• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau"

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)

PT INTI INDOSAWIT SUBUR, PELALAWAN, RIAU

Oleh

TUAN GUNTUR SARIAMAN PASARIBU A24070163

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

TUAN GUNTUR SARIAMAN PASARIBU. Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau. (Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI)

Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2011.

Magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang

budidaya tanaman kelapa sawit sekaligus pengolahannya, memperoleh

pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengolahan kebun kelapa sawit baik

secara teknis maupun manajerial. Secara khusus magang ini mempelajari

pengelolaan limbah pabrik pengolahan limbah kelapa sawit dan efektivitas

pemanfaatan limbah dalam budidayanya.

Kegiatan magang dilakukan dengan mengikuti pekerjaan yang sedang

berlangsung di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur. Kegiatan teknis dilakukan

selama satu bulan di Afdeling II Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur. Kegiatan

teknis meliputi penunasan, perawatan jalan, pemupukan organik dan anorganik,

pengendalian gulma, pemanenan, sensus hama dan penyakit, sensus thinning out, dan leaf sampling unit (LSU). Kegiatan manejerial sebagai mandor dilakukan selama satu bulan di Afdeling II yang meliputi mandor I, mandor panen, mandor

pupuk dan mandor semprot. Kegiatan manajerial sebagai asisten dilakukan selama

dua bulan di Afdeling II dan IV yang meliputi asisten Afdeling dan asisten by product.

Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur memiliki dua pabrik minyak kelapa

sawit (PMKS) yaitu PMKS Buatan I dan II. Limbah yang dihasilkan PMKS

Buatan adalah janjangan kosong (JJK), decanter solid (DS), palm oil mill effluent

(POME), fibre dan cangkang. Cangkang dan fibre dimanfaatkan di pabrik sebagai umpan boiler sedangkan JJK, DS dan POME dikembalikan ke lahan sebagai

pupuk organik karena mengandung unsur hara dalam jumlah yang besar.

PMKS Buatan I menghasilkan JJK rata-rata 5 026 ton/bulan dan PMKS

Buatan II menghasilkan 4 845 ton/bulan. JJK yang dihasilkan dikirim ke Kebun

Buatan yang terbagi kedalam dua wilayah yaitu Wilayah I dan Wilayah II. Pada

(3)

kecil dari prestasi tenaga kerja serak JJK yang terdapat di Wilayah I. Wilayah II

berpotensi restan dimana JJK yang dikirim oleh PMKS II lebih besar dari prestasi

tenaga kerja serak JJK yang terdapat di Wilayah II.

POME yang dihasilkan oleh PMKS Buatan dimafaatkan kembali ke lahan

dengan cara land application dan ditampung dalam flatbed yang tersedia di lahan. Jumlah flatbed Wilayah I 18 587 dan Wilayah II 20 011. POME yang dihasilkan dan dialirkan oleh PMKS Buatan belum mencukupi untuk mengisi seluruh flatbed

yang tersedia di lahan. Hal ini akan berdampak pada rotasi pengaliran POME

menjadi lebih panjang dan banyak flatbed yang tidak terisi.

Aplikasi JJK dan POME pada lahan memberikan dampak yang positif

terhadap pengurangan pupuk anorganik. Dosis pupuk ZA, MOP, RP dan dolomit

lebih besar pada lahan yang tidak diaplikasi limbah dari pada lahan yang

diaplikasi JJK dan POME. Hasil aplikasi JJK dan POME menghasilkan

produktivitas dan berat janjang rata-rata (BJR) yang tidak berbeda nyata dengan

areal yang diaplikasi pupuk anorganik. Dengan demikian aplikasi JJK dan POME

tersebut telah dapat mengurangi penggunaan dosis pupuk anorganik sekaligus

(4)

RIAU

Abstract

Waste management aspect was the focus of internship in PT Inti Indosawit Subur from March to June 2011. Besides producing the Crude Palm Oil (CPO) and Kernel Palm Oil (KPO), palm oil industry also produces waste that should be management properly. PT Inti Indosawit Subur has 5.549 ha of palm oil plantation. The processing unit produce some wastes such empty fruit bunch (EFB), palm oil mill effluent (POME), and solid. EFB, POME and Solid have been used in field as organic fertilizer that can reduce usage of inorganic fertilizer. The observation was made on the performance from different block with different treatment of fertilizer / waste application of the workers who spread the empty fruit bunch, the POME flow rotation, flatbed average size, and comparing the crop production. From observation, there was suggested that application of EFB should be improved on supervising to avoid restand. Aplication of POME should also be improved on rotation of application to match with schedule. The comparison of productivity and average weight of fruit bunch proved that application of EFB and POME were effective to reduce inorganic fertilizer without reducing productivity and weight of fruit bunch.

(5)

PT INTI INDOSAWIT SUBUR, PELALAWAN, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

TUAN GUNTUR SARIAMAN PASARIBU

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(6)

INTI INDOSAWIT SUBUR, PELALAWAN, RIAU

Nama

:

TUAN GUNTUR SARIAMAN PASARIBU

NIM

:

A24070163

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi NIP. 19681101 199302 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003

(7)

Penulis dilahirkan di Kisaran, Kabupaten Asahan, Propinsi Sumatera Utara

pada tanggal 30 Agustus 1988. Penulis merupakan anak keempat dari empat

bersaudara dari Bapak Berlopen Pasaribu, BA dan Ibu Sri Pintauli Lumban

Tobing.

Pada tahun 2000 penulis lulus dari SD Swasta Panti Budaya Kisaran,

kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri 3 Kisaran

dan akhirnya lulus dari SMA Negeri 1 Kisaran pada tahun 2006. Pada tahun 2007

penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru) sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan

(8)

Puji dan syukur hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

menganugrahkan rahmat serta kemurahanNya kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Pengelolaan Limbah

Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana,

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

arahan dan bimbingan selama pembuatan skripsi.

2. Kedua orang tua yang selalu mendukung dan memberikan motivasi sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Saudara penulis (Berlita Pasaribu, S.Si, Sutan Parlindungan Pasaribu, S.Th,

dan Jayanti Pasaribu, Amd) yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

4. Ir. Faisal, Ir. Benyamin dan Ir. Viktor Brahmana selaku Manajer Kebun

Buatan, Manajer Asian Agri Learing Institut dan Asisten Kepala Asian Agri

Learning Institut yang telah membimbing penulis selama melaksanakan

magang.

5. Teman-teman inti diaspora (Riko, Afrian, Stefany dan Yusenda) yang selalu setia memberikan dukungan kepada penulis.

6. Merry, Loreta, Memei, Midian dan teman-teman AGH angkatan 44 lain yang

atas dukungannya selalu.

7. Teman-teman selama melaksanakan kegiatan magang (Syaharizan Mahyudin,

Josia Dading dan Parulian Julio) atas perjuangan yang telah dilalui bersama.

8. Baskom Forever (Eko, Loris, Martua, Rendra, Cici, Undu, Sauqi Baqs, Sriyo,

Albertus, Fahri dan teman-teman lainya) atas persahabatan yang telah dijalin.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Bogor, September 2011

(9)

Halaman

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Botani Kelapa Sawit ... 3

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ... 4

Limbah Padat ... 4

Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 8

Analisis Data dan Informasi ... 9

KEADAAN UMUM ... 10

Letak Wilayah Administrasi ... 10

Keadaan Iklim dan Tanah ... 10

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 10

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 11

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 11

PELAKSANAAN MAGANG ... 14

Aspek Teknis ... 14

Aspek Manajerial ... 40

PEMBAHASAN ... 45

Pengaruh Aplikasi Limbah Terhadap Dosis Pupuk ... 54

Pengurangan Pupuk Anorganik dari Aplikasi JJK dan POME ... 56

Pengaruh Aplikasi Limbah Terhadap Produktivitas dan BJR ... 57

Dampak Aplikasi Limbah Terhadap Kualitas Air ... 58

KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

Kesimpulan ... 60

Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 63 

(10)

No. Halaman

1. Unsur Hara yang Terkandung dalam JJK ... 5

2. Potensi dan Pemanfaatan JJK dari PKMS sebagai Hara ... 5

3. Produktivitas dan BJR TBS di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur Tahun 2006 - 2010 ... 11

4. Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010 ... 12

5. Jumlah pelepah yang Dipertahankan Berdasarkan Umur Tanaman ... 15

6. Fraksi Kematangan Buah ... 25

7. Basis dan Premi Lebih Borong padaAfdeling IV ... 27

8. Jenis Kesalahan dan Denda pada Pelaksanaan Potong Buah ... 28

9. Standar Oil Losses dan Kernel Losses ... 33

10. Unsur Hara yang Terkandung dalam Decanter Solid ... 36

11. Kesetaraan Nilai Unsur Hara POME dengan Pupuk Anorganik ... 39

12. Limbah yang Dihasilkan PMKS Buatan I ... 45

13. Limbah yang Dihasilkan PMKS Buatan II ... 46

14. JJK yang Diaplikasikan pada Kebun Buatan ... 47

15. Rata-rata Ukuran dan Volume Flatbed Wilayah I ... 51

16. Rata-rata Ukuran dan Volume Flatbed Wilayah II ... 51

17. Rata rata Volume Limbah Cair (POME) yang Dialirkan oleh PMKS Buatan I dan II ... 53

18. Pengaruh Aplikasi Limbah terhadap Produktivitas ... 58

19. Pengaruh Aplikasi Limbah terhadap BJR ... 58 

(11)

No. Halaman

1. Pemasangan gorong gorong pada badan jalan ... 17

2. Aplikasi JJK pada areal pertanaman kelapa sawit ... 35

3. Kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ... 38

4. Flatbed di lapangan berisi limbah cair ... 39

5. Layout aplikasi JJK di lahan ... 47

6. Layoutflatbed pada lahan aplikasi POME ... 50

7. Dosis pupuk ZA pada blok E91f, D91a dan A91e ... 54

8. Dosis pupuk MOP pada blok E91f, D91a dan A91e ... 55

9. Dosis pupuk RP pada blok E91f, D91a dan A91e ... 55

10. Dosis pupuk dolomit pada blok E91f, D91a dan A91e ... 56 

(12)

No. Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL)

di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur ... 64

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur ... 66

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur ... 69

4. Curah Hujan dan Hari Hujan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau, Periode 2007-2010 ... 74

5. Peta Sebaran Kelas Kesesuaian Lahan PT Inti Indosawit Subur ... 75

6. Peta Tahun Tanam Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur2010... 76

7. Struktur Organisasi Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur ... 77

8. Layout IPAL PMKS Buatan ... 78

9. Peta Rotasi Pengisian POME pada PMKS Buatan I ... 79

10. Hasil Uji-t terhadap BJR Menggunakan Minitab 14 ... 80

11. Hasil Uji-t terhadap Produktivitas Menggunakan Minitab 14 ... 81

12. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP Lahan Kontrol ... 82

13. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP 1 ... 83

14. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP 2 ... 84

15. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP 3 ... 85

16. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada Down Stream ... 86

(13)

PENDAHULUAN

 

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman pendatang dari Afrika Barat yang dapat dibudidayakan di Indonesia. Pada saat ini, tanaman ini

merupakan salah satu tanaman komoditas ekspor non migas yang sangat penting

yang dapat membantu perekonomian Indonesia. Sebagai salah satu komoditas

perkebunan, kelapa sawit berperan dalam pembangunan nasional karena

menghasilkan sumber devisa bagi negara.

Saat ini terjadi peningkatan produksi nasional CPO seiring dengan

peningkatan areal lahan untuk budidaya kelapa sawit. Tahun 2005 tercatat luas

seluruh areal perkebunan kelapa sawit sebesar 5 453 817 ha dan pada tahun 2009

terjadi peningkatan yang sangat signifikan mencapai 50% menjadi 7 508 023 ha

(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Peningkatan areal perkebunan kelapa

sawit diikuti juga dengan peningkatan produksi CPO. Pada tahun 2005 produksi

CPO sebesar 11 861 615 ton dan pada tahun 2009 mencapai 18 640 881 ton

(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010).

Pengembangan industri kelapa sawit juga diikuti dengan pengembangan

Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS). Pengelolaan PMKS yang tidak baik dapat

menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Pengembangan PMKS juga akan

meningkatkan limbah yang dihasilkan. Jenis limbah yang dihasikan berupa

limbah cair, padat maupun basah. Limbah padat berupa Janjangan Kosong (JJK),

fibre dan cangkang. Selain limbah padat, juga dihasilkan limbah cair (effluent) berupa lumpur (sludge). Dalam proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit, setiap ton TBS yang diolah di pabrik akan

menghasilkan 220 kg tandan kosong, 670 kg limbah cair, 70 kg cangkang, dan 30

kg palm kernel cake (Buana dan Sihaan, 2003).

Aplikasi limbah cair PMKS di perkebunan kelapa sawit sebagai pupuk

telah dilakukan pada tanaman kelapa sawit menghasilkan di Indonesia. Aplikasi

limbah cair memiliki keuntungan antara lain dapat mengurangi biaya pengolahan

limbah cair dan dapat berfungsi sebagai pupuk. Limbah cair PMKS dengan

(14)

 

pada tanaman kelapa sawit (Sutarta et al., 2003). Pengaruh positif dari pemanfaatan limbah cair tersebut antara lain peningkatan produksi kelapa sawit

dan perbaikan sifat kimia dan fisika tanah.

JJK berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi pupuk organik. Potensi JJK

sebagai pupuk berkaitan dengan materi JJK yang merupakan bahan organik

dengan kandungan hara cukup tinggi. Aplikasi JJK secara langsung sebagai mulsa

di perkebunan kelapa sawit secara umum dapat meningkatkan kadar N, P, K, Ca,

Mg, C-organik dan KTK tanah. Secara ekonomis, aplikasi JJK sebagai mulsa di

perkebunan kelapa sawit memberikan tambahan pendapatan sekitar 34%

dibandingkan dengan pemupukan biasa (Sutarta et al., 2003).

Potensi yang dapat ditimbulkan industri kelapa sawit dan

mempertimbangkan potensi bahan organik yang terkandung dalam limbah kelapa

sawit menuntut suatu perkebunan kelapa sawit untuk mengelola limbahnya.

Langkah tersebut merupakan upaya untuk mengurangi dampak negatif demi

mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan. Salah satu pemanfaatan

limbah kelapa sawit adalah pemanfaatan limbah sebagai pupuk. Limbah industri

kelapa sawit memiliki kekhasan berupa kandungan hara yang tinggi. Kandungan

bahan organik ini dapat dimanfaatkan dengan mengembalikannya kembali ke

lahan sehingga menguntungkan serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.

Tujuan

Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit sekaligus pengolahannya,

memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengolahan kebun kelapa

sawit baik secara teknis maupun manajerial. Tujuan khusus dari kegiatan magang

ini adalah untuk mempelajari pengelolaan limbah pabrik pengolahan limbah

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah

Divisi : Tracheophyta

Sub divisi : Ptereopsida

Kelas : Angiospermae

Sub kelas : Monocotyledonae

Ordo : Cocoidae

Famili : Palmae (Aracaceae) Sub famili : Cocoidae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq

Elaeis berasal dari Elaion yang berarti minyak dalam bahasa Yunani.

Guineensis berasal dari kata guinea yang berarti daerah di pantai Barat Afrika. Jacq berasal dari nama botani Amerika yaitu Jacquin (Lubis, 1992). Kelapa sawit

tumbuh sebagai tanaman liar (hutan), setengah liar, dan sebagai tanaman budidaya

yang tersebar di berbagai negara beriklim tropis bahkan mendekati subtropis di

Asia, Amerika Selatan, dan Afrika (Setyamidjaja, 2006).

Pada saat ini varietas yang sering dipakai di perkebunan adalah varietas

Dura, Pisifera dan Tenera. Dura memiliki daging buah (mesocarp) yang tebalnya berkisar 2-6 mm, sedangkan cangkang (pericarp) tebalnya berkisar 2-5 mm. Pisifera memiliki daging buah yang tebal (5-10 mm) tetapi tidak memiliki

cangkang. Jika Dura dikawinkan dengan Pisifera maka akan menghasilkan

varietas baru yang disebut Tenera yang memiliki daging buah tebal (3-10 mm)

dan cangkang tipis berkisar 1-2.5 mm (Mangoensoekarjo, 2005).

Kelapa sawit memiliki sistem perakaran serabut yang terdiri dari akar

primer, sekunder, tersier dan kuartener (Pahan, 2008). Akar primer umumnya

berdiameter 6-10 mm, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal.

Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang berdiameter 2-4 mm.

Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0.7-1.2 mm

(16)

 

lignin dengan panjang 1-4 mm berdiameter 0.1-0.3 mm. Sistem perakaran yang

aktif berada pada kedalaman 5-35 cm. Sebagian besar perakaran kelapa sawit

berada dekat permukaan tanah. Jika aerasi cukup baik, akar tanaman kelapa sawit

dapat menembus kedalaman 8 meter di dalam tanah, sedangkan yang tumbuh

kesamping bisa mencapai radius 16 m. Keadaan ini tergantung pada umur

tanaman, sistem pemeliharaan dan aerasai tanah (Sastrosayono, 2008). Sistem

perakaran seperti ini menyebabkan tanaman tidak tumbang.

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27oC

dengan suhu maksimum 33oC dan suhu minimum 22oC sepanjang tahun (Buana

dan Sihaan, 2000). Curah hujan yang optimal untuk menunjang pertumbuhan

tanaman kelapa sawit berkisar 1 750 - 2 500 mm. Kelembaban nisbi kelapa sawit

berkisar antara 50-90%. Lama penyinaran matahari yang optimal adalah 6 jam per

hari. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian kurang

dari 400 m di atas permukaan laut.

Bentuk dan kondisi tanah yang sangat berpengaruh pada produktivitas

kelapa sawit. Bentuk wilayah yang sesuai untuk kelapa sawit adalah datar sampai

berombak dengan kemiringan lereng 0-8%. Secara umum, kelapa sawit dapat

tumbuh dan berproduksi dengan baik pada tanah tanah ultisol, entisol, inceptisol, andisopls dan histosol. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik jika tanah tersebut memiliki drainase yang baik dan pH berkisar antara 5-6 (Sastrosayono, 2008).

Limbah Padat

Janjangan kosong (JJK) merupakan produk dari PMKS setelah TBS di

proses sterilizer dan stripper. JJK kaya akan materi organik dan nutrisi bagi tanaman. Menurut Lubis (1992) manfaat janjang kosong kelapa sawit adalah

1. Meningkatkan KTK (kapasitas tukar kation) dan pH tanah

2. Mengandung unsur hara N, P, K dan Mg.

3. Dapat berperan sebagai mulsa karena dapat menurunkan terperatur tanah,

mempertahankan kelembaban tanah, mengurangi erosi, dan menekan

(17)

4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah karena JJK memiliki ratio C/N yang

cukup tinggi.

Aplikasi JJK sangat sesuai untuk menggantikan sebagian kebutuhan pupuk

anorganik, asalkan pasokan haranya sebanding dengan pupuk anoganik tersebut.

Informasi mengenai status hara daun diperlukan sebagai salah satu pertimbangan

dalam menentukan kebutuhan pupuk tanaman menghasilkan kelapa sawit.

Meskipun demikian, hasil analisis daun dan juga tanah bukan menyatakan besaran

pupuk yang harus diberikan tetapi hanya menggambarkan status hara pada

tanaman (Lubis, 1992). Unsur hara yang terkandung dalam JJK disajikan dalam

Tabel 1.

Tabel 1. Unsur Hara yang Terkandung dalam JJK

Hara utama % Unsur Hara JJK Kesetaraan pupuk (kg/ton JJK)

JJK yang diproduksi oleh PKMS pertahunnya sangat besar sehingga

memerlukan penanganan yang tepat agar bermanfaat dan tidak mengganggu

kegiatan produksi kebun. Produksi JJK berkisar antara 31 200 – 62.400 ton/tahun.

JJK banyak mengandung unsur hara sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk

organik. Potensi dan pemanfaatan JJK dari PMKS disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Potensi dan Pemanfaatan JJK dari PKMS sebagai Hara Kapasitas pabrik

(ton/jam)*

JJK (ton/tahun)**

Luasan yang dapat di aplikasi (ha/tahun)***

30 31 200 780

45 46 800 1 170

60 62 400 1 560

Keterangan : * jam kerja pabrik 12 jam/hari; hari kerja dalam setahun = 260hari ** 20% TBS merupakan JJK

*** dosis aplikasi JJK 40 ton/ha Sumber : Buana dan Sihaan, 2003

Selain sebagai pupuk, JJK juga dapat dimanfaatkan sebagai mulsa.

Pemanfaatan JJK sebagai mulsa memerlukan waktu yang relatif lama yaitu enam

(18)

 

tanah dapat mengurangi kebutuhan pemupukan dengan pupuk sintesis sebanyak

50% (Said, 1994).

Solid Basah

Solid basah merupakan limbah padat yang dihasilkan dari pengolahan

TBS di PMKS yang mengalami sistem decanter. Pemanfaatannya sama seperti JJK yaitu sebagai bahan pengganti pupuk anorganik. Pemanfaatan solid basah

sebagai bahan pengganti pupuk anorganik di lapangan akan menekan penggunaan

dan biaya pupuk anorganik.

Sumber utama dihasilkannya solid basah adalah pada saat proses

pemurnian minyak (sterilisasi). Pada proses ini minyak akan dipisahkan dari

lumpur (sludge) melalui proses pengendapan (Pahan, 2008). Sludge terdiri dari padatan, cairan, dan sedikit minyak. Dosis pemberian solid basah di lapangan

disesuaikan dengan dosis pemupukan anorganik melalui hasil analisis contoh

daun.

Limbah Cair

Pengolahan TBS di PMKS menghasilkan dua bentuk limbah cair yaitu air

kondensant dan effluent. Air kondensant biasa digunakan sebagai umpan boiler untuk mengoprasikan mesin pengolahan kelapa sawit. Effluent yang banyak mengandung unsur hara dimanfaatkan sebagai bahan pengganti pupuk anorganik.

Pencemaran lingkungan akibat limbah cair dapat diatasi dengan cara

mengendalikan limbah cair tersebut secara biologis. Pengendalian biologis

tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan bakteri anaerob (Tobing dan

Darmoko, 1992). Penanganan dan perlakuan limbah cair dilakukan dengan

metode kolam pendingin.

Pemberian limbah cair dilakukan berdasarkan keadaan limbah cair tersebut

yang dinyatakan dengan BOD (biological oxygen demand). Parameter lain yang digunakan antara lain : pH, COD (Chemichal Oxygen Demand), TS (Total Solid), dan SS (Suspended Solid). BOD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme untuk menguraikan bahan organik secara biologis didalam limbah cair

(19)

oleh organisme untuk menguraikan bahan organik secara kimiawi. Hubungan

antara BOD dan COD tidak dapat digariskan secara tepat, tetapi besar nilai COD

akan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai BOD.

Limbah cair pabrik kelapa sawit yang belum diolah mempunyai BOD

sekitar 25 000 mg/liter. Limbah cair kelapa sawit mengandung padatan suspensi

dengan minyak dengan kadar yang tinggi. Padatan tersebut bila masuk kedalam

perairan akan mengendap, terurai secara perlahan, mengkonsumsi oksigen yang

ada didalam air, mengeluarkan bau yang tidak enak dan merusak tempat

pembiakan ikan. Sifat limbah cair yang merusak kualitas ekologi perairan tempat

pembuangan, maka limbah cair pabrik kelapa sawit harus dikelola dengan baik

sehingga jumlah/debitnya dan kualitasnya layak untuk dibuang ke perairan umum

(20)

METODE MAGANG

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang dilaksanakan pada Maret hingga Juni 2011 di Kebun

Buatan PT Inti Indosawit Subur, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten

Pelalawan, Provinsi Riau.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang ini dilaksanakan secara langsung dengan mengikuti dan

mempelajari seluruh kegiatan di lapangan sebagaimana kegiatan Karyawan

Harian Lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan

dan dua bulan sebagai pendamping Asisten Afdeling. KHL adalah pelaksana

langsung pekerjaan di kebun yang bertugas melaksanakan segala kegiatan kebun

yang diperintahkan sesuai dengan kebutuhan kebun. Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan selama menjadi KHL meliputi pemanenan, pemupukan, pengendalian

gulma, sensus hama dan penyakit, serak janjangan kosong (JJK), prasarana, Leaf Sampling Unit (LSU), sensus Thining Out (TO) dan penunasan. Jurnal selama melakukan kegiatan magang sebagai KHL disajikan pada Lampiran 1.

Kegiatan yang dilaksanakan sebagai pendamping mandor meliputi

pengawasan kegiatan di kebun, penentuan tenaga kerja dan pembuatan laporan

hasil kegiatan. Jurnal selama melaksanakan kegiatan magang sebagai pendamping

mandor disajikan pada Lampiran 2. Pada saat menjadi pendamping Asisten

Afdeling, kegiatan yang dilaksanakan adalah mengevaluasi hasil kegiatan kebun,

mengawasi semua pekerjaan yang dilakukan di lapangan (kontrol lapangan) untuk

mengetahui cara penilaian hasil kerja mandor dan membantu asisten dalam

menyelesaikan administrasi kebun serta mencari pemecahan masalah yang ada di

kebun. Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping asisten disajikan pada

Lampiran 3.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data

(21)

dan letak geografis kebun, organisasi dan manajemen perusahaan, keadaan tanah

dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman, produksi kebun,

produksi dan kualitas limbah dari PMKS.

Pengamatan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung di

lapangan. Data pengamatan dipusatkan pada kegiatan pengelolaan limbah pabrik

minyak kelapa sawit (PMKS) meliputi JJK dan POME. Pengamatan pada

pengelolaan JJK dilakukan dengan mengamati prestasi kerja BHL serak JJK

kemudian dibandingkan dengan jumlah JJK yang dikirim oleh PMKS.

Pengamatan pada pengelolaan POME dilakukan dengan mengukur flatbed yang ada di lahan serta menghitung POME yang dapat ditampung kemudian

membandingkannya dengan POME yang dihasilkan oleh PMKS.

Analisis Data dan Informasi

Data primer dan sekunder yang diperoleh dianalisis mengunakan nilai rata

rata, persentase, dan pegujian statistik lainya. Analisis produksi dilakukan dengan

(22)

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administrasi

Wilayah perkebunan kelapa sawit Kebun Buatan, PT. Inti Indosawit Subur

berada di Desa Bukit Agung, Makmur, Delik dan Lalang Kabung, Kecamatan

Pangkalan Kerinci dan Lubuk Durian, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Lokasi perkebunan terletak antara 101o 40’ – 102o 15’ BT dan 0o 05’ – 0o 43’ LS.

Perkebunan kelapa sawit ini terletak di pusat kota dan dilewati oleh jalan raya

yang menghubungkan Propinsi Riau dengan Propinsi Jambi.

Keadaan Iklim dan Tanah

Berdasarkan klasifikasi Schmidt and Ferguson areal perkebunan termasuk

dalam tipe A. Puncak musim hujan terjadi pada bulan September dan Oktober,

sedangkan puncak musim kemarau terjadi pada bulan Mei dan Juni. Rata-rata

curah hujan selama 4 tahun terakhir (2007-2010) adalah 2 251.5 mm/tahun

dengan rata-rata hari hujan adalah 102 hari/tahun. Rata-rata bulan kering 1.25

bulan/tahun dan rata-rata bulan basah 9.75 bulan/tahun. Suhu rata–rata harian

adalah 31oC kisaran 27–33oC per hari. Data curah hujan dan hari hujan di Kebun

Buatan PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau, Periode 2007-2010 disajikan

pada Lampiran 4.

Jenis tanah pada areal kebun adalah alluvial dan podsolik merah kuning. Pada wilayah datar agak berombak, bergelombang dan berbukit adalah podsolik

merah kuning. Kedalaman tanah lebih dari 100 cm, tekstur tanah terdiri dari

lempung liat berpasir, lempung berpasir dan lempung. Peta kelas kesesuaian lahan

PT Inti Indosawit Subur disajikan pada Lampiran 5.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Areal perkebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur terdiri dari kebun

inti dengan luas 5 549 ha, kebun inti tersebut memilik 6 Afdeling yang terdiri dari

Afdeling I dengan luas 881 ha, Afdeling II dengan luas 827 ha, Afdeling III

dengan luas 904 ha, Afdeling IV dengan luas 1 112 ha, Afdeling V dengan luas

(23)

Inti Indosawit Subur 2010 disajikan pada Lampiran 6. Selain itu terdapat juga

lahan plasma (kerjasama masyarakat dengan perusahaan ) dengan luas 10 946 ha

serta lahan KKPA (Kredit Koperasi Primer Anggota) yang terdiri dari 2 Afdeling

yaitu Afdeling VII dengan luas 851 ha dan Afdeling VIII dengan luas 649 ha.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Jenis tanaman kelapa sawit yang ditanam di Kebun Buatan PT Inti

Indosawit Subur adalah jenis Tenera yang dihasilkan oleh Lembaga Penelitian

Perkebunan Marihat. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m

dengan jarak antar barisan 7.96 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga

populasi per hektarnya 136 pokok. Namun berdasarkan dari kondisi di lapangan,

populasi tanaman rata-rata per hektar lebih rendah dari populasi yang seharusnya.

Hal tersebut disebabkan oleh adanya tanaman yang mati karena terserang hama

dan penyakit, kemiringan tempat, jarak tanam yang tidak teratur, dan sebagainya.

Produktivitas dan Bobot Janjang Rata-rata (BJR) TBS Kebun Buatan PT Inti

Indosawit Subur tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Produktivitas dan BJR TBS di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur Tahun 2006 - 2010 Sumber : Kantor Besar Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur (2011)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur merupakan salah satu anak

perusahaan dari PT Asian Agri. PT Inti Indosawit Subur dipimpin oleh seorang

(24)

  Estate Manager berperan untuk mengkordinasikan semua kegiatan di Afdeling, menjaga produksi dan mutu hasil tetap optimal, selain itu juga agar

menjamin aplikasi perawatan, menjamin operasional kebun agar berjalan efektif,

efisien, dan sesuai dengan prosedur sistem manajemen yang telah ditetapkan, serta

menjamin ketersediaan sumberdaya manusia di unit organisasinya. Dalam

menjalankan tugasnya, Estate Manager dibantu oleh Asisten kepala (Askep) yang bertugas membantu dalam pengawasan kegiatan disetiap Afdeling, Asisten

kepala membawahi asisten Afdeling. Asisten Afdeling bertanggung jawab

langsung kepada Asisten Kepala, Estate Manager, dan General Manager atas pelaksanaan hasil kerja dari Afdeling yang dipimpinnya. Jumlah karyawan staf

dan non staf PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010

No Jabatan Jumlah

Sumber : Kantor Besar PT Inti Indosawit Subur (2011)

Jumlah seluruh tenaga kerja yang terdapat pada Kebun Buatan PT Inti

Indosawit Subur sebesar 1 307 orang sehingga Indeks Tenaga Kerja (ITK) pada

Kebun Buatan sebear 0.24 orang/ha. ITK merupakan rasio antara jumlah tenaga

(25)

sebesar 0.2-0.3 orang/ha, oleh sebab itu pengelolaan tenaga kerja pada Kebun

Buatan sudah efisien karena ITK pada Kebun Buatan diantara 0.2-0.3 orang/ha.

Dalam pelaksanaan kegiatan di tingkat afdeling, asisten afdeling

bertanggung jawab untuk mengelola afdeling secara menyeluruh, baik dalam hal

teknis di lapangan maupun dibidang administrasi afdeling. Pengelolaan teknis

meliputi pemberian pengarahan dan instruksi kerja kerani afdeling, mandor I,

mandor, dan PHL, melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap pekerjaan

dan mengevaluasi hasil kerja di lapangan. Kegiatan pengelolaan administrasi di

kantor yang dilakukan oleh asisten afdeling meliputi pembuatan rencana kerja

harian, bulanan, dan tahunan, memeriksa dan mengevaluasi laporan kerja mandor,

laporan manajemen dan laporan lainnya, serta membuat bon permintaan dan

pengeluaran barang (BPPB).

Dalam melaksanakan tugasnya asisten afdeling dibantu oleh mandor I,

mandor I dibantu oleh beberapa mandor yang mengawasi langsung pekerjaan di

lapangan. Mandor membuat laporan harian yang diserahkan kepada krani afdeling

yang bertugas dibagian adminstrasi di kantor afdeling. Dalam adminstrasi

afdeling, krani afdeling juga dibantu oleh seorang krani keliling yang betugas

memantau kesesuai hasil kerja dilapangan dengan hasil laporan dari mandor.

Kepala Tata Usaha (KTU) bertanggung jawab dalam bagian adminstrasi kebun.

KTU dibantu oleh kepala gudang dalam hal pelaksanaan dan pengawasan

(26)

PELAKSANAAN MAGANG

Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek

manajerial. Aspek teknis yang dilakukan meliputi kegiatan pengendalian gulma

(manual dan kimiawi), pemupukan, pemanenan, penunasan dan pemeliharaan

sarana dan prasarana.

Pelaksanaan kerja di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur secara umum

dilaksanakan 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu hari kerja rata–rata selama 7

jam yang dimulai pada pukul 07.00 – 11.30 WIB, istirahat selama setengah jam

(11.30 – 12.00 WIB), lalu dilanjutkan bekerja selama dua jam dari pukul 12.00 sd.

13.30 WIB. Penulis diwajibkan mengikuti master morning yang dimulai pukul

05.30 bersama asisten, mandor dan krani, kemudian kegiatan dilanjutkan pada

sore hari ke kantor afdeling pada pukul 16.00 sd. 18.00 WIB untuk melaksanakan

kegiatan administrasi dan perencanaan kegiatan untuk esok hari.

Aspek Teknis

Pada aspek teknis dipelajari dengan berperan sebagai pekerja harian lepas

(PHL) selama 1 bulan. Kegiatan yang dilakukan mencakup pengendalian gulma,

pemeliharaan sarana dan prasarana, pemupukan, taksasi panen dan pemanenan,

penunasan, sensus ulat api, dan sensus thinning out. Sebelum melaksanakan kegiatan selalu diawali dengan master morning pada pukul 05.30 – 06.00 WIB,

kemudian dilanjutkan dengan kerja di lapangan.

Penunasan

Penunasan pada tanaman menghasilkan (TM) adalah pemotongan pelepah

dengan memperhitungkan jumlah pelepah yang dipertahankan. Tujuan penunasan

adalah mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah

masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah dan

memperlancar proses penyerbukan alami. Selain itu, penunasan dilakukan untuk

sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai

(27)

Penunasan merupakan pekerjaan yang mengandung dua aspek yang saling

bertolak belakang, yaitu menjaga produksi agar maksimum dan memperkecil

losses produksi. Untuk menjaga produksi maksimum diperlukan pelepah produktif (berkaitan dengan fotosintesis) sebanyak-banyaknya, tetapi untuk

mempermudah pekerjaan potong buah dan memperkecil losses produksi maka beberapa pelepah harus dipotong. Jumlah pelepah yang dipertahankan

berdasarkan umur tanaman disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah pelepah yang Dipertahankan Berdasarkan Umur Tanaman Umur Tanaman

> 15 Minimum dipertahankan 32

pelepah 4 1

Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)

Penunasan pada Kebun Buatan PT Inti Idosawit Subur menggunakan

sistem progresif pruning yaitu penunasan dilakukan oleh tenaga potong buah pada saat melakukan pemotongan buah. Seiring berjalannya waktu, sering sekali sistem

ini tidak berjalan dengan lancar dan mengalami banyak kendala. Pada umumnya

kendala-kendala yang terjadi adalah pemanen tidak sanggup untuk memperoleh

basis sekaligus melakukan penunasan. Untuk mengatasi hal ini maka pihak

manajemen membentuk suatu tim/geng tunas yang khusus untuk melakukan

penunasan. Rotasi penunasan yang dilakukan adalah 9 bulan (1.3 kali/tahun)

namun hal ini dapat disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

Pekerjaan penunasan harus dilakukan dengan baik sesuai dengan instruksi

kerja yang dikeluarkan oleh pihak manajemen karena akan mempengaruhi

pelaksanaan pemanenan. Apabila pelepah tidak dipotong atau kualitas penunasan

jelek akan mengakibatkan brondolan tersangkut di ketiak batang. Selain itu,

penunasan yang tidak baik akan mengakibatkan tandan yang telah matang tidak

(28)

 

Pelepah yang terlalu banyak ditunas juga tidak baik karena hal ini akan

menyebabkan over pruning. Over pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi.

Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan pokok

mengalami stress yang terlihat melalui peningkatan gugurnya bunga betina,

penurunan seks ratio (peningkatan bunga jantan) dan penurunan BJR.

Di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur terdapat beberapa instruksi

kerja dalam melakukan pekerjaan penunasan yaitu :

a. Pelepah dipotong mepet ke batang dengan bidang tebasan berbentuk tapak

kuda.

b. Selama menunas semua epifit pada batang tanaman dibersihkan dengan

mencabut menggunakan tangan dan “digebyok” dengan batang pelepah pada

bagian yang lebih tinggi.

c. Pokok yang pertumbuhannya kurang bagus atau kuning karena defisiensi hara

harus ditunas lebih hati hati, cukup membuang daun keringnya saja.

d. Pokok yang telah dipastikan abnormal tidak perlu ditunas karena pada akhirnya

akan di thinning out.

Perawatan Jalan

Kondisi jalan di suatu perkebunan harus benar diperhatikan dengan baik

agar akses transportasi dapat berjalan dengan baik. Jaringan jalan dibuat dengan

sasaran dapat dilalui dengan segala kondisi cuaca. Dengan perencanaan dan

pengendalian mutu yang baik diharapkan konstruksi jalan akan kuat dan awet.

Banyak hal-hal yang menyebabkan jalan suatu perkebunan rusak dan tidak dapat

dilalui oleh dump truck pengangkutan buah. Faktor-faktor yang menyebabkan adalah air, bahan organik tanah, kurangnya sinar matahari, sifat tanah (tekstur dan

struktur), beban (tonase) kendaraan.

Beberapa kegiatan perawatan jalan yang umum dilakukan di Kebun

Buatan PT Inti Indosawit Subur adalah rempesan dan pemasangan/servis gorong

gorong. Rempesan adalah memotong cabang/pelepah yang menghalangi sinar

matahari sehingga menutupi jalan. Apabila jalan tidak terkena sinar matahari

(29)

untuk dilalui dump truck buah. Jalan yang sudah terkena sinar matahari secara langsung dapat mempercepat pengeringan genangan air yang terdapat di jalan

sehingga tanah tetap keras, tidak licin dan dapat dilalui dump truck buah. Jumlah pekerja dalam kegiatan rempesan terdiri dari tiga tim masing-masing tiga orang

per tim.

Perawatan jalan yang lain adalah pembuantan atau servis gorong-gorong.

Gorong-gorong berfungsi untuk mengalirkan genangan air yang terdapat di badan

jalan (Gambar 1). Genangan air dapat menyebabkan stuktur tanah menjadi remah

dan sulit dilalui oleh kendaraan. Terdapat dua jenis gorong yaitu

gorong-gorong yang terbuat dari bahan semen/beton dan paralon yang masing masing

berdiameter 30 cm. Apabila jalan pada pada areal dibuat di lereng bukit, maka

badan jalan dibuat dengan kemiringan 100 ke arah bukit.

Gambar 1. Pemasangan gorong gorong pada badan jalan

Pada setiap jarak ± 50 m atau di tempat-tempat yang cekung, dibuat rorak

dengan ukuran 75 cm x 75 cm kedalaman 1 m. Untuk mengalirkan air dari bukit

yang ditampung di dalam rorak, maka dibuat gorong-gorong diameter 30 cm dan

diletakkan 20 cm di atas dasar rorak. Setelah pemasangan gorong gorong selesai,

pada sisi jalan dibuat rumpukan karung yang berisi pasir. Hal ini berfungsi untuk

menahan tanah yang terdapat di badan jalan jatuh kebawah yang akan

menyebabkan terjadi penyumbatan pada lubang gorong gorong. Pada

(30)

 

terdiri dari ≤ 4 orang. Setiap tim dapat menyelesaikan pemasangan gorong gorong

sebanyak 3 gorong gorong/HK.

Kegiatan perawatan jalan lain yang dilakukan adalah melakukan

pengerasan jalan dengan batu. Untuk jalan jalan tertentu dimana struktur tanah

tidak cukup untuk mendukung beban berat, maka dilakukan pengerasan. Bahan

bahan untuk pengerasan jalan menggunakan batu kerikil, sirtu (pasir & batu).

Pengerasan dengan menggunakan kerikil atau sirtu disarankan dicampur tanah

dengan perbandingan 1: 4 (1 bagian tanah : 4 bagian batu kerikil/sirtu) yang

berguna untuk meningkatkan efektivitas pengerasan dan efisiensi biaya.

Pemupukan

Kegiatan pemupukan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam

pengelolaan suatu perkebunan karena biaya (budget) untuk kegiatan pemupukan mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan. Prinsip utama dalam penaburan

(aplikasi) pupuk adalah bahwa setiap pokok harus menerima setiap jenis pupuk

sesuai dengan dosis rekomendasi. Dosis, jenis, waktu dan cara pemupukan adalah

empat faktor terpenting dalam menentukan efisiensi pupuk. Selain keempat faktor

tersebut, kualitas pemupukan mempunyai peranan penting dalam menentukan

keberhasilan pemupukan. Kualitas pemupukan dibagi menjadi dua hal yaitu:

1) Kualitas penaburan pupuk di lapangan. Berkaitan dengan pengolahan dan

organisasi kerja pelaksanaan pemupukan di lapangan dan administrasinya.

2) Kualitas pupuk, ditentukan oleh jumlah/besarnya kandungan unsur hara utama

didalam pupuk tersebut dan kadar airnya

Pengambilan LSU (Leaf Sampling Unit). Kegiatan pengambilan sampel daun dilakukan untuk mengetahui status hara tanaman melalui jaringan daun

sehingga didapat rekomendasi pemupukan pada tiap blok. Identifikasi gejala

defisiensi hara secara visual dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel

daun. Pengambilan sampel daun pada Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur

dilakukan oleh pekerja harian lepas (PHL) yang sebelumnya sudah dilatih/training

oleh bagian research and development (R&D) selama tiga hari. Peralatan dan bahan yang digunakan adalah egrek, pisau, kuas, cat dan kantong sampel yang

(31)

pokok yang menjadi sampel, selanjutnya daun ke 17 dipotong dan racisnya

diambil sebanyak 8 buah selain itu pangkal pelepah diukur lebar dan tebalnya.

Identifikasi gejala defisiensi unsur hara dilakukan pada tanaman sampel dan

delapan tanaman di sekeliling tanaman sampel. Tingkat keparahan defisiensi

unsur hara dibagi menjadi tiga bagian yaitu ringan , sedang dan berat. Jarak antara

tanaman sample pertama dengan kedua dan selanjutnya adalah 10 tanaman.

Setelah satu blok selesai diambil seluruhnya, daunnya dibersihkan dengan kain

basah. Selanjutnya dipotong menjadi tiga bagian dan bagian tengah daun yang

diambil untuk dikeringkan dengan oven dan dikirim ke bagian R&D untuk diteliti.

Penguntilan. Kegiatan penguntilan pupuk dilakukan untuk menjamin ketepatan dosis pemupukan serta mempermudah pengangkutan pupuk dari gudang

ke lapangan dan mempermudah penaburan pupuk kesetiap tanaman. Pada

umunnya dalam satu untilan pupuk untuk delapan tanaman sehingga berat satu

untilan itu tergantung dosis yang dikomendasikan. Apabila dosis yang

direkomendasikan adalah 2 kg/pokok maka berat untilan 16 kg dan apabila dosis

yang direkomendasikan 1 kg/pokok maka berat satu untilan 8 kg. Penguntilan

dilakukan dengan menggunakan takaran khusus yang sudah dikalibrasi sesuai

kebutuhan. Penguntilan pupuk yang dilakukan hari ini digunakan untuk

pemupukan besok.

Pelaksanaan pemupukan. Pengeceran pupuk adalah kegiatan mengambil pupuk yang telah diuntil di gudang pupuk untuk dibawa ke lapangan. Pupuk

dibawa menggunakan dump truck dengan kapasitas 5 ton kemudian pupuk diecer kemasing-masing tempat peletakan pupuk (TPP). Pupuk diturunkan sesuai dengan

jumlah untilan yang tertera pada TPP. Losses pupuk sering terjadi pada saat melakukan pengangkutan pupuk dengan dump truck. Saat menaikan dan menurunkan pupuk dari dump truck sering sekali untilan pupuk terbuka dan pupuk terbuang di jalan maupun di dalam bak dump truck.

Aplikasi penaburan pupuk dilakukan sesuai dengan keadaan di lapangan.

Apabila di lahan terdapat JJK maka pupuk disebar di atas janjangan kosong, jika

tidak terdapat JJK maka pemupukan harus melihat kondisi piringan. Apabila

piringan bersih maka dilakukan di piringan tetapi jika tidak, maka pupuk ditabur

(32)

 

sudah dikalibrasi sesuai dengan dosis. Pupuk anorganik yang digunakan pada

Kebun Buatan PT Inti indosawit Subur adalah ZA ( 45%N dan 21%S), Dolomit

(20-24% MgO dan 30% CaO), RP (28% P2O5), MOP (60% K2O), Borax (11-12%

B) dan Abu janjang. Prestasi keja kegiatan pemupukan adalah 400 kg/HK atau

sekitar 25 untilan, sedangkan prestasi kerja penulis 96 kg atau sekitar 6 untilan.

Premi yang diperoleh pekerja adalah premi mati sebesar Rp. 5.000,- apabila sudah

mencapai basis (400 kg).

Pada pelaksanaan pemupukan terdapat sapta disiplin pemupukan yaitu:

1. Pokok mati ada dua macam yaitu mati alami dan mati TO (thining out).

2. Pokok di pingir parit dan jalan tetap dipupuk tetapi parit dan jalan tidak boleh

dipupuk.

3. Mengikuti instruksi mandor, hari ini berapa takaran.

4. Melaksanakan 4 T (tepat tempat, tepat cara, tepat waktu dan tepat dosis).

5. Mengunakan alat pelindung diri (APD) yaitu topi, masker, baju lengan

panjang, sarung tangan, apron dan sepatu boot.

Pengendalian Gulma

Gulma merupakan tanaman yang dapat merugikan pada tanaman

budidaya. Apabila pertumbuhan gulma tidak dikendalikan dengan baik maka

berbagai macam gulma dapat tumbuh dengan subur dan mengganggu (menyaingi)

pertumbuhan tanaman pokok sehingga menyebabkan kebun menjadi kotor dan

lembab serta menjadi inang alternatif bagi hama dan penyakit. Pengendalian

gulma pada tanaman TM dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya saingan

terhadap tanaman pokok, memudahkan pelaksanaan pemeliharaan mencegah

berkembangnya hama dan penyakit, memudahkan kontrol pemupukan dan

memudahkan dalam pegutipan brondolan sehingga mengurangi losses panen. Gulma yang terdapat di arel perkebunan Kebun Buatan PT. Inti Indosawit

Subur antara lain Dicranopteris linearis (pakis kawat), Stenochlaena palustris

(pakis udang), Nephrolepis biserrata (pakis larat), Pteridium osculentum (pakis gajah), Clidemia hirta (senggani betina), Melastoma malabathricum (senduduk),

Setaria aplicata (bambuan), Elusine indica (lulangan), Asystasia coromandeliana,

(33)

(putihan), Axonopus compresus (antalobang), Imperata cyclindrica, Ageratum conyzoides, Brachiaria mutica. Pengendalian gulma yang dilakukan meliputi pengendalian manual dan kimiawi.

Pengendalian Gulma Manual. Salah satu jenis pengendaliann manual yang dilakukan di Kebun Buatan PT. Inti Indosawit Subur adalah dongkel anak

kayu (DAK) yang merupakan mendongkel gulma di piringan maupun di

gawangan. Gulma gulma yang didongkel antara lain adalah gulma gulma yang

umumnya batangnya berkayu seperti Climedia hirta (haredong atau akar kala), Melastoma malabatricum (Senduduk atau senggani), Chromolaena odorata

(putihan), Lantana camara (bunga tahi ayam) dan kentosan/VOPS (voluntary oil palm seedlings). Alat yang digunakan untuk DAK adalah parang untuk membabat gulma yang batang berkayu dan garu untuk membersikan piringan. Rotasi dari

kegiatan ini adalah 4 bulan dengan prestasi kerja pekerja adalah 1 pasar pikul atau

sekitar 1.5 ha sedangkan pretasi kerja penulis sebesar 0.5 pasar pikul.

Pengendalian Gulma Kimiawi. Pengedalian gulma secara kimiawi yang dilakukan di Kebun Buatan PT. Inti Indosawit Subur dikelola oleh Tim Unit

Semprot (TUS) yang langsung dibawah tanggung jawab Asisten Kepala. TUS

terbagi menjadi dua berdasarkan alat penyemprotan yaitu alat dengan knapsack sprayer (solo) dan CDA (Controlled Droplet Applicator).

Pada alat knapsack sprayer menggunakan Gromoxon berbahan aktif

paraquat bersifat kontak dengan konsentrasi 0.5% dicampur dengan Trap

berbahan aktif metil metsufuron bersifat sistemik dengan konsentrasi 0.03%. Gulma gulma yang menjadi sasaran adalah gulma berdaun lebar, sempit dan

berkayu seperti pakis dan kentosan yang terdapat pada piringan, pasar pikul dan

TPH. Volume maksimum pada alat ini sebesar 15 liter/kaps. Rata-rata dalam satu

kaps pekerja dapat menyemprot 35 – 45 tanaman/kaps dengan waktu 15 – 20

menit. Hal-hal yang mempengaruhi kecepatan jalan pekerja adalah keadaan

topografi lahan serta jenis dan kerapatan gulma. Apabila topografi lahan yang

akan disemprot curam maka kecepatan jalan pekerja akan semangkin lama maka

akan mempengaruhi jumlah pokok yang akan disemprot dan bila jenis gulma yang

(34)

 

Prestasi kerja pada karyawan sebanyak 8 caps/orang atau ± 280 pokok sedangkan

prestasi kerja penulis sebesar 2 caps atau 65 pokok.

Alat semprot CDA (Controlled Droplet Aplicator) di pasaran dikenal dengan nama micron herbi. Semprotannya menghasilkan butiran halus yang terkendali dengan ukuran seragam (± 250 mikron) dan konsentrasi herbisida yang

tinggi. Volume maksimum yang dapat ditampung dengan alat ini adalah 10 liter.

Bahan aktif yang digunakan adalah glifosat konsentrasi 0,4% nama merek dagang Bionasa dan floroksifir konsentrasi 1% dengan merek dagang Starane. Selain itu campuran larutan yang digunakan adalah glifosat dengan konsentrasi 4% dan 2,4 D konsentrasi 2% dengan merek dagang Lindomin. Gulma gulma yang menjadi

sasaran utama adalah Asystasia dan rumput-rumputan yang terdapat di pasar pikul piringan dan TPH. Rata-rata satu kaps dapat menyemprot 130 tanaman dengan

waktu 1.5 jam/kaps. Prestasi kerja karyawan sebanyak 5 ha/HK sedangkan

prestasi kerja penulis sebesar 1.5ha/HK.

Pengendalian Hama Ulat Api

Sensus ulat api. Sistim sensus meliputi deteksi dan penghitungan hama pada titik sensus. Skema dalam penentuan titik sensus (TS) adalah titik sensus

pada seluruh titik sensus dimulai dari pokok keempat di tepi jalan kemudian setiap

10 pokok yakni TS 14, TS 24, TS 34, dan seterusnya, bila setelah TS terakhir

masih tersisa > 4 pokok maka ditambahkan satu TS pada pokok terakhir, setiap

TS terdiri dari tiga pokok yaitu pokok TS ditambahkan dua pokok disampingnya,

agar tidak terjadi “over prunning” akibat pemotongan pelepah karena sensus setiap bulan, maka TS dapat digeser maju atau mundur 1 – 2 tanaman.

Tenaga kerja yang melakukan sensus ulat terdiri atas 2 tim, yang masing–

masing tim terdiri atas 3 orang, yaitu 1 laki–laki sebagai penunas dan 2

perempuan sebagai pencatat jenis hama ulat api yang terlihat dan satunya lagi

sebagai penyusun pelepah ke gawangan mati. Pengamatan yang dilakukan dicatat

yang meliputi jumlah hama pemakan daun dan jenis hamanya

Pengendalian. Jenis ulat api yang sasaran utama untuk penanggulangan adalah Setora nitens dan Thosea asigna yang menyerang pelepah muda dan

(35)

dengan pengasapan menggunakan Polydor dicampur solar. Pengendalian dilaksanakan oleh anggota laki–laki yang menjadi tim sensus, 1 kap mengandung

4.6 liter solar dicampur 0.4 liter Polydor, umumnya 1 hari diperlukan 5 kap untuk 5 ha lahan pengendalian ulat api. Waktu yang paling tepat melakukan pengasapan

adalah pada saat pagi atau sore hari pada saat matahari tidak sedang terik. Hal ini

dilakukan agar tidak terjadi pengupan sehingga pengasapan akan lebih efektif.

Sensus Thining Out (TO)

Tiap Afdeling suatu kebun memerlukan 2-3 tim sensus dengan prestasi kerja

5-7 ha/HK. Satu tim beranggotakan dua petugas, yaitu Petugas A (sebagai

penghitung dan pencatat jumlah pokok) dan Petugas B (sebagai pembuat nomor

dan pembawa cat) dan petugas pembuat administrasi lapangan (Petugas C). Bahan

dan alat yang harus dipersiapkan dalam pekerjaan sensus, yaitu: triplek (hard cover), pulpen, formulir sensus, kuas, parang/sendok (alat pengerok), cat warna putih, tempat cat (aqua), map penyimpan file.

Pada saat melakukan sensus, petugas menghitung dan mencatat status

pokok berdasarkan tanda pada formulir sensus. Ciri-ciri pokok yang akan di TO

adalah pokok-pokok yang sudah tersambar petir, tidak berbunga lagi, dan yang

sudah mati/tidak berproduksi lagi. Fungsi diadakan sensus thinning out adalah untuk menandakan pokok yang sudah mati/yang sudah tidak dapat berproduksi

lagi dan digunakan sebagai rekomendasi jumlah untilan pupuk per TPP. Petugas

berjalan di pasar rintis pada setiap TPP yang ada pada blok yang akan disensus

dan arah berjalan menurut arah barisan. Petugas A mensensus 2 baris pokok (baris

1 dan 2). Secara bersamaan petugas B membersihkan/”mengerok” pelepah pokok

terluar pada barisan tersebut sebagai tempat pencatatan hasil sensus. Petugas A

mensensus seluruh pokok dalam barisan tersebut dan memberitahu jumlah pokok

normal/hidup dan pokok mati/kosong ke petugas B. Hasil sensus di pelepah

petugas B berjalan secepatnya menuju pokok paling ujung, kemudian pelepah

dibersihkan/dikerok dan ditulis jumlah pokok hasil sensus dan jumlah untilan

dalam TPP tersebut. Seluruh hasil sensus diinformasikan dan dibawa ke Afdeling.

(36)

  Pemanenan

Panen adalah kegiatan yang merupakan pemotongan tandan buah matang

serta pengakutan tandan buah matang dan buah rontok (brondolan) ke tempat

pengumpulan hasil (TPH). Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi

pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan

mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik.

Pelaksanaan pemanenan tidak sembarangan dan perlu memperhatikan beberapa

kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan

rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik.

Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna

kulit buahnya. Buah akan menjadi merah jingga ketika masak. Jika terlalu matang,

buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya

Kriteria panen dan pelaksanaan panen. Kriteria panen yang digunakan di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur yaitu pemotongan tandan buah yang

dilakukan hanya jika sedikitnya 24 brondolan lepas dari tandan. Hal ini

dikarenakan berat janjang rata rata (BJR) yang terdapat pada kebun adalah ± 24

kg. Apabila lebih dari 24 brondolan maka TBS tersebut semakin matang. Kriteria

matang panen yang diterapkan di Kebun Buatan adalah setiap 1 kg berat tandan

terdapat 1 brondolan lepas di TPH yang bukan brondolan

parthenokarpi/brondolan muda karena serangan tikus/penyakit, misalnya BJR blok adalah 10 kg maka buah yang akan dipanen pada blok tersebut apabila

brondolan yang lepas ada 10 butir brondolan di TPH. Jika ada 9 brondolan saja

maka dianggap buah mentah.

Taksasi Produksi. Kegiatan taksasi produksi di Kebun Buatan dilaksanakan minimal satu hari sebelum dilaksanakan pemanenan pada areal yang

akan dipanen. Taksasi produksi bertujuan untuk mengetahui perkiraan jumlah

TBS yang dapat dipanen dan persentase kematangan TBS yang akan dipanen

sehingga dapat memperkirakan jumlah tenaga pemanen yang diperlukan untuk

esok hari. Taksasi produksi dilakukan oleh mandor panen dengan cara mengambil

sampel 400 pokok secara acak pada areal yang akan dipanen esok hari. Selain itu

pada Kebun Buatan juga dilaksanakan taksasi produksi (sensus BBC) setiap 6

(37)

untuk 6 bulan kedepan. Kegiatan ini dilaksankan setiap akhir bulan Juni dan akhir

Desember.

Pelaksanaan Panen. Pelaksanaan panen dilakukan dengan cara memotong tandan yang sebelumnya diamati oleh pemanen. Pengamatan tersebut

bertujuan untuk mengetahui kematangan buah. Alat panen yang digunakan adalah

egrek karena tanaman kelapa sawit yang terdapat di kebun buatan rata-rata

berumur 20 tahun keatas. Selain egrek alat yang digunakan adalah gancu untuk

memuat dan membongkar buah/TBS dan angkong untuk tempat buah/TBS dan

brondolan untuk diangkut ke TPH.

Sebelum memotong tandan hal yang pertama dilakukan adalah memotong

pelepah yang menyangga tandan. Rata-rata pada Kebun Buatan menggunakan

songgo satu dalam melakukan penunasan. Pemotongan pelepah harus merapat ke

arah batang pohon seperti membentuk tapal kuda. Hal tersebut dilakukan agar

brondolan tidak tersangkut di ketiak batang yang akan mengganggu dalam

penentuan kematangan buah, mengurangi losses panen yang nantinya akan berpengaruh terhadap BJR. Penetuan kematangan buah sangat penting untuk

mengetahui berapa jumlah buah yang dapat dipanen oleh sebab itu terdapat

beberapa fraksi kematangan buah yang ditetapkan manajemen kebun. Fraksi

kematang buah disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Fraksi Kematangan Buah Umur

Tanaman

BJR

(Kg) Brondolan Pedoman Panen

2.5 - 3 3 ≥ 3 brondolan perjanjang

setelah panen Dua brondolan perjanjang dipiringan sebelum panen

Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)

Sistem panen Sistem panen yang dilaksanakan di Kebun Buatan adalah sistim hanca giring tetap. Sistim ini dilaksanakan yaitu dengan cara mandor panen

(38)

 

pasar pikul ( 1 pasar pikul ± 1.5 ha). Luasan hanca panen tergantung dari jumlah

tenaga pemanen, yang disesuaikan dengan luas blok dan jumlah pemanen di setiap

mandoran. Apabila pemanen tidak dapat hadir pada hari tersebut maka hanca

panen yang kosong tersebut dapat diberikan kepada pemanen lainnya dari

mandoran yang sama atau mandoran yang lain (transfer).

Rotasi panen. Rotasi panen adalah waktu antara satu panen dengan panen berikutnya dalam satu kapel panen. Rotasi panen merupakan salah satu aspek atau

faktor yang paling menentukan di lapangan untuk mendapatkan produksi

perhektar yang tinggi dan biaya perkilogram yang rendah. Pusingan potong buah

juga mempengaruhi transport dan pengolahan di pabrik. Rotasi panen di Kebun

Buatan PT. Inti Indosawit Subur adalah 6/7 yang berarti 6 hari panen dalam satu

minggu. Namun pada saat kerapatan buah sangat rendah (lowcrop) pusingan panen dapat diperpanjang maksimal 10 hari. Hal tersebut dilakukan agar kuantitas

dan kualitas produksi dapat tercapai. Untuk menghindari keterlambatan

rotasi/pusingan pada bulan bulan libur panjang (misalkan hari raya), maka dapat

dilakukan percepatan pusinga potong buah menjadi 5-6 hari. Sehingga pada saat

setelah libur panjang, pusingan potongan buah di suatu blok masih bisa

dipertahankan di bawah 10 hari. Rotasi panen sangat erat hubungannya dengan

mutu buah. Rotasi panen yang terlalu cepat dapat berakibat terjadinya

pemotongan buah mentah (untuk mengejar siap borong) karena kerapatan buah

masak telah menurun.

Basis dan premi panen. Kapasitas panen atau basis normal adalah jumlah tandan yang harus diselesaikan dalam satu hari kerja oleh tiap pemanen,

sedangkan premi adalah standar untuk membayar pemanen yang melebihi basis

borong. Besar basis dan premi pemanen pada Afdeling II di Kebun Buatan PT.

Inti Indosawit Subur ditentukan oleh umur tanaman. Basis pemanen sebesar 50

TBS tetapi pada hari jumat basis borongnya sebesar 36 TBS. apabila sudah

mencapai basis borong maka pemanen memperoleh Rp. 7 000 dan premi lebih

borongnya dikalikan Rp. 700 (tahun tanam 1989) dan Rp. 800 (tahun tanam

1990-1991). Terhitung dari tanggal 1 April 2011 premi lebih borong di Afdeling II

bertambah yaitu Rp. 1 200 (tahun tanam 1989), Rp. 1 160 (tahun tanam 1990) dan

(39)

dapat berbeda sesuai yang telah ditetapkan pihak manajemen kebun. Penentuan

premi panen selain berdasarkan umur tanaman juga dapat berdasarkan keadaan

topografi kebun. Jumlah basis dan premi lebih borong pada Afdeling IV disajikan

dalam Tabel 7.

Tabel 7. Basis dan Premi Lebih Borong padaAfdeling IV

Blok Luas (ha) Jlh Tanaman Basis Premi (Rp)

Pinalti/sangsi panen. Pinalti adalah denda atau potongan terhadap pemanen yang melanggar kriteria panen. Denda pinalti yang dikenakan kepada

pemanen berupa potongan upah yang diperoleh pemanen. Ada beberapa jenis

kesalahan dalam pelaksanan pemanenan dan masing-masing kesalahan

mempunyai besaran denda yang berbeda-beda. Tujuan diberikan sangsi atau

pinalti adalah agar pemanen tidak melakukan kesalahan yang sama atau

memberikan efek jera karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan pemanen pada

umumnya sangat berpengaruh terhadap produksi.

Jumlah denda pada pelaksanaan potong panen sudah ditetapkan pihak

manajeman kebun, namun Afdeling mempunyai kebijakan sendiri yang dalam

menentukan besarnya jumlah sangsi panen yang menurut mereka efektif.

Misalnya denda panen apabila memotong buah mentah sebesar Rp. 5 000 pada

Afdeling II sebesar Rp. 20 000 dan pada AfdelingIV Rp. 10 000. Kebijakan yang

telah dibuat oleh Afdeling sebelumnya harus dilaporkan terlebih dahulu pada

manajemen kebun. Jenis kesalahan dan denda yang diberikan pada pelaksanaan

(40)

 

Tabel 8. Jenis Kesalahan dan Denda pada Pelaksanaan Potong Buah

Jenis Kesalahan (pelanggaran) Denda

Potong buah mentah Rp. 5 000/jjg

Gagang panjang tidak dipotong rapat Rp. 1 000/jjg Buah masak tinggal dipokok/tidak

dipanen

Rp. 5 000/jjg

Buah mentah diperam di ancak Rp. 5 000/jjg Buah mentah tinggal dipiringan/

diancak/parit

Rp. 5 000/jjg

Buah matahari / berondolan dipotong gagang

Rp. 1 000/jjg

Berondolan tidak dikutip bersih Rp. 3 000/jjg Pelepah tidak disusun rapi di gawangan Rp. 1 000/jjg

Pelepah sengkleh Rp. 1 000/jjg

Tidak siap borong •Denda di per-7 (dipotong jam kerja) •3x berturut-turut diberi peringatan Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)

Kebutuhan Tenaga Pemanen. Kebutuhan tenaga pemanen yang akan dialokasikan setiap harinya harus berpedoman kepada hasil sensus kerapatan buah

yang dibandingkan dengan output rata-rata tenaga potong buah yang dapat dicapai

setiap hari pada bulan berjalan. Mandor panen setelah mengancakan tukang

potong buah melaksanakan sensus potong buah pada ancak yang akan dipanen

besok. Rata-rata output tenaga panen yang terdapat pada Afdeling II adalah 60

TBS.

Jumlah tenaga kerja =

Pengolahan Crude Palm Oil (CPO)

Hasil panen yang diperoleh dari kebun inti akan langsung dikirim ke

pabrik pengolahan kelapa sawit. Pada Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur

mempunyai dua pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yaitu PMKS Buatan I dan

PMKS Buatan II yang masing masing berkapasitan olah 60 ton/jam. PMKS

Buatan I dan II menerima buah yang berasal dari kebun inti, plasma dan kebun

luar. Pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh hasil minyak kelapa

sawit yang berkualitas tinggi.

Perlakuan terhadap TBS mulai di lapangan, transportasi dan proses

(41)

yang harus dicapai pada proses pengolahan adalah mengolah bahan baku TBS

dengan kriteria matang yang baik, sehingga memperoleh hasil produksi CPO dan

inti sawit yang memenuhi persyaratan mutu sesuai keinginan pasar dengan harga

jual yang tinggi dan biaya olah seminimal mungkin serta mengendalikan limbah

sebagai produk sampingan.

PMKS memiliki beberapa stasiun yaitu stasiun penerimaan buah (fruit Reception Station), stasiun perebusan (Sterilizer Stasion), stasiun penebahan (Threshing Stasion), stasiun pengempaan (Press Stasion), stasiun pemurnian (Clarification Stasion), stasiun pengolahan inti (Kernel Plant Stasion) dan stasiun penyimpanan (Storage Stasion)

Stasiun penerimaan (Fruit Reception Station). Stasiun penerimaan buah berfungsi sebagai tempat penerimaan TBS dari kebun. Pada stasiun dapat

diketahui jumlah produksi TBS setiap harinya. Stasiun penerimaan buah meliputi:

A. Jembatan Timbang (Weight Bridge)

Jembatan timbang berfungsi untuk menimbang beberapa banyak TBS

yang masuk ke dalam pabrik. Setiap truk yang membawa TBS terlebih dahulu

harus ditimbang di jembatan timbang. Setelah itu, truk kosong yang keluar dari

lokasi pabrik harus ditimbang kembali sehingga jumlah TBS yang masuk ke

pabrik dapat diketahui beratnya. Selain itu, jembatan timbang juga berfungsi

untuk menimbang minyak kelapa sawit (CPO), inti sawit dan cangkang yang

dipasarkan.

B. Sortasi

Sortasi dilakukan untuk mengontrol mutu TBS yang akan diolah dan

mengetahui sejauh mana kualitas baua TBS yang dihasilkan oleh pihak kebun.

Adapun kriteria sortasi adalah:

a. Buah mentah, TBS yang tidak membrondol sama sekali atau membrondol

kurang dari 1 brondolan/kg tandan

b. Buah matang, TBS membrondol lebih dari 1 brondolan/kg tandan sampai

membrondol 50% lebih.

c. Buah lewat matang, TBS yang membrondol 50 - 100% dari lapisan luar.

d. Tandan kosong, TBS dengan berondolan tinggal 5% dalam tandan atau

(42)

 

e. Tangkai panjang, tangkai buah sawit lebih dari 3 cm.

f. Tandan busuk, TBS dengan tangkai dan buah yang sudah menghitam dan

membusuk. Pembusukan disebabkan oleh jamur dan buah yang telah lama

dipanen tetapi tidak diangkut. Pembusukan ini dapat menyebabkan kadar

asam dan air yang tinggi serta rendemen minyak yang rendah.

g. Fruit Set tidak sempurna, buah yang kurang sempurna pembentukan brondolannya.

h. Parthenocarpic/Invertil, TBS yang proses pembentukan buahnya gagal. i. Buah keras/Hard Bunch, buah dimana proses membrondolnya buah sulit

sekali. Ini disebabkan faktor genetik dan pemilihan bibit yang tidak selektif.

Biasanya kadar air dalam buah ini sangat tinggi.

Kriteria TBS yang diterima PMKS Buatan Satu adalah sebagai berikut:

a. - TBS brondol alami 1:1 (1 kg TBS 1 brondolan)

- Warna kulit buah merah

- Warna daging buah merah jingga/pucat

b. - TBS brondol alami 1:1 (1 kg TBS 1 brondolan)

- Warna kulit buah kehitam hitaman

- Warna daging buah merah jingga/pucat

C. Loading Ramp

Loading ramp merupakan tempat penimbunan TBS sementara sebelum TBS masuk ke tangki perebusan. Loading ramp dilengkapi dengan peron sebagai tempat pemindahan TBS ke dalam lori rebusan. TBS yang datang sebaiknya

langsung diolah agar kualitas minyak yang dihasilkan terjaga. Semakin lama masa

penimbunan buah akan menyebabkan luka pada TBS yang akan menyebabkan

tingginya asam lemak bebas.

D. Lori TBS

Lori merupakan wadah untuk meletakkan TBS yang akan direbus di tangki

sterilizer. Jumlah lori yang ada pada pabrik ini adalah 141 buah dengan kapasitas 4.5 ton TBS. Lori berbentuk tabung horizontal dengan bagian atas terbuka yang

berfungsi untuk mempertinggi penetrasi uap pada buah dan penetesan air

(43)

Stasiun perebusan (Sterilizer Station). TBS yang sudah dimasukkan kedalam lori, dengan bantuan capstand ditarik dan dimasukkan ke dalam

sterilizer. Sterilizer merupakan bejana uap bertekanan yang dilengkapi dengan pipi uap masuk (inlet pipe), pipa uap keluar (exhaust pipe), pipa kondensat, plat pembagi uap (weir plate) dan safety valve. PMKS buatan satu memiliki 4 unit

sterilizer. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan steam dari back pressure vessel (BPV) ke inlet pipe. Sistem perebusan yang dilakukan adalah sistem perebusan tiga puncak (SPTP). Hal ini dilakukan agar buah sawit yang berada

pada tandan bagian dalam dapat terpipil dengan sempurna. Tujuan dari sterilisasi

adalah untuk

a. Menghancurkan enzim lipolitis (katalisator) pengurai minyak sawit menjadi asam lemak bebas dan gliserin

b. Mempermudah buah lepas dari tandan dan cangkang

c. Menulakkan daging buah sehingga mempermudah proses pemerasan dan

penjernihan minyak

d. Memudahkan pemisahan cangkang dengan inti

e. Mengendapkan zat lendir (bahan protein) yang bersifat emulsify sehingga

mempermudah pemisahan minyak dari air pada proses pemurnian minyak atau

clarification.

Stasiun penebahan (Threshing Station). Stasiun penebahan merupakan stasiun yang berfungsi untuk memisahkan brondolan buah dari tandan. Stasiun ini

terdiri dari beberapa peralatan yaitu

a. Tippler yaitu alat yang berfungsi untuk menuang buah masak dari lori TBS ke

bunch convenyor.

b. Bunch convenyor yaitu alat yang dugunakan sebagai alat transfer untuk mengatur buah masuk ke dalam thresher.

c. Thresher yaitu alat yang merupakan pemisah brondolan buah dari tandannya.

Thresher bekerja dengan cara berputar putar dengan putaran 23 rpm yang menyebabkan tandan buah rebus (TBR) terbanting pada dinding thresher. Buah yang telah lepas jatuh ke fruit under thresher convenyor dan diangkut dengan

Gambar

Tabel 7. Basis dan Premi Lebih Borong pada Afdeling IV
Tabel 8. Jenis Kesalahan dan Denda pada Pelaksanaan Potong Buah
Gambar 2. Aplikasi JJK pada areal pertanaman kelapa sawit
Gambar 3.  Kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah  (IPAL)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Antara yang jelas dapat diperhatikan adalah amalan-amalan berikut yang kini mula menjadi norma dalam kalangan masyarakat Islam di Malaysia iaitu, amalan menyalakan api

Menurut dari hasil penelitian dari (Aprilia, 2007) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan didapatkan hasil yang berpengaruh secara signifikan terhadap

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok.. Pertimbangan untuk nasihat lain •

Pada model ini, evaluasi pelatihan memiliki keterbatasan yaitu pertama, tidak dapat membandingkan kebutuhan pelatihan sesuai dengan dunia kerja dengan hasil pelatihan yang telah

Sedangkan sub masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah kemampuan guru merancang pembelajaran pada materi volume bangun ruang kubus dan balok dengan

Pada proses validasi yang dilakukan oleh peneliti, baik validasi kepada ahli materi, ahli media dan ahli desain, peneliti mendapatkan penilain dari ahli materi,

model direct instruction berbantuan animasi energy2d , siswa dapat mengganti konsepsi awal yang salah menjadi konsepsi yang benar dengan bantuan animasi

Penawaran publik sekuritas yang dibuat di Amerika Serikat akan dilakukan melalui prospektus yang diperoleh dari Perusahaan dan berisi keterangan rinci mengenai