• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji daya hasil 15 galur cabai IPB dan ketahanannya terhadap penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum Acutatum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji daya hasil 15 galur cabai IPB dan ketahanannya terhadap penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum Acutatum"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

UJI DAYA HASIL 15 GALUR CABAI IPB DAN

KETAHANANNYA TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA

YANG DISEBABKAN OLEH

Colletotrichum acutatum

Oleh :

LIA MARLIYANTI

A24070103

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

LIA MARLIYANTI. Uji Daya Hasil 15 Galur Cabai IPB dan Ketahanannya

terhadap Penyakit Antraknosa yang Disebabkan oleh Colletotrichum

acutatum. (Dibimbing oleh MUHAMAD SYUKUR).

Penelitian ini bertujuan menguji 15 galur cabai IPB untuk daya hasil dan

ketahanan terhadap penyakit antraknosa. Hipotesis yang diajukan yaitu terdapat

satu atau lebih galur cabai yang memiliki daya hasil yang lebih tinggi dan lebih

tahan terhadap penyakit antraknosa dibandingkan varietas pembanding.

Penelitian ini terbagi menjadi dua percobaan, yaitu uji daya hasil yang

dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB Dramaga, dan uji ketahanan

terhadap penyakit antraknosa yang dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan

Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian

IPB. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Juli 2011. Bahan tanaman

yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 galur cabai IPB yaitu IPB110005,

IPB120005, IPB001004, IPB002003, IPB002005, IPB002046, IPB015002,

IPB002001, IPB009002, IPB009003, IPB009004, IPB009015, IPB009019,

IPB015008, IPB019015, dan lima varietas pembanding, yaitu Tombak, Gelora,

Tit Super, Trisula, Lembang I. Bahan inokulum yang digunakan untuk uji

ketahanan terhadap penyakit antraknosa yaitu isolat Colletotrichum acutatum

PYK04 dan KDIS02. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini, baik di

lapangan maupun laboratorium menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap

Teracak (RKLT), faktor tunggal, dengan tiga ulangan. Pada uji ketahanan

terhadap penyakit antraknosa, dilakukan analisis gabungan dengan menggunakan

data kedua isolat yang digunakan. Pengamatan yang dilakukan meliputi

pengamatan karakter kualitatif dan karakter kuantitatif. Pengamatan yang

dilakukan pada uji ketahanan terhadap penyakit antraknosa meliputi pengamatan

kejadian penyakit (KP) dan diameter nekrosis.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa galur IPB019015,

IPB110005, IPB120005, IPB009019, IPB002046, dan IPB001004 memiliki daya

(3)

terhadap antraknosa menunjukkan ketahanan yang berbeda pada galur yang diuji

untuk kedua isolat yang digunakan. Galur IPB019015 memiliki ketahanan yang

lebih baik dibandingkan dengan varietas pembanding, untuk kedua isolat yang

(4)

UJI DAYA HASIL 15 GALUR CABAI IPB DAN

KETAHANANNYA TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA

YANG DISEBABKAN OLEH

Colletotrichum acutatum

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

LIA MARLIYANTI

A24070103

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul

:

UJI DAYA HASIL 15 GALUR CABAI IPB DAN

KETAHANANNYA

TERHADAP

PENYAKIT

ANTRAKNOSA

YANG

DISEBABKAN

OLEH

Colletotrichum acutatum

Nama

:

LIA MARLIYANTI

NIM

: A24070103

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Muhamad Syukur, SP. MSi

NIP : 19720102 200003 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr

NIP: 19611101 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 17 Februari

1989. Penulis merupakan anak ketiga dari Bapak Maman Surachman dan Ibu Lilis

Aliah.

Tahun 2001 penulis lulus dari SDN Pengadilan 2 Bogor, kemudian pada

tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMPN 2 Bogor. Selanjutnya penulis

lulus dari SMAN 3 Bogor pada tahun 2007. Penulis diterima di Institut Pertanian

Bogor pada tahun 2007 melalui jalur USMI di Program Studi Agronomi dan

Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Tahun 2008, penulis pernah mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Gentra Kaheman. Tahun 2009, penulis menjadi staf divisi Dokumentasi dan

Publikasi dalam Olimpiade Mahasiswa IPB. Tahun 2010, penulis menjadi staf

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan kekuatan dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan skripsi yang berjudul “Uji Daya Hasil 15 Galur Cabai IPB dan

Ketahanannya terhadap Penyakit Antraknosa yang Disebabkan oleh

Colletotrichum acutatum.” dengan baik.

Penelitian ini merupakan rangkaian dari perakitan cabai bersari bebas yang

dilakukan oleh tim pemuliaan cabai bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman,

Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Penelitian ini dilaksanakan di

Kebun Percobaan Leuwikopo dan Laboratorium Genetika dan Pemuliaan tanaman

Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Muhamad Syukur, SP, MSi dan Alm. Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, Ms.

selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan

arahan selama penelitian hingga skripsi ini disusun.

2. Dr. Rahmi Yunianti, SP, MSi dan Dr. Ir. Winarso Drajad Widodo, MS selaku

dosen penguji yang telah bersedia memberikan saran dan masukan dalam

penulisan skripsi ini.

3. H. Maman Surachman dan Hj. Lilis Aliah selaku orang tua penulis yang telah

melimpahkan kasih sayang dan dukungannya terhadap penulis.

4. Dr. Ir. Yudiwanti WE Kusumo, MS selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis melaksanakan studi

di IPB.

5. Vitria Puspitasari R SP, Tiara Yudilastari SP, Siti Marwiyah SP, S Andra

Mastaufan SP, Vicky Oktarina C, Nandya Imanda, Yessy, Ernila, yang telah

membantu penulis selama penelitian.

6. Undang SP dan Pak Darwa yang telah membantu pelaksanaan penelitian di

lapangan.

7. Annisa Rachmi A SP, Cutrisni SP, Ira Fauziah N, Hesti Paramita S, Halimah

(8)

Nissa AD, Reisa Astri K, Abdul Hakim SP dan teman-teman yang telah

membantu penulis selama penelitian hingga skripsi ini disusun.

Bogor, November 2011

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan ... 2

Hipotesis ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Botani dan Morfologi Cabai ... 3

Syarat Tumbuh Cabai ... 4

Antraknosa pada Cabai ... 5

Ketahanan terhadap Penyakit ... 6

Pemuliaan Tanaman Cabai ... 6

BAHAN DAN METODE ... 8

Tempat dan Waktu Penelitian ... 8

Bahan dan Alat ... 8

Metode Penelitian ... 9

Pelaksanaan Penelitian ... 10

Pengamatan ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

Kondisi Umum ... 17

Karakter Kuantitatif ... 18

Karakter Kualitatif ... 29

Ketahanan Terhadap Penyakit Antraknosa ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

Kesimpulan... 39

Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nama 15 Galur Cabai IPB dan Lima Varietas Pembanding ... 9

2. Kriteria Ketahanan terhadap Penyakit Antraknosa ... 16

3. Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Kuantitatif ... 19

4. Nilai Tengah Karakter Umur Berbunga dan Umur Berbuah 15 Galur

Cabai IPB dan 5 Varietas Pembanding... 20

5. Nilai Tengah Karakter Lebar Tajuk, Tinggi Tanaman, Tinggi Dikotomus dan Diameter Batang 15 Galur Cabai IPB dan 5 Varietas

Pembanding ... 22

6. Nilai Tengah Karakter Panjang Daun dan Lebar Daun 15 Galur Cabai

IPB dan 5 Varietas Pembanding ... 24

7. Nilai Tengah Karakter Kuantitatif Buah Cabai pada 15 Galur Cabai

IPB dan 5 Varietas Pembanding ... 25

8. Kadar Capsaicin 15 Galur Cabai IPB dan 5 Varietas Pembanding... 27

9. Nilai Tengah Karakter Produksi pada 15 Galur Cabai IPB dan 5

Varietas Pembanding ... 28

10.Karakter Bentuk Kanopi, Bentuk Batang, Warna Batang, Bentuk Daun, Warna Daun 15 Galur Cabai IPB dan 5 Varietas Pembanding ... 30

11.Karakter Warna Kelopak Bunga, Warna Mahkota Bunga, Warna Anther 15 Galur Cabai IPB dan 5 Varietas Pembanding ... 31

12.Karakter Bentuk Buah, Pemukaan Kulit Buah, Warna Buah Muda, Warna Buah Tua 15 Galur Cabai IPB dan 5 Varietas Pembanding ... 32

13.Kriteria Ketahanan 15 Galur Cabai IPB dan 5 Varietas Pembanding ... 34

14.Rekapitulasi Sidik Ragam Diameter Nekrosis ... 36

15.Rekapitulasi Sidik Ragam Analisis Gabungan pada Diameter Nekrosis 36

16.Nilai Tengah Diameter Nekrosis 15 Galur Cabai IPB dan 5 Varietas

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Bentuk Kanopi Tanaman ... 13

2. Bentuk Daun Cabai ... 14

3. Bentuk Buah Cabai ... 15

4. Nekrosis pada Buah Cabai yang Terserang ... 16

5. Pengamatan Diameter Nekrosis ... 16

6. Tanaman yang Terserang Penyakit ... 18

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Iklim Dramaga Bogor ... 43

2. Sidik Ragam Karakter Umur Berbunga ... 43

3. Sidik Ragam Karakter Umur Berbuah ... 43

4. Sidik Ragam Karakter Lebar Tajuk ... 43

5. Sidik Ragam Karakter Tinggi Tanaman ... 44

6. Sidik Ragam Karakter Tinggi Dikotomus ... 44

7. Sidik Ragam Karakter Diameter Batang ... 44

8. Sidik Ragam Karakter Panjang Daun ... 44

9. Sidik Ragam Karakter Lebar Daun ... 44

10.Sidik Ragam Karakter Bobot per Buah ... 45

11.Sidik Ragam Karakter Panjang Buah ... 45

12.Sidik Ragam Karakter Diameter Buah... 45

13.Sidik Ragam Karakter Tebal Daging Buah ... 45

14.Sidik Ragam Karakter Kadar Capsaicin ... 45

15.Sidik Ragam Karakter Jumlah Buah ... 46

16.Sidik Ragam Karakter Bobot Buah Total per Tanaman ... 46

17.Sidik Ragam Karakter Produktivitas ... 46

18.Sidik Ragam Karakter Diameter Nekrosis (PYK04) ... 46

19.Sidik Ragam Karakter Diameter Nekrosis (KDIS02) ... 46

20.Sidik Ragam Analisis Gabungan Karakter Diameter Nekrosis ... 47

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran semusim

yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Cabai memiliki beberapa manfaat, yaitu

dapat diolah sebagai penyedap makanan, sebagai penggunggah selera makan,

digunakan untuk terapi kesehatan dan obat-obatan, membantu kerja pencernaan

dalam tubuh, dan lain sebagainya. Salah satu kelebihan cabai adalah memiliki

daya adaptasi yang cukup tinggi. Cabai dapat dibudidayakan di dataran rendah,

dataran tinggi, lahan sawah atau lahan kering/tegalan (Sumarni, 1996).

Produksi cabai termasuk tinggi dibandingkan dengan komoditas sayuran

lainnya di Indonesia. Dari tahun ke tahun, produksi cabai di Indonesia mengalami

fluktuasi. Produksi cabai berfluktuasi dari tahun 2005-2010 berturut-turut yaitu

1 058 023 ton, 1 185 057 ton, 1 128 792 ton, 1 153 060 ton, 1 378 727 ton, dan

1 328 864 ton. Luas panen cabai pada tahun 2009 sebesar 233 904 ha, dan untuk

produktivitasnya 5.89 ton/ha. Tahun 2010, luas panen cabai meningkat menjadi

sebesar 237 105 ha, namun produktivitasnya menurun menjadi 5.60 ton/ha (BPS,

2011). Produktivitas cabai tersebut masih rendah, karena potensi produktivitas

cabai dapat mencapai 12 ton/ha (Duriat, 1996).

Benih bermutu dari varietas unggul merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi keberhasilan produksi, sehingga perakitan varietas unggul

diperlukan untuk meningkatkan produktivitas cabai (Syukur et al., 2010). Selain

hal tersebut, tanaman cabai banyak mendapat gangguan dari hama dan penyakit

sehingga menurunkan produktivitas cabai (Semangun, 2000). Antraknosa

merupakan penyakit utama yang menyerang cabai (Suryaningsih et al., 1996).

Antraknosa dapat menyebabkan kehilangan hasil sebesar 10-80% di musim hujan

dan 2-35% di musim kemarau (Widodo, 2007). Varietas cabai komersial yang

memiliki ketahanan terhadap antraknosa, umumnya berdaya hasil rendah dan

bentuk buahnya tidak disukai pasar (Syukur et al., 2009). Oleh karena itu,

diperlukan varietas unggul yang memiliki produktivitas dan ketahanan terhadap

(14)

Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan

Hortikultura IPB telah melakukan program perakitan varietas cabai yang unggul

sejak tahun 2003 (Mochamad, 2008). Pengujian terhadap calon varietas

merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan dalam proses pelepasan

varietas (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006). Dari hasil pengujian terhadap

calon varietas dapat diketahui produktivitas dan adaptabilitasnya. Calon varietas

yang diuji juga diharapkan memiliki ketahanan terhadap penyakit yang lebih baik

dibandingkan varietas yang beredar saat ini. Jika hasil pengujian dari calon

varietas dinyatakan memiliki keunggulan, maka varietas yang diuji dapat dilepas

dan menjadi varietas unggul yang baru.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menguji daya hasil dari 15 galur cabai IPB dengan lima varietas pembanding.

2. Menguji ketahanan terhadap penyakit antraknosa dari 15 galur cabai IPB

dengan lima varietas pembanding.

Hipotesis

1. Terdapat satu atau lebih galur cabai yang memiliki daya hasil lebih tinggi

dibandingkan varietas pembanding.

2. Terdapat satu atau lebih galur cabai yang memiliki ketahanan terhadap

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Morfologi Cabai

Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang

spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum

baccatum, Capsicum pubescens, Capsicum chinense, dan Capsicum frutescens

(Kusandriani, 1996). Kentang (Solanum tuberosum L.), terung (Solanum

melongena L.), takokak (Solanum torvum Swartz.) merupakan contoh tanaman

lain yang masih sekerabat dengan cabai.

Cabai merupakan tanaman herba yang tumbuh tegak dengan batang

berkayu dan cabang berjumlah banyak. Ketinggian tanaman cabai yaitu 50-150

cm dengan lebar tajuk tanaman sampai 90 cm. Struktur perakaran cabai diawali

dari akar tunggang yang sangat kuat yang bercabang-cabang ke samping dengan

akar-akar rambut (Kusandriani, 1996).

Daun cabai merupakan daun tunggal dan tipis dengan ukuran yang

bervariasi, biasanya berbentuk lanset atau bulat telur lebar (Rubatzky dan

Yamaguchi, 1999). Warna pada daun cabai berbeda-beda tergantung varietasnya,

biasanya berwarna hijau atau hijau tua (Kusandriani, 1996).

Bunga cabai mekar pada pagi hari ±2 jam sesudah matahari terbit dan

membukanya kurang dari satu hari (Ashari, 1995). Bunga cabai bersifat tunggal,

tumbuh pada ujung ruas, dan merupakan bunga lengkap karena memiliki kelopak,

mahkota, benang sari dan putik. Warna mahkota bunga berbeda-beda tergantung

varietasnya, ada yang berwarna putih, kuning terang, ungu, dan lainnya. Dalam

satu bunga terdapat satu putik dan lima sampai delapan helai benang sari. Kondisi

bunga yang hermaprodit tersebut memungkinkan cabai untuk melakukan

penyerbukan sendiri, walau tidak menutup kemungkinan terjadinya penyerbukan

silang. Posisi putik lah yang mempengaruhi penyerbukan, jika kepala putiknya

lebih tinggi dari kotak sari akan terjadi penyerbukan silang, sebaliknya jika posisi

putik lebih rendah dari kotak sari akan terjadi penyerbukan sendiri (Kusandriani,

1996).

Bentuk buah cabai bermacam-macam mulai dari memanjang, bulat,

(16)

semi-keriting, dan keriting. Buah cabai memiliki warna yang bervariasi dari hijau,

kuning, atau bahkan ungu ketika muda dan kemudian berubah menjadi merah,

jingga, kuning atau campuran warna ini, seiring dengan meningkatnya umur buah

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Rongga pada buah cabai berbeda-beda

tergantung varietasnya. Di dalam rongga buah terdapat placenta yaitu tempat

melekatnya biji, ukuran rongga buah berbeda tergantung ukuran buah

(Kusandriani, 1996).

Syarat Tumbuh Cabai

Tanaman cabai dapat ditanam di berbagai lahan, baik di lahan sawah

(basah), tegalan (kering), pinggir laut (dataran rendah), ataupun pegunungan

(dataran tinggi) (Duriat, 1996). Suhu yang diperlukan tanaman cabai agar dapat

tumbuh optimum yaitu 18oC - 27oC (Sumarni, 1996). Suhu yang terlalu tinggi

atau di atas 32°C dapat menurunkan produksi karena tepung sari tidak dapat

berfungsi. Curah hujan yang ideal untuk tanaman cabai yaitu berkisar antara 750 –

1 250 mm per tahun atau merata sepanjang tahun (Tani, 2008). Curah hujan yang

terlalu tinggi dapat menyebabkan tanaman cabai mudah terserang penyakit,

sedangkan curah hujan yang terlalu rendah dapat menghambat pertumbuhan buah.

Tanaman cabai dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, namun yang paling

baik jika ditanam di tanah lempung berpasir yang banyak mengandung unsur hara,

serta memiliki drainase dan aerasi yang baik. Derajat keasaman (pH) tanah yang

baik untuk tanaman ini antara 5-6. Keadaan pH tanah sangat penting karena erat

kaitannya dengan ketersediaan unsur hara dalam tanah (Sumarni, 1996).

Kekurangan unsur hara akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.

Untuk pertumbuhan yang optimal, tanaman cabai membutuhkan intesitas

cahaya matahari sekurang-kurangnya selama 10-12 jam untuk fotosintesis,

pembentukan bunga dan buah, serta pemasakan buah (Wiryanta, 2002).

Kekurangan sinar matahari dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman cabai

(17)

Antraknosa pada Cabai

Antraknosa pada cabai disebabkan oleh cendawan Colletotrichum spp.

Spesies utama dari genus Colletotrichum yang menyerang cabai adalah

Colletotrichum gloeosporioides, Colletotrichum acutatum, Colletotrichum

capsici, Colletotrichum dematium, dan Colletotrichum coccodes (Kim et al.,

1999). Di antara cendawan Colletotrichum spp, yang menyerang cabai,

Colletotrichum gloeosporioides memiliki kisaran inang yang luas pada tanaman

solanaceous dan berbagai biotipe lainnya, Colletotrichum acutatum telah

menyebabkan kerusakan yang parah pada buah di beberapa daerah tropis

(Cerkauskas, 2004).

Colletotrichum acutatum mempunyai miselium berwarna putih hingga

abu-abu. Warna koloni jika dibalik adalah oranye hingga merah muda atau dark

olive. Konidia berbentuk silindris dengan ujung runcing, berukuran

15.1 (12.8 – 16.9) x 4.8 (4.0 – 5.7) µm. Suhu optimum untuk berkembang biak

yaitu 28°C, dengan tingkat pertumbuhan sebesar 5.3 (4.0-6.0) mm/hari (AVRDC,

2004a).

Penyakit antraknosa menyerang hampir seluruh bagian tanaman, yaitu

pada daun, batang, buah muda, dan buah matang. Penyakit antraknosa dapat

menyerang pada seluruh fase pertumbuhan tanaman, bahkan pada saat pasca

panen. Gejala serangan antraknosa pada biji menimbulkan kegagalan

berkecambah, pada kecambah menimbulkan rebah kecambah, pada tanaman

dewasa menimbulkan mati pucuk, dan pada buah menyebabkan buah menjadi

busuk (Suryaningsih et al., 1996). Serangan antraknosa dapat berlanjut hingga

pasca panen jika kondisi penyimpanan tidak diatur dengan baik. Gejala yang

timbul pada buah yang terserang antraknosa yaitu timbulnya bercak-bercak yang

semakin lama akan semakin melebar hingga seluruh buah akan dipenuhi bercak

yang mengakibatkan buah akan mengerut dan mengering dengan warna

kehitaman (Setiadi, 2008).

Cendawan penyakit antraknosa dapat bertahan baik pada biji, sebagai

penyakit tular biji, pada sisa-sisa tanaman yang terinfeksi maupun pada inang

yang lain (Suryaningsih et al., 1996). Infeksi cendawan dapat terjadi pada suhu

(18)

kelembaban yang tinggi membuat infeksi cendawan pada cabai semakin parah,

bahkan pada cabai yang tahan sekalipun (AVRDC, 2004b). Jika cuaca kering,

hanya akan terbentuk bercak kecil yang tidak meluas (Semangun, 2000).

Ketahanan terhadap Penyakit

Setiap tanaman memiliki respon yang berbeda terhadap serangan patogen.

Terdapat tanaman yang tahan terhadap serangan patogen, namun ada pula yang

tidak tahan. Ketahanan terhadap penyakit dapat berlangsung dalam berbagai

tahapan infeksi, mulai dari tahap perkecambahan spora pada permukaan tubuh

inang sampai kolonisasi jaringan atau sampai reproduksi patogen pada permukaan

inang atau dalam tubuh inang (Yudiarti, 2007). Ketahanan penyakit

dikelompokkan menjadi ketahanan struktural dan ketahanan fungsional.

Ketahanan struktural merupakan ketahanan terhadap penyakit yang disebabkan

oleh struktur tanaman itu sendiri yang menyebabkan patogen tidak menyukai atau

tidak dapat melakukan invasi ke dalam tanaman tersebut, contohnya yaitu tebal

dan kerasnya lapisan epidermis, adanya lignin pada dinding sel, atau adanya

lapisan lilin pada permukaan buah. Ketahanan fungsional merupakan ketahanan

yang disebabkan oleh adanya reaksi biokimiawi tanaman sehingga perkembangan

patogen dapat terhambat, contohnya yaitu meningkatnya aktivitas enzim tertentu

atau terbentuknya senyawa toksik tertentu (Agrios, 1997).

Ketahanan genetik merupakan salah satu bentuk ketahanan yang juga

dimiliki oleh tanaman. Ketahanan genetik merupakan ketahanan tanaman yang

dibawa oleh keturunan, dan dapat diperoleh dari hasil persilangan antara tanaman

yang peka terhadap penyakit dengan tanaman yang tahan terhadap penyakit

(Yudiarti, 2007). Sifat ketahanan cabai dikontrol oleh sebagian besar gen tunggal

dominan atau gen tunggal resesif (Kallo, 1988)

Pemuliaan Tanaman Cabai

Pemuliaan tanaman merupakan suatu kegiatan untuk memperbaiki bentuk

atau sifat tanaman dengan cara merubah susunan genetiknya sehingga sesuai

dengan apa yang diharapkan pemulia. Tujuan dari pemuliaan tanaman umumnya

(19)

terhadap hama dan penyakit tertentu, perbaikan sifat-sifat hortikultura, serta

perbaikan terhadap kemampuan untuk mengatasi cekaman lingkungan tertentu

(Kusandriani dan Permadi, 1996). Kegiatan pemuliaan tanaman diawali dengan

melakukan koleksi berbagai galur tanaman sebagai sumber plasma nutfah yang

nantinya akan diidentifikasi dah dikarakterisasi. Beberapa plasma nutfah dipilih

sebagai tetua berdasarkan hasil identifikasi dah karakterisasi, kemudian dijadikan

bahan persilangan (hibridisasi) atau langsung diseleksi dengan menggunakan

metode pemuliaan yang tepat. Tahap selanjutnya yaitu evaluasi terhadap hasil

pemuliaan tersebut sebelum kultivar dilepas (Sujiprihati et al., 2008).

Cabai termasuk dalam tanaman yang kebanyakan melakukan penyerbukan

sendiri, sehingga metode pemuliaanya disesuaikan dengan metode-metode yang

berlaku umum bagi tanaman menyerbuk sendiri. Metode yang paling banyak

digunakan adalah galur murni, seleksi massa, pedigree, Bulk-population, dan

silang balik (back cross) (Allard, 1960). Meskipun demikian, tanaman cabai dapat

melakukan pernyerbukan silang tergantung dari morfologi bunganya. Melakukan

isolasi terhadap bunga merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

(20)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini terbagi menjadi dua percobaan, yaitu uji daya hasil yang

dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB Dramaga, dan uji ketahanan

terhadap penyakit antraknosa yang dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan

Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian

IPB. Lokasi Kebun Percobaan Leuwikopo IPB Dramaga terletak pada ketinggian

250 m di atas permukaan laut. Penelitian dimulai pada bulan Januari dan berakhir

pada bulan Juli 2011.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 galur cabai

IPB dan lima varietas pembanding. Galur cabai yang diuji merupakan galur lanjut

hasil pemuliaan Tim Pemuliaan Cabai Departemen Agronomi dan Hortikultura

IPB. Jenis cabai yang digunakan terbagi dalam tiga golongan, yaitu cabai besar,

cabai semi keriting, dan cabai keriting. Galur cabai golongan semi keriting

dibandingkan dengan varietas pembanding golongan cabai keriting dan cabai

besar. Daftar cabai yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 1.

Bahan inokulum yang digunakan yaitu isolat Colletotrichum acutatum

PYK04 yang berasal dari Payakumbuh dan KDIS02 yang berasal dari Kediri.

Bahan lain yang digunakan adalah media semai, pupuk kandang, NPK mutiara

(10 g/l), Gandasil D (1-3 g/l), urea (400 kg/ha), SP-36 (300 kg/ha), KCl (300

kg/ha), furadan 3G (1-2 g/tanaman), Curacron (2 ml/l), Dithane M-45 (3-6 g/l),

Kelthane (2 ml/l), Antracol (1-2 g/l), media Potato Dextrose Agar (PDA),

alkohol, aquades, wrapping plastic, kain saring, dan tissue. Alat yang digunakan

adalah tray semai, ajir, cangkul, koret, ember, meteran, timbangan, jangka sorong,

alat tulis, laminar air flow cabinet, gelas L, gelas kimia, gelas ukur,

(21)

Tabel 1. Nama 15 Galur Cabai IPB dan Lima Varietas Pembanding

Genotipe Asal Golongan

IPB110005 F4110005 -91 -4 Cabai Semi keriting

IPB120005 F4120005 -5 -15b Cabai Semi keriting

IPB001004 F7001004 -5 -1 Cabai Besar

IPB002003 F7002003 -6 -15 Cabai Besar

IPB002005 F7002005 -2 -9 -12 Cabai Besar

IPB002046 F7002046 -2 -20 Cabai Besar

IPB015002 F7015002 -8 -6 Cabai Besar

IPB002001 F8002001 -4 -9 Cabai Besar

IPB009002 F8009002 -1 -13 Cabai Besar

IPB009003 F8009003 -5 -11 Cabai Besar

IPB009004 F8009004 -3 -13 Cabai Besar

IPB009015 F8009015 -4 -6 Cabai Besar

IPB009019 F8009019 -13 -12 Cabai Besar

IPB015008 F8015008 -5 -13 Cabai Besar

IPB019015 F8019015 -1 -14 Cabai Besar

Gelora PT. Sinar Bumi Cabai Besar

Tit Super East West Seed Cabai Besar

Tombak PT. Tanindo Subur Prima Cabai Besar

Trisula UD. Ridwan Tani Cabai Besar

Lembang I Balitsa Lembang Cabai Keriting

Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini, baik uji daya hasil maupun

uji ketahanan terhadap penyakit antraknosa menggunakan Rancangan Kelompok

Lengkap Teracak (RKLT), faktor tunggal. Terdapat 20 perlakuan (15 galur cabai

IPB dan lima varietas pembanding) dan tiga ulangan sehingga terdapat 60 satuan

percobaan. Model aditif linear percobaan yang digunakan adalah :

Yij= µ + αi+ βj+ εij

i = 1, 2, 3, …….. 20; j = 1, 2, dan 3

keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan pada galur ke-i dan ulangan ke-j

µ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh galur ke-i βj = Pengaruh ulangan ke-j

(22)

Data yang diperoleh diuji menggunakan analisis ragam. Jika hasil

pengujian menunjukkan pengaruh yang nyata, maka akan dilakukan uji beda nilai

tengah dengan menggunakan Uji Dunnett pada taraf 5%.

Pada peubah diameter nekrosis untuk pengujian ketahanan terhadap

penyakit antraknosa, dilakukan analisis gabungan dengan menggunakan data

kedua isolat yang digunakan. Uji Barlett dilakukan untuk melihat kehomogenan

pada kedua isolat, kemudian dilakukan analisis gabungan untuk mengetahui

pengaruh isolat pada pengujian ketahanan terhadap penyakit antraknosa. Terdapat

20 perlakuan (15 galur cabai IPB dan lima varietas pembanding) dan tiga ulangan

untuk masing-masing isolat yang digunakan. Model aditif linear percobaan yang

digunakan adalah :

Yijk= µ + Ik + τi + βj/k+ (Iτ)ki + εijk

i = 1, 2, 3, …….. 20; j = 1, 2, dan 3; k = 1,2 keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan pada galur ke-i, ulangan ke-j dan isolat ke-k

µ = Nilai tengah umum

Ik = Pengaruh isolat ke-k τi = Pengaruh galur ke-i

βj/k = Pengaruh ulangan ke-j dalam isolat ke-k

(Iτ)ki = Pengaruh interaksi isolat ke-k dengan galur ke-i

εijk = Pengaruh galat percobaan pada galur ke-i, ulangan ke-j, dan isolat

ke-k

Pelaksanaan Penelitian

Uji Daya Hasil

Penanaman

Benih cabai disemai sebanyak 2 benih per lubang pada tray yang telah

diisi dengan media tanam. Penyiraman pada persemaian dilakukan setiap hari.

Pemupukan NPK mutiara 10 g/l dan Gandasil D 1-3 g/l dilakukan setiap minggu.

Bibit cabai yang terserang hama dan penyakit disemprot dengan menggunakan

pestisida. Bibit cabai yang telah berumur 8 Minggu Setelah Semai (MSS)

dipindah ke lapangan.

Lahan yang akan ditanami diberi pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha pada

dua minggu sebelum tanam, kemudian dilakukan pengolahan lahan agar

(23)

m, tinggi 30 cm, dan jarak antar bedeng 50 cm. Satu minggu sebelum tanam,

lahan diberi pupuk urea (400 kg/ha), KCl (300 kg/ha), dan SP-36 (300 kg/ha).

Bedengan kemudian ditutup dengan mulsa plastik hitam perak. Jarak tanam yang

digunakan yaitu 50 cm x 50 cm, sehingga satu bedeng terdapat 20 tanaman.

Bibit cabai yang telah siap kemudian dipindahkan ke lapang. Furadan 3G

dengan dosis 1-2 g/tanaman diberikan pada lubang tanam sebelum bibit

dipindahkan. Bibit yang telah ditanam diikat pada ajir yang telah ditancapkan

sebelumnya dengan menggunakan tali rafia.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman cabai yang dilakukan yaitu penyiraman,

penyulaman, pewiwilan, penyiangan gulma, pemupukan, pengendalian hama dan

penyakit. Penyiraman dilakukan jika tidak terdapat hujan. Penyulaman dilakukan

maksimal seminggu setelah bibit ditanam ke lapang. Pewiwilan merupakan

kegiatan pembuangan tunas air yang akan menganggu pertumbuhan tanaman.

Penyiangan gulma dilakukan rutin secara manual. Pemupukan dilakukan dengan

menggunakan NPK mutiara (10 g/l), diaplikasikan dalam bentuk cair dengan

dosis 250 ml/tanaman. Pemupukan dilakukan setiap seminggu sekali.

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara terpadu. Penyemprotan

pestisida dilakukan seminggu sekali.

Uji Ketahanan terhadap Penyakit Antraknosa

Pra Inokulasi

Perbanyakan inokulum dilakukan pada media PDA yang terbuat dari

kentang, agar-agar, dextrose, dan air. Kentang sebanyak 200 g dikupas kulitnya

lalu dipotong menjadi dadu. Kentang tersebut direbus, disaring, kemudian diambil

airnya. Agar-agar dan dextrose masing-masing sebanyak 10 g direbus dengan 1

liter air rebusan kentang yang telah disaring tersebut. Pembuatan isolat dilakukan

dengan membiakkan potongan dari konidia (biakan murni) pada media PDA

dalam cawan petri, yang disimpan dengan intensitas cahaya 16 jam/hari selama 7

hari. Konidia dipanen dengan memasukkan air 7 ml ke dalam cawan lalu

(24)

dengan menggunakan kertas saring. Konidia cendawan dihitung dengan

menggunakan mikroskop dan haemocytometer. Kepadatan inokulum yang

dibutuhkan yaitu 5 x 105 konidia/ml (AVRDC, 2004c).

Inokulasi

Buah cabai yang akan diinokulasi, dicuci terlebih dahulu dan dikering

anginkan. Inokulasi dilakukan dengan menyuntikkan 2µl inokulum cendawan

isolat Colletotrichum acutatum yang berupa suspensi konidia ke dalam buah cabai

hijau tua yang belum matang. Inokulum disuntikkan sebanyak 2 suntikan pada

daerah yang berbeda, untuk buah yang berukuran < 4 cm hanya 1 suntikan per

buah. Buah cabai tersebut kemudian disimpan di atas kasa kawat di dalam bak

plastik yang telah yang telah disterilisasi dan dialasi dengan tissue basah. Bak

plastik tersebut kemudian dibungkus dengan plastik agar kelembabannya terjaga.

Pengamatan

Pengamatan pada Uji Daya Hasil

Pengamatan dilakukan pada 12 tanaman contoh pada setiap ulangan.

Karakter yang diamati pada penelitian ini yaitu karakter kuantitatif dan kualitatif.

Karakter yang diamati berdasarkan descriptor cabai Internasional Plant Genetic

Research Institute Chili Descriptor (IPGRI, 1995), yang telah disesuaikan dengan

keperluan untuk pelepasan varietas.

Karakter kuantitatif yang diamati :

1. Umur berbunga (HST), diukur jumlah hari mulai dari waktu pindah tanam

sampai 50% populasi tanaman dalam bendengan telah berbunga.

2. Umur berbuah (HST), diukur jumlah hari mulai dari waktu pindah tanam

sampai 50% tanaman dalam bedengan telah berbuah.

3. Lebar tajuk (cm), diukur pada tajuk terlebar, setelah panen kedua.

4. Tinggi tanaman (cm), diukur dari pangkal batang sampai pucuk, setelah

panen pertama.

5. Tinggi dikotomus (cm), diukur dari pangkal batang sampai cabang

dikotomus, setelah panen kedua.

(25)

setelah panen pertama.

7. Ukuran daun (cm) terdiri dari panjang daun (cm) dan lebar daun (cm),

diukur dari daun pada percabangan ketiga setelah panen pertama.

8. Diameter buah (mm), bagian pangkal dari 10 buah segar setelah panen

kedua.

9. Panjang buah (cm), diukur dari pangkal hingga ujung buah dari 10 buah

segar setelah panen kedua.

10.Tebal daging buah (mm), diukur pada titik tertebal dari 10 buah segar

setelah panen kedua.

11.Jumlah buah per tanaman.

12.Bobot per buah (g), rata-rata bobot 10 buah setelah panen kedua.

13.Bobot buah total per tanaman (g), ditimbang buah yang ada selama panen.

14.Produktivitas (ton/ha) :

%

x Bobot Buah per Tanaman

15.Kadar capsaicin (ppm).

Karakter kualitatif yang diamati :

1. Bentuk kanopi : menyebar, kompak, tegak. Karakter diamati setelah panen

pertama.

(26)

2. Bentuk daun : delta, oval, lanset. Karakter diamati setelah panen pertama.

Gambar 2. Bentuk Daun Cabai. 1) Delta, 2) Oval, 3) Lanset

3. Warna daun : hijau muda, hijau, hijau tua. Karakter diamati ketika tanaman

sudah dewasa.

4. Bentuk batang : bulat, bersudut, pipih. Karakter diamati setelah panen

pertama.

5. Warna batang : hijau, hijau dengan garis ungu, ungu, dan lainnya. Karakter

diamati saat pembibitan.

6. Warna kelopak bunga : hijau muda, hijau, hijau tua. Karakter diamati saat

antesis.

7. Warna mahkota bunga : putih, kuning terang, kuning, ungu dengan dasar

putih, putih dengan dasar ungu, putih dengan pinggiran ungu, ungu, dan

lainnya. Karakter diamati setelah bunga pertama membuka sempurna.

8. Warna anther : putih, kuning, hijau, biru, ungu, ungu muda. Karakter

diamati setelah bunga mekar.

9. Permukaan kulit buah : halus, semi-keriting, keriting. Karakter diamati

setelah panen ke-2

10.Bentuk buah : memanjang, bulat, segitiga, campanulate, blocky. Karakter

(27)

Gambar 3. Bentuk Buah Cabai. 1) Memanjang, 2) Bulat, 3) Segitiga, 4) Campanulate, 5) Blocky

11.Warna buah muda : hijau cerah, hijau, hijau gelap. Karakter diamati ketika

buah masih muda.

12.Warna buah tua : merah cerah, merah, merah gelap. Karakter diamati ketika

buah telah mencapai kematangan.

Peubah Ketahanan terhadap Penyakit Antraknosa

Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan kejadian penyakit (KP)

dan diameter nekrosis.

1. Kejadian penyakit (KP) dihitung pada hari ke-5 setelah inokulasi, dengan

mengamati adanya bercak (nekrosis) pada buah yang terkena serangan.

Pengamatan dilakukan pada 20 buah cabai yang telah diinokulasi pada setiap

ulangan. Nekrosis pada buah cabai yang terserang dapat dilihat pada

Gambar 4. Buah dianggap terserang jika diameter nekrosis ≥ 4 mm. Kejadian

(28)

KP = x 100%

Keterangan : KP = Kejadian penyakit

n = Jumlah buah yang terserang N = Jumlah buah total

Gambar 4. Nekrosis pada Buah Cabai yang Terserang

Kriteria ketahanan terhadap antraknosa ditentukan berdasarkan kejadian

penyakit yang telah dihitung pada setiap genotif, kemudian menggunakan

metode Yoon yang dimodifikasi Syukur (2007) yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria Ketahanan terhadap Penyakit Antraknosa

Persentase Skor Kriteria ketahanan

0≤KP≤10 1 Sangat tahan

10<KP≤20 2 Tahan

20<KP≤40 3 Moderat

40<KP≤70 4 Rentan

KP>70 5 Sangant rentan

2. Diameter nekrosis diukur berdasarkan diameter terlebar pada hari ke-7 setelah

inokulasi. Pengamatan dilakukan pada 20 buah cabai yang telah diinokulasi

pada setiap ulangan.

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Uji Daya Hasil

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2011 di

Kebun Percobaan Leuwikopo IPB Dramaga Bogor. Penyemaian benih dilakukan

pada akhir bulan Januari, kemudian dilakukan pemindahan bibit ke lapang pada

akhir Maret. Umur bibit saat dipindahkan ke lapang yaitu 8 MSS. Pertumbuhan

bibit cukup lambat dan tidak seragam di persemaian. Hal tersebut mengakibatkan

bibit yang dipindahkan ke lapang memiliki ukuran yang tidak seragam.

Data iklim di lokasi penelitian didapatkan dari Stasiun Klimatologi

Dramaga Bogor. Selama penelitian berlangsung, curah hujan berkisar antara

140-361.7 mm, suhu berkisar antara 25.7-26.1°C dan kelembaban berkisar antara

77- 84% (Lampiran 1). Tanaman dapat beradaptasi cukup baik dengan kondisi

lingkungan saat awal penanaman di lapang. Suhu tidak terlalu tinggi dan curah

hujan cukup, sehingga tidak banyak tanaman yang mati. Ketidakseragaman bibit

yang dipindahkan ke lapang menyebabkan tanaman yang berukuran lebih kecil

tidak dapat beradaptasi dengan cukup baik. Posisi tanaman yang berukuran kecil

lebih dekat dengan mulsa, sehingga tanaman akan layu pada saat suhu sedang

tinggi, dan kemudian tanaman tersebut akan mati.

Hama yang menyerang pertanaman antara lain belalang, ulat grayak

(Spodoptera litura F.) thrips (Thrips sp.), kutu daun (Myzuz persicae), dan lalat

buah (Dacus dorsalis). Serangan belalang pada awal penanaman cukup banyak

namun masih dengan intensitas serangan yang tidak parah. Hama thrips dan kutu

daun menyerang tanaman baik saat di pembibitan maupun saat di lapangan.

Serangan lalat buah pada tanaman tidak terlalu parah.

Penyakit yang menyerang pertanaman antara lain layu fusarium (Fusarium

oxysporum), antraknosa (Colletotrichum spp), dan penyakit kuning (Gemini

Virus) dapat dilihat pada Gambar 4. Penyakit layu fusarium ini cukup banyak

menyerang tanaman, dengan gejala melayunya daun-daun bagian bawah menjalar

(30)

1996). Penyakit antraknosa cukup banyak menyerang buah pada saat mendekati

panen akhir. Penyakit antraknosa menyerang baik pada buah muda maupun buah

matang. Serangan penyakit kuning tidak terlalu banyak.

Gambar 6. Tanaman yang Terserang Penyakit. A. Penyakit Kuning, B. Layu Fusarium, C. Antraknosa

Uji Ketahanan terhadap Penyakit Antraknosa

Penelitian uji ketahanan terhadap penyakit antraknosa dilaksanakan di

Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan

Hortikultura Fakultas Pertanian IPB. Secara umum, tidak terdapat kendala yang

cukup serius selama penelitian berlangsung. Jumlah isolat yang tersedia

mencukupi untuk kebutuhan penelitian. Kendala yang terjadi yaitu pada saat

inokulasi, umur isolat masih muda sehingga jumlah konidia tidak memenuhi

syarat minimum. Kondisi tersebut dapat diatasi dengan memakai lebih dari satu

biakan konidia hingga kepadatan inokulum yang dibutuhkan memenuhi syarat

yaitu sebanyak 5 x 105 konidia/ml.

Karakter Kuantitatif

Karakter kuantitatif yang diamati yaitu umur berbunga, umur berbuah,

lebar tajuk, tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, panjang daun,

lebar daun, bobot per buah, panjang buah, diameter buah, tebal daging buah,

kadar capsaicin, jumlah buah per tanaman, bobot buah total per tanaman dan

produktivitas. Seluruh karakter kuantitatif yang diamati pada masing-masing galur

dan varietas pembanding dapat dilihat pada Lampiran 21.

(31)

Rekapitulasi sidik ragam karakter kuantitatif disarikan dari Lampiran 2-17.

Hasil rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan genotipe

berpengaruh sangat nyata terhadap hampir seluruh peubah yang diamati kecuali

tebal daging buah. Perlakuan genotipe berpengaruh nyata terhadap peubah tebal

daging buah (Tabel 3).

Nilai koefisien keragaman (KK) terendah yaitu pada karakter kadar

capsaicin sebesar 2.50%, sedangkan untuk KK tertinggi yaitu pada karakter bobot

buah total dan produktivitas yaitu sebesar 18.72% (Tabel 3). Gomez dan Gomez

(1995) menyatakan bahwa nilai KK menunjukkan tingkat ketepatan dengan

perlakuan yang diperbandingkan, dan merupakan indeks yang baik dari keadaan

percobaan. Semakin tinggi nilai KK dari sebuah percobaan, maka tingkat.

[image:31.595.107.506.372.617.2]

validasinya semakin rendah.

Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Kuantitatif

No. Peubah Kuadrat Tengah KK (%)

1 Umur Berbunga 22. 70** 6.42

2 Umur Berbuah 71. 00** 4.29

3 Lebar Tajuk 182. 07** 7.20

4 Tinggi Tanaman 487. 85** 9.80

5 Tinggi Dikotomus 47. 44** 5.62

6 Diameter Batang 2. 14** 6.22

7 Panjang Daun 3. 46** 5.64

8 Lebar Daun 0. 85** 7.31

9 Bobot per Buah 37. 34** 9.18

10 Panjang Buah 12. 88** 6.36

11 Diameter Buah 30. 45** 7.14

12 Tebal Daging Buah 0. 25* 18.54

13 Kadar Capsaicin 241081. 70** 2.50

14 Jumlah buah 1407. 03** 14.75

15 Bobot Buah Total 46794. 76** 18.72

16 Produktivitas 47. 92** 18.72

Keterangan : * berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** berpengaruh nyata pada taraf 1%

Umur Berbunga dan Umur Berbuah

Pembungaan biasanya dimulai antara 1 dan 2 bulan setelah tanam, dengan

buah mencapai ukuran yang diinginkan atau ukuran penuh sekitar 1 bulan setelah

(32)

berkisar antara 24 - 31.67 HST. Galur IPB002001 memiliki umur berbunga lebih

cepat dibandingkan Tombak, namun tidak berbeda dengan Gelora, Tit super,

Trisula dan Lembang I. Galur IPB009003 memiliki umur berbunga lebih lama

dibandingkan Gelora, Tit Super, Trisula, dan Lembang I, namun tidak berbeda

dengan Tombak. Galur IPB120005 memiliki umur berbunga lebih cepat

dibandingkan dengan varietas Tombak dan Lembang I. Umur berbunga pada

galur IPB001004, IPB002003, IPB002005, IPB002046, IPB015002, dan

IPB009004 tidak berbeda dengan Gelora, Tit Super, Trisula, dan Lembang I

(Tabel 4).

Tabel 4. Nilai Tengah Karakter Umur Berbunga dan Umur Berbuah 15 Galur Cabai IPB dan 5 Varietas Pembanding

Genotipe Umur Berbunga

(HST)

Umur Berbuah (HST)

IPB110005 31. 33abd 77. 67b

IPB120005 26. 33bc 76. 67bc

IPB001004 25. 00c 72. 00ce

IPB002003 25. 67c 71. 33ce

IPB002005 25. 67c 71. 00ce

IPB002046 24. 67c 73. 00bc

IPB015002 25. 67c 69. 00ce

IPB002001 24. 00c 72. 00ce

IPB009002 27. 33bc 75. 00bc

IPB009003 31. 67abde 79. 67ab

IPB009004 25. 33c 70. 00ce

IPB009015 28. 00ab 69. 00ce

IPB009019 26. 67bc 72. 00ce

IPB015008 29. 33abd 75. 00bc

IPB019015 28. 67abd 80. 00abd

Gelora 23. 67 71. 00

Tit Super 21. 67 64. 33

Tombak 31. 67 84. 67

Trisula 24. 33 72. 00

Lembang I 27. 33 80. 67

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf a, b, c, d dan e berturut-turut berbeda nyata dengan Gelora, Tit Super, Tombak, Trisula dan Lembang I berdasarkan uji Dunnett taraf 5%

Tanaman cabai di dataran rendah dapat mulai dipanen pada umur 70-75

hari setelah tanam (HST) (Hartuti, 1996). Umur berbuah pada galur yang diuji

(33)

berbuah lebih cepat dibandingkan Tombak dan Lembang I, namun tidak berbeda

dengan Gelora, Tit Super dan Trisula. Galur IPB019015 memiliki umur berbuah

lebih lama dibandingkan Gelora, Tit Super, dan Trisula, namun tidak berbeda

dengan Tombak dan Lembang I. Galur IPB120005 memiliki umur berbuah lebih

cepat dibandingkan Tombak dan Lembang I. Umur berbuah pada galur

IPB001004, IPB002003, IPB002005, IPB002001, IPB009004 dan IPB009019

tidak berbeda dengan Gelora, Tit Super, dan Trisula (Tabel 4).

Lebar Tajuk, Tinggi Tanaman, Tinggi Dikotomus dan Diameter Batang

Lebar tajuk pada galur yang diuji berkisar antara 85.71 – 108.10 cm. Galur

IPB015002 memiliki lebar tajuk lebih kecil dibandingkan Tombak, namun tidak

berbeda dengan Gelora, Tit Super, Trisula dan Lembang I. Galur IPB009019

memiliki tajuk lebih lebar dibandingkan Gelora dan Tit Super, namun tidak

berbeda dengan Tombak, Trisula, dan Lembang I. Lebar tajuk galur IPB110005

dan IPB120005 lebih lebar dibandingkan dengan Gelora, Tit Super, dan Trisula,

namun tidak berbeda dengan Lembang I. Lebar tajuk galur IPB001004,

IPB002005, IPB002001, IPB009002, IPB009003, IPB009004 dan IPB009015

tidak berbeda dengan Gelora, Tit Super, Trisula, dan Lembang I (Tabel 5).

Tanaman yang memiliki tajuk yang lebar akan menyebabkan tanaman saling

menaungi jika ditanam pada jarak tanam yang umum digunakan. Tanaman yang

saling menaungi akan menyebabkan adanya bagian tanaman yang tidak terkena

sinar matahari dan dapat meningkatkan kelembaban. Meningkatnya kelembaban

dapat menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit terutama yang disebabkan

oleh cendawan.

Tanaman galur IPB015008 lebih tinggi dibandingkan dengan Gelora, Tit

Super, Trisula dan Lembang I, namun tidak berbeda dengan Tombak. Tanaman

galur IPB015002 lebih pendek dibandingkan dengan Tombak dan Lembang I,

namun tidak berbeda dengan Gelora, Tit Super, dan Trisula. Tinggi tanaman pada

galur IPB110005 lebih tinggi dibandingkan dengan Gelora, Tit Super, Trisula dan

Lembang I. Tinggi tanaman pada galur IPB001004, IPB009002, IPB009003,

IPB009004 dan IPB019015 tidak berbeda dengan Gelora, Tombak, Trisula, dan

(34)

mudah terkena percikan air dari tanah karena posisinya yang rendah. Percikan air

dari tanah merupakan salah satu sumber penyakit, karena dapat membawa

cendawan. Menurut Cerkauskas (2004), buah yang berada di dekat permukaan

tanah dapat terinfeksi oleh cendawan Colletotrichum spp yang terbawa oleh

percikan air hujan.

Tabel 5. Nilai Tengah Karakter Lebar Tajuk, Tinggi Tanaman, Tinggi Dikotomus dan Diameter Batang 15 Galur Cabai IPB dan 5 Varietas Pembanding

Genotipe Lebar Tajuk (cm) Tinggi Tanaman (cm) Tinggi Dikotomus (cm) Diameter Batang (mm)

IPB110005 99. 67a 79. 03bd 23. 91bcd 11. 36c

IPB120005 96. 96a 64. 73b 22. 60bcd 10. 89c

IPB001004 94. 15c 66. 31b 22. 97bcd 10. 56cd

IPB002003 98. 25a 81. 17abd 23. 35bcd 11. 35c

IPB002005 91. 67c 63. 39bc 24. 10bcd 10. 72c

IPB002046 97. 90a 59. 30c 19. 58cde 11. 79

IPB015002 85. 71c 50. 05ce 19. 49cde 10. 32cd

IPB002001 91. 12c 52. 69ce 17. 55ace 10. 61cd

IPB009002 94. 60c 66. 80b 22. 58bcd 10. 50cd

IPB009003 91. 17c 67. 11b 27. 88abde 10. 88c

IPB009004 89. 58c 71. 60b 26. 32abcd 10. 74c

IPB009015 85. 72c 81. 40abd 26. 96abcd 12. 69be

IPB009019 108. 10ab 87. 11abd 25. 42bcd 11. 80

IPB015008 98. 39a 94. 19abde 27. 36abde 10. 62cd

IPB019015 100. 01a 65. 89b 17. 82ace 12. 06e

Gelora 79. 33 63. 44 22. 63 11. 71

Tit Super 86. 12 44. 17 17. 18 10. 52

Tombak 112. 18 80. 73 30. 49 13. 12

Trisula 96. 24 58. 70 15. 87 12. 42

Lembang I 101. 00 74. 94 24. 12 10. 24

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf a, b, c, d dan e berturut-turut berbeda nyata dengan Gelora, Tit Super, Tombak, Trisula dan Lembang I berdasarkan uji Dunnett taraf 5%

Tinggi dikotomus pada galur yang diuji berkisar antara 17.55 – 27.88 cm.

Galur IPB002001 memiliki tinggi dikotomus lebih rendah dibandingkan Gelora,

Tombak, dan Lembang I, namun tidak berbeda dengan Tit Super dan Trisula.

Galur IPB009003 memiliki tinggi dikotomus lebih tinggi dibandingkan Gelora,

Tit Super, Trisula dan Lembang I, namun tidak lebih tinggi dibandingkan dengan

[image:34.595.104.517.254.591.2]
(35)

dengan Gelora, Tit Super dan Trisula. Tinggi dikotomus pada galur IPB001004,

IPB002003, IPB002005, IPB009002, dan IPB009019 tidak berbeda dengan

Gelora dan Lembang I (Tabel 5).

Diameter batang pada galur yang diuji berkisar antara 10.32 – 12.69 mm.

Galur IPB009015 memiliki diameter batang lebih besar dibandingkan dengan Tit

Super dan Lembang I, namun tidak berbeda dengan Gelora, Tombak dan Trisula.

Galur IPB015002 memiliki diameter batang lebih kecil dibandingkan dengan

Tombak, dan Trisula, namun tidak berbeda dengan Gelora, Tit Super dan

Lembang I. Diameter batang pada galur IPB110005 lebih besar dibandingkan Tit

Super dan Lembang I, namun tidak berbeda dengan Gelora dan Trisula. Diameter

batang pada galur IPB002046 dan IPB009019 tidak berbeda dengan seluruh

varietas pembanding (Tabel 5).

Panjang Daun dan Lebar Daun

Ukuran daun terdiri dari panjang dan lebar daun. Panjang daun pada galur

yang diuji berkisar antara 8.91 – 12.21 cm. Galur IPB002001 memiliki panjang

daun lebih kecil dibandingkan dengan Gelora dan Tombak, namun tidak berbeda

dengan Tit Super, Trisula, dan Lembang I. Galur IPB009004 memiliki panjang

daun lebih besar dibandingkan dengan Gelora, Tit Super, Trisula, dan Lembang I,

namun tidak lebih besar dibandingkan dengan Tombak. Panjang daun pada galur

IPB110005 lebih besar dibandingkan dengan Gelora, Tit Super, Trisula dan

Lembang I, namun tidak berbeda dengan Tombak. Panjang daun pada galur

IPB002005, IPB009002, IPB009003, dan IPB015008 tidak berbeda dengan

Gelora, Trisula dan Lembang I (Tabel 6).

Lebar daun pada galur yang diuji berkisar antara 3.03 – 4.31 cm. Galur

IPB002046 memiliki lebar daun lebih kecil dibandingkan dengan Tombak, namun

tidak berbeda dengan Gelora, Tit Super, Trisula, dan Lembang I. Galur

IPB009004 memiliki lebar daun lebih besar dibandingkan dengan Gelora, Tit

Super, Trisula dan Lembang I, namun tidak berbeda dengan Tombak. Lebar

daun pada galur IPB110005 lebih besar dibandingkan dengan Gelora, Tit Super,

(36)

IPB002005, IPB015002, IPB009015, IPB009019, IPB015008, dan IPB019015,

tidak berbeda dengan Gelora, Tit Super, dan Trisula (Tabel 6).

Tabel 6. Nilai Tengah Karakter Panjang Daun dan Lebar Daun 15 Galur Cabai IPB dan 5 Varietas Pembanding

Genotipe Panjang Daun

(cm)

Lebar Daun (cm)

IPB110005 11. 19bde 3. 75ce

IPB120005 9. 34c 3. 18c

IPB001004 10. 66bce 3. 66ce

IPB002003 9. 24ac 3. 55ce

IPB002005 10. 04bc 3. 90ce

IPB002046 9. 45c 3. 03c

IPB015002 9. 67c 3. 73ce

IPB002001 8. 91ac 3. 94bce

IPB009002 10. 12bc 3. 04c

IPB009003 9. 95bc 4. 15bcde

IPB009004 12. 21abde 4. 31bcde

IPB009015 9. 26ac 3. 74ce

IPB009019 11. 07be 3. 74ce

IPB015008 9. 88bc 3. 79ce

IPB019015 9. 23ac 3. 53ce

Gelora 10. 74 3. 68

Tit Super 8. 31 3. 26

Tombak 12. 37 5. 15

Trisula 9. 70 3. 30

Lembang I 8. 94 2. 67

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf a, b, c, d dan e berturut-turut berbeda nyata dengan Gelora, Tit Super, Tombak, Trisula dan Lembang I berdasarkan uji Dunnett taraf 5%

Bobot Buah, Panjang Buah, Diameter Buah, dan Tebal Daging Buah

Bobot buah pada galur yang diuji berkisar antara 7.41 – 13.08 g. Galur

IPB009003 memiliki bobot buah lebih kecil dibandingkan dengan Tit Super,

Tombak, Trisula, namun tidak berbeda dengan Gelora. Galur IPB009019

memiliki bobot buah lebih besar dibandingkan dengan Gelora dan Lembang I,

namun tidak berbeda dengan Tit Super dan Trisula. Bobot buah pada galur

IPB120005 lebih besar dibandingkan Gelora dan Lembang I, namun tidak berbeda

dengan Tit Super. Bobot buah pada galur IPB110005, IPB002003, IPB002005,

[image:36.595.110.515.189.499.2]
(37)

buah pada galur IPB001004, IPB015002, IPB009002, IPB009004 dan IPB015008

tidak berbeda dengan Gelora (Tabel 7).

Panjang buah pada galur yang diuji berkisar antara 9.81 – 17.89 cm. Galur

IPB009015 memiliki panjang buah lebih kecil dibandingkan dengan seluruh

varietas pembanding. Galur IPB002046 memiliki panjang buah lebih besar

dibandingkan dengan seluruh varietas pembanding. Panjang buah pada galur

IPB120005 lebih besar dibandingkan Gelora, Tit Super dan Lembang I, namun

tidak berbeda dengan Tombak dan Trisula. Panjang buah pada galur IPB110005,

IPB002005, IPB009002, dan IPB009004 tidak berbeda dengan seluruh varietas

pembanding. Panjang buah pada galur IPB002003, IPB015002, IPB002001, dan

[image:37.595.104.517.232.713.2]

IPB019015 tidak berbeda dengan varietas Gelora, Tit Super, dan Lembang I

(Tabel 7).

Tabel 7. Nilai Tengah Karakter Kuantitatif Buah Cabai pada 15 Galur Cabai IPB dan 5 Varietas Pembanding

Genotipe Bobot Buah (g) Panjang Buah (cm) Diameter Buah (mm) Tebal Daging Buah (mm)

IPB110005 8. 83cde 14. 20 14. 22abcde 1. 68

IPB120005 9. 98cde 14. 81ae 14. 65abcde 1. 74

IPB001004 8. 03bcde 11. 07bcd 13. 84bcde 1. 75

IPB002003 9. 12cde 12. 03cd 14. 57abcde 1. 62

IPB002005 10. 24cde 13. 10 14. 88acde 1. 93

IPB002046 11. 20ce 17. 89abcde 14. 20abcde 1. 99e

IPB015002 7. 99bcde 12. 20cd 12. 12bcde 1. 91

IPB002001 11. 28ce 11. 87cd 16. 65ace 2. 19e

IPB009002 8. 42bcde 13. 92 12. 72bcde 1. 57

IPB009003 7. 41bcde 10. 85bcd 11. 71bcde 1. 86

IPB009004 8. 47bcde 13. 53 11. 93bcde 1. 73

IPB009015 9. 01cde 9. 81abcde 15. 97ace 2. 26e

IPB009019 13. 08ace 17. 07abe 15. 97ace 2. 11e

IPB015008 8. 15bcde 10. 86bcd 15. 71ace 1. 62

IPB019015 9. 44cde 12. 46cd 19. 05ace 1. 54

Gelora 9. 18 12. 24 11. 41 2. 20

Tit Super 11. 03 13. 16 17. 29 1. 73

Tombak 21. 94 15. 06 21. 99 2. 28

Trisula 12. 57 15. 12 17. 75 1. 83

Lembang I 3. 15 12. 40 7. 12 1. 13

(38)

Diameter buah pada galur yang diamati berkisar 11.71 – 19.05 mm. Galur

Galur IPB009003 memiliki diameter buah lebih kecil dibandingkan dengan Tit

Super, Tombak, dan Trisula namun tidak berbeda dengan Gelora. Galur

IPB019015 memiliki diameter buah lebih besar dibandingkan dengan Gelora dan

Lembang I namun tidak berbeda dengan Tit Super dan Trisula. Diameter buah

pada galur IPB110005 dan IPB120005 lebih besar dibandingkan dengan varietas

Gelora dan Lembang I. Diameter buah pada galur IPB001004, IPB015002,

IPB009002, dan IPB009004 tidak berbeda dengan Gelora. Diameter buah pada

IPB002001, IPB009015, IPB009019 dan IPB015008 tidak berbeda dengan Tit

Super dan Trisula (Tabel 7).

Tebal daging buah pada galur yang diuji berkisar antara 1.54 – 2.26 mm.

Galur IPB019015 memiliki tebal daging buah lebih kecil dibandingkan dengan

Gelora, Tit Super, Tombak dan Trisula, namun tidak lebih kecil dibandingkan

Lembang I. Galur IPB009015 memiliki tebal daging buah lebih besar

dibandingkan dengan Lembang I, namun tidak berbeda dengan Gelora, Tit Super,

Tombak dan Trisula. Tebal daging buah pada galur IPB120005 lebih besar

dibandingkan Tit Super dan Lembang I, namun tidak berbeda dengan Gelora,

Tombak, dan Trisula. Tebal daging buah pada galur IPB002046, IPB002001 dan

IPB009019 tidak berbeda dengan varietas Gelora, Tit Super, Trisula, dan

Lembang I. Tebal daging buah pada galur IPB110005, IPB001004, IPB002003,

IPB002005, IPB015002, IPB009002, IPB009003, IPB009004, dan IPB015008

tidak berbeda dengan seluruh varietas pembanding (Tabel 7).

Kadar Capsaicin

Capsaicin merupakan salah satu karakter biokimia cabai yang berperan

dalam menentukan rasa pedas (Greenleaf , 1986). Semakin tinggi kadar capsaicin,

maka akan semakin tinggi tingkat kepedasannya. Galur IPB002046 memiliki

kadar capsaicin paling rendah dibandingkan dengan Lembang I, namun masih

lebih tinggi dibandingkan dengan Gelora, Tit Super, Tombak dan Trisula. Galur

IPB019015 memiliki kadar capsaicin lebih tinggi dibandingkan dengan seluruh

varietas pembanding. Galur IPB110005 dan IPB120005 memiliki kadar capsaicin

(39)

pada galur IPB001004, IPB002003, IPB009003, IPB009004, IPB009015, dan

[image:39.595.113.518.181.499.2]

IPB015008 tidak berbeda dengan varietas Lembang I (Tabel 8).

Tabel 8. Kadar Capsaicin 15 Galur Cabai IPB dan 5 Varietas Pembanding

Genotipe Kadar Capsaicin

(ppm)

IPB110005 987. 15abcde

IPB120005 1241. 69abcde

IPB001004 911. 25abcd

IPB002003 859. 73abcd

IPB002005 948. 20abcde

IPB002046 617. 95abcde

IPB015002 1117. 92abcde

IPB002001 781. 81abcde

IPB009002 966. 64abcde

IPB009003 853. 60abcd

IPB009004 861. 46abcd

IPB009015 906. 35abcd

IPB009019 1052. 84abcde

IPB015008 829. 77abcd

IPB019015 1340. 99abcde

Gelora 195. 46

Tit Super 184. 35

Tombak 150. 88

Trisula 238. 81

Lembang I 863. 97

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf a, b, c, d dan e berturut-turut berbeda nyata dengan Gelora, Tit Super, Tombak, Trisula dan Lembang I berdasarkan uji Dunnett taraf 5%

Jumlah Buah per Tanaman, Bobot Buah Total per Tanaman, dan Produktivitas

Karakter jumlah buah yang diamati merupakan akumulasi dari jumlah

buah per tanaman selama delapan minggu panen. Galur IPB009019 memiliki

jumlah buah lebih sedikit dibandingkan Lembang I, namun tidak berbeda dengan

Gelora, Tit Super, Tombak dan Trisula. Galur IPB001004 dan IPB110005

memiliki jumlah buah lebih banyak dibandingkan dengan Gelora, Tit Super,

Tombak dan Trisula, namun tidak berbeda dengan Lembang I (Tabel 9).

Karakter bobot total yang diamati merupakan akumulasi dari jumlah bobot

(40)

diuji berkisar antara 580.54 -912.19 g. Galur IPB015002 memiliki bobot buah

total per tanaman lebih kecil dibandingkan Tombak, namun tidak berbeda dengan

Gelora, Tit Super, Trisula, dan Lembang I. Galur IPB019015 memiliki bobot buah

total per tanaman lebih besar dibandingkan dengan Lembang I, namun tidak

berbeda dengan Gelora, Tit Super, Tombak dan Trisula. Bobot buah total per

tanaman pada galur IPB110005 dan IPB120005 lebih besar dibandingkan dengan

Gelora, Tit Super, dan Lembang I, namun tidak berbeda dengan Tombak dan

Trisula (Tabel 9). Menurut hasil penelitian Mastaufan (2011), galur IPB009019

memiliki hasil yang tinggi, dalam hal bobot buah total per tanaman pada musim

tanam sebelumnya. Sama halnya dengan penelitian ini, galur IPB009019 memiliki

bobot buah total per tanaman yang tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa galur

IPB009019 memiliki daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan Bogor pada

[image:40.595.107.518.415.725.2]

dua musim tanam yang berbeda.

Tabel 9. Nilai Tengah Karakter Produksi pada 15 Galur Cabai IPB dan 5 Varietas Pembanding

Genotipe Jumlah Buah

per Tanaman

Bobot Buah Total per Tanaman (g)

Produktivitas (ton/ha)

IPB110005 121. 42abcd 767. 62e 24. 56e

IPB120005 77. 78e 742. 15e 23. 75e

IPB001004 108. 14abcd 794. 73e 25. 43e

IPB002003 86. 89bce 672. 41 21. 52

IPB002005 80. 56ce 695. 66 22. 26

IPB002046 70. 50e 813. 50e 26. 03e

IPB015002 86. 05bce 580. 54c 18. 58c

IPB002001 68. 92e 732. 36e 23. 43e

IPB009002 92. 00bce 706. 75 22. 62

IPB009003 99. 50abc 632. 01 20. 22

IPB009004 99. 25abc 629. 54 20. 14

IPB009015 103. 81abcd 739. 71e 23. 67e

IPB009019 68. 55e 854. 68e 27. 35e

IPB015008 73. 41e 630. 53 20. 18

IPB019015 106. 28abcd 912. 19e 29. 19e

Gelora 64. 72 634. 66 20. 31

Tit Super 52. 42 648. 00 20. 74

Tombak 47. 81 937. 74 30. 01

Trisula 68. 33 813. 37 26. 03

Lembang I 126. 19 389. 98 12. 48

(41)

Produktivitas pada galur yang diamati berkisar antara 18.58 – 29.19

ton/ha. Galur IPB015002 memiliki produktivitas lebih rendah dibandingkan

Tombak, namun tidak berbeda dengan Gelora, Tit Super, Trisula, dan Lembang I.

Galur IPB019015 memiliki produktivitas lebih tinggi dibandingkan Lembang I,

namun tidak berbeda dengan Gelora, Tit Super, Tombak dan Trisula.

Produktivitas pada galur IPB110005 dan IPB120005 lebih besar dibandingkan

dengan Gelora, Tit Super, dan Lembang I, namun tidak berbeda dengan Tombak

dan Trisula (Tabel 9). Menurut hasil penelitian Mastaufan (2011), galur

IPB009019 memiliki produktivitas yang tinggi pada musim tanam sebelumnya.

Sama halnya dengan penelitian ini, galur IPB009019 memiliki produktivitas yang

tinggi.

Galur IPB110005 (cabai semi keriting) memiliki daya hasil yang baik

dilihat dari karakter jumlah buah per tanaman, bobot buah total per tanaman dan

produktivitas. Jumlah buah per tanaman yang dimiliki galur IPB110005 lebih

besar dibandingkan dengan seluruh varietas pembanding golongan cabai besar

(Gelora, Tit Super, Tombak, Trisula), dan hampir mendekati jumlah buah varietas

pembanding golongan cabai keriting (Lembang I). Bobot buah total per tanaman

dan produktivitas yang dimiliki galur IPB110005 lebih besar dibandingkan

dengan dua varietas pembanding golongan cabai besar (Gelora, Tit Super) dan

varietas pembanding golongan cabai keriting (Lembang I).

Karakter Kualitatif

Karakter kualitatif diamati pada bagian kanopi, batang, daun, bunga dan

buah. Seluruh karakter kualitatif yang diamati pada masing-masing galur dan

varietas pembanding dapat dilihat pada Lampiran 21.

Karakter bentuk kanopi dibedakan menjadi tegak, menyebar, dan kompak.

Galur IPB110005, IPB002003, IPB009019, dan IPB015008 memiliki kanopi yang

berbentuk tegak. Kanopi galur IPB015002 memiliki kesamaan dengan varietas Tit

Super dan Trisula yaitu berbentuk menyebar. Galur lainnya memiliki kesamaan

bentuk kanopi dengan varietas Gelora, Tombak, dan Lembang I, yaitu berbentuk

(42)

Karakter pada batang yang diamati yaitu bentuk dan warnanya. Seluruh

galur yang diuji memiliki batang yang berbentuk bulat, sama seperti seluruh

varietas pembanding. Warna batang diamati saat tanaman masih berada di

pembibitan. Seluruh galur yang diamati memiliki batang berwarna hijau sama

[image:42.595.107.517.253.596.2]

seperti seluruh varietas pembanding (Tabel 10).

Tabel 10. Karakter Bentuk Kanopi, Bentuk Batang, Warna Batang, Bentuk Daun, Warna Daun 15 Galur Cabai IPB dan 5 Varietas Pembanding

Genotipe Bentuk Kanopi Bentuk

batang

Warna batang

Bentuk

daun Warna daun

IPB110005 Tegak Bulat Hijau Oval Hijau

IPB120005 Kompak Bulat Hijau Lanset Hijau

IPB001004 Kompak Bulat Hijau Oval Hijau Muda

IPB002003 Tegak Bulat Hijau Oval Hijau

IPB002005 Kompak Bulat Hijau Oval Hijau

IPB002046 Kompak Bulat Hijau Lanset Hijau

IPB015002 Menyebar Bulat Hijau Oval Hijau Muda

IPB002001 Kompak Bulat Hijau Delta Hijau

IPB009002 Kompak Bulat Hijau Oval Hijau

IPB009003 Kompak Bulat Hijau Delta Hijau

IPB009004 Kompak Bulat Hijau Oval Hijau Muda

IPB009015 Kompak Bulat Hijau Delta Hijau

IPB009019 Tegak Bulat Hijau Oval Hijau Tua

IPB015008 Tegak Bulat Hijau Oval Hijau

IPB019015 Kompak Bulat Hijau Oval Hijau

Gelora Kompak Bulat Hijau Oval Hijau

Tit Super Menyebar Bulat Hijau Oval Hijau Tua

Tombak Kompak Bulat Hijau Delta Hijau

Trisula Menyebar Bulat Hijau Oval Hijau

Lembang I Kompak Bulat Hijau Lanset Hijau

Karakter bentuk daun dibedakan menjadi lanset, delta, dan oval. Galur

IPB120005 dan IPB002046 memiliki daun yang berbentuk lanset, sama seperti

pada varietas Lembang I. Bentuk daun pada galur IPB002001, IPB009003,

IPB009015 memiliki kesamaan dengan varietas Tombak yaitu berbentuk delta.

Galur lainnya memiliki daun yang berbentuk oval sama seperti varietas Gelora,

Tit Super dan Trisula (Tabel 10).

Daun pada cabai berwarna hijau atau hijau tua, tumbuh pada tunas-tunas

(43)

(Kusandriani, 1996). Kebanyakan dari galur yang diuji memiliki daun berwarna

hijau, sama seperti varietas Gelora, Tombak, Trisula, dan Lembang I. Galur

IPB001004, IPB015002, IPB009004 memiliki daun berwarna hijau muda,

sedangkan galur IPB009019 merupakan satu-satunya galur yang memiliki daun

berwarna hijau tua sama seperti varietas Tit Super (Tabel 10).

Tabel 11. Karakter Warna Kelopak Bunga, Warna Mahkota Bunga, Warna Anther 15 Galur Cabai IPB dan 5 Varietas Pembanding

Genotipe Warna kelopak

bunga

Warna mahkota

bunga

Warna anther

IPB110005 Hijau Muda Putih Ungu

IPB120005 Hijau Muda Putih Ungu

IPB001004 Hijau Muda Putih Ungu

IPB002003 Hijau Muda Putih Biru

IPB002005 Hijau Muda Putih Biru

IPB002046 Hijau Tua Putih Hijau

IPB015002 Hijau Muda Putih Ungu

IPB002001 Hijau Muda Putih Biru Keunguan

IPB009002 Hijau Muda Putih Hijau Kebiruan

IPB009003 Hijau Muda Putih Ungu

IPB009004 Hijau Putih Ungu

IPB009015 Hijau Muda Putih Ungu

IPB009019 Hijau Tua Putih Ungu

IPB015008 Hijau Putih Ungu

IPB019015 Hijau Muda Putih Ungu Kebiruan

Gelora Hijau Tua Putih Ungu

Tit Super Hijau Putih Ungu

Tombak Hijau Putih Biru

Trisula Hijau Putih Ungu

Lembang I Hijau Putih Ungu

Pengamatan pada bunga meliputi warna kelopak bunga, warna mahkota

bunga, dan warna anther. Warna kelopak bunga dibedakan menjadi hijau muda,

hijau dan hijau tua. Kebanyakan galur memiliki kelopak berwarna hijau muda.

IPB002046 dan IPB009019 memiliki kelopak berwarna hijau tua sama seperti

varietas Gelora. IPB009004 dan IPB015008 memiliki kelopak berwarna hijau

sama seperti varietas Tit Super, Tombak, Trisula dan Lembang I. Seluruh galur

yang diamati memiliki mahkota berwarna putih, sama seperti seluruh varietas

[image:43.595.110.519.237.569.2]
(44)

belum pecah. Kebanyakan galur memiliki anther berwarna ungu, sama seperti

varietas Gelora, Tit Super, Trisula, dan Lembang I. Galur IPB002003 dan

IPB002005 memiliki anther berwarna biru sama seperti varietas Tombak (Tabel

11). Galur IPB002046 memiliki

Gambar

Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Kuantitatif
Tabel 5. Nilai Tengah Karakter Lebar Tajuk, Tinggi Tanaman, Tinggi
Tabel 6. Nilai Tengah Karakter Panjang Daun dan Lebar Daun 15 Galur Cabai IPB dan 5 Varietas Pembanding
Tabel 7.  Nilai Tengah Karakter Kuantitatif Buah Cabai pada 15 Galur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mengikuti PPL 2, praktikan lebih mengerti keadaan dunia pendidikan yang sesungguhnya. Banyak hal-hal yang menyempurnakan teori-teori yang telah

Data yang dianalisis berjumlah 75 data. Data tersebut diklasifikasikan berdasarkan bentuk, pembentukan, fungsi, dan makna. Berdasarkan bentuk, akronim diklasifikasikan

Model picture and picture dianggap efektif digunakan dalam setiap mata pelajaran terutama mata pelajaran IPS untuk anak SD karena banyak materi yang perlu

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disim- pulkan bahwa perangkat pembelajaran ekosistem dan pencemaran lingkungan berbasis inkuiri yang di- kembangkan valid dan layak

Yang menjadi persoalannya bukan pada efektifitas dari pemidanaan terutama pidana penjara sebagaimana dijelaskan oleh Barda Nawawi Arief, bahwa yang penelitian-

Toisaalta palvelujen osuuden kasvu osoittaa, että tuotantorakennetta voidaan kehittää ja monipuolistaa, mutta monipuolistumista edistäisi erityisesti pk-yritysten

Hasil penelitian ini mengatakan bahwa perlakuan akuntansi aktiva tetap khususnya mengenai Harga Perolehan aktiva tetap PT Haka Utama Sejahtera Sampang tidak sesuai

kurangnya kesadaran masyarakat ataupun petugas untuk mentaati Undang-Undang, dan juga sarana prasana yang kurang memadai. Tingginya tingkat kriminal yang terjadi di kota