• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jejak-Jejak Perbudakan di Tanah Arab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jejak-Jejak Perbudakan di Tanah Arab"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

48 10 - 25 SHAFAR 1432 H

H A D L A R A H

P

erbudakan telah muncul berabad-abad sebelum kedatangan Islam. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam jilid I (2002) menyinggung kata “sahaya” pertama kali untuk menunjuk kepada istri Nabi Ibrahim, ibu Nabi Ismail. Dia adalah Hajar, dinikahi Nabi Ibrahim karena Sarah tidak segera memberinya anak. Jika mengacu kepada perkiraan hidup Nabi Ibrahim yang diajukan oleh Ibnu Katsir, maka budak telah menjadi bagian hidup manusia sejak 2000 SM.

Undang-undang yang dikeluarkan oleh Hammurabi (sekitar 1800 SM) dalam salah satu pasalnya juga mengatur tentang budak. Bani Israil pada Nabi Musa (1527-1407 SM) dikekang kehidupannya dan menjadi budak hingga Musa mengeluarkan mereka dari Mesir. Di China, masa dinasti Shang (1527-1407 SM) membuat pasukan yang terdiri dari para budak. Para Budak juga menjadi tentara kerajaan Persia yang berperang melawan Yunani dalam perang Greco-Persia antara tahun 550–330 SM. Dalam film dokumenter yang berjudul Vesuvius, peradaban Pompei di bawah gunung Vesuvius Romawi, pada tahun 2 M mempekerjakan budak untuk mencuci baju kaum bangsawan, menjadi pekerja laundry, pengawal, pekerja angkat berat dan lain sebagainya.

Perdagangan budak di seluruh dunia memang telah terjadi sejak ribuan tahun lalu, terutama di zaman Romawi. Yang diperdagangkan di pasar budak adalah rakyat, serdadu, perwira dan bahkan bangsawan dari negara-negara yang kalah perang dan kemudian dijual sebagai budak. Selama Perang Salib yang berlangsung sekitar 200 tahun. Ratusan ribu orang dari berbagai etnis yang ditawan, dijual sebagai budak sehingga membanjiri pasar budak, dan mengakibatkan anjloknya harga budak waktu itu.

Budak di Arab

Masyarakat Jahiliyah di dataran Arab memiliki beberapa jenis perkawinan, salah satunya adalah perkawinan hamba sahaya. Perkawinan ini dilakukan antara tuan dengan hamba sahaya perempuannya. Sebab, “hamba” adalah barang hak milik bagi tuannya. Bila dikaruniai anak, maka anak itu tidak boleh menasabkan diri kepada ayahnya. Si anak bisa dijadikan budak oleh sang ayah. Seorang anak dari keturunan hamba sahaya dinamakan Hajin, ayahnya seorang terhormat (syarif) sedangkan ibunya mempunyai derajat lebih rendah (al-wadi’ah) (Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, 2002: 45).

Perbudakan masih berlangsung ketika Muhammad menjadi Nabi. Seorang orientalis, Philip K Hitti (2005: 496), mengungkapkan

Jejak-Jejak Perbudakan

di Tanah Arab

bahwa para budak pada awal kelahiran Islam diperoleh dari tawanan perang, termasuk perempuan dan anak-anak. Tentara Muslim mendapatkan mereka dengan cara menyergap rombongan musuh.

Era Umayyah, Abbasiyah dan selanjutnya, perdagangan budak menjadi salah satu bisnis yang menggiurkan, sehingga semakin meluas karena menguntungkan seluruh negara Islam. Budak-budak dari Afrika Timur dan Tengah berkulit hitam; dari Fargana, Turkistan dan China berkulit kuning; dari Timur Dekat atau Eropa Timur dan Selatan berkulit putih. Budak-budak dari Spanyol disebut

shaqalibah, harganya bisa mencapai seribu dinar. Bandingkan dengan budak dari Turki yang “hanya” seharga enam ratus dinar. Namun, Philip K Hitti juga mengakui bahwa Islam-lah satu-satunya agama yang berusaha menghapuskan perbudakan (2005: 426).

Budak dalam masyarakat Arab abad pertengahan merupakan kelas yang paling rendah sebagaimana juga terjadi dalam agama Hindu pada kasta Syudra. Pelestarian perbudakan dalam masyarakat Arab telah lama dianut oleh rumpun Semit Kuno, hal ini diperparah dengan legalitas perbudakan yang diberikan oleh Kitab Perjanjian Lama. Perbudakan masih tetap berlangsung hingga sepeninggal Nabi Muhammad. Kepemimpinan Muslim di bawah Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Daulah Umayyah, Abbasiyah, dan seluruh kerajaan Islam abad pertengahan masih tetap melestarikan perbudakan. Budak berprofesi sebagai pembantu istana maupun sebagai tentara bagi sebuah kerajaan yang telah menawannya.

Pada masa Dinasti Abbasiyah (750-1258 M) terjadi stratifikasi sosial dalam masyarakat Muslim. Posisi teratas ditempati oleh khallifah dan keluarganya. Lalu pejabat pemerintahan dan keturunan Hasyim. Terakhir adalah mereka yang berprofesi sebagai pembantu yang terdiri dari para tawanan perang atau mereka yang direkrut paksa dari kalangan non Muslim. K. Hitti menyebutkan kalau praktik perbudakan semakin menunjukkan angka yang signifikan ketika jumlah budak mencapai 11.000 orang pada masa Khalifah al-Muqtadir (908-932 M).

Mamluk, Kerajaan Para Budak

Budak dalam bahasa Arab adalah ar-riqab, bentuk jamak dari kata raqabah yang awalnya berarti leher. Sebab, seorang budak berasal dari tentara yang kalah perang. Tawanan dari pihak musuh itu lalu tangannya dibelenggu dengan mengaitkan pengikat ke leher, biasa disebut dengan Asra. Ulama terdahulu memahami kata ini

AJIB PURNAWAN

De

m

o (Vi

si

t ht

tp:

//www.pdfspl

itm

erge

r.c

om

(2)

49 SUARA MUHAMMADIYAH 02 / 96 | 16 - 31 JANUARI 2011

H A D L A R A H

sebagai “hamba sahaya yang sedang dalam proses memer-dekakan dirinya” atau yang diistilahkan dengan mukatib atau

mukatabah. Budak jenis ini menjalani profesinya karena seseorang mengalami kesulitan ekonomi atau hutang, sehingga dia membuat perjanjian dengan orang yang memberikan piutang agar bisa melunasinya dengan jalan mengabdi sampai lunas. Dalam Ensiklo-pedi Islam Tematis (hlm. 217), Amany Burhanuddin Umar Lubis membedakan definisi mamluk dan ‘abd. Menurutnya, kata mamluk berarti budak atau hamba yang dibeli dan dididik dengan sengaja agar menjadi tentara dan pegawai pemerintahan. Seorang mamluk berasal dari ibu bapak yang merdeka. Berbeda dengan ‘abd, seorang hamba sahaya yang berasal dari ibu-bapak sahaya juga. Perbedaan lain adalah mamluk berasal dari kulit putih sedangkan

‘abd dari kulit hitam. Kaum mamluk berasal dari suku bangsa yang berbeda karena dikumpulkan dari berbagai tempat. Kebanyakan orang tidak memperhatikan perbedaan antara budak yang berasal dari “mamluk” maupun “‘abd”. Jadi, ketika menyebut Kerajaan Mamluk, konotasinya tetap mengarah kepada “budak” secara umum. Seorang Mamluk dewasa bisa menjadi bebas dan tidak menjadi budak tuannya lagi. Akan tetapi, dia wajib menunjukkan loyalitas terhadap sultan, apa yang menjadi perintah sultan harus dituruti, mereka mendapat sebutan sebagai Mamluk Sultan. Sebagian Mamluk Mesir berasal dari golongan hamba yang dimiliki oleh para sultan dan amir pada masa pemerintahan kesultanan Bani Ayub (1169-1252 M).

Dengan begitu banyaknya budak atau mamluk yang telah memeluk Islam, pada tahun 1250 M berdirilah Dinasti Mamluk. Mamluk ini menjadi tentara budak (Mamluk Sultan) yang telah memeluk Islam dan berdinas untuk khalifah Islam pada Kesultanan Ayyubi pada kurun Abad Pertengahan. Sepeninggal sultan Ayyubiyah terakhir, al-Malilkusshalih, putra mahkota yang bernama Turansyah bersiap menggantikannya. Akan tetapi, sang anak masih berada di Suriah. Untuk menghindari kevakuman kekuasaan, ibu tiri Turansyah yang bernama Syajaratuddur mengendalikan kekuasaan Mesir sementara waktu.

Setibanya di Mesir, Turansyah mendapatkan kekuasaan dari yang diwariskan kepadanya. Malang, tentara Mamluk yang

semula hanya budak kerajaan menentang kepemimpinan Turansyah. Raja baru ini tidak berkutik karena sedemikian besar jumlah tentara Mamluk. Belum genap setahun memerintah, Turansyah dibunuh oleh seorang tentara atas perintah Syajaratuddur. Mamluk menjadi tentara yang paling berkuasa, Syajaratuddur memproklamirkan diri menjadi Sultan Perempuan Pertama dalam Islam. Kepemimpinan Syajaratuddur mendapat banyak tantangan karena menurut pendapat ulama, kepemimpinan perempuan bertentangan dengan agama. Lalu, Khalifah Abbasiyah menegur dan Syajaratuddur menyerahkan kekuasaan dan dirinya (menikah) kepada Izzudin Aibak. Selain itu, Syajaratuddur tidak dapat mengendalikan Mamluk, karena yang paling berkuasa atas para budak ini adalah Izzudin Aybak yang akhinya mendirikan Kesultanan Mamluk di Mesir. Kesultanan ini mampu bertahan selama hampir tiga abad (1250-1517 M).

Masalah perbudakan, menurut Sayyid Amir Ali yang dikutip oleh Mukti Ali, sudah ada sejak jaman purba di seluruh belahan dunia. Bangsa Yahudi, Yunani, Romawi, dan Jerman di masa lampau mengakui dan memakai sistem perbudakan. Agama Kristen tidak membawa ajaran untuk menghapus sistem perbudakan itu. Islam, berlainan dengan agama-agama sebelumnya, datang dengan ajaran untuk membebaskan sistem perbudakan. Dosa-dosa tertentu dapat ditebus dengan memerdekakan budak. Budak harus diberi kesempatan membeli kemerdekaannya dengan upah yang dia peroleh. Budak harus diperlakukan dengan baik dan tidak boleh mendapat perlakuan berbeda dari manusia lain (Mukti Ali, 1998: 27)

Kini, tidak ada satu negara yang melegalkan perbudakan. Di Amerika Serikat, perbudakan secara resmi dihapus tahun 1865, meskipun praktik rasisme masih berlangsung sampai era 1970-an. Belanda menghapus sistem perbudakan pada tanggal 1 Juli 1863. Perdagangan budak di Arab Saudi berlangsung terakhir kalinya pada tahun 1962. PBB secara resmi melaksanakan Konvensi Menentang Perbudakan pada tahun 1953. Negara-negara yang meratifikasi Konvensi – sampai dengan 1990 ada 86 negara – berjanji untuk mencegah dan menentang perdagangan budak dan menghapus segala bentuk perbudakan.l

De

m

o (Vi

si

t ht

tp:

//www.pdfspl

itm

erge

r.c

om

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana tanggapan masyarakat dengan adanya pemberdayaan obyek wisata Goa Jatijajar yang didatangi dan dikunjungi oleh wisatawan baik dari Masyarakat Dinas Masyarakat dalam maupun

Berdasarkan latar belakang dan teori yang dikemukakan di atas maka hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah “Hasil belajar matematika siswa dengan

Peranan kerajaan dalam Mengenal pasti pelbagai agensi kerajaan yang membantuj usahawan membantu usahawan Menerangkan jenis bantuan dan kemudahan yang disediakan oleh.

Dalam Muzamiroh (2013: 15) menyatakan pengertian Kurikulum di organisasi ada dua, yaitu : Pertama, Kurikulum adalah sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan

Agens hayati meliputi setiap organisme yang meliputi spesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri, virus, mikoplasma, serta

Hasil analisis ujian statistic yang dijalankan menunjukkan keputusan tidak terdapat perbezaan persepsi terhadap aplikasi E-dagang yang ketara antara antara peringkat

Terbilang : Tujuh Puluh Lima Juta Seratus Dua Puluh Tujuh Ribu Rupiah REKAPITULASI NO URAIAN PEKERJAAN 2 JUMLAH Rekapitulasi Lembar 1... PEKERJAAN : TOILET MESS KARYAWAN LOKASI