NUI<LIR IRAN
(ANALISIS FRAMING P ADA HARIAN
REPUBLIKA
DAN
MEDIA INDONESIA}
Skripsi
Diajukan Sebagai Sal!lh Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.l)
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATlJLLAH JAl'(:ARTA
'l\JIO'Wfedge,
<Piety, Integrity
Oleh
DEDE NUGRAHA
106051101919
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKW AH DAN KOMUJ\lIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SY ARIF I-IIDA YATULLAH
NUKLIRIRAN
(ANALISIS FRAMING PADA HARIAN
REPUBLIKA
DAN
MEDIA INDONESIA)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
DEDE NUGRAHA
NIM: 106051101919
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAHDANKOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SY
ARIF
HIDA YATULLAH
JAKARTA
Skripsi berjudul KONSTRUKSI PROGRAM NUKLIR IRAN
(ANALISIS FRAMING PADA HARIAN REPUBLIKA DAN MEDIA
INDONESIA) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan llmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 26 Agustus 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.l) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Konsentrasi Jurnalistik.
Jakarta, 26 Agustus 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap anggota,
Dr. H.
Anggota,
Penguji I
Sekretaris merangkap anggota,
Ors. Stud izal LK MA
196404 199303 I 002
Oiit;·ri:";V:t
Dengan ini saya rnenyatakan bahwa:
I. Skripsi ini rnerupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk rnernenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakaita.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakaiia.
Ciputat, 11 Agustus 201 0
Dede Nugraha / 106051101919
Konstruksi Pemberitaan Program Nuklir Iran (Analisis Framing Pada Harian
Republika dan Media Indonesia)
Melihat kontroversi program nuklir Iran, yang menjadi suatu kontradiktif di dunia internasional. Bagaimana Iran dipandang sebagai negara yang selalu melawan pada pihak negara-negara nuklir. Kontroversi sepe1ti ini bukan hanya melihat nilai yang tertanam pada media, tetapi juga menjustifikasi dan merasionalkan dari keberpihakan media dan respon masyarakat pada suatu pemberitaan yang hangat dimata dunia. Dimana negara··negara nuklir tersebut, terutama Amerika Serikat yang selalu mendesak Iran untuk menghentikan pengembangan nuklirnya. Karena Iran dieurigai akan bisa membuat bom atom yang berdaya ledak tinggi. Dan disamping itu Iran membela diri bahwa program nukirnya tersebut adalah untuk pembakit tenaga listrik, bukan untuk senjata.
lvfedia Indonesia merupakan media eetak yang lebih menekankan aspek
independent pada suatu kasus, sisi mana yang bersalah itulah yang harus ditindas secara hukum. Sedangkan Republika lebih menekankan aspek keberagamaan, lebih condong pada penekanan Islam. ldeologi berawal dari sebuah berita dan sudut pandang media tersebut layak ditampilkan atau tidak, dan bagaimana pandangan masing-masing media yang mcngungkapkan suatu peristiwa melalui bcrita. Melihat perbedaan ideologi dari kedua media cetak tersebut, penulis ingin mengetahui secara Jebih detail dari hasil konstruksi berita seputar program nuklir Iran yang masih hangat dibicarakan.
Penelitian pada teks kedua media tersebut mengenai konstruksi pemberitaan program nuklir Iran. Peneliti membatasi pennasalahan yaitu dengan dua pe11anyaan: Pe1tama, Bagaimana konstruksi pemberitaan seputar program nuklir Iran yang terdapat pada harian Republika dan Media Indonesia dengan pembahasan berita yang sama, selama periode Oktober- Desember 2009? Kedua, Bagaimana kencenderungan keberpihakan harian Republika dan Aiedia Indonesia
terhadap isu program nuklir Iran tersebut dilihat dari pem bingkaian berita yang ditampilkannya?
Dalam kasus ini peneliti menggunakan metodologi kualitatif, analisis framing, teori Zhongdang Pan dan M. Kosicki. Suatu media mencari bukti dan kebenaran dari media lain untuk menghindari bias dari kebenaran berita tersebut setiap media menerapkan ideologi masing-masing dan menekankan pada aspek-aspek tertentu demi menampilkan eiri khas media tersebut.
Iran merupakan salah satu negara Islam yang miiju. Dengan kasus yang dihadapinya mengenai kontroversi program nuklir. Media memberitakan apa yang te1jadi dalam kontroversi program nuklir Iran tersebut, yang menjadi masalah di dunia internasional. Republika sebagai media yang berlatar Islam. Menyajikan berita nuklir Iran tersebut, disertai dengan sudut pandang pembelaan Iran. Dan
/ /
'
セI|セI|TAゥ|セ@
/ / / /
Alhamdulillah puji tanpa batas kepada Tuhanku yang hanya rnenghendaki kebaikan kepada harnba-harnba-Nya dengan kasih-Nya rnernberikan ja!an-jalan yang rnenunjukkan pada kebaikan dan rnencegah dari segala keburukan. Shalawat serta sa!arn semoga selalu tercurah kepada Nabi dan Rasul yang menuntun urnatnya dari kegelapan hingga zarnan yang penuh dengan cahaya kebenaran. Dia !ah penolong Allah karena selalu menolong orang tertindas. Dia !ah Nabi dan Rasulullah yang membawa risalah semangat hidup yang penuh kebersamaan dan penebar rahmat keseluruh alam (rahmatan Ii al- 'a/am in). Karena teladan Rasulullah skripsi ini dapat terselesaikan.
Namun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini dibuat dengan berbagai keterbatasan. Baik keterbatasan intelektual maupun material, sehingga penulisannya membutuhkan waktu yang cukup lama dan untuk diujikan mengalami pengendapan berbulan-bulan sampai pada kondisi finansial yang memungkinkan.
Se!anjutnya penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang te!ah memberikan kesempatan dan keluasan penulisan skripsi ini, terutama pada:
I. Dr. Arief Subhan M.A. Selaku Dekan Faku!tas Ilmu Dakwah dan Ihnu Komunikasi, se11a se!aku pembimbing yang membantu dalam penyelesaian skripsi, yang te!ah banyak mengarahkan, petunjuk, dan pemikirannya kepada pene!iti di sela-sela kesibukan dan aktivitas beliau.
juga seluruh stafpengurus UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
4. Ayahanda Awat Abdul Aziz dan ibunda Ade Sukaesih yang dengan doa, sernangat dan dorongannya penulis marnpu menyelesaikan perkuliahan.
5. Kakak-kakakku yang ku sayangi, clan ku cintai terimakasih ban yak, atas jasa, nasehat clan kebaikan kalian yang selalu menyemangatiku untuk menyelesaikan skripsi. 6. Staf Redaksi Harian Media Indonesia, clan Republika yang telah rnengijinkan
peneliti melakukan riset sebuah data.
7. Sahabat-sahabatku, Rodiyah dan Topan selalu mengarahkan penulis, banyak mernbantu, serta teman-teman Jurnalistik angkatan 2006 yang selalu memberikan semangat. Danang, Wage, Irham, Mimi, Novita, Yiky, Yuni, Jose, Eka, Aida, Jendral, Eki, Agung, Deros, Jaka, Agnes, Danang dan yang lainnya, banyak memberikan kenangan, suka maupun duka, kita bersama-sama selama kuliah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, lanjutkan Perjuangan kalian semangat dan Sukses.
Penulis hanya mampu mengucapkan terima kasih yang scdalarn-dalarnnya kepada semua pihak yang telah banyak mcmbantu dan rnemberi makna dan pelajaran hidup yang takkan pernah rapuh. Semoga Allah SWT semakin menambah karunia-Nya kepada kita semua. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk para pembaca, dan khususnya bagi peneliti. Amin Yaa Robbal Aalamin.
Jakaita, 11 Agustus 2010
ABSTRAK. ... i
KATA PENGANTAR. ... ii
DAFTAR 181.. ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... I B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... .3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... .4
D. Metodologi Penelitian ... 5
E. Tinjauan Pustaka ... 7
F. Sistematika Penulisan ... l 0 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Analisis Framing ... 12
B. Konseptualisasi Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki ... 18
C. Konsep Berita di Surat Kabar ... 26
BAB III GAMBARAN UMUM A. Kontroversi Program Nuklir ... ; ... 37
B. Sekilas Harian Um um Media Indonesia .... .43
C. Sekilas Harian Umum Republika ... .47
BAB IV KAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Framing Seputar Program Nuklir Iran antara Harian Um um Republika dan Media Indonesia ... 53
B. Analisis Framing Harian Umum Republika ... 55
C. Analisis Framing Harian Umum Media Indonesia ... 70
BABY PENUTUP A.Kesimpulan ... 85
B.Saran ... 87
DAFTARPUSTAKA ... 89
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Iran adalah salah satu negara muslim di Timur Tcngah. Negara yang mempunyai sumber daya manusia yang maju. Dan ini dibuktikannya dengan pembuatan program nuklir yang bertujuan untuk sumber claya energi. Dengan program nuklir tersebut amerika membuat larangan terhadap Iran untuk meneruskan program nuklirnya, karena dianggap membahayakan dan membuat seluruh negara di dunia terancam. Dan ini membuat adanya pro dan !contra disetiap negara tentang pemberdayaan nuklir Iran tersebut.
Sengketa program nuklir Iran menjadi berita hangat di berbagai media, baik cetak
maupun elektronik. Masalah ini dimulai ketika Iran memutuskan untuk melanjutkan
kembali program pengayaan uranium, dengan alasan penggunaan program nuklir untuk
kepentingan sipil yaitu memperoleh tenaga listrik. Namun usaha ini justru memieu
tuduhan mengaktitkan program senjata nuklir independen dari Amerika Serikat dan Uni
Eropa, sebagai suatu bentuk pelanggaran dari Nuclear Non-Pro I iferation Treaty (NPT).
Berita yang dihasilkan media cetak ataupun elektronik mengenai program nuklir Iran, merupakan sebagai salah satu hasil produk konstruksi realitas tentunya dibangun atas penyusunan bahasa yang terbentuk dari kumpulan kata-kata. Dalam konstruksi realitas, bahasa merupakan unsur utama. Ia merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. 1
1 M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta: Gitanyali, 2004), h.
Dan konstruksi tersebut, bertujuan untuk memberikan efek media massa yang dapat menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat dalam mengetahui salah satu sudut pandang mengenai program nuklir Iran tersebut.
konstruksi tersebut dimanfaatkan melalui. media cetak, yaitu koran yang merupakan bukan barang konsumsi mahal. John Tebbe! berpendapat bahwa koran sudah merupakan bagian dari kebutuhan manusia akan infonnasi baik untuk diri sendiri, keluarganya dan untuk usaha bisnisnya.2 Proses konstruksi realitas yang dilakukan oleh media merupakan usaha "menceritakan" (konseptualisasi) sebuah peristiwa atau keadaan. Realitas tersebut tidak serta merta melahirkan berita, melainkan
1nelalui proses interaksi antara penulis berita, atau \Vatia\van, dengan fakta.
Berita yang dihasilkan media massa bersifat relatif. Dalam pengertian rinci, berita memiliki rentang hidup yang singkat. Tak ada yang lebih tua selain berita hari kemarin. Guna menjaga supaya produk tersebut tetap segar, kantor berita berusaha menyampaikan informasi kepada khalayak sesegera mungkin, dan media siaran sangat cocok dengan pemberitaan segera dari peristiwa berita atau
. 3
!SU.
Analisis penelitian ini menggunakan model analisis framing Zhongdang pan dan Gerald M. Kosicki.'' Selama tahun 2009 pemberitaan seputar program nuklir Iran di harian Republika dan Media Indonesia, pada bulan Oktober -Desembar 2009.
2
Jonh Tebbe], Karir Jurna/istik, Penyadur: Dean Party Rahayu Ningsih, (Semarang: Dahara Prize, 2003) h. l
3
I-Ierbert Strenz, Reporter dan Sumber Berita Persekongkolan Dala111 Mengemas dan
Menyesatkan Berita, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), h, 46.
4
Erianto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan politik media, Pengantar Dr. Deddy
Adapun berita yang ada pada masing-masing media mengenai program nuklir Iran tersebut, adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Berita-Berita Program Nuklir Iran
Harian Reoublika 111 edia Indonesia
Senin, 5 Oktober 2009 Selasa, 6 Oktober 2009 Judul: Iran Dinilai Telah Transparan Judul: Iran membuka diri
Rabu, 28 Oktober Kamis, 29 Oktober 2009
Judul: Iran Kirim Uranium Judul: Iran siap merespon pennintaan IAEA
Selasa, I Desember 2009 Rabu, 2 Desember 2009
Judul: Iran Siapkan 10 Fasilitas Judul: China Menyarankan Perbanyak
Uranium Barn Dialog
.Tuma!, 4 Desember 2009 Jumat, 4 Desember 2009
Judul: Uranium Iran akan Dinaikkan ke Judul: Iran Targetkan Produksi
Level 20 Persen Uranium 20%
Berdasar permasalahan di atas untuk mengetahui lebih jauh tentang bagairnana eara suatu surat kabar mengemas berita serta apa pandangan yang disugukan kepada khalayak, penulis berrnaksud rnengadakan penelitian yang ilmiah yang akan dituangkan kedalam skripsi dengan judul "KONSTRUKSI PEMBERITAAN PROGRAM NUKLIR IRAN" (Analisis Framing Pada
Harian Republika dan Media I11do11esia).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
pemberitaan program nuklir Iran yang dipublikasikan di harian Republika dan
Media Indonesia pada periode Oktober - Desember 2009 sementara ldialayak yang diterusuri dibatasi hanya pada profil lembaga surat kabar yang di maksud.
Adapun perumusan masalah sebagai berikut:
I. Bagaimana konstruksi pemberitaan seputar program nuklir Iran yang terdapat pada harian Republika dan Media Indonesia dengan pembahasan berita yang sama, selama periode Oktober- Desember 2009?
2. Bagaimana kencenderungan keberpihakan harian Republika dan Media Indonesia terhadap isu program nuklir Iran tersebut dilihat dari pembingkaian berita yang ditampilkannya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Mengacu pada masalah penelitian, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah memperoleh data dan informasi tentang bagaimana cara harian Republika dan Media Indonesia mengemas pemberitaan seputar program nuklir iran dengan pembahasan berita yang sama, sela1rn1 kurun waktu Oktober-Desember 2009.
Adapun tujuan penelitian adalah untuk:
2. Mendeskripsikan kecendrungan keberpihakan harian Republika dan Media Indonesia terhadap pemberitaan program nuklir iran tersebut dilihat dari pembikaian berita yang mcrcka tampilkan.
Adapun manfaat penelitian adalah: A. Manfaaat akademis
Manfaat yang ingin dicapai adalah berpusat pada pengembangan ilmu pengetahuan. Karena pada saat ini masih banyak penelitian maupun kajian analisis teks berita yang mengunakan analisis isi dari pada analisis framing yang memusatkan pada pemaknaan atas suatu peristiwa dalam teks berita sehingga dengan adanya penelitian ini dapat menambah khazanah pengetahuan akademik.
Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan data yang dapat digunakan oleh mahasiswa di fakultas dakwah dan komunikasi uin syahid jakarta khususnya mahasiswa komunikasi dan jurnalistik dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan mutu pendidikan komunikasi dan jurnalistik.
B. Manfaat praktis
Kajian tentang fram surat kabar dalam mengemas berita ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan beraanlisis dewasa ini khususnya bagi mahasiswa untuk terns mengembangan dan melakukan penelitian selanjutnya sehingga akan memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi perkembangan beranalisis, khususnya beranalisis framing.
Penelitian ini bersifat kualitatif. Berdasarkan data-data yang dihasilkan dari sumber-sumber tertulis/ studi pustaka mengenai pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji. Data-data dikumpulkan dengan cara observasi dari teks berita surat kabar tersebut.
Menurut Bogdan dan Taylor, seoe1ti dikutip oleh Prof. Dr. H .. Syamsir Salam, MS dalam bukunya Metodologi Penelitian Sosial, menyatakan bahwa penelitian kualitatif mernpakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deksriptif berupa kata- kata tertuli atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati. 5
Dimana objek penelitian kualitatif adalah makna dari gejaia-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebuyaan dari masyarakat bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi te1tentu.6 Adapun tahapan- tahapan dalam penelitian ini sebagai berikut:
I. Observasi
Untuk memperoleh data primer penelitian, observasi dilakukan terhadap berita-berita yang berkaitan dengan sengketa nuklir Iran di harian
Republika dan Media Indonesia pada periode Oktober-Desember 2009. Berita-berita mengenai isu terkait yang dimuat sebelum dan sesudah periode tersebut dijadikan data sekunder sebagai tambahan wawasan mengenai isu tersebut.
5 Prof. Dr. H. Syamsir Salam, MS dan Jaenal Arifin, M.
Ag, Metodologi Penelitian
Sosial, (Jakarta: UIN Press, 2006), h. 30.
6 Burhan Bungin, Sosiologi Kon1unikasi: Teori, Paradig111a, dan Diskursus Teknologi
[image:14.595.75.437.156.511.2]2. Studi Pustaka
Data yang berkaitan dengan landasan teoritis penelitian ini diperoleh dari smnber-sumber referensi, berupa bukti, diktat, dan eatatan Jainnya yang relevan dengan penelitian ini.
3. Wawancara
Wawaneara dilakukan terhadap wartawan harian Media Indonesia
dan Republika yang menyusun berita-berita mengenai kontroversi nuklir Iran. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan pandangan mendalam mengenai proses penulisan dan penyusunan berita mengenai kasus ini.
D. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis melihat judul-judul skripsi di perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi juga perpustakaan utama UIN Syahid Jakarta, penulis menemukan skripsi (karya ilmiah) yang juga menggunakan analisis framing, hanya saja objek yang dianalisis tidak sama yang ingin penulis kaji yaitu pemberitaan program nuklir Iran.
Analisis Framing Konstruksi Berita Ahmadiyah di Surat Kabar Republika: Darwis (2009).
Beberapa skripsi di atas juga merupakan rujukan bagi penulis dalam meneliti, yang sekaligus sebagai referensi tambahan selain buku, koran, artikel, dan lainnya.
F. Sistematika penulisan
Bab I Pendahuluan
Merupakan bagian yang meliputi: Latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Kerangka Teori
Pada bagian ini terdapat tinjauan teoritis atau penjelasan tentang teori yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu pengertian framing, analisis framing model teori Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, dan konsep berita di surat kabar
Bab III Gambaran Umum
Merupakan pembahasan mengenai gambaran umum media cetak harian Republika
dan Media Indonesia mengenai: Sejarah singkat dan perkembangan harian
Bab IV Analisis
Merupakan temuan dan basil penelitian yang membahas mengenai pemberitaan program nuklir Iran dengan menggunkan analisis framing model teori Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.
Bab V Penutup
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Analisis Framing
Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Kohsep ini telah digukan secara luas dam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penyeleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus informasi realita oleh media.
Dalam kasus uu, membahas bagaimana perbandingan media diantaranya Media Indonesia, dan Republika. Analisis framing sebagai suatu metode analisis teks banyak mendapat pengaruh dari teori sosiologi, dan psikologi. Dari sosiologi terutama sumbangan pemikirnn Peter Berger dan Erving Goffman, sedangkan teori psikologi terutama yang berhubungan dengan skema dan kognisi.1
Penyajian kasus yang dimuat dalam surat kabar media rnempunyai masing-masing kriteria dalam mempersepsikan suatu kasus. Demikian pula skripsi mengenai pandangan yang dimuat dalam masing-masing media mengenai program nuklir Iran. Bagaimana suatu media ciengan media lainnya saling berbeda pandangan yang kontras. Disatu pihak program nuklir Iran dipandang sebagai kemajuan teknologi, dan dari pihak media lainnya beranggapan bahwa nuklir Iran merupakan pengembangan senjata yang sangat berbahaya, bahkan memicu retaknya perdamaian beberapa negara.
teknik apa peristiwa ditekan dan ditonjolkan. Apakah berita itu ada bagian
yang dihilangkan atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan. Berusaha
untuk menemukan kunci-kunci tema dalam sebuah teks dan menunjukan
bahwa latar belakang budaya membentuk pemahaman kita terhadap sebuah
peristiwa.
Gagasan mengenai framing pertama kali dibicarakan oleh Beterson
tahun 1955. Mulanya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau
perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan
wacana se1ia menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi
realitas. Konsep ini lcemuudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffinan pada
1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strip of
behavior) yang membimbing individu dalam membaea dan memahami
realitas.2 Analisis framing merupakan dasar struktur kognitif yang memandu
persepsi dan representasi realitas. Menrut panuju, analisis framing adalah
analisis untuk membongkar ideologi dibalik penulisan infonnasi.3
Disiplin ilmu ini beke1ja dengan didasarkan pada fakta bahwa konsep
ini bisa ditemui diberbagai literatur lintas ilmu sosial dan ilmu prilaku. Seeara
sederhana, analisis bingkai meneoba untuk membangun sebuah komunikasi
(bahasa, visual, dan prilaku) dan menyampaikannya kepada pihak lain atau
menginterpretasikan dan mengklasifikasi informasi baru. Melalui analisis
1 Eriyanto, Analisis Framing. Konstruksi, Jdeo/ogi, don Politik Media. (Yogyakm1a: LkiS
Printing Cemerlang, September 2009) Cet ke-VI hlm.11.
2
Alex Sobur, Analisis teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
semiotik, dan ana/isis flwning (Bandung: PT r・ュセェ。@ Rosdakarya, 2006)., cet. Ke-4, h. I 61-162
3
Jumroni, Metode-1netode Penelitian Ko1nunikasi (Jakarta: UIN Press, 2006) cet ke-1,
bingkai, kita mengetahui bagaimanakah pesan dia1tikan sehingga dapat diinterprtasikan secara efisien dalam hubungan dengan ide penulis.
Analisis framing dalam perpektif komunikasi, digunakan untuk mengungkap cara-cara atau ideologi media saat mengonstruksi fakta. Analisis ini mengamati strategi seleksi, penonjolan, serta menghubungkan fakta kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik dan dapat diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya.4
Dalam konteks agenda setting, framing merupakan suatu proses di mana media menekankan aspek tertentu dari suatu realitas dan menghilangkan aspek lainnya.5 Teori agenda setting ialah teori yang menyatakan bahwa media massa mengangkat sejumlah isu dan mengabaikan isu yang lain dalam rangka menjadikan suatu isu atau peristiwa sebagai wacana publik. Publik cenderung untuk lebih mengetahui isu yang diangkat oleh media massa dan mengadopsi prioritas perhatian terhadap suatu isu berdasarkan urutan yang telah dipilihkan oleh media massa.6
Banyak definisi framing yang dikemukakan oleh para ahli. Todd Gitlin (n.d.) mendefinisikan framing sebagai: "Strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas".
4 Alex Sobur, Ana/isis Teks Media, Suatu Pengantar untuk analisis Wacana, ana!isis
Semiotik, dan Ana/isis Framing, h. 162, dalam Nugroho, Eriyanto, Surdiasis, 1999, h. 21
5 Katherine Miller,
Communication & Theories: Perspectives, Processes, and Context,
(New York: Mc Graw-Hills,2005) h. 275
6 McQuail & Sven Windahl, Communication Model for the Study of Mass
Menurut Gitlin, frame adalah bagian yang pasti hadir dalam praktik jurnalistik. Dengan frame, jurmalis memproses berbagai informasi yang tersedia dengan jalan mengemasnya sedemikian rupa dalam kategori kognitif tertentu dan disampaikan kepada khalayak.
Sedangkan Robert N. Eatmen memberikan definisi mengenai framing, yakni: "Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dari pada aspek lain. Ia juga menempatkan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar dari pada sisi yang lain".
Menurut William A. Gomson. Framing adalah gagasan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana.
David E. Snow dan Robert Benfod, framing adaiah pemberitaan makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi relevan. :Frame mengorganisir sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertcntu, anak kalimat citra tertentu, sumbcr informasi dan kalimat tertcntu.
Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki, mendefinisikan frame sebagai strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dcngan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.
Kedua, proses framing merupakan bagian tak terpisah dari proses penyuntingan yang melibatkan semua pekerja dibagian keredaksian media cetak. Redaktur, dengan atau konsultasi dengan redaktur pelaksana, menentukan ataukah laporan si repmter akan dimuat atau tidak, serta menentukan judul yang akan diberikan.
Ketiga, proses framing tidak hanya melibatkan para pekerja pers, tetapi juga pihak-pihak yang bersengketa dalam kasus tertentu yang masing-masing berusaha menampilkan sisi informasi yang ingin ditonjolkannya (sambil menyembunyikan sisi lain).
Dengan begitu, proses framing menjadikan media massa sebagai arena di mana informasi tentang masalah tertentu diperebutkan dalam suatu perang simbolik antara berbagai pihak yang sama-sama menginginkan pandangannya didukung pembaca.
Menurut Peter Berger, realitas tidak dibentuk ウセ」。イ。@ ilmiah. Tetapi, realitas dibentuk dan dikonsruksi. Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda atau plural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda alas suatu realitas. Setiap orang yang mempunyai pengalaman, prefensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya. masing-masing.9
Oleh sebab itu isi media merupakan hasil konstruksi realitas, tetapi juga menentukan relief seperti apa yang hendak diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya, media massa mempunyai peluang yang
9 Eriyanto,
sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya.10
Dalam pandangan kosruksionis, media bukanlah sekedar saluran yang bebas. Ia juga subjek yang mengkonstuksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakan. Disini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Berita yang kita baca bukan hanya menggambarkan realitas, bukan hanya menunjukan pendapat sumber berita, tetapi juga konstruksi dari berita itu sendiri. Lewat berbagai instrumen yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan.
B. Konseptnalisasi Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki Model framing Zhongdang Pan dan Kosicki Iebih dikenal dengan singkatan MPK (Model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki). Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita - kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Dan analisis framing dalam teori MPK dilihat sebagaimana wacana publik tentang suatu isu atau kebijakan dikonstruksikan dan dinegosiasikan. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih dari pada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut.
10 Ibnu Hamad, dkk., Kabar-kabar Kebencian, (Jakarta: PT. Sembrani Aksara Nusantara,
Menurut Zhongdang Pan dan Kosicki ada dua konsepsi framing yang saling berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologi. Pada konsep ini framing lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukan kedalam skema tertentu. Framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik/khusus dan menempatkan elamen tertentu dari suatu isu dengan penempatan yang lebih menonjol dengan kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi dari suatu isu atau peristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas.
Kedua, Konsepsi sosiologis, dalam pandangan konsepsi ini lebih melihat kepada bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Frame dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk menge1ti dirinya dan realitas diluar dirinya. Frame disini berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami, dan dapat dimenge1ti karena sudah dilabeli dengan label te1tentu.
· Pan dan Kosicki membuat suatu model yang mengintegrasikan secara bersama-sama konsepsi psikologis yang melihat frame semata sebagai persoalan internal pikiran dengan konsepsi sosiologis yang lebih tertarik melihat frame dari sisi bagaimana lingkungan sosial dikonstruksi seseorang.
dari organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita ke dalam teks secara keseluruhan. Suatu frame dari berita berfungsi sebagai perangkat framing karena dapat dikenal dan dialami, dapat dikonseptualisasikan ke dalam elemen yang konkrit dalam suatu wacana yang dapat disusun dan dimanipulasi oleh pembuat berita, dan dapat dikomunikasikan dalam kesadaran komunikasi.
Perangkat framing Pan dan Kosicki (MPK) (1993) melalui tulisan mereka "Framing Analysis: An Approach to News Discourse"
mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat farming, yaitu: Sintaksis, Skrip, Tematik, dan Retoris. Keempatnya ini membentuk semacam tema yang mcmpertautkan elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai surat organisasi ide.11 Dan keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukan framing dari suatu media. Kecenderungan atau kecondongan waiiawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat struktur tersebut.
11 Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki, Framing Analysis: An Approach to News
Tabel2
Perangkat Framing MPK 12
Struktur Perangkat Framing Unit yang Diamati
Sintaksis 1. Skema Berita Headline, lead, latar,
(Cara wartawan informasi, kutipan,
menyusun fakta) sumber, pernyataan, dan
penutup '
Skrip 2. Kelengkapan Berita 5W+ lH
(Cara wartawan mengisahkan fakta)
Tematik 3. Detail Paragraf, proposisi
(Cara wa1tawan
4.
Maksud kalimat, hubungan menulis fakta) 5. Nominalisasi antarkalimat6. Koherensi
7.
Bentuk kalimat [image:26.595.50.446.99.544.2]8. Kata ganti
Retoris
9.
Leksikon Kata, idiom, gambar/(Cara wartawan I 0. Grafis foto, grafik
menekankan fakta) 11. Metafora 12. Pengandaian
Sintaksis. Dalam pengertian umum arti sintaksis ialah susunan kata atau frase dalam kalimat. Sedangkan clalam wacana berita sintaksis menunjuk pacla pengertian susunan dari bagian berita - Headline, lead, latar informasi, kutipan sumber, pernyataan, penutup - clalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan. Bentuk sintaksis yang paling populer ialah struktur piramicla terbalik - climulai clengan headline, lead, episode, latar, penutup. Elemen sintaksis memberi petunjuk yang berguna tentang bagaimana wartawan memaknai peristiwa clan henclak kemana berita tersebut akan clibawa.
Headline merupakan aspek sintaksis clari wacana berita clengan tingkat kemeonjolan yang tinggi clan menunjukkan kecenderungan berita clan
12 Alex Sobur, M. Si, Drs, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Ana/isis Wacana,
cenderung lebih diingat pembaca. Bagaimana kisah untuk kemudian digunakan dalam membuat pengertian isu dan peristiwa sebagaimana mereka beberkan. Selain headline, lead merupakan perangkat sintaksis lain yang sering digunakan. Lead yang baik umumnya memberikan sudut pan dang dari berita, menunjukkan perspektiftertentu dari peristiwa yang diberitakan.,
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang ingin ditampilkan wattawan. Bagaimana seorang wa1tawan mengemukakan latar belakang dari peristiwa yang ditulis menjadi berita. Bagian berita lain yang penting ialah pengutipan sumber. Bagian ini dimaksudkan untuk membangun objektivitas sesuai dengan prinsip wartawan yang seimbang dan tidak memihak. Pemgutipan sumber menjadi perangkat framing atas tiga ha!. Pertama, mengklaim validitas atau kebenaran. dari pernyataan yang dibuat dengan mendasarkan diri pada klaim otoritas akademik. Kedua, menghubungkan poin tertentu dari pandangannya kepada pejabat yang berwenang. Ketiga, mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu yang dihubungkan dengan kutipan atau pandangan mayoritas, sehingga pandangan tersebut tampak sebagai menyimpang.
berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan. 13 Ada beberapa macam koherensi. Pertama, koherensi sebab akibat. Ditandai d1;ngan penggunaan kata hubung "sebab" atau "karena". Kedua, koherensi penjelas. Pemakaian kata hubung "dan" atau "lalu''. Ketiga, koherensi pembeda. Biasanya menggunakan kata hubung "dibandingkan" atau "se.dangkan".
Secara keseluruhan unit yang dianalisis pada struktur tematik adalah tema sebuah cerita. Tema (theme), menurut Stanton dan Kenny adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.14
Dalam elemen ini juga terbentuk kalimat. Bentuk kalimat merupakan sesuatu yang berhubungan dengan cara berpikir logis. Kata ganti adalah elemen untuk. memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imaj inatif. Kata ganti merupakan al at yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan dimana posisi seseorang dalam wacana.
Proposisi menurut Poespoprodjo (1999) adalah suatu penuturan yang utuh. Atau ungkapan penuturan dalam kata-kata, atau juga manifestasi luaran dari sebuah keputusan.15 Proposisi juga merupakan usulan, ungkapan yang dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya.16 Dalam struktur ini, gaya bahasa juga mendapat perhatian dalam pengkajiannya. Gaya bahasa atau majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu, untuk memperoleh efek-efek te1tentu, keseluruhan
13 Gunawan Sudarsana, Pedo1nan Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan,
(Yogyakarta: Indonesia Tera, 2007), h. 61. (lihat kamus besar bahasa Indonesia (2002)). 14
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h.67.
ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan ciri khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan baik secara lisan maupun tertulis.
Retoris. Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditoqjolkan oleh wartawan. Penggunaan perangkat rntoris untuk membuat citra, meningkatkan penonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Ada beberapa elemen retoris yang dipakai, diantaranya leksikon, pemilihan kata (designator) dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menggambarkan peristiwa.
Leksikon merupakan kosakata; kamus sederhana; daftar istilah dalam suatu bidang disusun menurut abjad dan dilengkapi dengan keterangannya; komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa; kekayaan kata yang dimiliki suatu bahasa.17
Dengan demikian pemilihan kata yang dipakai tidak semata-mata hanya karena kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta. Pemakaian kata .. kata tersebut seringkali diiringi dengan penggunaan label-label tertentu, misalnya "terorisme" yang dilawankan dengan "pembela kebenaran" - kata-kata yang sering dipakai oleh banyak Presiden Amerika untuk memaknai tujuan politik luar negerinya. Dalam struktur retoris juga ada idiom yang berarti bentuk bahasa berupa gabungan kata yang makna katanya tidak dapat dijabarkan dari makna unsur gabungan (misal: kambing hitam artinya orang yang dipersalahkan); kebiasaan khusus dalam suatu bahasa.
Se lain lewat kata, penekanan pesan dalam berita juga bisa dilakukan dengan menggunakan unsur grafts. Biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran yang lebih besar. Terrnasuk didalamnya adalah pemakaian caption, raster, graftk, foto, gambar, tabel untuk mendukung arti penting suatu pesan. Elemen grafts yang muncul jelas untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ditonjolkan, dimana ia menginginkan khalayak menaruh perhatian lebih pada bagian tersebut.
Elemen yang lain dalam unsur ini ialah metaforn. Y akni pesan tidak hanya disampaikan lewat teks atau bahasa formal, tetapi juga kiasan, ungkapan dan metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu yang dapat dipakai untuk memperkuat pesan utama.
C. Konsep Berita di Surat Ka bar
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa cerita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua ha!, yaitu peristiwa dan jalan ceritanya.18 Dan menurut KBBT berita mempunyai beberapa pengertian, yaitu cerita atau diartikan sebagai kabar, laporan dan pemberitahuan, atau pengumuman. Diantara beberapa macam pengertian itu, salah satu yang cocok dengan konteks pembicaraan jurnalistik adalah berita sebagai keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.19
18 Sudirman Tebba, J11rna/istik Baru, (Jakarta: Kalam Indonesia, 2005), Cet ke-1, h. 55 19 Suhaimi, M.Si dan Rulli Nasrullah, M.Si, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga
[image:30.595.56.463.176.527.2]News merupakan kata yang menunjukkan adanya unsur waktu, apa yang new (baru), yaitu lawan dari lama. Dan Berita memang selalu baru, selalu hangat.20 Istilah "berita" berasal dari bahasa Sansekerta, yakni Vrit yang kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi write, yang memiliki arti "ada" atau "terjadi". Sebagian ada yang menyebutnya vritla artinya "kejadian" atau "yang telah terjadi". Vritta masuk dalam bahasa Indonesia menjadi
"berita'' atau "warta".21
Menurut buku Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, seperti ungkapan Edward Jay Friedlander dkk dalam bukunya Excellence in Reporting menyatakan:
"News is what you should know that you don't know. News is what has happened recently that is important to you in tour daily life. News is what fascinates you, what excites you enought to say to afriencl, "hey, did you hear about ... ? News is what local, national, and international shaker and movers are doing affect your life. News is the unexpected event that, fortunately or unfortunately, did happned ".
("Berita adalah apa yang harus anda ketahui. Berita adalah apa yang terjadi belakangan ini yang penting bagi anda dalam kehidupan anda sehari-hari. Berita adalah apa yang menarik bagi anda, apa yang cukup menggairahkan anda untuk mengatakan kepada seorang teman. "hey, apakah kamu sudah mendengar ... ? Berita adalah apa yang dilakukan oleh pengguncang tingkat lokal, nasional, dan intemasional untuk mempengaruhi kehidupan anda. Berita adalah kejadian yang tidak disangka-sangka yang untungnya atau sayangnya telahh terjadi").22
Tidak semua fakta, peristiwa, kejadian, atau fonomena yang bisa dijadikan berita. Dalam berita ada beberapa karakteristik instrinsik yang dikenal sebagai nilai berita (news value). Nilai berita ini menjadi nilai ukuran yang berguna, atau yang biasa diterapkan, untuk menentukan Iayak berita
(news worthy). Meliput dan menulis berita harus memerhatikan beberapa
20 Hikmat Kusuma Ningrat dan Purnama Kusuma Ningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik
Hb。ョ、オョセZ@ PT Remaja Rosdakarya, 2006) Cet ke-2 h. 57
1
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 46
Ada dua cara pandang berbeda dalam melihat konsep yang bernama "berita". Pertama, Berita sebagai basil konstruksi realitas dari suatu proses manajemen produksi institusi media cetak surat kabar maupun majalah. Disini, berita yang merupakan hasil dari suatu proses kerja manajemen redaksional dengan sejumlah panduan atau kriteria, mulai dari pencarian dan peliputan peristiwa lapangan oleh reporter, proses editing din:daktur dan redaktur pelaksanaan, kemudian sampai pada proses seleksi layak muat pada sidang meja redaksi. Dengan demikian, pandangan ini pun meyakini bahwa berita merupakan cerminan dari realitas (mirror of reality). Kesimpulannya, berita konstruksi realitas yang objektif sifatnya.
Kedua, berita sebagai hasil rekonstruksi realitas yang akan melibatkan produksi dan pertukaran makna. Bahwa berita yang merupakan hasil konstruksi realitas dari sebuah proses manajemen redaksional ternyata tidak selalu menghasilkan makna yang sama sepe11i yang diharapkan oleh wartawan dalam diri khalayak pembacanya. Berita yang ada di media dapat memberikan realitas yang sama sekali baru dan berbeda dengan realitas sosialnya. Berita merupakan hasil rekonstruksi yang subyektif dari proses ke1ja waitawannya.24
Dan lebih lanjutnya, menurut Pamela, berita berasal dari peristiwa yang dianggap memiliki nilai. Nilai ini juga memerlukan bagaimana peristiwa itu dikemas. Hanya berita yang mempunyai aturan-aturan tertentu saja yang dapat dijadikan berita. Dan berikut ini adalah prosedur utama bagaimana berita dikonstruksi.25 Unsur- unsur yang ada dalam definisi berita yaitu:
24 M. Antonius Birowo, ed., Metode Pene/Uian Kon1unikasi, Teori dan Aplikasi
(Yogyakarta: Gitanyali, 2004), ha!. 168-169
25 Pamela J. Shoe Maker, "Hardwires Foe News: Using Biologyca/ and Cultural
I. Informasi : Sebuah berita mengandung ha! baru, issue yang hangat atau keterangan yang sebenarnya tidak diketahui khalayak.
2. Peristiwa: Berita adalah laporan tentang kejadian. Karenanya tidak ada berita tentang kejadian. Aneka kejadian yang berlangsung dimuka bumi inilah yang memungkinkan berita terus ada.
3. Dibatasi oleh waktu: Setiap laporan kejadian harus sampai sesegera mungkin kepada khalayak. Bila sebuah kejadian lambat dilaporkan kepada khalayak, sehingga khalayak sudah mengetahui sendiri tanpa membaca surat kabar misalnya, maka itu bukan lagi berita.
4. Faktual/ fakta: Berita adalah kenyataan. Bukan karangan manusia atau fiktif. Artinya kejadian tersebut memang benar- benar ada dan tokoh-tokoh pelaku kejadian tersebut benar-benar ada di dunia ini, bukan di alam khayal.
5. Merupakan pernyataan: Berita bukan kejadian sebenarnya, melainkan laporan atas kejadian. Kejadian atau ucapan tersebut dinyatakan kembali oleh waiiawan dalam· bentuk tulisan, gambar ,atau suara, sesuai dengan media yang digunakan.
6. Disampaikan dan diterima oleh manusia: Sebuah kejadian, katakanlah disebuah daerah terpencil, namun tidak seorang pun yang melaporkan, tetap tidak bisa menjadi berita.
7. Sumbernya jelas: Gosip atau rumor bukanlah berita. Berita harus diketahui secara jelas sumbernya.
narasumber. Oleh karena itu wartawan harus jelas clan lebih jeli melihat apakah ucapan narasumber tersebut sesuai clengan kenyataan atau tidak.26
Sesuai clengan tujuan kegiatan jurnalistik dalam rangka mempengaruhi khalayaknya, unsur keindahan sajian produknya (berita) sangat diutamakan. Indah dalam arti dapat climinati clan dinikmati. Karena itu selain dibentuk dalam berbagai jenis, berita pun disajikan dengan konstruksi tertentu. Dalam ha! ini keseluruhan bangunan naskah berita terdiri atas tiga unsur, yaitu:
1. Headline ( Judul berita)
Sesuatu yang menarik minat pembaca dan diletakkan dihalaman paling depan, tentunya berita yang menarik untuk memancing pembaca ketika akan membaca atau membeli surat kabar.27
Seorang pembaca dalam memilih surat kabar melihat berita yang tercantum pada halaman depan dari surat kabar tersebut. Merupakan intisari dari berita. Dibuat dalam satu atau dua kalimat pendek, memberitahukan persoalan pokok peristiwa yang diberitakan. Karena berita yang disaj ikan ban yak dari masing-masing berita harus bisa diminati, dan dinikmati pembaca, pendengar, atau penontonnya, maka
headline pun dibuat tidak seragam. Masing-masing berita ditonjolkan lain dari yang lainnya. Selain bunyi pertanyaan ( terutama pada siaran radio dan televisi ), juga jenis, ukuran, serta penyusunan huruf a tau kata-katanya ( khusus untuk surat kabar atau majalah ). lDibuat sedemikian rupa sehingga masing-masing berita ( melalui headlinenya) memiliki daya tarik
26 Drs. Jun Kuncoro dan Dra. Ina R. Mariani, "Teknik lvlencari dan Menu/is Berita 11 ,
tersendiri, yang sama merangsang pembaca, pendengar, atau penontonnya, untuk memperhatikan, atau meminatinya. Headline diusahakan agar khalayak dapat menikmati pemberitaanya. Headline berfungsi memanggil khalayak untuk mau membaca, mendengar, atau menonton beritanya. Dengan adanya suatu headline, khalayak telah cukup mengetahui suatu informasi yang diberitakan terse but. 28
2. Lead ( Teras berita)
Lead berarti "yang di atas'', yang didepan, dan pemimpin, sejumlah kalimat pertama pada sebuah berita, untuk menarik minat agar khalayak (penonton, pendengar, pembaca) mengikuti berita itu.29Lead (teras berita), merupakan sari dari berita. Lead merupakan laporan singkat yang bersifat klimaks dari peristiwa yang dilaporkannya, lead disusun sedemikian rupa sehingga bisa menjawab pertanyaan hakiki yang sdalu timbul dari hati nurani pembacanya. Yang dirumuskan sebagai .5W + IH (What, Who, When, Where, Why, dan How ). Dengan demikian pembaca, atau pendengar, ataupun penonton akan segera tahu mengenai persoalan pokok dari peristiwa yang dilaporkannya.30
Enam susun bentuk berita didasarkan pada penekanan atau penonjolan salah satu unsur 5W+IH-nya:
27 Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar UntukAna/isis Wacana,
Analisis Semiatik, dan Analisis Framing), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-4,
him. 167.
28
Kustadi Suhandang. Pengantar Jurnalistik, Seputar Organisasi, Produk, dan Kade etik,
penerbit Nuansa, cetakan pertama, September 2004. him 115.
29 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, Penerbit Kalain iョ、ッョ・ウゥ。セ@ Ciputat, Cet I, Desember
2005, him. 96.
30
Kustadi Suhandang, . Pengantar Jurna/istik, Seputar Organisasi, Produk, dan Kade
ketimbang jawaban terhadap pertanyaan unsur-unsur 5W+IH lainnya.31
3. Body ( kelengkapan atau penjelasan berita)
Body disebut juga sisa berita, bagian ini menjelaskan semua keterangan secara rinci dan dapat melengkapi dan mempe1jelas fakta atau data yang disuguhkan dalam lead tadi. Bagian Ini disajikan dalam bentuk uraian cerita dengan menggunakan gaya penyajiannya yang bisa memikat para pembaca maupun pendengar atau penontonnya.32
Berita adalah fakta, opini, pesan, informasi yang mengandung nilai-nilai yang diumumkan, diinformasikan, yang menarik perhatian sejumlah orang yang memiliki persyaratan diantaranya:33
a. Akurat, singkat, padat, jelas, dan sesuai dengan realita. Karena berita bukanlah suatu fiksi atau karangan. Fakta dalam dunia jumalistik terdiri dari kejadian nyata (real event), pendapat (opinion), dan pernyataan (statement) sumber berita.
b. Tepat waktu dan aktual. Dengan unsur ini terkandung makna harfiah berita, yakni sesuatu yang baru.
c. Objektif.
d. Penting, a1tinya menyangkut kepentingan orang banyak. Misalnya peristiwa yang dinilai perlu untuk diketahui dan diinformasikan kepada banyak orang, seperti kebijakan baru pemerin1ah, keadaan ekonomi dan lain sebagainya.
31
Kustadi Suhandang. Pengantar Jurna/istik, Seputar Organisasi, Produk, dan Kade etik,
penerbit Nuansa, cetakan pertama, September 2004. him 122-124.
e. Menarik, disajikan dengan kata-kata dan kalimat yang khas, segar dan enak dibaca. Bagaimana berita yang disajikan itu terdapat sifat menghibur, mengandung keganjilan atau keanehan, atau human interest (menyentuh emosi).
f. Baru
Prinsip lain dalam proses produksi berita adalah apa yang disebut sebgagai kategori berita. Terdapat lima kategori berita seperti yang diungkapkan oleh Tuchman, antara lain:34
a. Hard News: Berita mengenai suatu peristiwa tertentu. Kategori berita ini sangat dibatasi oleh waktu dan aktualitas. Semakin cepat diberitakan semakin baik. Bahkan ukuran keberhasilan dari kategori berita ini adalah dari sudut kecepatan diberitakan.
b. Soft News; Kategori berita ini berhubungan dengan kisah manusiawi, yang menjadi ukuran dalam kategori berita ini bukanlah informasi dan kecepatan ketika diterima oleh khalayak, melainkan apakah informasi yang disajikan kepada khalayak tersebut menyentuh emosi dan perasaan khalayak.
c. Spot News: Subklasifikasi dari berita yang b1;rkategori hard news. Dalam spot news, peristiwa yang akan diliput tidak bisa direncanakan. Misalnya peristiwa banjir, kecelakaan, pembunuhan, gempa bumi adalahjenis-jenis peristiwa yang tidak bisa dipre:diksi.
33 Sr. Assurnpta Kumanti, Dasar-Dasar Public Relation I'."3ori dan Praktik, Qakarta:
Grasindo, 2002), h. 130.
34 Eriyanto, Ana/isis Framing, Konstruksi, Jdeo/ogi dan Politik Media, (Yogyakarta: LkiS
d. Developing News: Subklasifikasi lain dari hard news. Baik spot news maupuil developing news berkaitan dengan peristiwa yang tidak terduga. Tetapi, dalam developing news dimasukkan elemen lain, peristiwa yang diberitakan adalah bagian dari rangkaian berita yang akan diteruskan keesokan atau dalam berita selanjutnya.'
e. Continuing News: Subklasifikasi lain dari hard news. Dalam
continuing news peristiwa-peristiwa bisa diprediksikan dan direncanakan. Satu peristiwa bisa terjadi kompleks dan tidak terduga tetapi mengarah pada satu tema te1tentu.
GAMBARAN UMUM
A. Kontroversi Program Nuklir
Energi dalam suatu negara memainkan peran penting dalam keempat dimensi pembangunan berkelanjutan, yaitu diantaranya: aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan institusional (kelembagaan). Untuk memenuhi kebutuhan energi pada abad ke-21 secara berkelanjutan (pasokan energi berkelanjutan) akan memerlukan penggunaan sumber daya energi dalam skala besar termasuk energi nuklir. Energi nuklir memiliki potensi menyediakan pasokan energi dengan biaya efektif, handal dan aman, baik langsung maupun tidak langsung.
Energi nuklir adalah suatu jenis teknologi energi yang secara praktis menawarkan sumber energi tak terbatas serta dalam penggunaannya dapat mengurangi polusi lingkungan dan volume kegiatan pengelolaan limbah, tennasuk juga emisi gas rumah kaca. Energi nuklir juga merupakan tipe teknologi nuklir yang melibatkan penggunaan untuk melepaskan energi, termasuk propulsi, panas, dan pembangkitan energi listrik.1
Para ahli telah mampu memanfaatkan teknologi nuklir untuk bahan bakar. Jenis energi terbarukan yang satu ini sangat efektif dan produktif, juga dikenal sebagai energi yang ramah lingkungan, bila dimanfaatkan untuk bahan bakar pembangkit listrik. Teknologi nuklir yang popular lewat penggunaannya bagi
1 Http://www.wikipedia
persenjataan militer ini, ternyata mempunya manfaat yang begitu besar bagi kesejahteraan umat manusia terutama dalam penyediaan kebutuhan energi listrik. Kalau penggunaan bahan bakar fosil untuk keperluan pembangkit listrik, selain bisa menimbulkan polusi lingkungan, juga sangat boros. Tetapi penggunaan bahan bakar nuklir sangat irit, dan tidak membuat polusi lingkungan. Konon setengah kilogram uranium yang sudah dimurnikan bisa menghasilkan energi yang setara dengan belasan juta liter solar. Hal ini sangat berpengaruh terhadap harga jual listrik kepada konsumen. Di samping itu pun persediaan bahan bakar ini cukup tersedia dalamjangka waktu yang panjang.
Namun sebagai konsekwensi logis dari suatu penggunaan teknologi tinggi, disamping manfaatnya yang besar, juga ada risikonya. Kalau salah dalam penerapannya tentu bisa membahayakan, tidak terkecuali Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Untuk itulah setiap pengoperasian PLTN di semua negara mana pun di dunia, masalah keselamatan mernpakan syarat mutlak dan paling utama. Di samping itu pula PL TN generasi barn yang kini digunakan di negara-negara maju factor keselamatan dan keamanannya lebih terjamin. Pengawasan pengoperasian PL TN dilakukan dengan sangat ketat oleh badan pengawas internasional, mau pun dalam negeri masing-masing negara pengguna. Karena kegagalan PL TN di suatu negara masih dianggap kegagalan PL TN secara menyeluruh. 2
Energi nuklir memiliki dualisme yakni, di satu sisi dapat menjadi energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan manusia, dan di sisi lain energi nuklir dapat
2
Http:llwww.batan.eo.id/mediakitalcurrentlmediakita.php Diakses tanggal 27 Maret
ditujukan untuk keperluan militer dalam ha! ini adalah untuk pembuatan senjata nuklir. Akhir-akhir ini kepemilikan senjata nuklir m<;rupakan pilihan yang menarik bagi negara-negara di dunia daripada senjata konvensional. Hal ini karena senjata nuklir lebih murah dan lebih efektif penggunaannya daripada senjata konvensional. Dengan 'alasan ancaman keamanan, suatu negara menjatuhkan pilihannya pada senjata nuklir sebagai prioritas tertinggi dalam pemenuhan kebutuhan militer. Berkaitan dengan kebutuhan militer, nuklir menjadi masalah yaitu mengakibatkan permasalahan sosial. Para ahli-ahli hukum mengemukakan keprihatinannya, mengenai ancaman terhadap hak-hak asasi manusia yang disebabkan oleh senjata nuklir, bahan-bahan nuklir, dan oleh program-program daya nuklir.3
Dalam struktur organisasi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) terdapat sebuah badan yang mengurusi masalah tentang nuklir. Badan itu adalah IAEA (International Atomic Energy Agency) yang dibentuk pada tahun 1957 memiliki peran penting untuk mengawasi penggunaan energi nuklir dunia. Tujuan utama IAEA adalah untuk membantu perlucutan dan pemu:mahan senjata nuklir dari muka bumi; serta untuk membantu negara-negara di dunia mengembangkan energi nuklir untuk tujuan damai. IAEA (International Atomic Energy Agency) memiliki tiga pilar yang mendasari pelaksanaan kegiatannya sebagaimana dimandatkan oleh Statuta IAEA, diantaranya yaitu:
3
Non-proliferasi merefleksikan kekhawatiran utama dua negara adidaya pada saat itu demi mencegah negara manapun terutama negara--negara Proxy dari rival masing-masing untuk memiliki senjata nuklir.
I. Perlucutan senjata nuklir, dengan mempertimbangkan hegemoni global AS maka tidak heran jika pilar ini yang semula diharapkan sebagai sebuah konsesi, adalah satu bagian kesepakatan yang paling tererosi dan paling lamban diimplementasikan.
2. NPT (Non Proliferisasi Treaty) adalah hak atas energi nuklir demi tujuan damai, tidak diragukan lagi merupakan insentif yang menarik, khususnya bagi negara-negara berkembang.
Namun, disamping NPT memang memuat sejumlah hak dan kewajiban yang mengikat seluruh anggota perjanjian ini. Tetapi, negara-negara adidaya malah memanfaatkan NPT untuk mencapai tujuan illegalnya, yaitu memonopoli teknologi nuklir dan mencegah negara-negara lain untuk menguasai teknologi ini. Tujuan asli dari negara adidaya dalam ha! ini adalah membuat negara-negara lain tergantung kepada mereka dalan1 pemenuhan kebutuhan energi nuklir.
IAEA, sebagaimana umumnya lembaga-lembaga internasional, sebenarnya berada di bawah tekanan AS, contoh kasusnya: krisis nuklir Iran. Tujuan AS dalam menekan Iran sesungguhnya terkait dengan ambisi unilateralisme negara ini. Dalam ha! ini, AS berusaha untuk menguasai produksi energi nuklir dan menciptakan kondisi di mana negara-negara lain bergantung sepenuhnya kepada AS.
Menanggapi ha! tersebut disini terdapat fakta-fakta yang akan membuka wawasan mengenai penggunaan nuklir dunia:
I. Amerika Serikat merupakan negara dengan total p'embangkit energi nuklir terbesar di dunia yakni I 04 unit reaktor nuklir dengan daya 10 I ribu megawatt. I 04 unit reaktor nuklir Amerika menyumbang sekitar 5% dari total produksi energi listrik dunia yakni mencapai 806,6 miliar Kwh pada tahun 2007.
2. Prancis merupakan negara dengan persentase penggunaan energi nuklir terbesar untuk kebutuhan listrik rakyatnya yakni mencapai 77%. Pada tahun 2007, 59 reaktor nuklir Prancis menghasilkan 420 miliar Kwh atau sekitar 2.6% energi listrik dunia.
4. Hanya ada 3 negara yang menggantungkan kebutuhan listrik terbesarnya dari nuklir [mencapai 50% lebih) yakni Prancis (77%), Lithuania (64%), Slovakia (54%) dan Ukraina (48%).
5. Penggunaan energi nuklir untuk pembangkit masih didominasi negara Eropa
+ Amerika Utara dan negara-negara yang maju yang relatif maju
dalam teknologi nuklir.6. Pakistan dan India menjadi negara Asia yang relatif "miskin" (negara berkembang) secara ekonomi, namun mampu merniliki reaktor nuklir untuk pembangkit listrik.
7. China menjadi negara dengan pertumbuhan reaktor nuklir terbesar didunia yakni mencapai 100% jumlah unit reaktor dengan peningkatan hingga 128% daya PLTN yakni dari 8500 MW menjadi 19500 MW.
8. Iran menjadi negara ke-31 pemilik pembangkit listrik tenaga nuklir di dunia. PL TN milik Iran dikecam oleh Amerika dan negara-negara sekutunya.
9. China, India, Argentina, Slovakia, Finlandia, dan Pakistan akan meningkatkan kapasitas PLTN-nya dalam 1 dekad1: ke depan minimal 50%.
Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa betapa beratnya tugas IAEA dalam menjalankan resolusi PBB, apabila nanti telah disepakati oleh semua pihak. Apakah era baru yang didambakan kita semua sejalan dengan semua negara yang bersedia dengan "legowo" melucuti nuklirnya atau malah justru sebaliknya, semakin banyak nantinya jumlah instalasi nuklir dunia dengan alasan untuk tujuan
"damai".4
Arah dunia semakin berbeda dengan tujuan "era baru" yang bebas nuklir. Hal ini dibuktikan dengan negara-negara pemilik nuklir yang tidak bersedia menteken setiap kesepakatan berhubungan dengan pengurangan penyebaran nuklir dunia. Kemudian Hal ini sesuai pernyataan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad yang mengatakan, "Jika nuklir ini dinilai jelek dan kami tidak boleh menguasai dan memilikinya, mengapa kalian sebagai negara adikuasa memilikinya? Sebaliknya, jika teknonuklir ini baik bagi kalian, mengapa kami tidak boleh juga memakainya?" Demikian pernyataan itu terlontar ketika semakin kerasnya dunia menekan pemerintah Iran untuk menghentikan pengayaan uraniumnya.5
Dalam pidato kenegaraan pada Januari 2002, Presiden Amerika Serikat George W. Bush menegaskan, AS menganggap program nuklir Iran suatu bahaya yang tidak dapat diterima. Juru Bicara Kementrian Luar Negeri AS Richard Boucher mengatakan, AS sangat cemas atas usaha intensiflran untuk memperoleh senjata nuklir.
4 www.n1ikoecahsmasiji. lvordpress. conz/20091. .. /kontroversi-nuklir-dunia/
tanggal 5 Mei 2010 Pukul 14:15
5
www.mikoecahsmasiji.wordpress.com/2009/. . .lko11troversi-1111klir-d11nial tanggal 5 Mei 2010 Pukul 14:15
Diakses
Pemerintah Iran secara resmi membantah telah membangun laboratorium untuk pengolahan uranium dan air. Namun, oposisi Iran mengungkapkan tentang adanya proyek tersebut. Pemerintah AS melihat bahwa laboratorium pengolahan air bisa membantu aktivitas reaktor memproduksi plutonium yang bisa pula membuat senjata.
Pemerintah AS telah menyampaikan pada IAEA masyarakat internasional dan opini um um bahwa AS mendukung pemeriksaan intensif atm: aktivitas nuklir Iran. Kecemasan AS alas program nuklir Iran terfokus pada empat isu. Pertama, pusat-pusat rise! dan reaktor nuklir yang sedang dalam pembangunan. Kedua, rencana Iran membangun program pengolahan uranium dan termi.nali penyimpanan bahan plutonium. Ketiga, upaya sejumlah agen-agen Iran membeli bahan-bahan yang bisa digunakan untuk tujuan ganda, yakni sipil dan militer. Keempat, program pengembangan rudal darat ke darat yang membawa kepala nuklir. Sedangkan kecemasan secara geografis, negeri Iran dinilai berada di posisi sangat strategis. Iran berada dipertemuan Asia, Timur Tengah, Asia Tengah, dan kawasan teluk kaya minyak.6
B. Sekilas Harian Um urn Media Indonesia
Media Indonesia pertama kali diterbitkan pada tanggal 19 Januari 1970. Sebagai
surat kabar umum pada masa itu, Media Indonesia baru bisa terbit 4 halaman dengan tiras
yang amat terbatas. Berkantor di JI. MT. Haryono, Jakarta, disitulah sejarah panjang Media Indonesia berawal. Lembaga yang menerbitkan media Indonesia adalah yayasan
Warta Indonesia.
6
Tahun 1976, surat kabar ini kemudian berkembang menjadi 8 halaman.
Sementara itu perkembangan regulasi dibidang pers dan penerbitan te1jadi. Salah satunya
adalah perubahan SIT (Surat Izin Terbit) menjadi SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan
Pers). Karena perubahan ini penerbitan dihadapkan pada realitas bahwa pers tidak semata
menanggung beban idealnya tapi juga harus tumbuh sebagai badan usaha.
Dengan kesadaran untuk terus maju, pada tahun 1988 Teuku Yousli Syah selaku
pendiri Media Indonesia bergandeng tangan dengan Surya Paloh, rnantan pimpinan surat
kabar Prioritas. Dengan kerjasarna ini, dua kekuatan bersatu: Kekuatan berpengalaman
bergandeng dengan kekuatan modal dan semangat. Maka pada tahun tersebut lahirlah
Media Indonesia dengan manajemen baru dibawah PT. Citra Media Nusa Purnarna.
Surya Paloh sebagai Direktur Utama sedangkan Teuku Yousli Syah sebagai
Pemimpin Umum, dan Pemimpin Perusahaan dipegang oleh Lestary Luhur. Sementara
itu, markas usaha dan redaksi dipindahkan ke JI. Gondandia Lama No. 46 Jakm1a. Awai tahun 1995, bertepatan dengan usianya ke 25 Media Indonesia menempati kantor barunya
di komplek Delta Kedoya, Jl. Pilar Mas Raya Kav A-D, Kedoya Selatan, Jakarta Barat.
Di gedung bm·u ini semua kegiatan di bawah satu atap, Redaksi, Usaha, Percetakan, Pusat
Dokumentasi - Perpustakaan, Iklan, Sirkulasi dan Distribusi serta fasilitas penunjang
karyawan. Sejarah pmtjang serta motto " Pcmbawa Suara Rakyat " yang dimiliki oleh
Media Indonesia bukan menjadi motto kosong dan sia-sia, tetapi menjadi spirit pegangan
sampai kapan pun.
Sejak Media Indonesia ditangani oleh tim manajemen barn dibawah payung PT.
Citra Media Nusa Purnarna, banyak pertanyaan tentang apa yang menjdi visi harian ini
dalam indusri pers nasional. Terjun pertama kali dalam industri pers tahun 1986 dengan
menerbitkan harian Priori/as. Namun Prioritas memang kurang bernasib baik, karena
Penerangan. Antara Prioritas dengan Media Indonesia memang ada "benang merah",
yaitu dalam karakter kebangsaannya.
Surya Paloh sebagai penerbit Harian Umum Media h1donesia, tetap gigih
berjuang mempe1iahankan kebebasan pers. Wujud kegigihan ini ditunjukkan dengan
mengajukan kasus penutupan Harian Prioritas ke pengadilan, bahkan menuntut Menteri
Penerangan untuk mencabut Peraturan Menteri No. 01184 yang dirasakan membelenggu
kebebasan pers ditanah air.
Tahun 1997, Djafar H. Assegafyang baru menyelesaik:an tugasnya sebagai Duta
Besar di Vietnam dan sebagai wartawan yang pernah memimpin beberapa harian dan
majalah, serta menjabat sebagai Wakil Pemimpin Umum LKBN Antara, oleh Surya Paloh
dipercayai untuk memimpin harian Media Indonesia sebagai Pemimpin Redaksi. Saat it
Djafar H. Assegaf dipercayai Corporate Advisor. Sejak 2005 Pemimpin Redaksi dijabat .
oleh Djadjat Sudradjat. Sedangkan Pemimpin Umum yang semula dipegang langsung
oleh Surya Paloh, di tahun 2005, dijabat oleh Saur Hutabarat dan \Vakil Pemimpin Umum
dijabat oleh Andy F. Noya.
Pada tahun 2006 sampai dengan saat ini, terjadi beberapa perubahan struktur
organisasi. Posisi jabatan saat ini, sebagai berikut: Direktur Pemberitaan dijabat oleh Saur
Hutabarat, Direktur Pengembangan Bisnis dijabat oleh Alexand"r Stefanus sedangkan
Direktur Utama dijabat oleh Rahni Lowhur-Schad.
Visi dan Misi Media Indonesia
Visi Media Indonesia
"Menjadi Surat Kabar Jndependen yang Inovatif, Lugas, Terpercaya, don Paling
Berpengaruh ".
Independen, yaitu menjaga sikap non partisipan; di mana karyawan tidak menjadi
pengurus partai politik; menolak segala bentuk pemberian yang dapat mempengaruhi
objektivitas; dan mempunyai keberanian bersikap beda.
a. Inovatif, yaitu terus menerus menyempumakan clan mengembangkan
kemampuan teknologi clan Sumber daya Manusia; serta secara terus menerus