• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Mahasiswa Indekost Terhadap Tindakan Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Mahasiswa Indekost Terhadap Tindakan Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan Tahun 2013"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI MAHASISWA INDEKOST TERHADAP TINDAKAN SEKSUAL PRANIKAH DI JALAN SEI

PADANG KELURAHAN PADANG BULAN SELAYANG I MEDAN TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh :

INTAN SABRINA LUBIS NIM. 091000140

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi Dengan Judul

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI MAHASISWA INDEKOST TERHADAP TINDAKAN SEKSUAL PRANIKAH DI JALAN SEI

PADANG KELURAHAN PADANG BULAN SELAYANG I MEDAN TAHUN 2013

Yang dipersiapkan untuk disidangakan oleh :

INTAN SABRINA LUBIS NIM. 091000140

Skripsi Ini Telah Diperiksa dan Disetujui untuk disidangkan di Hadapan Tim penguji Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh :

Dosen Pembimbing I

Drs. Alam Bakti Keloko M.Kes

NIP. 196206041992031001

Dosen Pembimbing II

Drs. Eddy Syarial, MS

(3)
(4)

ABSTRAK

Masalah pada remaja khususnya mahasiswa menunjukkan gejala peningkatan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif, salah satunya yaitu perilaku seksual. Perilaku seksual yang terjadi di masyarakat disoroti oleh banyak pihak sebagai perilaku yang mengkhawatirkan dan membawa banyak dampak negatif, apalagi perilaku tersebut dilakukan oleh mahasiswa yang dianggap sebagai kaum intelektual yang mampu berpikir, bersikap dan berperilaku positif dimata masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan mahasiswa indekost terhadap perilaku seksual pranikah, yang meliputi hubungan antara pengetahuan dan motivasi mahasiswa indekost terhadap tindakan seksual pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif-analitik. Populasi pada penelitian ini adalah semua mahasiswa yang berusia 18-24 tahun baik laki-laki maupun perempuan yang tinggal di kost atau rumah sewa di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan. Banyaknya sampel berjumlah 61 orang, dengan tekhnik pengambilan sampel secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai panduan pertanyaan ketika melakukan wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat bahwa tidak ada hubungan (p > 0,05) antara pengetahuan, motivasi intrinsik terhadap tindakan seksual pranikah dan ada hubungan (p < 0,05) antara motivasi ekstrinsik terhadap tindakan seksual pranikah.

Berdasarkan kesimpulan maka disarankan perlunya bimbingan dari orangtua dalam hal menanamkan nilai agama dan moral di dalam diri anak, agar anak tidak terdorong untuk melakukan perilaku yang menyimpang khususnya perilaku seksual. Perlunya memberikan informasi dan penyuluhan kepada pihak pengelola atau pemilik kost agar semakin waspada dan semakin ketat untuk memberikan pengawasan kepada mahasiswa indekost yang tinggal di tempat yang mereka kelola.

(5)

ABSTRACT

Problems is teenagers specifically college students shows the increasing symptoms qualitatively and quantitatively, one of which is sexual behaviour. Sexual behavior which exists in the community caught the attention of many people as behavior that produced worries and bring about negative effects, especially when this is done by college students who are considered as intellectual people who are able to have positive thinking, attitude and behavior in the eyes of the community.

This research intend to know the relationship of boarding students toward premarital sexual behavior which includes the relationship between knowledge and motivation of students boarding againts in Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan premarital sexual action.

this research is a survey research descriptive-analitic. The population in this study were all students aged 18-24 years in both man and women living in the boarding house and rental house in Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan. The total sample is 61 people, with the sample collecting technique using purposive sampling. The data was collected using a questionnaire as a guide when conducting the interview questions.

Based on the research results obtained that there was no correlation (p>0,05) between knowledge, intrinsic motivation toward premarital sexual activity and there was a correlation (p<0,05) between extrinsic motivation toward premarital sexual action.

Based on the conclusions is need the suggested for parental guidance in term of religion and moral value instilled within the child, so that children are not compelled to perform deviant behavior especially sexual behavior. The need to provide information and counseling to the manager or owner of the boarding house to be more vigilant and more stringent to provide supervision to students who live in the boarding house where they manage.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Intan Sabrina Lubis

Tempat/Tanggal Lahir : Emp. Aek Torop, 19 September 1991

Agama : Islam

Suku : Mandailing

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah Saudara : 3 orang

Alamat : Emp. Aek Raso Kecamatan Torgamba

Nama Orangtua : Sabran Lubis & Sri Juniarti

Riwayat Pendidikan

1 TK TUNAS HARAPAN Emp Aek Raso Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan (1995-1997)

2 SD Negeri 118268 Emp Aek Raso Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan (1997-2003)

3 SMP Negeri 1 Torgamba Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan (2003-2006)

4 SMA Negeri 1 Rantau Selatan Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu (2006-2009)

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah, atas Rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Mahasiswa Indekost Terhadap Tindakan Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan

Selayang I Medan Tahun 2013 . Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko M.Kes selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak Drs. Eddy Syarial, MS selaku Dosen Pembimbing II dan Penguji I yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

(8)

6. Para Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, terutama Pak Warsito selaku pegawai PKIP

7. Ibu Yusniwarti Yusad, dr, Msi selaku dosen penasehat akademik.

8. Bapak Gipson selaku Kepala Lingkungan Sei Padang yang telah memberikan izin untukn melakukan penelitian ini.

9. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta saya yang tidak pernah lelah memberikan dukungan baik secara moral ataupun material dengan penuh kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Adik-adikku Sheila, Risky dan Adel serta semua sanak saudara yang telah memberikan dukungan

dan doa.

11. Orang yang paling special buatku Roro Wayandana yang selalu ada buatku dan memberikan

motivasi, saran untukku.

12. Sahabat-sahabatku yang paling kusayangi (Rindika Cristiani Srg.SKM, Vina Rahayu Purba, Kak

Fiesta Octorina.SKM, Nurmaines Adika.SKM, Abang Iskandar Harahap, Ayu Indah Ningrum, Abang Reky, Dian sheilah, Cahya elika, Atina, Sefka, Puci terima kasih atas bantuan dan motivasi yang selama ini kalian berikan.

13. Teman-teman di peminatan PKIP Kak ida, kak vera, kak nila, kak mela, kak helmida yang telah

memberikan banyak bantuan motivasi untukku.

14. Teman-taman PBL yang sangat kusayangi kak Maya, Kak Sity, Mince, kak Dina Kak Uya, yang

telah banyak memberikan penulis dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

15. Teman satu kost kak Ria, Uun, Nizwa, Yuli yang selalu memotivasi saya dan menemani saya di

rumah.

(9)

17. kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan untuk kelancaran pembuatan skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Medan, Juli 2013

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan

A strak………... i

A stra t ………. i

Daftar Riwayat Hidup ……… ii

Kata Pe ga tar ……….. iii

Daftar Isi ……… iv

Daftar Ta el ……… v

Daftar La pira ………. vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Umum ... 8

1.3.2 Tujuan Khusus ... 8

1.4Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1Perilaku ... 10

2.1.1 Pengetahuan (knowledge) ... 11

2.1.2 Motivasi ... 13

2.1.3 Tindakan ... 18

2.1.4 Faktor memengaruhi perilaku ... 18

2.2 Perilaku seksual ... 22

2.3 Perilaku seksual pranikah ... 24

2.3.1 Dampak melakukan hubungan seksual pranikah ... 24

2.3.1.1.Aspek medis ... 24

2.3.1.2.Aspek sosio-psikologis ... 25

2.4Kesehatan reproduksi ... 26

2.5Mahasiswa ... 27

2.5.1 Defenisi mahasiswa ... 27

2.6Mahasiswa indekost dan perilaku seksual ... 28

2.7Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku seksual Mahasiswa indekost ... 30

2.8Kerangka konsep penelitian ... 32

(11)

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 34

3.1Jenis penelitian ... 34

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

3.2.1 Lokasi penelitian ... 34

3.2.2 Waktu penelitian ... 34

3.3Populasi dan Sampel penelitian ... 35

3.3.1 Populasi ... 35

3.3.2 Sampel... 35

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.4.1 Data Primer ... 36

3.4.2 Data Sekunder ... 36

3.5Defenisi Operasional ... 36

3.6Aspek Pengukuran dan Instrumen ... 38

3.6.1 Aspek Pengukuran ... 38

1. Pengetahuan ... 39

2. motivasi ... 40

3. tindakan ... 41

3.6.2 Instrumen ... 41

3.7 Teknik Analisis Data dan Pengolahan Data ... 41

3.7.1 Analisis Data ... 41

3.7.2 Pengolahan Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN... 43

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43

4.1.1 Gambaran Geografis ... 44

4.1.2 Gambaran Demografis ... 44

4.2 Analisis Univariat Karakteristik Responden ... 44

4.2.1 Umur ... 45

4.2.2 Jenis Kelamin ... 45

4.2.3 Tingkat pendidikan ... 46

4.2.4 Jumlah Uang Saku ... 46

4.2.5 Pengetahuan Responden ... 47

4.2.6 Tingkat Pengetahuan ... 53

4.2.7 Motivasi Ikstrinsik Responden ... 53

4.2.8 Motivasi Ekstrinsik Responden ... 56

4.2.9 Tingkat Motivasi Intrinsik ... 59

4.2.10 Tingkat Motivasi Ekstrinsik ... 60

4.2.11 Tindakan Responden ... 60

4.2.12 Tingkat Tindakan ... 69

4.3 Analisis Bivariat ... 70

4.3.1 Tindakan seksual jenis kelamin ... 70

4.3.2 Tindakan seksual berdasarkan pengetahuan ... 71

4.3.3 Tindakan Seksual Motivasi Intrinsik ... 71

4.3.4 Tindakan Seksual Motivasi Ekstrinsik ... 72

BAB V PEMBAHASAN ... 74

(12)

5.2 Gambaran Pengetahuan Mahasiswa ... 76

5.3 Gambaran Motivasi Intrinsik Responden ... 78

5.4 Gambaran Motivasi Estrinsik Responden ... 79

5.5 Gambaran Tindakan Responden ... 81

5.6 Gambaran Tindakan seksual Berdasarkan Jenis Kelamin ... 85

5.7 Gambaran Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan ... 86

5.8 Gambaran Hubungan Motivasi Intrinsik dgn Tindakan ... 87

5.9 Gambaran Hubungan Motivasi Ekstrinsik dgn Tindakan ... 88

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

6.1 Kesimpulan ... 91

6.2 Saran ... 92

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Umur di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Jumlah Uang Saku di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Pengertian Perilaku Seksual di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Aktifitas Yang Termasuk Perilaku Seksual di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Hubungan Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Remaja Melakukan Hubungan Seksual di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan .

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Dampak Langsung Bagi Remaja Putri Yang Melakukan Hubungan Seksual Pranikah (Bersetubuh) di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Dampak Psikologis Akibat Melakukan Hubungan Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Usia Wanita Yang Paling Baik Untuk Hamil di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

(14)

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Cara Mencegah Terjadinya Kehamilan di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan. Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Tempat Kost Bisa

Dijadikan Tempat Melakukan Hubungan Seksual di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.15 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Perilaku Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Motivasi Intrinsik Responden Ketika Meningkatnya Hasrat Dan Dorongan Seksual di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Motivasi intrinsik Responden Terhadap Kebutuhan Biologis Yang Timbul Dari Dalam Diri Responden Untuk Melakukan Hubungan Seksual di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Motivasi Intrinsik Responden Ketika Berharap Ingin Punya Anak Secepatnya di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Motivasi Intrinsik Responden Ketika Responden Ingin Selalu Disayang Oleh Pacar di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Motivasi Intrinsik Responden Ketika Pacar Responden Telah Berminat Untuk Melakukan Hubungan Seksual di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Motivasi Ekstrinsik Responden Ketika Orang Tua Telah Memberi Izin Untuk Melakukan Hubungan Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.22 Distribusi frekuensi Motivasi Ekstrinsik Responden Ketika Orang Tua Memaksa Responden Untuk Melakukan Hubungan Seksual Pranikah Dengan Lawan Jenis Karena Faktor Ekonomi di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

(15)

Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Motivasi Ekstrinsik Responden Ketika Banyaknya Majalah Dewasa Yang Menampilkan Foto-foto Porno di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Motivasi Estrinsik Responden Ketika Semakin Mudahnya Mengakses Video Porno di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.26 Distribusi Responden Menurut Tingkat Motivasi Intrinsik Terhadap Perilaku Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.27 Distribusi Responden Menurut Tingkat Motivasi Ekstrinsik Terhadap Perilaku Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.28 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Terhadap Pacaran di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.29 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Tempat Bertemu Pacar di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.30 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Lama Responden Ketemu Dengan Pacar di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.31 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Terhadap Berpegangan Tangan Dengan Pacar di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.32 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tindakan Berpelukan Dengan Pacar atau Pasangan Kencan di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.33 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tindakan Berciuman Pipi di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

(16)

Tabel 4.35 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tindakan Berciuman yang Di Fokuskan Pada Bagian leher (Necking) di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.36 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tindakan Meraba Bagian Dada Pacar di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.37 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tindakan Meraba Alat Vital Pacar Atau Pasangan Kencan di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.38 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tindakan Petting di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.39 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tindakan Bersetubuh di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.40 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tindakan Penggunaan Alat Kontrasepsi di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.41 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Teman Akrab Responden di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.42 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Pembicaraan Bersama Teman Akrab Mengenai Seks di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.43 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Topik Pembicaraan Seksual Responden Dengan Teman Akrab di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.44 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Melakukan Hubungan Seksual Karena diajak Teman di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

(17)

Tabel 4.46 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Terhadap nasehat Orangtua Yang Berhubungan Dengan Pacaran di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.47 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Pembicaraan Orang Tua Mengenai Kesehatan Reproduksi di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.48 Distribusi Responden Menurut Tingkat Tindakan Terhadap Perilaku Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.49 Distribusi Responden Menurut Tindakan Seksual Pranikah Berdasarkan Jenis Kelamin di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.50 Distribusi Responden Menurut Tindakan Perilaku Seksual Pranikah berdasarkan Tingkat Pengetahuan Mengenai Hubungan Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.51 Distribusi Responden Menurut Tindakan Seksual Pranikah berdasarkan Tingkat Motivasi Intrinsik terhadap Perilaku Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

Tabel 4.52 Distribusi Responden Menurut Tindakan Seksual Pranikah berdasarkan Tingkat Motivasi Ekstrinsik terhadap Perilaku Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan.

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner (Instrumen Penelitian) Lampiran 2. Master Data

Lampiran 3. Surat Permohonan Survei Pendahuluan Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian

(19)

ABSTRAK

Masalah pada remaja khususnya mahasiswa menunjukkan gejala peningkatan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif, salah satunya yaitu perilaku seksual. Perilaku seksual yang terjadi di masyarakat disoroti oleh banyak pihak sebagai perilaku yang mengkhawatirkan dan membawa banyak dampak negatif, apalagi perilaku tersebut dilakukan oleh mahasiswa yang dianggap sebagai kaum intelektual yang mampu berpikir, bersikap dan berperilaku positif dimata masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan mahasiswa indekost terhadap perilaku seksual pranikah, yang meliputi hubungan antara pengetahuan dan motivasi mahasiswa indekost terhadap tindakan seksual pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif-analitik. Populasi pada penelitian ini adalah semua mahasiswa yang berusia 18-24 tahun baik laki-laki maupun perempuan yang tinggal di kost atau rumah sewa di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan. Banyaknya sampel berjumlah 61 orang, dengan tekhnik pengambilan sampel secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai panduan pertanyaan ketika melakukan wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat bahwa tidak ada hubungan (p > 0,05) antara pengetahuan, motivasi intrinsik terhadap tindakan seksual pranikah dan ada hubungan (p < 0,05) antara motivasi ekstrinsik terhadap tindakan seksual pranikah.

Berdasarkan kesimpulan maka disarankan perlunya bimbingan dari orangtua dalam hal menanamkan nilai agama dan moral di dalam diri anak, agar anak tidak terdorong untuk melakukan perilaku yang menyimpang khususnya perilaku seksual. Perlunya memberikan informasi dan penyuluhan kepada pihak pengelola atau pemilik kost agar semakin waspada dan semakin ketat untuk memberikan pengawasan kepada mahasiswa indekost yang tinggal di tempat yang mereka kelola.

(20)

ABSTRACT

Problems is teenagers specifically college students shows the increasing symptoms qualitatively and quantitatively, one of which is sexual behaviour. Sexual behavior which exists in the community caught the attention of many people as behavior that produced worries and bring about negative effects, especially when this is done by college students who are considered as intellectual people who are able to have positive thinking, attitude and behavior in the eyes of the community.

This research intend to know the relationship of boarding students toward premarital sexual behavior which includes the relationship between knowledge and motivation of students boarding againts in Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan premarital sexual action.

this research is a survey research descriptive-analitic. The population in this study were all students aged 18-24 years in both man and women living in the boarding house and rental house in Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan. The total sample is 61 people, with the sample collecting technique using purposive sampling. The data was collected using a questionnaire as a guide when conducting the interview questions.

Based on the research results obtained that there was no correlation (p>0,05) between knowledge, intrinsic motivation toward premarital sexual activity and there was a correlation (p<0,05) between extrinsic motivation toward premarital sexual action.

Based on the conclusions is need the suggested for parental guidance in term of religion and moral value instilled within the child, so that children are not compelled to perform deviant behavior especially sexual behavior. The need to provide information and counseling to the manager or owner of the boarding house to be more vigilant and more stringent to provide supervision to students who live in the boarding house where they manage.

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah meningkatkan

perilaku masyarakat agar bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,

mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan ancaman

kesehatan lainnya, sadar hukum, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat

termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (Depkes RI).

Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia khususnya sebagai generasi

penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku hidup sehat sesuai dengan Visi Indonesia Sehat

2025. Diharapkan juga dengan memiliki perilaku hidup sehat mahasiswa diharapkan memiliki

kesehatan yang baik pula yang selanjutnya akan mendukung tercapainya sumber daya manusia

yang baik dan berkualitas karena kesehatan sangat menentukan kualitas sumber daya manusia

(Nining, 2009).

Menurut Gunarsa (2000), mahasiswa dapat digolongkan kedalam kelompok remaja

lanjut. Remaja lanjut mulai mengembangkan kemampuannya mengadakan hubungan sosial baik

dengan teman sebaya maupun orang lain yang berbeda tingkat kematangan sosialnya. Mahasiswa

yang berada pada masa remaja lanjut memang menghadapi berbagai kesulitan dan tidak semua

mampu mengatasi diri. Seiring pula dengan pergeseran dari depedensi ke indepedensi,

Mahasiswa merasa lebih bebas untuk bergaul.masalah pergaulan bisa menjadi masalah yang

cukup pelik, baik kerena percintaan, tidak bisa menyesuaikan diri dan keterlibatan terhadap

(22)

Salah satu masalah tentang pergaulan yaitu pergaulan ditempat kost, Dapat dilihat dari

sebuah sumber bahwa mahasiswa memiliki mental dan perilaku yang memprihatinkan. Contoh

penelitian dari Widjanarko (2003) yang mengungkapkan 97% mahasiswa indekost di Yogyakarta

sudah tidak perawan lagi dan di Semarang juga terdapat peristiwa yang tak kalah hebohnya yaitu

penggrebekan terhadap rumah-rumah kost yang ternyata digunakan sebagai tempat mesum juga

semakin tingginya angka pernikahan mahasiswa karena sudah melakukan hubungan seksual

sebelum menikah, semakin merebaknya mahasiswa yang berprofesi sebagai pekerja seks

komersil dan melakukan hubungan seksual di kamar mandi tempat ibadah serta kasus-kasus

aborsi yang belum terungkap (Widjanarko, 2003)

Maraknya pergaulan bebas membuat kehidupan mahasiswa kost sangat rentan dengan

perilaku seksual pranikah. Perkembangan jaman dan teknologi, maraknya media fornografi,

kurangnya control orang tua dan kebebasan yang diberikan ibu kost membuat mahasiswa

semakin leluasa melakukan hubungan seksual pranikah didalam kost. Seksual pranikah yang

membawa dampak yang sangat buruk bagi pelakunya diantaranya kehamilan yang tidak

diinginkan (KTD), penyakit menular seksual(PMS), serta HIV dan AIDS (Nining, 2009).

Pengetahuan subjek yang rendah tentang seksual pranikah serta perilaku yang permisif

membuat subjek semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah yang tidak bertanggung

jawab. Lingkungan teman sebaya yang permisif yang sudah melakukan hubungan seksual

pranikah mempengaruhi kecenderungan subjek terhadap perilaku tersebut. Semakin canggih nya

teknologi internet membuat informasi seksual pranikah semakin mudah untuk diakses dan juga

ketidakberadaan induk kost membuka kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah

(23)

Menurut Agus mochtar yang dikutip oleh Nining (2009), Bahwa adanya pola hubungan

yang tidak akrab antara pemilik rumah kost dengan mahasiswa mahasiswi yang dimaksud yaitu

tidak adanya komunikasi antara anak kost dengan pemilik kost misalnya pemilik kost tidak ingin

tahu apa yang dikerjakan anak kostnya dan anak kost tersebut tidak segan dengan ibu kostnya

sehingga membuat kehidupan seksual ditempat kost menjadi sangat bebas. Sebanyak 72,9%

responden perempuan yang mengaku hamil, diantara mereka 91,5% telah melakukan aborsi.

Tindakan aborsi tersebut biasanya menggunakan dukun beranak sebanyak 94,8% dan hanya

terdapat 5,25% aborsi perempuan yang dilakukan dengan adanya bantuan petugas paramedis.

Selain itu, terdapat 33,2% (perempuan) dan ada 16,8% (laki-laki) yang telah mengaku menderita

penyakit seksual kelamin akibat melakukan hubungan seks bebas.

Dari hasil penelitian sejumlah remaja di DKI Jakarta dan Banjarmasin, ketika ditanya

model berpacarannya sekitar 61 % sudah berciuman. Dari 400 responden di masing-masing kota

sekitar 6-7% sudah meraba alat vital kelamin pasangannya. Yang sampai bersenggama sekitar

1-2%. Begitu pula penelitian Baren dalam nining (2009), menyatakan bahwa dari penelitian yang

dilakukan terhadap remaja di Medan sebagaimana dimuat di tabloit wanita Indonesia,

memperlihatkan gambaran betapa gampangnaya remaja melakukan hubungan seks tanpa melalui

jenjang pernikahan yang sah. Penelitian ini menyebutkan mereka yang melewati masa pacaran

2-6 bulan sudah dipastikan melakukan hubungan seks, apalagi yang sudah berpacaran lebih dari

setahun (Nining, 2009).

Hasil survei UNFPA tahun 2000 mengenai jumlah penduduk usia 20-24 tahun yang

melakukan hubungan sek pranikah di beberapa kota besar yaitu Manado, Surabaya, Malang dan

(24)

Remaja merupakan usia yang rentan dalam menanggapi perubahan yang ada disekitarnya.

Hasil riset synoviet tahun 2004 juga membuktikannya. Riset dilakukan di empat kota yakni,

Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan. dari 450 responden ,44% mengaku berhubungan seks

pertama kali pada usia 16-18 tahun. Bahkan ada 16 responden yang mengenal seks sejak usia

13-15 tahun. Sebanyak 40 % responden melakukan hubungan seks dirumah. Sedangkan 26%

melakukan di tempat kost, dan 20 % lainnya di hotel (Joko, 2009).

Berdasarkan survei dasar kesehatan reproduksi remaja (KKR) yang dilakukan BKKBN di

Jawa Barat terdapat 288 responden usia 14-22 tahun di 6 Kabupaten Kota Jawa Barat pada Mei

2002 diperoleh 39,65% remaja pernah melakukan hubungan seksual pranikah, Selain itu

terungkap pula 83 % responden sama sekali belum memiliki pengetahuan tentang konsep

reproduksi, 40,6 5 tidak tahu tentang seksual beresiko, dan 42,42 % tidak tahu tentang penyakit

menular seksual (PMS) (Sendjaja, 2002).

Sedangkan dari hasil poling LSM Sahara di kota Bandung, adalah 44,8% mahasiswi

melakukan hubungan intim atau seks. Sebagian besar mahasiswa mahasiswi tersebut melakukan

hubungan intim dikamar kost atau di kontrakan nya. Dari tahun 2000-2002 diketahui bahwa

tempat yang paling sering dijadikan untuk melakukan hubungann seksual yaitu dirumah kost

(51,5 %), kemudian menyusul di rumah kontakan pribadi sekitar (30%), rumah yang jauh dari

kampus membuat mahasiswa dan mahasiswi memilih untuk tinggal di rumah kost dampak

positifnya adalah mereka bisa mandiri dan bisa mengambil kesimpulan, dampak lain, lemahnya

kontrol orang tua dan ibu kost membuat para mahasiswa dan mahasiswi melakukan hubungnan

seksual dikamar kostnya (Tempo, 2006).

Data dari hasil survei yang diperoleh secara acak dalam kurun waktu enam bulan terakhir

(25)

Kabupaten Ponogoro pada tanggal 17 Desember 2010 bahwa angka persentase menunjukkan

dari 5 orang gadis 4 orang telah melakukan hubungan seks pranikah sehingga tidak perawan lagi

dan BKKBN tahun 2010 mencatat dikalangan remaja Jabotabek sekitar 51% telah melakukan

hubungan seksual pranikah, Surabaya mencapai 54%, Bandung 47%, dan Medan 52%. LSCK

PUSBIH (lembaga studi cinta dan kemanusiaan serta pusat pelatihan bisnis dan humaniora) pada

tahun 2002 menemukan fakta bahwa 1.160 orang responden yang tersebar di 16 perguruan tinggi

di Yogyakarta, 97,05 % dari responden itu mengaku kehilangan keperawanannya dalam

periodisasi waktu kuliahnya (suara pembaruan_online.com).

Berdasarkan penelitian Boyke yang dikutip oleh Arliza bahwa 50% pengunjung klinik

aborsi adalah remaja dan 44% hamil diluar nikah, jumlah kasus aborsi 800.000 – 1.000.000

pertahun, 11% diantaranya dilakukan oleh wanita yang belum menikah dan 51% dari seluruh

kasus tersebut dilakukan oleh wanita usia muda.pada 33 provinsi di indonesia, 63% remaja di

indonesia pernah berhubungan seks. Sebanyak 21% remaja diantaranya pernah melakukan aborsi

(BKKBN, 2008).

Data dari Bapenas tahun 2009 menyebutkan bahwa kasus aborsi di indonesia sebanyak

2,3 juta pertahun, 30% dilakukan oleh remaja. Dan berdasarkan data Departemen Kesehatan

hingga September 2008, selain masalah seks pranikah dari 15.210 penderita HIV/AIDS di

indonesia, 54% di antaranya adalah remaja (Arliza, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian di kelompok SAHIVA (sadar HIV/AIDS) tentang perilaku

kesehatan reproduksi anak kost pada tahun 2005 di jalan Dr.Mansyur dan Jamin Ginting Medan

di kawasan kampus USU, Bahwa rata-rata anak kost pernah melakukan aktifitas seksual di

tempat kost, baik berupa ciuman, berpelukan, oral seks, vaginal seks, anal seks bahkan ada yang

(26)

dengan pacarnya sendiri, 14,4% dengan kawan lawan jenis, 10,4% dengan sesama jenisnya, dan

bahkan ada yang berhubungan dengan pekerja Seks Komersil yaitu sebanyak 4,0%. Rata-rata

anak kost pulang lewat pukul 10 malam (88,0%), membawa teman lawan jenisnya ke kamar

(56,8%), membawa pacar ke dalam kamar (53,6%) dan menerima tamu menginap di kamar

selain dari orang tua dan saudara kandungnya (84,8%) (Arliza, 2010).

Persoalan-persoalan di atas menunjukkan bahwa permasalahan dan akibat dari perilaku

seksual, pranikah remaja dari tahun ke tahun semakin bertambah. masalahnya, perkembangan

itu bukan malah bertambah baik tapi justru bertambah buruk, karena pada umumnya

perkembangan hubungan seksualitas remaja diakibatkan adanya persepsi yang keliru mengenai

pacaran (Doni, 2001).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan penulis di jalan Sei Padang kelurahan

Padang Bulan Selayang I Medan, banyak sekali mahasiswa yang keluar masuk kost dan rumah

membawa pasangan atau teman lelakinya, mereka berasal dari berbagai universitas yang ada di

kota Medan. Sebenarnya rumah kosan di Jalan Sei Padang sangat di jaga ketat oleh siskamling

yang tidak memperbolehkan laki-laki bertamu diatas pukul 23.00. akan tetapi, Dengan berbagai

cara mereka bisa lolos dari pengawasan penjaga siskamling. Sebagian besar mahasiswa yang

bertempat tinggal di Jalan Sei Padang ikut bergabung dalam berbagai organisasi dikampusnya

sehingga mereka pulang sampai larut malam.

Penulis memperoleh informasi dari penjaga siskamling di Jalan Sei Padang, beberapa

waktu lalu ada dua orang mahasiswa perempuan yang tinggal di tempat berbeda tertangkap

basah membawa pasangannya lelakinya tidur dikamar kostnya yang berada di lantai dua. Mereka

kedapatan sedang melakukan hubungan intim di dalam kamar sehingga mereka di usir dari

(27)

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian di Jalan Sei Padang,

untuk mengetahui sejauh mana perilaku seksual pranikah mahasiswa indekost di daerah tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Sejauhmana hubungan antara pengetahuan dan motivasi mahasiswa indekost terhadap

tindakan hubungan seksual pranikah di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I

Medan tahun 2013.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan motivasi mahasiswa indekost terhadap

tindakan hubungan seksual pranikah di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I

Medan tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa indekost tentang hubungan

seksual pranikah Di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan

Tahun 2013.

2. Untuk mengetahui motivasi mahasiswa indekost terhadap hubungan seksual pranikah

di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan Tahun 2013.

3. Untuk mengetahui tindakan mahasiswa indekost terhadap hubungan seksual pranikah

(28)

4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perilaku seksual pranikah pada

mahasiswa di Jalan Sei Padang kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan Tahun

2013.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Kelurahan

Sebagai bahan masukan tentang dampak yang ditimbulkan dari perilaku seksual

pranikah di tempat kost.

2. Bagi responden

Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan responden tentang bahaya

yang ditimbulkan dari perilaku seksual pranikah dan kesehatan reproduksi remaja.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Sebagai bahan masukan untuk menambah referensi bagi pengembangan ilmu atau

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

Menurut Ensiklopedia Amerika Skinner (1938) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003)

merumuskan bahwa Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang

ada di lingkungan sekitarnya (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui

proses stimulus terhadap suatu organism, kemudian organism ini merespon, maka teori Skinner

disebut teori“SOR“atau stimulus organism respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap suatu stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup

(covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan

belum dapat diamati oleh orang lain.oleh karena itu disebut covert behavior atau unobservable

behavior, misalnya: seorang remaja yang tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui

hubungan seksual pranikah, dan ibu hamil yang tahu pentingnya periksa kehamilan dan

sebagainya.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon satau reaksi seseorang terhadap suatu stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek

(practice), yang dapat dengan mudah diamati oleh orang lain . oleh karena itu disebut dengan

(30)

kehamilannya ke puskesmas, remaja yang ikut pelatihan tentang resiko perilaku seksual pranikah

dan sebagainya.

Menurut Notoadmodjo (1993) proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi

oleh faktor yang berasal dari dalam diri (internal) dan dari luar diri (eksternal). Faktor internal

mencakup pengetahuan, motivasi, persepsi, kecerdasan emosi dan sebagainya dan berfungsi

untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar

baik fisik maupun nonfisik seperti iklim, manusia, social, ekonomi, budaya dan lain-lain.

2.1.1. Pengetahuan (knowledge)

Menurut Notoadmodjo (2005), bahwa Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia,

atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai dengan

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh indra pendengaran

(telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mempunyai

intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat

pengetahuan , yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya

(31)

paling rendah. Kata kerja yang dapat mengukur apakah orang tersebut tahu tentang sesuatu yang

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami sebuah objek bukan hanya sekedar tahu tentang objek tersebut, tidak sekedar

dapat menyebutkannya, tetapi orang tersebut dapat menginterpretasikan secara benar tentang

objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek tersebut dapat

menggunakan atau mengaplikasikan prinsip atau cara yang diketahui tersebut terhadap situasi

yang lain. Dengan kata lain aplikasi atau penggunaan rumus-rumus, hukum, metode, prinsip, dan

sebagainya.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan,

kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah

atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang tersebut telah sampai pada

tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat memisahkan atau membedakan,

mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut .

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seeorang untuk merangkum atau meletakkan

dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan

kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

(32)

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada kriteria

yang didtentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

2.1.2. Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti “dorongan” atau “daya penggerak” yang

ada dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan atau aktifitas

(Herijulianti, 2001).

Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk

mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk

menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menuaikan

kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dari berbagai sasaran yang telah ditentukan

sebelumnya (Siagian, 1998).

Motivasi berasal dari bahasa latin “mevore” berarti “menggerakkan” yaitu kekuatan

psikologis yang menggerakkan seseorang ke arah beberapa jenis tindakan dan sebagai suatu

kesediaan untuk menerima pembelajaran dengan kesiapan sebagai bukti dari motivasi, dengan

hasil faktor internal dan faktor eksternal dan bukan hasil manipulasi eksternal saja (Haggard,

2001).

Menurut Djamarah (2002), motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu motivasi intrinsik

dan motivasi ekstrinsik

(33)

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar, karena dari dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan

sesuatu. motivasi intrinsik datang dari hati sanubari umumnya karena kesadaran.

Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang memengaruhi motivasi intrinsik yaitu :

1) Kebutuhan (need)

Seseorang melakukan aktifitas atau kegiatan karena adanya faktor-faktor

kebutuhan baik biologis maupun psikologis.

2) Harapan (Expentancy)

Seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan keberhasilan

bersifat pemuasan diri seseorang. keberhasilan dan harga diri meningkat dan

menggerakkan seseorang kearah pencapaian tujuan.

3) Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa ada

yang menyuruh (tanpa adanya pengaruh dari ornag lain).

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah

motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang atau pengaruh dari orang lain

sehingga seseorang berbuat sesuatu (Hamzah, 2009).

Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang memengaruhi motivasi ekstrinsik adalah :

1) Dorongan keluarga

Seseorang melakukan perilaku seksual pranikah bukan kehendak sendiri tapi

(34)

ayah, ibu, kakak, adik dan lainnya karena berbagai alasan. Dukungan dan

dorongan dari keluarga semakin memantapkan anak tersebut untuk melakukan

seksual pranikah.

2) Lingkungan

Lingkungan adalah tempat dimana seseorang tinggal, lingkungan dapat

memengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu.

Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam mengubah

tingkah lakunya. Di lingkungan indekost yang bebas dan tidak terkontrol oleh

ibu kos akan mempermudah seseorang untuk melakukan hal yang menyimpang,

selain itu didukung oleh teman-teman yang cuek atau tidak mau tahu apa yang

dilakukan oleh temannya, akan memotivasi seorang mahasiswa melakukan

perilaku seksual pranikah.

3) Media

Media adalah faktor yang sangat berpengaruh bagi responden dalam memotivasi

mahasiswa indekost untuk melakukan perilaku seksual pranikah. karena pada era

globalisasi ini tekhnologi semakin canggih dan semakin mudah bagi mahasiswa

itu untuk memperoleh informasi atau pengetahuan mengenai perilaku seksual.

seperti menonton video porno, membaca di majalah, dan lain-lain.

Adapun berbagai pendekatan dalam motivasi antara lain :

a. Pendekatan insting

Instink adalah pola perilaku yang kita bawa sejak lahir yang secara biologis diturunkan.

(35)

hidup. seks adalah salah satu instink untuk hidup karena terkait dengan fungsi reproduksi.

Sedangkan menjelajah/eksplorasi didasari oleh instink menyelamatkan diri. Karena motivasi

bukan sesuatu yang dapat secara langsung dipelajari maka cara mempelajari motivasi dengan

menelaah mengenai kebutuhan manusia. Kebutuhan adalah ketidakseimbangan maka kita akan

berusaha memenuhi kebutuhan agar terjadilah keseimbangan.

b. Pendekatan pemuasan kebutuhan (drive-reduction)

Teori ini menekankan pada apa yang menarik seseorang untuk berprilaku atau drive

theory ini menjelaskan motivasi dalam suatu gerak sirkuler. Manusia terdorong untuk berprilaku

tertentu guna mencapai tujuannya sehingga tercapailah keseimbangan. Dengan demikian teori ini

merupakan teori yang berusaha menjelaskan apa yang menarik seseorang untuk berprilaku

tertentu atau disebut juga sebagai push theory. c. Pendekatan insentif

Teori ini berlawanan dengan dorongan yang memfokuskan diri pada apa yang mendorong

seseorang untuk berprilaku tertentu, maka push theory lebih tertarik untuk mempelajari apa yang

dapat menarik seseorang untuk melakukan perilaku tertentu. Insentif merupakan stimulus yang

menarik seseorang untuk melakukan sesuatu karena dengan perilaku tersebut seseorang akan

mendapatkan imbalan.

d. Pendekatan Arousal

Pendekatan ini mencari jawaban atas tingkah laku dimana tujuan dari perilaku ini adalah

untuk memelihara atau meningkatkan rasa ketegangan. Teori ini disebut juga teori oponen-proses. Pada umumnya manusia cenderung mencari kesenangan atau kenikmatan, namun pada suatu titik tertentu rasa nikmat itu sudah beradaptasi dan kenikmatan ini kemudian turun pada

(36)

e. Pendekatan kognitif

Pendekatan kognitif menjelaskan bahwa motivasi merupakan produk dari pikiran,

harapan dan tujuan seseorang (Feldman, 2003). Dalam pendekatan ini dibedakan antara motif

intrinsik atau motif yang berasal dari dalam diri, dengan motif ekstrinsik atau motif dari luar diri.

Motivasi dapat dibagi dalam dua jenis motif, yaitu motif biologis dan motif sosial. motif

biologis yaitu motif yang tidak dipelajari terlebih dahulu dan sudah ada sejak lahir, sedangkan

motif sosial adalah motif yang dipelajari dan tidak dibawa sejak lahir. Pengukuran motivasi bisa

dilakukan dengan 3 cara yaitu dengan test proyektif, kuesioner, dan observasi perilaku.

2.1.3. Tindakan atau praktik (practice)

Menurut Notoadmodjo (2005), sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk

terwujudnya suatu tindakan perlu factor lain adanya fasilitas atau sarana prasarana.

Praktik atau tindakan memiliki beberapa tingkatan menurut kualitasnya, yaitu:

a. Praktik terpimpin (guided response)

Apabila seseorang telah melakukan sesuatau tetapi masih tergantung pada tuntunan atau

menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis

maka disebut praktik atau tindakan mekanis.

c. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktek yang sudah berkembang. Artinya, apa yang

dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi atau

tindakan atau perilaku yang berkualitas.

(37)

Menurut Notoadmodjo (2005) faktor yang menentukan atau membentuk perilaku disebut

dengan determinan. Dalam bidang perilaku kesehatan, ada 3 teori yang sering menjadi acuan

dalam penelitian-penelitian kesehatan masyarakat. Teori tersebut antara lain :

a. Teori Lawrence Green

Green membedakan ada dua determinan masalah perilaku, yaitu behavioral factor (faktor

perilaku), dan non behavioral factors atau faktor non-perilaku. Selanjutnya faktor perilaku

sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :

1. Faktor faktor predisposisi (disposing faktors)

Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku

seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan

sebagainya.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling faktors)

Adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan.

Yang dimaksud faktor pemungkin adalah sarana prasarana untuk terjadinya perilaku kesehatan

misalnya, puskesmas, posyandu, rumah sakit dan sebagainya.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Adalah faktor yang mendorong atau yang memperkuat terjadinya perilaku dan merupakan

kelompok referensi dari kelompok masyarakat.kadang kala, meskipun orang mampu untuk

berprilaku sehat, tetapi tidak mau melakukannya. Misalnya, harus ada anjuran dar orang tua dan

tokoh masyarakat.

Secara sistematis perilaku sehat menurut Green dapat digambarkan sebagai berikut :

(38)

B = Behavior

F = Fungsi

Pf= Predisposing factors

Ef= Enabling factors

Rf= Reinforcing factors

b. Teori Snehandu B.Karr

Karr mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu

merupakan fungsi dari :

1. Niat seseorang untuk bertindak sehubumgan dengan objek atau stimulus di luar

dirinya (intention)

2. Adanya dukungan dari masyarakat sekitar (social support)

3. Terjangkaunya informasi yang terkait dengan kegiatan yang akan diambil seeorang

(accessibility of information)

4. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan (personnal autonomy).

5. Adanya kondisi atau situasi yang memungkinkan untuk seseorang bertindak (action situation).

Secara sistematis Teori Karr dapat dirumuskan sebagai berikut :

B = Behavior

F = Fungsi

(39)

Bi = Behavior intention

Ss = Sosial support

Ai = Accessibility information

c. Teori WHO

WHO mengatakan bahwa seseorang berprilaku karena adanya 4 alasan pokok

(determinan), yaitu :

1. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)

Modal awal untuk bertindak dan berprilaku adalah hasil pemikiran-pemikiran dan

perasaan seseorang yang menghasilkan pertimbangan peribadi terhadap objek atau stimulus.

Yakni dalam bentuk kepercayaan, sikap, persepsi dan nilai-nilai seseorang terhadap suatu objek

dalam hal ini khususnya objek kesehatan.

2. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dapat dipercaya

(personnal references).

3. Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendudkung untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat

4. Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang.

Teori dari tim WHO ini dapat dirumuskan secara matematis sebagai berikut :

B = Behavior

F = Fungsi

(40)

Tf = Thougts and feeling

Pr = Personal references

R = Resouces

C = Culture

2.2. Perilaku seksual

Perilaku seksual menurut Sarwono (2004), ialah tingkah laku yang didorong oleh hasrat

seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk bentuk tingkah laku ini

bermacam-macam ada yang dimulai dari pasangan tertarik sampai berkencan, bercumbu dan

bersenggama. Objekbya bisa orang lain, diri sendiri atau bahkan dalam khayalan.

Menurut Setyawan (2007), perilaku seksual atau hubungan seksual adalah persenyawaan,

persetubuhan, dan satu aktivitas merangsang dari sentuhan kulit secara keseluruhan, sampai

mempertemukan alat kelaminm laki-laki kedalam organ vital wanita. Rangsangan ini adalah

naluri alamiah semua makhluk hidup untuk menyamb ung generasi seterusnya agar gen ini tidak

terputus.

Beberapa tahapan dari perilaku seksual yang biasanya dilakukan, dimana tahapan

selanjutnya adalah lebih berat sifatnya dan lebih mengarah pada perilaku seksual. Tahapan

tersebut antara lain (London, 1978 dalam Amalia, 2007) :

(41)

Rangsangan terhadap diri sendiri dengan cara berfantasi, menonton film, dan membaca

buku-buku porno.

2. Autosexuality/mansturbation

Perilaku merangsang diri sendiri dengan melakukan mansturbasi untuk mendapatkan

kepuasan seksual.

3. Heterosexuality:kissing and necking

Saling merangsang dengan pasangannya tetapi tidak mengarah kedaerah sensitive

pasangannya, hanya sebatas cium bibir dan leher pasangannya.

4. Heterosexuality a. Light petting

Perilaku saling menempelkan anggota tubuh dan masih dalam keadaan memakai pakaian.

b. Heavy petting

Perilaku saling menggesek-gesekkan alat kelamin dan dalam keadaan tidak memakai

pakaian untuk mencapai kepuasan.tahap ini adalah awal terjadinya hubungan seks.

5. Heterosexuality;capulaation

Perilaku melakukan hubungan seksual dengan melibatkan organ seksual masing-masing.

2.3. Perilaku seksual pranikah

Menurut Setyawan (2007), perilaku seksual pranikah adalah tindakan seksual yang

dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama

(42)

2.3.1. Dampak melakukan hubungan seksual pranikah 2.3.1.1. Aspek medis

Dari aspek medis melakukan hubungan seksual pranikah memiliki banyak

konsekuensi, sebagai berikut :

1. Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada usia muda karena minimnya informasi

tentang “bagaimana seorang permpuan bisa hamil”dan mempertinggi kasus kehamilan yang

tidak diinginkan. menurut data PKBI, 37.700 perempuan mengalami kehamilan yang tidak

diinginkan .dari jumlah itu 30,0 % adalah masih remaja, 27,0% masih menikah dan 12,5% masih

berstatus pelajar dan mahasiswa dan sisanya adalah ibu rumah tangga (Yudhi, 2008 dalam Joko

Pranoto 2009).

2. Terjangkit penyakit menular seksual

PMS atau penyakit menular seksual adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang

kepada orang lain melalui hubungan seksual. seseorang beresiko tinggi terkena penyakit menular

seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal.bila tidak diobati

dengan benar penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi seperti, kemandulan,

kebutaan pada bayi baru lahir bahkan kematian. Di indonesia penyakit menular seksual yang

banyak ditemukan saat ini adalah Gonore (GO), Sifilis (raja singa), Herpes simpleks, Klamidia,

Trikomoniasis vagina, Kutil kelamin hingga HIV/AIDS.

2.3.1.2. Aspek-sosial psikologis

Adapun gangguan seksual yang dapat dialami laki-laki dan perempuan karena melakukan

hubungan seksual pranikah dari segi psikologis yaitu:

(43)

1. Impotensi : jika itu terjadi akibat dari aspek psikologis, maka gangguan itu muncul

karena perasaan khawatir yang berlebihan, takut kalau pacarnya hamil dan lain-lain.

2. Jika laki-laki mendapatkan ejakulasi sebelum terjadi atau beberapa detik setelah

penetrasi, ini terjadi karena akibat rasa cemas akan takut dosa, atau ketahuan orang dan

lain-lain.

Gangguan pada perempuan :

1. Frigiditas : kelainan yang menyebabkan perempuan tidak atau kurang mempunyai gairah

seksual. ini terjadi karena hubungan psikologis seperti cewek tidak senang dengan

pasangan seksualnya, rasa malu, takut, perasaan bersalah, disamping bisa juga karena

faktor organik.

2. Anorgasmus : tidak tercapainya orgasme atau kepuasan seksual. ini terjadi akibat

perempuan mengalami tekanan psikologis karena telah melakukan hubungan seksual

pranikah.

3. Vaginismus : kejang dari 1/3 bagian bawah otot vagina. ini bisa terjadi karena perempuan

memiliki pengalaman buruk pada hubungan seksual pranikah.

4. Disparemia : rasa sakit timbul saat melakukan hubungan seksual (Ma’shum, 2004).

2.4. Kesehatan Reproduksi

Reproduksi adalah proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi

kelestarian hidupnya.sedangkan alat reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk

reproduksi manusia (BKKBN, 2004).

Kesehatan reproduksi keadaan dimana fisik, mental dan social dalam keadaan sejahtera

bukan hanya bebas dari sakit ataupun kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan

(44)

Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan social

yang sempurna dan bukan sekedar terbebas dari sakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang

berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya. Pengertian sehat bukan

semata-mata bebas dari penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental maupun

cultural.remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memilki informasi yang benar

mengenai proses reproduksi serta bagaimana factor yang ada di sekitarnya. dengan informasi

yang benar, diharapkan remaja memiliki tingkah laku yang bertangung jawab mengenai proses

reproduksi yang dialaminya.

Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai

wawasan kesehatan reproduksi yang baik adalah :

1. Pengenalan mengenai system, proses dan fungsi alat reproduksi

2. Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin dan perlu merencanakan

kehamilan agar sesuai dengan keinginanya dan pasangannya.

3. Pengenalan mengenai penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya

terhadap kondisi kesehatan reproduksi.

4. Bahaya narkoba dan miras terhadap kesehatan reproduksi.

5. Peran dan pengaruh media terhadap kesehatan reproduksi.

6. Kekerasan seksual dan bagaimana cara menghadapinya.

7. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan

diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negative.

8. Hak-hak reproduksi.

2.5. Mahasiswa

(45)

Defenisi mahasiswa menurut kamus besar bahasa Indonesia (Kamisa, 1997) adalah

individu yang sedang belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa dalam perkembangannya berada

dalam kategori remaja akhir yang berada pada rentang usia 18-24 tahun (Monks dkk, 2001).

Menurut Papalia, dkk (2007), usia ini berada pada tahap perkembangan dari remaja atau

adolescence menuju dewasa muda atau young adulthood. pada usia ini, perkembangan individu

diawali dengan pencarian identitas diri, adanya pengaruh lingkungan serta telah dapat memilih

jalan hidup yang akan di tempuhnya.

Mahasiswa merupakan agent of change atau agen perubahan serta amanat perguruan tinggi sebagai darma baktinya untuk pengabdian kepada masyarakat. Mahasiswa harus memiliki

kepekaan social yang terjadi dimasyarakat.

Adapun ciri-ciri mahasiswa pada rentang usia 18-24 tahun ialah :

a. Stabilitas dalam kepribadian mulai meningkat

b. Pandangan yang realistik tentang diri sendiri dan lingkungan hidupnya.

c. Keterampilan untuk memahami segala macam permasalahan secara lebih matang.

d. Gejolak-gejolak dalam alam perasaan mulai berkurang.

2.6. Mahasiswa indekost dan perilaku seksual

Rumah kost menjadi dominan sebagai pembentuk sikap mahasiswa, kost adalah dunia

dimana penghuninya adalah penguasa yang menentukan tentang bentuk maupun fungsi kost

tersebut. Sangatlah disayangkan manakala kost tidak mampu dikelola dengan baik sehingga

fungsinya tidak lebih sekedar tempat melepas lelah semata.

Bagi mahasiswa, kost bisa difungsikan sebagai ruang kreatifitas atau ruang kritis

merancang cita-cita. Sejarah juga mencatat gerakan kemahasiswaan dan awalnya juga

(46)

pemimpin yang hebat. Akan tetapi dengan semakin berkembangnya kemajuan zaman, fungsi

utama rumah kost telah dikesampingkan karena sudah di pengaruhi oleh pergaulan bebas.

Sangat lemahnya pengawasan orang tua dalam membangun komunikasi dengan anak

orang tua hanya berfikir bagaimana mengirimkan uang kuliah atau biaya hidup pada anaknya

yang kost.umumnya remaja yang kost bebas memasukkan pacar atau teman lelakinya dari pagi

hingga larut malam, hal ini agar tidak diketahui oleh pemilik kost atau penjaga di lingkungan

kost tersebut. Dari segi biaya dan citra, salah satu mahasiswa yang kost mengatakan bahwa

melakukan hubungan seksual dikamar kost tidak membutuhkan biaya. Perilaku seks bebas

dikamar kost juga bisa menutupi pandangan orang terhadap sebutan cewek nakal (Kompas,

2008).

Jumlah remaja yang mengalami masalah kehidupan seks terus bertambah akibat adanya

pola hidup seks bebas, karena pada kenyataannya pengaruh gaya seks bebas yang mereka terima

jauh lebih kuat dari control yang mereka terima maupun pembinaan secara keagamaaan baik dari

orang tua maupun mendapatkannya sendiri dari lingkungn sekitar.

Umumnya remaja atau mahasiswa yang tinggal di kost lebih bebas dan enjoy dengan

pergaulan seks tanpa kompromi dengan dosa. Maupun hanya French kiss atau petting, bahwa mahasiswa yang melalakukan hubungan seksual ditempat kost karena beberapa faktor yang

menguntungkan yaitu sebagian besar teman-teman kost yang mengetahui mendukung perilaku

bebas tersebut. Dan bahkan ada juga penjaga kost yang mengijinkan atau malah mengambil

keuntungan dari perilaku tersebut, contohnya dengan menerima bayaran apabila ada anak kost

yang membawa teman lawan jenisnya menginap.

(47)

Faktor–faktor penyebab perilaku seksual pada mahasiswa indekost adalah sebagai berikut

:

1. Gaya hidup

Segala hal yang berasal dari Negara luar sering dianggap menjadi trend dan harus ditiru,

berdasarkan penelitian sebagian besar remaja dan mahasiswa di Jogyakarta sangat menikmati

istilah dugem ke diskotik, gaya hidup seperti ini sangat memengaruhi perilaku dan aktivitas

seksual, karena dilakukan di malam hari dengan menikmati musik bersama lawan jenis dan

sampai mengkonsumsi barang-barang haram. Diskotek bukan hanya tempat bersenang-senang

tetapi juga diiringi dengan semakin permisifnya perilaku seksual remaja. Hal ini sangat

berdampak negative bagi generasi penerus bangsa.

2. Religiusitas

Berdasarkan penelitian terhadap 450 mahasiswa usia 18-24 tahun mengungkapkan 64%

mengakui sadar bahwa melakukan hubungan seks sebelum menikah melanggar nilai dan norma

agama dan sisanya mengatakan bahwa hubungan seks adalah sudah biasa dan wajar dilakukan

dan tidak melanggar norma agama. hal tersebut menunjukkan bahwa pemahaman agama

berpengaruh terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja dan mahasiswa (Media Indonesia,

27 januari 2010).

3. Teman sebaya

Pada masa remaja kedekatan terhadap teman sebaya nya sangat tinggi karena selain

ikatan peer-group menggantikan ikatan keluarga, maka tidak heran remaja cenderung

mengadopsi informasi yang diterima nya dari teman-temannya, tanpa memiliki dasar informasi

yang signifikan dari sumber yang lebih dipercaya, informasi-informasi tersebut dalam hal ini

(48)

membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. untuk membuktikan hal itu mereka

cenderung melakukan dan mengalami perilaku seksual pranikah itu sendiri (Tempo, 2006).

4. Kurangnya informasi tentang seks

Pada remaja putra-putri sebenarnya sudah cukup waktu untuk mempersiapkan dirinya

untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak dikehendaki. akan tetapi, pada umumnya, mereka

memasuki usia remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks. selama hubungan pacaran

berlangsung, pengetahuan itu bukan saja tidak bertambah akan tetapi bertambahnya malah

dengan informasi-informasi yang salah. kurangnya informasi berawal dari keluarga yang masi

tabu membicarakan seks dengan anaknya sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang

tidak akurat. selanjutnya dikampus hal tabu tentang seks masih sering di jumpai. meskipun sudah

mahasiswa, mendengar masalah seks, mereka anggap sebagai lelucon dan bahkan mereka jijik

dengan adanya gambar-gambar alat reproduksi yang ditunjukkan oleh dosen. hal ini tentu saja

mengakibatkan pengetahuan mahasiswa tentang perilaku seks sangat rendah.

5. Kondisi rumah kost

Kondisi rumah kost sangat memengaruhi perilaku seksual pranikah, sebagian besar

rumah kost tidak diawasi oleh penjaga kost dan pemilik kost. maka anak anak kost memiliki

kebebasan penuh dalam mengatur hidupnya tanpa ada larangan dan pengawasan dari orang tua

atau siapapun.sehingga mereka dapat bergaul dengan siapa saja dilingkungan manapaun baik

dilingkungan yang negative yang lambat laun akan memengaruhi perilaku negative pula. Adapun

rumah kost yang diawasi oleh pemilik kost yang tinggal bersama anak-anak kostnya akan

meminimalisir perilaku seks bebas di kamar kost. karena adanya peraturan-peraturan yang dibuat

oleh pemilik kost dan adanya tempat khusus untuk menerima tamu (Natalia, 2008).

(49)

Variabel independen Variabel dependen

Gambar diatas menjadi kerangka konsep penelitian pada hubungan pengetahuan dan

motivasi mahasiswa indekost terhadap tindakan hubungan seksual pranikah,kerangka konsep

diatas merupakan gabungan dari pendapat Notoadmojo tentang pengetahuan dan John Elder

tentang motivasi. yang menjadi variabel independen adalah pengetahuan dan motivasi yang

Gambar

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Pengertian Perilaku Seksual di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan
Tabel 4.7  Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Hubungan Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Tempat Kost Bisa Dijadikan Tempat Melakukan Hubungan Seksual di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Semua peubah pada penelitian ini yaitu bobot badan, panjang shank, panjang tibia, panjang femur, panjang punggung, panjang dada, lingkar dada dan rentang sayap ayam

Ketebalan membran komposit (Tabel 1) yang berbanding lurus dengan bertambahnya konsentrasi chitosan berkaitan erat dengan persentase transmitansi

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) mengenai implementasi strategi REACT ( relating, experiencing, applying, cooperating, and transferring ) untuk

(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk pemberian izin tempat usaha yang telah ditentukan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah... Pasal

Analisis R/C rasio juga digunakan dalam penelitian ini, untuk mengetahui besar penerimaan yang diperoleh peternak dari setiap biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan

Penyedia barang yang telah mendaftar sampai saat pelaksanaan aanwijzing sebanyak 63 ( enam puluh tiga ) peserta dan yang menyampaikan pertanyaan atas dokumen pengadaan tersebut ada

Serta didapatkan perubahan perilaku emosional, ditandai oleh labilitas emosional, kegembiraan yang dangkal dan tak beralasan (euforia, kejenakaan yang tak sepadan),

Manfaat Endorphin Massage antara lain, membantu dalam relaksasi dan menurunkan kesadaran nyeri dengan meningkatkan aliran darah ke area yang sakit, merangsang