• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Kabupaten Sukabumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Kabupaten Sukabumi"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH OTONOMI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN

EKONOMI WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI

OLEH :

RIZAL RAMADHANI H 14103086

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

PENGARUH OTONOMI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN

EKONOMI WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI

OLEH :

RIZAL RAMADHANI H14103086

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Rizal Ramadhani

Nomor Registrasi Pokok : H14103086 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Pengaruh Otonomi Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Kabupaten Sukabumi

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Alla Asmara, S.Pt.,M.Si. NIP. 132 159 707

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

(4)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor , Oktober 2006

Rizal Ramadhani

(5)

RINGKASAN

RIZAL RAMADHANI. Pengaruh Otonomi Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Kabupaten Sukabumi (dibimbing oleh ALLA ASMARA).

Tuntutan agar pembangunan tidak hanya berjalan di daerah-daerah yang dekat dengan pemerintahan pusat saja, telah membuat pemerintah mengupayakan strategi yang dapat mewujudkan terciptanya pembangunan. Hal tersebut mendorong lahirnya otonomi daerah. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, Kabupaten Sukabumi yang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Barat ikut serta mengimplementasikan kebijakan otonomi tersebut. Kabupaten Sukabumi merupakan Kabupaten terluas se-Jawa Bali. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar bagi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sukabumi.

Otonomi daerah dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian suatu wilayah. Sebelum diterapkannya otonomi daerah di Kabupaten Sukabumi sektor pertanian merupakan sektor yang diprioritaskan untuk terus ditingkatkan demi menunjang pembangunan daerah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Sukabumi. Dengan diterapkannya otonomi daerah, Kabupaten Sukabumi diberi kewenangan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya secara leluasa untuk dialokasikan pada sektor-sektor ekonomi yang ada. Oleh karena itu, perlu diterapkan sektor-sektor yang harus diprioritaskan dalam membangun perekonomian Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh otonomi daerah terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Sukabumi yang dianalisis dalam dua periode waktu yaitu tahun 1997-2000 dan 2001-2004 dengan membandingkan (1) laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sukabumi periode sebelum otonomi daerah (1997-2000) dan pada masa otonomi daerah (2001-2004), (2) pertumbuhan wilayah kabupaten di Kabupaten Sukabumi periode sebelum otonomi daerah(1997-2000) dan pada masa otonomi daerah (2001-2004). Penelitian ini akan menganalisis pertumbuhan PDRB Kabupaten Sukabumi baik secara total maupun sektoral dan pertumbuhan wilayah Kabupaten Sukabumi dengan menggunakan analisis Shift Share dan program Microsoft Excel.

(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rizal Ramadhani lahir pada tanggal 16 Mei 1985 di Bogor, Jawa Barat. Anak dari pasangan Sjachrul Arief Bustami dan Nina Samsiah. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Negeri Panaragan 2 Bogor, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 2003.

(8)

i

2.3. Konsep Pembangunan Ekonomi Daerah ... 12

2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 13

2.5. Kerangka Teoritis ... 14

2.5.1. Analisis Shift Share... 14

2.5.2. Kelebihan Analisis Shift Share... 15

2.5.3. Kelemahan Analisis Shift Share... 16

2.6. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 17

III. METODE PENELITIAN... 18

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 18

3.2. Metode Analisis Data ... 18

3.2.1. Analisis Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sukabumi ... 18

3.2.2. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 19

3.2.3. Analisis Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan ... 20

(9)

ii

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUKABUMI ... 26

4.1. Wilayah Administratif ... 26

4.2. Keadaan Penduduk ... 26

4.3. Keadaan Perekonomian ... 29

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

5.1. Perbandingan Pertumbuhan PDRB di Kabupaten Sukabumi Sebelum Otonomi Daerah (1997-2000) dan Pada Masa Otonomi Daerah (2001-2004) ... 33

5.2. Perbandingan Pertumbuhan Wilayah di Kabupaten Sukabumi Sebelum Otonomi Daerah (1997-2000) dan Pada Masa Otonomi Daerah (2001-2004) ... 37

5.2.1. Komponen Pertumbuhan Proporsional di Kabupaten Sukabumi Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah ... 37

5.2.2. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Kabupaten Sukabumi Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah ... 38

5.2.3. Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Kabupaten Sukabumi Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah ... 40

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

6.1. Kesimpulan ... 45

6.2. Saran... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(10)

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. PDRB Kabupaten Sukabumi Tahun 1997-2004 Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993... 5 4.1. Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Sukabumi

Tahun 1997-2004... 27 4.2. Persentase Penduduk Menurut Golongan Umur di Kabupaten

Sukabumi Tahun 1997-2004 ... 28 4.3. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Sukabumi Menurut Lapangan

Usaha Berdasarkan Harga Konstan 1993 Tahun 1997-2004... 29 4.4. TPAK dan TPT Kabupaten Sukabumi Tahun 1997-2004... 31 4.5. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

di Kabupaten Sukabumi Tahun 1998-2003 ... 32 5.1. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sukabumi Sebelum dan Pada

Masa Otonomi Daerah Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan

Harga Konstan 1993 ... 34 5.2. Komponen Pertumbuhan Proporsional Kabupaten Sukabumi Sebelum

dan Pada Masa Otonomi Daerah ... 37 5.3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Kabupaten Sukabumi

Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah ... 39 5.4. Pergeseran Bersih Sektor Perekonomian di Kabupaten Sukabumi

Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah ... 41

(11)

PENGARUH OTONOMI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN

EKONOMI WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI

OLEH :

RIZAL RAMADHANI H 14103086

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

PENGARUH OTONOMI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN

EKONOMI WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI

OLEH :

RIZAL RAMADHANI H14103086

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(13)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Rizal Ramadhani

Nomor Registrasi Pokok : H14103086 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Pengaruh Otonomi Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Kabupaten Sukabumi

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Alla Asmara, S.Pt.,M.Si. NIP. 132 159 707

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

(14)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor , Oktober 2006

Rizal Ramadhani

(15)

RINGKASAN

RIZAL RAMADHANI. Pengaruh Otonomi Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Kabupaten Sukabumi (dibimbing oleh ALLA ASMARA).

Tuntutan agar pembangunan tidak hanya berjalan di daerah-daerah yang dekat dengan pemerintahan pusat saja, telah membuat pemerintah mengupayakan strategi yang dapat mewujudkan terciptanya pembangunan. Hal tersebut mendorong lahirnya otonomi daerah. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, Kabupaten Sukabumi yang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Barat ikut serta mengimplementasikan kebijakan otonomi tersebut. Kabupaten Sukabumi merupakan Kabupaten terluas se-Jawa Bali. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar bagi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sukabumi.

Otonomi daerah dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian suatu wilayah. Sebelum diterapkannya otonomi daerah di Kabupaten Sukabumi sektor pertanian merupakan sektor yang diprioritaskan untuk terus ditingkatkan demi menunjang pembangunan daerah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Sukabumi. Dengan diterapkannya otonomi daerah, Kabupaten Sukabumi diberi kewenangan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya secara leluasa untuk dialokasikan pada sektor-sektor ekonomi yang ada. Oleh karena itu, perlu diterapkan sektor-sektor yang harus diprioritaskan dalam membangun perekonomian Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh otonomi daerah terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Sukabumi yang dianalisis dalam dua periode waktu yaitu tahun 1997-2000 dan 2001-2004 dengan membandingkan (1) laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sukabumi periode sebelum otonomi daerah (1997-2000) dan pada masa otonomi daerah (2001-2004), (2) pertumbuhan wilayah kabupaten di Kabupaten Sukabumi periode sebelum otonomi daerah(1997-2000) dan pada masa otonomi daerah (2001-2004). Penelitian ini akan menganalisis pertumbuhan PDRB Kabupaten Sukabumi baik secara total maupun sektoral dan pertumbuhan wilayah Kabupaten Sukabumi dengan menggunakan analisis Shift Share dan program Microsoft Excel.

(16)
(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rizal Ramadhani lahir pada tanggal 16 Mei 1985 di Bogor, Jawa Barat. Anak dari pasangan Sjachrul Arief Bustami dan Nina Samsiah. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Negeri Panaragan 2 Bogor, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 2003.

(18)

i

2.3. Konsep Pembangunan Ekonomi Daerah ... 12

2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 13

2.5. Kerangka Teoritis ... 14

2.5.1. Analisis Shift Share... 14

2.5.2. Kelebihan Analisis Shift Share... 15

2.5.3. Kelemahan Analisis Shift Share... 16

2.6. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 17

III. METODE PENELITIAN... 18

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 18

3.2. Metode Analisis Data ... 18

3.2.1. Analisis Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sukabumi ... 18

3.2.2. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 19

3.2.3. Analisis Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan ... 20

(19)

ii

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUKABUMI ... 26

4.1. Wilayah Administratif ... 26

4.2. Keadaan Penduduk ... 26

4.3. Keadaan Perekonomian ... 29

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

5.1. Perbandingan Pertumbuhan PDRB di Kabupaten Sukabumi Sebelum Otonomi Daerah (1997-2000) dan Pada Masa Otonomi Daerah (2001-2004) ... 33

5.2. Perbandingan Pertumbuhan Wilayah di Kabupaten Sukabumi Sebelum Otonomi Daerah (1997-2000) dan Pada Masa Otonomi Daerah (2001-2004) ... 37

5.2.1. Komponen Pertumbuhan Proporsional di Kabupaten Sukabumi Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah ... 37

5.2.2. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Kabupaten Sukabumi Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah ... 38

5.2.3. Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Kabupaten Sukabumi Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah ... 40

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

6.1. Kesimpulan ... 45

6.2. Saran... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(20)

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. PDRB Kabupaten Sukabumi Tahun 1997-2004 Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993... 5 4.1. Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Sukabumi

Tahun 1997-2004... 27 4.2. Persentase Penduduk Menurut Golongan Umur di Kabupaten

Sukabumi Tahun 1997-2004 ... 28 4.3. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Sukabumi Menurut Lapangan

Usaha Berdasarkan Harga Konstan 1993 Tahun 1997-2004... 29 4.4. TPAK dan TPT Kabupaten Sukabumi Tahun 1997-2004... 31 4.5. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

di Kabupaten Sukabumi Tahun 1998-2003 ... 32 5.1. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sukabumi Sebelum dan Pada

Masa Otonomi Daerah Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan

Harga Konstan 1993 ... 34 5.2. Komponen Pertumbuhan Proporsional Kabupaten Sukabumi Sebelum

dan Pada Masa Otonomi Daerah ... 37 5.3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Kabupaten Sukabumi

Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah ... 39 5.4. Pergeseran Bersih Sektor Perekonomian di Kabupaten Sukabumi

Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah ... 41

(21)

iv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 17 3.1. Profil Pertumbuhan PDRB ... 21 5.1. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Kabupaten Sukabumi

Sebelum Otonomi Daerah ... 42 5.2. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Kabupaten Sukabumi

(22)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. PDRB Jawa Barat Tahun 1997-2004 Menurut Lapangan Usaha

Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993 ... 49 2. PDRB Kabupaten Sukabumi Tahun 1997-2004 Menurut Lapangan Usaha

Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993... 50 3. Rasio PDRB Kabupaten Sukabumi dan Provinsi Jawa Barat Sebelum

Otonomi Daerah Tahun 1997-2000 ... 51 4. Rasio PDRB Kabupaten Sukabumi dan Provinsi Jawa Barat Sebelum

Otonomi Daerah Tahun 1997-2000 ... 52 5. Perhitungan Rasio PDRB Kabupaten Sukabumi dan PDRB Provinsi

(23)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Kabupaten Sukabumi”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Alla Asmara, M.Si sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat menjadi lebih baik.

2. M.P. Hutagaol, Ph.D sebagai penguji utama sidang yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulisan skripsi agar menjadi lebih baik.

3. Fifi D. Thamrin, M.Si selaku penguji komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Mama dan Papa, Kakakku Ndong beserta Teh Weni dan Ozannya, adikku Ikbal, Bi Mei dan Om Toto serta Abay atas do’a, semangat dan dukungan yang diberikan selama ini.

5. Candra Rustiana atas dukungan, motivasi, dan pengorbanan yang telah dicurahkan selama ini.

6. Beni, Jun, Angga, Dio, Nofa, Yusuf, Anto, Anna, Ryan, Risa, dan teman-teman Ilmu Ekonomi yang telah mengisi hari-hari yang tak akan pernah terlupakan.

Bogor, Oktober 2007

(24)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan berencana untuk mendapatkan kondisi masyarakat yang lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu, pembangunan tersebut harus mampu mengakomodasi berbagai aspek kehidupan manusia baik material maupun spiritual. Pengalaman di negara-negara lain menunjukkan pembangunan ekonomi cenderung mendapat prioritas dari pembangunan lainnya karena pembangunan bidang ini diharapkan akan menjadi pemicu bagi pembangunan di bidang lainnya.

Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup perubahan struktur, sikap hidup, dan kelembagaan, selain mencakup peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan distribusi pendapatan dan pemberantasan kemiskinan (Todaro, 2004). Dengan adanya pembangunan ekonomi maka output atau kekayaan suatu masyarakat atau perekonomian akan bertambah.

(25)

2

mendorong lahirnya Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah, serta Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, yaitu hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai peraturan perundang-undangan. Jadi, sistem pemerintahan yang semula sentralistis beralih menjadi desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintah kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), artinya sekarang daerah bebas mengatur kepentingannya baik itu masalah keuangan maupun pengambilan keputusan, selama tidak bertentangan dengan Undang-Undang.

Harapan bangkitnya perekonomian Kabupaten Sukabumi akibat krisis ekonomi semakin besar dengan adanya otonomi daerah. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, Kabupaten Sukabumi yang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Barat ikut serta mengimplementasikan kebijakan otonomi tersebut, sehingga Kabupaten Sukabumi memiliki kemandirian dalam melaksanakan pemerintahan dan menentukan sendiri kemajuan pembangunan.

(26)

3

Secara geografis, wilayah Kabupaten Sukabumi merupakan kabupaten terluas se-Jawa Bali. Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu daerah yang mempunyai beragam potensi, baik bersifat alami maupun buatan yang mempunyai prospek sangat menjanjikan dan menguntungkan untuk investasi dan menjadi salah satu sumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).

1.2. Perumusan Masalah

Undang-undang otonomi daerah telah dijalankan, berbagai dampak telah ditimbulkan dari implementasi Undang-Undang tersebut, baik berupa pemekaran wilayah maupun peningkatan PAD. Setiap daerah harus mampu mengoptimalisasi peran sektor-sektor perekonomian lokalnya agar dapat meningkatkan PAD dan tidak bergantung pada anggaran dari pemerintah pusat. Daerah-daerah memiliki kebijakannya masing-masing dalam melaksanakan pembangunan sesuai dengan potensi sumber dayanya.

(27)

4

Sektor perekonomian yang sebelumnya didanai pemerintah pusat harus mampu dikembangkan sehingga menjadi leading sector. Dalam jangka panjang, konsep pembangunan daerah harus dapat menjadi suatu upaya untuk menumbuhkan perekonomian daerah sehingga daerah otonom dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat, dan bertanggung jawab kepada masyarakat.

Otonomi daerah berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi Kabupaten Sukabumi. Berjalannya otonomi daerah diharapkan dapat mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta memberikan kemampuan dalam memanfaatkan potensi wilayahnya untuk penyelenggaraan pembangunan daerah.

(28)

5

Tabel 1.1. PDRB Kabupaten Sukabumi Tahun 1997-2004 Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993 (Milyar Rupiah)

Sebelum Otonomi Daerah

Pada Masa Otonomi Daerah Sektor Perekonomian

Sumber : BPS Provinsi Kabupaten Sukabumi, 2004.

Berdasarkan Tabel 1.1., selama periode otonomi daerah tahun 2001-2004 seluruh sektor perekonomian di Kabupaten Sukabumi mengalami peningkatan. Sektor industri pengolahan menunjukkan perubahan yang signifikan pada masa otonomi dengan adanya peningkatan nilai PDRB dari tahun 1999 sebesar 188,41 milyar rupiah menjadi 372,93 milyar rupiah pada tahun 2001. Akhirnya pada tahun 2002 dengan nilai sebesar 433,43 milyar rupiah dapat menggeser peran sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mempunyai nilai PDRB sebesar 422,25 milyar rupiah sebagai salah satu sektor yang dominan setelah sektor pertanian dalam pembentukkan PDRB Kabupaten Sukabumi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya otonomi daerah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan PDRB Kabupaten Sukabumi.

(29)

6

dengan terjadinya peningkatan persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2001 sebesar 5,01 persen menjadi 6,15 persen pada tahun 2002. Akhirnya, pada tahun 2003 menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebesar 15,77 persen artinya pada tahun 2003 dari 100 orang angkatan kerja terdapat rata-rata 16 orang yang sedang mencari pekerjaan (BPS Jawa Barat, 2004). Hal ini mengindikasikan adanya suatu masalah dalam kegiatan pembangunan di Kabupaten Sukabumi pada masa otonomi daerah karena semakin meningkatnya PDRB Kabupaten Sukabumi tiap tahunnya tidak diikuti oleh peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Sukabumi yang ditunjukkan oleh semakin tingginya TPT di Kabupaten Sukabumi.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini membahas tentang permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana perbandingan laju pertumbuhan PDRB di Kabupaten Sukabumi sebelum otonomi daerah (1997-2000) dan pada masa otonomi daerah (2001-2004)?

2. Bagaimana perbandingan pertumbuhan wilayah di Kabupaten Sukabumi sebelum otonomi daerah (1997-2000) dan pada masa otonomi daerah (2001-2004)?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini, yaitu:

(30)

7

2) Menganalisis perbandingan pertumbuhan wilayah di Kabupaten Sukabumi sebelum otonomi daerah (1997-2000) dan pada masa otonomi daerah (2001-2004).

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:

1. Bahan pertimbangan untuk perencanaan dan penentuan kebijakan pembangunan wilayah berdasarkan potensi yang dimiliki.

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Otonomi Daerah

Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Untuk mewujudkan pelaksanaan asas desentralisasi tersebut maka dibentuklah daerah otonomi yang terbagi dalam daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota yang bersifat otonom sesuai dengan ketentuan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Menurut pasal 1 huruf 1 dalam Undang-Undang-Undang-Undang tersebut dirumuskan bahwa: “Daerah Otonom”, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Otonomi daerah merupakan alternatif pemecahan masalah kesenjangan pembangunan, terutama dalam konteks pemberdayaan pemerintah daerah yang selama ini dipandang hanya sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat. Menurut UU No. 22 tahun 1999, otonomi daerah adalah kewenangan pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat di daerah tersebut menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat setempat.

(32)

9

hakekatnya adalah hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom, artinya penetapan kebijakan sendiri, serta pembiayaan sendiri dan pertanggungjawaban daerah sendiri (Aser, 2005).

Pada masa sebelum otonomi daerah, semua wewenang pemerintah dipegang oleh pemerintah pusat, daerah hanya sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah pusat. Adanya otonomi daerah membuat wewenang pemerintah daerah semakin besar. Kewenangan daerah mencakup dalam bidang pemerintahan kecuali dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, kebijakan tentang perencanaan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pemberdayaan sumber daya alam serta teknologi yang strategis, konversi dan standarisasi nasional.

Prinsip pemberian otonomi kepada pemerintah daerah pada dasarnya untuk memberikan wewenang lebih besar kepada daerah agar dapat membantu pemerintah pusat dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Pada masa sekarang ini titik berat pemberian otonomi daerah diberikan kepada daerah tingkat II dan bukan kepada daerah tingkat I atau desa, karena pemerintah daerah tingkat II dianggap sebagai tingkat pemerintahan yang paling dekat dengan masyarakat sehingga dapat mengetahui kebutuhan masyarakat di daerahnya.

(33)

10

swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Otonomi daerah memiliki tiga asas pada prinsip pelaksanaannya, yaitu :

1. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan kepada daerah otonom dalam kerangka NKRI.

2. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat pusat di daerah. 3. Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada kepala

daerah dan desa serta dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana, dan pra sarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada yang menugaskan.

(34)

11

Sehingga diharapkan dengan adanya otonomi daerah pertumbuhan ekonomi daerah semakin kuat untuk menyokong pertumbuhan ekonomi nasional.

2.2. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Todaro, 2004).

Menurut Tarigan (2005), pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi di wilayah tersebut. Pertambahan pendapatan itu diukur dalam nilai riil, artinya dinyatakan harga konstan. Hal itu juga menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di wilayah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta diwilayah tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer-payment yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah.

(35)

12

ideologis yang diperlukannya. Definisi ini mempunyai tiga komponen, pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus suatu persediaan barang. Persediaan ini juga mengidentifikasi pertumbuhan suatu wilayah di suatu Negara. Jika wilayah tersebut dapat meningkatkan persediaan barangnya secara terus-menerus maka wilayah tersebut dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi. Kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk. Komponen kedua ini juga dapat dijadikan sebagai acuan apakah suatu wilayah disuatu negara tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi. Jika wilayah tersebut dapat mengadopsi atau menemukan teknologi baru yang dapat meningkatkan produksi tanpa menambah input maka persediaan barang disuatu wilayah tersebut bertambah, ini berarti wilayah tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi. Ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian dibidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.

2.3. Konsep Pembangunan Ekonomi Daerah

(36)

13

pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada, untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan usaha-usaha baru.

Jhingan (2004), menjelaskan syarat utama bagi pembangunan adalah proses pertumbuhannya harus bertumpu pada kemampuan perekonomian di dalam negeri. Hasrat untuk memperbaiki nasib dan prakarsa untuk menciptakan kemajuan material harus muncul dari warga masyarakatnya sendiri dan tidak dapat dipengaruhi atau diintimidasi oleh daerah luar.

2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu

Putra (2004) dalam penelitiannya tentang pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kota Jambi sebelum dan pada masa otonomi daerah menyimpulkan bahwa pada masa sebelum otonomi daerah, seluruh sektor ekonomi Kota Jambi pertumbuhannya meningkat. Akan tetapi setelah otonomi daerah diberlakukan, seluruh sektor ekonomi di Kota Jambi mengalami pertumbuhan yang lambat.

(37)

14

2.5. Kerangka Teoritis 2.5.1. Analisis Shift Share

Budiharsono (2001), analisis Shift Share merupakan teknik analisis mengenai perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja. Teknik ini melihat perekembangan produksi ataupun kesempatan kerja di suatu wilayah di suatu titik waktu. Berdasarkan analisis Shift Share dapat diketahui perkembangan sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah, baik terhadap perkembangan ekonomi wilayah yang lebih luas maupun terhadap sektor ekonomi lainnya beserta penyimpangan yang terjadi pada satu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Tujuan analisis Shift Share adalah untuk menentukan produktifitas kerja perekonomian daerah yang lebih besar (regional atau nasional).

Pertumbuhan sektor perekonomian di suatu wilayah dipengaruhi oleh beberapa komponen yaitu:

1. Komponen Pertumbuhan Regional (PR)

(38)

15

2. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)

Komponen PP terjadi karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir. Perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.

3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)

Timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial dan ekonomi serta kebijakan regional pada wilayah tersebut.

2.5.2. Kelebihan Analisis Shift Share

Menurut Soepono (1993) kelebihan-kelebihan analisis Shift Share adalah : 1. Analisis Shift Share dapat melihat perkembangan kesempatan kerja suatu

wilayah hanya pada dua titik waktu, dimana satu titik waktu dijadikan sebagai dasar analisis, dan titik waktu lainnya dijadikan akhir analisis. 2. Perubahan PDRB di suatu wilayah antara tahun dasar analisis dapat dilihat

melalui tiga komponen pertumbuhan wilayah yaitu PR, PP, PPW.

(39)

16

4. Komponen PPW dapat digunakan untuk melihat daya saing sektor-sektor ekonomi dibandingkan dengan sektor ekonomi di wilayah lainnya.

5. Jika persentase PP dan PPW dijumlahkan, maka dapat ditunjukkan adanya shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah.

2.5.3. Kelemahan Analisis Shift Share

Menurut Soepono (1993), Kelemahan Shift Share adalah:

1. Analisis Shift Share tidak lebih dari pada suatu teknik pengukuran atau prosedur baku untuk mengurangi pertumbuhan suatu variabel wilayah yang menjadi komponen-komponen. Metode ini tidak menjelaskan mengapa suatu masalah dapat terjadi. Metode ini lebih kepada perhitungan semata dan tidak analitik.

2. Komponen PR secara implisit mengemukakan bahwa laju pertumbuhan suatu wilayah hendaknya tumbuh pada laju nasional tanpa memperhatikan sebab laju pertumbuhan wilayah.

3. Kedua komponen pertumbuhan wilayah (PP dan PPW) berkaitan dengan hal-hal yang sama seperti perubahan permintaan dan penawaran, perubahan teknologi, perubahan lokasi, sehingga tidak dapat berkembang dengan baik.

(40)

17

2.6. Kerangka Pemikiran Konseptual

Keterangan : = Alat analisis yang digunakan = Hal-hal yang dihasilkan

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kondisi Perekonomian Kabupaten Sukabumi

Sebelum Otonomi Daerah (1997-2000)

Pada Masa Otonomi Daerah (2001-2004)

Sektor-Sektor Perekonomian

Laju Pertumbuhan, Daya Saing, dan Profil

Pertumbuhan dari Masing-Masing Sektor Perekonomian Laju Pertumbuhan PDRB

dan Kontribusi Masing-Masing Sektor

Perekonomian

Rekomendasi bagi Pemerintah Kabupaten Sukabumi

Analisis Shift Share Analisis

(41)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder berupa PDRB Kabupaten Sukabumi dan Provinsi Jawa Barat atas dasar harga konstan 1993 antara periode tahun 1997-2004, serta data-data lainnya yang masih terkait dengan penelitian ini. Data diperoleh dari BPS Kabupaten Sukabumi, BPS Pusat, dan instansi terkait lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Referensi studi kepustakaan melalui jurnal, artikel, bahan-bahan lain dari Perpustakaan LSI, dan internet yang masih relevan dengan penelitian ini.

3.2. Metode Analisis Data

3.2.1. Analisis Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sukabumi

Menurut Budiharsono (2001), analisis PDRB digunakan untuk mengidentifikasi perubahan PDRB sektor ke i di kabupaten/kota ke j pada tahun awal dan tahun akhir analisis. Analisis ini akan menghasilkan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sukabumi.

1. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sukabumi menggunakan rumus: LPPDRBt = PDRBt – PDRBt-1 x 100%

PDRBt-1

dimana: LPPDRBt = Laju pertumbuhan PDRB pada tahun ke-t

PDRBt = angka PDRB pada tahun ke-t

(42)

19

3.2.2. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah

Komponen pertumbuhan wilayah terdiri dari Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW).

1. Komponen Pertumbuhan Proporsional

Komponen PP terjadi karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar (Budiharsono, 2001). Komponen pertumbuhan proporsional dapat dirumuskan sebagai berikut:

PPij=(Ri-Ra) yij

dimana:

PPij = Komponen pertumbuhan proporsional sektor i pada wilayah ke j,

yij = PDRB Kabupaten Sukabumi dari sektor i pada tahun awal analisis

(Ri-Ra) = Perubahan PDRB Kabupaten Sukabumi yang disebabkan oleh

komponen pertumbuhan proporsional.

Apabila PPij < 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah ke j laju

pertumbuhannya lambat. Sedangkan apabila PPij> 0 menunjukkan bahwa sektor

i pada wilayah ke j laju pertumbuhannya cepat. 2. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah

(43)

20

PPWij = (ri-Ri) yij

dimana:

PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i Kabupaten Sukabumi,

yij = PDRB Kabupaten Sukabumi dari sektor i pada tahun awal analisis

(ri-Ri) = persentase perubahan PDRB Kabupaten Sukabumi yang disebabkan

oleh pertumbuhan pangsa wilayah.

Apabila PPWij < 0, maka sektor i pada wilayah ke j tidak dapat bersaing

dengan baik bila dibandingkan dengan wilayah yang lainnya, sedangkan apabila PPWij > 0, maka wilayah ke j mempunyai daya saing yang baik untuk

perkembangan sektor ke i bila dibandingkan dengan wilayah lainnya.

3.2.3. Analisis Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan

Analisis profil pertumbuhan PDRB bertujuan untuk mengidentifikasikan pertumbuhan PDRB sektor ekonomi di suatu wilayah pada kurun waktu yang ditentukan dengan cara mengekspresikan persentase perubahan komponen pertumbuhan proporsional (PPj) dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPWj).

(44)

21

PPW

Kuadran IV Kuadran I

PP

Kuadran III Kuadran II

Gambar 3.1. Profil Pertumbuhan PDRB

Sumber : Budiharsono (2001).

a. Kuadran I menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Selain itu, sektor tersebut juga dapat bersaing dengan sektor-sektor perekonomian dari wilayah lain. Karena pertumbuhan sektor-sektor perekonomiannya tergolong dalam pertumbuhan yang cepat, maka wilayah yang bersangkutan juga merupakan wilayah yang progresif (maju).

b. Kuadaran II menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah memiliki laju pertumbuhan yang cepat, tetapi sektor tersebut tidak mampu bersaing dengan sektor perekonomian dari daerah lain.

(45)

22

d. Kuadran IV menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian pada suatu wilayah memiliki pertumbuhan yang lambat, tetapi sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor perekonomian dari wilayah lain.

Pada kuadran II dan IV terdapat garis diagonal yang memotong kedua daerah tersebut. Bagian atas garis diagonal mengindikasikan bahwa suatu wilayah merupakan wilayah yang progresif, sedangkan dibawah garis diagonal berarti suatu wilayah yang pertumbuhannya lambat.

Berdasarkan nilai persen PPj dan PPWj, maka dapat diidentifikasi

pertumbuhan suatu sektor atau suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Kedua komponen tersebut (PPj dan PPWj) apabila dijumlahkan akan didapat nilai

pergeseran bersih (PBj) yang mengidentifikasikan pertumbuhan suatu wilayah

(Budiharsono, 2001). PBj dapat dirumuskan sebagai berikut:

PBj = PPj + PPWj

dimana: PB = pergeseran bersih Kabupaten Sukabumi

PPj = komponen pertumbuhan proporsional dari seluruh sektor di

Kabupaten Sukabumi

PPWj = komponen pertumbuhan pangsa wilayah dari seluruh sektor di

Kabupaten Sukabumi

Apabila PBj ≥ 0, maka pertumbuhan wilayah tersebut masuk kedalam

pertumbuhan progresif, sedangkan apabila PBj ≤ 0, maka pertumbuhan wilayah

(46)

23

3.3. Konsep dan Definisi Operasional Data

Pembangunan suatu daerah dapat berhasil dengan baik apabila didukung oleh suatu perencanaan yang mantap sebagai dasar penentuan strategi, pengambilan keputusan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Dalam menyusun perencanaan pembangunan yang baik perlu menggunakan data-data statistik yang memuat informasi tentang kondisi riil suatu daerah pada saat tertentu sehingga kebijaksanaan dan strategi yang telah atau akan diambil dapat dimonitor dan dievaluasi hasil-hasilnya.

(47)

24

1. Jika ditinjau dari sisi produksi disebut Produksi Regional, merupakan jumlah nilai tambah (produk) yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang dimiliki penduduk suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Unit-unit produksi dibagi menjadi sembilan sektor yaitu (1) Sektor pertanian; (2) sektor pertambangan dan galian; (3) sektor industri pengolahan; (4) sektor listrik, gas dan air minum; (5) sektor bangunan dan konstruksi; (6) sektor perdagangan, hotel dan restoran; (7) sektor angkutan dan komunikasi; (8) sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; (9) sektor jasa lainnya.

2. Jika ditinjau dari sisi pendapatan disebut Pendapatan Regional, merupakan jumlah nilai tambah (produk) yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang dimiliki penduduk suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.

3. Jika ditinjau dari segi pengeluaran disebut pengeluaran regional, merupakan jumlah pengeluaran konsumsi atau komponen permintaan akhir yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta nirlaba, pemerintah dengan pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.

(48)

25

(49)

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUKABUMI

4.1. Wilayah Administratif

Kabupaten Sukabumi secara geografis terletak antara 6057’-70 Lintang Selatan dan 106049’-107000’ Bujur Timur dengan luas daerah 4.128 km2 atau 14,39 persen dari luas wilayah Jawa Barat atau 3,01 persen dari luas Pulau Jawa, bahkan wilayah Kabupaten Sukabumi merupakan Kabupaten terluas se-Jawa Bali. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 1998, diilustrasikan bahwa Kabupaten Sukabumi harus memiliki pusat pemerintahan di wilayah Kabupaten sendiri dan pindah dari pusat pemerintahan Kotamadya Sukabumi, sehingga pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi dipindahkan ke Kecamatan Pelabuhan Ratu meskipun sebagian besar kantor pemerintahan masih ada yang berdomisili di kecamatan Cisaat. Menurut tata letak, batas-batas Kabupaten Sukabumi adalah:

Sebelah Utara : Kabupaten Bogor

Sebelah Barat : Kabupaten Lebak dan Samudera Indonesia Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

Sebelah Timur : Kabupaten Cianjur.

4.2. Keadaan Penduduk

(50)

27

kualitas dan pengerahan mobilitas. Sehingga mempunyai ciri dan karakteristik yang menguntungkan bagi pembangunan di Kabupaten Sukabumi.

Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi periode tahun 1997-2004 selalu mengalami peningkatan (Tabel 4.1.). Berbeda dengan tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Sukabumi yang cenderung fluktuatif. Pada periode tahun 2001-2003 tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Sukabumi mengalami peningkatan, yaitu dari 1,24 persen menjadi 1,98 persen, namun pada tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 0,93 persen. Hal ini mengindikasikan adanya keberhasilan dalam pengendalian kuantitas penduduk Kabupaten Sukabumi. Tabel 4.1. Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Sukabumi

Tahun 1998-2004 (Jiwa)

Sebelum Otonomi Daerah

Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah

Tingkat Pertumbuhan

(Persen)

1997 1.021.903 974.317 1.996.270 1,56

1998 1.033.054 984.418 2.017.472 1,06

1999 1.042.042 1.014.024 2.056.066 1,91

2000 1.047.530 1.012.390 2.059.920 0,19

Rata-rata 1.036.132 996.287 2.032.432 1,18

Pada Masa Otonomi Daerah Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah

Tingkat Pertumbuhan

(Persen)

2001 1.068.402 1.017.117 2.085.519 1,24

2002 1.066.805 1.059.599 2.126.404 1,96

2003 1.119.274 1.049.295 2.168.569 1,98

2004 1.135.416 1.053.306 2.188.722 0,93

Rata-rata 1.097.474 1.044.829 2.142.304 1,53

Sumber : BPS Jawa Barat, 2004.

(51)

28

sebesar 42,46 persen, artinya pada periode sebelum otonomi daerah jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sukabumi mengalami peningkatan. Pada masa otonomi daerah, jumlah penduduk di Kabupaten Sukabumi tahun 2001 sebesar 384.500 jiwa dan tahun 2004 sebesar 321.400 jiwa, sehingga persentase perubahan jumlah penduduk miskin pada masa otonomi daerah sebesar -16,41 persen (BPS Provinsi Jawa Barat, 2004). Hal ini mengindikasikan bahwa pada masa otonomi daerah terjadi penurunan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sukabumi.

Berdasarkan struktur umur, keadaan penduduk Kabupaten Sukabumi masih tergolong penduduk usia muda. Pada tabel 4.2., menunjukkan bahwa penduduk usia dibawah 50 tahun pada tahun 2004 sebesar 85,19 persen, sedangkan usia dibawah 20 tahun sebesar 40,47 persen. Persentase jumlah Balita (0 – 4 tahun) pada tahun 2004 sebesar 9,01 persen, menurun jika dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 9,39 persen. Hal ini menandakan bahwa jumlah kelahiran mengalami penurunan selama tahun 2003 sampai 2004.

Tabel 4.2. Persentase Penduduk Menurut Golongan Umur di Kabupaten Sukabumi Tahun 1997-2004 (Persen)

Sebelum Otonomi Daerah Pada Masa Otonomi Daerah Golongan

Umur

(Tahun) 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 0 - 4 10,36 10,88 9,67 8,74 9,21 10,37 9,39 9,01 5 -14 23,74 23,37 22,10 23,23 24,51 23,55 22,95 21,98 15 – 19 8,97 9,74 10,95 10,21 10,64 8,61 9,34 9,48 20 – 49 43,42 42,90 44,24 43,66 42,58 43,38 44,37 44,72 50 + 13,45 13,11 13,04 14,16 13,14 13,99 14,02 14,81

Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

(52)

29

4.3. Keadaan Perekonomian

Perkembangan perekonomian suatu wilayah dapat digambarkan oleh beberapa indikator ekonomi, seperti PDRB, PAD dan informasi mengenai ketenagakerjaan. Dalam menyusun perencanaan pembangunan yang baik perlu menggunakan data-data statistik yang memuat informasi tentang kondisi riil suatu daerah pada saat tertentu sehingga kebijaksanaan dan strategi yang telah atau akan diambil dapat dimonitor dan dievaluasi hasil-hasilnya.

PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun sehingga dapat diketahui keadaan ekonomi suatu wilayah.

Tabel 4.3. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Sukabumi Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 1993 Tahun 1997-2004 (Persen)

No. Sektor 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi, 2004.

(53)

30

masih dikelompokkan pada daerah yang masih tradisional. Namun memasuki tahun 2000 terjadi perubahan yang cukup signifikan yaitu dengan melonjaknya kontribusi sektor industri pengolahan sampai hampir dua kali lipat yaitu dari 9,43 persen pada tahun 1999 menjadi 16,58 persen pada tahun 2000. Hal ini menandai mulai bergesernya tatanan perekonomian Kabupaten Sukabumi kearah industrialisasi.

Perekonomian Kabupaten Sukabumi selalu didominasi oleh sektor pertanian. Hal ini terlihat dari besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB yaitu 34,59 persen pada tahun 2004. Namun peranan sektor pertanian ini mengalami kemerosotan pada saat krisis ekonomi pada tahun 1997 sebesar 34,91 persen. Tahun 1998-1999 meningkat lagi dari 35,56 persen menjadi 36,46 persen. Pada tahun 2000 kembali turun menjadi 33,69 persen. Kurun waktu 2001-2002 peranan sektor pertanian mengalami kenaikan dari 34,33 persen menjadi 35,04 persen. Pada tahun 2003 kembali menurun menjadi 34,97 persen. Akhirnya, pada tahun 2004 turun menjadi 34,59 persen. Hal ini mengindikasikan adanya penurunan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi pada masa otonomi daerah.

(54)

31

Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyaknya penduduk di Kabupaten Sukabumi yang bekerja dan mencari pekerjaan.

Tabel 4.4. TPAK dan TPT Kabupaten Sukabumi Tahun 1998 – 2004 (Persen)

Sebelum Otonomi Daerah Pada Masa Otonomi Daerah Statistik

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

TPAK 48,79 50,50 52,70 55,94 55,79 57,71 57,71 61,89

TPT 9,63 8,22 6,31 4,83 5,01 6,15 15,77 13,58

Sumber : BPS Jawa Barat, 2004.

Disamping TPAK, informasi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan salah satu indikator ketenagakerjaan yang secara tidak langsung dapat menggambarkan kondisi ekonomi suatu wilayah. TPT adalah perbandingan penduduk yang mencari pekerjaan terhadap jumlah angkatan kerja. Tinggi rendahnya angka TPT memiliki kepekaan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat maupun terhadap keamanan dan stabilitas regional. TPT di Kabupaten Sukabumi pada periode tahun 1998-2004 mengalami fluktuasi. TPT tahun 2004 sebesar 13, 58 persen, artinya pada tahun 2004 dari 100 orang angkatan kerja terdapat rata-rata 14 orang yang sedang mencari pekerjaan.

(55)

32

Tabel 4.5. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Kabupaten Sukabumi Tahun 1998-2003 (Persen)

Sebelum Otonomi Daerah Pada Masa Otonomi Daerah No. Sektor Perekonomian

1998 1999 2000 2001 2002 2003

1 Pertanian 43,41 50,89 45,73 44,54 45,65 47,49

2 Pertambangan

dan Galian 0,92 1,01 0,81 0,74 0,38 0,22

3 Industri Pengolahan 11,45 11,57 11,33 10,14 14,92 12,29

4 Listrik, Gas dan Air

Minum 0,22 0,13 0,06 0,05 0,00 0,38

5 Bangunan

dan Konstruksi 6,47 4,73 4,90 2,92 5,12 4,75

6 Perdagangan, Hotel

dan Restoran 17,53 16,35 20,47 22,29 18,02 18,79

7 Angkutan

dan Komunikasi 9,13 7,34 9,00 7,23 8,14 7,77

8

Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Jawa Barat, 2003.

(56)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Perbandingan Pertumbuhan PDRB di Kabupaten Sukabumi Sebelum Otonomi Daerah (1997-2000) dan Pada Masa Otonomi Daerah (2001-2004).

Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sukabumi periode sebelum otonomi daerah (1997-2000) dan pada masa otonomi daerah (2001-2004) fluktuatif (Tabel 5.1). Rata-rata laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sukabumi mengalami peningkatan pada periode setelah otonomi daerah berjalan. Rata-rata laju pertumbuhan PDRB sebelum otonomi daerah adalah -0,11 persen menjadi 9,20 persen pada masa otonomi daerah.

Sektor pertanian memiliki laju pertumbuhan PDRB pada periode sebelum otonomi daerah sebesar -1,52 persen, pada masa otonomi daerah terjadi peningkatan menjadi sebesar 6,01 persen. Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan dari pemerintah daerah dalam peningkatan perkembangan sektor pertanian yang merupakan sektor paling dominan di Kabupaten Sukabumi dengan peningkatan produksi pertanian melalui optimalisasi lahan pertanian. Sumbangan terbesar dari sektor pertanian diperoleh dari sub sektor tanaman pangan.

(57)

34

semakin bertambahnya produsen minuman, makanan dan industri lainnya yang mendirikan pabriknya di daerah Kabupaten Sukabumi. Industri pengolahan memiliki peluang yang cukup baik untuk dikembangkan di Kabupaten Sukabumi mengingat ketersediaan bahan mentah yang dimiliki cukup berlimpah dan akan memiliki nilai tambah yang tinggi apabila dikembangkan, terutama berhubungan dengan pengolahan hasil-hasil pertanian (agroindustri).

Tabel 5.1. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sukabumi Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993

Sebelum Otonomi Daerah (1997-2000)

(Persen)

No Sektor Perekonomian

1997 1998 1999 2000

Rata-rata

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan 4.01 -6.29 1.60 3.44 0.69

9 Jasa Lainnya 3.23 0.59 2.53 2.44 2.20

Rata-rata 7.36 -13.91 0.10 6.01 -0.11

Pada Masa Otonomi Daerah (2001-2004)

(Persen)

No Sektor Perekonomian

2001 2002 2003 2004

Rata-rata

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan 5.81 3.27 5.34 8.53 5.74

9 Jasa Lainnya 5.08 3.22 3.49 2.93 3.67

Rata-rata 7.24 5.29 12.06 12.22 9.20

(58)

35

Sektor listrik, gas, dan air minum memperlihatkan peningkatan laju pertumbuhan rata-rata yang cukup signifikan, yaitu sebesar 5,32 persen pada masa sebelum otonomi daerah menjadi 16,33 persen setelah otonomi daerah berjalan. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap listrik, gas dan air minum.

Sektor bangunan dan konstruksi adalah sektor dengan peningkatan rata-rata laju pertumbuhan terbesar. Periode sebelum otonomi daerah memiliki nilai sebesar -7,21 persen, sedangkan pada masa otonomi daerah menjadi sebesar 29,56 persen. Hal ini menunjukkan adanya pembangunan di Kabupaten Sukabumi pada infrastruktur, sarana dan prasarana, sebagai bentuk dari adanya kebijakan otonomi daerah dan adanya Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 1998, yang diilustrasikan bahwa Kabupaten Sukabumi harus memiliki pusat pemerintahan di wilayah Kabupaten sendiri dan pindah dari pusat pemerintahan Kotamadya Sukabumi, sehingga pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi dipindahkan ke Kecamatan Pelabuhan Ratu. Hal tersebut mendorong terjadinya peningkatan pertumbuhan PDRB sektor bangunan dan konstruksi di Kabupaten Sukabumi.

(59)

36

Gunung, Rimba, Laut, Pantai dan Sungai (GURILAPS) yang terdapat di Kabupaten Sukabumi. Sehingga meningkatkan jumlah wisatawan yang mengunjungi Kabupaten Sukabumi dan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran.

Laju pertumbuhan rata-rata sektor angkutan dan komunikasi sebelum otonomi daerah sebesar 2,85 persen, terjadi peningkatan pada masa otonomi daerah menjadi sebesar 8,74 persen. Hal ini mengindikasikan adanya penataan dan koordinasi yang lebih baik pada kegiatan transportasi di Kabupaten Sukabumi, serta semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat di Kabupaten Sukabumi terhadap jasa telekomunikasi, sehingga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan sektor angkutan dan komunikasi.

(60)

37

5.2. Perbandingan Pertumbuhan Wilayah di Kabupaten Sukabumi Sebelum Otonomi Daerah (1997-2000) dan Pada Masa Otonomi Daerah (2001-2004).

5.2.1. Komponen Pertumbuhan Proporsional Kabupaten Sukabumi Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah.

Nilai komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) Kabupaten Sukabumi secara keseluruhan memiliki nilai yang beragam, ada yang positif dan negatif. Jika nilai PP lebh dari nol berarti memiliki kontribusi yang positif, artinya suatu sektor perekonomian memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Berdasarkan Tabel 5.2, pada periode sebelum otonomi daerah sektor-sektor yang memiliki nilai PP positif adalah sektor listrik, gas, dan air minum sebesar 19,14 persen, sektor pertambangan dan galian sebesar 18,59 persen, sektor pertanian sebesar 12,76 persen, sektor industri pengolahan sebesar 5,34 persen, dan sektor jasa lainnya sebesar 3,54 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat.

Tabel 5.2. Komponen Pertumbuhan Proporsional Kabupaten Sukabumi Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah

Sebelum Otonomi Daerah Pada Masa Otonomi Daerah

(1997-2000) (2001-2004)

No. Sektor Perekonomian

Juta Rupiah Persen Juta Rupiah Persen

1 Pertanian 98.221,00 12,76 -208.519,79 -25,37

2 Pertambangan dan Galian 29.698,67 18,59 -41.144,10 -40,62

3 Industri Pengolahan 11.553,22 5,34 -76.298,70 -19,06

4 Listrik, Gas dan Air Minum 3.460,19 19,14 -2.088,68 -8,76

5 Bangunan dan Konstruksi -15.517,05 -32,31 -218,40 -0,63

6 Perdagangan, Hotel, dan

Restoran -43.561,90 -10,00 830.826,89 201,78

7 Angkutan dan Komunikasi -11.770,75 -8,34 6.245,90 4,27

8 Keuangan, Persewaan, dan

Jasa Perusahaan -20.812,27 -19,43 -4705,05 -4,21

9 Jasa Lainnya 10.957,43 3,54 59.337,59 17,29

TOTAL 62.228,54 2,82 563.435,66 23,53

(61)

38

Selanjutnya sektor-sektor yang memberikan kontribusi negatif dengan persentase kurang dari nol (PP < 0), yaitu sektor bangunan dan konstruksi sebesar -32,31 persen, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar –19,43 persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar -10,00 persen, dan sektor angkutan dan komunikasi sebesar -8,34 persen. Sektor-sektor tersebut merupakan sektor yang memiliki laju pertumbuhan yang lambat.

Sedangkan pada periode otonomi daerah, sektor-sektor yang memberikan kontribusi positif yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 201,78 persen, sektor jasa lainnya sebesar 17,29 persen, dan sektor angkutan dan komunikasi sebesar 4,27 persen, maka dapat diartikan bahwa sektor-sektor perekonomian tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat.

Sektor-sektor yang memberikan kontribusi negatif dengan persentase kurang dari nol (PP < 0), yaitu sektor pertambangan dan galian sebesar -40,62 persen, sektor pertanian sebesar -25,37 persen, sektor industri pengolahan sebesar -19,06 persen, sektor listrik, gas, dan air minum sebesar -8,76 persen, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar -4,21 persen, dan terakhir sektor bangunan sebesar -0,63 persen, maka dapat diartikan bahwa sektor-sektor perekonomian tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lambat.

5.2.2. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Kabupaten Sukabumi Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah.

(62)

39

menunjukkan bahwa suatu sektor perekonomian memiliki daya saing yang baik. Pada Tabel 5.3, komponen PPW pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Sukabumi pada periode sebelum otonomi daerah hampir seluruhnya bernilai positif. Hanya sektor pertambangan dan galian saja yang memiliki nilai PPW negatif (PPW < 0), artinya sektor ini tidak memiliki daya saing yang baik dengan wilayah lainnya di Provinsi Jawa Barat.

Kemudian sektor yang memiliki daya saing paling baik adalah sektor industri pengolahan dengan persentase PPW sebesar 89,32 persen. Pada urutan berikutnya, yaitu sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sektor angkutan dan komunikasi, sektor jasa lainnya, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor bangunan dan konstruksi, sektor listrik, gas, dan air minum, dan sektor pertanian. Secara umum komponen PPW sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Sukabumi sebelum otonomi daerah memiliki daya saing baik.

Tabel 5.3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Kabupaten Sukabumi Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah

Sebelum Otonomi Daerah Pada Masa Otonomi Daerah

(1997-2000) (2001-2004)

No. Sektor Perekonomian

Juta Rupiah Persen Juta Rupiah Persen

1 Pertanian 61.591,53 8,00 103.782,72 12,62

2 Pertambangan dan Galian -56.162,87 -35,15 20.078,24 19,82

3 Industri Pengolahan 193.324,30 89,32 32.491,03 8,12

4 Listrik, Gas dan Air Minum 3.379,62 18,70 9.216,78 38,68

5 Bangunan dan Konstruksi 9.341,74 19,45 39.759,31 115,54

6 Perdagangan, Hotel, dan

Restoran 104.894,16 24,07 -900.155,11 -218,62

7 Angkutan dan Komunikasi 38.994,85 27,63 -4.669,61 -3,20

8 Keuangan, Persewaan, dan

Jasa Perusahaan 43.131,62 40,26 -7.515,28 -6,73

9 Jasa Lainnya 75.608,69 24,46 -124.866,95 -36,38

TOTAL 474.103,64 21,50 -831.878,87 -34,74

(63)

40

Pada masa otonomi daerah, Kabupaten Sukabumi memiliki lima sektor perekonomian yang mampu berdaya saing baik dengan wilayah lainnya, yaitu sektor bangunan sebesar 115,54 persen, sektor listrik, gas, dan air minum sebesar 38,68 persen, sektor pertambangan dan galian sebesar 19,82 persen, sektor pertanian sebesar 12,62 persen, dan sektor industri pengolahan sebesar 8,12 persen.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang paling tidak mampu berdaya saing dengan wilayah lain di Provinsi Jawa Barat dengan nilai persentase PPW sebesar -218,62 persen, diikuti oleh sektor jasa lainnya sebesar 36,38 persen, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar -6,73 persen, dan sektor angkutan dan komunikasi sebesar -3,20 persen.

(64)

41

Jika suatu sektor-sektor perekonomian memiliki nilai PB yang negatif (PB < 0), itu berarti sektor-sektor tersebut tergolong ke dalam sektor yang tidak progresif. Sektor pertambangan dan galian, dan sektor bangunan dan konstruksi dengan masing-masing nilai PB sebesar -16,56 persen, dan -12,86 persen merupakan sektor-sektor perekonomian yang termasuk tidak progresif. Sektorsektor perekonomian lainnya adalah Sektorsektor pertambangan dan galian sebesar -20.80 persen, sektor jasa lainnya sebesar -19,09 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar -16,84 persen, sektor pertanian sebesar -12,74 persen, dan sektor industri pengolahan serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dengan nilai persentase PB yang sama, yaitu sebesar -10,95 persen.

Tabel 5.4. Pergeseran Bersih Sektor Perekonomian di Kabupaten Sukabumi Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah

Sebelum Otonomi Daerah Pada Masa Otonomi Daerah

(1997-2000) (2001-2004)

No. Sektor Perekonomian

Juta Rupiah Persen Juta Rupiah Persen

1 Pertanian 159.812,53 20,76 -104.737,07 -12,74

2 Pertambangan dan Galian -26.464,20 -16,56 -21.065,86 -20,80

3 Industri Pengolahan 204.877,52 94,66 -43.807,67 -10,95

4 Listrik, Gas dan Air Minum 6.839,81 37,84 7.128,10 29,91

5 Bangunan dan Konstruksi -6.175,31 -12,86 39.540,91 114,90

6 Perdagangan, Hotel, dan

Restoran 61.332,26 14,08 -69.328,23 -16,84

7 Angkutan dan Komunikasi 27.224,10 19,29 1.576,29 1,08

8 Keuangan, Persewaan, dan

Jasa Perusahaan 22.319,35 20,83 -12.220,32 -10,95

9 Jasa Lainnya 86.566,12 28,00 -65.529,36 -19,09

TOTAL 536.332,18 24,32 -268.443,21 -11,21

Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi, 2004 (data diolah).

(65)

42

1,08 persen. Sektor perekonomian tersebut termasuk ke dalam kategori sektor yang progresif. Secara keseluruhan nilai pergeseran bersih di Kabupaten Sukabumi pada masa otonomi daerah mengalami penurunan dibandingkan dengan sebelum otonomi daerah.

Analisis profil pertumbuhan PDRB diperoleh dengan cara mengekspresikan persentase perubahan komponen PP dan PPW. Data yang telah dianalisis akan diinterpretasikan dengan cara memplotkan persentase perubahan komponen PP dan PPW kedalam sumbu vertikal dan horizontal. Komponen PP diletakkan pada sumbu horizontal sebagai absis, sedangkan komponen PPW pada sumbu vertikal sebagai ordinat.

Pada Gambar 5.1, terdapat empat sektor perekonomian yang menempati kuadran I. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor-sektor perekonomian tersebut memiliki daya saing dan laju pertumbuhan yang cepat. Sektor-sektor tersebut, yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air minum, sektor jasa lainnya, dan sektor pertanian.

Profil Pertumbuhan Kabupaten Sukabumi Tahun 1997-2000

-60 Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan dan Konstruksi

Gambar 5.1. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Kabupaten Sukabumi

(66)

43

Sektor pertambangan dan galian merupakan satu-satunya sektor perekonomian yang menempati kuadran II. Artinya, sektor ini memiliki daya saing yang kurang baik tetapi laju pertumbuhannya cepat. Tidak terdapat sektor perekonomian yang menempati kuadran III. Hal ini menandakan bahwa Kabupaten Sukabumi tidak memiliki sektor perekonomian yang memiliki laju pertumbuhan yang lambat dan daya saing yang kurang baik atau tidak mampu berdaya saing dengan wilayah lain. Sisanya, yaitu sektor bangunan dan konstruksi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sektor angkutan dan komunikasi, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran berada pada kuadran IV. Ini berarti bahwa sektor-sektor tersebut memiliki daya saing yang baik tapi laju pertumbuhan sektor-sektor tersebut lambat.

Profil Pertumbuhan Kabupaten Sukabumi Tahun 2001-2004

-250

Listrik, Gas dan Air Minum

Bangunan dan Konstruksi

Gambar 5.2. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Kabupaten Sukabumi Pada Masa Otonomi Daerah

(67)

44

cepat dan daya saing baik atau mampu berdaya saing dengan wilayah lain. Sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa lainnya, dan sektor angkutan dan komunikasi berada pada kuadran II. Ini berarti sektor-sektor tersebut memiliki daya saing rendah tetapi pertumbuhannya cepat.

(68)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan :

1) Secara keseluruhan laju pertumbuhan rata-rata sektor perekonomian di Kabupaten Sukabumi mengalami peningkatan pada periode setelah otonomi daerah. Sektor bangunan dan konstruksi adalah sektor dengan peningkatan laju pertumbuhan rata-rata terbesar sebesar 29,56 persen. 2) Otonomi daerah berdampak positif terhadap pertumbuhan PDRB

Kabupaten Sukabumi. Namun otonomi daerah berdampak negatif pada pertumbuhan wilayah sektor perekonomian di Kabupaten Sukabumi.

6.2. Saran

1) Sektor pertanian yang merupakan sektor perekonomian paling dominan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Sukabumi. Seyogyanya pemerintah daerah diharapkan dapat terus mendorong perkembangan sektor tersebut dengan meningkatkan infrastruktur, peningkatan sarana prasarana perhubungan dengan harga murah, produktifitas melalui teknologi tepat guna dan memperkuat kelembagaan organisasi petani dengan diadakannya penyuluhan-penyuluhan pertanian serta mengembangkan produk pertanian yang memiliki nilai tambah dan dapat dijadikan bahan baku industri yang strategis dan ekonomis.

(69)

46

terus dikembangkan melalui pengembangan industri berbasis pertanian yang sangat berpotensi karena ketersediaan bahan-bahan mentah yang dimiliki Kabupaten Sukabumi sangat berlimpah. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah meningkatkan promosi produk unggulan ke luar daerah dan menggabungkan para pengusaha kecil dan menengah ke dalam suatu wadah asosiasi yang diharapkan dapat meringankan tugas dari masing-masing pengusaha kecil, sehingga akan mendapatkan peningkatan hasil yang lebih optimal.

3) Sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor angkutan dan komunikasi sebagai sektor-sektor yang memiliki laju pertumbuhan cepat, hendaknya dapat ditingkatkan daya saingnya dengan wilayah lain agar dapat memberikan hasil yang lebih optimal terhadap perekonomian. Upaya-upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan infrastruktur, sarana dan prasarana yang mendukung, dan menjalin kemitraan dengan lembaga yang bisa membantu dalam penyediaan modal, pembinaan pengusaha, dan promosi secara langsung.

(70)

DAFTAR PUSTAKA

Anjani, A. 2007. Analisis Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian Pasca Otonomi Daerah (Studi Kasus: Kota Depok) [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Bogor

Arsyad, L. 1999. Ekonomi Pembangunan. STIE. Yayasan Keluarga Pahlawan, Yogyakarta.

Aser, F. 2005. “Tujuan Otonomi Daerah Dalam UU No. 32 Tahun 2004”. Jurnal Otonomi Daerah. 1 : 45-48.

Badan Pusat Statistik. 1999. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Barat Tahun 1996 - 1999. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, Bandung.

__________________. 2004. Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Barat Tahun 1997 - 2004. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, Bandung.

__________________. 2004. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Barat Tahun 2000 - 2004. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, Bandung.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi. 1999. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sukabumi Tahun 1996 - 1999. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi, Sukabumi.

_____________________________________. 2001. Studi Penghitungan ICOR (Incremental Capital Output Ratio) 1998 - 2001. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi, Sukabumi.

_____________________________________. 2002. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sukabumi Tahun 1998 - 2002. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi, Sukabumi.

_____________________________________. 2004. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Sukabumi. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi, Sukabumi.

(71)

48

Budiharsono, S. 2001. Teknik analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Jhingan, M. L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Pemerintah Pusat. 1999. Undang-Undang Otonomi Daerah 1999. Sinar Grafika, Jakarta.

Putra, A. 2004. Analisis Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian di Kota Jambi Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Bogor.

Saragih, J. P. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Dalam Otonomi. Graha Indonesia, Jakarta.

Sihombing, R. E. 2006. Dampak Otonomi Daerah Terhadap Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Kabupaten Tapanuli Utara [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Bogor.

Soepono, P. 1993. “Analisis Shift Share: Perkembangan dan Penerapannya”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia BNEE. FE-UGM. Yogyakarta. Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. PT. Bumi

Aksara. Jakarta.

(72)

Gambar

GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUKABUMI .............................. 26
Tabel 1.1. PDRB Kabupaten Sukabumi Tahun 1997-2004 Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1993 (Milyar  Rupiah)
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Konseptual
Gambar 3.1. Profil Pertumbuhan PDRB
+7

Referensi

Dokumen terkait

5) Apabila prodi menyetujui tema dan judul tersebut maka prodi menunjuk dosen pembimbing bagi mahasiswa. 6) Setelah mendapatkan dosen pembimbing mahasiswa berhak

Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Retribusi Jasa Usaha yang meliputi Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Grosir dan/atau

Untuk memonitor perkembangan pelaksanaan program di lapangan dan pencapaian KKP, telah diterapkan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Program KKB yang secara berkala setiap

Selain itu, terdapat 19 orang karyawan dan karyawati Hasnur Group Kantor Pusat Jakarta yang berulang tahun pada Bulan Juni.. Dalam kesempatan tersebut, ditampilkan juga video

Kekuatan posisi perempuan dalam budaya matrilineal dan posisi laki-laki yang juga sangat berpengaruh dalam kebudayaan Minangka- bau menjadikan perempuan Minangkabau memiliki

Dihasilkan aplikasi yang dapat meramalkan permintaan barang untuk periode yang akan datang dengan masukan berupa data penjualan barang pada periode sebelumnya,

Adapun informasi analisa peralihan tanggapan deviasi frekuensi sistem kendali frekuensi tenaga listrik untuk tipe Non – Reheat dengan metoda Linier Quadratic Gaussian

Pada Rencana Kegiatan Harian (RKH) dari pertemuan pertama, kedua dan ketiga dengan tema binatang mengalami kemajuan yang pesat. Dengan demikian maka dapat ditarik