• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNSUR BUDAYA KOREA DALAM DRAMA KOREA PRINCESS HOURS (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Unsur unsur Budaya Korea Dalam Drama Korea Princess Hours di Indosiar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UNSUR BUDAYA KOREA DALAM DRAMA KOREA PRINCESS HOURS (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Unsur unsur Budaya Korea Dalam Drama Korea Princess Hours di Indosiar)"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PRINCESS HOURS

(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Unsur-unsur Budaya Korea Dalam Drama Korea Princess Hours di Indosiar)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh Rizky Adiyana Cahyanti

D1206563

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user Skripsi dengan judul :

UNSUR BUDAYA KOREA DALAM DRAMA KOREA PRINCESS HOURS

(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Unsur-unsur Budaya Korea Dalam Drama Korea Princess Hours di Indosiar)

Disusun oleh :

RIZKY ADIYANA CAHYANTI D 1206563

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji skripsi Program S1 Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

commit to user

Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pada hari : Kamis

Tanggal : 31 Maret 2011

Tim Penguji :

1. Drs. Haryanto, M. Lib ( ) NIP. 196006131986011001 Ketua Penguji

2. Drs. Widyantoro, M. Si ( ) NIP. 195802021990101001 Sekretaris

3. Drs. Nuryanto, M.Si ( )

NIP. 194908311978021001 Penguji I

4. Drs. Aryanto Budhy S., M.Si ( )

NIP. 195811231986031002 Penguji II

Mengetahui,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta,

Dekan,

(4)

commit to user Yang bertandatangan dibawah ini,

Nama : RIZKY ADIYANA CAHYANTI

NIM : D1206563

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi

Judul : UNSUR BUDAYA KOREA DALAM DRAMA KOREA PRINCESS HOURS

(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Unsur-unsur Budaya Korea Dalam Drama Korea Princess Hours di Indosiar)

adalah karya asli saya dan bukan plagiat baik secara utuh atau sebagian, serta belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di institusi lain. Apabila ada footnote ataupun kutipan dari buku atau pendapat lain, sudah dikutip menurut tata cara penulisan ilmiah. Saya bersedia menerima akibat dari dicabutnya gelar sarjana apabila ternyata di kemudian hari terdapat bukti-bukti yang kuat, bahwa karya saya ternyata bukan karya saya yang asli atau sebenarnya.

Surakarta, Maret 2011

Yang memberikan pernyataan,

(5)

commit to user

(6)

commit to user

Karya sederhana yang tidak sempurna ini penulis persembahkan untuk :

 Allah SWT yang selalu memberikan bimbingan dan kekuatan dalam setiap

detik kehidupan

 Almarhum Papa dan Adik tersayang (I ALWAYS MISS YOU ALL)

 Mama tercinta

(7)

commit to user

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan juga bimbingan, sehingga akhirnya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Budaya Korea Dalam Drama Korea Princess Hours (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Unsur-unsur Budaya Korea Dalam Drama Korea Princess Hours di Indosiar) ”.

Hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah ikut membantu kegiatan penulis dari awal mula penelitian hingga akhirnya penelitian ini selesai disusun. Penulis meyakini bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud dan berjalan lancar tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait dalam proses penyusunan skripsi ini, sehingga dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kepada semua pihak yang telah membantu dari awal hingga akhirnya skripsi ini selesai.

1. Drs. H. Supriyadi SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Priyanto Susiloadi, M.Si selaku Pembantu Dekan I atas kesempatan yang diberikan.

3. Drs. Surisno Satrijo Utomo,M.Si selaku sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi Program S1 non Reguler.

4. Drs. Nuryanto, M.Si dan Drs. Aryanto Budhy S., M.Si selaku Pembimbing I dan Pembimbing II terima kasih atas segala kesabaran bapak dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

(8)

commit to user

Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, terima kasih atas semua ilmu yang telah diberikan.

7. Para Responden yang telah menyumbang banyak untuk keberhasilan skripsi ini. Tanpa kalian penulis tidak akan mungkin menyelesaikan penelitian ini. 8. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena

itu dengan rendah hati serta tangan terbuka, penulis menerima kritik dan saran dari pembaca sekalian.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan menambah pengetahuan bagi kita semua

Surakarta, Maret 2011

(9)

commit to user

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Kerangka Konsep ... 6

F. Definisi Konsepsional ... 17

G. Metodologi Penelitian ... 26

BAB II DESKRIPSI LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 33

1. Universitas Sebelas Maret Surakarta ... 33

2. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta ... 37

B. Deskripsi Objek Penelitian ... 42

1. Korea ... 42

(10)

commit to user

A. Karakter Pemain ... 47

B. Jalan Cerita ... 49

C. Lokasi ... 51

BAB IV ANALISIS DATA A. Unsur-unsur Budaya Dalam Tayangan Drama Korea Princess Hours ... 55

1. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan ... 56

2. Sistem Pengetahuan ... 58

3. Kesenian ... 61

4. Sistem Teknologi dan Peralatan ... 67

B. Faktor Mengapa Tayangan Drama Korea Princess Hours Mudah Diterima oleh Masyarakat Indonesia ... 69

1. Data Responden Penelitian ... 70

2. Selektifitas Terhadap Tayangan Drama Korea ... 74

3. Selektifitas Terhadap Tayangan Drama Princess Hours .. 82

4. Penilaian Responden Terhadap Tayangan Drama Korea Princess Hours ... 89

BAB V KESIMPULAN dan SARAN A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104

(11)
(12)

commit to user ABSTRACT

Rizky Adiyana Cahyanti, D1206563, “KOREAN CULTURE in KOREAN DRAMA PRINCESS HOURS (Qualitative Descriptive Study of Korean Cultural Elements in

Korean Drama Princess Hours in Indosiar)”, Communication Science Major, Faculty of Social and Politics Science, Sebelas Maret University, Surakarta, 2011.

Different from Indonesian drama todays, Korean drama still hold their national cultural elements. Korean drama always try to insert several cultural elements in every single episode, therefore Korean drama can be such an effective media to build Korean culture in its own country and to promote Korean culture to other countries. That is why the writer is interested to hold a research about what Korean cultural elements mostly presented in Korean drama are. Korean drama Princess Hours, which has been presented three times in Indosiar tv channel, is chosen as the object of the research. Princess Hours is chosen because the drama brings a thick Korean culture into a light story, therefore the cultural elements inside can be easily appreciated by the audience. Despites, Princess Hours also combines Royal family life with modern life, therefore the culture presented are not only traditional culture, but also culture used by Korean in their daily life.

The writer then continue to hold a research by holding several interviews with several informants about what are the factors causing Korean drama Princess Hours is easily appreciated in Indonesia. Through this research, the writer wants to prove whether the Korean cultural elements are being point of interest for the informants or not. The students of Non Regular Communication Science major in the faculty of Social and Politics Science, Sebelas Maret University in the generation of 2006 are chosen to be informants of the research. They are chosen because they have learned about Intercultural Communication and Mass Communication which are more or less related to the research. As the come from various background of diploma degrees, it is expected that they can give any answers from various point of views.

(13)

commit to user ABSTRAK

Rizky Adiyana Cahyanti, D 1206563, “BUDAYA KOREA DALAM DRAMA KOREA PRINCESS HOURS (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Unsur-unsur Budaya Korea Dalam Drama Korea Princess Hours di Indosiar)”, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Non Reguler, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011.

Berbeda dengan drama produksi Indonesia saat ini, drama Korea masih memegang unsur-unsur budaya nasionalnya. Drama Korea selalu berusaha menyisipkan unsur-unsur budaya Korea dalam setiap episodenya, sehingga drama Korea mampu berfungsi secara efektif sebagai media untuk membangun budaya Korea di negara sendiri dan memperkenalkan budaya Korea di negara lain. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai unsur-unsur budaya Korea apa saja yang menonjol dalam tayangan drama Korea. Terpilih sebagai objek penelitian ini adalah drama Korea Princess Hours, yang sudah tayang tiga kali di stasiun televisi Indosiar. Drama Korea Princess Hours terpilih sebagai objek penelitian karena drama tersebut mengemas budaya Korea yang kental dalam cerita yang ringan, sehingga unsur-unsur budaya yang terkandung mudah diserap oleh pemirsanya. Selain itu drama tersebut juga memadukan kehidupan kerajaan dengan kehidupan modern, sehingga budaya yang ditampilkan tidak melulu budaya yang sifatnya tradisional namun juga budaya yang digunakan oleh masyarakat Korea dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis juga melakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan wawancara dengan beberapa informan mengenai factor apa yang menyebabkan drama Korea mudah diterima di Indonesia. Melalui penelitian ini, penulis ingin mengetahui juga apakah unsur budaya Korea menjadi daya tarik tersendiri bagi informan, sehingga mereka mudah menerima drama Korea Princess Hours. Terpilih sebagai informan dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006, dengan pertimbangan para mahasiswa tersebut tengah mempelajari mata kuliah Komunikasi Antar Budaya dan Komunikasi Massa yang sedikit banyak berhubungan dengan penelitian ini. Mahasiswa non reguler terpilih juga karena mereka berasal dari bermacam latar belakang pendidikan diploma sebelumnya, sehingga diharapkan dapat memberikan jawaban dari sudut pandang yang beragam pula.

(14)
(15)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi, arus budaya baik ke dalam maupun luar negeri semakin tak terkendali. Budaya asing dengan mudahnya masuk melalui berbagai media seiring dengan perkembangan teknologi, seperti internet dan televisi. Meluasnya budaya asing menyebabkan semakin terkikisnya budaya nasional suatu negara. Indonesia merupakan salah satu contoh negara yang mengalami kemerosotan nilai budaya nasional. Pengikisan budaya di Indonesia ditandai juga dengan semakin hilangnya jati diri sebagai bangsa Indonesia dengan berbagai hal yang berbau barat, seperti gaya berpakaian, gaya hidup, dan bentuk interaksi dengan sesama. Sebagian masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda bahkan tidak mengenal budaya bangsanya sendiri.

Tak dapat dipungkiri kemajuan teknologi selain membawa dampak positif

juga membawa dampak negatif. Apa yang ditayangkan di televisi sedikit banyak akan mempengaruhi pemirsanya dalam dunia nyata, sebagai contoh tayangan Smack Down yang berbuntut dengan adanya korban jiwa dari

(16)

commit to user

Sebagai contoh tayangan yang meraih rating tertinggi di Indonesia adalah drama. Drama baik buatan dalam maupun luar negeri hampir memenuhi sebagian besar waktu mengudara stasiun televisi di Indonesia. Perlu digarisbawahi bahwa walaupun tayangan drama meraih rating yang tinggi, namun tayangan drama tersebut belum tentu mempunyai kualitas yang tinggi. Sebagian tayangan drama ada yang tidak mempunyai nilai edukasi bahkan hanya membawa pengaruh buruk, baik ditinjau dari segi budaya maupun pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat dari drama buatan dalam negeri yang

sebagian besar hanya mengekspos kehidupan kelas atas yang menjual mimpi dan kekerasan yang berakibat buruk bagi perkembangan jiwa pemirsanya. Ironisnya hal tersebut tidak membuat stasiun televisi semakin selektif dalam menayangkan program-program drama di televisi tetapi mereka justru semakin berlomba-lomba menayangkan drama baik buatan dalam maupun luar negeri yang menjadi tayangan favorit masyarakat.

Diantara berbagai drama asing yang masuk di Indonesia, tayangan drama dari kawasan Asia lah yang paling menonjol dalam sejarah penayangan drama di Indonesia. Pada periode tahun 1990an tayangan drama Jepang, Oshin, merebut perhatian pemirsa televisi Indonesia yang kemungkinan besar terjadi karena pemirsa membutuhkan tayangan yang tidak monoton di TVRI. Hal tersebut diikuti dengan kesuksesan drama Hongkong, The Return of the Condor Heroes. Pada periode tahun 2000, tayangan drama Meteor Garden berhasil membius pemirsa televisi di Indonesia. Tayangan drama Asia bahkan menjadi tayangan andalan dari salah satu stasiun televisi swasta, yaitu Indosiar.

Kesuksesan tayangan drama Asia terus berlanjut dengan masuknya tayangan drama Korea ke Indonesia. Tayangan drama Korea tersebut sukses besar di Indonesia bahkan secara umum mengungguli tayangan drama dari

(17)

commit to user

tayangan drama Korea sejak tahun 2002 karena melihat permintaan dari pasar, yang dalam hal ini adalah pemirsa televisi.

Indosiar memang jeli melihat peluang pasar dengan menayangkan drama-drama Korea yang telah sukses di negeri asalnya. Lebih dari 20 judul drama-drama Korea telah tayang di stasiun televisi tersebut. Drama Korea memang mempunyai kualitas yang tinggi jika ditinjau dari segi budaya maupun pendidikan yang terkandung di dalamnya. Sebagai contoh serial drama Korea, Jewel in The Palace yang sudah dua kali tayang di Indosiar berhasil menaikkan

pamor masakan Korea. Selain itu drama yang bersetting pada awal abad ke-16 tersebut juga menanamkan etos kerja, perjuangan dan pengetahuan bagi pemirsanya.

Berbeda dengan Indonesia, Korea sebagai salah satu negara maju di Asia memang masih memegang unsur-unsur budaya nasionalnya. Salah satu cara yang ditempuh oleh pemerintah Korea dalam memperkenalkan dan melestarikan budaya Korea adalah dengan melakukan pengenalan melalui drama. Drama Korea selalu berusaha menyisipkan unsur-unsur budaya Korea dalam setiap episodenya sehingga drama Korea diharapkan mampu berfungsi secara efektif sebagai media untuk membangun sekaligus mempertahankan budaya Korea di negaranya sendiri. Bahkan menurut Asia Times edisi 22 Januari tahun 2004, pihak Kementrian Luar Negeri Korea Selatan mengakui bahwa negaranya menggunakan drama-drama Korea sebagai media untuk mempromosikan budaya Korea ke negara lain, termasuk negara di luar Asia.

Salah satu manfaat yang diharapkan dari kandungan unsur-unsur budaya dalam drama Korea adalah generasi muda Korea akan mudah menyerap, memahami dan menerapkan budaya negaranya sendiri dengan cara dan media yang menarik. Budaya dalam hal ini tidak hanya melulu soal kesenian, tetapi

(18)

langsung.nilai-commit to user

nilai positif yang terkandung dalam drama tersebut dapat ditularkan pada masyarakat Indonesia.

Masyarakat Indonesia juga akan mudah menyerap nilai-nilai positif dari tayangan drama Korea melalui kemasan cerita yang ringan mengenai kehidupan sehari-hari. Ditambah lagi dengan adanya fakta bahwa budaya Korea sebenarnya tak jauh berbeda dengan budaya Indonesia mengingat perbedaan geografis yang tidak terlalu jauh yakni masih dalam satu kawasan Asia. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian

mengenai unsur-unsur budaya Korea dalam tayangan drama Korea. Terpilih sebagai objek dalam penelitian ini adalah drama Korea Princess Hours yang sudah tiga kali tayang di stasiun televisi Indosiar.

Drama Korea Princess Hours terpilih sebagai objek penelitian karena drama tersebut mengemas budaya Korea yang kental dalam cerita yang ringan, sehingga unsur-unsur budaya yang terkandung mudah diserap oleh pemirsanya. Drama yang ditayangkan di stasiun televisi Indosiar tersebut bercerita tentang perjuangan seorang gadis biasa bernama Chae Kyeong yang tiba-tiba harus menikah dengan calon pewaris tahta kerajaan untuk kemudian diangkat sebagai calon permaisuri raja di kemudian hari. Dalam drama tersebut digambarkan bahwa Korea memegang sistem pemerintahan monarki konstitusional. Cerita kemudian berkembang dengan adanya konflik atau perbedaan antar kehidupan di luar istana yang sudah modern dan bebas dengan kehidupan dalam istana yang masih memegang teguh budaya asli Korea. Dari konflik tersebut maka akan tergambar jelas perpaduan antara kehidupan modern dan budaya asli Korea. Hal tersebut yang menjadikan drama Korea Princess Hours merupakan drama yang unik sekaligus mempunyai unsur-unsur budaya yang tinggi dengan adanya perpaduan dua budaya yang saling melengkapi.

(19)

commit to user

wawancara tersebut peneliti ingin mengetahui apakah bahwa kandungan unsur budaya dalam drama Korea Princess Hours merupakan salah satu faktor yang menjadi daya tarik bagi pemirsa di Indonesia, yang selanjutnya menyebabkan drama Korea mudah diterima di Indonesia. Terpilih sebagai responden adalah mahasiswa SI Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006, dengan pertimbangan para mahasiswa tersebut telah mempelajari mata kuliah Komunikasi Massa dan Komunikasi Antar Budaya yang sedikit banyak berhubungan dengan penelitian ini. Selain itu mahasiswa non reguler terpilih

sebagai informan, karena mahasiswa non reguler berasal dari beragam latar belakang pendidikan diploma, sehingga diharapkan para informan tersebut dapat memberikan jawaban yang lebih beragam pula. Melalui penelitian ini maka secara umum diharapkan agar pembaca dapat lebih memahami budaya Korea beserta unsur-unsur positif yang terkandung dalam drama Korea.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apa saja unsur-unsur budaya yang terkandung dalam tayangan drama Korea Princess Hours di Indosiar?

2. Apakah unsur budaya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tayangan drama Korea Princess Hours mudah diterima oleh masyarakat Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk memberikan gambaran unsur-unsur budaya apa saja yang

(20)

commit to user

2. Untuk mengetahui apakah unsur budaya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tayangan drama Korea Princess Hours mudah diterima oleh masyarakat Indonesia

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan tentang unsur-unsur budaya asing dalam

kaitannya dengan proses komunikasi antar budaya.

b. Dapat dijadikan sebagai bahan penelitian awal yang mendasari penelitian yang lebih luas cakupannya

2. Manfaat praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi tayangan drama Indonesia untuk lebih menonjolkan unsur-unsur budaya Indonesia yang selanjutnya dapat membantu pemerintah dalam mempromosikan budaya Indonesia

E. Kerangka Konsep

1. Komunikasi

Komunikasi merupakan proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu lainnya. Dengan kata lain manusia tidak dapat tidak berkomunikasi. Menurut paradigma Laswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media, yang menimbulkan efek tertentu.1

1

(21)

commit to user

Pengertian komunikasi juga dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu komunikasi dalam pengertian secara umum dan pengertian secara paradigmatik. Komunikasi dalam pengertian umum dapat dilihat dari dua segi:

a. Pengertian komunikasi secara etimologis

Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communicate, yang bersumber dari kata communis yang berarti sama maknua mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. b. Pengertian komunikasi secara terminologis

Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. .2

Sedangkan secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.3

Dari pengertian komunikasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar manusia hanya dapat terjadi apabila setidaknya ada sumber, pesan, media, dan penerima. Unsur-unsur tersebut biasa disebut komponen atau elemen komunikasi. Setiap komponen mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi, yang artinya ketidaksertaan salah satu komponen akan memberi pengaruh pada jalannya komunikasi. Komunikasi terbagi menjadi empat macam tipe, sebagai berikut:

a. Komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication)

Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri.

2

Onong Uchjana, Drs., MA.Dinamika Komunikasi, CV Remaja Karya, Bandung, 1986, Hal 3

3

(22)

commit to user

b. Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication)

Komunikasi antar pribadi yang dimaksud disini adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka.

c. Komunikasi publik (public communication)

Komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi, dimana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak.

d. Komunikasi massa (mass communication)

Komunikasi massa menunjukkan suatu proses komunikasi,dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal, melalui alat-alat yang bersifat mekanis, seperti: radio, televisi, surat kabar, dan film.4

Dari beberapa tipe komunikasi diatas, tipe komunikasi yang akan digunakan oleh penulis untuk diteliti adalah tipe komunikasi massa. Tipe tersebut terpilih karena pada hakekatnya penelitian ini berusaha mempelajari pesan-pesan dalam proses komunikasi yang berlangsung melalui media massa yakni televisi, khususnya dalam tayangan drama Korea.

2. Komunikasi massa

Komunikasi massa merupakan penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan.5 Fungsi komunikasi massa yaitu:

a. Fungsi pengawasan

Komunikasi massa memberikan peringatan mengenai ancaman dan bahaya menunjukkan pengumpulan dan distribusi arus informasi mengenai kejadian-kejadian yang berlangsung di lingkungan, baik di luar maupun di dalam suatu masyarakat tertentu.

b. Fungsi korelasi

Fungsi ini meliputi interpretasi informasi mengenai lingkungan dan pemakaiannya untuk berrperilaku dalam reaksinya terhadap peristiwa atau kerjadian tertentu.

4

Hafied Cangara, MSc. Dr. Prof., Pengantar Ilmu Komunikasi Cet. ke 6, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, Hal 30

5

(23)

commit to user c. Fungsi sebagai transmisi budaya

Fungsi ini berfokus pada komunikasi pengetahuan, nilai-nilai dan norma-norma sosial dari satu generasi ke generasi lain atau dari anggota suatu kelompok kepada para pendatang baru.

d. Fungsi hiburan

Fungsi ini menunjukkan tindakan-tindakan komunikatif yang terutama dimaksudkan untuk menghibur, dengan tidak mengindahkan efek-efek instrumental yang dimilikinya.6

Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antar sumber dan penerima yang sifatnya terbuka,

dimana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa jelas melahirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia.7 Komunikasi juga sangat erat hubungannya dengan budaya karena melalui budayalah manusia belajar berkomunikasi, dan memandang dunia mereka melalui kategori-kategori, konsep-konsep, dan label-label yang dihasilkan budayanya. 8

Berbagai tayangan dalam media televisi baik drama, film, berita akan mempengaruhi kejiwaan pemirsa. Dari sekian banyak tayangan yang ada di televisi, drama merupakan tayangan yang mendapat sambutan hangat dari pemirsa. Masyarakat Indonesia saat ini tengah dimanjakan dengan banyaknya tayangan drama di berbagai stasiun televisi. Kehadiran drama yang ditayangkan di televisi hakekatnya merupakan bagian dari pewarisan nilai sosial budaya kepada pemirsa. Drama menggambarkan sisi-sisi sosial dan moral dalam kehidupan masyarakat yang tergambar

6

Charles R. Wright, Sosiologi Komunikasi Massa, CV Remadja Karya, Bandung, 1988, Hal 8

7

Wawan Kuswandi, Drs. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1996, Hal 21.

8

(24)

commit to user

secara simbolis dalam alur ceritanya. Drama yang ditayangkan di televisi pun tak hanya berasal dari produk negeri sendiri tetapi juga banyak drama dari negara asing yang ternyata berhasil merebut hati pemirsa Indonesia.

Tak dapat dipungkiri bahwa media massa merupakan salah satu media penyebaran budaya, baik budaya lokal, nasional, maupun asing kepada masyarakat. Ketika stasiun televisi memutuskan untuk menayangkan program tayangan dari negara lain, maka secara otomatis stasiun televisi tersebut mengenalkan dan mensosialisasikan budaya

bangsa dari tayangan tersebut.

Secara umum proses pengenalan dan sosialisasi budaya tersebut dapat dikatakan berhasil, terbukti dengan banyaknya jumlah penggemar tayangan drama Korea di Indonesia. Melalui tayangan drama Korea maka akan terjadi komunikasi antar budaya seiring dengan proses pengenalan dan sosialisasi dari budaya Korea dalam drama tersebut. Masyarakat Indonesia yang sebelumnya kurang mengenal budaya Korea akan lebih mengenal budaya Korea melalui tayangan drama dari negeri ginseng tersebut. Dalam proses pengenalan dan sosialiasi budaya Korea itulah terjadi proses komunikasi antar budaya.

3. Komunikasi Antar Budaya

Budaya berkenaan dengan cara hidup manusia. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan sesuatu yang patut menurut budayanya. Istilah budaya berasal dari istilah bahasa Inggris culture yang merupakan turunan dari istilah bahasa Latin colore yang

artinya adalah daya dan kegiatan manusia untuk mengelola dan merubah alam.9Menurut Sapardi, budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta,

9

(25)

commit to user

rasa, dan karsa. Sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa tersebut.10

Goodenough seperti yang dikutip Sapardi menyatakan bahwa pengertian budaya mencakup dua hal.

Pertama, budaya digunakan untuk mengacu pada pola kehidupan suatu masyarakat. Kedua, budaya untuk mengacu pada sistem pengetahuan dan kepercayaan yang disusun sebagai pedoman manusia dalam mengatur pengalaman dan persepsi mereka, menentukan tindakan, dan memilih di antara alternative yang ada.11 Seorang antropolog, yaitu E.B. Taylor juga pernah mencoba memberi definisi mengenai kebudayaan yaitu bahwa kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat.12

Kebudayaan mempunyai beberapa unsur yang dikenal sebagai unsur-unsur kebudayaan yang universal. Unsur-unsur kebudayaan yang universal merupakan isi dari semua kebudayaan yang ada di dunia. Unsur-unsur kebudayaan tersebut adalah sebagai berikut:

Budaya dan komunikasi berinteraksi secara erat dan dinamis. Inti budaya adalah komunikasi, karena budaya muncul melalui komunikasi. Budaya yang tercipta tersebut pada saatnya nanti juga akan mempengaruhi

10

Sapardi, Drs., MSi, Antropologi Budaya, Universitas Tanjungpura, Pontianak, 2000, Hal 76

11

Ibid, Hal 80

12

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal 172

13

(26)

commit to user

Budaya A Budaya B

Budaya C

komunikasi anggota budaya bersangkutan. Hubungan antara budaya dan komunikasi adalah timbal balik. Budaya tidak akan eksis tanpa komunikasi dan komunikasi pun tidak akan eksis tanpa budaya. Setiap pola budaya dan setiap tindakan melibatkan komunikasi. Untuk dapat dipahami keduanya harus dipelajari bersama-sama. Budaya tidak akan dapat dipahami tanpa mempelajari komunikasi, dan komunikasi hanya dapat dipahami dengan memahami budaya yang mendukungnya.

Menurut Alo Liliweri, definisi yang paling sederhana dari

komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara dua orang atau lebih yang berbeda latar belakang kebudayaan.14 Komunikasi antar budaya terjadi apabila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima adalah anggota budaya lainnya. Proses komunikasi antar budaya dapat digambarkan dalam bagan berikut:15

Gambar 1

Komunikasi Antar Budaya

Pengaruh budaya atas individu dan masalah-masalah penyandian dan penyandian balik pesan terlukis pada gambar diatas. Tiga budaya diwakili

14

Alo Liliweri, Op Cit, Hal 9

15

(27)

commit to user

dalam model ini oleh tiga bentuk geometrik yang berbeda. Budaya A dan budaya B relatif serupa dan masing-masing diwakili oleh suatu segi empat dan suatu segi delapan tak beraturan yang hampir menyerupai segi empat. Budaya C sangat berbeda dari budaya A dan budaya B. Perbedaan yang lebih besar ini tampak pada bentuk melingkar budaya C dan jarak fisiknya dari budaya A dan budaya B.

Perlu digaris bawahi bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima adalah anggota

budaya lainnya. Masalah-masalah yang timbul dalam keadaan dimana suatu pesan disandi balik dalam budaya lain. Budaya mempengaruhi cara orang dalam berkomunikasi, bertanggungjawab atas seluruh perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang. Dalam penelitian ini komunikasi antar budaya berlangsung melalui proses pengenalan budaya oleh suatu negara kepada negara lain melalui media televisi yang selanjutnya membentuk suatu hubungan komunikasi antar budaya negara yang dilakukan melalui tayangan drama Korea di televisi.

Tak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan dimiliki oleh setiap masyarakat. Perbedaan terletak pada kebudayaan masyarakat yang satu lebih sempurna daripada kebudayaan yang lainnya. Kebudayaan juga memiliki fungsi yang sangat besar bagi masyarakat. Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan sikap apabila mereka berhubungan dengan yang lainnya. Budaya mempengaruhi cara orang berkomunikasi, bertanggungjawab atas budaya dan komunikasi memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Budaya mempunyai komponen yang bersifat abstrak dan

(28)

commit to user

Komunikasi antar manusia, termasuk juga komunikasi antar budaya, selalu mempunyai tujuan tertentu yakni menciptakan komunikasi yang efektif melalui pemaknaan yang sama atas pesan yang dipertukarkan. Komunikasi antar budaya yang efektif dapat mengubah persepsi dan sikap orang lain, bahkan dapat meningkatkan kreativitas manusia.16 Hal tersebut juga berkaitan dengan kenyataan bahwa budaya sangat mempengaruhi persepsi dan sikap individu. Masyarakat, kebudayaan dan pribadi individu termasuk perilakunya memiliki pengaruh timbal balik, yang dapat

digambarkan dalam gambar berikut:

Gambar 2

Pengaruh timbal balik antara masyarakat, budaya dan kepribadian individu

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat mempunyai pengaruh terhadap suatu kebudayaan. Selanjutnya kebudayaan dan juga masyarakat tersebut akan mempengaruhi pribadi individu, dimana individu tersebut pada hakekatnya adalah anggota atau

16

Alo Liliweri, Op Cit, Hal 254

Masyarakat kebudayaan

Individu serta perilakunya

(29)

commit to user

bagian dari masyarakat. Sehingga antara individu, masyarakat dan kebudayaan saling mempengaruhi.17

4. Televisi

Televisi sebagai salah satu media massa yang paling digemari masyarakat memang merupakan salah satu media massa yang mampu mempengaruhi pandangan atau persepsi masyarakat terhadap segala hal. Menurut Mc Luhan seperti dikutip Wawan Kuswandi, media massa merupakan perpanjangan dari alat indera kita. Dengan media massa kita

memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat yang tidak kita alami secara langsung.18 Menurut Kuswandi sendiri, komunikasi berlangsung dari satu budaya ke budaya yang lain melalui media massa dengan pesan-pesan yang terkandung dalam setiap pesan yang terkandung di dalamnya.19 Hal tersebut berlaku pula terhadap informasi mengenai budaya, melalui tayangan drama Korea di televisi maka masyarakat Indonesia akan mendapat informasi tentang budaya Korea.

Menurut Skornis dalam bukunya Television and Society seperti yang dikutip oleh Wawan Kuswandi, televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat politis, informatif, hiburan, dan pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut.20 Televisi menciptakan suasana tertentu yaitu para pemirsa dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikannya. Penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan televisi akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual. Televisi mempunyai lima fungsi yang dikenal sebagai teori lima fungsi sebagai berikut:

17

Astrid Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bina Cipta, Bandung, 2002, Hal 57

(30)

commit to user a. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia

Fungsi ini juga biasa disebut sebagai fungsi informasi. Fungsi televisi adalah untuk mengamati kejadian di dalam masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan.

b. Menghubungkan satu dengan yang lain

Menurut Neil Postman televisi tidak berkesinambungan. Televisi yang menyerupai sebuah mosaic dapat saja menghubungkan hasil pengawasan satu dengan hasil pengawasan lain secara jauh lebih gampang daripada sebuah dokumen tertulis.

c. Menyalurkan kebudayaan

Televisi juga turut serta dalam pengembangan suatu kebudayaan. Kebudayaan tersebut disampaikan melalui setiap program yang di tayangkan di televisi.

d. Hiburan

Pada umumnya setiap orang menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar televisi untuk mendapatkan hiburan. Sehingga setiap program di televisi setidaktidaknya mempunyai unsur hiburan.

e. Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat Televisi seringkali digunakan untuk memberitakan keadaan darurat yang terjadi di suatu wilayah agar masyarakat dapat segera bertindak.21

5. Drama

Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Drama berasal dari bahasa Yunani, draomai yang berarti berbuat, bertindak, dan beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan, atau action.22

Drama dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu: a. Tragedi

Tragedi adalah drama yang melukiskan kisah sedih, dimana tokoh-tokohnya terlibat dalam bencana yang besar. Dengan kisah tentang bencana ini, penulis naskah mengharapkan agar penontonnya memandang kehidupan secara optimis.

21

Ruedi Hofmann, Dasar-Dasar Apresiasi Program Televisi, PT Grasindo, Jakarta, 1999,Hal 54

22

(31)

commit to user b. Komedi

Komedi adalah drama ringan yang sifatnya menghiburdan di dalamnya terdapat dialog kocak yang bersifat menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan.

c. Melodrama

Melodrama adalah lakon yang sangat sentimental dengan tokoh dan cerita yang mendebarkan hati dan mengharukan.

d. Dagelan

Dagelan disebut juga banyolan. Dagelan adalah drama kocak dan ringan yang alurnya tersusun berdasarkan arus situasi. Ciri khas yang membedakan banyolan dengan komedi adalah banyolan hanya mementingkan hasil tertawa yang diakibatkan oleh lakon yang dibuat selucu mungkin.23

Pada kenyataanya, suatu drama terkadang merupakan penggabungan beberapa jenis drama, seperti misalnya: penggabungan melodrama dan komedi.

F. Definisi Konsepsional

Definisi konsepsional adalah definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial dari seorang peneliti.24 Definisi tersebut bertujuan untuk menjembatani perbedaan penafsiran antara peneliti dengan pembaca terhadap variabel-variabel yang akan diuji. Definisi konsepsional yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Drama Korea

Drama Korea beberapa tahun terakhir ini memang merebut perhatian pemirsa televisi Indonesia. Indonesia sebenarnya termasuk negara terakhir di Asia yang terkena gelombang drama Korea setelah Singapura, Taiwan, Jepang, Malaysia, Vietnam, dsb.

Drama Korea sangat khas dibanding dengan drama dari negara lain. Drama Korea mempunyai karakteristik sebagai berikut:

23

Herman J. Waluyo, Op Cit, Hal 38

24

(32)

commit to user a. Unsur Budaya

Drama Korea tidak pernah meninggalkan unsur budaya Korea. Budaya dalam hal ini tidak hanya berarti kebudayaan tradisional yang menyangkut kebendaan, tetapi juga budaya yang menyangkut kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

b. Sinematografi

Pengambilan gambar dalam drama Korea sangat variatif, tidak melulu mengambil gambar close up pemainnya saja tetapi juga menonjolkan

setting atau latar dari drama tersebut untuk menarik pemirsa. Sinematografi sangat menunjang penggambaran unsur budaya dalam drama Korea, karena unsur budaya yang ada dapat ditonjolkan.

c. Soundtrack dan Sound Effect

Drama Korea selalu mempunyai beberapa jenis soundtrack dan sound effect untuk adegan yang berbeda. Soundtrack dan sound effect tersebut pun bervariasi, ada yang bernuansa musik modern maupun tradisional dalam setiap drama.

d. Memperkenalkan Teknologi

Sebagai salah satu negara maju dalam bidang teknologi di Korea, drama Korea juga dimanfaatkan sebagai media untuk memperkenalkan teknologi dalam negeri mereka. Sebagian besar gadget maupun alat transportasi yang digunakan dalam adegan drama Korea merupakan buatan dalam negeri sendiri.

e. Mengungkap Sisi Lain Kehidupan

Tema yang diangkat dalam drama Korea sangat beragam. Drama Korea tidak hanya mengangkat tema kekayaan atau kelas atas, tetapi juga kehidupan kelas bawah yang ada di Korea. Beberapa drama

(33)

commit to user

Drama Korea juga mempunyai ciri khas sebagai berikut:

“Korean dramas unravel a simple love story between men and women. Although the stories are sometimes unrealistic, such as with sudden wanita. Meskipun ceritanya terkadang tidak realistis, sepeti kematian karena kecelakaan mobil atau leukemia, drama Korea tidak membutuhkan pemahaman yang rumit dari pemirsanya. Hal tersebutlah yang menyebabkan drama Korea mampu menarik hati pemirsanya dengan pendekatan yang lebih mudah diterima).

Drama Korea juga selalu berusaha memberikan kualitas dalam setiap episodenya, hal tersebut diperkuat dengan penyataan berikut:

“Korean drama considers “broadcasting for the good of the people” as an important motto. The important function of broadcasting in Korea is to enlighten people while responding to audience interests.”26

(Drama Korea mengacu pada “menayangkan demi kebaikan masyarakat” sebagai mottonya. Fungsi penting dari penayangan di Korea adalah untuk memberi disamping mengikuti minat pemirsa).

Beberapa orang berpendapat bahwa drama Korea terlalu cengeng, namun beberapa orang lainnya justru menganggap bahwa drama Korea memang menyentuh dalam setiap ceritanya. Penggemar dari drama Korea pada umumnya adalah wanita, namun tak bisa dikatakan sedikit pula penggemar dari kaum pria. Sebagian besar drama Korea yang tayang di Indonesia sukses besar menarik hati pemirsa, baik pria maupun wanita.

25

Kim Hyun Mee, Korean TV Dramas in Taiwan: With an Emphasis on the Localization Process, Yonsei University, Korea, 2005, Hal. 196

26

(34)

commit to user

Beberapa drama Korea yang sukses di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir diantaranya adalah:

a. Endless Love b. Winter Sonata c. Full House d. Lovers In paris

e. Sassy Girl-Chun Yang f. Dae Jang Geum

g. Princess Hours h. All About Eve i. Friends j. Hotelier

2. Budaya Korea

Korea selama ini dikenal sebagai salah satu negara paling maju di Asia. Namun dibalik kesuksesan dalam bidang ekonomi, Korea juga sukses dalam melestarikan budaya asli negara tersebut. Korea sangat kaya akan budaya, khususnya budaya tradisional mulai dari dari pakaian, bangunan bersejarah hingga kulinernya sangat menarik dan khas. Banyak wisatawan luar negeri datang ke Korea untuk menikmati kebudayaan asli Korea. Pemerintah Korea pun tak main main dalam usaha melestarikan budaya Korea. Upaya sosialisasi atau pengenalan budaya Korea ke negara lain juga dilakukan oleh pemerintah Korea. Salah satunya melalui drama Korea yang sukses dinegara-negara Asia, dan mulai merambah kawasan Amerika dan Eropa.

Drama Korea sangat menjunjung tinggi unsur-unsur budaya negaranya. Dalam setiap drama yang dibuat sedapat mungkin terkandung

(35)

commit to user a. Bahasa

Bahasa rakyat Korea adalah bahasa Korea, yang memakai abjad Hangeul. Terdapat 78 juta orang yang berbicara bahasa Korea di seluruh dunia termasuk kelompok-kelompok besar di Uni Soviet, AS, Kanada dan Jepang. Penulisan bahasa Korea dinamakan Hangeul. Hangeul diciptakan oleh Raja Sejong pada abad ke 15. Hangeul terdiri dari 10 huruf vokal dan 14 konsonan yang bisa dikombinasikan menjadi banyak sekali huruf-huruf dalam bahasa Korea. Hangeul

sangat mudah dibaca dan dipelajari. Hangeul juga dianggap sebagai bahasa tulisan yang paling sistematik dan scientifik di dunia. Berikut adalah contoh Hangeul.

Bahasa Korea pada dasarnya memiliki dialek-dialek yang saling

bertalian satu sama lain. Setiap wilayah dapat memahami dialek lainnya, kecuali dialek Pulau Jeju yang dianggap kurang bisa

(36)

commit to user b. Pakaian

Pakaian tradisional Korea disebut Han bok (Korea Utara menyebut Choson-ot). Hanbok terbagi atas baju bagian atas (Jeogori), celana panjang untuk laki-laki (baji) dan rok wanita (Chima). Orang Korea berpakaian sesuai dengan status sosial mereka sehingga pakaian merupakan hal penting. Orang-orang dengan status tinggi serta keluarga kerajaan menikmati pakaian yang mewah dan perhiasan-perhiasan yang umumnya tidak bisa dibeli golongan rakyat bawah

yang hidup miskin. Dahulu, Hanbok diklasifikasikan untuk penggunaan sehari-hari, upacara dan peristiwa-peristiwa tertentu. Hanbok untuk upacara dipakai dalam peristiwa formal seperti ulang tahun anak pertama (doljanchi), pernikahan atau upacara kematian. c. Musik

Pertunjukkan musik tradisional Korea mementingkan improvisasi, berjalan terus-menerus, serta sedikit jeda dalam setiap pertunjukkannya. Pansori contohnya, dapat berlangsung sampai lebih dari 8 jam dengan hanya satu penyanyi. Kontras dengan perbedaan alunan musik barat, sebagian besar pertunjukkan musik tradisonal Korea dimulai dari gerakan (alunan) yang paling lambat sampai paling cepat.

Alat musik tradisional Korea dapat dibagi menjadi alat musik tiup, petik (memiliki senar), dan perkusi. Beberapa jenis alat musik tiup: piri, taepyeongso, daegeum, danso, saenghwang dan hun. Alat musik petik: kayageum, geomungo, ajaeng, serta haegeum. Alat musik perkusi tradisional Korea sangat beragam, seperti kwaenggwari, jing, buk, janggu, bak, pyeonjong, dan sebagainya. Musik istana, Jeongak,

(37)

commit to user

sehingga berasa statis (monoton). Alat musik yang digunakan dalam pementasan Jeongak dibuat dari bahan alam, sehingga suaranya lembut dan tenang. Hampir semua alat musik tiup dibuat dari bambu, sedangkan alat musik petik memiliki senar yang dibuat dari sutra. Pungmul adalah jenis musik rakyat Korea yang kencang dan ekspresif. Pungmul dikategorikan dalam jenis minsogak atau musik rakyat kebanyakan.

d. Tarian

Seperti halnya musik, ada perbedaan dalam bentuk tarian antara rakyat kelas atas (tarian istana) dan kelas bawah. Tarian istana yang umum contohnya jeongjaemu yang dipentaskan dalam pesta kerajaan, ilmu yang dipentaskan dalam upacara Konghuchu. Jeongjaemu dibagi dalam jenis yang asli dari Korea (hyangak jeong Jae) dan jenis yang dibawa dari Cina (dangak jeong jae). Tarian lainnya adalah tarian shamanisme yang dipentaskan oleh shaman dalam upacara-upacara tertentu.

e. Kerajinan

Kerajinan Korea umumnya dibuat untuk digunakan dalam kehidupan dan kegiatan sehari-hari. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kerajinan khas Korea umumnya metal, kayu, kain, tanah liat, kaca, kulit dan kertas. Artefak kerajinan prasejarah seperti tembikar merah dan hitam memiliki banyak kesamaan dengan tembikar Cina kuno yang ditemukan di sekitar wilayah kebudayaan Sungai Kuning. Dalam masa dinasti Koryo, pembuatan kerajinan yang menggunakan bahan perunggu dan kuningan berkembang pesat. Selain itu dinasti ini juga terkenal akan kerajinan celadon (keramik) yang

(38)

commit to user f. Peninggalan Bersejarah

Di Korea terdapat banyak peninggalan sejarah yang berasal dari masa Dinasti Joseon, seperti Taman Jongmyo yang didalamnya terdapat banyak prasasti-prasasti dan disini biasa dilaksanakan upacara-upacara keagamaan atau mistik yang besar. Ada juga istana-istana Dinasti Joseion antara lain Gyeongbokgung (dibangun pada tahun 1394), Changdeokgung (tidak diketahui kapan dibangun tetapi bangunan ini ditemukan pada tahun 1592), Changgyeonggung (anak istana dari

istana Changdeokgung), dan Deoksugung yang saat ini telah dijadikan sebagai kantor Walikota Seoul . Korea pada saat ini merupakan negara berkembang di Asia yang paling maju. Korea dikenal sebagai “choson” yang artinya “negeri setenang pagi hari”. Tapi sejarah Korea yang penuh perang sangat berbeda dengan kata “choson” yang dikenal pada saat ini

g. Kuliner

Kuliner Korea sangat terkenal hingga ke manca negara. Kuliner Korea sebagian besar dibentuk dari hasil fermentasi yang sudah berkembang sejak lama. Contohnya adalah kimchi dan doenjang. Makanan fermentasi sangat berguna dalam menyediakan protein dan vitamin ketika musim dingin. Dalam kenyataannya (menurut hasil penelitian kesehatan WHO), jenis-jenis kimchi memiliki total gizi yang jauh lebih tinggi dari buah manapun. Hal yang membuat kimchi menjadi makanan yang spesial ada banyak faktornya. Faktor pertama adalah pembuatannya. Kimchi (dalam hal ini adalah kimchi yang dihidangkan untuk acara-acara spesial, bukan kimchi untuk acara makan biasa dan sehari-hari) dibuat oleh wanita dari keluarga bersangkutan yang

(39)

commit to user

kimchi tersebut. Kimchi juga merupakan faktor penentu kepintaran atau kehebatan seorang wanita dalam memasak. Konon katanya, jika seorang wanita mampu membuat kimchi yang enak, tidak diragukan lagi kemampuan wanita tersebut dalam memasak makanan lain.

Faktor ketiga adalah asal mula kimchi. Kimchi pada awalnya dibuat oleh permaisuri dari Raja Sejong sebagai hidangan untuk perayaan Sesi. Beberapa menu makanan dikembangkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa khusus seperti festival atau upacara seperti ulang

tahun anak yang ke-100 hari, ulang tahun pertama, perkawinan, ulangtahun ke-60, upacara pemakaman dan sebagainya. Makanan kerajaan (surasang) saat ini sangat terkenal karena sudah dapat dinikmati seluruh lapisan rakyat.

h. Sistem Pendidikan

(40)

commit to user G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk memaparkan situasi atau peristiwa. Pada penelitian deskriptif, peneliti bertugas untuk mengembangkan konsep dan menghidupkan fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa.27

Dalam penelitian kualitatif, data bersifat kualitas dan berbentuk

verbal, yakni berwujud kata-kata serta merupakan suatu penelitian yang menekankan proses serta makna. Metode deskriptif sendiri dapat diartikan sebagai suatu metode dalam meneliti suatu status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode deskriptif ini tidak terbatas pada pengumpulan data tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi data. Moleong menyatakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif digunakan berdasarkan pertimbangan:

a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan.

b. Metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dengan responden.

c. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.28

Bertolak dari sifat-sifat metode deskriptif tersebut, peneliti berupaya mendeskripsikan secara sistematis dan akurat dengan dukungan data-data yang diperoleh di lapangan, dokumen,dan buku-buku yang berhubungan dengan objek yang diteliti dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini

27

Jalaludin Rakhmat, Drs., MSc. Metode Penelitian Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999, Hal 24

28

(41)

commit to user

peneliti juga berusaha mempelajari fakta-fakta yang ada dan relevan dengan masalah penelitian serta menggambarkan dan menghubungkannya dengan teori-teori yang ada.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus FISIP, khususnya di gedung perkuliahan mahasiswa non reguler, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Pertimbangan atas pemilihan lokasi tersebut adalah karena lokasi ini berpopulasikan mahasiswa, terutama mahasiswa SI Non Reguler Ilmu

Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006. 3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang cirinya dapat diduga. Dalam penelitian ini, terpilih sebagai populasi adalah mahasiswa. SI Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006. Mahasiswa tersebut dipilih sebagai responden dengan pertimbangan bahwa para mahasiswa tersebut telah mendapat mata kuliah Komunikasi Massa dan Komunikasi Antar Budaya yang menjadi dasar dari penelitian ini.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini bersifat purposive sampling dimana peneliti cenderung memilih informan yang dianggap

tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang memiliki kebenaran dan pengetahuan yang dalam. Namun demikian informan yang telah dipilih dapat menunjukkan informan lain yang dipandang lebih tahu, maka pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data.29

Penelitian ini lebih tepatnya menggunakan teknik snow ball sampling. Snow ball sampling adalah pengumpulan data oleh peneliti yang

berupa informasi dari informan dalam suatu lokasi yang pertama kali

ditemui. Dari informan pertama, peneliti dapat bertanya dan meminta

29

(42)

commit to user

petunjuk bilamana informan tersebut mengetahui orang lain yang lebih memahami informasinya, sehingga peneliti bisa menemui informan selanjutnya dan bertanya lebih jauh dan mendalam.30

Penelitian ini menggunakan enam mahasiswa sebagai responden, dari enam puluh mahasiswa sebagai populasi. Enam mahasiswa tepilih sebagai responden karena jumlah tersebut dinilai sudah memiliki keterwakilan informasi dari keseluruhan jumlah populasi.

4. Jenis Data

a. Data Primer

adalah sejumlah data yang akan terkumpul dari hasil observasi. Sehingga dalam penelitian ini, penulis memperoleh data dari sumber-sumber primer yang berupa fakta atau keterangan yang diperoleh secara langsung untuk mendapatkan data-data yang diperlukan.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yang meliputi: buku, hasil penelitian, dan artikel di internet sebagai tambahan.

5. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan maksud untuk mendeskripsikan mengenai orang, kejadian, kegiatan, perasaan, motivasi, dan lain-lain. Teknik wawancara yang digunakan adalah bentuk wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur ini bersifat lentur dan terbuka, tidak dalam suasana formal sehingga diharapkan cara ini akan mampu mengorek kejujuran informasi untuk memberikan informasi yang dibutuhkan menyangkut penelitian ini.

30

(43)

commit to user b. Observasi

Metode observasi adalah suatu teknik atau metode untuk pengumpulan data dan informasi dalam penelitian dengan jalan mengadakan pengamatan atas peristiwa dan gejala-gejala sosial dengan inderanya.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan membaca buku, jurnal, laporan penelitian dan sumber bacaan lain, seperti koran atau pun majalah

yang relevan dengan obyek penelitian. Teknik telaah pustyaka ini dimaksudkan sebagai sumber referensi atau pun bahan rujukan bagi penulis untuk memperoleh orientasi dan wawasan yang lebih luasdalam memperdalam obyek yang diteliti.

6. Validitas Data

Untuk menguji validitas data, penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi. Teknik trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian ini digunakan trianggulasi sumber data. Trianggulasi sumber data yaitu menggali data yang sama atau sejenis yang diperoleh dari beberapa data yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda.31 Patton dalam H.B. Sutopo menyatakan ada empat macam teknik trianggulasi, yaitu:

a. Trianggulasi sumber data

(44)

commit to user b. Trianggulasi peneliti

Yang dimaksud dengan teknik trianggulasi ini adalah hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bias diuji validitasnya dari beberapa peneliti.

c. Trianggulasi metodologis

Teknik trianggulasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data berbeda.

d. Trianggulasi teoritis

Teknik trianggulasi dilakukan dengan menggunakanperspektif lebih dari satu teori dalam membahas perasalahan yang dikaji. Dari beberapa perspektif teori tersebut akan pandangan yang lebih lengkap.32

7. Teknik Analisa Data

Proses analisis dalam penelitian kualitatif mempunyai tiga komponen utama, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan serta verifikasinya. Tiga komponen tersebut terlibat dalam proses analisis dan saling berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis.33

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan komponen pertama yang berupa proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote. Proses ini terus berlangsung sepanjang pelaksanaan

penelitian.

b. Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi

dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian ini juga merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis sehingga bila dibaca, berbagai hal akan dapat mudah dipahami dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan

32

Ibid, Hal 78

33

(45)

commit to user

pemahamannya tersebut. Kedalaman dan kemantapan hasil analisis sangat ditentukan oleh kelengkapan sajian datanya.

c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Simpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses penelitian berakhir. Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggung-jawabkan. Selanjutnya perlu dilakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, yang mungkin terjadi sebagai akibat pikiran

kedua yang timbul melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan. Pada dasarnya makna data harus diuji validitasnya supaya simpulan penelitian menjadi lebih kokoh dan lebih dipercaya.

Adapun model analisis yang digunakan adalah model analisis interaktif. Dalam model ini, tiga komponen pokok analisis, aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu bentuk siklus.34 Untuk lebih jelasnya, model analisis interaktif dapat digambarkan dengan skema berikut ini:

34

(46)

commit to user Gambar 3

Model Analisis Interaktif Pengumpulan

data

Reduksi data

sajian data

(47)

commit to user BAB II

DESKRIPSI LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Universitas Sebelas Maret Surakarta

a. Sejarah dan Perkembangan Universitas Sebelas Maret Surakarta Universitas Sebelas Maret atau disingkat UNS diresmikan pada tanggal 11 Maret Surakarta 1976 berdasarkan Surat Keputusan Presiden

Republik Indonesia. UNS merupakan penggabungan lima unsur perguruan tinggi yang ada di Surakarta pada saat itu. Kelima perguruan tinggi tersebut adalah:

1) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Surakarta. 2) Sekolah Tinggi Ilmu Olah Raga ( STO) Negeri Surakarta.

3) Akademi Administrasi Niaga (AAN) Surakarta yang telah diintegrasikan ke dalam AAN Negeri di Yogyakarta.

4) Universitas Gabungan Surakarta (UGS) merupakan gabungan beberapa Universitas Swasta di Surakarta, yaitu Universitas Islam Indonesia (UII) cabang Surakarta, Universitas 17 Agustus 1945 cabang Surakarta, Universitas Cokroaminoto Surakarta, Universitas Nasional Saraswati Surakarta.

5) Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional (PTPN) Veteran cabang Surakarta.

Penggabungan beberapa perguruan tinggi tersebut, mempunyai satu tujuan yang besar, yakni meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Surakarta. Setelah melebur menjadi Universitas Sebelas Maret, UNS memiliki 9 fakultas, yaitu:

1) Fakultas Ilmu Pendidikan 2) Fakultas Keguruan

(48)

commit to user 4) Fakultas Sosial Politik

5) Fakultas Hukum 6) Fakultas Ekonomi 7) Fakultas Kedokteran 8) Fakultas Pertanian 9) Fakultas Teknik

Setelah 5 tahun melakukan konsolidasi, UNS mempersiapkan diri untuk memulai proses perkembangannya. Pembangunan secara fisik

dimulai pada tahun 1980. Di bawah kepemimpinan dr. Prakosa, kampus yang semula terletak di beberapa tempat disatukan dalam suatu kawasan. Lokasi tersebut adalah di daerah Kenthingan, di tepi Sungai Bengawan Solo, dengan cakupan area sekitar 60 hektar. Di daerah Kenthingan inilah, pembangunan kampus tahap pertama berakhir pada tahun 1985. Pembangunan fisik kampus yang tergolong cepat, juga diimbangi dengan perkembangan di sektor yang lain.

(49)

commit to user b. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Universitas Sebelas Maret hingga saat ini mengalami 4 kali penyusunan. Struktur organisasi UNS disusun berdasarkan Keputusan Mendikbud RI No. 0297/O/ 1996 pada tanggal 1 Oktober 1996, Surat Keputusan Rektor No. 161/ J27/ KM/ 1997 tanggal 27 Mei 1997 serta Surat Keputusan Rektor No. 207/ J27/PP/1997 tanggal 7 Juli 1997. Struktur organisasi UNS saat ini terdiri dari:

1) Rektor dan Pembantu Rektor

2) Biro Administrasi Akademik

3) Biro Administrasi Umum dan Keuangan 4) Biro Administrasi Kemahasiswaan

5) Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi

6) Fakultas (Fak. Sastra & Seni Rupa, FKIP, Fak. Hukum, Fak. Ekonomi, Fak. ISIP, Fak. Kedokteran, Fak. Pertanian, Fak. Teknik, Fak. MIPA)

7) Lembaga Penelitian

8) Lembaga Pengabdian Masyarakat 9) Lembaga Pengabdian pada Masyarakat 10) Lembaga Pengembangan Kewirausahaan

(50)

commit to user

c. Lambang Universitas Sebelas Maret Surakarta

1) Lambang berbentuk bunga dengan 4 daun bunga, melambangkan bangsa, maksudnya Universitas mendidik putra-putri bangsa yang kelak akan membawa keharuman tanah air.

2) Tiga daun bunga: atas, samping kanan dan samping kiri, merupakan pengejawantahan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

3) Satu daun bunga di bawah terdiri atas lima satuan melambangkan sila-sila Pancasila

4) Garis pembentuk 4 daun bunga dibuat secara berantai sedemikian rupa, menggambarkan kesatuan Civitas Akademika UNS.

5) Bentuk putik bunga digambarkan sebagai Wiku.

6) Tulisan melingkar yang mirip aksara Jawa itu adalah Candra Sangkala (hitungan tahun Jawa) "Mangesthi Luhur Ambangun Nagara", melambangkan angka tahun Jawa 1908 atau tahun Masehi 1976.

(51)

commit to user

Pusat lambang itu adalah otak Wiku yang digambarkan sebagai nyala api, mengisyaratkan sinar keabadian ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa UNS ikut berperan untuk menyumbangkan ilmu pengetahuan kepada negara. Warna biru laut melambangkan ikrar kesetiaan dan kebaktian kepada negara, bangsa dan ilmu pengetahuan.

2. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

a. Sejarah Singkat Perkembangan FISIP UNS

Sejarah FISIP UNS dimulai pada tahun 1976 di Surakarta, bersamaan dengan berdirinya UNS secara resmi yang dikukuhkan dengan Keputusan Presiden RI No. 10 Tahun 1976. FISIP UNS termasuk salah satu diantara delapan fakultas di lingkungan UNS yang diresmikan secara bersamaan melalui Keputusan Presiden tersebut.

Pada saat berdiri fakultas ini bernama Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dan memiliki dua jurusan, yaitu jurusan Administrasi Negara dan jurusan Publisistik. Pada tahun 1982, berdasarkan SK Presiden RI Nomor : 55 Tahun 1982 tentang Susunan Organisasi Universitas Sebelas Maret, nama fakultas dirubah menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP-UNS). Kemudian berdasarkan SK Mendikbud RI Nomor : 017/0/1983, tertanggal 14 Maret 1983 nama jurusan juga berubah, menjadi jurusan Ilmu Administrasi dan jurusan Ilmu Komunikasi.

(52)

commit to user

(Prodi) di lingkungan Universitas Sebelas Maret dan berada di bawah tim MKDU Universitas Sebelas Maret. Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I (SK Dirjen Dikti Depdikbud) Nomor : 27/Dikti/Kep./1986 tanggal 29 Mei 1986, di FISIP UNS dibentuk Program studi Sosiologi yang mengawali programnya pada semester Juli-Desember 1986.

Terakhir dengan SK Dirjen Dikti Nomor : 66/Dikti/Kep./1998,

tanggal 2 Maret 1998 Program Studi Sosiologi menjadi jurusan Sosiologi yang merupakan Program Sarjana (S1) dan berada dibawah Dekan. Kemudian jenis dan jumlah Program Studi di setiap jurusan pada fakultas di lingkungan UNS juga ditata atau dibakukan berdasarkan SK Dirjen Dikti Depdikbud R.I. Nomor : 222/Dikti/Kep./1996 tentang Program Studi pada Program Sarjana di Lingkungan Universitas Sebelas Maret. Program studi untuk jurusan Ilmu Administrasi dan jurusan Ilmu Komunikasi masing-masing adalah Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu Komunikasi. FISIP UNS juga mempunyai serangkaian visi, misi, tujuan sebagai berikut:

1) Visi

Mengembangkan konsep-konsep dan teori-teori keilmuan sosial dan politik yang sesuai dengan perubahan masyarakat baik pada tingkat global, regional, nasional maupun lokal. Dengan demikian terjadi link and match antara perguruan tinggi dengan masyarakat

penggunanya. 2) Misi

a) Menghasilkan sarjana ilmu sosial dan ilmu politik yang

(53)

commit to user

b) Menghasilkan sarjana yang sujana (berbudi luhur), yang memiliki kepekaan (sensitif) dan kepedulian sosial, khususnya terhadap masyarakt miskin, tidak berdaya, tidak mempunyai hak suara dan tertindas.

c) Meningkatkan kualitas dan profesionalisme tenaga akademik dan tenaga adminitrasi.

d) Menumbuhkembangkan suasana ilmiah dan terbentuknya pola sikap budaya keilmuan di kalangan civitas akademika.

e) Melengkapi sarana penunjang bagi kegiatan proses belajar mengajar.

f) Meningkatkan sistem pembinaan penalaran, minat dan bakat, serta kesejahteraan mahasiswa.

g) Melengkapi sarana penunjang bagi kegiatan mahasiswa. h) Peningkatan mutu profesionalisme organisasi mahasiswa. i) Peningkatan mutu dan pembinaan mahasiswa melalui berbagai

media. 3) Tujuan

a) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yaitu dosen, karyawan dan mahasiswa.

b) Melaksanakan pemberdayaan fakultas dan jurusan dalam rangka menuju otonomi kampus.

c) Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta baik dalam negeri maupun luar negeri.

d) Menjadikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai pusat kegiatan ilmiah.

Gambar

gambar diatas
Gambar 3 Model Analisis Interaktif
Gambar 4. Suami dan Istri
Gambar 5. Menantu
+7

Referensi

Dokumen terkait

lebih jauh mengenai aizuchi dengan judul “Analisis aizuchi sebagai budaya komunikasi Jepang” (analisis deskriptif aizuchi yang terdapat dalam drama kasukana kanojo)..

Karena itu melalui penelitian ini peneliti bermaksud mencari tahu adakah hubungan yang signifikan antara aktivitas menonton acara drama Korea di Indosiar dengan perilaku

Pengaruh Terpaan Drama Korea Terhadap Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Tentang Budaya Korea. Universitas Sultam

Penelitian ini juga diharapkan dapat mengetahui sikap khalayak perempuan Indonesia terhadap nilai-nilai yang ada dalam budaya Korea serta mengetahui gambaran mereka mengenai

Dengan selesainya Skripsi yang berjudul ANALISIS MOTIF KEPUASAN MAHASISWA FISKOM UKSW DALAM MENGAKSES DRAMA KOREA PADA MEDIA TELEGRAM, peneliti menyadari bahwa dalam proses

Dari hal tersebut, peneliti kemudian akan mengkaji lebih mendalam mengenai unsur-unsur budaya adat yang terdapat dalam upacara adat kematian yang dilakukan oleh

Pemaparan bagi elemen adat dan budaya masyarakat Melayu sememangnya wujud di dalam drama adaptasi Korea Selatan ‘Alamatnya Cinta’ ini namun penonjolannya tidak sebanyak

Kultivasi dan Budaya K-POP Studi Analisis Kultivasi Drama Korea Pada Gaya Komunikasi Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta Linka Azzahra, Muhamad Firzan Akbar, Allana Haura