• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disain Pengeruk Tanah pada Ditcher Untuk Saluran Drainase pada Budidaya Tebu Lahan Kering

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Disain Pengeruk Tanah pada Ditcher Untuk Saluran Drainase pada Budidaya Tebu Lahan Kering"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

DISAIN PENGERUK TANAH PADADITCHERUNTUK SALURAN

DRAINASE PADA BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING

Oleh:

ALAM MUHARAM F14102005

2006

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

DISAIN PENGERUK TANAH PADADITCHERUNTUK SALURAN

DRAINASE PADA BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

ALAM MUHARAM F14102005

2006

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(3)

D

D

D

a

a

a

n

n

n

s

s

s

e

e

e

a

a

a

n

n

n

d

d

d

a

a

a

i

i

i

n

n

n

y

y

y

a

a

a

p

p

p

o

o

o

h

h

h

o

o

o

n

n

n

-

-

-

p

p

p

o

o

o

h

h

h

o

o

o

n

n

n

d

d

d

i

i

i

b

b

b

u

u

u

m

m

m

i

i

i

m

m

m

e

e

e

n

n

n

j

j

j

a

a

a

d

d

d

i

i

i

p

p

p

e

e

e

n

n

n

a

a

a

d

d

d

a

a

a

n

n

n

l

l

l

a

a

a

u

u

u

t

t

t

(

(

(

m

m

m

e

e

e

n

n

n

j

j

j

a

a

a

d

d

d

i

i

i

t

t

t

i

i

i

n

n

n

t

t

t

a

a

a

)

)

)

d

d

d

i

i

i

t

t

t

a

a

a

m

m

m

b

b

b

a

a

a

h

h

h

k

k

k

a

a

a

n

n

n

k

k

k

e

e

e

p

p

p

a

a

a

d

d

d

a

a

a

n

n

n

y

y

y

a

a

a

t

t

t

u

u

u

j

j

j

u

u

u

h

h

h

l

l

l

a

a

a

u

u

u

t

t

t

(

(

(

l

l

l

a

a

a

g

g

g

i

i

i

)

)

)

s

s

s

e

e

e

s

s

s

u

u

u

d

d

d

a

a

a

h

h

h

(

(

(

k

k

k

e

e

e

r

r

r

i

i

i

n

n

n

g

g

g

)

)

)

n

n

n

y

y

y

a

a

a

,

,

,

n

n

n

i

i

i

s

s

s

c

c

c

a

a

a

y

y

y

a

a

a

t

t

t

i

i

i

d

d

d

a

a

a

k

k

k

a

a

a

k

k

k

a

a

a

n

n

n

h

h

h

a

a

a

b

b

b

i

i

i

s

s

s

-

-

-

h

h

h

a

a

a

b

b

b

i

i

i

s

s

s

n

n

n

y

y

y

a

a

a

(

(

(

d

d

d

i

i

i

t

t

t

u

u

u

l

l

l

i

i

i

s

s

s

k

k

k

a

a

a

n

n

n

)

)

)

k

k

k

a

a

a

l

l

l

i

i

i

m

m

m

a

a

a

t

t

t

A

A

A

l

l

l

l

l

l

a

a

a

h

h

h

.

.

.

S

S

S

e

e

e

s

s

s

u

u

u

n

n

n

g

g

g

g

g

g

u

u

u

h

h

h

n

n

n

y

y

y

a

a

a

A

A

A

l

l

l

l

l

l

a

a

a

h

h

h

M

M

M

a

a

a

h

h

h

a

a

a

P

P

P

e

e

e

r

r

r

k

k

k

a

a

a

s

s

s

a

a

a

l

l

l

a

a

a

g

g

g

i

i

i

M

M

M

a

a

a

h

h

h

a

a

a

B

B

B

i

i

i

j

j

j

a

a

a

k

k

k

s

s

s

a

a

a

n

n

n

a

a

a

.

.

.

(

(

(

Q

Q

Q

S

S

S

L

L

L

u

u

u

q

q

q

m

m

m

a

a

a

n

n

n

:

:

:

2

2

2

7

7

7

)

)

)

kupersembahkan

(4)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

ALAM MUHARAM F14102005

Dilahirkan pada tanggal 8 Oktober 1983 di Cianjur

Tanggal lulusan : 24 Agustus 2006

Disetujui,

Bogor, September 2006

Dr. Ir. I Nengah Suastawa, MSc Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS

(5)

ALAM MUHARAM. F14102005.Disain Pengeruk Tanah padaDitcherUntuk

Saluran Drainase pada Budidaya Tebu Lahan Kering. Di bawah bimbingan Dr. Ir. I Nengah Suastawa, MSc dan Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS. 2006.

RINGKASAN

Tanaman tebu akan tumbuh dengan baik dan menghasilkan rendemen tebu yang tinggi apabila pada pemeliharaannya tanaman tebu mendapatkan air yang cukup. Apabila kadar air dalam tanah meningkat maka tebu akan menghasilkan rendemen yang buruk karena tanaman tebu mengalami kebusukan pada akarnya. Pengairan pada lahan tebu harus dilakukan dengan baik, salah satu caranya yaitu dengan membuat saluran drainase. Saluran ini terutama sangat dibutuhkan pada musim penghujan sehingga kelebihan air dapat dibuang.

Ditcher adalah alat untuk membuat saluran drainase. Sampai saat ini ditcher yang dibuat dan digunakan adalah ditcher dengan menggunakan sumber daya PTO traktor (rotary ditcher). Penggunaanditcherini cukup merepotkan dan memerlukan perawatan yang tidak mudah. Pemanfaatanfurroweruntuk membuat saluran drainase menjadi alternatif untuk mengatasi masalah ini. Namun timbul masalah baru yaitu pembuatan got malang dengan furrower menyisakan tanah pada alur tanam sehingga saluran drainase menjadi terhambat.

Penelitian ini bertujuan untuk merancang ditcher drainase yang tidak menggunakan tenaga PTO traktor, yang dilengkapi dengan pengeruk tanah untuk memindahkan tanah dari dasar alur ke atas guludan. Tujuan khusus penelitian ini adalah 1) merancang pengeruk tanah pada ditcher lengan ayun, 2) membuat prototipe pengeruk tanah pada ditcher lengan ayun, 3) melakukan uji fungsional prototipe pengeruk tanah pada skala laboratorium, 4) menganalisa data hasil uji fungsional dan menggambarkan simulasi sistem mekanismenya di lapangan.

Hasil yang ingin dicapai dari alat ini yaitu saluran drainase yang optimal tanpa ada penghambat pada alur. Ukuran penampang saluran drainase ini adalah lebar atas 90 cm, tinggi 40 cm, dan lebar bawah 35 cm. Kedalaman got 10 cm di bawah alur tanam. Tanah pada alur harus dipindahkan ke atas guludan. Untuk itu diperlukan suatu rancanagan mekanisme yang dapat memindahkan tanah. Syarat yang harus dipenuhi antara lain yaitu jarak antara roda penggerak dan pengeruk tidak boleh berubah. Jarak yang harus dijaga adalah 135 cm. Sistem ini harus mampu membuat pengeruk mengeruk tanah pada dasar alur dan naik minimal sampai 25 cm di atas guludan, dengan hanya menaikan roda setinggi 26 cm. Mekanisme ini juga harus dapat bekerja bebas tanpa mengganggu komponen lain dari ditcher. Mekanisme empat batang penghubung memiliki kelebihan akan mengangkat benda pada posisi horizontal jika panjang lengan yang saling berhadapan sama. Untuk itu digunakan mekanisme empat batang penghubung (sejajar) untuk penggerak dan yang digerakkan. Transmisi gaya dari roda ke pangeruk melalui poros untuk menyederhanakan sistem mekanisme ini.

(6)

Pembuatan prototipe alat dimulai dengan pembuatan model terlebih dahulu. Baru kemudian pembuatan prototipe dan uji prototipe alat. Bahan yang digunakan untuk pembuatan prototipe alat yaitu besi plat, besi kanal, besi pipa, besi silinder pejal, danbearing.

Pengujian yang dilakukan yaitu uji fungsional dan uji kinerja alat. Uji fungsional menunjukkan sistem mekanisme lengan ayun berfungsi baik. Pengeruk naik sampai ketinggian 61.5 cm dari titik awal. Pada beberapa titik percobaan pergeseran pengeruk terlalu besar. Hal ini dapat menyebabkan lolosnya tanah dari samping sebelum dinaikkan ke atas guludan. Pengujian beban yang dilakukan menunjukkan bahwa gaya minimal yang diperlukan untuk mengangkat roda 51.87 kg dan gaya maksimal yang diperlukan 114.02 kg. Data pengujian dibentuk ke dalam simulasi gerakan mekanisme di lapangan.

Hasil pengujian menunjukkan slip roda traktor yang terjadi cukup tinggi sehingga mekanisme empat batang penghubung tidak dapat bekerja. Modifikasi yang dilakukan yaitu dengan memperlebar posisi roda sehingga roda penggerak berada di luar roda traktor. Perpanjangan pemegang roda ini tidak mempengaruhi beban pada roda karena mekanisme empat batang penghubung yang digunakan memiliki sifat mekanisme timbangan. Untuk itu diperlukan modifikasi lebih lanjut pada roda untuk mengurangi tekanan. Hasil pengujian menunjukkan roda kecil menggusur tanah. Modifikasi yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan memperbesar diameter roda.

Pengujian di lahan percobaan Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Pertanian di Leuwikopo cukup berhasil. Pengujian dilakukan pada prototipe dengan menggunakan roda besar dan pemegang roda yang sudah diperpanjang. Mekanisme lengan ayun dapat bekerja dengan baik dan mengeruk serta memindahkan tanah ke atas guludan.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Alam Muharam dilahirkan di kota Cianjur pada tanggal 8

Oktober 1983. Penulis adalah anak ke-5 dari lima bersaudara

dari pasangan Bapak H. Lili Mustawan dan Ibu Hj. Ai Nairoh.

Penulis adalah tamatan MI Assasul Islam tahun 1996, kemudian

meneruskan pendidikannya ke SLTP Islam Al-I’anah Cianjur dan lulus tahun 1999 sebagai lulusan terbaik di sekolahnya. Penulis melanjutkan kembali jenjang

pendidikannya ke SMU Negeri 2 Cianjur dan meninggalkan kota kelahirannya

seiring dengan kelulusan sekolah tingkat atasnya pada tahun 2002. Penulis juga

aktif di sekolahnya sehingga terpilih sebagai duta kota kelahirannya untuk

mengikuti olimpiade fisika tingkat propinsi tahun 2001.

Tahun 2002 penulis meneruskan pendalaman ilmunya di Institut Pertanian

Bogor. Penulis memilih untuk menjadi mahasiswa jurusan Teknik Pertanian pada

Fakultas Teknologi Pertanian. Penulis memutuskan untuk memperdalam

pengetahuannya pada bidang mekanisasi pertanian dan memilih sub-program

studi Teknik Mesin Pertanian pada tahun 2004.

Penulis merupakan seorang yang aktif mengikuti kegiatan extra dan intra

kampus (himpunan profesi) sehingga terpilih sebagai ketua panitia Pelatihan

Traktor 2004. Pada tahun 2005 penulis melaksanakan praktek lapangannya di

Kebun Raya Cibodas Cianjur, dan menghasilkan karya tulisnya berupa Laporan

Praktek Lapangan dengan judul ”Aspek Keteknikan Pertanian Pada Kebun Raya Cibodas, Cianjur”.

Pada tahun 2006 penulis menyelesaikan studinya dan memperoleh gelar

STP dengan menghasilkan karya tulis ilmiah Skripsi dengan judul ”Disain

Pengeruk Tanah pada Ditcher Untuk Saluran Drainase pada Budidaya Tebu

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT

atas segala ridho, berkat, rahmat, kekuatan, perlindungan dan pertolongan yang

telah diberikan-Nya kepada penulis sehingga Skripsi dengan judul Disain Pengeruk Tanah pada DitcherUntuk Saluran Drainase pada Budidaya Tebu

Lahan Kering dapat diselesaikan. Penyusunan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1 pada Departemen Teknik Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini disusun atas kerja sama dan bimbingan orang-orang yang telah

membantu penulis selama penyusunan. Kepada mereka penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya:

1. Bapak Dr. Ir. I Nengah Suastawa, MSc, selaku dosen pembimbing akademik

dan dosen penguji yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama

plaksanaan penelitian dan penyusunan Skripsi.

2. Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS, sebagai dosen pembimbing kedua dan dosen

penguji yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama pelaksanaan

penelitian dan penyusunan Skripsi.

3. Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, MS, sebagai dosen penguji yang telah memberikan

arahan dan saran dalam penyusunan Skripsi.

4. Ibu Bapak dan kakak-kakak penulis yang telah dan selalu memberikan kasih

sayang, perhatian, jerih payah, segala dukungan, bantuan dan do’a.

5. PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) atas kesempatan yang telah diberikan

untuk berkarya dan bantuan biaya selama penelitian.

6. Pak Abas, Pak Parma, Pak Bandi yang telah ikut serta membantu penulis

dalam pembuatan model dan prototipe.

7. Ditcher Gruop (Bang Samsul, Azmi, Ado, dan Keket) atas semangat, kebersamaannya dan kerjasamanya sebagai suatu tim yang kompak, dan juga

Wildan, Tatang, Komeng, dan si Duo (Wahyu dan Herlin) sebagai tim yang

ikut mendukung penulis.

8. Gytha Nafisah Sukara dan keluarga yang telah memberikan bantuan dan

dukungan selama penulis menyelesaikan skripsi.

(9)

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih memiliki

kekurangan. Karena itu dengan senang hati penulis menerima saran dan kritik dari

pembaca. Besar harapan penulis Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2006

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Tanaman Tebu ... 4

B. Drainase Pada Budidaya Tanaman Tebu ... 4

C. Ditcher ... 6

D. Pengaruh Lalu Lintas Traktor Terhadap Pemadatan Tanah ... 6

E. Kinematika Sistem Mekanisme Empat Batang Penghubung ... 8

F. Disain (Perancangan) ... 10

III. METODELOGI PENELITIAN ... 12

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 12

B. Bahan dan Peralatan ... 12

C. Tahapan Penelitian ... 13

IV. PENDEKATAN DISAIN ... 25

A. Kriteria Disain ... 25

B. Disain Fungsional ... 28

C. Disain Struktural ... 29

V. ANALISIS TEKNIK ... 37

A. Sistem Mekanisme Empat Batang Penghubung Sejajar Ganda pada Pengeruk Tanah ... 37

B. Konstruksi Pengeruk Tanah ... 44

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

(11)

B. Pembuatan Prototipe Pengeruk Tanah pada DILA ... 58

C. Uji Fungsional Pengeruk Tanah pada DILA ... 63

D. Uji Kinerja DILA dan Modifikasi Pengeruk Tanah ... 75

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 81

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data pengujian kadar air pada lahan tebu PG Jatitujuh ... 14 Tabel 2. Data tahanan penetrasi tanah pada lahan tebuplant canepada

guludan lahan tebu PG Jatitujuh ... 14 Tabel 3. Data tahanan penetrasi tanah pada lahan tebuplant canepada

dasar alur lahan tebu PG Jatitujuh ... 15 Tabel 4. Data tahanan penetrasi vertikal (small plate 25 mm x 100 mm)

pada guludan lahan tebu PG Jatitujuh ... 16 Tabel 5. Fungsi dan komponen-komponen pengeruk tanah ... 29 Tabel 6. Penambahan ketinggian pada lengan ayun belakang (hb) akibat

penambahan tinggi lengan ayun depan (hd) ... 42

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Sketsa got mujur dan got malang pada lahan tebu ... 1

Gambar 2.Rotary ditchermenggunakan PTO traktor ... 2

Gambar 3. Saluran drainase melintang yang dibuat olehditcher ... 2

Gambar 4. Penampang saluran drainase (Oktoyournal, 1988) ... 5

Gambar 5. Mekanisme empat batang penghubung sejajar (four bar parallel lingkage) ... 9

Gambar 6. Diagram kinematis empat batang penghubung sejajar ... 9

Gambar 7. Pergerakan suatu titik pada batang yang berotasi ... 10

Gambar 8. Diagram alir proses perancangan (Harsokoesoemo, 1999) ... 11

Gambar 9. Tahapan penelitian ... 13

Gambar 10. Hubungan tahanan penetrasi tanah terhadap kedalamannya pada guludan lahan tebu PG Jatitujuh ... 15

Gambar 11. Hubungan tahanan penetrasi tanah terhadap kedalamannya pada dasar alur lahan tebu PG Jatitujuh ... 15

Gambar 12. Hubungan tahanan penetrasi vertikal (small plate25 mm x 100 mm) pada guludan lahan tebu PG Jatitujuh ... 16

Gambar 13. Ukuran guludan dan alur barisan tanam lahanplant cane ... 16

Gambar 14. Kurva profil guludan asal pada lahanplant cane... 17

Gambar 15. Penampang saluran drainase yang dibentuk olehrotari ditcher .... 17

Gambar 16. (a) sketsa ukuran pembentuk saluran padarotary ditcher, dan (b) pembentuk saluran padarotary ditcher ... 17

Gambar 17. Penampang saluran drainase yang diinginkan ... 18

Gambar 18. Alternatif disain pengeruk dengan sistem mekanisme empat batang penghubung ganda ... 19

Gambar 19. Profil gerakan pengeruk yang dibentuk oleh sistem mekanisme empat batang penghubung ganda ... 20

Gambar 20. Alternatif disain pengeruk dengan sistem mekanisme empat batang penghubung sederhana ... 20

Gambar 21. Profil gerakan pengeruk yang dibentuk oleh sistem mekanisme empat batang penghubung sederhana ... 21

Gambar 22. Alternatif disain pengeruk dengan mekanisme empat batang penghubung terbalik ... 21

Gambar 23. Alternatif disain pengeruk tanah dengan sistem mekanisme empat batang penghubung sejajar ganda dan poros putar ... 22

(14)

Gambar 25. Rancangan pengeruk tanah dengan sistem mekanisme empat

batang penghubung sejajar (kanan) ... 25

Gambar 26. Rancangan rangka utama dan pengeruk tanah dengan roda penggerak mekanisme di belakang roda traktor ... 26

Gambar 27. Diagram kinematik sistem mekanisme empat batang penghubung sejajar ganda pada pengeruk tanah (tampak 3 sumbu koordinat) ... 27

Gambar 28. Diagram pergerakan yang dipertinggi (b > a) pada gerak rotasi yang sama (θ) ... 27

Gambar 29. Rancangan rangka mekanisme depan ... 30

Gambar 30. Rancangan rangka mekanisme belakang ... 30

Gambar 31. Rancangan roda penggerak mekanisme ... 31

Gambar 32. Rancangan pemegang roda ... 32

Gambar 33. Posisi pemegang roda terhadap poros mekanisme ... 32

Gambar 34. Rancangan lengan ayun depan ... 33

Gambar 35. Rancangan poros mekanisme ... 33

Gambar 36. Rancangan lengan ayun belakang ... 34

Gambar 37. Rancangan pengeruk tanah ... 35

Gambar 38. Posisi pengeruk setelah melewati guludan ... 35

Gambar 39. Rancangan standar lengan ayun pada rangka mekanisme ... 36

Gambar 40. Bangun volume tanah ... 37

Gambar 41. Penampang bangun volume tanah ... 37

Gambar 42. Bangun volume tanah samping ... 38

Gambar 43. Diagram kinematik sistem mekanisme empat batang penghubung sejajar ganda pada pengeruk tanah ... 40

Gambar 44. Kurva profil guludan awal dan guludan akhir ... 41

Gambar 45. Gerakan lengan ayun depan dan belakang ... 42

Gambar 46. Beban pada pengeruk ... 44

Gambar 47. Dimensi pengeruk ... 46

Gambar 48. Dimensi kanal UNP yang digunakan ... 49

Gambar 49. Beban pada roda penggerak ... 51

Gambar 50. Skema beban kerja sambungan las pada poros ... 55

Gambar 51. Modelditcherlengan ayun ... 56

Gambar 52. Bahan-bahan pembuatanditcherdrainase lengan ayun ... 58

Gambar 53. Rangka mekanisme ... 58

(15)

Gambar 55. Poros mekanisme ... 59

Gambar 56. Potongan lengan ayun depan ... 59

Gambar 57. Pemasangan lengan ayun depan pada poros mekanisme ... 60

Gambar 58. Pemasangan engsel pada lengan ayun depan ... 60

Gambar 59 (a) pengeruk dengan jari dan siku penguat, dan (b) pengeruk dengan jari, siku penguat dan dudukan belakang ... 61

Gambar 60. Lengan ayun belakang ... 62

Gambar 61. Roda penggerak mekanisme ... 62

Gambar 62. Pemegang roda ... 63

Gambar 63. Standar mekanisme pada rangka mekanisme ... 63

Gambar 64. Skema pengukuran perubahan ketinggian dan perubahan posisi (pergeseran), (a) depan, (b) belakang ... 64

Gambar 65. Pengujian lengan ayun menggunakanload celldan meteran ... 64

Gambar 66. Kurva kalibrasiload cell ... 65

Gambar 67. Grafik gerakan lengan ayun depan dan belakang untuk uji pemegang lama dan roda kecil ... 66

Gambar 68. Grafik beban pada roda depan untuk uji pemegang lama dan roda kecil ... 66

Gambar 69. Grafik gerakan lengan ayun depan untuk uji pemegang baru dan roda kecil posisi standar ... 67

Gambar 70. Grfaik beban pada roda depan untuk uji pemegang baru dan roda kecil posisi standar ... 67

Gambar 71. Grafik gerakan lengan ayun depan dan belakang untuk uji pemegang baru dan roda kecil posisi turun 5 cm ... 68

Gambar 72. Grafik beban pada roda depan untuk uji pemegang baru dan roda kecil posisi turun 5 cm ... 68

Gambar 73. Grafik gerakan lengan ayun depan dan belakang untuk uji pemegang baru dan roda kecil posisi turun 10 cm ... 69

Gambar 74. Grafik beban pada roda depan untuk uji pemegang baru dan roda kecil posisi turun 10 cm ... 69

Gambar 75. Grafik gerakan lengan ayun depan dan belakang untuk uji pemegang baru dan roda besar posisi standar ... 70

Gambar 76. Grafik beban pada roda depan untuk uji pemegang baru dan roda besar posisi standar ... 70

Gambar 77. Grafik gerakan lengan ayun depan dan belakang untuk uji pemegang baru dan roda besar posisi turun 5 cm ... 71

(16)

Gambar 79. Grafik gerakan lengan ayun depan dan belakang untuk uji

pemegang baru dan roda besar posisi turun 10 cm ... 72

Gambar 80. Beban pada roda depan untuk uji pemegang baru dan roda besar posisi turun 10 cm ... 73

Gambar 81. Diagram kinematik mekanisme timbangan ... 74

Gambar 82. Diagram kinematik mekanisme batang penghubung pada pengeruk ... 74

Gambar 83. Pengangkatan maksimumditcherdrainaase lengan ayun oleh lower linktraktor ... 75

Gambar 84. Posisi baru lengan ayun depan terhadap poros setelah dimodifikasi ... 76

Gambar 85. Besi plat dudukanpillow blockyang dimundurkan ... 76

Gambar 86. Slip roda traktor menggeser tanah guludan ke belakang ... 77

Gambar 87. Pemegang baru yang diperpanjang ... 78

Gambar 88. Tumpahan tanah dari samping dalam pengeruk ... 78

Gambar 89. Pengeruk baru yang telah ditambahkan plat pada samping dalam ... 78

Gambar 90. Roda penggerak baru dengan diameter lebih besar dan tanpa penutup roda ... 79

Gambar 91. Kinerja pengeruk tanah di lahan: (a) pengeruk mengeruk tanah, (b) pengeruk menggeser dan mengangkat tanah, dan (c) pengeruk menumpahkan tanah diatas guludan ... 80

Gambar 92. Alur antara guludan yang telah dipindahkan tanahnya ... 80

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pendekatan perhitungan tinggi tanah yang menutupi alur ... 84

Lampiran 2. Pendekatan perhitungan profil lintasan roda traktor dan profil guludan akhir ... 85

Lampiran 3. Tabel data pendekatan perhitungan profil lintasan roda traktor dan guludan akhir ... 86

Lmpiran 4. Profil awal, profil lintasan roda traktor, dan profil guludan akhir, serta kenaikan lengan ayun belakang secara teoritis ... 87

Lampiran 5. Perhitungan profil lintasan as roda penggerak ... 88

Lampiran 6. Data perhitungan profil guludan akhir dengan memperhitungkan diameter roda (profil as roda penggerak) ... 89

Lampiran 7. Data perhitungan profil guludan akhir dengan memperhitungkan diameter roda ... 90

Lampiran 8. Kurva profil guludan awal, profil lintasan roda traktor, profil as roda penggerak, profil guludan akhir rancangan, dan profil guludan akhir dengan memperhitungkan profil as roda ... 91

Lampiran 9. Data pengukuran uji fungsional pengeruk tanah pada DILA ... 92

Lampiran 10. Data pengukuran uji fungsional pengeruk tanah pada DILA ... 93

Lampiran 11. Data pengukuran uji fungsional pengeruk tanah pada DILA ... 94

Lampiran 12. Data pengukuran uji fungsional pengeruk tanah pada DILA ... 95

Lampiran 13. Simulasi gerakan pengeruk tanah dengan sistem mekanisme empat batang penghubung sejajar ganda dan poros putar ... 96

Lampiran 14. Simulasi gerakan pengeruk tanah dengan sistem mekanisme empat batang penghubung sejajar ganda dan poros putar ... 97

Lampiran 15. Simulasi gerakan pengeruk tanah sistem mekanisme empat batang penghubung sejajar ganda dan poros putar ... 98

Lampiran 16. Karakteristik tanah (McKyess, 1985) ... 99

Lampiran 17. Sifat-sifat beberapa bahan teknik (Popov E.P, 1994) ... 100

Lampiran 18. Sifat-sifat mekanis standar suatu bahan teknik (Sularso, 1997) ... 101

Lampiran 19. Karakteristik kanal UNP (www.krakatausteel.com) ... 102

Lampiran 20. Spesifikasi traktor deutz ... 103

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman tebu akan tumbuh dengan baik pada lahan kering dengan

pengairan yang cukup. Lahan yang terlalu basah akan mengganggu

pertumbuhan tebu dan menghambat pengoperasian alat berat di lapangan.

Karena itu, pembuatan saluran drainase sangat penting pada budidaya tebu.

Pengairan lahan di perkebunan tebu di Indonesia pada umumnya

menggunakan sistem gelontor. Sistem drainase yang digunakan adalah drainase permukaan. Pada perkebunan yang cukup luas pembuatan saluran

drainase menggunakan sistem alur sehingga mempermudah pembuangan

kelebihan air, terutama saat terjadi hujan.

PT. PG Jatitujuh adalah salah satu Pabrik Gula yang telah menggunakan

mekanisasi pertanian dalam budidaya tebu. Sistem drainase yang diterapkan di

PG Jatitujuh adalah sistem drainase dengan alur. Saluran drainase ini dibuat

dengan membentuk saluran utama (main drain), saluran keliling (got keliling),

saluran sejajar arah guludan (got mujur), dan saluran melintang arah guludan

(got malang) seperti ditunjukkan oleh Gambar 1. Saluran drainase ini dibuat

dengan menggunakan ditcher atau rotary ditcher. Pada pengoperasian dan perawatannya, ditcher lebih mudah dari pada rotary ditcher. Dari hasil kerjanya,rotary ditcherlebih baik dari padaditcher.

Gambar 1. Sketsa got mujur dan got malang pada lahan tebu.

alur tanam

got malang

guludan

tanah yang menghalangi alur

(19)

Sampai saat ini perkebunan-perkebunan tebu di Indonesia telah

menggunakan rotary ditcher untuk membuat saluran drainasenya. Rotary ditcher menggunakan PTO (Power Takeoff) traktor sebagai sumber tenaga penggerak rotasinya (Gambar 2).

Gambar 2.Rotary ditchermenggunakan PTO traktor.

Kendala utama dari penggunaan ditcher pada pembuatan saluran drainase melintang yaitu tanah yang diangkat dan ditumpahkan ke samping

olehditcher, akan menutupi alur (saluran drainase) diantara guludan (Gambar 3). Ketika hujan turun atau dilakukan pengairan, maka aliran air akan

terhambat oleh adanya tanah yang menghalangi saluran tersebut.

Saluran drainase diantara guludan akan mengalirkan air dengan baik

jika tidak terdapat tanah yang menghalanginya. Karena itu perlu dirancang

suatu mekanisme pengeruk tanah yang dapat memindahkan tanah yang

menghalangi alur tersebut ke tempat lain. Tempat yang tidak dialiri air adalah

guludan itu sendiri.

Gambar 3. Saluran drainase melintang yang dibuat olehditcher. universal

jointuntuk PTO traktor

tanah yang menghalangi

alur antar guludan

(20)

B. Tujuan

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk merancang ditcher drainase yang tidak menggunakan tenaga PTO traktor, yang dilengkapi dengan

pengeruk tanah untuk memindahkan tanah dari dasar alur ke atas guludan.

Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu 1) merancang pengeruk tanah pada

ditcher lengan ayun, 2) membuat prototipe pengeruk tanah pada ditcher lengan ayun, 3) melakukan uji fungsional prototipe pengeruk tanah pada skala

laboratorium, 4) menganalisa data hasil uji fungsional dan menggambarkan

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Tebu

Tanaman tebu (saccharum officinarum L.) merupakan salah satu

tanaman penghasil gula. Tebu termasuk kelas Monokotiledon, ordo Glumaceae, famili Gramineae, kelompokAndropogoneaae, genus Saccharum (Sudiatso, 1982).

Tanaman tebu mempunyai kepekaan terhadap kekurangan atau

kelebihan air selama periode tertentu. Carter (1975) dalam Koto (1984),

menyatakan bahwa terdapat hubungan linier yang positif antara tinggi muka

air tanah selama periode pertumbuhan dan periode pemasakan terhadap

produksi tebu. Semakin dalam tinggi muka air tanah selama periode tertentu,

maka hasil tebu yang akan dipanen semakin besar. Kedalaman muka air tanah

sedalam 120 cm dari permukaan tanah merupakan keadaan yang optimal bagi

pertumbuhan tanaman tebu pada jenis tanah liat berlempung (Carter, 1975

dalam Koto, 1984).

Barnes dalam Sudiatso (1982) menyatakan bahwa iklim berpengaruh

besar terhadap pertumbuhan tebu, rendemen dan gula. Tanaman tebu tumbuh

baik di daerah beriklim panas di tropika dan subtropika di sekitar khatulistiwa

sampai garis isotherem 20 oC (39o LU - 35o LS). Muller dalam Sudiatso (1982), menyatakan bahwa data rata curah hujan tahunan yang baik bagi

pertumbuhan tebu antara 1800- 2500 mm.

B. Drainase Pada Budidaya Tanaman Tebu

Drainase adalah pengurangan/pembuangan volume air pada lahan

pertanian yang tidak diperlukan lagi oleh tanaman dengan maksud untuk

meningkatkan produktifitas tanaman. Drainase dapat dilakukan dengan dua

cara yaitu drainase permukaan dan drainase bawah permukaan. Drainase

permukaan (surface drainage) mengalirkan kelebihan air yang tergenang di

atas permukaan tanah.

Beberapa jenis bentuk saluran drainase yang umum yaitu bentuk

(22)

Gambar 4. Penampang saluran drainase (Oktoyournal, 1988).

Drainase penting pada budidaya tanaman tebu. Tebu membutuhkan air

yang sesuai selama pertumbuhannya. Hal ini dikarenakan tanaman tebu

memiliki akar yang sangat peka terhadap gangguan air, baik kelebihan atau

kekurangan air (Nahdodin, 1993).

Selama masa pertumbuhan, tanaman tebu membutuhkan banyak air.

Sedangkan menjelang tebu siap untuk dipanen, dikehendaki keadaan kering

tidak ada hujan. Drainase tanah yang tidak baik akan mengakibatkan

berlimpahnya kation tereduksi dan gas metan. Gas metan ini merupakan racun

bagi tanaman tebu (Notojoewono, 1970).

Kekurangan air selama masa pertumbuhan akan menyebabkan tanaman

tebu memiliki ukuran yang kecil dan kerdil. Kelebihan air karena hujan akan

mengakibatkan kadar gula dalam batang menurun sehingga rendemen tebu

akan berkurang. Pertumbuhan tebu pada daerah tanah yang terendam air akan

menyebabkan tanaman tebu mati karena sifat akar tanaman tebu yang mudah

busuk (Wardojo, 1996).

Masalah drainase biasanya tidak ditemukan di daerah yang bertanah

poros dan mempunyai muka air tanah dalam (1m). Masalah drainase timbul

terutama di daerah tanah berat, muka air tanah yang dangkal dan daerah yang

datar. Pembuatan saluran drainase dimulai dari pembuatan got keliling

berukuran 60–90 cm dengan kedalaman 100–120 cm. Kemudian got mujur yang berukuran 60 – 80 cm dengan kedalaman 50 –75 cm. Jarak antar got mujur ini 50 – 125 m. Tegak lurus dengan got mujur dibuat got malang dengan ukuran 40 – 50 cm dengan kedalaman 30 – 40 cm. Jarak antar got malang ini adalah 10 m (Wardojo,1996).

(23)

irigasi pada petak (blok-kebun-adfeling). Penggunaan alat-alat mekanis tidak

optimal pada sistem ini. Penggunaan alat-alat mekanis lebih baik pada sistem

alur. Alur berfungsi membuang kelebihan air. Kelebihan air ini disalurkan

pada got malang dan got mujur. Perbedaan sistem alur dengan sistemReynoso yaitu pada sistem alur, ukuran dan tata letak dapat diatur dan disesuaikan

dengan pemakaian alat-alat mekanis maupun tanaman.

C. Ditcher

Ditcher adalah alat untuk membuat saluran drainase (got) pada lahan pertanian. Furrower (pembuat alur) dapat digunakan sebagai ditcher sebagaimana menurut Boers (2003) dalam Saputro (2004), fungsi furrower antara lain membuat alur, menutup benih dan membuat alur untuk irigasi atau

saluran drainase.

Bagian-bagianfurroweryaitu:

1. Mata bajak yang berfungsi sebagai ujung bajak yang memulai menembus

tanah.

2. Pisau bajak yang berfungsi untuk membelah.

3. Singkal majemuk (sayap) yang berfungsi untuk mengangkat dan

membalikkan tanah ke kanan dan ke kiri.

4. Rangka batang penarik (tangkai) yang berfungsi sebagai tempat

menempelnya bajak dan berhubungan dengan rangka utama.

D. Pengaruh Lalu Lintas Traktor Terhadap Pemadatan Tanah

Kerapatan isi tanah menunjukkan perbandingan antara berat tanah

kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Kerapatan isi

tanah menunjukkan kepadatan tanah. Semakin padat suatu tanah maka

semakin tinggi kerapatan isinya, yang berarti semakin sulit meneruskan air

atau ditembus oleh akar tanaman (Hardjowigeno, 1987).

Kekuatan tanah adalah kemampuan dari suatu tanah untuk melawan

gaya yang bekerja, atau dikatakan juga sebagai kemampuan suatu tanah untuk

mempertahankan diri dari deformasi atau regangan (Mandang dan Nishimura,

(24)

diperlukan oleh peralatan pertanian untuk bekerja atau akar tanaman untuk

menembus tanah. Tahanan penetrasi tanah secara umum meningkat sampai

kedalaman tertentu dengan meningkatnya kedalaman tanah dan menurun

setelah mencapai titik maksimum (Palawi, 1999).

Nilai tahanan penetrasi diukur dengan menggunakan penetrometer dengan parameter cone index (indeks kerucut). Cone index adalah indeks untuk menyatakan kemampuan tanah melawan atau menahan gaya penetrasi

dari suatu kerucut. Indeks kerucut tanah menunjukkan tingkat kekerasan tanah.

Faktor yang mempengaruhi nilaicone indexadalah kerapatan isi, kadar air dan jenis tanah. Davies et al (1993), menyatakan bahwa tahanan penetrasi tanah sangat tergantung pada kadar air tanah dan biasanya digunakan sebagai

pembanding antara tempat-tempat yang berbeda pada areal lahan yang sama

pada hari yang sama.

Traktor roda 4 merupakan penarik, penggerak dan penyaluran daya bagi

alat pengolahan tanah atau implemen. Traktor roda 4 digunakan pada lahan

luas. Akibat berat dari traktor itu sendiri akan terjadi pemadatan tanah. Rozaq

(1989), menyatakan bahwa:

1. Torsi pada roda traktor akan mengakibatkan pemadatan tanah sampai

tingkat kepadatan tertentu. Di atas tingkat ini peningkatan torsi roda

traktor akan mengurangi kekuatan tanah.

2. Peningkatan torsi roda depan dan roda belakang traktor adalah tidak sama.

Situasi ini akan mempengaruhi proses pemadatan tanah.

3. Pemadatan tanah oleh 4 roda traktor cukup rumit dan menghasilkan

pemadatan tanah yang berbeda antara roda depan dan roda belakang. Roda

depan akan memadatkan tanah lebih mudah dari pada roda belakang.

Menurut Liljedahlet al (1989) tekanan yang diberikan oleh roda traktor terhadap tanah dapat didekati dengan persamaan:

A W

P ... (1)

bl

A0.78 ... (2)

di mana b: lebar roda (m)

(25)

Dalam bukunya, McKyes (1985) menyatakan bahwa:

4 d

l  untuk lapisan tanah keras ... (3)

2 d

l  untuk lapisan tanah remah ... (4)

di manadadalah diameter roda traktor.

E. Kinematika Sistem Mekanisme Empat Batang Penghubung

Kinematika adalah ilmu yang mempelajari tentang suatu gerak tanpa

memandang gaya penyebabnya. Rantai kinematik adalah gabungan dari

batang penghubung dan sambungan yang saling terkait untuk menghasilkan

gerakan teratur sebagai produk dari gerakan sumber (Norton, 1992).

Kinematika mesin adalah suatu pengetahuan mengenai gerak relatif dari

bagian-bagian mesin. Rantai kinematik adalah sebuah sistem dari

batang-batang penghubung yang berupa benda-benda kaku, yang digabungkan atau

hanya bersinggungan saja sehingga memungkinkan mereka untuk bergerak

relatif satu terhadap yang lain (Martin, 1985).

Gerakan sebuah benda kaku dalam suatu ruang adalah bebas. Pada

dasarnya jika dilihat dari suatu rangka acuan tetap, gerakan tersebut

merupakan gerakan kombinasi dari gerakan rotasi dan translasi. Norton (1992)

menyatakan bahwa:

1. Gerakan rotasi murni adalah gerakan suatu benda kaku yang hanya

memiliki satu titik (pusat putaran). Pusat putaran tersebut tidak bergerak

terhadap rangka acuan. Gerakan setiap titik pada benda tersebut akan

menggambarkan busur dari lingkaran-lingkaran yang mengelilingi pusat

putaran. Garis acuan yang melalui pusat lingkaran dan setiap titik pada

benda, hanya akan membedakan sudutnya saja.

2. Gerakan translasi murni adalah gerakan suatu benda kaku di mana seluruh

titik pada benda tersebut bersifat paralel. Garis acuan yang

menggambarkan pergerakan benda tersebut berupa garis lurus tetapi tidak

(26)

3. Gerakan kompleks adalah gerakan gabungan secara bersamaan antara

gerakan rotasi dan translasi. Garis acuan yang terbentuk pada benda

menunjukan perubahan posisi secara linier dan orientasi sudutnya.

Mekanisme (rantai kinematik terbatas) adalah rantai kinematik di mana

salah satu dari batang penghubungnya tetap, dan gerakan dari sebarang batang

penghubung lain ke posisinya yang baru akan menyebabkan setiap batang

penghubung lain bergerak ke posisi tertentu yang telah diramalkan (Martin,

1985).

Mekanisme merupakan suatu alat pengubah gerakan menjadi pola

tertentu yang diinginkan dan biasanya melipatgandakan gaya yang kecil.

Norton menyatakan bahwa mekanisme adalah rantai kinematik yang

setidaknya memiliki satu batang penghubung (linkage) yang bersifat sebagai

ground atau terikat pada rangka (acuan gerak), seperti ditunjukkan oleh Gambar 5. Batang penghubung diasumsikan sebagai benda kaku yang

setidaknya memiliki dua titik hubung ataunode.

Gambar 5. Mekanisme empat batang penghubung sejajar (four bar parallel lingkage).

Gambar 6. Diagram kinematik empat batang penghubung sejajar. node

linkage

ground

2

3 1

4 O2

(27)

Panjang batang 2 sama dengan panjang batang 4 dan panjang batang 3

sama dengan jarak O2O4, sehingga batang 2 dan batang 4 akan selalu

mempunyai kecepatan sudut yang sama (Gambar 6).

Martin (1985) menyatakan bahwa lintasan (displcement)dari sebuah titk

adalah perubahan dari posisinya dan dia adalah besaran vektor (Gambar 7).

Gambar 7. Pergerakan suatu titik pada batang yang berotasi.

Martin (1985) juga menyatakan bahwa ukuran besar dari lintasan linier

dapat dinyatakan dalam bentuk ukuran besar x dan y sehingga terbentuk persamaan:

   

2 2

y x

s    

 ... (5)

dan arahnya terhadap sumbu x:

x y   

tan ... (6)

F. Disain (Perancangan)

Menurut Harsokoesoemo (1999) perancangan adalah kegiatan awal dari

proses pembuatan suatu produk yang dapat membantu dan meringankan

kehidupan manusia. Perancangan terdiri dari serangkaian kegiatan yang

berurutan. Kegiatan-kegiatan dalam proses perancangan disebut fase.

Fase-fase dalam proses perancangan ditunjukkan oleh gambar 8. Proses

perancangan produk yang memperhatikan metode produksi yang akan dipakai

nanti disebut sebagaiconcurrent designatausimultenous design.

y

x

s

(28)

Gambar 8. Diagram alir proses perancangan (Harsokoesoemo, 1999) Kebutuhan

Analisis masalah, spesifikasi produk dan perancangan proyek

Perancangan konsep produk

Perancangan produk

Evaluasi produk hasil rancangan

(29)

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2006 sampai dengan

bulan Juli 2006. Pengambilan data awal untuk identifikasi masalah dilakukan

di lahan tebu PG Jatitujuh. Perancangan prototipe dan pembuatan model

dilaksanakan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian (TMBP),

Departemen Teknik Pertanian. Pembuatan prototipe, uji fungsional

mekanisme dan uji kinerja alat dilakukan di Laboratorium Lapang dan Lahan

Percobaan Departemen Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor di

Leuwikopo, Darmaga, Bogor.

B. Bahan dan Peralatan

1. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan untuk pembuatan prototipeditcher drainase lengan ayun terdiri dari:

a. Besi plat tebal 15 mm, 10 mm, 8 mm, 6 mm, dan 3 mm.

b. Besi silinder pejal diameter 25 mm, 32 mm dan 70 mm.

c. Besi pipa diameter luar 42.5 mm, 32 mm dan 30 mm.

d. Besi kanal UNP ukuran 38 mm x 76 mm tebal 5 mm dan 50 x 100 mm

tebal 5 mm.

e. Besi siku ukuran 100 mm ×100 mm tebal 8 mm, 70 mm x 70 mm tebal

6 mm, dan 30 mm x 30 mm tebal 2 mm.

f. Baut, ring, mur,pillow block, flange,bearing,pegas diameter 20 mm. g. Cat dan perlengkapan lainnya.

2. Alat Penelitian

a. Alat ukur yang digunakan untuk pengukuran kondisi tanah yang terdiri

dari peralatan analisis tekstur tanah, perlengkapan pengambilan contoh

tanah (ring sample),penetrometertipe SR-2, dan oven.

b. Alat untuk pembuatan prototipe dicher antara lain gerinda potong, las

listrik, las potong, gerinda tangan, bor listrik, mesin bubut, penggaris

(30)

c. Alat untuk pengukuran uji fungsional skala laboratorium dan uji

kinerja lapangan yang terdiri load cell, handy strain meter, penggaris stainless steel100 cm dan 60 cm, busur derajat,waterpass, alat angkat (katrol rantai), traktor roda 4 dengan daya 70 hp.

C. Tahapan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan

rancangan secara umum yaitu berdasarkan pendekatan rancangan fungsional

dan pendekatan rancangan struktural. Tahapan dari penelitian yang

[image:30.595.125.510.245.728.2]

dilaksanakan ditunjukkan oleh Gambar 9.

Gambar 9. Tahapan penelitian.

Analisis disain dan pembuatan gambar teknik Mulai

Perumusan dan penyempurnaan konsep disain

Pembuatan prototipe alat

Uji fungsional

Uji kinerja prototipe alat Berhasil

Selesai Modifikasi

Data dan informasi penunjang

Pembuatan model

Y

T

T

Y

Uji fungsional

Berhasil

(31)

1. Identifikasi Masalah

Masalah yang ada di lapangan sudah teridentifikasi sehingga

diperlukan data pendukung yang lain, yaitu kondisi tanah berupa sifat fisik

dan mekanik tanah. Data pendukung ini diperlukan pada saat pembuatan

saluran drainase dilakukan. Data lainnya yaitu ukuran dan pola penampang

saluran drainase yang diinginkan, serta jumlah tanah yang harus

dipindahkan. Data pengujian kadar air pada lahan tebu di PG Jatitujuh

disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data pengujian kadar air pada lahan tebu PG Jatitujuh

No Sampel BW (gram) BB+R (gram) BK+R (gram) BB (gram) BK (gram) KA (%) Vt (cc) BD Ket (posisi)

R19 60.3 170.5 148.6 110.2 88.3 19.9 100.0 0.9

permukaan guludan

R12 60.3 171.7 147.6 111.4 87.3 21.6 100.0 0.9 tengah guludan

R20 60.0 161.6 144.2 101.6 84.2 17.1 100.0 0.8 bawah guludan

R22 60.3 183.5 158.4 123.2 98.1 20.4 100.0 1.0 dasar guludan

R21 61.2 205.2 173.1 144.0 111.9 22.3 100.0 1.1 dasar guludan

R11 60.8 199.7 169.0 138.9 108.2 22.1 100.0 1.1 dasar guludan

Kondisi tanah berupa hubungan tahanan penetrasi dengan

kedalaman tanah pada guludan dan dasar alur tanam. Data pengukuran

disajikan oleh Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4 dan ditunjukkan oleh Gambar 10,

Gambar 11 dan Gambar 12.

Tabel 2. Data tahanan penetrasi tanah pada lahan tebu plant cane pada guludan lahan tebu PG Jatitujuh

Kedalaman

(cm) 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

18 16 20 24 28 24 26 24 24 28 32 34

8 20 24 20 24 24 24 24 26 24 24 24

12 14 12 10 22 42 36 34 26 24 26 26

12 14 16 16 14 14 30 26 24 26 28 28

4 4 26 26 26 40 38 22 24 26 30 28

8 22 20 20 28 32 38 40 40 32 32 32

14 20 12 16 20 20 20 20 26 30 32 34

8 6 24 16 18 18 24 26 30 24 26 26

8 14 18 16 20 18 26 32 38 44 44 44

Beban (kg)

10 12 14 16 16 16 22 24 24 32 30 32

Total 102 142 186 180 216 248 284 272 282 290 304 308

Rata-rata 10.2 14.2 18.6 18 21.6 24.8 28.4 27.2 28.2 29 30.4 30.8 Cone Index

(32)

0 10

20

30 40 50

60

70

0 5 10 15 20

Tahanan penetrasi tanah (kg/cm2)

K

e

d

a

la

m

a

n

(c

m

[image:32.595.234.424.88.242.2]

)

[image:32.595.202.472.322.565.2]

Gambar 10. Hubungan tahanan penetrasi tanah terhadap kedalamannya pada guludan lahan tebu PG Jatitujuh.

Tabel 3. Data tahanan penetrasi tanah pada lahan tebu plant cane pada dasar alur lahan tebu PG Jatitujuh

Kedalaman (cm) 5 10 15 20 25 30

16 26 36 44 48 50

22 30 32 36 40 46

30 28 22 32 40 42

22 22 24 24 26 34

24 34 26 30 30 32

26 24 24 24 24 24

20 24 30 34 40 44

20 16 24 30 36 42

26 22 24 22 22 32

Beban (kg)

16 16 28 28 28 30

Total 222 242 270 304 334 376

Rata-rata 22.2 24.2 27 30.4 33.4 37.6

Cone Index (kg/cm2) 11.1 12.1 13.5 15.2 16.7 18.8

0

10

20

30

40

10 12 14 16 18 20

[image:32.595.228.423.542.701.2]

Tahanan penetrasi tanah (kg/cm2)

(33)
[image:33.595.231.431.154.420.2]

Tabel 4. Data tahanan penetrasi vertikal (small plate 25 mm x 100 mm) pada guludan lahan tebu PG Jatitujuh

Kedalaman (cm) 7 12 17 11.9 31.9 39.9 29.9 49.9 49.9 51.9 OV OV 51.9 51.9 OV 19.9 41.9 51.9 Total 165.5 175.6 141.7 Rata-rata 33.1 43.9 47.23 Cone Index (kg/cm2) 1.3 1.8 1.9

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

Tahanan Penetrasi (kg/cm2)

K

e

d

a

la

m

a

n

(c

m

)

Gambar 12. Hubungan tahanan penetrasi vertikal (small plate 25 mm x 100 mm) pada guludan lahan tebu PG Jatitujuh.

Ukuran guludan dan alur barisan tanam lahan plant cane hasil pengukuran ditunjukkan oleh Gambar 13.

Gambar 13. Ukuran guludan dan alur barisan tanam pada lahanplant cane.

Dengan melakukan pendugaan pada setiap titik lebar guludan dan

tinggi guludan, maka diperoleh profil guludan asal seperti ditunjukkan

oleh Gambar 14.

135

(34)

0 10 20 30 40 50

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 Lebar guludan (cm)

T

in

g

g

i

g

u

lu

d

a

n

(c

m

)

Gambar 14. Kurva profil guludan asal pada lahanplant cane.

Saluran drainase yang ada di lahan tebu pada umumnya dibuat oleh

[image:34.595.239.424.289.414.2]

rotary ditcher. Bentuk penampangnya seperti tampak pada Gambar 15.

Gambar 15. Penampang saluran drainase yang dibentuk olehrotari ditcher.

Bentuk penampang ini adalah hasil dari pembentuk saluran drainase

rotary ditcherseperti terlihat pada Gambar 16.

0 20 40 60 80 100

0 20 40 60 80 100 120 Lebar (cm)

T

in

g

g

i

(c

m

)

(a) (b)

Gambar 16. (a) sketsa ukuran pembentuk saluran padarotary ditcher, dan (b) pembentuk saluran padarotary ditcher.

Ukuran penampang saluran drainase yang diinginkan berdasarkan

kebutuhan lahan dan pendekatan pembentuk saluran drainase rotary ditcher(Gambar 17).

35 cm

(35)

0 10 20 30 40 50

-10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Lebar (cm)

K

e

d

a

la

m

a

n

(c

m

)

Gambar 17. Penampang saluran drainase yang diinginkan.

Saluran drainase yang diinginkan tersebut harus dapat dibuat oleh

ditcher tanpa menggunakan daya PTO traktor. Ditcher yang digunakan merupakan furrower yang dimodifikasi. Prinsip kerja dari ditcher ini adalah membuka tanah, mengangkat dan menumpahkannya di samping

furrower. Tumpahan tanah dari furrower ini akan menutupi bibir alur antara guludan sehingga menghambat saluran drainase. Untuk

memindahkan tumpahan tanah ini diperlukan suatu sistem mekanisme

pemindah tanah. Pemindahan tanah ini dapat dilakukan tanpa

menggunakan tenaga lain dari traktor, yaitu dengan memanfaatkan profil

guludan yang ada sebagai sumber utama gerakan mekanisme.

2. Penyempurnaan Ide dan Perumusan Konsep Disain

Konsep disain yang ada harus memiliki fungsi untuk memindahkan

tanah dari dasar alur ke atas guludan tanpa menggunakan PTO traktor.

Konsep awalnya yaitu tanah pada dasar alur diangkat kemudian

dipindahkan ke atas guludan. Untuk memindahkan tanah ini dapat

menggunakan pengeruk yang akan begerak naik mengikuti profil guludan,

menggusur dan menaikan tanah ke atas guludan kemudian melewatinya.

Karena itu pengeruk harus bergerak mengikuti profil guludan pada bagian

awal dan akhir guludan, tetapi bergerak lebih tinggi daripada puncak

guludan ketika melewatinya.

Agar pengeruk dapat bergerak mengikuti profil guludan maka

sumber gerakannya dapat berasal dari profil guludan itu sendiri. Untuk itu

dibutuhkan suatu benda yang dapat bergerak bebas mengikuti profil

guludan tetapi tidak mengganggu profil tersebut, karena itu digunakan

(36)

daripada naiknya roda, karena itu mekanisme empat batang penghubung

dapat digunakan untuk menghasilkan gerakan tersebut. Apabila salah satu

batang berbeda panjang dengan batang yang lain maka pergerakan yang

terjadi pada batang tersebut bisa diperpendek atau diperpanjang.

Ide-ide yang ada untuk membuat mekanisme seperti ini

dikumpulkan dan dirumuskan untuk menghasilkan beberapa konsep disain

fungsional maupun struktural. Perumusan ini dilakukan dengan

mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait, dan dilengkapi dengan

gambar sketsa. Beberapa alternatif disain fungsional adalah sebagai

berikut:

2.1. Pengeruk dengan mekanisme empat batang penghubung ganda

Dinamakan demikian karena pengeruk tanah ini terdiri dari 2

bagian mekanisme empat batang penghubung (Gambar 18). Batang

penghubung A akan menggerakkan batang penghubung B. Naiknya

roda mengakibatkan bergeraknya mekanisme batang penghubung A.

Pergerakan ini menyebabkan mekanisme batang penghubung B ikut

bergerak karena dihubungkan oleh batang C. Perbedaan posisi pin

batang C pada batang penghubung A dan B antara pin atas dan pin

bawah, menyebabkan batang penghubung atas naik lebih tinggi

sehingga pengeruk akan bergerak lebih tinggi.

Gambar 18. Alternatif disain pengeruk dengan sistem mekanisme empat batang penghubung ganda.

mekanisme empat batang penghubung B

mekanisme empat batang penghubung A

(37)

Kelebihan dari pengeruk tanah ini yaitu profil gerakan pengeruk

dibentuk dari profil guludan asal itu sendiri, karena pengeruk dan roda

penggerak berada pada satu posisi. Kelemahannya yaitu dengan

mekanisme seperti ini, maka profil yang dibentuk oleh guludan tidak

sesuai dengan bentuk guludan asal. Hasil yang diperoleh melalui

analisa sederhana ditunjukkan oleh Gambar 19.

Gambar 19. Profil gerakan pengeruk yang dibentuk oleh sistem mekanisme empat batang penghubung ganda.

2.2. Pengeruk dengan mekanisme empat batang penghubung sederhana

Profil pergerakan pengeruk pada pengeruk tanah dengan sistem

mekanisme ini, tergantung dari profil guludan di depannya (Gambar

20). Kelebihan dari sistem mekanisme ini adalah sederhana. Namun

profil yang dibentuk oleh pergerakan pengeruk masih belum

mendekati guludan asal (Gambar 21).

Gambar 20. Alternatif disain pengeruk dengan sistem mekanisme empat batang penghubung sederhana.

(38)

Gambar 21. Profil gerakan pengeruk yang dibentuk oleh sistem mekanisme empat batang penghubung sederhana.

2.3. Pengeruk dengan mekanisme empat batang penghubung terbalik

Pengeruk tanah dengan sistem mekanisme ini melakukan

pergerakan antara roda dan pengeruk secara terbalik (Gambar 22).

Apabila roda melintasi dasar alur, maka pengeruk akan naik di atas

guludan asal.

Gambar 22. Alternatif disain pengeruk dengan mekanisme empat batang penghubung terbalik.

Kelebihan dari sistem mekanisme ini adalah bentuknya yang

relatif kecil dan tidak terlalu panjang. Kelemahannya yaitu sistem

mekanisme ini tidak dapat diterapkan di lapangan karena profil antara

alur guludan dengan puncak guludan berbeda. Selain itu ruang yang

tersedia untuk mekanisme hanya sepanjang 65 cm. Profil pergerakan

roda sangat dikhawatirkan terganggu oleh tumpahan tanah di

belakangnya. Kelemahan yang lain yaitu perlunya gaya bantu agar

roda dapat turun. Gaya bantu ini bisa didapatkan dengan menggunakan

(39)

2.4. Pengeruk dengan mekanisme empat batang penghubung sejajar ganda

dan poros putar

Sistem mekanisme ini menggunakan dua mekanisme empat

batang penghubung untuk menjaga roda dan pengeruk agar selalu

berada pada posisi horizontal (Gambar 23). Untuk menyalurkan gaya

dan pergerakannya maka digunakan poros. Kelebihan dari sistem

mekanime ini adalah profil gerakan pengeruk mendekati bentuk

guludan asal. Kelemahan sistem mekanisme ini yaitu roda dan

pengeruk akan bergeser ke samping ketika bergerak naik. Selain itu

apabila sistem ini tidak bekerja dengan baik, maka roda penggeraknya

akan menggusur tanah guludan ke depan.

Gambar 23. Alternatif disain pengeruk tanah dengan sistem mekanisme empat batang penghubung sejajar ganda dan poros putar.

Pengeruk dengan sistem mekanisme empat batang penghubung

sejajar ganda dan poros putar dipilih karena cukup memenuhi prasyarat

dan sistem yang mendukung efektifitas operasional alat di lapangan, yaitu

ditcher dan kebutuhan rangka. Pengeruk ini disebut dengan pengeruk lengan ayun. Dinamakan demikian karena sistem mekanisme empat batang

penghubung sejajar ganda yang bekerja pada pengeruk mirip dengan

lengan ayun.

3. Analisis Disain dan Pembuatan Gambar Teknik Konsep

Analisis disain, analisis teknik termasuk dimensi dan kekuatan

bahan, dengan mempertimbangkan faktor-faktor luar dijelaskan lebih

lanjut pada sub-bab analisis struktural. Analisis disain yang dilakukan

(40)

yaitu Automatic Spreadsheet. Pembuatan gambar teknik konsep disain yang dipilih juga dengan menggunakan bantuan komputer, yaitu dengan

menggunakanCAD(Computer Aided Design). 4. Pembuatan Model

Pembuatan model dengan skala 1:2 dilakukan dengan maksud untuk

melihat apakah mekanisme penyelesaian masalah tersebut sudah berfungsi

dengan baik atau tidak. Jika terjadi kesalahan, akan mudah dikoreksi dan

meminimumkan biaya pembuatan prototipe. Pembuatan model juga

dimaksudkan untuk memberikan gambaran nyata pembuatan prototipe.

Pembuatan model dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya

Pertanian (TMBP), Departemen Teknik Pertanian, IPB.

5. Pembuatan Prototipe

Pembuatan prototipe merupakan lanjutan dari pembuatan dan

pengujian model. Pembuatan prototipe ini adalah pembuatan alat pertama

secara nyata dari rancangan awal dan bahan yang telah disediakan.

Pembuatan prototipe dilakukan di Laboratorium Lapangan Departemen

Teknik Pertanian di Leuwikopo.

6. Uji Fungsional

Uji fungsional dilakukan pada prototipe alat untuk mengetahui dan

memastikan tiap-tiap bagian dapat berfungsi dengan baik dan tujuan

konsep disain tercapai. Uji fungsional dilakukan terutama pada sistem

mekanisme pengeruk. Hal ini dilakukan karena faktor keberhasilan untuk

membentuk saluran drainase tanpa hambatan tergantung pada sistem

mekanisme ini. Data hasil uji fungsional digunakan untuk memberikan

gambaran (simulasi) kinerja prototipe alat ketika digunakan di lahan.

Pengujian yang dilakukan adalah kesesuaian pergerakan roda

dengan pengeruk dan beban pada roda. Pengujian dilakukan dengan cara

mengangkat roda penggerak. Pengujian dilakukan saat kondisi prototipe

alat berada pada posisi datar (level). Hal ini sangat penting karena posisi

prototipe alat mempengaruhi pengukuran tinggi lengan ayun dan beban

(41)

1. Mistarstainless steel60 cm dan 100 cm masing-masing 2 buah. 2. Alat penyipat datar (waterpass)

3. Load celldanhandy strain meter 4. Katrol rantai pengangkat

5. Busur derajat

6. Alat tulis

7. Modifikasi Prototipe

Modifikasi yang dilakukan yaitu penyempurnaan disain sehingga

prototipe berfungsi dengan baik dan dapat bekerja secara efektif di

lapangan.

8. Uji Kinerja di Lapangan

Uji kinerja yang dilakukan yaitu uji kesesuaian pergerakan pengeruk

tanah terhadap profil guludan, kondisi dan karakteristik saluran drainase

yang dihasilkan, serta pengerukan dan pemindahan tanah penghambat alur

oleh pengeruk. Lahan untuk melakukan pengujian seluas + 200 m2. Pengujian prototipe alat lebih banyak dilakukan dengan pengamatan. Uji

kinerja selengkapnya dilakukan oleh peneliti lain. Sebelum pengujian

dilakukan, lahan dipersiapkan terlebih dahulu dengan membentuk guludan

yang sesuai profil yang telah diukur pada permasalahan sebelumnya.

Saluran drainase hasil pengujian diharapkan memiliki ukuran lebar saluran

bagian bawah 35 - 40 cm, bagian atas ± 90 cm, serta kedalaman saluran ±

40 cm.

9. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengujian dibandingkan dengan data

teoritis untuk melihat kesesuaiannya dengan perhitungan pada

(42)

IV. PENDEKATAN DISAIN

A. Kriteria Disain

Ditcher drainase lengan ayun (DILA) terdiri dari 2 bagian yaituditcher dan pengeruk tanah seperti ditunjukkan oleh Gambar 24. Ditcher didisain untuk membentuk saluran drainase berbentuk trapesium. Pengeruk tanah

(Gambar 25) pada ditcher drainase lengan ayun dirancang untuk memindahkan tanah pada alur antara guludan ke atas guludan seperti

ditunjukkan oleh Gambar 26. Setidaknya tanah pada dasar alur dapat

ditiadakan.

[image:42.595.160.486.292.514.2]

Gambar 24. Rancanganditcherdrainase lengan ayun.

Gambar 25. Rancangan pengeruk tanah dengan sistem mekanisme empat batang penghubung sejajar (kanan).

ditcher

roda mekanisme pemegang

roda

pengeruk

mekanisme empat batang penghubung sejajar depan

mekanisme empat batang penghubung sejajar depan

rangka mekanisme

belakang

rangka mekanisme depan

(43)
[image:43.595.161.482.80.297.2]

Gambar 26. Rancangan rangka utama dan pengeruk tanah dengan roda penggerak mekanisme di belakang roda traktor.

Perancangan ditcher (bagian furrower dan rangka alat) dilakukan oleh peneliti lain. Secara umumditcherdidisain berbentukfurroweryang memiliki sudut kemiringan sayap yang lebih landai dan lebih memanjang.Furrowerini ditahan oleh rangka bentuk segitiga yang dapat menahan gaya tahan tanah

terhadap pembelahan tanah yang dilakukan olehfurrower. Rangka segitiga ini didisain berdasarkan kebutuhan pengeruk tanah.

Pengeruk tanah sangat dipengaruhi oleh kebutuhan gerak pengeruk

untuk memindahkan tanah dari dasar alur ke atas guludan, dan perbedaan

jarak antara roda penggerak dan pengeruk terhadap titik putar yang sama.

Pada Gambar 26, tampak bahwa lengan pengeruk B lebih panjang daripada

lengan roda A. Hal ini menyebabkan posisi poros mekanisme sebagai titik

putar harus miring agar pengeruk tidak terlalu keluar. Kemiringan poros

didukung oleh bentuk segitiga rangka utama.

Pengeruk akan mengeruk tanah pada saat turun di dasar alur dan akan

membuang tanah pada saat naik di puncak guludan. Pergerakan pengeruk

seirama dengan pergerakan roda. Agar pengeruk dapat membuang tanah pada

saat roda berada di atas guludan, maka pergerakan pengeruk harus lebih tinggi

daripada pergerakan roda. Perbedaan jarak dari titik putar menghasilkan

pergerakan yang dipertinggi (Gambar 27 dan Gambar 28).

guludan

tumpahan tanah

ditcheryang akan dipindahkan

A

(44)
[image:44.595.162.479.84.373.2]

Gambar 27. Diagram kinematik sistem mekanisme empat batang penghubung sejajar ganda pada pengeruk tanah (tampak 3 sumbu koordinat).

Gambar 28. Diagram pergerakan yang dipertinggi (b > a) pada gerak rotasi yang sama (θ).

Apabila roda bergerak naik rendah, maka pengeruk akan bergerak naik

lebih tinggi. Posisi roda penggerak direncanakan berada di belakang roda

traktor. Hal ini dimaksudkan agar lintasan roda cukup padat karena telah

(45)

Perancangan pengeruk tanah membutuhkan perhitungan dan analisis

teknik berdasarkan data-data yang telah diperoleh sebelumnya. Pada

perancangan awal, tinggi tanah di atas guludan awal yang akan dipindahkan +

25-30 cm berdasarkan perhitungan sederhana pada Lampiran 1. Tanah pada

alur ini akan dipindahkan pada guludan, sehingga ketinggian tanah yang akan

ditumpahkan oleh pengeruk pada guludan diasumsikan 30 cm di atas guludan.

Jika terlalu tinggi maka tanah akan longsor tetapi jika terlalu rendah maka

akan dibutuhkan pengeruk yang dapat meratakan tanah ke samping.

Tinggi guludan asal adalah 30 cm, tinggi guludan setelah dilintasi

traktor menjadi 26 cm (perhitungan pada Lampiran 2). Sehingga tinggi

guludan yang akan dibentuk diasumsikan 55 cm. Perbandingan perbedaan

jaraknya adalah + 26:55  2:5. Karena itu diagram kinematik lengan ayun

depan direncanakaan berjarak 27.5 cm dan diagram kinematik lengan ayun

belakang 63.5 cm. Direncanakan 63.5 karena ruang yang ada untuk jarak

kinematik lengan ayun belakang terbatas pada lebar atas got dan ketinggian

poros mekanisme.

Komponen-komponen dari pengeruk tanah lengan ayun ini adalah

rangka mekanisme, roda penggerak mekanisme, pemegang roda, lengan ayun

depan, poros transmisi, lengan ayun belakang, pengeruk tanah, dan standar

lengan ayun.

B. Disain Fungsional

Fungsi utama dari pengeruk tanah pada ditcher adalah memindahkan tanah hasil kerja ditcher yang berada pada alur tanam ke atas guludan. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah tanpa menggunakan sumber daya

PTO traktor, tetapi dengan memanfaatkan profil guludan yang sudah ada.

Untuk mendukung fungsi tersebut maka diperlukan

komponen-komponen lain yang saling berkaitan agar pengeruk tanah dapat bekerja.

(46)
[image:46.595.132.513.95.454.2]

Tabel 5. Fungsi dan komponen-komponen pengeruk tanah

No Fungsi Komponen

1 Mengeruk, menggeser, dan memindahkan tanah dari dasar alur tanam ke atas guludan.

Pengeruk

2 Mengangkat dan menggerakkan pengeruk secara horizontal, mengubah gerakan rotasi menjadi gerakan translasi.

Lengan ayun belakang

3 Menggerakkan lengan ayun belakang,

meneruskan pegerakan lengan ayun depan ke lengan ayun belakang secara rotasi.

Poros mekanisme

4 Menggerakkan (memutar) poros mekanisme, menjaga gerakan roda supaya tetap horizontal, mengubah gerakan translasi menjadi gerakan rotasi.

Lengan ayun depan

5 Menggerakkan lengan ayun depan tanpa menggusur tanah, menghasilkan gerakan awal dan gaya angkat.

Roda mekanisme

6 Menghubungkan sistem dengan rangka, sebagai groundlengan ayun, menahan poros

mekanisme, menahan standar mekanisme.

Rangka mekanisme

7 Menghubungkan roda mekanisme dengan lengan ayun depan. Menahan tahanan gelinding roda.

Pemegang roda

8 Menahan lengan ayun pada posisi terendah pada saat transportasi.

Standar mekanisme

C. Disain Struktural

1. Rangka Mekanisme

Rangka mekanisme terdiri dari dua pasang yaitu satu pasang bagian

depan (kiri-kanan) dan satu pasang bagian belakang. Rangka mekanisme

disambungkan dan dilas mati pada rangka ditcher bagian depan karena rangka mekanisme merupakan dudukan keseluruhan sistem mekanisme

empat batang penghubung sejajar ganda pada pengeruk tanah. Rangka

mekanisme dibuat dari bahan besi siku L ukuran 100 mm x 100 mm

dengan ketebalan 8 mm. Posisi penyambungan ke rangka ditcher sejajar dengan poros agar poros dan engsel empat batang penghubung depan

dapat begerak bebas.

Rangka mekanisme bagian depan berbeda dengan rangka

mekanisme bagian belakang. Pada rangka mekanisme bagian depan,

(47)

ayun depan. Untuk memasangkan poros pada rangka mekanisme, maka

dipasangkan pillow block standar FYH-UCP205 pada bagian punggung siku. Sedangkan untuk pemasangan engsel empat batang penghubung,

ditambahkan siku yang ukurannya 45 mm x 100 mm panjang 60 mm, dan

[image:47.595.263.402.497.611.2]

plat 100 mm x 60 mm pada punggung rangka (Gambar 30).

Gambar 29. Rancangan rangka mekanisme depan.

Pada rangka mekanisme bagian belakang, bagian atas adalah untuk

engsel lengan ayun belakang sedangkan bagian bawah untuk poros

mekanisme. Untuk memasangkan poros pada rangka mekanisme, maka

dipasangkanflangeFYH-UCFS205 pada bagian depan rangka. Sedangkan untuk pemasangan engsel empat batang penghubung, ditambahkan siku

yang ukurannya 80 mm x 100 mm panjang 100 mm (Gambar 30).

Gambar 30. Rancangan rangka mekanisme belakang.

2. Roda Penggerak Mekanisme

Roda mekanisme berukuran diameter luar 324 mm dan tebal 6 mm.

Bahan yang digunakan adalah pipa besi yang dipotong sepanjang 170 mm.

Diameter 324 mm dipilih untuk mengimbangi lengkungan alur. Jika

diameter roda terlalu besar maka roda tidak akan melintasi dasar alur, kanan

(48)

sedangkan jika terlalu kecil roda akan menggusur tanah guludan.Velgroda dibuat dari bahan besi plat setebal 10 mm (Gambar 31).

Roda mekanisme harus dapat menggelinding bebas agar tidak

menggusur tanah pada saat roda menaiki guludan. Karena itu dipasang dua

bantalan gelinding standar NTN 6005 pada kedua sisi bos. Velg roda dilubangi dengan diameter 70 mm untuk dudukan bos. Bos dibuat dari poros besi bahan S45C diameter 70 mm yang kemudian dibubut untuk

dudukan bantalan dan lubang poros roda. Diameter lubang poros roda

yaitu 30 mm. Kedua sisi roda ditutup dengan tutup roda. Tutup roda dibuat

dari besi behel diameter 6 mm. Satu tutup terdiri dari 8 lingkar besi behel

yang dilas dengan diameter yang bebeda sehingga terbentuk seperti plat

[image:48.595.245.416.354.513.2]

dengan kemiringan 40o. Lebar roda seluruhnya 246 mm. Jarak antar roda kiri-kanan pada posisi paling bawah adalah 157 cm.

Gambar 31. Rancangan roda penggerak mekanisme.

3. Pemegang Roda

Pemegang roda terdiri dari beberapa bagian yaitu poros roda, besi

kanal dudukan engsel empat batang penghubung, dan plat besi penguat.

Poros roda dibuat dari besi poros bahan S45C sepanjang 275 mm dan

diameter 25.4 mm. Ujung poros berada pada jarak 24 cm dari permukaan

kanal. Pada ujung poros dibuat ulir M 22 untuk mengencangkan roda.

Poros dilas horizontal pada kanal pada ketinggian 4.25 cm dari dasar kanal

(49)

Masing-masing ukurannya mengikuti bentuk posisi kanal dan poros.

Penguat ini dipasang secara horizontal dan vertikal (Gambar 32).

Gambar 32. Rancangan pemegang roda.

Bahan yang digunakan adalah besi kanal UNP ukuran 50 mm x 100

mm dengan ketebalan 5 mm untuk mempermudah pembuatan dudukan

engsel batang penghubung. Posisi kanal ini sejajar dengan poros

mekanisme agar mekanisme empat batang penghubung dapat bekerja

seperti ditunjukkan oleh Gambar 33. Kedua sisi kanal dilubangi dengan

diameter 16 mm untuk engsel empat batang penghubung dengan jarak 10

[image:49.595.257.392.130.283.2]

cm. Posisi lubang yang paling bawah berjarak 5 cm dari lubang poros.

Gambar 33. Posisi pemegang roda terhadap poros mekanisme.

4. Lengan Ayun Depan

Lengan ayun depan harus mampu menahan momen yang terjadi

akibat berat pengeruk dan tahanan gelinding roda, sehingga dibuat dari

bahan besi kanal UNP ukuran 76 mm x 38 mm tebal 5 mm dan panjang

total kanal 302 mm. Posisi batang penghubung adalah sejajar dengan

rangka depan ditcher pada saat horizontal. Batang atas dan batang bawah harus memiliki panjang yang sama dan memiliki jarakpivotyang sama.

poros mekanisme

(50)

Ukuran diagram kinematiknya adalah 27.5 cm x 10 cm. Batang atas

disambungkan dengan poros untuk meneruskan gaya angkat dari

pemegang roda. Batang bawah diengsel pada rangka mekanisme untuk

menyeimbangkan gerakan batang atas sehingga pergerakan vertikal

pemegang roda akan sela

Gambar

Gambar 9. Tahapan penelitian.
Tabel 3. Data tahanan penetrasi tanah pada lahan tebu plant cane padadasar alur lahan tebu PG Jatitujuh
Tabel 4. Data tahanan penetrasi vertikal (small plate 25 mm x 100 mm)pada guludan lahan tebu PG Jatitujuh
Gambar 15. Penampang saluran drainase yang dibentuk oleh rotari ditcher.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara jenis dan intensitas pengolahan tanah dengan densitas dan tahanan penetrasi tanah, dan dengan pertumbuhan dan produksi

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) menganalisis tingkat kelayakan usaha produksi DILA sebagai alat pembuat saluran drainase pada budidaya tebu lahan kering berdasarkan aspek

Profil penampang guludan hasil pengoperasian ditcher dengan pengeruk tanah pada lahan Leuwikopo (roda besar, lengan panjang) Pengukuran dengan posisi melintang saluran

tipe lengkune prabolik dengan peng€etaran sayap prototipe 1 denean iuj!an untuk meflurunkan transmisi getaran dari r:ngka bajak subsoil g€tar ke titik eandeng traktor

four bar parallel linkage diperbesar. Rangka mekanisme kuping dibuat dengan adanya perbesaran diagram kinematik, karena pada rangka mekanisme belakang tidak mempunyai cukup

Hasil kajian menunjukkan bahwa tindakan pengolahan tanah efektif menyebabkan kondisi sifat fisik tanah (densitas tanah) mencapai optimum rata-rata sebesar 1.30 g/cc

four bar parallel linkage diperbesar. Rangka mekanisme kuping dibuat dengan adanya perbesaran diagram kinematik, karena pada rangka mekanisme belakang tidak mempunyai cukup

Secara khusus penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis kinematika atau gerakan piring pengolah tanah (bajak piring dan garu piring) yang diputar paksa untuk pengepras