• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK Olda Wati (NIM: ) Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Hollywood Squares Review

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK Olda Wati (NIM: ) Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Hollywood Squares Review"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

i

Olda Wati (NIM:12050039) Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Hollywood Squares Review terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 3 Batang Anai, Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2018

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil belajar matematika siswa masih rendah dan kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe Hollywood Squares Review lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional di kelas VIII SMPN 3 Batang Anai.

Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen, dengan rancangan random terhadap subjek. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 3 Batang Anai yang terdaftar pada tahun pelajaran 2017/2018 yang terdiri dari sembilan kelas. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan menggunakan kertas lot, terpilih sebagai kelas eksperimen adalah kelas VIII.7 dan sebagai kelas kontrol adalah VIII.6. Instrumen yang digunakan adalah tes akhir. Bentuk tes akhir yang digunakan adalah tes essay dengan reliabilitas tes adalah = 0,96. Analisis data menggunakan uji t satu pihak.

Hasil analisis data diketahui kedua sampel berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen pada taraf nyata 0,05. Hasil dari uji hipotesis diperoleh = 2,5 dan =1,68 artinya > maka hipotesis diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe Hollywood Squares Review lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional di kelas VIII SMPN 3 Batang Anai.

(5)

ii

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Perapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Hollywood Squares Review Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 3 Batang Anai”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada program pendidikan matematika di STKIP PGRI Sumatera Barat. Penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dewi Yuliana Fitri, S.Si, M.Pd, pembimbing I

2. Ibu Siskha Handayani, M.Si, pembimbing II dan penasehat Akademik 3. Ibu Dewi Estetikasari, M.Si, penguji

4. Ibu Dra. Rahmi, M.Si, penguji dan Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

5. Ibu Hafizah Delyana, M.Pd, penguji

6. Ibu Zulfaneti, M.Si, Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika 7. Ibu Dr. Zusmelia, M.Si, Ketua STKIP PGRI Sumatera Barat.

8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Matematika. 9. Ibu Guzaimah, S.Pd, guru matematika SMPN 3 Batang Anai. 10. Pak John Kanedi , S.Pd, guru matematika SMPN 3 Batang Anai. 11. Pak Aung Salim, S.Pd, Kepala SMPN 3 Batang Anai

(6)

iii

13. Staf pengajar dan tata usaha SMPN 3 Batang Anai. 14. Rekan-rekan seperjuangan yang turut membantu. 15. Siswa-siswi SMPN 3 Batang Anai.

16. Keluarga yang selalu mendo’akan dan memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Semoga bantuan yang Bapak/ Ibu serta rekan-rekan berikan menjadi amal ibadah dan, mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis mengaharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran khususnya pendidikan matematika.

Padang, Februari 2018

(7)

iv Halaman ABSTRAK ... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelititian... 5

F. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KERANGKA TEORITIS A. Deskripsi Teori... 7

B. Kerangka Pikir ... 20

C. Hipotesis ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

B. Rancangan Penelitian... 23

(8)

v

E. Instrumen dan teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Teknik Analisis Data... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 48 B. Analisis Data ... 49 C. Pembahasan ... 50 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 64 B. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA... 65 LAMPIRAN... 66

(9)

vi

Tabel Halaman

1. Persentase ketuntasan Belajar Matematika Siwa VIII SMPN 3 Batang Anai

Berdasarkan Nilai Ujian Mid Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018 ... 2

2. Pengelompokan Heterogen Berdasarkan Kemampuan Akademik ……… 16

3. Rancangan Penelitian……….. 23

4. Jumlah Siswa Kelas VIII SMPN 3 Batang Anai Tahun Pelajaran 2017/2018 ... 26

5. P-value Uji Normalitas Hasil Ulangan Harian Semester I Siswa Kelas VIII SMPN 3 Batang Anai Tahun Pelajaran 2017/2018... 28

6. Analisis Variansi Untuk Uji Kesamaan Rata-rata... 31

7. Kriteria Tingkat Kesukaran Soal... 34

8. Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal... 35

9. Kriteria Daya Pembeda Soal ... 36

10. Rubrik Holistik Skala 4 Untuk Pedoman Menentukan Hasil Belajar Matematika Siswa ... 43

11. Skor Rata-rata (x), Skor Tertinggi (xmaks),Skor Terendah (xmin), Simpangan Baku (s) Tes Pemahaman Konsep Siswa Kelas Sampel... 48

(10)

vii

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir ... 21

2. Pertanyaan Hollywood Squares Review Pertemuan ke-I ... 52

3. Pertanyaan yang dijawab oleh Celebrity Squares Pertemuan I ... 53

4. Jawaban yang dijawab benar oleh Celebrity Squares Pertemuan I ... 53

5. Pertanyaan yang dijawab oleh Celebrity Squares Pertemuan I ... 54

6. Jawaban yang dijawab benar oleh Celebrity Squares Pertemuan I ... 54

7. Pertanyaan yang dijawab oleh Celebrity Squares Pertemuan I ... 54

8. Jawaban yang dijawab benar oleh Celebrity Squares Pertemuan I ... 54

9. Pertanyaan yang dijawab oleh Celebrity Squares Pertemuan I ... 55

10. Jawaban yang salah dijawab oleh Celebrity Squares Pertemuan I ... 55

11. Pola yang Terbentuk dalam Permainan Hollywood Squares Review Pertemuan ke-I ... 55

12. Pertanyaan Hollywood Squares Review Pertemuan II ... 56

13. Pola yang Tidak Terbentuk dalam Permainan Hollywood Squares Review Pertemuan II... 57

14. Pertanyaan Hollywood Squares Review Pertemuan III... 57

15. Pola yang Terbentuk dalam Permainan Hollywood Squares Review Pertemuan III... 58

16. Pola yang Tidak Terbentuk dalam Permainan Hollywood Squares Review Pertemuan ke-IV ... 59

17. Jawaban Siswa Kemampuan Tinggi Kelas Eksperimen ... 60

(11)

viii

20. Jawaban Siswa Kemampuan sedang Kelas Kontrol ... 61 21. Jawaban Siswa Kemampuan Rendah Kelas Eksperimen ... 62 22. Jawaban Siswa Kemampuan Rendah Kelas Kontrol ... 62

(12)

ix

Lampiran Halaman

1. Nilai Matematika Mid Semester I Kelas VIII Yang Terdaftar Di Kelas

VIII di SMPN Batang Anai Tahun Pelajaran 2017/2018 ... 66

2. Uji Normalitas Populasi ... 68

3. Uji Homogenitas Populasi ... 77

4. Uji Kesamaan Rata-rata ... 78

5. Jadwal Penelitian ... 80

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 81

7. Kartu Indeks ... 116

8. Kisi-kisi Soal uji Coba Tes Akhir ... 118

9. Soal uji Coba Tes Akhir... 120

10. Kunci Jawaban Soal Uji Coba Tes Akhir ... 121

11. Distribusi Skor Tes Uji Coba ... 125

12. Distribusi Nilai Tes Uji Coba Tes Akhir Kelompok Atas dan Kelompok Bawah... 127

13. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal... 130

14. Perhitungan Daya Pembeda soal... 131

15. Reliabilitas Soal Uji Coba... 132

16. Kisi-kisi Soal Tes Akhir... 133

17. Soal Tes Akhir ... 135

18. Kunci Jawaban Soal Tes Akhir... 136

19. Distribusi Nilai Tes Akhir... 140

(13)

x

22. Uji Hipotesis ... 144 23. Pertanyaan yang Dibacakan Oleh Guru Pada Saat Permainan

Hollywood Squares Review... 145 24. Dokumentasi ... 147

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Matematika dapat dikatakan sebagai landasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena matematika dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis, kritis, sistematis dan kreatif dalam menghadapi suatu persoalan. Oleh karena itu, matematika dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran wajib pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan menengah.

Pembelajaran matematika melatih kemampuan siswa dalam bernalar dan mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, dalam mempelajari matematika saat ini siswa harus menguasai berbagai kemampuan. Hal ini dijelaskan dalam tujuan pembelajaran matematika yaitu agar siswa mempunyai kemampuan pemahaman konsep, kemampuan pemecahan masalah, serta kemampuan bernalar dan berkomunikasi. Dengan terciptanya pembelajaran yang berkualitas diharapkan hasil belajar siswa juga akan meningkat.

(15)

Kenyataan yang ditemui di SMPN 3 Batang Anai masih banyak hasil belajar siswa yang belum tuntas atau dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), terbukti dengan masih banyak siswa yang memperoleh nilai rendah. Hal ini dapat dilihat dari persentase ketuntasan siswa pada nilai Ulangan akhir matematika kelas VIII SMPN 3 Batang Anai Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Persentase Ketuntasan Belajar Matematika Siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Batang Anai Berdasarkan Nilai ujian Mid Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018.

Kelas Jumlah Siswa

Persentase Ketuntasan

Tuntas Tidak Tuntas

Jumlah % Jumlah % VIII.1 28 4 14,39 24 85,71 VIII.2 27 3 11.11 24 88,89 VIII.3 28 5 17,86 23 82,14 VIII.4 30 4 13,33 26 86,67 VIII.5 31 4 12,90 27 87,10 VIII.6 29 3 10,34 26 89,66 VIII.7 31 3 9,68 28 90,32 VIII.8 29 3 10,34 26 89,66 VIII.9 29 4 13,79 25 51,72 Jumlah 262 33 12,60 229 87,40

Sumber: Tata Usaha SMPN 3 Batang Anai.

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar matematika yang diperoleh siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. Selain itu dapat dilihat dari tabel bahwa siswa yang tidak tuntas lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa yang tuntas.

Hasil observasi pada tanggal 17 Januari sampai 20 Januari 2017 di SMPN 3 Batang Anai, didapat beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran matematika diantaranya proses pembelajaran masih berpusat pada guru dengan menjelaskan materi, memberikan contoh soal, dan latihan. Pada saat guru memberikan latihan, hanya beberapa siswa yang mengerjakan

(16)

latihan tersebut sedangkan siswa lain hanya menyalin jawaban dari temannya. Disamping itu, strategi yang diterapkan guru kurang bervariasi, kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran masih rendah dan siswa kurang aktif selama proses pembelajaran.

Hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas VIII SMPN 3 Batang Anai, menganggap pelajaran metematika merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan sehingga siswa banyak yang diam ketika ditanya oleh guru tentang materi pelajaran. Siswa kesulitan dalam mengerjakan tugas dan latihan, hal ini terbukti ketika diberi tugas untuk dikerjakan di rumah, siswa merasa bingung dan mencontek tugas temannya di sekolah.

Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMPN 3 Batang Anai, diperoleh informasi bahwa pada saat proses pembelajaran matematika, berbagai usaha telah dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Guru telah memberikan contoh-contoh soal, latihan dan tugas kepada siswa setelah menjelaskan materi pelajaran. Siswa dapat mengerjakan soal dengan baik dan benar jika model soal yang diberikan sama persis dengan contoh soal. Namun, apabila diberikan soal yang berbeda dengan contoh soal yang diberikan guru, maka siswa tidak bisa mengerjakannya, ini terjadi karena siswa tidak dapat membedakan rumus-rumus yang akan digunakan dalam penyelesaian soal.

Solusi dalam mengatasi permasalahan di atas diperlukan strategi, teknik, metode ataupun model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu strategi yang dapat mengatasi permasalahan di

(17)

atas adalah menerapkan Strategi Belajar Aktif Tipe Hollywood Squares Review. Strategi belajar aktif tipe Hollywood Squares Review merupakan strategi pengulangan kembali, sehingga siswa dapat mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya dengan baik dan dapat memantapkan apa yang telah dipelajari, serta dapat membagi pengetahuan yang diperoleh pada yang lain. Cara seperti ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara yang menyenangkan.

Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Hollywood Squares Review terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 3 Batang Anai”.

B. IdentifikasiMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, masalah yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah

2. Proses pembelajaran matematika siswa masih berpusat pada guru 3. Siswa kurang aktif selama pembelajaran.

4. Kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari masih rendah.

(18)

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terpusat, terarah dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka perlu pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

2. Kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari masih rendah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe Hollywood Squares Review lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional di kelas VIII SMPN 3 Batang Anai?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe Hollywood Squares Review lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional di kelas VIII SMPN 3 Batang Anai.

(19)

G. Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat sebagai :

1. Bagi guru, bahan masukkan untuk menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe Hollywood Squares Review dalam rangka perbaikan hasil belajar matematika siswa.

2. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di masa yang akan datang.

(20)

BAB II

KERANGKA TEORITIS A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Matematika

Pada hakekatnya belajar adalah suatu proses dilakukan dalam menciptakan perubahan diri individu yang melaksanakannya. Perubahan tersebut tidak saja berkaitan dengan ilmu pengetahuan, tetapi juga dapat berbentuk perubahan keterampilan, sikap, dan tingkah laku, sebagaimana dikemukakan oleh Slameto (2003:2) “Belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan setiap orang yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan ke arah yang lebih baik jika dibandingkan dengan sebelum ia mengalami proses belajar. Perubahan itu membutuhkan waktu yang lama sehingga kelihatan orang yang tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu secara bertahap dan berkelanjutan diiringi dengan latihan dan pengalaman seseorang.

Agar tercapai perubahan-perubahan dalam belajar, guru hendaknya merancang pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Menurut Degeng (1984) yang dikutip dari Muliyardi (2002:3) “Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa”. Pembelajaran lebih menekankan pada

(21)

bagaimana upaya guru untuk mendorong atau memfasilitasi siswa belajar, bukan apa yang dipelajari.

Belajar matamatika adalah mempelajari suatu yang abstrak, untuk memahaminya dibutuhkan suatu cara atau metode tertentu. Media yang baik dan sesuai dengan keadaan anak didik, sarana yang tersedia dan pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika. Hal ini sesuai dengan defenisi belajar matematika yang di kemukakan oleh Gagne dalam Suherman (2003: 33) bahwa:

Dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tidak langsung. Objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta keterampilan, konsep dan aturan.

Berdasakan teori diatas, pada saat belajar matematika siswa akan menemukan bagaimana semestinya belajar matematika. Belajar matematika pada hakikatnya adalah mengerjakan soal matematika. Siswa yang berhasil dalam belajar matematika adalah siswa yang dapat menyelesaikan soal matematika dengan benar. Agar dapat menyelesaikan soal matematika dengan benar, siswa harus memahami aturan dan konsep-konsep dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Keterampilan memilih dan menggunakan konsep-konsep dalam menyelesaikan soal-soal matematika ditentukan oleh pengalaman siswa dari menyelesaikan soal-soal matematika.

(22)

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar dimana siswa lebih banyak melakukan kegiatan melalui pengamatan. Proses pembelajaran diupayakan mengikut sertakan siswa secara aktif agar dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Dalam hubungannya dengan pembelajaran matematika, Nikson dalam Muliyardi (2002:3) mengemukakan “Pembelajaran matematika adalah upaya untuk membantu siswa mengkonstruksi konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi sehingga prinsip atau konsep tersebut terbangun kembali”. Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran matematika siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan tidak dimiliki dari suatu objek.

2. Strategi Belajar Aktif

Belajar aktif merupakan belajar yang memperbanyak aktifitas siswa mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber untuk dibatasi dalam berbagai proses pembelajaran di kelas, sehingga siswa memperoleh pengalaman yang tidak saja menambah pengetahuan tapi juga kemampuan analitis. Dalam proses kegiatan belajar aktif, siswa menginginkan jawaban atas sebuah pertanyaan, membutuhkan informasi untuk memecahkan masalah, atau mencari cara untuk mengerjakan tugas, pendapat ini diperkuat oleh Jhon Holt (1967) dalam Silberman (2009:5) yang menyatakan bahwa pembelajaran semakin baik jika siswa diminta untuk melakukan hal sebagai berikut:

(23)

1. Mengungkapkan informasi dengan bahasa mereka sendiri. 2. Memberikan contoh-contoh.

3. Mengenalnya dalam berbagai samaran dan kondisi.

4. Melihat hubungan antara satu fakta atau gagasan dengan yang lain. 5. Menggunakannya dengan berbagai cara.

6. Memperkirakan beberapa konsekuensinya. 7. Mengungkapkan lawan atau kebalikanya.

Proses belajar sesungguhnya bukan hanya kegiatan menghafal dan mengerjakan tugas yang diperintahkan guru, tetapi juga menyangkut pemahaman materi secara menyeluruh. Untuk mengingat apa yang telah dipelajari kadang siswa merasa kesulitan dan cenderung melupakan materi yang telah dipelajarinya, maka siswa lebih aktif di kelas dan jika ada hal yang tidak mengerti, sebaiknya siswa tidak takut mengemukakannya. Belajar aktif juga merupakan salah satu cara untuk mengingat informasi yang baru kemudian menyimpannya di dalam otak, karena banyak faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Silberman (2009: 2) bahwa:

Apa yang saya dengar,saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat dan pertanyakan atau diskusikan dengan beberapa kolega/teman, saya mulai paham. Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Apa yang saya ajarkan kepada orang lain, saya menguasainya.

Pada dasarnya dengan pembelajaran aktif menunjukkan bahwa belajar lebih bermakna dan bermanfaat apabila siswa menggunakan alat indera, mulai dari telinga, mata sekaligus berfikir mengolah informasi dan ditambah dengan mengerjakan sesuatu yang bermanfaat tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi rang lain. Sehubungan dengan hal di atas

(24)

maka strategi pembelajaran aktif yang penulis cobakan adalah pembelajaran aktif tipe Hollywood Squares Review.

3. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Hollywood Squares Review

Strategi pembelajaran aktif tipe Hollywood Squares Review adalah suatu teknik instruksional dari pembelajaran aktif yang termasuk dalam bagian reviewing strategies (strategi meninjau ulang). Strategi ini dapat membantu siswa mengingat apa yang telah pelajari, menguji pengetahuan dan pengalaman siswa, melalui strategi ini diharapkan siswa akan lebih memahami materi yang telah dipelajarinya. Menurut Silberman (2009: 239) bahwa :

Salah satu cara paling meyakinkan untuk menjadikan belajar tepat adalah menyertakan waktu untuk meninjau apa yang telah dipelajari. Materi yang telah ditinjau (review) oleh peserta didik mungkin disimpan lima kali lebih kuat dari materi yang ditinjau. Hal ini karena peninjauan memudahkan peserta didik untuk mempertimbangkan informasi dan menemukan cara-cara untuk menyimpan dalam otaknya.

Strategi pembelajaran aktif tipe Hollywood Squares Review merupakan aktivitas yang menyenangkan karena disini siswa dapat bermain sambil belajar. Belajar terasa tidak membosankan dan membuat siswa terus bersemangat dalam belajar, sehingga pemahaman siswa meningkat terhadap materi yang dipelajari dan tujuan pelajaran dapat dicapai.

Adapun langkah-langkah strategi belajar aktif tipe Hollywood Squares Review yang dikemukakan oleh Silberman (2009:257) adalah sebagai berikut:

(25)

a. Mintalah peserta didik menulis dua atau tiga pertanyaan berkaitan dengan materi pelajaran. Pertanyaan dapat berupa pilihan ganda, benar/salah, atau mengisi tempat kosong.

b. Kumpulkan pertanyaan. Jika anda ingin, tambahkan sedikit dengan pertanyaan anda sendiri

c. Simulasikan format pertunjukkan permainan tic-tac-toe yang digunakan di Hollywood Squares. Aturlah tiga kursi di depan kelas. Perintahkan agar tiga relawan duduk di atas lantai di depan kursi, tiga lagi duduk di atas kursi, dan tiga lagi berdiri di belakang kursi.

d. Berikan setiap sembilan”selebritis”, kartu dengan X yang dicetak pada satu sisi dan O pada sisi lain untuk membalut tubuh mereka ketika pertanyaan dijawab dengan sukses.

e. Perintahkan kepada dua voluntir untuk berperan sebagai kontestan. Kontestan menyentuh anggota alun-alun “selebritis” untuk menjawab pertanyaan permainan.

f. Lontarkan kepada kontestan pertanyaan pada gilirannya. Kontestan merespon dengan “setuju” atau “tidak setuju” pada respons panel ketika mereka mencoba membentuk sebuah tic-tac-toe.

g. Peserta didik lain yang tidak terlibat dalam permainan diberi kartu tertulis “setuju” pada satu sisi dan “tidak setuju” pada sisi lain untuk memberikan bantuan kepada kontestan dalam membuat keputusannya.

Berdasarkan langkah-langkah dari strategi belajar aktif Hollywood Squares Review yang dikemukakan Silberman maka penulis dapat memodifikasinya sebagai berikut:

a. Guru menjelaskan materi pelajaran dan memberikan beberapa contoh soal

b. Setiap siswa untuk membuat 3 pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Guru juga menambahkan beberapa pertanyaan untuk menambah pemahaman terhadap meteri pelajaran yang sedang dipelajari.

c. Guru menentukan siswa yang akan menjadi celebrity squares dipilih dengan cara diundi dan memilih dua orang siswa sebagai kontestan. Celebrity squares yang dipilih oleh kontestan bertugas menjawab

(26)

pertanyaan yang diajukan oleh guru. Kontestan bertugas menunjuk celebrity squares yang akan menjawab pertanyaan yang diberikan guru d. Guru menentukan bahwa kontestan pertama yang akan mewakili simbol

X dan kontestan kedua mewakili simbol O

e. Guru meminta siswa sebagai celebrity squares menepati posisinya masing-masing, yaitu tiga orang duduk diatas lantai, tiga orang duduk diatas kursi dan tiga orang berdiri dibelakang kursi

f. Guru memberikan kepada sembilan celebrity squares sebuah kartu dengan tanda X disatu sisi dan O pada sisi yang lainnya dan siswa yang tidak terlibat diberikan kartu setuju dan kartu tidak setuju

g. Guru memulai permainan dengan mengambil pertanyaan yang telah dikumpulkan, kontestan memilih salah satu anggota dari celebrity squares untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

h. Guru membacakan pertanyaan kemudian memberi waktu kepada celebrity squares untuk menjawab. Celebrity squares menjawab pertanyaan, kemudian guru menanyakan kepada kontestan pertama “setuju” atau “tidak setuju” dengan jawaban dari celebrity squares. Jika celebrity squares berhasil menjawab benar dan kontestan setuju benar maka diberi simbol sesuai dengan simbol kontestan yang memilihnya yaitu simbol X sebagai tanda kontestan pertama, jika kontestan pertama tidak setuju dengan jawaban celebrity squares yang benar maka simbol yang didapat tanda O, jika kontestan pertama setuju dengan jawaban celebrity squares yang salah, maka simbol yang didapat tanda O, jika

(27)

kontestan pertama tidak setuju dengan jawaban celebrity squares yang salah tetapi kontestan mempunyai penjelasan yang benar maka simbol yang didapat tanda X.

i. Permainan ini terus dilakukan secara bergiliran hingga terbentuknya tic-tac-toe yaitu terjawab pertanyaan dengan benar yang membentuk simbol X atau O tiga kali berturut-turut secara vertikal/ horiontal/ diagonal.

j. Siswa yang tidak terlibat juga ikut mencari penyelesaian soal di buku latihan yang nantinya jawaban tersebut dikumpul setelah permainan berakhir dan memberi bantuan kepada kontestan untuk mengambil keputusan.

k. Pertanyaan yang belum ditampilkan karena keterbatasan waktu dijadikan tugas rumah dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.

(28)

4. Pembentukan Kelompok

Pembentukan kelompok pada penelitian ini lebih diprioritaskan terhadap kemampuan akademik dan jenis kelamin siswa karena yang akan dilihat adalah aktifitas belajar siswa jika mereka belajar kelompok dengan siswa yang berbeda kemampuan akademik dan jenis kelaminnya. Lie (2002:41) menyatakan pengelompokan heterogenitas berdasarkan kemampuan akademik dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti Tabel 2 di bawah ini:

(29)

Tabel 2. Pengelompokkan Heterogenitas Berdasarkan Kemampuan Akademis Langkah I Mengurutkan siswa berdasarkan kemampuan akademis Langkah II Membentuk kelompok pertama Langkah III Membentuk kelompok selanjutnya 1. Ani 2. David 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Yusuf 12. Citra 13. Rini 14. Basuki 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Slamet 25. Dian 1. Ani 2. David 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Yusuf 12. Citra 13. Rini 14. Basuki 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Slamet 25. Dian 1. Ani 2. David 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Yusuf 12. Citra 13. Rini 14. Basuki 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Slamet 25. Dian Sumber: Lie (2010: 42)

Siswa diurutkan dari siswa yang berkemampuan rendah sampai siswa yang berkemampuan tinggi. Pembentukan kelompok I dapat dilakukan dengan cara mengambil siswa nomor 1 (berkemampuan rendah), siswa nomor 25 (berkemampuan tinggi), siswa nomor 12 da 13 (berkemampuan sedang), Untuk kelompok II diambil dengan menempatkan siswa dari siswa nomor 2, nomor 24, nomor 11 dan nomor 14 sedangkan

(30)

untuk kelompok selanjutnya dilakukan dengan proses yang sama mengambil siswa dari urutan berkemampuan rendah berikutnya, 2 orang siswa berkemampuan sedang yang berikutnya dan siswa yang berkemampuan tinggi berikutnya.

5. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan tuntutan kurikulum. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang sering atau biasa dilakukan oleh guru. Menurut Nasution (2010: 209) menjelaskan ciri-ciri pembelajaran konvensional sebagai berikut:

a. Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati dan diukur,

b. Bahan pelajaran disajikan kepada kelompok, kepada kelas sebagai keseluruhan tanpa memperhatikan murid-murid secara individual, c. Bahan pelajaran kebanyakan berbentuk ceramah, kuliah, tugas

tertulis dan media lain menurut pertimbangan guru,

d. Berorientasi pada kegiatan guru dengan mengutamakan proses mengajar,

e. Murid-murid kebanyakan bersikap “pasif”, karena terutama harus mendengarkan uraian guru,

f. Murid semuanya harus belajar menurut kecepatan yang kebanyakan ditentukan oleh kecepatan guru mengajar,

g. Penguatan biasanya baru diberikan setelah diadakannya ulangan atau ujian,

h. Keberhasilan belajar kebanyakan dinilai oleh guru secara subjektif. Berdasarkan kutipan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang terpusat pada guru, dimana kegiatan siswa hanya memperhatikan, mendengarkan, mencatat, dan menerima apa yang dijelaskan oleh guru tanpa ada hubungan timbal

(31)

balik antara guru dan siswa, sehingga kurang tergali kemampuan siswa dan menutup kesempatan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran yang dilaksanakan dikelas VIII SMPN 3 Batang Anai mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kutipan diatas yaitu guru menjelaskan materi pembelajaran dengan metode ceramah. Siswa hanya memperhatikan, mendengarkan, dan menerima konsep yang diberikan guru sehingga siswa kurang aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Maka proses pembelajaran di kelas VIII SMPN 3 Batang Anai diistilahkan dengan pembelajaran konvensional.

6. Hasil Belajar

Hasil belajar matematika merupakan suatu prestasi yang dicapai setelah mengikuti proses belajar. Seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya, seperti perubahan dalam segi keterampilan, sikap dan kebiasaan baru lainnya. Hal ini sesuai pendapat Hamalik (2008:155) yang menyatakan bahwa “Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan”. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat penguasan materi yang dicapai oleh siswa dalam belajar matematika. Agar dapat mencapai hasil belajar yang optimal baik dalam pengetahuan maupun dalam keterampilan, maka metode belajar serta faktor-faktor yang mempengaruhi harus ditentukan dan diorganisasikan dengan sebaik-baiknya.

(32)

Penilaian dari hasil belajar mempunyai tujuan tertentu dan memiliki pengaruh yang besar dalam suatu pembelajaran, sebagaimana yang dipaparkan oleh Muhibbin (2004:142) bahwa:

Tujuan penilaian hasil belajar adalah:

1) Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu.

2) Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya

3) Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar

4) Untuk mengetahui hingga sajauh mana siswa telah mendaya gunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar.

5) Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar.

Hasil belajar merupakan salah satu indikator yang biasa digunakan oleh seorang guru untuk mencari informasi tentang pemahaman siswa dan penguasaan konsep yang sudah dibahas bersama, serta untuk melihat ketuntasan belajar siswa. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar yang berkaitan dengan aspek kognitif berupa skor yang diperolehnya siswa setelah mengikuti tes hasil belajar.

7. Penelitian Relevan

Penelitian relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Rio Eka Putra (2013) dengan judul “Pengaruh penerapan strategi belajar aktif tipe Hollywod Squares Review terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis siswa kelas VII SMPN 23 Padang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemahaman konsep matematika siswa dengan penerapan strategi belajar aktif tipe Hollywod Squares Review lebih

(33)

baik daripada pemahaman konsep matematika siswa dengan pembelajaran konvensional. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya terletakpada tahap pelaksanaanya yaitu pada penelitian Rio Eka Putra celebrity

squares hanya membacakan jawaban dari pertanyaan yang diberikan.

Sedangkan peneliti menjawab pertanyaan. B. Kerangka Pikir

Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa kurang berkembangnya aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar adalah kurangnya minat siswa untuk belajar dan masih beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, menakutkan dan membosankan. Hal ini salah satu yang menyebabkan berkurangnya aktivitas siswa selama belajar berakibat siswa kurang memahami materi pelajaran dan sering lupa dengan materi yang sudah diajarkan oleh guru. Semua ini terjadi karena siswa malas bertanya pada guru dan temannya, banyak siswa yang berdiam diri dengan ketidak pahamannya. Karena mereka tidak percaya diri untuk bertanya mengenai materi yang tidak dipahami dan merasa malu bertanya dengan alasan dianggap bodoh sama temannya dan takut salah. Akibatnya, proses pembelajaran tidak berjalan dengan optimal. Usaha yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan hasil belajar dan mengembangkan aktivitas siswa adalah menciptakan strategi pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif.

Strategi belajar aktif tipe Hollywood Squares Review merupakan salah satu alternatif untuk lebih mengaktifkan siswa dalam belajar. Tipe Hollywood Squares Review merupakan strategi pengulangan materi yang dikembangkan

(34)

untuk melatih siswa memiliki kemampuan dan keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan. Siswa mampu merenkontruksi pengetahuannya sendiri sedangkan guru hanya sebagai fasilitator saja. Tipe ini memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya hal yang tidak mengerti dan memberi kesempatan pada siswa yang sudah mengerti untuk menjelaskannya.

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori diatas maka kerangka pikir dari penelitian ini dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.

Gambar 1: Kerangka Pikir Hasil Belajar

Proses Pembelajaran

Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Hollywood Squares

Review

Pembelajaran Konvensional

(35)

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan teori yang dikemukakan di atas maka hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah “Hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe Hollywood Squares Review lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional di kelas VIII SMPN 3 Batang Anai ”.

(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2017/2018 pada tanggal 30 Oktober sampai 20 November 2017 di kelas VIII SMPN 3 Batang Anai.

B. Rancangan Penelitian

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen adalah penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Hollywood Squares Review dan pada kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran secara konvensional.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Random terhadap subjek. Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rancangan Penelitian

Kelas Perlakuan Tes Akhir

Eksperimen X O

Kontrol - O

Sumber : Arikunto (2010: 126) Keterangan :

X : Penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Hollywood Squares

Review.

O :Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk melihat hasil belajar matematika siswa.

(37)

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Arikunto (2010:161) mengatakan bahwa ”Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Variabel dalam penelitian yang akan dilakukan terdiri dari:

a. Variabel bebas yaitu variabel yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap variabel yang lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe

Hollywood Squares Review pada kelas eksperimen dan pembelajaran

konvensional pada kelas kontrol.

b. Variabel terikat yaitu variabel yang diperkirakan akan dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 3 Batang Anai yang terpilih menjadi kelas sampel.

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Strategi Pembelajaran Aktif

Pembelajaran Aktif adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk terlibat aktif dalam interaksi antara sesama siswa juga gurunya sehingga dapat mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki oleh siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Strategi Pembelajaran aktif tipe Hollywood Squares Review

Hollywood Squares Review adalah suatu teknik instruksional dari

(38)

(strategi meninjau ulang). Strategi ini dapat membantu siswa mengingat apa yang berkaitan dengan materi pelajaran, kemudian guru memilih siswa secara acak untuk menjadi selebritis dan kontestannya. Guru meminta selebriti menempati posisinya masing-masing dan kontestan mengambil pertanyaan dan memilih salah satu selebritis untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, sedangkan siswa yang tidak terlibat mencari penyelesaian soal.

c. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu prestasi yang dicapai setelah mengikuti proses belajar. Hasil belajar matematika dari apek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar matetika dari aspek kognitif merupakan kemampuan siswa dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi baik secara proses maupun akhir pembelajaran. Untuk hasil akhir dapat diketahui dengan menggunakan salah satu indikator yang melalui tes. Hasil tes ini kemudian di analisis oleh guru dan diberikan penilaian.

d. Pembelajaran konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selalu dilakukan atau biasa digunakan di sekolah selama ini yaitu pada awal pembelajaran guru menyiapkan kelas, kemudian menjelaskan materi dan memberikan contoh soal, serta pada akhir pembelajaran guru memberikan tugas.

(39)

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Arikunto (2010:173), “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sebelum dilakukan penelitian, maka terlebih dahulu ditentukan populasi penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 3 Batang Anai . Lebih jelasnya distribusi populasi dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:

Tabel 4. Jumlah Siswa Kelas VIII SMPN 3 Batang Anai Tahun Pelajaran 2017/2018

No Kelas Jumlah Siswa

1 VIII. 1 28 2 VIII. 2 27 3 VIII. 3 28 4 VIII. 4 30 5 VIII. 5 31 6 VIII. 6 29 7 VIII. 7 31 8 VIII. 8 29 9 VIII. 9 29 Jumlah 262

Sumber :Tata UsahaSMPN 3 Batang Anai 2. Sampel

Arikunto (2010:174) menyatakan bahwa “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sampel yang dipilih dalam penelitian menggambarkan karakteristik dari suatu populasi. Sesuai dengan masalah yang diteliti dan metode penelitian yang digunakan, maka yang dibutuhkan hanya dua kelas yaitu eksperimen dan kontrol.

(40)

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan sampel sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data nilai Ujian Mid Semester I mata pelajaran matematika siswa kelas VIII SMPN 3 Batang Anai tahun pelajaran 2017/2018 (Lampiran I halaman 66)

b. Melakukan uji normalitas populasi, bertujuan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang digunakan adalah:

: Populasi berdistribusi normal : Populasi tidak berdistribusi normal

Uji yang digunakan adalah uji Liliefors yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:466), dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menyusun skor siswa yang terendah ke skor yang tertinggi, 2) Skor mentah dijadikan bilangan baku menggunakan rumus:

= dengan = Σ (Σ ) Keterangan : = = − ̅ = − =

3) Hitung ( ) = ( ≤ ) menggunakan kurva normal,

4) Hitung proposi , , … , yang lebih kecil atau sama dengan

dengan rumus :

( ) =

, ,…,

(41)

6) Ambil harga paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut, misalkan harga paling besar ini L0. Bandingkan L0 dengan nilai kritis

pada taraf nyata (α). Kriterianya adalah terima H0 jika <

, maka sampel berdistribusi normal.

Hasil perhitungan uji Lilifors untuk kelas populasi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji Lilifeors Kelas Populasi

Kelas L0 Ltabel VIII.1 0,07687 0,1658 VIII.2 0,09259 0,1682 VIII.3 0,06744 0,1658 VIII.4 0,09574 0,161 VIII.5 0,09219 0,1591 VIII.6 0,11831 0,1634, VIII.7 0,07255 0,1591 VIII.8 0,07166 0,1634 VIII.9 0,12552 0,1634

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat < , maka terima H0.

Jadi dapat disimpulkan bahwa populasi berdistribusi normal (Lampiran II halaman 68)

c. Melakukan uji homogenitas variansi dengan uji Bartlett. Uji homogenitas variansi dilakukan untuk mengetahui apakah populasi mempunyai variansi yang homogen atau tidak, dengan formulasi hipotesis statistik,

∶ = = = = = = = =

∶ Jika salah satu tanda sama dengan tidak berlaku

Langkah-langkah uji Barlett menurut Sudjana (2005:263) sebagai berikut:

(42)

= ∑ ( − 1)∑ ( − 1)

2) Menghitung harga satuan Bartlett (B) dengan rumus:

= (log ) ( − 1)

3) Menghitung nilai statistik chi-kuadrat dengan rumus:

= ( 10) − ( − 1) log } Keterangan:

B = Bartlett

ni = Jumlah siswa kelas ke-i

= Variansi gabungan semua sampel X2= Chi-kuadrat

Kriteria pengujian tolak hipotesis H0 jika ²hitung ≥ ²( )( ),dimana ²( )( ),didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1 − ) dan = ( − 1). Dari uji Barlett yang dilakukan diperolehχ = 3,5 danχ ( – α) ( )= 15,5, karena χ <χ ( – α) ( ) maka terima H0. Jadi dapat

disimpulkan bahwa populasi memiliki variansi yang homogen (Lampiran III halaman 77)

d. Jika data homogen maka dilanjutkan dengan uji kesamaan rata-rata menggunakan teknik Anava satu arah. Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0: = = = = = = = =

(43)

Adapun angkah-langkah uji anava satu arah yang dikemukakan oleh Sudjana (2005: 304-305) adalah sebagai berikut:

1) Menentukan jumlah kuadrat rata-rata dengan rumus:

=( ) , = + + ⋯ +

2) Menghitung jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus:

= −

3) Menghitung jumlah kuadrat total dengan rumus:

∑ = jumlah kuadrat-kuadrat (JK) dari semua hasil pengamatan 4) Menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok (Dy) dengan

rumus: = ∑ − −

5) Menghitung kuadrat tengah rata-rata dengan rumus:

= 1

6) Menghitung kuadrat tengah antar kelompok dengan rumus: = ( − 1)

7) Menghitung kuadrat tengah dalam kelompok dengan rumus: = ∑( − 1)

8) Menguji variansi dari kelompok dengan rumus: =

(44)

Tabel 6. Analisis Variansi untuk Uji Kesamaan Rata-Rata Sumber Variansi Dk JK KT F Rata – rata 1 793045,077 793045,077 0,48 Antar kelompok 8 908,417879 113,552235 Dalam kelompok 253 59283,5048 234,322153 Total 262 Lampiran IV halaman 78

Kriteria pengujian adalah Tolak H0 jika ≥ ( ∝)( , ),

dimana ( ∝)( , ) didapat dari daftar distribusi F dengan peluang (1-α) dan = ( , ), dimana = − 1, = ( + ⋯ + − ) dan α = (taraf nyata) untuk pengujian. Dari perhitungan diperoleh Fhitung = 0,48 dan ( ∝)( , ) = 0,51. Terlihat bahwa

Fhitung < ( ∝)( , ), maka terima H0 berarti populasi memiliki

kesamaan rata-rata (Lampiran IV halaman 78)

e. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh kesimpulan bahwa populasi homogen, maka pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak dengan menggunakan kertas lot. Kelas yang terambil pertama adalah kelas eksperimen yaitu kelas VIII.7 dan kelas yang terambil kedua adalah kelas kontrol yaitu kelas VIII.6.

(45)

E. Instrumentasi Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan dalam mengumpulkan data. Jumlah instrumen yang digunakan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Intrumen penelitian ini akan digunakan untuk melakukan pengukuran yang bertujuan untuk menghasilkan data kuantitatif yang tepat dan akurat. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian aspek kognitif.

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, digunakan instrumen penelitian, yaitu tes. Tes yang disusun berbentuk essay berdasarkan pokok bahasan yang telah dipelajari. Tes tersebut berfungsi sebagai alat ukur, yaitu untuk mengukur hasil belajar matematika siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Menyusun Tes

1) Menentukan tujuan mengadakan tes yaitu untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa.

2) Membuat batasan terhadap materi pelajaran yang akan diujikan. 3) Membuat kisi-kisi soal uji coba tes akhir berdasarkan indikator

hasil belajar (lampiran VIII halaman 118)

4) Menyusun beberapa butir-butir soal serta skor masing-masing soal berdasarkan rubrik penilaian hasil belajar (lampiran XVII halaman 135)

(46)

b. Validitas Tes

Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengujur apa yang seharusnya diukur. Validitas yang digunakan adalah validitas isi yang dikemukakan Arikunto (2009: 67) bahwa:

“Sebuah tes dikatakan memiliki validasi isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu, materi yang diajarkan tertera pada kurikulum, maka validitas isi sering disebut validitas kurikuler”.

Validasi isi yaitu penyesuaian soal yang diberikan dengan materi yang diajarkan. Karena tes disusun sesuai dengan kurikulum dan materi tersebut telah diajarkan maka validitas yang dipakai adalah validits isi. Dalam hal ini didahului dengan pembuatan kisi-kisi soal dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru matematika SMPN 3 Batang Anai.

c. Melakukan Uji Coba Tes

Menurut Lestari (2005:188) “Agar soal tes yang telah disusun terjamin kualitasnya, maka soal tes tersebut perlu diuji cobakan terlebih dahulu sebelum akhirnya digunakan dalam penelitian. Uji coba dilakukan pada subjek yang menjadi bagian dari anggota populasi penelitian dan sekurang-kurangnya setingkat lebih daripada subjek yang dijadikan sampel dalam penelitian atau pada subjek yang pernah mendapatkan/mengetahui materi yang akan diteskan/teliti”.

Uji coba tes dilakukan di SMPN 3 Batang Anai. Alasan pemilihan sekolah ini sebagai sekolah uji coba tes, karena menggunakan kurikulum KTSP dan memiliki kemampuan akademik yang sama dengan Kriteria Ketuntusan Minimal (KKM) yaitu 75 dengan pengambilan kelas selain kelas sampel.

(47)

d. Melakukan Analisis Item

Setelah dilakukan uji coba tes, maka dilakukan analisis soal tes untuk mengetahui apakah soal dapat dipakai, direvisi, dan dibuang. Untuk mengetahui hal di atas, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Tingkat Kesukaran Soal (TK)

Tingkat kesukaran soal bertujuan untuk melihat apakah soal termasuk soal yang mudah, sedang atau sukar. Semangkin besar tingkat kesukaran soal berarti soal itu mudah, demikian juga sebaliknya. Tingkat kesukaran soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Depdiknas (2001:27):

=

=

Tabel 7. Kriteria Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat Kesukaran Kriteria 0,70 < ≤ 1,00 Soal tergolong mudah 0,30 < ≤ 0,70 Soal tergolong sedang 0,00 ≤ ≤ 0,30 Soal tergolong sukar Sumber: Depdiknas (2001:27)

(48)

Tabel 8. Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal

No Soal Tingkat Kesukaran Kriteria

1.a 0,54 Sedang 1.b 0,43 Sedang 1.c 0,38 Sedang 1.d 0,46 Sedang 1.e 0,44 Sedang 2.a 0,80 Mudah 2.b 0,71 Mudah 2.c 0,71 Mudah 3.a 0,54 Sedang 3.b 0,20 Sukar 3.c 0,32 Sedang 4 0,24 Sukar 5 0,46 Sedang 6 0,43 Sedang 7.a 0,72 Mudah 7.b 0,36 Sedang

Lampiran XIII halaman 130

Berdasarkan hasil perhitungan uji coba tes akhir pada Tabel 8 semua soal tes akhir terdiri dari 4 soal tergolong mudah, 2 soal tergolong sukar dan 10 soal tergolong sedang.

2) Daya Pembeda Soal (DP)

Depdiknas (2001:28) menyatakan bahwa “Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah”. Untuk menentukan daya pembeda soal esai digunakan rumus yang dikemukakan oeh Depdiknas (2001:28) yaitu:

= − ℎ

(49)

Tabel 9. Kriteria Daya Pembeda Soal

Daya Pembeda Kriteria

0,40 ≤ DP ≤ 1,00 Soal diterima/baik

0,30 ≤ DP < 0,40 Soal diterima tetapi perlu diperbaiki 0,20 ≤ DP < 0,30 Soal diperbaiki

0,00 ≤ DP < 0,20 Soal tidak dipakai/dibuang Sumber: Depdiknas (2001:28)

Menurut Arikunto (2010: 212 ) cara menentukan daya pembeda (nilai DP) dapat dibedakan antara kelompok kecil (kurang dari 100) dan kelompok besar (100 orang ke atas ) antara lain:

1) Kelompok kecil

Seluruh kelompok tes dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah.

2) Kelompok besar

Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisis, maka untuk kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu, 27% skor teratas sebagai kelompok atas dan 27% skor terbawah sebagai kelompok bawah.

Berdasarkan perhitungan pada lampiran XIV halaman 131 semua soal diterima.

3) Reliabilitas Tes

Reliabilitas tes adalah suatu ukuran apakah tes tersebut dapat dipercaya, suatu tes dapat mempunyai kepercayaan yang tinggi jika tes dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk mencari indeks realibilitas tes yang digunakan rumus alpha yang dinyatakan oleh Arikunto (2010: 239), yaitu:

(50)

Keterangan :

= koefisien reliabilitas tes = banyak soal

= jumlah varians butir soal = jumlah varian total

Arikunto (2009:112) “Dengan diperoleh koefisien korelasi yakni baru diketahui tinggi rendahnya koefisien tersebut”.Agar sempurna perhitungan reabilitas, sebaliknya hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel r Produk Moment yaitu jika rhitung> rtabel

maka soal tersebut dikatakan reliabel atau jika rhitung< rtabel maka soal

tersebut dikatakan tidak reliabel. Berdasarkan perhitungan realibitas soal uji coba, didapat sebesar 11 = 0,91 dan rtabel = 0,374 sehingga

11 > rtabel maka dapat disimpulkan bahwa soal tes telah reliable.

(Lampiran XV halaman 132) 2. Teknik Pengumpulan Data

Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

a.Tahap persiapan

Pada tahap ini dipersiapakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian yaitu :

1) Menetapkan jadwal kegiatan, jadwal penelitian disusun setelah peneliti mendapatkan informasi tentang alokasi waktu tentang pengajaran (Lampiran V halaman 80)

2) Mempersiapkan surat izin penelitian.

3) Menentukan kelas sampel yaitu kelas eksperimen adalah kelas VIII.7 dan kelas kontrol VIII.6.

(51)

4) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan kurikulum yang berlaku (Lampiran VI halaman 81)

5) Mempersiapkan kisi-kisi soal tes akhir berdasarkan silabus dan rencana pembelajaran dengan indikator hasil belajar (Lampiran XVI halaman 133)

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanan proses pembelajaran untuk kedua kelas tidak sama. Kelas eksperimen menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Hollywood Squares Review, sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvesional.

1. Pembagian di Kelas Eksperimen

Adapun tahap pelaksanaan yang akan dilakukan adalah: a) Pendahuluan (±10 menit)

1) Guru mengucapkan salam

2) Guru membuka pelajaran dengan berdoa dan mengambil absen

3) Guru melakukan apersepsi dan memberi motivasi 4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

5) Guru menyampaikan kepada siswa bahwa kita belajar menggunakan strategi Hollywood Squares Review

(52)

b) Kegiatan Inti (± 70 menit)

1) Guru menjelaskan materi pelajaran dan memberikan beberapa contoh soal

2) Guru meminta setiap siswa untuk membuat 3 pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Setelah itu pertanyaan yang dibuat dikumpulkan dan guru juga menambahkan beberapa pertanyaan

3) Guru menyuruh siswa untuk menyusun 3 bangku di depan kelas

4) Guru menentukan siswa yang akan menjadi celebrity squares dipilih dengan cara diundi dan memilih dua orang siswa sebagai kontestan. Celebrity squares yang dipilih oleh kontestan bertugas menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Kontestan bertugas menunjuk celebrity squares yang akan menjawab pertanyaan yang diberikan guru

5) Guru menentukan bahwa kontestan pertama yang akan mewakili simbol X dan kontestan kedua mewakili simbol O 6) Guru meminta siswa sebagai celebrity squares menepati

posisinya masing-masing, yaitu tiga orang duduk di atas lantai, tiga orang duduk di atas kursi dan tiga orang berdiri di belakang kursi

7) Guru memberikan kepada sembilan celebrity squares sebuah kartu dengan tanda X disatu sisi dan O pada sisi yang lainnya

(53)

dan siswa yang tidak terlibat diberikan kartu setuju dan kartu tidak setuju

8) Guru memulai permainan dengan mengambil pertanyaan yang telah dikumpulkan, kontestan memilih salah satu anggota dari celebrity squares untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

9) Guru membacakan pertanyaan kemudian memberi waktu kepada celebrity squares untuk menjawab. celebrity squares menjawab pertanyaan, kemudian guru menanyakan kepada kontestan pertama “setuju” atau “tidak setuju” dengan jawaban dari celebrity squares. Jika celebrity squares berhasil menjawab benar dan kontestan setuju benar maka diberi simbol sesuai dengan simbol kontestan yang memilihnya yaitu simbol X sebagai tanda kontestan pertama, jika kontestan pertama tidak setuju dengan jawaban celebrity squares yang benar maka simbol yang didapat tanda O, Jika kontestan pertama setuju dengan jawaban celebrity squares yang salah, maka simbol yang didapat tanda O, jika kontestan pertama tidak setuju dengan jawaban celebrity squares yang salah tetapi kontestan mempunyai penjelasan yang benar maka simbol yang didapat tanda X. Permainan ini terus dilakukan secara bergiliran hingga terbentuknya

(54)

tic-tac-toe yaitu terjawab pertanyaan dengan benar yang X atau O tiga kali berturut-turut secara vertikal/ horizontal/ diagonal. 10) Guru memberi penghargaan berupa kata-kata dan tepuk

tangan untuk pemain hollywood squares Review yang menjawab benar.

11) Apabila masih ada waktu guru dapat mengganti peserta selebrity squares dan kontestan dengan siswa yang belum mendapat giliran

12) Pertanyaan yang belum ditampilkan karena keterbatasan waktu dijadikan tugas rumah.

c) Penutup ( ± 10 menit)

1) Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan hari itu.

2) Setelah itu guru memberikan gambaran materi yang akan dipelajari siswa pada pertemuan selanjutnya dan meminta kepada siswa untuk mempelajari materi tersebut dirumah. 3) Pertanyaan yang belum ditampilkan karena keterbatasan

waktu dijadikan pekerjaan rumah (PR), pertanyaan yang dijadikan pekerjaan rumah (PR) yaitu dipilih dari pertanyaan yang belum diselesaikan dan pertanyaan dicatatkan oleh guru dipapan tulis yang akan dijadikan pekerjaan rumah (PR).

(55)

2. Pembelajaran di Kelas Kontrol a) Pendahuluan ( ± 10 menit)

1) Guru mengucapkan salam

2) Guru membuka pelajaran dengan berdoa dan mengambil absen.

3) Guru melakukan apersepsi dan memberi motivasi. 4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

5) Guru mengkondisikan kelas dalam keadaan siap belajar. b) Kegiatan Inti ( ± 70 menit)

1) Guru menjelaskan materi sesuai dengan kurikulum dan pokok bahasan

2) Guru memberi contoh soal dan siswa diminta untuk menanyakan bagian yang belum dimengerti.

3) Guru memberikan beberapa soal latihan dan dibahas bersama-sama.

c) Penutup (± 10 menit)

1) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang dipelajari.

2) Guru menutup pelajaran dengan memberikan tugas rumah (PR) dari soal-soal yang ada pada buku paket.

(56)

c. Tahap Akhir

Pada tahap akhir ini guru memberikan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes ini dilakukan untuk mengukur kemampuan hasil belajar matematika siswa pada kedua kelas sampel yang diadakan setelah pokok pembahasan selesai dipelajari.

F. Teknik Analisis Data

Analis data bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan, apakah diterima atau ditolak. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan cara sebagai berikut:

1. Menghitung Skor Hasil Belajar Matematis Siswa

Perhitungan ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar matematika siswa yang dinilai dari tes akhir yang mengandung indikator hasil belajar dengan menggunakan rubrik holistik skala 4. Menurut Iryanti (2004:13), “Dengan menggunakan rubrik ini dapat dianalisa kelemahan dan kelebihan seorang siswa terletak pada kriteria yang mana. Contoh rubrik holistik skala 4 dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 10. Rubrik holistik skala 4 secara umum

Skala 0 1 2 3 Tidak ada jawaban Jawaban salah dan menunjukkan adanya pemahaman terhadap sebagian kecil materi

Jawaban sedikit salah dan menunjukkan adanya pemahaman terhadap sebagian besar materi Jawaban benar dan menunjukan adanya pemahaman terhadap keseluruhan materi Dirujuk dari penilaian unjuk kerja, Iryanti (2004: 14)

Pemberian skala dalam penelitian disesuaikan dengan hasil belajar yang ingin dicapai. Pemberian skala sangat penting untuk menentukan batasan memenuhi dan tidak memenuhi dari hasil belajar yang ditetapkan.

(57)

Skala 0 dianggap tidak ada jawaban, skala 1 dianggap jawaban salah dan menunjukkan adanya pemahaman terhadap sebagian kecil materi, skala 2 jawaban sedikit salah dan menunjukkan adanya pemahaman terhadap sebagian besar materi, dan skala 3 jawaban benar dan menunjukan adanya pemahaman terhadap keseluruhan materi.

Berdasarkan skala yang sudah dibuat dapat dinilai tes akhir yang dilakukan siswa. Skor yang diperoleh siswa harus dirubah kedalam skala angka yang ditetapkan (dalam 0-100). Skor yang diperoleh siswa jika dikonversikan ke skala 0-100 yaitu :

Nilai siswa =skor yang diperoleh siswa

skor total x 100

2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa dengan Indikator Hasil Belajar Analisis data bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan, apakah diterima atau ditolak. Sebelum menganalisis data hasil penelitian terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap kelas sampel.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah kelas sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang diajukan adalah :

H0: Kedua kelas sampel berdistribusi normal

H1: Kedua kelas sampel tidak berdistribusi normal

Uji yang digunakan adalah uji Liliefors yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:466), dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menyusun skor nilai siswa yang terendah ke skor yang tertinggi, 2) Skor mentah dijadikan bilangan baku menggunakan rumus:

(58)

= dengan = ( ) Keterangan : Z = Bilangan baku x = Skor siswa ke − i x = Rata − rata S = Simpangan baku

3) Untuk setiap bilangan menggunakan daftar peluang dengan menggunakan ( ) = ( ≤ ),

4) Menghitung proposi , , … , yang lebih kecil atau sama dengan maka

( ) =

, , … ,

5) Menghitung selisih antara ( ) dengan ( ) kemudian tentukan harga mutlaknya,

6) Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlak selisih itu diberi simbol L0. = | ( ) − ( )|. Kemudian

bandingkan L0 dengan nilai kritis pada taraf nyata (α).

Kriterianya adalah terima H0 jika < , maka sampel

berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Variansi

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua kelompok data mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Untuk menguji homogenitas kedua kelas sampel maka hipotesis yang diajukan adalah :

(59)

H0: =

H1: ≠

Dimana :

= Variansi kelas eksperimen = Variansi kelas kontrol

Menurut Sudjana (2005: 249) untuk menguji homogenitas yang terdiri dari dua kelompok digunakan uji F dengan rumus :

F = Keterangan:

F = Variansi kelompok data

= Variansi dari kelompok eksperimen = Variansi dari kelompok kontrol Kriteria pengujian adalah

Terima hipotesis H0 jika ( , ) < < ( , ),

dalam hal lainnyaH ditolak. Pengujian homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan manual yaitu uji F diperoleh hasil bahwa H diterima.

c. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada kedua kelompok sampel maka dapat dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika yang menggunakan strategi Hollywood Squares Review lebih baik daripada pembelajaran dengan cara konvensional.

(60)

Hipotesis yang diuji adalah : H0: =

H1: >

Keterangan :

= Rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen. = Rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol.

Menurut Sudjana (2005 : 239) statistik yang digunakan adalah jika kedua kelas sampel berdistribusi normal dan mempunyai variansi homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah uji-t.

= dengan = ( ) ( )

Keterangan:

= Nilai rata-rata matematika siswa kelas eksperimen = Nilai rata-rata matematika siswa kelas kontrol = Jumlah siswa kelas eksperimen

= Jumlah siswa kelas kontrol

= Variansi matematika siswa kelas eksperimen = Variansi matematika siswa kelas kontrol S = Simpangan baku kedua kelas

Kriteria pengujiannya adalah

Terima H0 jika thitung ttabel dengan dk ( + − 2) dan tolak

(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mulai dari tanggal 30 Oktober sampai 20 November 2017, diperoleh data mengenai hasil belajar siswa melalui tes akhir yang diberikan pada kelas sampel. Peserta dari tes akhir ini adalah semua siswa kelas sampel yang terdiri dari 31 orang yang mengikuti tes dari 31 siswa untuk kelas eksperimen dan 29 orang yang mengikuti tes dari 29 orang untuk kelas kontrol. Dari tes akhir diperoleh nilai rata-rata ( ), skor tertinggi ( ) dan skor terendah (Xmin ), hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 11 :

Tabel 11. Deskripsi Hasil Tes Akhir Kelas Sampel Kelas

Sampel

Jumlah Siswa yang

Mengikuti Tes akhir ( ) (S) ( ) ( )

Eksperimen 31 78,52 13,94 100 44,1

Kontrol 29 69,20 14,44 94,1 35,7

Lampiran XIX halaman 140

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas kontrol. Simpangan baku kelas eksperimen lebih tinggi daripada simpangan baku kelas kontrol. Jika dilihat dari nilai maksimum dan nilai minimum yang diperoleh siswa pada kelas eksperimen juga lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, hal ini berarti nilai kelas eksperimen lebih beragam daripada nilai kelas kontrol.

(62)

B. Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis yakni apakah hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe Hollywood Square Review lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan pembelajaran konvesional pada siswa kelas VIII SMPN 3 Batang Anai. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas Tes Akhir

Uji normalitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terhadap hasil tes hasil belajar matematika siswa menggunakan uji Liliefors dengan kriteria pengujian adalah L0< Ltabel maka sampel berdistribusi normal.

Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Sampel

Kelas L0 Ltabel N

Eksperimen 0,07767 0,1634 31

Kontrol 0,09477 0,1634 29

Lampiran XX halaman 141

Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bawah kelas sampel memiliki L0<Ltabel pada taraf nyata ( ) = 0,05 maka diterima H0. Jadi, kelas

(63)

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji-F. Kriteria pengujiannya adalah terima H0jika ( )( , ) < < ( , ). Hasil perhitungan diperoleh nilai F =0,93, sedangkan ( ) ( , )=

0,47 dan ( )( , )= 2,11. Karena nilai ( , ) ( , ) F

( )( , ) maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa

sampel mempunyai variansi yang homogen (Lampiran XXI halaman 143). 3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan menggunakan uji-t, karena kedua kelas sampel berdistribusi normal dan homogen. Hasil pengujian dengan uji satu pihak diperoleh = 2,5 dan ( , )= 1,68. Tolak H0 karena

> ( ), sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Hollywood Squares Review lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran konvensional (Lampiran XXII halaman 144). C. Pembahasan

1. Proses Pembelajaran pada Kelas Eksperimen

a. Pelaksanaan Strategi Belajar Aktif Tipe Hollywood Squares Review Pelaksanaan strategi pembelajaran aktif tipe Hollywood Squares Review diawali dengan guru mejelaskan materi pembelajaran dan memberikan beberapa contoh soal terlebih dahulu. Guru meminta siswa menulis pertanyaan sesuai dengan materi pembelajaran,

Gambar

Tabel  1. Persentase  Ketuntasan Belajar  Matematika Siswa kelas VIII SMP  Negeri  3  Batang  Anai  Berdasarkan  Nilai  ujian  Mid Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018.
Tabel 2. Pengelompokkan  Heterogenitas  Berdasarkan  Kemampuan Akademis Langkah I Mengurutkan siswa berdasarkan kemampuan akademis Langkah II Membentuk kelompokpertama Langkah III Membentuk kelompokselanjutnya 1
Gambar 1: Kerangka PikirHasil Belajar
Tabel 3.  Rancangan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setiap aktivitas tubuh yang muncul tentu memiliki makna, begitu juga dengan aktivitas tubuh atau kinesik yang muncul ketika Tya mengajar di kelas. Kinesik yang muncul

Dengan demikian menyatakan terdapat hubungan antara power otot lengan dan bahu dan koordinasi mata - tangan terhadap ketepatan smash tim bola voli putra SMK Taruna

Dalam penelitian ini TKKS bermanfaat meningkatkan kandungan bahan organik dan meningkatkan kandungan hara tanah dan tanaman dengan penempatan TKKS di lubang biopori,

Dalam hal pemegang paten sudah menerima sekaligus royalti dari penerima lisensi, pemegang paten wajib mengembalikan jumlah royalti yang sesuai dengan sisa jangka

Diharap maklumat yang diperoleh daripada hasil kajian ini dapat membantu guru j-QAF dan pihak berkenaan untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam

Perkerasan kaku menurut metode Bina Marga ini meliputi dari beberapa unsur-unsur yang sangat penting yang diantaranya, menentukan penilaian CBR tanah dasar

Setiap kapal yang berlayar mempunyai nahkoda yang memiliki peran yang penting dalam perjalanan tugas nahkoda kapal sebagai Pemimpin Kapal bertanggungjawab dalam membawa