KEBERADAAN YURIDIS LEMBAGA TRUST DALAM PASAR MODAL
INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH :
THEODORUS ARIE GUSTI
NIM : 100200066
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KEBERADAAN YURIDIS LEMBAGA TRUST DALAM PASAR MODAL
INDONESIA
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH :
THEODORUS ARIE GUSTI
NIM : 100200066
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
KETUA DEPARTEMEN
Windha, SH., M.Hum.
NIP. 197501122005012002
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH. Dr. Mahmul Siregar SH. M.Hum
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, penulis akhirnya
dapat menyelesaikan skripsi dengan tepat waktunya. Skripsi ini dilakukan
bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi pada
Program Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Skripsi ini diberi judul “KEBERADAAN YURIDIS LEMBAGA
TRUSTS DALAM PASAR MODAL” Dengan adanya penulisan skripsi ini
penulis berharap agar para pembaca dapat memaklumi kekurangan dari penulis
karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan serta bahan-bahan refrensi yang
berkaitan dengan lembaga trusts. Dan semoga dari skripsi ini, pembaca dapat
mengerti, memahami serta memberikan manfaat kepada pembaca.
Demi kelancaran penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak menerima
bantuan dari berbagai pihak baik dukungan moril dan materil. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;
2. Bapak Prof.Dr.Budiman Ginting, S.H., M.Hum selaku Pembantu Dekan I,
Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H., M.Hum. selaku Pembantu Dekan II,
dan Bapak Dr.OK. Saidin, S.H., M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;
3. Ibu Windha, S.H., M.Hum selaku Ketua Bagian Departemen Hukum
Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;
4. Bapak Ramli, S.H, M.Hum selaku Sekretaris bagian Departemen Hukum
Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;
5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution S.H., MH selaku Dosen Pembimbing I
yang telah sangat peduli dan perhatian serta memberikan pedoman
terhadap penulisan skripsi ini;
6. Bapak Dr. Mahmul Siregar S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II
yang juga telah peduli dan perhatian serta memberikan pedoman terhadap
penulisan skripsi ini;
7. Teristimewa kepada orangtuaku, Ir. Agus Setyo Dwi Wahono dan Rotua
Artha Dermawaty Simamora serta adikku Yosef Satrio Wibowo yang telah
banyak memberi semangat, kekuatan, motivasi serta doa kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan tepat pada waktunya
di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;
8. Bapak Prof.Dr.Syafruddin Kalo, S.H M.Hum selaku Dosen
Wali/Penasehat Akademik Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Medan;
9. Seluruh Bapak/Ibu Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara yang telah banyak mendidik selama proses perkuliahan di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;
10.Orang yang spesial bagi penulis, Putri Simatupang, A.Md yang telah
memberikan dukungan dan semangat untuk penulis selama 1,5 tahun
terakhir ini;
11.Teman-teman akrab (Andika Tarigan, Frisdar Rio Marbun SH, Yessica
Rory Sitepu, Christian Yoritomo, dan Zepryanto Saragih, SH) yang selalu
memberikan warna-warni selama masa perkuliahan;
12. Seluruh kawan di kost Sofian 8 khususnya Farouk Badri Al-Bahaeki,
Randy Nasution, Alhamra Siregar, Ade Dharma dan bere Firman Pardosi
serta kawan-kawan yang tidak bisa disebutkan satu-persatu;
13.Seluruh kawan di organisasi IMAHMI (Ikatan Mahasiswa Hukum
Ekonomi), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia),
IMAJAKSEK Medan (Ikatan Mahasiswa Jakarta & Sekitarnya),
TAEWONDO USU, KMK St. Fidelis, makasih buat kalian yang juga
selalu meramaikan suasana selama kuliah.
Demikianlah penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang
mendukung sehingga skripsi ini dengan diselesaikan dengan lancar dan kira
Tuhan Yang Maha Esa memberikan yang terbaik buat kita semua.
Medan, 16 Juni 2014
Penulis
GLOSARIUM
1. Bare Trust
Trust yang dalam instrumen penerbitannya tidak secara tegas dan terang memberikan beban atau kewajiban kepada seorang trustee melainkan menyerahkan persoalan tersebut kepada ketentuan atau aturan hukum yang
berlaku.
2. Beneficial Ownership
Siapa saja yang memiliki manfaat kepemilikan barang atau harta namun bukan
merupakan pemilik terdaftar melainkan pemilik sebenarnya atas barang atau harta
tersebut.
3. Beneficiary
Pihak ketiga yang akan menerima keuntungan atau manfaat atas pengelolaan harta
kekayaan settlor sesuai dengan perjanjian.
4. Bewind Trust
Sebuah kepercayaan atas kepemilikan aset yang diberikan kepada beneficiary, sementara manajemen dan kontrol atas aset tersebut tetap berada di tangan wali
amanat.
5. Bona Fide Purchaser For Value Without Notice
Seseorang yang memperoleh hak atas properti tanpa pemberitahuan aktual,
pemberitahuan konstruktif tetapi didasari dengan itikad baik.
6. Charitable Trust
Suatu public trust yang sengaja dibentuk untuk kepentingan umum yang diakui oleh pengadilan sebagai kegiatan amal
7. Constructive Trust
Trust yang berjalan demi hukum dan diatur sepenuhnya menurut ketentuan atau aturan hukumyang berlaku.
8. Court of Equity
pengadilan umum tetapi memiliki prinsip-prinsip mereka sendiri dan cara yang
unik. Pengadilan yang didasarkan terutama oleh doktrin keadilan dikatakan
atau lembaga adalah pengadilan ekuitas. Pengadilan ekuitas yang muncul secara
independen adalah pengadilan di Inggris, setelah itu dalam yurisdiksi Amerika
Serikat.
9. Default Rules
Aturan hukum yang dapat ditimpa oleh kontrak, trust, keinginan, atau perjanjian hukum efektif lainnya. Ide default rules dalam hukum kontrak kadang-kadang dihubungkan dengan gagasan tentang kontrak lengkap.
10. Discretionary Trust
Trust yang memberikan kebebasan kepada trustee untuk melakukan tindakan tertentu untuk kepentingan satu atau lebih beneficiary.
11. Dominium Plenum
Hak yang tidak terbatas dari pemilik benda tanpa ada akuntabilitas dari siapa pun
12. Equitable Obligation
kewajiban yang tidak dikuatkan kontrak atau hanya karena kewajiban moral atau
kewajiban demi kewajaran atau keadilan
13. Equity
Tindakan atau prinsip memperlakukan semua orang sama sesuai dengan hukum,
proses hukum, atau sesuai keadilan.
14. Express trust
Trust yang terjadi jika settlor menyerahkan harta kekayaannya untuk kepentingan atau tujuan tertentu
15. Fideicommissum
Hak seorang pewaris untuk menggunakan perantara dalam hal memberikan
warisan kepada ahli warisnya yang secara hukum belum mampu menerima
warisan, seperti orang yang belum dewasa dan belum menikah.
16. Laesio Enormis
Doktrin yang mengutamakan keadilan harga dalam proses jual beli) dalam
penjualan benda tidak bergerak
17. Legal Transplant
Bergerak dari aturan atau sistem hukum dari satu negara ke negara lain, atau dari
satu bangsa ke bangsa yang lain.
Seseorang atau beberapa pihak yang memegang hak milik secara hukum untuk
kepentingan orang lain atau dengan cara menerima dan mengurus harta untuk
kepentingan orang lain.
19. Public Trust
Express trust yang dipergunakan untuk tujuan sosial dan dapat dinikmati banyak orang.
20. Protective Trust
Trust yang diciptakan oleh settlor untuk melindungi harta kekayaannya agar
beneficiary tidak menghabiskan atau menghilangkannya termasuk hak dalam
equity
21. Private Trust
Express trust yang dipergunakan oleh seseorang atau orang tertentu.
22. Purpose Trust
Trust yang dibuat untuk tujuan tertentu bagi beneficiary
23. Resulting Trust
Trust yang hanya menyiratkan tujuan tertentu dari harta kekayaannya
24. Scriptless Trading
Perdangan efek tanpa adanya warkat
25. Separate Patrimony
Suatu budel harta terpisah
26. Settlor
Seseorang yang menyerahkan harta kekayaannya untuk diatur kepada orang lain
atau pihak kedua yang dipercayainya (Trustor).
27. Trust
Pranata hukum yang terjadi ketika seseorang menciptakan trust dengan cara memindahkan sejumlah hartanya kepada orang kedua yang mana bertugas
mengurus harta tersebut untuk kepentingan pihak ketiga.
28. Trustee
Setiap orang yang memegang properti, otoritas, atau posisi kepercayaan atau
ABSTRAK
KEBERADAAN YURIDIS LEMBAGA TRUST DALAM PASAR MODAL
INDONESIA
Theodorus Arie Gusti1
Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H.2 Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum.3
Trust pada awalnya lahir di negara dengan sistem hukum Anglo Saxon.
Namun pada perkembangannya dewasa ini, trust masuk ke dalam sistem hukum Indonesia yang merupakan negara dengan sistem hukum Eropa Continental. Hal inilah yang menimbulkan pertanyaan mengenai proses transplantasi trust dalam negara sistem hukum Eropa Continental. Namun sebelumnya didahului dengan proses kelahiran dan perkembangan trust sebagai pranata hukum. Trust yang telah ada di dalam semua sistem hukum di dunia khususnya di Indonesia, inilah yang menimbulkan pertanyaan mengenai keberadaan yuridis lembaga trust dalam peraturan pasar modal Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dan bersifat deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data hukum sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Seluruh data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi kepustakaan. Kemudian data yang telah terkumpul tersebut dianalisis secara kualitatif.
Trust adalah hubungan hukum yang dibuat berdasarkan hukum ekuitas dimana properti dipegang oleh satu pihak untuk kepentingan lain penerima manfaat. Trust dibentuk berdasarkan perjanjian. Selain itu, trust dapat dibentuk berdasarkan perjanjian yang tunduk pada ketentuan Common Law. Trust pada awalnya lahir di negara dengan sistem hukum Common Law seperti Inggris dan Amerika Serikat. Namun pada perkembangannya trust mulai ditransplantasikan ke dalam sistem hukum Eropa Kontinental, seperti Negara Afrika Selatan, Skotlandia, Louisiana negara bagian di Amerika Serikat dan Negara Indonesia. Undang-Undang Pasar Modal yang ditransplantasikan bukanlah Undang-Undang Pasar Modal yang mengandung trust yang bersumber pada tradisi hukum
Common Law, tetapi pada model trust yang sudah mengalami perubahan yang dinamakan dengan commercial trust yang berbentuk Un-incoporated Bussines Trusts Organization yang lahir dari perjanjian yang bersumber pada Court of Common law dan tidak lagi pada (court of equity). Jadi. sejak saat itu telah ada unsur-unsur trust dalam KUH Perdata, KUH Dagang serta terdapat penerapannya dalam bidang pasar modal di Indonesia. Hal ini mengingat Undang -Undang Pasar Modal Indonesia merupakan hasil studi dari Undang - Undang Pasar Modal Amerika Serikat.
Kata kunci: Trust , Pasar Modal.
1
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan. 2
Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan. 3
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... i
GLOSARIUM ... iv
ABSTRAKSI ... vii
DAFTAR ISI ………viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 8
D. Keaslian Penulisan ... 9
E. Tinjauan Pustaka ... 10
F. Metode Penulisan ... 16
G. Sistematika Penulisan ... 18
BAB II TRUST SEBAGAI PRANATA HUKUM A. Kelahiran Trust di Negara dengan Sistem Hukum Anglo Saxon 22 1. Lahirnya konsep trust di Amerika Serikat ... 33
2. Lahirnya konsep trust di Inggris ... 39
3. Perkembangan trust di Inggris ……… ... 42
BAB III TRANSPLANTASI TRUST DALAM NEGARA DENGAN
SISTEM HUKUM EROPA KONTINENTAL
A. Transplantasi Hukum sebagai Metode Melakukan Pembentukan
Hukum ……… 52
B. Tranplantasi trust pada negara-negara yang menganut sistem
hukum Eropa Kontinental ... 53
1. Transplantasi trust ke dalam kitab undang-undang (Code) ... 58
2. Transplantasi trust ke dalam undang-undang tersendiri ... 59
C. Ciri-ciri karakteristik pranata serupa trust dan trust dalam
tradisi hukum Eropa Kontinental ………63
BAB IV EKSISTENSI TRUST DALAM PERATURAN PASAR MODAL
DI INDONESIA
A. Lembaga trust dalam pasar modal Indonesia ... 70
1. Bentuk-bentuk trust dalam pasar modal ... 71
2. Ciri dan kateristik lembaga trust dalam pasar modal ... 81
3. Kedudukan dan pertanggungjawaban Trustee dalam pasar modal
B. Penerapan trust dalam peraturan pasar modal Indonesia ... 90
1. Undang-Undang Pasar Modal sebagai model tranplantasi hukum
dan analisis kelembagaan trust dalam Undang-Undang Pasar Modal
Indonesia ... 90
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 95
B. Saran ... 98
ABSTRAK
KEBERADAAN YURIDIS LEMBAGA TRUST DALAM PASAR MODAL
INDONESIA
Theodorus Arie Gusti1
Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H.2 Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum.3
Trust pada awalnya lahir di negara dengan sistem hukum Anglo Saxon.
Namun pada perkembangannya dewasa ini, trust masuk ke dalam sistem hukum Indonesia yang merupakan negara dengan sistem hukum Eropa Continental. Hal inilah yang menimbulkan pertanyaan mengenai proses transplantasi trust dalam negara sistem hukum Eropa Continental. Namun sebelumnya didahului dengan proses kelahiran dan perkembangan trust sebagai pranata hukum. Trust yang telah ada di dalam semua sistem hukum di dunia khususnya di Indonesia, inilah yang menimbulkan pertanyaan mengenai keberadaan yuridis lembaga trust dalam peraturan pasar modal Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dan bersifat deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data hukum sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Seluruh data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi kepustakaan. Kemudian data yang telah terkumpul tersebut dianalisis secara kualitatif.
Trust adalah hubungan hukum yang dibuat berdasarkan hukum ekuitas dimana properti dipegang oleh satu pihak untuk kepentingan lain penerima manfaat. Trust dibentuk berdasarkan perjanjian. Selain itu, trust dapat dibentuk berdasarkan perjanjian yang tunduk pada ketentuan Common Law. Trust pada awalnya lahir di negara dengan sistem hukum Common Law seperti Inggris dan Amerika Serikat. Namun pada perkembangannya trust mulai ditransplantasikan ke dalam sistem hukum Eropa Kontinental, seperti Negara Afrika Selatan, Skotlandia, Louisiana negara bagian di Amerika Serikat dan Negara Indonesia. Undang-Undang Pasar Modal yang ditransplantasikan bukanlah Undang-Undang Pasar Modal yang mengandung trust yang bersumber pada tradisi hukum
Common Law, tetapi pada model trust yang sudah mengalami perubahan yang dinamakan dengan commercial trust yang berbentuk Un-incoporated Bussines Trusts Organization yang lahir dari perjanjian yang bersumber pada Court of Common law dan tidak lagi pada (court of equity). Jadi. sejak saat itu telah ada unsur-unsur trust dalam KUH Perdata, KUH Dagang serta terdapat penerapannya dalam bidang pasar modal di Indonesia. Hal ini mengingat Undang -Undang Pasar Modal Indonesia merupakan hasil studi dari Undang - Undang Pasar Modal Amerika Serikat.
Kata kunci: Trust , Pasar Modal.
1
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan. 2
Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan. 3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sistem ekonomi pasar yang dianut oleh sebagian besar negara di dunia ini
membawa konsekuensi semakin tajam persaingan bebas di masa yang akan
datang. Untuk mengurangi dampak negatif dari sistem ekonomi pasar yang akan
beroperasi secara global, beberapa negara membentuk asosiasi bersama yang akan
saling mengatasi kekurangan negara masing-masing di kawasannya. Beberapa
negara membentuk suatu kelompok kerja sama ekonomi dan membuat
kesepakatan yang harus ditaati bersama, beberapa contohnya : AFTA (Asean Free
Trade Area) adalah kerja sama ekonomi negara-negara Asia Tenggara, NAFTA
(North American Free Trade Area) adalah kerja sama ekonomi negara-negara
Amerika Utara, EEC (European Economic Community) adalah kerja sama
ekonomi negara-negara Eropa, APEC (Asia Pacific Economic Cooperation)
adalah kerja sama ekonomi negara-negara Asia Pasifik.
Indonesia sebagai negara besar bila diliat dari sumber daya alam (SDA) dan
sumber daya manusia (SDM) masih bisa mensosialisasikan kepada masyarakat
luas tentang konsekuensi era globalisasi bagi perekonomian nasional. Peningkatan
kualitas SDA dan pemanfaatan SDM harus segera dipercepat. Sistem ekonomi
yang berlaku secara de facto di Indonesia, yaitu ekonomi pasar, masih perlu
disosialisasikan maknanya sehingga setiap anggota masyarakat berada dalam satu
persepsi tentang ekonomi pasar.4
4
Sejak awal tahun 1989, pasar modal Indonesia mulai bangkit dari tidurnya
dan bergerak cepat seiring dengan kebangkitan era globalisasi yang diawali oleh
perubahan drastis dari sistem ekonomi komunis ke sistem ekonomi pasar di
negara-negara eks komunis. Semakin hari pasar modal Indonesia semakin besar
karena peran swasta meningkat tajam selama satu windu (1989-1997). Namun
peran swasta ini tidak terkontrol dengan baik. Hal ini menyebabkan pihak swasta
memiliki utang valuta asing sekitar US$ 75 Miliar yang seimbang jumlahnya
dengan utang pemerintah dalam valuta asing.5
Pemerintah kehilangan kontrol terhadap keuangan negara karena banyaknya
koruptor yang dibiarkan bebas, sehingga menyebabkan kreditur asing kehilangan
kepercayaan terhadap Indonesia baik swasta maupun pemerintahnya. Kreditur
asing menarik kembali pinjaman yang diberikan kepada pihak swasta yang pada
umumnya berjangka pendek tetapi dapat diperpanjang lagi. Akan tetapi kali ini
kreditor asing menolak perpanjangan tersebut. Akibatnya pihak swasta berebut
dollar dan kurs dollar naik secara tidak terkendali. Inilah awal dari kebangkrutan
ekonomi Indonesia yang terjadi pada pertengahan Juli 1997. Namun juga perlu
diketahui bahwa resesi ekonomi di Indonesia tidak terlepas dari rentetan
depriasiasi mata uang regional yang diawali dari Thailand, Malaysia, Singapura,
dan Philipina. Indonesia termasuk yang paling parah kareana paling lama
sembuhnya dan sampai akhir tahun 2003 baru tampak tanda-tanda recovery yaitu
keluar dari depresi ekonomi.6
5
Ibid hal 4. 6
Pengalaman pahit di bidang keuangan, terutama kenaikan kurs valuta asing
yang tidak terkendali sejak resesi pada awal Juli 1997, yaitu dari Rp 2450 pada
bulan Juni 1997 menjadi Rp 14.900 per US$ 1 pada bulan Juni 19987, telah
membuat Bank Indonesia terkena syndrome ketakutan fluktuasi dollar. Pandangan
pemerintah mengenai konsep pembangunan ekonomi beralih dari supply side ke
monetary side menurut ajaran Milton Friedman. Bank Indonesia melakukan
penjagaan terhadap fluktuasi nilai dollar secara terus menerus dengan cara
mengintervensi pasar apabila terjadi kenaikan atau penurunan nilai dollar
walaupun disadari kemampuan untuk mengintervensi pasar yang dimiliki sangat
terbatas atau tidak akan efektif bahkan dapat menghambat pembangunan
ekonomi. Pemerintah harus berupaya meningkatkan masuknya investor asing,
baik di sector riil maupun sector keuangan sehingga dollar mengalir masuk ke
Indonesia dan menciptakan lapangan kerja baru dengan cara menjaga kestabilan
politik dan keamanan dalam negeri yang sangat diharapkan para investor. 8
Perekonomian di Indonesia berangsur-angsur pulih. Pemilu 1999 cukup
memberi harapan baru pada negeri ini. Kemampuan negara menjaga stabilitas
juga ikut membawa andil atas pulihnya ekonomi tersebut. Bisnis Indonesia
menggeliat bahkan berkembang pesat. Banyak para pebisnis baru muncul dan
tidak ketinggalan pebisnis muda turut ikut ambil bagian. Beberapa jenis bisnis
yang pada awalnya tidak berkembang, kini tumbuh subur dan menjamur.9
7
Bursa Efek Jakarta, JSX Monthly Statistic, Juli. 1998. 8
Mohamad Samsul, Op. Cit, hal 5. 9
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lapangan ekonomi juga membawa
pengaruh dalam wilayah hukum. Pengaruh globalisasi ekonomi tentunya akan
membawa perubahan dalam paradigma hukum yang hampir terjadi di seluruh
negara di dunia ini, tidak hanya pada negara maju, melainkan juga
negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Globalisasi hukum terjadi melalui usaha-usaha standarisasi hukum antara
lain melalui perjanjian-perjanjian internasional seperti GATT (General Agreement
on Tariff and Trade). Globalisasi hukum ini terjadi melalui kontrak-kontrak bisnis
internasional. Pengusaha-pengusaha negara maju membawa transaksi-transaksi
baru ke negara berkembang, maka partner mereka dari negara-negara
berkembang menerima model-model kontrak bisnis internasional.Persamaan
ketentuan-ketentuan hukum berbagai negara bisa juga terjadi , karena suatu negara
mengikuti model negara lain berkaitan dengan institusi-institusi hukum baru guna
mendapatkan akumulasi modal. 10
Hal ini membuat Indonesia tidak terlepas dari pengaruh globalisasi sehingga
menyebabkan masuknya berbagai macam pranata ekonomi dan hukum asing
kedalamnya. Indonesia adalah salah satu negara dengan sistem hukum Civil Law
yang juga mengalami benturan tradisi hukum dengan sistem hukum Common
Law. Salah satu benturan tradisi hukum yang sampai saat ini belum memperoleh
penyelesaian yang memuaskan adalah eksistensi pranata trust dalam sistem
hukum Common Law. Pranata trust dalam pandangan banyak ahli tidak terdapat
dalam sistem hukum Civil Law.11
10
Bismar Nasution, Struktur Pasar Modal & Pengetahuan Umum tentang Efek Reksadana,(Jakarta: Perpustakaan Nasional Katalog DalamTerbitan/ KTD, 2010), hal 2.
11
Sebagai dampak dari adanya globalisasi ekonomi, konsep trust sebagaimana
yang telah dikenal berasal dari sistem hukum Common Law dalam praktiknya
telah diterapkan ke dalam sistem hukum Civil Law.UU Pasar Modal (selanjutnya
disebut UU Pasar Modal) yang diberlakukan di Negara Indonesia merupakan hasil
penerapan struktur, lembaga, pranata dan istrumen pasar modal yang membawa
serta unsur-unsur trust di dalamnya. Konsep pada pasar modal Indonesia
mengadopsi konsep dari institusi pasar modal modern di Amerika Serikat yang
membawa serta pranata trust di dalamnya.
Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara
permintaan dan penawaran atas instrument keuangan jangka panjang, umumnya
lebih dari 1 (satu) tahun. Hukum mendefinisikan pasar modal sebagai ”Kegiatan
yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan efek”12
Indonesia yang memiliki karakteristik pasar modal modern terlihat pada
beberapa hal yaitu: scriptless trading, remote trading, lending & borrowing,
kliring penjaminan efek Indonesia (KPEI), dan Kustodian Sentral Efek Indonesia
(KSEI).13 Scripless trading berarti bahwa perdagangan dilakukan tanpa
penyerahan fisik saham, melainkan hanya melalui proses pemindahbukuan
rekening efek (book entry system) dari rekening efek penjual ke rekening efek
pembeli. Remote trading adalah perdagangan efek yang dapat dilakukan dari luar
gedung bursa, karena sistem perdagangan sudah terintegrasi antara jaringan
elektronik di kantor broker dan gedung Bursa Efek. Bahkan remote trading dapat
12
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Lembaran Negara Nomor 64 Tahun 1995. Tambahan Negara Nomor 3608, Pasal 1 butir 13.
13
dilakukan antarkota besar tempat kantor broker berada. KPEI merupakan lembaga
berbentuk Perseroan Terbatas yang bertugas menyelesaikan transaksi anggota
bursa dan menjamin kepastian bahwa yang beli dapat saham dan yang jual dapat
uang. KSEI juga merupakan lembaga berbentuk Perseroan Terbatas yang bertugas
menyimpan efek dan mengurus penerimaan dividen tunai atau yang bersangkutan
dengan corporate action yang dilakukan emiten14
Secara Faktual, UU Pasar Modal telah memperlihatkan bahwa penerapan
struktur, lembaga, pranata dan instrumen pasar modal telah berhasil diterima dan
dilaksanakan oleh para pelaku usaha pasar modal Indonesia. Selanjutnya karena
pranata pasar modal merupakan pranata netral dengan budaya relatif yang sama,
dapat dikatakan bahwa trust yang dibawa masuk melalui pranata pasar modal
seyogyanya dapat diterapkan ke dalam sistem hukum Indonesia. Terjadinya hal
itu tidak mengakibatkan trust dalam UU Pasar Modal harus mengambil bentuk
yang sama dengan trust dalam pasar modal di Amerika Serikat.
Dapat dilihat dari beberapa fakta diatas bahwa pranata trust yang
merupakan ciri khas dari sistem hukum Common Law sudah mulai diadopsi oleh
negara negara dengan sistem hukum Civil Law. Hal ini juga terlihat pada negara
Republik Indonesia yang menggunakan sistem hukum Civil Law mulai
mengadopsi pranata trust tersebut. Sehubungan dengan masuknya pranata trust ke
Indonesia melalui UU Pasar Modal, perlu diberlakukan upaya untuk menemukan
dan mencari tahu bentuk pranata trust yang diterapkan melalui UU Pasar Modal,
untuk kemudian dapat diterapkan pada struktur, lembaga, pranata dan isntrumen
dalam pasar modal Indonesia.
14
Selain itu jika terdapat lembaga trust yang memiliki pengaturan jelas di
Indonesia maka bisa dipastikan akan semakin banyak investor baik lokal maupun
mancanegara akan menanamkan modalnya di bidang pasar modal. Hal ini terbukti
dengan salah satu indikator pertimbangan investor internasional untuk melakukan
investasi di suatu Negara adalah kualitas pasar modal di Negara tersebut. Kualitas
pasar modal itu sendiri investor ingin mengetahaui kelengkapandari pasar modal
yang ada di suatu negara seperti : 15 UU Pasar Modal, mekanisme perdagangan,
jenis efek yang diperdagangkan kapitalisasi pasar, kustodian sentral, setelman
sentral.
Sehubungan dengan masuknya pranata trust ke Indonesia melalui UU Pasar
Modal, maka perlu diberlakukan upaya untuk menemukan dan mencari tahu
bentuk pranata trust yang diterapkan dalam UU Pasar Modal yang kemudian
dapat diterapkan pada struktur, lembaga, pranata dan instrumen dalam Pasar
Modal Indonesia.
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa pokok
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kelahiran dan perkembangan trust sebagai pranata hukum?
2. Bagaimana proses transplantasi lembaga trust dalam sistem hukum Civil Law?
3. Bagaimana keberadaan yuridis lembaga trust dalam peraturan Pasar Modal
Indonesia?
C.Tujuan dan manfaat penulisan
15
Adapun yang menjadi tujuan utama dalam penulisan ini adalah :
1. Mengetahui proses kelahiran dan perkembangan trust sebagai pranata
hukum.
2. Mengetahui proses transplantasi lembaga trust dalam sistem hukum Civil
Law.
3. Mengetahui keberadaan yuridis lembaga trust dalam peraturan Pasar Modal
Indonesia.
Adapun manfaat penulisan skripsi ini antara lain :
1. Secara teoritis
Secara teoritis, penulisan ini memberikan gambaran mengenai bentuk
implementasi pranata hukum trust di dalam peraturan perundang –undangan
di Indonesia khususnya dalam Undang-Undang Pasar Modal serta dapat
dijadikan bahan kajian terhadap lembaga trust yang terdapat dalam pasar
modal Indonesia.
2. Secara praktis
Penulisan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yuridis mengenai
lembaga trust yang terdapat dalam pasar modal Indonesia kepada
Almamater Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sebagai bahan
masukan bagi rekan-rekan mahasiswa.
D. Keaslian Penulisan
Skripsi ini berjudul “Keberadaan Yuridis Lembaga Trust Dalam Pasar
Modal Indonesia”. Penulisan skripsi ini dimulai dari mengumpulkan bahan-bahan
baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan atau media cetak maupun
media elektronik. Sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini, telah dilakukan
pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan
melalui internet untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau
belum terdapat di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara atau ditempat lainnya.
Namun terdapat tulisan mengenai “Perlindungan Hukum Terhadap Investor
Akibat Prospectus Yang Menyesatkan Dalam Transaksi Efek di Pasar modal”
yang ditulis oleh Rendy N. Dachi dengan mengangkat rumusan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan prospektus dalam transaksi efek di pasar modal?
2. Bagaimana prospektus yang menyesatkan di pasar modal?
3. Bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap Investor akibat Prospektus yang
Menyesatkan dalam Transaksi Efek di Pasar Modal?
Skripsi ini ditulis dengan permasalahan dan pembahasan yang berbeda
sehingga bisa dipandang sebagai tulisan yang asli. Apabila dikemudian hari,
ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk
skripsi sebelum skripsi ini dibuat maka hal tersebut dapat diminta
pertanggungjawaban dikemudian hari.
E. Tinjauan Kepustakaan
Sistem hukum merupakan sistem abstrak dan terbuka artinya bahwa sistem
hukum itu terdiri dari unsur-unsur yang tidak konkrit, tidak menunjukan kesatua
yang dapat dilihat dan unsur-unsur itu mempunyai hubungan timbal balik dengan
mempunyai pengaruh terhadap unsur-unsur dalam sistem. Scholten yang
menyatakan bahwa tata hukum itu sendiri tidak lengkap, oleh karenanya sistem
hukum adalah sistem terbuka yang selalu membutuhkan masukan untuk
penyempurnaan. 16
Di dunia ini tidak kita jumpai satu sistem hukum saja, melainkan lebih dari
satu. Adapun yang dimaksud dengan sistem hukum disini meliputi unsur-unsur
seperti: struktur, kategori, dan konsep. Perbedaan dalam unsur-unsur tersebut
mengakibatkan perbedaan dalam sistem hukum yang dipakai. Kita mengenal dua
sistem hukum yang berbeda, yaitu sistem hukum Eropa Kontinental dan sistem
hukum Anglo Saxon. Pada umumnya masyarakat menggunakan sebutan Civil Law
System dan Common Law System. 17
Walaupun terdapat perbedaan diantara kedua sistem hukum tersebut,
beberapa peraturan di dalam keduanya memiliki persamaan. Hal ini dikarenak
adanya transplantasi hukum. Legal Transplant is “The moving of a rule or a
system of law from one country to another, or from one people to another.”18
(Menurut terjemahan bebas adalah bergerak dari aturan atau sistem hukum dari
satu negara ke negara lain, atau dari satu bangsa ke bangsa yang lain). Dalam
pandangan Alan Watson tersebut, yang dipinjam oleh suatu negara tidak hanya
ketentuan atau aturan hukum melainkan juga meliputi di dalamnya prinsip-prinsip
hukum, lembaga dan pranata hukum serta struktur hukum. 19
Transplantasi hukum yang terjadi antara civil law dan common law, salah
satu contohnya adalah trust. Trust is “The equitable relationship with subsist
16
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hal 47. 17
Satjipto Rahardjo, Op. Cit, hal 235. 18
Alan Watson, Legal Transplant and European Private Law, (Amsterdam: Ius Commune Lectures Private Law, 2002) hal 9.
when a person (called a settler) creates a trust by transferring Funds to a second
person (called the trustee) to hold on trust for a third group of person (called
beneficiaries), or for a charitable purpose.” 20(Menurut terjemahan bebas dapat
diartikan sebagai berikut sebuah pranata hukum yang terjadi ketika seseorang
(settlor) menciptakan trust dengan cara memindahkan sejumlah hartanya kepada
orang kedua (trustee) yang mana bertugas mengurus harta tersebut untuk
kepentingan pihak ketiga (beneficiary). Menurut salah satu ahli hukum H.R.
Sadjono, trust adalah suatu lembaga yang mengatur suatu kekayaan yang oleh
seorang settlor diserahkan kepada pihak lain atau pihak kedua (trustee) yang
dipercayainya untuk diurus dan dipelihara guna kepentingan pihak ketiga yaitu
beneficiary (Cestuis gue trustent).21 Kewajiban untuk menyerahkan hasil
kekayaan kepada pihak ketiga yang ditunjuk tidak mempunyai kekuatan hukum.
Maka peradilan ekuitas (Court of Equity) dengan wewenang yang dimilikinya
berdasarkan equity dapat memberinya kekuatan hukum yang diperlukan. Ini
berarti equity tidak menentang common law tapi justru melengkapinya.22 Selain
itu, “trust adalah suatu pranata yang lahir sebagai produk dari equity yang hanya
dikenal dalam sistem hukum common law.” 23
Equity memiliki pengertian suatu kumpulan norma hukum yang
berkembang pada abad XV dan XVI dan diterapkan oleh badan peradilan yang
disebut Court of Chancellor yang mempunyai fungsi melengkapi dan kalau perlu
20
BPP Law Course, Equity and Trust 2005 – 2006,(BPP Law Courses Ltd, 2005), hal 4 21
HR. Sardjono, Bunga Rampai Perbandingan Hu\kum Perdata,(Jakarta: Ind Hill Co., 1991), hal 119
22
HR. Sardjono, Bunga Rampai Perbandingan Hu\kum Perdata,(Jakarta: Ind Hill Co., 1991), hal 114
mengadakan koreksi terhadap common law, yang mulai memperlihatkan
kekurangan-kekurangan dalam praktek pelaksanaanya. 24
Trust yang lahir dari equity tersebut akan secara khusus dibahas dalam
ruang lingkup pasar modal. Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.25 Efek adalah surat Berharga yaitu surat pengakuan utang,
surata berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan
Kontrak Investasi Kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari
efek.26 Efek-efek yang terdapat dalam pasar modal Indonesia adalah: Saham,
Obligasi, Derivatif (warrants, rights, options, futures contract), ETF (Exchange
Trade Fund), Efek Lain (Unit penyertaan Reksa Dana dan Efek Beragun Aset). 27
Pasar modal Indonesia memiliki beberapa pelaku pasar modal seperti
emiten, perantara perdagangan efek, manajer invenstasi, penasihat investasi, dan
penjamin emisi efek. Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum.28
yaitu penawaran Efek yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual Efek kepada
masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam peraturan Undang-undang
yang berlaku. Emiten dapat berbentuk orang perseorangan, perusahaan, usaha
bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi. Emiten dapat menawarkan
Efek yang berupa surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham,
obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak
24
Ibid, hal 110 25
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Op. Cit, Pasal 1 butir 13 26
Ibid, pasal 1 butir 5 27
Bismar Nasution, Op. Cit, hal 43 28
berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek.29 Perantara Pedagang Efek
adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan
sendiri atau pihak lain.30 Perantara Pedagang mempunyai kewajiban antara lain: 31
a. Mendahulukan kepentingan nasabah sebelum melakukan transaksi untuk
kepentigan sendiri.
b. Dalam memberikan rekomendasi kepada nasabah untuk membeli atau
menjual Efek wajib memperhatikan keadaan keuangan dan maksud
serta tujuan investasi dari nasabah.
c. Mebubuhi jam, hari, dan tanggal atas semua pesana nasabah ada
formulir pemesanan.
d. Memberikan konfirmasi kepada nasabah sebelum berakhirnya hari bursa
setelah dilakukan transaksi.
e. Menerbitkan tanda terima setelah menerima Efek atau uang dari
nasabah.
f. Menyelesaikan amanat jual/beli dari pemberi amanat.
g. Menyediakan data dan informasi bagi kepentingan para pemodal.
h. Membantu mengelola dana bagi kepentingan para pemodal.
i. Memberikan saran kepada para pemodal
Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola
portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola porofolio investasi kolektif
untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pension dan bank
29
Otoritas Jasa Keuangan, Emiten dan Perusahaan Publik, http://www.ojk.go.id/emiten-dan-perusahaan-publik, hal 1, diakses pada tangal 5 April 2014.
30
Ibid, pasal 1 butir 18 31
yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.32 Manajer investasi mempunyai tugas :33
1. Mengadakan riset
2. Menganalisa kelayakan investasi
3. Mengelola dana portofolio
Penasehat Investasi adalah pihak yang memberikan nasehat kepada pihak
lain mengenai penjualan atau pembeli dengna memperoleh imbalan jasa.
Penasehat investasi memiliki tugas : 34
1. Memberikan nasehat kepada pihak lain
2. Melakukan riset
3. Membuat erekomendasi
4. Memberikan analisa di bidang Efek dengan memperoleh imbalan
tertentu
5. Wajib memelihara segala catatan yang berhubungan dengan nasehat
yang diberikan
Penjamin Emisi Efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten
untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa
kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.35 Pelaku pasar modal ini
memiliki kewajiban :36
a. Mematuhi semua ketentuan dalam kontrak penjaminan Emisi
b. Mengungkapkan dalam prospektus adanya hubungan afiliasi atau
hubungan lain yang bersifat material antara Perusahaan Efek dan Emiten
32
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Op. Cit, Pasal 1 butir 11 33
Bismar Nasution,Op. Cit, hal 26 34
Ibid, hal 27 35
Ibid, Pasal 1 butir 17 36
Pasar modal Indonesia dalam undang-undangnya juga memuat
lembaga-lembaga trust. Beberapa diantaranya adalah nominee, perwaliamanatan dan
kustodian. Nominee is A person or party who holds a bare legal title for the
benefit of others or who receives and distributes Funds for the benefit of others.37
(Menutut terjemahan bebas adalah seseorang atau beberapa pihak yang memegang
hak milik secara hukum untuk kepentingan orang lain atau dengan cara menerima
dan mengurus harta untuk kepentingan orang lain). Kustodian memiliki
pengertian pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang
berkaitan dengan efek serta jasa lain termasuk menerima deviden, bunga dan
hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang
menjadi nasabahnya.38Jasa yang diberikan Kustodian : 39
a. Menyediakan TPH yang aman bagi surat-surat berharga (efek)
b. Mencatat dan membukukan semua penitipan pihak lain secara
cermat (jasa administrasi)
c. Mengamankan semua penerimaan dan penyerahan Efek untuk
kepentingan pihak yang diwakilinya
d. Mengamankan pemindahtanganan Efek
e. Menagih deviden saham, bunga obligasi, dan hak-hak lain yang
berkaitan dengan surat berharga yang dititipkan
Yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai kustodian adalah
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP), Perusahaan Efek, atau bank
37
Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, 8th edition, (St. Paul: West 2004), hal 1706 38
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Op. Cit, Pasal 1 butir 8 39
umum yang telah mendapat persetujuan dari BAPEPAM – LK. 40 (sekarang
Otoritas Jasa Keuangan). Wali Amanat41 yaitu kegiatan usaha sebagai Wali
Amanat dapat dilakukan oleh Bank Umum dan pihak lain yang ditetapkan dengan
peraturan pemerintah, wajib terdaftar dahulu di BAPEPAM – LK (sekarang
OJK), persyaratan dan tata cara pendaftaran Wali Amanat diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah
Undang-Undang Pasar Modal Indonesia merupakan hasil studi terhadap
Undang-Undang Pasar Modal Amerika Serikat yang menganut tradisi Common
Law. Akan tetapi, Undang-Undang Pasar Modal yang ditransplantasikan bukanlah
Undang-Undang Pasar Modal yang mengandung trust yang bersumber pada
tradisi hukum Common Law, tetapi pada model trust yang sudah mengalami
perubahan yang dinamakan dengan commercial trust yang berbentuk
Un-incoporated Bussines Trusts Organization yang lahir dari perjanjian yang
bersumber pada CourtofCommon Law dan tidak lagi pada (courtofequity).
F. Metode Penulisan
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah merupakan penelitian yang menggunakan metode
pendekatan yuridis normatif, yaitu metode pendekatan dengan meninjau masalah
yang diteliti dari segi ilmu hukum dan melakukan analisis terhadap norma-norma
hukum dan peraturan yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan
berdasarkan bahan primer, sekunder, dan tersier untuk mendapatkan kesimpulan
dari data-data yang diperoleh selama penelitian.
2. Penelitian Data
40
Ibid,, hal 30 41
Data sekunder yang digunakan terdiri:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri
dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Kitab Undang-undang Hukum
Pidana, UU Pasar Modal,
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan
bahan hukum primer dan dapat membantu serta menganalisis. Misalnya:
Jurnal hukum, buku-buku para sarjana, hasil penelitian, makalah hukum,
dan sebagainya.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi
tentang bahan hukum primer dan sekunder. Misalnya: Koran dan majalah.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan secara studi pustaka (library Research) atau
disebut dengan penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
meneliti bahan pustaka yang disebut dengan data sekunder, berupa
perundang-undangan, karya ilmiah para ahli, sejumlah buku-buku, artikel-artikel baik dari
surat kabar, majalah maupun media elektronik yangs emua itu dimaksudkan untuk
memperoleh data-data atau bahan-bahan yang bersifat teoritis yang dipergunakan
sebagai dasar dalam penelitian.
4. Analisis Data
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini mengunakan analis kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif proses analisis dan interpretasi data memerlukan cara
berfikir kreatif, kritis dan sangat hati-hati. Menurut Bogdan: “Data analysis is the
process of systenatically searching and arranging the interview transcripts,
understanding of them and to enable you to present what you have discovered to
others.42 Hal ini berarti analisis data kualitatif adalah proses secara sistematis
mencari dan mengolah berbagai data yang bersumber dari wawancara,
pengamatan lapangan, dan kajian dokumen (pustaka) untuk menghasilkan suatu
laporan temuan penelitian. Pengolahan data pada hakekatnya merupakan kegiatan
untuk melakukan analisis terhadap permasalahan yang dibahas. Analisis data
dilakukan dengan:43
a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan
yang diteliti.
b. Memilih kaidah-kaidah hukum/doktrin yang sesuai dengan penelitian.
c. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, azas atau pasal atau doktrin
yang ada.
d. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif kualitatif.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing dibahas
penulis secara mandiri dan berkesinambungan. Dikatakan mandiri karena tiap-tiap
bab memiliki topik khusus dalam pembahasannya. Namun demikian, dikatakan
berkesinambungan karena pemahaman terhadap Trust & Lembaga Trust hanya
akan diperoleh secara komprehensif dengan cara membaca secara beurutan dan
teratur mulai dari BAB I hingga Bab V skripsi ini.
Secara singkat uraian yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
42
Robert C. Bogdan & Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education: An introduction to theory and methods, (Third Edition. Boston: Allyn and Bacon Charmaz, K. 2006) hal. 4.
43
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab awal yang menguraikan latar belakang
sebagai alasan yang mendasari penulisan skripsi ini, tujuan dan
manfaat penulisan skripsi ini serta uraian, penjelasan dan
pembahasan yang akan dilakukan pada bab-bab selanjutnya
berdasarkan sistematika penulisan skripsi ini.
BAB II TRUST SEBAGAI PRANATA HUKUM
Bab ini diawali dengan pembahasan mengenai sejarah konsepsi
trust pada awalnya terdapat pada tradisi hukum Common Law
secara umum, yang tumbuh dan berkembang dalam suatu system
tersendiri dimana berada diluar dan berbeda dengan sistem Civil
Law. Sistem ini dinamakan dengan equity. Pembahasan dalam bab
ini dilakukan secara komprehensif, mulai dari awal pembentukan
trust hingga perkembangan penggunaan pranata trust ke dalam
pasar modal Amerika Serikat. Selanjutnya bab ini juga
menguraikan mengenai bentuk-bentuk equity yang ada dalam
sistem hukum Common Law. Meskipun sistem equity tidak dikenal
dalam tradisi hukum Civil Law, konstruksi hukumnya ditemukan
dalam aturan hukukum yang merupakan pranata serupa trust.
Pembahasan mengenai pembentukan trust berdasarkan tradisi
hukum Common Law hingga Civil Law tersebut membawa
pembahasan berlanjut kepada konsep trust secara umum.
Bab III. TRANPLANTASI TRUST KE DALAM PASAR MODAL DI
Bab yang merupakan salah satu bab penting penunjang
pemahaman terhadap eksistensi trust dalam pasar modal Indonesia.
Bab ketiga ini akan menjelaskan dan memaparkan mengenai proses
transplantasi pranata trust ke dalam sistem hukum Civil Law.
Selain itu juga dijelaskan di beberapa negara Civil Law terdapat
kitab undang-undang tersendiri (code) mengenai Trust itu sendiri.
Ada beberapa instrumen trust yang terdapat di dalam Pasar Modal
Negara Civil Law. Pembahasan selanjutnya adalah mengenai
bentuk-bentuk Trust dalam Pasar Modal Indonesia
BAB IV EKSISTENSI TRUST DALAM PERATURAN PASAR MODAL
INDONESIA
Bab keempat menjelaskan tentang adanya pembahasan mengenai
trust yang terdapat dalam pasar modal di negara Indonesia. Hal ini
mencakup bentuk-bentuk dari trust yang ada dalam pasar modal,
serta ciri-ciri dan karakteristik Lembaga Trust yang terdapat dalam
pasar modal. Bab ini memberikan analisis terhadap penerapan
kelembagaan trust dalam pasar modal Indonesia dimana
Undang-Undang Pasar Modal Indonesia sebagai aturan khususnya. Hal
tersebut mengingat bahwa Indonesia mengadopsi pranata-pranta
ekonomi dari Negara-negara dengan tradisi hukum Common Law.
Selain itu bab ini juga menjelaskan tentang urgensi atas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang lembaga trust di Indonesia serta pemaparan tentang
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Sebagai bab penutup yang mencakup kesimpulan dan saran yang
BAB II
TRUST SEBAGAI PRANATA HUKUM
A. Kelahiran Trust di Negara dengan Sistem Hukum Common Law
Untuk membicarakan kehadiran hukum sebagai suatu sistem, sebaiknya
dimulai dari pembicaraan tentang suatu sistem itu sendiri. Sistem mempunyai dua
pengertian yang penting untuk dikenali, sekalipun dalam
pembicaraan-pembicaraan keduanya sering dipakai secara tercampur begitu saja. Pertama
adalah pegertian sistem sebagai suatu jenis satuan, yang mempunyai tatanan
tertentu. Tatanan tertentu disini menunjuk kepada suatu struktur yang tersusun
dari bagian-bagian. Kedua, sistem sebagai suatu rencana, metoda, atau prosedur
untuk mengerjakan sesuatu. Dalam pemahaman mengenai sistem hukum nanti
akan terlihat, bahwa keduanya dapat dikenali kembali pemakaiannya.44
Sistem hukum merupakan sistem abstrak dan terbuka artinya bahwa sistem
hukum itu terdiri dari unsur-unsur yang tidak konkrit, tidak menunjukan kesatua
yang dapat dilihat dan unsur-unsur itu mempunyai hubungan timbal balik dengan
lingkungannya, serta unsur-unsur lain yang termasuk dalam sistem yang
mempunyai pengaruh terhadap unsur-unsur dalam sistem. Scholten yang
menyatakan bahwa tata hukum itu sendiri tidak lengkap, oleh karenanya sistem
hukum adalah sistem terbuka yang selalu membutuhkan masukan untuk
penyempurnaan. 45
44
J. B. Daliyo, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2001), hal 91. 45
Hukum sebagai suatu sistem menurut Fuller dapat diukur dengan delapan
asas yang dikenal sebagai principles of legality. Delapan asas itu adalah: 46
1. Suatu sistem hukum harus mengandung peraturan-peraturan (bukan
hanya keputusan ad hoc)
2. Peraturan yang sudah dibuat harus diumumkan
3. Peraturan tidak boleh ada yang berlaku surut
4. Peraturan harus dirumuskan dengan susunan kata-kata yang dapat
dimengerti
5. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-peraturan yang
bertentangan satu sama lain
6. Peraturan tidak boleh mengandung ketentuan yang melebihi apa yang
dapat dilakukan
7. Tidakboleh sering merubah peraturan sehingga menyebabkan orang
kehilangan orientasi
8. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangankan dengan
pelaksanaannya
Fuller sendiri mengatakan, bahwa kedelapan asas yang diajukan itu
sebetulnya lebih dari sekadar persyaratanbagi adanya suatu sistem hukum,
melainkan memberikan pengkualifikasian terhadap sistem hukum yang
mengandung suatu moralitas tertentu.
Di dunia ini tidak kita jumpai satu sistem hukum saja, melainkan lebih dari
satu. Adapun yang dimaksud dengan sistem hukum disini meliputi unsur-unsur
seperti: struktur, kategori, dan konsep. Perbedaan dalam unsur-unsur tersebut
46
mengakibatkan perbedaan dalam sistem hukum yang dipakai. Kita mengenal dua
sistem hukum yang berbeda, yaitu sistem hukum Civil Law dan sistem hukum
Common Law. Pada umumnya masyarakat menggunakan sebutan Civil Law
System dan Common Law System. 47
Pandangan sistem hukum Common Law mengenai trust, “trusts is created
the absolute owner of property (the settlor) passes the legal title in that property
to a person (the trustee) to hold that property on trust for the benefit of another
person (the beneficiary) in accordance with terms set out by the settlor”.48 Hal ini
mengandung pengertian bahwa trust dibuat pemilik mutlak dari properti (settlor)
melewati proses hukum properti tersebut untuk seseorang (wali amanat) untuk
menahan properti yang ada pada trust untuk kepentingan orang lain (penerima)
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pemilik mutlak properti.
Konsepsi awal trusts tersebut menunjukkan bahwa “trusts is a relationship
recognized by equity which arises where property is vested in (a person or)
persons called the trustees, which those trustees are obligated to hold for the
benefit of other persons called cestuis que trust or beneficiaries”.49 Konsep
tersebut berarti trust adalah hubungan yang diakui oleh ekuitas yang timbul di
mana properti dipegang (seseorang atau) orang yang disebut para wali (wali
amanat), yang diwajibkan untuk menahan untuk kepentingan orang lain yang
disebut que cestuis trust atau penerima manfaat.
47
Satjipto Rahardjo, Op. Cit, hal 235. 48
Gunawan Widjaja, Transplantasi Trust dalam KUH Perdata, KUD, dan Undang-Undnag Pasar Modal Indonesia,Jkarta: PT Raja Gafindo Persada, 2008 hal 30.
49
Secara teoritis, dalam suatu pernyataan trusts, settlor50 menyerahkan suatu
benda untuk diletakkan dalam trusts yang tercatat atas nama atau dalam
kepemilikan trustee. Pemberian oleh seorang settlor ini disertai dengan kewajiban
kepada trustee untuk menyerahkan kenikmatan atau kemanfaatan benda tersebut
kepada pihak ketiga yang disebut dengan beneficiary51. Ini menunjukkan bahwa
settlor sebagai pemberi suatu benda, setelah pernyataan trusts yang diucapkan
olehnya dilaksanakan tidak lagi menguasai, memiliki mempunyai kepentingan
apapun atas benda yang sudah diserahkan dalam trusts tersebut. Penyerahan
benda tersebut tidak disertai dengan suatu kontra prestasi langsung yang harus
dilakukan oleh trustee52 kepada settlor, melainkan kepada seorang pihak ketiga
yang disebutkan oleh settlor dalam pernyataan trusts-nya tersebut. Dalam konteks
tersebut, antara settlor, trustee dan beneficiary tidak ada perjanjian (kontrak) sama
sekali. Beneficiary tidaklah mempunyai kewenangan dalam hukum (Common
Law) untuk menuntut pemenuhan kewajiban trustee, demikian juga settlor (oleh
karena settlor sudah kehilangan haknya atas benda tersebut dalam hukum). 53
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa seorang trustee adalah pihak yang
mempunyai kewenangan atas benda yang berada dalam trusts, yang merupakan
bagian dari kewajibannya terhadap beneficiary atau cestui que trust, meskipun
kewenangan tersebut hanya sebatas pencatatan dan pendaftaran atas nama trustee
tersebut. 54 Bahkan dalam perkembangan selanjutnya sebagaimana dikatakan oleh
50
Seseorang yang menyerahkan harta kekayaannya untuk diatur kepada orang lain atau pihak kedua yang dipercayainya (Trustor).
51 Pihak ketiga yang akan menerima keuntungan atau manfaat atas pengelolaan harta kekayaan settlor sesuai dengan perjanjian.
52
Setiap orang yang memegang properti, otoritas, atau posisi kepercayaan atau tanggung jawab terhadap harta kekayaan untuk kepentingan orang lain (settlor).
53
Gunawan Widjaja, Op.cit, hal 30. 54
Gary Watt dalam Briefcase Equity & Trusts : 55
A Trust has the following characteristics :
1. The assets constitute a separate Fund and ae not part off the trustee’s estate
2. Title to the trust assests stand in the name of the trustee or in the name of another person on behalf of the trustee
3. The trustee has the power and the duty, in respect of which he is accountable, to manage, to employ or dispose of the assests in accordance with the terms of the trusts and the special duties imposed upon him by law
The reservation by the settlor of certain rights and powers, and the fact that
the trustee may himself have have rights as a benefiaciay, are not necessarily
[image:38.595.117.560.349.679.2]inconsistent with the existence of a trusts.
Gambar 1. Klasifikasi Trust
Sumber : Margareth Halliwell, Equity and Trusts,(London: Old Bailey Press, 2002), hal. 3
55
Gary Watt ,Briefcase Equity and Trusts 2nd ed.,(London: Cavendish Publishing Ltd., 1999), hal. 2
Trust
EXPRESS NON EXPRESS
Public/ Charitable
Private Un‐Enforceable Trusts of Impefect Obligation
Implied & Resulting
Cons‐ tructive
Fixed Protective Discretionary Traditional New Model
Under Trust Instrument
Penjelasan Gambar 1:
1. Trust dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Express Trust
b. Not Express Trust
a. Express Trusts
Express trusts terjadi jika seorang settlor membuat pernyataan bahwa harta
kekayaan tertentu diserahkan dalam trusts untuk kepentingan orang-orang atau
tujuan tertentu. 56
Express trusts selanjutnya dibedakan ke dalam :
1) Private trusts ;
2) Public trusts ;
3) Trusts of imperfect obligation.
1) Privatetrust57
Express trusts dapat melahirkan private trusts maupun public trusts.
Express trust melahirkan private trusts jika benda yang diletakkan dalam trusts
tersebut hanya dimanfaatkan oleh suatu orang atau satu kelompok orang tertentu.
Sementara itu, express trusts dinilai melahirkan public trusts jika benda yang
diletakkan dalam trusts tersebut dipergunakan untuk tujuan sosial tertentu, yang
dapat dinikmati oleh banyak orang, seperti misalnya suatu charitable trusts.
Private trusts selanjutnya dibedakan ke dalam fixed trusts, protective trusts,
dan discretionary trusts.
a) Discretionary dan Fixed Trusts58
56
Ibid hal 3. 57
Discretionary trusts adalah suatu trusts di mana trustee diberikan kebebasan
(kebijakan) untuk melakukan suatu tindakan untuk kepetingan dari salah satu atau
lebih beneficiary tertentu dalam suatu kelompok orang yang telah ditentukan oleh
settlor atau kepada seluruh beneficiary dalam kelompok tersebut, semata-mata
atas pertimbangan dari trustee. Sementara itu, dalam fixed trusts, kewajiban
trustee sudah ditentukan dengan pasti. Trustee hanya melaksanakan segala sesuatu
yang telah ditentukan dalam pernyataan trusts dan wajib untuk melaksanakannya
untuk kepentingan dari seluruh beneficiary, serta tidak diperkenankan untuk
bertindak berdasarkan pada kebijakannya sendiri.
b) Protective Trusts59
Protective trusts adalah trusts yang dengan sengaja secara khusus diciptakan
oleh settlor agar beneficiary tidak menghabiskan atau menghilangkan atau
meniadakan dengan cara apapun juga hak-haknya dalam equity (beneficiary
rights) kepada pihak lain, selama benda yang dinikmatinya tersebut masih berada
dalam tusts di bawah pemilikan trustee.
2) Charitable Trusts
Charitable trusts adalah suatu public trusts yang dengan sengaja dibuat atau
dibentuk untuk kegiatan bagi kepentingan umum yang diakui oleh pengadilan
sebagai charitable (suatu bentuk amal atau kedermawaan).60 Charity adalah
pengertian hukum, sehingga apa yang dikandung atau dirasakan oleh donor
(sebagai settlor) tidaklah penting. Pengadilan menentukan apakah suatu tindakan
yang dilakukan termasuk ke dalam tindakan charity atau bukan. Dalam
58
Ibid. 59
Ibid, hal 4-5. 60
Re.Hummeltenberg tahun 1923 seorang pewasiat meninggal dunia mewasiatkan
sebagai harta peninggalannya untuk mendirikan sekolah yang melatih orang-orang
dalam bidang kerohanian untuk tujuan amal. Mengenai hal tersebut Russie LJ
mengemukakan : 61“in my opinion the question whether a gift is or may be
operative for the public benefit is the question to be answered by the court by
forming an opinion on the evidence before it.” Pendapat Russie LJ mengandung
pengertian bahwa jawaban yang dikeluarkan oleh pengadilan adalah dengan cara
membentuk pendapat atas bukti-bukti yang dikumpulkan sebelumnya.
Pada sisi lain, meskipun dalam pandangan pemberi wasiat suatu tindakan
hanya ditujukan untuk kepentingan pemberi wasiat, namun jika dalam pandangan
pengadilan hal tersebut membawa kepentingan bagi masyarakat banyak, wasiat
yang ditinggalkan tersebut dapat menjadi suatu charitable trusts. 62
Untuk menilai apakah suatu tindakan pemberian adalah charitable trusts
atau bukan, ada tiga hal pokok yang diperhatikan oleh pengadilan yaitu sebagai
berikut: 63
a) Trusts must be of a charitable nature within the spirit and intend of the preamble to the Statute of Elizabeth as interpreted by the courts and extended by statute ;
b) It must promote a public benefit of a nature recognized by the courts as a public benefit;
c) The purpose of the trusts must be wholly and exclusively charitable
Hal diatas dalam terjemahan bebas berarti:
a) Trust harus bersifat amal dalam semangat dan berniat dari Piagam Statuta
Elizabeth sebagaimana ditafsirkan oleh pengadilan dan diperpanjang oleh
undang-undang
61
Ibid hal 171. 62
Gunawan Widjaja, Op.Cit hal 100. 63
b) Harus mempromosikan kepentingan publik yang bersifat diakui oleh
pengadilan sebagai manfaat publik;
c) Tujuan dari trust harus sepenuhnya dan secara eksklusif amal
3) Purpose Trusts ( Trusts of Imperfect Oboigations)
Purpose trusts adalah trusts yang dibuat untuk tujuan tertentu dan bagi
kepentingan tujuan tersebut daripada untuk kepentingan seorang atau lebih
beneficiary. Purpose trusts ini sering kali disebut juga dengan nama “trusts of
imperfect obligation”. Secara umum trusts yang demikian batal dan tidak
memiliki kekuatan hukum, karena dalam konsepsi private trusts, trusts dibuat dan
diciptakan untuk kepentingan dari seorang atau lebih beneficiary tertentu dan
dicptakan untuk kepentingan tertentu.64 Rocburgh J dengan tegas mengemukakan
bahwa suatu trusts bukanlah trusts jika tidak ada objek yang tertuju pada
kepentingan orang perorangan tertentu.65
Ada tiga kondisi yang harus diperhatikan dalam suatu purpose trusts, yang
sering kali dipergunakan oleh pengadilan untuk menyatakan bahwa suatu purpose
trusts adalah purpose trusts yang memiliki akibat hukum dan atau memiliki
kekuatan hukum. Ketiga kondisi tersebut adalah sebagai berikut.66
a) The trusts must be for a purpose which has been previously upheld by the
court
b) The trusts must be limited in perpetuity
c) There must be someone who will execute the purpse trusts
64
Ibid hal 5. 65
Ibid hal 155. 66
Dengan demikian pada dasarnya suatu purpose trusts merupakan
pengecualian dari berlakunya ketentuan trusts secara umum. Purpose trusts hanya
dibatasi pada pelaksanaan suatu wasiat yang jika tidak dilaksanakan akan
menyebabakan terjadinya hibah atas sisa benda milik pewasiat. Pengadilan dapat
secara tidak langsung melaksanakan trusts tersebut dengan meminta jaminan dari
trustee untuk melaksanakan wasiat tersebut sesuai dengan dan untuk kepentingan
yang telah ditentukan tersebut, dan selanjutnya memberikan kepada para penerima
wasiat sisa (lainnya) untuk melaksanakan wasiat tersebut secara bebas jika hal
tersebut tidak dilaksanakan. 67
b. Not - Express Trusts
Not - Express trusts dapat dibedakan lagi ke dalam :
1) resulting trusts
2) conctructive trusts
1) Resulting Trusts
Resulting trusts sering kali dinamakan juga implied trusts. 68 Suatu trusts
dikatakan merupakan implied ataiu resulting trusts jika, misalnya seorang settlor
menyatakan kehendaknya untuk memberikan kepada seoranng beneficiary uang
sejumlah tertentu untuk keperluan selama hidup dari orang tersebut. Trusts yang
demikian tidak menjelaskan ke mana perginya sisa uang yang diletakkan dalam
trusts tersebut, ketika beneficiary telah meninggal dunia. Dalam konteks yang
67
Pettit, Op.cit., hal 49. 68
demikian kepada settlor atau masuk harta kekayaan settlor pada saat meninggal
dunia. 69
Dalam konteks yang lain, resulting trusts dapat terjadi misalnya dalam hal
dua atau lebih orang memberli sesuatu benda secara bersama-sama, baik atas
nama seseorang dari mereka atau atas nama bersama. Dalam hal ini, equity
mengatakan bahwa suatu resulting trusts telah terjadi untuk kepentingan atas
benda yang dibeli tersebut untuk kepentingan dari seluruh pihak yang telah
berkontribusi untuk membeli benda tersebut. 70
2) Construtive Trusts
Suatu trusts adalah contructive trusts jika trusts tersebut dipaksakan
pelaksanaannya oleh Pengadilan karena perilaku dari pihak tertentu dalam trusts
tersebut yang tidak adil yang berkehendak untuk mempertahankan seluruh atau
sebagian kepetingan atau manfaat atas suatu benda tertentu hanya untuk
kepentingan dirinya sendiri. Dalam trust jenis ini, kehendak dari settlor tidak lagi
menjadi perhatian (penting), oleh karena constructive trusts ini berjalan demi
hukum dan diatur sepenuhnya menurut ketentuan atau aturan hukum yang
berlaku.
Beberapa hal penting yang dapat menyebabkan terjadinya contructive trusts
adalah misalnya : 71
a) Seorang pihak ketiga (di luar instrumen trusts), yang bukan bona fide
purchaser for value without notice72, menguasai suatu benda yang
69
Ibid. hal 5 70
Ibid. hal 6. 71
diletakkan atau diserahkan dalam trusts diwajibkan unk menjadi
constructive trustee bagi beneficiary benda yang berada dalam
kekuasaanya tersebut;
b) Trustee memperoleh manfaat pribadi dari suatu trusts, yang selanjutnya
diwajibkan untuk tetap memeliharanya dalam trusts untuk kepentingan
dari beneficiary;
c) Dalam suatu perjanjian yang bertujuan melaksanakan jual beli tanah,
pemilik menjadi constructive trustee bagi pembeli hingga seluruh proses
jual beli diselesaikan dan pembeli menjadi pemiliik.
Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa jika ada pemisahan
kepemilikkan, sedangkan tidak ada express trusts, implied trusts atau resulting
trusts, pihak terhadap siapa suatu benda diserahkan penguasaan dan
kepemilikannya menjadi trustee dalam suatu constructive trusts.73 Constructive
trust lahir karena kehendak hukum semata-mata.74 Dikatakan karena kehendak
hukum, oleh karena constructive trust diwajibkan oleh dan berdasarkan pada
putusan pengadilan