Oleh
GERALDINE AMANITA JAYANATA
A 27.0411
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTASPERTANIAN
RINGKASAN
GERALDINE AMANITA JA YANA TA. Studi Ekspioratif Penyimpanan
Benih dalam Air. (Dibimbing oleh SJAMSOE'OED SADJAD).
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pemanfaatan air, dalam hal ini
sebagai pengganti baUb'1lnan gudang simpan, selain itu untuk melihat peluang pemanfaatan air sebagai gudang penyimpanan plasma nutfah.
Rancangan penelitian terdiri atas tiga faktor yang disusun secara
faktorial 2 x 3 x 2 dengan rancangan Petak Terbagi Dua Kali atas dasar Acak
Lengkap. Faktor pertama yaitu faktor lama penyimpanan terdiri dari 2 taraf: 3 bulan dan 6 bulan sebagai petak utama. Faktor kedua yaitu faktor komposisi gas di dalam
botol kemasan terdiri dari 3 taraf: komposisi gas yang terdapat di udara, CO2 90%, N2
90% sebagai anak petak. Faktor ketiga yaitu faktor tempat penyimpanan terdiri dari 2 taraf: gudang dan air sebagai anak anak petak. Tiap kombinasi perlakuan diulang 3
kali, sehingga ada 12 kombinasi dengan 36 satuan percobaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih kedelai yang disimpan dalam
botol kemasan yang berisi gas CO2 90% atau gas N2 90% dimasukkan kolam selama
6 bulan memberikan nilai Viabilitas Potensial (V p) sama baiknya seperti benih yang
disimpan dalam botol yang berisi gas CO2 90% atau gas N2 90% dimasukkan ke
Komposisi gas di dalam botol kemasan benih maupun tempat penyimpanan
benih sebagaimana yang dicobakan dalam penelitian ini tidak nyata berpengaruh pada
nilai Vigor Daya Simpan (V DS), baik nilai Vigor Daya Simpan benih setelab didera
alkohol (VDS•1k) maupun nilai Vigor Daya Simpan setelab Analisis Sistem Multiplikasi
Devigorasi, juga tidak ada interaksi. Sedangkan faktor waktu simpan menunjukkan
pengaruh yang nyata pada nilai V DS. Jadi innate factor (faktor genetik) yang
berpengaruh terhadap nilai VDS . Meskipun faktor gas di dalam botol kemasan tidak
menunjukkan pengaruh yang nyata, namun benih-benih yang disimpan di dalam botol
kemasan yang berisi gas CO2 90% atau N2 90% memiliki nilai VDS yang lebih baik
daripada yang dimiliki benih-benih yang disimpan di dalam botol kemasan yang berisi
komposisi gas yang terdapat di udara. Begitu juga benih-benih yang disimpan di dalam
kolam memiliki nilai VDS yang lebih. baik daripada yang dimiliki benih-benih yang
disimpan di dalam gudang penyimpanan. Jadi dengan memanipulasi komposisi gas di
dalam botol kemasan, air berpeluang dan prospektif untuk dimanfaatkan sebagai
tempat penyimpanan plasma nutfab.
Komposisi gas di dalam botol kemasan dan lamanya waktu slIllpan
berpengaruh nyata terhadap nilai Vigor Konservasi (VKS), sedangkan tempat
penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai VKS • Benih kedelai yang disimpan
di dalam botol kemasan yang berisi gas CO2 90% atau N2 90% dimasukkan ke dalam
kolam selama 3 bulan memiliki nilai V KS T yang paling baik. Jadi jika benih-benih
tersebut sesudab mengalami kondisi penyimpanan yang sub-optimum kemudian
iv
berproduksi normal atau di atas normal jika ditanam pada kondisi optimum, maka
benih-benih tersebut sebaiknya disimpan di dalam botol kemasan berisi gas C02 90%
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperolelt gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
OIelt
GERALDINE AMANITA JAYANATA
A 27.0411
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTASPERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul
Nama Mahasiswa
NomorPokok
STUDI EKSPLORATIF PENYIMPANAN BENlH DALAM
AIR
GERALDINE AMANITA JAY ANATA
A 27.0411
Menyetujui :
Dosen Pembimbing
,
Prof. Dr Ir Sjamsoe' oed Sadjad, MA NIP 130 120 139
Mengetahui :
Ketua Jurusa udidaya Pertanian
U
Dr Ir M. . Chozin, MAgr
NIP 130 536 690
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 3 Mei 1971 sebagai anak pertama dari
keluarga Bapak (AIm) Robbyanto Jayanata dan Ibu Natalia Jayanata
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Regina Pacis Bogor pada tabun
1984, pendidikan menengab pertama di SMP Regina Pacis Bogor padah tabun 1987
dan pendidikan menengab atas di SMA Regina Pacis Bogor pada tabun 1990.
Penulis diterima sebagai mabasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tabun 1990. Pada tabun 1991, penulis
terdaftar sebagai mabasiswa Fakultas Pertanian Jurusan Budi Daya Pertanian diterima
KATA PENGANTAR
Rasa syukur, hormat dan pujian dipersembahkan kepada Allah Yang Maha
Kasih atas berkatNya yang tidak berkesudahan sehingga skripsi ini dapat selesai
disusun dan ditulis pada waktunya.
Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besamya kepada :
1. Prof. Dr Ir Sjamsoe' oed Sadjad, MA selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan bimbingan, saran dan semangat selama pelaksanaan penelitian
hingga penyelesaian skripsi
2. Dr Ir Endang Mumiati, MS selaku dosen pembimbing akademik dan penguji yang
selalu memberikan dorongan dan saran selama penyelesaian skripsi
3. Dr Ir Faiza C. Suwamo, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan
sarannya
4. Mama, Mami, Emil, Cecil, Helen, Pipiet, Jos, Wulan, dan Rani yang selalu
memberikan dorongan dan semangat serta doa sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
Penulis telah berusaha menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin namun tetap
menyadari adanya kekurangan. Harapan Penulis adalah agar tulisan ini dapat
berguna bagi para pembacanya.
Bogor, Maret 1997
Halaman
DAFTAR TABEL. ... ; ... Xl
DAFT AR GAMBAR ... XlV
PENDAHULUAN
Latar Belakang ... " ... '" ... ,. .. . . .. .. . . . ... . . .. 1
Tujuan Penelitian ... '" .. . .. . .. . . ... . . .. . .. . ... . .. . . .... . . . 4
Hipotesis ... '" . . . ... .. . . .. . ... . . . . ... .. . .... . . 4
TINJAUAN PUSTAKA Plasma Nutfah . .... . ... . ... . . .. .. . .. . . .. ... .. . ... . . . .... . . .. . ... . . . .... 5
Penyimpanan ... '" ... '" . .. . . .. . . .. . ... . .. . . ... . . .. .... 6
Air Sebagai Gudang Simpan ... 11
llmu Kuantifikasi Metabolisme Benih ... ... 12
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 16
Bahan dan Alat ... ... ... ... . ... ... ... ... ... ... ... 16
Pelaksanaan Percobaan ... ... 16
Rancangan Percobaan ... ... ... 18
Analisis Benih . ... ... ... ... ... . .... ... ... .... ... ... ... ... .. 20
Vigor Daya Simpan Benih Sesudah Mengalami Deraan Alkohol ... 31
Analisis Sistem Multiplikasi Devigorasi Benih ... :... 36
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .. .. . . . .. . . .. . . .. ... . . .. . . .. . . ... . . . .. . . .. 41
Saran ... 41
DAFTARPUSTAKA ... 42
Nomor Halaman
I. Rekapitulasi Uji-F Pengaruh Perlakuan Penyimpanan terhadap Viabilitas Potensi Benih ... ... ... ... ... 25
2. Daya Berkecambah Benih setelah Perlakuan Penyimpanan ... 26
3. Hasil Uji Tetrazolium pada Benih setelah Perlakuan Penyimpanan ... 27
4. Nilai Rata-rata DB dan Hasil Uji TZ pada Perlakuan Waktu Simpan .... 30
5. Nilai Rata-rata DB dan Hasil Uji TZ pada Perlakuan Komposisi Gas di dalam Botol Kemasan Benih .... ... .... ... ... .... 31
6. Nilai Rata-rata DB dan Hasil Uji TZ pada Perlakuan Tempat Simpan .. 31
7. Rekapitulasi Uji-F Pengaruh Perlakuan Penyimpanan terhadap
Vos·lkBenih ... 32
8. Vigor Daya Simpan Benih setelah Mengalami Deraan Alkohol (V os .lk) dengan Tolok Ukur Daya Berkecambah (DB) setelah Perlakuan
Penyimpanan ... 33
9. Nilai Rata-rata DB sebagai Tolok Ukur Vos·lkBenih pada Perlakuan Waktu Simpan ... ... ... ... 35
10. Nilai Rata-rata DB sebagai Tolok Ukur Vos·lk Benih pada Perlakuan Komposisi Gas di dalam Botol Kemasan Benih ... ... 35
11. Nilai Rata-rata DB sebagai Tolok Ukur VOS·lk Benih pada Perlakuan Tempat Simpan ... 35
13. Vigor Konservasi dan Vigor Daya Simpan Benih setelah Perlakuan
Penyimpanan dan Analisis Sistem Muitipiikasi Devigorasi ... 37
14. Nilai Rata-rata V KS dan Vos Benih pada Perlakuan Waktu Simpan 39
15. Nilai Rata-rata VKS dan Vos Benih pada Perlakuan Komposisi Gas
di dalam Botol Kemasan Benih ... 40
I. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Penyimpanan terhadap Tolok Ukur Daya Berkecambah Benih Kedelai ... .... .... ... 46
2. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Penyimpanan terhadap Tolok Ukur Hasil Uji Tetrazolium Benih Kedelai ... 46
3 Jumlah Kecambah Normal dan Nilai Daya Berkecambah Benih setelah Perlakuan Penyimpanan ... 45
4. Hasil Uji Tetrazoliurn Benih setelah Perlakuan: Penyimpanan ... 48
5. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Penyimpanan terhadap Parameter Vigor Daya Simpan Benih Kedelai setelah Didera Alkohol ... 49
6. Jumlah Kecambah Normal dan Vigor Daya Simpan Benih setelah
Deraan Alkohol ... 50
7 Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Penyimpanan terhadap Parameter Vigor Daya Konservasi Benih Kedelai setelah Analisis Sistem Multiplikasi Devigorasi ... 51
8. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Penyimpanan terhadap Parameter Vigor Daya Simpan Benih Kedelai setelah Analisis Sistem Multiplikasi
Devigorasi ... 51
9. Persamaan Regresi Polinomial Tingkat Tinggi antara Nilai DTZ dengan Tingkat Devigorasi Benih Kedelai ... 52
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Lampiran
1. Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinornial Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Tiga
Bulan, di dalam Kemasan Berisi Udara, di Gudang ... 53
2. Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinornial Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Tiga
Bulan, di dalam Kemasan Berisi Udara, di Kolam ... 53
3. Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinornial Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Tiga
Bulan, di dalam Kemasan Berisi CO2 90%, di Gudang .. ... ... .... 54
4. Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinornial Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Tiga
Bulan, di dalam Kemasan Berisi CO2 90%, di Kolam ... 54
5. Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinornial Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Tiga
Bulan, di dalam Kemasan Berisi N2 90%, di Gudang ... 55
6. Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinornial Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Tiga
Bulan, di dalam Kemasan Berisi N2 90%, di Kolam ... 55
7. Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinornial
Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Enam Bulan, di dalam Kemasan Berisi Udara, di Gudang ... 56
8. Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinornial
Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Enam Bulan, di dalam Kemasan Berisi Udara, di Kolam ... 56
9. Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinornial
[image:14.602.70.503.48.778.2]Bulan, di dalam Kemasan Berisi CO2 90%, di Kolam ... 57
II. Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinomial Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Tiga
Bulan, di dalam Kemasan Berisi N2 90%, di Gudang ... 58
12. Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinomial Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Tiga
[image:15.600.82.551.38.759.2]PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia· merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan
perairan. Perairan Indonesia terdiri dari danau-danau, sungai, dan laut, baik besar maupun kecil. Karena potensi perairan Indonesia ini cukup besar maka perlu dipikirkan mengenai pemanfaatannya yang tidak hanya terbatas sebagai tempat hidup
bagi tumbuh-tumbuhan dan hewan air dengan pembudidayaan dan konservasinya maupun sebagai pemenuh kebutuhan manusia akan air. Ide untuk memanfaatkan
perairan Indonesia seperti danau dan lautan sebagai gudang simpan mungkin perlu untnk dipikirkan lebihjauh. Untuk se1anjutnya istilah perairan ini diganti dengan air.
Menurut Ruttner (1973) sifat anomali air menyebabkan suhu dan fluktuasi suhu yang lebih rendah di dalam air dibandingkan dengan keadaan di darat
Kenyataan ini menjadi dasar pemikiran mengenai pemanfaatan air sebagai gudang simpan.
Penyimpanan pada dasamya merupakan suatu upaya untuk mempertahankan viabilitas benih selama mungkin sepanjang periode simpan. Viabilitas yang
dipertahankan adalah viabilitas maksimum yang dicapai pada saat masak fisiologis (Sadjad, 1977).
Tujuan yang mgm dicapai dengan penYllnpanan menurut Sumardi (1976) adalah : a). dapat menggunakan benih dengan vigor yang tinggi pada saat yang
mempennudah dalam pelayanan perdagangan.
Dua faktor utama yang berperan dalam penyimpanan benih adalah kadar air benih dan suhu lingkungan simpan (Harrington, 1972; Bewley dan Black, 1986;
dan Justice dan Bass, 1990). Saenong (1983) menambahkan beberapa faktor yang mempengaI¥hi dalam penyimpanan, diantaranya yaitu susunan gas dalam tempat penyimpanan dan perubahan kondisi lingkungan setempat.
Penyimpanan yang baik akan menghambat kemunduran benih yang disebabkan oleh kondisi lingkungan fisik seperti suhu, RH, dan kondisi gas maupun
lingkungan biologis seperti hama, cendawan, virus, bakteri, dan organisme lain yang merusak. Secara umum dikemukakan bahwa penyimpanan benih yang baik adalah
penyimpanan benih pada temperatur ruang simpan dan kadar air benih yang rendah. Dengan demikian diharapkan benih mempunyai umur simpan yang panjang (Bass, 1973; Justice dan Bass, 1990; Roberts, 1972). Suhu ruang simpan yang rendah ini
diharapkan dapat diperoleh pada penyimpanan dalam air mengingat sifat air yang telah disebutkan sebelumnya.
Hal-hal lain yang mendukung air sebagai gudang simpan adalah kondisi
lingkungan lebih stabil dibandingkan di darat, ukurannya luas dan bebas hama. Hal-hal tersebut memenuhi beberapa syarat utama daTi suatu gudang yang baik menurut Delouche dan Pott (1971) sekaligus mengatasi masalah yang timbul dalam
sebagai gudang simpan juga cukup menguntungkan. Biaya untuk membangun gudang
yang baik dapat d ikurangi seperti biaya alat pengatur suhu dan RH, biaya listrik, biaya
bahan bangunan yang"bermutu dan sesuai, selain biaya tanah atau lahan tempat gudang
itu berdiri. Biaya-biaya yang cukup tinggi tersebut dapat dikurangi dengan
memanfaatkan air sebagai gudang simpan. Tidak lagi diperlukan alat pengatur
temperatur dan RH dan listrik untuk menjalankan alat-alat tersebut karena kondisi
suhu dan fIuktuasinya yang rendah di dalam air. Selain itu penyimpanan dalam air ini
jelas tidak memerlukan lahan yang artinya tidak perlu biaya untuk membeli tanah atau
lahan.
Namun demikian perlu dipikirkan bahan untuk mengemas benih atau plasma
nutfah yang akan disimpan.
Bahan kemasan itu haruslah tahan terhadap tekanan air yang tinggi, tidak atau
sukar sekali lapuk oleh air dan kedap air.
Selain itu dari segi praktis air sebagai gudang simpan ini kurang sesual
digunakan untuk menyimpan benih dalam jangka waktu pendek, seperti penyimpanan
untuk menunggu musirn tanam berikut atau penyimpanan di pedagang atau penyalur
benih. Air sebagai gudang sirnpan ini mungkin lebih cocok untuk penyimpanan jangka
panjang seperti penyimpanan plasma nutfah.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bersifat eksploratif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mempelajari pemanfaatan perairan, dalam hal ini sebagai pengganti bangunan gudang simpan.
2. Untuk melihat peluang pemanfaatan peralran sebagai gudang penyimpanan plasma nutfah.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah : 1. Air bisa dimanfaatkan sebagai gudang penyimpanan.
2. Lama penyimpanan berpengaruh terhadap vigor dayan simpan benih.
3. Komposisi gas di dalam wadah simpan berpengaruh terhadap vigor daya
simpan benih.
TINJAUAN PUSTAKA
Plasma Nutfah
Negara Indonesia terkenal kaya akan plasma nutfah. Kekayaan itu harus dijaga
agar tidak punah. Dalam mengusahakan perbaikan sifat-sifat biologis suatu tanaman,
para ahli pemuliaan tanaman selalu mencari sumberdaya genetik yang memiliki sifat
unggul. Mereka selalu mencari dari plasma nutfah yang ada di alam bebas atau yang
sudah dikumpulkan dan tersimpan baik dalam gudang-gudang yang terawasi dalam
bentuk biji atau bagian tanaman lainnya (Sadjad, 1993').
Menurut Sadjad (1993'), plasma nutfah adalah sumber daya genetik untuk
penganekaragaman dan perbaikan tumbuhan dan hewan. Bank plasma nutfah adalah
cadangan biologis yang menjadi sumberdaya genetik bagi pengembangan tanamari
budidaya kita.
Menurut Sastrapradja (1992') plasma nutfah merupakan bahan dasar atau
bahan mentah untuk merakit varietas unggul. Konsep plasma nutfah ini meliputi bukan
saja terbatas pada tanaman atau temak, tetapi juga tumbuhan atau hewan liar beserta
tempat hidupnya, yang dalam ilmu hayat disebut ekosistem (Sastrapradja, 1992).
Kelompok plasma nutfah ini pun sebenamya hanya merupakan sebagian saja dari
seluruh kekayaan atau keanekaragaman hayati yang ada. Dari segi keanekaragaman
hayati para ahli sepakat untuk membaginya ke dalam tiga tingkatan, yaitu:
keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman dalam jenis
nutfah, yaitu: (1). Plasma nutfah in situ, yaitu plasma nutfah yang berada di daerah
aslinya; (2). Plasma nutfah ex situ, yaitu plasma nutfah yang berada di luar daerah
aslinya; (3). Plasma nutfah asli, yaitu plasma nutfah sebelum dibudidayakan oleh
manusia.
Sumber plasma nutfah yang dimiliki Indonesia terdapat sebagai plasma nutfah
alami yang terdiri dari flora dan fauna yang masih tumbuh dan bidup di alam belantara,
dan plasma nutfah potensial yang terdapat di dalam tanaman dan hewan yang tumbuh
dan bidup di wilayah pertanian dan pemukirnan. Plasma nutfah jenis kedua ini
terkandung dalam flora dan fauna yang sudah dipergunakan masyarakat dan sudah
berperan dalam kegiatan kultivasi (Sastrapradja, 1992b).
Penyimpanan
Tujuan utama penyimpanan benih tanaman bernilai ekonornis ialah untuk
mengawetkan cadangan bahan tanam dari satu musim ke musim berikutnya. Sejak
dimulainya peradaban, manusia sudah melakukan kegiatan penyimpanan dalam jumlah
kecil dan secara sederhana. Dengan berkembangnya pertanian, manusia memperiuas
pengetahuannya tentang persyaratan mempertahankan viabilitas benih serta cara
mengkondisikan penyimpanan dengan tepat. Manusia juga menyadari pentingnya
memperpanjang masa simpan benih untuk menghadapi masa-masa sulit atau paceklik.
Dengan meningkatnya pengetahuan dan teknologi genetika serta pemuliaan tanaman
manusia makin menyadari pentingnya menyimpan berbagai benih kultivar dalamjumlah
7
sumberdaya genetik atau plasma nutfah ini tersebar di seluruh penjuru dunia, seperti
di Jepang dan Jerman (Justice dan Bass, 1990; dan Ross, 1986).
Sumardi (1976) menyebutkan empat tujuan yang ingin dicapai dengan
penyimpanan, yaitu : (1). Dapat menggunakan benih dengan vigor yang tinggi pada saat yang dikehendaki; (2). Dapat menguinpulkan benih varietas yang dikehendaki sebagai cadangan tahun berikutnya; (3). Sebagai persediaan sumberdaya genetik
(plasma nutfah); (4). Mempermudah dalam pelayanan perdagangan.
Sedangkan Ekowibowo (1984) mengemukakan dua alasan dilakukannya
penyimpanan, yaitu : (1). Karena adanya fenomena after-ripening; (2). Untuk menjaga penurunan viabilitas sekecil mungkin.
Justice dan Bass (1990) menyatakan bahwa data statistik yang menunjukkan
kerugian aktual akibat menyimpan benih pada keadaan yang tidak memadai serta data keuntungan aktual yang diperoleh karena penyimpanan yang optimum belum
ada. Akan tetapi keuntungan menyimpan benih dengan baik dapat dirasakan kalau berbagai cara menyimpan benih lainnya diketahui. Kegagalan menggunakan informasi tentang penyimpanan benih yang ada akan sangat merugikan program pertanian suatu negara, karen a : (a). pertanian-pertanian di daerah panas, lembab,
subtropika dan tropika akan menjadi kurang efisien; (b). para pemulia tanaman akan dirugikan dengan tidak terpeliharanya cadangan sumberdaya genetik; (c). perniagaan
benih internasional akan menyusut sampai hanya sebagian kecil saja dari nilai ekonornisnya saat ini.
Pengertian penyimpanan oleh Sadjad (1983), dibedakan dengan periode
benih harus dikonservasi selama benih mengalami pengermgan, pengolahan atau
proses-proses lainnya, sedang penyimpanan sendiri diartikan menyimpan benih untuk
jangka waktu yang panjang, baik satu musim maupun beberapa tahun .. Kondisi yang
terjadi pada periode konservasi dapat mempengaruhi vigor awal benih, baik. sebelum
memasuki periode simpan maupun setelah disimpan.
Dalam konsepsi Steinbauer-Sadjad (Sadjad, 1993) periode I diakhiri pada saat
benih mencapai masakfisiologi (MF).· Pada saat itu benih memiliki viabilitas
maksimurn. Benih kemudian diolah, pada saat itu benih memasuki periode konservasi
yang pertama yaitu periode konservasi sebelum simpan. Viabilitas benih yang dicapai
pada saat MF kemungkinan tetap atau mengalami penurunan selama periode
konservasi pertama ini sehingga pada akhir periode ini dicapai viabilitas awal sebelum
disimpan (V:) dan benih siap untuk memasuki periode II yaitu periode penyimpanan
benih. Setelah disimpan benih kemudian memasuki periode konservasi kedua yaitu saat
benih mulai dikeluarkan dari gudang penyimpanan sampai pada saat benih akan
ditanam. Selama periode ini viabilitas benih kemungkinan tetap atau mengalami
penurunan sehingga pada akhir periode ini akan dicapai viabilitas awal sebelum
ditanam(Vat
). Kemudian benih memasuki periode III yaitu periode tanam.
Penyimpanan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk mempertahankan
viabilitas benih selama mungkin sepanjang periode simpan. Viabilitas yang
dipertahankan adalah viabilitas maksimum yang dicapai pada saat masak fisio 10 gis (Sadjad, 1977). Penyimpanan dapat dikatakan sebagai usaha memperpanjang periode
9
disimpan (Nugraha, 1981). Tujuannya biasanya adalah untuk menekan aktifitas
fisiologik benih, karena laju proses fisiologik ini berkaitan dengan laju kemunduran
benih.
Harrington (1972), Bewley dan Black (1986), dan Justice dan Bass (1990)
mengemukakan dua faktor utama yang berperan dalam penyimpanan benih adalah
kadar air benih dan suhu lingkungan simpan. Hubungan antara kedua faktor tersebut
dengan daya simpan benih diuraikan oleh Harrington (1972) ke dalam dua ketentuan
teknis berikut: (a). setiap kenaikan kadar air benih sebesar 1 %, umur benih akan
berkurang setengahnya (kisaran kadar air adalah 5-14 %); (b). setiap kenaikan suhu
Jingkungan sebesar 5°C, urnur benih juga akan berkurang setengahnya (kisaran suhu
0-50oC)
Pada kadar air kurang dari 5 % viabilitas menurun karena otooksidasi lemak,
sedangkan pada kadar air lebih dari 14 % viabilitas menurun karena serangan
cendawan. Secara umurn bagi benih ortodoks disarankan untuk menyimpan benih
pada suhu ruang simpan dan kadar air yang rendah agar mempunyai umur simpan yang
panjang (Bass, 1973; Justice dan Bass, 1990; dan Roberts, 1972). Lebih jauh lagi
Bewley dan Black (1986) memberikan pedoman bahwa untuk menyimpan benih yang
aman jumlah dari suhu ruang simpan (dalam OF) dan RH ruang simpan (dalam %) tidak
melebihi 100 dengan kontribusi suhu tidak boleh lebih dari setengahnya.
Menurut Sadjad (1984), status vigor benih yang disimpan ditentukan oleh tiga
faktor. Selain suhu ruang simpan dan kelembaban nisbi udara yang digolongkan ke
innate berhubungan dengan sifat genetik benih atau buah, sedangkan faktor induced
berkaitan dengan cara berproduksi, kondisi Iingkungan produksi, cara panen dan
sistem pengolahan benih.
Sadjad (1980), menyatakan bahwa faktor-faktor yang perlu diperhatikan dan
diketahui dalam pengaruhnya terhadap mutu fisiologi benih selama penyimpanan adalah tingkat respirasi benih, tingkat difusibilitas termal dan sifat higroskopis benih itu
sendiri. Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap viabilitas benih adalah waktu
simpan, dimana penurunan viabilitas seiring dengan pertambahan waktu. Abdulbaki dan Anderson (1972) menyatakan bahwa kemampuan benih untuk dapat disimpan
dalam jangka waktu tertentu, dipengaruhi pula oleh komposisi kimia dalanl cadangan makanan benih. Benih yang berkadar lemak tinggi sangat peka terhadap rangsangan
suhu dan kelembaban yang tinggi. Akibat yang ditimbulkan oleh kondisi tersebut adalah kadar asam lemak bebas pada benih meningkat sehingga mempercepat
kemundurannya.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi daya simpan benih adalah komposisi gas dalam ruang simpan (Justice dan Bass, 1990; dan Roberts, 1972). Roberts (1972)
mengemukakan ruang simpan dengan konsentrasi O2 yang tinggi memperpendek umur
simpan benih. Sedangkan Justice dan Bass (1990) menerangkan bahwa komposisi gas dalam ruang simpan benih dapat mempengaruhi laju respirasi. Jika konsentrasi O2 meningkat maka laju respirasi meningkat, sedangkan jika konsentrasi O2 rendah maka
11
hasil penelitian Satrio (1991). Benih kacang tanah yang disimpan di dalam kemasan
berisi komposisi gas 90% N2 memiliki nilai Vos yang terbaik yaitu 59 % dan benih kacang tanah yang disimpan di dalam kemasan yang berisi komposisi gas 90% CO2
memiliki nilai Vos yang sama baiknya yaitu 58.33 %. Sebagai kontrol, benih kacang
tanah yang disimpan di dalam kemasan yang berisi komposisi gas seperti yang terdapat
pada udara memiliki nilai Vos yang sangat berbeda yaitu 50.67 %.
Untuk mendapatkan penyimpanan yang baik maka diperlukan gudang dengan
fusilitas pengatur suhu dan RH yang baik. Gudang dengan ventilasi yang baik juga
diperlukan. Semua itu diperlukan untuk menciptakan gudang dengan suhu yang
rendah dan RH yang kering. Dengan demikian benih dapat disimpan lebih lama.
Air Sebagai Gudang Simpan
Ruttner (1973) mengemukakan bahwa sifat anomali air merupakan suatu
fenomena yang penting, alami dan sangat mencolok. Karena sifat anomalinya itu air
hanya membeku pada permukaan saja (air mempunyai densitas yang lebih rendah pada
suhu 0 °c daripada pada suhu 4°C), dan temperatur pada bagian yang lebih dalam berada sedikit di bawah 4°C. Dengan alasan ini maka tanaman dan hewan yang hidup
di bawah air mengalami fluktuasi suhu yang lebih rendah daripada yang hidup di darat.
Iklim di dalam air lebih stabil daripada di daratan. Variasi dalam temperatur
berlangsung hanya secara berangsur-angsur, dan suhu ekstrim antara siang dan malam
Sifat-sifat fisik air tersebut, yaitu suhu dan flutuasinya yang rendah serta
kondisinya yang stabil menyebabkan air mungkin cocok untuk dirnanfaatkan sebagai gudang penyimpanan. Seperti diketahui gudang penyirnpanan yang baik adalah yang
memiliki pengatur suhu dan RH yang selalu rendah, dan juga bebas dari hama.
Kondisi seperti ini diharapkan didapat di dalam air sehingga air dapat dirnanfaatkan sebagai gudang penyimpanan.
IImu Kuantifikasi Metabolisme Benih
Menurut Sadjad (1991), llmu Kuantifikasi Metabolisme Benih adalah mengekspresikan gejala metabolisme benih dalam garis-garis. llmu Kuantifikasi
Metabolisme Benih merupakan bagian dari matematika benih yang diharapkan mampu
meningkatkan objektifitas penilaian suatu parameter viabilitas. Garis itu digambarkan dalam kawasan sumbu yang dua dimensional. Dmumnya dalam menggambarkan kecenderungan pada suatu lot benih, sumbu Y yang vertikal digunakan untuk mengekspresikan status viabilitas benih. Sumbu X digunakan untuk menjabarkan
waktu sehingga keseluruhan rentangan sumbu X adalah suatu gambaran periode. Karena penurunan viabilitas benih merupakan proses yang gradual, kronologis, maka
rentangan sumbu X dapat digunakan untuk menjabarkan penurunan viabilitas benih yang gradual. Dntuk membedakan kemunduran benih oleh faktor alami yang lazirnnya
disebut dengan istilah deteriorasi maka penurunan viabilitas benih yang diakibatkan oleh perJakuan non alami, seperti yang dilakukan melalui proses pengusangan cepat,
13
Saenong (1986) dalam desertasinya menggunakan MPC IPB 77-1 yang direkayasa untuk proses devigorasi benih. Penderaan benih dengan etanol yaitu pada
dosis T2 yaitu (15+45)+(15+45) menit untuk benih jagung, (15+15)+(15+15) menit
untuk benih kedelai. Perlakuan etanol dilakukan untuk mendapatkan persentase . kecambah normal setelah didera dengan etanol sebagai salah satu tolok ukur vigor benih (vigor daya simpan benih setelah didera alkohol atau V DS'lk). Saenong juga
menguji viabilitas sebagian benihnya tanpa penderaan etanol lang sung menghitung daya berkecambalmya.
Memasukkan dimensi waktu daJam penilaian viabilitas benih menjadikan
masalah viabilitas benih lebih menarik. Indikasi viabilitas tidak saja sebatas viabilitas relatif atau komparatif; tetapi lalu sampai pada masalah viabilitas absolut. Dari sini
viabilitas bukan saja diindikasikan sebagai status viabilitas yang berupa titik, tetapi menjadi bentuk garis dan bidang. Dalam satu Momen Periode Viabilitas (MPV) akan
diindikasikan viabilitas sebagai viabilitas relatif pada garis vertikal suatu dimensi viabilitas. Sedangkan untuk viabilitas absolut diperlukan indikasi dua dimensional. Implikasinya diperlukan rekayasa baik dalam peralatannya (misalnya MPC IPB 77-1
M), parametemya (misalnya Nilai Delta), maupun sistemnya (misalnya SMD). Sadjad (1992') menganggap hal tersebut sebagai suatu dialetika dalam ilmu benih.
Sistem Multiplikasi Devigorasi adalah suatu sistem pengujian viabilitas benih yang dapat menghasilkan indikasi viabilitas benih dalam dimensi waktu yang
Sistem pengujian ini menggunakan MPC IPB 77-1 M. Berbeda dengan MPC IPB 77-1
yang direkayasa untuk proses devigorasi benih yang selaras dengan deteriorasi benih
secara alami dalam periode ruang simpan (benih stasioner, induksi etanol dalam ruang
kedap yang jenuh dengan uap etanol, subu 29-30 0c), MPC IPB 77-1 M mungkin lebih
selaras dengan kondisi benih yang mengalami deteriorasi tidak pada posisi stasioner,
suhu dan kelembaban nisbi lingkungan yang relatif lebih sub-optimum dengan
RH > 90% dan suhu 35-40oC, serta deraan anaerobik yang lebih besar. Proses
devigorasi dengan MPC IPB 77-1 M mungkin lebih selaras dengan deraan yang
ditimbulkan oleh kondisi dalam periode konservasi viabilitas benih. Namun MPC IPB
77-1 M mungkin juga dapat digunakan untuk menduga Vos.
Parameter yang dipakai adalah Vos yaitu kemampuan benih untuk disimpan
lama dalam kondisi tidak optimum (Sadjad, 1993·). Vos pada hakekatnya adalah vigor
benih dalam kurun waktu tertentu yang berarti viabilitas benih dalam dimensi waktu
(Sadjad, 1992). Berdasarkan penelitian Saenong (1986), vigor awal (V.) dan Vigor
Benih Oleh Deraan Etanol (VOS'lk) merupakan unsur penentu parameter vigor benih
dalam penyimpanan (Vos). Vos = fl:V., Vosalk) atau Va ditunjukkan dengan
KeT.
VOS·1k adalah nilai persentase kecambah normal benih setelah mendapat deraan etanol.VoS·1k = KN/total benih x.100 %.
Intersep garis Nilai DTZ (Nilai Delta hasil uji TZ) pada deraan 0 menit
merupakan Va dan viabilitas benih pada setiap tingkat deraan etanol merupakan Valk
(Sadjad, 1992). Nilai Delta = MPltotal x 100 % x AlMC; dengan MP adalah merah
15
abnormal atau mati, dan
Me
adalah merah cerro1- yang mengL.ldikasikan ォ・cヲオtA「セ@normal kuat (Sadjad, 1993). Garis-garis nilai Delta basil uji SMD memakai MPC IPB
77-1 M lebih peka dapat mendeieksi pengaruh goncangan daripada hanya menganalisa
V, saja. Nilai viabilitas itu merupakan VKS . VKS dinilai sebagai fungsi dari kebalikan
nilai DTZ intersep pada tingkat 0 deraan (DTz"I) dan panjangnya kurun deraan
melejitnya garis nilai DTZ dari ZP (ZPo); atau VKS = f(DTz"1 . ZPo) (Sadjad, 1992).
Analisis ini menunjukkan bahwa uji SMD analog dengan pemikiran bahwa Va
dan VOS'lk menentukan VOS. DTz"1 menjabarkan Va. Jika Va meningkat maka
DTZ intersep menUTun ZPo menjabarkan VoSalk sehingga VOS = f(V KS . Va) atau
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lahan pertanian dan kolam ikan di Desa Gadog,
Ciawi, Bogor, serta di Laboratorium Teknologi Benih Faperta-IPB (termasuk gudang
penyimpanan benih yang selanjutnya disebut gudang G 1), Leuwikopo.
Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Mei 1994 dan selesai Februari 1995.
Bahan dan Alat
Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai (Glycine max
1. Merr) varietas Wilis. Bahan lain adalah kertas merang untuk pengujian, lem
aquarium untuk menyegel tabung penelitian, dan cat kolam warna putih untuk
mengecat tabung penelitian. Bahan kimia yang digunakan ialah etanol 95%, 2,3,5
trifenil tetrazolium klorida (TTZ), air destilata, gas CO2 90% dan gas N2 90%.
Alat yang digunakan berupa timbangan, oven, botol Coca Cola 1 000 ml, alat
pemberat, termometer, MPC IPB 77-1 M, MPC IPB 77-1, alat pengecambah benih
IPB 72-1, wadah plastik, dan wadah bekas roll film warna hitam.
Pelaksanaan Percobaan
Percobaan dilaksanakan dengan melalui dua tahapan, yaitu (1) penyiapan
benih, dan (2) penyimpanan benih.
17
cara menanam sendiri benih varietas kedelai yang sesuai yang diperoleh dari Balai
Penelitian Tanarnan Pangan, Bogor, di atas laban seluas 800 m2• Sesudab tanarnan
berumur 90 hari, polong kedelai dipanen dan diolab (pemisaban polong dari benih, pemilahan, dan pengeringan benih kedelai sampai mencapai kadar air 7%). Maka
benih-benih kedelai tersebut siap dipakai sebagai benih untuk percobaan.
Penyimpanan benih. Benih kedelai sebanyak kurang lebih 800 gram
dirnasukkan ke dalain botol Coca Cola yang terbuat dari kaca dan berukuran 1 000 ml
yang dicat putih (untuk lebih mencegab sinar matabari rnasuk ke dalam botol) sampai
sebatas leher botol. Seluruhnya disiapkan 36 botol. Sebanyak 24 botol dibawa ke PT
Aneka Gas, Jakarta, untuk diisi dengan gas CO2 (12 botol), atau N2 (12 botol), keduanya dengan tingkat kemurnian 90%. Sebelum gas-gas tersebut diisikan ke dalam botol, udara yang ada di dalam botol terlebih dabulu dikeluarkan dengan bantuan
pompa vakum. Gas CO2 atau N2 dimasukkan ke dalam botol-botol yang sesuai dalam
jumlab yang diusabakan seseragam mungkin dengan bantuan selang gas dan alat pengukur tekanan. Segera setelab gas dimasukkan, botol-botol disumbat dengan sumbat gabus yang sebelumnya telab dilumuri dengan lem Aqua Seal. Sumbat-sumbat
tersebut selanjutnya didorong rnasuk sampai sebatas mulut botol, lalu tutup botol yang asli Guga diberi lem Aqua Seal) diletakkan di tempatnya dan disegel. Sebanyak 12
botol benih tidak diberi perlakuan (udara yang ada tidak dibuang dan juga tidak diberi
Botol-botol tersebut di atas selanjutnya disirnpan di gudang G1 dan di dalam
k;olam ikan (25m x 10m x 0.9m), masing-masing sebanyak enam botol yang berisi gas
CO2, enam botol berisi gas N2, dan enam botol tanpa periakuan (berisi udara biasa).
Dari jumiah tersebut, separuh disirnpan selama tiga bulan dan separuhnya lagi disirnpan
selama enam bulan.
Rancangan Percobaan
Penelitian ini dirancang dengan rancangan Petak Terbagi Dua KaIi yang
disusun secara faktorial dan terdiri atas tiga faktor. Faktor pertama yaitu lama
penyirnpanan (dua tarat) sebagai petak utama, faktor kedua yaitu komposisi gas di
dalam botol kemasan (tiga tarat) sebagai anak petak, dan faktor ketiga yaitu tempat
penyirnpanan (dua tarat) sebagai anak anak petak. Rancangan yang digunakan adalah
faktorial 2 x 3 x 2 dengan rancangan Petak Terbagi Dua Kali atas dasar Acak
Lengkap. Perlakuan tiga fuktor tersebut adalah :
Faktor 1 (petak utama). Lama Penyirnpanan (A)
Al : 3 bulan
A2: 6 bulan
Faktor 2 (anak petak). Komposisi Gas di dalam Botol Kemasan (B)
B 1 : komposisi gas yang terdapat di udara
B2: CO2 90%
Faktor 3 (anak anak petak). Tempat Penyimpanan (C)
C1 : gudang
C2 : dalam kolam berair
19
Tiap kombinasi perlakuan mempunyai 3 ulangan, sebingga ada 12 kombinasi
dengan 36 satuan percobaan.
Model linear aditif dari rancangan tersebut adalab :
Yijkl = I' + Aj +]11 + Bj + ABij + bijl + Ck + AC;k + BCjk + ABCijk + Bijkl
Keterangan :
Yijkl = nilai peubab yang diamati
J.l = nilai rataan umum
Ai = pengaruh lama penyimpanan pada tarafke-i
Bj = pengaruh komposisi gas di dala botol kemasan pada tarafke-j
Ck = pengaruh tempat penyimpanan pada tarafke-k
ABij = pengaruh interaksi tingkat lama penyimpanan pada tarafke-i dan
komposisi gas di dalam botol kemasan pada tarafke-j
BCjk = pengaruh interaksi komposisi gas di dalam botol kemasan pada taraf
ke-j dan pengaruh tempat penyimpanan pada tarafke-k
ABCijk = pengaruh interaksi tingkat lama penyimpanan pada tarafke-i,
komposisi gas di dalam botol kemasan pada tarafke-j, dan pengaruh
Y;I = galat petak utama
O;jl = galat anak petak
8;jkl = galat anitk anak petak
. Analisis Benih
Pada akhir masa penyimpanan, botol-botol percobaan dibuka dan benihnya
dianalisis untuk mengetahui :.(1) nilai viabilitas potensial (Vp) benih, (2) nilai vigor
daya simpan benih setelah mengalami deraan alkohol (VDS'lk), (3) nilai vigor daya
simpan (V DS) benih hasil anaIisis Sistem Multiplikasi Devigorasi (SMD).
Viabilitas Potensial (Vp). Nilai V p didapat dengan dua cara, yaitu (1) dengan
menghitung daya berkecambah (DB), dan (2) dengan menghitung jumlah benih yang
normal setelah direndam dengan larutan Tetrazolium (uji TZ).
(1). Sebanyak 25 butir benih kedelai dengan tiga ulangan dari masing-masing
botol percobaan ditanam pada substrat kertas merang lembab dan diuji daya
berkecambahnya dengan metode Uji Kertas Digulung didirikan di dalam plastik
(UKDdp), kemudian dikecambahkan dengan alat pengecambah benih IPB 72-1.
Pengamatan dilakukan setelah tiga dan lima hari. Nilai daya berkecambah dihitung
dengan cara berikut ;
jumlah kecambah normal
DB = --- x 100% jumlah total benih
(2). Sebanyak 12 butir benih kedelai dengan tiga ulangan dilembabkan selama
21
Ja.m di dalarn Iaruta..f1 Tetrazoliu.rn (TZ) 0.25% pada suhu kamar. Pada a.lc..hjy
perendaman, perubahan warna benih diamati. Kemungkman yang bisa terjadi ialah :
.(1) benih berwarna merahjambu cerah (MC) merata yang menunjukkan benih tersebut
normal dan kuat, (2) benih berwarna merah jambu pucat (MP) merata yang
menunjukkan benih tersebut normal tetapi kurang kuat, dan (3) benih berwarna putih
atau pucat atau merah ungu tua sampai kehitaman (A) pada sebagian atau seluruh
kotiledon yang menunjukkan benih tersebut abnormal atau mati. Penghitungan jumlah
kecambah normal hasil uji TZ ini dilakukan dengan cara berikut :
MC+MP
Benih normal = ---x 100% MC+MP+A
Vigor Daya Simpan benih sesudah mengalami deraan alkohol (VDSa1k).
Sebanyak 75 butir benih kedelai dari rnasing-masing botol percobaan dilembabkan di
dalam kertas merang lembab selama enam jam sebelum didera dengan etanol 95%
dengan menggunakan alat IPB 77-1 dengan waktu penderaan (15+ 15)+(15+ 15) menit.
Kemudian benih diuji daya berkecambahnya dengan metode UKDdp sebanyak tiga
ulangan.
Analisis Sistem Multiplikasi Devigorasi (SMD) benih. Sebanyak 468 butir
benih kedelai dari masing-masing botol percobaan dilembabkan dahulu selama 11 jam
(untuk terjadinya imbibisi) sebelum didera dengan MPC IPB 77-1 M. Benih-benih
tersebut terbagi di dalam 13 tabung masing-masing berisi 12 butir, yang satu tabung
berfungsi sebagai kontrol (tidak didera), sedangkan 12 lainnya didera. Proses
dua menit. Untuk setiap tingkat penderaan dihembuskan etanol dengan menggunakan
aerator pada menit pertama, dan dihembuskan etanol yang disertai tiupan angin dengan
blower pada menit kedua. Maka penderaan yang diberikan secara keseluruhan dapat
dikemukakan sebagai berikut : 0(1+1), 1(1+1), 2(1+1), 3(1+1), 4(1+1), 5(1+1),
6(1+ 1),7(1+1), 8(1+ 1), 9(1 +1), 10(1+1), 11(1+ 1), dan 12(1 + 1) menit, angka di depan
kurung menyatakan jumlah deraan, sedangkan angka di dalam kurung menyatakan
kedua macam deraan yang diberikan masing-masing selarna satu menit. Percobaan ini
dilakukan dengan tiga ulangan. Analisis ini harus dilakukan tanpa penundaan; jika
tidak selesai, benih harns disimpan dalam lemari es dengan asumsi tidak mengalami
kemunduran atau kalaupun mengalarni kemunduran sedikit sekali.
Benih yang sudah selesai didera direndam selarna dua jam di dalam larutan
tetrazolium (TZ) 0.25% pada suhu kamar. Pada akhir perendaman, perubahan warna
benih diamati. Kemungkinan yang bisa terjadi ialah : (1) benih berwarna merah jambu
cerah (MC) merata yang menunjukkan benih tersebut normal dan kuat, (2) benih
berwarna merah jambu pucat (MP) merata yang menunjukkan benih tersebut normal
tetapi kurang kuat, dan (3) benih berwarna putih atau pucat atau merah ungu tua
sampai kehitaman (A) pada sebagian atau seluruh kotiledon yang menunjukkan benih
tersebut abnormal atau mati. Pengamatan benih harns dilakukan secepat mungkin. Jika
terpaksa ditunda, maka benih-benih tersebut hams disimpan di dalam lemari es.
Dari data pengarnatan tersebut di atas dapat dihitung Nilai Delta hasil uji TZ
23
data 0 deraan dengan tolok ukur hasil UJI TZ) dengan vigor benili dengan
menggunakan TUmus :
DTZ = MP/total benili x 100% x AlMC
Kemudian berdasarkan nilai DTZ dari setiap taraf penderaan tersebut dapat
ditentukan persamaan regresi polinomial tingkat tinggi untuk masing-masing satuan
pereobaan (perlakuan penyimpanan) dan digambar grafik nilai deltanya. Setiap grafik
memuat tiga garis persamaan dari tiga ulangan pereo baan, sehingga didapat 12 grafik
Nilai Delta. Dari grafik tersebut dapat ditentukan nilai ZPo yaitu panjangnya kurun
deraan pada saat garis nilai DTZ pertama kali keluar dari Zone Penilaian (ZP). Dari
persamaan regresi ini dapat ditentukan pula nilai DTZ pada saat 0 menit (x = 0) untuk
kemudian dieari nilai intersepnya dengan mengasumsikan nilai DTZ yang kurang dari
satu adalah sarna dengan satu.
Berdasarkan nilai-nilai di atas maka dapat ditentukan nilai Vigor Konservasi
(V KS) dengan menggunakan rumus :
VKS = DTz'1 X ZPo
Keeepatan Tumbuh (KcT) benili dihitung untuk menduga Vigor awal sebelum
simpan (Va'). Penghitungan dilakukan sebelum penyimpanan. Benili dari setiap satuan
pereobaan diarnbil sebanyak 75 butir, kemudian dikeearnbahkan pada medium kertas
merang dengan metode UKDdp, pengarnatan dilakukan setiap hari selarna lima hari
Berdasarkan nilai V KS dan
KcT
yang didapat maka dapat ditentukan pula nilaiVigor Daya Simpan (Vos) dengan menggunakan rumus :
BASIL DAN PEMBAHASAN
Viabilitas .Potensial Benih
Di antara ketiga kelompok faktor yang dapat mempengaruhi viabilitas benih,
yaitu faktor innate, induced, enforced, dalam percobaan ini hanya diteliti pengaruh faktor yang disebutkan terakhir, yaitu faktor-faktor lingkungan simpan benih. Seperti
diketahui, semakin lama benih disimpan, viabilitas benih cenderung menurun. Maka di dalam penelitian ini telah dicoba untuk memanipulasi faktor-faktor lingkungan
simpan benih untuk mendapatkan Periode Simpan (PS), sebagaimana digambarkan dalam Konsepsi Steinbauer-Sadjad (Sadjad, 1993), yang selarna mungkin dengan viabilitas benih teIjaga pada nilai yang tinggi.
Viabilitas potensial (V p) benih adalah viabilitas benih pada kondisi optimum yang secara potensial mampu menghasilkan tanaman normal yang berproduksi
normal. Tolok ukur Vp ialah nilai Daya Berkecambah (DB) benih dan persentase
benih normal berdasarkan hasil uji Tetrazolium (TZ).
Hasil uji TZ diamati berdasarkan deteksi normal viabilitas benih atas dasar jaringan struktur penting yang berkaitan dengan struktur tumbuh. Sedangkan DB diamati berdasarkan struktur tumbuh benih yang sudah nyata tumbuh.
Rekapitulasi uji-F dari sidik ragam (Tabel Lampiran 1 dan 2) menunjukkan bahwa perlakuan-perlakuan yang dicobakan tidak berpengaruh nyata terhadap tolok ukur DB benih, sedangkan perlakuan komposisi gas di dalarn botol kemasan benih
Tabel i. Rekapitulasi Uji-F Pengaruh Perlakuan Penyimpanan terhadap Viabiiitas Potensial Benih
Sumber keragaman Tolok ukur
DB Uji Tz
Waktu(A) tn tn
Komposisi gas (B) tn
*
AxB tn tn
Tempat penyimpanan benih (C) tn tn
AxC tn tn
BxC tn tn
AxBxC tn tn
tn = tJdak nyata
*
= nyata pada tarafO.05Dari hasil pengamatan penelitian ini, DB benih yang diperoleh pada berbagai
interaksi perlakuan penyimpanan benih seperti yang diuraikan pada Bab Bahan dan
Metode dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel Larnpiran 3. Tampak bahwa nilai DB
tersebut berkisar antara 95.11 % sampai 99.56%. Sedangkan hasil uji TZ dapat
dilihat pada Tabel 3 dan Tabel Lampiran 4. Nilai hasil uji TZ berkisar antara 93.52%
sampai 98.15%.
Semakin lama benih disimpan, Vp diperkirakan cenderung menurun. Namun,
berdasarkan hasil pengamatan terhadap tolok ukur DB dan hasil uji TZ yang didapat
menunjukkan bahwa penyimpanan benih sampai dengan enam bulan memberikan
nilai Vp yang sarna baiknya dengan penyimpanan selama tiga bulan.
Dalam hal komposisi gas dalam botol kemasan benih, diketahui bahwa Kadar
[image:41.595.87.541.106.372.2]memperpendek umur benih (Justice dan Bass, 1990; Roberts, 1972). Copeland (1976) menyatakan bahwa respirasi pada dasarnya merupakan proses oksidatifperombakan
Tabel2. Daya Berkecambah Benih setelah Periakuan Penyimpanan
Kombinasi Perlakuan a Jumlah Kecambah Nonnal b DB (%)'
AlBICI 24.40 97.78 a
AlBIC2 24.40 97.78 a
AIB2Cl 24.67 98.67 a
AIB2C2 24.78 99.11 a
A1B3Cl 24.89 99.56 a
A1B3C2 24.78 99.11 a
A2BICI 24.67 98.67 a
A2BIC2 23.78 95.11 a
A2B2Cl 24.56 98.22 a
A2B2C2 24.67 98.67 a
A2B3Cl 24.33 96.00 a
A2B3C2 24.44 97.78 a
a A
=
masa penylmpanan bemh (AI=
3 bulan; A2=
6 bulan); B=
komposlsi atmosfir di dalam botol kemasan benih (B I=
udara; B2=
CO2 90%; B3=
Nz90%); C = tempat penyimpanan benih (CI
=
gudang; C2=
kolam).b Nilai yang tercantum untuk masing-masing kombinasi perlakuan berasal dari
rata-rata tiga ulangan satuan percobaan dan tiga ulangan penghitungan jumlah kecambah nonnal; jumlah benih total = 25 butir.
, % DB yang tercantum untuk masing-masing kombinasi periakuan berasal dari rata-rata tiga ulangan satuan percobaan dan tiga ulangan penghitungan DB; nilai-nilai DB yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 dengan uji Duncan.
cadangan makanan dalam benih, baik karbohidrat, lemak maupun protein yang menghasilkan uap air, CO2 dan energi. Semakin lama proses respirasi beriangsung,
Bass, 1990). Roberts. (1972) menyatakan bahwa kehilangan cadangan makanan
melalui respirasi merupakan salah satu penyebab hilangnya viabilitas benih selama penyimpanan. Hyde.dan Burrel (1982) berpendapat bahwa peningkatan konsentrasi
oksigen akan mempercepat laju respirasi, sehingga benih akan kekurangan energi
Tabel 3. HasH Uji Tetrazolium pada Benih setelah Perlakuan Penyimpanan
Kombinasi Perlakuan • Jumlah Kecambah Normal b Hasil uji TZ (%) ,
AlBlCI 11.33 94.45 ab
AlBIC2 11.23 93.52 b
AlB2CI 11.23 93.52 b
AlB2C2 11.67 97.22 ab
AlB3Cl 11.45 95.37 ab
AlB3C2 11.78 98..15 a
A2BIC1 11.22 93.52 b
A2BIC2 11.33 94.45 ab
A2B2Cl 11.55 96.30 ab
A2B2C2 11.67 97.22 ab
A2B3Cl 11.67 97.22 ab
A2B3C2 11.56 96.30 ab
• A
=
masa penYlmpanan beruh (AI=
3 bulan; A2=
6 bulan); B=
komposisi atmosfir di dalam botol kemasan benih (B 1=
udara; B2=
CO2 90%; B3=
N2 90%); C=
tempat penyimpanan benih (Cl=
gudang; C2=
kolam).b Nilai yang tercantum untuk masing-masing kombinasi perlakuan berasal dari
rata-rata tiga ulangan satuan percobaan dan tiga ulangan penghitungan jumlah kecambah normal hasil uji TZ; jumlah benih total = 12 butir.
untuk perkecambahannya nanti. Sebaliknya, pengurangan konsentrasi oksigen disamping rnenghambat proses respirasi benih, juga menekan laju respirasi hama dan
serangga penylmpanan.
Penelitian Satrio (1991) menunjukkan bahwa benih-benih kacang tanah yang disimpan dalam kemasan yang berisi komposisi gas N2 90% mempunyai nilai vigor
daya simpan (V DS) yang terbaik meskipun nilai ini tidak berbeda nyata dengan nilai V DS benih yang disimpan dalam kemasan yang berisi komposisi gas CO2 90%.
Sedangkan benih-benih yang disimpan dalam kemasan yang berisi komposisi udara
biasa mempunyai nilai V DS yang lebih rendah.
Hasil yang diperlihatkan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan komposisi gas di dalam botol kemasan, baik komposisi gas yang terdapat di udara,
CO2 90%, atau N2 90%, dalam botol kemasan benih tidak berpengaruh secara nyata terhadap nilai DB benih. Namun pada Tabel 3 perlakuan komposisi gas dalam botol kemasan menunjukkan perbedaan yang nyata pada nilai hasil uji TZ. Benih yang
disimpan di dalam botol kemasan yang berisi gas· CO2 90% atau N2 90% menunjukkan hasil uji TZ yang lebih baik daripada benih yang disimpan di dalam botol kemasan yang berisi komposisi gas yang terdapat di udara. Jadi meskipun dari
analisis DB tidak dapat ditunjukkan V p yang berbeda antara perlakuan komposisi gas
di dalam botol kemasan, tetapi dengan analisis hasil uji TZ, Vp itu dapat ditunjukkan
berbeda nyata. Perlakuan komposisi gas CO2 90% atau gas N2 90% di dalam botol kemasan merupakan perlakuan yang terbaik.
Gudang penyimpanan G 1 yang dipakai sebagai kontrol dalam penelitian ini dilengkapi dengan alat pengatur suhu dan kelembapan udara (RH) serta sarana
ventilasi yang baik yang dapat dioperasikan sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan sebagaimana dikemukakan oleh Bewley dan Black (1986). Sedangkan
pengukuran suhu di dalam air yang dilakukan pada pukul 05.00 dini hari dan pukul
14.00 menunjukkan kisaran suhu antara 19.8°C sampai 20.9°C.
Melihat data yang tertera pada Tabel 2 maupun Tabel 3, dapat disimpulkan bahwa antara benih-benih yang disirnpan di gudang G
1
dengan benih-benih yang disirnpan di dalam kolam merniliki nilai V p yang tidak berbeda nyata pada taraf 0.05dengan uji Duncan. Maka dapat dikatakan bahwa air, dalam hal ini kolam, juga rnerniliki kondisi lingkungan yang sarna baiknya seperti yang terdapat pada gudang
penyimpanan G 1 sehingga dapat menggantikan gudang penyimpanan. Hasil 1m
didukung oleh Ruttner (1973) yang mengernukakan bahwa sifat anornali air rnerupakan suatu fenornena yang penting, alarni dan sangat rnencolok. Karena sifat anornalinya itu rnaka air hanya rnernbeku pada permukaan saja dimana air rnernpunya1 densitas yang lebih rendah pada suhu O°C daripada suhu 4°C, dan
ternperatur pada bagian yang lebih dalarn berada sedikit di bawah 4°C. Dengan alasan ini rnaka tanarnan dan hewan yang hidup di bawah air rnengalarni fluktuasi suhu yang lebih rendah daripada yang hidup di darat. Iklirn di dalarn air lebih stabil daripada di
suhu ekstrim antara sianll dan malam serta oerubahan suhu karena Derubahan musim . . '-' セ@ セ@
sangat rendah.
Berdasarkan uramn di atas dapat disimpulkan bahwa benih kedelai yang
disimpan di dalam kolam selama enam bulan dalam komposisi gas CO2 90% atau gas
N2 90% di dalam botol kemasan memberikan nilai Vp sarna baiknya seperti benih
yang disimpan di dalam gudang penyimpanan benih selama tiga bulan dengan di
dalam botol kemasan yang berisi komposisi gas CO2 90% atau N2 90%. Penemuan
ini ternyata diperkuat oleh hasil uji tunggal Duncan yang dilakukan terhadap data
mentah (Tabel Lampiran 3 dan Tabel Lampiran 4) sebagaimana tampak pada Tabel
4, Tabel 5, dan Tabel 6.
Karena tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peluang air sebagai
pengganti gudang penyimpanan, maka jika benih setelah disimpan akan ditanam
pada kondisi yang optimum sehingga tumbuh normal dan berproduksi secara normal,
sebaiknya benih disimpan di dalam kemasan yang berisi komposisi gas CO2 90% atau
N2 90% dan dapat disimpan di dalam kolam selama enam bulan.
Tabel4. Nilai Rata-rata DB dan Hasil Uji TZ pada Perlakuan Waktu Simpan
Waktu Simpan DB (%)
*
Hasil uji TZ (%)*
3 bulan 98.67 a 95.37 a
6 bulan 97.41 a 95.83 a
..
*
Ntlm rata-rata yang dukutl dengan huruf yang sama tJdak berbeda nyata pada tarafO.05 dengan uji DuncanTabel5. Nilai Rata-rata DB dan Hasil Uji TZ pada Perlakuan Komposisi Gas di
dalam Botol Kemasan Beriih
Komposisi Gas DB (%) '" Hasil Uji TZ (%)
*
Udara 97.34 a 93.98b
C0290% 98.67 a 96.07 a
N290% 98.11 a 96.76 a
..
.. Nilal rata-rata yang dllkutl dengan huruf yang sama tldak berbeda nyata pada tarafO.05 dengan uji Duncan
Tabel 6. Nilai Rata-rata DB dan Hasil Uji TZ pada Perlakuan Tempat Simpan Tempat Simpan DB (%) '" Hasil Uji TZ (%) ..
Gudang 98.15 a 95.06 a
Kolam 97.93 a 96.14 a
..
.. Nilal rata-rata yang dllkutI dengan huruf yang sama tIdak berbeda nyata pada tarafO.05 dengan uji Duncan
Vigor Daya Simpan Benih Sesudah Mengalami Deraan Alkohol
Vigor Daya Simpan (V DS) adalah kemampuan benih untuk disimpan lama dalam kondisi tidak optimum (Sadjad, 1993"), atau viabilitas absolut yang menunjukkan vigor benih pada Periode Simpan (PS) atau fragmen kedua dari Periode Viabilitas (PV) yang disebut Periode II yang adakalanya tidak optimum. Parameter
V DS ini penting bagi kita di Indonesia karena kondisi tropis dan juga kemampuan industri benih kita masih banyak yang kurang memadai dalam optimasi kondisi
simpan benih (Sadjad, 1994).
32
kemudian ditemukan tolok ukur tertentu yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan konsumen benih apakah lot benihnya masih bisa disimpan untuk kurun waktu
tertentu; atau pertanyaan produsen benih berapa lama produk benihnya yang disimpan pada suatu kondisi tertentu harus dianalisis ulang. Maka kemudian diciptakan alat IPB 77-1 yang memungkinkan benih sesudah direal:tifkan didera
dalam uap etanol 95%. Devigorasi terjadi dengan cepat sesudah didera dalam uap etanol 30-60 menit, tergantung spesiesnya (untuk benih kedelai waktu yang
diperlukan adalah 30 menit). Kemudian benih dikecambahkan dalam substrat kertas pada media optimum. Parameter ini disebut Vigor Daya Simpan benih setelah
mengalami deraan alkohol (VDS'lk ) dengan tolok ukur Daya Berkecambah Benih (DB) (Sadjad, 1993).
Rekapitulasi uji-F dari sidik ragam (Tabel Lampiran 5) menunjukkan bahwa
perlakuan waktu simpan berpengaruh nyata terhadap VDS,lk benih (Tabel 7).
Tabel 7. Rekapitulasi Uji-F Pengaruh Perlakuan Penyimpanan terhadap V DS'lk Benih
Sumber Keragaman Tolok Ukur : DB
Waktu(A)
**
Komposisi Gas (B) tn
AxB tn
Tempat Penyimpanan (C) tn
AxC tn
BxC tn
AxBxC tn
Tabel 8. Vigor Daya Simpan Benih setelah Mengalami Deraan Alkohol eVos'lk) dengan Tolok Ukur Daya Berkecambah (DB) setelah Perlakuan Penyimpanan
Kombinasi Perlakuan • Jumlah Kecambah Nonnal b VOS·1k (%)'
AlBlCI 23.11 92.45 a
AlBIC2 23.11 92.45 a
AIB2CI 23.33 93.33 a
AIB2C2 23.67 94.67 a
. AlB3Cl 23.00 92.00 a
AlB3C2 23.56 94.22 a
A2BICI 13.78 55.11 b
A2BIC2 14.33 57.33 b
A2B2CI 15.00 60.00 b
A2B2C2 14.89 59.55 b
A2B3CI 14.44 57.78 b
A2B3C2 15.67 62.67b
• A
=
masa penylmpanan bemh (AI=
3 bulan; A2=
6 bulan); B=
komposIsi atmosfir di dalarn botol kemasan benih (Bl=
udara; B2=
CO2 90%; B3=
N2 90%); C=
ternpat penyirnpanan benih (CI=
gudang; C2=
kolam).b Nilai yang tercanturn untuk rnasing-rnasing kornbinasi perlakuan berasal dari
rata-rata tiga ulangan satuan percobaan dan tiga ulangan penghitungan jumlah kecarnbah nonnal; jumlah benih total = 25 butir.
, % V os alk yang tercanturn untuk rnasing-masing kornbinasi perlakuan berasal dari rata-rata tiga ulangan satuan percobaan dan tiga ulangan penghitungan VOS·I\ nilai-nilai V OSaik yang diikuti dengan huruf yang sarna tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 dengan uji Duncan.
V os .Ik yang diperoleh pada berbagai interaksi perlakuan penyimpanan benih
seperti yang diuraikan pada Bab Bahan dan Metode dapat dilihat pada Tabel 8 dan
Tabel Larnpiran 6. Tampak bahwa nilai V os·lk tersebut berkisar antara 55.11%
sampai 94.67%. Berdasarkan uji Duncan perlakuan waktu simpan yang dicobakan
bulan dengan benih-benih yang disimpan selama enam bulan (Tabel 9). Sedangkan
periakuan komi>osisi gas di dalam botol kemasan benih dan periakuan tempat penyimpanan pada satu waktu penyimpanan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Basil yang didapat ini sesuai seperti yang dinyatakan oleh Sadjad (1980) bahwa waktu simpan dalam PS pada Konsepsi Steinbauer-Sadjad merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap viabilitas benih, yaitu penurunan viabilitas
seiring dengan pertambahan waktu.
Komposisi gas di dalam botol kemasan, baik yang terdapat di udara, CO2 90%, ataupun N2 90%, benih pada satu waktu penyimpanan yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap nilai Vns'lk benih. Begitujuga tempat
penyimpanan benih, baik di gudang G 1 maupun di kolam, pada satu waktu penyimpanan yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada nilai V ns'lk
benih. Begitu juga tidak ada interaksi antara faktor komposisi gas da dalam botol kemasan dengan tempat penyimpanan. Jadi faktor genetik (faktor innate) benih yang berpengaruh terhadap kemunduran benih.
Meskipun tidak berbeda nyata, benih yang disimpan di dalam botol kemasan yang berisi gas CO2 90% atau N2 90% menunjukkan nilai V ns'lk yang lebih baik
daripada yang disimpan di dalam botol kemasan yang berisi komposisi gas yang terdapat di udara (Tabel 10). Begitu juga yang disimpan di kolam menunjukkan nilai Vns"" yang lebih baik daripada yang disimpan di gudang (Tabel 11). Jadi
penyimpanan di dalam air ini dengan manipulasi komposisi gas di dalam botol
kemasan masih prospektif sebagai tempat penyimpanan plasma nutfah. Namun perlu
penelitian lebih lanjut misalnya mengenai kedalaman air tempat penyimpanan,
komposisi gas di dalam kemasan dan banyaknya benih di dalam kemasan.
Tabel 9. Nilai Rata-rata DB sebagai Tolok Ukur V DS·1k Benih pada Perlakuan Waktu Simpan
Waktu Simpan DB(%)
*
3 bulan 93.19 a
6 bulan 58.74 b
..
*
NIial rata-rata yang dukutl dengan hurufyang sama tldak berbeda nyata pada tarafO.05 dengan uji DuncanTabel 10. Nilai Rata-rata DB sebagai Tolok Ukur VDS•1k Benih pada Perlakuan Komposisi Gas dalam Botol Kemasan Benih
Komposisi Gas DB (%)
*
Udara 74.33 a
C0290% 76.89 a
N2 90% 76.67 a
*
Nilai rata-rata yang diikutl dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada tarafO.05 dengan uji DuncanTabe111. Nilai Rata-rata DB sebagai Tolok Ukur VOS'lk Benih padaPeriakuan Tempat Simpan
Tempat Simpan DB (%)
*
Gudang 75.11 a
Kolam 76.81 a
..
Analisis Sistem MultipIikasi Devigorasi Benih
Setiap individu benih mempunyai viabilitas yang disebut viabilitas benih:
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang ditunjukkan oleh fenomena pertumbuhan benih atau gejala metabolismenya. Dapat pula ditunjukkan oleh
keadaan organel sitoplasma atau kromosom. Kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman nonnal yang berproduksi nonnal dalam keadaan yang suboptimum,
dan di atas normal dalam keadaan yang optimum, atau mampu disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan tahan disimpan lama dalam kondisi optimum adalah vigor benih. Hasil uji Tetrazoliumjuga dapat dipakai sebagai tolok ukur vigor
benih (Sadjad, 1993).
Rekapitulasi uji-F dari sidik ragam (Tabel Lampiran 7 dan 8) menunjukkan
bahwa perlakuan waktu simpan dan komposisi gas di dalam botol kemasan benih berpengaruh nyata terhadap Vigor Konservasi (V KS) benih dan Vigor Daya Simpan
(V os) benih (Tabel 12).
Tabell2. Rekapitulasi Uji-F Pengaruh Perlakuan Penyimpanan terhadap Vigor Konservasi (V KS) dan Vigor Daya Simpan (Vos) Benih
Sumber Keragaman VKS Vos
Waktu(A)
*
*
Komposisi gas (B)
**
**
AxB
*
*
Tempat penyimpanan benih (C) tn tn
AxC tn, tn
BxC tn tn
AxBxC tn tn
tn = tldak nyata
*
nyata pada taraf 0.05* *
= nyata pada taraf 0.01Tabel 13. Vigor Konservasi dan Vigor Daya Simpan Benih setelah Perlakuan Penyimpanan dan Analisis Sistem Multiplikasi Devigorasi
Kombinasi Perlakuan • V KS (menit/%) b Vos
,
AlBICl 5.34 cd 0.21 c
AlBIC2 6.58 cd 0.28 be
AlB2Cl 17.06 a 0.75 a
AlB2C2 13.40 ab 0.57 ab
AlB3CI 15.13 a 0.63 a
AlB3C2 16.83 a 0.66 a
A2BICI 1.72 cd 0.06 c
A2BIC2 3.98 cd 0.15 c
A2B2CI 5.11 cd 0.18 c
A2B2C2 3.60 cd 0.12 c
A2B3CI 3.98 cd 0.14 c
A2B3C2 8.35 be 0.29 be
• A
=
masa penYlmpanan bemh (AI=
3 bulan; A2=
6 bulan); B=
komposisi atmosfir di dalam botol kemasan benih (B I=
udara; B2=
CO2 90%; B3=
N2 90%); C=
tempat penyimpanan benih (CI=
gudang; C2=
kolam).b Nilai yang tercantum untuk masing-masing kombinasi perlakuan berasal
dari rata-rata tiga ulangan penghitungan V KS dan dua ulangan dari tiga ulangan satuan percobaan; nilai-nilai V KS yang diikuti dengan hurnf yang sama tidak berbeda nyata pada tarafO.05 dengan uji Duncan.
'Nilai yang tercantum untuk masing-masing kombinasi perlakuan berasal dari rata-rata tiga ulangan penghitungan Vos dan dua ulangan dari tiga ulangan satuan percobaan, salah satu ulangan yang dianggap terlalu menyimpang tidak disertakan nilai-nilai Vos yang diikuti dengan hurnf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 dengan uji Duncan.
Hasil dari analisis Sistem Multiplikasi Devigorasi (SMD) benih pada berbagai interaksi perlakuan penyimpanan benih seperti yang diuraikan pada Bab Bahan dan
Metode dapat dilihat pada Tabel 13. Sedangkan Persamaan Regresi Polinomial Tingkat Tinggi, Nilai DTZ pada saat 0 menit (x = 0), Nilai ZPo, Nilai KeT, dan Grafik
[image:53.595.91.511.101.763.2]38
kombinasi perlakuan penyimpanan, yang diperlukan untuk menghitung VKJ! dan VDS
dapat dilihat pada Tabel Lampiran 9 dan Tabel Lampiran 10 dan Gambar Lampiran
1-12.
Tampak bahwa nilai VKS berkisar antara 1.72 menitl% sampai 17.06 menitl%,
sedangkan nilai Vos berkisar antara 0.06 sampai 0.75. Nilai Vos yang didapat ini
bukanlah nilai V DS yang absolut.
Jika diuraikan satu demi satu berdasarkan uji tunggal Duncan pada data
mentah, maka didapat hasil seperti yang diuraikan pada Tabel 14, Tabel 15,
dan TabeJ 16.
Benih yang disimpan seJama tiga bulan menunjukkan nilai V KS dan nilai Vos
yang berbeda nyata dan lebih baik daripada benih yang disimpan seJama enam bulan
(Tabel 14). Hal ini sesuai dengan seperti yang dikemukakan oJeh Sadjad (1980)
bahwa waktu simpan dalam periode simpan pada Konsepsi Steinbauer-Sadjad
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kemunduran viabilitas benih
(faktor innate).
Benih yang disimpan di daJam botol kemasan yang berisi komposisi gas CO2
90% atau N2 90% juga menunjukkan nilai V KS dan Vos yang berbeda nyata dan Jebih
baik daripada benih yang disimpan di dalam botol kemasan yang berisi komposisi gas
yang terdapat di udara (Tabel 15).
Hasil ini sesuai seperti yang didapatkan oleh Satrio (1991) bahwa benih-benih
yang disimpan dalam kemasan yang berisi udara mempunyai viabilitas
\ Zセ[L@
':';
," ; -.,.' . .
. .
.
rendah dibandingkan dengan benih-benih yang disimpan di dalam kemasan yang
berisi komposisi gas CO2 90% atau N2 90%. Roberts (1972) menyatakan bahwa
kondisi simpan yang banyak mengandung oksigen akan memperpendek umur simpan
benih. Hal ini berkaitan dengan pendapat Justice dan Bass (1990) yang menerangkan
bahwa komposisi gas dalam atmosfir ruang simpan benih dapat mempengaruhi laju
reSplraSI.
Namun benih yang disimpan di gudang Gl menunjukkan nilai VKS dan nilai
VDS yang sarna baiknya dengan benih yang disimpan di kolam (Tabel 16). Nilai VKS
menunjukkan bahwa benih setelah melampaui Peri ode Konservasi yang sub-optimum
kemudian ditanam pada kondisi yang sub-optimum diharapkan dapat tumbuh secara
normal dan berproduksi normal, atau jika ditanam pada kondisi optimum mampu