• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETERMINAN PENDAPATAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR PERIODE 1983-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DETERMINAN PENDAPATAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR PERIODE 1983-2012"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

DETERMINAN PENDAPATAN REGIONAL

PROVINSI JAWA TIMUR

PERIODE 1983-2012

SKRIPSI

Oleh Isnaini Dwi Aristi NIM 100810101087

ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

(2)

DETERMINAN PENDAPATAN REGIONAL

PROVINSI JAWA TIMUR

PERIODE 1983-2012

SKRIPSI

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Ekonomi Pembangunan (S1)

dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Isnaini Dwi Aristi NIM 100810101087

ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

(3)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati dan puji syukur yang tak terhingga pada Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Ibunda Maudu’ah dan Ayahanda Idris Sarambay tercinta, yang telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta pengorbanan selama ini;

2. Terima kasih buat Kakaku Tercinta Indah Maimuna dan Nenekq tercinta yang selalu memberi motivasi selama ini;

3. Guru-guru sejak Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi terhormat, yang telah memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran;

(4)

MOTTO

Jadilah manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis, dan pada kematianmu semua orang

menangis, hanya kamu sendiri yang tersenyum. (Mahatma Gandhi)

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”

(Aristoteles)

Orang yang menuntut ilmu berarti menjalankan rukun islam, orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat, dan pahala yang diberikan sama dengan para Nabi.

(5)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: nama : Isnaini Dwi Aristi NIM : 100810101087

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul:”Determinan Pendapatan Regional Provinsi Jawa Timur Periode 1983-2012” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan pada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 4 Maret 2015 Yang menyatakan,

(6)

DETERMINAN PENDAPATAN REGIONAL

PROVINSI JAWA TIMUR

PERIODE 1983-2012

Oleh Isnaini Dwi Aristi NIM 100810101087

Pembimbing

(7)

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Determinan Pendapatan Regional Provinsi Jawa Timur Periode 1983 - 2012

Nama Mahasiswa : Isnaini Dwi Aristi

NIM : 100810101087

Fakultas : Ekonomi

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Konsentrasi : Ekonomi Regional Tanggal Persetujuan : 16 Desember 2014

Mengetahui, Ketua Jurusan

Dr. Sebastiana Viphindrartin, M.Kes. NIP. 19641108 198902 2 001

Pembimbing II

Edy Santoso, SE, M.Sc NIP. 19751105 200812 1 001 Pembimbing I

(8)

PENGESAHAN

Judul Skipsi

DETERMINAN PENDAPATAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR PERIODE 1983 – 2012

Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Nama : Isnaini Dwi Aristi

NIM : 100810101087

Jurusan: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal:

20 Februari 2015

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai kelengkapan guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Susunan Panitia Penguji

1. Ketua : Dra. Hanifatul Hanim M.Si (...) NIP. 196507301991032001

2. Sekretaris : Dr. Zainuri M.Si (...) NIP. 196403251989021001

3. Anggota : Dr. Rafael Purtomo S., M.Si (...) NIP. 195810241988031001

Mengetahui/Menyetujui, Universitas Jember Fakultas Ekonomi Dekan,

Dr. M. Fathorrazi, SE., M.Si NIP. 19630614 1 199002 1 001 Foto 4 X 6

(9)

Determinan Pendapatan Regional Provinsi Jawa Timur Periode 1983 – 2012

Isnaini Dwi Aristi

Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penanaman modal, tenaga kerja dan luas lahan sawah terhadap pendapatan regional di Provinsi Jawa Timur periode 1983-2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data time series tahun 1983-2012 dengan menggunakkan analisis regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil analisis menunjukkan bahwa Penanaman modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan regional di Provinsi Jawa Timur tahun 1983 -2012. Tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan regional di Provinsi Jawa Timur tahun 2000-2012. Luas lahan sawah berpengaruh negatif tapi tidak signifikan terhadap pendapatan regional di Provinsi Jawa Timur tahun 2000-2012.

(10)

Determinants of East Java Regional Income Period 1983 - 2012

Isnaini Dwi Aristi

Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember

ABSTRACT

This study aimed to determine the effect of capital investment , labor and rice field area to the regional income in East Java Province period 1983-2012 . The data used in this research is secondary data time series in 1983-2012 with menggunakkan multiple linear regression analysis with Ordinary Least Square ( OLS ) . The analysis shows that the investment is positive and significant impact on regional income in East Java province in 1983 -2012 . Labor positive and significant impact on regional income in the province of East Java in 2000-2012 . Extensive wetland negative but not significant effect on regional income in the province of East Java in 2000-2012 .

.

(11)

RINGKASAN

Determinan Pendapatan Regional Provinsi Jawa Timur peririode 1983-2012; Isnaini Dwi Aristi, 100810101087; 2015; Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Penerapan pertumbuhan ekonomi muncul dengan adanya aspek seluruh masyarakat Indonesia yang meliputi aspek kehidupan penduduk, spiritual dan material. Dengan terciptanya masyarakat maka akan terjadi dalam ruang lingkup tersebut yaitu proses kegiatan manusia dimana dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Tidak lepas dari peran pemerintah juga dapat membantu dengan kegiatan proses tersebut dengan memberikan upaya-upaya yang kongkrit dan kebijakan yang sesuai untuk meningkatakan pertumbuhan ekonomi yang baik. Pertumbuhan ekonomi sendiri merupakan kegiatan proses dimana proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, dan apakah terjadi perubahan struktur ekonomi atau tidak. Output perkapita bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor yaitu dengan kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja (melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan), penambahan modal (melalui tabungan dan investasi), dan serta penyempurnaan teknologi

(12)

Teori pertumbuhan ekonomi Neo-klasik Robert Solow yaitu dimana pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor yakni kenaikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi) dan penyempurnaan teknologi. Dengan menggunakkan teori pertumbuhan ekonomi Neo-Klasik Robert Solow dapat diketahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel yang terkait. Variabel – variabel tersebut antara lain penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing, tenaga kerja dan luas lahan sektor pertanian di Provinsi Jawa Timur. Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Jenis data menggunakan data sekunder yang berupa time series dan data variabel yang digunakan merupakan data pada tahun 1983 sampai 2012. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dengan menggunakkan metode Ordinary Least Square

(OLS). (BPS Jatim, 2000)

Pergerakan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur menunujukkan respon positif, pemerintah memberikan kebijakan - kebijakan yang telah dikeluarkan dan mampu untuk memperbaiki kondisi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari tahun sebelumnya, kenyataanya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur didominasi oleh sektor-sektor

(13)

PRAKATA

Puji Syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“ Determinan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur Periode 1983 - 2012”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunandi Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik itu berupa motivasi, nasehat, tenaga, pikiran, materi, dan saran maupun kritik yang membangun. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. M. Fathorrazi, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Jember dan selaku Dosen Pembimbing Akademik;

2. Bu Sebastiana Viphindrartin, M.Kes. selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Jember;

3. Bu Aisyah Jumiati, SE., MP. selaku Dosen Pembimbing I yang bersedia membimbing penulis dan dukungan untuk menyusun tugas akhir dengan tulus ikhlas;

4. Bapak Edy Santoso, SE., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing II yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, kritik dan pengarahan dengan penuh keikhlasan, ketulusan dan kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini

(14)

6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staf karyawan di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Jember serta Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Perpustakaan Pusat;

7. Ibunda Maudu’ah dan Ayahanda Idris Sarambay, terimakasih yang tak terhingga ananda ucapkan atas doa, dukungan, kasih sayang, kerja keras, kesabaran dan pengorbanan selama ini;

8. Kakakku Indah Maimuna dan beserta seluruh keluarga besarku, terimakasih atas doa dan kasih sayang, serta dukungan yang tanpa henti;

9. Sahabat-sahabatku tersayang IESP Regional 2010 yaitu Enik Kusminarti, SE., Wiwin Sugiarti, SE., Galih Dwi Yulianto, SE., Nurul Qomaria, SE., Bayu Prawoto, SE., Mutiara Anisa, SE., Isrotin, SE., Amirul, Christiawan, Dian Imaniar, terimakasih untuk semua cerita dan kenangan bersama, baik canda tawa maupun keluh kesah.

10. Terima kasih buat sahabatku Dwi Apriliana yang tiada hentinya memberikan motivasi selama saya menempuh skripsi ini.

11. Teman-teman KKN di Desa Pringgowirawan Kecamatan Sumberbaru yang memberikan pengalaman baru tentang kekeluargaan dan kebersamaan.

12. Seluruh teman teman kost halmahera 1 no. 19 Ardhika, Mbak Martha, Mbak Elok, dan Ika Dian Nita, SE. Yang sudah memberikan motivasi dan canda tawa ria selama ini

13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Akhir kata tidak ada sesuatu yang sempurna didunia ini, penulis menyadari atas kekurangan dalam penyusunan skripsi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan bagi penyempurnaan tugas akhir ini.

Jember, 4 Maret 2015

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN MOTO ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN PEMBIMBING SKRIPSI ... vi

HALAMAN TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ... vii

HALAMAN PENGESAHAN ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

RINGKASAN ... xi

PRAKATA ... xiii

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat penelitian ... 10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 11

2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik ... 12

(16)

2.1.3 Teori Pertumbuhan Baru (New Theory) ... . 14

2.1.5 Hubungan Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi... 15

2.1.6 Hubungan Tenaga Kerja Dan Pertumbuhan Ekonomi 17 2.1.7 Hubungan Luas Lahan Dan Pertumbuhan Ekonomi ... 18

2.2 Penelitian Sebelumnya ... 19

2.3 Kerangka Konseptual ... 25

2.4 Hipotesis Penelitian ... 27

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Jenis dan Sumber Data ... ... 28

3.2 Spesifikasi Model Penelitian ... 29

3.4 Metode Analisis Data ... 30

3.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda ... ... 30

3.5 Uji Statistik ... 30

3.5.1 Uji F-Statistik (Simultan) ... ... 30

3.5.2 Uji T-Statistik (Parsial) ... .... 31

3.5.3 Koefesien Determinasi Berganda (R2) ... ... 33

3.6 Uji Asumsi Klasik ... 32

3.6.1 Uji Multikolinieritas ... 32

3.6.2 Uji Autokorelasi ... 33

3.6.3 Uji Heteroskedastisitas ... 33

3.6.4 Uji Linieritas ... .... 34

3.6.5 Uji Normalitas ... ... 34

3.7 Definisi Operasional ... 35

BAB 4. PEMBAHASAN ... 36

4.1 Gambaran Umum ... 36

4.1.1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur ... 36

4.1.2 Kondisi Demografis Provinsi Jawa Timur ... 37

(17)

4.1.4 Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Timur ... 41

4.1.5 Kondisi Penanaman Modal Provinsi Jawa Timur .... 43

4.1.6 Kondisi Lahan Pertanian Provinsi Jawa Timur ... 46

4.2 Hasil Analisis Penelitian ... 49

4.2. Hasil Regresi Linier Berganda ... 49

4.3 Uji Statistik ... 51

4.3.1 Uji F-Statistik ... 51

4.3.2 Uji T-Statistik ... 52

4.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... ... 53

4.4 Uji Asumsi Klasik ... 54

4.4.1 Multikolinieritas ... 54

4.4.2 Heteroskedastisitas ... 55

4.4.3 Autokorelasi ... ... 55

4.4.4 Linieritas ... 56

4.4.5 Normalitas ... ... 57

4.5 Pembahasan ... 58

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 59

DAFTAR BACAAN ... 60

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Ringkasan Penelitian ... 37

4.1 Perkembangan Jumlah Penduduk dan Pertumbuhannya Provinsi Di Jawa Timur tahun 2000-2012 ... 37

4.2 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan dan Pertumbuhannya di Provinsi Jawa Timur Pada Tahun 2000-2012 ... 39-40 4.3 Perkembangan Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Yang Bekerja dan Pertumbuhannya di Provinsi Jawa Timur Pada Tahun 2000 - 2012 ... 42

4.4 Perkembangan Nilai Realisasi Investasi Modal Dalam Negeri Dan Pertumbuhannya di Provinsi Jawa Timur Pada Tahun 2000 - 2012 ... 41

4.5 Perkembangan Luas Lahan Sawah Pertanian di Provinsi Jawa Timur Pada Tahun 2000 – 2012 ... 47

4.6 Hasil Estimasi Metode Ordinary Least Square ... 49

4.7 Hasil Estimasi Metode Adjusted (R2) ... 53

4.8 Hasil Deteksi Uji Multikolinieritas ... 54

4.9 Hasil Deteksi Uji Heteroskedastisitas ... 55

4.10 Hasil Deteksi Uji Autokorelasi ... 56

4.11 Hasil Deteksi Uji Linieritas ... 57

(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.1 Perkembangan Produk Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga Konstan Provinsi Jawa Timur Pada Tahun

2008-2012 ... 2 1.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan

Pengangguran Provinsi Jawa Timur Pada Tahun 2008-

2012... 3 1.3 Perkembangan Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Yang

Bekerja di Provinsi Jawa Timur Pada Tahun 2008-2012... 6 1.4 Perkembangan Luas Lahan Pertanian Menurut Jenis

Pengairan Provinsi Jawa Timur Pada Tahun 2008-2012 .... 9 2.3 Kerangka Konseptual ... 26 4.1 Trend Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Jawa Timur Pada

Tahun 2000-2012 ... 38 4.2 Trend Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas

Harga Konstan Provinsi Jawa Timur Pada Tahun 2000

-2012 ... 40 4.3 Trend Penduduk Usia 10 Tahun yang Bekerja Provinsi Jawa

Timur Pada Tahun 2000-2012 ... 42 4.4 Trend Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman

Modal Asing Provinsi Jawa Timur Pada Tahun 2000-2012 .... 45 4.5 Trend Luas Lahan Sawah Pertanian Provinsi Jawa Timur

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Data Awal Penelitian ... 69

Lampiran B Data Awal Setelah Dikalikan IDR ... 70

Lampiran C Data Awal Setelah Dikalikan IHK ... 71

Lampiran D Data Setelah Disetarakan ... 73

Lampiran E Data Analisis ... 74

Lampiran F Hasil Analisis ... 75

Lampiran G Hasil Uji Multikolinieritas ... 76

Lampiran H Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 80

Lampiran I Hasil Uji Autokorelasi ... 81

Lampiran J Hasil Uji Linieritas ... 82

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan pembangunan Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya berarti meliputi semua aspek kehidupan penduduk, baik yang bersifat material maupun spiritual. Manusia dalam hal ini merupakan bagian dari pembangunan yang memiliki kedudukan tersendiri dan perlu di upayakan penanganannya agar dapat memberi manfaat bagi perkembangan pembangunan yang sedang maupun yang akan berlangsung (Siagian, 1994). Kegiatan pembangunan nasional tidak lepas dari peran seluruh pemerintah daerah yang telah berhasil memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia di daerah masing-masing. Dengan terciptanya pembangunan ekonomi daerah dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad ,1997:37).

(22)

jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan), (2) penambahan modal (melalui tabungan dan investasi), dan (3) serta penyempurnaan teknologi (Todaro, 2000:121).

Gambar 1.1 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto atas Harga Konstan di Indonesia Pada Tahun 2008 – 2012

Sumber : BPS, Jawa Timur, Diolah 2008

Pada gambar 1.1 menunjukkan tentang pergerakan pertumbuhan PDRB perkapita (Produk Domestik Regional Bruto) tahun 2008 – 2012. Dimana rata–rata pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia yaitu tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar Rp 1.999,047, tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar Rp 2.094,358, tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat sebesar Rp 2.222,987, tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar Rp 2.364,065, dan tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat yaitu sebesar Rp 2.512,992. Jadi pergerakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 2008 -2012 mengalami peningkatan yang baik.

Fenomena pada tahun 2010 Indonesia memperoleh peringkat keempat dari sepuluh negara Human Developmen Index (HDI) 135 negara yaitu dengan tingkat pendidikan, kesehatan, pendapatan perkapita. Akan tetapi fenomena tersebut dalam

0 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000

(23)

jangka penjang timbul kondisi yang tidak sesuai dimana terjadi ketidakseimbangan pertumbuhan, yakni antara tenaga kerja dan lapangan kerja. Hal itu terjadi, salah satunya, karena pertumbuhan perekonomian Indonesia telah bergeser sedikit demi sedikit dari sektor pertanian dan sektor industri pengolahan menjadi sektor jasa. Sektor pertanian dan sektor industri mengalami pertumbuhan di bawah rata-rata maka dari itu pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor jasa. Akibatnya, jumlah pekerjaan di sektor pertanian menurun sebesar 45,3 persen pada tahun 2000 menjadi 39,7 persen pada tahun 2009. Penurunan jumlah pekerjaan di industri pengolahan tidak terlalu menonjol namun umumnya menurun 0,8 persen selama periode ini. Hal ini menunjukkan bahwa ekspansi sektor jasa beberapa tahun belakangan telah kondusif bagi pertumbuhan lapangan kerja di Indonesia (UNDP, 1995).

Gambar 1.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, dan Pengangguran Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 – 2012

Sumber: BPS Jawa Timur 2012, diolah)

(24)

tahun 2011 sebesar 7,22 persen dan tahun 2012 sebesar 7,27 persen. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sejalan dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran di Provinsi Jawa Timur karena setiap tahunnya kemiskinan dan pengangguran mengalami penurunan.

Fenomena pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur tahun 2013 tumbuh sebesar 6,55 persen dibandingkan dengan tahun 2012. Semua sektor mengalami pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,43 persen, sedangkan terendah di sector pertanian sebesar 1,59 persen. Produk Domestik Regional Bruto di Jawa Timur pada triwulan IV- tahun 2013 turun sebesar – 0,89 persen terhadap triwulan III tahun 2013. (BPS,2012)

Semua sektor tumbuh positif, kecuali sektor pertanian tumbuh negatif sebesar – 21,39 persen. Bila dibandingkan dengan triwulan IV-pada tahun 2012 (y-on-y), Produk Domestik Regional Bruto di Jawa Timur triwulan IV pada tahun 2013 tumbuh sebesar 6,21 persen. Semua sektor mengalami pertumbuhan positif dan pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,06 persen, sedangkan pertumbuhan terendah di sektor pertanian sebesar 1,65 persen. Struktur perekonomian Jawa Timur tahun 2013 masih didominasi 3 sektor utama yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 31,33 persen, diikuti sektor industri pengolahan dan sektor pertanian masing-masing sebesar 26,60 persen dan 14,91 persen (Badan Pusat Statistik Jawa Timur, 2013).

(25)

pertumbuhan eksponensial dengan laju yang konstan. Asumsi yang digunakan dalam model Solow ini tidak realistis, karena model eksponensial tidak memuat penurunan pertumbuhan sebagai akibat dari persaingan untuk sumberdaya lingkungan seperti habitat dan makanan. Untuk itu dilakukan modifikasi darimodel Neoklasik Solow

berdasarkan model pertumbuhan yang lebih realistis yaitu model pertumbuhan logistik. Model pertumbuhan logistik(logistic growth models). Menurut Henny (2008) dengan menggunakan kaidah logistik (logistic law) bahwa persediaan logistik ada batasnya, model ini mengasumsikan bahwa pada masa tertentu jumlah populasi akan mendekati titik kesetimbangan (equilibrium).

Tumbuhnya perekonomian di Provinsi Jawa Timur tentunya tidak lepas dari peranan investasi yang ditanamkan di wilayah tersebut. Investasi atau penanaman modal oleh investor dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal oleh pihak asing (PMA) di Provinsi Jawa Timur, baik dilihat dari nilai realisasi investasi maupun persentase laju investasi yang terjadi, keduanya mengalami pergerakan yang fluktuatif dari tahun ke tahun. Tahun 2012 mulai menunjukkan peningkatan yang sangat baik. Sebab angka investasi naik 41,52 persen dari quartal yang sama di tahun 2011, dengan total investasi yang sudah masuk sekitar Rp 25,70 triliun. Sedangkan PMA yang paling banyak menginvestasikan modal mereka di Jawa Timur adalah industri penyedap makanan di Jombang dengan tambahan investasi sekitar 109,8 juta dolar AS. Dengan demikian diharapkan investasi ini akan bertambah terus yang nantinya akan menyerap tenaga kerja yang lebih banyak untuk warga Jawa Timur pada tahun 2012, total investasi berdasarkan surat persetujuan di Jawa Timur mencapai Rp 30,25 triliun di mana PMDN mencapai Rp 13,37 triliun (44 persen) dan PMA Rp 16,88 triliun (56 persen), mayoritas terserap pada industry sekunder dan jasa tersier, dan rencananya akan menyerap tenaga kerja local sebanyak 27.389 orang.. (Bappenas, 2012).

(26)

terdiri dari penduduk yang bekerja, mempunyai pekerjaan tetap tetapi sementara tidak bekerja, dan tidak mempunyai pekerjaan sama sekali tetapi mencari pekerjaan secara aktif. Angkatan kerja yang besar maka akan terbentuk jumlah penduduk yang besar. Selanjutnya dikatakan bahwa masalah kependudukan yang timbul bukan karena banyaknya jumlah anggota keluarga, melainkan karena mereka terkonsentrasi pada daerah perkotaan saja sebagai akibat dari cepatnya laju migrasi dari desa ke kota. Namun demikian jumlah penduduk yang cukup dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan memiliki skill akan mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi (Dumairy, 1997). Maka dapat kita lihat pada gambar di bawah ini tentang perkembangan angkata kerja yaitu penduduk usia yang bekerja 10 tahun ke atas yang bekerja di provinsi Jawa Timur.

Gambar 1.3 Perkembangan Penduduk Usia 10 Tahun Ke atas Yang Bekerja di Jawa Timur Pada Tahun 2008 – 2012

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008

Pada gambar 1.3 menunjukkan bahwa perkembangan tenaga kerja yaitu penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja di Provinsi Jawa Timur menunjukkan hasil yang sangat positif pada tahun 2008 sebesar 18.882,227 orang dan pada tahun

18300000 18400000 18500000 18600000 18700000 18800000 18900000 19000000 19100000 19200000 19300000 19400000

(27)

2009 meningkat sebesar 19.305,506 orang. Kemudian pada tahun 2010 menurun sebesar 18.698,108 orang dan diikuti pada tahun 2011 menurun juga sebesar 18.940,340 orang. Posisi meningkat kembali pada tahun 2012 sebesar 19.081,995 orang.

Pertumbuhan ekonomi akan semakin meningkat dengan didorong oleh investasi, dan tenaga kerja serta penyempurnaan teknologi. Seperti kondisi sekarang bahwasannya teknologi di provinsi Jawa Timur sangat menurun dan dapat dilihat dari sisi sektor pertanian di Jawa Timur. Pembangunan pertanian akan terus memberikan sumbangan bagi pembangunan daerah, baik secara langsung dalam pembentukan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat, maupun sumbangan tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain. Pembangunan pertanian merupakan upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat tani, yang dicapai melalui investasi teknologi, pengembangan produktivitas tenaga kerja, pembangunan sarana ekonomi, serta penataan dan pengembangan kelembagaan pertanian. Sumber daya manusia, bersama-sama dengan sumber daya alam, teknologi dan kelembagaan merupakan faktor utama yang secara sinergis menggerakan pembangunan pertanian untuk mencapai peningkatan produksi pertanian (World Bank, 2000).

(28)

Gambar 1.4 Perkembangan Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan Provinsi Jawa Timur Pada Tahun 2008 – 2012

Sumber : Badan Pusat Statistik, Jatim 2009, diolah

Pada gambar 1.3 menunjukkan bahwa perkembangan luas lahan menurut jenis pengairan di Jawa Timur pada tahun 2008 jumlah luas lahan sebesar 1.172,494 ha, kemudian pada tahun 2009 jumlah luas lahan sebesar 1.172,494 ha masih tetap seperti pada tahun 2008, lain lagi pada tahun 2010 jumlah luas lahan naik walaupun sedikit yaitu sebesar 1.173,620 ha dan pada tahun 2011 sebesar 1.171,810 sedangkan pada tahun 2012 mengalami penurunan jumlah luas lahan sebesar 931,614 ha. Dapat dilihat luas lahan di Provinsi Jawa Timur semakin tahun semakin sedikit. Sebab, luas lahan banyak yang dialih fungsikan ke sektor industri dan luas lahan untuk sektor pertanian semakin berkurang.

Upaya harus tetap selalu ada dalam meningkatkan produksi pangan, meskipun alih fungsi lahan sawah di Jawa Timur sulit dicegah, sehingga memerlukan upaya keras untuk pengendalian alih fungsi lahan sawah di Jawa Timur. Pada situasi ini dimana produksi padi mulai sulit ditingkatkan akibat meningkatnya kendala peluasan lahan sawah dan stagnasi teknologi usaha tani, alih fungsi lahan sawah akan semakin memperbesar masalah pangan. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan, sampai sejauh mana konversi lahan sawah di Jawa Timur, termasuk

0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000

(29)

penyebarannya pada kabupaten dan kota serta periode waktu sebelum era otonomi dan setelah otonomi daerah, serta faktor-faktor apa yang berpengaruh pada konversi lahan sawah.

1.2Rumusan Masalah

Penerapan teori pertumbuhan ekonomi Neo Klasik sesuai dengan realita atau fenomena yang terjadi. Beberapa penelitian memberikan respon yang signifikan dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Oleh karena itu berdasarkan latar belakang dapat ditarik rumusan masalah yaitu sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh variabel penamaman modal terhadap pendapatan

regional di provinsi Jawa Timur periode 1983-2012?

2. Seberapa besar pengaruh variabel tenaga kerja terhadap pendapatan regional di provinsi Jawa Timur periode 1983-2012?

3. Seberapa besar pengaruh variabel luas lahan sawah sektor pertanian terhadap pendapatan regional di provinsi Jawa Timur periode 1983-2012?

1.3Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut

1. Mengetahui seberapa besar pengaruh variabel penanaman modal terhadap pendapatan regional di provinsi Jawa Timur periode 1983-2012

2. Mengetahui seberapa besar pengaruh variabel tenaga kerja terhadap pendapatan regional di provinsi Jawa Timur periode 1983-2012

3. Mengtahui seberapa besar pengaruh variabel luas lahan sawah terhadap pendapatan regional di provinsi Jawa Timur periode 1983-2012

(30)

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian tersebut, maka manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini ialah sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah referensi di bidang ilmu ekonomi dan studi pembangunan.

2. Penelitian ini dapat dijadikan latihan dan pembelajaran dalam menerapkan teori yang diperoleh.

b. Manfaat Praktis

1. Dapat memberikan data dan informasi serta gambaran mengenai pendapatan regional provinsi Jawa Timur periode 1983-2012

(31)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno,2000). Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian. Dari suatu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga makin berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk seiring dengan meningkatnya pendidikan dan keterampilan mereka. Menurut Arsyad (1999) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/ Pendapatan Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak.

(32)

perubahan atau perkembangan. Oleh karena itu pemahaman indikator pertumbuhan ekonomi biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya tahunan. Aspek tersebut relevan untuk dianalisa sehingga kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong aktivitas perekonomian domestik dapat dinilai efektifitasnya.

Schumpeter mengartikan pertumbuhan ekonomi (growth) sebagai peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi masyarakat tanpa adanya perubahan cara-cara atau teknologi produksi itu sendiri. Menurut Karjoredjo, pembangunan ekonomi ataupun pertumbuhan ekonomi, termaksud pembangunan daerah merupakan proses kenaikan pendapatan masyarakat di suatu daerah dalam jangka panjang. Pendapatan masyarakat di sini lebih ditekankan pada pendapatan riil dan pendapatan masyarakat perkapita orang (Karjoredjo, 1999: 35).

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Menurut ekonom Klasik, Adam Smith, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk (lihat Arsyad,1999). Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ada tiga :

1. Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat dimana jumlah sumber daya alam yang tersedia mempunyai batas maksimum bagi pertumbuhan suatu perekonomian.

2. Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif dalam proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja.

3. Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan output.

(33)

Menurut Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik, pertumbuhan ekonomi bergantung pada faktor-faktor produksi (Sukirno, 1994).

Persamaannya adalah : Δ Y = f (ΔK, ΔL, ΔT)

Δ Y = tingkat pertumbuhan ekonomi Δ K = tingkat pertambahan barang modal Δ L = tingkat pertambahan tenaga kerja Δ T = tingkat pertambahan teknologi

2.1.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Dalam model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow Neo Classical Growth Model) maka fungsi produksi agregat standar adalahsama seperti yang digunakan dalam persamaan sektor modern Lewis yakni:

Y = Aeμt . Kα . L1-α...(a) Y = Produk Domestik Bruto

K = stok modal fisik dan modal manusia L = tenaga kerja non terampil

A = konstanta yang merefleksikan tingkat teknologi dasar eμt = melambangkan tingkat kemajuan teknologi

α = melambangkan elastisitas output terhadap model, yakni

persentase kenaikan PDB yang bersumber dari 1 persen penambahan modal fisik dan modal manusia. Menurut teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhanoutput selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yakni kenaikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi) dan penyempurnaan teknologi (Todaro, 2000).

(34)

(1) Adanya akumulasi kapital yang merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi;

(2) Perkembangan merupakan proses gradual;

(3) Perkembangan merupakan proses yang harmonis dan kumulatif; (4) Adanya pemikiran yang optimis terhadap perkembangan;

(5) Aspek internasional merupakan faktor bagi perkembangan (Suryana, 2000: 58). Menurut paham neo-klasik tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya tingkat tabungan. Pada tingkat teknologi tertentu, tingkat bunga akan menentukan tingkat investasi. Apabila permintaan terhadap investasi berkurang maka tingkat bunga akan turun dan hasrat menabung turun. Dalam hal ini perkembangan teknologi merupakan salah satu faktor pendorong kenaikan pendapatan nasional.

2.1.3 Teori Pertumbuhan Baru (New Growth Theory)

(35)

2.1.4 Hubungan Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi

Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai ”pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di masa depan”.

Menurut Todaro (1981) bahwa persayaratan umum pembangunan ekonomi adalah :

(1) Akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah, peralatanfisik dan sumber daya manusia;

(2) Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan tenaga kerj dan keahliannya;

(3) Kemajuan teknologi.

Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian atau proporsi pendapatan yang ada ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar produk (output) dan pendapatan di kemudian hari. Untuk membangun itu seyogyanya mengalihkan sumber-sumber dari arus konsumsi dan kemudian mengalihkannya untuk investasi dalam bentuk ”capital formation” untuk mencapai tingkat produksi yang lebih besar. Investasi di bidang pengembangan sumberdaya manusia akan meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia,sehingga menjadi tenaga ahli yang terampil yang dapat memperlancar kegiatan produktif.

Menurut Sadono Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran

(36)

investasi akan menambah kapasitas produksi; (3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.

Teori Harrod-Domar mengemukakan bahwa model pertumbuhan ekonomi yang merupakan pengembangan dari teori Keynes. Teori tersebut menitikberatkan pada peranan tabungan dan industri sangat menentukan dalam pertumbuhan ekonomi daerah (Lincoln Arsyad, 1997). Beberapa asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah bahwa:

(1) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal yang ada di masyarakat digunakan secara penuh.

(2) Dalam perekonomian dua sektor (Rumah Tangga dan Perusahaan) berarti sektor pemerintah dan perdagangan tidak ada

(3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik original (nol) (4) Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save =MPS)

besarnya tetap, demikian juga ratio antar modal dan output (Capital Output Ratio= COR) dan rasio penambahan modal-output (Incremental Capital Output Ratio)

Teori ini memiliki kelemahan yakni kecendrungan menabung dan ratiopertambahan modal-output dalam kenyataannya selalu berubah dalam jangkapanjang. Demikian pula proporsi penggunaan tenaga kerja dan modal tidakkonstan, harga selalu berubah dan suku bunga dapat berubah akan mempengaruhiinvestasi.

(37)

mengalokasikan sumberdaya yang ada di suatu daerah. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan makin meningkatnya PDRB.

2.1.5 Hubungan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan tenaga kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meski demikian hal tersebut masih dipertanyakan apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang cepat benar-benar akan memberikan dampak positif atau negatif dari pembangunan ekonominya. Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari pertumbuhan penduduk tergantung pada kemampuan sistem perekonomian daerah tersebut dalam menyerap dan secara produktif memanfaatkan pertambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi. (Todaro,2000)

Menurut Nicholson W. (1991) bahwa suatu fungsi produksi suatu barang atau jasa tertentu (q) adalah q = f (K, L) dimana k merupakan modal dan L adalah tenaga kerja yang memperlihatkan jumlah maksimal suatu barang/jasa yang dapat diproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif antara K dan L maka apabila salah satu masukan ditambah satu unit tambahan dan masukan lainnya dianggap tetap akan menyebabkan tambahan keluaran yang dapat diproduksi. Tambahan keluaran yang diproduksi inilah yang disebut dengan produk fisik marjinal (Marginal Physcal Product). Selanjutnya dikatakan bahwa apabila jumlah tenaga kerja ditambah terus menerus sedang faktor produksi lain dipertahankan konstan, maka pada awalnya akan menunjukkan peningkatan produktivitasnya serta setelah mencapai tingkat keluaran maksimal setiap penambahan tenaga kerja akan mengurangi pengeluaran.

(38)

seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Menurut BPS penduduk berumur 10 tahun ke atas terbagi sebagai Angkatan Kerja (AK) dan bukan AK. Angkatan Kerja dikatakan bekerja bila mereka melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 (satu) jam secara kontinu selama seminggu yang lalu. Sedangkan penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan disebut menganggur (Budi Santosa, 2001)

2.1.6 Hubungan Luas Lahan Sawah dan Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan antara luas lahan pertanian dengan pertumbuhan ekonomi tidak sama dengan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan tersedianya barang sumber daya lain yang dipakai dalam proses produksi. Semakin cepat proses pertumbuhan ekonomi yang diinginkan, maka semakin banyak pula barang sumber daya atau faktor produksi yang diperlukan dalam proses produksi. Dengan semakin banyaknya sumber daya atau faktor produksi yang diperlukan pada gilirannya akan mengurangi tersedianya faktor produksi (Sutikno dan Maryunani, 2006)

Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan secara garis besar ke dalam macam penggunaan lahan berdasarkan penyediaan air dan lahan yang diusahakan. Berdasarkan hal itu dikenal macam penggunaan lahan seperti sawah, tegalan, kebun, kebun campuran, lalang, perkebunan dan hutan. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi dan sebagainya (Arsyad, 2000).

(39)

pendapatan dengan mengesampingkan permasalahan kualitas lingkungan. Pertumbuhan pendapatan akan diiringi dengan kenaikan tingkat polusi, dan kemudian menurun lagi dengan kondisi pertumbuhan pendapatan tetap berjalan. Teori ini didasarkan pada permintaan terhadap kualitas lingkungan yang meningkatkan pengawasan sosial dan regulasi pemerintah sehingga masyarakat akan lebih sejahtera (Mason dan Swanson, 2003).

2.2 Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian telah dilakukan terhadap fenomena ekonomi dengan menggunakkan konsep teori Pertumbuhan Ekonomi untuk mengetahui bagaimana pemecahan fenomena tersebut dan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi. 1. Khairil Anwar, Rahardjo Adisasmita dan Nursini(2007)

Penelitian ini berjudul “Analisis Determinan Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi Kabupaten Maros”. Dengan variabel terikat adalah pertumbuhan ekonomi sedangkan variabel bebas adalah tenaga kerja, investasi swasta, dan pengeluaran pemerintah. Metode regresi Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel tenaga kerja berpengaruh positif atau signifikan, variabel investasi swasta berpengaruh positif atau signifikan, sedangkan variabel pengeluaran pemerintah berpengaruh negatif atau tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Maros.Strategi pengembangan perekonomian Kabupaten Maros dituangkan dalam bentuk dokumenRPJMD untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Maros sebesar 7,72 persen pada tahun 2015 dengan dibutuhkannya investasi sebanyak Rp 11.088.471.792.703 yang berasal dari pemerintah. Akan tetapi posisi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Maros relatif rendah.

2. Nur Muztar Muazi dan Fitrie Arianti (2013)

(40)

variabel bebas adalah penanaman modal asing dan penanaman modal asing dalam negeri. Metode yang digunakan adalah model ekonometrik dengan menggunakan ECM (Error Correction Mode). Hasil penelitian menunjukkan bahwasannya penanaman modal asing berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sedangkan penanaman modal dalam negeri berpengaruh secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah yang dapat diandalkan untuk peningkatan Produk Domestik Regional Bruto.

3. Yana Rohmana (2011)

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Priode 1980-2011”. Dengan variabel terikat adalah pertumbuhan ekonomi sedangkan variabel bebas adalah investasi asing langsung, rasio ekspor dan impor terhadap PDB, tenaga kerja, penanaman modal dalam negeri. Metode yang digunakan adalahregresiOrdinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel investasi asing langsung berpengaruh positif atau signifikan, berbeda dengan variabel rasio ekspor dan impor terhadap PDB brepengaruh negatif atau tidak signifikan. Akan tetapi varibel tenaga kerja dan variabel penanaman modal dalam negeri berpengaruh positif atau signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 1980-2011.

4. Efrizal Hasan, Syamsul Amar, Ali Anis (2013)

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Investasi, Angkatan Kerja dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Barat”. Dengan variabel terikat adalah pertumbuhan ekonomi sedangkan variabel bebas adalah investasi, angkatan kerja dan pengeluaran pemerintah. Metode yang digunakan adalah regresi Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel investasi, angkatan kerja, dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif atau signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat.

5. Adrian Sutawijaya (2010)

(41)
(42)

Tabel 2.1 Matrik Penelitian Sebelumnya

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Analisis Alat Hasil Penelitian Terikat Bebas postif atau signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Maros

-Variabel investasi swasta berpengaruh positif atau signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Maros

-Sedangkan, variabel pengeluaran pemerintah berpengaruh negatif atau tidak signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di

(43)

Penanaman Modal

CM) Pendapatan Domestik Regional Bruto di Jawa Tengah

-Variabel Investasi Asing Langsung berpengaruh positif atau signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia

-Variabel rasio ekspor dan impor terhadap PDB berpengaruh negatif atau tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia

-Variabel Tenaga kerja

berpengaruh positif atau signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi -Variabel Penanaman Modal

(44)

4 Efrizal

-Variabel investasi berpengaruh positif atau signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di

Sumatera Barat

-Variabel angkatan kerja berpengaruh positif atau signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat

-Variabel pengeluaran pemerintah berpengaruh positif atau signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat

-Variabel investasi pemerintah berpengaruh positif atau signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Indonesia tahun 1980-2006

-Variabel investasi swasta berpengaruh positif atau signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Indonesia tahun 1980-2006

(45)

2.3 Kerangka Konseptual

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 2011:120). Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologi terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Todaro, 2000: 144).

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi menurut Michael P.Todaro ada tiga komponen utama yaitu akumuasi modal, pertumbuhan penduduk, tenaga kerja dan kemajuan teknologi. Apabila dengan jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meski demikian hal tersebut masih dipertanyakan apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang benar – benar cepat akan memberikan dampak positif atau negatif untuk pembangunan ekonomi.

Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari pertumbuhan penduduk tergantung pada kemampuan sistem perekonomian daerah tersebut dalam menyerap dan secara produktif memanfaatkan pertambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi (Todaro,2008: 93)

(46)

Gambar 2.3

Kerangka Pemikiran

Teori

Lahan Tenaga Kerja

Investasi PMA Investasi PMDN

Teori Pertumbuhan Neo Klasik

(47)

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara dan pedoman serta arah dalam penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua variabel atau lebih (J. Supranto, 1997).

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai berikut:

1. Tingkat penanaman modal diduga berpengaruh positif terhadap pendapatan regional di Provinsi Jawa Timur

2. Tenaga kerja diduga berpengaruh positif terhadap pendapatan regional di Provinsi Jawa Timur

(48)

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

Pada Bab 3 akan dipaparkan mengenai metodologi penelitian yang digunakan untuk mengestimasi variabel melalui data yang diperoleh. Hasil estimasi data yang dapat menggambarkan pergerakan tiap variabel yang akan digunakan untuk menjelaskan bahasan penelitian dengan menggunakan analisis kuantitatif.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksplanatory yang artinya menjelaskan suatu permasalahan yang kemudian memberikan analisis terhadap variable-variabel yang berpengaruh dan melakukan intrepretasi yang lebih dalam tentang hubungan-hubungan antar variable. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan intrepretasi yang tepat sehingga penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan objek kajiannya dengan berbagai metode penelitian agar diperoleh penjelasan yang logis dan memberikan gambaran tentang objek kajian.

3.2 Jenis dan Sumber data

(49)

3.3 Spesifikasi Model Penelitian

Spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Neoclassical Growth Model), dengan fungsi produksi aggregat standar :

Y = Aeμt . Kα . L1-α ...(3.4.1)

Y = f ( MODAL, TK, LAHAN) ...(3.4.2)

Model ekonometrika (Gujarati, 2003) :

Y = β1 + β2 MODAL + β3 TK +β4 LAHAN+ e ...(3.4.3)

Dari persamaan (3.4.2) dan (3.4.3) diperoleh :

Y = A β1 MODAL β2 TKβ3 LAHANβ4...……….…..………..…...(3.4.5)

Kemudian model tersebut ditranformasikan ke dalam sebuah model ekonometrika menjadi sebagai berikut:

Yt = β0 + β1 X1 t + β2 X2 t + β3 X3 t + et ... (3.4.6)

dimana:

Yt = Pendapatan Regional (PDRB)

X1 t = Penanaman Modal (MDL)

X2 t = Tenaga Kerja (TK)

X3 t = Luas Lahan Sawah (LLS)

et = error term

β0 = intersep

β1 = koefisien penanaman modal (MDL)

(50)

3.4Metode Analisa

Metode yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penanaman modal, tenaga kerja, dan luas lahan sawah terhadap PDRB di Jawa Timur adalah metode

Ordinary Least Square (OLS). Melalui metode OLS ini maka akan memberikan hasil regresi yang baik tentang pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Nachrowi &Usman, 2006:11).

3.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh penanaman modal, tenaga kerja, dan luas lahan pertanian di Jawa Timur. Dengan menggunakan metode kuadarat terkecil (OLS) yang bertujuan untuk mencari tingkat kesalahan kuadrat minimum. Dalam melakukan analisis regresi linier berganda digunakan uji statistik yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dimana pengujian dilakukan baik secara serentak (uji F), parsial (uji t) dan uji determinasi berganda (R2). Selanjutnya dari pengujian tersebut ditentukan hipotesis mana yang diterima/ditolak.

3.5 Uji Statistik

3.5.1 Uji F-Statistik

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen (Wardhono, 2004:51). Pengujian ini akan menentukan hipotesis mana yang akan diterima atau ditolak. Dalam penelitian hipotesis yang digunakan biasanya:

H0: b1 = b2 = b3 = 0 (tidak ada pengaruh antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen).

Ha: b1 b2b3 0 (ada pengaruh antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen).

(51)

3.5.2 Uji t-Statistik (Uji Parsial)

Uji t menjelaskan unit pengukuran variabel-variabel dan deviasi standar dari koefisien-koefisien yang diestimasi (Wardhono, 2004:51). sama halnya dengan uji-F, uji-t juga menggunakan hipotesis yaitu sebagai berikut:

H0: b1 = 0 ( tidak ada pengaruh)

Ha: b2≠ 0 (ada pengaruh)

Apabila probabilitas t-hitung ≤ a (a=0,05) maka H0 ditolak dan sebaliknya

3.5.3 Koefisien Determinasi Berganda (R2)

Koefisien determinasi berganda (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai R2 kecil maka berarti variabel Independen tidak begitu berpengaruh terhadap variabel dependen.

Perhitungan R2menggunakan rumus (Domodar Gujarati, 1997):

Rumus yang digunakan untuk menghitung R2 adalah sebagai berikut:

Keterangan :

R2 = Koefisien Determinasi Berganda ESS = Jumlah Kuadrat Yang di Jelaskan RSS = Jumlah Kuadrat Yang Residual TSS = Jumlah Kuadrat Total

(52)

1. Jika nilai R2 mendekati 0 atau dibawah 0,5, maka pengaruh penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing, tenaga kerja, dan luas lahan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur sangat kecil;

2. Jika nilai R2 0,5 – 0,7, maka pengaruh penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing, tenaga kerja, dan luas lahan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur sangat sedang;

3. Jika nilai R2mendekati 1 atau di atas 0,7, maka pengaruh penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing, tenaga kerja, dan luas lahan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur sangat besar;

3.6 Uji Asumsi Klasik

Setelah melakukan pengujian dengan metode OLS, selajutnya perlu dilakukan penujian asumsi klasik. Uji asumsi klasik bertujuan untuk menghasilkan estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) yaitu penaksiran yang linier, tidak bias dan mempunyai varian yang minimum. Uji ini meliputi uji multikolinieritas, uji lineritas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji normalitas.

3.6.1 Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel bebas. Jika tidak ada korelasi antara kedua variabel, maka koefisien pada regersi majemuk akan sama dengan koefisien pada regresi sederhana. (Nachrowi dan Usman, 2006). Maka dari itu, dalam membuat regresi berganda, variabel bebas yang baik adalah variabel yang tidak memiliki hubungan dengan variabel bebas yang lain tetapi mempunyai hubungan dengan variabel terikat.

Dengan adanya multikolinearitas maka akan memberikan dampak terhadap model, diantaranya: (Nachrowi dan Usman, 2006)

(53)

b. Varian yang lebih besar menimbulkan lebarnya interval kepercayaan, dan standar error yang terlalu besar sehingga mengakibatkan nilai duga suatu koefisien menjadi tidak signifikan.

c. Meskipun multikolinearitas dapat mengakibatkan banyak variabel tidak signifikan, tetapi koefisien determinasi tetap tinggi dan uji F signifikan.

d. Angka estimasi koefisien regresi yang didapat akan mempunyai nilai yang tidak sesuai dengan substansi sehingga mengakibatkan kesalahan atau penganggu dalam penginterpretasian.

e. Korelasi terbilang sangat kuat sehingga patut diduga bahwa antar variabel bebas terjadi multikolinieritas, dan korelasi tersebut menyebutkan jika besarnya 0,8 atau lebih.

3.6.2 Autokorelasi

Autokorelasi terjadi jika observasi yang berturut-turut sepanjang waktu mempunyai korelasi antara satu dengan yang lainnya. (Nachrowi dan Usman,2006). Uji yang digunakan dalam mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson Statistic (D-W). Jika nilai statistik D-W berada pada kisaran angka dua, menunjukkan bahwa tidak terdapatnya autokorelasi, dan begitu juga sebaliknya. Jika semakin jauh dari angka dua, maka akan terjadi peluang autokorelasi yang besar baik itu autokorelasi positif maupun negatif. Karena uji D-W memiliki beberapa kelemahan, maka untuk menguji autokorelasi dapat juga dengan menggunakan uji yang dikembangkan oleh

Breusch-Godfrey. Uji ini dikenal dengan uji Lagrange Multiplier Test. Kriteria uji yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi dengan uji Lagrange Multiplier,

yaitu:

a. Jika nilai probabilitas pada Obs*R-Square > taraf nyata (α) yang digunakan, maka model persamaan yang digunakan tidak mengandung autokorelasi. b. Jika nilai probabilitas pada Obs*R-Square < taraf nyata (α) yang digunakan,

(54)

3.6.3 Heteroskedastisitas

Menurut Nachrowi dan Usman (2006), varians (ui2) yang tidak konstan atau selalu berubah-ubah disebut dengan heteroskedastis. Kasus heteroskedastis tidak hanya terjadi pada persamaan regresi majemuk tetapi memungkinkan terjadi pada regresi linier sederhana juga. Akibat yang ditimbulkan dari heteroskedastisitas ini adalah varian koefisien regresi yang lebih besar sehingga menimbulkan beberapa konsekuensi lain. Konsekuensi itu diantaranya interval kepercayaan yang semakin besar, uji hipotesis tidak akurat, berdampak kepada hasil keakuratan kesimpulan. Cara mendeteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya metode gambar dan menggunakan Uji

White Heteroskedasticity.

Pada metode gambar, suatu nilai variabel bebas X atau sekelompok nilai X variabel bebas akan mempunyai nilai var (ui2) yang berbeda dengan variabel bebas X atau sekelompok nilai X lainnya. Oleh karena itu, jika nilai-nilai ui2

diplotkan dengan nilai-nilai variabel bebas akan ditemui suatu pola atau bentuk yang tidak random. Sedangkan kriteria uji yang akan digunakan untuk mendeteksi aau melihat heteroskedastisitas dengan metode White Heteroskedasticity, yaitu:

a. Jika nilai probabilitas pada Obs*R-Square > taraf nyata (α) yang digunakan,

maka model persamaan yang digunakan tidak mengalami heteroskedastisitas. b. Jika nilai probabilitas pada Obs*R-Square < taraf nyata (α) yang digunakan,

maka model persamaan yang digunakan mengalami heteroskedastisitas.

3.6.4 Linieritas

(55)

3.6.5 Normalitas

Uji normalitas ini disebut Jarque-Bera Test (J-B) yang pengujiannya dilakukan pada error term yang harus terdistribusi secara normal. Kriteria uji yang digunakan adalah:

a. Jika nilai probabilitas pada (J-B) > taraf nyata (α) yang digunakan, maka error term dalam model persamaan yang digunakan terdistribusi normal.

b. Jika nilai probabilitas pada (J-B) < taraf nyata (α) yang digunakan, maka error term dalam model persamaan yang digunakan tidak terdistribusi normal.

3.7 Definisi Variabel Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas satu variabel terikat (dependent variable) dan empat variabel bebas (independent variable). Variabel terikat adalah variabel pendapatan regional Jawa Timur. Sedangkan, variabel bebas adalah variabel penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing, tenaga kerja, dan lahan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan dan arah penulisan yang dikaitkan dengan teori pertumbuhan ekonomi.

1. PDRB

Produk Domestik Regional Bruto merupakan keseluruhan nilai tambah barang dan jasa oleh berbagai sektor ekonomi di suatu daerah dalam waktu tertentu (Rupiah/tahun). Data PDRB digunakan adalah PDRB Propinsi Jawa Timur atas harga

konstan tahun 2000. PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dari tahun ke tahun. PDRB harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga tahun 2000 sebagai tahun dasar. Satuannya diukur dalam jutaan rupiah (Rp).

2. Penanaman Modal

(56)

penanaman modal dalam yang digunakan yaitu data realisasi menurut jenis proyek.

Satuannya di ukur dalam jutaan rupiah (Rp).

3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 10 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Sebelum tahun 2000, Tenaga kerja yaitu jumlah penduduk usia kerja yang secara aktif terlibat dalam kegiatan ekonomi. Diukur dalam satuan (jiwa).

4. Luas Lahan sawah Pertanian

(57)

BAB 4 PEMBAHASAN

Pada bab 4 akan dijelaskan bagaimana pengaruhpenanaman modal, tenaga kerja dan luas lahan sawah pertanian terhadap pendapatan regional di Jawa Timur. Penelitian ini akan dipaparkan secara analisis deskriptif, yakni analisis regresi linier berganda dan uji asumsi klasik untuk melihat keterkaitan hubungan variabel-variabel pendorong terhadap pendapatan regional di Jawa Timur.

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di pulau jawa yang memiliki karakteristik yang sangat menarik dari segi geografi, keadaan penduduk dan lain-lain. Secara geografis Jawa Timur terletak antara 111,0’ BT hingga 114,4’BT dan garis lintang 7,12” LS dan 8,48’ LS dengan luas wilayah 47.157,72 Km2

. Provinsi Jawa Timur dibagi menjadi dua bagian yaitu Jawa Timur daratan dengan proporsi lebih besar 90% dari luas wilayah Jawa Timur dan pulau Madura hanya sebesar 10% . Batas-batas provinsi Jawa Timur akan disampaikan sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Laut Jawa dan pulau Kalimantan yakni provinsi Kalimantan Selatan

- Sebelah Selatan : Samudera Indonesia - Sebelah Barat : Provinsi Jawa Tengah - Sebelah Timur : Selat Bali dan Pulau Bali

(58)

4.1.2 Kondisi Demografis Provinsi Jawa Timur

Jawa timur merupakan salah satu provinsi di pulau Jawa dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia, pada tahun 2008 mencapai 37.094.836 orang dan di tahun 2007 jumlah penduduknya sebanyak 36.895.571 orang dengan kepadatan peduduk 814 orang/Km2 . Kota Surabaya sebagai ibu kota provinsi Jawa Timur memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu 8.335 orang/ Km2 , kemudian diikuti kabupaten Malang yaitu sebesar 2.442.422 orang dan kabupaten Jember sebesar 2.293.740 orang. Berikut data pertumbuhan jumlah penduduk di Jawa Timur dapat kita lihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Perkembangan Jumlah Penduduk dan Pertumbuhannya di Jawa Timur tahun 2000-2012 ( juta jiwa)

Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan (%)

2000 34,766 0,82

2001 35,0568 0,84

2002 35,347 0,83

2003 35,6369 0,82

2004 35,9259 0,81

2005 36,2143 0,80

2006 36,5058 0,81

2007 36,7837 0,75

2008 37,0578 0,75

2009 37,33 0,73

2010 37,5657 0,63

2011 37,8407 0,73

2012 38,1066 0,70

Rata-rata 0,77

(59)

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur, diolah

Grafik 4.1 Trend Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Jawa Timur tahun 2000-2012

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa perkembangan jumlah penduduk di Jawa Timur selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan tersebut telah disampaikan dalam tabel 4.1. Akibat bertambahnya jumlah penduduk di Jawa Timur, maka jumlah tenaga kerja di Jawa Timur akan dijelaskan di tabel 4.4

Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (2012) selama periode 2006-2007, rata-rata laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,07 persen per tahun dan di tahun 2007 mengalami peningkatan kembali menjadi 0,87 persen, kemudian di tahun 2008 sempat mengalami penurunan laju pertumbuhan penduduk menjadi 0,54 persen. Apabila dilihat secara total keseluruhan rata-rata pertumbuhan penduduk di Jawa Timur dari tahun 2000 hingga 2012 mencapai 0,77 persen dan angka tersebut menunjukkan angka rata-rata pertumbuhan yang sangat tinggi dibanding dengan pertumbuhan penduduk di provinsi lainnya.

Dilihat pada grfaik 4.1 menggambarkan perkembangan pertumbuhan penduduk di Jawa Timur di tahun 2002 hingga 2012 bahwa pertumbuhan penduduk di Jawa Timur menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Penambahan jumlah penduduk dapat terjadi karena beberapa hal diantaranya tersedianya lapangan kerja baru, tingkat imigrasi, ketertarikan masyarakat untuk berdomisili di Jawa Timur, tingkat pendapatan, tingkat biaya hidup dan lain-lainnya.

0.82 0.84 0.83 0.82 0.81 0.8 0.81 0.75

0.75 0.73 0.63 0.73 0.7

Gambar

Gambar 1.1 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto atas Harga
Gambar 1.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, dan
Gambar  1.3 Perkembangan Penduduk Usia 10 Tahun Ke atas Yang  Bekerja di
Gambar 1.4 Perkembangan Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak, maka perlu dilakukan strategi untuk meningkatkan kemampuan tersebut.Salah satu strategi yang dapat

Progressive Tool atau perkakas tekan adalah perkakas yang dirancang untuk melakukan sejumlah operasi pemotongan atau pembentukan dalam beberapa stasiun kerja

Arikunto (2010:247) menjelaskan bahwa penelitian korelasional adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa

dilakukan dalam evaluasi yaitu perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil dan dampak. Dari uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa kelima tahapan yang ada dalam

Di sisi lain, posisi kredit masih meningkat menjadi Rp496,1 triliun walaupun persetujuan kredit baru maupun realisasi penarikan pada bulan April mengalami penurunan

Ternyata proses penciptaan menuut sains juga sejalan bahwa penciptaan alam semesta itu dilakukan melalui enam tahap yang diawali oleh tahap terjadinya dentuman besar atau

Apabila tertanggung memerlukan perawatan rawat inap di rumah sakit setelah didiagnosa menderita salah satu cakupan penyakit, penanggung akan membayarkan seluruh tagihan