapat meningkatkan kerusakan tanaman akibat serangan hama tikus.
II. BAHAN DAN METODE
1.1Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Juni sampai dengan bulan September
2011, di lahan pertanaman tebu milik PT. Gunung Madu Plantations, Desa
Gunung Batin, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang dengan tema “Soil
Rehabilitation Study”, kerjasama antara PT. GMP, Yokohama National University
Jepang, dan Universitas Lampung
1.2Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam survei tingkat kerusakan tikus adalah
handcounter, meteran, tali rapia, pisau, kamera, patok bambu, pena dan buku.
1.3Metode Penelitian
3.3.1 Rancangan dan Pelaksanaan Penelitian
Pengolahan lahan percobaan dimulai dengan membagi lahan seluas 2 ha
(500 m x 40 m) menjadi 20 petak percobaan (25 m x 40 m), dengan empat plot
perlakuan (A, B, C, dan D) dengan lima petak sebagai ulangan (1, 2, 3, 4, dan 5)
25 m
500 m
Gambar 1. Bagan Plot Percobaan di PT. Gunung Madu Plantations.
Varietas tebu yang digunakan pada penelitian adalah RGM 00-838. Pada setiap
plot percobaan ditambahkan pupuk kimiawi berupa Urea, TSP, dan MOP dengan
dosis 300 : 200 : 300 (kg/ha). Penambahan bagas pada plot TOT dan OTI
dilakukan dengan menaburkan di permukaan tanah. Gulma yang tumbuh pada
25 m
40 m
petak dikendalikan secara mekanis dengan menggunakan mesin slasher kemudian sisa gulma pada petak TOT dikembalikan ke permukaan lahan, sedangakan pada
petak OTI, sisa gulma dibuang. Kegiatan pengolahan lahan dan pemulsaan telah
dilakukan oleh tim peneliti sebelumnya.
3.3.2Pemasangan Umpan Beracun
Pemasangan umpan telah dilakukan oleh pihak dari PT. GMP pada saat tanaman
berumur 4.5 - 10 bulan, dilaksanakan setiap 2 minggu selama 12 kali pemasangan.
Dalam setiap plot dipasang 10 umpan beracun, dilakukan secara diagonal pada
baris ke-2 sampai baris ke-11 dari keseluruhan 12 baris (Gambar 2). Umpan yang
digunakan adalah jenis umpan antikoagulan dengan bahan aktif brodifacum. Cara pemasangan yaitu umpan dilubangi bagian tengahnya kemudian diikat dengan
benang dan dimasukkan kedalam bambu agar tidak terkena air hujan.
Pemasangan sejumah satu umpan setiap satu tempat dan pengamatan dilakukan
dalam jangka waktu tiga hari setelah pemasangan.
U
Gambar 2. Tata Letak Pemasangan Umpan.
3.3.3Pengamatan Kerusakan Lama dan Kerusakan Baru
25 m
berupa keberadaan kerusakan lama dan kerusakan baru, serta dihitung jumlah
tanaman dalam setiap unit sampel tersebut.
40 m U
Gambar 3. Tata Letak Pengamatan Kerusakan.
3.3.4Pengamatan Ruas Terserang
25 m 40 m
10 m
20 m
20 m 3,5 m
Pengamatan ruas terserang dilakukan oleh peneliti pada saat tanaman tebu
berumur 11 bulan atau hampir panen. Tanaman tebu telah di tanam pada bulan
Juli 2010. Setiap petak memiliki ukuran 25x40 meter. Dari setiap petak
percobaan diambil lima titik unit sampel dengan ukuran panjang 3,5 meter.
Pengamatan unit sampel dilakukan pada baris ke- 4, 6, dan 8 pada setiap petak
yang terdiri dari 12 baris (Gambar 4). Pada setiap unit sampel dihitung jumlah
ruas tebu yang rusak karena adanya serangan tikus.
U
Gambar 4. Tata Letak Pengambilan Sampel.
Keterangan: I = tingkat kerusakan (%)
a = jumlah tanaman yang terserang
b = jumlah tanaman yang tidak terserang
Data intensitas kerusakan akibat tikus dianalisis ragam dengan menggunakan
Rancangan Petak Terbagi dan pemisahan nilai tengahnya dengan uji Beda Nyata
PENGARUH REDUKSI OLAH TANAH DAN PEMULSAAN TERHADAP SERANGAN HAMA TIKUS (Rattus sp.)
PADA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)
Oleh
STENIA RUSKI YUSTICIA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
STENIA RUSKI YUSTICIA
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Plot Percobaan di PT Gununug Madu Plantations ... 12
2. Tata Letak Pemasangan Umpan ... 13
3. Tata Letak Pengamatan Kerusakan ... 14
4. Tata Letak Pengambilan Sampel ... 15
5. Kerusakan Lama (a) dan Kerusakan Baru (b) Hama Tikus pada Ruas Batang Tebu ... 23
xii
3.3.3. Pengamatan Kerusakan Lama dan Kerusakan Baru ... 14
3.3.4. Pengamatan Ruas Terserang ... 15
3.3.5. Analisis Data ... 16
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Jumlah Umpan Termakan ... 17
4.2. Tingkat Kerusakan Baru dan Kerusakan Lama Akibat Serangan Tikus ... 20
4.3. Jumlah Ruas Rusak Terserang ... 23
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 27
5.2. Saran ... 27
DAFTAR PUSTAKA ... 28
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Plot Percobaan di PT Gununug Madu Plantations ... 12
2. Tata Letak Pemasangan Umpan ... 13
3. Tata Letak Pengamatan Kerusakan ... 14
4. Tata Letak Pengambilan Sampel ... 15
5. Kerusakan Lama (a) dan Kerusakan Baru (b) Hama Tikus pada Ruas Batang Tebu ... 23
DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2011. Hama Tanaman Tebu: Penurun Produksi Gula. Tersedia dalam http://www.tanamanbudidaya.com/keyword/hama-pada-tanaman-tebu/. Diakses tanggal 12 Juni 2011.
Anonimb. 2010. Profil PT. Gunung Madu Plantations. Tersedia dalam http://www.gunungmadu.co.id/index.php?modul=about&id=profile. Tanggal akses 10 Juni 2011.
Anonimc. 2011. Penanggulangan Hama Tikus dalam Usaha Budidaya Pertanian. Tersedia dalam http://caratips.com/tips/penanggulangan-hama-tikus-dalam-usaha-budidaya-pertanian-maju. Diakses tanggal 12 Juni 2011.
Bagus, I. 2010. Produksi Gula Nasional Meleset 300 Ribu Ton di 2009. Tersedia dalam http//detikfinance.com/read/2010/01/24/162805/1284965/4/
produksi-gula-nasional-meleset-300-ribu-ton-di-2009. Diakses tanggal 12 Juni 2011.
Direktorat Jemdral Perkebunan. 2010. Mewujudkan Swasembada Gula Nasional Tahun 2014. Tersedia dalam http://ditjenbpbun. deptan.go.id/
index.php/home/36-news/142-mewujudkan-swasembada-gula-nasional-tahun-2014.Diakses tanggal 10 Juni 2011.
Hoque, M. dan D.C. Sanchez. 2000. Rodent Pest Management in Sugarcane. National Crop Protection Center. Los Banos: University Press. 11 hlm.
Kartasapoetra,A.G., dan M.M. Sutedjo. 2000. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta. Jakarta. 194 hlm.
Macdonald, D.W. dan M.G.P. Fenn. 1994. The Natural History of Rodents: Pre-adaptations to Pestilence. CAB International. Cambridge: University Press. Tersedia dalam http://www.wildcru.org/publications/research-detail/?theme=&project_id=25. Diakses tanggal 23 Januari 2012
Makalew, A.D.N. 2001. “Keanekaragaman Biota Tanah Pada Agroekosistem Tanpa Olah Tanah (TOT)”. Makalah Falsafah sainsprogram pasca sarjana /S3. Bogor:IPB. Tersedia dalam
Http://www.hayatiipb.com/users/rudyct/indiv2001/afra-dnm.htm. Diakses tanggal 14 Juli 2011.
Priyambodo, S. 1998. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Penebar Swadaya. Jakarta. 135 hlm.
Sarno. 2004. Peran Bahan Organik dalam Meningkatkan Kesuburan Tanah dan Produktivitas Tanaman. Makalah Pelatihan Petugas Pemandu Lapang Pengembangan Agribisnis. Hortikultura.
Singaravelu, B., J, Srikanth, N. Geetha, dan R.Jayanthi. 2007. Management of Rats as Pest of Sugarcane. Indian Council of Agriculture Research. Coimbatore Breeding Institute. 4 hlm.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 219 hlm. Suhardi. 1997. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta. 218 hlm. Rochman. 1992. Biologi dan Ekologi Tikus Sebagai Dasar Pengendalian Hama
Tikus. Badan Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. 15 Hlm. Ruijter, J. dan F. Agus. 2004. Mulsa. Tersedia dalam
http://www.worldagroforestry.org/sea/apps/publications/pubsbytype.asp?t hisPage=8&pubType=LE&selYear=. Diakses tanggal 27 September 2011.
Tim Penulis Penebar Swadaya. 1992. Pembudidayaan Tebu. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tim Penulis Penebar Swadaya. 2000. Pembudidayaan Tebu. Penebar Swadaya. Jakarta. 112 hlm.
USDA. 2012. Saccharum officinarum L. Tersedia dalam
http://plants.usda.gov/java/profile?symbol=SAOF. Diakses tanggal 4 April 2012
Yunizar, F. 2000. Pengaruh Aplikasi Limbah Cair Pabrik Kertas Terhadap Pertumbuhan Awal Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.). Skripsi Sarjana Univesitas Lampung. 88 hlm.
Yuslianti, V. 1996. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Cara Pemberian Air Irigasi pada Musim Tanam II Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
(Skripsi)
Oleh
STENIA RUSKI YUSTICIA
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRACT
EFFECT OF REDUCTION TILLAGE AND MULCHING AGAINST ATTACKS OF RAT (Rattus sp.) AT SUGARCANE
PLANTATIONS (Saccharum officinarum L.)
By
Stenia Ruski Yusticia
The lower production of sugarcane is caused by pest infestation, such as rat attack. Sugarcane attacked by rat cannot be processed to produce sugar because of the stem were broken even died. The objective of this research was to
determine the effect of tillage and mulching system on rat (Rattus sp.) infestation to sugarcane plantations (Saccharum officinarum L.).
This research was conducted from June to September 2011 at the sugarcane plantation owned by PT. Gunung Madu Plantations. The Split Plot Experimental Design consisted of tillage system as main plot and mulching as subplot. The tillage system consisted of full tillage system and no tillage system, while mulching consisted of giving mulch bagasse (80 ton/ha) mulch and no giving mulch. Each treatment plots sizing of 25 x 40 meter were replicated 5 times
The results showed that the no tillage system could increase crop damage by rats and the amount of bait, whereas no significant effect at mulch treatment.
Mulching on no tillage system can increase crop damage caused rat attack.
PENGARUH REDUKSI OLAH TANAH DAN PEMULSAAN TERHADAP SERANGAN HAMA TIKUS (Rattus sp.)
PADA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)
Oleh
Stenia Ruski Yusticia
Rendahnya produksi tebu disebabkan oleh organisme pengganggu tanaman (OPT), seperti serangan tikus. Tanaman tebu yang terserang tikus tidak dapat diproses di pabrik menjadi gula karena batangnya patah-patah bahkan mati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh reduksi olah tanah dan pemulsaan terhadap serangan hama tikus (Rattus sp.) pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L.).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2011, di lahan pertanaman tebu milik PT. Gunung Madu Plantations. Penelitian
menggunakan Rancangan Percobaan Petak Terbagi (RPPT) dengan petak utama adalah sistem olah tanah, sedangkan anak petak adalah pemberian mulsa. Sistem pengolahan tanah terdiri dari sistem Olah Tanah Intensif (OTI) dan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT), sedangkan pemulsaan terdiri dari pemberian mulsa bagas (80 ton/ha) dan tanpa pemberian mulsa. Setiap petak perlakuan berukuran 25x40 meter terdiri dari 5 ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tanpa olah tanah dapat meningkatkan kerusakan tanaman oleh hama tikus dan jumlah umpan termakan, sedangkan perlakuan pemulsaan tidak berpengaruh nyata. Pemberian mulsa pada sistem tanpa olah tanah dapat meningkatkan kerusakan tanaman akibat serangan hama tikus.
PENGARUH REDUKSI OLAH TANAH DAN PEMULSAAN TERHADAP SERANGAN HAMA TIKUS (Rattus sp.)
PADA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)
Oleh
STENIA RUSKI YUSTICIA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
(Saccharum officinarum L.)
Nama Mahasiswa : Stenia Ruski Yusticia
No. Pokok Mahasiswa : 0714041055
Program Studi : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Ir. Sudi Pramono, M.P.
Ir. Solikhin, M.P.
NIP 19601212 198603 1 009 NIP 19620907 198903 1 002
2.
Ketua Program Studi Agroteknologi
Dr.Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Ir. Sudi Pramono, M.P.
Sekretaris : Ir. Solikhin, M.P.
Penguji
Bukan Pembimbing: Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S.
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr.Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.
NIP 19610826 198702 1 001
Penulis dilahirkan di Desa Mulyojati, Kec. Metro Barat, Kota Metro, pada tanggal
22 April 1989, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak
Sukiman, S.H. dan Ibu Heruningsih Ariyani, S.E.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan penulis di SD Negeri 4 Metro
Selatan, Kota Metro pada Tahun 2001 dan pendidikan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri 1 Metro, Kota Metro pada Tahun 2004. Selepas SMP,
penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1
Metro, Kota Metro dan menyelesaikan studi pada Tahun 2007.
Tahun 2007, penulis diterima menjadi Mahasiswa Jurusan Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) dan pada tahun 2008 penulis diintegrasikan menjadi
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi yang merupakan penggabungan dari
empat Program Studi: Agronomi, Ilmu Tanah, Proteksi Tanaman, dan
Hortikultura. Di tingkat pertama perkuliahan, penulis menjadi anggota muda
Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMAPROTEKTA). Pada Tahun 2010,
penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Badan Pengembangan Teknologi
Sesungguhnya setelah kesulitan itu pasti ada kemudahan
(Qs. Al-insyirah:6)
”
You are seeing me and laughing, i looking and smiling
towards my dream
” (
SH)
“
Hidup dengan berpikir untuk tidak pernah menyesali sesuatu
yang telah terjadi tetapi menyempurnakan segala sesuatu yang
sedang dijalani
”
Puji dan syukur kuhaturkan kepadaMu ya Allah SWT
Kupersembahkan karya ilmiah ini dengan tulus dan penuh
sukacita
Kepada:
Bapak dan Ibu tercinta
&
Orang-orang yang selalu mendoakan kebaikan kepadaku
SANWACANA
Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik seperti yang diharapkan.
Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Sudi Pramono, M.P., selaku Pembimbing Utama atas bimbingan,
arahan dan ilmu dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.
2. Bapak Ir. Solikhin, M.P., selaku Pembimbing Kedua, atas saran, bimbingan,
dan ilmu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.
3. Bapak Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S., selaku Pembahas, penelitian ini
merupakan salah satu bagian dari penelitian beliau yang bertopik ‘Soil
Rehabilitation’; yang dengan sabar memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan ilmu selama melakukan penelitian dan menyelesaikan penyusunan skripsi.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Cipta Ginting, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik, yang
telah memberikan nasehat, saran, dan bimbingan kepada penulis.
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., selaku Ketua Jurusan Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
6. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan
arahan, bimbingan dan bantuan yang telah diberikan selama penelitian.
10.Keluargaku tercinta: Bapak dan ibu, serta Ardiles Klimarsen, atas kasih
sayang, perhatian, kesabaran, dukungan moril dan materil serta doa yang
senantiasa mengiringi langkah penulis.
11.Rekan satu penelitian: Uswatun Hasanah, S.P., Fajri Firdaus, S.P., M. Jaya
Saputra, S.P., M. Badrus Sholih, Maria Teofani, dan Miss. Toshihiko Miura
atas bantuan, kebersamaan dan semangat yang telah diberikan.
12.Sahabatku tercinta: Septya, Ria, Yani, Selvi, Resma, Alex, Parman, Teddy,
Yosua, Alwie, Anto, Juki, Furqon, Syukur, Herleo, Eka, Meri, Riki, Yuli,
Kristin, Juwita, Oviana, Mpeb, Tere, Lilis, Yanti, Wika, Ovy E, Cici, Anggar,
Ita, Khusnul, semoga kita tetap menjadi keluarga meskipun tak lagi bersama.
13.Mas Rahmat, Mbak Widyaningrum, dan Mas Iwan, serta Keluarga besar
Proteksi Tanaman angkatan 2004, 2005, dan 2006 serta semua pihak yang
tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembacanya
Bandar Lampung, Maret 2012
II. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Sistem tanpa olah tanah dapat meningkatkan kerusakan tanaman akibat
serangan hama tikus sebesar 46,91% dibandingkan dengan olah tanah intensif
dengan nilai tengah sebesar 22%.
2. Perlakuan pemulsaan dibandingkan dengan tanpa mulsa tidak berpengaruh
nyata terhadap populasi tikus dan tingkat kerusakan tanaman tebu.
3. Sistem tanpa olah tanah dengan pemulsaan pada tanaman tebu meningkatkan
kerusakan tanaman akibat serangan tikus sebesar 1,02%.
5.2Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap tingkat kerusakan ruas oleh hama
tikus pada stadia awal tanaman tebu dengan pemberian perlakuan yang sama agar
Program Studi : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Ir. Sudi Pramono, M.P.
Ir. Solikhin, M.P.
NIP 19601212 198603 1 009 NIP 19620907 198903 1 002
2.
Ketua Program Studi Agroteknologi
Dr.Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Ir. Sudi Pramono, M.P.
Sekretaris : Ir. Solikhin, M.P.
Penguji
Bukan Pembimbing: Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S.
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr.Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.
NIP 19610826 198702 1 001
”
You are seeing me and laughing, i looking and smiling
towards my dream
” (
SH)
“Hidup dengan berpikir untuk tidak pernah menyesali sesuatu
yang telah terjadi tetapi menyempurnakan segala sesuatu yang
sedang dijalani”
Puji dan syukur kuhaturkan kepadaMu ya Allah SWT
Kupersembahkan karya ilmiah ini dengan tulus dan penuh
sukacita
Kepada:
Bapak dan Ibu tercinta
&
Orang-orang yang selalu mendoakan kebaikan kepadaku
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang dan Masalah
Tebu (Saccharum officinarum L) merupakan tanaman perkebunan semusim yang penting. Pemanfaatan utama tanaman ini terletak pada batangnya yang
mengandung gula mencapai 20% dan dapat diproses menjadi kristal-kristal gula
(Tim Penulis Penebar Swadaya, 1992). Direktorat Jendral Tanaman Perkebunan
(2010) menyatakan bahwa pada tahun 2009 Indonesia membutuhkan 4,85 juta ton
gula per tahun, sedangkan produksi gula dalam negeri hanya sekitar 2,6 juta ton
per tahun.
Menurut Bagus (2010), produksi gula dalam negeri mengalami penurunan,
sedangkan konsumsi gula nasional mengalami peningkatan. Faktor yang
mempengaruhi penurunan produksi gula diantaranya kesehatan tanah, teknologi,
budidaya, serangan organisme pengganggu, serta penggunaan bahan kimia
sintetik yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi lingkungan. Budidaya
tanaman tebu yang tidak berwawasan lingkungan diperkirakan mempengaruhi
keseimbangan ekosistem yang dapat menurunkan produksi.
Yuslianti (1996) menyatakan bahwa tanah atau lahan dapat dikonservasi dengan
mengembalikan bahan sisa tanaman pada lahan dengan menggunakan sistem
TOT cenderung memiliki efek positif terhadap keragaman biota tanah
dibandingkan dengan sistem olah tanah intensif (OTI). Pada sistem OTI tanah
diolah secara rata diseluruh lahan pertanaman sehingga menjadi gembur.
Selanjutnya, pemberian seresah sebagai mulsa pada lahan pertanian dapat
meningkatkan kesehatan tanah dan dapat memperbaiki sifat-sifat tanah.
Keberadaan seresah akan memberikan kontribusi terhadap keragaman dan
kelimpahan organisme dalam tanah (Susanto, 2002). Mulsa adalah material
penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah
serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman
tersebut tumbuh dengan baik (Ruijter, 2004).
Pemulsaan dan sistem tanpa olah tanah merupakan tempat yang cocok bagi tikus,
namun demikian belum diketahui apakah sistem tanpa olah tanah dan pemulsaan
pada tanaman tebu mempengaruhi tingkat kerusakan tanaman yang diakibatkan
kehadiran dan serangan tikus. Apakah penerapan sistem TOT dan pemulsaan
dapat meningkatkan kerusakan tanaman tebu oleh hama tikus.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengolahan tanah dan
pemulsaan terhadap tingkat kerusakan tanaman akibat serangan hama tikus
produksi tebu di Indonesia. Penyebab rendahnya produksi tebu salah satunya
adalah gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT). Salah satu OPT penting
pada pertanaman tebu adalah tikus.
Tikus merupakan hama polifagus yang menyerang berbagai jenis tanaman
misalnya padi, tebu, jagung, kedelai, kacang tanah dan lain sebagainya. Tikus
merupakan hama penting pada pertanaman tebu, karena tebu terserang tikus tidak
dapat diproses di pabrik menjadi gula (Anonima, 2011). Serangan hama tikus,
selalu terjadi setiap musim tanam tebu walaupun dengan frekuensi dan tingkat
kerugian di bawah ambang ekonomi (MMAIPB, 1999).
Tikus menjadi hama penting tanaman tebu karena tikus memiliki beberapa
kelebihan antara lain mampu merusak tanaman dalam waktu yang singkat dengan
kehilangan hasil dalam jumlah besar, merusak berbagai stadia umur,
menimbulkan respon terhadap tindakan pengendalian, dan mempunyai mobilitas
yang tinggi (Priyambodo, 1998). Dinamika populasi tikus antara lain dipengaruhi
oleh beberapa faktor lingkungan, baik faktor lingkungan biotik maupun faktor
lingkungan abiotik. Apabila lingkungan sekitar mendukung maka populasi tikus
akan meningkat, dan begitu juga sebaliknya. Beberapa faktor pendukung
keberadaan dan perkembangan populasi tikus yaitu ketersedian makanan, adanya
Lokasi yang paling disukai sebagai tempat persembunyian/sarang bagi tikus, yaitu
tempat-tempat yang jarang dikunjungi manusia, semak belukar, lahan pertanian
termasuk tebu yang kotor oleh gulma atau serasah daun tebu, tumpukan jerami
atau sampah sisa bibit tebu yang tidak tertanam (Pramono, 2009). Lahan
pertanaman yang tidak diolah menyebabkan liang tempat persembunyian tidak
rusak dan hancur. Oleh karena itu sistem tanpa olah tanah diperkirakan akan
menjadi habitat yang cocok bagi tikus.
Bagi tikus yang hidup di permukaan tanah, seresah merupakan tempat tinggal
yang sesuai. Kehadiran tikus dapat meningkat pada lahan yang memiliki lapisan
serasah tebal karena cocok sebagai tempat bersembunyi dan tikus dapat terhindar
dari terik matahari. Diperkirakan penerapan TOT dengan pemulsaan pada
tanaman tebu akan meningkatkan kehadiran dan serangan tikus.
1.4Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
1. Sistem tanpa olah tanah dapat meningkatkan kerusakan tanaman tebu
(Saccharum officinarum L.) oleh hama tikus (Rattus sp.).
2. Pemulsaan dapat meningkatkan kerusakan tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) oleh hama tikus (Rattus sp.).
3. Sistem tanpa olah tanah dengan pemulsaan dapat meningkatkan kerusakan
Sukiman, S.H. dan Ibu Heruningsih Ariyani, S.E.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan penulis di SD Negeri 4 Metro
Selatan, Kota Metro pada Tahun 2001 dan pendidikan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri 1 Metro, Kota Metro pada Tahun 2004. Selepas SMP,
penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1
Metro, Kota Metro dan menyelesaikan studi pada Tahun 2007.
Tahun 2007, penulis diterima menjadi Mahasiswa Jurusan Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) dan pada tahun 2008 penulis diintegrasikan menjadi
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi yang merupakan penggabungan dari
empat Program Studi: Agronomi, Ilmu Tanah, Proteksi Tanaman, dan
Hortikultura. Di tingkat pertama perkuliahan, penulis menjadi anggota muda
Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMAPROTEKTA). Pada Tahun 2010,
penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Badan Pengembangan Teknologi
SANWACANA
Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik seperti yang diharapkan.
Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Sudi Pramono, M.P., selaku Pembimbing Utama atas bimbingan,
arahan dan ilmu dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.
2. Bapak Ir. Solikhin, M.P., selaku Pembimbing Kedua, atas saran, bimbingan,
dan ilmu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.
3. Bapak Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S., selaku Pembahas, penelitian ini
merupakan salah satu bagian dari penelitian beliau yang bertopik ‘Soil
Rehabilitation’; yang dengan sabar memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan ilmu selama melakukan penelitian dan menyelesaikan penyusunan skripsi.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Cipta Ginting, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik, yang
telah memberikan nasehat, saran, dan bimbingan kepada penulis.
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., selaku Ketua Jurusan Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
6. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
7. Seluruh dosen Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas
Lampung, atas ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan selama ini.
8. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
11.Rekan satu penelitian: Uswatun Hasanah, S.P., Fajri Firdaus, S.P., M. Jaya
Saputra, S.P., M. Badrus Sholih, Maria Teofani, dan Miss. Toshihiko Miura
atas bantuan, kebersamaan dan semangat yang telah diberikan.
12.Sahabatku tercinta: Septya, Ria, Yani, Selvi, Resma, Alex, Parman, Teddy,
Yosua, Alwie, Anto, Juki, Furqon, Syukur, Herleo, Eka, Meri, Riki, Yuli,
Kristin, Juwita, Oviana, Mpeb, Tere, Lilis, Yanti, Wika, Ovy E, Cici, Anggar,
Ita, Khusnul, semoga kita tetap menjadi keluarga meskipun tak lagi bersama.
13.Mas Rahmat, Mbak Widyaningrum, dan Mas Iwan, serta Keluarga besar
Proteksi Tanaman angkatan 2004, 2005, dan 2006 serta semua pihak yang
tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembacanya
Bandar Lampung, Maret 2012
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tebu
Tebu diklasifikasikan sebagai berikut,Kingdom: Plantae; Subkingdom:
Tracheobionta; Super Divisi: Spermatophyta ; Divisi: Magnoliophyta; Kelas:
Liliopsida; Sub Kelas: Commelinidae; Ordo: Poales; Famili: Poaceae; Genus:
Saccharum; Spesies: Saccharum officinarum L. (USDA, 2012).
2.1.1Syarat Tumbuh
Tanaman tebu tumbuh dengan baik pada daerah-daerah yang berada diantara
35° LS dan 35° LU dengan suhu optimal pertumbuhan antara 27-33°C. Tanaman
ini cocok tumbuh di daerah dengan ketinggian 0-1000 dpl dengan kemiringan
tanah 0-2%, dan dapat tumbuh pada berbagai macam tanah seperti alluvial,
podsolik, mediteran, latosol, regosol, dan grumosol. Tanah yang cocok adalah
tanah yang tidak terlalu masam pada pH kisaran 5,5-7,0. Bersifat kering-kering
basah, yaitu curah hujan berkisar antara 1500-3000 mm per tahun. Tebu akan tumbuh baik pada tanah-tanah gembur dan subur dengan kedalaman efektif
minimum 50 cm (Tjokrodirjo, 1989 dalam Yunizar, 2000).
lurus ke bawah, ada yang mendatar dekat permukaan tanah . Daun tanaman tebu
adalah daun tidak lengkap, dan pertulangan daun sejajar. Panjang helaian daun
antara 1-2 m, sedangkan lebarnya 4-7 cm, ujungnya meruncing, tepinya seperti
gigi dan mengandung kersik yang tajam. Pada pelepah daun terdapat bulu-bulu
dan telinga daun (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2000).
Tanaman tebu merupakan tanaman yang memiliki perakaran yang berdaya serap
tinggi terhadap unsur hara sehingga dalam pertumbuhannya memerlukan unsur
hara dalam jumlah banyak dan tersedia sepanjang pertumbuhan tanaman
(Suhardi, 1997). PT. GMP jenis tanahnya podsolik merah kuning (PMK) dengan
lapisan top soil sangat tipis, yang kurang baik digunakan sebagai lahan pertanian
(Anonimb, 2010). Oleh karena itu perlu dilakukannya perlakuan khusus seperti
pengolahan tanah dan penambahan bahan organik agar lahan tetap produktif.
2.1Sistem Olah Tanah Konservasi
Penerapan teknik OTK tidak lepas dari penggunaan herbisida untuk mematikan
gulma maupun sisa tanaman yang masih hidup, yang selanjutnya dimanfaatkan
sebagai mulsa. Pemulsaan adalah teknik untuk menjaga suhu tanah di sekitar akar
tumbuhnya gulma dan penyakit. Perbaikan sifat fisik dan kimia tanah dapat
dilakukan dengan cara mengembalikan dan menambahkan bahan organik ke
lahan-lahan pertanian (Sarno, 2004).
Salah satu sistem pengolahan tanah yang sedang dilakukan oleh PT. GMP adalah
pengolahan tanah O (Zero Tillage) yang juga sering disebut Tanpa Olah Tanah
(TOT). Pengolahan tanah bertujuan untuk menyediakan lahan agar siap bagi
kehidupan tanaman dengan meningkatkan kondisi fisik tanah. Pelaksanaan
pengolahan tanah pada prinsipnya adalah tindakan pembalikan, pemotongan,
penghancuran, dan perataan tanah (Kartasapoetra dan Sutedjo, 2000).
Makelew (2001) menyatakan bahwa penerapan olah tanah konservasi (OTK)
dengan sistem TOT cenderung memiliki lebih banyak efek positif terhadap
keanekaragaman biota tanah dibandingkan dengan pengolahan tanah.
Utomo (2006) menambahkan bahwa penerapan TOT dapat meningkatkan jumlah
dan keanekaragaman biota, yang ditunjukkan dengan jumlah organisme tanah
yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan sistem olah tanah intensif.
Dengan demikian, olah tanah tidak intensif merupakan alternatif pilihan dalam
memperbaiki kerusakan tanah akibat olah tanah secara intensif.
2.3.1Morfologi dan Habitat
Para ahli zoologi (ilmu hewan) menggolongkan tikus sebagai hewan yang
mengerat. Ciri terpenting hewan ini adalah kemampuannya untuk mengerat
benda-benda yang keras yang berfungsi untuk mengurangi pertumbuhan gigi
serinya yang tumbuh terus menerus. Di Indonesia terdapat lebih kurang 150
spesies tikus dan hanya 8 spesies yang paling berperan sebagai hama tanaman
pertanian dan vektor patogen manusia (Priyambodo, 1998).
Lokasi yang paling disukai sebagai tempat persembunyian / sarang tikus, antara
lain adalah tempat-tempat yang jarang dikunjungi manusia, lahan kosong dan
tidak terpelihara, semak belukar, rumpun bambu, lahan pertanian termasuk tebu
yang kotor oleh gulma atau serasah daun tebu, tumpukan jerami atau sampah sisa
bibit tebu yang tidak tertanam, pinggiran hutan sekunder, gudang atau rumah
kosong, sekitar pemukiman penduduk atau kandang ternak (apabila makanan di
lapang sulit di dapat), pematang sawah, dan sekitar aliran air irigasi, got/selokan,
dam atau waduk irigasi, dan sungai (Pramono, 2009).
Tikus merupakan hewan omnivora (pemakan segala). Kebutuhan pakan seekor
tikus setiap harinya kurang lebih sebanyak 10% pakan kering dan 15% pakan
basah dari bobot tubuhnya. Aktivitas tikus harian secara teratur dilakukan untuk
mencari pakan, minum, pasangan, dan orientasi kawasan. Jarak yang ditempuh
relatif sama dan disebut dengan daya jelajah harian (home range). Sebagai hewan mamalia yang berukuran kecil, ruang gerak tikus tidak terlalu luas. Aktivitas
harian tikus mencapai jarak rata-rata 30 meter dan tak pernah lebih dari 200
meter, pada waktu banyak pakan. Namun apabila pakan tidak mencukupi tikus
dapat bermigrasi hingga jarak 700 meter atau lebih. Jarak jelajahnya tergantung
pada jumlah sumber pakan yang ada, di saat sumber pakan cukup banyak maka
jarak jelajahnya tidak jauh dari sarangnya. Pada saat sumber makanan berkurang
tikus akan melakukan migrasi untuk mencari sumber makanan yang baru hingga
mencapai jarak 1-2 km (Priyambodo, 1998).
Naik turunnya populasi tikus dipengaruhi oleh faktor lingkungan abiotik dan
faktir biotik. Faktor abiotik yang penting dalam mempengaruhi dinamika
populasi tikus adalah air untuk minum dan sarang. Cuaca secara tidak langsung
mempengaruhi populasi tikus dengan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan sumber pakannya (Anonimc, 2011)
Menurut Rochman (1992), fungsi sarang bagi tikus yaitu sebagai tempat untuk
melahirkan dan membesarkan anaknya, menyimpan pakan pada saat sulit mencari
pakan, berlindung dari pengaruh lingkungan yang tidak menguntungkan, tempat
untuk beristirahat pada siang hari, dan juga dapat berfungsi untuk tempat
pangan, hortikultura, sampai tanaman perkebunan. Bahkan, hasil pertanian di
tempat penyimpanan juga tidak luput dari sasaran serangan tikus. Bagian
tanaman yang diserang juga beragam, mulai dari akar, batang, pucuk, daun, buah,
bunga, sampai biji (Priyambodo, 1998).
Terdapat beberapa tanda yang dapat digunakan untuk mengetahui kehadiran tikus
yaitu: feses atau kotoran, yang digunakan untuk menentukan spesies tikus;
kerusakan, yang dihubungkan dengan pertumbuhan gigi serinya yang terus
menerus; tanda atau noda olesan (runway), sarang, bau, serta keberadaan tikus hidup atau mati (Priyambodo, 1998).
Adapun teknik-teknik pengendalian yang dapat diterapkan secara terpadu dalam
pengendalian hama tikus, antara lain: tanam serempak, sanitasi lingkungan,
pengendalian secara mekanis dan biologis, pengendalian secara kimiawi