PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIK DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika
OLEH:
IRHAM HABIBI HARAHAP NIM : 8136172042
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
IRHAM HABIBI HARAHAP. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Motivasi Belajar Siswa Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Langsung. 2015.
Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Pemecahan Masalah, Motivasi Belajar Siswa
Tujuan dari penelitian ini untuk menelaah: (1) Perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah, lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung, (2) Perbedaan motivasi belajar siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung, (3) Kadar aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran berbasis masalah, (4) Pola ragam jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah pada pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran langsung.
Penelitian ini merupakan penelitian semi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP di Sibuhuan. Secara acak, dipilih satu sekolah sebagai subyek penelitian, yaitu SMP Negeri 1 Barumun sebanyak dua kelas dari tujuh kelas. Kelas eksperimen 1 diberi perlakuan pembelajaran berbasis masalah dan kelas eksperimen 2 diberi perlakuan pembelajaran langsung. Instrumen yang digunakan terdiri dari: tes kemampuan pemecahan masalah matematik, angket motivasi belajar siswa dan lembar observasi. Instrumen tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat validitas isi, serta koefisien reliabilitas sebesar 0,823 dan 0,8012 berturut-turut untuk kemampuan pemecahan masalah matematika dan angket motivasi belajar siswa.
Analisis data kemampuan pemecahan masalah matematik dilakukan dengan analisis kovarians (ANAKOVA), Angket motivasi belajar siswa dengan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat perbedaan hasil kemampuan pemecahan masalah matematik antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang diberi pembelajaran langsung. Hal ini terlihat dari hasil anakova untuk Fhitung=28,643 lebih besar Ftabel 4,007 (2) Terdapat Perbedaan motivasi belajar siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang diberi pembelajaran langsung. Hal ini terlihat dari nilai Asymp Sig. (two tailed) adalah 0,000 < 0,05. (3) Kadar Aktivitas aktif siswa telah memenuhi waktu persentase ideal yang ditetapkan (4) Proses Penyelesaian jawaban siswa yang dikenakan pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran langsung.
ii ABSTRACT
Irham Habibi Harahap. Differences in Mathematical Problem Solving Ability and Motivation Student With Problem Based Learning and Learning Direct. 2015.
Keywords: Problem Based Learning, Problem Solving, motivation to Learn Students
The aim of this study was to examine: (1) Differences in the ability of solving mathematical students who received problem-based learning, better than students who received direct instruction, (2) The difference in learning motivation of students who received problem-based learning is better than students who acquire learning directly, (3) active activity levels of students during the process of problem-based learning, (4) Pattern diverse responses of the students in solving problems on problem-based learning and hands-on learning.
This research is a semi-experimental. The study population was a class VIII student of SMP in Sibuhuan. Randomly selected one school as research subjects, namely SMP Negeri 1 Barumun of two classes of seventh grade. 1 untreated experimental class of problem based learning and classroom learning experiment 2 were treated langsung. Instrumen used consisted of: mathematical problem solving ability test, students' learning motivation questionnaire and observation sheet. The instrument has been declared eligible content validity, and reliability coefficient of 0.823 and 0.8012 respectively for mathematical problem solving skills and student learning motivation questionnaire.
Data analysis was performed mathematical problem solving ability by analysis of covariance (Anacova), Questionnaire student motivation by Mann-Whitney test. The results showed that (1) There are differences in the results of mathematical problem solving abilities among the students who were given a problem-based learning with the students who were given direct instruction. This is evident from the results Anacova for greater Fhitung = 28.936 Ftabel 3.965 (2) There is a difference in students' motivation is given a problem-based learning with the students who were given direct instruction. This can be seen from the value Asymp Sig. (two-tailed) was 0.000<0.05. (3) active activity levels of students have met the ideal percentage specified time (4) Completion Process imposed students answer problem-based learning is better than direct.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Selama proses penulisan, terdapat beberapa kendala dan keterbatasan dari penulis, akantetapi bimbingan dan arahan serta bantuan dari beberapa pihak menjadi motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.
Dalam kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Waminton Rajagukguk, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd dalam kapasitasnya sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Matematika pasca sarjana UNIMED sekaligus narasumber I. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED, Bapak Prof. Dr.Sahat Saragih, M.Pd, sebagai narasuber II dan Bapak Dr. Martua Manullang, M.Pd sebagai nara sumber III yang telah banyak memberikan masukan dan sumbangsih pemikiran sehingga menambah khasanah pengetahuan penulis dalam penyempurnaan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea selaku Direktur Pasca Sarjana UNIMED, Asisten Direktur I, dan II Program Pascasarjana Unimed, yang telah memberikan kesempatan serta bantuan administrasi selama pendidikan di Universitas Negeri Medan.
iv
5. Bapak Drs. Ali Kamar nasution selaku Kepala SMP Negeri Barumun, yang telah memberikan izin melakukan penelitian, pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah, serta guru-guru dan staf administrasi yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.
6. Ayahanda Lahmuddin Harahap dan Almh Ibunda tercinta Nuraini Tanjung, beserta seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan doa restu, semangat dan bantuan lainnya kepada penulis selama dalam perkuliahan. 7. Teman-teman mahasiswa, sahabat para kader HIMMAH, Senioren dan semua
pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta saudara/i, semoga kita semua sukses dalam bingkai rahmat dan rhido Allah SWT, serta tesis ini bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika. Penulis sangat menyadari tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang dikemas dalam saran dan kritik yang baik demi kesempurnaan tesis ini.
Medan, 10 Desember 2015 Penulis
v
2.2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 19
2.3. Hakekat Motivasi 23
2.3.1 Motivasi Belajar Siswa 26 2.3.2 Jenis dan Sifat Motivasi 28
2.3.3 Fungsi Motivasi 29
2.3.4 Pentingnya motivasi 30
2.4 Belajar dan Pembelajaran Matematik 32 2.5 Pembelajaran Berbasis Masalah 37 2.5.1 Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah 40 2.5.2 Tujuan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah 44 2.5.3 Manfaat Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah45 2.5.4 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah 46
2.6 Pembelajaran Langsung 48
2.6.1 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Langsung 551 2.6.1 Perbedaan pedagogik pembelajaran berbasis
masalah dan pembelajaran langsung 52
2.7 Materi Pelajaran 54
2.8 Teori Belajar Yang Mendukung 58
2.9 Proses Jawaban 62
2.10 Penelitian yang Relevan 64
2.11 Kerangka Konseptual 65
vi
BAB III METODE PENELITIAN 72
3.1. Jenis Penelitian 72
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 72 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 73 3.4. Mekanisme dan Rancangan Penelitian 73
3.4.1 Studi Pendahuluan 74
3.4.2 Menyusun Perangkat Pembelajaran 74
3.4.3 Rancangan Penelitian 82
3.5 Variabel Penelitian 83
3.6 Instrumen Penelitian 84
3.6.1 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik 84 3.6.2 Angket Motivasi Belajar Siswa 86
3.6.3 Lembar Observasi 87
3.7 Tekhnik Analisis Data 88
3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif 89 3.7.2 Analisis Statistik Infrensial 95
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 108
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 108 4.1.1. Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran dan
Instrumen Penelitian 108
4.2. Hasil Analisis Deskriptif Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah 109
4.2.1. Hasil Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah 110 4.2.2. Hasil Postes Kemampuan Pemecahan Masalah 114 4.3. Analisis Deskriptif Angket Motivasi Belajar Siswa 118 4.3.1. Hasil Analisis Deskripitif Angket Motivasi
Belajar Siswa Kelas Eksperimen 1 118 4.3.2. Hasil Analisis Deskriptif Angket Motivasi
Belajar Siswa Kelas Eksperimen 2 124 4.4. Analisis Statistik Infrensial Data Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik 131 4.5. Hasil Analisis statistik Infrensial Angket
Motivasi Belajar Siswa 142 4.6. Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran 144 4.7. Analisis keberagaman Proses Jawaban Siswa
Pada Tes Pemecahan Masalah Matematik 147 4.8. Pembahasan Hasil Penelitian 161
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 170
5.1. Kesimpulan 170
5.2. Saran 171
DAFTAR PUSTAKA 173
LAMPIRAN 177
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah 47 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Langsung 51 2.3 Perbedaan Pedagogik Antara Pembelajaran Berbasis
Masalah Dengan Pembelajaran Konvensional 53 3.1 Hasil validasi Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah 75 3.2 Hasil Validasi Postes Kemampuan Pemecahan Masalah 75 3.3 Hasil Validasi Angket Motivasi Belajar Siswa 76 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas 77 3.5 Interpretase Koefisien Reliabilitas 79
3.6 Rancangan Penelitian 82
3.7 Kisi-kisi Pretes dan Postes 85 3.8 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa 87
3.9 Kategori Aktivitas Siswa 88
3.10 Interval Skor Pemecahan Masalah Matematik 89 3.11 Kategori Tingkat Motivasi Belajar Siswa 91 3.12 Persentase Waktu Ideal untuk Aktivitas Aktif Siswa 93 3.13 Rancangan Analisis Data Anakova 95 3.14 Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data,
Alat Uji dan Uji Statistik 107 4.1 Hasil Uji Perangkat Pembelajaran 109 4.2 Hasil Uji Perhitungan Validitas Setiap Butir Soal 109 4.4 Hasil Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Kelas Pembelajaran Berbasis Masalah 110 4.5 Ukuran Gejala Pusat dan Variansi Data Pretes
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik eksperimen1 111 4.6 Hasi Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik kelas Pembelajaran Langsung 112 4.7 Ukuran Gejala Pusat dan Variansi Data Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik kelas eksperimen 2 113 4.8 Rekapitulasi Hasil Pretes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematik 114
4.9 Hasil Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas Pembelajaran Berbasis Masalah 114 4.10 Ukuran Gejala Pusat dan Variansi Data Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik kelas Eksperimen 1 115 4.11 Hasil Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Kelas Eksperimen 2 116
4.12 Ukuran Gejala Pusat dan Variansi Data Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik kelas Eksperimen 2 117 4.13 Rekapitulasi Hasil Postes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematik Siswa 118
viii
4.18 Persentase Ulet dan Tekun dalam Belajar 121 4.19 Persentase Mempunyai Kegiatan Meraih Cita-cita 122
4.20 Persentase Hadiah 123
4.21 Persentase Hukuman 123
4.22 Persentase Persaingan Dengan Teman/Lingkungan 124 4.23 Persentase Senang Menjalankan Tugas dalam Belajar 124 4.24 Persentase Menunjukkan Minat Mendalami Materi Yang
Dipelajari Lebih Jauh Lagi 125 4.25 Bersemangat dan Bergairah Untuk Berprestasi 126 4.26 Persentase Merasakan Pentingnya Belajar 127 4.27 Persentase Ulet dan Tekun Menghadapi Tugas Belajar 127 4.28 Persentase Mempunyai Kegiatan Untuk Meraih Cita-cita 128
4.29 Persentase Hadiah 129
4.30 Persentase Hukuman 129
4.31 Persentase Persaingan dengan Teman/Lingkungan 130 4.32 Persentase Angket Motivasi Belajar Siswa Dengan
Pembelajaran Berbasis Masalah dan Langsung 130 4.33 Uji Normalitas Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 132 4.34 Uji Homogenitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 133 4.35 Koefisien Persamaan Regresi Kelas PBM 133 4.36 Koefisien Persamaan Kelas Pembelajaran Langsung 134 4.37 Analisis Varians Uji Independensi Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik Kelas PBM 134 4.38 Analaisis Varians Uji Linearitas Kelas PBM 135 4.39 Analisis Varians Uji Independensi Kelas PL 136 4.40 Analisis Varians Uji Linearitas Kemampuan Pemecahan
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Lembar Jawaban Kosong 4
1.2 Lembar Jawaban Salah 5
1.3 Lembar Jawaban Benar 5
3.1 Prosedur Penelitian 81
4.1 Grafik Hasil Pretes Pemecahan Masalah Matematik Siswa Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah 112 4.2 Grafik Hasil Pretes Pemecahan Masalah Matematik
Dengan Pembelajaran Langsung 112 4.3 Grafik Hasil Postes Eksperimen 1 115 4.4 Grafik Hasil Postes Eksperimen 2 117 4.5 Diagram Persentase Aktivitas Siswa 144 4.6 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 1
Kelas Eksperimen 1 149
4.7 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 1
Kelas Eksperimen 2 149
4.8 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 2
Kelas Eksperimen 1 152
4.9 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 2
Kelas Eksperimen 2 152
4.10 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 3
Kelas Eksperimen 1 155
4.11 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 3
Kelas Eksperimen 2 155
4.12 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 4
Kelas Eksperimen 1 158
4.13 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 4
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekolah merupakan salah satu wahana berkumpul dan belajar para
komunitas insan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Pentingnya ilmu
pengetahuan dikarenakan permasalahan yang begitu kompleks akan dihadapi
dalam kehidupan bermasyarakat dan sebagai pembeda komunitas harkat dan
martabat suatu bangsa. Sehingga, para pemangku kepentingan, melakukan
berbagai macam cara dan mencari rumusan yang sesuai untuk menjawab
problematika pendidikan yang terjadi di dalam negeri, demi terwujudnya generasi
yang berkualitas dan punya daya tawar dalam menyongsong era globalisasi.
Materi pelajaran yang dimuat dalam sekolah merupakan referensi awal
bagi peserta didik yang akan menghadapi dunia nyata. Akan tetapi peserta didik
sering beranggapan bahwa materi yang dimuat tidak berkorelasi dengan
kebutuhan mereka dan menganggap sesuatu yang sulit untuk dipelajari, apalagi
materi yang dibahas berkaitan dengan mata pelajaran matematika, banyak yang
beranggapan adalah materi yang sulit dan momok yang sangat menakutkan. Pada
hal, matematika merupakan bidang studi yang sangat penting untuk dipelajari.
Karena, “selalu ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan yang lain, ditambah lagi
dengan para peserta didik yang akan menghadapi berbagai permasalahan dalam
kehidupan yang tentunya membutuhkan pemikiran yang realistis, sudah barang
tentu sejalan dengan cara berpikir matematis yang kritis, sistematis, logis, kreatif,
dan kemampuan bekerjasama”(Depdiknas, 2003a).
2
Paling (dalam Abdurrahman, 2003) mengatakan bahwa “matematika
adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan yang
dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan
tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan
yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam
melihat dan menggunakan hubungan-hubungan”. Dari pendapat ini dapat
diketahui bahwa sesungguhnya matematika itu memiliki peranan penting untuk
berkembang dan juga dalam berbagai bidang kehidupannya.
Pendidikan matematika ini diperoleh mulai dari pendidikan sekolah dasar,
sekolah menengah, dan juga sampai pada jenjang perguruan tinggi. Setelah
memperoleh pendidikan matematika di sekolah maka akan tercapai tujuan
pendidikan matematika sekolah. Yaitu :
(1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, dan menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsistensi, (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba–coba, (3) mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, (4) memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik atau diagram untuk memperjelas masalah (Depdiknas, 2003a)
Dari hal di atas dapat diketahui bahwa salah satu aspek kompetensi yang
diharapkan dalam pendidikan matematika adalah pemecahan masalah. Karena
melihat perannya yang strategis dalam mengembangkan potensi intelektual siswa.
Siswa menjadi terampil dalam menyeleksi informasi, menganalisa dan siswa
belajar bagaimana melakukan proses penemuan dengan pemecahan masalah.
Sebagaimana dikatakan Hudojo (2005:133) bahwa “Pemecahan masalah
3
disebabkan antara lain: (1) siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang
relevan, kemudian menganalisanya dan kemudian meneliti hasilnya; (2) kepuasan
intelektual akan timbul dari dalam, yang merupakan masalah intrinsik; (3) potensi
intelektual siswa meningkat; (4) siswa belajar bagaimana melakukan penemuan
dengan melalui proses melakukan penemuan”.
Pembelajaran matematika merupakan aspek penting bagi siswa disekolah.
sejalan dengan yang dirumuskan National Council of Teacher of Mathematics
atau NCTM (Wahyudin, 2008:62) yaitu: “(1) daya matematis bagi semua dalam
masyarakat teknologi; (2) matematika sebagai sesuatu yang seseorang lakukan
menyelesaikan masalah, berkomunikasi, bernalar; (3) suatu kurikulum untuk
semua yang meliputi rentang luas muatan, beraneka ragam konteks, dan
koneksi-koneksi yang terencana; (4) belajar matematika sebagai proses aktif yang
konstruktif; (5) pembelajaran didasarkan pada masalah-masalah yang nyata”.
Dengan belajar matematika siswa dapat berlatih menggunakan pikirannya secara
logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta memiliki kemampuan bekerja
sama dalam menghadapi berbagai masalah”.
Lebih lanjut Sumarno (dalam Saragih, 2007:2) menyatakan bahwa
“kemampuan-kemampuan dalam tujuan pembelajaran matematika itu disebut
dengan daya matematik (mathetamtical power) atau keterampilan matematika
(doing math)”. Daya matematik dalam tujuan pembelajaran matematika berupa
kemampuan untuk menghadapi permasalahan baik dalam matematika maupun
kehidupan nyata. Sedangkan keterampilan matematika melakukan sesuatu dengan
4
Salah satu keterampilan matematika yang berkaitan dengan karakteristik
berpikir tingkat tinggi dan berpikir tingkat rendah adalah kemampuan pemecahan
masalah. Sebagaimana NCTM (Wahyudin, 2008:67) menekankan “pemecahan
masalah sebagai fokus sentral dari kurikulum matematika”. Pentingnya
pemecahan masalah merupakan wahana untuk membangun berpikir tingkat tinggi.
Sehingga, kemampuan pemecahan masalah bukan hanya sebagai tujuan
pembelajaran, tetapi mereka juga termotivasi untuk bekerja dengan
sungguh-sungguh menyelesaikan permasalahan matematika.
Akan tetapi berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di
SMP Negeri 1 Barumun pada tahun ajaran 2014/2015 masih banyak kejanggalan
terhadap penyelesaian soal. Ini membuktikan bahwa kemampuan pemecahan
masalah matematik siswa masih rendah. Sebagai contoh : Harga 5 buah Apel dan
4 buah jeruk di Pasar Sibuhuan adalah Rp. 50.000,-. Sedangkan 2 buah Apel dan 3
buah Jeruk di tempat yang sama Rp. 27.000,-. Jika Ruki membeli 3 buah Apel dan
2 jeruk berapakah uang yang harus dibayarkan?.
Soal tersebut diberikan kepada 32 siswa, 10 orang (31,25%) diantaranya
tidak menjawab soal tersebut, 16 orang (50%) menjawab dengan jawaban yang
salah dan 6 orang (18,75%) yang menjawab benar, dari hasilnya menunjukkan
kemampuan pemecahan masalah rendah, gambaran jawaban beberapa siswa dapat
dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1.1 lembar jawaban siswa kosong
siswa tidak menuliskan jawaban atas soal
5
Dari gambar di atas diketahui bahwa siswa kesulitan dalam memahami
masalah, merumuskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Padahal soal
membutuhkan pemecahan masalah. Sehingga pada saat soal diberikan, siswa tidak
menjawab pertanyaan pada lembar jawaban. Tetapi hanya menuliskan soal saja.
Padahal soal sangat sering dijumpai dalam kehidupan nyata.
Gambar 1.2 Lembar jawaban siswa salah
Sedangkan pada gambar 1.2 di atas siswa mengerti dengan arah soal yang
diberikan. Akan tetapi siswa tersebut belum faham bagaimana semestinya
memecahkan permasalahan tersebut. Sehingga siswa tidak mengetahui bagaimana
yang semestinya menyelesaikan soal tersebut dengan benar.
Gambar 1.3 lembar jawaban Siswa yang benar
Siswa salah dalam
memecahkan masalah dan menjawab soal
6
Pada gambar 1.3 di atas, jawaban siswa benar dalam menuliskan apa yang
diketahui, ditanyakan dan memecahkan masalah tersebut. Akan tetapi hanya
sebagian kecil dari keseluruhan siswa yang mampu menyelesaikan masalah yang
diberikan. Dapat disimpulkan dari beberapa jawaban siswa bahwa kemampuan
pemecahan masalah siswa masih rendah.
Selain observasi di atas, nilai rata-rata matematika siswa saat UN pada
tahun 2014 berada di bawah KKM yang ditetapkan di SMP Negeri 1 Barumun,
yaitu 6,43 atau 6,43<70. Berdasarkan interview peneliti terhadap guru bidang
studi matematika dikatakan bahwa hasil belajar dan nilai UN matematika berada
di bawah KKM yang sudah ditetapkan, dikarenakan siswa kurang mampu
menyelesaikan masalah matematika. Dalam hal ini, siswa kurang terbiasa dalam
menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah, sehingga bila dihadapkan pada
soal-soal pemecahan masalah, siswa cenderung kurang bisa. oleh karena itu, perlu
dilatih kepada siswa agar mempunyai bekal dalam memecahkan masalah
matematika dan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Faktor penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik
siswa, dipengaruhi oleh pembelajaran yang digunakan guru selama ini belum
mampu membangkitkan gairah siswa untuk belajar, memotivasi siswa dalam
menyelesaikan soal-soal yang berbentuk masalah. Rendahnya kemampuan siswa
dalam menyelesaikan permasalahan dikarenakan proses pembelajaran yang
dilakukan guru dalam mengajar hanya menerangkan konsep, memberikan contoh
soal, tanya jawab (jika ada), dilanjutkan dengan menyuruh siswa untuk
7
Disamping kemampuan pemecahan masalah, Peneliti juga fokus pada
motivasi belajar siswa. Karena motivasi mempunyai peran yang sangat penting
bagi siswa dalam belajar. Menurut Gagne dan Berliner (dalam Dimyati dan
Mudjiono, 2013:42) “motivasi adalah tenaga yang menggerakkan aktivitas
seseorang dan mengarahkan aktivitas seseorang”. Rendahnya motivasi membuat
siswa malas belajar bahkan acuh terhadap pelajaran matematika. Dalam proses
pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk
diperhatikan. Seringnya terjadi di sekolah, siswa yang kurang berprestasi bukan
disebabkan karena kemampuannya yang kurang. tetapi disebabkan motivasi yang
tidak ada, membuat siswa untuk tidak berusaha untuk menggerakkan segala
kemampuannya belajar.
Bukan hal yang jarang lagi, seringnya guru gagal membawa suasana
belajar yang baik dikarenakan penggunaan metode pembelajaran yang kurang
tepat. Siswa yang berprestasi rendah kemungkinan besar disebabkan karena tidak
adanya dorongan atau motivasi. Motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak
untuk membangkitkan minat siswa, menjamin kelangsungan proses belajar,
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2007:75) yang menyatakan
bahwa “hasil belajar itu dikatakan optimal bila ada motivasi yang tepat”.
Pengetahuan dan pehamanan tentang motivasi belajar pada siswa sangat
bermanfaat bagi guru untuk membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara
semangat siswa tentang arti pentingnya belajar. Karena walau bagaimanapun
semangat guru untuk mengajari siswa kalau motivasi belajar tidak tumbuh pada
8
Ada Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya motivasi siswa
di sekolah. Sebagaimana Dimyati dan Mudjiono (2013:97) menyebutkan
diantaranya, pertama cita-cita atau aspirasi siswa, timbulnya cita-cita dibarengi
oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan.
Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian. Kedua
kemampuan siswa, keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan
atau kecakapan mencapainya. Keinginan membaca perlu dibarengi dengan
kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-huruf. Ketiga kondisi siswa,
kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi
belajar. Keempat kondisi lingkungan siswa, lingkungan siswa dapat berupa
keadaan alam, lingkungan tempat tinggal pergaulan sebaya, dan kehidupan
bermasyarakat. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruhi oleh
lingkungan sekitar. Kelima unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran,
siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang
mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Keenam upaya guru dan
membelajarkan siswa, guru adalah seorang pendidik profesional. Upaya guru
membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan diluar sekolah.
Motivasi siswa timbul karena cita-cita yang didorong oleh perkembangan
akal, moral, kemauan, kemampuan, kondisi pribadi sisiwa, kondisi lingkungan
dan upaya guru sebagai pendidik yang professional. Karena siswa adalah makhluk
sosial yang mempunyai kebutuhan. Sebagaimana David Mc Cleeland dalam
Dimyati dan Mudjiono (2013:82) berpendapat bahwa “setiap orang memiliki tiga
jenis kebutuhan dasar, yaitu : (i) kebutuhan akan kekuasaan, (ii) kebutuhan untuk
9
Ada tiga unsur motivasi yang harus diperhatikan dalam melihat
pengaruhnya, yaitu: pertama tujuan, bahwa manusia adalah makhluk yang
mempunyai tujuan, walaupun manusia tidak ada sebenarnya yang mempunyai
tujuan yang sama. Kedua kekuatan dalam diri, ketika seluruh kekuatan yang
dimiliki manusia berupa energi, apakah itu energi fisik, otak, mental dan spiritual
berkolaborasi dan menjelma, maka timbullah dorongan batin untuk melakukan
sesuatu dengan baik dan benar. Ketiga keuntungan, setiap manusia pasti ingin
mendapatkan keuntungan disetiap pekerjaan, meski harus dihindari sikap mau
bekerja manakala ada keuntungan langsung (direct profit) yang akan
diperolehnya. Akan tetapi keinginan memperoleh imbalan, rasa ingin
meningkatkan diri dan seperangkat keinginan mencari keuntungan adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari keseluruhan aktivitas manusia.
Namun fakta di lapangan berbeda terhadap yang diharapkan. berdasarkan
hasil observasi terhadap guru dalam proses pembelajaran matematika, guru hanya
mencari cara yang mudah dalam memberikan pelajaran, cenderung mengejar
setiap pokok bahasan tanpa memperhatikan kompetensi yang dimiliki oleh siswa,
serta terlebih dahulu mendemonstrasikan contoh masalah, kemudian siswa
diberikan soal yang sesuai dengan contoh tersebut, guru beranggapan bahwa hal
yang demikian dapat meningkatkan kemampuan siswa. Sehingga kenyataannya
berbanding terbalik, siswa tidak mempergunakan kemampuannya sendiri untuk
menyelesaikan masalah. Namun, hanya mencontoh pekerjaan guru. Kurangnya
kegiatan yang menarik dalam pembelajaran dapat menyebabkan rendahnya
10
Pembelajaran yang hanya berpusat kepada guru juga mengakibatkan
keinginan siswa untuk belajar rendah. Karena Proses pembelajaran tidak hanya
transfer knowledge. tetapi juga menciptakan situasi yang dapat membawa
perubahan tingkah laku positif pada siswa. Pola pembelajaran seperti ini harus
dirubah dengan cara menggiring siswa untuk mencari ilmunya sendiri. Proses
pembelajaran yang monoton dan didominasi oleh guru dapat menyebabkan
kurangnya motivasi siswa untuk belajar matematika dan mengarah pada proses
pembelajaran yang tidak aktif. Siswa akan merasa jenuh dan kurang tertarik untuk
mengikuti pelajaran. sehingga motivasi untuk memahami materi apa yang
diberikan oleh guru tidak ada pada siswa. Pada hal motivasi mempunyai peran
yang sangat penting dalam kegiatan belajar, daya penggerak dalam diri siswa
untuk menumbuhkan minat belajar dan faktor psikis yang bersifat non intelektual.
Seorang siswa yang mempunyai intelegensi yang tinggi bisa gagal karena
kurangnya motivasi pada diri siswa dalam belajar.
Guru sebagai salah satu aktor penentu keberhasilan siswa dalam belajar,
diuntut untuk mengkontruksi proses pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar siswa. Menurut Napitupulu
(2008:9) bahwa “model, pendekatan, strategi, metode ataupun teknik yang
digunakan guru diyakini berpengaruh besar terhadap pencapaian hasil belajar
anak”. Untuk mendukung proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa
diperlukan suatu pengembangan materi pelajaran matematika yang difokuskan
kepada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual) dan disesuaikan
dengan tingkat kognitif siswa, serta penggunaan metode evaluasi yang terintegrasi
11
Selain kemampuan pemecahan masalah matematik dan motivasi belajar
siswa, Proses penyelesaian jawaban siswa juga menjadi fokus peneliti. Hal ini
berkaitan dengan kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal dan
untuk mengetahui sejauh mana barometer penguasaan siswa terhadap materi agar
dapat diteliti lebih lanjut mengenai penyebab kesalahan siswa. “Penyebab
kesalahan siswa tersebut harus mendapat pemecahan yang tuntas sehingga
kesalahan yang sama tidak terulang dikemudian hari”(Hidayat dkk, 2013:40).
Proses penyelesaian jawaban siswa itu penting, untuk mengetahui
bagaimana pola pikir siswa. Karena pada hakekatnya, pola pikir antara siswa
berbeda terhadap masalah yang akan diselesaikan. Selain itu, proses penyelesaian
jawaban siswa juga berkaitan dengan variasi jawaban siswa dalam menyelesaikan
permasalahan yang diberikan .
Namun berdasarkan hasil ujicoba yang dilakukan peneliti terhadap proses
penyelesaian jawaban. setelah dianalisis kurang bervariasi, artinya masih banyak
terdapat siswa mempunyai jawaban yang sama terhadap soal yang diberikan. Hal
tersebut kemungkinan bisa terjadi, karena selama ini pada saat pembelajaran guru
memberikan maslah-masalah matematika yang tertutup, Jarang sekali siswa diajak
menganalisis serta mengunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, guru perlu menyusun soal yang kontekstual atau
berhubungan dengan kehidupan nyata siswa selama kegiatan pembelajaran. Salah
satu cara yang dapat digunakan oleh guru yaitu dengan menerapkan pembelajaran
berbasis masalah. Karena Pada pembelajaran berbasis masalah terdapat beberapa
ciri khasnya berupa penilaian autentik dimana guru dapat menilai hasil kerja siswa
12
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang menyajikan berbagai pilihan masalah kontekstual sehingga
merangsang peserta didik untuk belajar. Sebagaimana diungkapkan oleh Santrock
(2008:374) “Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang lebih
menekankan pada pemecahan masalah autentik seperti masalah yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari” Dengan guru memberikan berbagai situasi yang nyata,
secara tidak langsung mengajak siswa untuk bereksprimen, menguji berbagai hal
untuk menemukan jawabannya kemudian membandingkan dengan siswa lain
merupakan cara dari pembelajaran berbasis masalah.
Pembelajaran berbasis masalah sejalan dengan Kurikulum yang telah
dirancang dan disiapkan oleh pemerintah, bahkan telah diujicobakan di beberapa
sekolah di Indonesia walau hanya dengan tenggat waktu yang sedikit, tapi banyak
sekolah yamg merespon dengan positif. karena pada pembelajarannya
menekankan untuk memfasilitasi peserta didik agar memiliki kompetensi (sikap,
pengetahuan dan keterampilan) yang memadai untuk eksis pada abad 21 yang
bercirikan sebagai berikut (Kemdikbud, 2013):
1. Pembelajaran diarahkan untuk mendorong siswa mencari tahu dari beberapa sumber belajar, dengan melakukan observasi, bukan diberitahu. 2. Pembelajaran diarahkan untuk mampu merumuskan masalah (menanya)
bukan hanya menyelesaikan masalah (menjawab).
3. Pembelajaran diarahkan utnuk berpikir analitis (pengambilan keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin).
4. Pembelajaran menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah.
Sebagaimana Piaget (Arends, 2008:47) mengatakan bahwa “Pembelajaran
berbasis masalah dimana guru memberikan berbagai situasi (masalah) yang
menempatkan permasalahan dalam dunia nyata sehingga siswa dapat
13
memanipulasi benda-benda, memanipulasi simbol-simbol, melontarkan
pertanyaan dan mencari jawaban sendiri, mengkonsilasikan apa yang ditemukan
dan membandingkannya dengan temuan siswa lain”. Pembelajaran dengan
ciri-ciri tersebut adalah merupakan pembelajaran yang menerapkan metode ilmiah.
Pendekatan pembelajaran yang menerapkan tahapan metode ilmiah dinyatakan
sebagai pendekatan saintifik (scientifc approach). Untuk mampu mencapai
tahapan-tahapan tersebut maka didalam kelas matematika perlu diajarkan cara
pemecahan masalah dan motivasi belajar siswa yang baik dan tepat dengan
harapan siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Berangkat dari uraian di atas, peneliti menganggap bahwa Pembelajaran
berbasis masalah melatih peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi, membantu
siswa menjadi pebelajar yang mandiri dengan bimbingan yang berulang-ulang
sekaligus memotivasi belajar matematik siswa. Oleh karena itu, judul penelitian
ini adalah perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik dan motivasi
belajar siswa dengan pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran langsung.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari beberapa uraian pada latar belakang masalah di atas terdapat
beberapa masalah diantaranya:
a. Hasil belajar matematika siswa rendah
b. Siswa belajar secara pasif, menerima pelajaran yang diberikan gurunya sebagai
barang jadi.
c. Pembelajaran masih berpusat pada guru
d. Respon yang diberikan siswa atas permasalahan yang diberikan tidak sesuai
14
e. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa masih rendah.
f. Motivasi belajar siswa masih rendah
g. Proses penyelesaian soal siswa belum sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan.
h. Pembelajaran berbasis masalah belum diterapkan.
i. Siswa cenderung menghindari soal-soal yang menantang karena terbiasa
dengan soal-soal yang rutin.
j. Proses pembelajaran disekolah kurang menarik karena masih cenderung
dengan pembelajaran langsung.
1.3 Pembatasan Masalah
Masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup luas
dan kompleks, agar penelitian ini lebih fokus dan mencapai tujuan yang
diharapkan maka penulis membatasi masalah berupa:
a. Kemampuan pemecahan masalah matematik siwa
b. Motivasi belajar siswa masih rendah
c. Proses jawaban siswa
d. Pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran langsung.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, maka rumusan masalah yang diajukan pada penilitian ini
adalah:
a. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa
yang diajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran
15
b. Apakah terdapat perbedaan motivasi belajar siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran langsung.
c. Bagaimana kadar aktivitas aktif siswa, selama peroses penerapan pembelajaran
berbasis masalah.
d. Bagaimana peroses jawaban siswa dalam pemecahan masalah matematik pada
pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran langsung.
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka
yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik
siswa yang diajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran
langsung.
b. Untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran langsung.
c. Untuk mendeskripsikan kadar aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran
berbasis masalah.
d. Untuk mengetahui proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal
pemecahan masalah pada pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran
langsung.
1.6 Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian ini, maka diharapkan hasil penelitian
ini dapat bermanfaat sebagai berikut:
a. Sebagai acuan bagi guru-guru matematika yang ingin mengembangkan
16
b. Sebagai masukan bagi guru-guru tentang alternatif pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran
c. Sebagai masukan bagi segenap pembaca dan pemerhati yang peduli terhadap
peningkatan mutu pendidikan secara khusus pada pendidikan matematika
1.7 Defenisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan penafsiran dalam penulisan ini, perlu
dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam penulisan ini.
a. Kemampuan pemecahan masalah matematik yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah kemampuan siswa terhadap suatu masalah untuk dipecahkan atau
diselesaikan dalam topik pembelajaran matematika dengan fase siswa mampu
memahami masalah, merencanakan masalah, menyelesaikan masalah sesuai
rencana, memeriksa kembali hasil pemecahan masalah yang diperoleh.
b. Motivasi belajar adalah dorongan yang dimiliki seseorang baik yang datang
dari dalam (intrinsik) meliputi: 1) Senang menjalankan tugas belajar, 2)
Mendalami materi yang dipelajari lebih jauh lagi, 3) Bersemangat dan
bergairah untuk berprestasi, 4) Menyadari pentingnya belajar, 5) Ulet dan
tekun dalam menghadapi masalah belajar, 6) Mempunyai kegiatan untuk
meraih cita-cita dengan cara belajar, maupun dari luar (ekstrinsik) meliputi: 1)
Hadiah (reward), 2) Hukuman (punishment), 3) Persaingan dengan teman /
lingkungan diri individu, atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan
dalam diri yang mendorong individu untuk belajar.
c. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran dari pilihan
berbagai masalah dan diperoleh dari kemampuan kritis serta kemampuan siswa
17
pembelajaran, yaitu: (1) orientasi siswa pada masalah; (2) mengorganisasikan
siswa untuk belajar; (3) memberikan bantuan menyelediki, menganalisa secara
mandiri atau kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5)
menganalisa dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.
d. Pembelajaran langsung adalah suatu pembelajaran yang berpusat pada guru
dengan memiliki lima langkah yaitu: menetapkan tujuan, penjelasan, dan atau
demonstrasi, panduan, praktek, umpan balik dan perluasan praktek.
e. Pretes adalah adalah tes kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada
materi prasyarat.
f. Proses jawaban siswa adalah cara yang digunakan siswa untuk menyelesaikan
masalah, dianalisis dari kesalahan dan keberagaman langkah penyelesaian dan
170
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama pelaksanaan
pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran langsung dengan menekankan
pada kemampuan pemecahan masalah matematika dan motivasi belajar siswa,
maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik antara siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa
yang diajarkan dengan pembelajaran langsung.
2. Perbedaan motivasi belajar siswa, antara siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang diajarkan
dengan pembelajaran langsung.
3. Aktivitas aktif siswa dengan pembelajaran berbasis masalah adalah efektif.
Dengan merujuk pada kriteria yang ditetapkan, toleransi pencapaian
keefektifan waktu yang digunakan terpenuhi.
4. Pola jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah pada pembelajaran berbasis
masalah lebih baik dan bervariasi bila dibandingkan dengan pembelajaran
langsung. Berdasarkan temuan penelitian, dari keempat indikator yang diukur
menyelesaikan masalah masih mengalami kesulitan.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematik dan motivasi belajar siswa lebih baik
dengan pembelajaran berbasis masalah. Dengan pembelajaran berbasis masalah
membuat siswa berani mengemukakan ide-ide, memiliki sikap demokratis,
171
sehingga menimbulkan rasa senang dalam belajar. Guru sebagai teman belajar,
mediator, fasilitator untuk lebih memahami kelemahan dan kekuatan dari bahan
ajar serta karakteristik kemampuan individual siswa. Jika hal ini dilakukan secara
berkesinambungan membawa dampak positif terhadap pengetahuan dimasa yang
akan datang, berdasarkan beberapa uraian di atas, peneliti menyarankan beberapa
hal berikut :
1. Bagi guru matematika
a. Pembelajaran berbasis masalah menjadi kendala bagi siswa karena belum
mengenal secara utuh cara belajar yang digunakan. Disarankan kepada
guru mengenalkan terlebih dahulu mengenai fase-fase pembelajaran
kepada siswa.
b. Suasana kelas yang agak ribut ketika proses diskusi kelompok membuat
terganggunya aktivitas belajar lainnya. Disarankan agar guru lebih aktif
berkeliling dalam kelas dan memberikan teguran atau peringatan kepada
siswa yang tidak mengikuti pembelajaran secara antusias.
c. Kurang beragamnya soal yang diberikan kepada siswa selama proses
pembelajaran. Disarankan guru untuk memberikan soal yang beragam
pada masing-masing kelompok dan mempertasekannya di depan kelas,
sehingga kelompok yang lain dapat memahami bentuk soal yang beragam.
d. Penelitian ini hanya terbatas pada materi sistem persamaan linear dua
variabel. Diharapkan kepada peneliti lainnya untuk mengembangkannya
172
e. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti berharap pada indikator menyelesaikan
masalah perlu adanya suatu usaha yang terencana, agar siswa dapat
173
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.
Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
_______________. (2012). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ansari, B. I. (2009). Komunikasi Matematika Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh : Yayasan PeNA
Arends, R. (2007). Learning to Teach Belajar untuk Mengajar Edisi Ketujuh/Buku Dua. Terjemahan oleh Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. 2008. Yokyakarta: Pustaka Belajar.
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. __________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Dahar, R. W. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga. Depdiknas. (2003a). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat kurikulum
Balitbang Depdiknas
Dimyiati dan Mudjiono. (2013). Belajar dan pembalajaran. Jakarta : Direktoral Jenderal Perguruan Tinggi Dekdikbud.
Fergusson, G, A. (1989). Statistical Analisys In Psychology and Education. Sixth Edition, Singapore : Mc. Graw- Hill International Book Co.
Hasan, I.M. (2011). Pokok-pokok Materi Statistik. Jakarta: PT Bumi Aksara Hidayat, dkk. (2013). Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal pada
Ruang Dimensi Tiga Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa.Jurnal Pendidikan Matematika Solusi, (online). Eprints.uns.ac.id/3896/1/1460-3258-1-PB.pdf, diakses 20 September 2014.
Hamzah, A. M dan Muhlisrarini. (2014). Perencanaan Dan Pembelajaran Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Hudojo, H. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang.
Ibrahim, M. dan Nur, M. (2000). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA University Press.
174
Kadir. (2015). Statistika Terapan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Karaduman, B. G. (2013). The Relationship Between prospective Primary Mathemaic Teacher’s Attitudes Towards Problem Based Learning And Their studying Tendencies. Jurnal Internasional Ijonte Vol. 4 edisi Oktober 2013.
Khoiriyah, D. (2014). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Self-Efficacy Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah di MAN 1 Padangsidimpuan. Tesis Tidak Dipublikasikan. Medan : Program Pascasarjana UNIMED.
Mardapi, D. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes, Yogyakarta: Mitra Cendikia
Majid, A. (2013) Strategi Pembelajaran. Bandung. Remaja Rosdakarya
Napitupulu, E. (2008). Developing Reasioning Skill And Problem Solving
Trought Problem Based Liearning. Jurnal Pendidikan Matematika Paradikma Vol. 1 Edisi Juni 2008.
Neter, J. (2005). Applied Linier Statistical Model. Illions: Richard D. Erwin, INC.
Newman. J.M. (2005) Problem Based Learning: An Introduction and Overview of the Key Features of the Approach. Journal of Veterinary
Padmavathy. R. D (2013). Efectiveness of Problem Based Learning In Mathematics. International Multydisciplinary e-Journal Vol-II Jan 2013.
Permendikbud. (2013). Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah atas/Madrasah Aliyah, Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Polya, G. (1973). How To Solve (2ndEd. Princeton University Press. Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Ruseffendi. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Dua. Jakarta : Rajawali Press
175
Saefudin, Abdul Aziz dkk. (2012). Pengembangan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Jurnal Nasional Al Bidayah, (Online), Vol 4 No.1, (journal.uin suka.ac.id/ Albidayah / article/ download/22/25, diakses 02 Oktober 2014).
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, edisi I, cetakan ke-6. Jakarta: Kencana prenada Media group.
___________. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Santrock, W. (2008). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Terjemahan oleh Tri Wibowo. Jakarta: Kencana.
Saragih, S. (2007). Mengembangkan Kemampuan Berpikir logis dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi tidak dipublikasikan. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.
Sardiman, A. M. (2007). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta : PT Raja Grasindo Persada.
Simorangkir, F. (2013). Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Berpikir Kritis Siswa yang Diajar dengan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Konvensional. Tesis tidak diterbitkan. Medan: UNIMED.
Sinaga, B. (2007). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak. Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: PPs UNESA.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsitos
Suhendra. (2005). Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Kelompok Belajar Kecil Untuk Mengembangkan Kemampuan Siswa SMA Pada Aspek Problem Solving Matematik. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.
Sugiyono. (2008). MetodePenelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
________. (2011). MetodePenelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
176
Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 24 Juli
Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Uno, B. H. (2012). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
_________. (2013). Teori Motivasi Dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara. Usman, U. Moh. (2010). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Van De Walle, J.A. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Pengembangan Pengajaran. Jakarta: Erlangga.
Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran. Jakarta: IPA Abong.
White, H. Speaking of Teaching. Satanford University Newsletter On Teachino. Winter 2001 Vol 11 No.1
Yamin, M. (2008). Paradigma Pendidikan Kontruktivistik. Jakarta : Gaung Persada Press.