ANALISIS KESEIMBANGAN PENAWARAN DAN
PERMINTAAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
SEPTIONERY SIBUEA
090304053
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS KESEIMBANGAN PENAWARAN DAN
PERMINTAAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
OLEH:
SEPTIONERY SIBUEA
090304053
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Ir. Thomson Sebayang, MT Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec NIP. 195711151986011001 NIP. 196302041997031001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
SEPTIONERY SIBUEA (090304053), dengan judul skripsi Analisis Keseimbangan Penawaran dan Permintaan Jagung di Sumatera Utara. Penelitian
ini dibimbing oleh Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec.
Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Sumatera Utara, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di Sumatera Utara, dan untuk menganalisis keseimbangan penawaran dan permintaan jagung di Sumatera Utara.
Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan jagung dan model Cobweb untuk menganalisis keseimbangan penawaran dan permintaan jagung.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Sumatera Utara adalah harga jagung tahun sebelumnya, harga urea tahun sebelumnya, dan penawaran tahun sebelumnya. Harga jagung tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung, sedangkan harga urea tahun sebelumnya dan penawaran tahun sebelumnya berpengaruh tidak nyata terhadap penawaran jagung ; faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di Sumatera Utara adalah harga jagung tahun sekarang, jumlah perusahaan pakan tahun sekarang, dan permintaan tahun sebelumnya. Jumlah perusahaan pakan tahun sekarang berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung, sedangkan harga jagung tahun sekarang dan permintaan tahun sebelumnya berpengaruh tidak nyata terhadap permintaan jagung; keseimbangan penawaran dan permintaan jagung di Sumatera Utara adalah divergen atau menjauhi keseimbangan. Ini memberikan arti bahwa pengaruh harga terhadap penawaran sangat besar, sehingga peningkatan produksi sebagai respon atas kenaikan harga relatif besar.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Tiga Balata, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara pada tanggal
18 September 1991. Merupakan anak keenam dari sembilan bersaudara dari
Bapak M. Sibuea dan Ibu T. Rajagukguk.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut.
1) Tahun 2003 lulus dari Sekolah Dasar No 173630 Parsoburan, Kabupaten
Toba Samosir.
2) Tahun 2006 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jorlang Hataran,
Kabupaten Simalungun.
3) Tahun 2009 lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Raya, Kabupaten
Simalungun.
4) Tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur reguler Ujian Masuk Bersama
(UMB).
Pada bulan Juli-Agustus 2013, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) di Desa Sei Parit, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai.
Pada tahun yang sama di bulan Januari, penulis melaksanakan penelitian skripsi.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan,
yaitu Organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP), Unit
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun
judul skripsi ini adalah “Analisis Keseimbangan Penawaran dan Permintaan Jagung di Sumatera Utara”. Kegunaan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku Ketua Komisi Pembimbing dan kepada Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan
memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua Program Studi Agribisnis FP-USU dan
Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec selaku Sekretaris Program Studi
Agribisnis FP-USU yang telah memfasilitasi penulis dalam perkuliahan dan
kegiatan di kampus,
2. Seluruh dosen Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah membekali ilmu
pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan, dan
3. Seluruh pegawai Program Studi Agribisnis FP-USU khususnya Kak Yani,
Kak Lisbet, dan Kak Runi yang membantu penulis dalam administrasi
Penulis juga menyampaikan terima kasih secara khusus kepada Ayahanda
M. Sibuea dan Ibunda T. Rajagukguk atas motivasi, kasih sayang, dan dukungan
baik materi, doa, serta kesabarannya dalam mendidik penulis selama ini. Juga
ucapan terimakasih kepada Abangnda Sarjana Oktavianus Sibuea, SH, Abangnda
Yandi Daniel Sibuea, Amd, Kakanda Vera Minda Sibuea, Amd, Abangnda
Reymon Sibuea, SH, Kakanda Alemita Sri Andriani Sibuea, Amd, Adinda Ria
Agnes Sibuea, Adinda Eny Yunci Yesika Sibuea, dan Adinda Wahyu Andri
Sibuea yang juga memberikan dukungan, doa dan motivasi kepada penulis.
Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada semua teman-teman stambuk
2009 Agribisnis, yang menjadi inspirasi selama penulis menjalani perkuliahan,
secara khusus buat Alexander Silalahi dan sahabat-sahabat penulis Arianty
Lediana Damanik, Sartika Panggabean, Siti Ulparia Lubis, dan Febry Tita Eka
Putri untuk setiap motivasi, saran, dan doa yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, September 2013
DAFTAR ISI
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HPOTESIS PENELITIAN ... 7
Tinjauan Pustaka ... 7
Landasan Teori ... 15
Kerangka Pemikiran ... 28
Hipotesis Penelitian ... 30
METODE PENELITIAN ... 31
Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 31
Metode Pengambilan Data ... 33
Metode Pengumpulan Data ... 33
Metode Analisis Data ... 34
Defenisi dan Batasan Operasional ... 40
Defenisi... 40
Batasan Operasional ... 41
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK DATA ... 42
Deskripsi Daerah Penelitian ... 42
Letak, Topografi, dan Iklim Daerah Penelitian ... 42
Keadaan Penduduk ... 45
Keadaan Ekonomi ... 48
Sarana dan Prasarana Jalan ... 49
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Jagung di Sumatera Utara ... 52
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Jagung di Sumatera Utara ... 55
Keseimbangan Penawaran dan Permintaan Jagung di Sumatera Utara ... 58
KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
Kesimpulan ... 61
Saran ... 62
DAFTAR TABEL
No Judul Tabel Hal
1 Penawaran Jagung di Sumatera Utara Tahun 2008-2012 2
2 Permintaan atau Kebutuhan Jagung di Sumatera Utara Tahun 2008-2012
3
3 Harga Jagung Tingkat Produsen di Sumatera Utara Tahun 2008-2012
4
4 Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Jagung Seluruh Provinsi Di Indonesia Tahun 2012
32
5 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Jagung Di Sumatera Utara Tahun 2007-2011
33
6 Luas dan Letak Diatas Permukaan Laut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011
44
7 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011
46
8 Jumlah Penduduk Menurut Daerah Kota dan Pedesaan Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011
47
9 Produk Domestik Regional Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Tahun 2011 di Sumatera Utara
49
10 Panjang Jalan Menurut Status dan Kabupaten/Kota (Km) di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011
50
11 Karakteristik Data untuk Analisis Penawaran Jagung di Sumatera Utara Tahun 2003 – 2012
51
12 Karakteristik Data untuk Analisis Penawaran Jagung di Sumatera Utara Tahun 2003 – 2012
51
DAFTAR GAMBAR
No Judul Gambar Hal
1 Kurva Penawaran 16
2 Kurva Permintaan 18
3 Kurva Permintaan Hicks 22
4 Kasus Cobweb 25
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Lampiran
1 Luas Panen, Produksi, dan Rata-Rata Produksi Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2011
2 Penawaran Jagung di Sumatera Utara Tahun 2003-2012 3 Permintaan Jagung di Sumatera Utara Tahun 2003-2012
4 Harga Jagung Tingkat Produsen di Sumatera Utara Tahun 2003-2012 5 Harga Eceran Urea di Sumatera Utara Tahun 2003-2012
6 Jumlah Perusahaan Pakan Ternak di Sumatera Utara Tahun 2003-2012 7 Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang mempengaruhi Penawaran
Jagung di Sumatera Utara
8 Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang mempengaruhi Permintaan Jagung di Sumatera Utara
9 Hasil Analisis Regresi Harga Terhadap Penawaran Jagung di Sumatera Utara Tahun 2003-2012
ABSTRAK
SEPTIONERY SIBUEA (090304053), dengan judul skripsi Analisis Keseimbangan Penawaran dan Permintaan Jagung di Sumatera Utara. Penelitian
ini dibimbing oleh Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec.
Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Sumatera Utara, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di Sumatera Utara, dan untuk menganalisis keseimbangan penawaran dan permintaan jagung di Sumatera Utara.
Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan jagung dan model Cobweb untuk menganalisis keseimbangan penawaran dan permintaan jagung.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Sumatera Utara adalah harga jagung tahun sebelumnya, harga urea tahun sebelumnya, dan penawaran tahun sebelumnya. Harga jagung tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung, sedangkan harga urea tahun sebelumnya dan penawaran tahun sebelumnya berpengaruh tidak nyata terhadap penawaran jagung ; faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di Sumatera Utara adalah harga jagung tahun sekarang, jumlah perusahaan pakan tahun sekarang, dan permintaan tahun sebelumnya. Jumlah perusahaan pakan tahun sekarang berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung, sedangkan harga jagung tahun sekarang dan permintaan tahun sebelumnya berpengaruh tidak nyata terhadap permintaan jagung; keseimbangan penawaran dan permintaan jagung di Sumatera Utara adalah divergen atau menjauhi keseimbangan. Ini memberikan arti bahwa pengaruh harga terhadap penawaran sangat besar, sehingga peningkatan produksi sebagai respon atas kenaikan harga relatif besar.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan strategis
dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan. Hal ini
disebabkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein
setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan
industri pakan. Jagung digunakan sebagai bahan baku utama pakan ternak dalam
industri pakan. Pola konsumsi pangan akan mengalami perubahan dengan
meningkatnya pendapatan masyarakat. Permintaan terhadap produk peternakan
seperti daging dan telur akan meningkat sehingga diperlukan ketersediaan pakan
ternak yang cukup pula (BPS, 2009).
Jagung di Provinsi Sumatera Utara juga memiliki peranan penting bagi
pemerintah, produsen jagung, dan konsumen jagung. Jagung berguna dalam
meningkatkan ketahanan pangan, menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah
Provinsi Sumatera Utara, dan sebagai sumber pendapatan bagi produsen. Dari segi
konsumen, jagung berguna untuk dikonsumsi baik secara langsung maupun
produk turunannya, serta sebagai pakan ternak, dimana pakan ternak tersebut
dapat meningkatkan produk peternakan seperti daging dan telur yang dibutuhkan
konsumen.
Penawaran jagung di Sumatera Utara ialah penjumlahan produksi, impor, stok
awal dan dikurangi dengan ekspor. Penawaran jagung di Sumatera Utara dapat
Tabel 1. Penawaran Jagung di Sumatera Utara Tahun 2008-2012 2 2009 1.166.548 102.475,113 466.224 179,479 1.735.067,634 3 2010 1.377.718 100.846,810 409.013 212,705 1.131.648,105 4 2011 1.294.645 305.818,856 455.184 416,631 2.055.231,225 5 2012 1.369.090 217.083,050 512.875 386,000 2.098.662,050
Sumber: Produksi 2008-2009; Analisis Usaha Tani Tanaman Padi, Jagung, Kedelai dan Tebu Sumatera Utara Tahun 2009. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Produksi 2009-2012; www.bps.go.id, Impor dan Ekspor; Ekspor dan Impor Sumatera Utara. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Stok; Laporan Tahunan. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara
Produksi adalah hasil panen dari petani jagung di Sumatera Utara. Dari data di
atas dapat dilihat bahwa produksi jagung fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2008, produksi jagung Sumatera Utara sebesar 1.098.969 ton, tahun 2009
sebesar 1.166.548 ton, tahun 2010 sebesar 1.377.718 ton, tahun 2011 sebesar
1.294.645 ton, dan tahun 2012 sebesar 1.369.090 ton.
Impor adalah pemasukan jagung yang berasal dari luar negeri ke Sumatera Utara.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa impor jagung fluktuatif dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2008, impor jagung Sumatera Utara sebesar 40.519,017 ton, tahun
2009 sebesar 102.475,113 ton, tahun 2010 sebesar 100.846,810 ton, tahun 2011
sebesar 305.818,856 ton, dan tahun 2012 sebesar 217.083,050 ton.
Stok merupakan hasil pengurangan dari ketersediaan dengan kebutuhan. Dari data
di atas dapat dilihat bahwa stok jagung fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun
2008, stok jagung Sumatera Utara sebesar 91.202 ton, tahun 2009 sebesar
466.224 ton, tahun 2010 sebesar 409.013 ton, tahun 2011 sebesar 455.184 ton,
Ekspor adalah jagung yang dijual dari Sumatera Utara ke luar negeri. Dari tabel di
atas dapat dilihat bahwa ekspor jagung fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun
2008 ekspor jagung Sumatera Utara sebesar 314,476 ton, tahun 2009 sebesar
179,479 ton, tahun 2010 sebesar 212,705 ton, tahun 2011 sebesar 416,631 ton,
dan tahun 2012 sebesar 386 ton.
Permintaan jagung di Sumatera Utara adalah penjumlahan dari kebutuhan jagung
untuk konsumsi dan industri. Permintaan atau kebutuhan jagung di Sumatera
Utara tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 2. Permintaan atau Kebutuhan Jagung di Sumatera Utara Tahun 2008-2012
No Tahun Konsumsi + Industri (Ton)
1 2008 790.098
2 2009 801.891
3 2010 755.717
4 2011 982.731
5 2012 1.046.816
Sumber: Laporan Tahunan 2008, Pemantauan Ketersediaan Kebutuhan dan Cadangan Pangan Tahun 2009-2012. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa permintaan Jagung di Sumatera Utara
fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, permintaan jagung Sumatera
Utara sebesar 790.098 ton, tahun 2009 sebesar 801.891 ton, tahun 2010 sebesar
755.717 ton, tahun 2011 sebesar 982731 ton, dan tahun 2012 sebesar 1.046.816
ton.
Harga jagung dapat mempengaruhi penawaran dan permintaan jagung.
Tabel 3. Harga Jagung Tingkat Produsen di Sumatera Utara Tahun 2008-2012
Sumber: Laporan Tahunan, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa harga jagung di Sumatera Utara meningkat
dari tahun ke tahun, namun tahun 2012 harga jagung turun. Pada tahun 2008,
harga jagung Sumatera Utara sebesar Rp 2.245/kg, tahun 2009 sebesar Rp
2.605/kg, tahun 2010 sebesar Rp 2.797/kg, tahun 2011 sebesar Rp 3.006/kg, dan
tahun 2012 sebesar Rp 2.708/kg.
Konsumen pada dasarnya menginginkan agar harga suatu barang turun,
sedangkan produsen menginginkan agar harga suatu barang itu naik. Kedua sisi
itu bertentangan dalam menentukan harga suatu barang. Apabila kedua sisi ini
dipertemukan, maka diperoleh suatu titik tengah yang disebut dengan titik
keseimbangan atau ekuilibrium. Keseimbangan merupakan suatu keadaan dimana
jumlah permintaan adalah sama dengan jumlah penawaran atas suatu barang pada
harga tertentu (Bangun, 2007). Hal tersebut berlaku juga terhadap keinginan
petani jagung. Menurut petani jagung di Sumatera Utara, harga jagung yang
berlaku belum memberikan keuntungan kepada petani. Ditambah lagi dengan
adanya kebijakan impor jagung dalam kondisi panen yang melimpah
(Dewantoro, 2012). Permasalahan ketidaksesuaian harga yang terjadi dipicu oleh
tidak terjadinya keseimbangan penawaran dan permintaan jagung. Jumlah
penawaran dan permintaan jagung di Sumatera Utara tidak sama (tidak seimbang).
1.230.375,541 ton dan permintaannya sebesar 790.098 ton. Pada tahun 2009,
penawaran sebesar 1.735.067,634 ton sedangkan permintaannya sebesar 801.891
ton. Pada tahun 2010, penawaran sebesar 1.131.648,105 ton dan permintaannya
sebesar 755.717 ton. Pada tahun 2011, penawaran sebesar 2.055.231,225 ton
sedangkan permintaannya sebesar 982.731 ton. Pada tahun 2012, penawaran
sebesar 2.098.662,050 ton sedangkan permintaannya sebesar 1.046.816 ton.
Kajian ini dilakukan untuk menjelaskan keadaan keseimbangan penawaran dan
permintaan jagung di Sumatera Utara, serta menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi penawaran jagung dan faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan jagung di Sumatera Utara.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka identifikasi masalah penelitian sebagai
berikut.
1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penawaran jagung di Sumatera Utara?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi permintaan jagung di Sumatera Utara?
3. Bagaimana keseimbangan penawaran dan permintaan jagung di Sumatera
Utara?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan penelitian adalah:
1. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di
Sumatera Utara.
2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di
3. Untuk menganalisis keseimbangan penawaran dan permintaan jagung di
Sumatera Utara.
Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Sebagai bahan informasi bagi para petani untuk mengetahui keadaan
penawaran dan permintaan jagung di Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi policy maker atau pemerintah dalam
mengambil kebijakan untuk menyusun program dalam pengembangan
pertanian jagung di masa mendatang.
3. Sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi pihak yang
membutuhkan khususnya kalangan akademis yang akan mengadakan
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka
Banyak orang memperkirakan bahwa dengan laju pertumbuhan penduduk di dunia
yang tetap tinggi setiap tahun, sementara lahan yang tersedia untuk
kegiatan-kegiatan pertanian semakin sempit, maka pada suatu saat dunia akan mengalami
krisis pangan (kekurangan stok), seperti juga diprediksi oleh teori Malthus. Dalam
teori Malthus, pengertian krisis pangan adalah dalam arti persediaan terbatas
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan bagi semua penduduk dunia.
Namun, keterbatasan stok pangan bisa diakibatkan oleh dua hal, yakni karena
volume produksi rendah (yang disebabkan oleh faktor cuaca atau lainnya),
sementara permintaan besar karena jumlah penduduk bertambah, atau akibat
distribusi yang tidak merata (Tambunan, 2003).
Berkembang pesatnya penduduk beserta seluruh aktivitas sosial, ekonomi dan
politik telah menimbulkan tantangan dan masalah yang sangat kompleks dan
sangat mempengaruhi upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional. Situasi
krisis pangan yang dialami oleh berbagai bangsa termasuk Indonesia, memberikan
pelajaran bahwa ketahanan pangan harus diupayakan sebesar mungkin bertumpu
pada sumberdaya nasional dengan keragaman antar daerah, karena ketergantungan
menyebabkan kerentanan yang tinggi. Tidak satupun negara dapat melaksanakan
pembangunan berkelanjutan tanpa terlebih dahulu mengatasi masalah ketahanan
pangannya. Oleh sebab itu, perwujudan ketahanan pangan yang bertumpu pada
sumberdaya pangan, kelembagaan dan budaya lokal telah menjadi komitmen
bersama masyarakat dalam arti luas termasuk dunia usaha yang bergerak di
bidang pangan (Suryana, 2003).
Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu dalam stabilitas nasional
suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial. Oleh sebab
itu, ketahanan pangan merupakan program utama dalam pembangunan pertanian
saat ini dan masa mendatang. Kementerian Pertanian menargetkan pencapaian
swasembada dan swasembada berkelanjutan atas tanaman pangan pada tahun
2010-2014 yakni padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi
jalar (BPK, 2012).
Jagung sebagai bahan pangan merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras.
Namun, jagung di Indonesia belum sepenuhnya menjadi komoditas yang dapat
diandalkan. Selain karena petani jagung masih menerapkan sistem pengolahan
lahan secara tradisional, disisi lain harga dan pasar jagung masih jauh dari yang
diharapkan oleh petani. Padahal, jagung masih banyak dibutuhkan untuk bahan
baku berbagai industri. Jagung banyak dibutuhkan untuk industri pakan ternak.
Indonesia akhir-akhir ini mampu menyerap kurang lebih 120.000 ton jagung
pipilan kering setiap bulannya. Menurut survei di lapangan, penggunaan jagung
sebagai pakan ternak terus meningkat dengan kenaikan sekitar 10 % untuk setiap
tahun. Sementara itu, industri lain, khususnya industri makanan, juga masih
banyak membutuhkan jagung. Misalnya, industri gula jagung, tepung meizena,
industri rumah tangga, industri farmasi, dan sebagainya
Daerah pertumbuhan jagung meliputi skala lingkungan yang sangat luas, yaitu
antara 580 LU - 400 LS. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian
0-1300 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan tahunan 250-10.000 mm.
Jagung dapat hidup di daerah yang beriklim panas dan di daerah yang beriklim
sedang, yaitu pada temperatur 23-270C. Jagung dapat tumbuh pada semua jenis
tanah seperti tanah berpasir maupun tanah liat berat. Namun, tanaman ini akan
tumbuh lebih baik pada tanah yang gembur dan kaya akan humus dengan pH tanah
(keasaman tanah) antara 5,5-7,0 (Suprapto dan Marzuki, 2002).
Terdapat beberapa jenis jagung yang dapat ditanam di Indonesia, yaitu dent corn
(jagung gigi kuda-Zea mays indentata) dan flint corn (jagung mutiara-Zea mays
indurata). Jagung mutiara berbentuk bulat dan umumnya berwarna putih. Biji
bagian luar keras dan licin karena terdiri dari pati keras. Jagung jenis lokal
Indonesia umumnya adalah tipe jagung mutiara. Jenis jagung lain, seperti sweet
corn (jagung manis-Zea mays saccharata) dan pop corn (jagung berondong-Zea
mays everta) mulai banyak dikenal oleh masyarakat. Di beberapa daerah terdapat
jagung ketan atau waxy corn (Zea mays ceratina) yang memiliki kandungan
amilopektin yang tinggi menyebabkan rasa pulen pada jagung ketan
(Purwono dan Heni, 2007).
Usaha peningkatan produksi jagung nasional dilakukan dengan upaya
penambahan luas tanam dan peningkatan produktivitas melalui pengenalan
varietas unggul. Upaya peningkatan produksi jagung juga dapat dilakukan dengan
penggunaan pupuk yang tepat waktu, tepat dosis, dan tepat komposisi dapat
Hampir seluruh bagian tanaman jagung memiliki nilai ekonomis. Secara umum,
beberapa manfaat bagian-bagian tanaman jagung sebagai berikut.
a) Batang dan daun muda untuk pakan ternak
b) Batang dan daun tua (setelah panen) untuk pupuk hijau atau kompos
c) Batang dan daun kering untuk kayu bakar
d) Batang jagung untuk lanjaran (turus)
e) Batang jagung untuk pulp (bahan kertas)
f) Buah jagung muda untuk sayuran, perkedel, bakwan, dan sambal goreng
Secara garis besar kegunaan jagung dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
bahan pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri.
1. Bahan pangan
Biasanya jagung dibuat dalam bentuk makanan seperti nasi jagung, bubur jagung,
jagung campuran beras, dan banyak lagi makanan tradisional yang berasal dari
jagung.
2. Bahan pakan tenak
Jagung merupakan salah satu bahan campuran pakan ternak. Bahkan, di beberapa
pedesaan jagung digunakan sebagai bahan pakan utama. Biasanya, jagung
dicampur bersama bahan pakan lain seperti dedak, shorgum, hijauan dan tepung
ikan. Pakan berbahan jagung umumnya diberikan pada ternak ayam, itik, dan
puyuh.
3. Bahan baku industri
Produk olahan jagung banyak beredar di pasaran. Produk olahan jagung tersebut,
industri yang mengolah jagung menjadi produk, secara garis besar adalah sebagai
berikut.
• industri giling kering, yaitu menghasilkan tepung jagung
• industri giling basah, yaitu mengahasilkan pati, sirup,gula jagung, minyak,
dan dextrin
• industri destilasi dan fermentasi, yaitu industri yang menghasilkan etil
alkohol, aseton, asam laktat, asam sitrat, gliserol, dan lain-lain
(Purwono dan Rudi, 2005)
Dari sisi pasar, potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan. Hal ini
dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri peternakan yang pada akhirnya
akan meningkatkan permintaan jagung sebagai campuran pakan ternak. Selain
bahan pakan ternak, saat ini juga berkembang produk pangan dari jagung dalam
bentuk tepung jagung di kalangan masyarakat. Produk tersebut banyak
dijadikan bahan baku untuk pembuatan produk pangan. Dengan gambaran
potensi pasar jagung tersebut, tentu membuka peluang bagi petani untuk
menanam jagung atau meningkatkan produksi jagungnya. Potensi pasar jagung
di Indonesia pun semakin terbuka luas setelah adanya larangan impor jagung dari
beberapa negara karena terindikasi membawa bibit penyakit mulut dan kuku
(Purwono dan Rudi, 2005).
Karakteristik pasar dan pola produksi komoditas jagung merupakan unsur yang
sangat berpengaruh terhadap sistem pasar komoditas tersebut. Karakteristik pasar
1. Produksi jagung bersifat musiman dan rentan terhadap bencana alam,
sehingga penawaran jagung sangat fluktuatif. Usahatani secara intrinsik
mengandung resiko produksi (production risk) yang tinggi. Resiko produksi
jagung yang tinggi dapat mempengaruhi ketahanan ekonomi keluarga petani,
perekonomian desa maupun ketahanan pangan nasional.
2. Dalam pemasaran hasil posisi tawar petani jagung cenderung lemah,
dikarenakan : (a) umumnya petani menjual jagung segera setelah panen
dalam bentuk tongkol atau pipilan basah bahkan secara tebasan; (b) petani
dihadapkan pada kebutuhan uang tunai untuk penggarapan lahan pertanaman
berikutnya, karena itu nilai tambah dari pasca panen lebih banyak diminati
oleh para pedagang, dan (c) penawaran jagung tidak elastis dan pasar jagung
tersegmentasi secara lokal.
3. Perpaduan antara produksi jagung yang fluktuatif, dan penawaran jagung
yang tidak elastis menyebabkan fluktuasi harga jagung di tingkat petani
sangat tinggi dan tidak menentu. Ini berarti di samping resiko produksi, petani
jagung juga menghadapi resiko harga (price risk) yang tinggi sehingga secara
keseluruhan resiko usahatani jagung sangat tinggi. Fluktuasi produksi dan
harga jagung juga merupakan resiko usaha bagi pedagang jagung yang
diinternalisasikan ke dalam ongkos (marjin) pemasaran yang lebih tinggi.
Pada kondisi tertentu, intervensi pemerintah untuk menstabilkan harga jagung
bermanfaat untuk meningkatkan produksi jagung dalam negeri guna
pemantapan ketahanan pangan dan pemacuan perekonomian desa.
4. Harga jagung di tingkat konsumen dan di tingkat produsen (petani) bersifat
ditransmisikan secara sempurna ke harga jagung di tingkat petani. Dengan
demikian, fluktuasi harga jagung cenderung merugikan petani dan konsumen
(Litbang, 2010).
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menetapkan kebijakan harga referensi daerah
(HRD) jagung tahun 2012 sebesar Rp 2.133/kg pipilan kering. Dengan standart
yang telah ditetapkan sebagai berikut.
1. Kadar air 17%
2. Aflatoxin maksimal 50 pbb
3. Tidak berjamur
4. Kotoran, biji rusak/mati, campuran dan lain-lain maksimal 3%
(BKP, 2012).
Harga hasil-hasil pertanian dalam jangka pendek, cenderung mengalami naik dan
turun yang relatif besar. Harga bisa mencapai tingkat yang sangat tinggi pada
suatu masa, sebaliknya akan mengalami kemerosotan yang buruk pada masa
berikutnya. Ketidakstabilan harga tersebut dapat disebabkan oleh permintaan dan
penawaran terhadap barang pertanian yang sifatnya tidak elastis. Sifat ini
menyebabkan perubahan yang sangat besar terhadap tingkat harga apabila
permintaan atau penawaran mengalami perubahan. Faktor yang menimbulkan
ketidakstabilan harga pertanian yaitu naik turunnya penawaran dan permintaan.
Ketidakstabilan yang bersumber dari perubahan penawaran
Tingkat produksi sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
berada di luar kemampuan petani untuk mengendalikannya. Produksi pertanian
selalu berubah-ubah dari satu musim ke musim lainnya. Perubahan musiman ini
terutama dipengaruhi oleh keadaan cuaca, iklim dan faktor-faktor alamiah yang
lain. Selain itu, serangan hama tanaman dan binatang pengganggu juga dapat
menimbulkan pengaruh yang penting terhadap perubahan produksi hasil
pertanian. Pada periode jangka pendek maupun jangka panjang, permintaan
terhadap barang pertanian bersifat tidak elastis. Di dalam jangka panjang, hal ini
disebabkan karena elastisitas permintaan pendapatan terhadap barang pertanian
rendah, yaitu kenaikan dalam pendapatan hanya menimbulkan kenaikan yang
kecil saja terhadap permintaan. Di dalam jangka pendek, permintaan terhadap
barang pertanian bersifat tidak elastis karena kebanyakan hasil-hasil pertanian
merupakan barang kebutuhan pokok harian, yaitu digunakan setiap hari.
Walaupun harganya sangat meningkat namun jumlah yang sama masih tetap harus
dikonsumsi. Sebaliknya pada waktu harga sangat merosot, konsumsi tidak akan
banyak bertambah karena kebutuhan konsumsi yang relatif tetap. Oleh karena
sifat permintaan atas barang pertanian yang tidak elastis tersebut, maka harga
akan mengalami perubahan yang sangat besar sekiranya penawaran hasil
pertanian mengalami perubahan.
Ketidakstabilan yang ditimbulkan oleh perubahan permintaan
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan penawaran terhadap barang
pertanian bersifat tidak elastis, yaitu yang pertama adalah karena barang-barang
pertanian dihasilkan secara musiman. Kedua, beberapa jenis tanaman memerlukan
waktu bertahun-tahun sebelum hasilnya dapat diperoleh. Tanaman ini seperti
tanaman buah-buahan dan bahan mentah. Penawaran barang pertanian yang sukar
menyebabkan perubahan harga yang sangat besar apabila berlaku perubahan
permintaan (Sukirno, 2005).
Penawaran dan permintaan bertentangan dalam menentukan harga suatu barang.
Pada satu pihak menginginkan harga turun, sedangkan pihak lain menginginkan
harga naik. Apabila kedua sisi ini dipertemukan maka diperoleh suatu titik tengah
yang disebut dengan titik keseimbangan. Pada titik keseimbangan tersebut akan
diperoleh harga keseimbangan dan jumlah barang keseimbangan. Sama halnya
dengan penawaran dan permintaan jagung, dimana satu pihak menginginkan
harga turun dan pihak lain menginginkan harga naik (Bangun, 2007).
Landasan Teori
Penawaran
Fungsi penawaran ialah fungsi yang menyatakan hubungan harga dari suatu
barang dengan jumah barang tersebut yang ditawarkan. Hukum penawaran
menyebutkan bahwa bila harga naik, jumah barang yang ditawarkan bertambah
dan sebaliknya bila harga turun jumlah yang ditawarkan akan turun
pula (Desmizar dan Kasir, 2003).
Kurva penawaran adalah suatu kurva atau garis yang menggambarkan hubungan
antara harga dengan jumlah penawaran suatu barang. Ciri kurva penawaran antara
lain, turun dari kanan atas ke kiri bawah, dan berslop positif artinya perubahan
harga searah dengan perubahan jumlah penawaran suatu barang. Sumbu tegak
menggambarkan tingkat harga (P) suatu barang, sedangkan sumbu datar adalah
jumlah barang yang diminta atau Q. Kurva penawaran tersebut dapat dilihat pada
Gambar 1. Kurva Penawaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas pertanian adalah sebagai
berikut (Rahim dan Diah, 2008).
a. Harga input
Besar kecilnya harga input akan mempengaruhi jumlah input (faktor produksi)
yang dipakai. Sebagai contoh, bila harga faktor produksi menurun produsen
cenderung akan membelinya dalam jumlah yang relatif besar.
b. Harga komoditas itu sendiri
Jika harga semakin murah, penawaran terhadap produk itu berkurang. Hal tersebut
berkaitan dengan hukum penawaran,” bila harga suatu komoditas naik, cateris
paribus, jumlah komoditas yang ditawarkan akan bertambah dan begitu juga
sebaliknya.
c. Harga komoditas lain
Adanya perubahan harga produksi alternatif lain menyebabkan terjadinya jumlah
peningkatan produksi atau semakin menurun. Contohnya, bila produsen
menganggap harga produk lain lebih baik dari harga produknya menyebabkan
produsen beralih mengusahakan produk lain tersebut.
P
P1
P2
Q2
P0
Q1
Q0
d. Teknologi
Perbaikan teknologi atau penggunaan teknologi baru sebagai pengganti teknologi
lama akan meningkatkan produksi. Selain itu, kemajuan teknologi menurunkan
biaya produksi.
e. Jumlah lembaga pemasaran
Apabila jumlah lembaga pemasaran suatu produk semakin banyak, penawaran
produk tersebut akan bertambah.
f. Harapan produsen terhadap harga produk di masa datang
Banyak petani yang bisa meramalkan harga komoditas naik atau turun di masa
datang. Hal tersebut merupakan pengalaman petani selama beberapa tahun
mengusahakan komoditas tersebut.
Dalam Rahim dan Diah (2008) dituliskan bahwa, bentuk persamaan matematis
secara umum dan sederhana yang menjelaskan hubungan antara tingkat
penawaran dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas
pertanian adalah.
�= �(��,��,��,�,���,����)
Dimana:
S = penawaran akan komoditas pertanian
Pi = harga input
Px = harga komoditas itu sendiri
Py = harga komoditas lain
T = teknologi
Nlp = jumlah lembaga pemasaran
Permintaan
Permintaan masyarakat terhadap barang tertentu berarti kesediaan masyarakat
untuk membeli sejumlah barang tertentu, pada tingkat harga tertentu pula. Dengan
demikian, kalau tingkat harga barang tertentu tinggi, maka masyarakat hanya
bersedia membeli barang tersebut relatif sedikit, kalau dibandingkan kesediaan
masyarakat untuk membeli barang tersebut pada tingkat harga yang rendah.
Hukum permintaan menyebutkan bahwa, bila harga turun jumlah barang akan
bertambah dan sebaliknya bila harga naik, jumlah yang diminta berkurang dengan
anggapan lainnya tetap (Desmizar dan Kasir, 2003).
Kurva permintaan adalah suatu kurva atau garis yang menghubungkan antara
harga dengan jumlah permintaan suatu barang. Ciri dari kurva permintaan antara
lain, garis tersebut turun dari kiri atas ke kanan bawah, dan berslop negatif yang
menggambarkan bahwa kedua variabel tersebut berhubungan secara terbalik.
Sumbu tegak menggambarkan tingkat harga (P) suatu barang, sedangkan sumbu
datar adalah jumlah barang yang diminta atau Q (Bangun, 2007).
Gambar 2. Kurva Permintaan
P
P P
Q0
P
Q1
Q2
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas pertanian adalah sebagai
berikut.
a. Harga komoditas itu sendiri
Jika harga semakin murah, permintaan terhadap produk itu bertambah. Hal
tersebut berkaitan dengan hukum permintaan, bila harga suatu komoditas naik,
cateris paribus, jumlah komoditas yang diminta akan berkurang dan begitu juga
sebaliknya (Rahim dan Diah, 2008).
b. Harga komoditas lain
Pengaruh harga komoditas lain terhadap jumlah permintaan suatu barang
tergantung pada jenis barangnya. Jenis barang ditentukan berdasarkan sifatnya,
yaitu barang substitusi dan barang komplementer (Bangun, 2007).
c. Pendapatan
Tingkat pendapatan mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan,
daya beli makin kuat sehingga permintaan akan suatu komoditas meningkat
(Rahim dan Diah, 2008).
d. Selera
Selera juga dapat mempengaruhi permintaan. Apabila selera masyarakat terhadap
suatu barang tinggi, maka perimintaan akan barang tersebut juga tinggi. Begitu
juga sebaliknya, apabila selera masyarakat terhadap suatu barang rendah, maka
permintaan akan barang tersebut juga rendah.
e. Jumlah penduduk
Semakin tinggi jumlah penduduk maka semakin tinggi jumlah permintaan akan
suatu barang. Sebaliknya, permintaan akan suatu barang akan semakin berkurang
f. Kualitas komoditas
Kualitas komoditas yang bagus akan meningkatkan permintaan. Semakin
tinggi kualitas suatu barang, maka semakin tinggi minat masyarakat
(Rahim dan Diah, 2008).
g. Perkiraan harga di masa mendatang
Perkiraan harga suatu barang di masa yang akan datang dapat berpengaruh
terhadap jumlah permintaan suatu barang. Apabila diramalkan terjadi kenaikan
harga suatu barang tertentu di masa yang akan datang, maka permintaan akan
berang tersebut akan bertambah. Demikian sebaliknya, apabila diramalkan harga
suatu barang turun pada masa yang akan datang, maka permintaan pada saat
sekarang akan berkurang (Bangun, 2007).
Dalam Rahim dan Diah (2008) dituliskan bahwa bentuk persamaan matematis
secara umum dan sederhana untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan komoditas pertanian di atas adalah sebagai berikut.
� = �(��,��,�,�,�,�,���)
Dimana:
D = permintaan komoditas
Px = harga komoditas itu sendiri
Py = harga komoditas lain
I = pendapatan
T = selera
N = jumlah penduduk
Q = kualitas komoditas
Kurva permintaan dapat diturunkan dari meminimisasikan pengeluaran dengan
kendala utilitas harus mencapai tingkat tertentu sebesar U0, yang akan
menghasilkan kurva permintaan Hicks. Gambar 3 panel (a) menggambarkan
konsep uitilitas, aksis horizontal menggambarkan barang X dan vertikal
menggambarkan konsumsi barang lainnya (Y). Garis �0- �0 menggambarkan
garis anggaran (budget line) dalam kondisi awal. Titik persinggungan antara kurva
�0 dengan garis �0- �0, pada titik A merupakan titik konsumsi yang paling
optimal untuk barang X dan barang Y. Gambar 3 panel (b) menggambarkan
bagaimana kurva dari barang X diturunkan dari maksimisasi utilitas. Pada kondisi
awal harga sebesar po, titik A pada panel (a) dipetakan pada panel (b) sebagai titik
a. dimisalkan terjadi penurunan harga dari �0 ke �1, maka garis anggaran �0- �0
bergerak menjadi �0- �1. Kurva permintaan Hicks diturunkan dari minimisasi
pengeluaran dengan utilitas konstan. Artinya, bagaimana konsumen tetap berada
pada utilitas semula dengan adanya perubahan harga dari �0 ke �1. Salah satu cara
adalah dengan mengubah pendapatan konsumen (dalam hal ini menurunkan
pendapatan dari �0 ke �1), sehingga konsumen tersebut tetap berada pada tingkat
kepuasan semula. Garis anggaran baru, yakni �1-�1 yang merupakan garis
pararel dengan �0- �1, adalah garis yang menggambarkan perubahan pendapatan
tersebut. Titik perpotongan antara garis anggaran �1-�1 dengan kurva indiferen
lama U0 menghasilkan tingkat konsumsi barang X sebesar X2, jika titik ini
dipetakan dengan titik harga baru pada tingkat �1 pada panel (b), akan diperoleh
titik perpotongan c. Sekarang jika titik perpotongan a dengan titik perpotongan c
dihubungkan, akan diperoleh kurva permintaan Hicks yang dapat dilihat pada
X Y
�0
�1
�0
�1
�0 �1 �2
C
�1
�0
A
X Harga
c a
X2 X0
X0 X2
(a)
(b)
Model Cobweb Dalam Analisis Keseimbangan Penawaran dan Permintaan
Teori mengenai penawaran dan permintaan pada halaman 15-20 dianalisis dengan
sistem statis. Menurut Simatupang (1995), sistem statis tidak dipengaruhi atau
tidak bergantung pada perubahan waktu. Dalam Winardi (1976) dikatakan bahwa
dalam sistem statis hubungan antara variabel-variabel yang relevan berhubungan
dengan waktu yang sama atau periode waktu yang sama. Contoh hubungan statis:
untuk merumuskan rencana-rencana permintaan sebuah rumah tangga “harga
suatu barang untuk periode yang akan datang adalah P1, maka rumah tangga yang
bersangkutan akan membeli X1; dan bilamana harga pada periode yang akan
datang adalah P2, maka rumah tangga tersebut akan membeli barang sebanyak X2
dan seterusnya”.
Dalam Simatupang (1995), di sisi lain ada sistem yang dipengaruhi oleh
perubahan waktu yaitu sistem dinamis. Dalam Winardi (1976) dikatakan bahwa
dalam sistem dinamis hubungan antara variabel-variabel relevan, nilainya tidak
berhubungan dengan waktu yang sama atau periode waktu yang sama. Contoh
hubungan dinamis: diasumsikan bahwa permintaan sebuah rumah tangga untuk
barang tertentu pada periode yang akan datang (ceteris paribus), bukan saja
tergantung dari harga barang tersebut pada periode yang akan datang, tetapi juga
pada harga-harga yang diperkirakan pada periode-periode sebelum. Maka terdapat
suatu hubungan antara variabel-variabel yang berhubungan dengan berbagai
periode waktu.
Sistem dinamis memakai waktu sebagai variabel independen (bebas/berpengaruh).
secara kontinu dan penyesuaiannya terhadap perubahan. Apabila ekonom ingin
mempersoalkan waktu yang berhubungan dengan sesuatu gerakan ke arah
keseimbangan, keterlambatan-keterlambatan waktu (time lags) pada
penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan, maka secara eksplisit ekonom tersebut akan
memperkenalkan waktu ke dalam sistem yang bersangkutan. Oleh sebab itu,
ekonom tersebut bekerja dengan sebuah sistem dinamis (dynamic system)
(Simatupang, 1995).
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem dinamis dapat diturunkan sebagai
fungsi dari waktu. Misalnya, sistem permintaan yang diwakili oleh persamaan
deret waktu y = f(t), dengan berubahnya waktu, permintaan juga akan berubah.
Sistem dinamis mempunyai dua ciri. Pertama adalah sifatnya yang dinamis,
terjadi perubahan kuantitas dengan berubahnya waktu. Ciri kedua adalah
terdapatnya umpan balik. Sistem dinamis mendekati permasalahan dengan
mengamati proses umpan balik yang berada dibelakang semua perubahan yang
teramati (Simatupang, 1995).
Salah satu sistem dinamis yang sederhana adalah model Cobweb (teori sarang
laba-laba). Kasus Cobweb dapat dibagi menjadi 3 yaitu.
a) Siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap.
b) Siklus yang mengarah pada titik keseimbangan, dan
c) Siklus yang mengarah pada eksplosi harga, yaitu yang berfluktuasi
Gambar 4. Kasus Cobweb
Dalam kasus I, harga keseimbangan adalah Rp 30, dan jumlah keseimbangan
juga 30. Tiba-tiba karena suatu sebab, misalnya adanya penyakit, jumlah yang
dipasarkan turun menjadi 20 dan ini mendorong harga naik menjadi Rp 40. Pada
harga ini produsen mulai menambah produksi barangnya dan setelah lampau
pasar menyebabkan jatuhnya lagi harga menjadi Rp 20, harga yang jatuh ini
mendorong pengurangan produksi menjadi 20 lagi dan seterusnya siklus berputar
lagi.
Dalam kasus II, harga keseimbangan adalah sama yakni Rp 30. Namun begitu
setelah periode I harga naik menjadi Rp 40, maka produksi diperbesar tetapi tidak
sebesar dalam kasus I melainkan hanya 35. Ini menyebabkan harga turun tetapi
juga tidak sebesar kasus I (Rp 25). Penurunan ini juga menyebakan produsen juga
memperkecil produksinya (27,5) lagi dan demikian seterusnya. Perbedaan
terpenting dari kasus I dan kasus II adalah kurang elastisnya kurva penawaran
pada kasus II. Hal ini menyebabkan siklus menjurus kepada harga keseimbangan
yang lama (Rp 30).
Pada kasus III, kurva penawarannya elastis sekali sehingga penambahan produksi
sebagai reaksi atas kenaikan harga relatif besar dan ini menyebabkan siklus
menjurus kearah eksplosi. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa siklus
akan menjadi stabil bila angka elastisitas permintaan sama dengan angka
elastisitas penawaran, menyatu (convergen) bila lebih besar dan meledak
(explode) bila lebih kecil.
Ketiga kasus Cobweb di atas merupakan perilaku dan respon petani pada
umumnya. Serupa dengan kasus di atas, perilaku dan reaksi petani yang ada di
Indonesia juga begitu. Jika harga komoditas x naik maka petani menjadi terlalu
optimis dan petani di seluruh desa serentak menanam tanaman x dengan harapan
harga akan terus naik. Namun pada saat panen yang serentak ternyata harga x
musim berikutnya. Dan ini menyebabkan harga tanaman x naik tinggi sekali pada
musim berikutnya karena jumlah yang ditawarkan ke pasar sangat sedikit
(Setiawan, 2010).
Keputusan output produsen harus dibuat satu periode lebih awal dari penjualan
aktual. Seperti dalam produksi pertanian, dimana penanaman harus mendahului
dalam waktu yang cukup panjang dari panen dan penjualan hasil. Dalam model
Cobweb diasumsikan bahwa keputusan produksi pada periode t+1 (akan datang)
didasarkan pada harga Pt yang berlaku sekarang. Jadi diperoleh fungsi penawaran
yang “ketinggalan” atau lagged.
��,�+ 1 =�(��)…...……….……(1)
Atau secara ekuivalen, dengan menggeser kebelakang subskrip waktu dengan satu
periode.
���= �(�� −1)………..……….(2)
Dalam kajian ini, penawaran jagung tahun sekarang (tahun t) dipengaruhi oleh
harga jagung tahun sebelumnya, harga pupuk urea tahun sebelumnya, dan
penawaran jagung tahun sebelumnya. Sehingga fungsi penawaran persamaan (1)
dan (2)berubah menjadi:
Qst+1 = f(Pt, Pft, Qst) atau Qst = f(Pt-1, Pft-1, Qst-1)…...(3)
Faktor yang digunakan adalah pupuk urea dari beberapa pupuk yang digunakan
untuk budidaya tanaman jagung. Hal ini dikarenakan pada umumnya pupuk urea
memiliki volume yang dominan dalam budidaya tanaman jagung. Dimana dosis
pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk urea sebanyak 300 kg/ha,
Seperti halnya penawaran, permintaan dapat ditunjukkan dalam bentuk fungsi
matematika yang merupakan fungsi dari berbagai faktor. Dalam kajian ini,
permintaan jagung tahun sekarang (tahun t) ditentukan oleh harga jagung tahun
sekarang, jumlah perusahaan pakan ternak tahun sekarang, dan permintaan tahun
sebelumnya. Sehingga fungsi permintaan sebagai berikut.
��� =�( �� ,���,���−1)………(4)
Suatu pasar akan mengalami keseimbangan jika jumlah barang yang ditawarkan
sama dengan jumlah barang yang diminta. Keseimbangan dalam analisis
penawaran dan permintan terjadi jika Qs = Qd.
Kerangka Pemikiran
Penawaran menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan oleh
para produsen pada berbagai tingkat harga. Permintaan menunjukkan hubungan
antara jumlah barang yang diminta oleh para konsumen pada berbagai tingkat
harga.
Dalam sektor pertanian terdapat tenggang waktu antara pengambilan keputusan
produksi dengan realisasi produksi. Keputusan produksi dibuat satu periode
sebelum realisasi penjualan produk. Apabila keputusan produksi diambil pada
waktu t berdasarkan pada harga yang terjadi pada waktu t, yaitu Pt, produk tidak
terealisasi pada waktu t, sehingga Pt tidak berpengaruh terhadap produksi tahun t
atau Qt melainkan Qt+1.
Di dalam kajian ini, penawaran jagung tahun sekarang (tahun t) dipengaruhi oleh
(tahun t-1), dan penawaran jagung tahun sebelumnya (tahun t-1). Sedangkan
permintaan jagung tahun sekarang (tahun t) ditentukan oleh harga jagung tahun
sekarang (tahun t), jumlah industri tahun sekarang (tahun t), dan permintaan
jagung tahun sebelumnya (tahun t-1). Keseimbangan akan tercapai jika jumlah
barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta. Secara
sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut.
Keterangan:
: Menyatakan Pengaruh
Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran Permintaan
Faktor yang mempengaruhi :
- harga jagung sekarang
- jumlah industri pakan ternak sekarang
Penawaran
Keseimbangan Faktor yang mempengaruhi:
- harga jagung sebelumnya
- harga pupuk urea sebelumnya
Hipotesis Penelitian
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Sumatera Utara
adalah harga jagung tahun sebelumnya, harga pupuk urea tahun sebelumnya
dan penawaran jagung tahun sebelumnya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di Sumatera Utara
adalah harga jagung tahun sekarang, jumlah industri pakan ternak tahun
sekarang dan permintaan jagung tahun sebelumnya.
3. Penawaran dan permintaan jagung di Sumatera Utara adalah konvergen atau
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive berdasarkan tujuan penelitian yaitu
di Provinsi Sumatera Utara, dengan pertimbangan bahwa Sumatera Utara
memiliki produktivitas jagung terbesar ketiga di Indonesia. Produktivitas jagung
pada tahun 2012 adalah 55,44 Kw/Ha, ini di atas rata-rata produktivitas jagung di
Indonesia sebesar 47,80 Kw/Ha (Tabel 4). Sumatera Utara memiliki produktivitas
yang meningkat setiap tahunnya dalam 5 tahun terakhir yaitu pada tahun
Tabel 4. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Jagung Seluruh Provinsi Di Indonesia Tahun 2012
Provinsi Luas
Panen(Ha)
Produktivitas
(Kw/Ha) Produksi(Ton)
Indonesia 3.966.579 47,80 18.961.645
Aceh 41.509 38,23 158.673
Sumatera Utara 246.966 55,44 1.369.090
Sumatera barat 73.044 65,85 481.024
Riau 13.417 23,65 31.735
Jambi 7.263 38,61 28.044
Sumatera Selatan 28.354 39,60 112.291
Bengkulu 22.263 47,40 105.533
Lampung 360.920 48,51 1.750.902
Bangka Belitung 328 36,86 1.209
Kepulauan Riau 412 21,38 881
DKI Jakarta 6 18,33 11
Jawa Barat 148.538 68,63 1.019.455
Jawa Tengah 554.526 53,93 2.990.600
DI Yogyakarta 73.933 45,17 333.952
Jawa Timur 1.244.927 48,16 59.951
Banten 3.068 31,69 9.722
Bali 21.574 29,78 64.242
Nusa Tenggara Barat 116.950 54,85 641.489
Nusa Tenggara Timur 240.107 25,71 617.353
Kalimantan Barat 45.062 35,56 160.226
Kalimantan Tengah 3.241 28,87 9.357
Kalimantan Selatan 21.578 51,66 111.478
Kalimantan Timur 3.642 24,45 8.904
Sulawesi Utara 120.167 36,60 439.836
Sulawesi Tengah 38.832 37,92 147.236
Sulawesi Selatan 320.178 45,53 1.457.879
Sulawesi Tenggara 31.222 25,40 79.308
Gorontalo 137.739 48,01 661.250
Sulawesi Barat 24.693 48,27 119.182
Maluku 5.099 38,08 19.419
Maluku Utara 12.181 22,75 27.710
Papua Barat 1.271 17,10 2.174
Papua 3.569 18,15 6.479
Tabel 5. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Jagung Di Sumatera
Sumber : Tahun 2007-2009 ; Analisis Usaha Tani Tanaman Padi, Jagung, Kedelai, dan Tebu Sumatera Utara Tahun 2009. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2010-2011 ; www.bps.go.id)
Metode Pengambilan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan mengenai hal yang
mempengaruhi penawaran dan permintaan jagung dari tahun 2003 sampai tahun
2012. Jenis data yang dikumpulkan antara lain penawaran jagung (produksi
jagung, volume impor jagung, stok jagung, volume ekspor jagung), harga
produsen jagung, harga eceran pupuk urea, permintaan jagung, jumlah industri
pakan ternak.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series tahunan yaitu
periode tahun 2003 sampai tahun 2012. Sumber data adalah Badan Pusat Statistik
Sumatera Utara, Dinas Pertanian Sumatera Utara, Badan Ketahanan Pangan
Sumatera Utara, serta instansi-instansi lain yang berkaitan dengan data yang
digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
Metode Analisis Data
Untuk identifikasi masalah 1 dan 2, menggunakan model dinamis. Dianalisis
dengan regresi linear berganda menggunakan metode Ordinary Least Square
(OLS) atau metode kuadrat terkecil. Fungsi penawaran didefenisikan sebagai
fungsi dari harga jagung pada tahun sebelumnya, harga pupuk urea pada tahun
sebelumnya, dan penawaran jagung tahun sebelumnya yang secara matematis
dirumuskan sebagai berikut.
��� = �1��−1+�2���−1+�3���−1+�……….………..(5)
Model fungsi permintaan jagung pada tahun t didefenisikan sebagai fungsi dari
permintaan jagung tahun sebelumnya, harga jagung pada tahun sekarang, dan
jumlah industri pakan ternak pada tahun sekarang. Secara matematis, permintaan
jagung dirumuskan sebagai berkut.
��� = �1�� +�2���+�3���−1 +� ……….………(6)
Dimana:
Qdt = Jumlah Jagung yang diminta pada tahun sekarang
Qdt-1 = Jumlah Jagung yang diminta pada tahun sebelum
Qst = Jumlah Jagung yang ditawarkan pada tahun sekarang
Qst-1 = Jumlah Jagung yang ditawarkan pada tahun sebelum
Pt = Harga Jagung pada tahun sekarang
Pt-1 = Harga Jagung pada tahun sebelum
Pft-1 = Harga pupuk Urea pada tahun sebelum
JIt = jumlah industri pakan ternak pada tahun sekarang
a,b = Parameter estimasi
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan uji, yaitu uji kesesuaian
dan uji asumsi klasik.
Uji Kesesuaian
1. Analisis koefisien determinasi (R-Square)
Penilaian terhadap koefisien determinasi bertujuan untuk melihat apakah kekuatan
variabel bebas dalam mempengaruhi kekuatan variabel terikat. Semakin banyak
variabel bebas yang digunakan maka semakin tinggi pula koefisien
determinasinya (Nachrowi dan Usman, 2006).
2. Secara serempak (uji statistik F)
Uji F digunakan untuk uji ketepatan model, apakah nilai prediksi mampu
menggambarkan kondisi sesungguhnya.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 : Pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap penawaran/permintaan
jagung adalah tidak nyata
H1 : Pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap penawaran/permintaan
jagung adalah nyata
Kriteria pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥∝, H0 diterima, H1 ditolak pada taraf kepercayaan 90%
Jika nilai signifikansi < ∝, H1 diterima, H0 ditolak pada taraf kepercayaan 90%
3. Secara parsial (uji statistik t)
Uji t digunakan untuk melihat pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 : Pengaruh variabel bebas secara individu terhadap penawaran/permintaan
jagung adalah tidak nyata
H1 : Pengaruh variabel bebas secara individu terhadap penawaran/permintaan
jagung adalah nyata
Kriteria pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥∝, H0 diterima, H1 ditolak pada taraf kepercayaan 90%
Jika nilai signifikansi < ∝, H1 diterima, H0 ditolak pada taraf kepercayaan 90%
Uji Asumsi Klasik
Model regresi linear berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model
tersebut memenuhi kriteria BLUE (Best Liner Unbiased Estimator). BLUE dapat
dicapai apabila memenuhi asumsi klasik.
1. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi diantara variabel bebas. Untuk
mendeteksi adanya multikolinearitas yaitu.
- diantara variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (lebih besar daripada
0,90)
- nilai tolerance < 0,10 dan nilai variance inflation factor (VIF) > 10
(Sarjono dan Winda, 2011)
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas yaitu tidak terdapat pola tertentu seperti mengumpul di tengah,
menyempit kemudian melebar atau sebaliknya pada grafik (Umar, 2008).
3. Uji Normalitas
Uji normalitas untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau
keduanya berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik hendaknya
berdistribusi normal atau mendekati normal. Mendeteksi apakah data berdistribusi
normal atau tidak dapat diketahui dengan melihat penyebaran data, jika data
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model
regresi memenuhi asumsi normalitas. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan
dengan Uji Kolmogorov Smirnov (Umar, 2008).
4. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode
sebelumya (t-1) (Sarjono dan Winda, 2011).
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam data time series adalah uji
multikolinearitas dan uji autokorelasi (Nachrowi, 2006). Uji autokorelasi juga
tidak digunakan dalam tulisan ini, karena uji ini mensyaratkan tidak ada variabel
lag dalam variabel bebas (Andryan, 2010). Jadi, uji asumsi klasik yang digunakan
dalam penlitian ini hanya menggunakan uji multikolinearitas.
Untuk identifikasi masalah 3, dianalisis menggunakan model Cobweb dengan
fungsi penawaran dan permintaan yang dipengaruhi oleh faktor harga. Model
periode waktu terdahulu. Pengaruh harga terhadap keseimbangan penawaran dan
permintaan dapat dicari dengan cara sebagai berikut (Chiang, 2005). Diasumsikan
bahwa keputusan dalam periode t didasarkan pada harga �� yang berlaku
kemudian. Namun karena output ini tidak akan tersedia untuk penjualan sampai
periode (t+1), �� tidak akan menentukan ���, melainkan ���+1. Jadi diperoleh
fungsi penawaran yang ketinggalan (lagged).
���+1 = �(��)
Atau secara ekuivalen dengan menggeser kebelakang subskrip waktu dengan satu
periode.
��� =�(��−1)
Bila fungsi penawaran di atas berinteraksi dengan fungsi permintaan berbentuk.
��� = �(��)
Akan dihasilkan suatu pola harga dinamis yang menarik. Dengan menggunakan
versi linear dari fungsi penawaran lagged dan fungsi permintaan unlagged,
diperoleh model persamaan berikut.
��� = ���
��� = � − ��� (�,� > 0)
��� =−�+���−1 (�,�> 0)
Kemudian dapat disederhanakan sebagai berikut.
��� +���−1 =�+�
��+�� ��−1 =
�+�
��+1+
Dimasukkan ke rumus berikut.
�� =�(−�)�+ �
1 +�
�= �0 − �
1 +�
Akan diperoleh persamaan berikut.
�� =��0−
�0 menggambarkan harga awal.
��= �+�
�+�
Dengan mensubstitusikan �� ke dalam persamaan di atas akan diperoleh
Keseimbangan divergen atau menjauhi keseimbangan jika |�| > 1, artinya kurva
penawaran lebih elastis dibandingkan dengan kurva permintaan atau respon
produsen terhadap perubahan harga tinggi.
Keseimbangan konvergen atau menuju keseimbangan jika |�| < 1, artinya kurva
permintaan lebih elastis dibandingkan kurva permintaan atau respon produsen
terhadap perubahan tidak terlalu tinggi (Dowling, 1980).
Definisi dan Batasan Operasional
Defenisi
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menganalisis penelitian ini, maka
dibuat beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :
1. Jagung adalah jagung yang sudah diberi perlakuan sehingga bentuknya
berubah menjadi bentuk pipilan atau jagung pipilan.
2. Penawaran jagung adalah penjumlahan produksi jagung, impor jagung, dan
stok awal jagung dikurangi dengan ekspor jagung di Sumatera Utara.
3. Permintaan jagung adalah penjumlahan dari kebutuhan jagung untuk
konsumsi dan industri di Sumatera Utara.
4. Harga jagung adalah harga jagung di Sumatera Utara pada tingkat produsen
(petani).
5. Harga pupuk urea adalah harga pupuk di Sumatera Utara pada tingkat
produsen (petani).
6. Jumlah perusahaan pakan ternak adalah jumlah perusahaan besar pakan di
7. Keseimbangan adalah kondisi dimana jumlah jagung yang ditawarkan sama
dengan jumlah jagung yang diminta pada tingkat harga tertentu di Sumatera
Utara.
Batasan Operasional
Adapun batasan operasional dari penelitian ini adalah :
1. Daerah penelitian adalah Provinsi Sumatera Utara
2. Data yang digunakan adalah data tahunan mengenai hal yang mempengaruhi
penawaran dan permintaan jagung dari tahun 2003 sampai tahun 2012. Data
yang dikumpulkan antara lain penawaran jagung (produksi jagung, volume
impor jagung, stok jagung, volume ekspor jagung), harga produsen jagung,
harga eceran pupuk urea, permintaan jagung, jumlah industri pakan ternak.
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
DATA
Deskripsi Daerah Penelitian
Letak, Topografi, dan Iklim Daerah Penelitian
Provinsi Sumatera Utara berada di bagian Barat Indonesia, terletak pada garis 10 -
40 Lintang Utara dan 980 - 1000 Bujur Timur. Batas-batas daerah Provinsi
Sumatera Utara adalah sebagai berikut.
- Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Negara Malaysia di Selat Malaka.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2, sebagian besar
berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias,
Pulau-pulau Batu, serta beberapa Pulau-pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian Timur
pantai Pulau Sumatera.
Karena terletak dekat garis khatulistiwa, Provinsi Sumatera Utara tergolong ke
dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera
Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter diatas
permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 33,40 C, sebagian daerah
berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi
Sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara mempunyai
musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada
bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada
bulan November sampai dengan bulan Maret, diantara kedua musim itu diselingi
oleh musim pancaroba.
Luas daerah dan ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera Utara
Tabel 6. Luas dan Letak Diatas Permukaan Laut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011
No Kabupaten/Kota Luas
(Km2)
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa daerah dengan luas terbesar adalah Kabupaten
Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 Km2, sedangkan daerah dengan luas
terkecil adalah Sibolga dengan luas 10,77 Km2. Daerah yang memiliki daratan
yang paling tinggi diatas permukaan laut adalah Kabupaten Toba Samosir dengan
letak 2.200 m dpl, sedangkan yang paling rendah adalah Kota Tanjung Balai
dengan letak 0 – 3 m dpl.
Keadaan Penduduk
Sumatera Utara merupakan provinsi keempat yang terbesar jumlah penduduknya
di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Pada tahun 2011
penduduk Sumatera Utara berjumlah 13.103.596 jiwa. Penduduk Sumatera Utara
yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah sekitar 6.544.092 jiwa dan penduduk
perempuan sebesar 6.559.504 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel
Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011
Golongan Umur
(Tahun) Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa) 0 - 4 732.656 694.839 1.427.495
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk paling banyak yaitu pada
golongan umur 5 - 9 tahun sebesar 1.458.801 jiwa, dimana jumlah laki-laki sebesar
752.129 jiwa dan perempuan sebesar 706.672 jiwa. Jumlah penduduk paling
sedikit yaitu pada golongan umur tahun 60 - 64 sebesar 285.150 jiwa, dimana
jumlah laki-laki sebesar 132.909 jiwa dan perempuan sebesar 152.241 jiwa.
Pada tahun 2011 penduduk Sumatera Utara lebih banyak yang tinggal di daerah
perdesaan daripada daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang
tinggal di perdesaan adalah 6,66 juta jiwa (50,84 %) dan yang tinggal di daerah