• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh uang yang beredar (m2), kurs, inflasi, dan tingkat suku bunga sbi terhadap beta saham syariah (JJI) dan indeks harga saham gabungan (IHSG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh uang yang beredar (m2), kurs, inflasi, dan tingkat suku bunga sbi terhadap beta saham syariah (JJI) dan indeks harga saham gabungan (IHSG)"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS, INFLASI,

DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP BETA

SAHAM SYARIAH (JII) DAN INDEKS HARGA SAHAM

GABUNGAN (IHSG)

Diajukan Oleh :

FITRIAWATI

105081002473

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS, INFLASI,

DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP BETA

SAHAM SYARIAH (JII) DAN INDEKS HARGA SAHAM

GABUNGAN (IHSG)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

FITRIAWATI

NIM : 105081002473

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS Indoyama Nasaruddin, SE, MAB

NIP : 19570617 1985031 002 NIP : 19741127 2001121 002

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Hari ini selasa tanggal 10 bulan November Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Fitriawati NIM : 105081002473 dengan judul Skripsi “ PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS, INFLASI, DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP BETA

SAHAM SYARIAH (JII) DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN

(IHSG)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian

berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 November 2009

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Amir Syarifuddin, SH, MM Lies Suzanawati SE, M.Si

Ketua Sekretaris

Dr. Yahya Hamza, MM

(4)

PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS, INFLASI,

DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP BETA

SAHAM SYARIAH (JII) DAN INDEKS HARGA SAHAM

GABUNGAN (IHSG)

(Studi Empiris Pada Bursa Efek Indonesia)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

FITRIAWATI

NIM : 105081002473

Tim Penguji Skripsi

Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS Indoyama Nasaruddin, SE, MAB

NIP : 19570617 1985031 002 NIP : 19741127 2001121 002

Penguji Ahli

Arief Mufraini, Lc, M. Si

NIP. 197701222003121001

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Fitriawati

2. Tempat Tanggal Lahir : Bekasi, 31 Mei 1987

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Alamat : Jl. Sultan Hasanudin Rt 04/01

Kel.Tambun Selatan Kec. Tambun Selatan – Bekasi 17510

5. Telepon : 021-90471509 / 085694103524

6. E-mail : Vilen_vie@yahoo.co.id

II. PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar : SDN Sukabungah Bekasi

2. Sekolah Menengah Pertama : MTs Attahiriyah Jakarta 3. Sekolah Menengah Atas : MAN Cikarang

4. S1 : Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Jurusan Manajemen Keuangan

II. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : H. Ma’ad HM (Alm)

2. Ibu : Hj. Siti Maryam

3. Tempat dan Tanggal Lahir : Bekasi, 11 Juni 1956

4. Alamat : Jl. Sultan Hasanudin Rt 04/01

Kel.Tambun Selatan Kec. Tambun Selatan – Bekasi 17510

5. Telepon : 021.88329336

(6)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika tingkat resiko yang akan diterima oleh investor. Cara yang digunakan untuk mengetahui nilai beta dengan menggunakan CAPM (Capital Assets Pricing Model) dimana model ini menggunakan data indikator makro ekonomi (Uang yang beredar, Kurs, Inflasi, dan SBI) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Metode penelitian ini adalah purposive sampling dari 30 saham JII, terpilihnya 9 perusahaan yang konsisten masuk di dalam Jakarta Islamic Indeks (JII) dari periode januari 2004 sampai desember 2008. Penelitian ini menggunakan metode analisis jalur, dengan menggunakan Trimming dan uji Goodness fit yang mana setiap variabel menggunakan tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa uang beredar (M2), dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Suku bunga SBI dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap beta saham syariah. Dan uang beredar (M2), inflasi dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

(7)

ABSTRACT

The research aims to understand the dynamic of high risk would be received investors. One way is capital Assets Pricing Models) which beta is beta is taken as systematic risk parameter. This research uses of macro economic indicator (Money Supply, Exchange rate, Inflation, and Indonesian Bank Notes (Sertifikat Bank Indonesia) and IHSG. Method of research is purposive Sampling, from 30 stock listed every periode., there are 9 stock of research company that are traded which are consistent in Indonesian stock exchange from January 2004 still December 2008. This research uses path analysis method. With uses Trimming and with goodness fit test that level significant is 5% to each test. The result of the research suggest that Money Supply, Exchange rate, Inflation, and Indonesian Bank Notes (Sertifikat Bank Indonesia) Influence Significant To Share and IHSG. Keywords: Beta of Syariah Stock, Systematics Risk, Money Supply, Exchange

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrohiim

Assalamu’laikum warrahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah, Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarganya, sahabatnya, dan seluruh umatnya.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan baik dalam pengetahuaan maupun dalam teknik penulisan, oleh karena itu dengan rendah hati dan lapang dada penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak.

Akhir kata penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini:

1. ALLAH SWT yang maha berilmu, atas limpahan Rahmat dan Ilmu pengetahuan yang tak terhingga.

2. Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda H. Ma’ad HM (Alm) terimakasih untuk kasih sayang yang tak terhingga, Pengalaman hidup yang beliau berikan kepada penulis. Ibunda tercinta Hj. Siti Maryam, terimakasih untuk kesetiaan, kasih sayang, do’a, semangat, kepercayaan, dan perhatian yang tak pernah berhenti beliau berikan kepada penulis (I always do the best).

3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Pembimbing satu yang telah meluangkan waktunya untuk berbagi ilmunya dalam membimbing sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

4. Indoyama Nasaruddin, SE, MAB selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Dosen Pembimbing dua yang telah meluangkan waktun, pikiran, dan ilmunya sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembantu Dekan 1 yang juga telah

(9)

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan bekal ilmu yang tak terhingga nilainya kepada penulis selama menjadi mahasiswi, semoga menjadikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis kelak. 7. Terimakasih untuk kakak-kakakku k’dede yang tak lelah memberikan

dukungan moril maupun materil. K’emi yang selalu cerewet, adik-adik ku, keponakanku, Dias, raray tersayang, dan semuanya yang selalu mendukung setiap langkahku.

8. Untuk K’nuni yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan tak bosan meminjamkan buku serta mendengarkan segala keluh kesah. Inke, selalu setia membangunkan di setiap tahajud dan subuhnya. Anak kost an eha, k’elon, isna, nellin, ara (Terimakasih untuk tawa, dan semangat yang diberikan).

9. Untuk anak Manajemen B wido, Eny, Fay, Viny, susi, topay, agus, firman, ridho, aries, ocid, dan semuanya yang tak bisa di sebutkan satu persatu. Semua anak keuangan A dan B, untuk teman2 seperjuangan kompre, sidang (Oneng, Gozali, Eka, Pokonya keep contact yahhhh). Untuk spesialis editor k’wail selalu siap direpotkan (semoga Allah SWT membalas semua kebaikkannya).

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasar Modal ... 14

B. Pasar Modal Syariah ... 16

C. Instrumen Pasar Modal Syariah ... 17

D. Fungsi Pasar Modal Syariah ... 20

E. Faktor yang Mempengaruhi Investasi... 21

1. Return... 21

2. Resiko Saham... 24

F. Hubungan Pengembalian dengan Resiko... 28

(11)

2. Suku bunga SBI ... 33

3. Kurs mata uang asing... 34

4. Tingkat Inflasi ... 35

5. Uang yang Beredar ... 37

G. Penelitian Terdahulu ... 39

H. Kerangka Pemikiran... 41

I. Perumusan Hipotesis... 42

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian... 44

B. Metode Penentuan Sampel... 44

C. Metode Pengumpulan Data... 45

D. Metode Analisis ... 46

E. Operasional Variabel Penelitian... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian... 54

1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 54

2. Indeks Harga Saham ... 59

B. Penemuan dan Pembahasan ... 60

1. Analisis Deskriptif ... 60

2. Hasil Penemuan Koefisien Struktur I ... 73

3. Hasil Penemuan Koefisien Struktur II ... 81

4. Hasil Penemuan Koefisien Struktur III... 91

5. Perhitungan Pengaruh Struktur I... 102

(12)

7. Perhitungan Pengaruh Struktur III ... 105 8. Pengujian Kesesuaian Model (Goodness-Of-Fitt Test) ... 107

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan ...109 B. Implikasi ...111

(13)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal

4.0 Perusahan yang Masuk dalam Jakrta Islamic Index Tahun 2004

sampai 2008 ... 57

4.1 Daftar Perusahaan JII yang Konstan Mulai Tahun 2004-2008... 58

4.2 Uang beredar (M2)... 60

4.3 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS ... 61

4.4 Tingkat Inflasi di Indonesia ... 62

4.5 Tingkat Suku Bunga SBI ... 63

4.5.1 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008... 64

4.5.2 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008... 65

4.5.3 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008... 66

4.5.4 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008... 67

4.5.5 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008... 68

4.5.6 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008... 69

4.5.7 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008... 70

4.5.8 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008... 71

4.5.9 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008... 72

4.6 Koefisien Determinasi Struktur 1 ... 73

4.7 Analisis Varian (Annova) Struktur 1... 74

4.8 Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur 1... 75

4.9 Anlisis korelasi antar variabel M2, Kurs, Inflasi dan Suku bunga SBI .. 79

(14)

4.12 Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur II ... 84

4.13 Struktur 2 setelah Trimming ... 88

4.14 Koefisien Determinasi Struktur III ... 91

4.15 Analisis Varian (Annova) Struktur III... 92

4.16 Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur III... 93

4.17 Struktur 3 setelah Trimming ... 97

4.18 Anlisis korelasi antar variabel M2, Kurs, Inflasi, Suku bunga SBI, Beta Saham JII, dan IHSG ... 99

4.19 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Uang beredar (X1) Terhadap Suku Bunga SBI (X4)... 102

4.20 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3) Terhadap Suku Bunga SBI (X4)... 103

4.21 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Suku Bunga SBI (X4) Terhadap Beta Saham Syariah (Y1) ... 104

4.22 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3) Terhadap Beta Saham Syariah (Y1) ... 104

4.23 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3) Terhadap IHSG (Y2) ... 105

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hal

2.1 Risiko sistematis & tidak sistematis ... 26

2.2 Kerangka Pemikiran: pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs, Inflasi, dan Uang yang Beredar terhadap Resiko Sistematis (beta) Saham Syariah yang Terdaftar di JII ... 42

4.1 Jalur (Path) Struktur 1 setelah Trimming... 80

4.2 Jalur (Path) Struktur 2 Setelah Trimming ... 90

4.3 Jalur (Path) Struktur 3 setelah Trimming... 99

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan pasar modal syariah menunjukkan kemajuan seiring dengan meningkatnya indeks yang ditunjukkan dalam Jakarta Islamic Index. (JII). Peningkatan indeks pada JII walaupun nilainya tidak sebesar pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetapi kenaikan secara prosentase indeks pada JII lebih besar dari IHSG. Hal ini dikarenakan adanya konsep halal, berkah dan bertambah pada pasar modal syariah yang memperdagangkan saham syariah. Pasar modal syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi, dan aplikasi bersumber dari nilai epistemologi Islam.

Perdagangan beberapa jenis sekuritas, baik pada pasar modal konvensional maupun pasar modal syariah mempunyai tingkat return

dan risiko yang berbeda. Saham merupakan salah satu sekuritas diantara sekuritas-sekuritas lainnya yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi. Risiko tinggi tercermin dari ketidakpastian return yang akan diterima oleh investor di masa mendatang. Hal ini sejalan dengan definisi investasi menurut Sharpe bahwa investasi merupakan komitmen dana dengan jumlah yang pasti untuk mendapatkan return

(17)

tidak tercapainya return yang diharapkan. Return dan risiko secara teoritis pada berbagai sekuritas mempunyai hubungan yang positif. Semakin besar return yang diharapkan diterima, maka semakin besar risiko yang akan diperoleh, begitu pula sebaliknya. Return dan risiko yang tinggi pada saham berhubungan dengan kondisi karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro.

Investasi dalam Islam pasti memiliki risiko. Tidak ada di dunia ini yang risk free. Yang terpenting bagi manusia adalah melaksanakan perintah Allah yaitu:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 59;18).

Ayat diatas memerintahkan orang mukmin untuk mempersiapkan apa yang akan diperbuat untuk hari esok, dengan mempelajari, mengetahui dan mengamalkan manajemen risiko, selebihnya apapun yang terjadi bertakwalah kepada Allah SWT. Karena manusia hanya bisa memprediksi, sementara Allah SWT Maha Menetapkan dan Maha Adil.

(18)

dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Misalnya adanya perubahan tingkat bunga, kurs valas, inflasi, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Sehingga sifatnya umum dan berlaku bagi semua saham dalam bursa saham yang bersangkutan. Risiko tidak sistematik (unsystematic risk) merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan saham yang lain. Karena perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar. Misalnya faktor struktur modal, struktur asset, tingkat likuiditas, tingkat profitabilitas, dan lain-lain. Oleh karena itu seorang investor perlu melakukan analisis tentang risiko saham. Untuk mengukur risiko digunakan koefisien beta saham. Mengetahui beta suatu sekuritas merupakan hal yang penting untuk menganalisis sekuritas atau portofolio. Beta suatu sekuritas menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan suatu sekuritas terhadap perubahan-perubahan pasar (Halim, 2003: 25).

(19)

ingin berinvestasi maka selain melihat return yang akan didapat, mereka juga harus mempertimbangkan risiko yang ada di saham tersebut. Salah satu pertimbangan dalam melakukan investasi saham adalah memperkecil risiko.

Preferensi investor terhadap risiko berbeda-beda. Tidak semua investor suka dengan risiko. Investasi di pasar modal mengandung risiko investasi yang tinggi dibandingkan di aset yang lain. Investor yang tidak menyukai risiko (risk averse) punya kecenderungan untuk tidak berinvestasi di pasar modal. Namun sebenarnya risiko investasi di pasar modal dapat dikurangi jika mereka mengerti mengenai risiko itu sendiri.

Beberapa variabel yang sering digunakan dalam melakukan analisis ekonomi makro antara lain suku bunga SBI, nilai tukar mata uang asing, tingkat inflasi, jumlah uang beredar, pendapatan masyarakat, dan lain-lain. Suku bunga SBI merupakan salah satu instrumen moneter yang penting dalam perekonomian negara dan berada dibawah tanggung jawab bank Indonesia melalui lelang SBI, jumlah uang beredar diatur agar mencapai target inflasi yang ditetapkan, dan dari proses lelang yang mengikuti mekanisme pasar inilah maka terbentuk suku bunga SBI.

(20)

suku bunga lebih tinggi daripada return saham maka akan lebih menguntungkan memilih investasi yang bebas risiko seperti deposito, obligasi daripada investasi yang penuh risiko seperti saham dan sebaliknya. Ketika tingkat suku bunga tinggi maka return saham akan cenderung terjadi perubahan atau rendah. Return saham naik turun sesuai dengan permintaan investor. Semakin tinggi permintaan terhadap saham semakin tinggi pula return saham. Perubahan return saham terhadap return saham pasar ini disebut beta saham (Halim, 2003).

(21)

Tingkat inflasi merupakan variabel ekonomi makro paling penting, karena dapat membawa pengaruh buruk pada struktur biaya produksi dan tingkat kesejahteraan. Bahkan satu rezim kabinet pemerintahan dapat jatuh hanya karena tidak dapat menekan dan mengendalikan lonjakan tingkat inflasi. Laju kenaikan tingkat inflasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adanya peningkatan jumlah uang beredar. Peningkatan jumlah uang beredar ini di Indonesia disebabkan antara lain oleh peristiwa kenaikan harga migas di luar negeri, meningkatnya bantuan luar negeri, masuknya modal asing, khususnya investasi portofolio di pasar uang, meningkatnya anggaran pemerintah secara mencolok, depresiasi nilai Rupiah dan gejolak mata uang konvertibel.

Seorang pengamat ekonomi Chatib Basri (2007) menjelaskan keterkaitan stabilitas ekonomi makro yaitu dengan harga minyak yang tinggi telah menimbulkan inflation overhang. Pelaku ekonomi menganggap, dengan harga minyak dan komoditas yang tinggi, inflasi akan meningkat. Selain itu, akan ada tekanan yang kuat pada anggaran kita sehingga dibutuhkan pembiayaan yang lebih besar pula. Padahal, dalam situasi pasar keuangan dunia yang bergejolak yang seperti ini, pembiayaan dari pasar tak mudah dan biayanya mahal.

(22)

ekonomi turun. Depresiasi nilai tukar memiliki dua dampak, yaitu

exchange rate pass-through, di mana dampak depresiasi nilai tukar ditransmisikan ke berbagai produk yang diimpor (termasuk produk makanan), dan ekspektasi terhadap depresiasi. Keduanya memiliki dampaknya yang paling besar dalam inflasi di Indonesia.

Keputusan Bank Indonesia menurunkan BI rate ditanggapi positif oleh berbagai kalangan. Keputusan mempertahankan SBI menjadi 8% pada akhir 2007 adalah tepat. Karena ada ekspektasi yang tinggi terhadap BI untuk terus menurunkan tingkat bunganya, bahkan sampai jauh di bawah 8%. Padahal, di tengah situasi global yang tidak pasti, tekanan inflasi akibat harga minyak mentah dunia yang melambung tinggi, kendala sisi penawaran, dan masalah informasi yang tidak simetris antara bank dan peminjam, kebijakan moneter harus tetap dijaga dengan hati-hati. Kehati-hatian ini membantu meningkatkan kredibilitas kebijakan moneter.

(23)

ekonomi makro adalah nilai tukar mata uang. Nilai tukar mata uang di artikan sebagai perbandingan antara mata uang suatu Negara terhadap negara lain.

Permintaan uang untuk tujuan spekulasi hanya dikenal oleh pengikut Keynes sedang kaum klasik tidak sependapat tentang hal tersebut. Dalam permintaan uang untuk spekulasi ini tergantung pada tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat suku bunga semakin rendah permintaan uang tunai oleh seseorang atau masyarakat. Alasannya adalah semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin besar ongkos memegang uang tunai sehingga seseorang atau masyarakat lebih baik membeli obligasi. Sebaliknya semakin rendah tingkat suku bunga maka semakin rendah ongkos memegang uang tunai dan semakin besar seseorang atau masyarakat menyimpan uang tunai (Sidiq, 2005).

Variabel kurs Dollar Amerika Serikat memiliki hubungan yang signifikan positif terhadap permintaan uang di Indonesia. Berarti setiap terjadi depresiasi rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat maka akan meningkatkan permintaan uang di Indonesia, demikian juga sebaliknya. Hal ini disebabkan ketika nilai rupiah terdepresiasi maka harga barang-barang impor menjadi lebih mahal sehingga diperlukan rupiah yang lebih banyak guna untuk membeli barang impor tersebut (Prasojo, 2003).

(24)

Penelitian dengan obyek pasar modal syariah mengenai return dan beta yang dipengaruhi oleh variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro merupakan hal yang menarik untuk dilakukan karena sifat dari return dan risiko ini yang akan selalu melekat pada setiap investasi terutama investasi dalam setiap saham, baik saham biasa maupun saham yang sesuai dengan kaidah syariah.

Penelitian-penelitian sebelumnya hanya melihat pengaruh variabel-variabel makro dan karakteristik perusahaan pada return atau beta saham biasa serta obyeknya pada pasar modal secara umum. Kemudian penelitian oleh Robiatul Auliyah, dan Ardi Hamzah (2006) tentang analisa karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro terhadap return dan beta saham syariah. Hasil penelitiannya variable-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syariah tetapi berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah. Selain itu penelitian oleh Siti Zubaida (2006) tentang analisis pengaruh tingkat inflasi, perubahan nilai kurs terhadap beta saham syariah pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII).

(25)

menggunakan variabel fundamental seperti dividen, growth, leverage, liquidity, asset size, variability in earnings dan beta akuntansi (Gudono dan Nurhayati (2001), return on asset, rasio hutang terhadap modal dan nilai buku saham (Natarsyah, 2000).

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk meneliti

”Pengaruh Uang yang Beredar (M2), Kurs, Inflasi, dan

Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Beta Saham Syariah (JII) dan

Indeks saham Gabungan (IHSG)”

(26)

B. Perumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana pengaruh variabel makro ekonomi (uang yang beredar, kurs mata uang asing, inflasi, dan suku bunga SBI) terhadap beta saham syariah dan IHSG.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Apakah terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung.

1. Apakah terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung antara uang yang beredar (M2), kurs, dan tingkat inflasi, terhadap suku bunga SBI dan berapa besar total pengaruhnya?

2. Apakah terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung antara uang yang beredar (M2), kurs, tingkat inflasi, dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia terhadap Beta saham syariah JII dan berapa besar total pengaruhnya?

3. Apakah terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung antara uang yang beredar (M2), kurs, tingkat inflasi, dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia terhadap IHSG dan berapa besar pengaruhnya?

1. Identifikasi Masalah

(27)

1) Uang yang Beredar dalam arti luas (M2).

2) Nilai kurs mata uang yaitu kurs rupiah terhadap USD 3) Tingkat Inflasi.

4) Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

b. Ada tidak nya pengaruh uang yang beredar, nilai kurs, inflasi, dan Suku Bunga SBI terhadap beta saham syariah (JII) dan IHSG dengan pendekatan path Analysis.

2. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terfokus maka dikemukakan batasan-batasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini dibatasi pada saham perusahaan syariah yang konstan masuk dalam JII (Jakarta Islamic Index) tahun 2004-2008.

2. Periode yang diambil adalah 5 tahun dari 2004 sampai tahun 2008.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Menganalisis uang beredar (M2), Kurs, dan Inflasi memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap suku bunga SBI.

(28)

c. Menganalisis uang beredar (M2), Kurs, Inflasi, dan suku bunga SBI memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap IHSG.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi :

a. Investor, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan jumlah dan waktu investasi.

b. Pemerintah, sebagai bahan masukan dalam membuat kebijakan-kebijakan makro karena faktor-faktor makro mempunyai sensitivitas terhadap resiko investasi.

c. Perusahaan, sebagai antisipasi dampak dari perubahan-perubahan faktor makro terhadap resiko saham secara keseluruhan.

d. Pembaca dan Pengembangan Penelitian Selanjutnya, sebagai sumber referensi dan tambahan pengetahuan dalam rangka pengembangan penelitian selanjutnya yang sejenis, serta menambah ilmu pengetahuaan keuangan dan menambah kepekaan terhadap gejolak kondisi ekonomi makro dan resiko pasar modal syariah yang ada saat ini.

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pasar Modal

Dalam pasar modal banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor baik informasi yang tersedia dipublik maupun informasi pribadi. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan dipasar modal, diantaranya adalah informasi yang masuk kedalam pasar modal, informasi memegang peran yang sangat penting terhadap transaksi perdagangan dipasar modal. Para pelaku yang ada dipasar modal sangat membutuhkan informasi yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para investor untuk memilih portofolio yang efisien. Untuk mengimplementasikan banyak pilihan orang untuk menanamkan modalnya dalam bentuk investasi.

(30)

Di Indonesia perkembangan pasar saham syariah mulai dirintis dengan diluncurkannya indeks harga saham berdasar prinsip syariah pada tanggal 3 juli 2000, yang disebut sebagai Jakarta Islamic Index (JII) yang merupakan hasil kerjasama antara PT. Bursa Efek Indonesia dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM).

Saham-saham yang terdaftar terdiri dari 30 saham yang telah lolos berdasarkan fatwa yang dikeluarkan Dewan Syariah Nasional. Akan tetapi tidak berarti saham-saham diluar JII tidak sesuai dengan syariah namun JII hanya menampung 30 saham dengan kinerja keuangan terbaik, sehingga diluar JII pun masih ada saham yang dapat dikategorikan sebagai saham syariah diantaranya saham-saham yang termasuk dalam Islamic Stock Selection Indeks yang diluncurkan oleh Karim Bussines Consulting yang berisi daftar semua saham emiten di BEI yang sesuai dengan syariah.

Pasar modal sering disamakan dengan pasar uang, padahal keduanya memiliki perbedaan secara prinsip. Pasar modal atau capital market adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang dan dalam arti sempit merupakan pasar nyata. Semantara pasar uang atau

(31)

B. Pasar Modal Syariah

Prinsip-prinsip pasar modal syariah berbeda dengan pasar modal konvensional. Sejumlah instrumen syariah di pasar modal sudah diperkenalkan kepada masyarakat, misalnya saham yang berprinsipkan syariah dimana kriteria saham syariah adalah saham yang dikeluarkan perusahaan yang melakukan usaha yang sesuai dengan syariah. Demikian juga, usaha untuk merealisasikan praktek obligasi syariah atau obligasi yang berprinsipkan syariah. (Heri Sudarsono, 2003:182).

Perbedaan secara umum antara pasar modal konvensional dengan pasar modal syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Secara umum konsep pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam konsep pasar modal syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan harus berasal dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham dilakukan dengan menghindarkan berbagai praktik spekulasi. (Tim Studi Tentang Investasi Syariah Di Pasar Modal Indonesia, 2004).

(32)

2000 serta diterbitkannya obligasi syariah (korporasi) pada akhir 2002. Perkembangan instrumen syariah terus mengalami perkembangan walaupun lambat namun pasti, terlebih era tahun 2002 sampai dengan pertengahan tahun 2004. Instrumen syariah mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, yaitu reksadana berjumlah 10 reksadana (termasuk 2 reksadana yang tidak aktif/bubar) dan sebanyak 10 (sepuluh) emiten yang telah menerbitkan obligasi berbasis syariah (Tim Studi Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia, 2004).

C. Instrumen Pasar Modal Syariah

Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan konsep syariah, di mana setiap perdagangan surat berharga mentaati ketentuan transaksi sesuai dengan basis syariah. Pasar modal syariah tidak hanya ada dan berkembang di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain. Beberapa negara yang proaktif dalam mengembangkan pasar modal yang berprinsipkan syariah dan konsisten dalam menerapkan syariah Islam dalam sendi kehidupannya adalah Bahrain Stock di Bahrain, Amman Financial Market di Amman, Muscat Securities Kuwait Stock Exchange di Kuwait dan

Kuala Lumpur Stock Exchange di Malaysia (Jurnal Auliyah dan Hamzah, 2006:3).

(33)

Investasi keuangan syariah harus disertai dengan kegiatan sektor riil atau transaksi yang mendasari (underlying transaction). Untuk itu, penciptaan instrumen investasi syariah dalam pasar modal adalah dari sekuritasi aset/proyek (asset securitisation) yang merupakan bukti penyertaan, sekuritasi utang (debt securitisation) atau penerbitan surat utang yang timbul atas transaksi jual beli (al dayn) atau merupakan sumber pendanaan bagi perusahaan, sekuritasi modal (equity securitisation), merupakan emisi surat berharga oleh perusahaan emiten yang telah terdaftar dalam pasar modal syariah dalam bentuk saham (Jurnal Auliyah dan Hamzah, 2006:4).

Adapun instrumen pasar modal yang sesuai dengan syariah dalam pasar perdana adalah muqaradah/mudharabah funds, saham biasa (common stock), muqaradah/mudharabah Bonds. Karena instrumen pasar modal tersebut diperdagangkan di pasar perdana, maka prinsip dasar pasar perdana adalah semua efek harus berbasis pada harta atau transaksi riil, tidak boleh menerbitkan efek utang untuk membayar kembali utang (bay al dayn bi al dayn), dana atau hasil penjualan efek akan diterima oleh perusahaan, hasil investasi akan diterima pemodal (shohibul maal), tidak boleh memberikan jaminan hasil yang semata-mata merupakan fungsi dari waktu (Harahap, 2001) dalam jurnal Auliyah dan Hamzah, 2006:4).

(34)

hal kehalalan ruang lingkup kegiatan usaha. Saham syariah dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks yang dikeluarkan oleh PT. Bursa Efek Jakarta yang merupakan subset dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). JII diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000 dan menggunakan tahun 1 Januari 1995 sebagai base date dengan nilai 100. Bagi perusahaan yang terdaftar di

Jakarta Islamic Indeks paling tidak mereka dinilai telah memenuhi penyaringan syariah dan kriteria untuk indeks dalam jurnal (Auliyah dan Hamzah, 2006:4).

(35)

Untuk pasar sekunder terdapat beberapa tambahan dari prinsip dasar pasar perdana, yakni tidak boleh membeli efek dengan basis tren (indeks) suatu efek dapat diperjual belikan akan tetapi hasil yang diperoleh dari efek tersebut berupa kupon atau deviden dilarang diperjual belikan, karena pada transaksi murabahah tidak boleh menjadikan objek transaksi sebagai jaminan. Adapun jenis instrument pasar modal yang diharamkan syariah adalah preferred stock (saham istimewa), forward contract, option. Hadist Rasulullah SAW berikut dapat menjadi rujukan dalam bertransaksi derivatif:

“Segala sesuatu yang halal dan haram sudah jelas, tetapi ada diantara keduanya terdapat hal-hal yang samar dan tidak diketahui oleh kebanyakan orang, barang siapa berhati-hat terhadap hal-hal yang maragukan berarti telah menjaga agama dan kehormatan dirinya, tetapi barang siapa mengikutihal-hal meragukan berarti terjerumus kepada yang haram, seperti seorang gembala yang mengembalakan binatangnya disebuah ladang yang terlarang dan membiarkan binatang itu memakan rumput disitu. Setiap penguasa mempunyai peraturan-peraturan yang tidak boleh dilarang, an Allah melarang segala sesuatu yang dinyatakan haram” (HR. Bukhari dan Muslim)

D. Fungsi Pasar Modal Syariah

Menurut metwally dalam buku pasar modal syariah oleh Huda dan Edwin Nasution (2007:75) fungsi dari pasar modal syariah adalah:

1. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian keuntungan resikonya.

(36)

3. Memungkinkan perusahaan meningkatkan pasar modal dari luar untuk membangun dan mengembangkan lini produksinya.

4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvesional.

5. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis.

E. Faktor yang Mempengaruhi Investasi

Dalam melakukan investasi ada dua faktor yang paling dipertimbangkan, yaitu pengembalian/hasil yang diharapkan dan risiko investasi. Pengembalian (return) merupakan laba atas suatu sekuritas atau investasi modal (Downes dan Goodman, 1991:479) dalam Jurnal Siti Zubaidah (2004:3).

1. Return

Dalam Warsono (2001:75). Risiko adalah kemungkinan yang dapat diukur dari diperoleh tidaknya suatu nilai.

Saham biasa merupakan sekuritas teraktif yang diperdagangkan di pasar modal Indonesia. Sekuritas ini merupakan bentuk modal sendiri yang mempunyai lima karakteristik, yaitu (Warsono, 2001:276):

(37)

c. Hak suara d. Hak didahulukan

e. Tanggung jawab terbatas.

Dalam pengambilan keputusan investasi pada saham, investor berkepentingan dengan informasi tentang perubahan harga saham. Untuk kepentingan ini, penggunaan angka indeks pasar menjadi penting, misalnya angka indeks harga saham gabungan. Indeks pasar mempunyai penggunaan penting, baik dari sisi teori maupun praktis. Di pasar modal Indonesia ada beberapa macam indeks pasar, yaitu IHSG, indeks LQ 45, dan indeks sektoral. Perhitungan angka-angka indeks ini menggunakan angka indeks Paasche. Setiap bursa efek di dunia mempunyai angka indeks yang khas (Jurnal Siti Zubaidah, 2004).

Dalam konteks manajemen investasi, pengembalian atas investasi (return) merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi. Return ini dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang (Jogiyanto, 2000 dalam Jurnal Haryanto dan Riyanto, 2007:4).

Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return ini dihitung berdasarkan data historis. Biasanya reutrn realisasi digunakan sebagai salah satu ukuran kinerja perusahaan. Sumber-sumber return yaitu yield dan capital gain (loss), Jurnal Haryanto dan Riyanto, 2007

(38)

Menurut Charles P. Jones 2004,

Yield the basic component that usually comes to mind when discussing investing returns is the periodic cash flows (or income) on the investment, either interest or dividends. The distinguishing feature of these payments it. That the issuer makes the payments in cash to the holder of the asset.

Capital gain (loss), this component is the appreciation (or depreciation) in the price of the asset, commonly called the capital gain (loss). We will refer to it simply as the price change. In the case of along position it is the difference between the purchase price and the price at which the asset can be, or is, sold : for a short position it is the difference between the sale price and subsequent price at which the sort position is closed out, in either case, again or aloss can occur.

Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jadi nilainya bisa 0 atau (+). Capital gain (loss) merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga yang bisa memberi keuntungan (kerugian) bagi investor. Jadi nilainya bisa (-), 0 atau (+). Secara matematis return total suatu investasi adalah:

Return total = yield + capital gain (loss)

Return ekspektasi secara sederhana adalah rata-rata tertimbang dari berbagai return historis atau return realisasi (Abdul Halim, 2005). Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi return ekspektasi ini sifatnya belum terjadi.

(39)

2. Resiko Saham

Tujuan investor berinvestasi yaitu mendapatkan return dan sebagai konsekuensinya harus berani menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya. Investor perlu mempertimbangkan tingkat resiko suatu investasi sebagai dasar pembuatan keputusan investasi (Haryanto dan Riyatno, 2007:27).

Menurut Bodie dkk (2006:223) resiko adalah kemungkinan mendapatkan imbal hasil yang rendah atau bahkan rugi yang bisa menghalangi kita untuk mencapai tujuan.

Menurut Husnan (2001:161) analisis investasi modern membagi resiko total menjadi dua bagian, yaitu risiko sistematis dan resiko tidak sistematis.

Sharpe (dalam Fabozzi : 1999 : 96) mendefinisikan risiko sistematis sebagai bagian dari perubahan aktiva yang dapat dihubungkan kepada faktor umum. Risiko sistematis terkadang disebut juga risiko pasar atau risiko tidak dapat dibagi. Risiko sistematik merupakan tingkat minimum risiko yang dapat diperoleh bagi suatu protofolio melalui diversifikasi sejumlah besar aktiva yang dipilih secara acak. Risiko sistematis merupakan risiko yang berasal dari kondisi ekonomi dan kondisi pasar secara umum yang tidak dapat didiversifikasi.

(40)

terkadang disebut juga risiko dapat didiversifikasi, risiko unik, risiko residual atau risiko khusus perusahaan. Risiko ini merupakan risiko yang unik bagi perusahaan seperti pemogokan kerja, tuntutan hukum atau bencana alam Sebagai contoh risiko ini adalah kecelakaan kimiawi pada pabrik Union Carbide di Bhopal India pada bulan Desember 1984 dan peristiwa kecacatan produk kapsul Tylenol (diproduksi oleh Johnson & Johnson) pada bulan Oktober 1982. Kedua peristiwa yang sebelumnya tidak dapat diramalkan memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham kedua perusahaan (Siti Zubaidah, 2004:4).

Tujuan (motivasi) investor berinvestasi yaitu mendapatkan return dan sebagai konsekuensinya harus berani menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Investor perlu mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi sebagai dasar pembuatan keputusan investasi.

(41)

Pada umumnya seorang investor adalah risk averse. Investor penghindar resiko akan bersedia mempertimbangkan prospek yang bebas resiko, atau premi resikonya positif. Investor penghindar resiko menurut tingkat imbal hasil yang diharapkan dari portofolio beresiko pada persentase pasti (meminta imbal hasil yang diharapkan) untuk mengompensasi resiko yang melekat. Semakin besar resiko, semakin besar tuntutan kompensasi. (Boedie Kane Marcus, 2006:219).

Gambar 2.1

Risiko sistematis & tidak sistematis

Resiko

Resiko total

Resiko Tidak Sistematis

---

Resiko Sistematis

(42)

Beberapa sumber risiko yang mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi (Tandelilin, 2001).

1. Risiko suku bunga. Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi

variabilitas return suatu investasi. Jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, dan sebaliknya. Alasannya jika suku bunga naik maka return investasi yang terkait dengan suku bunga (misal deposito) juga akan naik. Akibatnya minat investor akan berpindah dari saham ke deposito.

2. Risiko pasar. Fluktuasi pasar secara keseluruhan dapat

mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara keseluruhan. Perubahan pasar diperngaruhi oleh faktor seperti resesi ekonomi, kerusuhanm, atau perubahan politik (pemilu).

3. Risiko inflasi. Inflasi yang meningkat akan mengurangi daya beli rupiah yang diinvestasikan. Jika inflasi meningkat, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasikan penurunan daya beli yang dialaminya.

4. Risiko bisnis. Risiko bisnis adalah risiko dalam menjalankan

bisnis suatu jenis industri. Jadi perusahaan pakaian jadi akan dipengaruhi oleh karakteistik industri tekstil.

5. Risiko finansial. Risiko ini berkaitan dengan keputusan

(43)

perusahaan, semakin besar risiko finansial yang dihadapi perusahaan.

6. Risiko likuiditas. Risiko ini berkaitan dengan kecepatan seuatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin likuid suatu sekuritas semakin besar pula risiko likuiditas yang dihadapi perusahaan.

7. Risiko nilai tukar mata uang. Risiko ini berkaitan dengan

fluktuasi nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. Istilahnya currency risk atau exchange rate risk.

8. Risiko negara. Risikoini sering disebut risiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar negeri, stabilitas politik dan ekonomi negara bersangkutan sangat penting diperhatikan untuk menghindari risiko negara yang terlalu tinggi.

F. Hubungan Pengembalian dengan Resiko

(44)

tetapi jika gagal akan menyebabkan kerugian yang relatif kecil juga. (Fachmi Basyaib, 2007:111-112).

Investasi A dikatakan mempunyai risiko yang besar, sedangkan investasi mempunyai risiko yang kecil. Dalam investasi, pengembalian yang tinggi akan diikuti oleh risiko yang tinggi. Dengan sifat hubungan antara pengembalian dengan risiko seperti diatas, keputusan investasi dari para investor, apakah akan memilih investasi yang berisiko atau tidak, tergantung pada bagaimana preferensinya dalam menghadapi risiko. (Fachmi Basyaib, 2007:112).

Sifat hubungan antara pengembalian dan risiko investasi adalah bahwa semakin tinggi risiko pengembalian yang diharapkan dari suatu investasi, akan semakin tinggi risiko yang harus ditanggung. Berkaitan dengan sifat ini, investasi yang akan dipilih oleh investor tergantung pada preferensinya dalam menghadapi risiko. Ukuran pengembalian yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi pada umumnya adalah pengembalian rata-rata, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase, sedangkan risiko yang digunakan dalam konteks ini adalah risiko total dengan ukuran varian atau deviasi standar.

Pada aset tunggal, pengembalian dan risiko dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Pengembalian dan risiko historis

(45)

Perbedaan keduanya menyangkut orientasi dalam pengambilan keputusan. Perhitungan pengembalian dan risiko historis melibatkan rentang waktu tertentu dan digunakan sebagai penyebut untuk mencari rata-ratanya. Sedangkan pengembalian risiko diharapkan menggunakan dasar probabilitas kejadian tertentu, yang diestimasi secara subjektif oleh investor. Ukuran risiko alternatif, dapat menggunakan koefisien variasi, terutama untuk investasi yang mempunyai karakteristik berbeda.

1. Resiko Sistematik (beta) saham syariah

Jones (2004) menyatakan bahwa beta adalah ukuran risiko sistematis dari suatu sekuritas yang merupakan bagian dari risiko total dan tidak bisa dikurangi atau dihilangkan dengan diversifikasi. Beta adalah ukuran relatif dari risiko saham individu terhadap portofolio saham keseluruhan. Jika return sekuritas bergerak lebih cepat dari pada return pasar karena adanya perubahan pasar, maka return sekuritas tersebut dikatakan memiliki volalitas (fluktuasi return saham) yang lebih besar dari pada return pasar. Sedangkan Husnan (2001:112) menyatakan beta adalah ukuran resiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan suatu saaham dengan pasar.

Risiko sistematis saham adalah beta saham. Beta saham dihitung dengan menggunakan teknik regresi dengan model indeks tunggal. Persamaan regrgesinya adalah:

(46)

Keterangan:

Ri = return saham perusahaan RM = return pasar (IHSG) ai = konstanta

i = beta ei = residual

Adapun penghitungan beta disini dicari dengan menggunakan CAPM, yaitu suatu model yang menghubungkan tinggkat return yang diharapkan dengan resiko dari asset beresiko pada saat kondisi pasar seimbang. CAPM digunakan secara luas dalam literatur keuangan untuk menentukan return rata-rata yang dibutuhkan pemegang saham dari aset tertentu berdasarkan kontribusinya bagi risiko portofolio secara keseluruhan. ((Fachmi Basyaib, 2007:116).

E(ri) = rf + (rm – rf)

(47)

ketidakstabilan beta. Pertama adalah kesalahan perkiraan statistik, biasanya berhubungan dengan jangka waktu dimana pengembalian diukur (harian, bulanan, atau tiga bulanan).

Menurut Ross (2005 : 285) return on a security is positively related to its beta.

Jadi, financial economists bisa diringkas dengan melihat hubungan diantara expected return dan beta. Maksudnya, dibawah kondisi normal hubungan expected return dan beta bisa dilihat dengan menggunakan rumus CAPM diatas. Rata-rata dari return market lebih besar dari risk free pada suatu periode, maka Rm-Rf positif

Menurut Jones (2004),

”Systematic risk as is shown in part two on portfolio management an investor can construct adiversified portfolio and eliminate part f the total risk. The diversiviable or on market part. What is left is the diversiviable portion or the market risk variabilityin a securities total return that is directly associated with overall movements in the general market or economy”.

(48)

dari suatu sekuritas dalam merespon pergerakan keuntungan pasar. Semakin tinggi tingkat beta, semakin tinggi resiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi.

2. Suku bunga SBI

Tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan harga masa kini dan harga masa depan, serta merupakan variabel paling penting diantara variabel-variabel makro ekonomi (Mankiw, 2005:157)

Interest rate atau tingkat bunga adalah harga pasar yang mentransfer sumber daya masa lalu dan masa depan atau merupakan hasil tabungan dan biaya peminjaman (Mankiw, 2005:494)

Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, SBI diterbitkan oleh BI lebih ditujukan sebagai alat kebijakan moneter. SBI diterbitkan pertama kali pada tahun 1984 sebagai alternatif investasi bagi pemilik dana dengan jaminan keamanan yang diberikan oleh bank sentral serta pemberian tingkat suku bunga yang cukup kompetitif. Fungsi SBI tidak jauh dari treasury bill yaitu surat hutang yang diterbitkan oleh pemerintah.

(49)

berada di bawah kisaran angka 10. Hal ini berarti tingkat keuntungan yang diharapkan dari adanya investasi akan menurun dengan cepat jika tingkat bunga meningkat, sehingga bagi para pelaku ekonomi semakin rendah tingkat suku bunga adalah semakin baik.

3. Kurs mata uang asing

Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur/dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan yang amat penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan bagi kita untuk menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara kedalam satu bahasa yang sama (Krugman, 2000:40)

Kurs atau nilai tukar adalah patokan nilai Bank sentral suatu negara untuk membeli atau menjual mata uang asing (Todaro dan Smith, 2004:75)

(50)

Nilai tukar (Exchange rate) atau kurs adalah harga relatif mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain (Yoopi Abimanyu 2004:6)

Hubungan antara nilai tukar mata uang asing dengan harga saham dapat dilihat dengan dua pendekatan. Yang pertama adalah pendekatan pasar barang. Pendekatan ini menyatakan bahwa perubahan pada kurs akan mempengaruhi tingkat kompetitif suatu perusahaan. Saat kurs rupiah terhadap mata uang asing terdepresiasi maka biaya bahan baku yang menggunakan produk impor atau memiliki kaitan dengan produk impor akan mengalami kenaikan dan biaya produksi meningkat sehingga laba perusahaan menurun sehingga akan menyebabkan tingkat deviden yang dibagikan berkurang dan return yang ditawarkan pun menurun dan permintaan atas harga saham akan berkurang sehingga harga sahamnya dipasar turun. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan keseimbangan portofolio yang melihat hubungan dimana harga saham menyebabkan perubahan pada nilai tukar kenaikan harga harga saham disuatu bursa akan menarik capital inflow, sehingga akan meningkatkan permintaan akan mata uang domestik, akibatnya nilai tukar domestik akan terapresiasi (Reny Maharani, 2005).

4. Tingkat Inflasi

(51)

Inflasi berarti kenaikan harga barang/komoditas dan jasa dalam periode waktu tertentu. Inflasi dapat di anggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas (Adiwarman Karim, 2002:63).

Inflasi merupakan ukuran ekonomi yang digunakan untuk menggambarkan peningkatan harga rata-rata barang dan jasa yang diproduksi oleh sistem perekonomian (Tandelin, 2001:21).

Sedangkan menurut Iskandar Putong (2002:254) inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus menerus. Menurut sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga kategori utama yaitu sebagai berikut :

a. Inflasi Merayap (creeping inflation), kenaikan harga yang rendah kurang dari 10%.

b. Inflasi Menengah (galloping inflation), kenaikan harga yang cukup besar diantara 30%-50%.

c. Inflasi Tinggi (hyper inflation), kenaikan harga yang sangat besar diatas 100%.

Sedangkan berdasarkan penyebabnya inflasi dibedakan menjadi dua macam (Yoopi Abimanyu, 2004:13-14).

a. Demand full inflation, inflasi yang disebabkan kenaikan permintaan barang dan jasa.

(52)

Menurut Iskandar Putong (2002:255) Formula yang digunakan untuk menghitung tingkat inflasi adalah:

Keterangan: In : Inflasi

IHKn : Indeks harga konsumen tahun dasar

IHKn-1 : Indeks harga konsumen pada tahun berikutnya Dfn : GNP atau PDB deflator tahun tahun dasar Dfn-1 : GNP atau PDB deflator tahun berikutnya

Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam perekonomian. Akan tetapi, sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat menurunkan tingkat pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian negara, dan sebagainya.

5. Uang yang Beredar

Menurut iskandar Putong (2007:401) uang beredar adalah keseluruhan jumlah uang yang dikeluarkan secara resmi baik oleh bank sentral berupa uang

(53)

kartal, maupun uang giral dan uang kuasi (tabungan, valas, deposito), biasanya uang didefinisikan:

a. M1 adalah berupa uang kartal + uang giral. b. M2 adalah M1 + uang kuasi (tabungan, deposito). c. M3 adalah M2 + sertifikat deposito.

M1 yang paling likuid karena proses menjadikannya uang kas sangat cepat dan tanpa adanya kerugian nilai (artinya satu rupiah tetap satu rupiah)

M2 mencakup deposito berjangka maka likuiditasnya lebih rendah. Untuk menjadi uang deposito berjangka perlu waktu (3,6 atau 12 bulan) dan jika dijakan uang kas sebelum waktu yang ditentukan maka akan terkena denda sehingga nilai satu rupiah akan menjadi lebih kecil karena terkena denda (Nopirin, 1994)

M1 merupakan uang dalam bentuk uang giral dan uang kartal yang dipegang dan digunakan masyarakat sebagai alat transaksi pembayaran sehari-hari (Boediono, 2000)

(54)

dengan terus menurunnya tingkat suku bunga sedangkan komponen yang memberi kontribusi pada peningkatan M2 adalah peningkatan M1 dan peningkatan uang kuasi, peningkatan tersebut terutama disumbang oleh naiknya jumlah kredit yang dikucurkan baik dalam mata uang rupiah maupun valas (Reny maharani, 2005).

Salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral adalah jual beli surat berharga, sehingga tingkat bunga akan turun, pada saat tingkat bunga mengalami penurunan maka return yang diberikan oleh obligasi akan menurun pula (Monetary Portfolio hypothesis) hal ini berakibat pemilik dana akan mencari instrumen investasi lain yang lebih menguntungkan, karena penurunan tingkat bunga kan menurunkan biaya produksi sehingga pendapatan perusahaan akan meningkat maka hal tersebut mengakibatkan investasi pada saham menjadi lebih menarik sehingga harga saham akan meningkat. Dengan kata lain peningkatan uang beredar akan membawa peningkatan pada harga saham (Reny Maharani, 2005).

G. Penelitian Terdahulu

Adapun pendapat dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini adalah:

(55)

dan beta akuntansi) baik secara parsial maupun secara bersama-sama tidak berpengaru secara signifikan terhadap beta saham JII (Jakarta Islamic Index).

Hasil penelitian diatas berbeda dengan hasil penelitian Tandelilin (1997) yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga secara parsial berpengaruh signifikan terhadap beta saham dan variabel-variabel ekonomi (tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan perubahan GDP) secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematik (beta saham).

Selain itu oleh Njo Anastasia, Yanny Widiastuty Gunawan, dan Imelda Wijiyanti tentang analisis faktor Fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham properti di BEJ (2003) hasil penelitian menunjukkan hanya faktor fundamental Book Value (BV) yang mempengaruhi harga saham secara parsial, sedangkan faktor fundamental yang lainnya tidak berpengaruh.

Dan penelitian tentang pengaruh suku bunga SBI dan nilai kurs terhadap resiko sistematik saham perusahaan di BEJ yang menghasilkan sebuah penelitian bahwa hubungan antara suku bunga SBI dan resiko sistematis saham adalah negative

(56)

H. Kerangka Pemikiran

Variabel makro sangat mempengaruhi keputusan investasi yang diambil oleh pemodal. Saat terjadi gejolak pada kondisi moneter dimana indikator ekonomi makro menunjukkan tren penurunan atau perlambatan, maka harga-harga saham akan menurun. Setiap sekuritas mempunyai tingkat risiko yang berbeda-beda dan saham merupakan salah satu sekuritas yang mempunyai yang tinggi dibandingkan dengan sekuritas yang lain. Namun risiko saham antar perusahaan berbeda satu dengan yang lain. Jika investor ingin berinvestasi maka selain melihat return yang akan didapat maka mereka juga harus mempertimbangkan risiko yang ada di saham tersebut. Salah satu pertimbangan dalam melakukan investasi saham adalah memperkecil risiko.

(57)

Gambar 2.2.

Kerangka Pemikiran: pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs, Inflasi, dan Uang yang Beredar terhadap Resiko Sistematis (beta) Saham

Syariah yang Terdaftar di JII

I. Perumusan Hipotesis

Hipotesis menyatakan hubungan yang di duga secara logis antara dua variable atau lebih dalam rumusan proporsi yang dapat di uji secara empiris, pengujian hipotesisnya sebagai berikut:

1. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar (M2), kurs, dan inflasi terhadap suku bunga SBI secara simultan. Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar

(M2), kurs, dan inflasi terhadap suku bunga SBI secara simultan. 2. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar

(M2), kurs, dan inflasi terhadap suku bunga SBI secara parsial. Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar

(M2), kurs, dan inflasi terhadap suku bunga SBI secara parsial. M2 (x1)

Kurs (x2)

Inflasi (x3)

SBI (x4)

JII (y1)

IHSG (y2)

1 2

(58)

3. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar (M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah secara simultan.

Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar (M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah secara simultan.

4. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar (M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah secara parsial.

Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar (M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah secara parsial.

5. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar (M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap IHSG secara simultan.

Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar (M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap IHSG secara simultan.

6. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar (M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap IHSG secara parsial.

(59)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (Explanatory research) dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan yang menyoroti pengaruh antara variable mempengaruhi (independen) dan variable dipengaruhi (dependen).

Ruang lingkup penelitian ini adalah variabel makro ekonomi yang terdiri dari:

1. Uang yang beredar dalam arti luas (M2)

2. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat 3. Inflasi

4. Suku bunga SBI 5. Beta saham syariah JII 6. IHSG

B. Metode Penentuan Sampel

(60)

1. Saham emiten yang halal berdasarkan syariah islam, kehalalan suatu saham di sahkan oleh dewan pengawas syariah dari Danareksa Investment Management.

2. Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII), dan konstan selama periode 2004-2008.

3. Menerbitkan laporan keuangan selama periode 2004 sampai dengan 2008.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini dalah sebagai berikut:

1. Field Reseach

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain (yang berkaitan) dengan penulisan skripsi ini, seperti pusat referensi pasar modal di Bursa Efek Indonesia.

2. Library Reseach

(61)

3. Internet Reseach

Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau tidak up to date, karena ilmu yang selalu berkembang, penulis melakukan penelitian dengan teknologi yang berkembang, yaitu dengan internet sehingga data yang diperoleh up to date seperti: www.bi.go.id

D. Metode Analisis

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil analisis jalur untuk menganalisis data yang diperoleh, karena dari model yang disusun terdapat keterkaitan hubungan antara sejumlah variabel yang dapat di estimasi secara simultan. Selain itu variabel dependen pada suatu hubungan yang sudah ada, akan menjadi variabel independent pada hubungan selanjutnya.

1. Identifikasi Variabel, terdapat dua variabel yaitu: a. Variabel Endogen

Variabel endogen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel eksogen dan merupakan variabel antara. Ada dua variabel endogen dalam penelitian yaitu (JII), dan (IHSG).

b. Variabel Eksogen

(62)

2. Analisis Jalur (Path Analysis)

Menurut Burhan Bungin (2008:225) Uji jalur (path) adalah alat analisis statistik untuk menguji eksistensi variabel antara terhadap hubungan antara variabel X dan Y.

Analisi jalur (Path Analysis) dikembangkan oleh Sewall Wright ada tahun 1934. path analysis digunakan apabila secara teori kita yakin berhadapan dengan masalah yang berhubungan sebab akibat. Tujuannya adalah menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap variabel lainnya yang merupakan variabel akibat. (Abdurahman, 2007:121).

Adapun pertimbangan menggunakan analisis ini yaitu karena penulis ingin mengetahui pengaruh uang yang beredar (M2), kurs, inflasi dan Suku Bunga SBI terhadap Beta saham (JII) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pengaruh langsung dilakukan dengan cara melihat hubungan antara variabel eksogen terhadap variabel endogen tanpa melalui variabel eksogen lainnya, sebaliknya untuk pengaruh tidak langsung dilakukan dengan melalui variabel eksogen lainnya.

(63)

Y = Pyx1X1 + Pyx2X2 + Pyx3X3 + Py 1

a. X4 = X4 X1 + X4 X2 + X4 X3 + 1 Subtruktur 1 b. Y1 = Y1 X1 + Y1 X4 + X4 X2 + X4 X3 + 2 Subtruktur 2 c. Y2 = Y2 X3 + Y2 X4 + X4 X2 + Y2 Y1 + Y1 X1 + 3 Subtruktur 3 Pada persamaan struktural pertama, X1, X2, dan X3 merupakan variabel eksogen, dan 1 sebagai variabel residu. Persamaan kedua X1, X4, X2, X3 merupakan variabel eksogen, Y1 sebagai variabel endogen, dan 2 sebagai variabel residu. Persamaan ketiga X3, X4, X2, X1 merupakan variabel eksogen, Y2, Y1 sebagai variabel endogen, dan 3 sebagai variabel residu. Nilai (epsilon) dalam persamaan struktural tersebut adalah variabel residu (residua’ variabel) atau kesalahan pengganggu (disturbance error).

Langkah kedua dalam analisis jalur adalah memeriksa asumsi-asumsi yang melandasi analisi jalur. Asumsi yang melandasi analisis jalur (Hair, Anderson, Tatham dan Black, 1998) adalah:

a. Hubungan antar variabel adalah berbentuk linier dan bersifat aditif. Linier secara sederhana tergambarkan bahwa pangkat dari variabel independen adalah satu. Aditif berarti persamaan dalam bentuk penjumlahan (atau pengurangan) bukan dalam bentuk perkalian, misalnya seperti pada fungsi Cobb-Douglas (Y = a K L )

(64)

melalui analisi jalur. Asumsi dalam model rekursif ini adalah nilai i saling bebas, dan antara i juga dengan X1 juga saling bebas.

c. Semua variabel minimal dalam skala ukur interval. Dengan demikian berlaku juga untuk skala ukur rasio. Jika skala ukur ordinal diubah lebih dulu menjadi skala minimal skala skala ukur interval.

d. Observed variables diukur tanpa ada kesalahan. Dalam artian bahwa instrumen pengukurannya harus valid dan realible.

e. Model yang dianalisis diidentifikasi dengan benar berdasarkan teori dan konsep-konsep yang relevan. Dengan demikian pengetahuan seorang peneliti dalam bahasan yang diteliti merupakan modal mutlak yang dan penting untuk dapat menyusun suatu model. Penelusuran literatur secara mendalam berdasarkan kondisi tempat dan waktu penelitian merupakan suatu keharusan sebelum penelitian dilakukan.

Langkah ketiga adalah pendugaan parameter atau perhitungan

(65)
(66)

Jika matriks korelasi berukuran dua kali dua, perhitungan matriks invers dan matriks pengaruh secara manual akan dengan mudah dapat dilakukan. Akan tetapi jika matriks korelasi berukuran n kali n, akan sangat sulit dihitung secara manual. Untuk mengatasi kesulitan ini, program SPSS, Amos dan Lisrel dapat membantu untuk menghitung angka korelasi maupun pengaruh antar variabel yang dianalisis.

Langakah keempat adalah pemeriksaan validitas model. Valid tidak nya model sangat tergantung dari terpenuhi atau tidaknya asumsi yang melandasi, seperti yang dilakukan dalam langkah kedua. Terdapat dua indikator tentang valid tidaknya model, yaitu koefisien determinasi secara total dan terpenuhinya teori Trimming (Augusty, 2002). Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model diukur dengan:

Rm2 = 1 – 12 22 ... n2

Interpretasi terhadap Rm2 dilakukan sama dengan interpretasi dalam koefisien determinasi (R2) pada analisis regresi. Teori Trimming dimaksudkan untuk menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang telah dihitung. Apabila koefisien jalur yang dihitung tidak signifikan, maka terjadi trimming. Jika demikian, perhitungan diulang kembali dengan cara menghilangkan jalur yang menurut hasil pengujian ternyata tidak bermakna atau tidak signifikan. Langkah pengujiannya adalah dengan terlebih dahulu menyusun hipotesis statistik atau sering disebut hipotesis operasional.

Gambar

Gambar 2.2.
Tabel 4.1 Daftar Perusahaan JII yang Konstan
Tabel 4.2 Uang beredar (M2)
Tabel 4.3 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Dolar Amerika/Rupiah (US$/Rp), Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh nilai tukar (kurs) dolar Amerika (US$/Rp), inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan jumlah uang beredar M 2

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari inflasi, jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, dan nilai tukar terhadap indeks harga saham syariah yang

inflasi, kurs Rp/Dollar USA, dan suku bunga kredit terhadap Indeks Harga Saham. Gabungan periode tahun 1993 –

Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, Suku Bunga SBI, Indeks Dow Jones, dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Sektor Pertambangan yang Terdaftar Di Bursa

Judul skripsi mengenai “PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA (BI RATE), NILAI TUKAR (KURS), DAN JUMLAH UANG BEREDAR (M2) TERHADAP IHSG DI BEI TAHUN 2011-2016” yang

Model VAR pada penelitian ini pada dasarnya digunakan untuk menguji dan melihat respon antara peubah inflasi, suku bunga, kurs terhadap indeks harga saham gabungan... Populasi

Penelitian ini bertujuan menguji antara inflasi, suku bunga SBI, dan nilai tukar dollar terhadap IHSG.Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks